simpai · • ada rasa perih di sekitar perut pada saat haid atau gangguan lain yang menyebabkan...
TRANSCRIPT
14
Universitas Kristen Petra
2. DESKRIPSI PROYEK
2.1 Pengenalan Kanker secara Umum
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan
sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis),(Wikipedia,’kanker’,2009). Kanker merupakan penyakit yang “paling
menakutkan”, tidak saja pada wanita, tetapi juga pada pria dan anak-anak.
Tanggal 4 Februari diperingati sebagai hari kanker sedunia.
Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak
semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau
abnormal yang bukan radang. Berdasarkan golongannya, tumor dibagi menjadi 2,
yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Sedangkan kanker adalah istilah umum untuk
semua jenis tumor ganas. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh secara
lambat. Oleh karena itu, pada umumnya, tumor jinak tidak cepat membesar. Pada
masa perkembangannya, sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan
jaringan tumor dari jaringan sehat). Karena bersimpai, maka pada umumnya
tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Gambar 2.1 Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker
Sumber: Setiati (2009)
15
Universitas Kristen Petra
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh dengan cepat sehingga
tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh dengan
menyusup ke dalam jaringan sehat di sekitarnya dan dapat digambarkan seperti
kepiting dengan kaki-kakinya yang mencengkeram organ tubuh yang terkena. Di
samping itu, sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian organ
tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening sehingga tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker
ke dalam jaringan sehat pada organ tubuh lain dapat merusak organ tubuh tersebut
sehingga fungsi organ tubuh tersebut terganggu.
Pada kenyataannya, banyak penderita tidak menyadari bahwa di dalam
tubuhnya muncul kanker. Sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di
sekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala. Setelah
kanker berkembang di dalam tubuhnya, penderita mulai merasakan adanya
keluhan. Pada saat itu, kondisi penyakit kankernya sudah berada pada stadium
lanjut. Sebenarnya perkembangan semua jenis kanker dapat dicegah apabila
penderita mampu mengenali perubahan dalam tubuh dan segera memeriksakan
diri ke dokter.
Beberapa gejala penting yang harus diketahui oleh setiap orang agar
dapat memastikan ada atau tidaknya keberadaan kanker dalam tubuh:
• Ada perubahan kebiasaan atau gangguan saat buang air besar atau kecil.
• Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
• Suara serak atau batuk yang tidak segera sembuh.
• Ada benjolan di payudara atau di tempat lain.
• Tahi lalat berubah sifatnya, menjadi semakin besar atau gatal.
• Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.
• Ada koreng atau borok yang tidak dapat cepat sembuh.
• Ada rasa perih di sekitar perut pada saat haid atau gangguan lain yang
menyebabkan terjadinya pendarahan abnormal.
Penyebab kanker belum diketahui secara pasti. Namun, hasil penelitian
dan studi menyatakan dengan jelas bahwa sebagian besar penyebab timbulnya
kanker adalah adanya gaya hidup yang tidak sehat. Namun, berdasarkan hasil
penelitian laboratorium di seluruh dunia, yang diteliti dan telah terbukti
16
Universitas Kristen Petra
berdasarkan hasil penelitian pada binatang percobaan, terdapat faktor-faktor atau
zat-zat yang dapat menyebabkan kanker, yang disebut ‘karsinogen’. Faktor-faktor
penyebab tersebut antara lain:
• Bahan Kimia
Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru pada
perokok dan perokok pasif ( orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup
asap rokok orang lain) dalam jangka waktu lama. Bahan kimia untuk industri serta
asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan
seorang pekerja industri menderita kanker
• Penyinaran yang berlebihan
Sinar ultraviolet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker
kulit. Sinar radioaktif sinar x yang berlebihan atau sinar radiasi dapat
menimbulkan kanker kulit dan leukimia.
• Virus
Beberapa virus berkaitan erat dengan perubahan sel normal yang menjadi
sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.
• Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh yang berfungsi
untuk mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa
penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker, seperti kanker
payudara, rahim, indung telur dan prostat.
• Terjadi benturan fisik berulang
Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh secara berulang
dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut. Luka atau cedera pada tempat
tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.
Dari berbagai jenis kanker, ternyata ada beberapa jenis kanker yang
tersembunyi di dalam tubuh dan sedikit sekali memberi gejala. Sedangkan jenis
kanker lainnya dapat terlihat dengan mudah. Adapun beberapa cara pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya keberadaan kanker:
17
Universitas Kristen Petra
• Pemeriksaan sitologi dan patologi anatomi
• Tes-tes pertanda kanker dalam darah (ca)
• Rontgen
• Ultrasonografi / USG ( memotret alat tubuh bagian dalam)
• Endoskopi (peneropongan alat tubuh bagian dalam)
• Mamografi ( rontgen khusus untuk payudara)
• Kolposkopi (peneropongan leher rahim)
• Biopsi
Pada dasarnya, pengobatan terhadap kanker adalah sama, yaitu melalui
cara-cara berikut :
• Pembedahan (operasi)
• Penyinaran (radioterapi)
• Pemakaian obat-ibatan pembunuh sel kanker (sitostatika/khemoterapi)
• Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
• Pengobatan dengan hormon
2.2 Jenis Kanker yang paling banyak menyerang kaum Wanita
Beberapa jenis kanker yang terkait dengan kelainan genetik dan terjadi
pada wanita adalah kanker payudara, kanker ovarium, kanker usus besar, kanker
kulit, limphoma malignum, kanker mata, dan tumor Wilms. Akan tetapi, jenis
kanker yang selalu identik menyerang dan menjadi pembunuh wanita adalah
Kanker pada alat reproduksi dan payudara
2.2.1 Kanker Alat reproduksi
Penyakit kanker alat reproduksi (rahim) adalah pembunuh nomer satu
yang kerap mengintai korbannya, kaum wanita. Umumnya, hampir semua jenis
penyakit kanker rahim ini sulit terdeteksi pada stadium awal. Penyakit ini
menyerang leher rahim, saluran rahim, bagian dalam rahim, dan bisa juga di luar
rahim. Penyakit ini baru disadari atau dirasakan oleh penderita setelah muncul
gejala-gejala kanker atau tanda-tanda berupa benjolan yang relatif besar, yaitu 2-
3cm, terasa mengganjal, dan mulai teraba oleh tangan.
18
Universitas Kristen Petra
Kunci dari upaya penyembuhan semua jenis penyakit kanker adalah
pendeteksian dini. Untuk segala macam kanker rahim, pendeteksian itu dilakukan
dengan Pap-smear.
Gambar 2.2 Pap-Smear
Sumber: Setiati (2009)
Pap-smear adalah pengambilan cairan dari vagina untuk melihat kelainan
sel di sekitar leher rahim.Tes Pap-smear hanyalah suatu langkah screening, bukan
pengobatan.
Oleh karena itu, semakin dini gejala awal penyakit kanker rahim
diketahui, semakin mudah pengobatan dan penanganannya. Sebenarnya kanker
rahim ini dapat dicegah dengan mengikuti kiat-kiat sebagai berikut:
• Menjauhi kegiatan merokok
• menghindari mencuci vagina dengan antiseptik
• Hindari menaburi bedak tabur pada vagina
• Melakukan diet rendah lemak
• Memenuhi kebutuhan vitamin c dengan mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran
• Menghindari hubungan seks terlalu dini
• Menghindari berganti-ganti pasangan seks
• Terlambat menikah
• Penggunaan estrogen
19
Universitas Kristen Petra
Penyakit kanker rahim ini terdiri dari 3 jenis yang memiliki faktor resiko
berbeda, yaitu:
a. Kanker Leher Rahim atau Kanker Serviks
Kanker leher rahim masih menjadi momok yang menakutkan bagi kaum
wanita di Indonesia. Selain belum ada obatnya, kanker leher rahim juga menjadi
pembunuh nomer 1 bagi kaum wanita. Masih tingginya angka penderita kanker
leher rahim di Indonesia disebabkan oleh rendahnya kesadaran wanita untuk
memeriksakan kesehatan dirinya. Kanker leher rahim dapat dicegah dengan cara
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, misalnya tidak melakukan hubungan
seks dengan berganti-ganti pasangan.
Stadium awal kanker leher rahim memang sulit terdeteksi kecuali melalui
Pap-smear. Pada tahap pra kanker sampai stadium 1, tidak ada keluhan yang
dirasakan penderita. Namun menginjak stadium1A-3B, keluhan mulai muncul
seperti keluarnya darah sewaktu berhubungan seks. Yang lebih parah lagi, pada
stadium 4B, sel kanker biasanya sudah menjalar ke otak dan paru-paru. Sehingga
nyawa penderita semakin sulit untuk diselamatkan. Pemicu kanker leher rahim
adalah virus human papilomma yang muncul antara lain sebagai akibat perilaku
sering berganti-ganti pasangan seks sehingga menimbulkan penyakit kelamin.
Wanita yang mudah terkena penyakit kanker leher rahim adalah mereka yang
pada kondisi berikut:
• Sudah mulai berhubungan seks sejak usia muda
• Sering berganti-ganti pasangan
• Mempunyai banyak anak atau sering melahirkan
• Mengalami infeksi HPV (Human Papiloma Virus)
Selain itu, beberapa kebiasaan buruk berikut juga bisa memicu terjadinya
kanker leher rahim :
• Kebiasaan merokok
• Mengkonsumsi minuman keras
• Pola hidup yang kurang bersih
• Berikut tanda-tanda sebagai gejala umum kanker leher rahim :
• Keputihan yang sulit sembuh dan berbau busuk
20
Universitas Kristen Petra
• Sering terjadi pendarahan dan nyeri pada saat bersenggama
Pada stadium dini, keadaan penderita masih baik tetapi pada stadium
lanjut, keadaan umum penderita dapat mengalami kemrosotan kesehatan
• Tampak pucat
• Kurus
• Nafsu makan menurun
• Perut bagian bawah terasa sesak dan disertai nyeri
• Tungkak kaki bagian belakang bengkak karena bendungan pada pembuluh darah
balik di kaki (pembengkakan di berbagai anggota tubuh)
b. Kanker Endometrium
Kanker endometrium paling sering dialami oleh wanita berusia 50-60
tahun. Kanker ini semakin banyak jumlahnya karena semakin banyak wanita
berusia lanjut.
Keluhan utama pada jenis kanker endometrium adalah terjadi pendarahan
pasca menopause, artinya pendarahan terjadi kembali setelah mati haid. Penyebab
kanker endometrium belum diketahui secara pasti. Ada beberapa hasil penelitian
yang menyatakan bahwa kanker endometrium terjadi disebabkan
ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan terjadinya tumor ganas pada
lapisan dalam rahim (endometrium). Penyakit ini lebih sering ditemukan pada
wanita gemuk, penderita diabetes melitus, tekanan darah tinggi dan wanita-wanita
yang belum pernah hamil. Biasanya, kanker jenis ini juga ditemukan pada ibu-ibu
yang pernah dikuret.
Gejala-gejala yang ditimbulkan :
• Sakit pada bagian panggul
• Terjadi pendarahan pada wanita menopause
• Terasa sakit saat berhubungan seks
• Terasa sakit saat berkemih
• Muncul rasa lelah yang terus menerus
• Terdapat rasa nyeri pada bagian perut sebelah bawah atau kram panggul
• Sering terjadi pendarahan berat pada wanita berusia 40 tahun keatas.
21
Universitas Kristen Petra
c. Kanker Indung Telur atau kanker Ovarium
Adapun yang diduga sebagai penyebab terjadinya kanker ovarium ini
adalah hormon-hormon tertentu, seperti hormon estrogen. Pola makan tertentu ,
seperti terlalu banyak mengkonsumsi lemak hewani juga dapat menjadi penyebab
kanker ovarium.
Langkah deteksi awal yang paling bagus adalah dengan cara melakukan
pemeriksaan organ bagian dalam secara berkala, kemudian diperkuat dengan
pemeriksaan USG untuk mengetahui bentuk morfologi ovarium, serta dilakukan
pemeriksaan lanjut dengan alat tumor marker .
Gejala-gejala yang dapat diamati dari adanya kanker ovarium, yaitu:
• Perut terasa kembung dan tidak nyaman.
• Perut membesar, terasa ada benjolan, nyeri di bagian panggul, gangguan BAB
dan BAK akibat penekanan pada saluran pencernaan dan saluran kencing.
Bahkan, pada keadaan yang lebih lanjut, penimbunan cairan di rongga perut
sampai mengalir ke rongga dada dapat terjadi sehingga perut tampak sangat
membuncit. Terkadang, gejala-gejala tersebut juga disertai sesak napas. Kalau
sudah demikian, biasanya kanker tersebut sudah terlambat untuk ditangani.
2.2.2 Kanker Payudara
Kanker Payudara merupakan ‘kanker peringkat kedua’ yang paling
banyak diderita dan ditakuti oleh wanita. Kanker payudara bukan penyakit
menular, tetapi merupakan salah satu penyakti ‘menakutkan’ bagi wanita.
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada
organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan,
berisi sel-sel. Umumnya, pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan dan mati
ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tetapi, pada saat sel-sel
lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh (padahal belum diperlukan), jumlah
sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor.
Akan teapi, tidak semua tumor merupakan kanker terutama pada payudara. Ada
jenis tumor jinak (non kanker) dan ada juga yang ganas (kanker).
Pada perempuan, payudara adalah kelenjar yang mampu memproduksi
air susu. Tiap payudara terdapat dari 15-20 kantung penghasil susu, yang disebut
22
Universitas Kristen Petra
lobes. Tiap kantung tersebut terdiri dari beberapa kelejar susu (lobules).
Seringkali, awal kanker payudara tumbuh pada kelenjar susu atau lolubes.
Payudara juga terdiri dari pembuluh darah dan aliran getah bening, yang
mengalirkan cairan yang disebut getah bening, melalui tubuh menuju kelenjar
(nodes) getah bening (kumpulan sel sistem imunitas berukuran sebesar kacang
polong, berfungsi mencegah infeksi). Kelenjar getah bening yang letaknya dekat
payudara terdapat pada bagian ketiak, di atas tulang selangka dan di belakang
tulang dada. Cairan dari jaringan payudara mengalir melalui aliran getah bening
menuju kelenjar getah bening di bawah ketiak. Karena itu, ketika sel kanker
payudara mulai menyebar (metastatis), lokasi penyebaran pertama yang paling
umum adalah pada kelenjar getah bening (terletak di bagian bawah lengan). Nah,
jika sel kanker telah menyebar ke bagian tersebut, akhirnya muncul benjolan.
Namun, jika benjolan tersebut tidak terdeteksi, ada kemungkinan sel kanker telah
menyebar hingga ke bagian tubuh lainnya, seperti paru-paru, tulang dan otak.
Pada beberapa kasus, benjolan di payudara tidak selalu mengandung sel
kanker. Benjolan jinak pada payudara termasuk umum dialami, dan bisa
disebabkan oleh perubahan fibrocystic pada jaringan payudara. Menurut ACS, 90
persen perempuan memiliki kondisi benjolan jinak, meskipun banyak yang tidak
memperhatikan. Kebanyakan benjolan jinak pada payudara adalah fibroadenomas
atau papillomas. Dan juga, tumor jinak:
• jarang mengancam nyawa
• bisa diangkat dan jarang muncul kembali
• tidak menyebar ke jaringan lain di sekitar benjolan atau ke bagian tubuh lainnya.
Sedangkan tumor ganas memiiki perbedaan signifikan dibandingkan
tumor jinak, antara lain:
• umumnya lebih berbahaya daripada tumor jinak
• bisa menyebabkan kematian
• dapat diangkat tetapi ada kemungkinan tumbuh kembali
• bisa menyebar ke jaringan dan organ tubuh terdekat
• dapat pecah dalam bentuk sel-sel dan memasuki pembuluh darah atau ke aliran
getah bening. Kondisi ini dikenal METASTESIS.
23
Universitas Kristen Petra
Faktor resiko penyebab terkena kanker payudara:
• Usia. Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan berusia di atas 50 tahun,
dan jarang terjadi pada perempuan sebelum menopause. Hampir 80 persen pada
diagnosis awal kasus penyebaran sel kanker payudara terjadi pada perempuan di
atas usia 50 tahun atau lebih, menurut the American Cancer Society (ACS).
• Riwayat keluarga. Memiliki ibu atau saudara perempuan yang terkena kanker
payudara atau kanker indung telur meningkatkan resiko. Resiko akan lebih
tinggi ketika kanker payudara dialami anggota keluarga langsung (ibu, saudara
perempuan maupun anak perempuan), apalagi jika kanker tersebut penyerang
saat mereka di bawah usia 50 tahun.
• Riwayat kesehatan sebelumnya mengenai kondisi payudara. Hal ini termasuk
divonis kanker payudara, atau terkena proliferative breast disease (PBD).
Kendati diketahui kondisinya jinak, PBD juga beresiko cukup tinggi
berkembang menjadi kanker payudara. Dan lagi, setelah menjalani biopsi
sebelumnya untuk mengangkat tumor mencurigakan yang ternyata jinak, bisa
juga meningkatkan sedikit resiko kanker payudara.
• Terkena Radiasi pada bagian dada. Untuk pasien yang dirawat untuk mengatasi
Hodgkin’s lymphoma dengan radiasi pada bagian dada sebelum usia 30 tahun,
peluang untuk berkembang menjadi kanker payudara juga besar ketimbang
perempuan yang tidak menjalani perawatan ini.
• Penggunaan hormon. Terapi sulih hormon (umumnya dilakukan untuk
mengatasi gejala-gejala menapouse) atau eksposur lain terhadap estrogen atau
progesteron meningkatkan resiko pada perempuan. Tipe kanker payudara
tertentu bisa berkembang akibat pemakaian hormon tersebut. Resiko tergantung
dari masa panjangnya pemakaian hormon. Semakin lama pemakaian, resiko
semakin tinggi. Ketika estrogen digunakan sendiri (estrogen replacement
therapy [ERT]), resiko kanker payudara terlihat lebih rendah dari pada
kombinasi HRT, termasuk progesteron.
• Kepadatan payudara. Perempuan yang kandungan lemak dalam tubuhnya
sedikit, payudaranya padat, ternyata bisa meningkatkan peluang terkena kanker
payudara. Payudara cenderung lebih padat seiring pertambahan usia.
24
Universitas Kristen Petra
• Riwayat kesehatan reproduksi. Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia
30 tahun mempunyai resiko lebih rendah mengalami kanker payudara
dibandingkan perempuan yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak
memiliki anak sama sekali.
• Riwayat haid. Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal
(sebelum usia 12 tahun) atau mengalami menopouse setelah usia 55 tahun
memiliki tingkat resiko kanker payudara yang tinggi.
• Diet. Beberapa penelitian besar telah menunjukkan perempuan yang menjalani
diet rendah lemak beresiko rendah mengalami kanker payudara. Diet ini juga
dianjurkan pada penderita kanker yang bisa sembuh. Sebab, perempuan yang
hobi mengonsumsi makanan kaya lemak, sel kankernya bisa tumbuh kembali.
• Menjadi obesitas setelah menopause. Perempuan yang berat badannya melonjak
secara signifikan memiliki estrogen lebih banyak dalam tubuhnya, karena
beberapa hormon terbuat dari jaringan lemak. Ketika jumlah estrogen melonjak,
resiko kanker payudara juga meningkat.
• Malas bergerak. Perempuan yang secara fisik tidak aktif, mempunyai resiko
tinggi terkena kanker payudara. Hal ini dapat terjadi karena gaya hidup tidak
aktif bergerak bisa berujung pada obesitas, yang juga merupakan faktor resiko
terkena kanker payudara.
• Konsumsi alkohol. Beberapa penelitian telah menyimpulkan, bahwa semakin
banyak alcohol yang dikonsumsi perempuan, resiko terkena kanker payudara
lebih besar. Analisis dari penelitian menyarankan agar membatasi asupan
alkohol perhari (minimal 2 gelas) sehingga dapat mengurangi resiko kanker
payudara sebanyak 21 persen. Resiko akibat konsumsi alkohol ini terjadi karena
alkohol lbisa meningkatkan jumlah hormon.
• Merokok. Merokok secara signifikan meningkatkan resiko berkembangnya
penyakit ini, terutama bagi perempuan yang memiliki riyawat keluarga
mengidap kanker payudara.
Pada banyak kasus, khususnya pada perempuan menopause, munculnya
kanker payudara dapat terjadi bertahun-tahun kemudian. Namun, ada kalanya sel
kanker juga bisa berkembang dalam waktu sebulan, atau kadangkala dalam
25
Universitas Kristen Petra
beberapa tahun. Kanker payudara dapat dideteksi dari beberapa gejala. Siapa saja
(pria maupun perempuan) yang mengalami gejala sebaiknya berkonsultasi pada
dokter spesialis. Gejala-gejalanya mencakup:
• Terdapat ruam-ruam pada kulit di sekitar payudara, areola atau puting terlihat
bersisik
• memerah dan membengkak
• Keluar cairan dari puting susu
• Terjadi pembengkakan dan penebalan kulit di daerah payudara
• Terdapat benjolan di daerah bawah lengan
• Puting susu menjadi ‘lunak’
• Perubahan ukuran atau bentuk payudara
• Puting susu tertekan ke dalam (sebagian atau seluruhnya)
Pada stadium awal, tanda-tanda kanker payudara mungkin tidak
terdeteksi saat melakukan pemeriksaan sendiri payudara (SADARI), ketika
pemeriksaan klinis, atau bahkan setelah melaui tes mamografi. Pada tahap awal
kanker payudara, biasanya tidak memperlihatkan tanda-tanda sama sekali, karena
itu penting sekali untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Gambar 2.3 Peragaan SADARI
Sumber: Setiati (2009)
26
Universitas Kristen Petra
Belum ada cara yang diketahui untuk mencegah kanker payudara.
Namun, ada beberapa langkah yang bisa meminimalkan perkembangan penyakit
ini. Terutama dapat dilakukan perempuan beresiko tinggi terkena kanker
payudara, meliputi:
• Melakukan pemeriksaan payudara secara klinis setiap tiga tahun sekali (untuk
perempuan berusia di bawah 40 tahun)
• Membatasi konsumsi alkohol
• Menjaga berat badan ideal
• Berkonsultasi dengan dokter mengenai cara alternatif untuk menambah estrogen
atau hormon lainnya.
• Menggabungkan aktivitas fisik ke dalam kehidupan sehari-hari
• Melakukan pemeriksaan payudara secara klinis setiap tiga tahun sekali (untuk
perempuan berusia di bawah 40 tahun)
• Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak
• Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran
Karena belum diketahui cara mencegah kanker payudara, satu tindakan
yang paling penting adalah mengikuti petunjuk cara mendeteksi dini. Deteksi dini
meningkatkan kesempatan besar untuk pengobatan yang sukses.
2.3 Pengenalan Perawatan Paliatif
Secara historis, sebenarnya perawatan paliatif telah dimulai sejak tahun1
842 dengan didirikannya Hospice, yakni tempat memberikan perawatan, yang
didirikan oleh Mme Jeanne Garnier di Lyons, Perancis. Kemudian disusul dengan
didirikannya Our Lady’s Hospice di Dublin pada tahun 1879 dan St Joseph’s
Hospice di London pada tahun 1905 oleh Irish Sister of Charity. Hospice ini
dengan tujuan memberikan perawatan para kafilah yang jatuh sakit agar
merekadapat melanjutkan perjalanan. Kemudian juga dipergunakan untuk
merawat orang-orang yang mendekati kematiannya. Setelah ketiga Hospices ini,
kemudian bermunculan banyak Hospices di berbagai bagian dunia, dengan tujuan
yang sama dengan Hospices yang terdahulu.
Baru pada tahun 1967 terjadilah gerakan hospice modern dengan
didirikannya St Christoper’s Hospice, di London, oleh Dame Cicely Saunders,
27
Universitas Kristen Petra
dengan ‘total pain’ yang terdiri dari unsur – unsur fisik, psikologis, sosial dan
spiritual sebagai dasar pelayanan. Dasar pelayanan ini sampai saat ini masih
menjadi dasar pelayanan perawatan paliatif di dunia termasuk di Indonesia.
a. Total Pain
Manusia pada hakekatnya bukan makhluk biologis semata yang hanya
terdiri dari fisik (jasmani) yang dapat kita lihat. Tetapi manusia memiliki faktor –
faktor yang membentuk manusia seutuhnya, yakni fisik,psikologi, budaya, dan
spiritual. Dan semua faktor ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Jadi
kalau salah satu faktor itu terganggu, maka faktor-faktor lainnya akan ikut
terganggu.
Gambar 2.4. Total Pain
Sumber: RSU. Dr.Soetomo – FK Unair (2007)
Dari kedua diagram yang diambil dari buku Palliative Medicine yang
ditulis oleh Roger Woodruff, bahwa yang dimaksud ‘total pain’ adalah
penjumlahan dari nyeri fisik, penderitaan fisik lainnya, masalah-masalah
psikologis, kesulitan sosial, faktor budaya dan keprihatinan spiritual.
28
Universitas Kristen Petra
b. Total Suffering
Roger Woodruff dalam bukunya Palliative medicine, memperkenalkan
konsep penderitaan total.
Gambar 2.5 Total Suffering
Sumber: RSU. Dr.Soetomo – FK Unair (2007)
Pada diagram di atas Wooddruff memperkenalkan berbagai aspek dari
penderitaan total. Masing-masing aspek tersebut saling berhubungan dan
mempengaruhi, seperti halnya konsep nyeri total. Jadi penderitaan yang
sesungguhnya dialami oleh seorang penderita adalah penjumlahan dari
penderitaan berbagai aspek. Karenanya bila salah satu aspek itu tidak tertangani
dengan baik, maka akan dapat menyebabkan atau memperberat penderitaan aspek
lain.
2.3.1 Definisi Paliatif
Kata ‘paliatif’ berasal dari kata latin “pallium” yang berarti jubah atau
mantel yang biasa dipergunakan untuk melindungi si pengguna dari kedinginan.
Kalau hal ini dikaitkan dengan pelayanan kesehatan, maka paliatif melindungi
penderita dari berbagai penderitaan yang disebabkan oleh penyakit yang
dideritanya.
Di dalam Oxford English Dictionary, arti kata ‘palliative’ berarti
meringankan atau membebaskan tanpa menyembuhkan. Dengan kata lain
29
Universitas Kristen Petra
meringankan penderitaan atau membebaskan dari penderitaan tetapi tidak
menyembuhkan penyakit yang menyebabkan penderitaan itu.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan definisi perawatan
paliatif sebagai berikut :
The active,total care of patients whose disease no longer responds to
curativetreatment. Control of pain, of other symptoms, anda of
psychological, social and spiritual problems is paramount. The goal of
palliativecare is achievement of the best possible quality of life for
patientsand their families (Konginan,2008)..
Sedangkan didapatkan definisi perawatan paliatif yang diberikan oleh
WHO sebagai berikut:
Palliative care is an integrated system of care that improves the quality
of life, by providing pain and symptom relief, spiritual and psycosocial
support from diagnosis to the end of life and bereavement
(Konginan,2008).
Jadi perawatan paliatif tidak hanya untuk penderita yang penyakitnya
tidak lagi responsif terhadap pengobatan kuratif, tetapi sejak diagnosis ditegakkan
sampai pada akhir hayat penderita bahkan setelah penderita meninggal untuk
keluarga penderita.
Sedangkan falsafah yang mendasari pelaksanaan perawatan paliatif yang
tercantum dalam buku Pedoman Penanggulangan Kanker Terpadu dari Paripurna
(PKT) yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997),
sebagai berikut:
Menjadi hak semua pasien untuk mendapatkan yang terbaik sampai akhir
hayatnya. Penderita kanker yang dalam stadium lanjut atau tidak berangsur-angsur
sembuh perlu mendapat pelayanan kesehatan sehingga penderitaannya dapat
dikurangi. Pelayanan yang diberikan harus dapat meningkatkan kualitas hidup
yang optimal sehingga pasien dapat meninggal dengan tenang dan dalam iman.
30
Universitas Kristen Petra
2.3.2 Perkembangan Pelayanan Paliatif
Pada tahun 1992, pelayanan paliatif di Surabaya masih terbatas pada
pelayanan poliklinik yang memberikan layanan rawat jalan dan rawat inap.
Gambar 2.6 Palliative Care Development di Surabaya pada tahun 1992
Sumber: RSU. Dr.Soetomo – FK Unair (2007)
Setelah poliklinik paliatif berjalan lebih dari 2 tahun, banyak penderita
yang semula teratur berobat, kemudian tidak datang lagi berobat dan tidak
diketahui sebabnya. Untuk mengetahui mengapa hal ini terjadi, maka dilakukan
penelusuran ke rumah-rumah penderita sesuai dengan alamat yang tertulis pada
rekam medik. Dari hasil penelusuran, penderita tidak datang lagi ke poliklinik
dikarenakan:
• Penderita telah meninggal
• Penderita terbaring di tempat tidur dengan tidak berdaya karena keadaan
penyakitnya
Dari masalah di atas, maka muncul 2 hal pemikiran :
• Penderita itu terbaring tidak berdaya akibat penyakitnya yang makin lanjut yang
tentunya dengan segala penderitaannya
• Tujuan perawatan paliatif ialah meringankan / menghilangkan berbagai
penderitaan penderita untuk mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi penderita
dan keluarganya
Perawatan paliatif dikembangkan dengan menambah pelayan di rumah
pada tahun 1995
DOCTORS NURSES
PHARMACISTS PROFFS
OUT PATIENTS IN PATIENTS
31
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.7 Palliative Care Development di Surabaya pada tahun 1995
Sumber: RSU. Dr.Soetomo – FK Unair (2007)
Dalam menjalankan rawat rumah ini banyak sekali pengalaman yang
tidak akan terlupakan baik dalam hal perjalanan menuju rumah penderita maupun
yang didapat dari penderita dan keluarganya. Perjalanan menuju rumah penderita
tidak selalu berjalan mulus dikarenakan jangkauan yang terlalu jauh ataupun
medan jalannya tidak mudah dilalui dengan kendaraan.
Kesulitan-kesulitan yang dialami ini membuka pikiran perawatan paliatif
untuk bekerjasama dengan puskesmas setempat juga organisasi kecil di tiap
pelosok seperti PKK untuk turut membantu mengembangkan perawatan paliatif
ini. Hal ini dilakukan supaya penderita dapat ditangani lebih cepat di tiap daerah
tanpa menunggu tindakan dari pusat. Maka pada tahun 1996, perawatan paliatif
dikembangkan dengan menjalin kerjasama dengan fasilitas kesehatan dan
perkumpulan setempat.
DOCTORS NURSES
PHARMACISTS OTHER RELATED
PROFFS
OUT PATIENTS IN PATIENTS
HOME CARE PATIENT
32
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.8 Palliative Care Development di Surabaya pada tahun 1996
Sumber: RSU. Dr.Soetomo – FK Unair (2007)
Pada tahun 2002, perawatan paliatif membuka hotline service yang
memberikan pelayanan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu . Hotline service ini
dibuka sebagai upaya membantu penderita mengetahui secara pasti mengenai
kanker yang ada pada tubuhnya dimana seringkali mereka kurang informasi dan
menjadi hal yang menakutkan. Hotline service ini juga disediakan untk keluarga
penderita yang merasa bingung harus bagaimana menghadapi anggota
keluarganya yang mengidap kanker dan bagaimana memberikan perawatan.
Gambar 2.9 Palliative Care Development di Surabaya pada tahun 2002
Sumber: RSU. Dr.Soetomo – FK Unair (2007)
DOCTORS NURSES
PHARMACISTS OTHER RELATED
PROFFS
OUT PATIENTS IN PATIENTS
HOME CARE PATIENT
HEALTH CENTERS
FAMILY WELFARE
PROMOTION
DOCTORS NURSES
PHARMACISTS OTHER RELATED
PROFFS
OUT PATIENTS IN PATIENTS
HOME CARE PATIENT
HEALTH CENTERS
FAMILY WELFARE
PROMOTION24-hour hotline
service volunteers
33
Universitas Kristen Petra
Pada tahun 2007, selain pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat rumah,
Pelayanan perawatan paliatif memikirkan untuk melengkapi sarana dan
prasaranannya dengan membuka :
• Day care: dibutuhkan untuk menolong para penderita yang membutuhkan
tindakan medik minor dan tidak membutuhkan rawat inap
• Respite care: arti kata ‘respite’ sebenarnya istirahat atau memberi kelonggaran.
Suatu contoh : anggota keluarga yang merawat penderita di rumah, karena
keadaan penderita , mereka sering kurang tidur. Mereka juga mengalami stres
yang dikarenakan keadaan penderita yang dirawatnya. Selain itu,mereka masih
mempunyai tugas-tugas untuk mengurus rumah tangganya. Ini semuanya akan
memberikan beban mental maupun fisik kepada anggota keluarga, yang pada
suatu saat mereka akan mengalami ‘exhaute’. Respite care disini berperan untuk
membantu meringankan beban keluarga penderita.
Diagram 2.10 Palliative Care Development di Surabaya pada tahun 2007
Sumber: RSU. Dr.Soetomo – FK Unair (2007)
2.4 Kebutuhan penderita dalam fase kronis
Tiap manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan dasar. Kebutuhan
dasar ini akan semakin terasa dalam kondisi kronis. Kebutuhan dasar tersebut
antara lain:
DOCTORS NURSES
PHARMACISTS OTHER RELATED
PROFFS
OUT PATIENTS IN PATIENTS
HOME CARE PATIENT
HEALTH CENTERS
FAMILY WELFARE
PROMOTION24-hour hotline
service volunteers
DAY CARE RESPITE CARE
34
Universitas Kristen Petra
a. Kebutuhan fisik
Kebutuhan akan terbebasnya penderita dari berbagai macam keluhan atau
penderitaan / gejala fisik yang mengganggu. Perhatian dan pengamatan yang
cermat dan terinci terhadap setiap keluhan yang disampaikan penderita merupakan
hal penting untuk segera direspon dan dibantu mencarikan solusinya.
b. Kebutuhan psikologik
Penderita ingin tetap dihargai dan dianggap mampu dengan cara
melibatkannya dalam mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan
dirinya terutama bila secara fisik ia menjadi sangat tergantung pada orang lain.
c. Kebutuhan sosial
Perasaan tetap diterima oleh keluarga meski penampilan atau perilakunya
seringkali tidak menyenangkan. Perasaan tetap dibutuhkan, dilibatkan, dan
diperhitungkan dalam keluarganya sehingga penderita tidak merasa menjadi
beban bagi keluarganya. Kesempatan bagi penderita untuk membebaskan diri dari
keterikatannya dengan orang lain dan dibebaskan dari berbagai tanggung jawab
dalam pekerjaan / keluarga yang sebelumnya dipikul penderita dengan
menyerahkannya kepada orang lain.
d. Kebutuhan spiritual
Kasih sayang yang diekpresikan secara nyata seperti jabat tangan,
sentuhan, belaian. Kesempatan memperbaiki hubungan-hubungan interpersonal
yang terganggu serta memperoleh pengampunan atas kesalahan-kesalahan di masa
lalu. Keyakinan bahwa dirinya tetap dicintai dan dihargai. Perasaan bahwa
hidupnya tetap mempunyai arah / tujuan yang jelas dan berarti bagi sesamanya
2.5 Gangguan Psikososial
Elisabeth Kubler-Ross mempostulasikan lima tahap yang dilalui pasien
dalam menghadapi bayangan kematian, yang dapat bermanfaat untuk membantu
memahami kondisi pasien dalam berbagai tahap tersebut, yaitu:
a. Denial (Tahap penyangkalan)
Adalah tahapan awal yang sering dialami penderita terutama mereka
dengan kepribadian mudah cemas. Penderita menyangkal tidak sakit ataupun bila
mereka menerima kondisi sakit tapi menganggap sakitnya bukanlah penyakit yang
35
Universitas Kristen Petra
serius seperti kanker. Biasanya pikiran yang demikian ini akan menentramkan hati
sesaat dan berguna untuk menunda kepanikan
b. Anger (Marah)
Perasaan marah ini seringkali ditandai dengan cepat tersinggung, banyak
menuntut, mengkritik, ngomel, dan lain lain. Rasa marah ini bisa ditujukan
terhadap keluarga, diri sendiri, bahkan bisa juga marah terhadap TUHAN.
c. Bargaining (tawar-menawar)
Setelah rasa marah reda. Pikiran dan perasaan lebih tenang, maka secara
perlahan biasanya sudah bisa menerima kenyataan menderita penyakit kanker
yang seringkali dikonotasikan dalam pikiran adalah sauatu penyakit yang
kaitannya dengan kematian. Terkadang pikiran akan kematian muncul dan lalu
timbul ketakutan akan segera mati. Tahap ini member kesempatan tenggat waktu
untuk mengambil sikap.
d. Depresi
Kebanyakan penderita dengan penyakit kronis yang serius menunjukkan
tanda-tanda kesedihan, cemas dan gejala-gejala depresi. Tanda dan gejala ini
biasanya berlangsung singkat sebagai reaksi terhadap situasi yang dihadapinya
dan bila terus menerus harus dinilai sebagai hal yang abnormal dan perlu
mendapat perhatian khusus. Faktor resiko terjadinya depresi antara lain rasa nyeri
yang tidak terkontrol dengan baik, tingkat keparahan penyakit yang dideritanya,
riwayat depresi di waktu yang lalu, obat-obatan yang dipakai
(steroid,benzodiapezine) serta depresi yang secara langsung disebabkan
penyakitnya. Penanganan depresi pada penderita kronis dapat meliputi
psikoterapi, suportif, terapi relaksasi dan lain- lain.
e. Acceptance (menerima)
2.6 Kebutuhan Ruang
Griya Perawatan Paliatif ini sangat mengandalkan dan memfokuskan
pada psikologi wanita penderita kanker. Hal ini juga diharapkan terlihat dan
teraplikasi dalam pembentukan zoning dan kebutuhan ruang.
Griya Perawatan Paliatif ini menangani 2 tipe pengunjung, yaitu PRA
terkena kanker dan PASCA terkena kanker. Sebelum menentukan kebutuhan
36
Universitas Kristen Petra
ruang, aktivitas kegiatan dan psikologi dari 2 tipe pengunjung tersebut perlu
diteliti dan dijabarkan. Adapun psikologi pengunjung, rangkaian proses dan jenis
terapi yang perlu diterapkan adalah:
Tipe
Pengunjung Psikologi Penderita
Rangkaian Proses yang harus dijalani
Aktivitas Jenis Perawatan Terapi
PRA - yang mengalami gejala kanker - yang memiliki garis keturunan kanker -yang hanya sekedar ingin tahu
o TAKUT menghadapi pemeriksaan o PURA-PURA tidak ada kanker o BIMBANG antara periksa atau tidak
PENGAJAKAN
Menekan rasa takut dengan mengubah ‘mind set’ tentang kanker dari ‘sebagai momok penjemput ajal’ menjadi ‘suatu cobaan yang harus dihadapi’
Stimulants Control
PENERIMAAN
PENERIMAAN
Memantapkan bahwa keputusan untuk periksa itu benar dan mengingatkan bahwa peluang masih sembuh itu masih ada
Mental
Prepared
INFORMASI
Memberikan pembelajaran yang benar mengenai kanker, tindakan terhadap kanker, solusi, presentase harapan sembuh
Education
KONSULTASI
Melakukan pemeriksaan secara umum dan memberikan rujukan pemriksaan ebih lanjut dan nantinya juga akan menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan
Counseling needs
PEMERIKSAAN
Mendiagnosis secara medis terhadap kanker (ada/tidak, stadium kanker)
Medical Exam
37
Universitas Kristen Petra
Tipe Pengunjung
Psikologi Penderita
Rangkaian Proses yang harus dijalani
Aktivitas Jenis Perawatan Terapi
TINDAKAN KANKER
PASCA - yang tervonis kanker saat stadium lanjut - yang sudah menjalani pengobatan kanker - yang sudah tidak mampu menjalani rangkaian perawatan medis
o mengalami LELAH fisik yang tidak dapat diatasi lagi o PUTUS ASA menjalani pengobatan o timbul reaksi LABIL :mudah marah dan tersinggung o mengalami LUKA fisik dan batin o TAKUT menyongsong proses kematian
IDENTIFIKASI DAMPAK
PENGOBATAN
Melakukan proses tanya jawab mengenai kanker dalam diri pasien, jenis pengobatan yang sudah pernah dilalui dimana didukung dengan pemeriksaan klinis
Interrogation & Medical exam
PENETUAN JENIS TERAPI
PENETUAN JENIS TERAPI
Melakukan konsultasi jenis terapi yang sesuai dengan kondisi pasien dan pengarahan kepada keluarga pasien untuk memotivasi pasien mau mengikuti serangkaian kegiatan terapi
Family Counseling
Family Counseling
TERAPI (MULTI ASPEK)
Memberikan kegiatan-kegiatan yang mampu memperbaiki kondisi (bukan penyembuhan) dari semua aspek TOTAL SUFFERING (pain, physical symptoms,social,cultural,spiritual)
Pain Treatment (PAT)
Physical Therapy (PHYT)
Food Therapy
(FOT)
Spiritual Needs (SPIN)
Mental
Treatment (MET)
Social Needs
(SON)