sinusitis word sesa

Upload: desak-pramesti

Post on 09-Jan-2016

58 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

medical

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKASINUSITIS MAKSILARIS

DEFINISI Sinusitis merupakan inflamasi pada mukosa sinus paranasal (sinus frontalis, sinus sphenoidalis, sinus ethmoidalis dan sinus maksilaris).Sinusitis maksilaris merupakan inflamasi pada sinus maksilaris.

EPIDEMIOLOGIDi Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita sinusitis. Virus adalah penyebab sinusitis akut yang paling umum ditemukan. Namun, sinusitis bacterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotic. Sinusitis adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar.

ANATOMI SINUS MAKSILARIS Terletak di tulang maksila kanan dan kiri Sinus paling besar Atap : Dasar orbita Medial : Dinding lateral rongga hidung Dasar : Berbatasan dengan akar gigi geraham atas Ostium di meatus nasi medius

ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISIBeberapa factor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rhinitis, terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanin=ta hamil, polip hidung, hipertrofi adenoid pada anak, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio meatal (KOM), ingeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, dyskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik.Infeksi virus biasanya terjadi selama infeksi saluran nafas atas, virus yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus karena mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan mukosa hidung.Edema dan hilangnya funsi silia normal pada infeksi vurus menciptkaan suaru lingkungan yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri. Infeksi ini sering kali melibatkan lebih dari satu bakteri. Organisme penyebab sinusitis akut mungkin sama dengan penyebab otitis media. Yang sering ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun adalah Streptococcus pneumonia (30-50%), Haemophilus influenza (20-4-%), Moraxella catarrhalis (4%), bakteri anaerob Branhamella catrrhalis, Streptokokus alfa, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Selama fase akut, sinusitis kronik dapat disebabkan oleh bkteri yang sama seperti yang menyebabkan sinusitis akut.,Namun, karena sinusistis kronik biasanya berkaitan dengan drainase yang tidak adekuat ataupun fungsi mukosiliar yang terganggu, maka agen ingeksi yang terlibat cenderung oportunistuk dimana proporsi terbesar merupakan bakteri anaerob. Bakteri aerob yang sering ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus viridians, Haemophilus influenza, Neisseria flavus, Staphylococcus epidermidis, Sterptocuccus pneumonia, dan Eischerichia coli. Bakteri anaerob termasuk Peptosterptococcus, Corynebacterum, Bacteroides dan Veillonella. Infeksi campuran antar organisme aerob dan anaerob seringkali terjadi.Infeksi jamur kadang bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.

PATOFISIOLOGI

Radang mukosa cavum nasi

Obstruksi nasi

Ventilasi-drainage sinus terganggu

Sekret tertahan di sinus

Tekanan sinus menurun 20-30 mmH20

Peningkatan permeabilitas dinding sel

Transudasi cairan ke sinus (Hydrops ex vacuo)

penurunan pH dan kondisi hipoksia pada sinus

medium pertumbuhan bakteri patogen yang anaerob

Ciliary & epithelial damage

Penebalan lamina propria, mukosa sinus hipertrofi, polipoid, atau bahkan dapat membentuk polip / kista

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosilia di dalam KOM. Mucus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfunsi sebagi mekanisme pertahan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam rongga sinus yang enyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh dlam beberapa hari tanpa pengobatan.Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media bik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulent. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yairu hipertrofi polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.Perubahan patologik yang terjadi dalam mukosa dan dinding tulang sinus saat berlangsungnya peradaangan supuratid ialah seperti yang biasa terjadi dlalam rongga yang dilapisi mucus. Ada 4 tipe yang berbeda dari infeksi hidung sinus : kongestif akut, purulent akut, purulent kronik, dan hiperplastik kronik.Penyakit sinus supuratif kronik dapat diklasifikasikan secara mikroskopik sebagai :1) edematous, 2) granular dan infiltrasi, 3) fibrous, dan 4) campuran dari beberapa atau semua bentuk ini. Sering terjadi perubahan jaringan penunjang, dengan penebalan di lapisan subepitel. Penebalan ini di dalam struktur seluler terdiri dari timbunan sel-sel spiral, bulat, bentuk bintang, plasmosit, eosinophil dan pigmen.Perubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti dibawah ini, yang menunjukkan perubahan patologik pada umumnya secara berurutan:1. Jaringan submukosa diinfiltrasi oleh serum, degankan permukaannya kering. Leukosit juga mengisi rongga jaringan submukosa.2. Kapiler berdilatasi dan mukosa sangat menebal dan merah akibat edem dan pembengkakan struktur subepitel. Pada stadium ini buasanya tidak ada kelainan epitel.3. Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit keluar melalui epitel yang melapisi mukosa, kemudian bercampur dengan bakteri, debris epitel dan mucus. Pada beberapa kasus, perdarahan kapiler terjadi dan darah bercampur secret. Secret yang mula-mula encer dan sedikti kemudain menjadi kental dan banyak, karena terjadi koadulasi fibrin dari serum.4. Pada banyak kasus, resolusi dengan absorbs eksudat dan berhentinya pengeluaran leukosit memakan waktu 10-14 hari.5. Akan tetapi pada kasuslain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke tipe purulent, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Resolusi masih mungkin meskupun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan belum menetap. Kecuali proses segera berhenti, perubahan jaringan akan menjadi permanen, maka terjadi keadaan kronis. Tulang dibawahnya dapat memperlihatkan tanda otitis dan akan diganti dengan nekrosis tulang.Perluasan infeksi dari sinus ke bagian lain dapat terjadi : 1) melalui suatu tromboflebitis dair vena yang perforasi, 2) perluasan langsung melalui bagian sinus yang ulserasi atau nekrotik, 3) dengan terjadinya defek, 4) melalui jalur vaskuler dalam bentuk bacteremia.Pada sinusitis kronik, perubahan permukaan mirip dengan peradangan akut supuratif yang mengenai mukosa dan jaringan tulang lainnya. Bentuk permukaan mukpsa dapat granulasi berjonjot-jonjot, penonjolan seperti jamur, penebalan seperti bantal, dan lain-lain. Pada kasus lama terdapat penebalan hiperplastik. Mukosa dapat rusak pada beberapa tempat akibat ulserasi sehingga tampak tulang yang licin dan telanjang, atua dapat menjadi lunak atau kasar akibat karies. Pada beberapa kasus, didapati nekrosis dan sekuestrasi tulang atau mungkinini telah diabsorbsi. Pemeriksaan mikroskop pada bagian mukosa kadang-kadang memperlihatkan hilangnya epitel dan kelenjar yang digantikanoleh jaringan ikat. Ulserasi pada mukosa sering dikelilingi oleh jaringan granulasi, terutama juika ada nekrosis tulang. Jaringan granulasi data meluas ke perosteum, sehingga mempersatukan tulang dengan mukosa. Jika hal ini terjadi bagian superfisial tulang diabsorbsi sehingga menjadi kasar. Osteofit, atau kepingan atau lempengan tulang, yang terjadi akibat eksudasi plastic, kadang-kadang terbentuk di permukaan tulang.

DIAGNOSAANAMNESISGejala sinusitis : Obstruksi nasi Nyeri/rasa tekanan pada muka : Di daerah pipi sinusitis maxillaris Diantara atau di belakang kedua bola mata menandakan sinusitis ethmoid. Bisa juga menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung ditekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat. nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Nyeri pada daerah verteks, oksipital menandakan sinusitis sphenoid. Dapat juga menyebabkan sakit telinga dan sakit leher. Sakit kepala, yang timbul di hidung merupakan akibat adanya kongesti dan odem di osteunm sinus dan sekitarnya. Pada sinusitis sakit kepala lebih sering unilateral atau lebih terasa pada satu sisi atau meluas ke sisi lainnya dan akan meningkat jika membungkukan badan ke depan dan jika badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala akan menetap saat menutup mata, saat istirahat atau saat berada di kamar yang gelap. Sekret mukopurulen, dapat ke belakang menjadi post nasal drip Hiposmia/anosmia, akibat sumbatan pada fisura olfaktorius di daerah konka media. Oleh karena itu ventilasi pada meatus superior hidung menghilang. Gangguan telinga Febris/malaisePEMERIKSAAN FISIK Sedikit oedema pada pipi, palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti ada penelbalan ringan atau seperti meraba beludru. fossa canina sakit bila ditekan Sekret nasal, dapat berarti empyema dalam sinus. Rhinoskopi anterior : Vestibulum hiperemis, kadang ada sekret (+) Mukosa cavum nasi oedema, hiperemi adanya sekret mukopus pada meatus medius Rhinoskopi posterior : Sekret di nasofaring (post nasal drip)PEMERIKSAAN PENUNJANG Transiluminasi.Jika sinus normal, tiga hal harus diperhatikan 1) reflex pupil merah, 2) bayangan sinar bulan sabit yang sesuai dengan posisi kelopak mata bawah, dan 3) sensasi sinar dalam mata. Jika reflex pupil merah dan bayangan sinar bulan sabit tidak ada, antrum mungkin terena. Pemeriksaan Radiologik. Posisi rutin yang dipakai adalah posisi Waters, PA dan lateral. Posisi Waters terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi PA untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid. Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus paranasal adalah pemeriksaan CT Scan dengan potongan yang dipakai adalah koronal dan aksial. CT Scan merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Sinuskopi, pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop dimasukkan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau di fosa kanina. Dengan sinuskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus, bagaimana keadaan mukosa dan apakah mampu ostiumnya terbuka. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terpai. Pemeriksaan Mikrobiologik, dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus superior untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.

SINUSITIS MAKSILARIS Paling sering terjadi, karena : Infeksi modus Posisi sinus maksilaris paling rendah Drainage sulitSINUSITIS MAKSILLARIS AKUTRadang mukosa sinus yang berlangsung antara beberapa hr sampai dengan 4 minggu.Etiologi :Paling banyak modus infeksi adalah lewat :a. Rhinogenb. DentogenInsiden : laki = wanita dan merata pada semua umur.Gejala klinisSubjektif :Keluhan rhinitis / keluhan dentogenDemam, lesuNyeri di pipi dan kepalaIngus kental dan berbauObjektif : Inspeksi = odem dan hyperemiPalpasi = nyeri tekan fosa kaninaPerkusi = nyeri ketuk fosa kaninaRA = mukosa nasi odem, hyperemi, cavum sempit, mukopus (+) di meatus mediusRP = mukopus (+) meatus.medius, post nasal drip (+)Pemeriksaan penunjang :Transiluminasi = gelapFoto Waters = perselubungan, air fluid level

SINUSITIS MAKSILLARIS KRONIKDefinisi:Radang mukosa sinus yang berlangsung > 3 bulan, tanda radang akut (-).Patofisiologi :Perubahan yang terjadi pada mukosa sudah ireversibel .Gejala klinik : Subjektif : tidak jelas Objektif : Tidak seberat akut odem dan hiperemi pipi (-),RA : sekret mukopurulen (+) di meatus mediusRP : sekret mukopurulen (+) di meatus medius, post nasal drip (+)Pemeriksaan penunjang :Transiluminasi = gelapFoto Waters = perselubungan, air fluid level

TERAPITujuan terapi sinusitis : Mempercepat penyembuhan Mencegah komplikasi Mencegah perubahan menjadi kronikPrinsipnya : membuka sumbatan di Kompleks Osteo-meatal sehingga ventilasi dan drainage sinus-sinus pulih secara alami.Terapi konservatif : Dekongestan : efedrin 1% analgesik antipiretik umum : istirahat, makan lunakAntibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotic yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, steroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin deberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement terapi juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat. Irigasi sinus biasanya dilakukan 1x semingguIrigasi Sinus Maksola melalui ostium, dapat dilaksanakan melalui ostium antrum yang normal, dengan mempergunakan kanula antrum dari Pierce. Irigasi sinus maksilaris melalui prosesus alveolar, metode ini dapat digunakan pada kasus infeksi antrum yang terjadi akibat infeksi akar gigi dan mengakibatkan abses yang telah menyebabkan fistula melalui dasar antrum.Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.Kronis : obat tidak berguna, faktor penyebab dikoreksi.Pembedahan (sinusitis maksilaris) : Radikal (Caldwell-Luc); Non Radikal (BSEF). Tindakan operasi merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronis yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hamper semua jenis bedah sinus yang terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang erreversibel, polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.Penatalaksaan sinusitis adalah dengan menggunakan berbagai modalitas terapi, mulai dari terapi konservatif sampai irigasi dan pembedahan. Kebanyakan penderita sinusitis dapat diterapi dengan menggunakan konservatif dengan antibiotika dan dekongestan atau dengan tambahan short wave diatermi (SWD) atau low level laser terpai (LLLT). LLLT dilaporkan memounyai efek biomodulasi : mengurangi inflamasi, meningkatkan respon imunologis, mengurangi rasa nyeri serta mempercepat penyembuhan luka. SWD dikatakan efektif untuk sinusistis kronik karena membantu drainase sinus dengan membuka ostium sinus.Bedah intranasal sinus maksila. Irigasi antrum diperlukan untuk mengambil materi untuk kultur atau untuk menghindari tindakan bedah terhadap sinus. Jika ada proses kronis di daerah meatus medius dan rontgen sinus menunjukkan penebalan mukosa serta adanya eksudat, tindakan local seperti pengangkatan jaringan polip dan jaringan konka media atau irigasi antrum sedikit sekali artinya. Jika terapi konservatif tidak berhasil, maka ahli bedah harus mencari prosedur yang lebih tepat, agar terjadi drainase adekuat dan jika perlu mengangkat jaringan yang tidak sehat dari sinus.Irigasi nasoantral. Irigasi nasoantral kadang penting dalam terapi sinusitis maksila, yaitu jika ingin mengetahui apakah drainase sinus adekuat atau guna mengambil secret purulent untuk kultur dan uji sensitivitas. Hamper semua ahli THT lebih suka melakukan irigasi sinus maksila melalui meatus inferior. Jarum Lichtwitz yang lurus dan tipis dengan tumpuan untuk ibu jari dari Wolf merupakan alat terpilih. Meatus inferior dianalgesi dengan memasang tampos kapas yang dibasahi dengan kokain 4% atau tetrakain 2%. Larutan efedrin 1% dapat ditambahkan pada tetrakain. Tampon kapas ini diletakkan selama lebih kurang 15 menit. Jarum dimasukkan menembus dinding meatus inferior tepatnya 1cm dibelakang ujung anterior, diarahakan agak ke atas, diaspirasi kemudian diirigasi. Jika jarum berada di rongga sinus, harus ditemukan pus atau udara. Jika tidak ada, berarti jarum berada pada materi padat seperti neoplasma atau mukositis polipoid. Sinus kemudian diirigasi dengan larutan NaCl hangat dan tidak perlu memasukkan udara setelah irigasi karena dapat menyebabkan emboli udara setelah injeksi udara ke dalam sinus maksila.Fenestrasi intranasal dinding nasoantral. Meatus inferior dianalgesi dengan tampon kapas yang dibasahi dengan kokain 4% atau tetrakain 2% dan efedrin 1%. Tampon dibiarkan pada tempat tersebut selama 10-15 menit agar menganastesi dan mengecilkan mukosa sehingga meatus inferior tampak jelas untuk memperbaiki hemostasis.Konka inferior dielevasi kea rah superior dengan alat pipih yang pinggirnya licin, seperti elevator periostal besar atau disektor tonsil. Tidak ada bagian konka media yang diangkat. Dinding nasoantral dan konka inferior dilubangi dengan alat pembuat lubang atau hemostat bengkok yang tajam. Lubang diperlebar ke semua arah dengan busi atau cunam. Diameter sekurang-kurangnya 1,5-2 cm. penting untuk membuka dinding meatus inferior kea rah bawah sampai setinggi dasar hidung untuk mempermudah evakuasi isi rongga sinus. Rongga sinus kemudian diinspeksi secara langsung. Jika tampak penyakit yang irreversible, dibuat insisi Caldwell-Luc dan dilanjutkan dengan pembedahan antrum radikal.Biasanya pascabedah tidak perlu ditampon. Jika ada perdarahan yang mengganggu, daerah antrostomi ditampon dengan kasa 1 inci yang diberi iodoform dan dibasahi dengan petrolatum. Tampon ini diangkat pada akhir 24-48 jam. Pasien diawasi dengan cermat sampai ada perbaikan dari infeksi kroniknya.Bedah eksternal sinus maksila. Indikasinya adalah untuk pendekatan eksternal : 1) kegagalan antrostomi intranasal untuk menyembuhkan infeksi kronis; 2) jaringan polip mengisi antrum; 3) penyakit kistik antrum; 4) osteonecrosis; 5) diduga neoplasma sinus maksilaris; 6) adanya fistel oroantral dan 7) fraktru maksila dengan komplikasi.Teknik pembedahan radikal antrum (Caldwell-Luc). Pembedahan Caldwell-Luc dapat dilaksanakan dengan anestesi umum atau local. Jika dengan anestesi local, analgesi intranasal dicapai dengan menempatkan tampon kapas yang dibasahi kokain 4% atau tetrakain 2% dengan efedrin 1% diatas dan dibawah konka media. Prokain atau lidokain 2% dengan tambahan epinefrin disuntikkan di region fosa kanina. Suntika dilanjutkan ke superior untuk saraf infraorbital. Insisi horizontal dibuat di sulkus ginggivobukal, tepat di atas akar gigi. Insisi dilakukan di superior gigi taring dan molar kedua. Insisi menembus mukosa dan periosteum. Periosteum diatas fosa kanina dielevasi sampai kanalis infraorbitalis, tempat saraf infraorbita diidentifikasi dan secara hati-hati dilindungi.Pada dinding depan sinus dibuat fenestra dengan pahat, osteotomy atau alat bor. Lubang diperlebar dengan cunam pemotong tulang Kerrison, sampai jari kelingking dapat masuk. Isi antrum dapat dilihat dengan jelas. Pada saat ini kista atau tumor jinak dapat diangkat, dengan menggunakan bermacam-macam elevator, usahakan menghindari trauma pada mukosa normal. Jarang diperlukan untuk mengangkat seluruh mukosa yang melapisi antrum. Meskipun demikian jika tampaknya penyakit ireversibel, mukosa dengan mudah dapat dikeluarkan dengan menggunakan elevator, kuret dan cunam jaringan.Dinding nasoantral meatus inferior selanjutnya ditembus dengan trocar atau hemostat bengkok. Antrostomi intranasal ini diperlebar dengan cunam Kerrison dan cunam yang dapat memotong tulang ke arah depan. Lubang nasoantral ini sekurang-kurangnya 1,5 cm dan yang dipotong ialah mukosa intranasal, mukosa sinus dan dinding tulang. Telah diakui secara luas bahwa berbagai jabir mukosa untuk pembentukan jendela nasoantral tidak diperlukan.Setelah antrum diinspeksi dengan teliti agar tidak ada tampon yang tertinggal, insisi ginggivobukal ditutup dengan benang plain catgut 00. Biasanya tidak perlu memasang tampon intrasinus atau intranasal. Jika terjadi perdarahan yang mengganggu, kateter balon yang dapat ditiup dimasukkan ke dalam antrum melalui lubang nasoantral. Kateter dapat diangkat pada akhir hari ke-1 atau ke-2. Kompres es di pipi selama 24 jam pasca bedah penting untuk mencegah oedem, hematom dan perasaan tidak nyaman.

KOMPLIKASI Mukokel. Adalah suatu kista yang mengandung mucus yang timbul dalam sinus. Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mucus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, etmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Dengan demikian, kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapa menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya. Piokel. Adalah mukokel yang terinfeksi. Gejala piokel hamper sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat. Eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan berpenyakit serta memastikan suatu drainase yang baik, atau obliterasi sinus merupakan prinsip-prinsip terapi. Kelainan orbita : disebabkan oleh sinus paranasal yang letaknya berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering ialah sinusitis ethmoid, kemudian frontal dan maxillaris. Penyebaran infeksi terjadi melalui trombophlebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang timbul adalah : Edema palpebra Selulitis orbita Abses subperiostal Abses orbita Trombosis sinus kavernosusTerdapat 5 tahapan :1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus di dekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus seringkali merekah pada kelompok ini.2. Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.3. Abses subperiostal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.4. Abses orbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan orbita. Tahap ini disertai gejala sisa neuritis optic dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang terserang dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.5. Trombosis sinus kavernosus. Komplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus dimana selanjutnya terbentuk suatu tromboflebitis septic. Secara patognomonik, thrombosis sinus kavernosus terdiri dari oftalmoplegia, kemosis konjungtiva, gangguan penglihatan yang berat, kelemahan pasien dan tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf kranial II, III, IV, dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.Pengobatan komplikasi orbita dari sinusitis berupa pemberian antibiotic intravena dosis tinggi dan pendekatan bedah khusus untuk membebaskan pus dari rongga abses. Manfaat terapi antikoagulan pada thrombosis sinus kavernosus masih belum jelas. Pada kasus tromboflebitis septik, terapi antikoagulan hanya akan menyebarkan (diseminata) thrombus yang terinfeksi. Angka kematian setelah tombosis sinus kavernosus dapat setinggi 80%. Pada penderita yang berhasil sembuh, angka morbiditas biasanya berkisar 60-80%, dimana gejala sisa thrombosis sinus kavernosus seringkali berupa atrofi optic. Kelainan Intrakranial Meningitis akut. Infeksi dari sinus paranasal dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribiformis di dekat sistem sel udara etmoidalis. Abses ektradural / subdural. Adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna cranium, seringkali mengikuti sinus frontalis. Proses ini mungkin timbul lambat sehingga pasien mungkin hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intracranial yang memadai, mungkin tidak terdapat gejala neurologic lain. Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan araknoid atau permukaan otak. Gejala-gejala kondisi ini serupa dengan abses dura yaitu nyeri kepala yang membandel dan demam tinggi dengan tanda-tanda rangsangan meningen. Gejala utama tidak timbul sebelum tekanan intracranial meningkat atau sebelum abses memecah ke dalam ruang subarachnoid. Abses otak. Setelah sistem vena mukoperiosteum terinfeksi, maka dapat dimengerti bahwa dapat terjadi perluasan metastatic secara hematogen ke dalam otak. Namun, abses otak biasanya terjadi melalui tromboflebitis yang meluas secara langsung. Dengan demikian, lokasi abses yang lazim adalah pada ujung vena yang pecah, meluas menembus dura dan araknoid hingga ke perbatasan antara substansia alba dan grisea korteks serebri. Pada titik inilah akhir saluran vena permukaan otak bergabung dengan akhir saluran vena serebralis bagian sentral. Kontaminasi substansi otak dapat terjadi pada puncak suatu sinusitis supuratif yang berat, dan proses pembentukan abses otak dapat berkelanjutan sekalipun penyakit pada sinus telah memasuki tahap resolusi normal.Sedangkan pada sinusitis yang kronik berupa : osteomielitis sinus maxilla kelainan di paru : bronkitis kronik & bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis.

DAFTAR PUSTAKA

Soepardi, E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi 6. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

Boies, A. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, edisi 6. Jakarta : EGC. 1997.

Ballenger, J. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, jilid I, edisi 13. Jakarta : Binarupa Aksara. 1994.

5