sisi gelap perilaku wanita sebagai ide penciptaan …digilib.isi.ac.id/4313/8/jurnal.pdfthe dark...
TRANSCRIPT
SISI GELAP PERILAKU WANITA
SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS
JURNAL PENCIPTAAN KARYA SENI
Diajukan oleh:
Fredericus Darmawan Adhi Surya
NIM 1312411021
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
JURUSAN SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2019
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
1
SISI GELAP PERILAKU WANITA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS
THE DARK SIDE OF WOMEN’S BEHAVIOR AS THE IDEA OF CREATION OFPAINTING
Fredericus Darmawan Adhi SuryaInstitut Seni Indonesia YogyakartaNo.Telp : 089680647902Email : [email protected]
Abstrak
Dalam dunia seni, tema tentang wanita sudah sering dipergunakan, biasanya
sebagai objek atau figur utama. Tema wanita erat kaitannya dengan citra
(pencitraan), dan citra ini lebih mengacu pada simbol. Pencitraan wanita dalam
seni, khususnya seni rupa beraneka ragam, tergantung pada latar belakang
penciptaan karya tersebut. Selain simbol, pencitraan wanita juga mengacu pada
ekspresi wajah. Ekspresi wajah merupakan simbol dari pesan bahasa tubuh yang
diutarakan melalui ekspresi wajah.
Sisi gelap perilaku wanita merupakan sebuah keindahan yang nyeleneh atau
anti-mainstream (gaya hidup yang berbeda pada umumnya dan menarik). Berawal
dari hal tersebut, munculah ide/gagasan untuk memanifestasikan atau mewujudkan
sisi gelap perilaku wanita ke dalam bentuk nyata yang dapat dilihat mata berupa
karya seni dua dimensional, dengan menggunakan pendekatan dan perpaduan gaya
hias Art Nouveau dan Art Deco dari segi stilisasinya. Stilisasi dipadukan dengan
objek yang dideformasi dikombinasikan dengan simbol-simbol untuk memperkuat
makna. Stilisasi merupakan salah satu cara mendeformasi bentuk untuk
menyangatkan makna metafor, sehingga dapat termanifestasikan abstraksi ide
tentang sisi gelap perilaku wanita ke dalam karya lukisan
Kata Kunci : simbol, stilisasi, citra, ekspresi, manifestasi
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
2
Abstract
In the world of art, the theme about women has been used, usually as the
main object of figure. Women’s themes are closely related to image (imagery), and
this image refers more to symbols. The image of women in art, especially fine arts,
depends on the background of the creation the artwork. In addition to symbols,
women’s imagery also refers to facial expressions. Facial expressions are symbols
of body language messages that expressed through facial expressions.
The dark side of women’s behavior is an eccentric or anti-mainstream
beauty (a different lifestyle in general and interesting). Starting from this, there was
an idea to manifest the dark side of women’s behavior into a real form that could
be seen in the two-dimensional artworks, by using an approach and blend of Art
Nouveau and Art Deco decorative style. Stylization combined with deformed
objects with symbols to strengthen the meaning. Stylization is one way to deform
the form object to intensify the meaning of metaphor, so it can manifest the
abstraction of ideas about the dark side of women’s behavior into painting artworks.
Keywords : symbol, stylization, image, expressions, manifestation
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
3
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tema tentang wanita adalah yang dipilih dalam mencipta karya seni
lukis pada Tugas Akhir ini. Wanita adalah makluk ciptaan Tuhan yang
sangat misterius, dapat dibuktikan dengan melihat dunianya yang khas dan
dengan segala tingkah lakunya, ada sisi gelap dari perilaku wanita yang
menggoda dan unik untuk dikulik. Perilaku ini yang menimbulkan stimulan
dan memunculkan gagasan untuk berempati mengenai fenomena yang
terjadi kepada wanita lewat karya seni rupa (seni lukis).
Sebenarnya yang menyebabkan sisi gelap dari perilaku wanita
begitu penting untuk dijadikan ide dalam membuat karya seni pada tugas
akhir ini adalah berkaitan dengan sudut pandang dalam melihat sisi gelap
perilaku wanita. Menurut sudut pandang penulis hal tersebut merupakan
keindahan yang nyeleneh atau anti-mainstream (gaya hidup yang berbeda
pada umumnya dan menarik), sehingga berupaya ingin mengabstraksikan
atau memanifestasikan sisi gelap wanita yang mempunyai perasaan,
perilaku, dan kepribadian yang khas ke dalam wujud lukisan. Wanita punya
perasaan yang sulit ditebak, dalam sisi gelap perilakunya bisa diartikan
sebagai sebuah kemunafikan. Hal ini cukup sulit sebenarnya diwujudkan,
tetapi penulis mencoba untuk paling tidak memberi gambaran tentang sisi
gelap perilaku wanita, dikarenakan antara apa yang diucapkan, apa yang
dipikirkan, dan apa yang dirasakan semuanya bisa berbeda (tidak klop).
Sulit diidentifikasi manakah yang benar atau tidak hanya dengan menerka-
nerka dari fenomena yang terlihat.
Berlatar belakang tinggal di daerah yang notabene adalah kawasan
yang cukup dekat dengan lokalisasi prostitusi, di sebuah kota A di daerah
Jawa Tengah, sehingga mempunyai pemikiran yang cukup terpengaruh
dengan situasi sosial lingkungan sekitar. Dilingkungan tersebut tentu
banyak kaum wanita yang punya cara bergaul tidak sehat, namun tidak
semuanya seperti itu, hanya oknum tertentu saja. Akan tetapi oknum
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
4
tersebut menimbulkan dampak buruk, khususnya pada kaum wanita remaja
sampai dewasa.
Perilaku wanita tidak lepas dari tabir gelap yang menyelimuti
kehidupan mereka. Di dalam hal ini wanita yang dimaksud adalah wanita
remaja atau lebih tua kisaran umur dua puluh sampai tiga puluh lima tahun.
Hal ini merujuk pada problematika untuk mencari harta dan kepuasan batin.
Sumber dari problematika ini sebagian besar adalah keinginan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin “mencekik leher”. Banyak
wanita yang terjerumus dalam dunia kelam prostitusi karena salah
pergaulan, hal ini disebabkan kebanyakan dari mereka ‘dicekik’ oleh
keinginan memenuhi kebutuhan hidup di era modern ini yang semakin
meningkat tajam. Berdasarkan problem tersebut mulailah timbul perilaku-
perilaku negatif yang penuh kemunafikan yang menunjukkan sisi gelap
perilakunya.
Sisi gelap perilaku wanita yang terbilang masih abstrak ini menjadi
sebuah tantangan untuk diidentifikasi lebih lanjut. Diperlukan observasi
yang mendalam, kemudian terjun langsung ke tempat mereka beraktivitas
untuk bergaul secara intens, melakukan interaksi yang cukup sering
sehingga menimbulkan keakraban, lewat keakraban maka akan lebih mudah
mengetahui tentang pemikiran, isi hati, dan imbasnya pada perilaku wanita.
Langkah selanjutnya lalu melakukan kontemplasi (perenungan) agar bisa
mereka-reka atau mengimajinasikan bagaimanakah perilaku, pemikiran,
dan perasaan wanita. Melalui tahap-tahap itu niscaya muncul gambaran
yang dapat divisualkan ke dalam wujud yang terindra oleh mata.
Ketertarikan awal melukiskan sisi gelap kehidupan wanita berawal
dari pengalaman pribadi tentang bergaul dan mengamati aktivitas wanita
dan dalam gerak gerik langkahnya yang identik dengan keindahan.
Pengamatan ini berlangsung kurang lebih dua belas tahun di lingkungan
sekitar tempat tinggal yang notabene dekat dengan lokalisasi prostitusi.
Pengaruh lingkungan ini memengaruhi kepribadian wanita, mulai dari
kondisi jiwa (perasaan), pemikiran dan sikap (perilaku) wanita yang sangat
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
5
sulit dipahami, secara garis besar berbeda dengan laki-laki. Perbedaan
secara anatomis dan fisiologis menyebabkan perbedaan pula pada struktur
tingkah laku wanita. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa melukis figur-
figur wanita.
Sebenarnya, wanita secara alami telah memiliki daya tariknya
sendiri dimata laki-laki. Daya tarik secara alami ini yang mungkin dianggap
“sexy” atau biasa disebut sex appeal, ada beberapa daya tarik wanita yang
mengacu pada ide yang menjadi alasan untuk melukiskan figur-figur
wanita, antara lain daya tarik dari mata, senyuman dan lekuk tubuh. Salah
satu yang paling menggoda adalah lekuk tubuh wanita. Bagaimanapun juga
tidak dapat dipungkiri bahwa lekuk tubuh wanita adalah hal terindah untuk
dipandang dan dinikmati. Apalagi ditambah gestur dan ekspresi yang
memperkuat esensi dari daya tarik tersebut, maka dari itu sosok wanita
dapat dikulik lebih dalam.
Pengalaman sejak kecil sampai remaja sudah hidup di lingkungan
yang tidak jauh dari sosok wanita. Baik itu wanita dari dalam keluarga
maupun wanita dilingkungan sekitar tempat tinggal. Berlatar belakang
tinggal di daerah yang notabene adalah kawasan yang cukup dekat dengan
lokalisasi prostitusi, sehingga mempunyai pemikiran yang cukup
terpengaruh dengan situasi sosial lingkungan sekitar. Di lingkungan
tersebut tentu banyak kaum wanita yang punya cara bergaul tidak sehat,
namun tidak semuanya seperti itu, hanya oknum tertentu saja. Akan tetapi
oknum tersebut menimbulkan dampak buruk, khususnya pada kaum wanita.
Banyak hal tidak terduga dan tidak terkira dalam proses perjalanan
memahami tentang perilaku wanita. Banyak kepura-puraan, banyak
kepalsuan, namun ada pula yang berjuang dengan ketegaran dan senyuman
dibalik kesedihan untuk tujuan yang baik. Diantara beberapa uraian tersebut
ada manifestasi lain dari perilaku wanita, misalnya hanya dari ekspresi
muka. Dengan demikian cakupan tentang apa yang termanifestasi dari
fenomena terhadap wanita sangat beragam. Banyak perilaku terselubung
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
6
dan tersembunyi yang menarik untuk diungkap dari berbagai pengalaman
(problematika) atau dari aktivitas kesehariannya.
Berdasarkan dari pengamatan pada fenomena yang terjadi pada
wanita dan kaitannya dengan dunia seni, ada ketertarikan yang sangat besar
terhadap momen estetik tersebut, karena jika diamati dari sudut pandang
yang berbeda, sisi gelap wanita itu mungkin adalah salah satu keindahan
yang anti-mainstream. Banyak masalah-masalah tersembunyi dan hal-hal
menarik perhatian yang menjadi inspirasi dan kemudian menumbuhkan
daya imajinasi untuk menggambarkan sisi gelap dari perilaku wanita ke
dalam media yang mampu memanifestasikannya secara visual yaitu lukisan.
2. Rumusan Penciptaan
a. Sisi gelap perilaku wanita yang seperti apakah yang menarik untuk
ditampilkan dalam karya lukisan?
b. Bagaimana memanifestasikan sisi gelap perilaku wanita ke dalam karya
lukisan?
3. Tujuan
a. Sebagai media ekspresi untuk menuangkan nilai estetis yang disajikan
kepada para pecinta seni.
b. Untuk memvisualkan sisi gelap perilaku wanita yang dianggap
menarik ke dalam wujud lukisan.
B. KONSEP PENCIPTAAN
Di dalam dunia seni ide atau konsep tidak lepas dari emosi dan
imajinasi. Perlu kemampuan intelektual yang cukup tinggi untuk dapat
menghadirkan realitas dari ide yang didapat. Imajinasi dan emosi ini selanjutnya
harus direalisasikan agar orang lain dapat mengerti apa yang dimaksud.
H.Tedjoworo mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Imaji dan
Imajinasi, bahwa :
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
7
Berkaitan dengan intelek, ada satu kelebihan imajinasi yang perludiungkapkan di sini, ialah kemampuannya menghadirkan realitas. Kalauintelek adalah kemampuan untuk mengabstraksi, maka intelek danimajinasi adalah rangkaian dua kemampuan untuk menghasilkan suatuabstraksi yang “real”. (Tedjoworo, 2001:96).
Bicara tentang keterkaitan imajinasi dalam dunia seni rupa, imajinasi
merupakan suatu gambaran (citra) yang dihasilkan oleh otak seseorang. Oleh
karena itu, seni itu bukan hanya meniru alam atau realitas objektif saja,
melainkan perlu mempertimbangkan unsur-unsur seni itu sendiri misalkan
garis, warna, bidang, dan sebagainya.
Berawal dari imajinasi, ada hubungan erat antara seni rupa dan
imajinasi. Seni rupa dan imajinasi tidak dapat dipisahkan dan sangat erat
kaitannya satu sama lain. Hal ini dikarenakan tanpa imajinasi tidak akan ada
karya seni. Suatu karya seni dapat tercipta karena sudah melalui tahap imajinasi,
karena imajinasi merupakan awal mula terciptanya karya seni. Imajinasi pula
yang melatar belakangi seniman dalam berproses, dan imajinasilah yang
melahirkan ide dalam karya seni. Hal ini membuat sebuah korelasi, sehingga
hubungan seni dan imajinasi adalah imajinasi itu sebagai unsur pembentuk, dan
seni itu sendiri sebagai hasil dari karya yang terbentuk.
Imajinasi pada umumnya terbentuk berdasarkan kesan sesaat melihat
sebuah peristiwa yang menimbulkan kesan estetis yang unik. Kesan estetis
dapat diwujudkan dalam visual gambar secara metaforis (bersifat metafor;
majas perbandingan analogis). Istilah metafor menurut Charles S. Pierce adalah
ikon yang didasarkan atas similaritas (kemiripan) diantara objek-objek dari dua
tanda simbolis (Budiman, 2001:89). Pemetaforan objek dapat memperkuat
kesan dalam lukisan karena menimbulkan persepsi lain bagi orang yang
melihat. Hal ini disebabkan perbandingan objeknya punya kemiripan sifat
walaupun secara fisik objeknya diganti. M. Dahlan Al Barry mengatakan bahwa
metafora adalah bentuk majas perbandingan suatu benda dengan benda lainnya
yang mempunyai kemiripan sifat (Al Barry, 2007:98). Munculnya pemetaforan
itu sendiri tidak lepas dari kesan estetis yang berawal dari pengalaman.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
8
Di dunia seni, tema tentang wanita sudah sering dipergunakan. Biasanya
sebagai objek atau figur utama. Tema wanita erat kaitannya dengan citra
(pencitraan). Citra ini lebih mengacu pada simbol. Pencitraan wanita dalam
seni, khususnya seni rupa itu beraneka ragam, bergantung pada latar belakang
penciptaan karya tersebut.
Dalam karya lukis Tugas Akhir berjudul “Sisi Gelap Perilaku Wanita”,
wanita menjadi inspirasi dalam mencipta karya. Berawal dari ketertarikan
terhadap kehidupan wanita, kemudian lebih mengerucut ke sisi gelap (sisi
kelam) perilaku wanita. Wanita remaja sampai dengan yang dewasa
mempunyai perasaan dan perilaku yang sangat sulit untuk ditebak karena
kebanyakan wanita memiliki sifat yang tertutup kepada laki-laki dan sisi lain
dari kondisi emosionalnya yang bertolak belakang dengan perilaku yang
ditunjukkan. Perilaku-perilaku tersebut dapat berupa perasaan yang abstrak, hal
ini hanya dapat dirasakan secara kasat mata. Salah satu cara agar bisa
memvisualkan perasaan dan perilaku wanita adalah dengan
mengimajinasikannya menggunakan simbol metaforis sehingga muncul
gambaran yang bisa diabstraksikan ke wujud yang dapat dilihat mata. Dengan
demikian sisi gelap perilaku wanita yang menarik untuk digambarkan adalah
berkaitan tentang kondisi emosionalnya (ekspresi), perilaku gaya hidup
(gestur), dan sisi gelap kepribadiannya (munafik, serakah, egois, dan lain-lain)
dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku itu sendiri adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain saat
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya.
Berdasarkan aktivitas kesehariannya, wanita bisa disebut sebagai subjek
aktif. Subjek yang aktif itu diartikan sebagai pelaku dinamis, dengan segala
macam aktivitas kesehariannya dan pengalamannya (problematikanya). Maka
untuk mampu memahami semua kegiatan wanita, penulis melihat partisipasi
sosial wanita, lalu berusaha menjadikan pengalaman orang lain (wanita) sebagai
pengalaman empirik. Tentu tidak serta merta mengadopsi pengalaman tersebut
menjadi milik pribadi, namun memilah-milah dan mencoba meriilkan atau
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
9
memanifestasikannya (mewujudkan dalam bentuk nyata tentang sesuatu yang
bersifat abstrak), sehingga munculah ide dari tema tentang wanita.
Berawal dari aktivitas tersebut tentu akan menimbulkan ekspresi yang
berbeda-beda. Ekspresi wajah wanita bersifat tidak sadar, saat berhadapan
secara langsung dengan wanita bisa mengetahui tentang bagaimana kondisi
batinnya melalui ekspresi wajah. Ekspresi wajah mengutarakan sifat-sifat dari
si wanita tentang kejadian yang dialaminya. Ekspresi-ekspresi wajah tertentu
sebagai tanda universal bagi emosi spesifik. Menurut Marcel Danesi, ekspresi
wajah merupakan simbol dari pesan bahasa tubuh yang diutarakan melalui
ekspresi wajah (Danesi, 2012:58).
Bentuk visual yang berasal dari simbol-simbol tersebut diperkuat oleh
teori dari Susanne K. Langer, yaitu :
Simbol-simbol seni adalah satu dan utuh karena itu ia tidakmenyampaikan makna (meaning) untuk dimengerti, melainkan pesanuntuk diresapi terhadap makna. Orang hanya dapat mengerti, tetapiterhadap pesan dari seni, orang dapat tersentuh secara lemah dan secaraintensif. Di sini terdapat elastisitas yang luas terhadap peresapan itu.(Langer, 1987:177).
Simbol-simbol ini tidak bisa lepas dari ide (gagasan). Ide terkadang diilhami
dengan hanya melihat hal-hal yang ringan tanpa sengaja, namun langsung
menggerakkan emosi dari kenangan.
Emosi dan kenangan dapat diangankan sehingga termanifestasikan
objek baru yang memvisualkan perasaan dan perilaku wanita. Hasil dari
penggambaran dapat diproyeksikan langsung dalam lukisan sehingga orang lain
menjadi paham akan maksud yang ingin disampaikan.
Selain penggunaan simbol-simbol, penciptaan karya lukis bertema sisi
gelap perilaku wanita ini juga banyak menggunakan stilisasi yang merupakan
penggayaan bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk
ornamental (hiasan) yang dilakukan dengan cara pengurangan atau
penyederhanaan objek. Menurut Mikke Susanto stilisasi adalah salah satu
bentuk deformasi, tetapi lazimnya dikhususkan untuk menamai perubahan
bentuk dalam ornamentasi (Susanto, 2011:378). Selain itu stilisasi merupakan
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
10
cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara
menggayakan objek dan benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan
setiap kontur objek atau benda tersebut (kartika, 20014:42). Tujuan utama
stilisasi adalah memperindah atau sebagai penghias, namun dalam penciptaan
karya tugas akhir ini, penggunaan stilisasi berfungsi tidak hanya sebagai
penghias tetapi juga menyatu dengan objek utama sebagai suatu kesatuan cerita.
Stilisasi yang digunakan merupakan bagian dari simbol yang mendukung
gagasan yang ingin disampaikan di dalam lukisan.
Penggunaan stilisasi banyak memainkan bentuk-bentuk natural organik,
mengingatkan pada ornamen-ornamen serta karya ilustrasi pada masa
perkembangan seni dekoratif. Salah satu gaya stilisasi yang menjadi inspirasi
adalah gaya Art Nouveau.
Gaya Art Nouveau itu sendiri adalah suatu corak yang amat berpengaruh
dengan lingkungan luas, baik dalam seni lukis, seni ilustrasi, seni dekorasi,
kriya maupun desain. Di sisi lain pengaruh terhadap dunia seni rupa, ada pula
tujuan yang ingin disampaikan.
Hal lain yang memengaruhi penggayaan dalam karya lukisan bertema
sisi gelap perilaku wanita adalah Art Deco style. Walaupun tidak dominan
digunakan dalam lukisan, tetapi ada beberapa hal yang digunakan style-nya. Art
Deco adalah gaya hias (dekoratif) yang lahir setelah perang dunia I. Gaya Art
Deco merefleksikan teknologi modern dan dikarakterisasi dengan garis yang
lembut, rupa yang geometris dan efisien. Menurut Mikke Susanto Art Deco
merupakan sebuah kesadaran baru, dengan mengetengahkan karakter dekorasi
pola geometrik dan warna terang serta menggunakan material seperti enamel,
krom, kaca dan plastik (Susanto, 2011:34). Di sisi lain Art Deco juga
melambangkan gaya yang anggun, elegan, glamour, dan fungsional. Karya seni
visual (lukisan) di era Art Deco merupakan sesuatu yang unik. Terutama dari
garis-garisnya, garis-garis tebal yang padat yang kerap terdapat dalam lukisan
Art Deco melambangkan kekuatan dan ketahanan, serta kepercayaan pada
determinasi diri sendiri.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
11
Gaya hias yang diadopsi ke dalam karya tugas akhir bertema sisi gelap
perilaku wanita adalah lebih condong ke Art Nouveau style karena mayoritas
lukisan menggunakan stilisasi seperti era Art Nouveau, akan tetapi ada sedikit
yang menggunakan Art Deco style. Gaya hias ini erat kaitannya dengan simbol-
simbol yang bersifat metaforis yang kemudian menimbulkan sudut pandang
yang berbeda. Sudut pandang yang digunakan dalam karya-karya tugas akhir
ini mayoritas bersifat metaforis. Hal ini dapat dilihat dalam penggambaran
figur-figur wanita dan objek-objek yang memetaforkan makna yag lain, selain
itu penggambaran mimik muka atau ekspresi wajah yang dapat menipu makna.
Menipu makna digambarkan dengan ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan
kondisi semestinya. Dalam hal ini contoh visualnya mungkin diwujudkan
dengan gambar bermuka dua atau gambar ditambahi objek pendukung atau
menggunakan ikon-ikon tertentu untuk merepresentasikan maksud ”menipu
makna” sesungguhnya, misalkan menggunakan topeng; perisai.
Diungkapkan pula oleh Gregory G. Young tentang hal tersebut bahwa:
Perasaan sedih tidak ditunjukkan dalam ekspresi wajah. Ekspresinyaakan tetap netral, disertai sedikit senyuman. Ini dilakukan agar oranglain tidak melihat dirinya sedih. Sebab menurutnya, bila dia merasasedih, orang lain akan ikut merasakan sedih, dan ini tidak diinginkannya(Young, 2012:81).
Pada akhirnya berdasarkan referensi dan sumber-sumber terkait, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penciptaan Tugas Akhir ini berupaya
untuk memanifestasikan atau mewujudkan sisi gelap perilaku wanita ke dalam
bentuk nyata yang dapat dilihat mata berupa karya seni dua dimensional,
dengan menggunakan pendekatan dan perpaduan gaya hias Art Nouveau dan
Art Deco dari segi stilisasinya. Stilisasi dipadukan dengan objek-objek yang
dideformasi dikombinasikan dengan simbol-simbol untuk memperkuat makna.
Stilisasi merupakan salah satu cara mendeformasi bentuk untuk menyangatkan
makna metafor, sehingga dapat termanifestasikan abstraksi ide tentang sisi
gelap perilaku wanita ke dalam karya lukisan.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
12
Gb.1. Gambar Ilustrasi karya Ozabu (sumber: Instagram Ozabu diaksespada 26 Mei 2018, 13.19 WIB)
Gb.2. “Aqua Coloni” karya Gabriel Moreno (sumber: InstagramGabrielmorenoart, diakses pada 12 Mei 2018, 14.12 WIB)
C. PROSES PENCIPTAAN
1. Karya Acuan
Ada beberapa karya acuan yang digunakan sebagai inspirasi dalam
mencipta karya pada karya-karya tugas akhir ini, antara lain :
Karya Ozabu ini cukup menginspirasi dalam pembuatan figur
kepala disertai dengan penggabungan objek-objek yang penuh stilisasi.
Terutama hal yang diambil adalah penggambaran objeknya yang
bernuansa surealistik dengan ekspresi muka yang unik.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
13
Gb.5. Gambar ilustrasi karya James Jean(sumber: Instagram jamesjeanart, diakses pada
4 Oktober 2016, 14.05 WIB)
Gb.4. Lukisan karya James Jean (sumber:Instagram jamesjeanart, diakses pada 14
Oktober 2017, 13.05 WIB)
Karya Gabriel Moreno memberi andil cukup besar dalam karya-
karya tugas kahir ini karena secara figur ekspresi wajah wanita dan sulur-
sulur rambutnya sangat menginspirasi dan digunakan dalam pembuatan
lukisan. Terutama lukisan yang menggunakan figur tunggal dan simpel.
Karya Ermambang ini menginspirasi dari stilisasinya yang berasal
dari bentuk-bentuk seperti tanaman (daun, bunga, bahkan ada yang seperti
kulit kayu). Stilisasi ini berguna karena mayoritas karya tugas akhir ini
menggunakan stilisasi dalam pembuatan objek dan elemen-elemen
pendukung lainnya sehingga menjadi satu-kesatuan lukisan.
Gb.3. “The Beauty of The Beast” oleh Ermambang Bendung W, (sumber:www.indoartnow.com, diakses pada 29 Mei 2018, 15.12 WIB)
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
14
Karya James Jean juga salah satu yang sangat menginspirasi dalam
karya tugas akhir ini. Pose figur wanita banyak terinspirasi dari karya James
Jean. Hal tersebut menjadi hal yang cukup dominan, selain pose figur dan
objek-objek pendukung yang kuat dengan gaya hias (stilisasi) yang
memengaruhi lukisan pada tugas akhir ini. Bahwasanya tidak dapat
dipungkiri James Jean menjadi idola penulis, oleh karena itu kemungkinan
secara figur pose akan punya kemiripan namun tetap berbeda secara
visualnya karena mulai dari teknik, bentuk, warna, komposisi, bahkan ruang
pun sudah berbeda pada perwujudannya.
2. Proses Pembentukan
Sebuah karya seni dapat tercipta karena adanya sebuah proses
pembentukan. Berawal dari ide atau gagasan yang timbul dari latar belakang
permasalahan, kemudian tercipta konsep yang berupa abstraksi suatu ide, yang
dinyatakan dengan kata-kata atau simbol tertentu. Konsep tersebut
dimanifestasikan menjadi wujud karya seni lewat proses pembentukan yang
membutuhkan alat, bahan, teknik pembuatan, dan tahap-tahap visualisasi karya.
Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut tentang bagian-bagian tersebut :
a) Bahan
1. Cat Akrilik
Zat pewarna yang digunakan dalam proses penciptaan karya seni
pada Tugas Akhir ini adalah cat akrilik. Cat Akrilik adalah cat dengan
kandungan pigmen pewarna emulsion akrilik berbahan campuran air yang
bersifat transparan dan plakat. Produk cat akrilik yang digunakan yaitu cat
Mowilex dan Galeria.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
15
2. Kanvas
Kanvas adalah landasan dasar lukisan yang biasanya berasal dari
kapas, misalnya cotton duck canvas, meskipun mungkin juga digunakan
untuk istilah bahan alami lainnya (rami, linen), atau kain sintesis seperti
polyester.
Kain kanvas yang digunakan adalah kanvas dengan serat yang halus
dan pori-pori yang agak kecil karena pada proses melukis menggunakan
berkali-kali teknik arsir sehingga kanvas permukaannya halus.
b) Alat
1. Kuas
Kuas yang digunakan memiliki berbagai ukuran karena perbedaan
fungsi kuas dalam melukis. Kuas yang digunakan adalah kuas merk V-tec
yang berbulu halus. Hal ini bertujuan untuk mempermudah detail dengan
Gb. 7. Kanvas, 2018 (sumber: dok. Ramadhyan Putri Pertiwi)
Gb. 6. Cat akrilik, 2018 (sumber: dok. Fredericus Darmawan)
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
16
menggunakan kuas yang berbulu halus. Kuas yang besar berguna dalam
proses blocking, sementara kuas kecil digunakan saat memberikan detail.
2. Drawing Pen
Drawing pen merupakan salah satu alat utama dalam membuat, hal
ini dikarenakan 90% cara yang digunakan adalah drawing manual pada
kanvas (menggambar manual).
3. Pensil
Pensil digunakan untuk membuat sketsa objek lukisan pada kanvas.
Gb.8. Kuas, 2017 (sumber: dok. Nanang Sarifudin)
Gb.9. Drawing pen, 2018 (sumber: dok. Fredericus Darmawan)
Gb.10. Pensil, 2018 (sumber: dok. Fredericus Darmawan)
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
17
Gb.11. Brush pen, 2018 (sumber: dok. Fredericus Darmawan)
4. Brush Pen
Brush pen digunakan untuk memberi gradasi gelap terang dan
pemberi bayangan pada objek gambar.
5. Pisau Palet
Digunakan untuk mengaduk cat dan juga alat bantu untuk membuat
background lukisan (kesan tekstur semu) dan meratakan cat. Palet yang
digunakan memiliki ukuran bermacam-macam
c) Teknik
1. Teknik menggambar manual
Merupakan teknik menggambar secara manual pada kanvas.
Tahapan yang dilakukan berawal dari sketsa objek, langsung didetail dan
dibentuk dengan mengarsirnya sampai terwujud bentuk objek yang
diharapkan. Teknik ini punya beberapa macam, namun yang dominan
digunakan, yaitu teknik arsir, teknik blocking, teknik dussel dan teknik
Gb.12 .Pisau Palet, 2017 (sumber: dok. Ramadhyan Putri Pertiwi)
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
18
aquarel. Terkadang ditambahkan sedikit teknik pointilis untuk membuat
detail objek.
2. Teknik transparan
Teknik ini diterapkan untuk membuat background lukisan
berkesan tekstur semu dan agak halftone, mungkin seperti bercak-bercak
atau kesan kabut (asap) dan memperkuat kesan suasana kekelaman.
3. Teknik kerok
Teknik ini digunakan untuk membuat objek-objek tertentu, objek
yang ingin ditonjolkan, misalnya: topeng, tengkorak, bagian tubuh figur
wanita, sulur-sulur bunga dan sebagainya. Fungsinya untuk menambah
kesan estetis dan memberikan kesan tekstur semu yang keras.
d) Tahap Pematangan Ide
1. Observasi
Observasi merupakan tahap yang penting, karena berawal dari
observasi bisa memperoleh data dan fakta yang akurat sebagai sumber ide
dalam mencipta karya. Kegiatan ini penulis cukup berperan aktif, yaitu
dengan cara berinteraksi (bergaul), mengawasi dan mengamati atau
memperhatikan perilaku wanita, pola pikirnya dan aktivitas kesehariannya
yang berkaitan dengan sisi gelap perilakunya.
2. Berpikir
Akal pikiran adalah hal terpenting dalam mencipta karya. Perlu
mengembangkan daya pikir mencari persoalan yang akan diekspresikan
dalam karya.
3. Kontemplasi
Kontemplasi atau perenungan perlu untuk untuk merenungkan
persoalan secara lebih detail agar karya yang tercipta dapat maksimal.
4. Inkubasi atau pengeraman ide
Inkubasi meliputi pencarian ide, pencarian objek-objek yang
menginspirasi secara visual, observasi ini untuk menemukan figur-figur
wanita yang cocok untuk dijadikan model lukisan, selain itu untuk mencari
bentuk-bentuk yang menjadi objek pendukung, misalnya bentuk organik
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
19
yang ada di dekitar seperti bentuk flora dan fauna sebagai objek pendukung
(bagian dari penggayaan) dalam lukisan.
5. Latihan teknis
Latihan ini sebagai pemanasan guna memahirkan tangan, selain itu
juga untuk mencoba-coba material yang digunakan dalam proses kreatif.
e) Tahap visualisasi
1. Persiapan ( Preparation)
Merupakan tahap menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
dalam proses melukis. Alat dan bahan tersebut berupa kanvas, berbagai
macam kuas, cat, palet, air bersih untuk mencuci kuas, dan kain lap.
Kanvas yang digunakan merupakan hasil dari pemasangan kain kanvas
dan proses plamir yang dilakukan sendiri. Menyiapkan alat dan bahan
yang akan dipergunakan untuk melukis.
2. Perencanaan karya
Membuat gambar rancangan (sketsa) pada kertas.
3. Proses pengerjaan
Memindahkan sketsa dari kertas ke bidang kanvas. Setelah sketsa
selesai langsung didetailkan objek-objeknya, menggunakan teknik arsir
dan dussel sampai selesai. Teknik arsir menjadi yang paling dominan
dalam mencipta karya pada Tugas Akhir ini. Akan tetapi dalam
menyempurnakan lukisan tentu membutuhkan beberapa teknik-teknik
lain, seperti teknik blok, teknik aquarel, teknik gosok (dussel), teknik
transparan dan teknik pointilis. Terkhusus teknik transparan untuk
membuat kesan tekstur semu. Selain itu menggunakan juga teknik kerok
untuk membuat detail keras pada objek-objek tertentu, dan teknik
transparan juga digunakan untuk membuat kesan-kesan bercak dan tekstur
semu pada background. Berikut ini adalah beberapa gambar tahap
pengerjaan lukisan :
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
20
Gb.13. Tahap 1. Sketsa karya (sumber:dok.Fredericus Darmawan,
2017)
Gb.14. Tahap 2. Pembentukan objekdan pewarnaan, (sumber: dok.Fredericus Darmawan, 2017)
4. Finishing Touch
Sentuhan akhir setelah karya jadi adalah menambahkan detail obyek
seperlunya. Akan tetapi justru saat proses finishing terkadang muncul
improvisasi objek untuk menambah kesan estetis. Terkadang diberi
tambahan aksentuasi warna abu-abu (kecoklatan, kebiruan, atau
kemerahan) agar tercapai harmoni, sehingga kesan yang ingin
disampaikan lewat sisi kelam (sisi gelap) dapat tersampaikan.
Gb.15. Tahap 3. Pewarnaan objeksudah jadi (sumber: dok.Fredericus
Darmawan, 2017)
Gb.16. Tahap 4. Karya sudah jadi, namunbelum finishing touch. (sumber: dok.
Fredericus Darmawan, 2018)
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
21
Gb.17. Finishing touch dan ditambahkan sedikitimprovisasi detail bentuk. (sumber: dok.
Fredericus Darmawan, 2018)
5. Evaluasi Karya (Evaluation)
Setelah karya dirasa sudah selesai, maka ditinjau kembali untuk
melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada karya. Tanda tangan
dibubuhkan di pojok kanan atau kiri bawah lukisan sebagai tanda
lukisan telah selesai. Evaluasi karya juga dilakukan dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan saran dan kritik agar diketahui
kelebihan dan kekurangan pada lukisan.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa seorang seniman dalam membuat karya seni dapat
berdasarkan pada pengalaman pribadi serta kesan yang muncul dari pengalaman
tersebut. Berdasarkan dari pengamatan pada fenomena yang terjadi pada wanita
dan kaitannya dengan dunia seni, ada ketertarikan yang sangat besar terhadap
momen estetik tersebut, karena jika diamati dari sudut pandang yang berbeda,
sisi gelap wanita itu mungkin adalah salah satu keindahan yang “nyeleneh” atau
anti-mainstream.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
22
Sesuai dengan temanya tentang sisi gelap wanita, maka lukisan
diwujudkan secara deformatif; dengan pola dekoratif (stilisasi), menggunakan
teknik menggambar (arsir, blok, aquarel, dan kerok) dan menggunakan nuansa
surealistik untuk menampakkan sisi kelamnya. Pada karya Tugas Akhir ini
penggunaan warna hitam putih sangat dominan dalam lukisan, hal ini bertujuan
untuk memperkuat visualisasi sisi gelap perilaku wanita. Warna hitam dan putih
ini adalah bentuk rasa empati terhadap persoalan wanita yang menyangkut
perilaku dan kondisi emosionalnya yang menjadi inspirasi dalam melukis.
Kebentukan dalam lukisan ini adalah secara figuratif yang didominasi dengan
gaya hias stilisasi dan penambahan simbol-simbol metaforis untuk memperkuat
makna dalam lukisan.
Stilisasi di sini perannya cukup krusial dan dominan karena dapat
memunculkan kesan dan makna estetis yang lebih dalam. Hal ini dikarenakan
stilisasi merupakan salah satu cara mendeformasi bentuk untuk menekankan
makna metafor, sehingga dapat termanifestasikan abstraksi ide tentang sisi
gelap perilaku wanita ke dalam karya lukisan.
Ada dua capaian yang ingin diwujudkan dalam penciptaan karya Tugas
Akhir ini, yaitu capaian visual dan capaian gagasan. Capain visual yang ingin
diwujudkan adalah berupaya menampilkan lukisan figuratif-dekoratif yang
cenderung bernuansa surealistik dan berwarna monokrom. Perwujudan karya
menggunakan teknik-teknik menggambar dan dipadukan dengan stilisasi
ArtNouveau dan Art Deco. Kemudian capaian gagasan yang ingin diwujudkan
adalah berupaya memanifestasikan sisi gelap perilaku wanita (bersifat abstrak)
ke dalam wujud nyata yang dapat dilihat mata yaitu berupa lukisan.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
23
E. KEPUSTAKAAN
Al Barry, M. Dahlan., Kamus Bahasa Ilmiah, Arkola, Surabaya 2007.
Ar-Rifa’i, Muhammad Najib, Kecantikan antara Mitos dan Realita, KhalifahPublication, Pustaka Thariqul Izzah, cetakan I, Yogyakarta, 2003.
Budiman, Kris., Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, Jalasutra,Yogyakrta, 2011.
Danesi, Marcel., Pesan, Tanda, dan Makna, Jalasutra, Yogyakarta, 2012.
Dewidar, Khaled M., Art Noveaux Style (1890-1910), Diktat Kuliah ArchitectureArt, Ain Shams University of Cairo, Egypt, 2017
Fakih, Mansour., Analisis Gender & Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2013.
Grange Books Team., ART DECO, Quantum Publishing , London, 2000.
Kartika, Dharsono Sony & Nanang Ganda Perwira., Pengantar Estetika, RekayasaSains, Bandung, 2014.
Langer, Susanne K., Manusia Multi Dimensi : Sebuah Renungan Filsafat,Gramedia, Jakarta, 1987.
Marianto, Dwi., Surealisme Yogyakarta, Merapi Rumah Penerbit, Yogyakarta,2001.
Poerwodarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1976.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi., Nirmana, Jalasutra, Yogyakarta, 2010.
Sartre, Jean-Paul., Psikologi Imajinasi, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta,2000.
SP, Soedarso., Tinjauan Seni : Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni, Saku DayarSana, Yogyakarta, 1987.
Sugianto, Wardoyo., Pengetahuan Bahan Seni Lukis, Diktat Kuliah pada ProgramStudi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 1998.
Susanto, Mikke., “Abstraksi Valasara”, Katalog Pameran Tunggal Made WigunaValasara Marshalling Lines and color, Galeri Canna 22 Januari- 4 Februari 2009.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta
24
_____________ ., Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa, Kanisius, Yogyakarta,2002.
Tedjoworo, H., Imaji dan Imajinasi, Kanisius, Yogyakarta, 2001.
Tim Penyusun., Ensiklopedia Nasional Indonesia, Cipta Adi Pustaka, Jakarta,1991.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa., Kamus Besar Bahasa Indonesia, BalaiPustaka, Jakarta, 2005.
Wirjodirdjo, Budhihardjo., “Ide Seni”, dalam Jurnal Sani edisi April, STSRI“ASRI” Yogyakarta, 1983.
Young, Gregory G., Membaca Kepribadian Orang, Think, Yogyakarta, 2012.
Yuliman, Sanento., Sebuah Pengantar: Seni Lukis Indonesia Baru, DewanKesenian Jakarta, Jakarta, 1976.
UPT Perpustakaan ISi Yogyakarta