sistem informasi geografis posko bencana alam · cetakan tahun 2005 karangan jay heizer dan barry...
TRANSCRIPT
-
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN POSKO
BENCANA ALAM (studi kasus : Daerah Kabupaten Bantul)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Informatika
Oleh :
Kristina Novita Dewi
NIM : 035314022
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
-
GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM TO DETERMINE
DISASTER CAMP (a case study at Bantul Region)
A Thesis
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
to Obtain the Sarjana Teknik Degree
in Department of Informatics Technology
Created by :
Kristina Novita Dewi
NIM : 035314022
DEPARTMENT OF INFORMATICS TECHNOLOGY
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2008
-
iv
PERSEMBAHAN
Menjalani Hidup Semaksimal Mungkin
“Aku telah mengalami banyak pengalaman sulit dalam hidupku, dan hampir-hampir tak
sanggup mengatasi rintangan-rintangan yang menghalanngi jalanku. Tapi pengalaman-
pengalaman ini membuatku banyak belajar. Kalau aku mesti mengulangi kembali seluruh
hidupku, aku takkan mengubah hal sekecil apa pun. Apa-apa yang telah kupelajari amat
sangat berharga.”
Keterwujudan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lupa akan dukungan
dan semangat dari berbagai pihak yang telah mendukung saya yaitu
Orangtua yang terlebih ibuku yang selalu mendukungku
Dan juga teman-teman seangkatan 2003 yang mendukungku
Skripsi ini juga saya dedikasikan untuk kenangan almarhum papa
-
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Mei 2008
Penulis
(Kristina Novita Dewi)
-
vi
ABSTRAK
Terjadinya gempa beberapa waktu yang lalu di daerah Yogyakarta dengan
kerusakan terparah pada daerah Bantul, membuat banyak pihak bersimpati.
Pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus bertindak cepat dengan mendirikan
posko bencana alam. Karena kurang terencananya proses pendirian posko
menyebabkan posko-posko yang didirikan kurang menjangkau penduduk pada
suatu wilayah tertentu. Dari peristiwa tersebut penulis ingin membuat sistem
informasi untuk penentuan posko bencana alam. Posko bencana alam ini berupa
posko bantuan konsumsi, dan merupakan posko distribusi langsung satu
kecamatan satu posko.
Untuk menentukan letak posko bencana alam ini digunakan suatu metode
dari disiplin ilmu manajemen operasi yaitu Metode Pusat Gravitasi (Center Of
Gravity Method). Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang
digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan meminimalkan
biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi area, jumlah barang
yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya pengiriman untuk menemukan
lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.
Seandainya letak posko hasil Metode Pusat Gravitasi tidak terletak di
pemukiman digunakan ET Tool’s. ET Tool’s merupakan patch/extension
tambahan yang disediakan oleh ArcView selaku software yang digunakan untuk
membuat peta.
-
vii
ABSTRACT
Earthquake disaster that happen in the past in Jogjakarta with the biggest
damage in Bantul region made many side felt sympathy. Region and central
government must react fast by building disaster camp. Because the lack
coordination of building disaster camp make all the disaster camp that has been
built is unreachable by local native. That’s way writer wants to make an
information system that could determine the location of disaster camp. This
disaster camp specified to consumptions and direct distribution single camp in one
district.
To determine the location of disaster camp used Center Of Gravity
Method which is a method from operation management. The Center Of Gravity
Method is mathematics technique that will use to find center distribution location
which will minimize distribution cost. This method concern distance, amount of
things that will be sent to the area and delivery cost to find the most suitable
location for a center distribution.
If the result location from Center Of Gravity Method is not in the
civilization, than will be use ET Tool’s. ET Tool’s is an extra patch/extension that
provide by ArcView as software for making map.
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem Informasi
Geografis Penentuaan Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus
Kabupaten Bantul. Selama proses penulisan skripsi, banyak hal yang penulis
alami, baik suka maupun duka, yang telah membantu penulis lebih berkembang
sebagai pribadi yang utuh.
Tentunya keberhasilan menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran
berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh sebab itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ibu Agnes Maris Polina, S.Kom., M.Sc., selaku Kepala Program Studi
Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Albertus Agung Hadhiatma, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing
Skripsi.
4. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Dosen Pembimbing
Akademik Program Studi Teknik Informatika Angkatan 2003 Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Orang tua dan saudara penulis yang selama ini mendukung dan memberi
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
-
ix
6. Teman-teman penulis Marcellia Kusuma Suwardi, Heni Pratiwi, Ratih
Maharani, Antonia Isti, Mbak Niken dan teman-teman yang selalu ada
mendengarkan keluhan penulis Dea, Ina, dan teman-teman senasib
sepenanggungan Akko, dan Albert ‘Pakde’, dan juga Adri yang telah
banyak membantu.
7. Teman-teman Teknik Informatika angkatan 2003.
8. Teman-teman dari fakultas geografi UGM yang telah banyak mengajari
dan membantu.
9. Teman-teman gereja yang telah memberikan dukungannya melalui doa,
terutama teman-teman dari Komisi Anak yang selalu menanyakan tentang
perkembangan skripsi.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala perhatian, bantuan, dukungan, dan semangat yang
semua pihak berikan kepada penulis mendapat berkah dari Tuhan yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, segala masukan, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan
pengembangan pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat
sebagaimana mestinya bagi penulis dan pembaca sekalian.
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….…………..i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………….………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………….…………………..iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………….…………………...iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….………………………..v
ABSTRAK …………………………….………………………………………...vi
ABSTRACT………………………….……………………………………….....vii
KATA PENGANTAR ………………….……………………………………...viii
DAFTAR ISI …………………………….……………………………………….x
DAFTAR GAMBAR ..…………………….………………….………………...xiii
DAFTAR TABEL .……………..……………………………….…………….....xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………..………………………….…1
1.1 Latar Belakang Masalah ……..……………………………………1
1.2 Rumusan salah.…………………………………………………....3
1.3 Batasan Masalah ..…………………………………………..……..4
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan ..……………………………..……4
1.5 Metodologi Penulisan ..………………………………………..…..5
1.6 Sistematika Penulisan ..………………………………………..…..6
BAB II LANDASAN TEORI ..…………………………………………………...8
2.1. Pengertian SIG..................................................................................8
2.1.1. Konsep Dasar SIG .................................................................8
2.1.2. Pengertian SIG ......................................................................8
2.1.3. Subsistem SIG .......................................................................9
-
xi
2.1.4. Komponen SIG ....................................................................10
2.1.5. Tahapan Pekerjaan SIG .......................................................11
2.1.6. Analisis Data Spasial SIG ...................................................12
2.2. Metode Pusat Gravitasi ..................................................................14
2.3. Visual Basic ....................................................................................21
2.3.1. Tipe Data Visual Basic ........................................................22
2.3.2. Variabel ...............................................................................23
2.3.3. Konstanta .............................................................................25
2.3.4. Operator ...............................................................................25
2.4. ArcView..............................................................................................30
2.4.1. Digitasi.................................................................................31
2.4.2. Membuat Project..................................................................36
2.4.3. Pengenalan Script Avenue ..................................................37
2.4.4. Pemrograman Script Avenue ..............................................38
2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic ........................44
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM …………………..….…48
3.1. Analisa Sistem …………………………………….………………...48
3.1.1. Menentukan Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi……...50
3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Terdekat ………53
3.2. Perancangan Sistem .………………………………………………..55
3.2.1. Use Case .……………………………………..…….……..60
3.2.2. Diagram Berjenjang ……………..………………..………62
3.2.3. Context Diagram ……………………………...….…….…62
3.2.4. Overview Diagram Level 0 .………………….…….….…63
3.2.5. Overview Diagram Level 1 Proses 1 .………….…..……..63
-
xii
3.2.6. ER Diagram .……………………………………………...64
3.2.7. Perancangan Tabel Database .…………………………….64
3.3. Perangkat Lunak Yang Digunakan .………………….……………..65
3.4. Perancangan Menu Antarmuka ..……………………………………67
3.4.1. Perancangan Input ..……………………………………….67
3.4.2. Perancangan Output ..……………………………………..68
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM .…………………………………………..70
4.1. Implementasi Dialog ………………………………………………..70
4.1.1. Aplikasi Dalam visual Basic……….... ……………………71
4.1.2. Aplikasi Dalam Arcview ..…….………….……….……….76
4.2. Langkah-Langkah Menjalankan Aplikasi ..…………………...…….83
4.2.1. Menjalankan Aplikasi SIG dalam VB……………..….…….83
4.2.2. Menjalankan Aplikasi SIG dalam ArcView…....………..…84
4.3. Implementasi Program……………………………..………………102
4.3.1. Pembuatan Aplikasi Dalam Visual Basic 6.0......................102
4.3.2. Pembuatan Aplikasi Peta Dalam ArcView..........................116
4.3.3. Tahap Mengkoneksikan VB dengan ArcView....................137
4.4. Analisa Hasil………………..……………………………………...141
4.4.1. Kelebihan Sistem ……….………………...…..…..…..…..143
4.4.2. Kekurangan Sistem ……….……………………………….144
4.4.3. Analisa Untuk Pengembangan Sistem …………………….144
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………..146
5.1. Kesimpulan ……………………………..…………………….…...146
5.2. Saran ……………………………………………………….………146
DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………...148
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel (2-1) : Tabel Permintaan Quain’s Discount Department Stores.................16
Tabel (2-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak...................................18
Tabel (2-3) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak....................................18
Tabel (2-4) : Tabel Tipe Data dan Karakter yang dipakai....................................21
Tabel (2-5) : Tabel Tipe Data Dan Range Nilai....................................................22
Tabel (2-6) : Tabel Operator Aritmatika...............................................................25
Tabel (2-7) : Tabel Operator Pembanding............................................................26
Tabel (2-8) : Tabel Operator Logika.....................................................................26
Tabel (2-9) : Tabel Operator Logika Not..............................................................27
Tabel (2-10): Tabel Operator Logika And.............................................................27
Tabel (2-11): Tabel Operator Logika Or................................................................28
Tabel (2-12): Tabel Operator Logika Xor..............................................................28
Tabel (2-13): Tabel Operator Logika Eqv.............................................................28
Tabel (2-14): Tabel Operator Logika Imp.............................................................29
Tabel (3-1) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real..........................50
Tabel (3-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real...........................51
Tabel (3-3) : Tabel Kecamatan.dbf.......................................................................63
Tabel (3-4) : Tabel Kelurahan.dbf........................................................................64
Tabel (3-5) : Tabel Posko.dbf...............................................................................64
Tabel (3-6) : Tabel Data user.dbf..........................................................................64
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Telah diketahui bahwa telah terjadi bencana alam pada hari Sabtu,
27 Mei 2006 berupa gempa bumi berkekuatan 5,9 skala ritcher yang telah
meluluhlantahkan sebagian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah sehingga menghadirkan polemik pasca bencana alam. Terutama bagi
pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Bantul, yang sedang dalam posisi
tidak siap menghadapi suatu bencana. Dan ketidaksiapan dalam menghadapi
bencana tersebut membuat segala sesuatu berjalan tanpa perencanaan yang
panjang dan matang, bersifat pasif dan tergesa-gesa. Dan hal ini berlangsung
hingga beberapa hari sampai minggu walaupun telah mendapatkan instruksi
dari Presiden. Sehingga terdapat masalah dalam penanganan pasca bencana.
Diantaranya dalam penentuan letak posko yang merupakan bahan penelitian
dari tugas akhir ini.
Dengan adanya peristiwa bencana alam tersebut membuat penulis
ingin membuat sistem yang dapat digunakan untuk menentukan letak posko
seandainya terjadi lagi bencana alam seperti gempa pada kabupaten Bantul
tersebut. Dan sistem yang dibuat nanti diharapkan juga bisa diterapkan untuk
wilayah lain yang mengalami peristiwa bencana alam tersebut.
Untuk menentukan dimana sebaiknya letak posko didirikan dengan
daerah studi kasus wilayah Kabupaten Bantul digunakan suatu metode dari
-
2
disiplin ilmu Manajemen Operasi yaitu Center-Of-Gravity-Method (Metode
Pusat Gravitasi). Alasan memilih metode ini karena dari literatur Buku
“Operations Management”, Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh Buku Satu,
cetakan tahun 2005 karangan Jay Heizer dan Barry Render dinyatakan
“Metode Pusat Gravitasi merupakan sebuah teknik matematis yang digunakan
untuk menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal
yang melayani beberapa toko atau daerah”. Kondisi ini sangat mirip dengan
studi kasus yang diambil penulis pada daerah Kabupaten Bantul. Yaitu
pendirian posko tunggal pada tiap-tiap kecamatan yang melayani beberapa
kelurahan. Pertimbangan lokasi yang paling baik menurut penulis, yaitu:
Dengan menggunakan Metode Pusat Gravitasi, untuk mencari titik
optimal yang dapat dijangkau semua penduduk dalam suatu area misal
(kelurahan) dengan mempertimbangkan jumlah penduduk pada tiap
kelurahan, dan koordinat titik kelurahan. Yang dimaksudkan dengan titik
lokasi optimal adalah jumlah keseluruhan jarak dari tiap penduduk di
lokasi pemukiman ke posko mempunyai nilai yang minimal.
Mudah diakses, dengan pertimbangan letak posko dekat dengan jalan.
Pertimbangan Peta Tata Guna Lahan, Peta Administrasi, Peta Jalan,
untuk melakukan pengolahan data dengan SIG. Peta Tata Guna Lahan
meliputi : hutan, hutan rakyat, kompleks angkatan udara, pemukiman,
sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta Tata Guna Lahan digunakan
untuk melihat letak pemukiman pada tiap-tiap area, karena penyebaran
pemukiman yang tidak merata pada tiap-tiap area.
Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang
digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan
-
3
meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi
area, jumlah barang yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya
pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.
Pendirian posko tunggal pada tiap kecamatan didasarkan pada Surat
Bupati Bantul Nomor 361/2554 Tanggal 29 Mei 2006 perihal Pernyataan
Bencana Alam Gempa Bumi; yang menyatakan “Pada masa tanggap darurat
seluruh bantuan masyarakat yang diterima dan disalurkan melalui SATLAK
sebagian besar didistribusikan melalui kecamatan. Hal ini terkandung
maksud untuk lebih mendekatkan kepada para korban/pengungsi”. Sehingga
penulis juga menggunakan pernyataan tersebut untuk membuat asumsi
bahwa letak posko pada tiap kecamatan sudah mendekatkan bantuan kepada
para korban/pengungsi. Posko dalam pelayanan gempa ini merupakan posko
distribusi tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko dan
merupakan posko untuk bantuan konsumsi sehingga penentuan letak posko
menitikberatkan kepada faktor jumlah penduduk, sehingga penulis
menggunakan metode pusat gravitasi yang menggunakan titik berat jumlah
permintaan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana menentukan lokasi posko pada tiap kecamatan dengan
menggunakan: Metode Pusat Gravitasi (Center-Of-Gravity-Method) yang
merupakan suatu metode pada disiplin ilmu manajemen operasi. Juga
memperhatikan : Peta Tata Guna Lahan, Peta Jalan, dan Peta Administrasi
yang diolah dengan Sistem Informasi Geografis.
-
4
1.3. Batasan Masalah
Mengingat ruang lingkup penelitian mengenai penentuan lokasi
posko bencana alam ini cukup luas sehingga penelitian ini hanya dibatasi
pada :
1. Memetakan lokasi-lokasi untuk mendirikan posko pelayanan gempa
bukan dari posko yang telah ada.
2. Menggunakan studi kasus bencana alam yang terjadi pada Wilayah
Kabupaten Bantul.
3. Posko pelayanan gempa yang didirikan merupakan posko distribusi
tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko.
4. Posko pelayanan gempa yang didirikan meruapakan posko
pendistribusian bantuan konsumsi, sehingga menitikberatkan pada
jumlah penduduk sebagai faktor pertimbangan pendirian posko.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat dari penulisan tugas akhir yang berjudul “Sistem
Informasi Geografis Posko Bencana Alam dengan Studi Kasus Wilayah
Kabupaten Bantul” ini adalah :
1. Dapat membantu Pemerintah Daerah dan SATLAK penanggulangan
bencana nasional maupun daerah untuk menentukan letak posko
sendainya terjadi lagi bencana gempa seperti yang dialami di
Kabupaten Bantul. Dan dapat mengimplementasikan teori analisis SIG
yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan keputusan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian
-
5
dalam salah satu kasus objek nyata yaitu pada penentuan posko
bencana alam dengan studi kasus wilayah Kabupaten Bantul.
1.5. Metodologi Penulisan
Penulisan sistem ini memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Analisa :
Wawancara dengan pihak instansi atau pemerintah yang terkait.
Pengumpulan data-data yang ada pada instansi atau pemerintah.
Pembuatan data peta analog menjadi data peta digital di dalam
ArcView.
Melakukan proses browsing dan querying, dan menganalisa data
geografis dari data peta digital.
Mengintegrasikan dengan avenue selaku bahasa pemograman yang
digunakan untuk mengcustomize dan mengembangkan aplikasi yang
dibuat dengan perangkat ArcView.
Pembuatan Use Case, Diagram Berjenjang, dan Context Diagram.
b. Disain Sistem :
b.1. Desain sistem untuk aplikasi visual basic :
o Pembuatan disain input / output dan penggunaan ER untuk
membuat disain database aplikasi di visual basic. Database akan
dibuat dalam Microsoft Access 2000.
o Pembuatan form-form untuk aplikasi Visual Basic
b.2. Desain Sistem untuk aplikasi ArcView :
o Penerapan Metode pusat gravitasi di dalam software ArcView.
-
6
o Penggunaan ET Tools untuk menentukan lokasi posko agar
berdekatan dengan jalan.
b.3. Menggabungkan aplikasi program di ArcView dengan program
dalam Visual Basic. Dimana program di ArcView akan bertindak
sebagai server dan program di visual basic akan bertindak sebagai
client.
c. Implementasi Sistem dan Pengujian Sistem
Pembuatan program berdasarkan data-data yang dikumpulkan serta
metodologi yang digunakan untuk pembuatan sistem dan melakukan
pengujian terhadap program yang dibuat.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini dengan susunan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metodologi,
dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bagian ini berisi tentang pengertian Sistem Informasi Geografis
disertai aplikasi pendukung lain seperti ArcView dan Visual Basic
dan dasar ilmu yang digunakan untuk menentukan lokasi yaitu
Metode Pusat Gravitasi.
Bab III Analisa Sistem dan Perancangan Sistem
-
7
Pada bagian ini akan berisi tentang sistem yang akan dibuat serta
langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam pembuatan
sistem tersebut.
Bab IV Implementasi Sistem
Pada bagian ini akan berisi mengenai pembuatan sistem dan cara
kerja sistem serta analisa dari sistem yang telah dibuat.
Bab V Penutup
Pada bagian ini akan berisi tentang kesimpulan dan saran.
-
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian SIG
2.1.1. Konsep Dasar SIG
Data yang merepresentasikan dunia nyata (real world) dapat disimpan,
dimanipulasi, diproses, dan direpresentasikan dalam bentuk yang lebih
sederhana dengan layer-layer tematik yang direlasikan dengan lokasi-
lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dipergunakan untuk
pemecahan banyak masalah-masalah dunia nyata seperti dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian.
2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Geografis
Merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa,
dan menghasilkan data yang mempunyai referensi geografis atau lazim
disebut data geospatial, yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber
daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainya.
ESRI (Environment System Research Institute), 1990, mendefinisikan
SIG sebagai suatu sistem yang terorganisir dan terdiri atas perangkat keras
komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang
secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update,
-
9
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi
yang bereferensi geografi.
2.1.3. Subsistem SIG
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka SIG dapat diuraikan
dalam beberapa sub-sistem, yaitu:
a. Input
Merupakan tahap persiapan dan pengumpulan data spasial, dan
attribute dari berbagai sumber. Dalam tahap ini juga dilakukan
konversi data analog ke format digital yang sesuai.
b. Manipulasi
Penyesuaian terhadap data masukkan untuk proses lebih lanjut,
misalnya : penyamaan skala, pengubahan system proyeksi, generalisasi
dan sebagainya.
c. Manajemen Data
Menggunakan Database Management System (DBMS), untuk
membantu menyimpan, mengorganisasi, dan mengolah data.
d. Query
Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer, berfungsi untuk
memberikan informasi untuk analisis, dan memperoleh data yang
diinginkan.
e. Analisis
Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi
baru. Dengan pembuatan model scenario “What if”. Salah satu fasilitas
-
10
analisis yang banyak digunakan adalah analisis tumpang susun peta
(overlay).
f. Visualisasi
Penyajian hasil berupa informasi baru atau basis data yang ada baik
dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk Hardcopy seperti dalam
bentuk : peta, tabel, grafik, dan lain-lain.
2.1.4. Komponen SIG
SIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat
fungsional dan jaringan. Komponen SIG terdiri dari :
a. Perangkat keras (hardware)
Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat keras yang bekerja
sebagai : pemasukan data, pemrosesan data, penyajian hasil, dan
penyimpanan (storage).
b. Perangkat lunak
Software SIG harus memiliki spesifikasi sebagai :
merupakan Database Management System (DBMS)
fasilitas untuk input dan manipulasi data geografis
fasilitas untuk query, analisis, dan visualisasi.
Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah
akses fasilitas yang ada.
c. Data
Data SIG atau disebut data geospatial dibedakan menjadi data grafis
(geometris) dan data attribute (data tematik). Data grafis mempunyai
tiga elemen : titik (node), garis(arc), dan luasan/ area(polygon), dalam
-
11
bentuk bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi,
ukuran, bentuk, posisi, dan arah. 7(tujuh) fenomena geografis yang
dapat diwakili dalam titik, garis, dan polygon/area, yaitu:
o data kenampakan (feature data)
o unit area(area unit)
o jaringan topologi
o catatan sampel
o data permukaan bumi
o label/ teks pada data
o simbol data
d. Sumberdaya Manusia
Teknologi SIG menjadi sangat terbatas kemampuanya jika tidak ada
sumberdaya yang mengelola sistem dan mengembangkan untuk
aplikasi yang sesuai. Pengguna dan pembuat sistem harus saling
bekerja sama untuk mengembangkan teknologi SIG.
2.1.5. Tahapan pekerjaan SIG
Analisis data spasial dalam SIG berdasarkan tahapan yang dimulai dari
desain basisdata sampai pada tahapan output yang menghasilkan suatu
informasi baru hasil penggunaan teknik manipulasi dan analisis SIG
berdasarkan variabel-variabel masukan sesuai dengan metode yang telah
ditentukan dan penelusuran kembali untuk memperoleh informasi baru
dari proses pengolahan data dan penyusunan basis data SIG. Tahapan
pekerjaan SIG meliputi :
desain database
-
12
input data spasial
memperbaiki/ editing dan membuat topologi
input data attribute
memanage dan memanipulasi data
analisis data
penyajian hasil analisis.
2.1.6. Analisis Data Spasial SIG
Analisis SIG dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi analisis spasial dan
attribute yang dilakukan, serta kemampuan memberi jawaban-jawaban atau
solusi yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
a. Kemampuan menjawab pertanyaan konseptual
SIG diharapkan mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut :
What is at…? (pertanyaan lokasional; apa yang terdapat pada lokasi
tertentu)
Where is it…? (pertanyaan kondisional; lokasi apa yang mendukung
untuk kondisi/ fenomena tertentu)
How has it changed…? (pertanyaan kecenderungan;
mengidentifikasi kecenderungan atau peristiwa apa yang terjadi)
What is the pattern…? (pertanyaan hubungan; menganalisa
hubungan keruangan antar objek dalam kenampakan geografis)
What if…? (pertanyaan berbasiskan model; kecocokan lahan, resiko
terhadap bencana, dll, berdasarkan pada model)
Which is the best way…? (pertanyaan route optimum)
b. Kemampuan fungsi analisis
-
13
Fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan secara umum terdapat dua
jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis
attribute (basis data attribute).
Fungsi analisis spasial meliputi :
pemanggilan data
generalisasi
abstraksi
manipulasi koordinat
buffer
overlay dan dissolve
pengukuran (measurement)
grid
model medan digital (digital elevation model)
Fungsi analisis attribute mencakup :
membuat basis data baru
menghapus basis data
membuat tabel basis data
menghapus tabel basis data
mengisi dan menyisipkan data (record) kedalam tabel (insert)
membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis data
(retrieve)
mengubah dan mengedit data yang terdapat di dalam tabel basis data
(update, edit)
menghapus data dari tabel (pack)
-
14
Fungsi aplikasi
Terdapat 4 kemampuan aplikasi penginderaan jauh dan system informasi
geografis, yaitu:
Pengukuran (measurement)
Pemetaan (mapping)
Pemantauan (monitoring)
Pembuatan Model (modeling)
2.2. Metode Pusat Gravitasi ( Center-Of-Gravity Method)
Metode Pusat Gravitasi sebuah teknik matematis yang digunakan untuk
menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal yang
melayani beberapa toko atau daerah. Metode ini merupakan teknik matematis
yang digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan
meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi
pasar, jumlah barang yang akan dikirim ke pasar tersebut, dan biaya
pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.
Langkah awal metode pusat gravitasi adalah menempatkan lokasi pada suatu
sistem koordinat. Proses ini akan diilustrasikan pada Contoh 1. Titik asal
sistem koordinat dan skala yang digunakan keduanya memiliki sifat berubah-
ubah, selama jarak relatif(antar lokasi) dinyatakan secara tepat. Hal ini dapat
dikerjakan dengan mudah dengan menempatkan titik-titik pada peta biasa.
Pusat gravitasi ditentukan dengan persamaan (2-1) dan (2-2):
-
15
Koordinat-x pusat gravitasi = Persamaan (2-1)
∑ dixQii
∑ Qii
Koordinat-y pusat gravitasi = Persamaan (2-2)
∑ diyQii
∑ Qii
Di mana dix = koordinat-x lokasi i
Di mana diy = koordinat-y lokasi i
Qi = kuantitas barang yang dipindahkan ke atau dari lokasi i
Perhatikan bahwa Persamaan (2-1) dan (2-2) mengandung istilah Qi yang
merupakan banyaknya pasokan yang dipindahkan ke atau dari lokasi i.
Karena jumlah kontainer yang dikirim setiap bulan mempengaruhi biaya,
maka jarak tidak dapat menjadi satu-satunya kriteria utama. Metode pusat
gravitasi mengasumsikan bahwa biaya secara langsung berimbang pada jarak
dan jumlah yang dikirim. Lokasi yang ideal adalah lokasi yang meminimalkan
jarak berbobot antara gudang dan toko ecerannya, di mana pembobotan jarak
dilakukan sesuai dengan jumlah kontainer yang dikirim.
Contoh 1 :
Perhatikan kasus Quain’s Discount Department Stores, yang merupakan rantai
dari empat toko outlet besar sejenis Target. Toko perusahaan ini terletak di
-
16
Chicago, Pittsburgh, New York dan Atlanta; mereka sekarang dipasok dari
sebuah gudang tua yang tidak lagi memadai di Pittsburgh, tempat toko
pertama yang dibuka dari rantai tersebut. Data tingkat permintaan setiap outlet
ditunjukkan pada Tabel 2.1
Lokasi Toko Jumlah Kontainer yang Dikirim
Chicago 2.000
Pittsburgh 1.000
New York 1.000
Atalanta 2.000
Tabel 2.1. Permintaan untuk Quain’s Discount Department Stores
Perusahaan telah memutuskan untuk menemukan lokasi “pusat” untuk
membangun sebuah gudang baru. Lokasi toko sekarang diperlihatkan pada
Gambar 2.1. Sebagai contoh, lokasi 1 adalah chicago, dan dari Tabel 2.1 dan
Gambar 2.1, didapatkan:
d1x = 30
d1y = 120
Q1 = 2000
-
17
Gambar 2.1. Lokasi Koordinat dari Empat Quain’s Department Stores dan Pusat
Gravitasi
Dengan menggunakan data pada tabel 2.1 dan Gambar 2.1 untuk setiap kota,
dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat gravitasi:
Koordinat-x pusat gravitasi =
(30)(2.000)+(90)(1.000)+(130)(1.000)+(60)(2.000) 400.000
2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 66,7
Koordinat-y pusat gravitasi =
(120)(2.000)+(110)(1.000)+(130)(1.000)+(40)(2.000) 560.000
2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 93,3
30
60
90
120
North - South
30 60 90 120 150Titik asal yangberubah-ubah
Timur Barat
Chicago (30,120)
Pusat Gravitasi(66,7 . 99,3)
New York(130,130)
PittsBurgh (90, 110)
Atalanta (60,40)
-
18
Lokasi (66,7 , 93,3) ini ditunjukkan dengan tanda bulat abu-abu dalam Gambar
2.1. Dengan melapisi gambar ini dengan peta Amerika maka ditemukan lokasi ini
di bagian tengah negara bagian Ohio. Perusahaan dapat mempertimbangkan
Columbus, Ohio, atau kota yang berada disekitarnya sebagai lokasi yang tepat
untuk dijadikan sebagai gudang baru.
Penerapannya dalam kasus penentuan letak posko untuk Kabupaten Bantul,
penulis mengambil contoh Kecamatan Pandak.
Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan
Caturharjo 11.542
Triharjo 10.773
Gilangharjo 15.852
Wijirejo 10.654
Tabel 2.2 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak
Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat
Pandak Caturharjo
Wijirejo
Gilangharjo
Triharjo
(420483 , 9.122250)
(423136 , 9.126680)
(422432 , 9.123940)
(421618 , 9.123580)
Tabel 2.3. Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak
-
19
Gambar 2.2. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak
Dengan menggunakan data pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 dan gambar 2.2. untuk
setiap kelurahan, dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat
gravitasi:
Koordinat-x pusat gravitasi =
(420483)(11.542)+(423136)(10.654)
+(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508
11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945
Koordinat-y pusat gravitasi =
(9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)
+(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440
11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 9.124060
-
20
Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak
Gambar 2.3. Letak Posko Kecamatan Metode Pusat Gravitasi
Dengan mengaktifkan theme kelurahan, maka ditemukan lokasi ini di bagian
kelurahan Triharjo.
Gambar 2.4. Letak Posko Kecamatan Pada Kelurahan Triharjo
2.3. Visual Basic
-
21
Microsoft visual basic menyediakan prasarana yang dapat
dipergunakan secara cepat dan mudah menciptakan aplikasi komputer
dengan antar muka berbasis visual di lingkungan windows, dan telah
menyediakan objek-objek bantu pemrograman yang lengkap dan teruji
untuk mendukung konsep RAD (Rapid Aplication Development).
Alasan memakai VB, karena VB tidak memerlukan pemrograman
khusus untuk menampilkan jendela(windows), dan cara penggunaannya juga
berbasis visual seperti aplikasi windows lainnya, misalnya untuk mengatur
besarnya jendela cukup dengan mendrag form yang tersedia dengan mouse
sehingga diperoleh ukuran yang dikehendaki.
2.3.1. Tipe Data Visual Basic
Setiap variabel yang dideklarasikan memiliki tipa data, jika tidak tipe
datanya variant. Tipe data sangat erat hubungannnya dengan variabel,
karena tipe data menentukan range data yang dapat dilayaninya dan memori
yang digunakannya. Dalam perangkat lunak visual basic terdapat tipe data
sebagai berikut:
Tabel 2.4. Tipe Data dan Karakter yang dipakai
Tipe Memori Yang Dipakai Karakter
Integer 2 Byte %
Long 4 Byte &
Single 4 Byte !
Double 8 Byte #
Currency 8 Byte @
-
22
String 1 Byte per karakter $
Byte 1 Byte
Boolean 2 Byte
Date 8 Byte
Object 4 Byte
Variant 16 Byte + Byte per
karakter
Tabel 2.5. Tipe Data dan Range Nilai (Jangkauan)
Tipe Range
Integer -32768 s/d 32767
Long -2147483648 s/d 2147483647
Single Negatif : -3.402823E38 s/d -1.401298E-45
Positif : 1.401298E-45 s/d 3.402823E38
Double Negatif : -1.79769313486232E308s/d -4.94065645841247E
-324
Positif : 4.94065645841247E-324 s/d 1.79769313486232E-
308
Currency -922337203685477.5808 s/d 922337203685477.5807
String 0 s/d 2 Milyar karakter (95/97 & NT) dan
0 s/d sekitar 65535 karakter (versi 3.1)
Byte 0 s/d 255
Boolen True (Benar) atau False (salah)
Date 1 Januari 100 s/d 31 Desember 9999
-
23
Object Referensi objek
2.3.2 Variabel
Variabel adalah tempat menampung data sementara.
a. Deklarasi Variabel
1. Deklarasi secara eksplisit
Deklarasi dengan cara eksplisit menggunakan kata kunci kata DIM, dan
diikuti jenis datanya pada awal prosedur. Sebagai contoh :
Dim Nim As IntegerDim Nama_Siswa As String + 30
2. Deklarasi secara implisit
Deklarasi dengan cara implisit dapat dilakukan pada waktu memberi
data (assignment operator) dengan tanda sama dengan (=), dan
menggunakan simbol jenis data tertentu. Contoh :
Nama_Siswa$=”Kristina”Uang_Kuliah&=600000
b. Variabel Global dan Variabel Lokal
1. Variabel Global
Variabel Global adalah variabel yang ruang lingkupnya dapat dibaca
pada semua program aplikasi yang mendeklarasikannya. Cara
mendeklarasikan pada bagian declaration modul, tidak dapat
dideklarasikan pada level procedure. Contoh :
Public Z As Byte
2. Variabel Lokal
-
24
Variabel lokal adalah variabel yang ruang lingkupnya hanya dapat
dibaca pada procedure di tempat variabel tersebut dideklarasikan.
Contoh: variabel X, Y dideklarasikan pada procedure
CmdAwal_Click(). Artinya variabel X, Y hanya dikenal pada procedure
CmdAwal_Click().
Private Sub Cmdwal_Click()Dim X As ByteDim YAs ByteX = InputBox(“Nilai X?”)Y = InputBox(“Nilai Y?”)Z = X + YText1.Text = ZEnd Sub
2.3.3. Konstanta
Pada waktu mendeklarasikan kontanta, dapat digunakan karakter tipe data
atau tidak menggunakan. Konstanta tidak dapat diubah nilainya. Contoh
konstanta :
Const p=5Const Logo$=”Cv. Noornet”
Berikut ini adalah aturan dalam pemberian nama variabel dan konstanta.
Karakter pertama berupa huruf
Tidak boleh menggunakan spasi (blank)
Panjang nama maksimal 40 karakter
Tidak menggunakan kunci kata (keyword/reserved words) yang dipakai
oleh visual basic
2.3.4. Operator
Operator adalah simbol yang sering dipakai dalam ekspresi yang berguna
untuk menghubungkan variabel. Ada beberapa jenis operator, yaitu:
-
25
a. Operator Penugasan
Operator penugasan dipakai untuk memasukkan nilai ke variabel.
Bagian kiri (Left value) adalah yang menerima nilai, sedangkan bagian
kanan (Right Value) dapat berupa nilai data, variabel atau ekspresi.
Bentuk umum operator penugasan sebagai berikut :
=
Contoh: X=10
b. Operator Aritmetika
Operator aritmetika adalah operator yang dipakai untuk operasi aritmetika.
Hal yang perlu diperhatikan dari operator ini adalah hirarki (tanda operator
mana yang lebih dahulu dikerjakan). Operator ini memiliki hirarki lebih
tinggi dibandingkan operator pembanding dan operator logika. Berikut ini
tabel operator aritmetika yang disusun sesuai dengan hirarkinya.
Operator Operasi
^ Pemangkatan
- Tanda Negatif
* , / Kali dan Bagi
\ Bagi Integer (pembagian bilangan bulat)
Mod Modulus (Sisa Bagi)
+ , - Tambah dan Kurang
+ , & Penggabungan tipe data karakter
Tabel 2.6. Operator Aritmatika
c. Operator Pembanding
Operator pembanding adalah operator yang dipakai untuk
membandingkan ekspresi satu dengan yang lain. Ekspresi dapat berupa
-
26
nilai data, variabel, atau ekspresi. Dari pembandingan menghasilkan nilai
logika (boolean). Nilai logika berupa True (benar) atau False (salah).
Berikut ini tabel operator pembanding.
Operator Operasi
= Sama dengan
Tidak sama dengan
< Lebih kecil
> Lebih besar
= Lebih besar atau sama dengan
Like Mempunyai ciri yang sama
Is Sama referensi Objek
Tabel 2.7. Operator Pembanding
d. Operator Logika
Operator logika adalah operator yang berisi ekspresi logika yang
menghasilkan nilai logika (boolean). Nilai logika berupa True (benar) atau
False (salah). Berikut ini tabel operator logika.
Operator Keterangan
Not Kebalikan /Tidak (nagasi)
And Dan
Or Atau
Xor Exclusive Or
Eqv Equivalen
Imp Implikasi
-
27
Tabel 2.8. Operator Logika
Operator Logika Not
Operator logika Not dipakai untuk membalik (nagasi) nilai logika.
Ekspresi Hasil
Not True False
Not False True
Tabel 2.9. Operator Logika Not
Operator Logika And
Operator logika And akan menghailkan true, jika semua kondisi ekspresi
bernilai true, akan tetapi jika sebaliknya, akan menghasilkan false.
Ekspresi Hasil
False And False False
False And True False
True And False False
True And True True
Tabel 2.10. Operator Logika And
Operator Logika Or
Menghasilkan true apabila salah satu dari kondisi ekspresi bernilai true.
Ekspresi Hasil
False Or False False
False Or True True
True Or False True
-
28
True Or True True
Tabel 2.11. Operator Logika Or
Operator Logika Xor
Operator logika Xor akan menghasilkan true apabila sebelah kiri operator
berbeda dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.
Ekspresi Hasil
False Xor False False
False Xor True True
True Xor False True
True Xor True False
Tabel 2.12. Operator Logika Xor
Operator Logika Eqv
Operator logika Eqv akan menghasilkan true apabila sebelah kiri operator
sama dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.
Ekspresi Hasil
False Eqv False True
False Eqv True False
True Eqv False False
True Eqv True True
Tabel 2.13. Opearator Logika Eqv
Operator Logika Imp
Operator Logika Imp akan menghasilkan false apabila sebelah kiri
operator bernilai true dan sebelah kanan operator bernilai false.
Ekspresi Hasil
-
29
False Imp False True
False Imp True True
True Imp False False
True Imp True True
Tabel 2.14. Operator Logika Imp
2.4. ArcView
ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem
Informasi Geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI.
Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik basisdata
spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geogafis, dan
sebagainya.
ArcView dalam operasi rutinnya secara default membaca,
menggunakan, dan mengolah data spasial dengan format yang disebut
sebagai shapefile. Format yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh ESRI
ini digunakan untuk menyimpan informasi-informasi atribut dan geometri
non topologi features spasial di dalam sebuah kumpulan data. Geometri
feature ini disimpan sebagai shape yang terdiri dari sekumpulan koordinat-
koordinat vektor. Shapefile dapat mendukung representasi berbagai features
baik titik (point), garis (line), maupun area(poligon). Data atribut disimpan
dalam format perangkat lunak DBMS Dbase. Setiap record, memiliki relasi
one to one terhadap feature data spasial yang bersangkutan.
Shapefile ESRI terdiri dari beberapa file : file utama, file indeks,
dan sebuah tabel Dbase. File utama merupakan direct-access, file dengan
panjang record yang bervariasi dimana setiap recordnya mendeskripsikan
-
30
sebuah shape (feature) dengan sebuah list (daftar) verteks-verteksnya. Pada
file indeks, setiap record mengandung offset record file utama yang
bersesuaian dari awal file utama. Tabel Dbase berisi atribut-atribut feature,
satu record per feature. Relasi one to one antara feature (geometri) dengan
atributnya didasarkan pada nomor recordnya. Records atribut urutannya,
harus sama sebagaimana di dalam file utama.
2.4.1. Digitasi
Digitasi adalah proses merubah data analog (peta kertas) ke dalam format
digital (peta digital). Ada beberapa tahapan dalam proses digitasi, antara
lain:
1. Menampilkan peta hasil scan dengan klik tombol add theme dan
merubah format data dari feature data source menjadi image data source.
Lalu memilih peta hasil scan yang dimaksud.
2. Setelah peta hasil scan (citra) berhasil ditampilkan, tahapan berikutnya
adalah mengrektifikasi/ meregister citra. Tujuannya adalah untuk
memberikan skala yang benar pada citra dengan jalan memberikan
koordinat bumi (koordinat geografi atau UTM) kepada citra. Hal ini
berguna untuk keperluan penghitungan jarak dan luas dengan benar.
-
31
Caranya adalah dengan mengaktifkan extention register and transform
dari menu File -> extention -> register and transform tool
Aktifkan fasilitas Register and Transform Tool dari menu View untuk
memberi koordinat sesuai dengan koordinat lapangan pada citra.
Kemudian mulailah meletakan titik ikat dengan mengaktifkan icon S
(Source) sebagai sumber titik ikat yang akan diregister. Isikan koordinat X
pada kolom Destination X, dan koordinat Y pada kolom Destination Y.
Titik ikat 1
-
32
Isikan sampai 4 titik ikat, lalu simpan koordinat tersebut dengan menekan
Write World File, simpan dengan nama yang sama dengan citra (file
gambar), maka citra telah diregister terhadap nilai koordinat masukan tadi.
3. Gambar (image) dapat digunakan sebagai background untuk mendigitasi
layer atau theme sesuai thema dari background.
4. Untuk meregister file gambar (image) yang lain dengan menggunakan
tekhnik register image (pada view in) to image (pada view out). Dengan
catatan bahwa dua image tersebut mencakup daerah yang sama.
5. Isikan untuk 4 titik ikat, sebagai berikut :
-
33
Dengan meletakan Source pada image yang akan diregister dan Destination
pada image yang telah memiliki koordinat, dengan syarat bahwa titik ikat yang
digunakan merupakan objek yang tampak pada kedua image tersebut.
6. Simpan koordinat tersebut dengan menekan Write World File. Simpan dengan
nama yang sama dengan image yang diregister.
7. Setelah peta hasil scan sudah direktifikasi kemudian mulai mendigit dengan
membedakan tiap jenis data yang akan didigit (data titik/point, data garis/line
dan data area/polygon). Caranya adalah dengan memilih menu View New
Theme
-
34
kemudian memilih jenis data yang akan didigit (POINT, LINE atau
POLYGON)
digitasi titik
digitasi persegi panjang
digitasi lingkaran
digitasi bentuk polygon tak teratur
digitasi garis untuk memotongg polygon menjadi dua polygon
digitasi menambah sebuah polygon ke polygon yang telah
ada
8. Khusus untuk mendigit LINE dan POLYGON sebelum mulai menggambar
terlebih dahulu diatur Snap Distance-nya, hal ini berguna untuk
menyambung garis secara otomatis dalam radius Snap yang dibuat.
Caranya yaitu mengaktifkan tombol Snap Distance (di dalam kanvas putih
klik kanan tahan kemudian posisikan pada Enable General Snapping),
setelah itu akan muncul tombol klik tombol tersebut untuk membuat jarak
radius.
9. Setelah itu mulai mendigit kenampakan satu persatu sesuai theme/temanya.
Caranya dengan menelusuri (tracking) obyek titik, garis atau poligon.
-
35
Beberapa fungsi lain seperti pan, zoom out, zoom in, undo, delete last
point dsb. Dapat diperoleh dengan jalan klik kanan mouse di dalam kanvas
obyek.
10. Menggunakan fasilitas menu Edit pada saat mendigitasi peta terutama
pada digitasi dua polygon.
2.4.2. Membuat Project
File -> New Projet
Akan didapat proyek baru dengan nama Untitled.apr
1. Click New pada dokumen View
2. Clck tombol add atau dari menu pilih View -> add Theme atau
Ctrl-T
3. Browse
-
36
4. Buat On thema yang baru dan aktifkan
5. Dari menu View ->Properties, untuk menyatakan map units peta.
6.
2.4.3. Pengenalan Script Avenue
Dengan perangkat SIG ArcView, pengguna dapat menampilkan,
melakukan browsing dan querying, dan menganalisa data geografis. Dan
untuk mengoptimalkan (mengotomisasi, meng-customize-kan,
mensistematikkan, dan sebagainya) aplikasi-aplikasi SIG yang
dikembangkan dengan menggunakan ArcView, ESRI Inc. Mengintegrasikan
Avenue yang sangat mudah untuk digunakan di dalamnya. Avenue
merupakan bahasa pemrogaman yang hadir bersama dengan (terintegrasi
dengan paket standart) ArcView. Bahasa pemograman script ini merupakan
sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan untuk
mengcustomize dan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang dibuat dengan
Map units adalahsatuan koordinatketika peta dibangun,apabila tidak diisimaka skala peta tidakdiketahui
Distance unitsadalah satuan yangditampilkan saatdilakukanpengukuran
-
37
perangkat SIG ArcView. Dengan Avenue, secara umum, para pengguna
dapat melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
Meng-customize tampilan ArcView (menyembunyikan dan tahu
memunculkan control dari para penggunanya)
Memodifikasi menu dan tools standart ArcView
Membuat menu dan tools baru (untuk memenuhi kebutuhan pengguna).
Mengotomisasi proses integrasi aplikasi-aplikasi ArcView dengan
aplikasi-aplikasi yang lain
Mengembangkan ‘fungsi’ dan ‘prosedur’ (baris-baris kode yang
membentuk suatu proses yang lebih besar) yang diperlukan di dalam
aplikasi.
Mengembangkan dan mendistribusikan keseluruhan aplikasi-aplikasi
(custom) pengguna.
2.4.4. Pemograman Script Avenue
a. Objek dan Kelas
Pemrograman berorientasi objek telah digunakan untuk
mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak di berbagai bidang,
termasuk bidang-bidang kesehatan, avionik, perdagangan, otomotif,
telekomunikasi, animasi, dan lain sebagainya. Demikian pula dengan
perangkat lunak ArcView dengan bidang aplikasi SIG-nya, script avenue
merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi objek; sementara itu,
antar-muka grafis antara pengguna dengan ArcView (GUI) dikembangkan
dengan menggunakan script avenue yang bersifat portable di antara
-
38
platform komputer yang ada pada saat ini. ArcView tersusun dalam
beberapa objek atau kelas. Setiap kelas ini memiliki functions dan data
member tersendiri yang dapat digunakan untuk mengendalikan objek-
objeknya. Dengan demikian, di dalam pemrograman script avenue,
pengguna dapat mengatur objek-objeknya dengan cara mengirimkan
requests. Sebagai contoh, di dalam ArcView terdapat objek-objek project,
view, theme, table, chart, layout, script, MsgBox (kotak dialog), dan
sebagainya.
Gambar 2.5. Tampilan Template Kelas View & Objek-objeknya
Gambar 2.6. Tampilan Template Kelas Table & Objek-objeknya
Setiap objek atau instance of class view memiliki sebuah map
display dan table of contents untuk menampilkan beberapa theme di
dalamnya. Properties ini didefinisikan di dalam kelas view. Pengguna
-
39
dapat mengirimkan sebuah request terhadap objek view ini untuk
menambahkan sebuah theme ke dalam objek view yang bersangkutan dan
kemudian ditampilkan di dalam properti map display-nya. Untuk
kebutuhan ini pengguna menggunakan request “AddTheme”. Contoh lain
dari request yang dimiliki oleh kelas view adalah “Open”. “Close”,
“Print”, “FindTheme”, dan lain sebagainya. Sementara itu, objek-objek
table memiliki properties dan request yang berbeda dengan objek-objek
kelas view. Sebagai contoh, request “AddTheme”, “ZoomIn”, dan
“FindTheme” tidak dapat dikirimkan atau digunakan terhadap objek table.
Objek table memiliki properties jumlah baris, kolom, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, objek ini dapat dikenakan requests “Open”, “Close”,
“Print”, “Sort”,”Promote”, dan lain sebagainya (sehubungan dengan
operasi tabel).
b. Hirarki Kelas dan Turunannya
Di dalam paradigma berorientasi objek (khususnya ArcView), kelas-kelas
turunan/derived ini (misalnya Doc, View, Table, dan sebagainya) juga
dapat diturunkan dari kelas yang sudah ada sebelumnya (parents). Dengan
demikian, di dalam terminologi ini juga dikenal relasi-relasi hirarki (class
hierarchy) di antara kelas-kelas yang ada. Kelas-kelas turunan ini juga
mendapatkan, menerima, atau mewarisi sejumlah properties dan request
yang dimiliki oleh orang tuanya ( kelas pendahulunya).
-
40
Gambar 2.7. Tampilan Kelas ArcView dan Turunannya (Sumber[ESRI94])
Dengan adanya hirarki kelas, kelas-kelas diorganisasikan mulai dari yang
bersifat umum (superclass) hingga yang khusus (subclass). Hirarki kelas
(gambar ) di dalam ArcView yang paling umum (atas). Semua objek atau
kelas lainnya merupakan turunan (langsung atau tidak langsung) dari kelas
tersebut. Semua kelas ini memiliki sifat dasar Obj. Sebagai contoh, objek-
objek view “Canada” (pada Gambar ) memiliki beberapa karakterisaasi
yang diwarisi dari superclass-nya, Obj. Dengan demikian, Doc merupakan
jenis objek tertentu dari Obj, dan view juga merupakan jenis objek tertentu
dari Doc. Jika gambar diperhatikan, maka akan nampak bahwa Obj dan
Doc tidak memiliki objek atau instances of class yang nyata. Kelas ini
hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk mengorganisasikan
properties (data member) atau request (functios, methds, atau operations)
NamaKelas
NamaKelas
Dapat dibukaMemiliki window
NamaKelas
Dapat dibukaMemiliki windowMemiliki themes
NamaKelas
Dapat dibukaMemiliki windowDapat diurutkan
Obj
Doc
View Table
-
41
yang akan diberlakukan ( secara umum ) kepada kelas-kelas yang berada
di bawahnya (kelas turunan). Sebagai contoh, kelas Obj hanya dibuat
untuk kemudian diturunkan sehingga menghasilkan kelas Doc. Sementara
itu, kelas Doc juga hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk
menurunkannya sehingga menghasilkan kelas-kelas View, Table, Chart,
Layout, dan lain sebagainya. Kelas-kelas yang memiliki karakteristik
seperti ini disebut sebagai kelas abstrak. Berbeda dengan Obj dan Doc,
kelas-kelas View, Table, Chart, dan Layout, misalnya, memiliki objek atau
instance of class secara langsung dan nyata (yaitu “Canada” dan lain
sebagainya seperti terlihat pada gambar ). Oleh karena itu, kelas-kelas
View dan Table seperti di atas disebut sebagai kelas konkrit.
c. Pernyataan & Notasi Penulisan Script Avenue
Pernyataan yang terdapat di dalam baris-baris kode script avenue
mengandung (terdiri dari) objects dan request. Pernyataan tersebut dapat
dituliskan dengan notasi sebagai berikut “NamaObjek.NamaRequest”. dan
sebagai contoh nyata di dalam script avenue adalah:
objView.Print
ObjTable.Copy
Dari contoh di atas, terlihat bahwa requests yang dikirimkan terhadap
suatu objek, di dalam baris-baris kode script avenue, dituliskan tepat
setelah penulisan nama objek yang bersangkutan beserta titik di depannya.
Selain tanpa parameter seperti contoh di atas, request dapat memiliki
beberapa parameter yang terkadang disebut juga argumen seperti contoh
-
42
penulisan baris-baris kode “NamaObjek.NamaRequest (NamaArgumen)”.
Dan sebagai contoh nyata di dalam script avenue adalah:
objProject.FindDoc(“Bandung”)
objView.FindTheme(“Jalan”)
Hasil dari sebuah request yang dilakukan terhadap suatu objek adalah
sebuah objek lain (returned object). Dan, di dalam baris-baris kode
pernyataan penugasan (assignment) script avenue, digunakan sebuah
variabel untuk menyimpan returned object ini. Berikut ini adalah contoh
notasinya:
“NamaReturnedObjek=NamaObjek.NamaRequest(NamaArgumen)”.
Sementara itu, contoh baris-baris kode script avenuenya adalah sebagai
berikut:
objProject=av.GetProject
objView=objProject.FindDoc(“Bandung”)
2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic
ArcView memiliki beberapa kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan program-program aplikasi lainnya. Pada sistem operasi
Unix, ArcView menyediakan fasilitas RPC (Remote Procedure Call) untuk
mengiimplemtasikan konsep-konsep arsitektur client-server antar-aplikasi.
Sedangkan untuk platform sistem operasi Ms.Windows, ArcView
menyediakan fasilitas DDE untuk mengimplementasikan mekanisme atau
konsep client-server antar program aplikasi, dan penggunaan file DDL
(dynamic link library) untuk memanggil fungsi atau prosedur eksternal
(yang terdapat di dalam file DDL) dari baris-baris kode script Avenue.
-
43
DDE merupakan salah satu protokol yang dimiliki sistem operasi Ms.
Windows yang memungkinkan dua atau lebih program aplikasi berjalan
secara simultan dan melakukan pertukaran data (sebuah bentuk komunikasi
antar-proses yang menggunakan shared memory untuk pertukaran data antar
program aplikasi). Program-program aplikasi yang berjalan pada platform
sistem operasi Windows, selain melakukan pertukaran data, juga dapat
menggunakan DDE untuk mengirimkan perintah-perintah. Pada umumnya,
sebuah aplikasi akan mengirimkan request (melakukan tindakan inisiatif)
untuk melakukan transfer data sementara yang lain akan memberikan
respons atas request tersebut. Aplikasi yang mengirimkan request ini sering
disebut sebagai aplikasi client, sementara aplikasi yanng memberikan
respons terhadap request di atas disebut sebagai aplikasi server. Data atau
informasi yang dikirimkan dan diterima oleh aplikasi-aplikasi client-server
yang saling berinteraksi ini disebut sebagai conversation (yang secara unik
diidentifikasi berdasarkan nama aplikasi dan topic-nya).
Untuk menentukan program aplikasi server mana yang dapat
dihubungi, dan subject apa yang dapat dipertukarkan, DDE menggunakan
tiga elemen: 1). Service, 2). Topic, dan 3). Item. Pada dasarnya, service
merupakan nama program aplikasi (tanpa extension) yang berperan sebagai
server atau nama lain yang ditentukan oleh servernya. Topic merupakan
tema global dari conversation yang dapat berupa file data, window server,
atau yanng lain. DDE conversation dilakukan atas dasar topic tertentu.
Elemen ini bisa berupa field basisdata, sel milik dokumen spreadsheet, dan
-
44
sebagainya. Di dalam suatu conversation, program aplikasi client dan server
dapat melakukan pertukaran data yang melibatkan beberapa item.
Aplikasi client dapat menggunakan DDE untuk membuat suatu link
terhadap suatu item yang terdapat di dalam aplikasi server. Setelah link ini
dibuat, aplikasi server secara periodik akan mengupdate item terkait
terhadap aplikasi client (terutama jika item tersebut telah berubah). Dengan
demikian, pertukaran data antar-aplikasi ini (client-server) akan terjalin
secara permanen hingga akhirnya secara eksplisit diputuskan (disconnect).
Untuk melakukan pertukaran data (atau message), aplikasi yang
berperan sebagai client biasanya melakukan prosedur seperti berikut :
Mengalokasikan shared memory untuk objek DDE.
Menentukan format data yang akan dipertukarkan.
Memilih tipe pertukaran informasi.
Mengirimkan data DDE.
Menghapus alokasi shared memory objek DDE
DDE mendukung tiga tipe link: automatic, notify, dan manual. Pada
automatic link, aplikasi yang berperan sebagai server secara otomatis
akan mengupdate data yang dikirimkan (ke aplikasi yang berperan sebagai
client) setiap kali datanya (yang terdapat di dalam aplikasi yang bertindak
sebagai server) berubah. Pada notify link, aplikasi yang berperan sebagai
server akan ‘memberitahukan’ kepada clientnya ketika datanya berubah.
Tetapi, untuk memperoleh hasil perubahan (data yang aktual ini), aplikasi
client harus mengirimkan request baru terhadap servernya. Sedangkan
-
45
pada manual link, pertukaran data tidak terjadi secara otomatis; program
aplikasi yang berperan sebagai client harus mengirimkan request untuk
memperoleh data yang baru dari servernya. Sayangnya, ArcView hanya
mendukung tipe link yang terakhir ini. Dengan demikian pengguna harus
mendefinisikan tipe link (secara eksplisit) ini di dalam aplikasinya
(sebagai contoh, jika menggunakan Ms. Visual Basic, pengguna akan
menentukan property LinkMode-nya menjadi “MANUAL” sementara
LinkTopic-nya menjadi “ArcView|System”). Untuk berinteraksi antar-
aplikasi dengan menggunakan DDE, pengguna dapat menempuh tiga cara:
execute, request, atau poke. Dengan menggunakan request “Execute”,
program aplikasi yang berperan sebagai client akan meminta program
aplikasi server untuk menjalankan atau melakukan suatu fungsi atau
prosedur yang dimilikinya (mengeksekusi perintah). Jadi, string yang
dikirimkan oleh aplikasi client terhadap servernya adalah instruksi dalam
‘bahasa’ server. Dalam kaitan ini, jika program aplikasi servernya adalah
ArcView, maka string di atas adalah baris-baris kode script avenue. Untuk
operasi “Request”, program aplikasi client akan meminta servernya untuk
mengirimkan suatu nilai dari item yang diminta. Untuk menentukan item
ini, setiap server atau topic memiliki metode yang berbeda. Dengan
operasi “Poke”, program aplikasi client akan mengirimkan data untuk item
yang terdapat di servernya.
-
46
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1. Analisa Sistem
Sistem yang dibuat pada tugas akhir ini merupakan suatu sistem untuk
menentukan lokasi pendirian posko bencana alam dengan daerah studi kasus
Kabupaten Bantul dan merupakan posko distribusi tunggal satu kecamatan
satu posko.. Posko bencana alam ini merupakan posko bantuan konsumsi.
Sebelum memulai proses perancangan penulis perlu mengumpulkan data-data
yang diperlukan untuk pembuatan sistem. Diantaranya peta administrasi
Kabupaten Bantul, peta tata guna lahan, dan peta jalan. Peta-peta ini berbentuk
peta analog yang discan. Selain data peta juga diperlukan data-data lain yang
berhubungan dengan daerah studi kasus yang diambil penulis, yaitu di wilayah
Kabupaten Bantul yang didapat dari BPS (Badan Pusat Statistik).
Kegunaan dari peta administrasi untuk melihat pembagian administrasi
dari Kabupaten Bantul diantaranya : area kecamatan, area kelurahan, batas
administrasi. Karena penyebaran pemukiman yang tidak merata pada tiap area
maka diperlukan peta tata guna lahan untuk melihat penyebaran pemukiman di
tiap-tiap area. Peta tata guna lahan terdiri : hutan, hutan rakyat, kompleks
Angkatan Udara, pemukiman, sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta jalan
digunakan untuk melihat jalan-jalan yang ada pada daerah studi kasus. Peta
jalan terdiri : jalan KA (1 jalur), (jalan layang, jalan nasional), (jalan layang,
jalan utama), jalan lokal, jalan nasional, jalan utama, (jembatan, jalan utama),
lapangan udara, stasiun KA.
-
47
Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data digital, sebelum
dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan
dengan peta (garis, area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan
pengambilan kembali lebih cepat. Agar data peta yang berbentuk data analog
tadi dapat dibuat menjadi suatu sistem informasi, diperlukan proses digitasi
untuk merubah data peta analog menjadi data peta digital.
Setelah semua data peta analog berubah menjadi data peta digital, maka
peta-peta digital tadi dapat diolah menjadi suatu sistem informasi geografi.
Diantaranya untuk menampilkan, melakukan browsing dan querying, dan
menganalisa data geografis, serta melakukan perhitungan matematis. Proses
perhitungan matematis ini diterapkan dalam metode pusat gravitasi untuk
menentukan letak posko pada tiap kecamatan. Letak posko hasil dari metode
pusat gravitasi dapat jatuh di tempat yang tidak sesuai, misalnya di sawah, di
hutan dan sebagainya. Selain itu letak posko harus dalam posisi yang mudah
diakses pencari bantuan. Untuk itu lokasi posko hasil metode pusat gravitasi
masih perlu diolah atau dimodifikasi untuk diletakkan di pinggir jalan dengan
menggunakan patch dan extension tambahan yaitu ET Tool’s. Jadi penentuan
lokasi posko merupakan penggabungan dari metode pusat gravitasi dan
extension tambahan ArcView yaitu ET Tool’s.
Dan untuk mengoptimalkan aplikasi SIG, perlu diintegrasikan dengan
avenue yang merupakan bahasa pemrograman. Bahasa pemograman script ini
merupakan sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan
untuk mengcustomize dan mengembangkan aplikasi Sistem Informasi
Geografis Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus Kabupaten
Bantul.
-
48
Karena program yang dibuat dengan menggunakan ArcView hanya
digunakan untuk menyimpan data yang berhubungan dengan peta, maka
diperlukan pembuatan program dengan menggunakan aplikasi Microsoft
Visual Basic, yang berfungsi sebagai database eksternal. Sehingga sistem
akan terbagi ke dua program yaitu program di Visual Basic dan program di
ArcView. Nantinya kedua program akan dihubungkan melalui koneksi DDE
(Dynamic Data Exchange) dimana program di Visual Basic akan bertindak
sebagai client dan program di ArcView akan bertindak sebagai server.
3.1.1 Menentukan Letak Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi
Penentuan lokasi pada tiap kecamatan dengan Metode Pusat gravitasi
ditentukan dengan persamaan :
Koordinat-x pusat gravitasi =
∑ dixQii
∑ Qii
Koordinat-y pusat gravitasi =
∑ diyQii
∑ Qii
Di mana dix = koordinat-x lokasi i
Di mana diy = koordinat-y lokasi i
Qi = kuantitas barang yang dipindahkan ke atau dari lokasi i
-
49
Untuk koordinat-x lokasi i dan koordinat-y lokasi i pada metode pusat
gravitasi diwakili oleh letak kantor kelurahan pada masing-masing
kelurahan seperti yang tergambarkan pada peta berikut ini:
Letak kantor kelurahan tersebut diasumsikan sebagai pusat kepadatan pada
masing-masing kelurahan. Setelah didapatkan nilai koordinat dari titik
kelurahan, titik kelurahan tadi digunakan untuk menerapkan metode pusat
gravitasi seperti yang digambarkan melalui contoh Kecamatan Pandak,
sebagai berikut:
Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat
Pandak Caturharjo
Wijirejo
Gilangharjo
Triharjo
(420483 , 9.122250)
(423136 , 9.126680)
(422432 , 9.123940)
(421618 , 9.123580)
Tabel 3.1. Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real
Titik kelurahan yangterdapat pada pemukiman
Warna kuningpenunjuk pemukiman
-
50
Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan
Caturharjo 11.542
Triharjo 10.773
Gilangharjo 15.852
Wijirejo 10.654
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real
Gambar 3.1. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak
Dengan menggunakan data pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 didapatkan
koordinat pusat gravitasi :
koordinat –x pusat gravitasi =
(420483)(11.542)+(423136)(10.654)
+(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508
11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945
koordinat –y pusat gravitasi =
(9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)
+(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440
11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 9.124060
-
51
Sehingga di dapat koordinat pusat gravitasi bagi pendirian posko pada
kecamatan Pandak sbb:
Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak
Gambar 3.2. Letak Posko Pada Kecamatan Pandak
Pusat gravitasi ini akan menjadi tempat posko didirikan pada Kecamatan
Pandak. Metode yang digunakan pada Kecamatan Pandak tersebut juga
akan digunakan pada Kecamatan yang lain.
3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Yang Terdekat
Setelah diketahui titik lokasi posko pada tiap kecamatan, terlihat
bahwa beberapa letak posko hasil metode pusat gravitasi ketika
ditampilkan dengan peta tata guna lahan ternyata terletak bukan di area
pemukiman, tapi ada beberapa yang terletak di tegalan, dan sawah atau di
hutan rakyat. Untuk mengatasi permasalahan posko hasil metode pusat
gravitasi tidak terletak di area pemukiman maka diambil cara dengan
meletakkan posko berdekatan dengan jalan. Sehingga walaupun letak
-
52
posko hasil metode pusat gravitasi ini tidak berada di area pemukiman tapi
tetap memudahkan pendistribusian bantuan karena terletak di jalan. Agar
letak posko hasil metode pusat gravitasi dekat dengan jalan digunakan
patch dan extension dari ESRI yaitu ET TOOls. Sebelum menggunakan ET
Tool’s, penulis harus menconvert theme jalan yang berbentuk polyline
(garis) menjadi theme berbentuk point, sehingga menjadi jenis theme yang
sama dengan theme letak posko kecamatan hasil metode pusat gravitasi
yaitu point, seperti terlihat pada gambar berikut :
Setelah theme jalan dan theme posko hasil metode pusat gravitasi sama
sama point baru dihitung jalan yang paling dekat dengan titik letak posko
hasil metode pusat gravitasi dengan menggunakan fungsi point distance
dari ET TOOL’s. Dan didapatkan letak posko yang dekat jalan dengan
gambaran sebagai berikut :
Hasil convert polylinethema jalan menjadi point
Letak Titik PoskoMetode Pusat
Gravitasi
-
53
3.2. Perancangan Sistem
Tahap-tahap yang dilakukan dalam perancangan sistem sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data :
- Data statistik mengenai daerah studi kasus (Kabupaten Bantul),
diantaranya data penduduk tiap-tiap kelurahan, data klasifikasi
kerusakan gempa, dsb.
- Data peta untuk keperluan membuat peta. Dari data peta RBI (Rupa
Bumi Imdonesia) kabupaten Bantul dapat dibuat menjadi beberapa
peta digital sesuai kebutuhan sistem diantaranya: peta administrasi,
peta jalan, peta tata guna lahan.
b. Penggunaan data :
- Data statistik akan digunakan dalam aplikasi Ms. Visual basic dan Ms.
Access.
- Data peta akan digunakan dalam aplikasi ArcView untuk membuat
peta.
c. Proses perancangan sistem diantaranya:
- Pembuatan use case user dan admin.
Letak Posko Metode PusatGravitasi
Jalan Letak PoskoDekat Jalan
-
54
- Pembuatan diagram berjenjang.
- Pembuatan context diagram sistem
- Pembuatan DFD
Setelah merancang use case, context diagram, dfd, diketahui bahwa
sebaiknya dibuat dua aplikasi program. Yaitu program yang ada di Visual
Basic dan program yang ada di ArcView. Dan bagaimana menggabungkan
kedua program tersebut. Alasan diperlukan program di Visual Basic ini
karena di ArcView pada saat mulai melakukan proses digitasi, hasil proses
digitasi tersebut akan otomatis membentuk file dbf. Sehingga database di
ArcView hanya untuk menyimpan data yang berhubungan dengan peta.
Dan data di Visual Basic bertindak sebagai database eksternal untuk
menyimpan data yang tidak berhubungan dengan peta. Misalnya jika nanti
program akan dikembangkan untuk menyimpan data-data bantuan gempa.
Proses penggabungan aplikasi ArcView dengan Visual Basic akan
menggunakan protokol DDE. Dengan menggunakan protokol DDE, akan
dibuat sebuah program aplikasi Ms. Visual Basic (VBClient.Exe) yang
akan berkomunikasi dengan ArcView. VBClient berperan sebagai client
dan ArcView berperan sebagai server. Sejak pertama kali dieksekusi,
aplikasi ini (VBClient) akan memeriksa keberadaan aplikasi ArcView di
memori. Jika belum aktif, maka ia akan mengaktifkan atau mengeksekusi
program aplikasi ArcView secara otomatis hingga kemudian aktif di layar
monitor. Jika sudah, maka form aplikasi VBClient langsung aktif tampil di
layar monitor dan siap untuk digunakan.
- Pembuatan ER diagram untuk aplikasi dalam Visual Basic.
- Pembuatan tabel database dari ER.
-
55
d. Proses pembuatan aplikasi dalam ArcView.
- Merubah data peta analog menjadi peta digital melalui proses digitasi.
- Setelah semua data peta analog berubah menjadi data peta digital,
maka peta-peta digital tadi dapat diolah menjadi suatu sistem informasi
geografi. Diantaranya untuk menampilkan, melakukan browsing dan
querying, dan menganalisa data geografis, serta melakukan
perhitungan matematis. Proses perhitungan matematis ini diterapkan
dalam metode pusat gravitasi untuk menentukan letak posko pada tiap
kecamatan.
e. Proses pembuatan aplikasi visual basic.
- Sebelum membuat aplikasi terlebih dahulu perlu merancang desain
database sistem yang akan dibuat.
- Setelah selesai merancang desain database, baru merancang aplikasi
yang akan dibuat. Untuk membuat aplikasi SIG posko pelayanan
gempa akan melibatkan beberapa form yaitu:
1) Form Login : untuk menentukan hak akses pengguna diijinkan apa
tidak.
2) Form Utama : untuk tampilan utama program awal
3) Form input, diantaranya input data kecamatan, input data
kelurahan, input data posko : untuk memasukkan data. Fasilitas ini
diperuntukkan untuk admin.
4) Form lihat data, diantaranya lihat data kecamatan, lihat data
kelurahan, lihat data posko : untuk melihat data, dan disertai
fasilitas proses pencarian. Fasilitas ini diperuntukkan untuk user.
-
56
5) Laporan-laporan : untuk menampilkan data tertentu yang akan
diprint.
6) About : menampilkan informasi program
f. Penggabungan aplikasi ArcView dan Visual Basic.
Proses penggabungan aplikasi ArcView dengan Visual Basic akan
menggunakan protokol DDE. Dengan menggunakan protokol DDE, akan
dibuat sebuah program aplikasi Ms. Visual Basic (VBClient.Exe) yang
akan berkomunikasi dengan ArcView. VBClient berperan sebagai client
dan ArcView berperan sebagai server. Sejak pertama kali dieksekusi,
aplikasi ini (VBClient) akan memeriksa keberadaan aplikasi ArcView di
memori. Jika belum aktif, maka ia akan mengaktifkan atau mengeksekusi
program aplikasi ArcView secara otomatis hingga kemudian aktif di layar
monitor. Jika sudah, maka form aplikasi VBClient langsung aktif tampil
di layar monitor dan siap untuk digunakan.
Secara default, jika aplikasi ArcView berperan sebagai server, maka
nama aplikasi (“ArcView”) akan menjadi nama service atau servernya,
dalam kondisi ini sering disebut atau diimplementasikan dengan
menggunakan DDEServer. DDEServer ArcView mendukung ketiga
transaksi standart DDE: execute, request dan poke. Execute akan
menyebabkan server (dalam hal ini ArcView) akan mengeksekusi
perintah-perintah yang diterimanya (dalam bentuk string baris kode
avenue) dari client (program aplikasi selain ArcView, dalam hal ini Visual
Basic). Request akan menyebabkan server mengirimkan informasi item
(biasanya dalam bentuk string) tertentu terhadap clientnya. Sementara itu,
-
57
poke mengharapkan respon transfer data (menggunakan data yang
diterima sebagai masukan script avenue).
Program aplikasi client yang terkoneksi terhadap DDEServer ArcView
akan memberikan requestnya ke server melalui baris-baris kode script
avenue. Pada transaksi execute, program aplikasi client menyediakan
baris-baris kode script avenue untuk kemudian dieksekusi oleh servernya.
Baris-baris kode ini bisa merupakan sebaris kode sederhana atau bahkan
beberapa baris kode yang merupakan implementasi dari keseluruhan isi
file script avenue yang lengkap. Pada umumnya, transaksi request dan
poke, server akan mempublikasikan sebuah list item yang dapat diakses
oleh para clientnya. Tetapi ArcView tidak seperti ini. Karena begitu
banyak nilai yang dipublikasikan dan sistemnya sangat dinamis. Maka
sebagai gantinya, client DDE dapat mengidentifikasikan object request
dan poke dengan menggunakan baris-baris kode script avenue. Solusi ini
memungkinkan program aplikasi client mengakses model objek ArcView
berikut semua nilai yang terdapat di dalam aplikasinya secara penuh.
-
58
3.2.1. Use Case
-
59
LihatDataKecamatan
(f rom Use-Case Model)
LihatDataKelurahan
(f rom Use-Case Model)
LihatDataPosko
(f rom Use-Case Model)
LihatPeta
(f rom Use-Case Model)
CariKelurahan
(f rom Use-Case Model)
CariKecamatan
(f rom Use-Case Model)
CariJalan
(f rom Use-Case Model)
CariPosko
(f rom Use-Case Model)
user
(f rom Use Case View)
Gambar 3.3. Use Case User
Aplikasi dalamvisual basic – Ms.Access
Aplikasi dalamArcView
-
60
UpdateDataKecamatan
(f rom Use Case View)
UpdateDataKelurahan
(f rom Use Case View)
UpdateDataPosko
(f rom Use Case View)
LihatLaporan
(f rom Use Case View)
UpdatePeta
(f rom Use Case View)
Administrator
(f rom Use Case View)
Gambar 3.4. Use Case Admin
Aplikasidalam Ms.Visual Basic-Ms. Access
AplikasiArcview
-
61
3.2.2. Diagram Berjenjang
Gambar 3.5. Diagram Berjenjang
3.2.3. Context Diagram
Gambar 3.6. Context Diagram
-
62
3.2.4. Overview Diagram Level 0
Gambar 3.7. Overview Diagram Level 0
3.2.5. Overview Diagram Level 1 Proses 1
Gambar 3.8. Overview Diagram Level 1 Proses 1
-
63
3.2.6. ER Diagram dalam aplikasi visual basic
Gambar 3.9. Gambar ER-Diagram
3.2.7. Perancangan Tabel Database dalam Aplikasi Visual Basic
Tabel database pada sistem informasi geografi posko pelayanan gempa ini
dibuat dengan menggunakan Microsoft Access.
Nama Field Type Size
KodeKecamatan Text 50
NamaKecamatan Text 50
KlasifikasiKecamatan Text 50
KodePosko Text 50
Tabel 3.3. Tabel Kecamatan.dbf
-
64
KodeKelurahan Text 50
NamaKelurahan Text 50
Penduduk Number 20
KondisiRumahRusakTotal Number 20
KondisiRumahRusakBerat Number 20
KondisiRumahRusakRingan Number 20
KodeKecamatan Text 50
Tabel 3.4. Tabel Kelurahan.dbf
Nama Field Type Size
KodePosko Text 50
NamaPosko Text 50
Keterangan Text 50
Tabel 3.5. Tabel Posko.dbf
Nama Field Type Size
KodeUser Text 50
UserName Text 50
Password Text 50
StatusUser Text 50
Tabel 3.6. Tabel DataUser.dbf
3.3.Perangkat Lunak Yang Digunakan
Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem informasi ini spesifikasinya
sebagai berikut :
i. Microsoft Visual Basic 6.0
-
65
Microsoft visual basic merupakan compiler bahasa pemograman
komputer yang paling mudah dan banyak digunakan. Dengan
menggunakan form kotak dialog, beserta controlsnya (GUI yang menarik
dan efektif), penulis dapat membuat sendiri program aplikasi yang
kemudian dikomunikasikan dengan ArcView melalui protokol DDE.
Integrasi antara Ms. Visual Basic dan ArcView memungkinkan penulis
untuuk mengeksploitasi sejumlah tool dan kotak dialog yang akan sulit
dicapai bila menggunakan baris-baris kode avenue semata.
ii. Microsoft Access
Sebelum membuat aplikasi di dalam bahasa pemograman Ms. Visual
Basic, penulis terlebih dahulu merancang susunan database yang akan
digunakan. Database yang digunakan adalah Ms. Access 2000. Aplikasi
yang akan dibuat adalah Sistem Informasi Geografi Kabupaten Bantul.
iii. ArcView GIS 3.3
ArcView memiliki fungsi untuk membuat peta tematik dengan
fungsi diantaranya: menyediakan pustaka simbol dan warna (features)
untuk pembuatan peta tematik, menggunakan simbol dan warna untuk
merepresentasikan features-nya berdasarkan atribut-atributnya (membuat
peta-peta tematik turunan). Misalnya dalam tugas akhir ini untuk
menggambarkan peta tata guna lahan, untuk merepresentasikan
pemukiman suatu peta tematik diberi arsiran warna agak gelap.
-
66
iv. Menggabungkan program dalam Ms. Visual Basic dengan program
dalam ArcView.
Dengan menggunakan protokol DDE, akan dibuat sebuah program
aplikasi Ms. Visual Basic (VBClient.Exe) yang akan berkomunikasi
dengan ArcView. VBClient berperan sebagai client dan ArcView
berperan sebagai server. Sejak pertama kali dieksekusi, aplikasi ini
(VBClient) akan memeriksa keberadaan aplikasi ArcView di memori.
Jika belum aktif, maka ia akan mengaktifkan atau mengeksekusi
program aplikasi ArcView secara otomatis hingga kemudian aktif di
layar monitor. Jika sudah, maka form aplikasi VBClient langsung aktif
tampil di layar monitor dan siap untuk digunakan.
3.4. Perancangan Menu Antarmuka
Perancangan menu antarmuka(interface) pada aplikasi Sistem Informasi
Geografis Penentuan Posko Bencana Alam dengan Studi Kasus Kabupaten
bantul ini berisi gambaran dari rancangan input, dan rancangan outputnya.
3.4.1. Perancangan Input
Tampilan di bawah ini merupakan tampilan pada saat pertama kali
mengakses Sistem Informasi Geografi Posko Bencana Alam dengan Studi
Kasus Wilayah Kabupaten Bantul.
-
67
Gambar 4.0. Perancangan Input
Gambar 3.10. Perancangan Input
3.4.2. Perancangan Output
Tampilan dibawah ini merupakan tampilan output setelah user
melakukan proses pencarian.
Gambar 3.11. Perancangan Output
-
68
BAB IV
IMPLEMENTASI SISTEM
4.1. Implementasi Dialog
Sistem Informasi Geografi Posko Bencana Alam dengan daerah studi
kasus Kabupaten Bantul ini menggunakan beberapa software diantaranya :
Visual Basic 6.0 Enterprise Edition. Program ini akan digunakan sebagai
halaman muka dari aplikasi Sistem Informasi Geografis Posko Bencana
Alam dengan daerah studi kasus Kabupaten Bantul .
ArcView GIS 3.3. Program ini digunakan untuk membuat peta digital.
Microsoft Access 2003. Program ini berfungsi sebagai database untuk
menyimpan informasi.
Dalam pembuatan program Sistem Informasi Geografi Posko Bencana
Alam di daerah Kabupaten Bantul ini, spesifikasi komputer yang dipakai oleh
penulis antara lain :
1. Processor Pentium Dual Core T2130 (1.8 Ghz)
2. Memori 512 MB DDR2
3. HDD 80 GB
Program ini memiliki tampilan awal program sebagai sarana untuk
mempermudah dalam pemakaian antar pengguna program dengan sistem
informasi geografi posko pelayanan gempa Kabupaten Bantul. Aplikasi
“Sistem Informasi Geografis Posko Bencana Alam” merupakan gabungan dari
dua program, yaitu program d