sistem penghambat obat pulmonar

5
Sistem Penghantar Obat Pulmonar Penghantar obat melalui paru-paru merupakan rute yang efektif untuk menghantarkan obat secara local ke paru-paru maupun sistemik. Secara umum terdapat dua tipe teknik menghantarkan obat melalui paru-paru yaitu inhaler berupa teknik pegobatan dengan cara menghirup partikel-partikel obat agar dapat langsung mencapai organ paru-paru sebagai targetnya, serta nebulasi berupa teknik pengobatan dengan mengubah larutan atau suspensi obat menjadi uap agar dapat dihirup melalui hidung dengan cara bernafas seperti biasa. Inhaler dalam perkembangannya di bagi lagi menjadi MDI (Metered-Dose Inhaler) dan DPI (Dry Powder Inhaler) (Milala, 2013). 1. MDI (Metered-Dose Inhaler) MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis terukur yang disemprotkan dalam bentuk gas ke dalam mulut dan dihirup. Penggunaan MDI harus memperhatikan koordinasi yang tepat antara menekan alat (aktuasi) dan menghirup obat meskipun sudah dikoreksi dengan spacer. Spacer adalah sebuah tabung yang terhubung dengan MDI dengan tujuan untuk menjaga obat tidak keluar ke udara bebas dan juga menjaga agar obat tidak terkumpul di bagian belakang lidah setelah aktuasi. Spacer memiliki katup yang hanya akan terbuka saat pasien menghirup sehingga obat dapat keluar (Milala, 2013). Gambar . Contoh MDI (Schmierer dan Malica, 2011) 2. DPI (Dry Powder Inhaler) DPI adalah alat terapi inhalasi berupa serbuk kering yang dihirup. DPI muncul sebagai alternatif penggunaan MDI yang sulit digunakan dan tidak ramah lingkungan karena mengandung propelan CFC, namun optimalitas DPI bergantung terhadap kecepatan dan kekuatan penghisapnya terutama pada DPI generasi pertama (Schmierer dan Malica, 2011). DPI memerlukan hisapan yang kuat agar serbuk obat masuk ke saluran pernafasan. DPI dibagi berdasarkan desain dosis dan desain alat. Desain dosis dianataranya adalah : a. Single-doses

Upload: lutfiani-azahra

Post on 14-Jul-2016

21 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

paru - asma bronkial

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Penghambat Obat Pulmonar

Sistem Penghantar Obat Pulmonar

Penghantar obat melalui paru-paru merupakan rute yang efektif untuk menghantarkan

obat secara local ke paru-paru maupun sistemik. Secara umum terdapat dua tipe teknik

menghantarkan obat melalui paru-paru yaitu inhaler berupa teknik pegobatan dengan cara

menghirup partikel-partikel obat agar dapat langsung mencapai organ paru-paru sebagai

targetnya, serta nebulasi berupa teknik pengobatan dengan mengubah larutan atau suspensi

obat menjadi uap agar dapat dihirup melalui hidung dengan cara bernafas seperti biasa.

Inhaler dalam perkembangannya di bagi lagi menjadi MDI (Metered-Dose Inhaler) dan DPI

(Dry Powder Inhaler) (Milala, 2013).

1. MDI (Metered-Dose Inhaler)

MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis terukur yang disemprotkan dalam

bentuk gas ke dalam mulut dan dihirup. Penggunaan MDI harus memperhatikan

koordinasi yang tepat antara menekan alat (aktuasi) dan menghirup obat meskipun sudah

dikoreksi dengan spacer. Spacer adalah sebuah tabung yang terhubung dengan MDI

dengan tujuan untuk menjaga obat tidak keluar ke udara bebas dan juga menjaga agar obat

tidak terkumpul di bagian belakang lidah setelah aktuasi. Spacer memiliki katup yang

hanya akan terbuka saat pasien menghirup sehingga obat dapat keluar (Milala, 2013).

Gambar . Contoh MDI (Schmierer dan Malica, 2011)

2. DPI (Dry Powder Inhaler)

DPI adalah alat terapi inhalasi berupa serbuk kering yang dihirup. DPI muncul

sebagai alternatif penggunaan MDI yang sulit digunakan dan tidak ramah lingkungan

karena mengandung propelan CFC, namun optimalitas DPI bergantung terhadap

kecepatan dan kekuatan penghisapnya terutama pada DPI generasi pertama (Schmierer

dan Malica, 2011). DPI memerlukan hisapan yang kuat agar serbuk obat masuk ke saluran

pernafasan. DPI dibagi berdasarkan desain dosis dan desain alat. Desain dosis

dianataranya adalah :

a. Single-doses

Page 2: Sistem Penghambat Obat Pulmonar

Desain dosis ini mengharuskan pasien untuk menghancurkan kapsul obat menjadi

serbuk yang akan dihisap setiap kali akan digunakan. Desain dosis ini biasanya juga

dihubungkan dengan DPI generasi pertama yang berfungsi sebagai pengontrol asma.

Gambar . Contoh Single dose atau generasi 1 (Schmierer dan Malica, 2011)

b. Multiple Unit-dose

DPI desain dosis ini mengandung 4 atau 8 dosis serbuk dalam satu disk. Dosis

dijaga secara terpisah dalam blister aluminium sampai sebelum dihirup. Salah satu

contoh multiple unit-dose DPI adalah Diskhaler. Digunakan untuk menghantarkan

zanamivir untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh virus, yaitu wadah berbentuk

melingkar yang mengandung empat atau delapan obat. Masing-masing blister

mempunyai mekanisme sendiri, memungkinkan obat dapat dihisap melalui mulut.

Ketika menggunakan Diskhaler, alur pernapasan puncak pasien harus lebih besar dari

30 liter/menit agar obat dapat mencapai paru-paru (Milala, 2013).

Gambar . Contoh Multiple Unit-dose atau generasi 2 (Milala, 2013)

c. Multiple dose

Multiple dose DPI biasanya dihubungkan dengan jenis DPI generasi ketiga yang

digunakan sebagai pelega pada penderita asma. Multiple dose DPI menggunakan diskus

yang mengandung 60 dosis bertekanan gas atau impeller. DPI jenis ini tidak bergantung

pada kemampuan penghisapan pasien sehingga lebih mudah digunakan (Miala, 2013)

Page 3: Sistem Penghambat Obat Pulmonar

Gambar . Contoh Multiple dose atau generasi 3 (Milala, 2013)

3. Nebulasi

Nebulasi merupakan teknik pengobatan mengubah obat berbentuk larutan menjadi

aerosol secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau

gelombang ultrasonik. Aerosol merupakan suspensi berbentuk padat atau cair dalam

bentuk gas dengan tujuan untuk menghantarkan obat ke target organ dengan efek samping

minimal dan dengan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Partikel aerosol yang

dihasilkan nebulizer berukuran antara 2-5 μ, sehingga dapat langsung dihirup penderita

dengan menggunakan mouthpiece atau masker (Siekmeier dan Scheuch, 2008).

Prinsip Terapi Inhalasi

Prinsip penggunaan terapi inhalasi adalah obat dapat mencapai organ target dengan

menghasilkan partikel aerosol berukuran optimal agar terdeposisi di saluran nafas dengan

kerja yang cepat, dosis kecil, efek samping yang minimal karena konsentrasi obat di dalam

darah sedikit atau rendah, mudah digunakan, dan efek terapeutik segera tercapai yang

ditunjukkan dengan adanya perbaikan klinis (Labiris dan Dolovich, 2003). Terdapat beberapa

mekanisme partikel obat dapat mencapai organ target diantaranya adalah impaksi,

sedimentasi dan difusi. Impaksi adalah menempelnya partikel obat di mukosa saluran nafas

akibat suatu benturan karena adanya pergerakan udara inspirasi dan ekspirasi, kemudian

sedimentasi adalah menempelnya partikel obat ke mukosa saluran nafas yang disebabkan

karena gaya grafitasi, sedangkan difusi merupakan mekanisme menempelnya partikel inhalasi

ke mukosa saluran nafas secara tidak beraturan sesuai dengan hukum brown (Capstik dan

Clifton, 2012).

Penempelan partikel inhalasi ke mukosa saluran nafas bergantung pada ukuran

partikelnya. Partikel yang berukuran >5 µ biasanya akan menempel pada saluran nafas besar

seperti trakea, bronkus hinga bronkeolus konduktoria, partikel yang berukuran antara 1-5 µ

akan menempel di saluran nafas seperti bronkeolus area respiratoria, sedangkan ukuran <1 µ

Page 4: Sistem Penghambat Obat Pulmonar

akan bergerak bebas seperti gas dan menempel ke sakus-sakus pada alveolus (Labiris dan

Dolovich, 2003). partikel inhalasi yang sudah menempel di mukosa saluran nafas akan

menembus epitel saluran nafas menuju ke pembuluh darah untuk efek sistemik seperti

mengurangi efek inflamasi, selain itu partikel obat diduga juga akan menembus epitel untuk

menuju reseptor β2 adrenergik yang terdapat di paru-paru dan otot polos pada bronkus

(Sellers, 2012).

Page 5: Sistem Penghambat Obat Pulmonar

DAFTAR PUSTAKA

Capstik, T. G. D. dan I. J. Clifton. 2012. Inhaler Technique and Training in People with

Chronic Obstructive Pulmonary Disease and Asthma: Effects of Particle Size on Lung

Deposition. Journal of Expert Rev Respiration Medication, 6(1) : 91-103

Labiris, N. R. dan M. B. Dolovich. 2003. Pulmonary Drug Delivery, Part I: Physiology

Factors Affecting Therapeutic Effectiveness of Aerosolized Medication. Journal of

Clinical Pharmacology, 56 : 588-599

Milala, Alasen S. 2013. Inhalasi Serbuk Kering Sebagai Sistem Penghantaran Obat

Pulmonar. Medicinus, 26(2) : 39-46

Schmierer, T. dan C. Malica. 2011. Inhalation Technology, A Breath of Fresh Air in Drug

Delivery. Belgium : Capsugel Library

Seikmeier, R dan G. Scheuch. 2008. Review Article Systemic Treatment by Inhalation of

Macromolecules-Principles, Problems, and Examples. Journal of Physiology and

Pharmacology, 29(6) : 53-79

Sellers, W. F. S. 2012. Inhaled and Intravenous Treatment in Acute Severe and Life-

Threatening Asthma. British Journal of Anesthesia, 1 : 1-8