sistem pirau
DESCRIPTION
kllTRANSCRIPT
-
Sistem Pirau Celah Semilunar
Hidrosefalus merupakan keadaan yang diakibatkan oleh terganggunya sirkulasi dan
absorbsi Cairan Serebro Spinal (CSS) atau pada keadaan yang jarang, akibat dari
meningkatnya produksi oleh papiloma pleksus koroid. Menurut etiologinya,
hidrosefalus ini dibagi menjadi dua yaitu hidrosefalus obstruktif (nonkomunikan) yang
berkembang lazim pada anak karena kelainan akuaduktus atau lesi pada ventrikel
keempat. Dan yang kedua merupakan hidrosefalus obstruktif atau komunikan yang
lazim mengikuti perdarahan subaraknoid, yang biasanya merupakan perdarahan
intraventrikular pada bayi prematur, yang menyebabkan obliterasi sisterna atau vili
araknoid dan obstruksi aliran CSS.
Terapi yang digunakan untuk pengobatan hidrosefalus ini tergantung pada
penyebabnya. Manajemen medik termasuk penggunaan asetazolamid dan furosemid,
sementara dapat mengurangi kecepatan produksi CSS, tetapi hasil jangka panjangnya
mengecewakan. Sebagian besar kasus hidrosefalus memerlukan shunt ekstrakranial
terutama shunt ventrikuloperineum.
Pengelolaan pasien dengan pemasangan sistem pirau* (shunt** system) masih
merupakan masalah yang sering dihadapi oleh ahli bedah syaraf anak. Komplikasi
yang terjadi umumnya berupa komplikasi mekanik seperti obstruksi, diskoneksi,
migrasi dan fraktur serta komplikasi infeksi. Permasalahan inilah yang menginspirasi
untuk terus diadakan perbaikan terhadap shunt system yang selama ini digunakan.
Dimulai pertama kali pada tahun 1974-1976, sebagai asisten peneliti dari Prof. dr. SK.
Handoyo, dr. Paulus Sudiharto mulai menekuni perbaikan sistem pirau ini. Penelitian
yang dibiayai oleh China Medical Board dengan dana sejumlah 2.500 US $ ini
dilatarbelakangi oleh kerja yang tidak bagus dari sistem pirau karena sering terjadi
perlengketan antara katup dengan metal. Pada penelititan tersebut, dicoba untuk
dibuat kerangka pompa di Lembaga Instrumentasi Nasional (LIN) Bandung. Dimana
setelah dilakukan uji coba laboratorium (uji inert), bahan ini tidak menimbulkan reaksi
pada tubuh, sehingga bisa diterapkan kepada manusia. Namun beberapa mengalami
sumbatan di sistem pompanya, sehingga pada tahun 1976, sistem pirau ini tidak
diproduksi lagi.
Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 1977, beliau memperoleh kesempatan
belajar di Belanda. Di Negeri Kincir Angin ini beliau sering ditugasi memasang pompa
dan merevisi katup dari Holter salah satu brand dari sistem pirau yang sering
digunakan pada waktu itu. Dari tugas inilah beliau mulai menelusuri cara kerjanya dan
cara pembuatannya, ditambah lagi dari mempelajari sistem pirau yang sudah rusak,
dibongkarnya dirumah. Beliau mulai mempelajari kekurangan macam-macam katup
-
pada sistem pirau seperti katup spiral, dan katup celah longitudinal yang umumnya
rentan terhadap sumbatan.
Berbekal dari ilmu yang sudah didapatnya, pada tahun 1978, dr. Sudiharto kembali ke
Jakarta dan mulai membuat satu celah yang bentuknya semilunar (halfmoon shape).
Pembuatan celah ini diilhami dari katup yang terdapat dalam jantung, yaitu valvula
semilunaris dimana cara kerjanya akan menutup jika valvula tersebut terisi darah.
Dengan menggunakan bahan dari karet silikon, sistem pirau yang dipasang pada
tubuh penderita hidrosefalus ini bekerja menggunakan prinsip perbedaan tekanan di
perut dan di ventrikel otak. Jika tekanan di ventrikel otak tinggi dan tekanan di rongga
perut rendah, maka katup terdorong untuk membuka dan cairan serebrospinal (CSF)
akan mengalir ke ronggga perut. Dan sebaliknya jika CSF sudah terkumpul banyak di
rongga perut maka tekannya akan naik dan katup semilunar ini akan menutup.
Pada September 1980, beliau mempresentasikan Sistem Celah Semilunar Tunggal ini
di hadapan Perhimpunan Neurologi dan Psikiatri di Bandung dengan moderator Rektor
Universitas Indonesia (UI) pada waktu itu, Prof. Maharnadjono. Dari presentasi inilah
beliau mulai mengembangkan untuk membuat pompa pada sistem pirau
semilunarnya, berbekal dari pertanyaan bagaimana sistem pengontrolannya.
Keberhasilan dari sistem pirau ini tidak semudah yang dibayangkan. Untuk dapat
diterapkan pada manusia, maka diperlukan banyak uji coba sebelumnya, mulai dari
tes patency atau fungsi sistem pirau itu sendiri, uji laboratorium untuk mengukur
tekanan/dorongan dengan kecepatan alir tertentu, uji klinis untuk melihat komplikasi
dsb. Material yang digunakan pun tidak sembarangan. Material ini dipesan langsung
dari pabrik di luar negeri seperti Inggris, jepang, Amerika, Taiwan, dan Singapura,
dengan spesifikasi dan ukuran tertentu dan tentunya material yang dipesan telah lulus
mendapatkan sertifikasi dan lulus dari uji toksikologi. Pengembangan teknologi
terapan biomedik ini tidak hanya memerlukan penjelasan secara medis, namun juga
memerlukan penjelasan cara kerja alat dan sebagainya yang tentunya memerlukan
penjelasan dari ranah ilmu lain seperti geometri dan hidrodinamika. Oleh karenanya
dalam disertasinya beliau juga dibimbing oleh Prof. Ir. Mugiono (alm). Perjuangan
beliau dengan bimbingan dari guru-guru beliau selama ini telah berbuah manis, selain
telah menamatkan S3 dengan disertasi berupa Terapi Pembedahan pada Hidrosefalus
Bayi dan Anak dengan Sistem Pirau Katup Semilunar Ventrikuloperitoneal, serta
memberikan sumbangsih dalam dunia teknologi kedokteran, beliau juga mendapatkan
penghargaan S2 di UI untuk Teknologi Terapan Biomedik atas usulan dari Prof. Dr.
RM. Padmo Santjoyo.
-
Bukan untuk bermimpi kita hidup di dunia, namun mewujudkan impian untuk
kemaslahatan bersama. Sungguh ini jika berada di surga bersama orang-orang yang
kita cintai dan mencintai kita karena-Nya. (Liza)
Keterangan:
*Pirau = shunt
**Shunt = sistem pintasan tunggal/bypass
References:
Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook pf Pediatrics. Ed Indonesia. Vol 2. Ed 15. EGC . Jakarta. 2000.
Sudiharto, Paulus. Ringkasan Disertasi Terapi Pembedahan pada Hidrosefalus Bayi dan Anak dengan Sistem Pirau Katup Semilunar Ventrikuloperitoneal.
Yogyakarta. 2004
Wawancara dengan Dr. dr. Paulus Sudiharto Sp.BS