siswa sering terlambat

7

Click here to load reader

Upload: rara-hikmah

Post on 24-Oct-2015

382 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

masalah

TRANSCRIPT

Page 1: Siswa sering terlambat

Siswa sering terlambat.

SISWA TERLAMBAT. BAGAIMANA MENGATASINYA? Siswa-siswa yang datang terlambat datang ke sekolah hampir menjadi pandangan umum bagi kita guru. Ketika ditanya, banyak alasan mereka. Keterlambatan mereka ini tentu mengganggu proses belajar di sekolah. Kehadirannya mengganggu proses belajar yang sedang berlangsung. Konsentrasi siswa-siswa dan guru dalam kelas bisa jadi buyar. Untuk itu, kita perlu memberikan solusi atau jalan keluar untuk mengatasi siswa tidak terlambat lagi. Berikut ini adalah beberapa usaha yang pernah dilakukan beberapa guru.Pertama, sekolah memberikan teguran. Siswa diberikan teguran dan nasihat-nasihat agar datang lebih awal sebelum jam pelajaran dimulai. Mereka disarankan untuk tidak tidur larut malam dadn bangun lebih pagi. Namun, teguran ini dianggap siswa masih sebagai teguran biasa. Siswa menganggap teguran tersebut sebagai teguran peringatan ringan. Kedua, sekolah mengirim anak ke guru bimbingan dan konseling. Biasanya, siswa ini merasa takut untuk datang ke BK. Salah satu alasannya adalah siswa yang masuk BK memiliki permasalahan besar. Ketiga, guru piket perlu berdiri di pintu gerbang masuk sekolah. Ia harus memanggil dan mengawasi siswa yang sudah datang tetapi pergi ke warung. Meskipun alasan mereka untuk sarapan, sebaiknya ini tidak ditolerir. Sekali mereka dibolehkan, maka siswa yang lain akan ikut-ikutan. Selanjutnya, ada juga sekolah yang memberikan bobot (angka) keterlambatan siswa. Misalnya, bobot 5 untuk sekali terlambat. Biasanya setelah mencapai bobot batas maksimal, siswa tersebut dipanggil secara tertulis. Dan, ada juga sekolah menyurati orang tua mereka. Langkah penting lain adalah memberikan hukuman denda. Misalnya, siswa yang telat diminta membayar satu ribu rupiah kepada piket kelas. Biasanya, kumpulan uang dari siswa terlambat ini digunakan untuk membiayai pekarangan sekolah, memperbaiki wc rusak, atau untuk kebutuhan lainnya. Semua upaya ini telah dilaksanakan. Namun, siswa datang terlambat juga. Apakah semua upaya ini tidak mengena sasaran? Apakah siswa yang berkasus ini harus diberikan penanganan khusus??Terakhir, saya pikir kita guru sendirilah kata kunci solusinya. Bagaimana caranya? Disiplin kita untuk masuk kelas tepat waktu membuat siswa harus masuk kelas lebih awal dari gurunya. Atau, setidaknya, mereka masuk kelas sama waktunya dengan guru. Kita tidak perlu menunggu siswa-siswa lain datang. Kita tidak perlu menunggu siswa piket. Jika ia sedang piket pagi, suruh mereka hentikan piket. Nasihati agar lain kali piket sepulang sekolah. Ambil absen siswa. Berapapun jumlah siswa yang hadir. Sugesti siswa yang datang tepat waktu untuk tetap mempertahankan kedisiplinannya. Misalnya, menambah nilai plus 1 atas kehadirannya, atau mengucapkan terima kasih secara langsung kepada masing-masing personil. Kita guru memang TAULADAN MEREKA. Setiap kita, terutama yang mengajar periode 1, pagi hari, MASUK KELAS TEPAT WAKTU. Mungkin satu atau dua kali tidak ada perubahan pada siswa yang telat. Kali ketiga, mereka berangsung datang tepat waktu. Semoga ide ini ada manfaatnya.

http://bingsmapar.blogspot.com/2010/05/siswa-terlambat-bagaimana-mengatasinya.html

Ada beberapa cara cantik untuk mengatasi keterlambatan anak datang ke sekolah. Pertama, tentunya kita sebagai orang tua harus introspeksi diri. Sudah menjadi sunatullah jika belimbing jatuh tidak jauh dari pohonnya. Apakah kita orang tua sudah menjadi model yang baik bagi anak-anak kita. Jika kita masih membudayakan jam karet datang ke kantor atau telat bayar tagihan, jangan harap anak kita menjadi lebih baik dari kita.

Page 2: Siswa sering terlambat

Kedua, jalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Tanyakan kepada guru kelas atau kepala sekolah, adakah anak kita sedang bermasalah di sekolah, tertekan oleh orang lain, kesulitan dalam belajar atau takut gurunya galak. Jelaskan dengan runut kepada pihak sekolah secara terbuka akan gejala yang sedang anak kita alami. Biasanya guru disekolah lebih faham dan hafal ketimbang kita sebagai orang tua di rumah. Dari mulai teman akrabnya di sekolah, kebiasaannya di kelas, potensi akademiknya dan hal-hal sepele seperti berapa kali sejam anak kita minta izin ke kamar kecil. Karena tidak dipungkiri guru adalah orang tua bagi siswa di sekolah. Hampir 30 jam seminggu mereka bersama anak kita. Tidak sedikit orang tua yang bertemu anaknya hanya pagi hari – kurang dari satu jam – karena kesibukanya di kantor misalnya.

Ketiga, sentuhlah anak kita dengan penuh kasih sayang. Luangkan waktu untuk menemaninya membaca buku kesukaannya, main lego, atau sekadar bercengkrama. Ajak ia bicara dari hati ke hati. Tanyakan apa yang sedang terjadi. Berilah semangat bukan hanya dalam bentuk wejangan. Menyelipkan ucapan kata sayang di buku pelajarannya atau di lunch-box-nya misalnya, membuat anak merasa sangat diperhatikan. Bukan hanya masalah terlambat, masalah akademik lainnya pun akan segera terpecahkan.

Jangan lupa untuk memberinya reward jika kita mendapati anak kita mengalami perubahan ke arah yang lebih baik sekecil apapun – demi mendorong mereka agar lebih baik lagi.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/01/anak-sering-datang-terlambat-ke-sekolah-ini-obatnya/

Kurangnya minat baca siswa

Kondisi minat baca masyarakat

Sajidiman Surjohadiprojo (1995) ketika menjabat Dubes Jepang mengatakan bahwa yang paling membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa Jepang adalah kemampuan adaptifnya, termasuk kemampuan membaca dan mempelajari budaya bangsa lain. Tidak akan dijumpai orang Jepang melamun dan mengobrol dikereta api bawah tanah, kegiatan mereka kalau tidak tidur tentu membaca.

Namun kita tidak dapat  menuduh begitu saja bahwa masyarakat  tidak memiliki minat baca. Hal ini dikarenakan faktor ekonomi, yaitu tingginya biaya produksi buku, karena semua pajak yang berkaitan dengan produksi buku dibebankan kepada konsumen, sehingga harga buku di Indonesia termasuk mahal. Apalagi masyarakat berpendapatan “ pas- pasan “, maka keterbatasan jangkauan dan prioritas kebutuhan juga salah satu penyebab rendahnya minat baca.

Jika Mendikbud menganggap masyarakat masih melecehkan buku (Kompas, 30/12/96) tidakkah terlebih dulu menugaskan Dirjen untuk meneliti minat baca. Apakah rendahnya minat baca tidak diikuti variabel ikutanya, seperti daya beli, kondisi perpustakaan, dan industri buku.

Kondisi penduduk kita yang hamper 220 juta jiwaitu tidak bisa disamakan dengan mereka yang terbiasa membeli kaset, MacDonald, dan pizza. Orang tua yang anaknya  ketika pergi ke sekolah tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki saja, setiap hari masih memikirkan ongkos kendaraanya. Apalagi berpikir untuk membeli buku adalah suatu hal yang luar biasa.

Page 3: Siswa sering terlambat

B. Rendahnya minat baca

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas bangsa Indonesia seperti tingkat pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan yang rendah. Kualitas SDM yang belum baik merupakan variabel penting yang membuat rendahnya mutu Indonesia di kancah Internasional. Carut marut praktis pendidikan Indonesia terlalu panjang jika diuraikan, diantaranya seperti kurang tersedianya fasilitas belajar yang memadai, rendahnya kualitas guru, dan karakter guru serta siswa yang belum terkondisikan untuk disiplin, jujur, dan bertanggungjawab. Bukti dari apa yang dikemukakan di atas di antaranya adalah malas membaca dan ,menulis.

Pendidikan selalu berkaitan dengan kegiatan belajar. Belajar selalu identik dengan membaca. Membaca selalu berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Persoalanya, kualitas membaca masyarakat juga siswa dan mahasiswa kita teramat rendah. Survai yang dilakukan oleh International Education Achievement (IEA) awal 2000, menunjukkan bahwa rangking kualitas membaca anak – anak sekolah kita menduduki urutan ke-29 dari 31 negara yang diteiti di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Penyair Taufik Ismail bahkan menyatakan dalam penelitianya bahwa anak-anak sekolah Indonesia nol (0) membaca karya sastra. Finlandia dan Jepang dua diantara yang masyarakatnya memiliki minat baca tinggi.

Sesungguhnya persoalan minat baca sudah dibincang oleh wakil rakyat awal tahun 60-an. Pada 1969 anggota DPR-GR sudah mendirikan yayasan yang berhubungan dengan masalah minat baca dan perpustakaan (Ajip Rosidi, 1983). Sampai sekarang pun para pejabat Depdiknas dan institusi terkait berusaha keras meningkatkan minat baca didukung oleh asosiasi keterbacaan nasional. Festival Raja dan Ratu Buku yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Nasional merupakan jalan menuju penumbuhan minat baca. Namun, sayangnya sampai sekarang hasil kualitas membaca bangsa belum menggembirakan..

Apa yang menyebabkan minat baca masyarakat kita rendah ? infrastruktur apa saja yang diperlukan untuk menumbuhkan minat baca ? paling tidak ada tiga faktor yang mempengaruhi minat baca masyarakat. Pertama, belum adanya kegemaran buku yang dicontohkan oleh masyarkat termasuk orang tua dan guru. Kedua, kurang  tersedianya bahan bacaan yang cukup untuk menumnbuhkan minat baca. Ketiga, tidak adanya pendidikan pembinaan minat baca, barangkali disebabkan belum terbinanya iklim membaca, belum tersedia program studi yang mengurusi minat baca atau pusat studi membaca dan kesalahan proses pembelajaran membaca dan beberapa penyebab faktor lain.

Upaya dan partisipasi masyarakat untuk mengembangkan minat baca

Di abad modern ini seharusnya kita tidak perlu berteori tentang rendahnya minat baca, baik yang berhubungan  dengan pembebasan pajak, gaya hidup, sikap masyarakat, daya beli dan variabel penyertanya. Namun mengkondisikan minat baca memang harus dilakukan, jika bangsa kita ingin turut serta dalam kancah persaingan dunia. Bangsa yang memiliki informasi dialah yang berkuasa. Kebiasaan membaca adalah kunci untuk mewujudkan cita – cita mulia itu.  Beberapa upaya dapat dilakukan sepperti berikut.

Page 4: Siswa sering terlambat

Pertama, usahakan untuk mewakafkan buku, seperti yang dicanangkan oleh almarhum mantan presiden Soeharto, buku yang menumpuk di almari pajang, majalah, jurnal, ensiklopedi yang kurang berguna menurut pemiliknya, dapat disalurkan ke sekolah dan lembaga-lembaga yang menurut pemiliknya berhak menerima. Jika memungkinkan untuk meningkatkan dan berpartisipasi dalam peningkatan SDM kita dapat memberi persembahan khusus beberapa buku dan langsung menyerahkan kepada almamater yang telah membesarkan pendidikan kita. Budayakan memberi hadiah buku pada event istemewa.

Kedua, optimalkan kinerja mahasiswa dalam kegiatan kuliah kerja nyata (KKN), partisipasi LSM yang bergerak di bidang pendidikan untuk memprioritaskan program perpustakaan beserta penyediaan tenaga pengelolanya. Tahap pertama yang dilakukan adalah penambahan koleksi dan, manajemen pengelolaan dan penumbuhan minat baca.

Ketiga, tumbuhkan upaya untuk menciptakan perpustakaan keluarga. Koleksi tidak harus didapatkan di toko buku dengan biaya mahal. Pasar – pasar loak, kios-kios buku di pinggir jalan sering kali dapat menyajikan buku-buku bermutu tanpa harus merogoh uang banyak.

Mengapa orang-orang (baik anak-anak maupun dewasa) Indonesia kurang berminat membaca? Padahal jika dicermati penerbitan buku, majalah maupun koran sangat meningkat. Tetapi sayang, minat ini hanya terbatas pada membaca koran dan majalah. Sedangkan minat baca yang dimaksud tentunya juga membaca buku yang memuat pengetahuan yang menyebabkan masyarakat suatu negeri memiliki penduduk yang cerdas dan mampu bersaing setaraf dengan masyarakat negeri lain di bidang apa saja didunia internasional.

Pertama, sistem pembelajaran belum memuat anak-anak, siswa, dan mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasikan karya-karya ilmiah, filsafat, sastra, dan sebagainya.

Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di internet bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi anak-anak. Nah, bagi orang tua seharusnya mengarahkan hal-hal segi positif dari internet itu.

Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket.

Keempat, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita hanya terbiasa mendengar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orang tua, nenek, dan tokoh masyarakat.

Kelima, para ibu orang tua kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan, serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga. Sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku dan belajar, hanya karena disibukkan urusan pribadi masing-masing.

Page 5: Siswa sering terlambat

Keenam, sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka.

Ketujuh, mempunyai sifat malas yang merajalela dikalangan anak-anak maupun dewasa untuk membaca dan belajar demi kemajuan diri masing-masing untuk menambah ilmu pengetahuan.

Dari sekian banyak penyebab rendahnya minat baca, semuanya kita kembalikan pada diri pribadi masing-masing untuk menyadari betapa penting manfaat dari membaca itu sendiri, dari poin pertama hingga terakhir itu tidak akan menjadi kendala kita untuk menumbuhkan sifat membaca dan mewariskannya

http://saipuddin.wordpress.com/2010/05/16/7-penyebab-rendahnya-minat-baca/