six sigma
DESCRIPTION
Six sigmaTRANSCRIPT
![Page 1: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/1.jpg)
MAKALAH
MANAJEMEN KUALITAS
SIX SIGMA
Disusun Oleh:
Alfi Shahril Z (201110160311195)
Pandu Laksono (201110160311204)
Hendra Gunawan (201110160311297)
Fendi Prasetyo (201110160311396)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
![Page 2: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia yang sudah diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini kami susun sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Kualitas. Sekaligus sebagai media
pembelajaran kami, untuk lebih memahami materi yang akan disampaikan pada
bangku perkuliahan nanti.
Materi ini kami susun terdiri dari topik- topik utama yang merupakan
berbagai pemahaman dasar bedasarkan teori dari beberapa sumber reffrensi dan
literature yang telah sesuai perkembangan perekonomian dunia seperti sekarang
ini. Sehingga makalah ini kiranya sangat diperlukan bagi Mahasiswa guna
menambah wawasan yang terkait erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan
yang berfokus pada “Six Sigma”
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat secara maksimal pada saat
ini maupun yang akan datang dalam kegiatan pembelajaran Manajemen Kualitas.
Makalah ini tentunya masih terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran sangat
kami perlukan untuk perbaikan di kemudian hari. Karena penulis menyadari,
bahwasannya keterbatasan ilmu merupakan kekurangan yang manusiawi
tergantung bagaimana kita menyiasati. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Malang, 14 Desember 2014
Penulis
i
![Page 3: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................…….. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pengertian Six Sigma.................................................................................3
B. Metodologi Six Sigma (DMAIC)..............................................................6
1. Fase Define (D)....................................................................................6
2. Fase Measure (M)................................................................................8
3. Fase Analyse (A)..................................................................................9
4. Fase Improve (I)...................................................................................9
5. Fase Control (C)..................................................................................9
C. Tools yang Dipakai Dalam Six Sigma.....................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14
ii
![Page 4: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi dan kemudahan akses terhadap informasi, perkembangan
produk dan jasa yang pesat telah mengubah bagaimana pelanggan
bertransaksi dengan sebuah perusahaan. Model bisnis lama sudah tak bisa
dijalankan lagi. Situasi kompetisi dewasa ini tidak memberikan sedikitpun
ruang bagi perusahaan untuk berbuat salah. Perusahaan harus benar-benar
memuaskan pelanggannya dan selalu berupaya mencari cara baru untuk
memenuhi permintaan pelanggan melebihi harapan-harapan
pelanggan. Untuk itulah, selalu diperlukan strategi bisnis handal yang
dilandasi filosofi dasar manajemen yang kokoh untuk tampil sebagai barisan
terdepan dalam penciptaan nilai (value) kepada pelanggan.
Dewasa ini banyak perusahaan lebih memfokuskan diri kepada
kepuasan pelangan melalui persaingan dalam hal kualitas produk ataupun jasa
yang dihasilkan. Oleh karena itu sudah semestinya perusahaan lebih
memperhatikan pengendalian kualitas produksi untuk lebih bisa bersaing
dan menunjang program jangka panjang perusahaan, yaitu
mempertahankan pangsa pasar atau bahkan menambah pangsa pasar
perusahaan.
Kualitas produksi sudah semestinya menjadi prioritas yang paling
utama dan penting dilakukan oleh perusahaan agar produk yang
dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan
maupun standar yang telah ditetapkan oleh badan lokal dan
internasional yang mengelola standarisasi mutu. Untuk mendapatkan
kualitas produksi yang dapat bersaing dibutuhkan metode
pengendalian kualitas produk yang berkesinambungan. Ada bebarapa
konsep metode pengendalian kualitas produksi diantaranya mulai dari
Total Quality Manajement (TQM), Statistical Proces Control (SPC) dan
Six Sigma. Dari beberapa konsep pengendalian kualitas produksi yang
1
![Page 5: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/5.jpg)
disebutkan diatas six sigma bisa dikatakan hasil evolusi terakhir dari
Quality Improvement yang berkembang sejak tahun 1940-an dan mulai
deterapkan oleh Motorola ditahun 1980-an.
Aplikasi Six Sigma berfokus pada minimalisasi cacat dan variansi,
dimulai dengan mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualitas atau
biasa disebut sebagai Critical to Quality (CTQ) dari suatu proses. Six
sigma menganalisa kemampuan proses dan bertujuan menstabilkannya
dengan cara mengurangi atau menghilangkan variansi-variansi pada proses.
Langkah mengurangi cacat dan variansi dilakukan secara sistematis dengan
mendefinisikan (define), mengukur (measure), menganalisa (analyze),
memperbaiki (improve) dan mengendalikan (control) yang kemudian
disebut sebagai metode DMAIC.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksut dengan Six Sigma ?
2. Bagaimana konsep metode Six Sigma ?
3. Bagaimana Aplikasi dan tujuan dari implementasi Six Sigma ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
Untuk mengetahui maksut, tujuan serta konsep dari metode Six Sigma
dan bagaimana pengaplikasian serta pengaruhnya terhadap kinerja
perusahaan sebagai strategi bisnis dalam pengendalian kualitas produk
guna menciptakan nilai tambah bagi pelanggan.
2. Manfaat
Menambah wawasan kepada semua pihak yang membutuhkan dalam
hal metode Six Sigma, yang dalam hal ini merupakan salah satu
metode pengendalian kualitas produk sebagai bentuk strategi bisnis
dalam perusahaan.
2
![Page 6: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SIX SIGMA
Sigma merupakan symbol standard deviasi pada statistik (Σ atau σ)
yang berasal dari huruf Yunani, suatu ukuran untuk menyatakan variasi
(variance), atau ketidaktepatan sekelompok item atau proses. Sedangkan six
sigma (6 σ) merupakan sebuah metode untuk memperbaiki suatu proses
dengan memfokuskan pada usaha-usaha untuk memperkecil variansi proses
yang terjadi, sekaligus mengurangi cacat (produk yang keluar dari
spesifikasi) dengan memanfaatkan metode statistik. Secara sederhana six
sigma dapat diterjemahkan sebagai suatu proses yang mempunyai
kemungkinan cacat (defect opportunity) paling tidak sebesar 0,00034% atau
sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk (defect per million).
Semakin tinggi nilai sigma, makin sedikit suatu proses mengalami
variasi dan makin sedikit pula kesalahan yang akan dialami. Implementasi
Six Sigma berokus pada proses, baik itu pada proses produksi atau jasa.
Apabila tercapai, maka Six Sigma akan dapat memastikan bahwa
keseluruhan proses produksi berjalan pada efisiensi yang optimal.
Tabel : Tingkat Kecacatan pada Sigma
SigmaPresentase kecacatan
(Percent defective)Jumlah cacat per juta
(defect per milion)
1 69% 691.4692 31% 308.5383 6,7% 66.8074 0,62% 6.215 0,023% 2336 0,00034% 3,47 0,0000019% 0,019
Dari pengertian di atas, maka dapat disederhanakan menjadi satu
definisi yang lengkap dan jelas, yaitu: Six Sigma merupakan suatu sistem
yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan
3
![Page 7: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/7.jpg)
memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan
kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data, dan analisis statistik
serta terus menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji
ulang proses usaha.
Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk setiap
perusahaan tergantung pada usaha yang dijalankannya, visi dan misi serta
strategi perusahaan bersangkutan. Tetapi umumnya dengan penerapan Six
Sigma akan ada perbaikan dalam hal-hal berikut ini:
1. Pengurangan biaya
2. Pertumbuhan pangsa pasar
3. Pengurangan waktu siklus
4. Retensi pelanggan atau loyalitas pelanggan
5. Pengurangan kesalahan pada produk atau produk cacat
6. Perubahan budaya kerja
7. Pengembangan produk atau jasa
Dalam pelaksanaan Six Sigma tidak dapat dilakukan oleh perorangan,
akan tetapi dijalankan oleh suatu tim Six Sigma yang terdiri dari pihak-
pihak yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan Six
Sigma, meliputi:
1. Executive Leaders
Diduduki oleh pimpinan puncak perusahaan yang bertekad
untuk mewujudkan Six Sigma, memulai dan memasyarakatkannya
siseluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-cabang perusahaan.
2. Champions
Merupakan orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan Six Sigma. Mereka merupakan
pendukung utama yang berjuang demi terbentuknya black belts
berfungsi sebagaimana mestinya. Dapat dikatakan Champions
anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung
jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan
perkembangan hasil kepada executive leaders sekaligus mendukung
tim pelaksana. Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi pemilihan
4
![Page 8: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/8.jpg)
calon-calon anggota black belt, mengidentifikasi wilayah kerja
proyek, menegaskan sasaran yang dikehendaki, menjamin
terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal dan memastikan bahwa
tim pelaksana telah memahami maksud/tujuan proyek.
3. Master black belt
Yaitu orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat dan
pemandu. Master black belt adalah orang-orang yang sangat
menguasai alat-alat dan teknik Six Sigma, dan merupakan sumber
daya yang secara teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh
perhatian dan kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-
aspek kunci dari peranan master black belt terletak pada
kemampuannya dalam memfasilitasi penyelesaian masalah tanpa
mendominasi proyek/tugas/pekerjaan.
4. Black Belt
Merupakan orang-orang yang berperan sebagai pemimpin
proyek perbaikan kinerja perusahaan. Mereka dilatih untuk
menemukan masalah, mencari penyebab beserta penyelesaiannya,
bertugas mengubah teori ke dalam tindakan, memilah-milah data dan
bertanggung jawa mengaplikasikan Six Sigma.
Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat
seperti: memiliki dipilin pribadi, cakap memimpin, menguasai
ketrampilan teknis tertentu, mengenal prinsip-prinsip statistika,
mampu berkomunikasi dengan jelas, mempunyai motivasi kerja yang
memadai.
5. Green Belt
Adalah orang-orang yang membantu black belts berdasarkan
keahliannya. Pada umumnya green belts bertugas secara paruh waktu
pada bidang tertentu, mengaplikasikan alat-alat six sigma untuk
menguji dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan kritis,
mengumpulkan dan menganalisis data serta melakukan percobaan-
percobaan.
5
![Page 9: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/9.jpg)
6. Yellow Belt
Adalah orang-orang yang membantu black belts dan green belts.
Meskipun tidak memiliki keahlian tertentu tentang six sigma, akan
tetapi mereka dapat membantu kerja black belt dan green belt dalam
pengumpulan data, pendefinisian masalah atau mencari sebab akibat
dari suatu masalah. Setiap orang yang menjadi bagian dari perusahaan
merupakan anggota Yellow Belt.
Ada enam komponen utama dalam konsep Six Sigma, yaitu:
a. Menutamakan pelayanan kepada pelanggan
b. Manajemen yang berdasarkan data dan fakta
c. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan
d. Manajemen yang proaktif
e. Kerjasama tim yang bagus
f. Selalu mengejar kesempurnaa.
B. METODOLOGI SIX SIGMA (DMAIC)
Terdapat dua macam metodologi dalam Six Sigma. Yang pertama
adalah DMAIC, untuk proses yang sudah ada dan yang kedua adalah
DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify)/DFSS (Design for Six
Sigma) untuk proses yang belum ada. Model pendekatan Six Sigma yang
paling umum digunakan sekarang adalah DMAIC (Define – mendefinisikan,
Measure – mengukur, Analyze – menganalisis, Improve – memperbaiki,
Control – mengendalikan).
1. Fase Define (D)
Merupakan fase menentukan masalah dan menetapkan kebutuhan
spesifik dari pelanggan yang dalam hal ini sering disebut dengan “suara
pelanggan” (VOC − Voice of Customer). Setelah mendata semua
variabel yang dipandang penting oleh pelanggan sebagai VOC,
selanjutnya perlu diberikan nilai ukur. Variabel terukur tersebut
dinamakan kharakteristik kualitas pengganti atau Critical to Quality
6
![Page 10: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/10.jpg)
(CTQ). Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi proses-proses yang
menyertai CTQ tersebut.
Untuk lebih memudahkan pendefinisian masalah pada fase ini ada
2 tahap yang dapat digunakan:
a. Project StatementProject Statement adalah suatu pernyataan proyek yang
meliputi beberapa komponen berikut:
1) Busunes Case − berisi pernyataan yang menyatakan latar
belakang umum permasalahan yang terjadi
2) Problem Statement − berisi pernyatan tentang masalah yang
akan dibahas
3) Project Scope − menyatakan objek dan ruang lingkup
penelitian.
4) Goal Stetment − menyatakan tujuan dari penelitian yang
dilakukan
5) Milestone − menyatakan jangka waktu penelitian.
Untuk membatu dalam membangun project statement bisa
menggunakan diagram pareto yang merupakan grafik untuk
membuat peringkat pada hal-hal yang harus diprioritaskan, yaitu
dengan memilih penyebab mana yang harus diprioritaskan terlebih
dahulu.
b. Peta aliran proses (mapping proces)
Peta aliran proses adalah suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan dalam
meningkatkan kualitas proses menggunakan simbol-simbol standar
flochart. Proses mapping mempunyai 5 kategori kerja utama, yaitu
mengidentifikasi Supplier – Input – Proses – Output − Costumer
(SIPOC). Adapun kegunaan dari peta aliran proses adalah sebagai
berikut:
1) Digunakan untuk mengetahui aliran bahan mulai awal masuk
dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.
2) Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
7
![Page 11: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/11.jpg)
proses.
3) Digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami
bahan selama proses berlangsung.
4) Alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses,
mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempat-
tempat dimana terjadi ketidakefisienan pekerjaan.
2. Fase Measure (M)
Merupakan fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan dan tingkat
kinerja. Dalam fase ini, pengukuran yang dilakukan antara lain:
a. Pengukuran baseline kinerja
Sebelum dilakukan proses six sigma harus dilakukan
pengukuran tingkat kinerja saat ini atau pengukuran baseline
kinerja. Ukuran hasil kinerja baseline yang digunakan pada six
sigma adalah tingkat DPMO (defect per million opportunity) dan
pencapaian tingkat kapabilitas sigma (sigma level).
Perhitungan nilai sigma dilakukan untuk mengetahui
performa proses saat ini yang akan menjadi tolak ukur dalam
menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan. Langkah-
langkahnya yaitu:
1) Menghitung nilai DPMO
DPMO merupakan suatu ukuran kegagalan dalam six
sigma yang menunjukkan kerusakan suatu produk dalam satu
juta barang yang diproduksi. Kriteria DPMO harus
didefinisikan dengan teliti. Kerusakan dapat digambarkan
dengan tidak bersih, tidak tepat atau tidak sesuai dengan
standar. DPMO ditulis dengan persamaan:
DPMO= Jumlah KerusakanJumlah Semua Produksi
X 1.000 .000
Nilai DPMO dari suatu produk menggambarkan rata-rata
pengukuran pada proses.
8
![Page 12: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/12.jpg)
2) Mengobservasi nilai DPMO ke nilai sigma menggunakan
tabel konversi sigma. Setelah diperoleh nilai DPMO dan level
sigma maka kita dapat mengetahui besarnya baseline kinerja
perusahaan saat ini.
b. Pengukuran tingkat kapabilitas proses (capability proses)
Suatu proses disebut mempunyai kapabilitas jika proses
tersebut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan output yang
berada dalam batas spesifikasi yang diharapkan, yaitu apabila nilai
rata-rata dari proses tersebut sama dengan nilai target yang
diharapkan dan besarnya rentang batas spesifikasi yang diinginkan
perusahaan, yaitu batas spesifikasi atas perusahaan (USL) dan batas
spesifikasi bawah perusahaan (LSL) lebih besar dari rentang batas
kontrol pada produk yaitu dihasilkan, yaitu garis hasil atas (UCL)
dan garis bawah (LCL).
3. Fase Analyse (A)
Merupakan fase mencari dan menentukan penyebab dari suatu
masalah. Selanjutnya akar utama suatu permasalahan dapat dianalisis
menggunakan diagram sebab akibat, ichigawa, fishbone dan failure
models and effect analysis/FMEA.
4. Fase Improve (I)
Merupakan fase meningkatkan proses dan menghilangkan sebab-
sebab timbulnya cacat. Setelah sumber-sumber penyebab masalah
kualitas dapat diidentifikasi, maka dapat dilakukan penetapan rencana
tindakan (action plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas six
sigma.
5. Fase Control (C)
Pada fase control hasil-hasil peningkatan kualitas
didokumentasikan dan disebarluaskan. Hasil-hasil yang memuaskan dari
proyek peningkatan kualitas six sigma harus distandarisasikan, dan
selanjutnya dilakukan peningkatan terus menerus pada jenis masalah
yang lain mengikuti konsep DMAIC.
9
![Page 13: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/13.jpg)
Ada tiga kualifikasi dasar yang harus dipenuhi bila akan
menggunakan metode DMAIC, yaitu:
1. Ada celah antara kinerja sekarang dengan yang diharapkan.
Pertamatama perlu ditentukan permasalahan apa yang harus
dipecahkan, atau kesempatan apa yang akan diraih. Pada kasus desain
proses, ada aktivitas baru yang diluncurkan di mana tidak ada proses
yang muncul.
2. Penyebab masalah tidak dipahami secara benar. Pihak manajemen
mungkin hanya mengerti permasalahan secara teoritis, tetapi tidak
mengetahui akar penyebab masalah.
3. Solusi belum ditetapkan. Bila pihak manajemen telah merencanakan
perubahan jangka pendek, masih ada waktu untuk menerapkan Six
Sigma. Penerapan Six Sigma secara cepat dapat menghemat waktu
untuk analisis yang lebih akurat. Bila suatu usaha secara signifikan
telah dijalankan untuk menjembatani celah tersebut, penerapan Six
Sigma tidak akan berguna.
C. TOOLS YANG DIPAKAI DALAM SIX SIGMA
Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan juga
alat-alat yang digunakan dapat memberi kekuatan pada proses usaha
perbaikan dan usaha pembelajaran. Alat-alat atau metode-metode tersebut
akan diuraikan pada bagian ini.
Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu proses yang
sistematik untuk memotivasi suatu bisnis agar lebih fokus terhadap
pelanggan. QFD ini digunakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang terlibat dalam penyediaan produk, proses, jasa dan strategi
yang akan lebih memuaskan pelanggan. Ini merupakan suatu proses untuk
mengerti keinginan pelanggan dan pentingnya keuntungan yang akan
diperoleh.
Diagram Boxplot adalah suatu alat grafik dasar yang menampilkan
pengumpulan, penyebaran, dan pendistribusian dari kumpulan data yang
10
![Page 14: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/14.jpg)
berkesinambungan. Diagram boxplot ini menyediakan hasil ringkasan dari
kumpulan data, yaitu nilai tengah dari 50% data, median, dan quartile.
Grafik run chart adalh suatu pengukuran kinerja dari suatu proses
pada suatu periode waktu yang digunakan untuk mengidentifikasi tren atau
pola.
Process capability menunjuk kepada kemampuan dari suatu proses
untuk memproduksi suatu produk/jasa yang bebas dari penyimpangan
(defect) di bawah kendali lingkungan produksi/jasa. Beberapa indikator
yang digunakan menunjukkan kinerja keseluruhan dan kinerja potential.
Diagram sebab akibat (Fishbone) adalah analisa yang dilakukan
dengan memulai pada akibat atau masalah yang timbul kemudian secara
terstruktur mencari kemungkinan penyebabnya. Pada umumnya ada enam
faktor yang dapat menimbulkan penyimpangan di dalam proses bisnis yaitu
5 M (material, method, machine, measures, mother nature) dan 1 P
(people).
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan seperangkat
pedoman, proses, dan format untuk mengidentifikasi dan memprioritas
masalah penting atau kegagalan. Metode FMEA mempunyai banyak
aplikasi dalam lingkungan Six Sigma, dalam hal mencari berbagai masalah
bukan hanya dalam proses serta perbaikan kerja, tapi juga dalam aktivitas
pengumpulan data, usaha-usaha Voice of Customer, prosedur dan bahkan
dalam pelaksanaan inisiatif Six Sigma. Satu-satu prasyarat adalah adanya
situasi yang kompleks atau berisiko tinggi dimana perlu diberikannya
penekanan khusus untuk menghentikan masalah.
Analisa pareto dilakukan dengan menyusun atau mengelompokan
data dari yang terbesar sampai terkecil. Diagram Pareto ini membantu di
dalam mengidentifikasi suatu penyebab masalah yang paling sering terjadi
atau memberikan kontribusi terbesar. Analisa Pareto ini biasanya
menggunakan aturan “80/20” yang mengindikasikan bahwa 80% biaya yang
timbul di dalam perusahaan disebabkan oleh 20% masalah.
Selain tools-tools di atas, terdapat tools lainnya seperti pengujian
Tingkat Signifikan Statistik (Chi – Square, t – test, ANOVA) yang mana
11
![Page 15: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/15.jpg)
merupakan teknik yang digunakan para ahli statistik untuk mencari pola
atau menguji kecurigaan mereka pada data yang ada. Pada Six Sigma, alat-
alat ini dapat digunakan untuk:
a. Mengkonfirmasi permasalahan yang terjadi atau adanya perubahan
yang berarti pada kinerja proses.
b. Memeriksa validitas data.
c. Menentukan jenis pola data atau distribusi dalam sekelompok data
kontinu.
d. Mengembangkan akar penyebab hipotesis berdasarkan pola dan
perbedaan yang ada.
e. Validasi atau tidak menyetujui akar penyebab hipotesis.Analisis korelasi dan regresi menganalisa hubungan antara dua faktor
atau lebih. Bila dua faktor saling berhubungan, berarti perubahan pada satu
faktor akan berakibat pada faktor lain. Adapun kegunaan dari Korelasi dan
Regresi itu sendiri adalah:
1. Menguji hipotesa akar masalah dengan melihat apakah ada hubungan
antar penyebab yang diduga (X) dan respon atau ouput (Y).
2. Mengukur dan membandingkan pengaruh berbagai faktor (X) pada
hasil (Y).
3. Memprediksi kinerja sebuah proses, produk, atau jasa dibawah kondisi
tertentu.
12
![Page 16: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB III
PENUTUP
Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang sangat terfokus terhadap
pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara
keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas
waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya. Six sigma juga disebut sistem
komprehensive - maksudnya adalah strategi, disiplin ilmu, dan alat - untuk
mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis. Six Sigma disebut strategi karena
terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena
mengikuti model formal, yaitu DMAIC ( Define, Measure, Analyze, Improve,
Control ) dan alat karena digunakan bersamaan dengan yang lainnya,
seperti Diagram Pareto (Pareto Chart), Fish Bone, Sebab akibat dan Histogram.
Kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan
untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Kemampuan ini adalah hal
fundamental dalam filosofi six sigma.
Model pendekatan Six Sigma yang paling umum digunakan sekarang adalah
DMAIC, yaitu:
1) Define, mengkonfirmasikan kesempatan dan mendefinisikan batasan dan
tujuan dari suatu proyek. Pada tahap ini dilakukan identifikasi
permasalahan.
2) Measure, mengumpulkan data untuk membangun suatu “current state” apa
yang terjadi secara aktual ditempat kerja dengan proses yang terjadi
dilapangan. Pada tahap ini dilakukan untuk memvalidasi, mengukur,
menganalisis permasalahan berdasarkan data yang ada.
3) Analyze, penggunaan data dan tool untuk memahami penyebab yang dapat
mempengaruhi hubungan proses, yaitu mengintepretasikan data untuk
membangun sebab akibat.
4) Improve, mengembangkan modifikasi dengan perbaikan yang valid terhadap
proses dari sistem.
5) Control, mengimplementasikan prosedur-prosedur untuk meyakinkan
bahwa perbaikan-perbaikan dapat berlangsung lama.
13
![Page 17: Six Sigma](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080106/577cc1731a28aba711931830/html5/thumbnails/17.jpg)
DAFTAR PUTAKA
Brue, Greg. 2002. Six Sigma for Managers. Jakarta: Canary.
Dale, B.G., and Plunkett, J.J. 1990. Managing Quality. Great Britain: Philip
Allan.
Gaspersz Vincent, Fontana Avanti. 2011. Lean Six Sima for Manufacturing and Service Industries. Bogor: Vinchiristo Publication.
Miranda, dan Tunggal, Amin Widjaja. 2002. Six Sigma: Gambaran Umum,
Penerapan Proses dan Metode-Metode yang Digunakan untuk Perbaikan:
GE MOTOROLA. Jakarta: Harvarindo.
Hidayat, Ridwan Asep. 2010. Skripsi: Analisis Masalah Kualitas Produk Air Mineral Pada Perusahaan Air Minum Menggunakan Metode Six Sigma termuat di : http:// Jurnal Six Sixma com. diakses pada: 14 Desember 2014.
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2013. Metodologi Six Sigma. Termuat di:
http://id.wikipedia.org/wiki/Six_Sigma. Diakses pada: 14 Desember 014.
14