ske a blok 9
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 ske a blok 9
1/3
, ,
.
.
r, r
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
TINIT
PENDIDIKAN
IGDOKTERAN (UPK)
Zono
F'
Gedung
I Kompus
tlnsri
tndroloyo
Ol
Sumqtero
Selotqn,
lndonesio
Telp.
07,l I
-
58006]
otou
/
or
JL
dr. Muh.
Ali
Komplek
RSUP
Polembong
30i26, lndonesiq,
Telp.
071
1
-
35i342,
Fox.
0Zl
I
-
323458,
Skenario
A. Analisis
Molekuler
ESBL
(Extended-Sp
e ctr
ut?,
B
eta-Lactamas
e)
Tn. Iske
(60
tahun)
mempunyai
riwayat
hipertropi
prostat
dan
sering
dipasang
kateter
urine
di
rumah
sakit.
Sejak
1
bulan
yang
lalu,
dia
mengeluh
nyeri
saat
berkemih. Keluhan
tersebut
disertai
demam.
Pemeriksaan
urin
menunjukkan
adanya
infeksi
pada
saluran
kemih.
Dokter
memberi
antibiotik
selama
7
hari
tetapi belum
sembuh.
Kemudian
dokter
meminta
dilakukan
pemeriksaan
ulang terhadap
urin
yaitu
biakan
untuk
mengidentifikasi
bakteri
penyebabnya
dan meminta
dilakukan
Antimicrobial
Suseeptibility
Testing
(AST).
Hasil
biakan
menunjukkan
infeksi
oleh
Escherichia
coli
dan hasil
AST
memperlihatkan
fenomena
ESBL.
Dokter
meminta
dilakukan
pemeriksaan
molekuler
untuk
memastikan
bahwa
hasil
AST
tersebut memang
benar
ESBL.
Tujuan Pembelajaran
L
Memahami
anatomi
dan
fisiologi
saluran
kemih
2. Memahami
mekanisme
kerja
antibiotik
3.
Memahami mekanisme
resistensi
antibiotik
4.
Menjelaskan
secara
lengkap
contoh
resistensi
ESBL
ini mulai dari
diagnosis,
uji kepekaan,
dan
pemeriksaan
molekuler.
Identifikssi
Masalah
1.
Tn. Iske
(60
tahun)
mempunyai
riwayat
hiperkofi
prostat
dan sering
dipasang
urin
kateter.
2.
Tn- Iske
mengeluh
nyeri
saat berkemih.
3. Tn.Iske
Demam.
4.
Pemeriksaan
urin menuqjukkan
infeksi
saluran
kemih.
5. Diberi
antibiotik
7 hari tetapi
tidak
sembuh
6.
Hasil biakan urine menunjukkan infeksi
aleh
Escherichiu
coli
dan hasil
AST
memperlihatkan
fenomena
ESBL
(main problem).
7.
Dokter
kemudian
ingin memastikan
bahwa
hasil
AST
tersebut
memang
benar
ESBL berdasarkan
pemeriksaan
molekuler.
Analisis
Masalah
1.
Tn. Iske
(60
tahun)
mempunyai
riwayat hipertorfi prostat
dan sering
dipasang
urin
kateter.
a.
Bagaimana
anatomi
&
fisiologi
haktus
urogenital
pria?
b.
Apa
hubungan
riwayat
hipertrofr prostat,
sering dipakai
urine
kateter
dengan infeksi
yang
terjadi?
Tn.
Iske mengeluh
nyeri
saat
berkemih.
^,
Mengapa mengeluh
nyeri
saat
berkemih?
b.
Saraf
apa
yang
berpengaruh pada
mekanisme
nyeri
tersebut?
Tn.Iske
Demam.
a.
Bagaiman
mekanisme
demam
pada
kasus
ini?
Pemeriksaan
urin menunjukkan
infe*si
saluran
kemih.
a.
Apayang
dimaksud
dengan
infeksi?
Diberi
antibiotik
7
hari
tetapi
tidak
sembuh
a.
Apa
yang
dimaksud
dengan
antibiotik?
b. Apa
sajajenis-jenis
antibiotik?
c.
Mengapa
setelah 7
hari
diberi antibiotik
Tn.Iske
tidak
sembuh?
2.
a
J.
4.
5.
-
8/19/2019 ske a blok 9
2/3
Hasil
biakan
urine
menu4jukkan
infeksi
oleh Escherichia
coli dan
hasil AST memperlihatlan
fenomena
ESBL.
a.
Apa
yang
dimaksud
dengan ESBL?
b.
Bagaimana
cara
mendiagnosis
infeksi
bakteri
ESBL?
c.
Bagaimana mekanisme
terjadinya
resistensi
antibiotik?
(main
problem:
mutasi)
7.
Dokter
kemudian
ingin
memastikan
bahwa hasil
AST
tersebut memang
benar ESBL berdasarkan
pemeriksaan
molekuler.
a.
Apa
saja
pemeriksaan
molekuler
yang
dapat
dilakukan untuk
menentukan resistensi
ESBL?
Keterkaitan
antar
masalah:
Hipertrofi
prostat
)
susah
BAK
)
kateter
urin
)port
de entry
infeksi
bakteri
penghasil
ESBL
Gen
penyandi
ESBL
(TEM
Dan
SHV)
Hampir
seluruh ESBL
merupakan
derivat dari enzim TEM
atau
SIIV.
Saat
ini
terdapat
lebih
dari
90
tipe TEM
dan lebih
dari 25 tipe
SIIV.
Pada
kedua
kelompok
enzim ini
terdapat
point
mutation
pada
lokus tertentu
pada
genomnya
sehingga
menimbull
-
8/19/2019 ske a blok 9
3/3
Klebsiella
oxytoea, P.
mirabilis dan
Citrobacter
freundii.
IRL
resisten terhadap
clwulonic
acid
dan
sulbactarn
seperti
amoxicillin-clsvulsnate,
tic*rcillin-clavulanate
dan
ampicillin-sulbactam,
tetapi
masih
sensitif
terhadap
tazabactam
dan
kombinasi
piperacillin
dengan
tazobactarn
(Nordman,
1998).
Pada
beberapa
tahun
terakhir ditemukan
famili
bara
plasmid-mediatedESBl
yang
disebut
CTX-
M
(nama
ini
diambil
dari
kemampuan
enzim menghidrolisis
cefotaxime).
Enzim-enzim
ini terutama
ditemukan
pada
galur
Salmonella
enterica
seroyar Typhimurium
dan
E colf.
Kelompok enzim
yang
termasuk
CTX-M
adalah
CTX-M-I
(sebelumnya
disebut
MEN-1),
CTX-M-2 hingga
CTX-M-10
serta
enzimToho
1 dan
2
(Caudron
et
a1.,1997).
Kelompok
enzim
ini
hanya
memiliki
kemiripan
sekitar
40Yo
dengan
TEM
atau
SHy.
Studi
filogenetik
terhadap
famili
CTX-M
memperlihatkan
adanya
4 tipe utama
yaitu:
pertama
CTX-M-I
meliputi
CTX-M-1
dan
CTX-M-3,
kedua
CTX-M-2
meliputi CTX-M-2,
CTX-M4,
CTX-M-5, CTX-M-
6, CTX-M-?
dan
Toho-1, ketiga
Toho-2 dan keempat
CTX-M-8.
Dua tipe terakhir hanya
memiliki
satu
anggota.
Jarak
evolusi
antara
tiap
grup
mengarah
pada
kemungkinan
diversitas dari
common
ancestor
(Caudron
etal.,1997).
Studi
kinetik
memperlihatkan bahwa
CTX-M
mampu
menghidrolisis cephalothin
atau
eephaloridine
lebih baik
dibandingkan dengan
benzylpenicillin
dan
lebih
sering
menghidrolisis
cefotmime
daripada
cefiazidirne. Meskipun enzim
ini
mampu
menghidrolisa ceftazidirne
tetapi
secara
klinis
bakteri
tidak
sampai
menjadi
resisten.
Bukti ini
mengindikasikan bahwa residu
serin
pada posisi
237
yary
terdapat
pada
semua
enzim
CTX-M memegang
peran penting
dalam
hal ertended-spectrum
activity. Sementara
itu
meskipun tidak esensial residu
A19-276
yang
ekuivalen dengan Arg-244
pada
TEM
atau
SHV kemungkinan
juga
berperan
dalam hidrolisis sefalosforin
(Chaibi
et
a1 ,7999).
Galur
CTX-M
telah diisolasi
dari
berbagai
belahan
dunia
tetapi
lebih
sering
berhubungan
dengan
wabah
di
Eropa Timur, Amerika
Selatan
dan
Jepang.
Hanya sedikit ditemukan
di
Eropa Barat. Beberapa
peneliti
melaporkan
bahwa mayoritas
strain E.
cali dan
Salmonella
yang
diisolasi
di
Spanyol ditemukan
CTX-M-9,
CTX-M-3
pada
Enterobacter
cloacae
di
Prancis. Selain
itu
CTX-M
paling
sering ditemukan
dari isolat ESBL di
laboratorium.
Temuan-temuan
tersebut
menunjukkan
bahwa
telah terjadi
fokus
endemik
di
Eropa.
Sebagian besar
isolat
S.
enterica
seravar
Typhimurium
dari daerah
wabah
di
Amerika
Selatan
dan Eropa memperlihatkan
adanya
varian
CTX-M.
Tampaknya
CTX-M
pada
bakteri
tersebut
tidak
hanya
berasal
dari
galur
tunggal
(single
origin)
(D'Agata
et
al.,
1998).
Kelompok enzim OXA
resisten terhadap
ampicillin
dan
cephalothin,
memiliki
ciri
khas
akti{itas
hidrolisis
yang
tinggi
terhadap
oxacillin
dan cloxacillin
dan
dihambat
secara lemah
oleh clqvulanic
acid.
Famili
OXA
lebih
merupakan
kelompok ESBL yang
bersifat fenotipik
ketimbang genotipik.
Oleh
karena
itu homologi dalam
kelompok ini
hanya sekitar
ZA%.Bila
sebagian
besar
ESBL ditemukan pada
E.
coti,
K.
pneumoniae
dan
Enterobacteriaceae
lainnya
maka tipe
OXA
ditemukan terutamapada
P. Aeruginosa
(Qeenan
et
a1.,2004).