skenario a blok 24 fix
DESCRIPTION
lalaTRANSCRIPT
Skenario A blok 24 tahun 2014
Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5
kali/hari @1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah.
Sebelumnya, ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Reygen
lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang
badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan
perkembangan. Baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk
harus dibantu.
Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah 3
bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merk S 6 kali sehari @ 2 ½ sendok takar
dicampur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merk C 3 kali 1 sachet
sehari @ 20 gram (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah
benar. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi
pabrikan.
Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x.
Reygen dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia
32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun, dan
3 tahun). Rumah masih menyewa 3m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air
minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter.
Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124 x/menit,
isi dan tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 36,80C. Setelah dilakukan pengukuran
antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5.150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepala
46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada defisiensi vitamin A, tidak
ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.
Klarifikasi istilah
1
antropometri : ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran,
berat volume, dll) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak.
baggy pants : otot paha mengendur, pada daerah tersebut tampak seperti memakai
celana longgar, akibat jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
Dismorfik : keadaan dimana terdapat bentuk morfologi berbeda-beda
iga gambang : tulang rusuk tampak menonjol seperti alat musik gambang.
Identifikasi masalah
1. Reygen 11 bulan, datang ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5 kali/ hari @1-2
sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah, serta tidak ada muntah
2. Riwayat diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan.
3. Saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada
umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.
4. Riwayat nutrisi kurang baik
5. Riwayat imunisasi tidak lengkap
6. Riwayat keluarga dengan sosek rendah
7. Pemeriksaan fisik (umum dan antropometri)
Analisis masalah
1. Reygen 11 bulan, datang ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5 kali/ hari @1-2
sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah, serta tidak ada muntah
a. Bagaimana patogenesis dari kasus ini?
2
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa
darah dan lendir dalam tinja. Diare dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan waktu serangan (onset) yaitu diare akut dan diare kronik. Diare
akut bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Sedangkan diare kronik atau diare berulang dapat berlangsung berminggu-
minggu atau berbulan-bulan, baik secara terus menerus atau berulang.
Secara klinis, penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar,
yaitu:
1. Infeksi
- Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus
- Bakteri: E.Coli (20-30%), Shigela sp.
- Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lambia, crystosporidium
(4-11%)
2. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein
3. Alergi: makanan, susu sapi
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi: AIDS
6. Sebab lainnya
Penyebab tersering adalah karena infeksi dan keracunan.
Secara umum, patogenesis diare dimulai saat pathogen enteric melekat pada
sel mukosa melalui fimbrial atau afimbrial. Setelah interaksi ini, patogenesis
diare tergantung apakah organisme masih menempel pada permukaan sel
3
dan menghasilkan toksin sekretorik, menginvasi ke dalam mukosa, atau
penetrasi ke dalam mukosa (tipe penetrasi atau sistemik).
Pada dasarnya, mekanisme patogenesis diare infeksi dapat dibagi
menjadi:
1. Diare sekretorik karena toksin
2. Patomekanisme invasive
3. Diare karena perlukaan oleh substansi intraluminal
Diare sekretorik biasanya disebabkan adanya enterotoksin yang dikeluarkan
oleh organism pada saat melekat pada permukaan sel.
Virus yang juga berperan dalam diare, memberikan perubahan morfologi
dan fungsional mukosa jejunum. Virus enteropatogen seperti Rotavirus
(penyebab tersering diare anak) menyebabkan infeksi lisis pada enterosit.
Invasi dan replikasi virus dalam sel menginduksi kematian dan lepasnya sel.
Enterosit yang lepas digantikan oleh sel imatur. Akibatnya, terjadi penurunan
enzim lactase dan gangguan transport glukosa-Na+ karena pengurangan
aktifitas Na-K-ATPase. Hal ini menyebabkan terjadinya maldigesti karbohidrat
dan diare osmotic.
Interaksi diare dan gizi kurang merupakan suatu “lingkaran setan”. Diare
dapat menyebabkan kekurangan gizi, dan kurang gizi akan memperberat
diare. Brown dalam The Journal of Nutrition mengatakan, pengaruh yang
tidak diharapkan dari infeksi terhadap status nutrisi pada anak adalah
berupa penurunan masukan makanan dan absorpsi saluran cerna,
peningkatan katabolisme dan kehilangan nutrient yang dibutuhkan untuk
sintesis jaringan dan pertumbuhan. Disisi lain, malnutrisi akan
mempermudah infeksi karena pengaruh negative pertahanan kulit dan
4
mukosa melalui gangguan imun. Pada penderita malnutrisi, serangan diare
terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin buruk keadaan gizi anak,
semakin sering dan berat diare yang dideritanya. Meningkatnya risiko diare
persisten pada gizi buruk disebabkan gangguan protektif dari host sendiri,
seperti hipoklorhidia, gangguan motilitas, sintesis antibody yang berkurang
dan gangguan imunitas selular sehingga memudahkan kolonisasi pathogen.
Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibody serta
terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi
berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh terutama penyebab diare. Pada anak ini juga terdapat penurunan
pergantian sel mukosa usus setelah infeksi sehingga memperlambat
penyembuhannya.
Karena faktor hygiene yang buruk, bisa disimpulkan jika kebanyakan diare
adalah tipe infeksi. Tapi kebanyakan dari diare lebih berkaitan akibat dari
kelaparan (starvation) dibandingkan infeksi karena peningkatan risiko infeksi
dan penurunan resistensi terhadap organism. Pada bayi dengan marasmus,
bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit
(Nelson, 2000)
Diare karena marasmus mungkin kebanyakan diakibatkan oleh malnutrisi
dari sel epitel intestinal, sehingga fungsi sel epitel (enterosit) ini tidak
berjalan dengan baik. Pada penderita malnutrisi, produksi dan maturasi dari
sel-sel enterosit baru akan terganggu sehingga merubah morfologi intestinal.
Usus halus mempunyai epitel khusus yang mempunyai daerah permukaan
yang luas, strukturnya seperti vili dan pada mukosa dapat mengoptimalkan
absorbsi, baik di bawah kendali aktif maupun pasif. Vili usus halus pada
penderita malnutrisi akan mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan
5
dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus
halus dan akan meningkatkan tekanan osmotic usus. Hal ini menyebabkan
banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.
Pada kasus ini, pemberian ASI ekslusifnya juga tidak baik. Padahal pemberian
ASI eksklusif sampai usia 6 bulan akan memberikan kekebalan kepada bayi
terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang
mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Oleh karena itu, dengan
adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan lebih terlindung
dari berbagai macam infeksi.
Ringkasnya:
Tidak memberikan ASI secara penuh sampai usia 6 bulan, asupan nutrisi
yang kurang, faktor hygiene yang buruk -> malnutrisi -> gangguan protektif
host (penderita) -> hipokloridia, gangguan motilitas, sintesis antibody yang
berkurang, gangguan imunitas selular -> memudahkan kolonisasi pathogen -
> invasi dan replikasi virus dalam sel enterosit -> menginduksi kematian dan
lepasnya sel -> enterosit yang lepas digantikan oleh sel imatur (pada anak
dengan gizi buruk, terjadi penurunan pergantian sel mukosa usus setelah
infeksi sehingga memperlambat penyembuhannya) -> penurunan enzim
lactase dan gangguan transport glukosa-Na+ -> maldigesti karbohidrat dan
diare osmotic -> penurunan masukan makanan dan absorpsi saluran cerna ->
peningkatan katabolisme dan kehilangan nutrient yang dibutuhkan untuk
sintesis jaringan dan pertumbuhan -> malnutrisi
6
b. Apa dampak diare berulang pada kasus ini?
Sebenarnya dampak diare berulang tidak terlalu berbeda dengan diare akut,
namun dampaknya bisa terjadi lebih parah dan jangkanya lebih panjang.
Kehilangan cairan dan elektrolit pada diare dapat menyebabkan :
1. Dehidrasi
2. Hipotermia
3. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang
4. Hipokalemia dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram
5. Hipoglikemia
6. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa usus halus
7. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik
8. Malnutrisi energi protein, karena penderita juga mengalami kelaparan
disamping diare (pemasukan sedikit, pengeluaran banyak)
9. Diare berulang lagi, yaitu terjadi intoleransi makanan akibat fungsi usus
yang belum kembali sempurna (karena pemulihan seluler epitel bayi
lambat), proses penyembuhan tidak baik, malnutrisi (mengganggu
produksi dan maturasi enterosit baru sehingga merubah morfologi
intestinal, kerusakan barrier mukosa dan atrofi dinding usus yang
mengganggu sekresi berbagai enzim sehingga menjadi rentan untuk
infeksi kembali)
c. Mengapa bisa terjadi diare berulang?
Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi pada anak-anak usia 6-11 bulan, pada masa mulai diberikannya
makanan pendamping. Hal ini menggambarkan keadaan yang ditimbulkan
7
karena adanya efek dari penurunan kadar antibodi ibu, masih belum
matangnya kekebalan aktif bayi, dan pengenalan makanan yang
kemungkinan terpapar dengan bakteri dan kuman.
Ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman
dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut adalah:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan.
Risiko untuk menderita diare beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak
diberi ASI daripada bayi yang disusui secara penuh.
2. Penggunaan botol susu yang tidak higienis. Penggunaan botol ini
memudahkan pencernaan oleh kuman. Sewaktu susu dimasukkan ke dalam
botol yang tidak bersih atau bila tidak segera diminum, akan terjadi
kontaminasi kuman.
3. Tidak membuang tinja bayi dengan benar. Sering orang
menganggap bahwa tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya tinja
bayi dapat mengandung virus atau bakteri dalam jumlah banyak.
Selain hal di atas, banyak faktor yang menyebabkan diare akut berlanjut
menjadi diare persisten seperti umur dibawah satu tahun, keadaan
malnutrisi, penyakit gangguan kekebalan tubuh, riwayat diare sebelumnya,
dan infeksi usus spesifik seperti parasit. Malnutrisi merupakan faktor risiko
terjadinya diare, demikian pula sebaliknya diare dapat menimbulkan
malnutrisi. Diare pada malnutrisi akan menyebabkan lamanya
penyembuhan dan meningkatkan angka kematian.
Meningkatnya risiko diare persisten pada gizi buruk disebabkan gangguan
protektif dari host sendiri seperti hipoklorhidria, gangguan motilitas,
sintesis antibodi yang berkurang dan gangguan imunitas selular sehingga
8
memudahkan kolonisasi bakteri patogen. Pada anak ini juga terdapat
penurunan pergantian sel mukosa usus setelah infeksi sehingga
memperlambat penyembuhannya. Di sisi lain malnutrisi akan
mempermudah infeksi karena pengaruh negatif pada pertahanan kulit dan
mukosa melalui gangguan imun.jika bayi mengalami masalah gizi dan sering
terkena penyakit batuk pilek, campak, infeksi virus lainnya, maka
kemungkinan berulangnya diare akan semakin besar. Hal ini disebabkan
oleh karena penurunan kekebalan tubuh si kecil.
2. Saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada
umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.
a. Bagaimana perkembangan normal bayi sampai usia 11 bulan?
9
b. Apa etiologi dan mekanisme keterlambatan perkembangan pada kasus ini?
Pertumbuhan dan perkembangan bayi terjadi paling cepat pada 2 tahun
pertama, anak yang berumur kurang dari satu tahun memerlukan asupan
100-120 kalori/kg berat badan, asupan yang baik harus mengandung
karbohidrat, protein, dan serat. Jadi apabila dikalikan dengan kasus (5,150kg x
100 kalori) maka bayi pada kasus ini memerlukan asupan minimal 515 kalori
perhari. Pada kasus ini pemberian ASI telah dihentikan pada umur 3 bulan,
namun penghentian pemberian ASI ini tidak diiringi pemberian nutrisi yang
cukup, karena pemberian susu formula saja tidak mencukupi kalori yang
dibutuhkan bayi untuk perkembangan otot dan tulang bayi.. Hal ini
diperparah dengan diare yang diderita oleh si bayi, makanan yang seharusnya
dicernah kemudian diserap masuk kedalam tubuh untuk proses metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan otot, tulang dan otak bayi malah ikut keluar
dan sari-sari makanan tidak sempat diserap di usus halus.
Dalam keadaan kekurangan makanan ini, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Tubuh mempunyai kemampuan untuk mempergunakan karbohidrat, protein
dan lemak sebagai bahan metabolisme untuk mempertahan kehidupan,
namun kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Apabila asupan dari luar tidak mencukupi maka tubuh melakukan
katabolisme protein dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah
jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Akibat dari asupan yang kurang
dan tubuh terus melakukan katabolisme maka tubuh tidak memiliki
kemampuan yang cukup untuk tumbuh dan berkembang, sehingga otot,
tulang dan otak tidak dapat berkembang baik sebagaimana mestinya.
10
3. Riwayat nutrisi
a. Bagaimana cara pembuatan susu formula yang benar?
Pembersihan
i. Ibu atau orang yang akan membuat susu formula mencuci tangan dengan sabun
pada air yang mengalir lalu keringkan dengan kain yang bersih
ii. Bersihkan botol dan peralatan lain untuk membuat susu formula dengan sabun,
lalu sikat bagian dalam dan luar. Pastikan tidak ada sisa atau bekas susu formula
pada botol tersebut.
iii. Bilas botol susu formula dengan air bersih
Sterilisasi
i. Isi panci dengan air
ii. Letakkan botol dan peralatan lain untuk membuat susu formula ke dalam panci
yang telah diisi air tersebut. Pastikan semua peralatan berada di dalam air dan
tidak ada gelembung yang terperangkap pada peralatan tersebut.
iii. Panci ditutup dengan tutup panci, lalu panaskan panci tersebut sampai mendidih
(jangan sampai kering).
iv. Biarkan panci dalam keadaan tertutup sampai peralatan untuk membuat susu
formula tersebut digunakan.
Penyimpanan
Cuci dan keringkan tangan sebelum memegang peralatan yang telah
disterilkan. Disarankan untuk menggunakan forceps yang telah disterilkan
untuk memegang peralatan tersebut. Jika hendak mengeluarkan botol dan
dot dari alat sterilisasi sebelum digunakan untuk membuat susu formula,
pastikan tetap di dalam tempat yang tertutup yang bersih. Botol susu dirakit
jika hendak mengeluarkan dari alat sterilisasi walau belum digunakan. Hal ini
untuk mencegah bagian dalam botol, dan bagian dalam dan di luar dot
menjadi tercemar lagi.
11
Persiapan Pembuatan Susu Formula
i. Bersihkan dan disinfeksi alas tempat pembuatan susu formula
ii. Cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir, lalu keringkan dengan kain
yang bersih
iii. Air dimasak terlebih dahulu dan pastikan benar-benar telah mendidih
iv. Baca terlebih dahulu petunjuk pembuatan susu formula pada kemasan susu
formula. Pastikan berapa banyak air dan susu formula yang diperlukan, jangan
terlalu banyak dan terlalu sedikit.
v. Tuangkan air yang telah mendidih ke dalam botol susu formula yang telah
dibersihkan dan telah disterilisasi. Air tidak boleh lebih dingin dari 70 0C, jadi
jangan biarkan air tersebut lebih dari 30 menit setelah mendidih.
vi. Tambahkan susu formula dengan jumlah yang sesuai dengan petunjuk
pembuatan.
vii. Campur air dan susu formula secara merata dengan cara mengocok atau
memutar botol susu formula.
viii. Dinginkan botol segera dengan cara memegang botol pada tutupnya dan siram
bagian botol dengan air kran yang mengalir atau dengan meletakkan pada air
yang dingin.
ix. Keringkan botol bagian luar dengan kain sekali pakai yang kering.
x. Cek temperatur susu formula dengan meneteskan sedikit susu formula pada
pergelangan tangan. Susu formula harus terasa hangat kuku. Jika masih terasa
panas, dinginkan lagi.
xi. Berikan susu formula pada bayi.
xii. Buang susu formula yang tersisa dalam waktu 2 jam.
b. Bagaimana cara pemberian ASI yang benar?
Cara pemberian ASI yang benar antara lain: pemberian ASI segera setelah lahir atau
IMD (30 menit pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian pemberian ASI saja
12
sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun
dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar.
Posisi
Posisi madona atau menggendong : bayi berbaring menghadap ibu,
leher dan punggung atas bayi diletakan pada lengan bawah lateral
payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara
jika diperlukan
Posisi football atau mengepit : bayi berbaring atau punggung
melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan
tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya
untuk memegang payudara jika diperlukan
Posisi berbaring miring : ibu dan bayi berbaring miring saling
berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang
mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan
Tahap tata laksana menyusui
Posisi badan ibu dan badan bayi
Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai
Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu
Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu
Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi
Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat
bayi dengan lengan ibu bagian dalam
13
Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola
Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu
payudara dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain
menopang dibawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu
dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting)
dibelakang areola
Sentuh pipi/bibir bayi untuk merangsang rooting refleks (refleks
menghisap)
Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur kebawah
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu
belakang bayi bukan belakang kepala
Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan
dengan hidung bayi
Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut
bayi
Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum
durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle)
Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung
bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak
perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu
14
Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi
Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar payudara
(payudara bagian bawah)
Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
Hidung bayi mendekati kadang-kadang menyentuh payudara ibu
Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting
saja), sehingga sebagian besar areola tidak tampak
Lidah bayi menopang puting susu dan areola bagian bawah
Bibir bawah bayi melengkung keluar
Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang
disertai berhenti sesaat
Terkadang terdengar suara bayi menelan
Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
Menciptakan praktek menyusui yang baik
Posisi yang benar
Perlekatan harus benar
Tidak diberi botol atau empeng
Menghisap sesering mungkin meningkatkan produksi ASI
Perlihatkan cara menyusui yang efektif
c. Berapa asupan nutrisi yang baik pada kasus ini? (hubungkan dengan asupan nutrisi
pada Reygen)
15
Pemberian nutrisi yang seharusnya:
i. Pemberian ASI segera setelah melahirkan
ii. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
iii. Setelah 6 bulan diberikan ASI dan makanan tambahan lain
iv. Setelah berusia 2 tahun diberi makanan keluarga
v. Kalori pada anak dibawah 1 tahun 100-120 kkal/kgBB/hari
Selain itu beberapa zat gizi yang yang terkait erat dengan tumbuh kembang anak
yang perlu diperhatikan antara lain:
KEPADATAN ENERGI/DENSITAS
Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram
PROTEIN
Tidak kurang dari 2 gr per seratus Kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr per seratus Kal
dengan mutu protein tidak kurangdari 70% Kasein standar. Nilai Protein Energi %
mempunyai range antara 10 - 18
LEMAK
Kandungan Lemak mempunyai range antara 1,5 gr – 4,5 gr per seratus Kal
Pada kasus, seharusnya diberikan energy sebesar 110-120 kkal/kgBB. MP-ASI harus
memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin (sayur dan buah).
Cara menghitung kebutuhan kalori berdasarkan pada RDA (recommended Dietary
Allowance). Untuk anak dibawah satu tahun adalah 110-120 kkal/kgBB. Jumlah
kalori yang dibutuhkan adalah RDA x BB ideal.
Pada kasus, BB ideal anak usia 11 bulan adalah 8,5 kg.
Kebutuhan kalori = 110-120 kkal x 8,5 kg
= 935 – 1.020 kkal
16
Dari susu formula, kalori yang didapatkan adalah 63 kkal/100 cc. Sehingga dalam
sehari didapatkan kalori dari susu formula (pemberian 6 kali sehari) adalah 378 kkal.
Dari bubur bayi, didapatkan kalori sebanyak 240 kkal (80 kkal diberikan 3 kali
sehari). Dari hasil ini, dapat disimpulkan jika kebutuhan kalori pada bayi ini tidak
terpenuhi dan riwayat nutrisinya tidak baik.
d. Bagaimana tahapan pemberian makanan pada bayi sampai usia 11 bulan?
1. Makanan cair (Exclusive Breast Feeding) ~ usia 0-6 bulan
Bayi sudah bisa menyusui. Bayi dibekali refleks rooting sehingga ia akan
mengikuti arah jari bila Anda meletakkan jari di pipinya, dan refleks
membuka mulut, seakan-akan mencari puting susu ibunya. Semua ini
mempermudah bayi untuk menyusui. Kedua refleks ini diikuti dengan
kemampuan menelan yang dipicu dengan kemampuannya menghisap,
dibantu dengan lidah yang memiliki kemampuan mendorong untuk
mempermudah proses awal ini. Semakin lama refleks-refleks dasarnya
semakin terintegrasi dan sedikit demi sedikit mulai mengembangkan pola
menghisap dan menelan diselingi dengan bernapas dengan lebih baik.
Semakin lama refleks menghisap mulai menghilang, digantikan dengan
tindakan yang lebih bertujuan sifatnya.
2. Exclusive Breast Feeding + Complementary Feeding - diatas 6 bulan
Pada saat ini ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Dibagi
dalam beberapa tahap :
a. Mulai usia 6 bulan
Tekstur makanan : semi cair. Mulailah dengan makanan lunak seperti bubur
susu dalam jumlah sedikit demi sedikit. Bubur susu sebaiknya dibuat sendiri
dari tepung beras yang dicampur dengan ASI atau susu formula. Untuk
pengenalan rasa, selingi dengan tepung beras merah, kacang hijau, atau labu
17
kuning. Mulai pemberian sayuran yang dijus, kemudian buah yang
dihaluskan atau di jus. Sayur dan buah yang disarankan yaitu: zicchini,
pisang, pir, alpukat, jeruk.
Pemberian ASI atau susu formula di selang seling waktu makan utama.
Untuk kebutuhan susu/cairan dihitung dari kebutuhan cairan per usia dan
berat badan bayi. Kebutuhan cairan pada usia bayi trimester pertama sekitar
150cc/hari/berat badan. Trimester kedua sebesar 125cc/kg BB/hr dan
trimester ketiga 110 cc/kgBB/hr. Contoh usia 12 bulan bb 10 kg, kebutuhan
cairan sebesar 110 cc x 10 kg = 1.100 cc
Saat bayi berusia enam bulan, ibu harus memberikan makanan pertama
selain ASI. Untuk awal mengenalkan bayi pada makanan padat pertamanya,
ibu bisa memberikan makanan dengan tesktur yang lembut. Sebagai proses
belajar anak pada makanan, ibu bisa memberikan buah saring. Misal, buah
pisang, pepaya, alpukat, melon. Selain itu, ibu juga bisa memberikan biskut
khusus bayi yang banyak mengandung susu. Tekstur biskuit yang lembut dan
mudah untuk dihancurkan hingga menjadi bubur biskuit, membuat bayi
mudah untuk mencerna makanan padat pertamanya.
Untuk ibu yang masih ragu untuk memberikan makanan pertama pada bayi,
beberapa tanda berikut bisa menjadi acuan. Pertama, tanda bayi siap
mengonsumsi makanan padat pertamnya adalah bayi bisa duduk tanpa
bantuan. Kedua, gerak reflek lidah bayi yang mengeluarkan makanan ketika
makanan dimasukkan kemulutnya akan hilang. Ketigha, ibu juga akan
melihat bayi siap mengonsumsi makanan padat, jika bayi masih lapar
meskipun sudah minum susu dan bayi memiliki ketertarikan sangat besar
dengan memperhatikan orang dewasa di sekitarnya saat makan.
b. Mulai usia 7 bulan
Setelah mengenalkan makanan pertamanya, fase selanjutnya bayi akan
mengenal makanan semi padat. Biasanya bayi pada usia 7-8 bulan, ibu bisa
18
memberikan bubur saring. Ibu bisa memberikan beras merah, beras putih
atau havermut. Campurkan nasi yang disaring dengan lauk pauk yang tidak
menimbulkan alergi. Misal nasi saring sayur labu, nasi saring jagung manis.
Coba terus seandainya bayi menolak atau muntah karena tahapan ini harus
dilaluinya. Jika tidak nanti bayi akan malas mengunyah. Perhatikan asupan
zat besi seperti hati sapi karena di usia ini cadangan zat besi bayi mulai
berkurang. Setelah secara bertahap pemberian tim saring, bayi bisa
dikenalkan dengan nasi tim tanpa disaring. Jenis sayur dan buah yang
disarankan: asparagus, wortel, bayam, sawi, bit, lobak, kol, mangga, blewah,
timun suri, peach. Bisa juga ditambahkan ayam, sapi, hati ayam/sapi, tahu,
tempe.
Buatlah bubur nasi saring yang lembek agar bayi mudah mencernanya. Pada
usia ini, enzim percernaan bayi mulai aktif sehingga dengan memberikan
makanan semi padat, ibu sudah membantu bayi untuk merangsang otot
mulutnya yang juga mendukung kemampuan anak untuk berbicara.
c. Mulai usia 8 bulan
Nah, saat bayi usia 8 bulan ke atas, kamu bisa menambahkan variasi menu
dan mengenalkan makanan yang bertesktur kasar sebagai makanan padat
pertama bayi. Ibu bisa memberikan nasi tim yang dicampur dengan hati
ayam atau ikan air tawar.
d. Mulai usia 9 bulan
Mulai dikenalkan dengan bubur beras atau nasi lembek, lauk pauk dengan
sayuran seperti sup. Ketika bayi berusia 9 bulan, kamu juga bisa bisa
mengenalkan anak pada finger food, dimana anak diberikan makanan yang
mudah dipegang sendiri oleh anak, misalnya wortel, buncis, brokoli. Dengan
mengenalkan finger food, bayi belajar untuk menggenggam dan menjumput
makanan tanpa bantuan orang lain. Perkembangan gerakan motorik ini
disebut dengan pincer grasp.
19
Finger food akan menjadi ritual yang menyenangkan bagi bayi dan bisa
membantu mendukung keterampilan motorik halus dan koordinasi kedua
tangannya. Jadikan finger food sebagai camilan sehat diantara waktu makan
utamanya.
3. Family foods - ≥ 1 tahun
Bayi dengan usia di atas 1 tahun, biasanya sudah memiliki gigi yang cukup
untuk mengunyah makanan. Jadi ibu bisa memberikan bayi 1 tahun dengan
makanan yang biasa ibu konsumsi. Tetapi untuk makanan yang keras seperti
daging, ibu bisa membuatnya sedikit lebih lunak.
Untuk diperhatikan oleh para ibu, bahwa bayi usia di atas 1 tahun tidak
disarankan untuk memberikan bubur nasi. Kamu bisa memberikan nasi
lembek dicampur dengan sup ayam brokoli. Pastikan bahwa tahap
pengenalan makanan pada bayi sesuai dengan tahapan perkembangan bayi.
e. Apa makna klinis tidak pernah diberi bubur bayi rumahan?
Dahulu, WHO dan UNICEF lebih menekankan pemberian MPASI yang dibuat
sendiri di rumah daripada makanan instant yang diproduksi massal. Namun
setelah dilakukan banyak penelitian klinis, ternyata banyak bayi tidak
memperoleh zat nutrient yang adekuat sesuai dengan yang seharusnya
didapatkan bayi. Untuk itu WHO/UNICEF mengeluarkan Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding dan mengumumkan bahwa makanan
tambahan yang diproses oleh industri makanan dapat digunakan sebagai
pilihan para ibu dalam memberikan makanan tambahan yang mudah
disiapkan, mencukupi kebutuhan nutrisi dan aman. Makanan tersebut sudah
diperkaya dengan tambahan suplemen yang menjamin kecukupan
mikronutrien bayi. Sehingga tidak ada perbedaan yang berarti antara
20
pemberian bubur bayi instant dengan bubur bayi rumahan jika nutrisinya
sama-sama lengkap.
Pemberian bubur mpasi buatan sendiri lebih dianjurkan untuk mengenalkan
aneka ragam bahan makanan agar anak menganal memori rasa dan hal
tersebut akan memenuhi semua kebutuhan gizinya juga mengurangi resiko
anak sulit makan diusia berikut karena anak terbiasa rasa alamiah.
Menggunakan variasi bahan makanan bergantian akan lebih lengkap zat gizi
serta gigi geliginya akan terlatih dengan tekstur makanan.
4. Riwayat imunisasi
a. Apa saja yang termasuk imunisasi dasar? Berapa kali dan jangka waktu
pemberian?
Macam-macam imunisasi dasar :
1. BCG Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit TBC.
2. POLIO Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit polio.
Polio adalah sejenis penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
kelumpuhan.
3. DPT Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk melindungi anak dari 3
penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis dan tetanus.
4. HEPATITIS B Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit
yang mengakibatkan kerusakan pada hati.
5. CAMPAK Adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat
menular,yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada seluruh tubuh.
Pemberian vaksin ini saat bayi berusia 9 bulan.
Vaksin Pemberian Imunisasi Selang Waktu Umur
21
BCG 1 x 0-2 bulan
DPT 3 x (DPT I, II, III) 4 minggu 2-6 bulan
Polio 4 x (I, II, III, IV) 4 minggu 0-6 bulan
Campak 2 x 9 – 24 bulan
Hepatitis B 3 x (Hep. B I, II, III) 4 minggu 0-6 bulan
b. Apa dampak imunisasi terlambat atau tidak lengkap?
Terlambatnya melakukan imunisasi tidak berhubungan langsung dengan
keterlambatan perkembangan yang terjadi pada kasus. Imunisasi yang belum
lengkap dapat berdampak terhadap imunitas anak apabila anak terkena
paparan bakteri atau virus. Bayi yang belum lengkap menerima imunisasi
lebih rentan terhadap infeksi karena tubuh belum mengenal agen infeksius
tersebut, sehingga proses penyembuhan akan lebih sulit dan mungkin lebih
lama. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan gizi buruk tipe marasmus,
terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia,
pielonephritis dan sifilis kongenital
5. Riwayat Keluarga
a. Apa hubungan riwayat keluarga (sosek rendah) dengan kondisi yang dialami
Reygen?
Sosek orang tua yang rendah bisa menjadi faktor predisposisi gizi buruk yang
dialami Reygen karena kualitas (seperti higiene) dan kuantitas (proporsi dan
takaran gizi) makanan yang diberikan kepada Reygen tidak tercukupi.
22
b. Berapa jarak sumur dengan MCK yang seharusnya dan apa dampaknya jika terlalu
dekat?
Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran
seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya. Ada pula
sumber yang mengatakan bahwa jarak minimal adalah 11 meter.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat
dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi
melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan
kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu
sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap
air.
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124 x/menit,
isi dan tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 36,80C.
Pengukuran antropometri: berat badan 5.150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepala 46 cm,
wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada defisiensi vitamin A, tidak ada
edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan bagaimana mekanisme dari hasil
yang abnormal?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Keadaan Umum Terlihat sangat kurus proporsional abnormal
23
Kesadaran Kompos Mentis Kompos mentis normal
Denyut Nadi 124 x/menit
isi dan tegangan cukup
80-120 x/menit takikardi
Pernapasan 30 x/menit 25-40 x/menit normal
Suhu 36,80C 36,5-37,50C normal
Mekanisme abnormal:
◦ Sangat Kurus: Asupan nutrisi yang tidak memadai -> gizi buruk
(diperberat adanya diare) -> peningkatan katabolisme dan kehilangan
nutrient yang dibutuhkan untuk sintesis jaringan dan pertumbuhan ->
hilangnya sebagian besar lemak dan otot -> terlihat sangat kurus, seperti
hanya tulang terbungkus kulit
◦ Takikardi: Diare dan gizi buruk -> dehidrasi ringan -> volume darah
menurun -> mekanisme kompensasi -> aktivasi simpatis -> peningkatan
kontraksi jantung -> takikardi
Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Berat Badan 5.150 gram BB/PB: 8,5 Kg
BB/U: 9,4 Kg
Berat Badan Ideal (BBI) bayi
(anak 0-12 bulan) BBI = (umur
(bln) / 2 ) + 4
BB/PB: severely
wasted
BB/U: severely
underweight
24
maka : (11/2) + 4 = 9,5 kg
Panjang Badan 70 cm PB/U: 74,5 cm normal
Lingkar Kepala 46 cm LK/U: 43,5-48 cm normal
Wajah Seperti orang
tua
Wajah sesuai usia abnormal
dismorfik Tidak ada
dismorfik
Tidak ada dismorfik normal
Defisiensi vit.A Tidak ada
defisiensi vit.A
Tidak ada defisiensi vit.A normal
Edema Tidak ada
edema
Tidak ada edema normal
Iga Iga gambang Iga tidak gambang abnormal
Perut Perut cekung Perut tidak cekung abnormal
Lengan dan tungkai Lengan dan
tungkai kurus
Tidak kurus abnormal
Bokong Terdapat
baggy pants
Tidak terdapat baggy pants Abnormal
MEKANISME ABNORMAL
Akibat kekurangan dan rendahnya nutrisi menyebabkan hilangnya sebagian
besar protein dan lemak, sehingga menyebabkan lemah dan kendurnya otot
dan sedikitnya lemak subkutan. Hal itu menyebabkan kenampakan seperti 25
pada manifestasi klinis marasmus, yaitu BB dan TB rendah, lengan dan
tungkai tampak kurus, wajah seperti orang tua, iga gambang, dan perut
cekung.
7. Diagnostik
a. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang?
Anamnesis awal -> hindari tanda bahaya
◦ kejadian mata cekung yang mungkin baru muncul
◦ lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan bahan dari muntah
atau diare
◦ waktu terakhir buang air kecil
◦ sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin
Anamnesis lanjutan:
◦ kebiasaan makan sebelum sakit
◦ makan/minum/menyusui pada saat sakit
◦ jumlah makanan dan cairan yang didapat dalam beberapa hari terakhir
◦ kontak dengan penderita campak/tuberkulosis paru
◦ pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
26
◦ kejadian dan penyebab kematian dari kakak/adik
◦ berat badan lahir
◦ tumbuh kembang
◦ riwayat imunisasi
◦ apakah ditimbang setiap bulan di posyandu
◦ apakah sudah mendapatkan imunisasi lengkap
Pemeriksaan Fisik:
◦ apakah anak tampak sangat kurus / edema/ pembengkakan kedua kaki
◦ tanda-tanda terjadi syok (renjatan): tangan dan kaki dingin, nadi lemah,
dan kesadaran menurun
◦ suhu tubuh: hipotermia atau demam
◦ kehausan
◦ frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala pneumonia atau gejala
gagal jantung
◦ ukur berat badan dan tinggi badan atau panjang badan
◦ adanya pembesaran hati dan ikterik pada konjungtiva
◦ adanya perut kembung, suara usus, dan adanya suara seperti pukulan
pada permukaan air (abdominal splash)
◦ pucat yang sangat berat terutama pada telapak tangan (bandingkan
dengan telapak tangan ibu)
◦ lihat ada tidaknya gejala defisiensi vitamin A pada mata
27
◦ lihat ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada THT
◦ lihat ada tidaknya tanda-tanda infeksi dan atau purpura pada kulit
◦ lihat tampilan (konsistensi) dari tinja
Pemeriksaan Penunjang:
- Gula darah
- Hemoglobin, Hematokrit (Anemia hampir selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi)
- Urine rutin
- Albumin, elektrolit kadang ditemukan menurun
- Foto thoraks dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
28
b. Apa Diagnosis banding dan diagnosis kerja pada kasus ini?
Marasmus Kwashiorkor Marasmik-Kwashiorkor
Anak tampak sangat
kuruskarena hilangnya
sebagian besar lemak
dan otot-ototnya,
tinggal tulang
terbungkus kulit
Wajah seperti orang
tua
Iga gambang dan
perut cekung
Otot paha mengendor
(baggy pant)
Cengeng dan rewel,
setelah mendapat
makan anak masih
terasa lapar
Perubahan status
mental : cengeng,
rewel, kadang
apatis
Rambut tipis
kemerahan
seperti warna
rambut jagung
dan mudah
dicabut, pada
penyakit
kwashiorkor yang
lanjut dapat
terlihat rambut
kepala kusam.
Wajah membulat
dan sembab
Pandangan mata
anak sayu
Pembesaran hati,
Gambaran klinis
merupakan
campuran dari
beberapa gejala
klinik kwashiorkor
dan marasmus.
Menurunnya
berat badan <
60% dari normal
Edema
kelainan rambut
kelainan kulit,
kelainan
biokimiawi
29
hati yang
membesar
dengan mudah
dapat diraba dan
terasa kenyal
pada rabaan
permukaan yang
licin dan pinggir
yang tajam.
Kelainan kulit
berupa bercak
merah muda
yang meluas dan
berubah menjadi
coklat kehitaman
dan terkelupas
Working diagnosis: Gizi buruk tipe marasmus dengan diare berulang
c. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini?
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang
terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah
di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika
Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor
merupakan kasus yang langka.
30
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang
dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-
kwashiorkor).
d. Apa etiologi dari kasus ini?
Gizi buruk yang dialami Reygen disebabkan oleh diare berulang yang
dialaminya. Saat terjadi diare, proses absorbsi makanan menjadi tidak
maksimal sehingga intake makanan berkurang. Tubuh akan mengalami
hipoglikemia dan tubuh bayi akan meresponnya dengan melakukan proses
glukoneogenesis. Glukagon, lipid dan protein di dalam tubuh akan dirombak
dan akan diubah menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan. Keadaan ini
jika terjadi terus-menerus, maka tubuh akan menjadi sangat kurus. Tanpa
terapi yang adekuat untuk mengembalikan intake makanan yang cukup, bayi
akan tetap dalam kondisi gizi buruk. Diare pada kasus Reygen kemungkinan
disebabkan oleh infeksi, pemberian makanan yang salah (ASI eksklusif tidak
diberikan selama 6 bulan) dan makanan yang terkontaminasi (higiene buruk
karena jarak sumur dan MCK yang cukup dekat sedangkan sumber air minum
berasal dari sumur tersebut).
e. Apa faktor risiko dari kasus ini?
1. Pendidikan orang tua yang rendah dapat mengacu pada :
- Kurang paham dengan pola hidup sehat
- Kurang paham masalah gizi (ASI, susu formula, bubur bayi)
- Kurang paham mengenai imunisasi lengkap
- Kurang paham masalah penyakit pada anak
- Kurang paham masalah tumbuh kembang anak
2. Kondisi sosioekonominya dapat mengacu kepada :
- Gizi kurang
31
- Higiene buruk (air minum masak, rumah kecil, lingkungan kurang bersih)
3. Higiene dan sanitasi yang buruk dapat mengacu kepada :
- Pembuatan makanan dan minuman kurang bersih
- Lingkungan kurang bersih
- Mudah infeksi (pathogen yang masuk banyak dan mengalahkan sistem
imun)
4. Gizi buruk dapat mengacu kepada :
- ASI yang kurang (kurang kekebalan tubuh)
- Gizi yang kurang secara keseluruhan dapat menyebabkan marasmus
- Kerusakan barrier mukosa dan atrofi dinding usus yang mengganggu
sekresi berbagai enzim, sehingga meningkatkan kerentanan infeksi
- Keterlambatan perkembangan
f. Apa manifestasi klinis dari kasus ini?
Gizi buruk tanpa edema:
- Tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, hingga seperti tulang terbungkus kulit.
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(baggy pants)
- Perut umumnya cekung
- Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, piano sign)
- Edema tidak didapatkan32
- Kulit tipis dan kering, rambut tipis, jarang dan mudah dicabut
- Anak marasmik mungkin tampak apatis dan lemah. Bradikardi dan
hipotermi menandakan malnutrisi yang berat dan mengancam jiwa
- Atrofi papil filiformis lidah umum dijumpai, demikian pula dengan
stomatitis moniliasis
- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) diare
persisten
g. Bagaimana patofisiologi dari kasus ini?
Kasus ini diawali dengan adanya berbagai faktor resiko yang saling
berhubungan satu sama lain, yaitu pendidikan orang tua yang rendah,
kondisi sosioekonominya, hygiene dan sanitasi buruk, dan gizi yang buruk.
Semua faktor resiko tersebut dapat menyebabkan tubuh bayi menjadi rentan
terhadap infeksi, dalam hal ini rentan terjadi diare. Diare pada kasus ini
adalah diare sekretorik. Diare sekretorik biasanya disebabkan adanya
enterotoksin yang dikeluarkan oleh organisme pada saat melekat pada
permukaan sel. Beberapa mekanisme toksin menimbulkan diare antara lain:
(1) aktivasi adenil siklase dengan akumulasi cAMP intra selular (Vibrio
cholerae), (2) aktivasi guanil siklase dengan akumulasi cGMP intra selular
(ETEC), (3) perubahan kalsium intra selular (EPEC), dan (4) stimulasi sistem
saraf enterik (Vibrio cholerae). Beberapa enterotoksin lainnya menyebabkan
diare melalui induksi sekresi klorida atau inhibisi reabsorbsi natrium dan
klorida.
Setelah diare sembuh baik diobati ataupun self limited, faktor resiko masih
tetap ada. Hal ini dapat memicu terjadinya diare kronis atau diare berulang.
Diare berulang dapat disebabkan beberapa hal :
33
1. Penyembuhan tidak baik, intoleransi makanan akibat
fungsi usus belum kembali sempurna
2. Ada pathogen lain lagi yang masuk, yang antibodinya
belum terbentuk di tubuh anak tersebut
3. Integritas mukosa anak di bawah 2 tahun belum baik
4. Malnutrisi menyebabkan :
- Kerusakan barrier mukosa
- Atrofi dinding usus yang mengganggu sekresi berbagai enzim
- Mengganggu produksi dan maturasi enterosit baru sehingga merubah
morfologi intestinal
5. Patogen banyak masuk sehingga mengalahkan sistem imun
Dengan hal-hal tersebut menyebabkan bayi rentan terjadi infeksi diare
berulang yang menyebabkan gizinya semakin buruk. Dengan gizi yang
semakin buruk, manifestasi yang tampak sekarang yaitu keterlambatan dan
kemunduran perkembangan. Kemudian akibat kekurangan dan rendahnya
nutrisi menyebabkan hilangnya sebagian besar protein dan lemak, sehingga
menyebabkan lemah dan kendurnya otot dan sedikitnya lemak subkutan. Hal
itu menyebabkan kenampakan seperti pada manifestasi klinis marasmus,
yaitu BB dan TB rendah, lengan dan tungkai tampak kurus, wajah seperti
orang tua, iga gambang, dan perut cekung.
h. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada kasus ini?
Diare :
ReSoMal : Rehidration Solution for Malnutrition
Oralit: diencerkan 2 x untuk menurunkan kadar Na
Gula: menambah energi dan mencegah hipoglikemia
34
Mineral Mix/larutan elektrolit: mengatasi kekurangan elektrolit (K, Mg, Cu,
Zn)
Dosis : 5 -10 ml/kgBB/kali tiap 30 menit untuk 2 jam I -> 5 -10 ml/kgBB/kali
selang-seling dgn F75 tiap 1 jam sampai rehidrasi tercapai.
Bila diare berlanjut, pikirkan penyebab lain :
- Giardiasis metronidasol (5 mg/kgBB/8 jam selama 5 hari)
Gizi buruk :
A. Fase Stabilisasi (F75) (1-2 hari)
Untuk menstabilkan kondisi anak, bukan untuk menaikkan berat badan.
Energi : 80 – 100 Kkal/kgBB/hari
Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari atau 100 ml/kgBB/hari (bila edema +++)
B. Fase Transisi (F 100) (5-7 hari)
Umumnya mulai terjadi kenaikan berat badan.
Energi: 100 – 150 Kkal/kgBB/hari
Protein: 2 – 3 g/kgBB/hari
Cairan: 150 ml/kgBB/hari
C. Fase Rehabiltasi (F100 & tambahan makanan) (2-4 minggu)
Energi : 150 – 220 Kkal/kgBB/hari
Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
35
Cairan : 150 – 200 ml/kgBB/hari
Beri F100, kemudian ditambah makanan: - BB < 7 kg makanan bayi/lembik -
BB ≥ 7 kg makanan anak/lunak
D. Fase Tindak lanjut: ( 4-5 bulan)
Makanan keluarga + PMT-P (energi 350 kkal & protein 15 g)
Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.
Siapkan follow up setelah sembuh
Bila berat badan sudah mencapai 80% BB/U dapat dikatakan anak sembuh.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di
rumah setelah penderita dipulangkan. Kepada orang tua disarankan:
o Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur.
o Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster).
o Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.
i. Apa komplikasi pada kasus ini?
Hipotermi
Hipoglikemia
Kekurangan elektrolit
Dehidrasi
Anemia
Gangguan hormone (kortisol, insulin, GH, dan tiroid)
36
j. Bagaimana pencegahan pada kasus ini?
1. Berikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.
2. Setelah anak berumur 6 bulan, di samping ASI, juga berikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap dalam jumlah maupun
kelembutannya. Bayi GAKIN umur 6 – 23 bulan dapat MP-ASI bubuk
instan/biscuit.
3. Beri makanan bergizi berupa bahan pangan yang murah, terjangkau, dan
mudah didapat, berupa makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. Berikan
dalam porsi kecil tapi sering karena kapasitas lambung bayi terbatas.
4. Galakkan seluruh bayi dan balita dapat ditimbang secara rutin di
posyandu untuk deteksi dini gizi buruk.
5. Kader posyandu merujuk balita yang tidak naik berat badannya dalam 2
bulan berturut-turut ke posyangdu/pustu/puskesmas.
6. Beri imunisasi lengkap sebelum umur 12 bulan dan Vitamin A setahun 2
kali. Imunisasi dan Vitamin A dapat diperoleh di posyandu.
7. Masaklah air untuk diminum sampai mendidih
8. Biasakan mencuci tangan memakai sabun (CTPS) dari air bersih yang
mengalir sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak balita.
9. Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih serta
membilasnya dengan air matang sebelum dipakai.
10.Biasakan buang air besar di WC
11.Biasakan membuang sampah pada tempatnya.
37
12.Membuang air limbah rumah tangga pada saluran pembuangan limbah
yang sudah tersedia.
13.Hindari menghaluskan makanan bayi memakai mulut orang tua
14. Jangan biasakan anak-anak bermain di tempat kotor
15.Ajari dan biasakan anak balita mencuci tangan dengan air bersih dan
memakai sabun sebelum makan.
16.Tutup makanan dan minuman dan taruhlah di tempat yang aman dan
bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang.
17.Hindari memberi makanan yang sudah basi, agak basi, berjamur kepada
anak.
18.Hangatkan terlebih dahulu lauk yang disimpan sejak kemarin.
k. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Dubia ad bonam.
Dengan terapi yang tepat, kondisi Reygen dapat membaik. Prognosis
cenderung ke arah baik karena belum terjadi komplikasi pada kasus ini, dan
faktor etiologinya jelas sehingga terapi kausatif bisa diberikan.
l. Bagaimana standar kompetensi dokter umum pada kasus ini?
Malnutrisi energi-protein: 4A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas. Kompetensi
yang dicapai pada saat lulus dokter.
Hipotesis
38
Reygen (11bln) mengalami diare berulang akibat asupan nutrisi yang kurang, hygiene yang
buruk, imunisasi yang tidak lengkap, dengan komplikasi gangguan perkembangan.
Sintesis
1. Gizi buruk
I. Definisi
Gizi buruk merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya
dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi butuk
karena kehilangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori
(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada
anak balita dan ditampakkan doleh membusungnya perut (busung lapar).
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau
dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun
Anak balita sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan
sampai usia minimal 2 tahun. Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertumbuhan umur
menurut standar WHO, maka ia bergizi baik. Jika sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang
yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk.
Panduan Klasifikasi Malnutrisi Pediatrik
Status Nutrisi Berat
Badan/Umur
Tinggi
Badan/Umur
Berat
badan/Tinggi
% Berat Badan
39
Badan Ideal
Kurus Normal atau
rendah
normal < persentil 5 <85%-90%
Perawakan
pendek
< persentil 5 < persentil 5 Normal Normal
Malnutrisi
ringan
Normal atau
rendah
Normal < persentil 5 81-90%
Malnutrisi
sedang
Normal atau
rendah
Normal < persentil 5 70-80%
Kwashiorkor Normal atau
rendah
Normal atau
rendah
Normal (edema) Normal
Marasmus
(sangat kurus)
rendah Normal atau
rendah
< persentil 5 < 70%
II. Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.
Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe
yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Manifestasi klinis
utama pada anak dengan malnutrisi berat adalah emasiasi dengan berat badan
menurut usia kurang dari 60% median (persentil 50) atau kurang dari 70% BB ideal
menurut tinggi badan actual dan berkurangnya simpanan lemak tubuh. Penyusutan
masa otot dan cadangan lemak subkutan dikonfirmasi dengan inspeksi atau palpasi dan
perhitungan berdasarkan pengukuran antropometrik. Kepala mungkin tampak besar
40
tapi umumnya proporsional terhadap panjang badan. Edema biasanya tidak didapatkan.
Kulit tipis dan kering, rambut tipis, jarang dan mudah dicabut. Anak marasmik mungkin
tampak apatis dan lemah. Bradikardi dan hipotermi menandakan malnutrisi yang berat
dan mengancam jiwa. Atrofi papil filiformis lidah umum dijumpai, demikian pula dengan
stomatitis moniliasis. Praktik penyapihan yang tidak benar atau tidak adekuat dan diare
kronik sering ditemukan di negara berkembang. Perawakan pendek merupakan akibat
dari kombinasi malnutrisi, terutama mikronutrien, dan infeksi rekuren. Stunting lebih
sering didapatkan daripada wasting.
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya,
tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh
lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh. Kwashiorkor adalah malnutrisi
disertai edema dan hipoalbuminemia, bermanifestasi sebagai pitting edema yang
dimulai dari ekstremitas bawah dan meluas ke bagian atas tubuh seiring derajat
keparahan.
Menurut teori klasik, kwashiorkor disebabkan asupan protein yang tidak adekuat
sedangkan asupan kalori cukup atau mendekati cukup. Faktor lain yang mungkin
berperan adalah infeksi akut, toksin, dan kemungkinan ketidakseimbangan mikronutrien
atau asam amino.
41
Manifestasi utama kwashiorkor adalah berat badan menurut usia 60-80%; BB saja tidak
dapat menjadi indicator status nutrisi yang akurat karena adanya edema. Pemeriksaan
fisik menunjukkan jaringan lemak subkutan masih ada disertai atrofi nyata massa otot.
Edema bervariasi mulai dari pitting edema ringan di punggung kaki sampai edema
generalisata yang mengenai kelopak mata dan skrotum. Rambut jarang, mudah dicabut,
dan tampak kusam, berwarna coklat, merah atau pirang. Terapi nutrisi memperbaiki
warna rambut, meninggalkan sebagian segmen rambut dengan pigmentasi yang
berubah diikuti sebagian segmen rambut dengan pigmentasi normal (tanda bendera).
Perubahan kulit umum dijumpai dan bervariasi mulai dari hyperkeratosis
hiperpigmentasi sampai ruam macular eritematosa (pellagroid) pada punggung dan
ekstremitas. Pada bentuk kwashiorkor yang paling berat, terjadi deskuamasi superficial
bila permukaan kulit ditekan (“flaky paint” rash). Keilosis angular, atrofi papilla filiformis
lidah, dan stomatitis monilis umum ditemukan. Pembesaran kelenjar parotis dan edema
wajah menyebabkan wajah membulat seperti bulan, tanda klinis khas lainnya adalah
anak apatis dan tidak tertarik untuk makan. Pemeriksaan abdomen mungkin
menunjukkan pembesaran hati dengan konsistensi lunak dan batas tidak tegas. Jaringan
limfatik umumnya atrofik. Pada pemeriksaan dada mungkin ditemukan ronki basah di
basal paru. Terdapat distensi abdomen dan bising usus cendrung menurun.
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
42
3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan
marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi
untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya
berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti
edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula
(Depkes RI, 2000).
III. Patofisiologi Gizi Buruk
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi
karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan
makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin
A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi
rambut.
Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan
protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa
membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin
A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan
terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut
adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau
kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif
terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendonpatella dan degenerasi saraf motorik
akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan,
hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka
terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL.
Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke
jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
43
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema
yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edemadisebabkan oleh kurangnya
protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi
ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada
penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal
natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain
defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial
lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik
(Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori
protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau
malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab - sebab marasmus adalah sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan
orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,
deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI
kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
44
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab
maramus yang lain disingkirkan.
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari
tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis
akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus
IV. Dampak Gizi Buruk
Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan
dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai
konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak
organ dan sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi
(kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi
buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme
maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai
disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi(mudah kedinginan)
karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar
normal) dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun
tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat ”catch up” dan mengejar
ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap
pertumbuhan maupun perkembangannya.
45
Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performanceanak, akibat
kondisi ”stunting” (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan
anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung
dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak
terhadap pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital
bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap
perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan
gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan
skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan
pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya
prestasi anak (Nency, 2005).
V. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi,
menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang
mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita
kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan
kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan
masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan
dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama
lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun
gizinya (Dinkes SU, 2006).
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang atau
anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup
46
salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan
kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling
terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan
kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan
sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Nency, 2005).
Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial,
yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau
penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi
oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal
ginjal atau keringat yang berlebihan. (Nurcahyo, 2008)
VI.Komplikasi Penyakit
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena
begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya
fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh
KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering
terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan
gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena
kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak
tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal
yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon
pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun.
Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP
berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar,
adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti
Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.
47
Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme
pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi
komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).
2. Sistem rujuk dan pelayanan spesialistik yang diharapkan
1. TINGKAT PELAYANAN : DARI PUSKESMAS s/d RUMAH SAKIT
2. 2. SECARA KOMPREHENSIF : Penanganan dari berbagai disiplin ilmu (spesialis anak,
mata, THT, bedah serta gizi klinis)
Dokter melakukan pemeriksaan klinis dan penentuan komplikasi medis, pemberian
terapi dan penentuan rawat jalan atau rawat inap.
Rujukan ke rawat inap, dilakukan apabila ditemukan :
a. Anak dengan komplikasi medis atau penyakit penyerta
b. Sampai kunjungan ketiga berat badan anak tidak naik (kecuali anak dengan edema)
c. Timbul edema baru
48
Restrukturisasi Masalah dan Kerangka Konsep
49
Rentan infeksi
Sosek rendah
Hygiene buruk
Diare berulang
Pendidikan rendah
Gizi buruk
marasmus
Terlambat tumbuh kembang
Faktor risiko
50
Kesimpulan
Reygen (laki-laki, 11bln) mengalami diare berulang dan gizi buruk tipe marasmus kondisi III (gizi
buruk dengan diare) akibat faktor resiko berupa hygiene yang buruk, sosek rendah, dengan
komplikasi berupa gangguan perkembangan.
51
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku I.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku II.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi
Buruk.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 39 tahun 2013 tentang Susu
Formula dan Produk Bayi lainnya
5. Department of safety Zoonoses and Foodborne Diseases. 2007. How to prepare formula
for bottle-feeding at home. Ireland. WHO
6. Marcdante, Karen J. Kliegman, Robert M. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial
Edisi Keenam. Singapore : Elsevier
7. IDAI. 2011. Rekomendasi Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). UKK Nutrisi
dan Penyakit Metabolik
8. Jurnal of Internal Medicine. 2009. Hunger Diarrhoea. (dikutip dari :
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.0954-6820.1952.tb19193.x/abstract)
9. Lancet. 1986. Metabolic basis of starvation diarrhoea: implications for treatment.
(dikutip dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2871346)
10. Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI Lokal. 2006. Jakarta
11. Pudjiadi S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi ke-14. FKUI. Jakarta. 2001; 104-36.
12. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI.
Jakarta. 1985; 360-66.52
13. Hubertin, SP. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Hal 65. Jakarta : EGC
53