skin cleansing agent fixmakalah print

39
BAB I PENDAHULUAN Produk pembersih kulit merupakan salah satu yang berperan dalam memelihara kesehatan dan memberikan tampilan wajah dan tubuh yang menarik, karena produk pembersih ini dapat membersihkan dan menyegarkan dengan cara menghilangkan lemak, kotoran, debu, bakteri yang menempel di lapisan berminyak di permukaan kulit muka dan tubuh. Membersihkan dengan air saja tidak cukup untuk mengagkat kotoran yang menempel tersebut, sehingga diperlukan pembersih. Kebutuhan untuk menjaga kebersihan dan higienitas tubuh sudah dikenal lebih dari 1000 tahun lalu. Pada tahun 1775, dimulai industri pembuatan sabun.Pada tahun 1884 di Inggris, didirikan pabrik pembuatan 1

Upload: dian-wijayanti

Post on 28-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

TRANSCRIPT

Page 1: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

BAB I

PENDAHULUAN

Produk pembersih kulit merupakan salah satu yang berperan dalam

memelihara kesehatan dan memberikan tampilan wajah dan tubuh yang menarik,

karena produk pembersih ini dapat membersihkan dan menyegarkan dengan cara

menghilangkan lemak, kotoran, debu, bakteri yang menempel di lapisan

berminyak di permukaan kulit muka dan tubuh. Membersihkan dengan air saja

tidak cukup untuk mengagkat kotoran yang menempel tersebut, sehingga

diperlukan pembersih.

Kebutuhan untuk menjaga kebersihan dan higienitas tubuh sudah dikenal

lebih dari 1000 tahun lalu. Pada tahun 1775, dimulai industri pembuatan

sabun.Pada tahun 1884 di Inggris, didirikan pabrik pembuatan sabun dan diberi

nama dagang. Keinginan untuk memberiskan dan memelihara kesegaran tubuh

berkembang pesat hingga abad ke-20 ini. Sehingga berkembang pula jenis produk

pembersih dari mulai bentuk sabun alami, sabun batang sintesis hingga tersedia

dalam bentuk cairan, dan dengan tambahan pelembab, nutrisi kulit, dan

antimikroba, sehingga dapat memelihara kebersihan, kesegaran dan penampilan

kulit yang menarik, dengan efek samping seminimal mungkin.

1

Page 2: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Produk pembersih kulit

Produk pemberish kulit adalah suatu produk yang berfungsi membersihkan

dan menyegarkan kulit dengan cara menghilangkan lemak, kotoran, debu, bakteri,

kosmetik dari muka dan tubuh.1,2

II. 2. Evolusi produk pembersih kulit

Pada tahun 1950-an produk pembersih kulit pertamakali berupa sabun

pembersih padat yang terbuat dari surfaktan alami berasal dari asam lemak tumbuhan,

yang berfungsi hanya untuk membersihkan dan memelihara higienitas, namum

memiliki efek samping berupa iritasi kulit, gatal, dan kulit kering. Untuk memenuhi

kebutuhan dan mengatasi efek samping yang tidak diinginkan tersebut, ditemukan

sabun padat sintesis yang bersifat ringan yang memiliki bahan aktif berupa surfaktan

sintesis yang dapat berfungsi membersihkan kulit, dan memiliki efek samping yang

lebih minimal. Kebutuhan masyarakt yang terus meningkat dan perkembangan

produk pembersih yang juga dapat berfungsi melembutkan kulit dengan

ditemukannya surfaktan sintesis yang bersifat lebih ringan, kombinasi dengan

2

Page 3: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

polimer / asam amino dan pelembab yang dapat ditambahkan kedalam produk

pembersih kulit. Pada tahun 1990, berkembang produk pembersih kulit yang

berfungsi sebagai sabun pembersih tangan dan tubuh yang memiliki sifat tambahan

antibakteri yang mengandung bahan aktif tambahan berupa alkohol. Sabun

pembersih muka lebih diasosiakan untuk menjaga kebersihan, kesegaran dan merawat

penampilan kulit agar terlihat cantik. Pembersihan kotoran,lemak, kosmetik pada

kulit wajah dengan menggunakan produk pembersih kulit tanpa menyebabkan

kerusakan kulit. Saat ini, terdapat tiga jenis sabun pembersih muka yang

mengandung surfaktan, bersifat berbusa tidak mengandung atau sedikit mengandung

surfaktan, bersifat tidak berbusa kurang efektif membersihkan1

Gambar 1. Evolusi produk pembersih di Masyarakat1

II.3. Komposisi produk pembersih kulit

3

Page 4: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

II.3.1 Surfaktan

Surfaktan atau "agen aktif permukaan" biasanya organik, senyawa

yang ampifilik, berarti mereka mengandung kedua kelompok hidrofilik dan

hidrofobik. Kombinasi dari kedua kelompok hidrofilik dan hidrofobik unik

membuat surfaktan larut dalam minyak dan air. Bagian hirofobik akan

berikitan dengan minyak/kotoran yang menempel pada kulit dan pada bagian

hidrofilik akan berikatan dengan air, sehingga kotoran akan terlarut dalam

kumpulan surfaktan (misel) di air. Surfaktan perlu hadir pada konsentrasi

yang cukup tinggi untuk membentuk sebuah misel, disebut konsentrasi misel

kritis (CMC), dan juga konsentrasi surfaktan minimum yang diperlukan untuk

membersihkan minyak, kosmetik, debu, dll.3

Ketika misel terbentuk dalam air, ekor mereka membentuk inti yang

merangkum sebuah tetesan minyak, dan mereka (ion / kutub) kepala

membentuk kulit terluar yang mempertahankan kontak dengan air. Proses ini

disebut kation emulsifikasi. Setelah emulsi, minyak dapat dengan mudah

dibilas dari kulit selama proses mencuci atau setelah dibilas . Semakin kuat

surfaktan, bahan lebih bersifat hidrofobik sehingga semakin besar kerusakan

kulit potensial dari penghapusan berlebihan alami lipid kulit, dan semakin

besar kerusakan yang terjadi pada sawar kulit, karena itu jenis surfaktan

sintesis banyak dipakai saat ini, karena lebih bersifat ringan dan kurang

menimbulkan iritasi kulit.

4

Page 5: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Produk baru dipasarkan menunjukkan bahwa dengan formulasi

surfaktan yang sangat kuat seperti sodium sulfat laurel (SLS) dapat ditoleransi

dengan baik oleh kulit. Semua pembersih berbasis surfaktan membutuhkan air

untuk pembilasan dan efektif untuk menghilangkan kotoran yang menempel

di permukaan kulit. Apabila pasien membersihkan kulit dengan kuat dan

terlalu sering menggunakan produk pembersih kulit akan mengakibatkan

kerusakan lipid pada permukaan kulit, sehingga mengalami iritasi dan kulit

kering.

Produk pembersih kulit yang mengandung bahan aktif surfaktan alami

ini memiliki sifat basa, pH berkisar 9-10, sendangkan kulit memiliki pH

sekitar 5. Sehingga pH kulit dapat meningkat, namun kulit memiliki kapasitas

buffer alami yang akan menetralisir perubahan pH yang diakibatkan oleh

produk pembersih. Surfaktan klasik yang digunakan dalam pembersih wajah

dikategorikan menjadi empat kelompok utama:

1. kationik surfaktan digunakan sendiri umumnya ditoleransi tidak baik, dan

sekarang jarang digunakan dalam produk perawatan kulit.

2. anionik surfaktan, seperti linear alkil sulfat, terdiri dari molekul dengan

bermuatan negatif "kepala" dan panjang hidrofobik "ekor". Surfaktan

anionik yang banyak digunakan karena memiliki sifat penyabunan dan

deterjen.

5

Page 6: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

3. surfaktan amfoterik, seperti betain dan asam alkil amino, ditoleransi

dengan baik, busa baik, dan digunakan dalam pembersih wajah.

4. non - surfaktan ionik, seperti poliglikosida, terdiri dari molekul bermuatan

keseluruhan. Mereka sangat ringan, ditoleransi lebih baik dari anionik

maupun kationik surfaktan, namun tidak menghasilkan busa dengan baik.

Beberapa surfaktan bersifat keras pada kulit sementara yang lain

sangat ringan. Karena tersedia berbagai jenis surfaktan, tidak semua produk

pembersih mengandung jenis surfaktan yang sama. Hal ini penting bagi pasien

untuk menggunakan produk yang terbaik untuk jenis kulit mereka. Saat ini,

kebanyakan pembersih menggunakan surfaktan sintesis.3

II.3.2. Bahan tambahan dalam produk pembersih kulit

Dalam suatu produk pembersih kulit tubuh maupun muka terdapat zat tambahan

berupa:

strukturan yang berfungsi untuk menjaga stabilitas fisik berupa kepadatan

atau konsistensi suatu produk pembersih, yang biasa digunakan berupa asam

lemak rantai panjang, lilin, dan alkyl ester.

pewangi, berfungsi untuk memberikan aroma harum pada produk.

humektan, berfungsi untuk menjaga hidrasi kulit. Mengurangi dampak iritasi

dari sufaktan. Contoh : gliserol (humektan yang larut dalam air)

6

Page 7: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Lipid/minyak, berfungsi untuk menghambat/menutup permukaan kulit

sehingga tidak terjadi pengeluaran faktor pelembab alami (NMF / natural

moisturizer factor) berlebih segera setelah pemakaian pembersih dan

memberikan kelembaban pada kulit.

Antibakteri

Antibakteri dalam sabun biasanya mengandung triclocarban dan

triclosan. Residu zat ini tetap pada permukaan kulit setelah mencuci,

sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Sabun yang mengandung zat

antibakteri yang digunakan terutama untuk mencegah bau tubuh. Mereka

juga digunakan untuk beberapa jenis infeksi kulit superfisial seperti folikulitis

(infeksi pada folikel rambut), atau jerawat.

Ada sabun lain dengan sifat antibakteri mengandung mengandung

benzoil peroksida. Zat ini merupakan agen antimikroba dan digunakan dalam

pengobatan jerawat. Sabun yang mengandung konsentrasi tinggi asam laktat

memiliki pH sekitar 3,5. Sabun yang mengandung povidone iodine bersifat

antibakteri berbasis yodium telah ditandai sifat antibakteri tetapi dapat

menyebabkan iritasi kulit.

Zat yang mempengaruhi pH kulit

Zat yang mengubah pH kulit biasanya asam, seperti asam laktat dan asam

sitrat. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan pH zat ke pH normal kulit yang

7

Page 8: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

sehat (pH kulit normal berkisar antara 4 -6,5). Sabun tertentu dirancang untuk

sengaja menurunkan pH kulit, karena menurunkan kulit pH seharusnya

menghasilkan beberapa efek antibakteri.

Komposisi tambahan lainnya yang bertujuan spesifik berupa antimikroba

sebagai antiseptik pada sabun cuci tangan, komponen anti aging dan nutrisi

kulit.2,8

II.4. Jenis produk pembersih kulit

II.4. 1 Sabun padat

Mengandung surfaktan alami berupa alkyl carboxylate merupakan surfaktan

potensi kuat, yang dihasilkan melalui proses saponifikasi, reaksi antara trigliserida

dengan alkali. Menggunakan minyak nabati, berupa minyak sawit, kombinasi minyak

kelapa, minyak sawit dengan Castrol oil. Selain minyak nabati dapat juga digunakan

minyak hewan. Efektif membersihkan kotoran namun memiliki efek samping pada

kulit berupa , eritem, xerosis,dan pruritus.

Kekurangan sabun pembersih padat biasa, yaitu ketika menggunakan air keran

yang mengandung kalsium dan magnesium sebagai pembilas sabun. Ketika sabun

biasa digunakan dengan air keran, kalsium dan magnesium garam asam lemak

terbentuk molekul yang bersifat "lengket," tidak mudah larut garam. Garam tetap

pada permukaan kulit dan dapat menyebabkan iritasi kulit. Alasan lain sabun biasa

dapat menyebabkan iritasi kulit adalah bahwa ia memiliki pH tinggi. pH sabun biasa

8

Page 9: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

terletak di antara 9 dan 10 (dan kadang-kadang lebih tinggi dari 10) lebih tinggi dari

pH kulit normal. Namun, kulit yang sehat memiliki mekanisme untuk menyesuaikan

pH, sehingga tak lama setelah dibersihkan dengan sabun biasa, tingkat keasaman

kembali ke normal. pH kembali normal setelah 30 menit sampai dua jam setelah

sabun digunakan. Namun demikian, pada beberapa orang, perubahan mendadak

dalam pH dapat menyebabkan iritasi kulit yang signifikan. 1,2,3

Oleh karena itu, saat ini di industri kosmetik telah menyesuaikan pH agen

pembersih dan produk kosmetik lainnya dengan yang kulit normal. Jenis produk

pembersih padat yang terlah dimodifikasi :

superfatted soap

dihasilkan dari porses saponifikasi yang tidak lengkap (proses netralisasi)

dengan cara menghilangkan asam lemak yang tidak bereaksi pada produk atau

menambah lemak alkohol, asam lemak atau ester selama proses pembuatan.

Bersifat lebih ringan dan melembabkan.

transparent soap

produk ini mengandung humektan kadar tinggi, berupa gliserol. Hal ini

membuat sabun batang memiliki penampilan transparan. Tetap mengandung

surfaktan potensi kuat dan bersifat pH alkali, yang masih dapat menimbulkan

iritasi. Namun hal ini diminimalisir dengan adanya gliserin, sebagai

humektan.

kombinasi sabun padat

9

Page 10: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Kombinasi dari surfaktan alami dengan surfaktan sintesis ringan, yang dapat

mengurangi efek iratasi pada kulit, pH tetap tinggi sekitar pH = 9-9,5.

Potensial iratasi lebih ringan dibandingkan dengan sabun batang biasa (soap

bar). 1,2,3

II.4.2. Sabun sintesis padat (Syndet bars)

Syndet bars mengandung surfaktan sintesis. Surfaktan sintesis ini

dibuat melalui proses esterifikasi, ethoxylaton, sulfonasi dari produk oil,

lemak atau petroleum. Surfaktan sintesis yang biasa ditemukan dalam syndet

bars yaitu, alkyl gliceryl ether sulfonate, alpha olefin sulfonates, betaines,

sulfosuccinates, sodium cocoyl monoglyceride sulfate, dan sodium cocoyl

isethionate. Komposisi lainnya terdapat asam lemak, lilin, dan ester. Syndet

bars memiliki pH netral.

II. 4.3. Cairan pembersih

Bahan aktif yang digunakan dalam cairan pembersih, merupakan

kombinasi anionik surfaktan, amfoterik/netral surfaktan, nonionik surfaktan

(alkyl polyglucoside) dan surfaktan yang terdiri dari gabungan asam amino

(alkyl glutamates, sarcosinates, glycinates). Mengandung komponen lainnya

seperti, pelembab, antibakteri (triclosan/ triclocarban) atau anti acne (asam

silisilat / benzoyl peroksida).

II.5. Efek produk pembersih pada kulit

10

Page 11: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Selama proses membersihkan kulit, stratum korneum terpapar oleh

surfaktan dengan kadar berkisar 5%-20%. Kadar tersebut mengakibatkan

kerusakan protein dan lipid stratum korneum dan meningkatkan

penguapan/pemindahan asam amino larut lemak (NMF/ natural moisturizing

factor) yang berfungsi menjaga kelembaban kulit. Keparahan kerusakan yang

terjadi bergantung jenis sufaktan, suhu air dan ketebalan lapisan kulit yang

terpapar.

II.5.1 Efek segera / efek jangka pendek

Pada saat pemakain produk pembersih kulit terjadi peningkatan hidrasi

stratum korneum, berupa peningkatan absorbsi air ke dalam stratum korneum

dan setelah dilakukan pembilasan selanjutnya terjadi evaporasi air yang terjadi

dalam 10-30 menit setelahnya. Laju evaporasi tersebut akan menurun dan

kembali ke kondisi normal. Laju evaporasi akan terus berlanjut pada kondisi

kelembaban yang rendah dan suhu rendah sehingga membuat kulit menjadi

lebih kering. Semua perubahan diatas terjadi karena dampak yang ditimbulkan

surfaktan pada protein dan lipid stratum korneum.

11

Page 12: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Gambar 2. Skema perubahan relatif kadar air dalam kulit saat pemakain

produk pembersih kulit1

Efek pada protein yang ditimbulkan oleh surfaktan berupa

peningkatkan absorbsi air dan mengakibatkan pembengkakan sel protein di

stratum korneum . Potensi pembengkakan sel protein yang terjadi tergantung

pada jenis surfaktan yang tekandung dalam produk pembersih kulit. Semakin

kuat potensi surfaktan yang terkandung dalam produk pembersih kulit,

12

Page 13: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

semakin berat derajat pembengkakan sel protein yang terjadi sehingga

menyebabkan iritasi pada kulit. Selain itu surfaktan juga mengakibatkan

kerusakan lapisan korneosit yang dapat mengakibatkan hilangnya NMF

(natural moisturizing factor) dan ikatan yang terjadi antara surfaktan dan

protein mengurangi kapasitas protein sel yang berikatan dengan air, sehingga

kulit akan semakin kering dan terjadi iritasi sel. Kondisi pH alkali juga

memperberat kerusakan sel yang terjadi

Efek pada lemak yang akan berinteraksi dan terlarut oleh surfaktan

yaitu kolesterol dan asam lemak rantai rendah. Insersi surfaktan anionik dalam

membran lipid bilayer dapat menginduksi perubahan permebilitas dan

gangguan stabilitas struktur membran bilayer yang akhirnya dapat

mengakibatkan pecahnya membran bilayer.1

II.5.2. Efek kumulatif / efek jangka panjang

Lanjutan penggunaan sehari-hari dari pembersih yang menyebabkan

kerusakan jangka pendek dapat menyebabkan kulit kering, pecah-pecah,

mengelupas, eritema, dan pruritus. Sementara mekanisme rinci molekul yang

terlibat dalam efek ini belum dijelaskan sepenuhnya, berdasarkan pemahaman

saat ini, beberapa kemungkinan mekanisme dapat dihipotesiskan sebagai

berikut di bawah ini.

Kulit kering, atau xerosis, lebih dari hanya kekurangan air di stratum

kornemum. Hal ini sebenarnya sebuah gangguan dalam proses biologis yang

13

Page 14: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

mendasari kulit normal yang sehat, yang mempengaruhi klinis serta persepsi

pasien / konsumen dari kondisi kulit. Persepsi konsumen mengenai kulit

kering yaitu dari penampakan dan perabaan kulit yang kasar. Efek visual dari

kulit kering yang dimanifestasikan dari kulit tampak berwarna keputihan dan

berkembang menjadi pecah-pecah. Kulit kering juga secara fisik kencang,

lebih rapuh, dan kurang lembut dari kulit yang lembab. Stratum korneum

rapuh dapat dengan mudah retak, menyebabkan kerusakan barier kulit.

Faktor yang menyebabkan pembengkakan yang berlebihan diikuti oleh

retensi air kapasitas di stratum korneum berkurang akan memungkinkan

korneosit membengkak dan menyusut berulang kali, dan siklus ini dapat

membuat pembengkakan dari korneosit dan sekitar lapisan lipid. Apabila terus

berlanjut dalam waktu lama, efek dapat merambat ke yang lebih dalam lapisan

kulit yang menyebabkan retak di stratum korneum, kondisi barier yang

makain buruk, dan akan mengakibatkan kehilangan air yang berlebihan.

Pengurangan kapasitas ikatan air pada stratum korneum juga dapat

membuat protein korneosit rapuh dan rentan retak. Keratin di stratum

korneum sensitif terhadap tingkat kelembaban. Kadar air dari stratum

korneum menurun,suhu meniningkat di atas suhu tubuh sehingga

menyebabkan korneosit rapuh.

14

Page 15: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Kulit kering terlihat telah ditemukan berkorelasi positif dengan

permukaan hidrasi kulit, tetapi tidak selalu dibarengi dengan peningkatan

kehilangan air transepidermal (TEWL), ini menunjukkan bahwa hancurnya

penghalang bukanlah persyaratan untuk kulit kering. Kerusakan kulit yang

terjadi berkelanjutan akan menyebabkan kulit retak dan pecah-pecah,

hancurnya pelindung tubuh/kulit dan akhirnya timbul iritasi.1

II.6. Faktor yang mempengaruhi potensial iritasi pada produk pembersih

Jenis surfaktan mempengaruhi potensial iritasi yang ditimbullkan pada kulit.

Surfaktan yang memiliki rantai karbon panjang (C10 – C14) memiliki potensi kuat

mengakibatkan iritasi dan bersifat pH alkali (pH 9,5 - 11). Sabun padat pada

umumnya mengandung jenis surfaktan ini. Saat membilas yang tidak bersih juga

merupakan salah satu faktor lainnya, sehingga masih terdapat surfaktan yang

menempel pada kulit.

II.7. Teknik dalam menciptakan produk pembersih dan pelembab yang aman

Langkah pertama menuju pembersih yang aman adalah untuk meminimalkan

potensi merusak terhadap protein dan lipid. Langkah berikutnya adalah untuk

mengkompensasi kerusakan dan memberikan manfaat positif terhadap kerusakan

yang terjadi dengan pemberian pelembab.

15

Page 16: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

II.7.1 Meminimalkan Kerusakan protein

Seperti dibahas sebelumnya, surfaktan yang berinteraksi poten dengan

stratum korneum protein mengarah ke pembengkakan dan denaturasi serta berpotensi

menimbulkan eritem dan gatal. Kecenderungan surfaktan berinteraksi dengan protein

model dalam vitro juga telah dikaitkan dengan kekerasan terhadap kulit manusia.

Dengan demikian, lebih besar kecenderungan surfaktan untuk pembengkakan protein

stratum korneum.

Sementara ini korelasi empiris yang berguna sebagai pedoman untuk

penyusunan pekerjaan, asosiasi kuantitatif antara sifat surfaktan dan protein mereka

kecenderungan denaturasi yang paling berguna sebagai penguasa prediktif.

Berdasarkan hipotesis bahwa denaturasi protein adalah dasarnya karena koperasi

besar mengikat surfaktan pada ikatan protein dan peningkatan resultan muatan dari

protein, surfaktan biaya misel berkorelasi dengan zein pembubaran kecenderungan

berbagai surfaktan. Protein denaturasi memiliki telah ditunjukkan untuk skala linear

dengan kerapatan muatan surfaktan micelles. Pandangan ini telah memungkinkan

formulator untuk mengembangkan strategi baru untuk memprediksi dan

meningkatkan kelembutan pembersih. Secara umum, kerapatan muatan misel dapat

diturunkan dengan menggunakan surfaktan yang lebih besar kelompok kepala,

zwiterionik atau nonionik, dan kombinasi sinergis surfaktan yang memungkinkan

kuat interaksi yang menarik antara kepala kelompok yang mengarah ke pengurangan

kerapatan muatan keseluruhan misel.

16

Page 17: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Tabel 1. Pembagian jenis surfaktan berdasarkan interaksi dengan protein1

II.7.2. Meminimalkan kerusakan lipid

Kerusakan surfaktan jangka panjang pada stratum korneum lipid

mengakibatkan kerugian kumulatif dari penghalang fungsi dan fluiditas lipid

menyebabkan kulit kering berkelanjutan. Tampaknya semua surfaktan memiliki

beberapa kecenderungan untuk melarutkan lipid stratum korneum seperti kolesterol

dan asam lemak. Menariknya, APG menunjukkan potensi tinggi untuk pelarut

kolesterol berbeda dengan pembengkakan protein yang relatif rendah. Hasil ini

menunjukkan bahwa kelembutan terhadap protein tidak tentu menyiratkan

kelembutan terhadap lipid, dan mencapai kelembutan terhadap kedua protein dan

lipid secara bersamaan mungkin memerlukan penyeimbangan sifat surfaktan.

Mekanisme relatif kurang dipahami, yaitu pre-saturasi misel dengan meniru

lipid sehingga misel akan memiliki kemungkinan penurunan stratum korneum selama

mencuci, adalah pendekatan baru untuk meminimalkan interaksi surfaktan dengan

17

Page 18: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

lipid. Hipotesis adalah bahwa asam lemak yang ditambahkan sebenarnya

meminimalkan kerusakan baik protein dan lipid oleh menggabungkan ke dalam misel

surfaktan sehingga komponen misel ringan menuju kedua protein dan lipids.

Presaturasi dari misel dengan asam lemak akan mengurangi kecenderungan misel

untuk melarutkan lipid pada stratum korneum atau lapisan bilayer kulit. Juga,

kehadiran asam lemak dapat menurunkan kerapatan muatan surfaktan misel, sehingga

meningkatkan kelembutan mereka dan tidak merusak protein.

II.7.3. Kompensasi untuk kerusakan yang terjadi dengan memberikan pelembab

Pendekatan utama untuk meminimalkan terlihat tanda-tanda kulit kering dan

augmentasi hidrasi kulit dengan lipid, minyak emolien, dan oklusif (seperti yang

digunakan dalam lotion) di bawah kondisi pembersihan. Tantangan menggabungkan

tingkat tinggi emolien menjadi formulasi stabil dan pembersihan emolien pada kulit

selama proses pencucian telah banyak diatasi dengan menggunakan khusus

terstruktur formulasi surfaktan dengan polimer kationik untuk membantu deposisi

dan retensi minyak / oklusif di kulit.

Emolien yang khas dan oklusif digunakan dalam membersihkan formulasi cair

sayuran minyak (misalnya, biji bunga matahari dan kedelai) dan petroleum jelly. Ini

adalah lebih tantangan besar untuk memberikan pelembab yang larut air seperti

gliserin dan humaktan lain untuk kulit selama proses mencuci dan, oleh karena itu,

emolien hidrofobik yang lebih umum digunakan dalam pembersih.

18

Page 19: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

II.8. Peran pembersih yang ringan pada kasus penyakit kulit

Beberapa gangguan kulit yang umum seperti xerosis, dermatitis, psoriasis,

dermatitis atopik, jerawat, rosacea, dan keruskan akibat sinar matahari terkait dengan

kelaianan pada lapisan kulit. Kulit adalah bagian penting dari perawatan kulit.

utamanya peran, seperti disebutkan sebelumnya, adalah untuk menghilangkan

kotoran, minyak, lainnya lingkungan polutan, dan bakteri dari kulit. Namun, itu

adalah paradoks bahwa tindakan pembersihan biasanya mengarah ke pelemahan

sebuah penghalang seperti dijelaskan di atas. Oleh karena itu, tampak bahwa untuk

sebagian kulit gangguan, membersihkan dengan umum produk berbasis sabun

digunakan dapat membuktikan menantang dan menyebabkan eksaserbasi gangguan

kulit pasien.

Pentingnya pembersihan dengan menggunakan pembersih padat yang ringan

pada kondisi seperti jerawat, rosacea, atopik infeksi kulit dari hasil penelitan

didapatkan perbaikan. Pada pasien yang sedang menjalani terapi menggunakan Retin

A dan dikombinasikan degan sabun sintesis padat, didapatkan hasil perbaikan yang

signifikan dalam kekeringan, kesehatan kulit, penampilan kulit, kelembutan, dan

kelancaran diamati setelah menggunakan pembersih sintesis yang ringan untuk 4

minggu.1,6,7

II.9. Pembersih Wajah

19

Page 20: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

Pembersihan wajah tidak hanya sarana untuk mengangkat kulit mati, kotoran,

minyak sebasea, dan kosmetik, tetapi juga langkah pertama dalam rutinitas perawatan

kulit secara keseluruhan, mempersiapkan kulit untuk pelembab dan perawatan

lainnya. Pembersihan wajah juga memiliki peran penting sebagai perawatan,

pembaharuan dan peremajaan kulit.

Banyak teknologi pembersihan - mulai dari air ke sabun tradisional padat -

yang tersedia untuk memenuhi wajah membersihkan kebutuhan jenis kulit yang

berbeda. Berikut gambaran dari banyak pembersih wajah yang tersedia, membahas

teknologi terbaik cocok untuk setiap jenis kulit dan pembersih, dan memberikan

pemahaman substrat mendalam - berdasarkan pembersih wajah, yang merupakan

teknologi terbaru yang tersedia untuk pembersih muka.

Baru-baru ini, selama 20 tahun terakhir, khusus pembersih wajah telah

menjadi sangat utama, hasil dari kemajuan teknologi pembersih wajah yang efektif

dan efek samping minimal.

Meskipun banyak produk pembersih muka yang tersedia, produk ini terbagi

secara umum menjadi empat ciri-ciri:

1.untuk membersihkan kulit

2.untuk memberikan tingkat dasar pengelupasan kulit;

3.untuk menghapus mikroorganisme yang berpotensi membahayakan, dan

20

Page 21: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

4.untuk menyebabkan kerusakan minimal pada epidermis dan stratum

korneum.

Selain itu, pembersih wajah yang diperlukan untuk menghapus bahan kimia

dan bahan biologis, membersihkan makeup, kulit berminyak dan bagian atas lapisan

stratum korneum. 4,5

Fungsi pembersih wajah yaitu menggunakan bahan akitif berupa surfaktan

yang keras dan / atau pencucian kulit dapat mengakibatkan pengelupasan atau distorsi

dari stratum korneum dan lipid interseluler, yang dapat menyebabkan fungsi sawar

kulit berkurang . Mekanisme yang pembersihan adalah dicapai dapat dikelompokkan

menjadi tiga kategori utama:

1 pembersih dari bahan kimia;

2 pembersih dengan tindakan fisik; dan

3 kombinasi keduanya kimia dan tindakan fisik

Pembersih kimia terdiri dari dua kelas bahan kimia yang digunakan dalam

pembersih wajah dan bertanggung jawab untuk efek pembersihan: surfaktan dan

pelarut. Kedua jenis bahan kimia berinteraksi dengan kotoran, tanah, dan kulit untuk

menghapus materi yang tidak diinginkan. Surfaktan dan pelarut kerja melalui dua

mekanisme kimia yang berbeda untuk efek penghapusan bahan-bahan ini. Memahami

21

Page 22: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

mekanistik perbedaan produk pembersih berdasarkan pada kebutuhan individu

pasien.

Pembersih fisik merupakan sebuah alternatif untuk pembersihan kimia. Pada

dasarnya, fisika, terutama dalam bentuk gesekan, memiliki peran penting dalam

pembersihan. Dalam pembersihan wajah, gesekan dihasilkan terutama oleh interaksi

langsung dari kain lap, tisu, kapas bola, atau kain pembersihan dan permukaan kulit.

Gesekan bekerja untuk membantu mengusir kotoran, serta sebagai peningkatan

interaksi antara agen pembersih kimia (surfaktan dan pelarut) dengan kotoran.3

Jenis pembersih wajah terdapat tujuh bentuk primer dan populer. Pembersih

ini dapat dikategorikan sebagai berikut: penyabunan pembersih; pembersih emolien;

susu; scrub; toner; kain pembersih wajah dalam bentuk kering dan kain pembersih

wajah basah. Masing-masing bentuk dijelaskan secara rinci di bawah.3

Untuk memilih pembersih yang paling tepat, dokter harus mempertimbangkan

jenis kulit, masalah kulit, dan alergi kulit. Bagian berikut memberikan panduan

referensi singkat dan alat untuk membantu dalam pemilihan pembersih berdasarkan

pada jenis kulit pasien, kebutuhan pembersihan, dan preferensi. Panduan seleksi

dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1 pemilihan berdasarkan jenis kulit;

2 pemilihan berdasarkan jenis pembersih; dan

22

Page 23: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

3 pemilihan berdasarkan masalah kulit.

Pemilihan produk pembersih wajah disesuaikan dengan jenis kulis. Langkah

pertama dalam memilih pembersih wajah adalah untuk menilai jenis kulit pasien dan

untuk mengkategorikan sebagai kering, berminyak, atau normal. Setelah jenis kulit

telah ditentukan, menilai masalah kulit, seperti jerawat, flek berlebihan, dan

kekeringan 3.

Tabel 2. Pedoman pemilihan pembersih wajah berdasarkan tipe kulit

23

Page 24: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

BAB III

KESIMPULAN

Produk pembersih kulit merupakan salah satu produk perawatan kulit.

Digunakan untuk membersihkan kotoran, lemak dan polutan lingkukan dan

bakteri dari kulit.

Produk pembersih kulit terdiri dari bahan aktif berupa surfaktan (alami

maupun sintesis), serta bahan tambahan lainnya, yaitu strukturan, parfum,

humektan, emollient, antibakteri dan nutrisi kulit lainnya.

Sebaiknya menggunakan produk pembersih kulit yang mengandung surfaktan

sintesis yang bersifat lebih aman karena memiliki efek iritasi minimal,

minimal kerusakan pada protein dan lemak, minimal kehilangan NMF pada

kulit.

Pada produk pembersih kulit dapat ditambahkan pelembab ataupun emolient

untuk memperbaiki dampak iritasi maupun untuk menghambat kehilangan

cairan.

Cairan pembersih wajah terdapat berbagai pilihan dan sebaiknya disesuikan

dengan jenis kulit seseorang.

24

Page 25: Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print

DAFTAR PUSTAKA

1. Baumann, Leslie. 2009. Cleansing agents. Cosmetic Dermatology Principles

and Practice. 2nd ed p263-271

2. Shai, Avi. 2009. Skin cleansing. Handbook of cosmetic skin care. 2nd ed p23-

40.

3. Hasenoehrl, Erik. 2010. Facial cleansers and cleansing cloths. Cosmetic

dermatology products and procedures.

4. Mukhopadyang, Partha. 2011. Cleansers and their role in various

dermatological disorders. Indian Journal of Dermatology. 56 (1) : 20-6

5. Moldovan, Mirela. 2010. Influence of cleansing product type on several skin

parameters after single use. Farmacia. 58 (1)

6. Levin, Jacquelyn. 2011. A guide to the ingredients and potential benefits of

over the counter cleansers and moisturizers for rosacea patients. The journal

of clinical and Aesthetic dermatology. Volume 8.

7. Correa, Catherine. 2012. Management of patients with atopic dermatitis : the

role of emollient therapy. Dermatology research and practice.

8. Draelos, Zoe. 2013. Hidrophobically modified polymares can minimize skin

irritation potential caused by surfactant based cleansers. Journal of cosmetic

dermatology. 12 (4) : 314-321.

25