skripsi diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan...
TRANSCRIPT
-
i
UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII
SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Oleh
FAIQOTUL HIKMAH
NIM: 109011000086
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H
-
ii
UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII
SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Oleh:
FAIQOTUL HIKMAH
NIM: 109011000086
Dosen Pembimbing:
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H
-
iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Faiqotul Hikmah
Nim : 109011000086
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Angkatan Tahun : 2009/2010
Alamat :Desa Bulungan Rt 06 Rw 03 Kec. Tayu Kab. Pati,
Jawa Tengah, 59155
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan
Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII
SMP Nusantara Plus Ciputat adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan
dosen:
Nama : Yudhi Munadi, M.Ag
NIP : 19701203 199803 1 003
Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 28 Maret 2015
Menyatakan,
FAIQOTUL HIKMAH
-
iv
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus
Ciputat disusun oleh Faiqotul Hikmah, NIM. 109011000086 Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 28 Maret 2015
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
-
v
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus
Ciputat disusun oleh Faiqotul Hikmah, Nomor Induk Mahasiswa 109011000086,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munasaqah pada tanggal 07 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalam bidang
Pendidikan Agama Islam.
-
vi
ABSTRAK
Faiqotul Hikmah (NIM: 109011000086). Upaya Guru PAI dalam
Mengembangkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat.
Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembimbing: Yudhi Munadi, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Guru PAI dalam
mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas siswa.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 sampai bulan Maret 2015 di
SMP Nusantara Plus.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi langsung pada proses pembelajaran PAI,
wawancara dengan Guru PAI, Kepala Sekolah dan beberapa siswa-siswi serta
dokumentasi-dokumentasi. Adapun untuk menulis data digunakan metode deskriptif
kualitatif, yakni uraiannya dijelaskan pada kejadian-kejadian yang tampak.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru membuat rencana
pembelajaran berupa silabus, RPP dan menggunakan metode, strategi serta media
yang relevan guna mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI.
Kreativitas siswa dapat berkembang dalam pembelajaran PAI dengan cara
menggunakan metode, strategi serta media yang relevan dengan materi yang
diajarkan.
Kata Kunci : Upaya Guru PAI dan Pengembangan Kreativitas Siswa
-
vii
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang
menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar
dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa
menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan
pengikut sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI dalam
Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa dan
kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi
ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Marhamah, Lc, MA., Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Yudhi Munadi, M.Ag., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam
membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan,
petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya.
-
ix
6. Cecep Setiawan, MA., Kepala sekolah SMP Nusantara Plus yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang
beliau pimpin.
7. Seluruh dewan guru SMP Nusantara Plus khususnya guru Pendidikan Agama
Islam Asep Edy Sudrajat, S.Pd, Drs. Syaefudin, dan Amir Hamzah, SHI yang
telah besedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis.
8. Siswa-siswi kelas VIII SMP Nusantara Plus yang telah bersedia sebagai subyek
dalam Penelitian.
9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan dalam
meminjam buku.
10. Kedua orang tua tercinta H. Chozin Husain dan Hj. Mugiati Daiman, yang selalu
penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materiil,
yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayang serta memberikan semangat
yang bertubi-tubi. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang
mereka berikan kepada penulis.
11. Pengasuh Pesantren Darus-sunnah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA,. dan
Hj. Ulfah Uswatun Hasanah yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan doa
kepada penulis.
12. Keluarga besarku Sri Wahyuni dan Nur Rofiq, Anis Rasyidah dan Abdul
Khaliq, Rifan Zainuddin dan Nuriyatul Khamsah, Zainal Muttaqin dan Alvi
Alvavi Maknuna, Nur Istiqomah dan Abdul Kholiq, yang telah banyak
memberikan dorongan, kasih sayang, semangat dan bantuan baik secara moril
maupun materiil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.
13. Keponakan-keponakan tersayang Evi Mauidlatus Salihah, Muhammad Agus
Jauhari, Nurul Jauzak, Muhammad Kafa Billah, Muhammad Arjun Naja, Atika
Ajibah dan Uzma.
14. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009,
kelas PAI-C dan Fiqih-C. Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan
-
x
dan motivasi. Tiada hal yang terindah kecuali mengenang masa kita berjuang
bersama di kampus tercinta.
15. Sahabat-sahabat seperjuangan di Pesantren Ilmu Hadits Darus Sunnah khususnya
angkatan ke-12 (AntaBena). Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan,
bantuan dan motivasi.
16. Sahabat-sahabat terbaikku Reni Kurniawati, Nurul Hasanah dan Izza Farhatin
Ilmi. Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan yang selama ini yang kalian
berikan.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazakumullah Ahsanal
Jazaa semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat bagi
para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal Alamin.
Jakarta, 28 Maret 2015
Penulis
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Agama Islam ....................................................................... 9
1. Pengertian Guru Agama Agama Islam ............................... 9
a. Pengertian Guru Agama Agama Islam ........................... 9
b. Persyaratan Guru Agama Agama Islam .......................... 10
c. Tugas Guru Agama Agama Islam .................................. 12
d. Fungsi Guru Agama Agama Islam ................................. 16
e. Peranan Guru Agama Agama Islam ............................... 17
f. Kode Etik Guru Agama Agama Islam ............................ 17
-
xii
2. Kreativitas Belajar .................................................................. 19
a. Definisi Kreativitas Belajar .............................................. 19
b. Ciri-ciri Kreativitas Belajar .............................................. 21
c. Indikator Kreativitas Belajar ............................................. 22
d. Fase Berkreativitas Belajar .............................................. 22
e. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas .............. 25
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP ............................. 28
a. Tujuan Pendidikan Agama islam di SMP ................................ 28
b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP .... 28
4. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ...................................................................... 31
B. Metode Penelitian ........................................................................ 32
C. Sumber Data ................................................................................ 34
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................. 35
E. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 37
F. Teknik Analisis Data............................................................ 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus ...................................... 40
1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus ................................... 40
2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar ................... 41
3. Sarana dan Prasarana ............................................................ 42
5. Data Guru SMP dan Siswa SMP Nusantara Plus ................. 44
B. Deskripsi Data ............................................................................ 48
1. Data dan Sumber Data ......................................................... 48
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 49
1. Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa 50
a. Perencanaan ...................................................................... 50
-
xiii
b. Pelaksanaan ........................................................................ 51
d. Evaluasi ................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Saran ............................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61
LAMPIRAN .................................................................................................... 64
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa
dan Negara. Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah
berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun,
termasuk masyarakat Indonesia sedikit banyaknya telah menikmati buah karya
ilmu pengetahuan dan teknologi .1
Perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini tidak dipungkiri
merupakan buah dari berpikir manusia. Manusia yang diberi akal, budi, dan karsa
menciptakan perubahan-perubahan terhadap pengetahuan yang ada dan
mengimplementasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Namun kenyataannya tidak semua orang memanfaatkan atau menggunakan
bahkan tidak mengetahui kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Jadi hanya
orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dan professional
yang dapat mengembangkan proses pemikiran kreatifnya untuk menghasilkan
1 Yeni Rachmawati, Srategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), Cet. I, h. 2.
-
2
sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak seperti perkembangan teknologi dan
informasi yang dapat memecahkan permasalahan yang ada. Hal ini sesuai firman
Allah dalam surah ar-Rad ayat 11:
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar Rad: 11)
Jadi kemampuan berpikir kreatif manusia juga didorong keinginan untuk
hidup yang lebih baik dan sejahtera di tengah kondisi lingkungan yang semakin
terbatas. Sumber daya alam yang semakin berkurang, jumlah penduduk yang
semakin bertambah dan kompleksitas masalah sosial merupakan tantangan untuk
lebih kreatif menyiasatinya.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi akan terus
berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Manusialah yang
membuat majunya sebuah peradaban. Dengan potensi yang diberikan Tuhan,
manusia terus mengembangkan diri dan membangun peradabannya. Melalui ilmu
pengetahuan manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan menciptakan hal-hal
yang baru yang berdaya guna dalam kehidupan masyarakat. Tanpa dibarengi
dengan rasa keingintahuan yang tinggi, keinginan utuk selalu maju dan
meningkatkan diri, jiwa pencari pengetahuan yang besar serta ide original yang
tiba-tiba muncul yang semata-mata pemberian dari Tuhan, manusia tidak akan
mencapai perkembangan sepesat ini. 2
Dalam proses hidup, manusia selalu berpikir dan senantiasa belajar pada
berbagai hal meski sekecil apapun. Dari proses berpikir dan belajar tersebut,
manusia berusaha memunculkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang muncul dalam
pikiran itu dapat berupa konsep, ide, maupun kreativitas. Oleh karena itu, di
2 Ibid., h. 4.
-
3
dalam pikiran manusia, terdapat proses menerima pesan atau memori, kemudian
proses pengolahan yang nantinya mampu menghasilkan berbagai konsep maupun
gagasan cemerlang.
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil
yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun
orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar
belajar itu mendapatkan hasil baik.3
Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara
bersamaan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas
yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni terjadinya
perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar meliputi:
1. Perubahan intensional dalam arti perubahan yang terjadi karena intensitas
pengalaman, praktik, atau latihan yang dilakukan secara sengaja atau dengan
kata lain perubahan yang terjadi dalam perkembangan kepribadian seseorang
bukan terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil belajar.
2. Perubahan yang terjadi bersifat kontinyu dan fungsional, yaitu suatu proses
yang selalu berkembang sesuai pembelajaran yang didapat.
3. Perubahan belajar menuju arah positif, dalam arti sesuai dengan yang
diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of succes) baik
dipandang dari segi siswa, guru, maupun lingkungan sosial.
4. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh makna tertentu bagi
siswa setidaknya sampai batas waktu tertentu, baik demi alasan
3 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h.
27.
-
4
penyesuaian diri maupun dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya.4
Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan
produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena
mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong
dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill
(keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge
(pengetahuan).
Sebagaimana dalam pasal Bab II pasal 3 UU Rl no. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.5
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan perkembangan
dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada
bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber
daya manusia dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang
diberikan kepada masyarakat terutama peserta didik. Pendidikan merupakan
suatu upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan kegiatan belajar yang
berlangsung secara terus menerus. Dalam arti sederhana pendidikan sering
diartikan sebagai usaha manusia membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.6
4 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, h.
123. 5 Alisuf Subri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h.
94-95.
6 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2008, h.1.
-
5
Kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun di dunia ini terdapat masyarakat,
dan di sana pula terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu
gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedan filsafat
dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat
menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem
pendidikan tersebut.7
Pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian
sebagai khalifah Allah swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan
yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman
kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya.8
Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan.
Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi
pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif ,kelak mereka bukan
saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya,tetapi juga dapat meningkatkan
kualitas kehidupan bangsa dan negara.
Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta
dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.
Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem
pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif
produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya
masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas
dan bakat anak.
7 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Rosdakarya,
2007), h. 35. 8 Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory: Quranic Outlook, (Mekkah: Umm
al-Qura University, 1982), h. 119.
-
6
Dari latar belakang tersebut peneliti mengadakan penelitian tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Nusantara Plus dengan
judul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus
Ciputat.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah adalah:
1. Seorang guru harus paham tentang upaya dalam mengembangkan
kreativitas siswa
2. Guru belum dapat mengembangkan keterampilannya dalam proses belajar
mengajar
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian perlu dibatasi dengan jelas sehingga dapat
mengarahkan perhatian secara seksama pada masalah tersebut. Agar dapat dikaji
dan dijawab secara mendalam, maka dalam penelitian ini peneliti membatasai
masalah pada: Upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativtas siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP Nusantara Plus.
D. Perumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah dibatasi pada penjabaran di atas maka
dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah Bagaimana upaya guru
dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di sekolah?
-
7
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini sangat diharapkan
dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkaitan, adapun manfaat yang
diharapkan diantaranya adalah:
1. Ditinjau dari segi teoritis
Secara umum penelitian ini memberikan manfaat dalam dunia pendidikan
dalam meningkatkan sumber daya manusia, kepribadian serta dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan,
sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap pelajaran didapatnya dan
motivasi yang baik dalam mengikuti pembelajaran PAI.
2. Ditinjau dari segi praktis
Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan:
a. Bagi penulis
Penulis memperoleh pengalaman secara langsung dalam upaya
menggembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
b. Bagi guru
Guru memperoleh alternatif dan variasi metode pembelajaran baru yang
bisa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guna untuk meningkatkan
kreativitas, motivasi, kualitas dan kuantitas siswa.
c. Bagi siswa
Siswa memperoleh suasana baru dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar di kelas, sehingga siswa lebih giat dan semangat dalam
memahami materi yang mereka pelajari.
d. Bagi sekolah
-
8
Bagi sekolah dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam
menerapkan metode yang dapat menggembangkan kreativitas siswa dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas terutama pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
-
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Guru Agama Islam
a. Pengertian Guru Agama Islam
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bias juga di masjid,
di surau/musala, di rumah dan sebagainya.1
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat
tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat
mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak
guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Tapi lebih berat lagi
mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas
1 Syaiful bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), Cet. III, h.31.
-
10
dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus guru
berikan pun tidak hanya secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara
individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan
sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan
sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang
yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina
anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah.
Guru adalah profesi yang memiliki kedudukan yang terhormat di
hadapan masyarakat yang memberikan ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia
maupun ilmu akhirat bagi peserta didik di masa yang akan datang, sehingga
betapa mulianya kedudukan para guru dalam islam yang tercermin dari
firman Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadilah: 11).
Profesi sebagai guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam
pandangan Islam. Hal ini wajar mengingat guru merupakan orang yang
bertanggung jawab terhadap masa depan peserta didik.
b. Persyaratan Guru Agama Islam
Dengan kemuliaannya, guru rela megabdikan diri di desa terpencil
sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha membimbing
-
11
dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan
bangsanya di kemudian hari.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang
dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian dari seluruh
hidup dan kehidupannya mengabdi kepada Negara dan bangsa guna
mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan
bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan
Negara.
Menjadi guru menurut Prof. Zakiah Daradjat tidak sembarangan,
tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan:
1) Takwa kepada Allah SWT
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya,
sebagaimana Rasulullah saw. menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana
seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak
didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka
agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.2
2) Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu
yang diperlukannya untuk suatu jabatan.
Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.
Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik meningkat,
sedang jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk
sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam
keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin
baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.
2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 41.
-
12
3) Sehat Jasmani
Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular,
umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu,
guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan
mens sana in corpore sano, yang artinya dalam tubuh yang sehat
terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara
keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat
kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya
merugikan anak didik.
4) Berkelakuan Baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru
harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara
tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi
anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru
berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin
dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam ilmu
pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti
dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Diantara akhlak
mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil
terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa,
gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain,
bekerjasama dengan masyarakat.3
Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa
persyaratan, yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung
jawab, dan berjiwa nasional.
3 Ibid.
-
13
c. Tugas guru Agama Islam
Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak
sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai
kompetensi keguruan, dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.
1. Kompetensi Guru
Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari preservice training
yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan professional guru dan
dibina melalui in service training. Pada dasarnya guru harus memiliki tiga
kompetensi, yaitu: kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan
kompetensi dalam cara-cara mengajar.
a. Kompetensi Kepribadian
Setiap guru memiliki kepribadiaannya sendiri-sendiri yang unik.
Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi
keguruan. Jadi pribadi keguruan itu pin unik pula, dan perlu
diperkembangkan secara terus menerus agar guru itu terampil dalam:
1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau
murid yang diajarkannya.
2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar
sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah) terhadap
murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran
serta perbuatan murid dan guru.
3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.4
b. Kompetensi penguasaan atau bahan pengajaran
Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi (takhasus) atas ilmu
atau kecakapan/ pengetahuan yang diajarkan.
4 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2001), Cet. II, h.263.
-
14
Penguasaan yang meliputi bahan bidang studi sesuai dengan
kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini
amat perlu dibina karena selalu dibutuhkannya dalam:
1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus
diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan informasi-
informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang
bersangkutan.
2) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu
sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk
mempelajari pelajaran yang diterimanya.
c. Kompetensi dalam cara-cara mengajar
Kompetensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan mengajar
sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan guru. Khususnya keterampilan
dalam:
1) Merencanakan atau menyusun setiap progam satuan pelajaran,
demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan
untuk satu satuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran)
2) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu
atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang diperlukannya.
3) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar
sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.
Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara
selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Dengan demikian itu
dapat diharapkan dari padanya untuk mengerahkan segala kemampuan dan
keterampilannya dalam mengajar secara professional dan efektif.5
Menurut Rostiyah yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa
guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:
a) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,
kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
5 Ibid., h. 264.
-
15
b) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan
dasar Negara kita Pancasila.
c) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-
Undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun
1983.
d) Sebagai perantara dalam belajar.
Di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara/medium, anak
harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga timbul
perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku, dan sikap.
e) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah
kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak
menurut sekehendaknya.
f) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam
masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di
sekolah di bawah pengawasan guru.
g) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata
tertib bisa berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.
h) Guru sebagai administrator dan manajer.
Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan
tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, raport, daftar gaji
dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan di
sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan
rasa kekeluargaan.
i) Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.
Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan
baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu
profesi.
j) Guru sebagai perencana kurikulum
-
16
Guru menghadapi anak-anak setiap hari, gurulah yang paling tahu
kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan
kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.
k) Guru sebagai pemimpin (guidance worker)
Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak
situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal, membetuk
keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada problem.
l) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya dalam
ekstrakulikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.6
Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahulah bahwa tugas guru tidak
ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat
menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya
secara proporsional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi profesi-
profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan
kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.
d. Fungsi Guru Agama Islam
Pekerjaan jabatan guru agama sangatlah luas, yaitu untuk membina
seuruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid
sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan
kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam
kelas saja. Dengan kata lain, tugas guru atau fungsi guru dalam membina
murid tidak terbatas pada interaksi belajar-mengajar saja.
Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi
sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar
6 Djamarah,op. cit., h.39.
-
17
(fungsi intruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan setiap tingkah lakunya
dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung
fungsi mendidik.
Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang dilukiskan di atas,
maka fungsi atau tugas guru itu meliputi, pertama, tugas pengajaran atau
guru sebagai pengajaran, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru
sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi
atau guru sebagai pemimpin (manajer kelas). 7
Ketiga tugas itu dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi.
Tidak boleh ada satu pun yang terabaikan, karena semuanya fungsional dan
saling kait-berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu
keseluruhan yang tidak terpisahkan.
e. Peranan Guru Agama Islam
Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau
siapa saja yang telah menerjunkan diri sebagai guru. Semua peranan yang
diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:
1) Korektor
2) Inspirator
3) Informator
4) Organisator
5) Motivator
6) Inisiator
7) Fasilitator
8) Pembimbing
9) Demonstrator
10) Pengelola kelas
11) Mediator
12) Supervisor
7 Daradjat, op. cit., h. 265.
-
18
13) Evaluator. 8
f. Kode Etik Guru Agama Islam
Kalau istilah kode etik itu dikaji, maka terdiri dari dua kata, yakni
kode dan etik. Perkataan etik berasal dari bahasa Yunani, ethos
yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu
menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari
kelompok manusia. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang disebut kode, sehingga terjelmalah apa yang disebut
kode etik. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Etika
artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan
dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, kode etik guru diartikan sebagai
aturan tata susila keguruan.
Berbicara mengenai Kode Etik Guru Indonesia berarti kita
membicarakan guru di Negara kita. Berikut akan dikemukakan kode etik
guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21-
25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari Sembilan item, yaitu:
1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-pancasila.
2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan
anak didik.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan
8 Djamarah,op. cit., h. 48.
-
19
6) Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik
berdasarkan lingkunan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
8) Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan
meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana
pengabdiannya.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.9
Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai
barometer dari semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi
kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.
2. Kreativitas Belajar
a. Definisi Kreativitas Belajar
Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia Kreativitas dapat diartikan
sebagai daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu. 10
. Berikut ini
akan dikemukakan beberapa definisi kreativitas, sebagai berikut:
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh
pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif
yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan
bermanfaat.11
Menurut James J. Gallagher yang dikutip oleh Yeni Rachmawati dan Euis
Kurniawati mengatakan bahwa Creativity is a mental process by wich an
9 Djamarah,op. cit., h. 50.
10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), h. 835. 11
Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islam, (Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), Cet. I, h. 33.
-
20
individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and
products, in fashion that is novel to im or her (kreativitas merupakan suatu
proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau
mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada
dirinya).12
Lebih lanjut Supriadi mengutarakan sebgaimana dikutip oleh Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniawati bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata
yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan
bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang yang
mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh
suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap
perkembangan.13
Menurut Abdul Rahman Shaleh kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut memecahkan
ide yang asli atau menghasilakan suatu yang adaptis (fungsi kegunaan) yang
secara penuh berkembang. Kreativitas dan kecerdasan seseorang tergantung pada
kemampuan mental yang berbeda-beda. 14
Menurut J.P. Guilford yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh disebut
berfikir divergen, yaitu aktivitas mental yang asli, murni dan baru, yang berbeda
dari pola piker sehari-hari dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan
persoalan.15
Menurut Utami Munandar kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. 16
Kreativitas ini hanyalah suatu kemampuan yang tersusun dan tidak
sederhana, serta terdiri dari faktor-faktor yang dapat menambah kemampuan
untuk berkreasi. Seperti, kemampuan untuk memperbarui kembali dan
12
Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-
kanak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. III, h. 13. 13
Ibid. 14
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2004), Cet.III, h.271. 15
Ibid. 16
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi
para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.III, h.47.
-
21
menciptakan hubungan yang baru atas sesuatu yang telah diketahui dan
disepakati, kemampuan untuk cepat tanggap terhadap segala prinsip yang baru,
kemampuan untuk bersikap fleksibel dan berekspresi secara bebas, dan
kemampuan untuk tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang
melingkupi seseorang. 17
Berdasarkan beberapa definisi kreativitas yang dikemukakan di atas, maka
kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melihat bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dengan melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya
baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga lebih efisien,
efektif dan produktif.
b. Ciri-ciri Kreativitas Belajar
Adapun ciri-ciri dari kreativitas enurut Fuad Nashori dan Rachmy Diana
Mucharam itu adalah :
1) Kelancaran berfikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara
cepat.
2) Keluwesan ((flesibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah
ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari
alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.
3) Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan
gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
4) Keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan
unik (unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.18
17
Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), h.30-31. 18
Nashori, op. Cit. h. 43-44.
-
22
Sedangkan menurut Munandar, ciri kreativitas meliputi aptitude dan
nonaptitude.
c. Indikator Kreativitas Belajar
1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.
3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.
5) Mempunyai/menghargai rasa keindahan.
6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh orang lain.
7) Memiliki rasa humor tinggi.
8) Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinil)
10) Dapat bekerja sendiri.
11) Senang mencoba hal-hal baru.
12) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi). 19
d. Fase Kreativitas dalam Belajar
Wallas yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam Buku
Landasan Psikologi Proses Pendidikan, mengemukakan ada empat tahap
perbuatan atau kegiatan kreatif:
1) Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan
pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat
hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi belum
sampai menemukan sesuatu, baru menjajaki kemungkinan-kemungkinan.
19
Hamzah B. Uno, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), Cet.I, h.21.
-
23
2) Tahap pematangan atau incubation, merupakan tahap menjelaskan,
membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau
pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang benar-benar
penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.
3) Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan
menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk
dianalisis dan disintesisikan, kemudian merumuskan beberapa keputusan.
4) Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan
membuktikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak. 20
Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui proses belajar
diskaveri/inkuiri dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan hanya dengan
kegiatan belajar bersifat ekspositori. Karena inti dari kreativitas adalah
pengembangan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir konvergen.
Berpikir devergen adalah proses berpikir melihat suatu masalah dari berbagai
sudut pandangan atau menguraikan sesuatu masalah atas beberapa kemungkinan
pemecahan. Untuk mengembangkan kemampuan demikian guru perlu
mencipatakan situasi belajar-mengajar yang banyak memberi kesempatan kepada
siswa untuk memecahkan masalah, melakukan beberapa percobaan,
mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian
menuntut pula sikap yang telah demokratis, terbuka, bersahabat, percaya kepada
siswa.
Kreativitas itu penting dalam pendidikan karena mengemukakan empat
alasan yaitu:
Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan
perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.
Seorang ahli, Maslow (1968), yang menyelidiki sistem kebutuhan manusia
menekankan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang
berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental, yang
20
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.III, h.105.
-
24
bebas dari hambatan-hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini
berarti ia berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan
kemampuannya dan dengan demikian memperkaya hidupnya.
Kedua, kreativtas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga
memberikan kepuasan kepada individu.
Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan
kualitas hidupnya. 21
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila seseorang
ingin membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani.
Jika jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide atau gagasan yang
dihasilkan.
Dalam upaya mengembangkan kreativitas dan menjaga usaha agar
pengembangan itu berjalan lancar. Maka, perlu diperhatikan komponen-
komponen untuk membangun kreativitas dan cara mengembangkan kreativitas.
1) Komponen-Komponen Membangun Kreativitas
a) Kreativitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani.
b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang antara
jasmani dan rohani.
c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja.
d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan tutur kata
yang diucapakan seseorang.
2) Cara-cara Mengembangkan Kreativitas
a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan untuk
berpikir.
b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak
langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat
menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.22
21
Munandar., op. cit. h. 46 22
Samuel MP, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: PT Gunung Agung), h.161.
-
25
e. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat
rangsangan (dengan melihat, menengar, dan bergerak) akan lebih berpeluang lebih
cerdas dibanding dengan sebaliknya. Salah satu bentuk rangsangan yang sangat
penting adalah kasih saying (touch). Dengan kasih sayang anak akan memiliki
kemampuan untuk menyatukan berbagai pengalaman emosional dan mengolahnya
dengan baik. Kreativitas sangat terkait dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya,
seorang anak harus memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi, sebelum
berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan kepercayaan
dirinya adalah dengan kasih sayang. 23
Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas
yaitu:
Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif
maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological Athmospere).
Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak
untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan
untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan
kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simulant otak kiri dan
kanan.
Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya ketika
kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula
dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak.
Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.
23
Rachmawati, op. cit. h.27.
-
26
1) Rangsangan Mental
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan
mental yang mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu
memberikan berbagai alternative pada setiap stimulan yang muncul. Pada aspek
kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi
pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain
sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological athmosphere)
distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang dan penerimaan.
Menerima anak dengan segala kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak
berani mencoba, berinisiatif, dan berbuat sesuatu secara spontan. Sikap ini sangat
diperlukan dalam pengembangan kreativitas.
2) Iklim dan Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam
menumbuh kembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan
menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide
cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan
kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
3) Peran Guru
Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang
peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan pendidik dalam arti yang
sesungguhnya. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi peluang untuk
munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru
yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai
pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia juga
figur yang senang melakukan kreatif dalam hidupnya. 24
24
Rachmawati, op. cit., h. 30.
-
27
4) Peran Orang Tua
Sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari ciri-ciri anak
didik mana yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif.
Biasanya pendidik atau orang tua kurang menyadari dampak dari sikap mereka
terhadap perkembangan kepribadian anak. Beberapa contoh sikap pendidik yang
kurang menunjang kreativitas anak adalah:
a) Sikap terlalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu dibatasi dalam
kegiatan-kegiatannya.
b) Sikap terlalu mengawasi anak.
c) Sikap yang menekankan kepada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan.
d) Sikap menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu
mempertimbangkan alasan-alasan anak.
e) Sikap yang menganggap berkhayal itu tidak baik, tidak berguna karena hanya
membuang-buang waktu.
f) Sikap mengkritik perilaku atau pekerjaan anak.
g) Sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha atau
karya anak.25
Oleh sebab itu banyak sekali hal-hal yang harus diketahui oleh seorang
pendidik baik orang tua maupun para guru di sekolah untuk mengembangkan
kreativitas seorang anak. Sehingga tidak adanya pola pikir yang monoton, tidak
berkembang untuk berpikir maju atau tidak dapat memunculkan suatu ide baru.
Oleh karena itu harus lebih cermat bagi para guru dan orang tua dalam memahami
karakteristik seorang anak.
25
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruru, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka
Populer Obor, 2003), h.116.
-
28
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2012 Tentang Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa: Pendidikan Agama
Islam adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama Islam dan atau menjadi ahli ilmu agama Islam dalam mengamalkan ajaran
agama Islam.26
a. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
1) Tujuan
Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk:
a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah.27
26
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2012 Tentang Pendidikan
Agama Islam, h. 2.
27 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, (http://bsnp-
indonesia.org/id/?page_id=63/).
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/
-
29
2) Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
a) Al-Quran dan Hadits
b) Aqidah
c) Akhlak
d) Fiqih
e) Tarikh dan Kebudayaan Islam
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya.28
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Sumitri Jurusan Kependidikan Islam dan
Supervisi Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul Supervisi Kurikulum Dalam
Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
2 Ciputat, menunjukkan bahwa usaha Kepala Sekolah untuk meningkatkan
kreativitas belajar siswa dengan melaksanakan supervisi terhadap kurilkulum.
Supervisi kurikulum yang dilaksanakan Kepala Sekolah menunjukkan pada
kategori baik dan tingkat kreativitas siswa SMA Negeri 2 Ciputat
menunjukkan kategori cukup.29
b. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianah Mahasiswi Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang yang
28
Ibid. 29
Sumber diambil dari Perpustakaan Utama Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
30
berjudul Upaya Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Siswa Pada Proses
Pembelajaran di MINU Malang, menunjukkan bahwa kondisi objektif
Madrasah dapat ikut berperan serta dalam pengembangan kreativitas siswa. 30
c. Penelitian yang dilakukan oleh Nyai Srimulyati Mahasiswi Jurusan
Kependidikan Islam Progam Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul Upaya
Peningkatan Daya Kreativitas Siswa Melalui Metode Pemberian Tugas Pada
Mata Pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mubarok Joglo Jakarta Barat,
menunjukkan bahwa terdapat rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus 1
sebesar 61.5, sedangkan pada siklus 2 sebesar 71.5. rata-rata presentase
aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 55%, sedangkan pada siklus 2 adalah
80%.
30
http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=00140056, diakses pada 25-03-2015,
Pukul 08.30 Wib.
http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=00140056
-
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP Nusantara Plus Jl. Tarumanegara
Dalan No.1 Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi
Banten. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran
2014-2015 dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 - Maret
2015.
2. Waktu Penelitian
NO
KEGIATAN
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyerahan
skripsi
-
-
2. Menyerahkan bab
I, II, III
-
-
3. Revisi bab I, II,
III
-
4. Pengajuan surat
izin penelitian ke
sekolah
-
5. Melakukan
Penelitian di
- -
-
32
sekolah
6. Pengolahan data
dan penyusunan
skripsi
-
-
B. Metode Penelitian
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan
pendekatan kualitatif, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang
suatu variabel, gejala, atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu.1
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J moleong
menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.2
Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif
berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat
penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara
induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari
dasar, bersifat deskriptif.3
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
yang ada berdasarkan data-data. Disamping itu juga menyajikan data,
menganalisis dan menginterprestasi, serta bersifat koperatif dan korelatif.4
Menurut E. Kristi Poerwandari menyatakan bahwa dalam kualitatif
sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu.5
1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.234.
2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004, h. 4. 3 Moleong, op. cit., h.27.
4 Cholid Narkubo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002, h. 44.
5 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dan Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3ES,
1998), Cet.III, h.102.
-
33
Dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan informasi atau gambaran terkait
guru PAI dan upayanya dalam mengembangkan kreativitas siswa.
Adapun penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada buku pedoman
penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2014.
1. Tahap Pra Lapangan
Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan sebelum memasuki tahap lapangan
adalah:
a. Menyusun rencana penelitian
Rencana penelitian disusun berdasarkan BAB 1 yang telah ditulis yaitu
Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Kelas VIII
SMP Nusantara Plus Ciputat. Adapun fokus penelitiannya yaitu ingin
mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan
kreativitas siswanya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Memilih lapangan penelitian
Lokasi yang penulis pilih adalah SMP Nusantara Plus Ciputat, karena
lokasinya mudah terjangkau .
c. Mengurus perizinan
Sebelum peneliti melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus
Ciputat, terlebih dahulu meminta izin surat observasi dan penelitian di
Akademik lantai 2 yang mana setelah itu ditanda tangani oleh Ketua
jurusan, kemudian memberikan surat permohonan izin untuk
melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat dan diserahkan
kepada Kepala Sekolah.
2. Tahap Lapangan
Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan pada saat memasuki tahap lapangan
adalah:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
-
34
Peneliti memulai dengan mengamati situasi dan kondisi seputar SMP
Nusantara Plus Ciputat dan menyesuaikan diri dengan berperilaku sesuai
dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan dan adat istiadat serta
prosedur melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat.
b. Memasuki lapangan
Ketika peneliti berada di lapangan, peneliti berupaya menjalin keakraban
dan sikap saling percaya kepada warga SMP Nusantara Plus agar tidak
ada informasi yang disembunyikan lagi apabila tersebut dapat tercipta,
maka diharapkan informasi yang diperoleh akurat.
c. Mengumpulkan data
d. Peneliti terlebih dahulu mencari tahu informasi seputar pembelajaran PAI
di kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat. Peneliti mengumpulkan data
dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi
dengan alat bantu handphone untuk mengambil rekaman suara saat
wawancara dan gambar kegiatan.
C. Sumber Data
Perlu diingat bahwa dalam penelitian, pemilihan sampel bukan saja
diterapkan pada manusia sebagai responden, melainkan juga pada latar (setting),
kejadian dan proses. 6
Dalam penelitian kualitatif, jenis sampling yang digunakan adalah
purposeful sampling atau criterion-based selection yakni jurus agar manusia,
latar, dan kejadian tertentu (unik, khusus, tersendiri, aneh, nyleneh) betul-betul
diupayakan terpilih (tersertakan) untuk memberikan informasi penting yang tidak
mungkin diperoleh dengan melalui jurus lain.7
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Guru PAI untuk mendapatkan data dan informasi mengenai proses
pembelajaran di kelas dalam upaya pengembangan kreativitas siswa pada
mata pelajaran PAI.
6 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2011), Cet. XI, h.102. 7 Alwasilah, op. cit. , h. 103.
-
35
2. Kepala Sekolah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai keadaan
Guru PAI dan mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dalam
upaya pengembangan kreativitas siswa.
3. Siswa siswi SMP Nusantara Plus untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai bagaimana cara mengajar guru di kelas.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati
dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yan diselidiki. Pengamatan akan
menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:
a. Mengabdi kepada tujuan penelitian
b. Direncanakan secara sistematik
c. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum.
d. Dapat dicek validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.
Petunjuk untuk mengadakan pengamatan yang baik agar memperoleh data
yang representif :
a. Memiliki pengetahuan apa yang akan diobservasi ini dimaksudkan untuk
menentukan terlebih dahulu apa-apa yang harus diobservasi.
b. Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus). Kejelasan tujuan
penelitian akan menuntun mempermudah apa yang harus diobservasi.
c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi penelitian harus memilih
cara mana yang dipandang paling efektif dan efisien., apakah Anecdotal, chek
list, rating scale atau yang lain.
d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas.
e. Berlaku sangat cermat dan sangat kritis. Penelitian tidak boleh gegabah,
tergesa-gesa atau serampangan agar apa yang dicatat dalam observasi adalah
benar-benar data yang dibutuhkan.8
8 Narkubo, op. cit., h. 71.
-
36
Aktivitas yang dilakukan adalah peneliti mengamati komponen-komponen
sekolah terlebih dahulu baik gedung, tenaga pendidik, peserta didik, fasilitas-
fasilitas dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian. Kemudian peneliti
membuat catatan dan mencari informasi kepada warga sekolah yang akan
ditindaklanjuti saat penelitian berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.9
Hubungan antara peneliti dengan pemberi informasi (responden) bukan
hubungan antara atasan dengan bawahan atau hubungan antara para ahli dengan
sebaliknya, melainkan peneliti dating adalah meminta dengan memohon
kesediaannya dalam memberikan informasi.
Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam
(indepth information) karena beberapa hal, antara lain:
a. Peneliti dapat menjelaskan atau mem-parafrase pertanyaan yang tidak
dimengerti responden.
b. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow-up questions).
c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan.
d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa
mendatang.10
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan
wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara
terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih
sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat
mana data yang dianggap penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan
9 Moleong, op. cit. h. 186.
10 Alwasilah, op. cit. h. 110.
-
37
satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan
pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali
kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan
kepastian.
3. Analisis Dokumen
Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat
dan sebagainya.
Dalam literatur paradigma kualitatif ada dibedakan istiah documents dari
records (bukti catatan). Records segala catatan tertulis yang disiapkan seseorang
atau lembaga untuk pembuktian sebuah peristiwa atau menyajikan perhitungan,
sedangkan dokumen adalah barang yang tertulis atau terfilmkan selain records
yang tidak disiapkan khusus atas permintaan peneliti. 11
E. Pengecekan Keabsahan Data
Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data
dan informasi yang dikumpulkan. 12
Dalam hal ini ada beberapa cara yang dilakukan, diantaranya adalah:
1. Ketekunan Pengamatan
Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.13
Dalam hal ini, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah setiap data
yang diperoleh secara rinci dan teliti, sehingga bisa focus pada suatu titik
permasalahan.
11
Alwasilah, op. cit. h. 111. 12
Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Trsito, 1988),
h.126. 13
Moleong, op. cit., h. 177.
-
38
2. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan adalah lamanya keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian, dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan agar hubunan
peneliti dengan narasumber akrab, tidak ada jarak lagi, terbuka dan saling
mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan.14
Dalam rangka memperoleh hubungan keakraban ini, peneliti ikut serta
dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penelitian ini. Keikutsertaan peneliti
terhadap pengamatan ini mulai dari tanggal 13 Februari 2015 sampai dengan 14
Maret 2015.
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
Dalam bahasa sehari-hari triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek
yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, tehnik dan waktu.
Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu sumber untuk memastikan
apakah datanya benar atau tidak. Beragam tehnik berarti penggunaan berbagai
cara secara berdampingan untuk memastikan apakah datanya memang benar. Cara
yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. 15
4. Pemeriksaan Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
yang dipeoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dalam
hal ini peneliti melakukan diskusi dengan Sofi Rofiqoh, Reni Anggraeni, dan
Khalida Zia Razak.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
1998), h. 369.
15 Nusa putera, Penelitaian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks Permata
Puri Media, 2011), h.189.
-
39
F. Teknik Analisis data
Analisis data merupakan mencari dan menata secara sistematis catatan
hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti
tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan.
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik,
yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun
data tersebut dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan sesuai kenyataan
realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus
sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya
juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan
mudah diikuti maknanya.
Adapun langkah-langkah analisis yang peneliti lakkukan adalah:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang cukup jelas.
2. Kategorisasi / pengkodingan
Koding dimaksudkan utuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi
data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran
tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan
menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.16
Peneliti melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut. Pertama, data pendukung dan data utama ditranskipkan. Kemudian,
transkip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan diserahkan
menggunakan kategorisasi dan pengkodingan agar mempermudah proses
pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan dan dianalisa
dan memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.
16
Poerwandari, op. cit., h. 89.
-
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus
1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus
Yayasan Aldiana Nusantara atau yang lebih sering dikenal YAN adalah
sebuah yayasan yang di dalamnya didirikan sekolah-sekolah tempat proses belajar
mengajar. YAN terletak di Jl. Tarumanegara Dalan No.1 Pisangan Kecamatan
Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Luas areal tanah SMP
Nusantara Plus 5.000 m, dengan status kepemilikan hak milik. Awalnya YAN
hanya mendirikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yaitu pada tahun 2002.
Melihat banyaknya minat siswa yang bersekolah di SMK dan banyak
mengeluarkan lulusan yang baik dan berkompeten, maka direktur YAN bapak
Alimuddin Al-Murtala tertarik untuk mendirikan SMP Nusantara. Setelah
mendiskusikan dengan semua pengurus yayasan dan para guru, akhirnya
didirikanlah SMP Nusantara. Alasan didirikannya SMP ini adalah agar
mempermudah siswa/i untuk masuk ke SMK Nusantara, selain itu juga bapak Ali
memanfaatkan peluang yang ada dengan melihat banyakanya minat orang tua
untuk menyekolahkan anaknya ke Nusantara.
SMP Nusantara secara resmi beroprasi sejak tahun 2006, dengan kepala
sekolah bapak Alimuddin Al-Murtala yaitu direktur YAN sendiri. Angkatan
pertama ada 212 siswa yang masuk yang terdiri dari 5 lokal kelas. Kemudian pada
tahun kedua (2007) SMP Nusantara mulai menerima sedikit siswa yakni 160
-
41
siswa yang terdiri dari 4 lokal kelas. Dikarenakan banyak lokal yang dipakai SMK
sehingga jika ditambah SMP maka tidak mencukupi untuk 5 kelas, sampai
sekarang hanya 4 kelas dari masing-masing angkatan.
Adapun kebijakan dan strategi SMP Nusantara Plus yaitu selain
mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama juga mampu menawarkan program
kelas khusus bagi siswa yang berminat dalam kedua bidang tersebut. Bagi mereka
yang mau mendalami ilmu agama SMP Nusantara Plus menyediakan waktu
khusus begitu juga kelas exact.
2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar
Visi dari SMP Nusantara Plus adalah menciptakan lulusan yang santun
dalam berbahasa, ramah dalam bergaul, maju dalam IPTEK dan berakhlak mulia.
Misi SMP Nusantara Plus adalah sebagai berikut:
a. Mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama yang bermoral dan religius.
b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis dan praktis
dalam kerangka profesionalitas.
c. Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan lulusan yang
berakhlak mulia.
d. Mendidik lulusan yang berpengalaman dan dapat dipertanggung jawabkan
guna kepentingan universal.
e. Setiap alumni dibekali sikap mental dan mampu bersaing dalam memasuki
dunia pendidikan yang unggul.
Kurikulum yang dipakai SMP Nusntara Plus yaitu dengan memadukan
Kurikulum Depdiknas dan Kurikulum Depag, serta muatan lokal yang ditekankan
pada basic science, bahasa dan akhlakul karimah, menyatu menjadi kurikulum
SMP Nusantara Plus yang berbasis kompetensi dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang teoritis dan praktis. Hal yang unik dan berbeda dari sekolah
lain adalah SMP Nusantara Plus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
-
42
(PAI) memacu pada kurikulum Depag yaitu ada mata pelajaran Fiqih, Akidah
Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Al-Quran Hadits.
Sedangkan untuk alokasi jam belajar di SMP Nusantara Plus dibagi
menjadi dua waktu yakni ada jam pagi dan jam siang. Jam pagi untuk kelas VIII
dan IX, sedangkan jam siang untuk kelas VII. Alokasi waktu untuk pelajaran
agama kelas siang (kelas VII) dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran hanya 30
menit, sedangkan untuk kelas pagi 1 jam pelajaran 35 menit.
3. Sarana dan Prasarana
Sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, SMP Nusantara Plus
memiliki sarana dan prasarana:
Sarana dan Prasarana SMP Nusantara Plus
No. Jenis Ruangan /
Bangunan Jml.
Ukuran
P x L
Kondisi Ruangan Ket.
B CB TB
A. RUANG BELAJAR
1 Ruang Te