skripsi hubungan pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU, PELAKSANAAN ASI
EKSKLUSIF DAN BERAT BADAN LAHIR (BBL) PADA
ANAK UMUR 6-24 BULAN DENGAN STATUS GIZI
DI KELURAHAN MEDAN TENGGARA
KECAMATAN MEDAN DENAI
RISNAWATI MARTASIYANI SARUMAHA
P01031214090
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU, PELAKSANAAN ASI
EKSKLUSIF DAN BERAT BADAN LAHIR (BBL) PADA
ANAK UMUR 6-24 BULAN DENGAN STATUS GIZI
DI KELURAHAN MEDAN TENGGARA
KECAMATAN MEDAN DENAI
Skripsi diajukan sebagai syarat untuk Menyelesaikan Program Studi
Sarjana Terapan Gizi di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan
RISNAWATI MARTASIYANI SARUMAHA
P01031214090
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul :Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu,
Pelaksanaan Asi Eksklusif dan Berat Badan
Lahir (BBL) Pada Anak Umur 6-24 Bulan
Dengan Status Gizi Di kelurahan Medan
Tenggara Kecamatan Medan Denai
Nama : Risnawati Martasiyani Sarumaha
Nomor Induk Mahasiswa : P01031214090
Program Studi : Diploma IV GIZI
Menyutujui :
Lusyana Gloria Doloksaribu, SKM, M, Kes
Pembimbing Utama/Ketua Penguji
Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes
Penguji I penguji II
Mengetahui :
Ketua Jurusan Gizi
Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes
NIP : 196403121987031003
Tanggal lulus 16 Agustus 2018
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN GIZI Skripsi 16 agustus 2018 Risnawati Martasiyani Sarumaha HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU, PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DAN BERAT BADAN LAHIR (BBL) PADA ANAK UMUR 6-24 BULAN DENGAN STATUS GIZI DI KELURAHAN MEDAN TENGGARA KECAMATAN MEDAN DENAI (DIBAWAH BIMBINGAN LUSYANA GLORIA DOLOKSARIBU)
RINGKASAN
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Di bedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Secara klasik kata gizi hanya di hubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Pelaksanaan Asi Eksklusif Dan Berat Badan Lahir (Bbl) Pada Anak Umur 6-24 Bulan Dengan Status Gizi Di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian adalah cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan pada anak balita umur 6-24 bulan yang berjumlah 87 sampel. Pengumpulan data dilakukan di kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai dimana informasi dan data mengenai pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan ASI Eksklusif diperoleh melalui wawancara dan kuisioner dan data Berat Badan Lahir dari surat keterangan lahir. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu yang tergolong rendah dengan persen 82.8% dan pengetahuan baik 17.2 %, tidak ASI Eksklusif 83.9% dan ASI eksklusif 16.1% Berat badan lahir status normal 70.1% dan status BBLR 29.9% dan Status gizi pendek 74.7% dan status gizi normal 25.3%. dari data ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan ASI Eksklusif, Berat Badan Lahir dengan Status Gizi (stunting) dengan nilai p=0.018. p=0.006. p=0.028. kesimpulan penelitian ini bahwa pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan ASi Eksklusif, berat badan lahir memiliki hubungan signifikan dengan status gizi (stunting) pada anak balita umur 6-24 bulan di Kelurahan Medan Tenggara, kecamatan Medan Denai Kata kunci : Status Gizi (stunting), pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan ASI Eksklusif, Berat Badan Lahir
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulisan dapat menyelesaikan penulisan Skripsi, yang berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU, PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DAN BERAT BADAN LAHIR (BBL) PADA ANAK UMUR 6-24 BULAN DENGAN STATUS GIZI DI KELURAHAN MEDAN TENGGARA KECAMATAN MEDAN DENAI”
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Lubuk Pakam Poltekkes Kemenkes Medan dan sekaligus sebagai penguji 1
2. Lusyana Gloria Doloksaribu, SKM, M, Kes selaku dosen pembimbing yang selalu memberi bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes selaku penguji II 4. Kampus jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, sebagai
tempat kami menuntut ilmu selama ±4 tahun 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan, yang telah membantu
pembiayaan selama perkuliahan 6. Kepada dosen-dosen jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan, yang mengajari kami selama ±4 tahun 7. Kepada kedua Orang Tua, bapak Sorudu Sarumaha dan ibunda Hamae
Sarumaha dan saudara/I saya Iradat Sarumaha, Ruadat Sarumaha, Senyatakan Sarumaha, yang selalu memberi doa, semangat, dukungan, dan dorongan kepada penulis.
8. Kepada semua rekan-rekan mahasiswa/I D-IV Gizi khususnya KSO Nias Selatan yang telah bersama ±4 tahun
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini . Atas perhatiannya penulisan ucapkan terimakasih
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
RINGKASAN ............................................................................................... IV
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1. Tujuan umum ................................................................... 4
2. Tujuan khusus .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
A. Status gizi ............................................................................. 6
1. Pengertian Status Gizi .................................................... 5
2. Anak umur 6-24 bulan .................................................... 7
3. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .......................... 8
4. Dampak Stunting ............................................................ 10
B. Pengetahuan Gizi Ibu ........................................................... 11
C. ASI Eksklusif ......................................................................... 12
1. Pengertian ASI Eksklusif ................................................ 12
2. komponen ASI Ekslusif ................................................... 12
3. manfaat ASI Eksklusif .................................................... 15
a. Bagi ibu dan keluarga ................................................. 15
b. Bagi bayi .................................................................... 16
4. Faktor yang mempengaruhi kegagalan
vii
Pemberian ASI Eklusif ...................................................... 16
D. Berat badan Lahir ................................................................. 18
E. Kerangka Teori ..................................................................... 20
F. Kerangka Konsep ................................................................. 21
G. Definisi Operasional .............................................................. 22
H. Hipotesis ............................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 24
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 24
B. Jenis dan RancanganPenelitian ............................................ 25
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 24
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................... 25
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 26
F. Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 26
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 28
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 28
B. Karakteristik Sampel ............................................................ 29
1. Jenis Kelamin .............................................................. 29
2. Usia balita .................................................................... 29
3. Usia responden ............................................................ 29
4. Pendidikan ibu ............................................................. 30
C. Hasil Penelitian .................................................................... 31
a. Pengetahuan gizi ibu .................................................... 31
b. Pelaksanaan ASI Eksklusif umur 6-24 bulan ................ 32
c. Data Berat Badan Lahir(BBL) ....................................... 32
d. Status gizi ..................................................................... 33
D. Pembahasan ....................................................................... 34
a. Hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita
umur 6-24 bulan ........................................................... 34
b. Hubungan pelaksanaan ASI Eksklusif dengan status gizi
balita umur 6-24 bulan .................................................. 36
viii
c. Hubungan Berat Badan Lahir dengan status gizi balita
umur 6-24 bulan ........................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 42
A. Kesimpulan ......................................................................... 42
B. Saran ................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44
LAMPIRAN .................................................................................................. 47
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel1klasifikasi status gizi Stunting berdasarkan indikator tinggi
badan menurut umur ............................................................................. 7
2. Tabel 2 komponen dan komposisi ASI .................................................. 14
3. Tabel 3Defenisi Operasional ................................................................ 22
4. Tabel 4 jenis kelamin balita ................................................................... 30
5. Tabel 5 Usia balita ................................................................................. 30
6. Tabel 6 usia responden ......................................................................... 30
7. Tabel 7 pendidikan ibu .......................................................................... 31
8. Tabel 8 pengetahuan gizi ibu................................................................. 32
9. Tabel 9 pelaksanaan ASI Eksklusif........................................................ 32
10. Tabel 10 berat badan lahir ..................................................................... 33
11. Tabel 11 status gizi ............................................................................... 33
12. Tabel 12 hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi ................ 34
13. Tabel 13 hubungan pelaksanaan ASI Eksklusif dengan status
gizi balita ............................................................................................... 37
14. Tabel 14 hubungan berat badan lahir dengan status gizi balita ............. 40
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1. Kerangka Teori ............................................................................ 20
2. Kerangka Konsep ......................................................................... 21
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Master tabel .................................................................................. 47
2. Analisis data .................................................................................. 50
3. Formulir Persetujuan Menjadi Responden .................................... 53
4. Kuesioner Penelitian ................................................................... 54
5. Bukti bimbingan ............................................................................ 57
6. Riwayat Hidup ............................................................................... 59
7. Surat izin penelitian ....................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gizi di artikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makan
yang di konsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh
serta untuk menghasilkan tenaga.(Almatsier, 2009)
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka baduta
termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu
kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi,
sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan
yang sangat pesat. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap
penyakit infeksi dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian
baduta (Soegeng, 2004).
Masalah gizi yang sering terjadi pada Baduta antara lain adalah
masalah gizi kurang (BB/U), Stunting (TB/U), gizi lebih atau obesitas dan
kurang vitamin A (Natalia dkk, 2013). Terdapat satu cara menentukan
stunting yaitu dengan mengukur ukuran tubuh atau dengan pengukuran
antropometri.
WHO, 2014 mendefiniskan stunting sebagai nilai tinggi badan (TB)
atau panjang badan (PB) menurut umur (U) kurang dari 2 standar deviasi
(SD) dari median standar pertumbuhan anak. Stunting merupakan salah
satu bentuk malnutrisi yang merefleksikan kekurangan gizi yang terjadi
secara kumulatif yang berlangsung lama atau dikenal dengan istilah
kekurangan gizi kronis (hidden hunger). Anak dengan gizi kronis
mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan sehingga tidak tercapai
pertumbuhan yang potensial.Anak tersebut tidak mencapai rata-rata
median pertumbuhan sesuai umur dan jenis kelamin.Stunting bukan
hanya mencerminkan secara fisik, stunting juga mencerminkan perubahan
fisiologis. (Astuti, 2015)
2
Dalam UNICEF, 2012 diperoleh prevalensi stunting di indonesia
36%. Hasil Riset kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) di Indonesia
prevalensi balita stunting pada tahun 2007 (36.8%), kemudian di tahun
2010 menjadi (35.6%) dan meningkat kembali pada tahun 2013 (37.2%).
Hasil Riskesdas di Sumatera Utara diperoleh bahwa prevalensi stunting
secara provinsi tahun 2007 (43,1%), kemudian pada tahun 2010
mengalami penurunan (42,3%) namun pada tahun 2013 terjadi
peningkatan sebesar (42,5%). Dalam data study diet total (SDT), 2014
untuk Sumatera utara prevalensi stunting 42,5%, sementara kota Medan
prevalensi Stunting 34.9%.
Sementara dalam Data Profil Kesehatan Indonesia, Provinsi
Sumatera Utara, 2016 kisaran cakupan ASI eksklusif di Sumatera Utara
pada bayi umur 0-6 bulan adalah 12.4%, dan Mengacu pada target
resentra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka secara nasional
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan
sebesar 55,7%. dari data provinsi, kisaran cakupan ASI eksklusif pada
bayi umur 0-6 bulan antara 33.0% (sumatera Utara) Dari 33 provinsi yang
melapor, sebanyak 29 di antaranya (88%) berhasil mencapai target
renstra 2015.
Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh banyak faktor yaitu
defisiensi zat gizi makro dan mikro, peran pengasuhan, faktor sosial
ekonomi, penyakit infeksi, dan faktor psikososial (Astuti, 2015), berat
badan lahir rendah (BBLR) (Arifin dkk, 2012 ), pelaksanaan ASI Eksklusif,
pengetahuan gizi ibu, (khoirun 2015).
Menurut penelitian Fitri (2012) yang dilakukan di Sumatera Utara
terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan terjadinya stunting yaitu berat
lahir, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan status ekonomi.
Sedangkan yang merupakan faktor risiko determinan terhadap kejadian
stunting adalah pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, tinggi badan
ayah, tinggi badan ibu dan pemberian ASI eksklusif (Wahdah, 2012 dalam
Novita)
3
Penelitian Khoirun, dkk 2015 tentang Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita, memperoleh hasil dimana Panjang
badan lahir, riwayat ASI Eksklusif, pendapatan keluarga, pendidikan ibu,
dan pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita.
Penelitian lainnya tentang Hubungan Antara Berat Badan Lahir Anak
Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Batita Diwilayah Kerja Puskesmas
Sonder Kabupaten Minahasa diperoleh kesimpulan bahwa Faktor utama
penyebab stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, berat
badan lahir rendah (BBLR) dan penyakit infeksi. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa balita dengan berat badan lahir rendah mempunyai
risiko 2,3 kali lebih besar terkena stunting dibanding balita dengan berat
badan lahir normal (Arifin dkk, 2012 dalam Gabrielisa, dkk ).
Penelitian Nining, 2014 menyimpulkan bahwa Stunting banyak
ditemukan pada anak yang tidak diberikan ASI Eksklusif (61,7%)
dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif (29,4%) dan mempunyai
hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting pada balita.
Penelitian M Kurnia, dkk, 2013 menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-
24 bulan, dimana ibu yang memberikan ASI Eksklusif akan semakin baik
status gizi balitanya dari pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif
kepada balita yang berusia 6 – 24 bulan.
Penelitian Darwin, dkk 2015, memperoleh hasil bahwa Berat badan
lahir rendah berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24
bulan di Kota Yogyakarta. Anak dengan riwayat kelahiran BBLR berisiko
5,6 kali lebih besar untuk menjadi stunting dibandingkan anak yang lahir
dengan berat badan normal.
Dampak Stunting pada anak dapat berakibat fatal terhadap
produktivitasnya di masa dewasa.Anak stunting juga mengalami kesulitan
dalam belajar membaca dibandingkan anak normal. Anak yang
mengalami stunting memiliki potensi tumbuh kembang yang tidak
4
sempurna, kemampuan motorik dan produktivitas rendah, serta memiliki
risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit tidak menular (Picauly dan
Magdalena, 2013)
Menurut Kemenkes, 2015 ada beberapa kendala dalam pemberian
ASI Eksklusif seperti kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan
keluarga, rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian
ASI eksklusif, kurangnya dukungan tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan
kesehatan dan produsen makanan bayi untuk keberhasilan ibu dalam
menyusui bayinya.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di kelurahan
Medan Tenggara, di peroleh Prevalensi Stunting 76.0% dari 50 orang
baduta dimana 38 baduta diantaranya stunting dan 12 baduta normal.
Sedangkan Data sekunder laporan Puskesmas Medan Denai dari 164
bayi usia 0-5 bulan hanya 32,2% mendapat ASI eksklusif dari ibunya, dan
yang tidak medapat asi eksklusif (58.9%.),
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti ingin mempelajari
“Hubungan Pengetahuan gizi ibu, pemberian ASI Eksklusif dan Berat
Badan Lahir (BBL) pada anak Umur 6-24 Bulan dengan Status Gizidi
kelurahan Medan Tenggara kecamatan Medan Denai”.
B. Perumusan Masalah
Adakah Hubungan Pengetahuan Gizi ibu, pelaksanaan ASI
Eksklusif dan Berat Badan Lahir (BBL) pada anak umur 6-24 bulan
dengan status Gizi di kelurahan Medan Tenggara, kecamatan Medan
Denai.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan ASI
Eksklusif dan Berat Badan Lahir (BBL) pada anak umur 6-24 bulan
dengan status gizi di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan
Denai
5
2. Tujuan Khusus
a. Menilai pengetahuan gizi ibu di Kelurahan Medan Tenggara
b. Menilai pelaksanaan ASI Eksklusif anak umur 6-24 bulan di
Kelurahan Medan Tenggara
c. Menilai Berat Badan Lahir pada anak umur 6-24 bulan di Kelurahan
Medan Tenggara
d. Menilai status gizi anak umur 6-24 bulan di Kelurahan Medan
Tenggara
e. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
pada anak umur 6-24 bulan di Kelurahan Medan Tenggara
f. Menganalisis hubungan pelaksanaan ASI Ekslusif dengan status gizi
anak umur 6-24 bulan di Kelurahan Medan Tenggara
g. Menganalisis hubungan Berat Badan Lahir dengan status gizi anak
umur 6-24 bulan di Kelurahan Medan Tenggara
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk pengembangan kemampuan peneliti tentang Hubungan
Pengetahuan Gizi Ibu, Pelaksanaan Asi Eksklusif Dan Berat Badan
Lahir pada anak umur 6-24 bulan dengan Status Gizi
2. Bagi masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat tentang pentingnya Pengetahuan
Gizi Ibu, Pelaksanaan Asi Eksklusif Dan Berat Badan Lahir pada
anak umur 6-24 bulan dan bagaimana pengaruhnya dengan Status
Gizi
3. Bagi pelayanan kesehata
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah
khususnya Dinas dan Instasi terkait dalam mengambil kebijakan
penanggulangan stunting pada Balita.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STATUS GIZI
1. Pengertian Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi.Di bedakan antara status gizi buruk, kurang,
baik, dan lebih.Secara klasik kata gizi hanya di hubungkan dengan
kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan
memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan
dalam tubuh.(Almatsier, 2010).
Salah satu kelompok rawan akan masalah gizi adalah baduta. Hal ini
dikarenakan pada masa baduta memerlukan asupan zat gizi dalam jumlah
besar untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kesalahan dalam
pemenuhan zat gizi baduta akan membawa dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan saat dewasa. Baduta yang kekurangan
gizi akan berisiko mengalami penurunan IQ, penurunan imunitas dan
produktivitas, masalah kesehatan mental dan emosional, serta kegagalan
pertumbuhan (Kesuma, 2012; Fleck, 2010 dalam Cholifatun, dkk)
Kekurangan gizi dapat diartikan sebagai suatu proses kekurangan
asupan makanan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa
zat gizi tidak terpenuhi. Dampak kekurangan gizi kronis yaitu anak tidak
dapat mencapai pertumbuhan yang optimal.Keadaan ini jika berlangsung
secara terus menerus dapat mengakibatkan Stunting. Stunting
menggambarkan riwayat kekurangan gizi yang terjadi dalam jangka waktu
yang lama (Wanda Lestari, dkk)
Stunting merupakan salah satu indikator status gizi kronis yang
menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka
panjang. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status gizi anak, pendek dan sangat pendek adalah status gizi
7
yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau
tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah
stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Z-score untuk
kategori pendek adalah -3 SD sampai dengan <-2 SD dan sangat pendek
adalah <-3 SD (Meilyasari, 2014).Salah satu penilaian status gizi pada
baduta stunting menurut SK MENKES tahun 2010 sebagai berikut :
Table. 1 klasifikasi Status Gizi Stunting berdasarkan indikator Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U)
2. Anak umur 6-24 bulan
Gizi dan kesehatan balita merupakan salah satu hak asasi
anak.Janin sejak dalam kandungan ibu, mempunyai hak untuk hidup dan
tumbuh kembang menjadi anak yang mampu mengekspresikan diri.
Perkembangan Otak anak tumbuh sejak awal gestasi dan terus tumbuh
dan berkembang pesat ketika usia mencapai 2 tahun. Bayi (usia 0-11
bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas
dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi
yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi
pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya,
maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
Indeks Status gizi Simpangan Baku (Z score)
Panjang Badan
menurut umur
(PB/U) atau Tinggi
badan menurut
umur (TB/U)
Sangat pendek z-score < - 3 SD
Pendek -3 SD ≤ z-score < -2 SD
Normal -2 SD ≤ z-score ≤ 2 SD
Tinggi z-score > 2 SD
8
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun
masa selanjutnya. Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF
merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu pertama
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak
bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan
pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2003)
3. Faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita
WHO, 2014 lebih komprehensif menguraikan penyebab kependekan
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung penyebab stunting
yaitu penyakit infeksi, praktik menyusui, ketersediaan makanan serta
lingkungan rumah tangga dan keluarga. Faktor tidak langsung penyebab
stunting adalah factor komunitas dan social yaitu ekonomi politik,
kesehatan dan pelayanan kesehatan, pendidikan, social dan kebudayaan,
pertanian dan system makanan, air, sanitasi dan lingkungan.
1. Karakteristik balita
a) Berat lahir
Berat lahir dikategorikan menjadi dua yaitu, rendah dan normal.Berat
badan lahir rendah (BBLR) jika berat lahirnya <2500 gram) (Kemenkes,
2010). Dampak BBLR akan berlangsung antar generasi, bagi perempuan
yang lahir BBLR, besar resikonya bahwa kelak ia juga akan menjadi ibu
stunted sehingga beresiko melahirkan bayi BBLR.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan besarnya kebutuhan gizi bagi seseorang
sehingga terdapat ketertarikan antara status gizi dan jenis kelamin
(apriadji, 1986).Perbedaan besarnya kebutuhan gizi tersebut dipengaruhi
karena adanya perbedaan komposisi tubuh antara laki-laki dan
perempuan.Perempuan memiliki lebih banyak jaringan lemak dan jaringan
9
otot lebih sedikit dari pada laki-laki.Faktor budaya juga mempengaruhi
status gizi pada anak laki-laki dan perempuan.Pada beberapa kelompok
masyarakat, perempuan dan anak perempuan mendapat prioritas yang
lebih rendah dibandingkan laki-laki anak laki-laki dalam pengaturan posisi
pangan. Hal tersebut mengakibatkan perempuan dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang rentan terhadap pembagian pangan
yang tidak merata (Sehardjo, 1989)
2. Pola pemberian makanan
Perubahan pola pemberian makanan semula hanya diberi ASI
menjadi makanan padat atau formula sebagai penyebab terjadinya gagal
tumbuh kemudian berkembang menjadi kependekan. WHO (1994, 1995a)
3. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi diperkirakan sebagai penyebab kependekan
(Stephensen CB 1999) seperti infeksi berulang (diare dan kecacingan)
pada usia dini (Lewit EM & Kerrebrock N 1997)
4. Defisiensi zat gizi makro dan mikro
Penyebab utama kependekan diketahui sejak awal adalah karena
defisiensi zat gizi makro seperti energy dan protein (Beaton GH &
Gharserni H 1982; Brooke & Wheeler EF 1976; ) selain zat gizi makro
kekurangan zat gizi mikro tunggal seperti zinc dibuktikan berperan dalam
deficit pertumbuhan. Namun Rosado JL (1999) menemukan bahwa
kependekan terkait dengan kekurangan beberapa zat gizi mikro (ganda).
Kekurangan gizi makro dan mikro bukan hanya sejak lahir sampai usia 3
tahun tetapi kekurangan zat gizi selama hamil juga berperan dengan
terjadinya kependekan (Lewit EM & Kerrebrock N 1997)
5. Pengasuhan ibu
Unicef melalui model konseptual menggambarkan peranan
pengasuhan terhadap timbulnya gizi kurang pada anak balita (Unicef
1998). Dalam pengasuhan peran orangtua terutama ibu sangat penting
dalam memberikan perawatan anak bila sakit, pemberian makanan dan
10
memberikan stimulasi kepada anak (Engle et al. 1997a).cara pengasuhan
juga berpengaruh dengan terjadinya kependekan (Engle et al. 1997b).
6. Faktor sosial-ekonomi
Banyak Negara mempunyai masalah kependekan yang disebabkan
oleh factor social dan ekonomi (Frongillo et al. 1997).Namun dengan
peningkatan ekonomi tidak memastikan masalah kependekan dapat
diatasi (Gillespie et al. 1996).
7. Jenis pekerjaan orangtua
Pekerjaan adalah mata pencaharian apa yang dijadikan pokok
kehidupan, sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah tangga dan anggota
keluarga lainnya akan menentukan seberapa besar sumbangan mereka
terhadap keuangan rumah tangga yang kemudian akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, seperti pangan yang bergizi dan peralatan
kesehatan (Dalimunte, 2015) Tingkat pendapatan akan menentukan jenis
dan ragam makanan yang akan dibeli dengan uang tambahan (Berk A,
dan sayogyo, 1986 ;dalam Nur intan 2016). Penghasilan yang rendah
berarti rendah pula jumlah uang yang akan dibelanjakan untuk makanan,
sehingga bahan makanan yang dibeli untuk keluarga tersebut tidak
mencukupi untuk mendapatkan dan memelihara kesehatan seluruh
keluarga.
Kukuh, 2013 dalam Nur Intan mengatakan bahwa anak pada
keluarga dengan tingkat pendapatan rendah lebih beresiko mengalami
stunting karena kemampuan pemenuhan gizi yang rendah, meningkatkan
resiko terjadinya stunting.
4. Dampak stunting pada anak
Stunting berdampak pada perkembangan motorik.Milestone
perkembangan anak pendek terlambat, tampak gangguan delay dalam
perkembangan motorik serti berjalan (Branca F & Ferrari M 2002). Selain
itu dampaknya pada gangguan kognitif, yang terlihat anak pendek
mempunyai Intelegence Quotient (IQ) point berkurang 11 IQ poin (Unicef
11
1998; Hadi H 2005) dibandingkan dengan anak yang tidak pendek,
akibatnya anak tak bias belajar secara optimal. Selanjutnya resiko
semakin meningkat karena kemampuan kognitif anak pendek tidak
berkembang secara maksimal ( Mendes MA & Adair LS 1999). Akhirnya
pencapaian akademik anak kependekan dan daya saing disekolah
rendah(Berkman et al 2002 ).
Dampak lain dari Stunting adalah berkaitan dengan hipertensi
,morbiditas dan mortalitas. Kependekan terjadi pada dua tahun pertama
kehidupan berdampak dengan peningkatan tekanan darah pada usia 7-8
tahun (Gaskin PS et al2000 ). Dampak kependekan berkaitan dengan
morbiditas dan mortalitas yaitu pada daerah dengan indeks PB/U atau
TB/U yang rendah ditemukan kasus anak pendek tinggi (Tomkins A 2000;
SCN 1997; Waterlow &
Schurch 1994).Dampak kependekan yang berikutnya anak tidak
dapat mencapai tinggi yang optimal sehingga pencapaian tinggi badan
menurut umur tetap pada trajectory tinggi badan menurut anak (WHO
2014).Bukti kependekan intergenerasi diperoleh dari penelitian ibu hamil
yang pendek cenderung melahirkan bayi BBLR.
B. Pengetahuan Gizi Ibu tentang ASI Ekslusif
Definisi pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian
besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (seokidjo
Notoatmodjo, 2003 : 128). Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari
sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh
baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain. Fakta-
fakta kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori sesuai
dengan fakta yang di kumpulkan tersebut.Teori-teori tersebut kemudian
digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dan kemasyarakatan yang
lain (Seokidjo Notoatmodjo, 2003).
12
Pengetahuan tentang gizi memungkinkan seseorang memilih dan
mempertahankan pola makan berdasarkan prinsip ilmu gizi. Perlu di
tambahkan bahwa harus di perhatikan aplikasi praktis atau pelaksanaan
dengan pengertian makanan yang adekuat gizi, biaya bahan makanan
dan pengolahan serta sikap, kepercayaan, faktor kebudayaan dan emosi
yang ada pada seseorang berkaitan dengan makanan (Seogeng Santoso,
1999).
Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis
dan kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya.Mereka yang
semakin banyak pengetahuan gizi lebih banyak menggunakan
pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan
tersebut.Dengan tingginya pengetahuan maka pangan yang dikonsumsi
semakin beragam hingga mendekati skor PPH ideal dan memiliki nilai gizi
tinggi. Sedangkan awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi
akan memilih makanan yang paling menarik panca indera dan tidak
mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. (Achmad Djeni S,
2000).
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara.Sedangkan
kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan
faktor penting dalam masalah kekurangan. Sebab lain yang penting dari
gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi adalah
kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1986).
C. Asi Eksklusif
1. Pengertian ASI Ekslusif
Asi merupakan bentuk makanan yang ideal untuk memenuhi gizi
anak, karena Asi sanggup memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk hidup
selama 6 bulan pertama kehidupan (Berg, A. & Muscat, R. J., 1985).
13
2. Komponen ASI Ekslusif
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI
sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang
memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi. Berikut
daftar elemen penting dari ASI :
a. Kolostrum
Cairan susu kental yang berwarna kekuning-kuningan yang
dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas
pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu
menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak
tetapi kaya akan zat gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum
mengandung karoten dan vitamin yang sangat tinggi.
b. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan
whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey
dari pada casein sehingga protein ASI mudah dicerna
c. Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan
komponen zat gizi yang sangat bervariasi.Lebih mudah dicerna karena
sudah dalam bentuk emulsi.
d. Laktosa
Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebai sumber
energy, meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan
lactobacillus bifidus
e. Vitamin A
Konsentrasi vitamin A berkisar 200 IU/dl
f. Zat besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0.5-1.0 mg/liter) bayi
yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia).Hal ini dikarenakan
zat besi pada ASI yang lebih mudah diserap.
g. Taurin
14
Berupa asam amino yang berfungsi sebagai neutransmitter.Berperan
penting dalam maturasi otak bayi.DHA dan ARA merupakan bagian dari
molekul yang dikenal dengan omega fatty acids. DHA (docosahexaenoic)
adalah sebuah blok bangunan di otak sebagai pusat kecerdasan dan
dijala mata. Akumulasi DHA diotak lebih dari dua tahun pertama
kehidupan.ARA (arachidonic acid) yang ditemukan diseluruh tubuh dan
bekerja bersama-sama dengan DHA untuk mendukung visual dan
perkembangan mental bayi.
h. Lactobacillus
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri
E.coli yang sering menyebabkan diare pada bayi
i. Lactoferin
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk
bakteri, dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk
berkembang. Memilikim efek langsung pada antibiotic berpotensi
berbahaya seperti bakteri staphylococci dan E. coli. Hal ini ditemukan
dalam konsentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung seluruh
tahun pertama bermanfaat menghambat bahteri staphylococcus dan jamur
candida.
j. Lisozim
Dapat mencegah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens
caries dentis dan moloklusi.Enzim pencernaan yang kuat yang ditemukan
dalam air sus ibu pada tingkat 50 lebih tinggi dari pada dalam
rumus.Lysozime menghancurkan bekteri berbahaya dan akhirnya
mempengaruhi rumit bakteri yang menghuni usus system.
Tabel 2 : Komponen dan Komposisi ASI
Faktor Nutrisi Umur (bulan
Komposisi per dl
Komposisi per 100 gr
Laktasi (g) 12-18 7.93 7.69
Lemak total (g) 12-18 3.53 3.42
Protein (g) 12-18 0.995 0.965
15
Energi (kcal) 12-18 67.47 65.44
Total kalori (µg) 12-18 59.57 57.8
Kalsium (mg) 12-26 18.1 17.6
Fosfor (mg) 12-26 15.8 15.3
Besi (mg) 12-26 0.12 0.12
Vitamin A (µg RE) 11.5-23.5 21.2 20.6
Β-karoten (µg) 11.5-23.5 18.8 18.2
Tiamin (µg) 13-18,>18 16 15.5
Ribovlavin(µg) 13-18,>18 15.2 14.7
Niasin (µg) 9-12 102 98.9
Asam Pantothenat(µg)
9-12 103 99.9
Biotin (µg) 9-12 160 155.1
Vitamin B12 (ng) 7.7 7.5
Vitamin C (mg) 12-18,>18 3.1 3
Asam folat (µg) 1.5-3 0.83 0.8
Sumber : Atikah proverawati,2010
3. Manfaat ASI Ekslusif
a. Manfaat Pemberian ASI Ekslusif
1) Bagi ibu dan keluarga
Menyusui sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga dan bayinya.
Menyusui bayi bagi ibu memnpunyai banyak keuntungan diantaranya
menurunkan berat badan ibu, mengurangi resiko hipertensi bagi ibu dan
meningkatkan hubungan kasih saying ibu dan anak. Menyusui ASI juga
tidak perlu mempersiapkan susu formula dan tidak memerlukan botol steril
sehingga biaya rendah (Atikah,2010) Keuntungan bagi ibu adalah
a. Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan
b. Uterus akan berkontraksi lebih cepat sehingga akan
mempercepat proses pemulihan rahim untuk persiapan
kehamilan kembali
c. Mempercepat proses pembentukan tubuh keukuran semula
d. Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan
16
e. Ibu dapat melakukan dimana saja, bahkan jika tidak ada air
disekitar
f. Mengurangi kemungkinan mengembangkan kanker payudara,
kanker ovarium, dan osteoporosis
2) Bagi bayi
a) Mempromosikan ASI yang kuat dan aman untuk bayi
b) Merangsang lima indera manusia
c) Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi
d) Menjaga terhadap penyakit, alergi, SIDS dan infeksi
e) Membantu mengembangkan rahang dan otot wajah dengan
benar
f) Mudah dicerna
g) Meningkatkan berat badan bayi
h) Benar-benar meberikan gizi lengkap untuk tahun pertama
kehidupan dan suplemen solid kebayi
i) Perkembangan otak dan meningkatkan IQ
4. faktor yang mempengaruhi kegagalan Pelaksanaan ASI Eksklusif
1. faktor internal
1) pendidikan
semakin tinggi pendidikan sesorang maka semakin mudah untuk
menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
termasuk mengenai ASI Eksklusif.
2) Pengetahuan
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian
ASI Eksklusif bias menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI
eksklusif pada bayi
3) Sikap atau perilaku
17
Dengan menciptakan sikap yang positip mengenai ASI dan
menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
secara Eksklusif
4) Psikologis
Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak
penampilan, dan khawatir menyusui akan menjadi tua. Ada pula
sebagian ibu mengalami tekanan batin disaat menyusui bayi
sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan
lama menyusui bayinya bahkan mengurangi menyusui
5) Fisik
Alasan yang sering munculn untuk tidak menyusui adalah karena
ibu sakit, baik sebentar maupun lama.Sebenarnya jarang sekali
ada penyakit yang mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui.
Lebih jauh berbahaya untuk mulai member bayi berupa makanan
buatan dari pada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang
sakit
6) Emosional
Factor emosi mampu mempengaruhi factor produksi air susu ibu.
Bahwa aktivitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa
berubah-ubah oleh pengasuh psikis/kejiwaan yang dialami oleh
ibu. Perasaan ibu dapat menghambat /meningkatkan pengeluaran
ositoksin. Perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas, malu,
atau nyeri hebat akan mempengaruhi reflex oksitoksin yang
akhirnya menekan produksi ASI.
2. Factor eksternal
1) Peranan ayah
Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui,
terutama untuk ASI Eksklusif.Dukungan emosionel suami sangat
berarti dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya
ASI.Ayahlah yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat
godaan yang dating dari keluarga terdekat, orangtua atau mertua.
18
2) Perubahan social budaya
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan
adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan dikebutuhan
masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan
lamanya menyusui.Pekerjaan mempengaruhi keterlambatan ibu
untuk memberikan ASI secara Eksklusif .secara teknis hal itu
karena kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan
kebutuhan ASI.
3) Kurangnya petugas kesehatan
Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi
kesehatan, menyebakan masyarakat kurang mendapatkan
informasi atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
Penyuluhan kepada masyarakt mengenai manfaat dan cara
pemanfaatannya
4) Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
Peningkatkan sarana komunikasi dan transportasi yang
memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan
pergeseran perilaku dan pemberian ASI ke pemberian Susu
formula baik didesa maupun diperkotaan.
D. Berat Badan Lahir
Berat badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak
digunakan yang memberi gambaran massa jaringan, termasuk cairan
tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak,
seperti terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang menurun.
Sebagai indikator status gizi, berat badan dalam bentuk indeks berat
badan menurut umur (BB/U) dan berat menurut tinggi badan (BB/TB)
memberikan keadaan kini (Onetusfifsi Putra, 2016)
Berat badan lahir sebagai pengukuran yang terpenting bagi bayi baru
lahir.Berat badan merupakan sebagai hasil peningkatan /penurunan
semua jaringan yang pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh,
dan lainnya.Berat badan dipakai sebagai indicator yang terbaik untuk
19
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.(Hasdianah dkk,
2014 dalam Gabrielisa)
Hasil penelitian membuktikan bahwa ibu hamil yang kurang gizi akan
cenderung melahirkan bayi yang kurang gizi. Berat bayi yang dilahirkan
bisa kurang dari 2500 gr atau BBLR.Bayi yang lahir BBLR mempunyai
ukuran proporsional kecil seperti kepala, badan, tangan, kaki dan organ-
organ lainnya dalam tubuh. Selain itu, bayi BBLR tidak mempunyai cukup
cadangan zat gizi dalam tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit,
terutama penyakit infeksi, hipotermi dan akibatnya mudah meninggal
dunia. Oleh karena itu , angka kematian bayi yang tinggi sangat erat
hubungannya dengan BBLR yang juga tinggi (Supariasa dkk, 2012).
Penelitian Darwin, dkk 2014 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24
bulan yaitu 5,6 kali lebih berisiko untuk mengalami kejadian stunting pada
anak dengan riwayat BBLR dibandingkan anak yang lahir dengan berat
badan normal.
20
E. Kerangka teori
Gambar 1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting. Sumber :
modifikasi UNICEF, 1990 dalam BAPPENAS
STATUS GIZI
Karakteristik Balita
1. Berat Lahir
2. Jenis Kelamin
Asupan makanan
Penyakit Infeksi
Ketersediaaan
makanan
Pemberian Asi
Eksklusif
Defisiensi zat
gizi makro
dan mikro
Pengetahuan ibu
Pekerjaan orangtua
Status ekonomi
21
F. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan kerangka teori diatas maka, Skema kerangka konsepnya
ialah :
.
Gambar 2 :kerangka konsep hubungan pengetahuan gizi ibu,pelaksanaan
ASI Eksklusif dan berat badan lahir pada anak umur 6-24
bulan dengan status gizi
Pengetahuan
Gizi Ibu
PelaksanaanAsi
Eksklusif STATUS GIZI
(TB/U)
Berat Badan
Lahir
22
G. Defenisi operasional
No Variabel Defenisi Alat ukur Skala
1 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi . Penilaian status gizi di tentukan dengan indeks TB/U dengan mengukur panjang badan baduta menggunakan pengukur panjang badan. Status gizi dikategorikan berdasarkan SK MENKES tahun 2010 :
1. Sangat pendek : z-score < -
3 SD 2. Pendek : -3 SD ≤ z-score < -
2 SD 3. Normal : -2 SD ≤ z-score ≤ 2
SD 4. Tinggi: z-score > 2 SD
Microtoice (TB/U atau PB/U)
Ordinal
2 Pelaksanaan ASI Eksklusif
Ibu melaksanakan ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan yang diukur dengan menggunakan kuisioner dikategorikan menjadi:
1. ASI Eksklusif : jika sampai 6 bulan (hanya ASI saja)
2. Tidak ASI Eksklusif : jika< 6 bulan (sudah diberi MPASI)
Kuisioner Ordinal
3 Pengetahuan Gizi Ibu
Pemahaman ibu mengenai ASI Eksklusif dan MPASI. Yang terdiri dari 12 pertanyaan, dikategorikan menjadi
1. Pengetahuan kurang jika <70%
2. Pengetahuan baik jika ≥70%
Kuisioner Ordinal
4 Berat Badan Lahir
Gambaran pencapaian berat lahir anak sesuai dengan berat badan lahir normal(Profil Kesehatan Indonesia, 2013) 1. Normal : jika ≥ 2500 gram 2. BBLR : jika < 2500 gram
Ordinal
23
H. Hipotesis
1. Ha : ada hubungan pengetahuan Gizi ibu dengan status gizi pada anak
umur 6-24 bulan dikelurahan Medan Tenggara.
2. Ha :ada hubungan pengetahuan Gizi ibu dan pelaksanaan asi eksklusif
di kelurahan Medan Tenggara.
3. Ha : ada hubungan Berat badan lahir dengan status gizi di kelurahan
Medan Tenggara.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada anak usia 6-24 bulan dikelurahan
Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai. Penelitian dilaksanakan mulai
November 2017 – agustus 2018 sedangkan pengumpulan data dilakukan
pada bulan Juli 2018.
.
B. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah survey atau observasional dengan desain
cross sectional study/ potong lintang karena data pengetahuan,
pelaksanaan ASI Eksklusif, berat badan lahir dengan status gizi dilakukan
secara bersamaan.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang
mempunyai anak baduta sebanyak 659 orang bertempat tinggal di
Kelurahan Medan Tenggara
2. Sampel
Sampel pada penelitian adalah seluruh populasi anak umur 6-24
bulan, dengan criteria inklusi
a. Bersedia menjadi sampel
b. Masih berumur 6 – 24 bulan
c. Anak balita dengan Suku nias
Dari kriteria inkusi jumlah sampel adalah 87 orang. Terknik
pengambilan sampel adalah non probabilitas yaitu teknik
Haphazard
25
3. Responden
Responden ibu yang memiliki baduta yang tinggal di Kelurahan
Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai yang menjadi sampel
penelitian.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Jenis data primer dalam penelitian ini meliputi :
a. Data identitas sampel meliputi : nama, tanggal lahir,umur, jenis
kelamin yang diperoleh dengan teknik wawancara dengan alat
bantu kuisioner
b. Data pengetahuan Gizi Ibu, di peroleh dengan menggunakan
kuisioner pengetahuan dikumpulkan dengan metode
wawancara kepada responden
c. Data pelaksanaan Asi Eksklusif diperoleh dengan
menggunakan kuisioner metode wawancara
d. Status gizi
Pengumpulan data diperoleh dengan melakukan pengukuran
tinggi badan sampel menggunakan alat microtoice dengan
ketelitian 0.1 cm
Dalam pengumpulan data peneliti dibantu 6 orang enumerator ± 2 hari
berturut-turut.
2. Data Sekunder
a. Data demografi diperoleh dari kantor Lurah Medan Tenggara
Kecamatan Medan Denai melalui kepala Puskesmas Medan
Denai
b. Berat Badan Lahir anak diperoleh melalui surat keterangan lahir
dari Puskesmas Medan Denai
26
E. Instrument Penelitian
alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Formulir data identitas ibu dan bayi untuk mendapatkan
karakteristik responden
2. Formulir penelitian kuisioner dan alat tulis menulis
3. Microtoice untuk mengukur Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
atau Panjang Badan menurut Umur (PB/U)
F. Pengolahan Dan Analisi Data
a) Pengetahuan gizi ibu tentang ASI Eksklusif
Data di kumpulkan melalui metode wawancara dengan alat bantu
kuisioner sebanyak 12 pertanyaan, dengan kategori sebagai
berikut:
1. Memberi skor pada jawaban yang benar adalah 1 dan
pada jawaban yang salah adalah 0
2. Menjumlahkan skor yang benar dan skor yang salah
3. Menghitung pengetahuan
X 100%
4. pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
a. Baik jika ≥ 70
b. Kurang jika < 70
b) Pelaksanaan ASI Eksklusif
Data dikumpulkan melalui metode wawancara dengan alat bantu
kuisioner. Skala pengukurannya adalah ordinal dan pelaksanaan
ASI Eksklusif dikategorikan sebagai berikut :
1. ASI Eksklusif (Hanya ASI saja) : sampai 6 bulan
2. Tidak ASI Eksklusif (sudah diberi MPASI) : jika ≤6 bulan
c) Berat Badan Lahir
Data di kumpulkan berdasarkan surat keterangan lahir. Berat badan
Lahir di kategorikan sebagai berikut
27
a. Normal : jika ≥ 2500 gram
b. BBLR : jika < 2500 gram
d) Status Gizi
Penetaan penilaian kategori status gizi balita diolah menggunakan
komputer dengan program WHO-Anthro 2005 menggunakan indeks
TB/U dan pengkategorian status gizi balita dilakukan sebagai
berikut (SK MENKES 2010) :
a) Sangat pendek : z-score < - 3 SD
b) Pendek : -3 SD ≤ z-score < -2 SD
c) Normal : -2 SD ≤ z-score ≤ 2 SD
d) Tinggi: z-score > 2 SD
Dalam analisis bivariat, karena banyak cell yang expectednya <5
lebih besar dari 25% maka status gizi dikategorikan meknjadi 2
yaitu :
a) Sangat pendek + Pendek : z-score<-3 SD-3 SD ≤ z-
score < -2 SD
b) Normal + Tinggi :-2 SD ≤ z-score ≤ 2 SD+z-score > 2 SD
1. Analisis Data
a. Analisi univariat, untuk menggambarkan masing-masing variabel
yaitu, data pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan Asi Eksklusif dan
Berat Badan Lahir, Antropometri Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) yang disajikan dalam distribusi frekuensi dan dianalisis
berdasarkan presentase
b. Analisis biavariat, menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi
ibu, pelaksanaan ASI eksklusif, Berat Bada Lahir dengan status
gizi. Untuk menguji hubungan masing-masing variabel digunakan
uji Chi Square pada tarif kepercayaan 95%. Jika p ≤0.05 makan Ho
ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan gizi ibu,
pelaksanaan ASI Eksklusif dan berat badan lahir dengan status
gizibayi umur 6-24 bulan.
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu Kecamatan dari 21
Kecamatan yang ada di Kota Medan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 1973 terbentuk dan disahkan menjadi Kecamatan
defenitif dari 4 Kecamatan yang ada di Kota Medan membawahi 18
Kelurahan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1991
tentang pembentukan Kecamatan baru di Provinsi Sumatera Utara dan
pemekaran 8 kecamatan di Kota Medan, salah satu kecamatan yang
wilayahnya dimekarkan adalah Kecamatan Medan Denai. Kondisi fisik
Kecamatan Medan Denaisecara geografis berada di Wilayah barat Daya
Kota Medan merupakan dataran secara sedang 5-8 m di atas permukaan
laut dan berbatasan dengan kecamatan :
a. Sebelah Utara :Kecamatan Medan Tembung
b. Sebelah Selatan :Kecamatan Medan Amplas
c. Sebelah Medan Barat :Kecamatan Medan Kota dan Kecamatan
Medan Area
d. Sebelah Timur :Kecamatan Percut Sei Tuan / Kab. Deli
Serdang
Pada mulanya daerah ini adalah bekas Tembakau Deli, di samping
itu Kecamatan Medan Denai juga merupakan juga daerah pengembangan
usaha sehingga banyak terdapat usaha Agrobisnis seperti pengolahan
kopi, dengan produksi dan produk unggulan dari Kecamatan ini berupa
produksi sepatu dan sandal, produksi moulding dan bahan bangunanserta
produksi sulaman bordir. Di Kecamatan ini juga terdiri dari 6 kelurahan
yaitu, Kelurahan TegalSari Mandala I, Kelurahan TegalSari Mandala II,
Kelurahan TegalSari Mandala III, Kelurahan Denai, Kelurahan Medan
Tenggara (Menteng) dan Kelurahan Binjai.
29
B. Karakteristik sampel
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin dibedakan menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan.
Distribusi jumlah sampel menurut jenis kelamin disajikan ditabel dibawah
ini:
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
Jenis kelamin n %
Laki-laki 41 47.1 Perempuan 46 52.9
Total 87 100.0
Pada tabel 4 diatas menunjukan bahwa jumlah sampel anak usia
6-24 bulan dengan jenis laki-laki sebanyak 41 orang (47.1%) dan
perempuan sebanyak 46 orang (52.9%),sehingga jumlah sampel laki- laki
dan perempuan usia 6-24 bulan yang menjadi sampel penelitian hampir
sama banyaknya.
2. Usia balita
Kategori usia yang digunakan pada penelitian ini adalah anak yang
berusia 6-24 bulan. Distribusi jumlah sampel menurut usia disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 5.Distribusi sampel berdasarkan usia anak usia 6-24 bulan
Usia n %
6-12 bulan 28 32.2 13-24 bulan 59 67.8
Total 87 100.0
Pada tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata anak usia 13-24 bulan
paling banyak ditemukan pada penelitian ini yaitu sebanyak 59 orang dari
total jumlah sampel.
3. Umur responden
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun,
dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 – 40 tahun, dewasa madya
adalah 41 – 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun (Ilfa, 2010 : 1). Umur
30
adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Umur
adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun(Santika, 2014)
Tabel 6, Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia responden n %
20-31 tahun 31-40 tahun
49 38
56.3 43.7
Total 87 100.0
Tabel diatas menunjukan bahwa responnden paling banyak
dalam penelitian ini adalah ibu-ibu dengan golongan umur 20-30 tahun
dan responden dalam jumlah lainnya adalah ibu-ibu dengan golongan
umur31-40 tahun sebanyak 39 orang.
4. Pendidikan ibu
Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan
formal ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dimana semakin tinggi
pula tingkat pengetahuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis dalam
lingkungan formal maupun non formal terutama melalui media massa,
sehingga ibu dalam mengolah, menyajikan dan membagi sesuai yang
dibutuhkan. Ibu rumah tangga berpengetahuan kurang karena hal ini
memungkinkan kurangnya perhatian responden terhadap penyakit pada
bayinya karena survei di lapangan menunjukkan baha banyaknya ibu-ibu
yang bercerita dengan tetangganya dan tidak mempunyai waktu untuk
anaknya (Ekawaty dkk, 2015)
Tabel 7, Distribusi FrekuensiPendidikanIbu
Pendidikan n %
Tidak sekolah 16 18.4 SD 28 32.2 SMP 17 19.5 SMA 19 21.8 S1/sederajat 7 8.0
Total 87 100.0
31
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden paling banyak adalah ibu-
ibu dengan pendidikan SD 28(32.2 %). Dapat simpulkan pendidikan ibu
disini masih tergolong rendah.Penelitian yang dilakukan oleh Fisher, 2010
dalam Titisari 2015) juga menyatakan bahwa berdasarkan data yang
didapat saat penelitiannya, rendahnya pengetahuan yang dimiliki
responden penelitiannya disebabkan karena tingkat pendidikan ibu lebih
dari separuh adalah tamatan SD, dan bahkan ada yang tidak tamat SD.
C. Hasil Penelitian
1) Analisis Univariat
a. Pengetahuan Gizi Ibu
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu
Tingkat Pengetahuan Ibu n %
Baik 15 17.2 Kurang 72 82.8
Total 87 100.0
Pada tabel 8 menunjukan bahwa dari 87 sampel, sebagian besar
tergolong kategori tingkat pengetahuan kurang yaitu (82.8%).
Pengetahuan gizi ibu masih tergolong kurang.
2) Pelaksanaan ASI Eksklusif Umur 6-24 bulan
Tabel 9. Distribusi Pelaksanaan ASI Eksklusif
Pelaksanaan ASI Eksklusif n %
ASI Eksklusif 14 16.1 Tidak ASI Eksklusif 73 83.9
Total 87 100.0
Pada tabel 9 menunjukan dari 87 baduta usia 6-24 bulan,
sebagian besar tidak melaksanakan ASI Eksklusif yaitu (83.9%). Dapat
disimpulkan terdapat banyak anak balita yang tidak mendapat ASI
Eksklusif sampai usia 6 bulan .
32
b. Data berat badan lahir (BBL)
Tabel 10.Distribusi Berat Badan Lahir (BBL)
Variabel n %
Normal 61 70.1 BBLR 26 29.9
Total 87 100.0
Pada tabel 10 menunjukan bahwa dari 87 baduta, sebagian besar
memiliki berat badan lahir normal yaitu (70.1%). Dapat disimpulkan bahwa
yang lahir dengan berat badan lahir normal masih tinggi.
c. Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Di bedakan antara status gizi
buruk, kurang, baik, dan lebih.Secara klasik kata gizi hanya di hubungkan
dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun,
dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan
dalam tubuh.(Almatsier, 2010).Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Status gizi
sebagai Keadaan tersebut dapat dibedakan menjadi status gizi kurang,
baik, dan lebih.Masalah gizi pada balita masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat utama di Indonesia.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stunting adalah genetik
dimana anak yang memiliki orang tua dengan tubuh yang pendek
kemungkinan besar memiliki anak yang pendek, ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Narsikhah (2012) disemarang tentang
faktor resiko kejadian stunting pada balita diketahui bahwa tinggi badan
orang tua yang pendek menjadi faktor resiko pada kejadian stunting pada
anak balita.
Kemudian faktor lainnya adalah prematuritas atau panjang badan
lahir pendek, sangat mempengaruhi tinggi badan pada anak, ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugraheni (2012) tentang faktor
resiko kejadian Stuntingdikecamatan pati.Kab. Pati menunjukan bahwa
33
faktor resiko kejadian stunting adalah prematuritas atau panjang badan
lahir pendek (Anugraheni, 2012).
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Status gizi
Status Gizi n %
Sangat pendek+Pendek 65 74.7
Normal+ tinggi 22 25.3
Total 87 100.0
Dari tabel 11 menunjukan bahwa persentase balita status gizi
pendek lebih banyak dibandingkan dengan anak balita status gizi normal.
3) Analisa Biavariat
a. Pengetahuan Gizi Ibu
Tabel 12.Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu dengan status Gizi
Pengetahuan Gizi Ibu
Status Gizi p Value
Sangat pendek Normal+ + Pendek Tinggi Total
0.018 n % n % n %
Baik Kurang
7 46.7 8 53.3 15 100 58 80.6 14 19.4 72 100
Total 65 74.7 22 25.3 87 100
Pada tabel 8 menunjukan ibu yang pengetahuan gizinya kurang
prevalensinya 2 kali mempunyai anak dengan status gizi (80.6%) kategori
pendek dibandingkan dengan ibu yang pengetahuan gizinya baik lebih
banyak yang status gizi anaknya normal. Hal ini bisa menjelaskan ada
kecenderungan hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi. Setelah
diuji diperoleh hasi p= 0.018 <0.05 artinya ada hubungan.
34
b. Pelaksanaan ASI Eksklusif Umur 6-24 bulan
Tabel 13.Distribusi Jenis Pelaksanaan ASI Eksklusif dengan
Status Gizi Balita Umur 6 - 24 bulan
Pelaksanaan ASI Eksklusif
Status Gizi p Value
Sangat pendek Normal+ Total +Pendek tinggi
0.006 n % n % n %
ASI Eksklusif 6 42.9 8 57.1 14 100.0 Tidak ASI Eksklusif 59 80.8 14 19.2 73 100.0
Total 65 74.7 22 25.3 87 100.0
Pada tabel 9 menunjukan ibu yang melaksanakan ASI saja
dengan ibu tidak melaksanakan ASI prevalensi sampai usia 6 bulan
prevalensi 2 kali mempunyai anak dengan kategori pendek dibandingkan
dengan ibu yang melaksanakan hanya ASI saja. Demikian juga ibu
melaksanakan hanya ASI saja lebih banyak yang status gizinya
normal.Hal ini bisa menjelaskan ada kecenderungan hubungan
pelaksanaan ASI dengan status gizi. Setelah diuji diperoleh hasi p= 0.006
<0.05 artinya ada hubungan
c. Data berat badan lahir (BBL)
Tabel 14.Distribusi Berat Badan Lahir Dengan Status
Gizi BalitaUmur 6 - 24 bulan
Berat Badan Lahir
Status Gizi p Value
Sangat pendek Normal + Pendek + tinggi Total
0.028 n % n % n %
Normal 41 67.2 20 32.8 BBLR 24 92.3 2 7.7
61 100.0 26 100.0
Total 65 74.7 22 25.3 87 100.0
Tabel 10 menunjukkan bahwa jika berat badan lahir anak
rendah memiliki persentase balita gizi pendek lebih banyak dibandingkan
gizi normal. Demikian juka berat badan lahir normal memiliki gizi pendek
lebih banyak dibandingkan dengan gizi normal.Hal ini bisa menjelaskan
ada kecenderungan hubungan Berat Badan lahir dengan status gizi.
Setelah diuji diperoleh hasi p= 0.028 <0.05 artinya ada hubungan.
35
D. Pembahasan
a. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita
Umur 6 - 24 bulan di Kelurahan Medan Tenggara
Pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita di Kelurahan Medan
Tenggara menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan didukung
dari analisis statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0.018
(<0.05). faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dengan status gizi
balita adalah pengetahuan ibu yang rendah.
Dari hasil kuisioner pengetahuan yang digunakan saat penelitian,
bahwa ibu dengan pengetahuan kurang terdapat pada kuisioner nomor 1
dan 5 yaitu mengenai ASI Eksklusif dan manfaat dari ASI Eksklusif pada
anak. Dimana responden sendiri tidak memahami apa itu ASI Eksklusif
dan manfaat dari ASI Eksklusif, dan kebanyakan responden lebih memilih
memberikan susu formula dari pada ASI dengan alasan ibu bekerja setiap
harinya. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan ibu yang
bersifat formal melalui penyuluhan-penyuluhan, brosur, dan bisa juga
pemberian informasi tenaga kesehatan saat melakukan kunjungan
keposyandu.
Pengetahuan tentang gizi pada orang tua dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu diantaranya umur, dimana semakin tua umur
seseorang maka proses perkembangan mentalnya menjadi baik,
intelegensi atau kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna,
menyesuaikan diri dalam situasi baru, kemudian lingkungan dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal baik juga buruk tergantung pada
sifat kelompoknya, budaya yang memegang peran penting dalam
pengetahuan, pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk
mengembangkan pengetahuan, dan pengalaman yang merupakan guru
terbaik dalam mengasah pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Fajar dkk 2002,
bahwa pengetahuan orang tua tentang gizi sangat berperan penting
dalam meningkatkan status gizi anak (Fajar dkk 2002 dalam Ismanto dkk,
2012).Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengetahuan
36
orang tua tentang gizi sangat berperan penting dalam meningkatkan
status gizi anak (Supariasa, dkk. 2002).Kurangnya pengetahuan ibu
tentang gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan gizi pada
balita.Sehingga pengetahuan orang tua tentang gizi merupakan salah satu
kunci keberhasilan baik atau buruknya status gizi pada balita
(Notoatmodjo, 2007 dalam jurnal Fitriani Kamalia, 2015).
Suhardjo, 1996 dalam Agus, 2008, Menerangkan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak adalah Perilaku ibu
dalam memilih dan memberikan makanan, karena perilaku ibu
mempengaruhi bagaimana masyarakat mampu memenuhi persediaan
pangan Individu keluarganya, mengkonsumsi makanan sesuai kaidah gizi
yang benar, memilih jenis makanan serta memprioritaskan makanan
ditengah keluarganya. Perilaku ibu yang masih rendah dapat disebabkan
karena kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kurangnya
kemampuan dalam menerapkan dalam kehidupan sehari- hari. Peran
ibu dalam menjaga status gizi anak tersebut didukung oleh peneliti lain
yang dilakukan Lutviana dan Budiono dalam Astuti & sulistyowati (2013 )
Penelitian yang dilakukan oleh Ismanto dkk 2014 dalam Salmandkk
2017, tentang “Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan
stunting pada anak usia 4-5 tahun, Hasil penelitian menunjukan bahwa
dari 30 anak, 24 diantaranya memiliki TB/U normal (96%) disertai
pengetahuan orang tua tentang gizi yang baik, 1 anak memilikiTB/U tetapi
pengetahuan orang tua tentang gizi yang tidak baik (4%), serta 5 anak
dengan stunting memiliki orang tua dengan pengetahuan tentang gizi
yang tidak baik (100%).
Tingkat pengetahuan gizi ibu yang rendah, bisa saja dikarenakan
salah satu faktor yaitu dari tingkat pendidikan ibu.Pengetahuan gizi ibu
yang kurang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
pendidikan, dan sikap kurang peduli atau ketidakingintahuan ibu tentang
gizi, sehingga hal ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak
balitanya yang akan mengalami gangguan pertumbuhan seperti halnya
stunting (Zainudin, 2014).
37
Penelitian Rika dkk. 2014, mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun menyatakan
bahwa terdapathubungan bermakna antara pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi anak umur 1-3 tahun.Keadaan ini bisa juga disebabkan
karena pengetahuan merupakan penyebab tidak langsung gangguan gizi
pada batita, masih ada faktor langsung seperti pola konsumsi, penyakit
infeksi, faktor sosial dan ekonomi.Kecukupan pangan di tingkat keluarga
belum tentu menjamin perbaikan status gizi setiap individu anggotanya.
Penelitian Ira dkk.2015, menunjukkan adanya hubungan
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita. Semakin baik
pengetahuan ibu tentang gizi maka status gizi balita akan semakin
mendekati normal. Pengetahuan tentang gizi berperan penting dalam
pembentukan sikap ibu, yang nantinya akan memunculkan perilaku untuk
memberikan asupan nutrisi yang baik untuk balitanya.
b. Hubungan Pelaksanaan ASI Eksklusif dengan Status Gizi
Balita Umur 6 - 24 bulan
Pelaksanaan ASI Eksklusif dengan status gizi balita di Kelurahan
Medan Tenggara menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
didukung dari analisis statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
p=0.006 (<0.05). faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ASI Eksklusif
dengan status gizi balita adalah ibu tidak mengetahui pentingnya
pemberian ASI esksklusif dan ibu bekerja.
ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa ada makanan
lain pada bayi berumur nol sampai 6 bulan (DEPKES RI,2004) menurut
Suharyono (1990), ASI (air susu ibu) merupakan cairan putih yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri
dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Bayi yang diberi ASI secara
Eksklusif, maka kebutuhan nutrisinya akan terpenuhi karena ASI makanan
terbaik bayi. ASI merupakan asupan gizi yang sesuai dengan dengan
kebutuhan akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi
yang tidak mendapatkan ASI dengan cukup berarti memiliki asupan gizi
yang kurang baik dan dapat menyebabkan kekurangan gizi salah salah
38
satunya dapat menyebabkan stunting.Sesuai denganPrasetyono (2009)
bahwa salah satu manfaat ASI eksklusif adalah mendukung pertumbuhan
bayi terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap
dibanding susu pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi yang
diberikan ASI Eksklusif cenderung memiliki tinggi badan yang lebih tinggi
dan sesuai dengan kurva pertumbuhan dibanding dengan bayi yang
diberikan susu formula. ASI mengandung kalsium yang lebih banyak dan
dapat diserap tubuh dengan baik sehingga dapat memaksimalkan
pertumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko
stunting.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
(Arifin, 2012 dalam Indrawati, 2016) yang berjudul analisi sebaran dan
faktor resiko stunting pada balita di Kabupaten Purwakarta 2012. Hasil
penelitian diperoleh hasil analisis multivariate faktor yang paling dominan
adalah pemberian ASI yang mempengaruhi stunting 3,1%.
Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan ASI Eksklusif di
Kelurahan Medan Tenggara masih Rendah. Dari hasil kuisioner
pelaksanaan ASI Eksklusif yang dipakai dalam penelitian, bahwa ibu
memberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat dilihat dari kuisioner
nomor 1 dan 3 yaitu mengenai ibu memberikan ASI Eksklusif saja sampai
usia 6 bulan dan alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Dimana
responden sendiri rata- rata tidak memberikan ASI eksklusif saja sampai
usia 6 bulan dan alasan ibu tidak memberikannya adalah ibu tidak
mengetahui pentingnya pemberian ASI esksklusif dan ibu bekerja.
Demikian juga jika jawaban ibu tidak melaksanakan ASI, maka rata-rata
diberikan ASI sampai usia 4 bulan.
hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
Eksklusif yang dapat dikarenakan pendidikan ibu yang rendah
memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru,
khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan ASI eksklusif.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah tentang pemberian ASI eksklusif
mengakibatkan ibu lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada
disusui ibunya, bahkan juga sering melihat bayi yang baru berusia 1 bulan
39
sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI
(Manuaba,2010 dalam Baharuddin, dkk)
Menurut Eisenberg 2007, bayi yang tidak diberi ASI secara Eksklusif
sangat rentan terserang penyakit. Penyakit yang bisa disebabkan karena
kegagalan pemberian ASI antaralain resiko kematian, infeksi saluran
pencernaan, infeksi saluran pernapasan, meningkatkan gizi buruk, selain
itu bayi yang tidak diberikan ASI secara eksklusif juga akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum bayi yang
tidak mendapatkan ASI Eksklusif akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan disamping mengalami gizi buruk. Bayi
yang mendapat ASI eksklusif umumnya tumbuh dengan cepat pada usia
2-32 bulan pertama kehidupannya, tetapi lebih lambat dari
dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Dalam minggu
pertama kehidupan sering ditemukan penurunan berat badan 5% pada
bayi yang mendapat susu formula dan 7% pada bayi yang mendapat ASI.
Pemberian ASI yang kurang sesuai di Indonesia menyebabkan bayi
menderita gizi kurang dan gizi buruk. Padahal kekurangan gizi pada bayi
akan berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta
secara klinis terjadi gangguan pertumbuhan. Dampak lainnya adalah
derajat kesehatan dan gizi anak Indonesia masih memprihatinkan
(Haryono dkk, 2014)
Berdasarkan profil kesehatan, 2016 diindonesia Persentase bayi 0-5
bulan yang masih mendapat ASI eksklusif sebesar 54,0%,sedangkan bayi
yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam bulan
adalahsebesar 29,5%.
c. Hubungan Berat Badan Lahir dengan status gizi balita umur 6 -
24 bulan
Berat Badan Lahir dengan status gizi balita di Kelurahan Medan
Tenggara menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan didukung
dari analisis statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0.028
(<0.05).
40
Berat badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak
digunakan yang memberi gambaran massa jaringan, termasuk cairan
tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak,
seperti terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang menurun.
Sebagai indikator status gizi, berat badan dalam bentuk indeks berat
badan menurut umur (BB/U) dan berat menurut tinggi badan (BB/TB)
memberikan keadaan kini (Onetusfifsi Putra, 2016)
Beberapa penyebab terjadinya BBLR diantaranya adalah ibu hamil
mengalami kekurangan energi kronis (KEK), mengalami anemia,
kurangnya suplai zat gizi ibu hamil, komplikasi kehamilan, paritas ibu dan
jarak kelahiran. Bayi dengan BBLR dibutuhkan penanganan serius,
karena pada kondisi tersebut bayi mudah mengalami hipotermi dan
belum sempurna pembentuakan organ tubuhnya sehingga rentan
mengalami kematian. Berat badan lahir rendah atau sering disebut
dengan BBLR adalah bayi denganberat badan lahir kurang dari 2500
gram (Saraswati & Sumarno, 1998).Berat badan lahir rendah bisa
disebabkan oleh keadaan gizi ibu yang kurang selama kehamilan
sehingga menyebabkan intra uterin growthretardation, dan ketika lahir
dimanifestasikan dengan rendahnya berat badan lahir.Masalah jangka
panjang yang disebabkan oleh BBLR adalah terhambatnya pertumbuhan
danperkembangan.Berat badan lahir rendah, diyakini menjadi salah satu
factor penyebab gizi kurang berupa stunting pada anak (Festy, 2009).
Secara garis besar, BBLR dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
maternal dan faktor janin. Faktor maternal yang mempengaruhi kejadian
BBLR adalah usia ibu saat hamil (<20 tahun atau >35 tahun dan jarak
persalinan dengan kehamilan terlalu pendek), keadaan ibu (riwayat BBLR
sebelumnya, bekerja terlalu berat, social ekonomi, status gizi, perokok,
menggunakan obat terlarang, alkohol), dan ibu dengan masalah
kesehatan (anemia berat, pre eklamsia, infeksi selama kehamilan)
sedangkan dari faktor bayi (cacat bawaan dan infeksi selama dalam
kandungan), (Depkes RI, 2009). Usia, paritas, jarak kehamilan,
41
penambahan berat badan, anemia dan preeklamsia memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap BBLR (Dian, 2012)
Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami
proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal
pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang
lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR
mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung
dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun.Pada masa sekarang ini,
sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR dengan
menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan
pencegahan infeksi.Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi
BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan
malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis.Oleh
karena itu, pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha
menekan Angka Kematian Bayi.
Penelitian dari Anisa (2012) memberikan hasil yang berbeda yaitu
terdapat hubungan bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian
stunting.Hal yang sama juga diperoleh Nasution (2014) berat badan lahir
rendahmempunyai hubungan dengan kejadianstuntingpada anak usia 6-
24 bulan dengan risiko 5,6 kali lebih besar untuk menjadi
stuntingdibanding dengan riwayat kelahiran normal.
Penelitian ini sejalan dengan fitri,2018 bahwa dari 22 orang balita
yang BBLR ternyata 16 orang (72,7%) diantaranya mengalami stunting.
Hasil chi-square diperoleh p value 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir rendah
dengan kejadian stunting pada balita.Berat badan lahir rendah atau sering
disebut dengan BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Saraswati & Sumarno, 1998).
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pengetahuan gizi ibu masih kurang dengan jumlah persen
82.8%, dan pengetahuan baik dengan jumlah persen 17.2 %
2. Pelaksanaan ASI Eksklusifmasih tergolong rendah, ini sesuai
dengan jumlah 83.9% dan yangASI eksklusif dengan jumlah
16.1%
3. Berat badan lahir balita dengan status normal berjumlah 70.1 %
sedangkan status BBLR dengan jumlah 29.9%
4. Status gizi anak balita dengan status pendek berjumlah 74.7%
dan status normal 25.3%
5. Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
(stunting) pada balita 6-24 bulan dikelurahan Medan tenggara
kecamatan Medan Denai
6. Ada hubungan pelaksanaan ASI Ekslusif dengan status gizi
(stunting) pada balita 6-24 bulan dikelurahan Medan tenggara
kecamatan Medan Denai
7. Ada hubungan Berat Badan Lahir dengan status gizi (stunting)
pada balita 6-24 bulan dikelurahan Medan tenggara kecamatan
Medan Denai
43
B. Saran
1. Bagi para ahli gizi ataupun petugas kesehatan untuk
melakukan program penyuluhan dan konseling di kelurahan
Medan Tenggara kecamatan Medan Denai terutama kepada
keluarga yang memiliki anak balita tentang pentingnya
pengetahuan gizi ibu, pelaksanaan ASi eksklusif dan
terkhususnya pada anak stunting sehingga masalah manifestasi
akan asupan pengetahuan gizi ibu, pelaksanaaan ASI eksklusif
dapat ditanggulangi.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya yang membahas faktor-faktor penyebab
stunting
44
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia.
Jakarta. Anisa, Paramitha, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-60 Bulan Dikelurahan Kalibraru Depok, 2012. (Tesis.Program Studi Sarjana Gizi. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Aridiyah, Farah Okky, Ninna Rohmawati, Mury Ririanty, 2015. Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural andUrban Areas,e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3 (1)
. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia, 2016.Pusat Data dan
Informasi KEMENKES RI, 2017. Jakarta. Giri, M Kurnia Widiastuti,I muliarta, N>P Dewi Sri Wahyuni, 2013.
Hubungan pemberian ASI Ekslusif dengan status gizi usia 6-24 bulan dikampung kajanan, buleleng, Jurnal Sains Dan Teknologi 2(1).
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Penjelasannya, 2016,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : jakarta : badan penelitian dan pengembangan kesehatan.
Titisari, Ira, Finta Isti Kundarti dan Mira Susanti, 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 TahunDi Desa Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas Ngadi. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 (2)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014.Profil kesehatan
Indonesia, 2013. Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017.Profil Kesehatan
Indonesia, 2016. Jakarta Kerangka Kebijakan, 2012, Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
Dalam Rangka Mencapai Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), Republik Indonesia 2013 : Jakarta.
Lestari, Wanda, Ani Margawati, M. Zen Rahfiludin, 2014. Faktor Risiko
Stunting Pada Anak Umur 6-24 Bulan Di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh, Jurnal Gizi Indonesia, 3(1) 126-134.
45
Lamid, astuti.2015, Masalah Kependekan (Stunting) Pada Anak Balita: Analisis Prospek dan Penanggulangannya di Indonesia, PT Penerbit IPB Press, Bogor- Indonesia.
Lestari, Wanda , Ani Margawati , M. Zen Rahfiludin. 2014 , Factor Resiko
Stunting Pada Anak Umur 6- 24 Bulan Dikecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh , Jurnal Gizi Indonesia 3(1) 126-134.
Meilyasari, Friska, Muflihah Isnawati 2014. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada anak Balita Usia 12 Bulan Didesa Purwerkerto Kecamatan Patebon , Kabupaten Kendal, journal of nutrition college. 3 (2): 16-26
M, Murty Ekawati, Shirley E. S. Kawengian, dan Nova H. Kapantow. 2015
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Umur 1- 3 Tahun - didesa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Induk Sulawesi Utara. Jurnal Biomedik (eBm). 3(2)
Notoadmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta :Rineka
Cipta. Nasution, Darwin, Detty Siti Nurdiati, Emy Huriyati, 2014.Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan, 11(1)31-37
Narasi Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2014, Laporan Nasional 2014 :
Jakarta, Indonesia. Ni’mah, Khoirun dan Siti Rahayu Nadhiroh. 2015, faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita, jurnal Media Gizi Indonesia, 10(1): 18.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010, Kapita Selekta Asi &
Menyusui, Nuha Medika, Yogyakarta. Putra, Onetusfifsi, 2016. Pengaruh BBLR Terhadap Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 12 – 60 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh ( Skripsi. Program Studi IKM, program pascasarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. Padang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara
Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Pedoman Pewawancara
Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2007.
46
Rohmatun, Nining Yuliana, 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dan
Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Didesa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.Naskah Publikasi.Program Studi GIZI, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rika Susanti, Ganis Indriati2, Wasisto Utomo,2014. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang GiziDengan Status Gizi Anaka Usia 1-3 Tahun. Jom Psik Vol.1(2).
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2016, Pendidikan dan Konsultasi Gizi,
penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta Satino, Yuyun Setyorini, 2014. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Primipara Dikota Surakarta, jurnal terpadu ilmu kesehatan, 3(2) 106-214.
Studi Diet Total 2014.Gambaran Konsumsi Pangan, Permasalahan Gizi
Dan Penyakit Tidak Menular Di Sumatera Utara. Jakarta Santika, I Gusti Putu Ngurah Adi, 2014.Hubungan Indeks Massa Tubuh
(Imt) dan Umur Terhadap Daya Tahan Umum(Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra Semester II Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Tahun 2014. Jurnal pendidikan kesehatan rekreasi.1:42-47,juni2015
Salman, Fitri Yani Arbiedan Yulin Humolungo,2017. Hubungan
Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Kejadian StuntingPada Anak Balita Di Desa Buhu Kecamatan Talaga JayaKabupaten Gorontalo. Health and Nutritions Journal Volume III (Nomor 1)
Winowatan,Gabrielisa, Nancy S.H. Malonda, Maureen I. Punuh, 2017.
Hubungan Antara Berat Badan Lahir Anak Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sonder Kabupaten Minahasa. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
.
47
ANALISIS DATA
1. Karakteristik sampel
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 41 47.1 47.1 47.1
perempuan 46 52.9 52.9 100.0
Total 87 100.0 100.0
Umur anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 6-11 bulan 28 32.2 32.2 32.2
12-24 bulan 59 67.8 67.8 100.0
Total 87 100.0 100.0
UMUR_IBU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-30 49 56.3 56.3 56.3
31-40 38 43.7 43.7 100.0
Total 87 100.0 100.0
2. Pembahasan
Pengetahuan gizi ibu –Crosstab
Statusgizi
Total Pendek normal
Pengetahuan gizi ibu
kurang Count 58 14 72
% within pengeetahuan gizi ibu
80.6% 19.4% 100.0%
baik Count 7 8 15
% within pengetahuan gizi ibu
46.7% 53.3% 100.0%
Total Count 65 22 87
% within pengetahuan gizi ibu
74.7% 25.3% 100.0%
Chi-Square Tests
48
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.546a 1 .006
Continuity Correctionb 5.859 1 .015
Likelihood Ratio 6.729 1 .009
Fisher's Exact Test .018 .010
Linear-by-Linear Association 7.459 1 .006
N of Valid Casesb 87
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.79.
b. Computed only for a 2x2 table
Pelaksanaan ASI eksklusif –Crosstab
statusbaru
Total pendek normal
pelaksanaan_asi_eksklusif asi eksklusif Count 6 8 14
% within pelaksanaan_asi_eksklusif
42.9% 57.1% 100.0%
tidak asi esklusif Count 59 14 73
% within pelaksanaan_asi_eksklusif
80.8% 19.2% 100.0%
Total Count 65 22 87
% within pelaksanaan_asi_eksklusif
74.7% 25.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.962a 1 .003
Continuity Correctionb 7.065 1 .008
Likelihood Ratio 7.906 1 .005
Fisher's Exact Test .006 .006
Linear-by-Linear Association 8.859 1 .003
N of Valid Casesb 87
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.54.
b. Computed only for a 2x2 table
Berat Badan Lahir(BBL) –Crosstab
49
Statusgizi
Total pendek normal
berat_bdan_lahir Normal Count 41 20 61
% within berat_bdan_lahir 67.2% 32.8% 100.0%
BBLR Count 24 2 26
% within berat_bdan_lahir 92.3% 7.7% 100.0%
Total Count 65 22 87
% within berat_bdan_lahir 74.7% 25.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.076a 1 .014
Continuity Correctionb 4.821 1 .028
Likelihood Ratio 7.106 1 .008
Fisher's Exact Test .015 .010
Linear-by-Linear Association 6.007 1 .014
N of Valid Casesb 87
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.57.
b. Computed only for a 2x2 table
Status gizi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid pendek 65 74.7 74.7 74.7
normal 22 25.3 25.3 100.0
Total 87 100.0 100.0
50
Lampiran 3
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Program Studi Diploma IV Gizi
Politeknik Kesehatan Medan
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ......................................................
Umur : ............... tahun
Alamat :…………..
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya manfaat dari penelitian tersebut
dibawah ini yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU, PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF
DAN BERAT BADAN LAHIR (BBL) PADA ANAK UMUR 6-24 BULAN
DENGAN STATUS GIZI DI KELURAHAN MEDAN TENGGARA
KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2017
Dengan sukarela menyetujui di ikut sertakan dalam penelitian diatas dengan
catatan bila suatu waktu merasa di rugikan dalam bentuk apapun, berhak
membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.
Lubuk Pakam, 2017
Mengetahui Yang Menyetujui
Peneliti Responden
(Risnawati M sarumaha) ( )
51
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU, PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF
DAN BERAT BADAN LAHIR (BBL) PADA ANAK UMUR 6-24 BULAN
DENGAN STATUS GIZIDI KELURAHAN MEDAN TENGGARA
KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2017
Tanggal Wawancara : ________________________________________
Nama Responden : ________________________________________
Pendidikan Ibu :________________________________________
Nama Anak : ________________________________________
Tanggal Lahir (tgl/bln/thn) : _____/_____/________
Umur : _____________
Jenis Kelamin :1. Laki-laki 2. Perempuan
Anak Ke : _____ dari _____ bersaudara
Berat badan lahir : ________
Berat Badan Saat ini : ________
Tinggi Badan saat ini : ________
I. Pengetahuan Gizi Ibu
1. Apakah ibu tahu tentang ASI Eksklusif
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
c. Ragu-ragu (0)
d. Tidak tahu (0)
2. Menurut ibu apa pengertian ASI eksklusif?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun (0)
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan (0)
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat
sampai usia 6 bulan (1)
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia 2
tahun (0)
3. Menurut ibu kapan kah seorang bayi harus segera diberikan ASI Ekslusif
pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir (1)
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI (0)
52
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama (0)
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan (0)
4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
d. Tidak tahu
5. Manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI ?
a. Memberi nutrisi (0)
b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (0)
b. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi (0)
c. Semua jawaban benar (1)
6. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?
a. ASI eksklusif bikin anak cerdas dan mandiri (0)
b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi (0)
b. A dan B benar (1)
c. Semua salah (0)
7. Manfaat apa yang didapatkan oleh ibu ?
a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan (0)
b. Menunda kehamilan berikutnya (1)
c. Lebih cepat langsing (0)
d. Semua jawaban benar (0)
8. Dibawah ini, Menurut ibu mana yang lebih baik?
a. ASI (1)
b. PASI (0)
c. Susu formula (0)
d. Makanan pabrikan (0)
9. Bila jawaban ASI, apakah kelebihan ASI daripada PASI ?
a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik (0)
b. ASI praktis dan tidak memerlukan biaya (0)
b. ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak (0)
c. Semua jawaban benar (1)
10. Menurut ibu berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan pengganti
53
ASI ?
a. 1 bulan(0)
b. 3 bulan(0)
b. 5 bulan(0)
c. 6 bulan (1)
11. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa kali ?
a. 1 kali (0)
b. Sesering mungkin (1)
b. 3-5 kali (0)
c. setiap kali bayi menangis(0)
12. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa bayi
dilanjutkan diberikan ASI ?
a. ASI dihentikan setelah pemberian ASI eksklusif (0)
b. 8 bulan(0)
b. 1 tahun(0)
c. 2 tahun (1)
II. Pelaksanaan ASI Ekslusif
1. Apakah ibu memberikan ASI Eksklusif saja sampai anak usia 6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika jawaban tidak, sampai usia berapa ASI Eksklusif diberikan ke anak ?
a. >3 bulan
b. <3 bulan
3. Apa alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif
Beri tanda () pada jawaban yang menurut anda benar !
A ibu mengalami puting susu lecet
B ibu bekerja setiap harinya
C ibu mengalami sakit
D ibu tidak mengetahui pentingnya pemberian ASI
E Budaya setempat menganjurkan memberi makan bayi kurang dari 6 bulan
F Tidak di perbolehkan suami
g Bidan tidak menganjurkan memberikan ASI Eksklusif
54
Lampiran 5
BUKTI BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Risnawati Martasiyani Sarumaha
NIM : P01031214090
Judul :Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu,
Pelaksanaan ASI Eksklusif Dan Berat
Badan Lahir (BBL) Pada Anak Umur 6-24
Bulan Dengan Status Gizi Dikelurahan
Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai
No Hari/
Tanggal Topik Bimbingan
T. Tangan Mahasiswa
T. Tangan Pembimbing
1 29 September 2017
Diskusi Pengumpulan Variabel Penelitian
2 4 Oktober 2017
Diskusi Penentuan Judul Penelitian
3 6 Oktober 2017
Diskusi bab I
4 12 Oktober 2017
Revisi Bab I
5
23 oktober 2017
Revisi Bab I dan Bab II
6
26 Oktober 2017
Revisi Bab I, Bab II, dan Bab III
7
30 Oktober 2017
Revisi Bab II dan Bab III
8
3 november 2017
Revisi Bab III
9
6 november 2017
Revisi dan Penandatangan Pernyataan Persetujuan Usulan Penelitian
10 17 juli 2018
Mendiskusikan hasil olahan data serta penyusunan bab IV
55
11 23 juli 2018
Perbaikan revisi bab I sampai IV serta menjelaskan cara menuliskan tabel
12 08 agustus 2018
Perbaikan revisi bab IV serta cara menjelaskan tabel
13 09 agustus 2018
Revisi dan Penandatangan Pernyataan Persetujuan Usulan skripsi
56
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Risnawati Martasiyani Sarumaha
Tempat/Tanggal Lahir : Siwalawa 30 Desember 1995
Jumlah Anggota Keluarga : 4 bersaudara
Alamat Rumah :Desa Hilifarokha Lawa Kec. Fanayama Kab.
Nias Selatan
No Telepon : 082367484880
Riwayat Pendidikan : 1.SDN 07116 Siwalawa
2.SMPN 1 fanayama
3. SMAN 1 Teluk dalam Nias Selatan
Hobby : Mendengarkan musik
Motto : Era et Labora
57
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Risnawati Marasiyani Sarumaha
NIM :P01031214090
Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di Skripsi saya adalah
benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian
utama saya dibatalkan).
Yang membuat
Pernyataan
(Risnawati Martasiyani Sarumaha)
Lampiran 1
Identitas umur pendidikan nama umur jenis TB saat standar skror real skor pengetahuan pelaksanaan BB lahir status
responden responden responden balita balita kelamin ini (cm) deviasi pengetahuan pengetahuan(%) gizi ibu asi eksklusif (kg) BBL
1 code 28 SMP code 27/09/17 9 bulan perempuan 65.0 -2.92 sangat pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
2 code 26 SD code 28/03/17 15 bulan perempuan 70.0 -2.83 pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.8 NORMAL
3 code 35 SMP code 08/04/16 27 bulan perempuan 80.0 -2.09 pendek 3 25.0 kurang tidak asi eksklusif 2.5 NORMAL
4 code 29 SD code 28/06/16 24 bulan laki-laki 80.0 -2.36 pendek 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.2 NORMAL
5 code 31 SMP code 24/08/16 24 bulan laki-laki 80.3 -2.37 pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 2.4 BBLR
6 code 25 tdksklah code 12/09/17 7 bulan laki-laki 65.0 -2.68 pendek 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 2.3 BBLR
7 code 45 SMP code 26/04/16 26 bulan perempuan 78.0 0.42 pendek 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 3.3 NORMAL
8 code 29 SD code 30/12/17 7 bulan laki-laki 65.0 -2.27 pendek 8 66.6 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
9 code 35 SD code 25/03/16 24 bulan perempuan 80.0 -2.67 pendek 2 16.6 kurang asi eksklusif 3.7 NORMAL
10 code 34 sma code 25/04/16 26 bulan perempuan 85.0 -1.34 normal 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.8 NORMAL
11 code 30 SD code 05/03/17 16 bulan laki-laki 76.0 -1.43 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 4.1 NORMAL
12 code 28 SD code 21/09/16 23 bulan laki-laki 78.0 -3.00 sangat pendek 5 41.0 kurang asi eksklusif 3.0 NORMAL
13 code 38 SD code 28/09/16 23 bulan laki-laki 83.0 -1.21 normal 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 2.4 BBLR
14 code 27 SD code 24/08/17 10 bulan perempuan 72.0 -0.67 normal 9 75.0 baik asi eksklusif 2.9 NORMAL
15 code 35 sma code 03/07/17 12 bulan perempuan 70.0 -3.50 normal 9 75.0 baik tidak asi eksklusif 3.1 NORMAL
16 code 33 sma code 01/01/16 30 bulan laki-laki 90.5 0.93 normal 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 3.6 NORMAL
17 code 28 SMP code 07/05/17 14 bulan perempuan 75.0 -1.60 normal 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 4.0 NORMAL
18 code 27 tdksklah code 21/03/17 16 bulan perempuan 78.9 -1.32 normal 3 25.0 kurang tidak asi eksklusif 3.4 NORMAL
19 code 39 SD code 16/10/17 9 bulan perempuan 60.7 -3.00 sangat pendek 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 2.5 NORMAL
20 code 38 SMP code 25/07/16 23 bulan perempuan 75.4 -3.57 sangat pendek 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
21 code 29 SD code 04/06/16 25 bulan perempuan 80.0 -2.54 pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
22 code 26 SD code 02/01/18 6 bulan laki-laki 63.0 -3.12 pendek 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
23 code 40 SD code 11/12/16 19 bulan perempuan 80.9 0.65 normal 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
24 code 22 SD code 05/04/17 15 bulan laki-laki 73.0 -2.59 sangat pendek 8 66.6 kurang tidak asi eksklusif 4.1 NORMAL
25 code 25 sma code 20/07/16 24 bulan laki-laki 90.8 0.71 normal 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 3.8 NORMAL
26 code 38 SD code 03/03/16 28 bulan laki-laki 84.0 -2.44 pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
27 code 27 SD code 05/09/16 26 bulan perempuan 85.5 -0.11 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 2.5 NORMAL
28 code 29 SD code 05/12/17 23 bulan laki-laki 76.0 -1.31 sangat pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 2.3 BBLR
29 code 35 s1 code 02/03/16 28 bulan laki-laki 85.0 -2.15 pendek 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 3.3 NORMAL
30 code 29 SD code 01/09/16 22 bulan perempuan 70.6 -1.99 sangat pendek 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 2.9 NORMAL
31 code 31 SD code 23/08/17 11 bulan perempuan 78.0 -1.65 tinggi 8 66.6 kurang tidak asi eksklusif 2.2 BBLR
32 code 33 SD code 24/09/17 10 bulan perempuan 61.0 -1.77 sangat pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.4 BBLR
33 code 38 SD code 24/09/17 10 bulan perempuan 59.5 -1.17 sangat pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
34 code 28 SMP code 19/08/17 11 bulan perempuan 72.5 0.55 normal 4 33.0 baik asi eksklusif 3.5 NORMAL
35 code 31 s1 code 16/12/16 19 bulan laki-laki 87.0 0.99 normal 5 41.0 baik asi eksklusif 4.0 NORMAL
Master Tabel
tanggal lahir No Status Gizi
47
36 code 35 SMP code 28/07/16 24 bulan perempuan 88.0 -0.12 normal 5 50.0 kurang tidak asi eksklusif 2.3 BBLR
37 code 25 sma code 28/01/18 8 bulan laki-laki 64.0 -3.36 sangat pendek 9 75.0 baik tidak asi eksklusif 3.9 NORMAL
38 code 20 sma code 09/06/17 13 bulan laki-laki 65.5 -3.52 sangat pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
39 code 23 sma code 27/11/17 8 bulan laki-laki 64.0 -3.36 sangat pendek 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 2.3 BBLR
40 code 27 tdksklah code 16/08/17 11 bulan laki-laki 70.5 -2.22 pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
41 code 29 sma code 25/07/16 23 bulan perempuan 75.4 -3.57 sangat pendek 9 75.0 baik tidak asi eksklusif 2.9 NORMAL
42 code 35 tdksklah code 04/06/16 25 bulan perempuan 80.0 -2.54 pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
43 code 40 tdksklah code 24/10/17 9 bulan perempuan 65.0 -2.51 pendek 4 33.0 kurang asi eksklusif 3.9 NORMAL
44 code 38 sma code 26/01/18 8 bulan laki-laki 64.0 -3.36 sangat pendek 10 83.3 baik tidak asi eksklusif 3.3 NORMAL
45 code 24 tdksklah code 11/06/17 13 bulan laki-laki 65.5 -3.52 sangat pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
46 code 27 tdksklah code 28/07/16 24 bulan perempuan 89.0 0.62 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.2 NORMAL
47 code 31 tdksklah code 13/12/16 19 bulan laki-laki 79.0 -1.99 pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 2.4 BBLR
48 code 34 tdksklah code 28/08/16 23 bulan laki-laki 81.5 -1.97 pendek 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 3.2 NORMAL
49 code 38 SD code 21/07/17 13 bulan perempuan 81.5 1.74 tinggi 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 2.8 NORMAL
50 code 22 SD code 07/08/16 23 bulan perempuan 80.5 -2.14 pendek 8 66.6 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
51 code 25 sma code 18/08/17 11 bulan laki-laki 65.0 2.82 sangat pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.3 NORMAL
52 code 21 sma code 15/08/16 26 bulan laki-laki 80.2 -2.50 pendek 2 16.6 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
53 code 45 tdksklah code 15/07/16 24 bulan laki-laki 71.5 -3.28 sangat pendek 3 25.0 kurang tidak asi eksklusif 2.3 BBLR
54 code 29 tdksklah code 28/07/16 24 bulan laki-laki 78.0 -3.35 sangat pendek 3 25.0 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
55 code 35 sma code 26/01/17 18 bulan perempuan 76.4 -1.69 pendek 3 25.0 kurang tidak asi eksklusif 4.0 NORMAL
56 code 34 SMP code 10/11/17 8 bulan laki-laki 72.5 -0.86 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
57 code 30 sma code 24/08/17 11 bulan perempuan 65.0 -3.40 sangat pendek 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.9 NORMAL
58 code 28 sma code 02/05/17 14 bulan laki-laki 70.2 -3.71 sangat pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 3.8 NORMAL
59 code 38 SD code 10/04/17 15 bulan laki-laki 72.8 -2.95 sangat pendek 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 2.8 NORMAL
60 code 27 SD code 26/11/16 20 bulan perempuan 75.0 -2.74 pendek 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
61 code 35 sma code 26/01/18 8 bulan laki-laki 64.0 -3.36 sangat pendek 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
62 code 33 SMP code 11/06/17 13 bulan laki-laki 65.5 -3.52 sangat pendek 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 2.8 NORMAL
63 code 28 sma code 29/10/16 24 bulan laki-laki 85.0 -0.23 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
64 code 27 SD code 02/11/17 24 bulan perempuan 85.0 0.29 normal 3 25.0 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
65 code 39 tdksklah code 05/11/17 8 bulan perempuan 68.0 -1.08 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.8 NORMAL
66 code 38 sma code 03/05/17 14 bulan laki-laki 78.0 -0.65 normal 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
67 code 32 SMP code 27/01/18 8 bulan laki-laki 64.0 -3.36 sangat pendek 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 3.8 NORMAL
68 code 43 s1 code 12/06/17 13 bulan laki-laki 65.5 -3.52 sangat pendek 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
69 code 29 s1 code 12/03/17 16 bulan perempuan 72.0 -2.75 pendek 9 75.0 baik asi eksklusif 3.3 NORMAL
70 code 27 sma code 10/07/17 12 bulan laki-laki 75.0 -0.90 normal 2 25.0 kurang asi eksklusif 3.5 NORMAL
71 code 36 SMP code 28/08/17 9 bulan perempuan 69.5 -1.59 pendek 2 25.0 kurang tidak asi eksklusif 2.0 BBLR
72 code 35 SMP code 27/03/17 16 bulan laki-laki 80.0 -0.35 normal 10 83.3 baik asi eksklusif 3.0 NORMAL
73 code 36 sma code 30/04/17 15 bulan laki-laki 72.5 -2.83 sangat pendek 9 75.0 baik asi eksklusif 3.0 NORMAL
74 code 26 tdksklah code 15/05/17 14 bulan perempuan 70.0 -2.77 sangat pendek 7 58.3 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
75 code 30 s1 code 18/09/17 10 bulan perempuan 70.0 -1.07 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 2.3 BBLR
48
76 code 23 tdksklah code 02/01/17 18 bulan laki-laki 82.0 -2.80 normal 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 3.0 NORMAL
77 code 28 SD code 17/09/16 22 bulan laki-laki 70.4 -1.76 sangat pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 2.2 BBLR
78 code 32 s1 code 14/02/17 17 bulan perempuan 75.0 -1.98 pendek 9 75.0 baik asi eksklusif 3.5 NORMAL
79 code 20 SD code 02/11/17 24 bulan perempuan 85.0 0.29 normal 9 75.0 baik asi eksklusif 2.0 BBLR
80 code 23 SD code 05/11/17 8 bulan perempuan 68.0 -1.08 normal 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 2.2 BBLR
81 code 29 s1 code 21/10/17 9 bulan laki-laki 70.6 -1.10 tinggi 9 75.0 baik asi eksklusif 3.3 NORMAL
82 code 26 SMP code 30/12/17 7 bulan laki-laki 65.0 -2.27 pendek 4 33.0 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
83 code 33 sma code 22/11/16 20 bulan perempuan 80.4 -1.01 normal 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 4.0 NORMAL
84 code 25 tdksklah code 19/01/17 18 bulan laki-laki 71.0 3.32 sangat pendek 6 50.0 kurang tidak asi eksklusif 3.5 NORMAL
85 code 28 SMP code 18/07/17 12 bulan perempuan 73.0 -0.83 normal 9 75.0 baik asi eksklusif 3.0 NORMAL
86 code 30 sma code 01/05/17 14 bulan perempuan 76.0 -2.04 normal 10 83.3 baik asi eksklusif 2.0 BBLR
87 code 31 tdksklah code 27/04/16 27 bulan perempuan 75.0 -1.17 sangat pendek 5 41.0 kurang tidak asi eksklusif 2.4 BBLR
49