skripsi - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/8765/1/i,ii,iii,ii-14-nin.fk.pdf · khusus...
TRANSCRIPT
i
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PELATIHAN MENJAHIT
KHUSUS PEREMPUAN DI BALAI LATIHAN KERJA (BLK)
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Luar Sekolah
OLEH :
NINDA MARIA
NPM. A1J010003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“ Bukanlah hidup kalau tidak ada masalah, bukanlah sukses kalau tidak melalui
rintangan, bukanlah menang kalau tidak dengan pertarungan, bukanlah lulus
kalau tidak ada ujian, dan bukanlah berhasil kalau tidak berusaha ”.
Kerjakanlah pekerjaanmu dengan niat tulus dan penuh keiklasan,
Maka akan kamu terima hasil yang memuas, jika kamu mengerjakan dengan
keterpaksaan. Maka hasilnya pun akan berantakan.
Masalah memang selalu datang dikehidupan. Jika kita memikirkan masalah itu
suatu hal yang negative maka kita akan larut dalam kesedihan. Dan diam bukan
hal yang akan menyelesaikan masalah. Allah s.w.t,. menciptakan akal untuk
berpikir. Pikirkan hal positif maka kita akan menemukan jalan untuk
menyelesaikannya. Jika kita sudah menemukan jalan maka ikhlaskan akan apa
yang akan terjadi, Insya Allah akan diberikan- Nya hasil yang terbaik dari
masalah tersebut. (Ninda Maria)
Sebuah skripsi adalah hasil dari perjuangkan. Tapi skripsi yang tidak terbungkus
rapi dan tidak berbentuk buku maka itu hanya rencana pikiran yang tidak
dikerjakan, sama dengan hayalan saja. . Satu- satunya jalan agar skripsi selesai
yaitu dengan mengerjakannya. Jika kita banyak mengeluh tanpa mengerjakan
sama saja kita menyerah sebelum bertempur. (Ninda Maria)
v
Persembahan
“Sembah Sujudku Ya Robbi… Wahai Sang Pemurah Dan Pengabul Do’a-
Do’a Hamba- Mu serta Maha Segala yang ada di bumi dan di langit… Sang
Maha Pencipta Dan Pemilik Jasad Ini, tanpa Kuasa Dan Rahmat- Mu ya Robbi,
mungkin semua tidak akan pernah terwujud…. Amien
Terima kasih untuk kedua orang tua ku, yang telah membesarkan, membimbing,
mendidik dan mendo’akan ku hingga menjadi sekarang ini. Dengan keringat dan
jerih payah kalian berdua aku mampu menjadi seseorang yang kalian inginkan.
Mungkin buku ini tidak dan belum bisa menggantikan rasa kasih sayang dan
keringat kalian untuk membesarkan aku. Aku mohon restu untuk bisa menjadi
kebanggaan kalian bak dan mak, untuk mewujudkan cita- citaku. Dengan air
mata aku berdo’a dengan Allah s.w.t yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
untuk menyayangi kalian seperti waktu aku kecil, dan memberikan umur yang
panjang serta kebahagian dimasa tua kalian nanti. Aku sangat bersyukur terlahir
dari kalian. Sembah sujudku untuk bak dan mak.
Saudara- saudariku yang aku sayangi. Kalian yang menjadi semangatku untuk
berjuang. Senyum kalian yang menjadikan ku seperti sekarang. Untuk udo
marten kusnandar, terima kasih dengan segala jiwamu dari kecil hingga aku
yang sekarang, engkau korbankan semua demi aku, terima kasih kekanda. Untuk
adek yosi yudhia, bentuklah masa depanmu dari sekarang, kejarlah cita- citamu,
vi
disini aku akan membantu demi kesuksesanmu. Abang Risky Firnando, jadilah
anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi bangsa. ( Uwo
mendoakan semoga masa depan kalian sukses, amin )
Untuk guru besar dan dosen- dosen PLS, terimakasih atas ilmu yang diajarkan.
Semoga Allah s.w.t meninggikan derajat atas pengabdian kalian guruku, karena
kalian kami khususnya aku bisa seperti ini.
Untuk teman- temanku di PLS angkatan 2010, yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan,duka suka, dan kenangan yang
sudah kita lalui. Jika ada salah dengan bergaul selama ini, aku minta maaf…
Untuk sahabat- sahabatku, (putri, elsa, yuliana, suratmi, ana, gadis, dora, ratna,
laila, joook, putra, doni, andrian, wulan, feri) terima kasih atas motivasi dan
persahabatan kalian selama ini. Warna- warni persahabatan begitu sangat indah…
Orang yang selalu mendapingi dan selalu membimbing aku selama ini, serta
perhatian kamu. Aby Herlio Usman… (he !!)
Terima kasih untuk Almamater dan Prodiku yang tercinta….
vii
RIWAYAT HIDUP
Di daerah terpencil, tepat di Pugung
Penengahan, pada tanggal 27 februari 1992 lahirlah
seorang anak perempuan bernama Ninda Maria buah
hati dari pernikahan Bapak Muzammi, B dan Ibu
Nurlina. Penulis merupakan anak kedua dari 4 (empat)
bersaudara.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Pg.
Penengahan pada tahun 1998- 2004, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 1 Lemong Pg. Penengahan pada tahun 2004- 2007, menyelesaikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lemong Pg. Penengahan pada tahun
2007- 2010.
Tahun 2010 penulis menjadi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bengkulu melalui jalur undangan yaitu PPA. Selama menjadi
mahasiswa, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode ke-70 di
Desa Taba Baru Kec. Taba Penanjung Bengkulu Tengah dari tanggal 1 Juli- 31
Agustus 2013. Setelah itu penulis juga melaksanakan Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL II) di SMA Negeri 6 Kota Bengkulu dari tanggal 5 September
2013 sampai dengan 13 Januari 2014. Dan terakhir penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu dari
tanggal 17 Februari sampai tanggal 17 April 2014.
viii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ninda Maria
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Prodi : Pendidikan Luar Sekolah
NPM : A1J010003
Menyatakan dengan sesungguhnya Skripsi yang saya tulis adalah karya
saya sendiri dan bebas dari segala macam bentuk plagiat atau tindakan yang
melanggar etika keilmuan.
Jika kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar semua akibat
yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sendiri dan saya
bersedia menerima sangsi sesuai hukum yang berlaku.
Bengkulu, Juni 2014
Yang Membuat Pernyataan
Ninda Maria
ix
ABSTRAK
Maria, Ninda. 2014. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan Di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu Tahun
2012. Dibawah Bimbingan: (I) Drs. H. Rizkan, M. Kes, (II) Drs. M.
Izzudin, M. Pd
Abstrak: Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu
usaha atau tindakan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan
instruksional khusus lebih banyak tercapai. Tercapainya metode pembelajaran itu
bersumber dari bagaimana perencanaan yang meliputi segi input, proses, dan
output. Segi input yang dimaksud yaitu pengrekrutan instruktur pelatihan, peserta
pelatihan, sarana prasarana, materi pembelajaran, media pembelajaran, fasilitas
pelatihan, dan factor pendukung lainnya. Dari segi proses yaitu perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, pengawasan hasil dan pembelajaran. Sedangkan, output
merupakan hasil yang dicapai dari proses pelatihan. Pencapaian hasil tersebut
dilihat dari penguasaan materi belajar, dan pencapaian hasil belajar. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus
dimana analisis data dilakukan secara terus menerus dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Adapun teknik yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pelaksanaan pelatihan menjahit
khusus perempuan di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu tahun 2012
dilihat dari ketiga segi yaitu segi input, proses, dan output dapat dikatakan efektif.
Kata Kunci :Efektivitas, PelatihanMenjahit, BLK Provinsi Bengkulu
x
ABSTRACT
Maria, Ninda. 2014. The Effectiveness of the Implementation Sewing Training
For Woman at Balai Latihan Kerja (BLK) of Bengkulu Province in
2012. Suvervisor: (I) Drs. H. Rizkan, M. Kes, (II) Drs. M. Izzudin, M.
Pd
Abstract: Effectiveness is something which has the effect or consequences,
effective, bringing results and the successful of an effort or action. The learning
method was effective if the specific instructional objectives were achieved. The
achievement of the learning method was derived from how the planning involved
inputs, processes and outputs. In inputs involved the recruitment training
instructors, trainees, facilities, instructional materials, instructional media, training
facilities, and other supporting factors. In planning process was a learning process,
the implementation of the learning process, learning outcomes assessment,
monitoring and learning outcomes. Meanwhile, the output was the outcome of the
training process. The achievement of mastery learning material can be seen the
achievement of learning outcomes. This study was a qualitative case study
approach where data analysis was conducted continuously. It began by examining
all the data available from various sources. The techniques were used in this study
were the observation, interviews, and documentation. Based on the results of the
study showed that the effectiveness of the implementation sewing training for
women at Balai Latihan Kerja (BLK) of Bengkulu province in 2012 seen from the
three aspects, such as inputs, processes and outputs.
Key Words: Effectiveness, Sewing Training, BLK of Bengkulu Province
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum wr wb
Alhamdulillah hirobbil’alamin atas berkat, rahmat dan hidayah dari Allah
SWT., yang berupa kesehatan jasmani dan rohani, pemahaman dan kecerdasan
sehingga saya mampu menyelesaikan Skripsi ini sebagai syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan
Pelatihan Menjahit Khusus Perempuan Di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi
Bengkulu Tahun 2012”.
Adapun Bab I penelitian ini yaitu Bab Pendahuluan yang berisi tentang
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada
Bab II penelitian ini berisi tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan
Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus Perempuan Di Balai Latihan
Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu Tahun 2012 yang membahas tentang pendidikan
luar sekolah, pelaksanaan pelatihan, konsep efektivitas, BLK dan pengertian
menjahit. Selanjutnya pada Bab III penelitian ini menjelaskan tentang metode
penelitian. Didalam metode penelitian dijelaskan tentang pendekatan penelitian,
lokasi penelitian, fokus penelitian, informan, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis data, pelaksanaan penelitian, dan upaya mencari
kesahihan hasil penelitian. Penelitian ini juga lebih difokuskan dengan metode
kualitatif dengan metode studi kasus yang menggunakan teknik pengumpulan data
dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data
penelitian ini dilakukan secara terus menerus dimulai dengan menelaah seluruh
xii
data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil obeservasi, wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen dan
sebagainya sampai dengan penarikan kesimpulan. Sedangkan dalam upaya
mencari kesahihan hasil penelitian maka dilakukan pengukuran menggunakan
kredibilitas (validitas internal).
Selanjutnya, pada Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan
dan Bab V yang merupakan Bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.
Bengkulu, Juni 2014
Penulis
Ninda Maria
xiii
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan judul ”Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Penulis menyadari dengan sepenuh hati
bahwa tersusunnya Skripsi ini tidak hanya atas kemampuan dan usaha penulis
semata, namun juga berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tuaku ibu dan bapak ku, yang telah membesarkanku dengan
penuh kasih sayang, kesabaran serta pengorbanannya dan selalu mendoakan
untuk setiap langkah dan keberhasilanku. Saudara- saudari ku yang selalu
memotivasi keberhasilanku. Semoga ALLAH SWT, mengampuni dosa- dosa
kalian dan memberikan kebahagian untuk keluarga kita.
2. Bapak Prof. Dr. Rambat Nur Sasongko, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Dr. Manap Soemantri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP UNIB.
4. Bapak Drs. H. Rizkan, M. Kes dan Bapak Drs. M. Izzudin, M. Pd selaku
dosen pembimbing penelitian yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
xiv
5. Bapak Drs. Wahirudin Waddin, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan
Luar Sekolah.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya
dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah yang telah mendidik,
membimbing, dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Ayuk Lidia Kandau S.Pd, yang telah membantu dalam administrasi penelitian.
8. Ibu Dra. Hj. Dwi Enny Setyawati, M. Si, selaku kepala Balai Latihan Kerja
(BLK), yang telah meluangkan waktunya untuk penulis menyelesaikan
skripsi ini.
9. Ibu Supartinah, S. Sos dan Bapak Musimin, S. Sos, yang telah meluangkan
waktunya untuk menjadi informan demi terselesaikannya skiripsi ini.
10. Teman-temanku angkatan 2010 yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung. Syukron Jazakumullah khoiron
11. Sahabat terbaik penulis yang telah mengisi dan mewarnai hari- hari penulis
dan selalu memberikam motivasi kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Bengkulu, (Risa Afryani, Yuliana, Suratmi) terima
kasih atas kebaikan kalian semua sahabat ku. Semoga kesuksesan akan kita
rasakan. amin
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Aamiin.
Bengkulu, Juni 2014
Penulis
Ninda Maria
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ....................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH .......................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 11
A. Pendidikan Luar Sekolah ............................................................ 11
B. Pelaksanaan Pelatihan ................................................................. 14
C. Konsep Efektivitas ...................................................................... 37
D. Balai Latihan Kerja ..................................................................... 44
E. Menjahit ...................................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 48
A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 48
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 50
C. Fokus Penelitian .......................................................................... 50
D. Informan ...................................................................................... 53
E. Jenis Dan Sumber Data ............................................................... 53
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 54
G. Analisis Data ............................................................................... 57
H. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 58
xvi
I. Upaya Mencari Kesahihan Hasil Penelitian ................................ 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 63
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 63
1. Profil BLK ............................................................................. 63
a. Latar Belakang Berdirinya BLK Provinsi Bengkulu ...... 63
b. Visi Dan Misi .................................................................. 65
c. Manajemen BLK Provinsi Bengkulu ............................. 66
d. Tujuan Pelatihan.............................................................. 78
e. Nama Kejuruan Dan Lama Pelatihan .............................. 78
f. Peserta Pelatihan ............................................................. 81
g. Kerjasama Pelatihan ........................................................ 81
h. Tindak Lanjut .................................................................. 81
i. Pengelola BLK Provinsi Bengkulu ................................. 82
j. Peserta Pelatihan ............................................................. 91
2. Efektivitas pelaksanaan pelatihan menjahit khusus
perempuan di BLk Provinsi Bengkulu Tahun 2012
dilihat dari Segi Input ............................................................ 92
a. Pendidikan Atau Kualifikasi Akademik .......................... 92
b. Latar Belakang Instruktur Pelatihan Menjahit
Di BLK Provinsi Bengkulu ............................................. 93
c. Proses Pelaksanaan Pelatihan Menjahit .......................... 97
3. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan Di BLK Provinsi Bengkulu
Menurut Instruktur ................................................................ 98
a. Perencanaan Proses Pembelajaran ................................... 99
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran ................................... 99
c. Penilaian Hasil Pembelajaran .......................................... 101
d. Pengawasan Proses Pembelajaran ................................... 102
4. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan Di BLK Provinsi Bengkulu Tahun 2012
Dari Segi Output Menurut Instruktur .................................... 103
xvii
a. Penguasaan Materi Belajar .............................................. 103
b. Pencapaian Hasil Belajar ................................................. 104
B. Pembahasan ................................................................................... 106
1. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan Di BLK Provinsi Bengkulu Tahun 2012
Dari Segi Input .......................................................................... 106
a. Standar Manajemen .............................................................. 106
b. Instruktur .............................................................................. 108
c. Sarana Belajar ...................................................................... 112
d. Materi Pembelajaran ............................................................ 114
2. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Di
BLK Provinsi Bengkulu Tahun 2012 Dari Segi Proses ........... 114
a. Perencanaan Proses Pembelajaran ....................................... 114
3. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan Di BLK Provinsi Bengkulu Tahun 2012
Dari Segi Output ....................................................................... 117
a. Penguasaan Materi Belajar ................................................... 117
b. Pencapaian Hasil Belajar ...................................................... 117
c. Persentase Kelulusan ............................................................ 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 122
LAMPIRAN ........................................................................................... 126
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Perkembangan Jumlah Pencari Kerja
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Provinsi Bengkulu .................................. 7
Bagan 2.1 Komponen- Komponen Pembelajaran ................................................ 20
Tabel 2.2 Data Instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu ....... 25
Tabel 2.3 Daftar Materi Kurikulum Pelatihan Sub Jurusan Menjahit ................. 27
Tabel 2.4 Daftar Lulusan Latihan Menjahit ......................................................... 44
Tabel 2.5 Fasilitas Dalam Kegiatan Pelatihan ..................................................... 47
Tabel 4.1 Batas Wilayah Provinsi Bengkulu ....................................................... 64
Bagan 4.2 Struktur Organisasi Balai Latihan Kerja (BLK)
Provinsi Bengkulu .............................................................................. 66
Tabel 4.3 Data Kejuruan dan Lama Pelatihan ..................................................... 78
Tabel 4.4 Data Pengelola di Balai Latihan Kerja (BLK) ..................................... 82
Tabel 4. 5 Jumlah Peserta Pelatihan Menjahit di BLK TA 2012 .......................... 91
Tabel 4.6 Beberapa Inti Kompetensi Pelatihan Menjahit ..................................... 97
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi- kisi Instrumen Penelitian ................................................. 126
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara ............................................................... 139
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Program Studi .................................. 144
Lampiran 4 : Surat izin dari Bidang Akademik ............................................. 145
Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian dari Dinas Kota ........................... 146
Lampiran 6 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 147
Lampiran 7 : Foto- foto Penelitian ................................................................. 148
Lampiran 8 : Standar Operasional Prosedur Pelatihan .................................. 164
Lampiran 9 : Surat Keputusan Gubernur ....................................................... 168
Lampiran 10 : Laporan Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Tahun 2012 ............ 177
Lampiran 9 : Modul Pembelajaran ................................................................. 214
Lampiran 10 : Ijazah Peserta Pelatihan ............................................................ 230
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup
yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Sedangkan
Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan suatu
negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Bank Dunia
mengelompokkan semua negara berpendapatan rendah dan menengah sebagai
negara berkembang. Dalam pengelompokkan ini yang termasuk dalam Negara
berkembang adalah Negara Indonesia. Dari Indonesia berkembang untuk menuju
Indonesia yang maju maka harus dilakukan perubahan ekonami agar masyarakat
Indonesia lebih makmur. Perubahan yang dimaksud adalah Pembangunan
Nasional.
Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan
Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman pembangunan nasional.
Pembangunan nasional mengandung makna peningkatan kesejahteraan material
dan spiritual, (karena diarahkan untuk mencapai tujuan Bangsa), yaitu untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan
spiritual di seluruh wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
2
Dalam pembangunan nasional diperlukan keselarasan antara Sumber
Daya Alam dan Sumber Daya Manusia agar dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Sumber Daya Alam yang terkandung di seluruh wilayah tanah air
Indonesia, seperti minyak, emas, besi, tembaga, dan lain- lain serta Indonesia
memiliki laut yang luas dengan berbagai kekayaan didalamnya. Sedangkan
Sumber Daya Manusia di Indonesia sangat berbanding terbalik dengan Sumber
Daya Alamnya. Baik Sumber Daya Manusia dari segi ekonomi, pendidikan,
teknologi dan lapangan kerja.
Menurut Sudarwan Danim (2004 : 1) Sumber Daya Manusia adalah
mereka yang memiliki komitmen yang konsisten dalam memotivasi diri pada level
tertentu untuk berprestasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Selain itu, dikutip dari Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS)
(1997: 15) didalam Teori Sumber Daya Manusia yang menyatakan bahwa dengan
meningkatnya mutu SDM kerugian ekonomi dan kestabilan sosial akan dapat
berkurang pula.
Kedua sumber daya tersebut, baik Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia digunakan secara bersama-sama dan saling melengkapi dalam upaya
tercapainya pemerataan pembangunan nasional di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk mengatasi ketidak stabilan antara Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia banyak program yang telah di laksanakan oleh pemerintah sendiri, salah
satunya adalah Pendidikan.
3
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia, salah satunya adalah Pendidikan Formal. Tetapi kenyataan yang
ada, ternyata Pendidikan Formal tidak cukup untuk mengatasi masalah rendahnya
produktivitas masyarakat. Pendidikan Formal yang mengharuskan masyarakatnya
membayar biaya sekolah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
sekolah yang bersangkutan, ternyata masih banyak masyarakat yang merasa biaya
Pendidikan Formal itu mahal sehingga masih banyak generasi penerus bangsa
yang mengalami putus sekolah, buta aksara, pengangguran, kemiskinan, kenakalan
remaja, tidak mempunyai keahlian, tidak mampu bersaing dalam dunia yang serba
canggih. Semua masalah itu akan memperburuk ekonomi bangsa sendiri.
Pembangunan nasional memerlukan manusia yang potensial dan
produktif. Kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan tidak saja ditentukan
secara kuantitatif oleh jumlah penduduk dan angkatan kerja dari tahun ketahun,
melainkan juga secara kualitatif ditentukan oleh tingkat kemampuan dan
ketrampilan tenaga kerja yang diperlukan sesuai dengan tingkat teknologi yang
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan tersebut.Jumlah penduduk yang
melimpah merupakan aset penting dalam pembangunan nasional. Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun hal tersebut bukan jaminan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan optimal dan mencapai
tujuan.
Di satu sisi dengan jumlah penduduk yang besar akan menjadi sumber
daya pelaksana pembangunan nasional. Masyarakat akan berperan sebagai tenaga
4
kerja yang dapat melaksanakan pembangunan tersebut. Di sisi lain, jumlah
penduduk yang besar dan selalu bertambah juga dapat menimbulkan masalah yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan. Hal ini dapat terjadi apabila pemerintah tidak
dapat mengatur jumlah penduduk yang besar menjadi input pembangunan, yaitu
dengan menyediakan lapangan kerja yang memadai. Bertambahnya jumlah
penduduk maka bertambah pula jumlah angkatan kerja yang harus diikuti juga
oleh perluasan lapangan kerja.
Persoalan mendasar dari semua aspek kependudukan adalah tidak
tersedianya tenaga kerja terdidik dan terlatih. Dalam arti luas, kualitas tenaga kerja
di Indonesia relatif rendah, sehingga menjadi penghalang bagi pelaksanaan
pembangunan. Indonesia termasuk dalam negara yang sedang berkembang yang
memiliki sumber daya tenaga kerja yang sangat banyak dan sebagian besar masih
berkualitas rendah dilihat dari latar belakang pendidikan yang diperoleh.
Dalam meningkatkan sumber daya tenaga kerja yang produktif maka
pemerintah menyediakan pendidikan dan pelatihan yang termasuk di dalam tugas
pokok Pendidikan Non Formal atau Pendidikan Luar Sekolah. Menurut Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa Pendidikan Luar Sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan
berkesinambungan. Pendidikan Luar Sekolah juga bertujuan meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku warga belajarnya, salah satu Pendidikan
Luar Sekolah adalah Pendidikan dan Pelatihan.
5
Tuntutan dunia kerja akan tenaga kerja terampil mendorong pencari kerja
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja nonformal untuk menambah
ketrampilan dan keahlian mereka. Pendidikan dan pelatihan kerja merupakan
sarana penting dalam pengembangan sumber daya tenaga kerja. Pengembangan
tenaga kerja ini diharapkan nantinya menjadi tenaga kerja yang siap pakai, dalam
arti bisa langsung terjun ke lapangan kerja. Orientasi program pendidikan dan
pelatihan kerja tersebut sangat diperlukan mengingat sebagian besar angkatan
kerja di Indonesia masih bekerja pada sektor informal dengan produktivitas yang
sangat rendah. Selain itu mengingat sebagian besar wilayah Indonesia adalah
pedesaan dimana kebanyakan industri kecil dan rumah tangga berlokasi di daerah
pedesaan dan masih sangat tradisional, proses produksinya masih secara manual
dan pada umumnya tingkat pendidikan dari pemilik usaha dan pekerja relatif
rendah. Dari hal tersebut terlihat bahwa sistem pendidikan dan pelatihan kerja
sangat relevan memberikan kontribusi sebagai sarana pengembangan tenaga kerja.
Dengan kata lain, semakin tinggi relevansi program pendidikan dan
pelatihan kerja dengan pasar kerja semakin besar kemungkinan program tersebut
mempersiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih. Secara umum dapat dikatakan
bahwa tingkat pendidikan seseorang dan pelatihan yang pernah diikuti
mencerminkan kemampuan intelektual dan jenis ketrampilan yang dimiliki adalah
alat pengukur kemampuan teknisnya. Dalam hal segala bidang yang diadakan oleh
penyelenggara pendidikan dan pelatihan itu semua akan meningkatkan wawasan.
6
Menurut UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan,
dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas, dan kesejahteraan.Pelatihan kerja dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja. Program latihan kerja perlu diprioritaskan baik dalam rangka
menghadapi era globalisasi dan persaingan dunia, maupun untuk mengatasi
dampak krisis ekonomi mengurangi pengangguran.
Dalam melaksanakan pelatihan kerja itu sendiri hendaknya diarahkan ke
sektor-sektor lapangan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja sehingga
pelatihan kejuruaan yang diikuti akan membantu menjamin angkatan kerja dapat
bekerja. Upaya pengembangan sumber tenaga kerja merupakan tanggung jawab
bersama dari semua sektor terkait mencakup instansi pemerintah, swasta, industri
serta organisasi profesi lainnya.
Oleh karena itu, pemerintah sebagai salah satu komponen yang
bertanggungjawab mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,
menempuh berbagai cara dan menetapkan berbagai kebijakan di bidang
ketenagakerjaan. Dalam upaya membina Sumber Daya Manusia yang disiplin dan
terampil, maka didirikan Balai Latihan Kerja. BLK berfungsi untuk merumuskan
Kebijakan Teknis di bidang Pelatihan tenaga kerja, pelaksanaan Pelayanan Umum
Bidang Pelatihan tenaga kerja dan Pemberian pelayanan penunjang
penyelenggaraan pemerintah daerah.
7
Dengan perkembangan zaman maka sudah banyak Balai Latihan Kerja
yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di Bengkulu. Balai Latihan Kerja
Provinsi Bengkulu merupakan Balai Pelatihan dan Pendidikan untuk menghasilkan
generasi yang produktivitas dan siap terjun ke lapangan, sehingga sangat
membantu masyarakat Bengkulu untuk memberikan keahlian dalam segala bidang.
Tabel 1.1 Data Perkembangan Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Provinsi Bengkulu.
Tahun 2011 2010 2009 2008
Pencari Kerja - Pendidikan D3
Jumlah Pria (Jiwa ) 10.200 9.867 3.554 708
Jumlah Wanita (Jiwa ) 11.750 11.383 3.776 783
Total (Jiwa ) 21.950 21.250 2.818 1.491
Pencari Kerja - Pendidikan S1
Jumlah Pria (Jiwa ) 14.950 14.682 1.696 875
Jumlah Wanita (Jiwa ) 12.780 12.410 1.997 874
Total (Jiwa ) 27.730 27.092 3.693 1.749
Pencari Kerja - Pendidikan SMU/SMK
Jumlah Pria (Jiwa ) 9.858 9.411 2.818 1.241
Jumlah Wanita (Jiwa ) 9.100 8.703 3.957 1.100
Total (Jiwa ) 18.958 18.114 6.775 2.341
Grand Total
Jumlah Pria (Jiwa ) 35.008 33.960 8.068 2.824
Jumlah Wanita (Jiwa ) 33.630 32.496 9.730 2.757
Total (Jiwa ) 68.638 66.456 13.286 5.581
Sumber Data:Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
8
Berdasarkan sumber data diatas maka Balai Latihan Kerja (BLK)
Provinsi Bengkulu siap melatih generasi pencari kerja, anak putus sekolah,
masyarakat berpenghasilan rendah dan pengangguran dengan dana APBN, APBD
dan pihak ke III setiap tahun. Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu
sebagai lembaga pelatihan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta pelatihan
dengan bekal ketrampilan dan keahlian yang tepat dengan pasar kerja.Balai latihan
kerja mencakup program- program pelatihan untuk meningkatkan sumber daya
manusia khususnya di Provinsi Bengkulu. Salah satu program pelatihan di Balai
Latihan Kerja Provinsi Bengkulu adalah Pelatihan Menjahit Khususnya Untuk
Perempuan.
Melihat dari program- program pelatihan yang ada di Balai Latihan Kerja
khususnya yang diadakan oleh BLK Provinsi Bengkulu setiap tahunnya. Apakah
benar, program- program tersebut terselenggara sesuai dengan visi dan misi serta
tujuan yang telah direncanakan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.
Khususnya program pelatihan menjahit yang akan dilihat dari target yang tercapai
berdasarkan pelaksanaannya mulai dari perencanaan, input, proses, dan out
putnya.
Berdasarkan uraian di atas maka, penulis tertarik untuk membahas
tentang pelatihan menjahit yang diselenggarakan oleh Balai Latihan Kerja Provinsi
Bengkulu. Lebih spesifik lagi judul yang di angkat oleh penulis adalah “Efektivitas
Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus Perempuan Di Balai Latihan Kerja (BLK)
Provinsi Bengkulu Tahun 2012”.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan rumusan masalah yang dijadikan fokus penelitian yaitu :
Bagaimanakah Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan di Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu Tahun 2012 di lihat dari
Input, Proses, dan Out Put ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan pelatihan menjahit khusus
perempuan di Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu tahun 2012 di lihat dari
input, proses dan out put yang meliputi :
a. Pengrekrutan peserta pelatihan menjahit khusus perempuan di Balai Latihan
Kerja Provinsi Bengkulu tahun 2012
b. Pendidikan pengelola BLK Provinsi Bengkulu
c. Pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan di BLK Provinsi Bengkulu
d. Kurikulum dan silabus pembelajaran pelatihan menjahit khusus perempuan
di Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu tahun 2012
e. Materi pelatihan menjahit khusus perempuan di Balai Latihan Kerja Provinsi
Bengkulu tahun 2012
f. Fasilitas pelatihan menjahit khusus perempuan di Balai Latihan Kerja
Provinsi Bengkulu tahun 2012
g. Sarana dan prasarana di Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu
10
h. Media dan Sumber pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan menjahit
khusus perempuan di Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu
i. Evaluasi pelaksanaan pelatihan menjahit khusus perempuan di Balai Latihan
Kerja Provinsi Bengkulu tahun 2012
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian yang penulis dapat sampaikan di bagian ini,
sebagai berikut :
1. Manfaat Umum
Penelitian ini memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan
kajian-kajian keilmuan secara umum. Selain itu hasil dari penelitian dapat
digunakan oleh Balai Latihan Kerja sebagai acuan untuk memanajemen
program- program pelatihan menjadi lebih baik khususnya program pelatihan
menjahit khusus perempuan agar berjalan lebih efektif dan efisien.
2. Manfaat Khusus
a. Bagi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Penelitian ini akan menjadi arsip dan menambah wawasan bagi mahasiswa
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah mengenai Pelatihan menjahit
khusus perempuan
b. Bagi Peneliti
Setiap mahasiswa wajib membuat proposal penelitian. Sehingga laporan
penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai syarat menyusun skripsi untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di Universitas Bengkulu
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Luar Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Aliman (2003 : 3), menyatakan bahwa :
Pendidikan Luar Sekolah adalah suatu proses kegiatan pelayanan yang
diselenggarakan diluar persekolahan melalui kegiatan belajar dan
membelajarkannya, bersifat kemasyarakatan dilaksanakan secara terencana
dan teratur, tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan ini
ditujukan baik kepada anak- anak maupun orang dewasa, berlangsung
sepanjang hayat, dengan maksud membina masyarakat agar memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
mengembangkan diri, agar tumbuh dan berkembang sedini mungkin guna
meningkatkan mutu kehidupannya.
Landasan hukum dan kerangka umum penyelenggaraan Pendidikan
Luar Sekolah (PLS ) yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional dan PP No. 73 Tahun 1991 Pendidikan Luar Sekolah
(PLS) tersebut menjadi acuan semua pihak yang berkaitan dengan
pengembangan Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa
pengertian pendidikan luar sekolah adalah proses kegiatan pembelajaran yang
dilakukan diluar jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti membuat
sesuatu menjadi bisa membuat), ketrampilan, meningkatkan prestasi kerja dan
12
sikap. Proses kegiatan yang dimaksud yaitu kegiatan meningkatkan
pengetahuan dari kegiatan Pendidikan Sekolah Kader Bangsa, pelatihan-
pelatihan di Balai Latihan Kerja, Program Kesetaraan, Kursus- Kursus/
bimbingan belajar dan home scholling.
2. Satuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
Dalam Undang- Undang No. 20 Pasal 26 ayat 4 menyatakan satuan PLS
adalah “ satuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) atau pendidikan nonformal
terdiri atas Lembaga Kursus, Lembaga Pelatihan, Kelompok Belajar, Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Bentuk kegiatan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) sangat beragam,
baik kegiatan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
3. Program pendidikan luar sekolah (PLS)
Menurut Aliman (2003: 23), menyatakan bahwa :
Jenis-jenis Pendidikan Luar Sekolah di antaranya adalah:
a. Mass Education, yaitu pendidikan yang diberikan pada orang dewasa diluar
lingkungan sekolah yang bertujuan memberikan kecakapan baca- tulis dan
pengetahuan umum kepada warga masyarakat yang membutuhkannya,
sehingga dapat mengikuti kemajuan, perkembangan dan kebutuhan hidup
sekelilingnya.
b. Edult Education, disebut pendidikan orang dewasa, yaitu usaha atau
kegiatan yang pada umumnya dilakukan dengan keinginan sendiri bukan
13
karena paksaan atau sangsi dari pihak penguasa. Termasuk pemuda diluar
batas tertinggi masa kewajiban belajar dan berlangsung diluar lingkungan
sekolah biasa. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan ini didorong berbagai
kepentingan peserta didik, khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan
sehari- hari. Jenis pendidikan ini dibedakan menjadi empat bagian, yaitu
pendidikan lanjutan, pendidikan pembaharuan, pendidikan kader organisasi,
dan pendidikan populer.
c. Fundamental Education, pendidikan ini bermaksud menolong masyarakat
untuk mencapai kemajuan social ekonomi, agar mereka dapat mencapai
tingkat kehidupan yang lebih baik. Sasaran pendidikan ini, yaitu masyarakat
dan daerah yang terbelakang dan miskin. Fundamental Education
merupakan pendidikan dasar, sehingga materi pendidikannya pun
sederhana, meliputi kecakapan berpikir dan bergaul, kecakapan kejujuran,
kecakapan berumah tangga, kecakapan kerajinan dan kesenian, pendidikan
kesehatan, dan pendidikan tentang lingkungan.
d. Pendidikan Kemasyarakatan, yaitu pendidikan yang dilaksanakan dalam
upaya mempersiapkan anak- anak untuk menghadapi tugasnya sebagai
penghasil dan sebagai pemakai. Bentuk kegiatan kemasyarakatan, terdiri
dari kursus- kursus, program kejar paket A, program kejar usaha, program
penataran, program magang, dan program belajar mandiri.
14
B. Pelaksanaan Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Menurut Mathis (2002), bahwa pelatihan adalah suatu proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan
organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi,
pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas,
pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan
dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka
saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan
pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan
serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang
berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
Menurut Gomes (2003:197), bahwa pelatihan adalah setiap usaha untuk
memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang
menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan
pekerjaannya.Menurut Never Ending Transfusing - Application Training (NET-
at), Pelatihan adalah kegiatan belajar dan praktek untuk sesuatu tujuan baik,
dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus untuk meningkatkan
kemampuan (continuously and never end) manusia, dan fitrahnya.
Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan bahwa :
Pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment)
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian
meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum
15
yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif
pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.
(teorionline.wordpress.com/2010/06/27/pelatihan-sdm/)
Berdasarkan penjelasan di atas maka, peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan atau skill peserta dan untuk
meningkatkan sikap. Sehingga,dengan meningkatnya pengetahun, skill dan
sikap maka peserta pelatihan akan mampu bersaing dan berkembang sesuai
dengan tuntutan zaman. Peserta akan mampu mensejahterakan kehidupannya
dan keluarganya jika peserta yang bersangkutan tersebut memiliki keahlian dan
peserta harus memiliki keahlian yang banyak dan harus diasah serta
dipertahankan. Pelatihan yang baik harus dilaksanakan secara
berkesinambungan melalui rangkaian aktivitas yang terintegrasi. Untuk itu
maka kemampuan sumber daya manusia dalam suatu organisasi harus terus
menerus ditingkatkan seirama dengan kemajuan dan perkembangan organisasi.
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan
Cut Zurnali (2004) memaparkan beberapa manfaat pelatihan yang
diselenggarakan oleh perusahaan yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck,
Gerhart, Wright (2003) yang dikutip dari id.wikipedia.org/wiki/pelatihan, yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar
b. Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan
teknologi baru
c. Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara
efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas
16
d. Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi,
kreativitas dan pembelajaran
e. Menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para
karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan
dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi
absolut
f. Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara
lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para
wanita
Sedangkan, keberhasilan suatu program pelatihan ditentukan oleh lima
komponen menurut As'ad(1987: 73)yang dikutip dari jurnal-
sdm.blogspot.com/2010/11/pelatihan-tenaga-kerja-definisi-tujuan_11.htmlyaitu
:
1. Sasaran pelatihan atau pengembangan : setiap pelatihan harus mempunyai
sasaran yang jelas yang bisa diuraikan kedalam perilaku-perilaku yang dapat
diamati dan diukur supaya bisa diketahui efektivitas dari pelatihan itu
sendiri.
2. Pelatih (Trainer) : pelatih harus bisa mengajarkan bahan-bahan pelatihan
dengan metode tertentu sehingga peserta akan memperoleh pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang diperlukan sesuai dengan sasaian yang
ditetapkan.
3. Bahan-bahan latihan: bahan-bahan latihan harus disusun berdasarkan sasaran
pelatihan yang telah ditetapkan
4. Metode latihan (termasuk alat bantu): Setelah bahan dari latihan ditetapkan
maka langkah berikutnya adalah menyusun metode latihan yang tepat.
5. Peserta (Trainee): Peserta merupakan komponen vang cukup penting, sebab
keberhasilan suatu program pelatihan tergantung juga pada pesertanya.
Dalam pengembangan program pelatihanagar pelatihan dapat
bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-
langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu
tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi.
17
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa fase- fase dalam pelatihan yaitu fase
perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
3. Sasaran Pelatihan
Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus mempunyai
sasaran yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai didalam melaksanakan
kegiatan tersebut. Demikian pula dengan program pelatihan. Hasil yang ingin
dicapai hendaknya dirumuskan dengan jelas agar dapat dijadikan sebagai acuan
penting dalam menentukan materi yang akan diberikan, cara dan sarana-sarana
yang diperlukan. Sebaliknya, sasaran yang tidak spesifik atau terlalu umum
akan menyulitkan penyiapan dan pelaksanaan pelatihan sehingga dapat
menjawab kebutuhan pelatihan.
Sasaran pelatihan yang dapat dirumuskan dengan jelas akan
bermanfaat dalam :
a. Menjamin konsistensi dalam menyususn program pelatihan yang mencakup
materi, metode, cara penyampaian, sarana pelatihan
b. Memudahkan komunikasi antara penyusun program pelatihan dengan pihak
yang memerlukan pelatihan
c. Memberikan kejelasan bagi peserta tentang apa yang harus dilakukan dalam
rangka mencapai sasaran
d. Memudahkan penilaian peserta dalam mengikuti pelatihan
e. Memudahkan penilaian hasil program pelatihan
18
f. Menghindari kemungkinan konflik antara penyelenggara dengan orang yang
meminta pelatihan mengenai efektifitas pelatihan yang diselenggarakan
Jenis sasaran pelatihan sehingga setiap pelatihan yang diselenggarakan
akan mencapai sasaran :
a. Berdasarkan tingkatannya
1. Sasaran primer, sasaran ini merupakan inti dari program pelatihan.
Sasaran primer ini sangat penting karena akan memberikan arti kejelasan
dan kesatuan atas segala kegiatan pelatihan berlangsung.
2. Sasaran sekunder, sasaran ini dari masing-masing pelajaran dalam suatu
program pelatihan. Sasaran sekunder ini sesungguhnya sebagai
penjabaran lebih lanjut dan sekaligus merupakan bagian integral dari
sasaran primer
b. Berdasarkan kontennya
1. Berpusat pada kegiatan instruktur, yaitu menggambarkan apa yang
dilakukan instruktur selama pelatihan dilaksanakan (seperti :
mendemonstrasikan cara menggunakan alat menjahit)
2. Berpusat pada bahan pelajaran, yaitu menggambarkan bahan yang
disampaikan dalam pelatihan (seperti : prosedur menjahit)
3. Berpusat pada kegiatan peserta, yaitu menggambarkan kegiatan yang
dilakukan peserta selama pelatihan (seperti : peserta mampu
menggunakan alat menjahit)
19
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitidapat memaparkan
beberapa hal tentang sasaran pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Latihan
Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu yaitu sasaran pelatihan menjahit tidak
mengenal usia.
Tidak mengenal pendidik, pekerjaan dan kalangan, berarti semua
masyarakat yang membutuhkan pelatihan, baik dari daerah yang jauh maupun
yang tinggal di provinsi Bengkulu itu sendiri diperbolehkan untuk mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan. Baik dari usia putus sekolah sampai usia
pensiun masih banyak yang mengikuti pelatihanan yang sesuai dengan peminat
masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar Balai Latihan Kerja
dan masyarakat yang membutuhkan lainnya.
Masyarakat yang ingin mengikuti pelatihan harus mematuhi peraturan
dan ketentuan yang di tetapkan oleh Balai Latihan Kerja. Mulai dari
pendaftaran,baik itu dalam bagian pengrekrutan peserta didik hingga
pengrekrutan instruktur pelatihan dan proses pelaksanaannya. Bab berikutnya
akan dijelaskan secara rinci lagi bagian prosedur program pelatihan di Balai
Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu khususnya untuk sasaran pelatihan
menjahit.
20
4. Komponen Pembelajaran dan Komponen PendukungDalam Pelatihan PLS
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti maka
dapat disimpulkan bahwa komponen- komponen dalam pelaksanaan pelatihan
menjahit khusus perempuan di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu
Tahun 2012 dapat di bagi menjadi dua hal, yaitu komponen- komponen
pembelajaran dan komponen penunjang pelatihan. Peneliti akan membahas
kedua faktor tersebut secara satu persatu agar pembahasan lebih detail lagi.
a) Komponen- Komponen Pembelajaran
Dikutip dari http://www.komponen-komponen-pembelajaran_3.html
menyebutkan beberapa komponen- komponen pembelajaran antara pendidik
dengan peserta didik, yaitu :
Bagan 2.1 Komponen- Komponen Pembelajaran
Sumber : http://www.komponen-komponen-pembelajaran_3.html
21
Hal ini dapat diartikan bahwa, pembelajaran merupakan sebuah
sistem yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Pembelajaran sebagai
sebuah sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi,
berinterelasi, dan berinterdependensi antara satu dengan yang lainnya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Komponen tersebut antara lain :
a. Tujuan Pembelajaran
Sujarwo (2012: 5) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran ada
dua jenis, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran umum
b. Tujuan pembelajaran khusus
Dalam merumuskan tujuan instruksional umum relevansi tujuan
kurikuler mata pelajaran yang bersangkutan termasuk pengembangannya dan
bidang pekerjaan yang akan dihadapi menjadi rumusan yang sangat penting.
Tujuan pembelajaran khusus dalam perumusannya dilakukan melalui
langkah:
1. Melakukan analisis instruksional
2. Mengidentifikasi pengrekrutan peserta didik
3. Merumuskan standar kompetensi
4. Kompetensi dasar
5. Tujuan pembelajaran
6. Materi pokok, pengalaman belajar
22
7. Langkah-langkah pembelajaran
8. Media dan sumber belajar
9. Penilaian
Tujuan pembelajaran adalah rencana awal dalam pencapaian target
dan hasil. Selain itu tujuan itu juga menjadi acuan dalam pelaksanaan
pelatihan. Tujuan pembelajaran di dalam program pelatihan menjahit di Balai
Latihan Kerja Provinsi Bengkulu disebut juga dengan tujuan pelatihan. Tujuan
Pelatihan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu :
1. Mendukung program penanggulangan pengangguran
2. Mendukung program peningkatan produktivitas kerja
3. Mendukung program ekspor jasa tenaga kerja
4. Mendukung program pengindonesiaan tenaga kerja asing
b.Pendidik
Pendidik menjadi komponen pembelajaran berikutnya yang
menempati posisi dalam menciptakan kegiatan belajar-mengajar baik di
kelas maupun di luar kelas. Pendidik di dalam perkembangannya bukan lagi
berperan sebagai sumber dari segala sumber belajar namun lebih berperan
sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan belajar peserta
didik.
23
Hal ini dijelaskan secara lebih mendalam oleh Hermawan, dkk (2008:
9.4) bahwa :
Pendidik menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa
agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Pendidik harus mampu
menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter,
transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi
terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis dan inovatif.
http://www.glendomi.com/2012/10/komponen-komponen-
pembelajaran_3.html
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
pasal 1 butir 6, Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan istilah lainnya yang sesuai dengan kekhususannya yang juga
berperan dalam pendidikan. Mengacu pada UU sisdiknas dapat diartikan
bahwa pendidik merupakan tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi
tertentu sebagai seorang figur yang tentunya harus mampu menetapkan dan
menerapkan strategi-strategi demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Tugas pokok seorang pendidik dalam proses pembelajaran, meliputi:
1. Menyusun program pembelajaran atau praktik
2. Menyajikan program pembelajaran atau praktik
3. Melaksanakan evaluasi belajar atau praktik
4. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktik
5. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
24
6. Menyusun dan melaksnakan program bimbingan dan penyuluhan di kelas
yang menjadi tanggungjawabnya
7. Membimbing peserta didik dalam kegiatan kurikulum
8. Membimbing pendidik dalam kegiatan proses pembelajaran atau praktik
perorangan
9. Melaksanakan bimbingan karier peserta didik
10. Mengikuti kegiatan ujian
Menurut Asep Suratman (2008: 25), bahwa seorang pendidik dituntut
untuk dapat berperan sebagai berikut :
1. Informator, yaitu pada saat menyampaikan informasi tentang konsep-
konsep yang terkandung didalam ilmu pengetahuan yang akan
ditransformasikan kepada kelompok peserta didik
2. Instruktur, yaitu pada saat mendampingi peserta didik yang sedang
berlatih untuk memperoleh ketrampilan baru
3. Fasilitator, yaitu pada saat menggerakkan jalannya proses pembelajaran
sehingga tercipta suasana yang memungkinkan peserta didik
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru dan
mengintegrasikan ke dalam pembendaharaan pengalaman yang telah
dimilikinya
4. Motivator, yaitu pada saat terjadi penurunan semangat belajar para
peserta didik
Di Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu tenaga pendidik disebut
dengan instruktur. Instruktur yang berfungsi untuk memberikan pengajaran
atau materi pelajaran sesuai dengan kurikulum dan modul pembelajaran
yang telah di tentukan.
25
Tabel 2.2 Data Instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi
Bengkulu
No Nama Jabatan dalam Dinas
1 Musimin, S. Sos Kajur Aneka Kejuruan
2 SM. Pasaribu, S. Pd Ketua Jurusan Listrik
3 Sulusanie, S. Pd Ketua Jurusan Elektro
4 Soepriyono, S. Sos Instruktur Menjahit
5 M. Syarif Ketua Jurusan Bangunan
6 Wahyuningsih Ketua Jurusan Tata Niaga
7 Sutarno, A. Md Ketua Jurusan Tekmek
8 Dievty Kemalasari, A. Md Instruktur Menjahit
9 Raslizal, A. Md Ketua Jurusan Automotive
10 Tionar Silalahi Ketua Jurusan Pertanian
11 A. Kadir Jailani Staf Pelatihan
Sumber : Data Instruktur BLK
c. Kurikulum
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”.
26
Kurikulum dipandang sebagai semua pengalaman belajar yang
diberikan pendidik kepada peserta didik selama mengikuti pendidikan di
suatu lembaga pendidikan, atau segala usaha lembaga pendidikan yang
menghasilkan lulusan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Menurut pendapat Sujarwo (2012: 8) tentang rumusan kurikulum di
atas tersirat empat hal pokok, yaitu:
1. Isi kurikulum, adalah mata pelajaran yang diberikan oleh lembaga
pendidikan terhadap peserta didik
2. Tujuan kurikulum, yakni agar anak didik menguasai mata pelajaran
tertentu yang kemudian disimbolkan dengan ijazah
3. Kurikulum aktivitas, kurikulum dipandang secara pentahapan
pengalaman belajar yang dilakukan oleh pendidik
4. Kurikulum dipandang sebagai bentuk penilaian, kurikulum mengatur
model, bentuk, dan jenis penilaian yang dilakukan. Dikutip dari
http://www.glendomi.comkomponen-komponen-pembelajaran_3.html
Pelatihan menjahit di Balai Latihan Bengkulu menggunakan
kurikulum pelatihan. Kurikulum pelatihan sub kejuruan menjahit ini
berdasarkan keputusan bersama dan setiap diadakan pelatihan menjahit
kurikulum ini selalu digunakan dan kompetensinya setiap pelatihan tidak
mengalami perubahan.
27
Tabel 2.3 Daftar Materi Kurikulum Pelatihan Sub Jurusan Menjahit
No
Kode Unit
Kompetensi
Materi
Jam
Pelajaran
I Kelompok Umum :
1. Ketenagakerjaan 4 JP
2. Motivasi Kerja 4 JP
3. Kewirausahaan 4 JP
4. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
4 JP
II Kelompok Unit Kompetensi
Inti :
TBS.MP02.005.01 1. Mengukur Tubuh 12 JP
TBS.MP02.006.01 2. Membuat Pola Pakaian I 30 JP
TBS.MP02.007.01 3. Membuat Pola Pakaian II 30 JP
TBS.MP02.008.01 4. Merencanakan Kebutuhan
Bahan Pakaian
20 JP
TBS.MP02.009.01 5. Memotong Bahan Pakaian 20 JP
TBS.MP02.010.01 6. Menjahit Dengan Mesin
77 JP
III Kelompok Unit Kompetensi
Khusus
28
TBS.MP03.001.01 1. Mengoperasikan Beberapa
Jenis Mesin Jahit
25 JP
Jumlah 240 Jp
Sumber : Data Kurikulum Pelatihan Menjahit BLK
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Balai Latihan Kerja
(BLK) disediakan sarana belajarberupa modul keterampilan. Pembelajaran
dengan menggunakan modul adalah satu pendekatan pembelajaran mandiri
yang memfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang
dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan
kondisinya. Fungsi pembelajaran dengan menggunakan modul adalah untuk
memastikan semua peserta didik menguasai kompetensi yang diharapkan
dalam suatu materi ajar sebelum pindah kemateri ajar selanjutnya.
Sedangkan tujuan pembelajaran dengan menggunakan modul itu
sendiri adalah untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar dari peserta
didik agar mencapai suatu tingkat pencapaian kompetensi tertentu sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang disusun secara sistematis dan terstruktur.
Manfaat dari pembelajaran menggunakan modul ini adalah :
1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka
secara teratur karena kondisi geografis, social, ekonomi, dan situasi
masyarakat
29
2. Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik
3. Secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara
bertahap melalui criteria yang telah ditetapkan dalam modul
4. Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik
berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga instruktur
dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki
belajarnya, melakukan dan remedasi
Adapun modul sarana latihan yang digunakan dalam kegiatan
pelatihan menjahit di Balai Latihan kerja ini adalah berisi sebagai berikut :
1. Cara mengukur badan wanita. Di dalam modul pelatihan menjelaskan
tentang cara mengukur lingkar badan (LB), cara mengukur panjang dada
(PD), cara mengukur lebar dada (LD), cara mengukur panjang sisi (PS),
cara mengukur lebar bahu (LB), cara mengukur tinggi dada (TD), cara
mengukur lingkar pinggang (LP), cara mengukur panjang punggung (PP),
cara mengukur lebar punggung (LP), cara mengukur lingkar kerung
lengan ( LKL), cara mengukur lingkar pinggul (LP), cara mengukur
tinggi pinggul (TP), cara mengukur panjang rok (PR), cara mengukur
tinggi badan (TB), cara mengukur panjang bahu (PB). Materi
pembelajaran itu tercangkup di modul yang digunakan oleh intruktur
yang merupakan suatu perangkat dalam pembelajaran.
30
2. Modul juga memuat tugas terstruktur yang harus dikerjakan peserta
secara mandiri untuk memahami atau menguasai kompetensi dan
menggunakan konteks tertentu
3. Pembahasan yang mencakup uraian dan kegiatan yang harus dilakukan
peserta didik secara mandiri untuk mendapatkan berbagai pengalaman
belajar dalam menguasai bahan ajar
4. Modul pembelajaran berisi tentang alat bantu dalam belajar yang
digunakan dalam pelaksanaan pelatihan
d. Strategi
Strategi dapat diartikan sebagai pokok-pokok yang menjadi acuan
untuk bertindak mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi menjadi
komponen pembelajaran yang memiliki arti suatu rencana kegiatan
pembelajaran yang dirancang dalam usaha mencapai tujuan
pembelajaran.Strategi pembelajaran pada dasarnya harus menjadi
kemampuan pendidik. Pendidik harus mampu di dalam merancang dan
menerapkan strategi pembelajaran yang dirasa efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam merancang dan menerapkan
strategi pembelajaran tentunya harus melihat pada aspek kesesuian
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan acuan kurikulum dan
keterlibatan peserta didik.
31
Strategi dalam proses pembelajaran yang berlangsung di Balai
Latihan Kerja disesuaikan dengan keinginan peserta pelatihan. Tetapi untuk
pelatihan yang terselenggara selalu menggunakan strategi andragogi, dimana
strateginya tidak merupakan pembelajaran yang digunakan di sekolah formal
melainkan strategi dalam pendidikan non formal. Strategi pada saat pelatihan
instruktur tidak menonjolkan bahwa seorang guru kepada murid atau terlihat
menggurui tetapi melainkan berperan sebagai seseorang yang ingin menjadi
kawan bagi peserta didiknya. Sehingga dari strategi yang digunakan akan
tercipta suasana belajar yang dinamis, bersahabat dan kegiatan pelatihan
akan berjalan nyaman. Pelatihan bersifat kekeluargaan akan menciptakan
kesan yang lebih baik antara satu dengan peserta yang lainnya.
e. Media Pembelajaran
Media merupakan suatu alat, benda atau seperangkat komponen
yang dapat digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan informasi, pesan
ataupun suatu hal sehingga informasi atau pesan tersebut dapat diterima
dengan baik oleh penerima pesan, yang pada intinya media berperan dalam
mempermudah pekerjaan manusia.
Media pembelajaran meliputi; media cetak dan media elektronik,
media cetak meliputi: gambar, sketsa, kartun, diagram, chart, grafik, poster,
sedangkan media elektronik meliputi: audio seperti: a) radio, tape, b) visual
seperti: film, slide, film strip, film loop, epidioskop OHP, c) audio visual
seperti: televisi, film suara. radio vision, slide suara, tape dan film suara.
32
f. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang
dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan dilakukan secara menyeluruh
dengan tujuan penjaminan, pengendalian dan penetapan kualitas (nilai,
makna dan arti) atas berbagai komponen pembelajaran berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu.
Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses
dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk
menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap
perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran.
Evaluasi dalam proses pembelajaran menjahit ini bukan evaluasi
tertulis. Tetapi instruktur akan menilai dengan hasil selama proses pelatihan
berlangsung. Setiap pelatihan berlangsung peserta diberikan praktek
langsung menggunakan alat yang digunakan dalam menjahit. Jadi instruktur
bisa melihat dan menilai peserta- peserta yang memahami dengan hasil yang
mereka kerjakan. Selain di dalam proses pembelajaran nantinya selesai
diadakan pelatihan maka siswa diwajibkan menggunakan baju dari hasil
jahitan mereka sendiri. Sehingga ilmu yang mereka dapatkan selama
pelatihan akan telihat dengan baju yang mereka kenakan. Apakah jahitannya
rapi atau peserta sudah mampu membuat model pakaian yang pas dengan
mereka sendiri.
33
b) Komponen Pendukung dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Di Balai
Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti maka
dapat disimpulkan bahwa komponen pendukung dalam pelatihan yaitu dana
pelatihan, peserta pelatihan, dan tindak lanjut dalam pelatihan. Suatu
pelatihan akan berjalan jika ada komponen pendukung lainnya.
Dari segi Dana pelatihan dalam pelaksanaan pelatihan di Balai
Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu didapat beberapa hasil pelatihan
bahwa dana pelatihan tidak dipungut dari peserta pelatihan tetapi dana yang
berasal dari Dana APBN dan APBD. Dana yang didapat dari APBN akan
lebih besar daripada dana dari APBD. Jika Dana APBN yang membiayai
pelaksanaan pelatihan maka kelas pelatihan akan lebih banyak di buka
karena pelaksanaan pelatihan akan banyak menggunakan dana yaitu untuk
melengkapi fasilitas yang dibutuhkan, alat dan bahan pelatihan, dan transport
peserta pelatihan. begitu juga sebaliknya, jika dana di dapat dari dana APBD
maka kelas akan sedikit yang dibuka yaitu satu kelas saja.
Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari segi peserta pelatihan maka
dapat disimpulkan bahwa permintaan dari masyarakat untuk mengikuti
pelatihan itu sangat banyak. Sedangkan kelas yang dibuka hanya
membutuhkan 16 orang dalam satu kelas. Peserta pelatihan yang telah
mendaftar tersebut di wajibkan untuk mengikuti tes seleksi.
34
Bagi peserta pelatihan yang lulus tes maka diharuskan untuk
mendaftar ulang dan melengkapi persyaratan lainnya. Sedangkan, untuk
peserta pelatihan yang tidak lulus ujian akan dimasukkan dalam peserta
tunggu yang akan dihubungi saat dibuka lagi kelas pelatihan selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari segi tindak lanjut pelatihan, maka
dapat disimpulkan bahwa peserta pelatihan dari semua kejuruan wajib
mengikuti Praktek Kerja Nyata (On The Job Training).
Tujuan dari Praktek Kerja Nyata atau magang tersebut agar peserta
pelatihan lebih mendalami dan mampu menerapkan ilmu yang didapat di
Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu. Peserta pelatihan yang akan
mengikuti praktek kerja nyata akan diberikan surat pengantar dari Balai
Latihan Kerja (BLK) kepada instansi yang bersangkutan. Jadi, peserta
pelatihan harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh instansi tersebut.
Jika peserta pelatihan telah menyelesaikan waktu yang diberikan oleh Balai
Latihan Kerja (BLK) namun pesera pelatihan masih berada di tempat
praktek kerja nyata maka itu bukan lagi menjadi tanggung jawab BLK
melainkan tanggung jawab instansi dan peserta pelatihan yang bersangkutan.
5. Pengertian Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan
oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Pengertian Implementasi atau pelaksanaan
35
suatu kegiatan menurut Westa (1985: 17) sebagaimana yang termuat dalam
http://ekhardhi.blogspot.com//pelaksanaan.html menyatakan bahwa :
Implementasi atau pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha
yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang
telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat
yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya
mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.
Pengertian Pelaksanaan merupakan aktivitas atau usaha-usaha yang
dilaksanakan yang dikemukakan oleh Abdullah (1987 : 5) bahwa Implementasi
adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau
kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah
yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna
mencapai sasaran dari program yang ditetepkan semula.
Dari penjelasana di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada
dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan oleh pemerintah
harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar
lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur disertai
dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat penunjang.
Selain itu perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara
pelaksanaan. Menurut Edwardyang dikutip oleh Abdullah (1987 : 40), maka
berhasil tidaknya suatu proses implementasi dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang merupakan syarat terpenting, sebagaimana termuat dalam
http://ekhardhi.blogspot.com/2010/12/pelaksanaan.html
36
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan
baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses
penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang
disampaikan
2. Resouces (sumber daya), dalam hal ini maliputi empat komponen yaitu
terpenuhinya jumlah staf dan kualitas, informasi yang diperlukan guna
pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup untuk melaksanakan
tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan
3. Disposisi. Sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap
programkhususnyadari mereka yang menjadi implementasi program
khususnya dari mereka yang menjadi implementer program
4. Struktur birokrasi. Yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit
dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian masalah-
masalah akan memerlukan penanganan dan penyelesaian khusus tanpa pola
yang baku
Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu
proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi
antara faktor yang satu dengan faktor yang lain.
37
Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga
unsur yang penting dan mutlakmenurut Abdullah (1987 : 398)yang dikutip dari
http://ekhardhi.pelaksanaan.html yaitu :
a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan
b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program
perubahan dan peningkatan
c. Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses
implementasi tersebut
Sedangkan, menurut Soekidjo Notoatmodjojo (1991: 53), pelaksanaan
program pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta pelatihan
tersebut terjadi suatu proses transformasi dalam :
1. Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas
2. Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja.
Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut dilakukan penilaian atau
evaluasi atas pelaksanaan Pelatihan tersebut.
C. Konsep Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang termuat dalam
http://ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/definisi
bahwa :
Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu
usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai
tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode
38
pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang
dicanangkan lebih banyak tercapai
Menurut Sedarmayanti (2009 : 59) efektivitas adalah :
Suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat
tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran
sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal yang dapat
dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan yang dikehendaki atau yang
diinginkan. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian
tujuan dilakukannya tindak-tindakan untuk mencapai hal tersebut.Apabila
tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian
tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam melaksanakan program atau
kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi instansi tersebut. Seluruh
komponen di dalam instansi itu merupakan kunci dalam pencapaian hasilnya.
Ada perbedaan pendapat yang menyolok mengenai peranan manajemen
dalam meningkatkan efektivitas didalam organisasi, bagaimana pun jika
efektivitas dipandang dari sudut tercapainya tujuan operatif dan operasional
maka jelas bahwa tanggung jawab utama para pemimpin adalah memastikan
bahwa kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan ini adalah maksimum,
bagaimana pun bentuknya.
Maka, efektivitas organisasi tidak dipandang sebagai keadaan akhir,
melainkan dipandang sebagai keadaan yang bersinambung oleh organisasi
diusahakan dapat dicapai dan dipertahankan. Jadi, tugas manajemen organisasi
39
adalah memanfaatkan sarana yang ada dibawah pengawasannya untuk
memperbaiki tingkat relatif pencapaian tujuan dan efektivitas dalam perjalanan
waktu.
2. Ciri-Ciri Efektifitas
Menurut Harry Firman (1987) termuat dalam http://ahmadmuhli.
wordpress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/ yang menyatakan
macam-macam keefektivan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Berhasil menghantarkan peserta mencapai tujuan-tujuan instruksional yang
telah ditetapkan
b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan peserta secara
aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional
c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang
digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari
segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses
dan sarana penunjang.
Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah
mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan
siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada
penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh
40
siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap
fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses
belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan
buku-buku teks.
3. Kriteria Efektifitas
Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada :
a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-
kurangnya 75 % dari jumlah peserta telah memperoleh nilai = 60 dalam
peningkatan hasil belajar (Nurgana, 1985:63)
b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar peserta
apabila secara statistik hasil belajar menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain
yang signifikan)
c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan
motivasi apabila setelah pembelajaran peserta menjadi lebih termotivasi
untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta
peserta belajar dalam keadaan yang menyenangkan
Dikutip dari wicaksono.blogspot.com
41
Pada penelitian ini, maka peneliti mencantumkan fokus penelitian
dibatasi pada kriteria a dan b saja. Pernyataan pada bagian c tidak ada dalam
pembahasan peneliti karena peneliti tidak meneliti peserta pelatihannya.
4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas
Banyak sekali faktor yang ikut menentukan efiktivitas organisasi.
Fator- faktor tersebut dapat meliputi biaya relative tenaga kerja, produktivitas,
biaya yang dikeluarkan, tujuan, waktu, dan lain- lain. Hasilnya, walaupun
hampir setiap orang setuju bahwa efektivitas merupakan atribut yang diingikan
di dalam organisasi, tetapi hanya sedikit usaha yang dilakukan untuk
menerangkan konsep itu sendiri baik dari sudut pandangan teoritis maupun
sudut kepemimpinan.
Menurut RichardM Steers (1985:8) dalam bukunya Efektivitas
Organisasi terdapat empat faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu
organisasi, yaitu:
1. Karakteristik organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti
susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur
merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka
menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan
sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan
pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah
lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan
sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan
keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern
yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara
keseluruhan dalam lingkungan organisasi.
3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan,
akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam
42
upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu organisasi
menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat
mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.
4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang
dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi
sehingga efektivitas tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan
alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan
organisasi. Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus
memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme
kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencari-an
dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses
komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi
terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi.
5. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Ukuran
efektivitas adalah seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang
telah di capai dengan target yang terlebih dahulu sudah ditentukan. Sehingga
semakin besar persentase target yang dicapai, maka semakin tinggi
efektivitasnya.
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Bila
hasil yang dicapai sesuai dengan target, maka usaha atau hasil pekerjaan
tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika tidak tercapai sesuai rencana
maka hal itu dikatakan tidak efektif. Dalam hal ini efektivitas merupakan
pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
43
secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses maupun keluaran
(output). Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan
sesuai dengan prosedur, sedangkan efektif bila kegiatan bila kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan benar dan dapat memberikan hasil yang bermanfaat.
Menurut David Krech, Richard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey
( 1982) dikutip dari Sudarwan Danim (2004: 119) dalam buku Motivasi
Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok memberikan jabaran tentang ukuran
efektivitas kelompok yaitu :
1. Jumlah hasil yang bisa dikeluarkan oleh kelompok
Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari kerja kelompok itu.
Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan dan
keluaran, usaha dengan hasil, persentase pencapaian program kerja, dan
sebagainya
2. Tingkat kepuasan yang diperoleh oleh anggota kelompok
Kepuasan itu sukar diukur dan bervariasi untuk masing- masing anggota
kelompok, seperti guru, staf tata usaha, dan sebaginya. Karakteristik
kepuasan anggota kelompok antara lain tercermin dari keterbukaan
berkomunikasi antar- anggota, kerajinan, tidak terlalu mempunyai
“perhitungan” dalam bekerja, berkurangnya keluhan, berkurangnya
pembicaraan mengenai kelemahan atasan dan kebutuhan rekan kerja, tingkat
kehadiran tinggi, dan lain- lain.
3. Produk kreatif kelompok
Banyak hal berkembang sendiri dalam dunia kerja jika kondisinya kondusif
untuk itu. Oleh karena itu, salah satu ciri kelompok efektif adalah
kemampuan kelompok itu menumbuhkan kreatifitas anggota.
4. Intensitas emosi yang dicapai oleh seseorang karena dia menjadi anggota
kelompok
Intensitas emosi diukur dengan ketaatan yang lebih tinggi karena menjadi
anggota kelompok atau rasa memiliki dengan kadar tinggi karena termasuk
kelompok yang ikut berjuang untuk memilikinya
44
Berdasarkan pengukuran efektivitas diatas, maka peneliti membatasi
fokus penelitian yaitu fokus penelitian diambil bagian 1 dan 3. Pada pokok
dalam mengukur efektivitas bagian 1 sangat terlihat jelas dari jumlah lulusan
yang bisa dikeluarkan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Jurusan Mejahit tahun
2012.
Tabel 2.4 Daftar Lulusan Latihan Menjahit
No Nomor Induk Siswa Nama Peserta Tempat Tanggal Lahir
1 001.560.1.35.1.2012 Dina Karyana Curup, 05/04/1992
2 002.560.1.35.1.2012 Dina Puspita sari Bengkulu, 17/07/1990
3 003.560.1.35.1.2012 Harmida Bengkulu, 01/01/1968
4 004.560.1.35.1.2012 Indah Permata S Bengkulu, 15/10/1989
5 005.560.1.35.1.2012 Lusiana Sapa panjang, 13/09/1992
6 006.560.1.35.1.2012 Mundri Hayati Air keruh, 17/11/1975
7 007.560.1.35.1.2012 Nuria Sa’a Manna, 06/04/1967
8 008.560.1.35.1.2012 Ratnaini Bunu tinggi, 6/07/1973
9 009.560.1.35.1.2012 Safitriani Palembang, 09/05/1990
10 0010.560.1.35.1.2012 Sukma Wati Bengkulu, 10/05/1975
11 0011.560.1.35.1.2012 Sepra Miarti Pino, 17/09/1987
12 0012.560.1.35.1.2012 Susianti Pagar agung, 29/08/1983
13 0013.560.1.35.1.2012 Toipuriyah Lampung krui, 19/08/1968
14 0014.560.1.35.1.2012 Triana Julianti N Bengkulu, 08/07/1991
45
15 0015.560.1.35.1.2012 Pariem Air sebakul, 01/09/1989
16 0016.560.1.35.1.2012 Yennita Desmi Kepahiang, 18/02/1984
Sumber : Data Lulusan Pelatihan Menjahit BLK tahun 2012
D. Balai Latihan Kerja (BLK)
Dikutip dari http://balailatihankerjatabalong.blogspot.com/ menyatakan
bahwa Balai Latihan Kerja (BLK) adalah :
BLK sebuah wadah yang menampung kegiatan pelatihan untuk
memberikan, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan keterampilan,
produktivitas, disiplin, sikap kerja, dan etos kerja yang pelaksanaannya lebih
mengutamakan praktek dari pada teori.
BLK berfungsi untuk merumuskan Kebijakan Teknis di bidang Pelatihan
tenaga kerja, pelaksanaan Pelayanan Umum bidang Pelatihan tenaga kerja dan
Pemberian pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.
Balai Latihan Kerja Kota Bengkulu juga merupakan lembaga pemerintah
yang bergerak pada pendidikan luar sekolah. Di BLK ini banyak program-
program pelatihan yang dilakukan seperti, pelatihan menjahit, pelatihan tata boga,
pelatihan las listrik, pelatihan montir, pelatihan aplikasi komputer, dan lain- lain.
Namun peneliti tertarik mengangkat masalah yang ada di pelatihan menjahit yang
di khususkan untuk perempuan.
Pemberdayaan perempuan di zaman sekarang ini sangat diperlukan untuk
melihat peran perempuan agar tidak hanya duduk di rumah saja melainkan bisa
menambah penghasilan untuk kehidupannya yang lebih layak. Perempuan
sekarang banyak yang bekerja tetapi bagaimana mereka akan bekerja jika tidak
46
mempunyai skill. Maka di BLK ini di buka pelatihan untuk memberikan skill,
pengetahuan, dan perubahan prilaku kepada perempuan agar menjadi perempuan
yang produktif.
E. Menjahit
1. Pengertian Menjahit
Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bordirmenyatakan bahwa :
Menjahit merupakan pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang,
pepagan, dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang.
Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan
mesin jahit. Orang yang bekerja menjahit pakaian disebut penjahit. Penjahit
pakaian pria disebut tailor, sedangkan penjahit pakaian wanita disebut modiste.
Menjahit merupakan suatu pekerjaan yang mudah- mudah tapi
gampang. Dalam praktek sangat sulit untuk menjadi suatu desainer dan penjahit
yang berkualitas. Setiap pekerjaan harus ditekuni termasuk dalam pelatihan
menjahit. Kebanyakan yang berprofesi dalam menjahit adalah perempuan.
Perempuan sangat banyak yang meminti pelatihan menjahit. Dikarenakan
menjahit adalah pekerjaan rumahan dan diperlukan seseorang yang tekun
sehingga kebanyakan adalah kalangan wanita. Banyak juga perempuan yang
sukses dan dikenal oleh masyarakat sebagai penjahit professional atau sering
disebut desainer.
Banyak produk yang dapat dihasilkan dari pekerjaan menjahit yaitu
dapat berupa pakaian, baik pakaian wanita, laki-laki sampai dengan pakaian
anak- anak, pakaian kantor dan pakaian sekolah, tirai, kasur, seprai, taplak, kain
47
pelapis mebel, dan kain pelapis jok. Benda-benda lain yang dijahit misalnya,
layar, bendera, tenda, sepatu, tas, dan sampul buku.
Pelaksanaan jahit- menjahit akan berjalan jika ada fasilitas atau sarana
prasarana yang memadai dan lengkap. Begitu juga dalam pelatihan menjahit di
Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu ini. Fasilitas yang di butuhkan
oleh peserta pelatihan sudah disediakan oleh BLK secara lengkap. Baik untuk
fasilitas mulai dari alat- tulis sampai dengan fasilitas untuk menjahit. Bahkan
setelah selesai kegiatan pelatihan peserta didik diberikan fasilitas untuk
menjahit tersebut dibawa ke rumah masing- masing sesuai dengan ketentuan
dan peraturan di Balai Latihan Kerja.
Tabel 2.5Fasilitas Dalam Kegiatan Pelatihan
No Nama Ruang Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Ruang Instruktur 1. Lemari 2 Buah
2. Meja 4 Buah
3. Kursi 5 Buah
4. Jam Dinding 1 Buah
5. Sapu 2 Buah
2 Ruang Workshop
a. Ruang Mesin
Manual
1. Lemari
2 Buah
2. Mesin Manual 28 Buah
3. Meja 8 Buah
48
4. Kursi 5 Buah
5. Papan Tulis 1 Buah
6. Jam Dinding 1 Buah
7. Kamar Kecil 1 Buah
8. Setrika 1 Buah
9. Mesin Bordir 6 Buah
b. Ruang Mesin
Exspeed
1. Jam Dinding 1 Buah
2. Meja 3 Buah
3. Kursi 5 Buah
4. Papan Tulis 1 Buah
5. Mesin Exspeed 25 Buah
6. Mesin Obras 5 Buah
Jumlah 91 Buah
Sumber : Workshop Menjahit BLK Provinsi Bengkulu
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah langkah- langkah yang digunakan dalam suatu
penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan penelitian yang
memanfaatkan wawancara mendalam untuk menelaah dan memahami sikap,
pandangan, perasaan, dan prilaku individu atau sekelompok orang.
Berkaitan dengan itu, penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang
juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di
tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003).
Menurut Sugiono dalam bukunya yang berjudul “Memahami Penelitian
Kualitatif” (2007:1) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksprimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
50
Dalam metode ini juga lebih difokuskan dengan metode kualitatif dengan
metode studi kasus. Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan
pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Menurut Lincoln dan Guba (1985, 359_360) bahwa studi kasus harus
meliputi hal- hal sebagai berikut :
1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yaitu menyajikan
pandangan subjek yang diteliti
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari hari
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dan responden
4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal
yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi
juga keterpercayaan (trust worthiness)
5. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atau
transferbilitas
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
51
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah objek penelitian dimana kegiatan penelitian akan
dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan
memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak
terlalu luas.
Lokasi penelitian dilakukan di Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu Jl.
Merapi Panorama No. 89 Bengkulu, Telp : 0736-22993, Fax : 0736-22993.
C. Fokus Penelitian
Penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua tujuan, yakni :
1. Penetapan fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan
membatasi bidang inquiry.
2. Penetapan fokus ini berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi - eksklusi atau
memasukkan - mengeluarkan suatu informasi yang diperoleh di lapangan.
(Moleong. 2001:62)
Mengingat pentingnya fokus penelitian tersebut, maka penelitian ini
difokuskan pada beberapa hal yang meliputi :
1. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus Perempuan Di Balai
Latihan Kerja Provinsi Bengkulu Tahun 2012 Dilihat Dari Segi Input
Yaitu Meliputi :
a. Dilihat dari segi pengrekrutan peserta, pengelola, dan instruktur
b. Dilihat dari segi pendidikan pengelola
c. Dilihat dari segi latar belakang pendidikan instruktur
52
d. Dilihat dari segi kurikulum, modul
e. Dilihat dari segi materi belajar
f. Dilihat dari segi sarana dan prasarana belajar
g. Dilihat dari segi fasilitas belajar
h. Dilihat dari segi sumber belajar
i. Dilihat dari segi lingkungan belajar
2. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus Perempuan Di Balai
Latihan Kerja Provinsi Bengkulu Tahun 2012 Dilihat Dari Segi Proses
Yang Meliputi :
a. Perencanaan proses pembelajaran
b. Evaluasi hasil pembelajaran
3. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus Perempuan Di Balai
Latihan Kerja Provinsi Bengkulu Tahun 2012 Dilihat Dari Segi OutPut
Yang Meliputi :
a. Penguasaan materi belajar
b. Pencapaian hasil belajar
c. Persentasi kelulusan
53
Penelitian diatas difokuskan dengan menggunakan teori pengukuran
efektivitas yang dikemukakan oleh Duncan (dalam Steers1986;53), yaitu sebagai
berikut :
a. Efektivitas merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program atau
kegiatan mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus Perempuan Di Balai
Latihan Kerja ( BLK) Provinsi Bengkuludapat diukur dengan indikator sebagai
berikut :
(1). Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus
dipandang sebagai suatu proses yang terkait dengan pelaksanaan BLK
dalam usaha meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan
ketrampilan, sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang meliputi :
a. Waktu Pelaksanaan adalah ketepatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan
yang telah dibuat oleh pengelola Balai Latihan Kerja( BLK ) Provinsi
Bengkulu.
b. Sasaran adalah suatu tujuan yang ingin di capai oleh pengelola dan
pelaku Balai Latihan Kerja(BLK) Provinsi Bengkulu dalam pelaksanaan
program Pelatihan Menjahit
(2). Integrasi adalah pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi dan komunikasi dengan berbagai macam
organisasi lainnya. Dalam penelitian ini integrasi mempunyai pengertian
pengukuran terhadap tingkat kemampuan aparatur untuk mengadakan
54
sosialisasi kepada masyarakat dalam mewujudkan efektivitas pelaksanaan
Pelatihan Menjahit dalam usaha terciptanya kompetensi penyerapan dan
daya saing kerja di pasar kerja di Provinsi Bengkulu.
(3). Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dalam hal ini organisasi Balai Latihan Kerja
(BLK)Provinsi Bengkulu khususnya Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan, dalam proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja (sumber
daya manusia)
D. Informan
Penelitian mengenai Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Khusus
Perempuan di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu Tahun 2012ini
memerlukan informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung
dengan masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat.
Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu : 1 (satu) orang pengelola yang
tugas dalam dinas sebagai Kasie Pelatihan dan Perlengkapan di Balai Latihan
Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu dan 1 (satu) orang instruktur yang paling lama
mengajar di BLK sehingga dijadikan instruktur senior.
55
E. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini diperlukan dua jenis data yaitu data primer dan data
skunder sebagai berikut :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui
wawancara dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian dan
juga melalui obsevasi atau pengamatan langsung terhadap obyek penelitian.
2. Data skunder yatiu data yang diperoleh berdasarkan acuan atau literatur yang
berhubungan dengan masalah penelitian, misalnya materi atau dokumen dari
Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu serta melalui studi kepustakaan
yaitu dengan menelaah literatur, majalah, serta karya tulis yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti penulis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitan ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Merupakan pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-
gejala yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti yang
menempatkan diri sebagai pengamat (recognized outsider) sehingga interaksi
peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Dengan melakukan
observasi, peneliti mencatat apa saja yang dilihat dan mengganti dari dokumen
56
tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh tentang objek yang akan
diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengamatan terhadap
pengrekrutan peserta pelatihan, latar belakang pendidikan pengelola dan
instruktur pelatihan menjahit, langkah- langkah yang harus dilakukan instruktur
dalam pembelajaran, sumber belajar, sarana dan prasarana belajar, materi
belajar, kurikulum, modul dan silabus belajar, dan penilaian hasil pembelajaran,
serta persentasi kelulusan peserta pelatihan menjahit di Balai Latihan Kerja
(BLK) Provinsi Bengkulu.
2. Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Menurut Moleong (2000 : 150), menyatakan bahwa :
Wawancara juga merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
(http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/)
Dari penjelasan diatas, maka peneliti akan mewawancarai sasaran
penelitian yaitu pengelola dan instruktur pelatihan menjahit di Balai Latihan
Kerja (BLK) Provinsi Bengkulu. Alasan peneliti menggunakan metode
57
wawancara ini adalah peneliti bisa bertatap muka langsung dengan responden,
agar responden dapat menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan
dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Data yang ingin diperoleh melalui teknik wawancara ini adalah ; data
dari pengelola dan instruktur pelatihan menjahit di BLK secara langsung yaitu
mencakup tentang kompetensi akademik pengelola dan instruktur, kompetensi
sosial pengelola, kompetensi manajerial pengelola, pelaksanaan proses
pembelajaran, pengawasan proses pembelajaran, pencapaian hasil belajar dan
persentasi kelulusan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku, dokumen
resmi maupun statistik yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik
ini dilakukan dengan cara mengadakan penelaahan terhadap bahan-bahan yang
tertulis.
Secara umum dokumen dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Dokumen Pribadi
Catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaan. Dokumen pribadi dapat berupa : buku harian,
surat pribadi, dan otobiografi.
b. Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi menjadi 2 yaitu:
58
1. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, risalah rapat,
Surat keterangan.
2. Dokumen eksternal berisi bahan - bahan informasi yang dihasilkan oleh
suatu lembaga untuk dipublikasikan pada umum.
Dalam penelitian ini, maka peneliti mengambil bahan- bahan sumber
dan data- data dokumentasi melalui rekaman, arsip- arsip pendirian Balai
Latihan Kerja Provinsi Bengkulu, struktur organisasi dan foto- foto fasilitas dan
pelaksanaan kegiatan penelitian, serta dokumentasi lainnya yang dapat
menunjang penelitian ini.
G. Analisis Data
Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen dan
sebagainya sampai dengan penarikan kesimpulan.
Didalam melakukan analisis data peneliti mengacu kepada beberapa
tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman yang dikutip oleh Lexi J. Moleong
terdiri dari beberapa tahapan antara lain:
1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan yang
compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk
menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang
diharapkan.
59
2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
di lapangan selama meneliti, tujuan diadakan transkrip data (transformasi data)
untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan
masalah yang menjadi pusat penelitian di lapangan.
3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam
bentuk naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam
pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan
dalam tabel ataupun uraian penjelasan.
4. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution
drawing/verification), yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan
secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-
catatan di lapangan sehingga data dapat di uji validitasnya.
H. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini dapat dijelaskan langkah-langkah penelitian yang
dilakukan untuk menjaringberbagai informasi menyangkut, yaitu :
1. Tahap orientasi
2. Tahap eksplorasi
3. Tahap member check (Nasution, 1996:33-34)
1. Tahap Orientasi
60
Tahap pertama ini bertujuan untuk memperoleh gambaran data yang
lengkap dan jelas sesuai dengan masalah yang hendak di teliti. Kegiatannya
dimulai dengan penjajagan lapangan untuk menentukan fokus penelitian.
Setelah itu dimatangkan dalam suatu seminar desain sesuai dengan Program
Sarjana dengan pembimbing yang telah ditentukan.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi yaitu dengan cara mengumpulkan data dari sumber-
sumber informasi yang dianggap relevan. Pengumpulan informasi ini dilakukan
melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Pengumpulan data
dilakukan untuk menggali data secara empirik dengan cara lebih mendalam dan
komprehensif dengan upaya mendapatkan data yang akurat, lengkap dan
terpercaya. Upaya ini melalui pendekatan yang dinamis, kekeluargaan, penuh
dengan kaidah-kaidah, memiliki tatakrama, dan penuh dengan rasa keakraban
kepada responden dan pemberi informasi.
Untuk mengetahui data yang masuk maka pada tahap ini
jugadilakukan analisis dengan cara mereduksi catatan lapangan yangterkumpul
serta merangkum permasalahan yang dianggap pentingsecara lebih sistematis.
3. Tahap Member Check
Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dan informasi
yang telah dikumpulkan agar hasil temuan penelitian lebih dapat dipercaya.
Pengecekan data dan informasi ini dilakukan dengan cara: (a)
mengkonfirmasikan kembali hasil data kepada semua sumber data baik itu
61
alumni, atasan alumni, dan mitra kerjanya; (b) meminta koreksi hasil yang telah
dicatat dari observasi kepada sumber data tertentu; (c) melakukan triangulasi
dengan pihak-pihak yang relevan.
Pada akhir tahap penelitian ini dilakukan pengujian
kredibilitasterhadap hasil penelitian dengan mendiskusikan kembali
dengansemua sumber data yaitu pimpinan Balai Latihan Kerja (BLK)Provinsi
Bengkulu secara keseluruhan, pengelola, instrukturserta pihak-pihak yang
terkait lainnya.
I. Keabsahan atau Kesahihan Hasil Penelitian
Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian kualitatif dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Kebenaran/ kesahihan hasil penelitian deskriftip
dapat diukur dengan kredibilitas (validitas internal). Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Lincoln dan Guba (1985:301-304),bahwa tingkat kepercayaan
atau kesahihan suatu penelitian naturalistic dapat diukur melalui kriteria yaitu
kredibilitas (validitas internal) dalam penelitian.
Ukuran dari kriteria kebenaran data penelitian naturalistik yaitu melalui
validitas internal. Hal ini maksudnya adalah bahwa kecocokan konsep peneliti
dengan konsep yang ada pada responden maupun pada sumber literatur.
Adapun upaya mewujudkan hasil demikian, maka dilakukanproses
penelitian sebagai berikut:
62
a. Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan cara membandingkan
dengan data atau informasi yang didapat dari sumber lain, pada berbagai fase
lapangan dengan menggunakan metode yang berlainan.
Trianggulasi data didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Data yang di peroleh akan dilakukan trianggulasi dengan cara
mencocokkan dan membandingkan antara hasil observasi dan wawancara
dengan hasil dokumentasi yang ada di Lembaga Balai Latihan Kerja tersebut.
b. Membicarakannya dengan orang lain. Kegiatan ini dilakukan untuk
membicarakan catatan lapangan, baik dengan pembimbing maupun dengan
orang lain. Dari kegiatan ini diharapkan ada masukan-masukan dan pandangan
obyektif dan netral, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil
penelitian.
c. Penggunaan bahan referensi. Bahan referensi yang dimaksud adalah hasil
rekaman untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang informasi yang
diberikan oleh narasumber dan diupayaka nuntuk memahami apa yang
disampaikan, agar kemungkinan kesalahan sangat kecil.
d. Melakukan member check. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keyakinan terhadap data atau informasi yang diberikan oleh narasumber, perlu
selalu dikonfirmasikan sehingga tidak terjadi kekeliruan yang berarti. Data atau
informasi yang didapat apa bila ada kekurangan akan ditambah dan diperbaiki
bersama dengan narasumber.
63
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat memberikan
kesahihan atau kebenaran yang kuat. Melalui triangulasi, member check,referensi
yang tepat serta mewawacarai responden.