skripsi pemetaan penerapan internet sebagai...

23
SKRIPSI PEMETAAN PENERAPAN INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN USAHA MIKRO DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Try Desriady 12/335649/SP/25319 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada 2016

Upload: dotuyen

Post on 03-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

PEMETAAN PENERAPAN INTERNET SEBAGAI MEDIA

KOMUNIKASI PEMASARAN USAHA MIKRO

DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:

Try Desriady

12/335649/SP/25319

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada

2016

Pemetaan Penerapan Internet sebagai Media Komunikasi Pemasaran Usaha

Mikro di DI Yogyakarta

Mapping of Internet Implementation as Micro Business’s Marketing

Communication Media in Yogyakarta Special Region

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi lambat tahun semakin menunjukkan kemajuan

yang pesat. Terutama kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan

komunikasi. Salah satu kemajuan yang mampu membawa perubahan besar untuk

dunia adalah internet. Menurut Morrissan (2010: 317) internet merupakan A

world wide means of exchanging information and communicating through a series

of interconnected computers. Dengan demikian, manusia saat ini dapat dengan

mudah menghancurkan dinding pembatas geografis yang biasa membatasi di

dalam mendapatkan informasi maupun melakukan komunikasi. Saat ini, informasi

seluruh dunia dapat dengan mudah didapatkan hanya dengan mengetikan kata

kunci pada web mesin pencari. Komunikasi pun terasa semakin dekat dengan

berbagai fasilitas yang tersedia akibat dari lahirnya internet.

Hadirnya internet membawa banyak perubahan baru bagi masyarakat

dalam cara berkomunikasi. Internet menciptakan ruang interaksi yang luas

sehingga masyarakat yang biasanya hanya dapat berkomunikasi dengan satu atau

dua orang menggunakan telepon, saat ini dapat berkomunikasi secara

berkelompok maupun berkomunikasi dengan publik hanya dengan menggunakan

internet. Sehingga, komunikasi dapat berlangsung dari siapa pun dan kepada siapa

pun apabila mereka sama-sama menginginkan komunikasi tersebut berlangsung.

Kemajuan teknologi dan perubahan dalam cara berkomunikasi tersebut,

secara tidak langsung juga mempengaruhi aspek-aspek kehidupan yang lain. Salah

satunya adalah aspek pemasaran di dalam dunia bisnis. Mengapa demikian?

Menurut Hermawan kertajaya (2010: 2) mengatakan bahwa pada perkembangan

teknologi saat ini, pemasar juga mengalami perubahan fungsi dimana konsumen

memiliki informasi yang cukup serta dapat membandingkan berbagai macam

penawaran dari produk-produk sejenis. Sehingga dengan adanya kemajuan

teknologi dan perubahan dalam cara berkomunikasi, membuat konsumen

memiliki akses yang luas untuk mengetahui berbagai hal mengenai produk yang

mereka inginkan. Mulai dari harga produk, kualitas produk, hingga produk sejenis

dari merek yang lain dapat dengan mudah mereka akses menggunakan internet.

Tidak hanya itu, dengan adanya internet konsumen dapat dengan mudah

mendapatkan informasi mengenai produk dari konsumen lain yang telah

menggunakan produk tersebut.

Ditambah lagi dengan hadirnya mobile gadget yang mempermudah

masyarakat untuk mengakses internet, membuat komunikasi pemasaran melalui

internet menjadi hal yang penting. Menurut data startupbisnis.com, sebanyak 95%

pengguna smartphone di Indonesia menggunakan ponselnya untuk melakukan

riset produk/jasa yang diinginkan (http://startupbisnis.com/). Dimana saat ini

pengguna Internet di Indonesia sebanyak 88,1 juta dan sebanyak 67 juta pengguna

internet menggunakan smartphone untuk mengakses internet

(http://wearesocial.com/). Sehingga dapat dikatakan, lebih dari 63 juta orang di

Indonesia menggunakan internet untuk melakukan riset produk/jasa sebelum

melakukan pembelian. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas dapat

disimpulkan bahwa penerapan internet sebagai media komunikasi pemasaran

menjadi sebuah kewajiban dalam menjalankan sebuah bisnis. Akan tetapi,

bagaimana dengan penerapan internet sebagai media komunikasi pemasaran di

kalangan usaha mikro di Indonesia?

Untuk saat ini, pelaku usaha mikro di Indonesia yang melek internet

terbilang masih sedikit. Berdasarkan data kementrian, hanya 15 juta pelaku

UMKM yang melek dengan internet dari 58 juta UMKM di seluruh Indonesia

(http://trendtek.republika.co.id/). Sedangkan menurut data BPS terakhir (2012)

mengungkapkan bahwa 98,77% dari UMKM merupakan usaha mikro

(http://www.bps.go.id/). Dengan demikian dapat dikatakan kurang lebih hanya 14

juta pelaku usaha mikro yang melek internet dari 57 juta populasi usaha mikro di

Indonesia. Jumlah ini terbilang cukup sedikit apabila kita lihat pentingnya

penggunaan internet di dalam perkembangan serta pertumbuhan usaha di

Indonesia.

Hal ini dapat menjadi sebuah masalah besar bagi perekonomian Indonesia.

Mengapa demikian? Usaha mikro merupakan sektor usaha yang menjadi tiang

perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti oleh beberapa fakta berikut yaitu

menurut Deputi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri Edy Putra Irawady menyatakan bahwa 99,99% dari sektor

usaha Indonesia merupakan UMKM (http://www.aktualita.co/). Selain itu,

menurut data BPS 2012 menyatakan bahwa UMKM mampu menyerap 96,99%

dari seluruh pekerja di Indonesia (http://www.kemenkeu.go.id/). Tidak hanya itu,

UMKM juga mampu berkontribusi lebih dari 50% GDP (Gross Domestic

Product) Indonesia (http://industri.bisnis.com/). Beberapa fakta di atas

menyatakan bahwa UMKM memberikan kontribusi besar dalam perekonomian

Indonesia. Berdasarkan pada data BPS yang telah dipaparkan di atas bahwa

98,77% UMKM merupakan usaha mikro menunjukkan kontribusi terbesar pada

perekonomian Indonesia terletak pada usaha mikro. Akan tetapi, apabila usaha

mikro tidak mengikuti perkembangan teknologi, semua kontribusi tersebut dapat

menurun bahkan dapat menyebabkan krisis ekonomi bagi Indonesia. Terlebih saat

ini Indonesia sedang menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dimana

pasar bebas dilegalkan. Sehingga kegiatan komunikasi pemasaran yang tepat

menjadi hal yang diutamakan untuk dapat bersaing dalam persaingan pasar bebas.

Sehingga dengan permasalahan tersebut, penelitian ini ingin mengetahui

bagaimana penggunaan internet di kalangan usaha mikro (UMi). Apakah para

UMi yang melek internet tersebut juga telah memanfaatkan internet sebagai media

komunikasi pemasarannya. Atau bahkan para pendiri UMi belum mengetahui

pentingnya penggunaan internet serta pentingnya internet sebagai media

komunikasi pemasaran bagi perkembangan usahanya. Dengan penelitian yang

berjudul ―Pemetaan Penerapan Internet Sebagai Media Komunikasi Pemasaran

UMi di DI Yogyakarta‖ diharapkan dapat menggambarkan bagaimana

penggunaan internet sebagai media komunikasi pemasaran dikalangan UMi di DI

Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan internet sebagai

media komunikasi pemasaran UMi di DI Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan internet sebagai media komunikasi

pemasaran UMi di DI Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan internet sebagai media komunikasi

pemasaran terhadap UMi DI Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada

pengembangan penelitian di bidang disiplin ilmu komunikasi, khususnya

dalam aspek komunikasi pemasaran. Penelitian ini dapat menjadi landasan

awal penelitian lain mengenai perkembangan komunikasi pemasaran

khususnya di kalangan UMi DI Yogyakarta

2. Praktis

a. Penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada pemerintah dalam

mengatasi persaingan pasar bebas (MEA). Sehingga UMi Indonesia

khususnya DI Yogyakarta dapat bersaing dengan usaha-usaha dari negara

pendatang.

b. Penelitian ini juga dapat menjadi sumber pengetahuan atau pandangan

baru bagi para pemilik/pendiri UMi mengenai bagaimana penerapan

internet sebagai media komunikasi pemasaran UMi di DI Yogyakarta,

sehingga dapat membantu para pemilik/pendiri UMi dalam memilih dan

menentukan penerapan internet untuk membantu usahanya.

E. Objek Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai bagaimana penerapan internet sebagai

media komunikasi pemasaran oleh para pendiri usaha mikro di Indonesia sehingga

lokus pada pada penelitian ini adalah produser pesan. Lebih dalam lagi, fokus

pada penelitian ini adalah bagaimana pengirim pesan memilih media komunikasi

yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan komunikasi pemasaran.

Banyak penelitian yang telah dilakukan berfokus pada strategi apa yang

digunakan dan bagaimana pengolahan internet sebagai media komunikasi

pemasaran oleh suatu UMKM. Sementara, menurut data yang telah dipaparkan

bahwa 98,77 % dari seluruh UMKM di Indonesia merupakan usaha mikro.

Melihat dari data tersebut, peneliti ingin mengetahui secara spesifik apakah usaha

mikro telah menggunakan internet sebagai media komunikasi pemasaran seperti

UMKM. Sehingga peneliti menentukan objek pada penelitian ini adalah UMi

(usaha mikro).

F. Kerangka Teori

1. Usaha Mikro di Indonesia

Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan satu kesatuan tonggak

perekonomian Indonesia. Masing-masing usaha memiliki kontribusi tersendiri

dalam perekonomian Indonesia. Begitu pula pada sektor usaha berskala mikro,

walaupun kecil mampu memberikan kekuatan besar pada perekonomian

Indonesia. Untuk mempermudah mengklasifikasikan usaha yang termasuk

dalam skala mikro, definisi usaha berskala mikro berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 menjelaskan definisi usaha mikro

bahwa usaha mikro merupakan usaha produktif milik perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

50.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp 300.000.000. Selain itu, BPS juga membantu

mengklasifikasikan usaha mikro berdasarkan tenaga kerja yang digunakan

yaitu 1-4 orang (http://www.bps.go.id/Subjek). Dengan adanya

pengklasifikasian tersebut sangat jelas membedakan diantara usaha mikro,

kecil dan menengah.

Apabila diperhatikan dari pengklasifikasian di atas, usaha mikro

terlihat tidak terlalu berpengaruh signifikan dalam perekonomian Indonesia.

Akan tetapi, apabila kita bertolak pada data BPS terakhir (online), menyatakan

bahwa usaha mikro memberikan kontribusi terbesar apabila dibandingkan

dengan usaha kecil dan menengah (http://www.bps.go.id/index). Usaha mikro

mampu menyumbang 36,9% PDB dari seluruh sumbangan PDB dalam bidang

usaha di Indonesia. Hal ini berbeda cukup jauh apabila dibandingkan dengan

usaha kecil dan menengah yang hanya menyumbangkan 9,72% dan 13,72%

PDB. Hal ini disebabkan oleh jumlah usaha mikro yang begitu besar dan

tersebar di Indonesia. Sehingga mekipun kontribusi satu usaha mikro terbilang

sangat kecil, karena jumlah yang besar memberikan kontribusi yang besar pula

pada perekonomian Indonesia.

Berdasarkan data BPS juga, pertumbuhan usaha mikro pun cukup

baik. Berdasarkan jumlah unit usaha, usaha mikro tumbuh sebesar 2,39 %

dalam satu tahun (http://www.bps.go.id/index). Pertumbuhan ini bukanlah

pertumbuhan yang kecil, sebanyak 1.333.217 unit usaha mikro baru lahir di

Indonesia dalam satu tahun. Prestasi ini memberikan harapan untuk

perekonomian Indonesia. Terlebih dalam mempersiapkan diri menghadapi

MEA. Indonesia membutuhkan sektor perekonomian yang cukup stabil

sehingga tidak mudah tergoyahkan dengan hadirnya persaingan bebas.

Pertumbuhan ini tidak lain hadir akibat banyaknya kemudahan yang

timbul untuk memfasilitasi insan kreatif di Indonesia. Salah satunya adalah

internet, dengan hadirnya internet membantu pelaku usaha merealisasikan

usaha mereka tanpa harus memiliki modal yang besar untuk melakukan

produksi atau menyediakan tempat. Untuk di satu wilayah sendiri seperti

Yogyakarta UMKM online tumbuh 10 kali lipat dalam dua taun terakhir (2015-

2016) (https://m.tempo.co/). Akan tetapi belum diketahui apakah pertumbuhan

tersebut berasal dari usaha baru ataupun usaha lama yang berusaha untuk

mengembangkan usahanya.

Namun dengan data yang telah dipaparkan pada subab pendahuluan,

bahwa hanya 14 juta pelaku usaha mikro yang melek internet dari 57 juta

populasi usaha mikro di Indonesia. Data tersebut dapat memberikan asumsi

penelitin bahwa terdapat 3 jenis usaha mikro yaitu usaha mikro berbasis online

(hanya memiliki toko virtual), usaha mikro yang menggunakan keduanya (toko

virtual dan toko konvensional), serta usaha mikro yang hanya memiliki toko

konvensional. Dari berbagai jenis usaha mikro terebut, usaha mikro memiliki

beragam bidang usaha mulai dari kuliner, fashion, IT, pendidikan, hingga

kerajinan.

2. Komunikasi Pemasaran

Pemasaran dan komunikasi pemasaran merupakan dua konsep yang

sering dianggap sebuah konsep dengan makna yang sama. Padahal, pemasaran

dan komunikasi pemasaran adalah dua konsep yang berbeda. Secara mudah

dapat dikatakan bahwa komunikasi pemasaran merupakan bagian dari kegiatan

pemaaran. Kegiatan pemasaran adalah seluruh bentuk kegiatan yang

berhubungan dengan produk atau jasa. Menurut Kotler dan Keller (2009: 3),

pemasaran sendiri merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia maupun sosial. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran

merupakan kegiatan penciptaan sebuah produk maupun jasa, dimulai dari

mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan masyarakat sampai tahap

perealisasian dalam bentuk, harga, kemasan, positioning hingga komunikasi

pemasaran dari produk maupun jasa tersebut.

Sedangkan komunikasi pemasaran, seperti yang telah dijelaskan diatas

merupakan sebuah bagian dari proses pemasaran. setelah produk maupun jasa

telah selesai diproduksi para pemasar melaksanakan kegiatan komunikasi

pemasaran untuk mengomunikasikan hasil dari kegiatan pemasaran tersebut.

Menurut Terence A. Shimp (2003: 4), komunikasi pemasaran

merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek,

yang memfasilitasi gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek,

yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang

disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Selain itu, Kotler dan Keller

(2009: 172) juga menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran merupakan sarana

dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan

konsumen—secara langsung maupun tidak langsung—tentang produk dan

merek yang dijual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi pemasaran

merupakan seluruh proses terjadinya pertukaran yang menciptakan suatu arti

dibenak pelanggan atau klien baik dalam bentuk menginformasikan,

membujuk, mengingatkan konsumen—baik secara langsung maupun tidak

langsung—tentang produk dan merek yang dijual.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan

kegiatan komunikasi pemasaran. Kotler & Keller (2009: 174), menjelaskan

bahwa terdapat delapan model komunikasi pemasaran yang dapat digunakan

untuk mengomunikasikan produk maupun jasa. Kedelapan bauran komunikasi

pemasaran tersebut adalah iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman,

hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran

interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal. Berikut

penjelasan serta karakteristik dari berbagai bauran komunikasi pemasaran

menurut Kotler & Keller:

a. Iklan

Iklan merupakan semua bentuk terbayar dari presentasi

nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa melalui sponsor yang

jelas. Iklan dapat menjangkau target konsumen yang lebih luas menurut

aspek geografis berdasar pada media yang digunakan. Hal ini juga

berbanding lurus dengan biaya yang harus dikeluarkan dalam

penggunaan iklan sebagai bauran komunikasi pemasaran.

b. Promosi penjualan

Bentuk dari bauran ini adalah dengan menggunakan berbagai

insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian

produk ataupun jasa. Tujuan utama dari adanya bauran ini adalah untuk

mendapatkan perhatian para target konsumen agar mau mencoba

produk maupun jasa.

c. Acara dan pengalaman

Pada bauran ini para pemasar menggunakan acara untuk

menciptakan brand experience di dalam mengomunikasikan produk.

Dengan adanya acara yang dilaksanakan oleh pemasar akan

menciptakan interaksi yang berakibat adanya pengalaman tersendiri

bagi para konsumen dengan merek. Dengan adanya pengalaman

tersebut dapat mempermudah pemasar dalam mengomunikasikan

produk atau jasanya kepada para konsumen.

d. Hubungan masyarakat dan publisitas

Hubungan masyarakat dan publisitas merupakan beragam

program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra

perusahaan atau produk. Bentuk program pada bauran ini adalah

peralatan media, pidato, seminar, laporan tahunan, donasi amal,

publikasi, hubunga n komunitas, dan lobi.

e. Pemasaran langsung

Bauran komunikasi pemasaran yang satu ini menggunakan

surat, telepon, faksimile, e-mail, atau internet untuk berkomunikasi

secara langsung kepada target konsumen dalam mengomunikasikan

produk atau jasa.

f. Pemasaran interaktif

Bauran ini lebih memfokuskan pada komunikasi yang interaktif

melalui kegiatan dan program online untuk secara langsung maupun

tidak meningkatkan kesadaran merek, memperbaiki citra merek, atau

menciptakan penjualan produk maupun jasa.

g. Pemasaran dari mulut ke mulut

Bauran komunikasi pemasaran ini bergantung pada para

konsumen yang telah menggunakan produk atau jasa pada sebuah

merek. Komunikasi yang terjalin baik berbentuk lisan maupun tulisan

melalui media apapun dalam konteks membahas keunggulan atau

pengalaman membeli dan menggunakan sebuah produk oleh konsumen

terhadap target konsumen adalah bentuk dari bauran komunikasi

pemasaran dari mulut ke mulut.

h. Penjualan personal

Bauran komunikasi pemasaran yang terakhir ini berbentuk

interaksi tatap muka dengan satu atau lebih target konsumen untuk

melakukan promosi dalam bentuk presentasi penjelasan serta tanya

jawab mengenai produk atau jasa.

Sedangkan menurut Terence A. Shimp (2003: 5-7), membagi bentuk-

bentuk utama komunikasi pemasaran menjadi enam bentuk kedelapan bentuk

komunikasi pemasaran tersebut adalah penjualan perorangan, iklan, promosi

penjualan, pemasaran sponsorship, publisitas, dan komunikasi di tempat

pembelian. Dari keenam bentuk komunikasi pemasaran tersebut, beberapa

diantaranya memiliki kesamaan dengan apa yang Kotler dan Keller paparkan.

Perbedaan bentuk terdapat pada dua bentuk yaitu pemasaran sponsorship dan

komunikasi di tempat pembelian. Menurut Terence, pemasaran sponsorship

merupakan kegiatan pengomunikasian prusahaan atau produk dengan

mengasosiasikannya dengan kegiatan tertentu seperti world cup dalam olah

raga sepakbola. Sedangkan bentuk komunikasi di tempat pembelian merupakan

bentuk komunikasi yang berupa alat peraga, poster, tanda dan berbagai materi

lain yang di desain untuk memperngaruhi keputusan untuk membeli dalam

tempat pembelian.

3. Penerapan Internet sebagai Media Komunikasi Pemasaran

Hadirnya internet di dalam kehidupan manusia merupakan sebuah

inovasi besar yang mampu mempengaruhi seluruh dunia. Seperti yang telah

dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa hadirnya internet membawa

pengaruh ke dalam aspek-aspek kehidupan yang lain termasuk dalam kegiatan

komunikasi pemasaran.

Inovasi di dalam kegiatan komunikasi pemasaran yang tercipta akibat

dari hadirnya internet adalah dengan terbentuknya media baru sebagai

perantara produsen dan konsumen dalam mengomunikasikan produknya.

Internet hadir membawa berbagai fasilitas yang tersedia hingga dapat

membantu pemasar dalam menjangkau konsumen dan mencapai tujuan dari

komunikasi pemasaran. Beberapa fasilitas internet yang dipaparkan pada

penjelasan dibawah ini merupakan fasilitas internet yang dijelaskan oleh

Irwansyah dan Moniaga (2014: 28-38). Akan tetapi, sesuai dengan analisis

kegunaan dari fasilitas, tidak semua fasilitas internet mendukung kegiatan

komunikai pemasaran. Berikut peneliti mencoba merumuskan beberapa

fasilitas yang dapat dan biasa digunakan di dalam melakukan kegiatan

komunikasi pemasaran:

a. Email

Email merupakan fasilitas untuk mengirim surat elektronik melalui

jaringan komputer. Beberapa contoh layanan email yang sering

digunakan adalah Yahoo Mail, Gmail, dan Hotmail. Dengan adanya

fasilitas ini pemasar dapat menggunakan email sebagai pegganti surat

konvensional. Fasilitas ini biasa digunakan untuk mengirim daftar harga,

foto, maupun hal apapun mengenai informasi dari produk maupun jasa

yang digunakan. Tidak hanya itu, terkadang email juga menjadi

pengganti SMS pada fasilitas mobile phone untuk berkomunikasi antara

konsumen dengan penjual.

b. Instant Messaging

Instant Messaging atau pesan instan adalah komunikasi pesan

singkat antara dua orang atau lebih melalui internet secara real time.

Untuk saat ini perkembangan pesan instan sudah sangat pesat. Pesan

instan yang dulu hanya bisa di akses melalui komputer dan menjadi alat

komunikasi sekunder bahkan tersier, untuk saat ini pesan instan telah

menjadi media komunikasi yang paling utama di beberapa kalangan.

Pesan instan pun sudah dapat diakses menggunakan ponsel genggam.

Tidak hanya itu, pesan yang dulu hanya berbentuk teks sekarang bisa

berbentuk gambar, animasi, suara, video, bahkan sudah bisa melakukan

telepon dan video call. Beberapa contoh layanan pesan instan adalah

BBM, Yahoo Messenger, LINE, Whatsapp, Skype, dan Hangout.

Kegunaan instant messaging di dalam komunikasi pemasaran saat

ini adalah sebagai media komunikasi antara produsen/penjual kepada

konsumen, sebagai media promosi (broadcast message), maupun

melakukan penjualan langsung secara personal. Selain itu, dengan

hadirnya fitur timeline di berbagai fasilitas instant messaging seperti

LINE dan BBM biasanya dimanfaatkan untuk melakukan promosi

penjualan. Bahkan, LINE menyediakan fasilitas tersendiri yaitu LINE@

yang diperuntukkan bagi para pebisnis sebagai media berjualan maupun

mengomunikasikan produk atau jasa.

Selain itu, dengan hadirnya fasilitas telepon dan video call pada

aplikasi instant messaging menambah kegunaannya dalam dunia

komunikasi pemasaran. Voice/video call pada instant messaging biasanya

digunakan untuk melakukan komunikasi jarak jauh secara langsung

(suara/video) yang dilakukan oleh konsumen kepada produsen maupun

penjual untuk menanyakan tentang detail produk atau jasa, dapat juga

digunakan sebagai media presentasi produsen/penjual kepada konsumen,

pengganti telepon konvensional untuk membahas COD (Cash on

Delivery), dan masih banyak lagi.

c. World Wide Web

World wide web atau yang akrab disebut website merupakan salah

satu fasilitas yang dapat digunakan di dalam jaringan internet. Secara

singkat pengertian web adalah kumpulan halaman yang menyediakan

informasi. Saat ini sudah terdapat banyak jenis dari website berdasarkan

pada konten dari website tersebut. Berbagai jenis website tersebut pun

memiliki kegunaannya tersendiri dalam kegiatan komunikasi pemasaran.

Berikut merupakan beberapa tipe website yang terbagi berdasarkan pada

konten yang dapat digunakan sebagai media komunikasi pemasaran:

1. Business/Marketing

Merupakan situs web yang berisi tentang mempromosikan

atau menjual produk maupun jasa. Beberapa contoh website ini

adalah olx.co.id, tokopedia, berniaga, elevenia, dll. Fasilitas ini

dapat digunakan sebagai media pemasaran bahkan sebagai

toko virtual yang dapat digunakan sebagai media komunikasi

pemasaran

2. Blog

Blog merupakan sebuah situs web informal yang terdiri

dari artikel time-stamped, atau post, dalam format diari atau

jurnal. Beberapa layanan blog adalah blogspot.com dan

wordpress.com. Fasilitas ini biasa digunakan pemasar untuk

mengomunikasikan produk maupun jasa apa yang dimiliki.

Selain itu juga fasilitas ini biasa digunakan sebagai pengganti

website yang berbayar sebagai pusat informasi dari usaha

tersebut. Fasilitas ini juga biasanya menyediakan fasilitas

komentar maupun chat yang dapat digunakan sebagai media

untuk berkomunikasi dengan konsumen.

3. Online Social Network

Hadirnya situs web yang sering disebut media sosial

merupakan salah satu fenomena besar yang dapat

dimanfaatkan di dalam mengomunikasikan produk/jasa. Media

sosial merupakan web yang mendorong atau memfasilitasi

penggunanya dalam komunitas online untuk membagikan

minat, ide, cerita, foto, musik, dan video dengan pengguna

lain. Dengan berbagai kegunaan tersebut, media sosial

merupakan media yang memiliki fungsi media komunikasi

pemasaran yang lebih unik. Dengan menggunakan media

sosial pemasar dapat menciptakan komunikasi pemasaran dari

mulut ke mulut, pemasar juga dapat mencitrakan produk atau

jasa kita sesuai dengan apa yang diinginkan, pemasar juga

dapat menjalin komunikasi dengan konsumennya, bahkan

menggunakan personal web, pemasar dapat mengiklankan

atau mempromosikan melalui akunnya sendiri maupun melalui

akun orang lain. Beberapa contoh layanan website media sosial

adalah Facebook, Twitter, Path, Instagram, ask.fm.

4. Personal

Personal web merupakan situs web pribadi yang biasanya

tidak ada kaitannya dengan web manapun (hanya web tunggal).

Di dalam komunikasi pemasaran, fasilitas ini digunakan hampir

sama dengan penggunaan blog. Akan tetapi selain kegunaan

yang telah dijelaskan diatas, penggunaan personal web juga

memberikan citra yang baik kepada produk/jasa maupun pada

produsen maupun penjual. Dengan produk/jasa maupun

produsen/penjual terlihat memiliki kualitas yang lebih sehingga

lebih di percaya.

Semua fasilitas yang ditawarkan oleh internet diatas merupakan bentuk nyata

dari inovasi teknologi informasi yang dapat mempermudah pemasar dalam

menjalankan kegiatan pemasaran.

Dari berbagai fasilitas yang tersedia akibat hadirnya internet tersebut,

dapat mempermudah para pemasar dalam mencapai tujuan pemasarannya.

Menurut Rowley (2001) (dalam Chaffey, 2006: 365), terdapat empat tujuan di

dalam melakukan kegiatan komunikasi pemasaran menggunakan internet yaitu:

a. Contact (promoting corporate image, publishing corporate

information and offering contact information. Content.

b. Interact (embed information exchange. Communication.

c. Transact (online transactions and interaction with trading partners.

Commerce.

d. Relate (two-way customer relationship. Community.

Keempat tujuan tersebut juga dapat menggambarkan bagaimana internet

digunakan sebagai media komunikasi pemasaran. Serupa tetapi tak sama

dengan tujuan utama dari komunikasi pemasaran yang dipaparkan oleh Kotler

dan Keller (2009: 172) bahwa komunikasi pemasaran merupakan sarana

dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan

konsumen—secara langsung maupun tidak langsung—tentang produk dan

merek yang dijual. Sehingga dapat dikatakan tujuan utama dari komunikasi

pemasaran menurut Kotler dan Keller adalah menginformasikan, membujuk,

serta mengingatkan.

G. Kerangka Konsep

Penelitian ini ingin memetakan bagaimana UMi menerapkan internet di

dalam kegiatan komunikasi pemasarannya mulai dari mengetahui apakah UMi

menggunakan internet atau tidak, tujuan penerapan internet sebagai media

komunikasi pemasaran, serta fasilitas internet apa yang mereka terapkan.

Sehingga untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat menjawab pertanyaan

peneliti, penelitian ini meminjam konsep Kotler dan Keller (2009) mengenai

langkah-langkah dalam mengembangkan komunikasi efektif yaitu

mengidentifikasi pemirsa sasaran, menentukan tujuan, merancang komunikasi,

memilih saluran komunikasi, dan memilih bauran komunikasi pemasaran. Pada

penelitian ini, peneliti mengeliminasi dua tahapan yaitu mengindentifikasi

pemirsa sasaran dan merancang komunikasi untuk menjaga penelitian agar tetap

pada fokus penelitian. Sehingga didapatkan beberapa konsep yaitu penentuan

tujuan, pemilihan saluran komunikasi dan pemilihan bauran komunikasi

pemasaran.

Untuk mengetahui tujuan dari objek, penelitian ini menggunakan tujuan

komunikasi pemasaran dari Kotler dan Keller (2009) untuk dapat mengetahui

apakah tujuan dari penerapan internet sebagai media komunikasi pemasarannya

apakah untuk menginformasikan, membujuk ataupun mengingatkan.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan konsep dari Irwansyah dan

Moniaga (2014) mengenai berbagai macam fasilitas internet. Dengan

menggunakan hasil analisis peneliti memilah fasilitas apa yang dapat digunakan di

dalam kegiatan komunikasi pemasaran menghasilkan fasilitas-fasilitas yaitu

email,instant messaging, dan website (business/marketing, media sosial, blog dan

personal web). Peneliti juga menggunakan teori dari Kotler & Keller (2009)

mengenai bauran komunikasi pemasaran agar dapat membantu menjabarkan

untuk apa saja UMi menggunakan fasilitas-fasilitas internet dalam kegiatan

komunikasi pemasarannya. Kotler & Keller (2009) membagi bauran komunikasi

pemasaran menjadi delapan bauran yaitu iklan, promosi penjualan, acara dan

pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung,

pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut dan penjualan personal.

Sedangkan untuk penjelasan mengenai usaha mikro sendiri, penelitian ini

menggunakan definisi usaha mikro menurut Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 20 tahun 2008 yang menyatakan bahwa UMi (usaha mikro) adalah usaha

produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (tidak termasuk tanah dan

bangunan) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000.

Selain itu juga, penelitian ini tidak membatasi jenis usaha mikro serta bidang

usaha apa yang mereka lakukan untuk menjadi responden penelitian. Hal ini

dilakukan agar dapat menggambarkan secara general dan nyata keadaan UMi di

DI Yogyakarta.

Gambar 1.1

Kerangka Konsep

Internet (x)

Saluran

(Penerapan internet & Pemilihan

Fasilitas Internet (Irwansyah &

Moniaga: 2014) Moniaga )

TUJUAN

Menginformasikan

Membujuk

Mengingatkan

(Kotler & Keller:

2009)

Usaha Mikro

(UU No 20 tahun

2008)

Bauran Komunikasi

Pemasaran

(Kotler & Keller:

2009)

H. Operasionalisasi Konsep

Tabel I.2

Operasionalisasi Konsep

I. Definisi Operasional

Variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai sebagai

operasionalisasi konsep sehingga dapat diteliti secara empiris (Singarimbun,

1995:42). Sehingga sebuah penelitian harus memilih beberapa dimensi dari

konsep yang memiliki variasi nilai. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

keberlangsungan penelitian serta mempermudah pembaca dalam memahami

maksud dari konsep dari penelitian tersebut. Berikut definisi operasional di dalam

penelitian ini:

Konsep Variabel Dimensi Item Skala

Internet

sebagai Media

Komunikasi

Pemasaran

Internet Tujuan - Tujuan penerapan internet sebagai

media komunikasi pemasaran secara

keseluruhan internet

- Tujuan penerapan internet sebagai

media komunikasi pemasaran pada

masing-masing fasilitas internet

Ordinal

Saluran - Menerapkan atau tidak internet di

dalam kegiatan komunikasi

pemasaran

- Pemilihan fasilitas internet di dalam

membantu pelaksanaan kegiatan

komunikasi pemasaran

- Kontribusi masing-masing fasilitas

internet terhadap kelancaran

komunikasi pemasaran

Nominal

Nominal

Ordinal

Bauran

Komunikasi

Pemasaran

Pemilihan bauran komunikasi

pemasaran yang diterapkan pada

masing-masing fasilitas internet

Nominal

I.1Variabel Internet

Pada penelitian ini, variabel yang ingin di ukur adalah internet sebagai

variabel bebas. Tidak ada variabel lain yang dipengaruhi oleh variabel di atas.

Beberapa dimensi berikut merupakan alat bantu untuk mengetahui bagaimana

para pendiri UMi menggunakan internet sebagai media komunikasi

pemasaran mereka. Beberapa dimensi tersebut adalah:

a. Tujuan

Dimensi ini digunakan untuk mengetahui apa tujuan dari responden di

dalam melaksanakan kegiatan komunikasi pemasaran melalui internet.

Tidak hanya itu, dimensi ini juga digunakan untuk mengetahui apa tujuan

dari penggunaan masing-masing fasilitas internet.

b. Saluran

Dimensi ini digunakan untuk mengetahui apakah UMi menerapkan

internet sebagai media komunikasi pemasaran. Selain itu, dimensi ini juga

digunakan untuk mengetahui fasilitas internet apa yang responden pilih

untuk melaksanakan kegiatan komunikasi pemasaran. Tidak hanya itu,

bauran ini juga digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

masing-masing fasilitas internet terhadap peningkatan penjualan

responden.

c. Bauran Komunikasi Pemasaran

Pada dimensi ini, peneliti ingin mengetahui kegiatan pemasaran

apa saja yang biasa UMi lakukan menggunakan internet. Untuk menggali

responden, Item pada dimensi ini menggunakan bauran delapan

komunikasi pemasaran Kotler dan Keller yaitu iklan, promosi penjualan,

acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran

langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut dan

penjualan personal. Dengan kedelapan bauran terebut diharapkan dapat

menggali informasi mengenai kegiatan komunikasi pemasaran apa saja

yang dilakukan oleh UMi.

J. Metodologi Penelitian

1. Desain Penelitian

Kajian penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, bersifat

deskriptif.Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk

laporan penelitian dengan apa adanya (Arikunto, 2010). Sehingga dengan

menggunakan penelitian deskriptif, diharapkan mampu membantu peneliti

dalam menjawab distribusi penggunaan internet sebagai media komunikasi

pemasaran UMi di DI Yogyakarta. Selain itu juga, dapat membantu

peneliti dalam mengetahui pengaruh apa yang dirasakan oleh pemilik UMi

setelah menggunakan internet sebagai media komunikasi pemasaran.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di DI Yogyakarta dan dilaksanakan

tepatnya pada tanggal 1 – 10 Juni 2016.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi di dalam penelitian merupakan keseluruhan dari objek

penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,

gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek

ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2011:141). Apabila

bertolak pada pengertian di atas, populasi pada penelitian ini adalah

seluruh pendiri UMi yang ada di Provinsi DI Yogyakarta. Berdasarkan

Laporan Data Perkembangan UMKM 31 Desember 2015 Disperindagkop

dan UKM DIY didapatkan bahwa populasi pada penelitian ini adalah

73.889 unit UMi.

b. Sampel Penelitian

Meminjam perumpamaan yang diungkapkan oleh Burhan Bungin,

Pedagang emas apabila mengetes kadar emas dalam sebuah perhiasan

hanya dengan meneliti bekas gosokan dari perhiasan tersebut (2011: 111).

Dengan cara itu pedagang emas sudah dapat mengetahui berapa kadar

emas pada perhiasan tersebut. Perumpaan tersebut juga dapat ditarik pada

penerapan sampel pada penelitian dengan populasi yang besar,

penggunaan sampel dapat mempermudah jalannya penelitian tanpa

mengurangi kualitas penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas penelitian ini akan mengambil

perwakilan populasi untuk dijadikan objek penelitian. Untuk mengetahui

berapa jumlah sampel yang ideal untuk mempresentasikan populasi

pendiri UMi di Provinsi DI Yogykarta, berikut rumus Slovin yang

digunakan untuk menghitung jumlah sampel yang ideal pada sebuah

populasi:

𝑛 =𝑁

𝑁(𝑑)2 + 1

Keterangan :

𝑛 : Jumlah sampel yang ingin di ketahui

𝑁 : Jumlah populasi

𝑑 : Nilai presisi (α = 0,1) 2050.79

(Bungin, 2011: 115)

Sehingga, berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui jumlah sampel pada

penelitian ini sebagai berikut:

𝑛 =73.889

73.889(0,1)2 + 1= 99,86

Berdasarkan perhitungan yang tertera di atas jumlah sampel yang mampu

mewakili populasi pada penelitian ini adalah 99,86 sampel atau dibulatkan

menjadi 100 UMi di Provinsi DI Yogyakarta.

Setelah mengetahui jumlah sampel yang dibutuhkan di dalam

penelitian, dibutuhkan teknik dalam pengambilan sampel agar menjadi

sampel yang representatif. Penelitian ini akan menggunakan metode

sampling area dalam pengambilan sampel agar mampu memberikan

sampel yang representatif dari UMi di Provinsi DI Yogyakarta.

Provinsi DI Yogyakarta sendiri terdiri dari empat kabupaten

(Bantul, Gunungkidul, Progo dan Sleman) serta satu kota madya yaitu

Kota Yogyakarta. Dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dan

terdapat lima area di Provinsi DI Yogyakarta, penelitian ini akan membagi

rata 100 sampel pada lima area tersebut. Sehingga pada setiap area, akan

diambil 20 sampel yang akan mewakili populasi pada area tersebut.

c. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan

data primer pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

angket atau sering disebut dengan metode kuesioner. Menurut Burhan

Bungin (2011: 133), metode angket merupakan serangkaian atau daftar

pertanyaan yang disusun secara sitematis, kemudian dikirim untuk diisi

oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan

kepetugas atau peneliti.

Pada penelitian ini, pertanyaan angket akan berisi pertanyaan yang

menggambungkan dua bentuk pertanyaan angket yaitu pertanyaan angket

langsung tertutup dan pertanyaan angket tak langsung tertutup. Diharapkan

dengan menggabungkan kedua bentuk pertanyaan tersebut mampu

menghasilkan data primer yang diharapkan.

d. Uji Validitas

Tujuan dari dilakukannya uji validitas adalah untuk mengetahui

tingkat ke-valid-an dari instrumen penelitian. Hal ini sangat penting

dilakukan karena instrumen penelitian merupakan hal penting yang

berhubungan langsung dengan hasil penelitian, sehingga dibutuhkan

instrumen yang valid untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Pada

penelitian ini akan menguji validitas instrumen dengan menggunakan

Pearson Correlation Test.

e. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dibutuhkan di dalam sebuah penelitian sehingga

penelitian dapat menjadi sumber yang terpercaya. Reliabilitas bertolak

pada konsistensi instrumen penelitian saat digunakan. Instrumen yang

riliabel merupakan instrumen yang apabila digunakan pada waktu dan

orang yang berbeda menunjukkan hasil yang konsisten.

Pada penelitian ini, Uji Reliabilitas akan dilakukan dengan

menggunakan piranti lunak SPSS melalui uji Cronbach alpha. Instrumen

dengan koefisien Cronbach alpha > 0,6 (dalam rentan 0-1) merupakan

instrumen yang konsisten dan reliabel.

f. Teknik Analisis Data

Setelah data primer terkumpul, data akan di analisis dengan

menggunakan teknik analisis statisik deskriptif. Menurut Rakhmat

(1991:23), analisis deskriptif bertujuan untuk a.) mengumpulkan informasi

secara rinci yang melukiskan fenomena yang terjadi, b.) mengidentifikasi

masalah dan c.) menentukan tindakan yang dilakukan orang lain dalam

menghadapi masalah yang serupa. Sehingga dengan beberapa tujuan

tersebut, teknik analisis ini sangat tepat untuk dapat menggambarkan

bagaimana penerapan internet sebagai media komunikasi pemasaran usaha

mikro di DI Yogyakarta.