skripsi penerapan model pembelajaran …... · kelompok b tk sri widodo jerukagung klirong kebumen...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN
PADA ANAK KELOMPOK B TK SRI WIDODO
JERUKAGUNG KLIRONG KEBUMEN
TAHUN 2012
Oleh :
WAHYU ISMOYOWATI
X8110052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wahyu Ismoyowati
NIM : X8110052
Jurusan/Program Studi : FKIP/Transfer S1 PG-PAUD
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK SRI WIDODO
JERUKAGUNG KLIRONG KEBUMEN TAHUN 2012 ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
Wahyu Ismoyowati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN
PADA ANAK KELOMPOK B TK SRI WIDODO
JERUKAGUNG KLIRONG KEBUMEN
TAHUN 2012
Oleh:
WAHYU ISMOYOWATI
X8110052
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Oktober 2012
Pembimbing I
Drs. Samidi, M.Pd NIP. 19511108 198803 1 001
Pembimbing II
Drs. Djaelani, M.Pd NIP. 19520317 198303 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 30 Oktober 2012
Tim penguji skripsi
Nama terang
Ketua : Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M. Pd
Sekretaris : Dra. Yulianti, M.Pd
Anggota I : Drs. Samidi, M.Pd
Anggota II : Drs. Djaelani, M.Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M, Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Wahyu Ismoyowati. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK SRI WIDODO JERUKAGUNG KLIRONG KEBUMEN TAHUN 2012. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta,Oktober 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pembelajaran kontekstual terhadap pembelajaran pengenalan konsep bilangan pada anak TK kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian anak kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen yang berjumlah 30 anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber, metode dan triangulasi teknik. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis kritis. Prosedur analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan konsep bilangan pada anak kelompok B TK SRI WIDODO Jerukagung Klirong Kebumen Tahun 2012. Adanya prosentase peningkatan keberhasilan pengenalan konsep bilangan anak dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II adalah 53%, 70% dan 87% atau anak yang tuntas sebanyak 17 anak, 21 anak dan 26 anak.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kontekstual meningkatkan kemampuan pengenalan konsep bilangan anak kelompok B TK SRI WIDODO Jerukagung Klirong Kebumen tahun 2012.
Kata kunci : Model Pembelajaran Kontekstual, Pengenalan Konsep Bilangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Wahyu Ismoyowati. CONTEXTUAL LEARNING MODEL APPLICATION TO INCREASE ACKNOWLEDGE NUMBER CONCEPT TO CHILD GROUP B SRI TK WIDODO JERUKAGUNG KLIRONG KEBUMEN YEAR 2012. Thesis Faculty of Teacher Training and Education University Sebelas Maret Surakarta, October 2012
The purpose of this study was to determine the extent of the effectiveness of contextual learning towards learning introduction of the concept of numbers in kindergarten group B Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen
This research is a classroom action research with research subjects in group B children kindergarten Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen totaling 30 children. Data collection techniques in this study were questionnaires, observation, testing, and documentation. The validity test of this research employed source triangulation, method triangulation, and technique triangulation. The procedure of data analysis included data presentation, and conclution/ verification
The result of this research showed that the application of contextual learning model can improve the acknowledge number concept braveness in group B at TK Sri Widodo Jerukagung academic year 2012. The result showing the braveness of the childrens is 53% pre action, 70% cycle I and 87% cycle II or 17 children, 21 children, and 26 children.
The conclution of this research is that the implementation of Contextual Learning Model can improve the number concept skill of children in group B Sri Widodo kindergarten Jerukagung Klirong Kebumen Year 2012.
Keywords: Model Of Contextual Learning, Acknowledge Concept Of Number
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Percayalah akan dirimu apapun pilihanmu. Yakinlah kau akan menang
dan kau tidak akan pernah kalah. Terimalah apa yang kau dapat,
lakukan apa yang bisa kau lakukan. Terbanglah diatas awan-awan dan
bebaskan dirimu dalam impianmu
Berbagi itu indah, untuk itu hiasilah kehidupan dengan berbagi pada
orang lain apapun itu
Jangan terus ratapi kegagalanmu. Kegagalan bukan berarti Alloh menghukummu, Alloh hanya mengarahkan dirimu kembali.
Bermimpilah karena mimpi adalah kunci untuk kita membuka gerbang
kesuksesan. Mimpi memberikan harapan dan membuat kita menemukan
tujuan hidup. Tentukan target dan buatlah rencana.
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Terima kasih, atas doa kalian untukku yang senantiasa selalu mengiringi langkahku,
kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas, dan kasih sayang yang
tak terbatas pula. Tiada keikhlasan, ketulusan dan kasih sayang yang seindah,
semurni, dan seabadi kasih sayang yang kalian berikan padaku.
Mba rita, mba wiwi, mas anggoro, dan adikku kamil terima kasih atas
dorongan, dukungan, perhatian dan kasih sayang kalian. Kalian selalu jadi
yang terbaik. Untuk adikku kamil, jadilah kebanggaan kami semua
Bibi tirah, mba siti, mas tito, mas tadi, mbah sekeluarga , ponakanku tersayang
Atha, Fadhil, Izam, terima kasih kalian keluarga terbaikku serta nini pawit (alm)
yang telah ikut merawatku semasa aku kecil, terima kasih atas ketulusan dan kasih
sayang yang kau berikan padaku.
kebersamannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
puji syukur kehadirat Allah SWT karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK
KELOMPOK B TK SRI WIDODO JERUKAGUNG KLIRONG KEBUMEN
TAHUN 2012 .
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan, arahan, bimbingan,
dan bantuan dari berbagai pihak, maka dengan ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret atas segala kebijaksanaanya sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi;
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan
skripsi;
3. Ketua program Pendidikan yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
4. Drs. Samidi, M. Pd selaku pembimbing I yang telah banyak membantu
mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan dengan
kesabaran dan ketulusan sampai dengan skripsi ini terwujud
5. Muhammad Munif, S. PdI., MA selaku pembimbing II yang juga telah
banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberikan
dorongan dengan kesabaran dan ketulusan sampai dengan skripsi ini
terwujud;
6. Bapak dan Ibu dosen PG PAUD FKIP UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;
7. Kepala sekolah yang telah memberikan ijin penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Ibu Sri Sukesi A.Ma selaku guru kelompok B yang telah membantu saya
dalam pelaksanaan penelitian.
9. Anak-anak kelompok B yang sudah ikut serta dalam rangka pelaksanaan
tindakan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini berjalan
dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membengun untuk
perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat
lebih bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.
Surakarta, Oktober 2012
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL . i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN PENGAJUAN iii
HALAMAN PERSETUJUAN iv
HALAMAN PENGESAHAN v
HALAMAN ABSTRAK vi
HALAMAN MOTTO viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 9
B. Penelitian yang Relevan 38
C. Kerangka Berpikir 40
D. Hipotesis Tindakan 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 42
B. Subjek Penelitan 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Data Dan Sumber Data 42
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data 43
E. Validitas Data 46
F. Analisis Data 47
G. Indikator Kinerja Penelitian 49
H. Prosedur Penelitian 50
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan/ Kondisi Awal 57
B. Deskripsi Hasil Tindakan 62
1. Siklus I 63
2. Siklus II 79
3. Perbandingan Antarsiklus 96
C. Pembahasan 104
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan 112
B. Implikasi 113
C. Saran 114
DAFTAR PUSTAKA 116
LAMPIRAN-LAMPIRAN 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Tingkat Perkembangan Kognitif Piaget 34
2.2 Kerangka Berpikir 41
3.3 Model Interaktif 47
3.4 Model Langkah-Langkah Pelaksanaan Tindakan Kelas (Ptk) 51
4.5 Histogram Data Pra Siklus Kemampuan Pengenalan Konsep Bilangan 59
4.6 Diagram Lingkaran Data Prasiklus 60
4.7 Histogram Data Siklus I Kemampuan Pengenalan Konsep Bilangan .. 78
4.8 Diagram Lingkaran Data Siklus I 79
4.9 Histogram Data Siklus II Kemampuan Pengenalan Konsep Bilangan.. 95
4.10 Diagram Lingkaran Data Siklus II 95
4.11 Perbandingan Data Hasil Nilai Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan Anak 101
4.12 Histogram Data Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Mengenal
Konsep Bilangan 102
4.13 Histogram Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Kemampuan
Mengenal Konsep Bilangan 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan
Pembelajaran Tradisional 16
3.2 Indikator Kinerja Penelitian 49
3.3 Pokok-Pokok Rencana Kegiatan Penelitian Siklus I 54
3.4 Pokok-Pokok Rencana Kegiatan Penelitian Siklus II 56
4.5 Distribusi Frekuensi Data Mengenal Konsep Bilangan Prasiklus 59
4.6 Distribusi Frekuensi Data Mengenal Konsep Bilangan Siklus I 78
4.7 Distribusi Frekuensi Data Mengenal Konsep Bilangan Siklus II 94
4.8 Data Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 101
4.9 Distribusi Nilai Rata-Rata Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan .. 102
4.10 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Jadwal Penelitian 119
2. Hasil Wawancara Sebelum Penerapan Model Pembelajaran
Kontekstual 120
3. Hasil Wawancara Setelah Dilaksanakan Pembelajaran Kontekstual .... 122
4. Buku Ajar Pengenalan Konsep Bilangan 124
5. Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan I 131
6. Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan I 135
7. Dokumentasi Pengenalan Konsep Bilangan Siklus I Pertemuan I 144
8. Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan 2 145
9. Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 149
10. Hasil Kegiatan Pengenalan Konsep Bilangan Siklus I Pertemuan 2 158
11. Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan 3 159
12. Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3 162
13. Hasil Kegiatan Pengenalan Konsep Bilangan Siklus I Pertemuan 3 171
14. Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan I 173
15. Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan I 176
16. Hasil Kegiatan Pengenalan Konsep Bilangan Siklus II Pertemuan 1 184
17. Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan 2 185
18. Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 188
19. Hasil Kegiatan Pengenalan Konsep Bilangan Siklus II Pertemuan 1 196
20. Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan 3 197
21. Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3 200
22. Dokumentasi Pengenalan Konsep Bilangan Siklus II Pertemuan 3 206
23. Format Observasi Pengenalan Konsep Bilangan Pra Siklus 207
24. Hasil Observasi Pengenalan Konsep Bilangan Pra Siklus 208
25. Format Observasi Pengenalan Konsep Bilangan Siklus I 209
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
26. Hasil Observasi Pengenalan Konsep Bilangan Siklus I 210
27. Format Observasi Pengenalan Konsep Bilangan Siklus II 212
28. Hasil Observasi Pengenalan Konsep Bilangan Siklus II 213
29. Deskriptor Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 215
30. Hasil Nilai Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Prasiklus 217
31. Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus I
Pertemuan 2 219
32. Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus I
Pertemuan 3 221
33. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus I .. 223
34. Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus II
Pertemuan I 226
35. Hasil Kemampuan Mengenal Konse Bilangan Siklus II
Pertemuan 2 227
36. Hasil Kemampuan Mengena Konsep Bilangan Siklus II
Pertemuan 3 230
37. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus II .. 232
38. Dokumentasi Tindakan 235
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 SISDIKNAS (2003) bab 1 pasal 1
ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun
yang diberlakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
diri dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
Pada rentang usia lahir sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan
(the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif
untuk menerima berbagai rangsangan (Montessori dalam Sujiono, 2009:2 ). Masa
peka adalah masa terjadinya fungsi fisik dan psikis, anak telah siap merespon
stimulasi yang diberikan atau berbagai upaya pengembangan untuk seluruh
potensi yang ada. Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali
seumur hidup ini tidak boleh disia-siakan. Pada tahapan ini, anak berada pada fase
yang fundamental. Pembelajaran yang diberikan kepada anak akan tersimpan
dalam jangka waktu yang lama serta akan berpengaruh pada kehidupan
mendatang. Hal itu yang memicu makin mantapnya anggapan bahwa
sesungguhnya pendidikan yang dimulai setelah usia SD tidaklah benar.
Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat. Sehingga
penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Taman Kanak-kanak
untuk mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. .
Selain itu pendidikan anak Taman Kanak-kanak juga sangat berpengaruh
dalam membantu tumbuh kembang anak, sebab pendidikan Taman Kanak-kanak
bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku,
bahasa, keterampilan, daya cipta dan perkembangan kognitif atau pengetahuan
pada khususnya. Namun sayangnya, pendidikan anak usia dini khususnya TK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
belum begitu diperhatikan padahal perkembangan kognitif anak sudah dapat
terbentuk jauh di bawah usia sekolah.
Perkembangan kognitif berhubungan dengan keterampilan pemecahan
masalah. Pemecahan masalah dengan menggunakan konsep bilangan yang
merupakan bagian dari matematika, terjadi setiap harinya. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa bilangan yang merupakan bagian dari matematika telah
menyatu dengan kehidupan manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Bahkan bilangan merupakan kebutuhan dasar manusia dari semua lapisan
masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari, seperti menyebut banyak, sedikit,
kurang, sama, atau tambah dan seterusnya. Adanya bilangan membantu anak
untuk melakukan perhitungan mulai dari perhitungan sederhana hingga
perhitungan yang rumit, misalnya ketika 4 anak memikirkan bagaimana membagi
2 buah jeruk supaya terbagi rata.
Anak bisa melakukannya, apabila anak mendapat pengenalan matematika
dasar khususnya konsep bilangan. Pengenalan matematika dasar akan mampu
meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah, memisahkan,
mengenal konsep angka, serta mengenal mengukur atau memperkirakan. Dalam
pembelajaran matematika terdapat beberapa konsep salah satunya adalah konsep
bilangan. Konsep bilangan merupakan awal pengenalan matematika kepada anak
karena menjadi dasar pembelajaran selanjutnya. Salah satu kemampuan dasar
yang harus dimiliki anak dalam pengenalan matematika adalah mengenal
bilangan.
Peka pada bilangan berarti lebih dari pada sekedar menghitung. Dengan
membelajarkan bilangan pada anak usia dini, anak akan memahami arti bilangan-
bilangan untuk hidupnya hingga kelak ia dewasa. Penguasaan konsep matematika
terutama konsep bilangan, harus ditanamkan kuat sejak dini. Setiap proses harus
dilalui dengan baik sehingga pemahaman anak cukup dalam dan mantap. Hafalan
dan drilling saja tidak cukup jika ingin membentuk konsep dasar yang kuat. Hal
ini dapat dimulai sejak anak berusia tiga, sampai enam tahun sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perkembangannya meskipun hanya berupa stimulasi. Untuk mendapatkan hasil
yang baik, sebaiknya dilakukan tahap demi tahap, jangan ada satu proses pun
yang dilewati. Jika ada yang terlewati pada suatu saat nanti anak harus
membentuk konsep dasarnya mulai dari awal dan itu hanya membuang-buang
waktu. Namun, harus diperhatikan juga bahwa tidak boleh ada keharusan atau
pemaksaan pada anak untuk menguasainya.
Pada dasarnya pemahaman konsep bilangan pada anak taman kanak-kanak
biasanya dimulai dengan mengeksplorasi benda-benda konkrit yang dapat
dihitung dan diurutkan. Ada tiga tahapan dalam membelajarkan matematika pada
anak usia dini yaitu mulai dari tingkat pemahaan konsep, menghubungkan konsep
konkrit dengan lambang bilangan, dan tingkat lambang bilangan. Untuk dapat
mengajarkan semua itu dengan baik maka harus dipilih dan diterapkannya model
dan strategi yang tepat sehingga potensi anak dapat dikembangkan dengan baik.
Strategi pembelajaran yang digunakan di TK Sri Widodo dalam
mengajarkan konsep-konsep matematika dasar masih cenderung menekankan
pada pengajaran paper and pencil. Strategi yang digunakan dengan cara seperti itu
menjadi kurang inovatif dan bervariatif sehingga pembelajaran yang didapat anak
kurang bermakna, anak cepat bosan dan kurang tertarik pada pembelajaran
pengenalan matematika dasar khususnya konsep bilangan. Hal yang terjadi di TK
Sri Widodo kelompok B, ada beberapa anak yang sudah sangat lancar dalam
menyebutkan urutan bilangan 1-20 bahkan ada yang sudah lancar menyebutkan
urutan 1-50, akan tetapi anak tersebut masih mengalami kebingungan sewaktu
diminta menunjukkan jumlah benda dengan bilangan tersebut. Semua itu terjadi
dikarenakan proses pembelajaran pengenalan akan konsep bilangan yang
monoton, kurang menarik, kurang inovatif dan kurang bervariatif.
Selain itu, orang tua banyak yang beranggapan apabila masuk sekolah
Taman Kanak-kanak nantinya harus sudah dapat membaca, menulis dan berhitung
dengan lancar. Orang tua yang mempunyai anggapan seperti itu, biasanya
mempunyai kecenderungan melatih anaknya terus menerus karena malu apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
anaknya tidak sama pandai dengan anak-anak yang lain setelah masuk SD.
Anggapan seperti itu tidaklah tepat, strategi/ pembelajaran yang diberikan kurang
dapat tersampaikan dengan baik karena anak dapat terbebani dengan latihan yang
terus menerus sebab dunia anak masih merupakan dunia bermain.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang senang bermain. Anak sering
melakukan permainan pada aktivitasnya dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka
menggunakan sebagian waktunya untuk bermain baik sendiri, dengan teman
sebaya, maupun dengan orang dewasa. Berdasarkan hal tersebut, bermain
merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran pengenalan matematika,
karena bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada hampir
semua bidang perkembangan, baik perkembangan fisik motorik, bahasa, moral,
sosial emosional, maupun intelektual dan kognitif pada khususnya.
Pembelajaran yang dilakukan dengan cara bermain akan memudahkan anak.
Anak akan lebih cepat menangkap, mengingat, dan memahami apa yang diajarkan
kepadanya. Permainan konsep bilangan merupakan bagian dari matematika. Hal
ini diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep bilangan merupakan dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan anak untuk mengikuti
pendidikan Sekolah Dasar atau jenjang pendidikan selanjutnya.
Sebelum seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu
harus memahami seperangkat rencana dan pengaturan strategi pembelajaran
mengenai isi, bahan pelajaran, model, metode dan media yang digunakan sebagai
pedoman kegiatan belajar mengajar yang menarik dan bermakna dalam kegiatan
sehari-hari sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak tentunya
dengan prinsip belajar seraya bermain atau belajar melalui suatu permainan..
Untuk itu, didalam membelajarkan pengenalan konsep bilangan, guru juga harus
menggunakan pembelajaran yang efektif, inovatif, menarik dan menyenangkan
bagi anak. Guru juga dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif
misal: active learning (pembelajaran aktif), cooperative learning (pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kooperatif), quantum learning (pembelajaran quantum), maupun contextual
teaching and learning (pembelajaran kontekstual).
Model pembelajaran kontekstual yang mengacu pada pendekatan
contextual teaching and learning akan lebih tepat jika diterapkan di TK, karena
anak usia TK masih bersifat simbolik sehingga diperlukan adanya benda-benda
nyata untuk mewakilkannya, yaitu dengan membelajarkan konsep bilangan
dengan benda-benda nyata melalui suatu permainan sehingga anak akan dapat
menangkap pengertian-pengertian tentang bilangan secara alamiah dan tanpa
adanya paksaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suyanto (2005:138) bahwa
anak belajar terbaik melalui benda-benda nyata, karena anak sedang berada dalam
taraf perkembangan kognitif fase pra operasional (Piaget dalam Hildayani 2005:
3.8).
Pada dasarnya proses pembelajaran sebaiknya mengacu pada empat (4) pilar
pendidikan yaitu: learning to think (belajar berpikir); learning to do (belajar
berbuat/ hidup), learning to live together (belajar hidup bersama), learning to be
(belajar menjadi diri sendiri). Dengan demikian dapat diperoleh kata kunci berupa
"learn to learn" (belajar untuk belajar). Oleh karena itu, perlu pengembangan
strategi atau model pembelajaran yang dapat mendukung suasana belajar siswa
yang menyenangkan, mengaktifkan anak dalam pembelajaran dan penuh
kebermaknaan, khususnya dalam pembelajaran konsep bilangan pada anak
melalui pengalaman nyata. Uraian di atas sesuai dengan prinsip pembelajaran
kontekstual, dengan pembelajaran kontekstual tentunya sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan anak. Melalui pengalaman nyata memungkinkan anak untuk dapat
lebih menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) anak secara optimal.
Proses pembelajaran kontekstual dapat menghindarkan bentuk pembelajaran
yang hanya berorientasi pada guru (teacher centre), yang memposisikan anak
secara pasif seperti pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini (pembelajaran
konvensional), menjadi terwujud pembelajaran yang berpusat pada anak.(student
centre) nantinya. Kegiatan yang mengacu pada pembelajaran kontekstual akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
selalu menjadi efektif jika konkret dan terkait dengan pengalaman hidup mereka
sehari-hari. Pembelajaran yang disampaikan dengan pembelajaran tradisional dan
ide-ide abstrak hanya akan terasing dari kegiatan belajar anak itu sendiri, sehingga
menjadi verbalis (hafal kata tanpa paham makna).
Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat diidentifikasikan bahwa proses
pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered), siswa kurang bisa
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, masih kurangnya pemanfaatan
media dan sumber belajar yang aktual dalam menunjang proses kegiatan belajar-
mengajar. Selain itu, pembelajaran masih bersifat konvensional dan konsep
pembelajaran yang kurang terpadu. Dengan diterapkannya model pembelajaran
kontekstual proses pembelajaran akan lebih menyenangkan, bermanfaat dan
bermakna khususnya pada pengenalan peningkatan konsep bilangan.
Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Pengenalan Konsep
Bilangan Anak Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen Tahun
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
pengenalan konsep bilangan anak TK Sri Widodo Jerukagung Klirong
2. Bagaimanakah penerapan model penggunaan pembelajaran kontekstual
dalam meningkatkan pengenalan konsep bilangan pada anak TK Sri Widodo
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan mengapa
penelitian ini dilaksanakan yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan dengan penerapan
pembelajaran kontekstual pada anak kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung
Klirong Kebumen tahun 2012?
2. Untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam
meningkatkan pengenalan konsep bilangan anak kelompok B TK Sri Widodo
Jerukagung Klirong Kebumen tahun 2012?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diharapkan dapat
diambil manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Memberi inovasi pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang
bervariasi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian lebih
lanjut khususnya.
d. Penelitian ini diharapkan akan membantu mengenalkan konsep bilangan
pada anak sehingga anak dapat menerapkannya ke dalam kehidupan
sehari-hari..
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak
1) Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, tidak
membosankan dan memberikan pengalaman bagi anak bagaimana
anak bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
2) Memberikan pengetahuan akademis di dalam kelas dengan
pengalaman langsung (anak mengalami sendiri) secara konkret,
sehingga pengetahuan tersebut dapat diaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari anak hingga kelak dewasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3) Siswa dapat lebih tertarik pada pembelajaran sehingga diharapkan
anak dapat dengan mudah menangkap dan memahami semua
pembelajaran yang diberikan khususnya konsep bilangan.
4) Dapat memacu motivasi dan belajar anak sehingga dapat
meningkatkan pengenalan akan konsep bilangan yang merupakan
bagian penting dari matematika dasar.
b. Guru
1) Meningkatkan profesionalitas guru, agar menjadi guru yang
berkualitas dalam menentukan sumber, media, teknik dan strategi
pembelajaran.
2) Memberikan alternative pembelajaran agar tercapai pembelajaran
yang optimal dan efektif sesuai dengan tujuan yang harus dicapai.
3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan.
4) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa pembelajaran
kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternative dalam
kegiatan belajar mengajar di area matematika.
c. Peneliti
1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran
kontekstual, sebagai tambahan dokumen ilmiah agar dapat
ditindaklanjuti oleh peneliti berikutnya.
2) Sebagai masukan yang bermanfaat untuk pembekalan peneliti,
sehingga apabila terjun dilapangan akan dapat menerapkan
pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan karakter anak didik.
d. Sekolah
1) Sebagai masukan bagi perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran
yang kreatif, menyenangkan dan inovatif di Taman Kanak-kanak serta
peningkatan proses belajar mengajar yang sesuai dengan
perkembangan anak dan kurikulum sehingga berdampak pada
peningkatan mutu sekolah dan sekolah makin dipercaya..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak
untuk mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikan
kegiatannya. Model menurut Sujiono (2009 : 140) bahwa model terdapat dua
jenis yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada anak.
Berdasarkan pendapat Komalasari (2011 : 54) model adalah sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, yang didalamnya dapat
mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran
dengan teoritis tertentu. Menurut Sukamto dan Winataputra dalam Sukarno
(2006:144) model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual, benda, tiruan
atau barang yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan.
Komalasari (2011:3) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem
atau proses membelajarkan subyek didik/ pembelajar yang direncanakan atau
didisain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik atau
pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Menurut Isjoni (2011:14) pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan
oleh siswa , bukan dibuat oleh siswa. Muhith (2007:1) mengemukakan
pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat
dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output)
pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas yaitu
pembelajaran adalah proses berinteraksinya seluruh elemen dalam
pembelajaran seperti anak didik, tujuan, materi, model, metode, guru, sarana,
lingkungan yang dikelola guru agar mampu mewujudkan kualitas anak didik
sesuai dengan yang diharapkan.
Model pembelajaran berdasarkan Sukamto dan Winataputra dalam
Sukarno adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
(2006:144) . Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola
interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di kelas dengan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
1) Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual telah banyak dijelaskan.oleh para
ahli. Berikut pendapat beberapa pengertian akan pembelajaran kontekstual.
Suprijono (2011:79) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual atau
contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep yang
membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut
In a contextual teaching and learning (CTL), student discover meaningful relationship between abstract ideas and practical application in a real world conext. Student internalize concpt trhough discovery, , reinforcement, and interrelationship. CTL creates a tearn, wether in the classroom, lab, worksite, or on the banks,of a river
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran kontekstual (CTL)
siswa menemukan hubungan yang bermakna antara ide-ide abstrak dan
aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata. seseorang menginternalisasi
konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterkaitan, dalam CTL
misalnya membuat teh, baik di dalam kelas, laboratorium, tempat kerja,
atau di tepi sungai. CTL mendorong pendidik, untuk desain, lingkungan
belajar, yang menggabungkan banyak bentuk berpengalaman untuk
mencapai hasil yang diinginkan
Pembelajaran menurut Johnson dalam Komalasari (2011 : 6)
menjelaskan bahwa :
Contextual teaching and learning enables student to connect the
content of academic subject with the immediate context of their daily
lives to discover meaning
Keterangan di atas dapat diartikan bahwa CTL memungkinkan siswa
untuk menghubungkan isi dari subjek akademik dengan konteks langsung
dari kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.
Pembelajaran kontekstual (CTL) menurut Suyanto (2005: 158) adalah
pembelajaran yang menekankan adanya hubungan antara apa yang
dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat, termasuk
bidang-bidang pekerjaan. Menurut Elaine B. Johnson (2010:58) CTL
adalah suatu pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan
makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa.
Jadi berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar/ pembelajaran dimana
guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
Ada beberapa karakteristik dalam model pembelajaran kontekstual
yang khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran
lainnya. Menurut Blancard (2001 : 2-8) dalam Komalasari (2011 : 7)
mengidentifikasikan beberapa karakteristik pendekatan kontekstual
(contextual instruction) sebagai berikut :
(1) relies on spatial memory (bersandar pada memori ruang), (2) typical integrated multiple subjects (mengintegrasikan berbagai subjek materi/ disiplin, (3) value of information is based on individual need (nilai informasi didasarkan pada kebutuhan siswa), (4) relates information with prior knowledge ) menghubungkan informasi dengan pengetahuan awal siswa), (5) authentic assessment trought practical application or solving of realistic problem (penilaian sebenarnya melalui aplikasi praktis atau pemecahan masalah nyata).
Berdasarkan pendapat Barn dan Erickson (2001 : 3-9) dalam
Komalasari (2011 : 7) mengemukakan karakteristik pembelajaran
kontekstual sebagai berikut : 1) interdisclipinary learning, 2) problem
based- learning , 3) external contex for learning.
Menurut Johnson (2002 : 24) dalam Komalasari (2011 : 7)
mengidentifikasi delapan karakteristik contextual teaching and learning,
yaitu :
(1) Making meaningful conections (membuat hubungan penuh makna), (2) Doing significant work (melakukan pekerjaan penting), (3) Self-regulated learning (belajar mengatur diri sendiri), (4) Collaborating (kerja sama), (5) Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif), (6) Nurturing the individual (memelihara individu), (7) Using authentic assessment (penggunaan penilaian sebenarnya), (8) Using authetentic assesmant (mengadakan assessment autentik).
Hal ini sesuai dengan pendapat Elaine B.Johnson (2010 :65) yang
mengemukakan bahwa ada delapan karakteristik atau komponen dalam
pembelajaran kontekstual yaitu :
(1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
diatur sendiri, (4) bekerja sama (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu unutk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, (8) menggunakan penilaian autentik.
Berikut penjabaran dari beberapa uraian pendapat di atas adalah
yang pertama yaitu Making meaningful conections (membuat
pembelajaran yang bermakna), diharapkan anak dapat mengatur diri
sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan
minatnya secara individual. Orang yang dapat bekerja sama dalam
kelompok, orang yang dapat bekerja sendiri, dan orang yang dapat
belajar sambil berbuat (learning by doing).
Kedua, Doing significant work (melakukan pekerjaan penting)
adalah anak mampu membuat hubungan antara sekolah dan hubungan-
hubungan yang ada dalam berbagai konteks kehidupan nyata sebagai
anggota masyarakat. Ketiga Self-regulated learning (belajar mengatur
diri sendiri), di sini ditekankan bahwa anak melakukan pekerjaan yang
signifikan yaitu ada hubungan dan urusan dengan orang lain, ada
hubungan dengan penentuan pilihan, dan ada hasil yang bersifat nyata.
Keempat, Collaborating (kerja sama), guru membantu siswa bekerja
sama secara efektif dalam kelompok. dengan membantu memahami
bagaimana mereka saling memahami dan berkomunikasi. Kelima,
Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif) maksudnya
adalah anak dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan
masalah, membuat keputusan, serta menggunakan bukti daan logika.
Keenam, Nurturing the individual (membanu individu untuk tumbuh
dan berkembang), yaitu anak dapat memelihara pribadinya dengan
mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan yang tinggi, anak
dapat memperkuat diri sendiri sehingga anak dapat berhasil tanpa adanya
dukungan penuh dari orang tua.
Ketujuh, Using authentic assessment (penggunaan penilaian
sebenarnya) adalah dengan cara guru memperlihatkan kepada anak cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
excelent
mencapai standar yang tinggi, mengidentifikasi tujuan, dan memotivasi
anak untuk mencapainya. Terakhir atau yang kedelapan yaitu Using
authetentic assesmant (mengadakan penilaian autentik). Dalam hal ini
anak menggunakan akademis dalam konteks dunia nyata untuk mencapai
tujuan yang bermakna.
3) Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
Komponen model pembelajaran kontekstual berdasarkan Ditjen
Dikdasmen dalam Komalasari (2011 : 11) terbagi dalam beberapa
komponen utama yaitu (a) konstruktivisme (constructivism), (b)
menemukan (inquiry), (c) bertanya (questioning), (d) Masyarakat belajar
(learning community), (e) Pemodelan (modelling), (f) Refleksi (reflection),
(g) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).
Uraian di atas sesuai dengan pendapat Nurhadi (2004 : 31) yang
menyatakan bahwa komponen pembelajaran kontekstual meliputi (a)
konstruktivisme (constructivism), (b) bertanya (questioning), (c)
menemukan (inquiry), (d) Masyarakat belajar (learning community), (e)
Pemodelan (modelling), (f) Refleksi (reflection), (g) penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komponen
pembelajaran kontekstual terbagi dalam tujuh komponen yaitu (a)
konstruktivisme (constructivism), (b) menemukan (inquiry), (c) bertanya
(questioning), (d) Masyarakat belajar (learning community), (e)
Pemodelan (modelling), (f) Refleksi (reflection), (g) penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment).
Selanjutnya dari masing-masing komponen dapat dijabarkan.
Konstruktivisme (constructivism) adalah pengetahuan yang dibangun
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(sempit). Dari penerapan pembelajaran kontekstual berdasarkan
konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh anak sendiri, guru hanya
sekedar menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar karena pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid
begitu saja kecuali hanya dengan keaktifan anak sendiri.
Menemukan (inquiry) merupakan suatu teknik yang digunakan guru
untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti
sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh anak diharapkan bukan
hasil mengingat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri.
Bertanya (questioning) adalah strategi utama yang berbasis
kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong (menuntun siswa berpikir), membimbing
(mengecek pemahaman anak dan membangkitkan respon anak), serta
menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi anak, merupakan bagian penting
dalam pembelajaran yang berbasis inquiry, sehingga anak bisa menggali
informasi, menghubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki, dan
memecahkan masalah yang dihadapi.
Masyarakat belajar (learning commifokuskanunity) yaitu hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil bekerja sama dengan orang lain. Hasil
belajar diperoleh dari berbagai pengalaman antar teman, kelompok,
maupun antara yang tahu ke yang tidak tahu. Pembelajaran kontekstual
dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya
heterogen sehingga akan terjadi kerja sama antara anak yang pandai
dengan anak yang lamban. Kegiatan masyarakat belajar belajar difokuskan
pada peningkatan konsep bilangan.
Maksud dari pemodelan (modelling) adalah adanya suatu model yang
bisa ditiru dalam suatu pembelajaran. Kegiatan pemberian model bertujuan
untuk mendemonstrasikan suatu materi pembelajaran agar anak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mencontoh/ dapat ditiru, mendemonstrasikan bagaimana kita
menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita
inginkan agar siswa melakukannya. Pemodelan bisa berbentuk
demonstrasi maupun pemberian contoh.
Refleksi (reflection) adalah berpikir kembali apa yang telah dilakukan
dan apa yang akan diperoleh siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara integral, yaitu dinilai dari dari berbagai aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. Hasil penilaian
digunakan sebagai feedback, baik untuk keperluan pengayaan (standar
minimal sudah tercapai), maupun remedial (standar minimal belum
tercapai.
4) Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran
Tradisional
Perbedaan antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran
tradisional menurut Nurhadi, Yasin, Senduk (2004:35) dapat dilihat dalam
table berikut ini :
Tabel 2.1
Perbedaan Model Pembelajaran Kontektual yang Berpijak pada
Pandangan Kontruktivisme dengan Pandangan Tradisional yang
Berpijak pada Pandangan Behaviorisme-Objektivis
Sumber : (Nurhadi, Yasin, Senduk 2004:35)
No Model Pembelajaran kontekstual Pembelajaran tradisional
1 Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa adalah penerima informasi secara pasif.
2 Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi
Siswa belajar secara individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
4 Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5 Keterampilan didasarkan atas dasar pemhaman
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
6 Hadiah untuk perilaku yang baik adalah kepuasan.
Hadiah untuk hal yang baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor
7 Anak didik diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
8 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.
9 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dan lain-lain.
Hasil belajar diukr hanya dengan tes.
10 Siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa skemata masing-masing kedalam proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
11 Perilaku baik berdasar motivasi intrinsik
perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik
12 Pemahaman rumus itu relative berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya sesuai dengan
Rumus adalah kebenaran absolute (sama untuk semua orang). Hanya ada dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5) Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kontekstual
Langkah-langkah model pembelajaran CTL menurut Mulyono (2010:
128) secara sederhana. Langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis
besar adalah sebagai berikut :
(1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. (2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. (3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. (4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). (5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (6) Lakukan refleksi di akhir penemuan. (7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, pelaksanaan
pertama dilaksanakan dengan mengembangkan pemikiran anak dengan
melibatkan langsung anak dalam kegiatan pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih efektif. Anak akan dengan mudah bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan membangun pengetahuannya sendiri serta
keterampilannya sendiri.
Langkah kedua yaitu guru selalu melaksanakan kegiatan inquri untuk
mencapai kompetensi yang diinginkan di semua topik, tema, maupun bidang
studi. Selanjutnya ketiga yaitu dengan mengembangkan sifat ingin tahu
anak dengan bertanya sebagai alat belajar dan mendapat informasi. Langkah
keempat adalah ciptakan masyarakat belajar yaitu dengan langkah
menciptakan kelompok dalam belajar baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar. Karena untuk menciptakan pembelajaran yang optimal,
skemata siswa (on going process of development).
kemungkinan yaitu pemahaman rumus yang salah dan benar.
13 Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begiu. Kebiasaan ini dilakukan dengan hadiah yang menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
akan lebih baik jika dilakukan dengan cara bekerja sama dengan orang lain
dibandingkan belajar sendiri.
Pelaksanaan kelima dengan menunjukkan model sebagai contoh
pembelajaran (benda-benda, siswa lainnya, karya inovasi, maupun guru).
Pelaksanaan langkah yang keenam yaitu lakukanlah refleksi diakhir
pertemuan agar anak merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu. Untuk
yang terakhir yaitu lakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber
dan dengan berbagai cara.
6) Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Pengenalan
Konsep Bilangan
Pembelajaran matematika dalam pengenalan konsep bilangan yang
ingin dicapai yakni anak memiliki kemampuan berpikir kritis sesuai dengan
kenyataan di lapangan. Anak dalam KBM harus terlibat secara aktif,
sehingga dalam hal ini pemilihan pembelajaran kontekstual sangat tepat
dalam pengenalan konsep bilangan pada anak.
Pembelajaran hendaknya menekankan pada proses mengenalkan anak
dengan berbagai benda, fenomena alam, dan fenomena sosial. Sesuatu yang
dipelajari anak hendaknya merupakan persoalan nyata, sesuai dengan
kondisi dimana anak berada,. Berbagai objek yang ada disekitar anak,
kejadian dan isu yang menarik bisa diangkat sebagai tema persoalan belajar.
sebaiknya dilakukan melalui penggunaan benda-benda konkret dan
pembiasaan penggunaan matematika agar anak dapat memahami matematika
Awalnya anak tidak tahu bilangan, angka, dan operasi bilangan
matematis. Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
membilang, mengenal angka, dan berhitung. Anak menghubungkan objek
nyata dengan simbol-simbol matematis. Misalnya mengingatkan anak tentang
tanggal hari ini dan menuliskannya di papan tulis akan melatih anak
mengenal bilangan, untuk sebuah benda diberi simbol dengan angka 1.
2. Hakekat Pengenalan Konsep Bilangan
a. Matematika di TK
Matematika menurut pusat pembinaan dan pegembangan bahasa 1991,
dalam Sujiono (2005:11.2) matematika adalah ilmu tentang bilangan-
bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan.
Suriasumantri dalam Sujiono menyatakan matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Menurut shadiq ( 2008 : 2) matematika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang bilangan dan bangun-bangun
(datar dan ruang) (2012).
Berdasarkan pendapat yang dinyatakan oleh Sriningsih (2012)
matematika bagi anak merupakan salah satu cara memahami dunia dan
pengalaman-pengalaman yang dilakukannya serta upaya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kegiatan matematika untuk anak usia dini merupakan aktivitas yang
dapat mengembangkan kemampuan berpikir, mengembangkan
kemampuan berpikir anak untuk mengembangkan kemampuan intelektual
yang dimilikinya. Selain itu dapat dijadikan sebagai sasaran untuk
menumbuhkan sikap dan perilaku positif dalam meletakkan nilai dasar
sedini mungkin, misalnya sikap kritis, ulet, tekun, mandiri, percaya diri,
tidak putus asa, rasional, ilmiah, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Bilangan Merupakan Salah Satu Standar Isi Matematika di TK
1) Standar Pembelajaran Matematika di TK
Standar pembelajaran matematika di Taman Kanak-kanak
berdasarkan kutipan yang diambil dari (2012: 19) mengacu pada
standar yang ditetapkan oleh NCTM yang meliputi dua hal
diantaranya adalah standar isi dan standar proses. Selanjutnya dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a) Standar isi pembelajaran matematika di TK
Standar isi pembelajaran matematika diorganisasikan
kedalam beberapa konsep di antaranya sebagai berikut :
(1) Number and operations (bilangan dan operasi bilangan)
Beberapa konsep penting yang terdapat dalam bilangan dan operasi bilangan adalah hubungan satu-satu (one to one correspondence) berhitung, angka, nilai dan tempat, operasi bilangan bulat dan pecahan kegiatan hubungan satu-satu bertujuan untuk menanamkan konsep bahwa satu benda dapat dihubungkan dengan benda yang lain. Misalnya dua sepatu untuk dua kaos kaki. Pada fase praoperasional kegiatan ini akan lebih efektif bila dilakukan melalui aktivitas konkret.
Kegiatan berhitung disebut sebagai menyebutkan
urutan bilangan, atau membilang. Pemahaman terhadap
tempat dibutuhkan oleh anak agar anak dapat membedakan
antara 10 dan 15, karena biasanya anak TK belum bisa
membedakan antara 10 dan 15. Mereka belum memahami
bahwa angka 1 dalam 15 adalah 10.
(2) Pattern, functions and algreba (aljabar)
Aljabar meliputi pola dan fungsi. Pemahaman tehadap pola membentuk anak memprediksi dan memperkirakan sesuatu Sriningsih (2012 : 20) . kegiatan bermain pola dapat dilakukan dengan aktivitas pengenalan kalender, bermain balok, barmain bendera, meronce dan lain sebagainya. Cara mengenalkan pola pada anak misalnya dua pola setelah anak paham dan dapat memperkirakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
urutan berikutnya, maka tingkat kesulitannya bisa ditambah.
(3) Geometri and spatial sense (geometri)
Bentuk geometri dapat dipelajari anak mencakup dua
dimensi dan tiga dimensi. Pengenalan bentuk pada usia TK
lebih baik melalui kegiatan eksplorasi berbagai bentuk benda
konkret yang mereka temui sehari-hari yang menyerupai
persegi, persegi panjang, dan lingkaran.
(4) Measurement (pengukuran)
Berdasarkan Sriningsih (2012 : 20) pengalaman mengukur bagi anak usia TK didasarkan pada kemampuan konservasi panjang dan luas.pengukuran sederhana dapat dilakukan anak diantaranya mengukur banyak sediktnya air dan pasir dengan menggunakan wadah. Mengukur dengan menggunakan alat seperti mengukur panjang dengan jengkal, tali, dan depa. Selanjutnya anak juga dikenalkan dengan konsep uang
(5) Data analisis and probability (analisis data dan probabilitas)
Kegiatan analisis data bertujuan agar anak dapat
melakukan penjumlahan dan berpikir logis seperti statistic.
Misalnya pembuatan grafik tentang anak laki-laki dan
perempuan, makanan kesukaan, cita-cita, dan sebagainya.
b) Standar Proses Pembelajaran Metematika di TK
Menurut NCTM dalam (2012 : 21) terdapat lima proses
pembelajaran matematika diantaranya adalah problem solving
(pemecaham masalah), reasoning (penalaran dan pembuktian),
communicating (komunikasi), connecting (keterhubungan), dan
representing (gambaran).
Dapat disimpulkan bahwa matematika di TK terdiri dari dua
standar yaitu standar isi dan standar proses yang masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
teridiri dari lima komponen. Standar isi meliputi lima komponen
yaitu: (1) Number and operations (bilangan dan operasi bilangan), (2)
Pattern, functions and algreba (aljabar), (3) Geometri and spatial
sense (geometri), (4) Measurement (pengukuran), (5) Data analisis
and probability (analisis data dan probabilitas). Sedangkan untuk
standar proses tediri dari problem solving (pemecaham masalah),
reasoning (penalaran dan pembuktian), communicating (komunikasi),
connecting (keterhubungan), dan representing (gambaran).
2) Konsep bilangan
a) Pengertian konsep
Setiap mata pelajaran harus mengandung muatan konsep-
konsep yang harus dipahami siswa. Pembelajaran kontekstual
menghendaki konsep-konsep tersebut dikonstruk dan ditemukan
oleh siswa sendiri melalui keterkaitannya dengan kehidupan nyata
dan pengalaman siswa. Dalam hal ini guru harus membelajarkan
konsep secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga
konsep mudah dipahami dan bertahan lama dalam pikiran siswa.
Konsep digunakan untuk menggambarkan satu susunan atau
kerangka yang ada di seputar satu tema utama atau tujuan utama
dari semua rangkaian informasi. Menurut Samiawi dan Maftuh
(2001 : 10) konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan
sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan
berpikir dan menyelesaikan masalah. Berdasarkan pendapat
Moore dalam Samiawi dan Maftuh (2001 : 11) konsep merupakan
sesuatu yang tersimpan dalam pikiran suatu pikiran, suatu ide atau
gagasan. Konsep menurut Masithoh, Setiasih, Djoehaeni
(2005:52) adalah kategori kognitif yang memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
seseorang untuk mengelompokkan informasi-informasi yang
berbeda atau peristiwa yang dilihat dan dialaminya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
konsep adalah ide abstrak (kategori kognitif) yang biasa
dinyatakan untuk mengklasifikasi objek-objek/
mengelommpokkan informasi yang berbeda dari peristiwa ang
dilihat dan dialami yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah
kemudian dituangkan ke dalam contoh dan bukan contoh,
sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep dengan jelas.
Dengan menguasai konsep, seseorang dapat menggolongkan
dunia sekitarnya menurut konsep itu sebagai perencanaan dalam
berpikir dan menyelesaikan masalah untuk masa depan.
b) Karakteristik konsep
Terdapat beberapa karakteristik konsep. Karakteristik konsep
menurut Schuncke dalam Samiawi dan Maftuh (2001 : 11)
karakteristik atau ciri umum konsep yaitu : (1) merupakan suatu
abstraksi, (2) mecerminkan pengelompokkan/ klasifikasi benda
(kegiatan, peristiwa, atau gagasan) yang mempunyai karakteristik
atau kualitas tertentu yang umum, (3) bersifat pribadi, (4)
dipelajari melalui pengalaman, (5) bukan sekedar suatu kata-kata.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa
karakteristik konsep dikatakan suatu abstraksi karena konsep
merupakan suatu gagasan umum yang kita kembangkan tentang
benda, peristiwa, atau kegiatan. Untuk poin yang kedua yaitu
dengan mengelompokkan hal-hal khusus antara satu dengan yang
lain untuk melihat persamaan dan perbedaan.
Maksud dari kalimat bersifat pribadi, yaitu melalui
pengalaman pribadi dari satu orang ke satu orang lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
memiliki perbedaan. Konsep dapat dipahami secara langsung
maupun tidak langsung dengan melalui suatu pengalaman.
Konsep bukan sekedar suatu kata-kata yaitu kata-kata digunakan
untuk memberi label terhadap suatu konsep namun tidak berarti
bahwa meskipun tidak memiliki kata-kata konsep dapat kita
kembangkan.
c) Pengertian konsep bilangan
Bagian mendasar yang perlu ditekankan dalam
pembelajaran bilangan dan lambang bilangan adalah mengenal
bilangan kardinal, mengenal lambang bilangan, mengenal nilai
tempat dan mengenal bilangan ordinal. Akan tetapi, untuk anak
usia dini pembelajaran matematika dasar yang dituangkan dalam
proses pembelajaran sederhana khususnya dalam hal pengenalan
konsep bilangan tidak serumit yang dibayangkan.
Pembelajaran dalam pengenalan bilangan pada anak hanya
sebatas pengenalan dan pemahaman bilangan untuk kuantitas/
jumlah, penggolongan/ pengklasifikasian, memasangkan
berdasarkan bilangan yang ada, memahami satu lawan satu. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Hartnett Gelman 1998 dalam
Seefeldt Wasik (2008 : 392) bahwa kepekaan bilangan itu
mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman
kesesuaian satu lawan satu. Menurut Seefeldt Wasik 2008 :
392 menyatakan bahwa disaat kepekaan pada bilangan
berkembang, anak-anak mulai mengenal penafsiran-penafsiran
Misalnya aku punya lebih banyak krayon daripada Philip.
Bilangan berdasarkan pendapat yang diambil dari
Kurniawan 2011 mendefinisikan bilangan adalah gagasan, konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
atau ide abstrak yang tidak bisa tertangkap oleh indera manusia
tetapi bersifat universal . Menurut menyatakan bahwa bilangan
adalah simbol dari banyaknya benda Suyanto (2005 : 67). Van De
Walle berpendapat bahwa bilangan adalah sebuah konsep dan
multi bentuk yang merupakan pemahaman rasional yang
melibatkan ide, hubungan dan keterampilan yang berbeda. Pakasi
(2012: 17) menyatakan bilangan adalah suatu konsep yang
didalamnya terdapat unsur-unsur penting seperti nama, urutan,
lambang dan jumlah.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa konsep bilangan
adalah konsep matematika yang merupakan pemahaman rasional
symbol dari banyanya benda yang melibatkan ide, hubungan, dan
keterampilan yang berbeda yang bersifat abstrak, tidak dapat kita
tangkap dengan alat indera, melainkan dapat kita pegang dengan
pikiran. Dengan kata lain konsep bilangan yang meliputi nama,
urutan, lambang, dan jumlah hanya ada dalam pikiran. Karena
konsep bilangan bersifat abstrak, maka cenderung sulit untuk
dipahami oleh anak TK dimana pemikiran mereka lebih banyak
berdasarkan pengalaman konkrit. Hanya yang berwujud atau
konkrit yang lebih mudah dipahami mereka. Maka dari itu,
pembelajaran kontekstual dapat lebih mudah membantu
pemahaman anak tentang konsep bilangan yang bersifat abstrak.
d) Pengenalan Konsep Bilangan Pada Anak Usia Dini
Sering kali bilangan disebut sebagai rangkaian kata-kata
tanpa makna yang berkaitan dengan bilangan itu. Ini terjadi
karena, meski anak usia 4-6 tahun memiliki minat insintrik
terhadap bilangan dan hitungan, mereka tidak memahami
hubungan satu lawan satu antara bilangan dan benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Anak usia dini tidak mengerti konsep yang mereka istilahkan
dari dua benda dan seterusnya.
Pengungkapan berulang pada menghitung akan membantu anak-
anak usia 3-5 tahun mempelajari nama-nama bilangan dan urutan
yang diikuti bilangan itu.
Menurut Sophian, 1995 dalam Seefeldt Wasik menyatakan
bahwa anak usia lima tahun mengembangkan pengertian lebih
baik tentang bilangan dan nama bilangan (2008:393). Untuk itu,
untuk mencapai perkembangan yang sesuai dengan
perkembangan anak akan sulitnya memahami konsep bilangan
yang ditunjukkan oleh seorang anak berusia empat sampai enam
tahun diperlukan bimbingan dan pendampingan oleh orang tua/
guru. Orang tua dan guru sangat berperan aktif dalam membantu
siswa untuk dapat memahami konsep suatu bilangan. Hal ini
dapat dilakukan oleh orang tua dan guru melalui kegiatan yang
menyenangkan bagi anak, misalnya melalui berbagai permainan
yang berkaitan dengan bilangan.
Orang tua atau guru dapat menciptakan berbagai permainan
yang dapat mendorong anak untuk belajar menguasai bilangan.
Pembelajaran dapat dilakukan bukan hanya di dalam kelas, tapi
juga dapat dilakukan di luar kelas, yang penting anak merasa
senang dan tertarik dengan kegiatan yang dilaksanakannya yang
di dalamnya memuat kemampuan untuk menguasai konsep
bilangan. Selain itu orang tua atau guru harus mempertimbangkan
tingkat kemampuan atau pemahaman anak terhadap materi yang
diberikan.
Dalam menyampaikan materi pengenalan pembelajaran
bilangan untuk anak usia dini, memerlukan tahapan-tahapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dalam penyampaiannya, dan dilakukan secara bertahap. Menurut
Pakasi (2012 : 23) bahwa membilang merupakan cara untuk
menanamkan konsep bilangan. Menurut Pakasi terdapat unsur
penting dalam membilang diantaranya:
(1) dengan membilang, anak-anak menyadari adanya urutan dalam sistem bilangan. Bilangan 1 diikuti bilangan 2, bilangan 2 diikuti bilangan 3, dan seterusnya. (2) dengan membilang, anak-anak menyadari bahwa tiap-tiap bilangan adalah satu lebih dari bilangan yang mendahuluinya, atau satu kurang dari bilangan berikutnya. Contohnya bilangan 5 lebih 1 dari 4 dan kurang 1 dari 6. (3) dalam kehidupan sehari-hari anak-anak banyak membilang . membilang dengan satuan 1,2,3 dan seterusnya. Pendapat diatas sesuai dengan pendapat Kirsten F. Condry
and Elizabeth S. Spelk dalam jurnalnya yang berjudul The
Language and Abstract Concept: The Case of Natural Number
Vol. 123 No. 23 Tahun 2008 menyatakan bahwa
They learn, in sequence, (a) that two designates a set comprised of an individual A and a numerically distinct individual B, (b) that three designates a set comprised of numerically distinct individuals A, B, and C, (c) that a set of three can be formed from a set of two by the operation of adding one, and finally, (d) that every count word designates a set of individuals with a unique cardinal value that exceeds, by one, the set designated by the previous word.
Dengan kata lain anak belajar membilang secara berurutan,
(a) bahwa sekelompok set benda terdiri dari satu A dan satu B
nomor yang berbeda, (b) bahwa tiga menunjuk satu kelompok
yang terdiri dari nomor yang berbeda A, B, dan C. (c) bahwa satu
set/ kelompok dapat dibentuk dari dua set/ kelompok dengan dua
pengoperasian menambahkan satu. (d) bahwa setiap kata bilangan
menunjuk satu kelompok benda.
Selanjutnya pakasi mengemukakan bahwa terdapat tiga cara
membilang yaitu: (1) membilang dengan menyentuh benda-benda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
itu dengan jari. (2) membilang dengan menunjukkan benda-benda
yang dibilang. (3) membilang dengan hanya mengikuti benda-
benda dengan mata. Berdasarkan tiga cara tersebut, anak TK akan
lebih mudah apabila membilang dengan cara menyentuh benda
dengan jari.
Dalam konsep bilangan, tersembunyi suatu unsur
children progress thrugh three stages of quantification:
global, one to one coresponce, and counting
tersebut terdapat tiga tahapan dalam perkembangan jumlah atau
kuantitas diantaranya global, one to one corresponden, dan count
(2012 : 25).
(1) Global Global dapat didefinisikan sebagai berikut or fills in randomly with in boundaries l ini berarti tahap pemahaman anak, menangkap suatu jumlah secara penuh dalam membilang. Misal bila anak mengambil bawang merah sembarang anak akan menangkap jumlah bawang merah yang diambil dengan menghitung semua.
(2) One to one correspondence One to correspondence use one to one correspondence take an aquvalent amountatas dapat diperoleh pengertian bahwa dalam menggunakan hubungan satu-satu atau one to one correspondence anak-anak mencari persamaan jumlah antar dua buah himpunan benda. (3) count
. Dari pengertian di atas membilang didefinisikan menggunakan hitungan untuk memutuskan berapa jumlah benda. Menurut Flavel dalam Hildayani (2005: 9.18) terdapat lima
prinsip berhitung atau membilang diantaranya adalah: the one on
one principle, the stable order principle, the cardinal principle,
the abstraction principle, dan the order irrelevance principle.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dari pernyataan diatas dapat dijabarkan, pertama yaitu the
one on one principle yaitu prinsip satu-satu atau sebuah bilangan
akan mendapatkan satu bilangan pengenal. Menurut Hildayani
(2005:9.18) pada dasarnya mengitung harus diajarkan secara
tiap
angka harus disebutkan tidak ada yang boleh ada yang dilewati
dan tidak boleh diulang.
Kedua the stable order principle yaitu urutan stabil atau
bilangan muncul terjadi dalam urutan yang tetap. Anak-anak bisa
menyadaribahwa bilangan yang telah mereka peljari terjadi dalam
urutan yang tetap. Prinsip ini menekankan keteraturan. Misal
apabila kita menghitung atau membilang 5 buah benda maka
belajar seperti ini anak akan lebih mudah dalam belajar.
ketiga the cardinal principle adalah cardinal atau jumlah
benda dalam sebuah kelompok sama dengan bilangan pengenal
yang terakhir. anak-anak memahami bahwa bilangan terakhir
menerangkan jumlah dari benda terakhir. misalnya kita
membilang 3 jeruk, ma -anak
menyimpulkan tiga jeruk.
Keempat the abstraction principle yaitu prinsip abstrak atau
menekankan pada benda apa yang dapat dihitung. Anak-anak
memahami bahwa semua benda dapat dihitung. Bilangan adalah
hal yang universal yang dapat diterapkan dimana saja atas apa
saja. Anak sudah sangat aktif menghitung semua benda
disekitarnya. Mereka bahkan tidak memperhatikan penggolongan
seperti bentuk, warna, atau apapun karena menurut mereka sumua
benda dapat dihitung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kelima the order irrelevance principle adalah prinsip tidak
relevannya urutan atau terserah mau berhitung dari mana saja.
Anak menyadari bahwa apabila sekumpulan benda dihitung dari
arah mana saja maka akan diperoleh jumlah yang tetap. Seperti
anak membilang atau menghitung 3 kotak satu berwarna merah,
satu kuning, satu biru. Dari mana saja anak menghitung (kotak
berwarna merah, kuning atau biru terlebih dahulu) hasilnya tetap
sama yaitu 3.
Sesuai dengan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
dalam membelajarkan bilangan pada anak tidak boleh tergesa-
gesa dan sesuai dengan tahapan.
e) Mengenal Bilangan dengan Bermain
Melalui bermain, anak akan belajar berbagai pengetahuan
dan konsep dasar. Pengetahuan akan konsep-konsep bilangan
akan jauh lebih mudah diperoleh melalui kegiatan bermain.
Menurut Piaget dalam Suyanto (2005:121) menyatakan bahwa
bermain dengan objek yang ada dilingkungannya merupakan cara
anak belajar. Dengan begitu anak belajar mengkonstruksi
pengetahuannya dengan berinteraksi dengan objek yang ada
disekitarnya.
1) Manfaat permainan matematika
Manfaat permainan TK yang diberikan pada anak usia dini
antara lain untuk :
a) Membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika
yang benar, menarik dan menyenangkan
Membelajarkan konsep matemmatika khsusnya
bilangan pada anak usia dini bukan merupakan sesuatu
yang mudah. Melalui bermain, kegiatan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
haruslah dilakukan dengan menarik, menyenangkan, dan
dapat memenuhi rasa keingintahuan anak.
b) Menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal
Anak dapat mengembangkan rasa takut terhadap
matematika. Ketika kita menunjukkan kekecewaan kita
terhadap cara anak berpikir, atas jawaban anak yang tidak
benar, maka kita sudah terlibat dalam mengembangkan
perasaan ketidakmampuan. Dalam contoh, anak yang
disuruh menyebutkan lebih banyak antara lingkaran merah
5 biji yang diletakkan berjajar dengan 5 lingkaran hijau
yang diletakkan berjajar. Pada awalnya anak akan
mengatakan itu sama. Namun ketika lingkaran hijau
ditumpuk tapi masih dalam jumlah yang sama, sedangkan
lingkaran merah tetap dalam keadaan berjajar, anak akan
menjawab lebih banyak lingkaran merah yang diletakkan
berjajar dari pada lingkaran hijau meskipun sama-sama 5.
Pada saat seperti itu kita tidak boleh menghakimi
bahwa itu salah. Apabila kita melakukannya maka
kepercayaan dirinya sebagai pemikir matematika akan
sangat berkurang saat dia harus bersandar pada apa yang
tidak ia ketahui dari pada apa yang dia lakukan.
c) Membantu anak belajar matematika secara alami melalui
kegiatan bermain
Saat anak menemukan bentuk, rupa, rasa, serta bahan-
bahan lain disekeliling mereka, mereka akan menemukan objek.
Pada saat bermain anak dihadapkan pada berbagai situasi,
kondisi, teman, dan objek baik nyata maupun imajiner.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Hakekat Anak Usia Dini
a. Bilangan pada Anak Usia Dini
1) Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik anak usia dini berada pada rentang usia 0 sampai
dengan 6 tahun. Anak usia 3-5 tahun biasa disebut dengan masa usia
keemasan bagi anak. Selain ditandai dengan munculnya masa peka
terhadap sejumlah aspek perkembangan. Masa ini ditandai dengan
berbagai bentuk kreativitas dalam bermain yang muncul dari daya
imajinasi anak. Pemberian stimulasi yang sesuai dengan
perkembangan anak akan menjadikan mereka lebih matang baik
secara fisik maupun psikis. Menurut Solehudin dalam Rusdinal &
Elizar (2005) menjelaskan karakter anak usia dini meliputi:
a) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada
masa bayi rasa inign tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda
yang ada dalam jangkauannya kemudian memasukkannya ke
mulutnya. Pada usia 3-4 tahun anak sering membongkar pasang
segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula
gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
b) Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan
anak usia dini, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal
bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal
dari faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk itu pendidik perlu
menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak usia
dini.
c) Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru
dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa
didukung data yang nyata. Anak usia dini sangat suka
membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui
kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya
teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang, benda, atau
pun hewan.
d) Masa paling potensial untuk belajar.
emas. Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek. Pendidik
perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini
tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal
yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
e) Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut
pandangnya sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang
orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka
berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya
terpenuhi.
f) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat
pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama
yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam
menyampaikan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal ini.
g) Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan
mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak
membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak
mulai belajr untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan
sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya.
2) Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Salah satu perkembangan yang dianggap sangat penting pada
anak adalah perkembangan kognitif. Semakin banyak orang tua yang
menganggap bahwa perkembangan kognitif ini harus dikembangkan
semaksimal mungkin sejak masa kanak-kanak. Maka dari itu, guru
dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif anak harus
mengetahui kemampuan kognitif khususnya dalam hal konsep
bilangan. Dengan mengetahuinya, guru akan dapat mengembangkan
proses pembelajaran yang paling tepat bagi anak. Bermain dengan
benda-benda nyata merupakan cara yang paling tepat dalam
mengembangkan potensi anak seluas mungkin tanpa ada rasa paksaan.
a) Tahap perkembangan kognitif anak usia dini piaget
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran
berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir. Menurut Jean
Piaget dalam Hildayani (2005:3.8) semua anak memiliki pola
perkembangan kognitif yang sama yaitu empat tahapan, yaitu
tahapan sensorimotor, operasional, konkret-operasional, formal-
operasional. Gambaran tingkat perkembangan Piaget dapat dibuat
bagan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tahap operasi formal (formal operations period) Dimulai sejak usia 11 atau 12 tahun hingga dewasa
Proses berpikir logis sudah meliputi ide-ide abstrak, tidak lagi terbatas pada objek-objek yang bersifat konkret
Tahap operasi konkret (concrete operations period)
Dimulai sejak usia 6 / 7 tahun hingga kurang lebih usia 11 / 12 tahun
Cara berpikir logis yang menyerupai orang dewasa mulai muncul, namun masih dibatasi oleh kemampuan penalaran yang sifatnya
masih berdasarkan realitas konkret.
Tahap praoperasional (praopertional period) Dimulai sejak usia 2 tahun hingga kurang lebih usia 6 atau 7 tahun
Berpikir simbolik dan bahasa mulai jelas terlihat untuk menggambarkan objek dan kejadian, namun cara berpikir anak belum logis dan belum menyerupai cara berpikir orang dewasa
Tahap sensorimotor (sensorimotor period)
Dimulai sejak lahir hingga kurang lebih usia 2 tahun Bayi meahami dunia melalui tindakan fisik nyata terhadap rangsang dari luar. Perilaku berkembang dari releks-refleks
sederhana melalui beberapa tahap menuju skema yang terorganisasi (perilaku yang terorganisasi)
Gambar 2.1
Tingkat Perkembangan Kognitif dari Piaget
Sumber : Psikologi Perkembangan Anak (2005:3.8)
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
perkembangan anak usia dini berada pada tahap praoperasional
dimana anak masih berpikir secara simbolik sehingga diperlukan
benda nyata untuk mempermudah pemahaman anak, mulai jelas
terlihat untuk menggambarkan objek dan kejadian, namun cara
berpikir anak belum logis dan belum menyerupai cara berpikir orang
dewasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b) Perkembangan Konsep Bilangan pada Anak TK
Terdapat program instruksional pada prinsip dan standar
pembelajaran operasi dalam kurikulum pembelajaran matematika
untuk pra Taman Kanak-kanak sampai kelas dua SD (2012: 29)
Understand numbers, way of representing numbers,
Program
pembelajaran ini menyebutkan bahwa anak diharapkan dapat
memahami bilangan, cara-cara menggambarkan bilangan,
hubungan antar bilangan dan sistem bilangan sebagai berikut:
(1)
(2) Menggunakan berbagai model untuk mengembangkan pemahaman awal tentang nilai tempat dan sistem bilangan dasar 10. (3) Mengembangkan pemahaman posisi relatif, besarnya bilangan. Bilangan ordinal dan kardinal serta hubungan-hubungannya. (4) Mengembangkan pemahaman bilangan dan menggunakannya dalam cara-cara termasuk menghubungkan, menggabungkan, dan menguraikan bilangan. (5) Menghubungkan bilangan dengan angka dengan jumlah-jumlah yang digambarkannya dengan menggunakan berbagai model fisik dan representasi. (6) Memahami dan menggambarkan pecahan-pecahan yang biasa digunakan seperti ½ dan ¼.
Berdasarkan tahapan perkembangan di atas, anak diharapkan
dapat membilang berbagai himpunan benda (objek dalam
himpunan benda). Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa
untuk dapat memahami bilangan dan memahami unsur jumlah yang
terikat di dalamnya anak-anak diharapkan membilang dengan
pemahaman dan bukan dengan hafalan.
Selanjutnya, Raharjo (2012: 30) menyampaikan beberapa
tahap dalam menyampaikan pembelajaran mengenal bilangan pada
anak yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(1) Peragaan membilang 1 sampai dengan 5 (2) Peragaan mengenal bilangan berdasarkan benyaknya benda dalam suatu kumpulan (diawali dengan bilangan 1-5) untuk pertama kali dilakukan secara urut, kemudian dilanjutkan secra acak. Apabila secra urut sudah lancar dapat dilanjutkan secara acak hingga lancer. Apabila peragaan secara acak sudah lancar, berarti penanaman konsep bilangan sudah tercapai. (3) Peragaan mengenal lambang bilangan yang diawali dengan bilangan 1-5, yaitu secara urut dan secara acak. Untuk peragaan awal, dapat dilakukan dengan cara memasangkan antara banyaknya benda dalam kumpulan sebanyak 1 hingga 5. Selanjutnya barulah pada lambangnya (angka) saja. Pertama dilakukan secara urut, kemudian secara acak. Apabila peragaan secara acak sudah lancar berarti bilangan 1 sampai dengan 5sudah tertanam pada pikiran anak. (4) Menulis lambang bilangan: di udara atau di dinding tanpa goresan dan di buku tulis. Setelah anak mengenal tulisan bilangan 1 sampai 5, maka dapat dilanjutkan dengan cara yang sama. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika
akan memberikan pembelajaran mengenal bilangan pada anak usia
dini tidak dapat dilakukan secara asal maupun tergesa-gesa, namun
harus dilakukan secara bertahap mulai dari yang termudah sampai
yang tersulit yaitu mulai dari mengenal konsep bilangan,
menghubungkan konsep ke lambang bilangan dan mengenalkan
lambang bilangan. Melalui tahapan yang benar, diharapkan anak
dapat mengenal bilangan dengan mudah dan memiliki pemahaman
yang baik.
c) Anak Berpikir melalui Benda Konkret
Kemampuan anak untuk berpikir tentang objek, benda, atau
kejadian mulai berkembang. Anak mulai mengenal simbol (kata-
kata, angka, gerak tubuh, atau gambar) untuk mewakili benda-
benda yang ada di lingkungannya. Karena cara berpikir anak masih
tergantung pada objek konkrit serta tergantung pada rentang waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kekinian dan tempat dimana anak berada, mereka belum dapat
berpikir secara abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkrit
saat guru menanamkan suatu konsep kepada mereka.
Benda konkrit atau benda nyata adalah benda-benda yang
dapat dipegang, dilihat dan dirasakan oleh anak-anak. Anak usia 3-
6 tahun menurut Piaget, sedang dalam taraf perkembangan kognitif
fase pra operational. Pada fase ini anak belajar terbaik melalui
benda-benda nyata. Mengajarkan angka 1, 2 dan 3 dan seterusnya,
akan lebih baik jika berkoresponden dengan benda, misalnya satu
dengan satu biji, dua dengan dua biji, dan seterusnya.
Menurut Suyanto (2005 : 136) menyatakan bahwa pada tahap
ini anak sudah mulai berkembang objek permanen dan sudah mulai
berkembang. Anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah,
dan ciri-cirinya meskipun bendanya sudah tidak ada.
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan
benda-benda yang nyata agar anak tidak bingung. Maksudnya anak
dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata sebagai contoh materi pembelajaran
yang akan disampaikan. Terciptanya pengalaman melalui benda
nyata anak akan lebih mengerti maksud dari materi-materi yang
diajarkan oleh guru. Karena anak akan lebih mengingat suatu benda
yang dapat dilihat, diraba, didengar dipegang, dan dirasakan
langsung oleh panca indra anak sehingga lebih membekas dan
dapat diterima oleh otak anak untuk memori jangka panjang dalam
bentuk simbol-simbol.
Melalui lingkungan dan benda nyata atau konkrit, akan
terbentuk jalur informasi mengenai banyak hal. Jalur itu akan
terbentuk sangat kuat apabila proses memasukkannya melalui
panca indra anak secara bersamaan. Selanjutnya, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
memperkuat jalur informasi yang baru yang terbentuk di otak anak,
anak memerlukan repetisi/ pengulangan.
B. Penelitian yang Relevan
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Endriati tahun 2011 skripsi
dengan judul Penerapan Permainan Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Anak Dalam Mengenal Konsep Bilangan 1-10 Kelas A
Di TK Dharma Wanita Persatuan 2 Karanganyar Keraton Pasuruan.
Menghasilkan kesimpulan bahwa dengan mendiskripsikan penerapan bermain
kartu bilangan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal
konsep bilangan, dan mendiskripsikan peningkatan kemampuan kognitif
anak melalui bermain kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dalam mengenal konsep bilangan 1-10. Penelitian dilakukan dalam 2
siklus yang didalamnya terdapat empat aspek utama yaitu kegiatan
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasilnya, dengan
menerapkan permainan kartu bilangan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan 1-10 kelas A di TK Dharma
wanita persatuan 2 Karanganyar Keraton Pasuruan. Peningkatan ini dapat
dilihat dari adanya peningkatan dari pratindakan 49 dengan prosentase 15%,
setelah dilakukan siklus 1 meningkat 63 dengan prosentase 35% dan setelah
dilakukan perbaikan dalam siklus II lebih meningkat 83 dengan prosentase
85%.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilaksanakan Endriati
karena terdapat persamaan yaitu menggunakan jenis penelitian tindakan kelas
(PTK), dan sama-sama untuk meningkatkan konsep bilangan. Perbedaan
antara penelitian yang dilakukan oleh Endriati dengan penulis adalah terdapat
pada variable x. Pada penelitian Endriati untuk meningkatkan konsep
bilangan menggunakan/ menerapkan permainan kartu bilangan sedangkan
dalam penelitian ini adalah menggunakan/ menerapkan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kontekstual untuk meningkatkan konsep bilangan pada anak kelompok B TK
SRI WIDODO Jerukagung, Klirong, Kebumen Tahun 2012.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Astutik tahun 2010 skripsi dengan
judul penelitian Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Kelompok A
melalui Aktivitas Bermain Benda Lingkungan Sekitar Di Taman Kanak-
kanak Mawar Indah 02 Sidomulyo Kota Batu. Menghasilkan kesimpulan
bahwa aktivitas bermain benda lingkungan sekitar dapat meningkatkan
konsep bilangan. Hasil peningkatan konsep bilangan ditunjukkan dengan
lembar observasi pada siklus I kelancaran anak menyebut urutan bilangan
mencapai 64%, kemampuan anak dalam mengenal angka dengan benda 56%,
pada siklus II menunjukkan peningkatan yang terus meningkat yaitu hasil
observasi untuk kelancaran menyebut urutan bilangan meningkat 88%,
kemampuan anak mengenal angka meningkat 80%, ketepatan dalam
memasangkan benda dengan angka meningkat 76%. Hal itu menunjukkan
bahwa konsep bilangan terus meningkat dengan diadakannya II siklus dari
kondisi awal. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Persamaanya yaitu dalam hal meningkatkan konsep bilangan dengan
pelaksanaan dalam dua siklus.
Penelitian diatas menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan di
dalam melaksanakan penelitian. persamaannya yaitu merupakan penelitian
tindakan kelas, meningkatkan konsep bilangan. Perbedaannya yaitu terletak
pada cara yang digunakan untuk mengenalkan konsep bilangan pada anak.
Pada penelitian pertama menggunakan permainan kartu bilangan , dan pada
penelitian yang kedua menggunakan benda-benda sekitar.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kedua
penelitian tersebut memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian dengan
Pengenalan Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok B TK SRI WIDODO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual menekankan pentingnya
lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih
hidup dan lebih bermakna, karena anak mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya.
Kondisi awal yang ditunjukkan, proses pembelajaran yang diterapkan di
TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen terutama dalam pengenalan
konsep bilangan masih bersifat tradisional/ konvensional (paper and pencil),
pembelajaran juga masih terpusat pada guru. Guru masih menggunakan
strategi dan model pembelajaran yang kurang tepat. Sarana seperti
penggunaan media dengan benda nyata atau konkret juga belum diterapkan
secara intensif, sehingga proses pembelajaran khususnya dalam pengenalan
konsep bilangan belum optimal.
Tindakan yang diambil agar dapat mengoptimalkan proses belajar
mengajar terutama pembelajaran dalam pengenalan konsep bilangan yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual. Dengan
diterapkannya model pembelajaran kontekstual diharapkan hasil
pembelajaran lebih bermakna bagi anak. Pada tahap tindakan ini,
dilaksanakan dalam dua siklus yang meliputi perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Pembelajaran diwujudkan dalam bentuk kegiatan
anak bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke anak/
siswa.
Kondisi akhir setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual,
diharapkan pengenalan konsep bilangan pada anak akan meningkat, karena
model pembelajaran kontekstual merupakan strategi yang memberdayakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
anak, sehingga pengetahuan anak tidak hanya bersifat verbalis yaitu paham
kata tanpa paham makna. Anak belajar tidak hanya sekedar menghafal,
tetapi anak harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Model pembelajaran kontekstual yang diwujudkan dalam kegiatan,
menjadikan anak belajar secara alamiah dengan benda-benda konkret
dengan cara mengalaminya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat bagan kerangka berpikir
sebagai berikut :
Gambar 2.2
Alur Kerangka Berpikir
Kondisi awal
Belum diterapkan model pembelajaran
kontekstual
Kondisi Akhir
Penerapan model
pembelajaran kontekstual
Setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual maka pengenalan konsep
bilangan pada anak meningkat
Pemahaman akan konsep
bilangan masih rendah
tindakan Siklus II
dst
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
D. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu dengan
diterapkannya model pembelajaran kontekstual, dapat meningkatkan
keberhasilan pengenalan konsep bilangan di Taman Kanak-kanak Sri Widodo
Jerukagung Klirong Kebumen tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Sri Widodo jerukagung Klirong
Kebumen. Alasan peneliti memilih TK Sri Widodo Jerukagung Klirong
Kebumen. sebagai tempat penelitian adalah bahwa:
1. Model pembelajaran yang digunakan masih sangat terbatas pada ceramah,
tanya jawab dan percakapan.
2. Penggunaan media pembelajaran yang bersifat kontekstual masih belum
optimal dan jarang digunakan (masih bersifat paper and pencil dan bersifat
tradisional),
3. Konsep materi/ pembelajaran yang disampaikan kurang terpadu dan kurang
mengkaitkan antara pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Pelaksanakan penelitian ini dilaksanakan pada semester II, bulan
Februari 2012 sampai dengan bulan oktober 2012 tahun 2012. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, penulis membuat perencanaan jadwal penelitian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran I (hal 119).
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah sebagian dari jumlah anak didik yang berada
di TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen yang berasal dari kelas/
kelompok B yang berjumlah 30 anak. Terdiri dari 15 anak laki-laki dan 15
anak perempuan.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
a. Siswa/ anak didik TK Sri Widodo kelompok B tahun 2012 semester II, yaitu
data anak yang berisi tentang seluruh kegiatan proses pembelajaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
hasil belajar tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam
peningkatan pengenalan konsep bilangan.
b. Guru sebagai sumber data karena sebelum melakukan penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara kepada kepala sekolah guru kelas berhubungan
dengan kegiatan belajar mengajar dan anak didik.
c. Dokumentasi berupa data hasil pengamatan dan data hasil belajar anak,
arsip atau dokumen TK Sri Widodo yang diperlukan dalam penelitian.
d. Peneliti merupakan sumber data yang dibutuhkan karena menjadi pelaksana
dalam penerapan model pembelajaran kontekstual. Data yang diperoleh dari
peneliti yaitu berupa data-data tentang pelaksanaan model pembelajaran
kontekstual dalam meningkatkan pengenalan konsep bilangan anak
kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Suharsimi Arikunto 2006 : 150
pengumpulan data dalam penelitian, yang biasa digunakan adalah angket
(questionaire), wawancara (interview), observasi (observation), dokumentasi
(secondary sources), dan tes (test). Adapun metode yang dipakai untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memantau proses pembelajaran.
Observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru
dan siswa di dalam kelas dari sebelum melaksanakan tindakan, saat
pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Dalam penelitian digunakan
pedoman observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 156) Observasi
atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
vasi berisi sebuah
daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Dalam observasi, digunakan pedoman observasi berupa format
observasi. Teknik observasi ini digunakan untuk menggali data-data yang
berkaitan dengan pelaksanaan tindakan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual. Adapun yang akan diamati
oleh peneliti adalah aktivitas siswa selama proses penerapan model
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran, berdasarkan tema pada
kegiatan pengenalan konsep bilangan pada anak.
2. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui bagaimana
tanggapan, keadaan, siswa dan para guru terhadap proses pembelajaran.
Hopkins dalam rochiati Wiraatmadja 2005:117 menjelaskan wawancara
adalah satu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang diuraikan Patmonodewo 1998 dalam
Nugroho dan Rachmawati (2005 : 10.15) wawancara atau percakapan
adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau
wawancara antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Sedangkan menurut Denzin dalam rochiati Wiraatmadja (2005:117)
wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dapat dianggap dapat memberikan informasi
atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Di dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan cara pengumpulan informasi secara langsung dari
anak sesuai dengan keperluan dan tanya jawab kepada nara sumber seperti
kepala sekolah. Disini peneliti menggunakan pedoman wawancara bebas
atau tidak terstruktur yaitu hanya memuat garis besar yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
ditanyakan dan subyek penelitian bebas memberikan jawaban atau
komentar. Wawancara ini tentang bagaimana aktivitas guru maupun
aktivitas anak dalam pembelajaran sehari-hari. Tujuannya untuk
mencocokkan data yang diperoleh selama penelitian dengan kenyataan
yang ditemui peneliti selama pelaksanakan penelitian denagan
pembelajaran kontekstual
3. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil
yang diperoleh anak dalam pelaksaanaan maupun setelah penggunaan
pembelajaran kontekstual. Tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui
kemampuan anak dalam pengenalan konsep bilangan.
Suharsimi Arikunto (1998:139) mengemukakan bahwa tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenia tes
perbuatan. Tes perbuatan menurut Otib Satibi Hidayat (2005 : 12.9)
mengemukakan bahwa tes perbuatan adalah tes yang pertanyaannya
disampaikan dalam bentuk tugas-tugas dan penilaiannya diambil dari
tugas-tugas yang dicapai. Untuk melaksanakan tes perbuatan menurut Otib
Satibi Hidayat 2005 : 12.9 perlu dipersiapkan dua jenis alat, yaitu: (1)
daftar tugas kerja yang berisi deskripsi mengenai instruksi yang sejelas-
jelasnya sehingga anak mengetahui secara tepat apa yang harus
dilakukannya. (2) lembar kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkah
laku murid selama proses melaksanakan tugas yang diberikan sampai
kepada produk yang dihasilkan.
Agar dapat mengetahui hasil belajar siswa digunakan teknik tes
sebagai pemrolehannya. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mengetahui sejauh mana anak mengenal konsep bilangan sebelum
menggunakan model pembelajaran kontekstual dan sesudah menggunakan
model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok B Tk Sri Widodo.
Alat untuk mengumpulkan data dari tenik tes adalah tes perbuatan dan tes
tertulis. Dimana tes tersebut dilaksanakan dalam semua siklus secara
bergantian.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang
bersumber dari dokumen dan arsip yang dimiliki sekolah. Menurut
Suharsimi Arikunto (1998 : 36) dokumentasi adalah cara pengumpulan
data mengenai hal-hal atau variabel, yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan
sebagainya. Dapat dikatakan bahwa dokumentasi adalah cara
pengumpulan data yang bersumber pada benda mati seperti tulisan,
tempat, kertas, atau orang. Adapun dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
2. Foto-foto hasil penelitian
3. Data-data yang dimiliki oleh TK Sri Widodo tentang latar belakang
sekolah, data tentang staf pengajar dan karyawan, buku kemajuan
kelas, daftar kehadiran siswa, kurikulum dan rencana pembelajaran,
data tentang latar belakang anak, portofolio anak, buku induk, dan
catatan harian guru.
E. Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Adapun untuk kepentingan
keabsahan atau validitas data digunakan teknik trianggulasi yang melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
guru atau peneliti, dan kepala TK Sri Widodo Jerukagung. Adapun dari
trianggulasi data digunakan beberapa teknik yaitu :
1. Triangulasi Data (Sumber)
Triangulasi data (sumber) menurut Moleong adalah membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda (2010: 330). Hal ini dilakukan
dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan apa yang orang-orang katakana di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi Metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data
dengan metode pengumpulan data dari informan yang berbeda tetapi
mengarah pada sumber data yang sama. Pengumpulan data ddilakukan
dengan membandingkan data yang dilakukan observer dan hasil
pengamatan guru itu sendiri atau membandingkan hasil pekerjaan seorang
analisis dengan analisis laainnya.
3. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk
sumber data yang sama secara serempak.
F. Analisis Data
Analisa data yang digunakan meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi
secara terus menerus dan setelah pengumpulan data, yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berikut bagan model
interaktif dalam analisis data berdasarkan Sugiyono (2008 :92) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 3.3
Komponen-Komponen Analisis Data (Model Interaktif)
Sumber : Miles & Huberman dalam Sugiyono (2008: 183)
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari
catatan-catatan di lapangan. Dalam penelitian ini data reduksi yang
dilakukan dengan pemilihan dan penyederhanaan data berdasarkan
kondisi TK. Jumlah murid di TK Sri Widodo Jerukagung Klirong
Kebumen adalah semua anak TK Sri Widodo, akan tetapi dalam
penelitian ini yang menjadi fokus penelitian utama adalah
kelompok/kelas B yang berjumlah 30 anak terdiri dari 15 anak laki-laki
dan 15 anak perempuan.
2. Penyajian Data ( Data Display)
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Pada tahap ini peneliti menggunakan data yang telah direduksi ke dalam
laporan secara sistematik untuk melihat gambaran data secara
keseluruhan yang disajikan dalam bentuk naratif mengenai pengelolaan
Data Collection (Pengumpulan Data)
Data Reduction (Reduksi Data)
Data Display (Penyajian Data)
Conclusion drawing/ verifiying (penarikan
kesimpulan/ verifikasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pelaksanaan tindakan kelas. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Proses reduksi data
berlangsung secara terus-menerus selama pengumpulan data sampai
penyusunan laporan akhir tersusun.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah berikutnya dari analisis data membangun kesimpulan dari
verifikasi data. Data hasil observasi dan evaluasi haruslah memenuhi
syarat-syarat objektivitas, kesahihan dan keandalan. Objektif artinya apa
adanya, tidak lebih tidak kurang dari kenyataan, sahih artinya berhasil
mengungkap objek yang hendak diungkapkan dengan cermat, handal
artinya dapat dipercaya. Fungsi verifikasi data adalah untuk meyakinkan
bahwa data yang diperoleh telah memenuhi syarat sebagai data yang
baik. Verifikasi ini diperlukan sebagai dasar pembuatan keputusan atas
tindakan yang pernah dilakukan. Hasil verifikasi inilah yang akan
dijadikan dasar pembuatan kesimpulan yang menjadi titik tolak rencana
tindakan selanjutnya.
G. Indikator Kinerja/ Kriteria Keberhasilan
Penelitian tindakan ini dilakukan diharapkan agar terjadi adanya
perubahan yang lebih baik. Adapun indikator-indikator yang dicapai sebagai
bentuk keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa termotivasi belajar
dalam pengenalan pembelajaran matematika khususnya tentang konsep
bilangan. Siswa merasakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan
dalam pembelajaran dan siswa memperoleh hasil yang maksimal dalam
pembelajaran matematika (pengenalan konsep bilangan).
Perkembangan peningkatan anak dalam pengenalan konsep bilangan
melalui melalui 2 siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini : mengenal konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
bilangan, menghubungkan konsep ke lambang bilangan dan mengenalkan
lambang bilangan
Tabel 3.2
Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang Diukur Presentase Siswa yang Ditargetkan
Cara Mengukur
Keaktifan anak dalam mengikuti kegiatan (anak aktif dalam proses pembelajaran, bertanggung jawab, mau bertanya, dapat menillai hasil kerja)
85%
Diamati saat proses
pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang memfokuskan perhatiannya pada tugas yang diberikan
Diamati saat pembelajaran dan dihitung berdasarkan penilaian unjuk kerja
Diukur dari hasil tes
dan dihitung dari jumlah siswa yang dapat mengerjakan atau menjawab dengan benar dari
Mengenal konsep bilangan (menyebutkan urutan bilangan 1-10 dan 1-20, dapat membilang, memahami arti kata satu, dua, dst. Mengenal konsep sama tidak sama, mengerti kuantitas) Pengenalan lambang Bilangan (memahami simbol, lambang bilangan/ angka) Penguasaan lambang bilangan (menghubungkan konsep ke lambang bilangan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memahami arti sidikit dan banyak (membilang objek berdasarkan lambang bilangan)
tugas yang diberikan
Berdasarkan tabel di atas dapat dapat dinyatakan bahwa penguasaan konsep
bilangan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang ditunjukkan
dengan prosentase keberhasilan mencapai 85%.
Diharapkan anak memperoleh nilai maksimal yaitu diberi tanda ( ), dan
nilai yang baik diberi tanda ( ) dan nilai sangat kurang diberi tanda ( ) melalui 2
siklus dari masing-masing indikator. Akan tetapi apabila dalam siklus II belum
tercapai/ atau belum sesuai dengan indikator yang diharapkan maka dilanjutkan
siklus III.
H. Prosedur Penelitian
Metode penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada
pembelajaran pengenalan matematika khususnya pemahaman konsep bilangan.
Penelitian tindakan kelas ini merupakan tindakan untuk memperbaiki serta
meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai, baik siswa maupun guru dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya.
Menurut Suyanto (1997: 2) PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang
dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian
mengajar dan sebagainya.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti berupa Penelitian
Tindakan Kelas Kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak, baik guru, kepala
sekolah, maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan karietes
awallllr guru Suyanto (1997: 17).
Menurut Kemmis dalam Wiraatmadja (2008: 13) menjelaskan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan
secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau
pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek
pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek
ini.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, strategi yang digunakan adalah
metode siklus. Metode ini menggunakan cara perputaran atau putaran berkali-kali
seperti pada gambar di tas. Dalam model siklus ini terdapat beberapa tahap, yaitu:
1. Perencanaan : Rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan : Hal yang dilakuakan oleh guru atau peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Obsevasi : Kegiatan mengamati atau hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.
Secara sistematika prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 3.4
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Iskandar 2009:67)
Peneliti akan melaksanakan penelitian dalam 2 siklus. Pada kegiatan
siklus akan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu peneliti
melakukan beberapa hal yang dilakukan sebagai prosedur awal penelitian.
Hal- hal yang peneliti lakukan diantaranya adalah sebagai berikut :
membuat Rencana kegiatan harian (RKH), membuat lembar evaluasi,
membuat lembar observasi dan instrumen wawancara siswa, menghubungi
Refleksi
Orientasi perencanaan
Refleksi Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
Pengamatan
Orientasi perencanaan berikut
Perbaikan Perencanaan
Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan
Siklus II
Dilanjutkan ke siklus berikut?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
teman sejawat untuk menjadi observer dan menata atau mempersiapkan
ruang kelas.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaannya, tindakan ini dilakukan oleh peneliti.
Dalam pelaksanaan tindakan ini guru menjelaskan konsep bilangan
menggunakan komponen pendekatan kontekstual yaitu kontruktivisme
(Contructivisim), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling),
masyarakat belajar (Learning Community), menemukan (Inquiri), refleksi
(reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).
c. Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan oleh peneliti. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan terhadap isi tindakan,
pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut.
Observer maupun pelaksana tindakan sebagai bahan untuk mengadakan
refleksi untuk menyusun rencana tindakan berikutnya.
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap evaluasi tentang tindakan yang telah
dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau pengaruh tindakan. Pada
tahap ini peneliti dapat membandingkan sebelum diadakan tindakan dan
kondisi sesudah diberikan tahap awal dari siklus tindakan kedua. Hasil
analisis data yang dilakukan dalam tahap siklus 1 ini akan menjadi acuan
untuk merencanakan siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 3.3
Pokok-Pokok Rencana Kegiatan Penelitian Siklus I
Siklus
I
Perencanaan a. Merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam PBM.
b. Menentukan pokok bahasan.
c. Mengembangkan skenario pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber belajar.
e. Mengembangkan format penilaian.
f. Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
Tindakan Menerapkan tindakan sesuai dengan skenario
yang telah dibuat.
Observasi Melakukan observasi dengan menggunakan
format observasi.
Refleksi
a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil
evaluasi tentang skenario dan kegiatan-
kegiatan lain.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai
hasil evaluasi, untuk dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
d. Evaluasi tindakan I.
2. Siklus 2
Pelaksanaan tindakan II merupakan kelanjutan dari siklus I. Kegiatan
ini meliputi 4 tahap:
a. Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Setelah merefleksi hasil tindakan pada siklus I yaitu masih
terdapat kekurangan-kekurangan dan kendala dalam menerapkan
pendekatan kontekstual. Ada beberapa siswa yang belum memahami
pembelajaran di area matematika pada pengenalan konsep bilangan,
yang terlihat pada hasil evaluasinya, maka peneliti merencanakan
tindak lanjut untuk memecahkan masalah yang muncul. Pada tahap ini
peneliti merencanakan perbaikan-perbaikan pembelajaran, peneliti
juga menyiapkan rencana palaksanaan pembelajaran, menyiapkan
lembar observasi, lembar penilaian proses dan lembar evaluasi.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan
yang telah disusun. Tahap tindakan merupakan kegiatan dimana
segala sesuatu yang telah direncanakan pada siklus II dilaksanakan
sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Pada tahapan ini guru
melakukan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang
telah terrevisi.
Dalam pelaksanaannya, tindakan ini dilakukan oleh peneliti.
Peneliti menyajikan materi pembelajaran mengenai konsep bilangan
sesuai rencana pembelajaran yang telah disesuaikan.
3. Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan oleh peneliti. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Selama kegiatan pelaksanaan siklus II
ini peneliti di observasi oleh teman sejawat, dan peneliti juga
mengamati proses siswa selama pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan observasi dengan menggunakan lembar observasi, angket
dan lembar penilaian proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4. Refleksi
Refleksi merupakan langkah dari suatu tindakan untuk
menemukan kekurangan selama proses pembelajaran. Data dari hasil
evaluasi siswa dan lembar observasi dianalisis dan direfleksi untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika tentang konsep bilangan. Dari hasil refleksi
peneliti dapat melakukan kegiatan pembelajaran atau berhenti di
siklus II jika tindakan telah berhasil.
Secara garis besar tahapan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dalam siklus II adalah seperti
dalam tabel berikut :
Tabel 3.4
Pokok-Pokok Rencana Kegiatan Penelitian
Siklus
II
Perencanaan
a. Merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam PBM.
b. Menentukan pokok bahasan
c. Menentukan perbaikan yang akan terrangkum
dalam rancangan pembelajaran terrevisi I
d. Menyiapkan sumber belajar
e. Menyiapkan lembar penilaian
g. Menyiapkan lembar observasi.
Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan
rancangan pembelajaran terrevisi I atau
skenario yang telah dibuat.
Observasi Melakukan observasi dengan menggunakan
format observasi.
Refleksi
a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
evaluasi tentang rancangan pembelajaran
beserta kegiatan yang telah dilakukan
c. Memantapkan lagi pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang skenario dan
kegiatan-kegiatan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan/ Kondisi Awal
Penelitian tindakan kelas pembelajaran pengenalan konsep bilangan
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dilaksanakan di TK Sri
Widodo Jerukagung Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. TK Sri
Widodo mempunyai jumlah siswa sebanyak 55 anak. Dari 55 anak, 25
merupakan siswa kelompok A dan 30 anak merupakan siswa kelas/ kelompok
B. Penelitian ini dilaksanakan di kelas/ dikelompok B yang berjumlah 30
anak. 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan. Siswa/ anak kelompok B
terdiri dari latar belakang orang tua siswa yang beragam baik dari tingkat
pendidikan maupun dari mata pencaharian. Untuk mendapatkan data dan
informasi tentang TK sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen peneliti perlu
mengadakan wawancara kepada pihak sekolah dalam hal ini kepada kepala
sekolah Ibu Suratmi A.Ma selain melalui dokumen yang diperoleh peneliti
selama penelitian berlangsung.
TK Sri Widodo tepatnya berada di Desa Jerukagung Kecamatan
Klirong Kabupaten Kebumen, posisi TK Sri Widodo berada cukup dekat
dengan jalan raya desa, menjadikan sekolah ini mudah dijangkau oleh
masyarakat. Sekolah TK ini merupakan sekolah yang cukup kondusif untuk
kegiatan belajar mengajar karena daerahnya yang tenang dan fasilitas yang
cukup lengkap. Sekolah TK Sri Widodo hanya mempunyai 3 orang guru 1
orang kepala sekolah sudah PNS, 2 orang guru yang masing-masing
memegang 1 kelas, meski begitu semuanya dapat berjalan dengan baik.
Semua guru tersebut berpendidikan DII dan sedang menempuh pendidikan SI.
TK Sri Widodo juga mempunyai ruangan yang cukup baik yaitu 2 ruang
kelas, 1 ruang guru, 1 ruang tamu, 1 ruang perpustakaan, 1 toilet guru dan 1
toilet siswa, serta halaman sekolah yang cukup luas yang biasa digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
untuk upacara, olah raga, berbagai kegiatan yang dilaksanakan disekolah dan
tempat bermain yang dilengkapi berbagai alat permainan yang menunjang
perkembangan fisik motorik anak.
Proses belajar mengajar selama ini dilaksanakan sesuai dengan
kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) yang berjalan cukup efektif.
Berdasarkan survey, observasi, dan wawancara peneliti bersama kepala
sekolah dan guru kelas menemukan masalah yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif yaitu anak kelompok B masih kesulitan dalam
mengenal konsep bilangan. Anak sudah lancar dalam menyebutkan angka 1-
50 akan tetapi anak belum mengerti bahwa masing-masing angka mewakilkan
suatu bilangan (korespondensi satu-satu).
Hal ini disebabkan karena guru kurang menerapkan pembelajaran
kontekstual yaitu pembelajaran dengan menggunakan benda-benda nyata
dengan mengkaitkan pengalaman anak dengan pengalaman baru malainkan
hanya menggunakan LKA. Kondisi belajar mengajar kelompok B di TK Sri
Widodo Jerukagung khususnya dalam pembelajaran pengenalan matematika
sebelum diadakan penelitian masih belum optimal. hal ini dapat dilihat dari
kesulitan-kesulitan yang peneliti temukan yaitu anak terus bertanya meskipun
sudah dijelaskan berulang-ulang, kegiatan anak juga tidak terselesaikan
dengan baik.
Selanjutnya berbekal hasil pengamatan dan observasi serta analisis
terhadap kegiatan belajar mengajar pengenalan matematika, khususnya
pengenalan konsep bilangan, peneliti melakukan pretest (tes awal
kemampuan sebelum diadakan tindakan) dan diperoleh data sebagai berikut
bahwa dari jumlah anak di kelompok B yaitu 30 anak sebanyak 57 %
mendapat nilai tuntas ( ) yaitu 17 anak, 43 % dari jumlah anak yang tidak
tuntas masing-masing mendapat nilai ( ) 5 anak dan nilai ( ) 8 anak.
Berdasarkan data yang diperoleh masih cukup banyak anak yang
mendapat nilai dibawah kriteria tuntas, itu artinya belum sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
indikator yang diharapkan. Ini berarti menunjukkan bahwa kemampuan anak
dalam mengenal konsep bilangan pada kelompok B masih rendah.
Kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B
dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Data Awal Kemampuan Mengenal
Konsep Bilangan Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung
Klirong Kebumen
IntervalNilai tengah
(xi) Frekuensi
(fi) fi.xiProsentase
(%) Keterangan
0,0 1,0 0,5 2 1 7 Tidak Tuntas1,0 2,0 1,5 11 16,5 36 Tidak Tuntas2,0 3,0 2,5 17 42,5 57 Tuntas 3,0 4,0 3,5 0 0 0 Tuntas Jumlah 30 60 100 Anak Tuntas = 17 Anak
Nilai rata-rata = = 2
Ketuntasan klasikal = x 100= 57 %
Berdasarkan tabel di atas nilai awal kemampuan mengenal konsep
bilangan kelompok B di atas selanjutnya akan disajikan dalam bentuk grafik
yang dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini:
Gambar 4.5 Histogram Data Awal Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung
Klirong Kebumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Selain data ketercapaian ketuntasan anak dapat dilihat dalam bentuk
grafik, juga dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 4.6: Diagram Data Prasiklus (Data Awal) Kemampuan
Mengenal Konsep Bilangan
Selain data di atas, berdasarkan pretest yang telah dilakukan dapat
diperoleh beberapa data sebagai hasil dari observasi selama proses
pembelajaran yang menunjukkan rendahnya kemampuan dalam mengenal
bilangan pada anak kelompok B. hasil pengamatan berupa observasi
terhadap guru dimana guru sebagai pemberi pesan dan murid sebagai
penerima pesan sehingga keduanya merupakan unsur penting dalam
ketercapaian tujuan pembelajaran. Hasil observasi tentang pelaksanaan
kegiatan pengenalan konsep bilangan yang mencakup observasi terhadap
dan anak didik. Berikut penjabaran dari hal tersebut.
b. Hasil Observasi Guru
Keberhasilan suatu pembelajaran dikatakan berhasil tidaknya
tidak hanya dititikberatkan pada satu subyek. Guru memiliki peran
yang strategis dalam proses pembelajaran karena guru sebagai nara
57% 26%
17% Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sumber (penyampai materi) dan fasilitator dalam proses pembelajaran
bagi anak didik. Guru memiliki peranan penting dalam menyediakan
kegiatan belajar mengajar yang efektif bagi anak didik, karena proses
pembelajaran anak TK sangat tergantung pada guru yang sering kali
menjadi model peran bagi para anak didiknya.. Ketepatan guru dalam
merumuskan kegiatan dan menyediakan sarana dan prasarana yang
tepat dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keberhasilan
target belajar ysng diharapkan. Berkaitan dengan kegiatan pengenalan
konsep bilangan pada kelompok B, observasi terhadap guru dilakukan
untuk mengevaluasi bagaimana penerapan kegiatan yang diterapkan
sehinggga hasil yang diperoleh belum memenuhi target yang
diharapkan.
c. Hasil Observasi Anak
Pengamatan terhadap anak didik penting dilakukan selama proses
pembelajaran. Melakukan observasi akan memudahkan guru dalam
mengidentifikasi perilaku anak, menilai performa anak dan
mengambil keputusan merencanakan kegiatan dan strategi belajar
serta menilai perkembangan dan pembelajaran anak. Hasil observasi
yang dilakukan terhadap anak mencapai 4 indikator penilaian yang
terbagi menjadi 16 aspek yang diamati. Hasil pengamatan yang
dilakukan memperoleh hasil bahwa penguasaan lambang bilangan
yang terbagi ke dalam 4 indikator mendapat nilai kurang (K), hasil
observasi secara keseluruhan mendapat nilai 2 yang artinya adalah
kurang. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa anak
kurang memperoleh stimulasi kegiatan yang dapat memicu tingginya
minat dan motivasi belajar. Kegiatan pembelajaran yang monoton dan
secara individu membuat anak pasif, bosan, kurang bersemangat dan
kurang tertarik terhadap materi pengenalan konsep bilangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
diberikan, apalagi hanya duduk dan diharuskan mengerjakan lembar
kerja (LKA).
d. Hasil Observasi Anak Kondisi Awal
Hasil observasi pada kondisi awal anak masih jauh dari hasil yang
diharapkan. Rata-rata nilai hasil observasi yang diperoleh adalah 2 yang
artinya adalah uarang (K). Berikut hasil observasi anak dari 4 indikator
yang terdiri dari 16 aspek yang diamati (selengkapnya dapat dilihat
dalam lampiran 22 format observasi hal. 206):
Berdasarkan data pada lampiran menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai masih sangat kurang. Maka dari itu peneliti merasa perlu
melakukan tindakan guna memperbaikinya.
B. Deskripsi Hasil Tindakan
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengatasi permasalahan yang ada di
kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen. Permasalahan itu
mencakup rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan.
Tindakan yang dilakukan peneliti terdiri dari dua siklus dengan masing-masing
pertemuan tiap siklusnya adalah tiga kali pertemuan. Masing-masing siklus
meliputi empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Setiap pertemuan berlangsung
selama 150 menit dimulai dari pukul 07.30-10.00 wib, yang terbagi dalam tiga
bagian kegiatan yaitu kegiatan awal (30 menit), kegiatan inti (60 menit) dan
kegiatan akhir (30 menit). Tema dan sub tema dipilih secara acak oleh peneliti dan
guru kelas secara bersama-sama untuk mengulang tema yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memberikan
pengalaman nyata dan bermakna bagi anak didik, maka dari itu RKH yang
disusun mencakup tujuh komponen pembelajaran kontekstual. Ketujuh komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tersebut antara lain adalah konstruktivisme (contructivisme) yaitu dengan anak
menyebut bilangan, dan membilang dengan benda nyata, mengkaitkan
pengetahuan lama selama proses belajar sehingga menghasilkan pengetahuan
baru, sehingga dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Bertanya
(questioning) yaitu adanya aktivitas tanya jawab baik dengan guru, maupun
dengan teman. Inquiri (inquiry) anak mengerti materi pada hari itu,
mengumpulkan jawaban, dan menyimpulkannya. Masyarakat belajar (learning
community) adanya unsur kerjasama antar anak didik misalnya dibuat kelompok-
kelompok kecil. Pemodelan (modelling) dilakukan dengan memberikan contoh
pengalaman langsung dari guru, anak didik, maupun media. Refleksi (reflection)
dilakukan dengan penguatan materi pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan, menyimpulkan, kesan dan pesan tentang pembelajaran konsep
bilangan. Penilaian yang sebenarnya (authenthic assessment) yaitu proses
pengumpulan data tentang kemajuan belajar dinilai dari proses bukan hanya hasil.
1 Pelaksanaan tindakan siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan melalui tiga kali pertemuan, masing-masing
pertemuan selama 150 menit terdiri dari kegiatan awal (30 menit), kegiatan
inti (60 menit), dan kegiatan akhir (30 menit). Pelaksanaan silkus 1
dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2012, 6 Juni 2012, 8 Juni 2012 dengan
rincian sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Kegiatan penelitian pada kelompok B TK Sri Widodo jerukagung
klirong kebumen diawali dengan melakukan perencanaan sebelum
diadakannya tindakan. Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak
pembelajaran untuk mengkondisikan atau sebagai tolak ukur dalam
meningkatkan ketercapapian tujuan penelitian dan membuat komitmen
atas perencanaan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tentang pengenalan konsep bilangan. Adapun tahap-tahap perencanaan
sebelum pelaksanaan tindakan dijabarkan dalam uraian berikut ini:
1) Mengkondisikan lingkungan belajar yang kondusif, aman, dan
nyaman untuk belajar.
2) Menyiapkan rencana kegiatan harian (RKH) dengan menentukan
indikator pengenalan konsep bilangan dan tujuan pembelajaran
berkaitan dengan pengenalan konsep bilangan. Tentunya juga ada
keterkaitan bidang pengembangan yang lain sehingga tercapai
pembelajaran secara holistik atau menyeluruh.
3) Menyusun skenario pembelajaran.
4) Berdasakan RKH tersebut, kemudian menyiapkan sarana dan
prasarana yang diperlukan seperti sumber belajar, media dan alat
peraga yang digunakan dan lembar kagiatan.
5) Memilih dan memperhitungkan dengan mantap bahwa strategi dan
metode yang sesuai dengan RKH telah dikembangkan.
6) Menyiapkan instrument penilaian pengenalan konsep bilangan, dan
format observasi anak didik secara klasikal.
b. Tindakan (acting)
Untuk tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan dan sesuai dengan RKH yang telah disusun
sebelumnya. Siklus 1 dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Rangkaian
kegiatan setiap pertemuan diuraikan sebagai berikut:
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 31
Mei 2012. Dilaksanakan mulai dari pukul 07.30-10.00 wib, meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Tema yang dipilih
adalah pekerjaan dengan sub tema hasil panen pak tani. Kegiatan
dibagi menjadi 2 secara klasikal dan secara individu namun
dilaksanakan dalam sebuah kelompok untuk pengembangan kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yaitu mengenal konsep bilangan (menghubungkan atau mamasangkan
lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10) dalam hal ini anak
tidak disuruh menulis dengan menggunakan media berupa senar,
batang kangkung, batang pepaya, dan manik-manik. Kegiatan ini
merupakan kegiatan ketiga. Kegiatan pertama yaitu memberikan
keterangan yang berhubungan dengan posisi, lalu kegiatan kedua yaitu
membedakan konsep kasar halus melalui panca indera dilaksanakan
secara klasikal.
Adapun pelaksanaan kegiatan implementasi pembelajaran
kontekstual dalam kegiatan pengenalan konsep bilangan adalah
sebagai berikut:
Pembukaan pada kegiatan awal adalah baris berbaris setelah bel
berbunyi dipimpin seorang anak. Guru memulai kegiatan dengan
berdoa terlebih dahulu sebelum kegiatan dimulai dengan doa yang
dzni minsyrrinafsi
Setelah itu, guru memberi salam dan sapa dilanjutkan dengan
mengecek kehadiran anak, menanyakan hari dan tanggal dan
anak untuk untuk berdiri dan melakukan peregangan otot sesuai
dengan demontrasi guru seraya menyuruh anak untuk ikut menghitung
setiap gerakan 1-8. Setelah selesai melakukan pemanasan guru
mengkondisikan anak hingga tertib. Guru membentuk kelompok yang
terdiri dari 5 anak. Anak disuruh melompat keberbagai arah dengan
satu kaki sebanyak 5 dan setiap lompatan anak diharuskan
menghitungya. kemudian setelah semuanya mendapat giliran anak-
anak duduk ditempatnya masing-masing dengan tertib. Sebelum
masuk ke kegiatan inti guru melakukan apersepsi terlebih dahulu
dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
i, coba
minat belajar anak tentang konsep bilangan. Misalnya guru/ peneliti
pak tani, coba hitung sama- nghitungnya
Memasuki kegiatan inti diawali dengan membagi anak menjadi
kelompok besar 30 anak dibagi tiga kelompok,. Selanjutnya guru
menjelaskan aturan kegiatan yang akan dilakukan dan guru memberi
contoh bagaimana anak mengerjakan nantinya. Untuk pengembangan
indicator memberikan keterangan yang berhubungan dengan posisi
membedakan konsep kasar halus guru melaksanakannya terlebih
dahulu secara klasikal dalam tiga kelompok secara bergantian dan
membedakan konsep kasar halus secara individu, kelompok, maupun
keseluruhan. Dan menempelkannya di kertas. Lalu setelah dua
kegiatan selesai guru menyuruh anak memilih salah satu teman untuk
bekerja sama
a) Kegiatan pengenalan konsep bilangan dilakukan dengan benda-
benda nyata yang biasa anak temui dalam kehidupan sehari-hari
seperti batang pepaya, batang kangkung, dan manik-manik.
b) Guru menyuruh anak untuk meronce batang pepaya sebanyak 5
buah, batang kangkung sebanyak 8 buah dan manik-manik
sebanyak 30 buah dan itu dikerjakan secara bersama-sama.
c) Anak yang berhasil menyelesaikan hasil terlebih dahulu dengan
tepat memperoleh reward entah itu berupa pujian atau gambar
bintang.
Sebelumnya guru membimbing anak membaca basmallah
sebelum mengerjakan kegiatan inti. Pada kegiatan inti guru/ peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
mangawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan anak bersama guru
kelas dengan melakukan penilaian dan pegamatan perilaku selama
kegiatan berlangsung agar data yang diperoleh lebih akurat sesuai
dengan kondisi pelaksanaan. Observasi dilakukan hingga proses
pembelajaran usai. Setelah 60 menit berlalu dan anak-anak selesai
megerjakan anak-anak istirahat. Sebelumnya guru dan anak mengucap
hamdallah bersama tanda kegiatan telah selesai dan anak-anak
merapikan alat belajarnya dilanjutkan dengan berdoa bersama sebelum
makan.
Pada kegiatan akhir proses belajar mengajar diawali dengan
dengan mereview atau mengevaluasi proses dan hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, sambil menunjukkan hasil
roncean yang benar (sesuai dengan ketentuan jumlah) dan yang salah
(tidak sesuai dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan). Tanyakan
apa saja yang tadi anak-anak pelajari, bagaimana cara
mengerjakannya, siapa yang tidak ikut mengerjakan, dan lain
sebagainya.
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Juni 2012.
Pertemuan berlangsung selama 150 menit dengan rincian waktu
kegiatan awal (± 30 menit) kegiatan inti (± 60 menit) dan kegiatan
akhir (± 30 menit) mulai pukul 07.30-10.00 wib di kelompok B TK
Sri Widodo. Tema yang di pakai adalah pekerjaan dengan pemilihan
sub tema jenis-jenis pekerjaan. Kegiatan terdiri dari aspek
pengembangan bahasa, kognitif dan psikomotorik halus. Kegiatan
mengenal konsep bilangan dilakukan dengan cara mengelompokkan
kancing baju yang merupakan bagian dari alat yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
penjahit. Ketentuan mengerjakan, anak-anak mengelompokkan
kancing baju berdasarkan warna setelah itu anak-anak menghitung
kancing baju berdasarkan warna lalu menuliskan lambang bilangan
pada lembar LKA yang disediakan. kancing baju yang berwarna
warni disediakan dalam satu wadah (dicampur). Kancing baju
tersebut diletakkan di satu meja yang terdiri dari 6 anak. Dengan
begitu anak dapat bersosialisasi dengan lebih baik anak akan bisa
bekerja sama dalam mengerjakan seperti apabila salah satu anak
salah menghitung maka anak yang lain mengingatkan dan bersama-
sama menghitung ulang. Model pemmbelajaran yang digunakan
tetap menggunakan model pembelajaran kotekstual dengan
menggunakan benda nyata seperti kancing baju, dan stik es krim
untuk membuat akuarium.
Tindakan pertemuan ke dua yang dilaksanakan dari awal hingga
akhir dideskripsikan dalam uraian berikut ini:
Kegiatan awal di dimulai dengan kegiatan berbaris, doa sebelum
belajar, salam dan sapa. Hari ini tidak ada anak yang absen, semua
anak masuk sekolah. Dilanjutkan dengan kegiatan rutin yaitu
presensi anak. Guru menanyakan hari dan tanggal lalu
menuliskannya dipapan tulis dengan angka yang salah, guru
menanyakannya lalu suruh anak untuk membenarkan. Untuk
mengawali pembelajaran anak-
menyuruh anak-anak untuk berdiri, melakukan pemanasan dan
melakukan sedikit peregangan otot dan melakukan gerak dan lagu
dibimbing oleh guru. Guru menjelaskan apa yang akan kerjakan
beserta tujuannya yaitu menghitung mundur dari papan tulis sampai
batas garis yang telah ditentukan. Kegiatan ini dilakukan oleh 5 anak
terlebih dahulu lalu dilakukan secara bergantian. Anak yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mendapat giliran dan yang belum, memberi tepuk tangan anak yang
sedang melakukan kegiatan. Untuk kegiatan apersepsi seperti biasa
guru melakukan dengan tanya jawab, bercakap-cakap dan
demonstrasi. Guru bertanya apa saja pekerjaan yang anak ketahui?
(anak menjawab guru, dokter, polisi, tukang kayu, penjahit, dsb)
Guru memancingnya dengan bertanya yang pekerjaannya
menangkap ikan apa namanya?, ikannya diapakan? Biarkan anak-
bisa dimakan, dipelihara, digoreng, dipotong, dijemur, dikasih
kucing. Guru bertanya kalau dimasukkan akuarium boleh tidak anak-
ra memelihara ikan
di toples, biarkan anak mengamati setelah itu beri anak pertanyaan.
Katakan pada anak bahwa nanti anak-anak juga akan membuat
akuarium dari stik es krim dan mengisinya dengan gambar ikan
anak-anak mau apa tidak? Kemudian guru mencontohkan cara
membuatnya. Setelah itu guru bertanya yang pekerjaannya suka
memotong kayu apa namanya? Katakan pada anak bahwa anak akan
mmengerjakan tugas membuat gergaji dari daun kelapa kemudian
guru mencontohkannya. Setelah itu tanyakan pada anak yang
pekerjaannya menjahit baju apa namanya?. Kemudian guru
menjelaskan kegiatan cara menghitung kancing baju. Berikut
pelaksanaan kegiatan mengenal konsep bilangan:
a) Anak mengelompokkan/ mengklasifikasikan kancing baju
berdasarkan warna.
b) Setelah kancing baju dikelompokkan anak menghitungya dan
menuliskan lambang bilangan pada LKA yang sudah disediakan
sesuai dengan jumlah warna kancing yang dihitung.
c) Anak bekerja sama dan saling mengingatkan.
d) Anak mengerjakannya berdasarkan contoh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Sebelum kegiatan inti berlangsung guru dan anak-anak
mengucapkan basmallah bersama-sama dibimbing oleh guru.
Selama kegiatan inti berlangsung peneliti/ guru melaksanakan
penelitian/ pengamatan terhadap anak didik dengan mengisi
penilaian proses yang telah disiapkan tentang pengenalan konsep
bilangan. Setelah kegiatan dilaksanakan dan semua tugas selesai
anak merapikan peralatan masing-masing. Anak dan guru mengucap
hamdallah bersama tanda akan segera istirahat. Selanjutnya
mengucapkan doa sebelum makan lalu anak-anak makan bekal dan
bermain.
pesan berantai 4-5 urutan kata yang diucapkan guru misalnya kata
review
kegiatan yang telah dilakukan, dengan cara menyuruh beberapa anak
yang berani maju kedepan untuk mengelompokkan kancing baju lalu
menghitungnya. Setelah itu guru dan anak saling bertanya tentang
kegiatan satu hari dan saling menyampaikan kesan. Pertemuan
ditutup dengan berdoa sebelum pulang penyampaian pesan dari guru
ke anak, doa mau pulang, salam dan dilanjutkan dengan bermain
siapa cepat siapa dapat untuk menentukan siapa yang pulangterlebih
dahulu.
3) Pertemuan 3
i 2012.
Dilaksanakan selama 150 menit mulai pukul 07.30-10.00 wib dari
kegiatan awal, inti dan kegiatan akhir. Tema yang digunakan pada
pertemuan 3 adalah tema Rekreasi dengan tema liburan. Kegiatan
yang dilakukan selama pembelajaran adalah mengenal konsep
bilangan. Pada kegiatan ini guru membuat perencanaan tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
konsep bilangan pada setiap aspek sebagai pemantapan pemahaman
anak mengenai konsep bilangan. Kegiatan pembelajaran
menggunakan model kontekstual yang diadaptasi dari pendekatan
CTL.
Adapun deskripsi pelaksanaan kegiatan dimulai dari kegiatan
awal sampai dengan kegiatan akhir adalah sebagai berikut:
Kegiatan baris berbaris mengawali kegiatan, dilanjutkan dengan
berdoa sebelum belajar, salam dan sapa. Selanjutnya kegiatan
mengabsen anak dengan cara anak disuruh menghitung secara
bergantian sesuai dengan urutan tempat duduknya dimulai dengan
tempat duduk paling depan. Pada hari ini 1 anak tidak masuk, karena
sakit. Seperti biasa anak-
jumlah anak yang masuk bila
membenarkan apabila ada anak yang salah dan memberitahu cara
menghitung yang benar. Menanyakan hari dan tanggal lalu
menyuruh beberapa anak menuliskannya dipapan tulis.
Guru mengajak anak-anak untuk berolahraga (psikomotorik
kasar) diluar kelas. Guru dan anak-anak membentuk lingkaran,
kemudian melakukan kegiatan pemanasan dibimbing oleh guru.
Setelah selesai guru menyampaikan aturan permainannya. Anak-
anak maju secara berpasangan 3-4 pasang anak. Anak-anak
mengambil bola dengan cara bekerja sama sesuai dengan perintah
guru kemudian anak melemparkannya ke keranjang sampah yang
telah disiapkan berjarak ± 50-60 cm lalu di hitung bersama-sama.
Hal ini dilakukan secara bergantian. Setelah semua anak mendapat
giliran, semua masuk ke kelas siap dengan kegiatan berikutnya.
-anak ikut menyanyikannya dilanjutkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
anak dan menyampaikan tujuan dari kegiatan pembelajaran yang
dapat dipahami anak. Kegiatan selanjutnya yaitu guru memberikan
apersepsi dengan tanya jawab dan bercakap- -anak tahu
tidak tempat rekreasi itu apa saja? Coba sebutkan! Biarkan anak-
anak berkomentar dan bercerita misalnya ada anak yang menyebut
kemarin ke kebun binatang. Apa saja ya yang dapat dilihat di kebun
binatang? (hewan), hewan apa saja?, dst. Ceritakan apa saja yang
anak dan guru lihat sewaktu berlibur ke kebun binatang. Untuk
-anak memberi angka ada berapa barisan
hatkan
lembar kerja lalu mencontohkan didepan kelas menggunakan gambar
yang ditempel di papan flannel. Tanyakan pada anak jika ingin
berlibur biasanya yang dibawa itu apa saja, ada uang, roti, dan
kadang juga membawa buah-buahan, biasanya buah apa yang
dib
irisan buah apel pepaya dan pisang. Guru menjelaskan pada anak
bahwa itu untuk tugas membuat sate buah lalu guru mencontohkan
secara urut 2 irisan pisang, 1 irisan apel, 3 irisan pepaya untuk dibuat
sate buah. Setelah guru selesai mencontohkan suruh anak bersama-
sama untuk menghitung berapa buah yang ditusuk dari 2 irisan
pisang, 1 irisan apel, 3 irisan pepaya. Kemudian guru menjelaskan
kegiatan selanjutnya. Sebelum melaksanakan kegiatan anak-anak
mengucapkan basmallah bersama.
Pengamatan dilakukan selama kegiatan berlangsung dan peneliti
menilai anak ketika kegiatan pengenalan konsep bilangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
berlangsung dalam bentuk penilaian proses. Setelah semua kegiatan
selesai semua anak memmbaca hamdalah dibimbing oleh guru/
peneliti, dilanjutkan dengan berdoa sebelum makan, makan bekal,
dan istirahat.
Kegiatan akhir dimulai dengan mengkondisikan anak agar anak
tertib dan dapat kembali berkonsentrasi pada pembelajaran. Guru
Kegiatan dilanjutkan dengan mereview kegiatan yang telah
-anak hari ini lakukan?,
bagaimana cara mengerjakan tiap-tiap kegiatan, berapa irisan buah
sebagainya. Kegiatan diakhiri dengan berdoa sebelum pulang, kesan
dan pesan lalu bermain patung-patungan untuk menentukan siapa
yang pulang lebih dahulu.
c. Pengamatan (observing)
Pada tahap ini peneliti mengadakan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran penerapan pembelajaran kontekstual alam kegiatan
pengenalan konsep bilangan. Alat atau instrument observasi yang
digunakan berupa format observasi guru untuk observer dan format
observasi anak untuk peneliti yang berisi format penilaian proses yang
digunakan peneliti untuk menilai dan melakukan pengamatan terhadap
terlaksananya kegiatan.
Dari penelitn yang dilakukan dapat dilihat bahwa pembelajaran
setelah dilakukannya tindakan terjadi peningkatan pada cara dan srategi
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan
membuat proses evaluasi/ kekurangan guru dalam melaksanakan tindakan
untuk mengenalkan konsep bilangan pada anak menjadi lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dimengerti. Berikut uraian hasil pengamatan siklus I kinerja guru dan
observasi anak :
1. Pertemuan I
a. Observasi Kinerja Guru
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru kelas
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Karena anak tidak terbiasa dibentuk kelompok, maka
sebaiknya dalam membentuk kelompok diperhatikan
kedekatan antar anak.
2) Dalam melakukan persiapan sebaiknya dilakukan secara
maksimal dan diperhatikan kembali apa masih kurang apa
sudah cukup persiapannya.
3) Dalam meronce tirai sebaiknya penjelasan lebih ditekankan
pada pola dengan media apa saja, apabila hendak diterapkan
pola jumlah, maka penjelasan harus diperjelas Sebenarnya
dalam penyampaiannya sudah baik Cuma lebih ditekankan
bahasanya. misalnya dalam kegiatan ini: 3 batang pepaya- -
manik-manik-8 batang kangkung. pertama adalah 3 batang
pepaya. Jelaskan dan contohkan pada anak dengan sejelas-
jelasnya jangan hanya sekilas saja. Kalau perlu ditulis di paan
tulis dengan gambar batang pepaya dan jumlahnya (angka).
4) Sertakan pula contoh yang sudah jadi sehingga anak lebih
paham.
Pengamatan dilakukan dari kegiatan awal atau pra
pembelajaran sampai penutup atau akhir pembelajaran. Berdasarkan
tabel di atas kualitas pembelajaran guru masih kurang (selengkapnya
dapat dilihat dalam lampiran) sehingga perlu perbaikan agar
pengertian anak pada apa yang diajarkan juga dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2. Pertemuan 2
a. Hasil Observasi Guru
Berdasarkan hasil observasi siklus I pertemuan 2 dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual guna meningkatkan
pengenalan konsep bilangan pada anak yang dilakukan guru dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Penggunaan kancing dan gambar yang berwarna-warni untuk
membuat akuarium dalam pertemuan ini, anak sangat
antusias dalam melaksanakan kegiatan.
2. Media yang disediaka jangan hanya diletakkan dalam satu
wadah dalam satu meja yang terdiri dari 6 anak.
3. Anak terlibat aktif (anak mau menanyakan kegiatan yang
belum dimengerti dengan cara bekerja sama dengan teman
semeja, teman terdekat, dan dengan guru dalam kegiatan)
meskipun sebelumnya dalam keadaan yang kurang
terkendali.
4. Kedekatan antara guru dan anak semakin baik sehingga anak
dapat tanggap dengan cepat apabila guru memngingatkan
kesalahan anak (anak tidak ngambek, mau memperbaiki
kesalahan dengan cepat, mengerti bahwa itu untuk kebaikan).
Meskipun dalam pelaksanaannya kurang dapat terlaksana
dengan baik seperti yang sebelumnya namun antusias anak pada
pembelajaran cukup baik sehingga anak dapat merespon dengan
cepat pembelajaran apa saja yang diberikan hari itu, anak juga
dbertanggung jawab pada apa yang dikerjakannya (mengerjakan
kegiatan dengan tepat waktu)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
3) Pertemuan 3
a) Hasil Observasi Guru
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru kelas
terhadap tindakan proses pembelajaran yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
Berdasaekan hasil observasi yang dilakukan guru kelas
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut:
1. Penyampaian materi sudah cukup jelas.
2. Karena dalam pertemuan ini anak pengenalan konsep
bilangan ditekankan pada pengenalan konsep bilangan 1-10,
maka anak dapat menguasai dengan baik.
3. Dalam kegiatan membuat sate buah (meronce) yang dikaitkan
dengan jumlah harus diperhatikan bahwa jumlah dan pola
yang diterapkan harus lebih diperjelas apabila nanti ada
kegiatan yang serupa, berikan contoh yang sudah jadi dan
contoh cara mengerjakannya.
Terjadi peningkatan pencapaian perkembangan namun masih
perlu adanya satu perbaikan agar kualitas pembelajaran yang
diterapkan guru mmeningkat, dan kemampuan anak juga dapat lebih
meningkat. Tindakan yang dilakukan siklus I secara keseluruhan
sudah baik dan memperoleh hasil yang cukup memuaskan akan
tetapi peningkatan tersebut belum mencapai target yang diharapkan
sehingga perlu diadakannya tindakan lanjutan.
4) Observasi Anak Siklus I
Pada siklus I hasil observasi yang diperoleh sudah mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata yang dicapai adalah 2-3 dari 16 aspek yang
diamati yang terangkum dalam 4 indikator (selengkapnya dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dalam lampiran 25 hal. 209). Peningkatan dapat terlihat dari 13 anak yang
belum memenuhi kriteria, berkurang menjadi 9 anak.
b. Refleksi (Reflecting)
Dari hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pengenalan
konsep bilangan dengan penerapan pembelajaran kontekstual dengan
penggunaan media dari alam dan lingkungan sekitar secara umum telah
menunjukkan perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil pengamatan yang
diperoleh, berikut uraian refleksi dari siklus 1:
1) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran kontekstual dalam kegiatan yang
telah dirancang dan dilaksanakan sudah cukup baik dan benar.
2) Observasi yang dilakukan terhadap anak menunjukkan pengenalan
konsep bilangan Sebagian anak cukup menunjukan keaktifan dan
keseriusannya dalam kegiatan mengenal konsep bilangan namun
kerjasama dan keterlibatan anak belum secara maksimal di dalam
kelompok. Anak kurang dapat bersosialisasi karena peemilihan
teman dengan cara anak memilih sendiri menjadikan anak hanya
memilih teman yang itu-itu saja setiap pertemuan
3) Anak kurang dapat mengungkapkan dengan pernyataan langsung
tentang apa-apa saja yang mereka pelajari hari itu padahal penting
bagi anak tahu untuk apa ia belajar.
4) Untuk pengenalan konsep bilangan anak dapat mengikutinya dan
menyerap materi pembelajaran dengan baik namun masih ada
beberapa anak yang belum begitu menguasai dan masih tergantung
pada guru.
Melihat kekurangan-kekurangan yang ada berdasarkan hasil refleksi
yang telah disampaikan di atas peneliti mencari solusi pemecahan
masalah sehingga target keberhasilan yang diharapkan dapat tercapai,
dengan diadakannya siklus ke dua. Berikut ini solusi yang akan peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
terapkan dalam kegiatan pengenalan konse p bilangan dengan penerapan
pembelajaran kontekstual pada siklus II yaitu:
1) Peneliti bersama guru kelas mencari kegiatan yang lebih dapat
mengaktifkan anak dengan lebih mengembangkan indikator.
Pemilihan teman dilakukan secara acak oleh guru agar anak dapat
lebih bersosialisasi
2) Guru lebih sering menyampaikan tujuan anak-anak melaksanakan
kegiatan, mendorong anak untuk dapat lebih mengemukakan
gagasan dan pendapatnya,
3) Agar anak dapat lebih bertanggung jawab pada dirinya guru
memberikan umpan balik, penguatan dan pengulangan serta reward
untuk setiap perilaku yang diharapkan guru.
Berikut hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilangan melalui
pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan mengenal bilangan
kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong
Kebumen (siklus I)
Interval Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi.xi Prosentase (%)
Keterangan
0 - 1,0 0,5 0 0 0 Tidak Tuntas 1,0 - 2,0 1,5 9 13,5 30 Tidak Tuntas 2,0 - 3,0 2,5 16 40 53,3 Tuntas 3,0 - 4,0 3,5 5 17,5 16,7 Tuntas Jumlah 30 71 100 Anak Tuntas (mencapai KKM) = 21 Anak
Nilai Rata-rata = = 2,4
Ketuntasan Klasikal = = 70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan tabel nilai kemampuan anak di atas, selanjutnya akan
disajikan dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut
ini:
Gambar 4.7: Histogram Data Kemampuan pengenalan konsep bilangan
Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen
(Siklus I)
Selain data (histogram) di atas juga dapat disajikan dalam bentuk
diagram sebagai berikut:
Gambar 4.8 : Diagram Data Kemampuan Pengenalan Konsep
Bilangan Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung
Klirong Kebumen (Siklus I)
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2 Pelaksanaan tindakan siklus II
Pelaksanaan siklus II masih sama, yaitu dilakukan dalam tiga kali
pertemuan dengan empat tahap pelaksanaan. Masing-masing pertemuan
berlangsung selama 150 menit, terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup/ akhir. Pelaksanaan sklus II dilaksanakan pada tanggal 15
Juni 2012, 16 Juni 2012 dan 21 Juni 2012 sesuai waktu yang ditentukan oleh
pihak sekolah, dengan rincian rangkaian pelaksanaan sebagai berikut:
a Perencanaan (planning)
Pelaksanaan siklus 1 sudah berjalan dengan baik, akan tetapi
berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus
I diketahui bahwa keberhasilan hasil tindakan belum mencapai standar
ketercapaian yang ditetapkan yaitu sebesar 85%. Ketuntasan kemampuan
mengenal konsep bilangan dengan pembelajaran kontekstual pada siklus
I baru mencapai 70 % dari 30 anak, yang diketahui pada kondisi awal
anak yang mencapai standar ketuntasan sejumlah 17 anak. Siklus II
dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh dari pelaksanaan
siklus sebelumnya yaitu siklus I.
Pelaksanaan kegiatan pada siklus II sama dengan kegiatan pada
siklus I yaitu meningkatkan aspek perkembangan kognitif mengenai
pengenalan konsep bilangan melalui pembelajaran kontekstual. Pada
siklus ini, media yang digunakan tetap menggunakan benda konkret.
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini lebih ditekankan dengan cara
berkelompok meskipun penilaian bersifat individu. Hal ini dimaksudkan
agar anak dapat bertanggung jawab pada kegiatan yang diberikan dengan
cara bersosialisasi/ bekerja sama. Model pembelajaran yang digunakan
tetap menggunakan pembelajaran kontekstual tentunya, dengan
keterkaitan masing-masing bidang pengembangan. Tema ditentukan dari
hasil diskusi peneliti dengan pihak sekolah dengan sub tema pilihan
peneliti. Berikut pelaksanaan sebelum tindakan siklus II:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
1) Menentukan tema dan sub tema dilanjutkan dengan pemilihan
indikator yang akan dikembangakan dalam masing-masing
pertemuan.
2) Menyusun RKH dan menyusun skenario pembelajaran sehingga
dalam pelaksanaan kegiatan dapat terarah dan berjalan dengan runtut
dan efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3) Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang dibutuhkan
dalam kegiatan sesuai dengan RKH.
4) Menyiapkan instrument penilaian yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran meliputi format penilaian proses, dan
format observasi anak.
b Tindakan (acting)
Pada tahap ini guru melakukan kegiatan pembelajaran
perkembangan kognitif yaitu mengenal konsep bilangan dengan
menggakan media benda nyata. Pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan RKH yang disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus II
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Berikut uraian kegiatan masing-
masing pertemuan:
1 Pertemuan I
Pertemuan I pada siklu
Juni 2012. Kegiatan dilaksanakan selama 150 menit mulai dari pukul
07.30-10.00 wib terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. Tema yang
dipilih adalah tanah Airku dengan sub tema pertanian di desa.
Kegiatan di pertemuan kedua siklus 1. Media yang digunakan dalam
pembelajaran ini masih tetap menggunakan media/ benda-benda nyata
disekitar anak tentunya masih menggunakan model pembelajaran
kontekstual. Dalam pertemuan ini terdapat tiga pengembangan di
kegiatan inti yaitu aspek pengembangan bahasa (menyebutkan nama
benda yang diperlihatkan) dilakukan secara klasikal, kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
(membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan
dengan benda-benda) dan psikomotorik halus (mencap dengan
rincian pelaksanaan kegiatan
pengenalan konsep bilangan melalui pembelajaran kontekstual.
Pembukaan dimulai dengan kegiatan awal, bel berbunyi anak-
anak berbaris, guru mengkondisikan anak agar anak tertib setelah itu
guru mengucap salam dan menyapa anak-anak, anak-anak
menjawabnya dilanjutkan dengan berdoa dan absensi siswa. Setelah
selesai mengabsen siswa, guru menyuruh anak-anak berhitung keliling
atau mengucapkan urutan secara bergantian berdasarkan tempat duduk
sampai semua anak mengucapkannya. Untuk memasuki pembelajaran
-anak lihat sewaktu mau berangkat
-anak saling memberikan jawaban (langit, pohon
pisang, bunga, pohon kelapa, daun, orang, sepeda, sawah dsb). Guru
menanyakan pada anak kalau sawah yang biasa ditanami padi, kacang
antusias dalam menjawab ajak anak berpikir perbedaan antara ciptaan
tuhan dan buatan manusia.
Berikutnya guru melakukan apersepsi dimulai dengan sedikit
bercerita t
diperjalanan bu guru melihat sawah yang luas..sekali. coba kalau
sawah itu biasanya ada di desa apa di kota? (biarkan anak-anak
anak saling memberikan komentar (ada yang bertanya, ada yang
bercerita pengalamannya sewaktu pergi ke kota dsb.) Sekarang coba
kalau di desa seperti desa kita apa yang anak-anak lihat? Yang biasa
anak lihat disekitar rumah anak-anak? Misal ada anak yang menjawab
tanaman. Coba sebutkan tanaman apa saja! (pohon pisang, pohon
kelapa, pohon nangka, kencur, lengkuas, kunyit dll). Di desa kita ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
sawah tidak anak-anak? Oh ya ada biasanya ditanami apa saja ya,
anak-anak menjawab padi, kacang hijau, cabe, mentimun, kedelai,
baw -anak
membawa tanaman yang biasanya ada di desa kita sambil
menunjukkan benda-benda yang telah disiapkan seperti lengkuas,
bawang merah, bawang putih, tanaman padi, pohon pepaya, dan
kunyit kemudian anak-anak disuruh menyebutkan tanaman apa itu.
Selanjutnya guru menjelaskan cara mencap dengan pelepah
pisang dan cara membilang benda-benda dengan pembelajaran
kontekstual:
a) Guru menjelaskan aturan dari permainan membilang yang akan
dilakukan. Bahwa nanti anak-anak akan menghitung/ membilang
dengan menggunakan bawang merah lalu menuliskan lambang
bilangan di papan tulis..
b) Cari satu teman untuk berpasangan karena nanti temanmu yang
menilai benar atau tidak bawang merah yang kamu hitung dan
angka/ lambang bilangan yang kamu tulis. Tentunya bu guru juga
ikut menilai.
c) Setelah selesai, yang tadi menghitung sekarang menilai, dan yang
tadi menilai sekarang menghitung.
d) Setiap kesempatan maju, kegiatan menghitung dilakukan dengan
5 pasang anak.
e) Kelompok berpasangan yang menyelesaikan hitungan dan
menuliskan lambang bilangan dengan tepat terlebih dahulu
mendapat reaward berupa gambar bintang dan pujian.
Sebelum kegiatan inti dimulai guru membimbing anak untuk
mengucap basmallah bersama-sama sebelum mengerjakan tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pada kegiatan inti guru memantau pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan anak guru melakukan penilaian dan mengamati perilaku
anak selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu, observer juga
mengamati pelaksanaan kegiatan sehingga diharapkan data yang
diperoleh akurat sesuai dengan kondisi pelaksanaannya. observasi
dilaksanakan selama kegiatan berlangsung. Setelah 60 menit dan
anak-anak selesai mengerjakan anak-anak diperbolehkan istirahat.
Semua anak bertanggung jawab merapikan peralatan sendiri
dilanjutkan dengan membaca hamdallah dan berdoa sebelum makan.
Kegiatan akhir/ penutup diawali dengan mengkondisikan anak
hari itu dengan bertanya dan membuka kembali ingatan anak akan
pembelajaran hari itu. kegiatan diakhiri dengan kesan dan pesan,
dilanjutkan doa sebelum pulang dan salam.
4) Pertemuan 2
Dilaksanakan selama 150 menit mulai pukul 07.30-10.00 wib dari
kegiatan awal, inti dan kegiatan akhir. Tema yang dipakai adalah alam
sekitar dengan sub tema benda-benda yang tumbuh di alam. Kegiatan
meliputi 2 aspek pengembangan kognitif dan 1 aspek pengembangan
psikomotorik halus. Model pembelajaran kontekstual.
Adapun pelaksanaan implementasi pembelajaran kontekstual
dalam kegiatan pengenalan konsep bilangan dijabarkan dalam
penjelasan di bawah ini:
Seperti biasa kegiatan awal dimulai dengan berbaris, berdoa,
salam dan sapa. Dilanjutkan dengan kegiatan absensi. Anak yang
hadir pada waktu itu sejumlah 28 anak. Menanyakan tanggal dan hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
kemudian menuliskannya dipapan tulis. Untuk mengawali kegiatan
belajar mengajar guru membimbing anak untuk menyanyikan lagu
melakukan gerak dan lagu. (menyanyikan lagu sambil melakukan
pinggang, pindah kebahumumu
menambah beberapa gerakan dan pendinginan. Kemudian ajak anak
membentuk lingkaran. Panggil 6 anak untuk maju kedepan berdiri di
atas satu kaki seperti kapal terbang sambil menghitung 1-10 anak yang
belum atau yang sudah mendapat giliran betepuk tangan
menyemangati.
Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menyuruh anak mengambil
batu sesuai dengan kahadiran anak, suruh sejumlah anak yang sama
maju dan menghitungnya kembali. Kemudian menyuruh anak untuk
menghitungnya bersama-sama. Guru mengambil batu 8 dari 28 batu
Kemudian suruh 4-5 anak maju menghitungnya, suruh 4-5 anak untuk
menghitung kembali benar atau tidak batu yang diambil temannya
tadi, lalu dihitung bersama-sama. Begitu seterusnya dengan jumlah
yang berbeda hingga semua anak mendapat giliran.
Selanjutnya membilang atau menyebut urutan bilangan 1-20 anak
maju ke depan, mengambil batu sesuai dengan perintah guru ada anak
yang disuruh mengambil 15, 10, 9, dsb sesuai dengan kemamapuan
anak.
Berikut penerapan pembelajaran kontekstual dalam kegiatan
mengenal konsep bilangan dengan menggunakan benda nyata yang
ada disekitar anak setiap harinya yaitu batu. Berikut penjabarannya:
a) Guru menyuruh anak-anak untuk mencari satu teman sebagai
partner. setelah masing-masing anak mendapat pasangan, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
menentukan aturan mainnya. Selain itu guru juga melakukan
perjanjian bagi anak yang tidak maju boleh menyemangati sambil
bertepuk tangan tapi jangan mengganggu.
b) Guru menuliskan lambang bilangan dengan huruf dipapan tulis
sejumlah kelompok yang dipanggil yang nantinya akan dipilih
masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas.
c) Guru memanggil 5 pasang kelompok untuk maju dan
mengerjakan kegiatan mengenal konsep bilangan dengan media
yang disediakan dengan cara anak berlomba menghitung batu
sesuai dengan apa yang diperintahkan guru, sedangkan yang
satunya mencari lambang bilangan kemudian setelah
mendapatkan saling mendekat.
d) Guru menghitung dan menanyakan kepada kelompok yang maju
dan anak yang tidak maju. Apabila kelompok yang cepat selesai
dan benar, ia mendapat nilai 100 dan bintang dari guru.
e) Untuk kelompok yang salah maka diharuskan berusaha bekerja
sama untuk memperoleh hasil yang benar.
Setelah selesai kegiatan tersebut, anak-anak mengerjakan kegiatan
menggunting dengan berbagai media dalam hal ini masih berbasis
kontekstual yaitu daun pisang. Anak-anak menggunting bentuk
lingkaran dan bentuk sesuai keinginan kemudian menempelkannya
sebanyak lambang bilangan yang tertera. Meskipun berdasarkan
lambang bilangan, dalam hal ini yang dipentingkan dari aspek ini
adalah keterampilan mengguntingnya. Lambang bilangan disini hanya
sebagai proses pemantapan anak. Sebelum memulai kegiatan anak dan
guru membaca basmallah bersama.
Selama kegiatan inti berlangsung peneliti/ guru melakukan
pengamatan terhadap anak didik dengan mengevaluasi jalannya
proses pembelajaran dan perilaku anak yang muncul, selama kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
berlangsung. Setelah waktu menunjukkan pukul 09.00 dan kegiatan
inti sudah selesai, semua anak bertanggung jawab untuk merapikan
alat miliknya sendiri dan membantu teman merapikan kelas. Lalu anak
mengucap hamdallah baru diperbolehkan istirahat, sebelumnya
memmbaca doa sebelum makan.
Kegiatan penutup diawali dengan menyanyikan lagu penjumlahan
untuk 5-
k
mereview kegiatan satu hari bersama anak dan dilanjutkan dengan
kesan dari anak-anak dan pesan.dari guru. Sebelum pulang anak-anak
berdoa dengan dipimpin oleh seorang anak , kemudian dilanjutkan
salam lalu pulang dengan tertib.
2 Pertemuan 3
Pertemuan 3 pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 21 Juni 2012. Kegiatan dimulai selama 150 menit dengan
perincian waktu kegiatan awal (± 30 menit), kegiatan inti (± 60
menit), dan kegiatan akhir (± 30 menit). Tema yang dipilih pada
pertemuan 3 adalah Alam Semesta dengan sub Tema alam sekitar.
Kegiatan terdiri dari pengembangan kognitif, bahasa, psikomotorik
halus, kegiatan pengenalan konsep bilangan melalui pembelajran
kontekstual yaitu saling berhubungan antara aspek satu dengan
pengembangan lainnya benda nyata yang digunakan adalah daun,
manik-manik, kertas bertuliskan lambang bilangan yang sudah
dipotong, siap untuk digunakan untuk kegiatan meronce merangkai
bilangan dan lambang bilangan. Model pembelajaran yang
digunakan adalah model pembelajaran kontekstual.
Berikut deskripsi tindakan siklus II pertemuan ke tiga yang
diawali dengan kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Seperti biasa, kegiatan baris berbaris mmengawali kegiatan
awal, disusul dengan kegiatan berdoa sebelum belajar, salam dan
sapa.
kabar anak-anak. Guru melakukan presensi/ absensi siapa saja anak-
anak yang hadir dan tidak hadir. Seperti biasanya juga bahwa guru
mengabsen siswa dengan cara menghitung keliling berdasarkan
tempat duduk mereka, kali ini diawali dari tempat duduk paling
belakang hingga tempat duduk paling depan dan anak-anak selesai
menghitung. Pada hari itu semua anak masuk sekolah. Guru
menyuruh anak-anak untuk menghitung berapa anak yang ada di
ruangan ini. Pada kesempatan kali ini rata-rata anak menghitung
dengan cara menghitung satu persatu anak dengan melihat,
mengamati dan menunjuk dengan jari. Jawaban anakpun sudah
semuanya hampir tepat hanya ada beberapa anak yang salah.
Kegiatan dilanjutkan dengan bercerita pengalaman sendiri. Kegiatan
selanjutnya sebelum guru melakukan apersepsi guru bertanya kepada
-daunan seperti perintah
Bagi anak yang tidak membawa, guru menyuruh anak untuk
memetik daun tetean, masing-masing anak berjumlah dua daun.
Sementara anak-anak memetik, guru dan anak-anak bercakap-cakap.
Setelah anak kembali dari memetik daun guru dan anak
menghitungnya bersama-
bert -anak menjawab 40.kemudian
guru mengambil daun berjumlah 10 anak-anak disuruh menghitung
lalu dari jumlah 10 itu, guru meberikan pada salah satu anak
memberikan pada NIS 1348 4 daun, kira-kira sekarang daun bu guru
ada berapa ya? Hampir semua anak menghitung dengan jari. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
dapat mengetahui apakah anak sudah bisa apa belum guru bertanya
satu persatu pada anak dengan berbisik. Hasilnya adalah hanya 2
orang anak yang memberikan jawaban salah. Untuk mengetahui
kebenarannya guru dan anak menghitung daun yang ada di tangan
guru. Guru meminta anak yang memberikan jawaban salah untuk
mengambil daun satu persatu daun dari tangan guru dan anak yang
daun yang bu guru punya? 10. Guru bertanya lagi pada anak daun
yang bu guru punya ada 10, daun yang NIS 1348 ada 4. Punya bu
guru apa punya NIS 1348 yang lebih banyak? (anak menjawab).
Kalau punya bu guru lebih banyak berarti 10 lebih banyak
sedikit daun bu guru atau daun NIS 1348? (anak menjawab). Guru
bertanya lagi kalau daun NIS 1348 lebih sedikit, berarti berapa yang
lebih sedikit, 4 atau 10? Guru mengulang beberapa kali cara yang
sama dengan bilangan dan jumlah yang berbeda. Setelah anak-anak
mengerti (jawaban anak benar) ajak anak untuk memperhatikan
guru. Guru menempel gambar daun berjumlah 7 dipapan flannel,
suruh anak untuk menghitungnya. Guru menempel lagi gambar buah
di bawah gambar daun tepat di bawah masing-masing gambar
berjumlah 7 suruh beberapa anak untuk maju dan menghitung
bersama-sama, setelah anak yang maju menghitung, guru menyuruh
semua anak untuk menghitung bersama. Kemudian guru mengambil
3 gambar daun. Tanyakan pada anak berapa sekarang jumlah gambar
daun? Berapa jumlah gambar buah. dan ada berapa semuanya?
Anak-anak menghitung bersama-sama atau sebelumnya suruh
beberapa anak untuk maju ke depan kelas. Lakukan dengan cara
yang sama dengan jumlah yang berbeda untuk beberapa kali.
Kegiatan berikutnya yaitu guru menjelaskan dan mendemonstrasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
bagaimana cara mengerjakan kegiatan yang akan anak kerjakan pada
kegiatan psikomotorik halus anak merone manik-manik dan kertas
bertuliskan bilangan,
Berikut ini pelaksanaan implementasi pengenalan konsep
bilangan melalui pembelajaran kontekstual selain kegiatan di atas:
a) Guru menyiapkan media yang akan gunakan dalam kegiatan
meronce.
b) Anak-anak meronce dengan cara merangkai manik-manik sesuai
dengan lambang bilangan. Misalnya lambang bilangan 1 dengan
manik-manik 1, lambang bilangan 2 dengan manik-manik 2,
lambang bilangan/ angka 3 dengan manik-manik berjumlah 3,
hingga mencapai angka 9 atau 10.
c) Setelah selesai merangkai, ujung tali satu dengan lainnya
diikatkan sehingga menyerupai kalung.
d) Anak yang berhasil dengan tepat mendapatkan gabar bintang 2,
dan yang masih kurang tepat mendapatkan gambar bintang 1.
Sebelum anak-anak melakukan kegiatan, anak-anak
mengucapkan basmallah bersama di bimbing oleh guru.
Selama kegiatan inti berlangsung, peneliti/ guru mengadakan
pengamatan terhadap anak didik dengan mengisi penilaian proses
tentang klasifikasi warna pada lembar penilaian yang telah
disiapkan. Observer juga melakukan pengamatan untuk mengetahui
keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Pengamatan dilakukan selama kegiatan berlangsung. Anak-anak
merapikan semua peralatan lalu doa sebelum makan dan istirahat.
Kegiatan akhir diawali dengan mmemmbat anak focus sehingga
dapat berkonsentrasi pada pembelajaran dengan melakukan tepuk
melakukan review kegiatan yang telah dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
menunjukkan hasil meronce manik-manik dan lambang bilangan.
Untuk mempertegas tujuan pembelajaran agar anak dapat mengerti
seperti biasa guru menanyakan beberapa pertanyaan seputar kegiatan
satu hari pada anak. Selanjutnya guru dan anak menyanyikan lagu
-anak berdoa sebelum
pulang, guru menyampaikan pesan dan salam lalu permainan patung-
patungan untuk menentukan siapa anak yang paling anteng/ tenang,
itu yang akan pulang terlebih dahulu.
c. Pengamatan (Observing)
Tahap ini dilakukan pengamatan terhadap implementasi pembelajaran
kontekstual dalam pengenalan konsep bilangan. Alat atau instrumen
observasi yang digunakan berupa format observasi guru dan anak untuk
observer dan format penilaian proses yang digunakan peneliti untuk
menilai dan melakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan kegiatan.
Uraian hasil observasi setiap pertemuan dideskripsikan sebagai berikut:
1) Pertemuan 1
Berdasarkan hasil observasi siklus II pertemuan I dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual guna meningkatkan
pengenalan konsep bilangan pada anak yang dilakukan guru dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Dalam melakukan kegiatan membilang dengan bawang merah,
sebaiknya dilakukan satu kelompok 2 anak jangan terlalu
banyak.
2) Jumlah anak yang terlalu banyak membuat beberapa anak tidak
ikut membilang dan hanya memperhatikan saja.
3) Apabila penggunaan bawang merah terlalu banyak memakan
biaya, gunakan saja batu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4) Guru harus lebih dapat mengendalikan kelompok yang lain
apabila salah satu kelompok medapat giliran
5) Meskipun begitu hasil yang diperoleh anak sangat antusias
dengan menghitung bawang merah dan hampir semua anak
terlibat di dalamnya, anak dapat menghitung dengan benar dan
juga dapat menuliskan lambang bilangan dengan tepat
berdasarkan jumlah yang dihitungnya.
Hasil pengamatan dilakukan dari pra pembelajaran hingga akhir/
penutup. Hasil yang telah dicapai menunjukkan perlunya adanya
perbaikan untuk pertemuan berikutnya sehingga anak akan lebih
antsias dan tertarik dengan pembelajaran yang itu berarti pengenalan
anak pada konsep bilangan secara otomatis akan meningkat.
2) Pertemuan 2
a. Hasil Observasi Guru
Hasil pengamatan yang dilakukan guru kelas terhadap proses
pembelajaran, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penggunaan media batu lebih baik dari penggunaan bawang
merah di pertemuan yang sebelumnya, anak dapat
menghitung dengan baik, anak juga dapat memasangkan
lambang bilangan dengan baik.
2. Perlu diperhatikan dalam memperhatikan anak jangan
terlalu hanya focus pada anak yang belum bisa karena
dengan begitu anak yang lain akan terabaikan dan apabila
anak sudah tidak dapat berkonsentrasi, sulit untuk
mengembalikan anak pada keadaan semula.
3. Dalam kegiatan menggunting bentuk lingkaran dengan daun
pisang, seabaiknya guru membuat pola terlebih dahulu
sehingga anak lebih mudah melakukannya apalagi jika
ditentukan berapa pola yang harus anak-anak buat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
4. Akan lebih baik apabila dalam pertemuan selanjutnya
digunakan manic-manik dan kartu angka lalu digabungkan
untuk dironce. Selain anak akan paham mengenai jumlah,
anak juga dapat memperkirakan urutan berikutnya misal
setelah 4, 5 setelah 6, 7 begitu seterusnya.
5. Anak terlibat aktif (anak mau menanyakan kegiatan yang
belum dimengerti dengan cara bekerja sama dengan teman
semeja, teman terdekat, dan dengan guru dalam kegiatan)
meskipun sebelumnya dalam keadaan yang kurang
terkendali.
6. Kedekatan antara guru dan anak semakin baik sehingga
anak dapat tanggap dengan cepat apabila guru
memngingatkan kesalahan anak (anak tidak ngambek, mau
memperbaiki kesalahan dengan cepat, mengerti bahwa itu
untuk kebaikan).
Meskipun dalam pelaksanaannya kurang dapat terlaksana
dengan baik seperti yang sebelumnya namun antusias anak pada
pembelajaran cukup baik sehingga anak dapat merespon dengan
cepat pembelajaran apa saja yang diberikan hari itu, anak juga
dbertanggung jawab pada apa yang dikerjakannya (mengerjakan
kegiatan dengan tepat waktu)
3) Pertemuan 3
a) Hasil Observasi Guru
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II
pertemuan terakhir yang dilakukan secara kolaboratif guna untuk
memperbaiki tindakan sebelumnya untuk meningkatkan konsep
bilangan pada anak dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual dapat diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
1. Persiapan guru sebelum pembelajaran dimulai sangat baik
(persiapan ruang kelas, alat dan media yang akan digunakan
dalam pembelajaran dan pemeriksaan kesiapan anak).
2. Guru sudah menerapkan kegiatan dengan meronce manic-
manik berdasarkan jumlah angka dan kegiatan dinyatakan
sangat berhasil.
3. Dalam meletakkan media guru juga sudah tidak
menggunakan satu wadah untuk satu meja yang terdiri dari 6
anak.
4. Sudah memperhatikan karakteristik anak, kemampuan anak,
personality anak, sehinggan kerja sama anak terlihat baik,
anak dapat berkomunikasi dan berinteraksi (tanya jawab)
dalam proses pembelajaran
5. Guru dapat menumbuhkan suasana yang menyenangkan
sehingga anak dengan antusias melaksanakan kegiatan.
Tingkat pencapaian perkembangan terjadi peningkatan baik
pada kualitas guru dalam hal memperbaiki pembelajaran dari
awal tindakan hingga akhir tindakan yang dilakukan secara
kolaboratif, maupun pada kemmampuan anak khusunya dalam
mengenal konsep bilangan. Hasil observasi dapat dilihat pada
lampiran.
4) Observasi Anak Siklus II
Pada siklus II hasil observasi yang diperoleh mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata yang dicapai adalah nilai 2-3 dari 16 aspek
yang diamati yang terangkum dalam 4 indikator (selengkapnya dapat
dilihat dalam lampiran 27 hal. 212). Peningkatan dapat terlihat dari 9
anak yang belum memenuhi kriteria, berkurang menjadi 4 anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah
kegiatan pengamatan dan diperoleh data-data untuk dikaji dan dianalisis.
Pada pelaksanaan kegiatan siklus II ini semua kendala yang ada pada
siklus I dapat diatasi. Hal ini dapat tercapai karena ada kolaboratif antara
peneliti, guru, dan pihak sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan indikator keberhasilan dapat tercapai melalui kegiatan pada
siklus II. Ketercapaian hasil dapat diperoleh sebesar 87 %. Hal ini
menunjukan bahwa hasil yang diperoleh telah mencapai target peneliti
yang sebesar 85%. Berdasarkan data yang ada peneliti dapat
menyimpulkan bahwa kegiatan pengenalan konsep bilangan kelompok B
TK Sri Widodo telah berhasil. Berikut ini uraian tentang hasil kemampuan
mengenal bilangan yang dicapai oleh anak kelompok B yang dapat dilihat
pada Tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan Tk Sri Widdodo Jerukagung Klirong Kebumen
Kebumen (Siklus II)
Berdasarkan tabel nilai kemampuan mengenal konsep bilangan anak
kelompok B di atas selanjutnya akan disajikan dalam bentuk grafik yang dapat
dilihat pada Gambar 4.9 di bawah ini:
Interval Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi) fi.xi
Prosentase (%) Keterangan
0,0 - 1,0 0,5 0 0 0 Tidak Tuntas 1,0 - 2,0 1,5 4 6 13,3 Tidak Tuntas 2,0 - 3,0 2,5 8 20 26,7 Tuntas 3,0 - 4,0 3,5 18 63 60 Tuntas Jumlah 30 89 100 Anak Tuntas (mencapai KKM) = 26 Anak
Nilai Rata-rata = = 3
Ketuntasan Klasikal = x 100 % = 87 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 4.9 : Histogram Data Kemampuan Pengenalan Konsep Bilangan
Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen
(Siklus II)
Selain data yang disajikan dalam bentuk (histogram) di atas dapat di
tampilkan pula dalam bentuk diagram mengenai data ketercapaian ketuntasan
anak yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.10 : Diagram Data Kemampuan Pengenalan Konsep Bilangan
Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen
(Siklus II)
Nilai Tengah
Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tunta
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1. Pelaksanaan Kegiatan Pengenalan Konsep Bilangan
Kegiatan pengenalan konsep bilangan dilakukan dalam kegiatan
menggunakan benda-benda nyata yang terangkum dalam kegiatan mengenali
berapa banyak objek dalam himpunan benda yaitu anak membilang dengan
banyak benda, dan mengenali berapa banyak jumlahnya, menghubungkan
bilangan, angka, dan jumlah dengan bantuan media konkrit. Menyebutkan
angka 1-20, menunjukkan angka 1-20 secara acak, menunjuk jumlah benda
berdasarkan urutan, menunjukkan kumpulan benda yang jumlahnya sama,
tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit, atau secara ringkasnya anak
memahami hubungan satu-satu, kuantitas, mengenal angka dan mengerti
hitungan. Kegiatan dikembangkan dengan model yang bervariasi sehingga
anak dapat memahami konsep dengan baik misalnya anak memahami 5 buah
batu, 3 buah daun, 3 buah gambar daun sama dengan 3 buah jumlah gambar
apel dan sebagainya. Kegiatan dilakukan dengan pengalaman langsung yaitu
membilang dan menunjuk benda-benda yang dibilang dengan menyentuhnya..
Pelaksanaan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara berkelompok
maupun individu. Setiap siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan pada setiap
siklus pertemuan dilakukan selama 120 menit mulai dari kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Berikut ini ketentuan pelaksanaan permainan
kelompok dalam pembelajaran pengenalan konsep bilangan:
a. Siklus I
Berikut ini ketentuan pelaksanaan pengenalan konsep bilangan pada
siklus 1 dengan menggunakan model pemmbelajaran kontekstual:
a) Anak menyebut urutan bilangan dari 1-10 lalu dilanjutkan dengan 1-
20 apabila anak sudah bisa menyebut urutan bilanagan 1-10 dengan
benar.
b) Anak mengerti, memahami dan dapat menuliskan simbol bilangan
yaitu angka/ lambang bilangan dan dapat menghubungkannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dengan lambang bilangan, kegiatan selengkapnya dapat di lihat pada
tindakan siklus I.
c) Dalam setiap pertemuan pelaksanaan siklus guru mengenalkan
kuantitas pada anak dengan cara anak menghitung sejumlah benda
yang telah ditentukan. Untuk tindakan awal, guru melakukan secara
bertahap misalnya dengan pengenalan kuantitas 1-5, 1-10. Dalam
pelaksanaan yang telah dilaksanakan guru menyuruh anak
d) Dalam pelaksanaannya guru menjelaskan, dan mendemonstrasikan
cara yang benar dalam membilang.
e) Pelaksanaan siklus 1 untuk aspek pengembangan yang dipilih
dilakukan secara individu dan kelompok sesuai dengan pemilihan
kegiatan. Pengorganisasian pembelajaran juga dilakukan secara
bebas yaitu secara individu, klalsikal, dan kelompok.
Hasil dari pelaksanaan dengan ketentuan kegiatan tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
a) Secara keseluruhan pelaksanaan siklus I cukup berhasil anak dapat
dengan lancar menyebut urutan bilangan dengan cara yang
ditentukan guru. anak juga dapat memahami korespondensi satu-satu
meski ada beberapa anak yang masih kesulitan dalam membilang.
b) Dalam kaitannya dengan model pembelajaran kontekstual, anak
belum sepenuhnya mampu dalam melaksanakannya sesuai dengan
komponen pembelajaran kontekstual. Terutama dalam hal kerja
sama dan tanggung jawab. Anak masih bersifat egois bahkan ada
anak yang tidak mau mengerjakan apabila tidak mengerjakannya
sendiri, apabila anak merasa lelah anak tidak mau meneruskan tugas
yang diberikan tanpa adanya dorongan dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
c) Anak kurang memahami tujuan dari pembelajaran yang mereka
lakukan, padahal hal itu penting untuk penerapan dalam kehidupan
sehari-hari anak.
b. Siklus II
Berikut ini ketentuan pelaksanaan permainan kelompok dalam
pembelajaran pengenalan konsep bilangan melalui pembelajaran
kontestual:
a) Guru mengulang dengan menyuruh anak menyebutkan urutan
bilangan 1-20.
b) Cara pelaksanaan masih tetap sama, hanya pada kegiatannya yang
berbeda sesuai kreativitas guru. anak menyebutkan benda sambil
menyebutkan urutan nama bilangan, membilang dengan membuat
korespondensi satu-satu, dan membuat anak menyadari bahwa
bilangan terakhir yang disebut mewakili total benda dalam satu
coba hitung sama-sama (anak membilang dengan menyebut urutan
Ada 10 (bilangan terakhir yang disebut).
c) Menghitung maju untuk menentukan jumlah benda yang ada untuk
mengetahui lebih banyak lebih sedikit, mengetahui lambang
bilangan dari jumlah benda, dan sebagainya. misalnya menghitung
semua dari benda (bawang merah, batu, dll) pertama sampai benda
yang terakhir. melanjutkan dengan jumlah benda yang sudah
diketahui. Selengkapya dapat dilihat kembali dalam pelaksanaan
tindakan siklus II.
d) Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan media benda-benda nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Pengorganisasian pembelajaran dilakukan secara klasikal, individu
dan kelompok.
e) Untuk meningkatkan kerja sama dan tanggung jawab anak guru
selalu menekankan pesan dan tujuan dari kegiatan yang akan
dilakukan anak. Guru memberikan semacam perjanjian yang harus
ditepati anak-anak, disampaikan di awal kegiatan.
f) Agar pembelajaran dapat lebih bermakna guru selalu mengaitkan
kegiatan pengenalan konsep bilangan dengan kenyataan. Misalnya
guru menanyakan tanggal, tahun, jam, kata-kata seperti ibu guru
mwngambil dua buah batu, menanyakan tanggal pada hari itu, dan
sebagainya.
Hasil dari pelaksanaan dengan ketentuan kegiatan tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
a) Pemilihan kegiatan yang sesuai membuat anak senang sehingga
menumbuhkan antusiasme yang cukup menakjubkan sehingga anak
bersemangat dalam mengerjakan tugas.
b) Pengaturan kelas dengan cara membuat perjanjian berjalan cukup
efektif. Anak-anak dapat bertanggung jawab tanpa ada bujuk rayu,
dan anak-anak dapat bekerja sama tanpa mereka sadari. Keaktifan
dan pengenalan konsep bilangan anakpun meningkat, sehingga dapat
mencapai target keberhasilan. Terjadi interaksi didalam
mengerjakan meskipun teman satu kelompoknya berbeda jenis
kelamin.
c) Keaktifan anak terstimulasi dengan pemilihan melalui undian,
keseriusan anak dalam mengerjakan ada karena anak menunjukkan
kerjasamanya sehingga pengenalan konsep bilangan dengan tepat
dan benar, anak juga terlihat lancar dalam menyebutkan bilangan,
membilang benda-benda, dan memahami korespondensi satu-satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari usaha guru dalam
menyiapkan segala sarana dan prasarana belajar. Kolaboratif yang
dilaksanakan guru membuat pelaksanaan pembelajaran pengenalan konsep
bilangan semakin meningkat dengan adanya kritik dan saran-saran yang
diberikan untuk perbaikan pembelajaran.
3. Aktivitas Anak dalam Pembelajaran
Penilaian terhadap aktivitas anak dalam pembelajaran merupakan bagian
dari rangkaian kegiatan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pengenalan
konsep bilangan pada anak kelompok B melalui pembelajaran kontekstual.
Aktivitas anak dalam pembelajaran meliputi (1) menyebutkan bilangan yang
terdiri dari menyebut bilangan 1-10, menyebut bilangan dari 1-20,
menyanyikan lagu-lagu yang menyebutkan bilangan, menyebut bilangan
secara urut (2) membilang benda terdiri dari membilang benda secara urut,
menyebutkan benda sesuai jumlah, memahami korespondensi satu-satu,
membendingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih
sedikit atau sama banyak. (3) mengurutkan banyak benda meliputi anak dapat
memahami dan mengikuti petunjuk guru, mengelompokkan sekelompok
bilangan dari terkecil atau terbesar,membuat kelompok angka berurutan
(1,2,3,4, dst.) dengan benda (manik-manik), mengurutkan sekelompok
bilangan yang berpola teratur dari bilangan terkecil atau terbesar, (4)
mengenal lambang bilangan terdiri dari menulis lambang bilangan/ angka,
menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda,
memahami simbol yang melambangkan bilangan. Selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 22 halaman 204.
4. Kemampuan Pengenalan Konsep Bilangan (Hasil Belajar)
Penilaian terhadap hasil belajar yang dilakukan pada masing-masing
siklus setiap pertemuannya adalah penilaian proses dimana kegiatan yang
dilakukan anak adalah unjuk kerja. Penilaian hasil belajar meliputi 4 indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
inti penilaian yaitu menyebutkan bilangan, membilang benda, mengurutkan
banyak benda, mengenal lambang bilangan. Data penilaian terhadap hasil
belajar anak tentang kegiatan mengenal konsep bilangan melalui penerapan
pembelajaran kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8 : Data Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak
pada Kondisi Awal (Prasiklus), Siklus I, Siklus II.
No Tindakan Pertemuan Skor Rata-rata
1 Prasiklus Pertemuan 1 2,0 2
2 Siklus I Pertemuan 1 2,1
2,4 Pertemuan 2 2,0 Pertemuan 3 2,4
3 Siklus II Pertemuan 1 2,5
3 Pertemuan 2 2,8 Pertemuan 3 3,13
Berdasarkan data di atas, maka dapat disajikan grafik hasil kemampuan
mengenal konsep bilangan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Gambar 4.11 : Histogram Hasil Nilai Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan pada Kondisi Awal (prasiklus), Siklus I, Siklus
II, (Perbandingan).
Berdasarkan Gambar 4.11 menunjukan hasil nilai kemampuan
mengenal konsep bilangan mengalami perubahan atau peningkatan yang
signifikan meskipun pada pertemuan tertentu mengalami penurunan. Data
hasil penilaian kemampuan mengenal konsep bilangan pada kondisi awal
prasiklus sebesar 1,9, siklus I pertemuan 1 sebesar 1,89, siklus I pertemuan 2
sebesar 1,97, siklus I pertemuan 3 sebesar 2,37, siklus II pertemuan 1 sebesar
2,33, siklus II pertemuan 2 sebesar 2,61, siklus II pertemuan 3 sebesar 3,18.
Nilai rata-rata Data hasil kemampuan mengenal konsep bilangan
disajikan dalam nilai rata-rata keseluruhan yang dapat dilihat pada Tabel 4.9
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Tabel 4.9 : Distribusi Nilai Rata-rata Kemampuan pengenalan konsep
bilangan pada Anak Kelompok B TK Sri Widodo
Jerukagung Klirong Kebumen pada (Kondisi Awal, Siklus I,
Siklus II).
No Pembelajaran pengenalan konsep bilangan
Kondisi Awal
Setelah dilakukan Siklus Siklus 1 Siklus II
1 Nilai Rata-rata 2 2,4 3
Gambar 4.12 : Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Mengenal
Konsep Bilangan TK Sri Widodo Jerukagung Klirong
Kebumen
Berdasarkan Gambar 4.12 menunjukan hasil nilai kemampuan
mengenal konsep bilangan mengalami perubahan atau peningkatan yang
signifikan meskipun pada pertemuan tertentu mengalami penurunan. Data
hasil penilaian kemampuan mengenal konsep bilangan pada kondisi awal
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
prasiklus rata-rata nilai yang diperoleh adalah 2,0, siklus I sebesar 2,4, siklus
II sebesar 3,0.
Secara garis besar perbandingan antara jumlah anak yang mecapai
ketuntasan belajar kemampuan mengenal konsep bilangan pada kondisi awal
sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II, dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut
ini:
Tabel 4.10 : Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Anak Kelompok B TK Sri
Widodo Jerukagung Klirong Kebumen pada Kondisi Awal.
Siklus I, Siklus II,
No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 17 57 21 70 26 87 2 Tidak
Tuntas 13 63 9 30 4 24
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahuai bahwa setiap tindakan
menunjukan adanya peningkatan pada ketuntasan belajar anak pada
kemampuan pengenalan konsep bilangan pada anak kelompok B TK Sri
Widodo Jeruagung Klirong Kebumen melalui implementasi pembelajaran
kontekstual pada kondisi awal jumlah anak tuntas 17 anak atau 57%, siklus I
sejumlah 21 anak atau 70 %, dan siklus II sejumlah 26 anak atau 87%,. Data
rekapitulasi tersebut di disajikan pada Gambar 4.13 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Gambar 4.13 : Peningkatan Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar
Kemampuan Pengenalan Konsep Bilangan pada Anak
Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong
Kebumen.
D. Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah, deskripsi tindakan tiap siklus dan
perbandingan hasil tindakan antar siklus. Selanjutnya akan dikemukakan
pembahasan mengenai penerapan pembelajaran kontekstual dalam
kemampuan pengenalan konsep bilangan anak kelompok B TK Sri Widodo
Jerukagung Klirong Kebumen.
1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran
Pengenalan Konsep Bilangan
a. Kondisi Awal
Pelaksanaan kegiatan pada kondisi awal guru belum
melakukan tindakan yang cukup berarti. Guru hanya melakukan
tindakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
P r o s e n t a s e
Pelaksanaan Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
mengenal konsep bilangan. Guru menggunakan LKA seperti
pembelajaran sebelumnya.guru menyuruh anak untuk menyebutkan
bilangan, dan menuliskan lambang bilangan sesuai dengan perintah
guru. Hal ini dilakukan dengan cara unjuk kerja dan pengerjaan
lembar kerja yang telah disiapkan.
a. Siklus 1
Pelaksanaan kegiatan mengenal konsep bilangan pada anak
dikaitkan dengan karakteristik/ komponen pembelajaran kontekstual.
Berikut keterkaitan antara pengenalan konsep bilangan dengan
model pembelajaran kontekstual:
1) Kegiatan pengenalan konsep bilangan dilakukan dalam
hubungan yang bermakna. Hal ini ditunjukkan dengan anak
belajar secara individual, belajar dalam kelompok, dan dapat
belajar dengan berbuat (learning by doing). Misalnya: dalam
kegiatan setiap pertemuan guru menerapkan pengorganisasian
kelas secara individu (anak membilang/ menghitung bilangan,
menulis lambang bilangan sendiri), klasikal (dalam apersepsi
menyuruh anak menghitung benda yang diperlihatkan dan
dipegang guru), maupun kelompok sehingga anak akan
bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan orang lain (meronce
secara berpasangan sesuai dengan jumlah bilangan yang
ditentukan, memasangkan lambang bilangan dengan jumlah
benda secara berpasangan secara berpasangan),
2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan. Guru dalam
membuat kegiatan-kegiatan lebih mengembangkan indikator,
dan disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari anak. Misalnya:
dalam kegiatan guru mengenalkan konsep bilangan dengan
kehidupan sehari-hari seperti dalam kegiatan yaitu menanyakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
tanggal pada anak, menanyakan berapa anak yang masuk pada
hari itu, lalu anak disuruh menuliskannya.
3) Guru membantu anak bekerja secara efektif dalam kelompok,
dan mempengaruhi anak bagaimana anak harus berkomunikasi
dalam melaksanakan kegiatan secara bersama-sama misal,
kegiatan dalam kelompok berpasangan.
4) Anak dapat berpikir kritis dan kreatif yaitu dalam kegiatan guru
merancang kegiatan yang dapat membuat anak terstimulasi
berpikir kritis dan kreatif seperti memberikan soal yang dapat
membuat anak memecahkan masalah, menggunakan keputusan,
menggunakan logika dan bukti-bukti. Seperti dalam pelaksanaan
siklus yaitu memberikan soal sederhana pada anak tentang
jumlah anak yang masuk dan jumlah anak yang hadir. Untuk
menjawabnya anak akan berusaha memecahkan soal
(konstruktivisme) dengan menganalisis dan menggunakan
berbagai cara ada anak yang menghitung dengan jari (meminjam
jari teman), menghitung jumlah anak yang ada dalam kelas,
(model) dsb dengan begiti anak dapat memperoleh jawaban
(inquiry -kira ada
-satu
(bertanya). Disitu anak akan mengambil keputusan untuk
memberikan jawaban misal jawaban yang benar 27 (anak
mempunyai jawaban sendiri 27 tapi anak lain ada yang
menjawab 26 anak harus bisa mengambil keputusan antara 27
dan 26). Setelah semua anak sudah menjawab (dengan jawaban
yang beragam) guru membuktikan dengan menggunakan cara
yang dapat membuat anak paham, misal benda-benda berjumlah
sebanyak anak dihitung, kemudian suruh 2 anak secara
berpasangan mengambil benda itu sebanyak anak yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
jelaskan pada anak bahwa benda yang tersisa adalah jumlah
anak yang tidak hadir (bukti dan logika). (model, masyarakat
belajar, penilaian authentic, dan refleksi)
5) Azas mengasuh dan memelihara pribadi siswa ( nurturing the
individual) yaitu guru membantu anak agar anak dapat
memelihara pribadinya. Anak dapat mengetahui bahwa kegiatan
pembelajaran bermanfaat untuknya, memiliki harapan yang
tinggi pada hasil belajarnya, anak dapat memotivasi diri sendiri
dan orang lain meskipun dengan bantuan guru (anak
mengerjakan dengan baik tugas-tugas yang diberikan untuknya).
6) Mencapai standar yang tinggi, yaitu anak dapat mengerti tujuan
ia belajar, mengidentifikasinya dan anak dapat mencapainya
(anak mengerti mengapa ia belajar tentang angka, menghitung/
membilang dan ia berusaha untuk bisa). Guru memperlihatkan
pada anak apa yang disebut berhasil (guru memberikan reward).
7) Anak menggunakan penilaian autentik dengan menggunakan
pengetahuan akademis (konsep bilangan) yang dimiliki dalam
kehidupan anak seperti anak dapat membagi makanan yang ia
punya untuk 3 orang temannya secara adil, dapat membedakan
pekerjaan yang salah dan yang benar.
Untuk mendukung keberhasilan tindakan diadakannya
pengamatan terhadap guru dan anak yang merupakan unsur penting
dalam menentukan keberhasilan tindakan pembelajaran.
Meskipun pelaksanaan siklus I cukup berhasil namun peneliti/
guru masih menemukan kendala pada anak kaitannya dengan proses
belajar mengajar seperti anak belum sepenuhnya mampu dalam
melaksanakannya sesuai dengan komponen pembelajaran
kontekstual. Terutama dalam hal kerja sama dan tanggung jawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Anak masih bersifat egois bahkan ada anak yang tidak mau
mengerjakan apabila anak sudah merasa lelah, anak tidak mau
meneruskan tugas yang diberikan tanpa adanya dorongan dari guru.
Anak kurang memahami tujuan pembelajaran, padahal hal itu
penting untuk penerapan dalam kehidupan sehari-hari anak.
.
b. Siklus II
Pelaksanaan pada siklus II dilaksanakan seperti pada kegiatan
siklus I dengan menerapkan karakteristik pembelajaran kontekstual
pada setiap kegiatan pengenalan konsep bilangan. Tahap-tahap
pelaksanaan masih tetap sama hanya saja guru lebih menekankan
pada masalah yang ada pada siklus I dengan lebih menitik beratkan
pada permasalahan yang muncul. Guru merancang kegiatan yang
dapat membuat anak dapat bekerja sama dengan kelompoknya meski
penilaian dilakukan secara individu. Dalam apersepsi guru juga
menekankan pada anak untuk saling bertanya dan membantu teman
yang kesulitan sehingga anak mampu berkomunikasi satu sama lain.
Selain itu guru juga menekankan pada masing-masing anak tujuan
yang hendak dicapai dengan kata-kata yang mudah dicerna anak.
Kegiatan pengenalan konsep bilangan dengan penerapan
model pembelajaran kontekstual dapat mencapai target keberhasilan
yang diharapkan, yaitu anak mampu mengenal konsep bilangan
dengan baik. Berdasarkan hal itu dapat diketahui penerapan
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
mengenal konsep bilangan. Keberhasilan kemampuan anak dalam
mengenal konsep bilangan ditunjukkan anak dengan:
1) Anak-anak bisa menyebutkan konsep bilangan secara runtut,
lancar dan benar/ tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
2) Anak-anak mengerti arti lebih banyak, lebih sedikit, separuh,
satu, dua, tiga dst.
3) Anak dapat membedakan, memasangkan dan mengelompokkan
konsep bilangan dengan jumlah benda (korespondensi satu-
satu).
4) Anak dapat bertanggung jawab, belajar sendiri, belajar bersama
kelompok dan anak juga dapat belajar dengan berbuat sehingga
anak aktif dalam pembelajaran.
5) Anak mampu memahami tujuan/ manfaat isi pembelajaran dari
apa yang ia lakukan sehingga anak akan merasakan pentingnya
belajar untuk masa yang akan datang.
2. Pengenalan Konsep Bilangan dengan Pembelajaran Kontekstual
Hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa
kemampuan pengenalan konsep bilangan anak kelompok B TK Sri
Widodo Jerukagung Klirong Kebumen mengalami peningkatan.
Penilaian pengenalan konsep bilangan yang digunakan ada 4 indikator
penilaian inti yaitu (1) menyebutkan bilangan yang terdiri dari
menyebut bilangan 1-10, menyebut bilangan dari 1-20, menyanyikan
lagu-lagu yang menyebutkan bilangan, menyebut bilangan secara urut
(2) membilang benda terdiri dari membilang benda secara urut,
menyebutkan benda sesuai jumlah, memahami korespondensi satu-satu,
membendingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak,
lebih sedikit atau sama banyak. (3) mengurutkan banyak benda meliputi
anak dapat memahami dan mengikuti petunjuk guru, mengelompokkan
sekelompok bilangan dari terkecil atau terbesar,membuat kelompok
angka berurutan (1,2,3,4, dst.) dengan benda (manic-manik),
mengurutkan sekelompok bilangan yang berpola teratur dari bilangan
terkecil atau terbesar, (4) mengenal lambang bilangan terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
menulis lambing bilangan/ angka, menghubungkan atau memasangkan
lambing bilangan dengan benda-benda, memahami symbol yang
melambangkan bilangan.
. Hal ini dibuktikan dengan data yang menunjukkan hasil
pencapaian ketuntasan anak dan nilai rata-rata yang dicapai. Kondisi
awal mencapai 57 %, siklus I mencapai 70%, dan siklus II mencapai
87%. Hal ini sesuai dengan indikator kinerja yang diharapkan karena
bisa memcapai target indikator kinerja yang ditetapkan. Anak yang
tidak tuntas pada kondisi awal 13 anak. Anak yang tidak tuntas dalam
siklus I adalah 9 anak dan setelah dilakukan perbaikan tindakan ada 4
anak yang tidak tuntas. Bagi anak yang belum tuntas peneliti
memberikan layanan bimbingan sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing anak, kemudian untuk tindak lanjutnya peneliti
serahkan kepada guru kelompok B TK Sri Widodo untuk lebih ditindak
lanjuti.
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat diketahui bahwa
pembelajaran kontekstual dalam kegiatan pembelajaran pengenalan
konsep bilangan dapat meningkatkan pengenalan konsep bilangan
secara efektif. Pembelajaran kontekstual sangat efektif dalam
meningkatkan keberhasilan anak. Ini terbukti dari hasil pencapaian
kondisi awal hingga siklus II yang mengalami peningkatan cukup
drastis. Pembelajaran kontekstual dengan menggunakan benda-benda
nyata membuat anak antusias dalam melaksanakan kegiatan membuat
anak ingin memegang dan mencoba sendiri. Anak belajar dari
pengalaman nyata dimana ilmu pengetahuan/ pengetahuan akademis
anak bakal digunakan. Kegiatan dan pembelajaran yang diciptakan
guru/ peneliti dengan mengkaitkan persoalan keseharian anak membuat
anak lebih mudah dalam memahami konsep bilangan. Selain itu tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
pembelajaran yang dimengerti anak memungkinkan anak untuk terus
belajar dan mengembangkan pengetahuannya.
Pengorganisasian kelas yang beragam juga sangat membantu anak
dalam proses belajarnya. Meskipun guru dalam penilaian menggunakan
sistem individu namun dalam pelaksanaan penilaian guru mendorong
anak untuk saling belajar dengan temannya (bekerjasama) agar dapat
saling bertukar pikiran, ide, dan rasa antar anak. Anak menjadi lebih
dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman/ masyarakat
belajarnya.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di
Taman Kanak-kanak dengan menggunakan pembelajaran kontekstual
sangat efektif, dengan tingkat keberhasilan ketercapaian target yang
ditunjukkan. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan minat dan
pengalaman nyata anak menjadikan pembelajaran berlangsung dalam
situasi yang menyenangkan, anak belajar secara individual maupun
secara bersama-sama, dan belajar dari kesalahan.
Pembelajaran yang dirancang berdasarkan pembelajaran
kontekstual tidak lagi bersifat konvensional dan tradisional melainkan
pembelajaran inovatif yang berpusat pada anak. Guru, dalam
merancang kegiatan didasarkan pada perkembangan anak yang berbeda
disesuaikan dengan karakteristik anak sehingga pembelajaran
pengenalan konsep bilangan berjalan secara optimal, bermakna,
menyenangkan dan relevan dengan pengalaman anak. Hasil belajar
yang dihasilkan dari pembelajaran yang demikian dapat meningkatkan
kemampuan secara efektif pengenalan konsep bilangan pada anak
kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen Tahun
2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan dalam
Pengenalan Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung
1. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan pengenalan konsep bilangan dengan efektif.
Hal ini ditunjukan dengan sikap proses belajar anak yang meliputi
keaktifan dalam belajar, kerjasama yang terjalin dalam kelompok,
ketepatan dalam mengenal konsep bilangan dan kelancaran dalam
mengenal konsep bilangan.
a. Siklus I rata-rata nilai yang diperoleh 2,4 dengan jumlah anak tuntas
sebanyak 21 anak atau sebesar 70%. dari kondisi awal rata-rata nilai
yang diperoleh 2 dengan jumlah anak tidak tuntas sebanyak 13 anak
atau 43%, dan anak yang tuntas sebanyak 17 anak atau 57%.
b. siklus II rata-rata nilai yang diperoleh 3 dengan jumlah anak tuntas
sebanyak 26 anak atau sebesar 87%.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
anak dalam mengenal konsep bilangan. Hal ini ditunjukkan dalam hal
sebagai berikut:
a. Guru merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
RKH.
b. Guru menciptakan iklim kelas yang kondusif (merencanakan
pembelajaran untuk individu dan kelompok), hal ini ditunjukkan
dengan menjadikan kelas atau kelompok anak sebagai kelas belajar,
seperti guru membuat pengorganisasian kelas secara klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
maupun kelompok (guru membuat kelompok baik 1 kelompok, 2
anak atau 1 meja, 6 anak atau baik kelompok kecil maupun
kelompok besar. Sehingga anak dapat membangun hubungan yang
positif (kesempatan untuk belajar secara kolaboratif) dengan orang
dewasa atau anak-anak lainnya.
c. Guru merencanakan pengalaman belajar yang konkrit dengan bahan-
bahan atau benda nyata.
d. Guru merangsang dan mendukung anak dalam kegiatan melalui
kegiatan pemecahan masalah seperti guru memberi pertanyaan atau
soal pada anak.memberikan informasi baik dalam bentuk cerita
maupun bercakap-cakap dan tanya jawab sehingga anak terstimulasi
untuk berpikir, bertanya, menganalisis, dan membuat keputusan
tentang jawaban yang benar. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan
siklus I dan II.
e. Mengakui nilai belajar anak apabila sesuai dengan apa yang
diharapkan, dengan memuji, menunjukkan acungan jempol, tertawa,
mengangguk, atau memberikan reward berupa gambar bintang.
B. Implikasi
Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan
dapat dikemukakan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual
berdasarkan pemilihan tema yang tepat dan efektif dalam pembelajaran dapat
meningkatkan pengenalan konsep bilangan anak. Pembelajaran dengan
menerapkan pembelajaran kontekstual yaitu mengkaitkan meteri/ kegiatan
dengan kehidupan keseharian anak berpengaruh pada keaktifan, kerja sama,
ketepatan dan kelancaran anak dalam mengenal konsep bilangan. Dengan
pengalaman langsung memungkinkan anak terlibat dengan objek atau
kejadian-kejadian nyata dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Pembelajaran kontekstual yang digunakan dengan menggunakan benda-
benda nyata mempermudah pemahaman anak tentang tujuan dan maksud dari
materi pembelajaran yang disampaikan. Anak juga dapat memahami konsep
bilangan secara benar, yaitu anak bisa membandingkan bilangan dengan
jumlah yang sesuai, menyusun objek menjadi hubungan korespondensi satu-
satu, dan menghitung objek. Selain itu, penerapan pembelajaran kontekstual
dapat mengembangkan sikap belajar yang aktif, bertanggung jawab dan
belajar bekerja sama (tidak egois) dalam masyarakat belajarnya/
kelompoknya.
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa dengan melaksanakan
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pengenalan konsep bilangan
anak kelompok B TK Sri Widodo Jerukagung Klirong Kebumen. Dengan
demikian hasil penelitian ini mempunyai implikasi bahwa dengan
melaksanakan pembelajaran kontekstual dalam konsep matematika dasar
khususnya konsep bilangan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan anak. Penerapan
pembelajaran konteksual berdasarkan tema pada anak Usia TK yang berada
pada fase praoperasional sangat mendukung terciptanya proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
C. Saran
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus pertama dan ke dua bahwa
penerapan pembelajaran kontekstual yang tepat dapat meningkatkan
pengenalan konsep bilangan pada anak kelonpok B TK Sri Widodo
Jerukagung Klirong Kebumen dapat disampaikan saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada kepentingan peserta didik
(student centered). Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru
memperhatikan karakteristik anak, perbedaan individu, kecepatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
anak, dan masa peka anak, serta pemilihan model, dan metodde yang
sesuai dengan anak.
2. Evaluasi dilaksanakan secara holistik/ menyeluruh dan bersifat kontinyu
sehingga guru maupun anak dapat segera memperoleh balikan.
3. Agar dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam
memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu sebaiknya
guru menggunakan media yang nyata/ konkrit karena dalam usia pra
sekolah anak masih berpikir secara simbolik/ berdasarkan simbol-simbol.
4. Gunakan sarana dan prasarana belajar yang mendukung seperti
permainan edukatif, ciptakan suasana yang menyenangkan, berikan
pengalaman belajar langsung secara nyata yang berkaitan dengan
kehidupan anak melalui bermain karena bermain merupakan sarana
belajar bagi anak usia dini.