skripsi - digilib.uns.ac.id/pengaruh... · dengan analisis dokumen pertumbuhan penduduk alami yang...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KONVERSI
LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN COLOMADU
TAHUN 2000 - 2010
Skripsi
Oleh:
WIWIS ALIB ISRA
NIM X5406011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KONVERSI
LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN COLOMADU
TAHUN 2000 - 2010
Oleh:
WIWIS ALIB ISRA
NIM X5406011
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Wakino, M.S NIP. 19521103 197603 1 003
Pembimbing II
Rahning Utomowati, S.Si NIP. 19671114 199903 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 12 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Sarwono, M.Pd 1. ............................
Sekretaris : Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd 2. ............................
Anggota I : Drs. Wakino, M.S 3. ............................
Anggota II : Rahning Utomowati, S.Si 4. ............................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Wiwis Alib Isra. PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN COLOMADU TAHUN 2000 - 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011.
Tujuan penelitian adalah: (1) Mengetahui pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2000 - 2010. (2) Mengetahui pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2000 - 2010. (3) Mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2000 – 2010.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografis. Populasi penelitian ini adalah jumlah penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2000 – 2010 dan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2000 – 2010. Pengumpulan data penggunaan lahan dengan teknik observasi lapangan menggunakan bantuan peta penggunaan lahan Kecamatan Colomadu. Teknik analisis pertumbuhan penduduk dengan analisis dokumen pertumbuhan penduduk alami yang kemudian diklasifikasikan menjadi Peta Klasifikasi Pertumbuhan Penduduk, konversi lahan pertanian menggunakan metode tumpangsusun (overlay) peta penggunann lahan Kecamatan Colomadu tahun 2000, 2005, dan 2010 kemudian diklasifikasikan menjadi Peta Klasifikasi Tingkat Konversi Lahan Pertanian, pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian menggunakan metode analisis peta yang telah di overlay antara peta klasifikasi pertumbuhan penduduk dengan peta klasifikasi konversi lahan pertanian yang kemudian menghasilkan Peta Pengaruh Pertumbuhn Penduduk Dengan Konversi Lahan Pertanian.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2000 - 2005 mencapai 0,49%, tahun 2005–2010 pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu adalah 1,02%, selama 10 tahun terjadi pertambahan penduduk sebesar 8.716 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 3.889 jiwa/km2. (2) Konversi lahan yang terjadi di Kecamatan Colomadu 2000-2005 seluas 92,4 Ha, tahun 2005-2010 konversi lahan yang terjadi meningkat dan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 154,4 Ha berasal dari lahan persawahan yang berupa sawah satu kali panen padi, sawah dua kali panen padi, sawah irigasi, tegalan, serta perkebunan. (3) Tidak terdapat pengaruh antara pertumbuhan penduduk dengan konversi lahan pertanian, karena tidak semua desa memiliki pertumbuhan penduduk tinggi konversi lahan pertanian juga tinggi, seperti di Desa Gedongan,Desa Klodran, Desa Bolon dan Desa Tohudan. Desa tersebut memiliki pertumbuhan penduduk yang rendah namun konversi lahan pertanian tinggi. Desa yang mengalami pertumbuhan penduduk rendah konversi lahan pertanian rendah adalah Desa Paulan, Desa Ngasem dan Desa Gajahan. Desa yang mempunyai pertumbuhan penduduk tinggi konversi lahan pertanian juga tinggi yaitu Desa Malangjiwan, Desa Baturan, dan Desa Blulukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Wiwis Alib Isra. THE EFFECT OF POPULATION GROWTH OF THE CONVERSION OF FARM LAND IN COLOMADU SUBDISTRICT IN 2000-2010. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, June 2011.
The purposes of this research are: (1) To know the population growth in Colomadu Subdistrict in 2000-2010. (2) To know the conversion of farmland in Colomadu Subdistrict in 2000-2010. (3) To know the effect of population growth on the conversion of farmland in Colomadu Subdistrict in 2000-2010.
This research uses descriptive geographic method. The population of this research is the number of population in Colomadu Subdistrict in 2000-2010 and the use of farmland in Colomadu Subdistrict in 2000-2010. Collecting data of the use of farmland in Colomadu Subdistrict using field observation technique uses the use of land map of Colomadu Subdistrict. Analysis technique used is calculating the population growth using the formula of exponential population growth being classified into Population Growth Classification Map, the conversion of farmland uses overlay method of the use of Colomadu Subdistrict land map in 2000, the use of Colomadu Subdistrict land map in 2005 obtained from citra ikonos and the use of Colomadu Subdistrict land map in 2010 which is classified into Farmland Conversion Classification Map, the effect of population growth on the conversion of farmland uses the method of map analysis that has been overlaid between Population Growth Classification Map and Farmland Conversion Classification Map that result Population Growth Effect with Farmland Conversion Map.
The results of this research are: (1) Population growth in Colomadu Subdistrict in 2000-2005 reaches 0,49%, in 2005-2010 population growth in Colomadu Subdistrict reaches 1,02%, during 10 years population growth in Colomadu Subdistrict reaches 8.716 people with the population density 3.889 people/km2 in 2010. (2) The conversion of land in Colomadu Subdistrict in 2000-2005 reaches 20,8 Ha, and in 2005-2010 the conversion of land rise and larger compared with years before that is 179,5 Ha from rice cultivation land in the form of once harvest rice field,twice harvest rice field, irrigation rice field, dry field, and plantation. (3) Colomadu Subdistrict has strategic location that can cause a number of migration always in creased, and it also causes the population growth growing more and more. Thus, the conversion of land being used to meet the needs is increased too. In Colomadu subdistrict, population growth is influential on the conversion of farmland.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Pengalaman adalah guru terbaik
Vini Vidi Vici
(saya datang saya lihat saya menang)
Sesuatu yang direncanakan akan mendekatkan kita pada keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segala syukur kepada Allah SWT,
karya ini kupersembahkan kepada:
♥ Ibu, Bapak, adik-adiku tersayang dan Keluarga Besarku
♥ Suamiku, Mas Hiran dan Keluarga Besar Rilam
♥ Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan. Selama penyusunan skripsi, penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karenanya,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin
penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial atas ijin yang diberikan.
3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindardjono, M.Si, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Geografi atas ijin yang telah diberikan.
4. Bapak Drs. Wakino, M.S, selaku Pembimbing I atas inspirasi, bimbingan, dan
nasehat-nasehatnya.
5. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, selaku Pembimbing II, atas bimbingan dan
motivasinya.
6. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi atas ilmu dan pengalaman
yang telah diberikan.
8. Pemerintah Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Colomadu beserta jajaran
instansi dibawahnya yang telah bersedia memberikan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
9. Mas Budi, atas bantuan dan kerja samanya
10. Teman-temanku Pendidikan Geografi 2006 (Diah, Dyas, Ika, Kukuh, Baban,
Bidin, Agung H, Agung P, Anis, Anita, Ardhian Ari, Arief, Novika, Uzi, Silva,
Indri, Intan, Guntur, Maria, Reza, Mamat, Kuntari, Arno, Bekti, Watik, Tedi,
Yenik, Yoyo, Uli, Mitra, Novi, Rohaye, Eki, Lilik).
11. Teman-temanku di Kos Ratie mas Jl. Kabut dan teman-temanku di kost albanat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
12. Seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Menyadari masih banyaknya kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan
saran agar skripsi ini bisa lebih sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Surakarta, Juni 2011
Wiwis Alib Isra
X5406011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
PENGAJUAN ......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN .................................................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR PETA .................................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 7
2. Manfaat Praktis ................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
A. Landasan Teori ..................................................................................... 8
1. Pertumbuhan penduduk ..................................................................... 8
2. Migrasi ............................................................................................ 10
3. konvrsi lahan ................................................................................... 14
4. Lahan ............................................................................................... 16
5. Penggunaan lahan ........................................................................... 17
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 25
1. Tempat Penelitian ........................................................................... 24
2. Waktu Penelitian ............................................................................. 24
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 26
C. Sumber Data ....................................................................................... 27
1. Data Primer ..................................................................................... 27
2. Data Sekunder ................................................................................. 27
D. Populasi ............................................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 28
1. Observasi ......................................................................................... 28
2. Wawancara ...................................................................................... 28
3. Dokumentasi ................................................................................... 28
F. Analisis Data ....................................................................................... 29
G. Prosedur Penelitian ............................................................................. 29
1. Persiapan ........................................................................................ 29
2. Penyusunan Proposal Penelitian ..................................................... 29
3. Pengumpulan Data Penelitian ......................................................... 30
4. Analisis Data ................................................................................... 30
5. Penulisan Laporan Penelitian .......................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 31
1. Keadaan Fisik .................................................................................. 31
a. Letak dan Batas .......................................................................... 31
b. Luas ........................................................................................... 31
c. Penggunaan lahan ...................................................................... 32
d. Iklim .......................................................................................... 33
2. Sosial Ekonomi Penduduk .............................................................. 38
a. Jumlah dan Persebaran penduduk .............................................. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Kepadatan Penduduk ................................................................. 39
B. Analisis Data ...................................................................................... 43
1. Pertumbuhan Penduduk .................................................................. 43
2. Konversi Lahan ............................................................................... 59
3. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap konversi Lahan ........ 83
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 93
A. Kesimpulan ........................................................................................ 93
B. Implikasi .............................................................................................. 94
C. Saran .................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................. 22
Tabel 2. Waktu Penelitian ................................................................................... 24
Tabel 3. Luas Daerah Kecamatan Colomadu .................................................... 32
Tabel 4. Jumlah penduduk Tiap Desa di Kecamatan Colomadu ........................ 39
Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Kepadatan tiap Desa di Kecamatan Colomadu 40
Tabel 6. Fasilitas perekonomian di Kecamatan Colomadu ................................ 42
Tabel 7. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Colomadu .......................... 43
Tabel 8. Jumlah Penduduk per Desa Kecamatan Colomadu Tahun
2000-2005 ............................................................................................. 43
Tabel 9. Jumlah Penduduk per Desa Kecamatan Colomadu Tahun
2005-2010 ............................................................................................. 44
Tabel 10. Jumlah migrasi, kelahiran dan kematian Kecamatan Colomadu Tahun
2000 ...................................................................................................... 45
Tabel 11. Pertumbuhan penduduk alami Kecamatan Colomadu .......................... 46
Tabel 12. Jumlah migrasi, kelahiaran, kematian Kecamatan Colomadu th2005 .. 47
Tabel 13. Pertumbuhan penduduk alami Kecamtan Colomadu ........................... 47
Tabel 14. Junlah migrasi, kelahiran, kematian Kecamatan Colomadu th 2010 ... 49
Tabel 15. Pertumbuhan penduduk alami Kecamatan Colomadu th 2010 ............ 50
Tabel 16. Tingkat pertumbuhan penduduk th 2005-2010 .................................... 56
Tabel 17. Penggunaan lahan th 2000 .................................................................... 59
Tabel 18. Penggunaan lahan th 2005 .................................................................... 60
Tabel 19. Penggunaan lahan th 2010 .................................................................... 60
Tabel 20. Konversi lahan pertanian Kecamatan Colomadu th 2000-2001 ........... 61
Tabel 21. Konversi Lahan Pertanian Desa Ngasem th 2000-2005 ....................... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 22. Konversi lahan pertanian Desa Bolon th 2000-2005 ............................ 62
Tabel 23. Konversi lahan pertanian Desa Malangjiwan th 2000-2005 ................ 63
Tabel 24. Konversi lahan pertanian Desa Paulan th 2000-2005 ........................... 63
Tabel 25. Konversi lahan pertanian Desa Gajahan th 2000-2005 ........................ 64
Tabel 26. Konversi lahan pertanian Desa Blulukan th 2000-2005 ....................... 65
Tabel 27. Konversi lahan pertanian Desa Tohudan th 2000-2005 ....................... 65
Tabel 28. Konversi lahan pertanian Desa gawanan th 2000-2005 ....................... 66
Tabel 29. Konversi lahan pertanian Desa Gedongan th 2000-2005 ..................... 66
Tabel 30. Konversi lahan pertanian Desa Baturan th 2000-2005 ......................... 66
Tabel 31. Konversi lahan pertanian Desa Klodran th 2000-2005 ........................ 67
Tabel 32. Konversi Lahan Pertanian Desa Ngasem th 2000-2005 ....................... 62
Tabel 33. Konversi lahan pertanian kecamatan Colomadu th 2005-2010 ............ 69
Tabel 34. Konversi Lahan Pertanian Desa Ngasem th 2005-2010 ....................... 70
Tabel 35. Konversi lahan pertanian Desa Bolonth 2005-2010 ............................. 70
Tabel 36. Konversi lahan pertanian Desa Malangjiwan th 2005-2010 ................ 70
Tabel 37. Konversi lahan pertanian Desa Paulan th 2005-2010 ........................... 71
Tabel 38. Konversi lahan pertanian Desa Gajahan th 2005-2010 ........................ 71
Tabel 39. Konversi lahan pertanian Desa Blulukan th 2005-2010 ....................... 72
Tabel 40. Konversi lahan pertanian Desa Tohudan th 2005-2010 ....................... 72
Tabel 41. Konversi lahan pertanian Desa gawanan th 2005-2010 ....................... 73
Tabel 42. Konversi lahan pertanian Desa Gedongan th 2005-2010 ..................... 73
Tabel 43. Konversi lahan pertanian Desa Baturan th 2005-2010 ......................... 74
Tabel 44. Konversi lahan pertanian Desa Klodran th 2005-2010 ........................ 75
Tabel 45. Tingkat konversi lahan pertanian th 2000-2005 ................................... 77
Tabel 46. Tingkat konversi lahan pertanian th 2005-2010 ................................... 80
Tabel 47. Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan
pertanian di Kecamatan Colomadu th 2000-2005 ................................ 83
Tabel 48. Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan
pertanian di Kecamatan Colomadu th 2005-2010 ................................ 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Salah Satu Penggunaan Lahan di Kecamatan Colomadu ................ 33
Gambar 2. Grafik Tipe Curah Hujan Kecamatan Colomadu ............................ 36
Gambar 3. Perubahan Fungsi Lahan di Desa Gawanan ..................................... 65
Gambar 4. Konversi Lahan di Desa Gedongan.................................................. 66
Gambar 5. Konversi lahan pertanian Yang terdapat di Desa Blulukan ............. 72
Gambar 6. Lahan Pertanian Yang Mengalami Konversi di Desa Baturan ........ 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kecamatan Colomadu ...................................................... 34
Peta 2. Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Colomadu Tahun 2000-2010 ....... 52
Peta 3. Tingkat pertumbuhan penduduk Tahun 2000-2005 ............................... 55
Peta 4. Tingkat Pertumbuhan Penduduk 2005-2010 ......................................... 58
Peta 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Colomadu Tahun 2000 ........................ 61
Peta 6. Penggunaan Lahan Kecamatan Colomadu Tahun 2010 ........................ 63
Peta 7. Konversi Lahan Pertanian Kecamatan Colomadu Tahun 2000-2005 .... 68
Peta 8. Konversi Lahan pertanian Kecamatan Colomadu Tahun 2005-2010 .... 76
Peta 9. Tingkat Konversi Lahan Pertanian Kecamatan Colomadu Tahun
2000-2005 .............................................................................................. 79
Peta 10. Tingkat Konversi Lahan Pertanian Kecamatan Colomadu Tahun
2005-2010 .............................................................................................. 82
Peta 11. Pengaruh Pertumbuhan penduduk Terhadap Konversi Lahan Pertanian
Kecamatan Colomadu Tahun 2000-2005 .............................................. 85
Peta 12. Pengaruh Pertumbuhan penduduk Terhadap Konversi Lahan Pertanian
Kecamatan Colomadu Tahun 2000-2005..............................................88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kecamatan Colomadu
Lampiran 2. Data Monografi Kecamatan Colomadu tahun 2010
Lampiran 3. Perijinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di negara-negara yang sudah maju pertumbuhan penduduk segera
disadari karena dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan yang baru di
kemudian hari. Berbeda dengan negara yang sedang berkembang, kesadaran
tentang pertumbuhan penduduk kurang ditanggapi, hal ini ditunjukkan adanya
pertumbuhan penduduk yang masih pesat. Karena hal ini negara-negara
berkembang tersebut harus menyediakan bahan pangan maupun lahan yang
dibutuhkan oleh penduduknya, maka timbulah masalah baru (Dickenson,1992 : 67).
Ketidakpuasan dengan taraf hidup yang sangat rendah di wilayah pedesaan dan
harapan akan taraf hidup di masa depan yang lebih baik, upah yang tinggi,
ketersediaan lapangan pekerjaan, juga alternatif mobilitas sosial dan penyediaan
papan dalam mmemenuhi kebutuhan taraf hidup merupakan faktor utama bagi
penduduk desa untuk melakukan migrasi ke kota. Setiap daerah mempunyai faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduknya. Menurut Ratim (1989 : 24)
faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk adalah :
1. Keadaan alam
2. Peradaban yang tinggi
3. Kestabilan politik dan pemerintahan.
4. Kesahatan yang telah maju.
5. Imigrasi
6. Adanya peperangan dan wabah penyakit.
7. Adanya peraturan ataupun anjuran dari pemerintah.
Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu
masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal tersebut
mencakup lima masalah pokok yang saling terkait satu sama lain, yaitu :
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
1. Jumlah penduduk yang besar
2. Tingkat pertumbuhan yang tinggi
3. Penyebaran penduduk yang tidak merata
4. Komposisi umur yang timpang
5. Masalah mobilitas penduduk
Ada hubungan timbal balik antara kekuatan ekonomi dengan kekuatan
demografi, keduanya saling mempengaruhi. Ada pandangan bahwa kejadian-
kejadian demografi adalah sebagai akibat dari kejadian ekonomi. Misalnya, pada
waktu keadaan ekonomi makmur maka tingkat kelahiran akan berubah (bisa naik
bisa turun, sesuai dengan keadaan masyarakat setempat) juga tingkat pembangunan
kota cenderung naik pula (Sisdjiatmo dalam Anonim,1981 : 191). Pertumbuhan
penduduk yang terjadi seperti saat ini adalah pertumbuhan penduduk pada suatu
daerah yang diakibatkan adanya faktor penarik atau pendorong di suatu daerah itu
sendiri baik dari segi pembangunan maupun daya tarik kota yang menunjang
sehingga terjadi migrasi atau perpindahan penduduk masuk di daerah tersebut dan
menyebabkan tingkat pertumbuhan penduduk maupun konversi lahan tinggi.
Letak suatu tempat yang strategis merupakan sebab dari adanya pertumbuhan
yang cepat dan pembangunan industri yang pesat. Pertumbuhan penduduk yang
sangat cepat akan menyebabkan sebuah ledakan penduduk dan menimbulkan
berbagai masalah salah satunya adalah penggunaan lahan dimana semakin banyak
pertumbuhan penduduk maka akan semakin berpengaruh terhadap penggunaan
lahannya. Dalam permasalahan ini tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan
penduduk akan berujung pada konversi lahan, baik lahan pertanian maupun lahan
gundul yang tidak berpotensi.
Penyebab konversi lahan adalah pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan
berkembangnya industri, prasarana ekonomi, fasilitas umum, dan permukiman
semuanya memerlukan lahan sehingga meningkatkan permintaan lahan untuk
memenuhi kebutuhan non pertanian. Namun tidak dipungkiri bahwa pertumbuhan
ekonomi juga meningkatkan kondisi sosial ekonomi pada lahan non pertanian.
Kondisi seperti inilah yang membuat konversi lahan pertanian terus meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
seiring dengan laju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang tidak mungkin
dapat dihindari. Konversi lahan pertanian ke nonpertanian umumnya terjadi di
wilayah perkotaan sebagai konsekuensi perluasan kota yang didorong oleh
perbedaan pertumbuhan ekonomi yang terlalu besar antara wilayah perkotaan
dengan wilayah pedesaan. Pertumbuhan ekonomi wilayah perkotaan yang berbasis
pada sektor nonpertanian jauh melebihi pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan
yang berbasis pada sektor pertanian.
Konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian seperti kompleks
perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan sarana publik dapat
menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Bagi
ketahanan pangan nasional, konversi lahan sawah merupakan ancaman yang serius,
mengingat konversi lahan tersebut sulit dihindari sementara dampak yang
ditimbulkan terhadap masalah pangan bersifat permanen, kumulatif, dan progresif.
Banyak peraturan yang diterbitkan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan
sawah tetapi pendekatan yuridis tersebut terkesan tumpul akibat berbagai faktor.
Sehubungan dengan itu maka diperlukan revitalisasi kebijakan dalam
mengendalikan konversi lahan melalui pengembangan pendekatan ekonomi dan
pendekatan sosial.
Pada intinya kebijakan pengendalian konversi lahan di masa yang akan
datang perlu diarahkan untuk mencapai tiga sasaran yaitu : 1) menekan intensitas
faktor sosial dan ekonomi yang dapat merangsang konversi lahan sawah, 2)
mengendalikan luas, Iokasi, den jenis lahan sawah yang dikonversi dalam rangka
memperkecil potensi dampak negatif yang ditimbulkan, dan 3) menetralisir dampak
negatif konversi lahan sawah melalui kegiatan investasi yang melibatkan dana
perusahaan swasta pelaku konversi lahan. (www.pustaka-deptan.go.id).
Kecamatan Colomadu yang terdiri dari 11 kelurahan, yaitu kelurahan
Tohudan, Malangjiwan, Gawanan, Gajahan, Klodran, Blulukan, Ngasem, Bolon,
Baturan, Gedongan, Paulan dan mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2000
berjumlah sekitar 52.112 jiwa dan pada tuhun 2010 berjumlah kurang lebih sekitar
60.828 jiwa meningkat kira-kira sekitar 85 % dalam kurun waktu 10 tahun. Dari
segi pembangunan juga semakin berkembang dari tahun ke tahun. Konversi lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pertanian menjadi non pertanian adalah salah satu akibat dari permasalahan
penduduk yang sering terjadi di suatu daerah, tidak hanya itu konversi lahan
pertanian menjadi non pertanian juga disebabkan karena letak suatu daerah yang
sangat strategis.
Di Kecamatan Colomadu, merupakan daerah yang mengalami konversi
lahan pertanian menjadi non pertanian dari tahun ke tahun. Masalah ini semakin
kelihatan pada awal tahun 2000 hingga sekarang, terutama di bidang perumahan
dan di bidang industri. Hal ini ditunjukan adanya bangunan-bangunan berupa
perumahan dan pabrik di daerah ini, setelah era reformasi (tahun 1998) banyak
investor yang menjadi korban di daerah kota Surakarta dan kemudian mereka lebih
memilih daerah Kecamatan Colomadu untuk memulai usahanya kembali dengan
mendirikan bangunan sebagai modal utama yang kemudian berkembang karena
memang harga tanah di daerah Colomadu masih tergolong murah. Hal ini
disebabkan adanya letak Kecamatan Colomadu yang begitu strategis, dan berada di
pinggiran kota, dekat dengan pusat kota Surakarta, tidak jauh dari bandara
internasional Adi Soemarmo, dan memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan
subur. Letak kecamatan ini secara geografis terpisah dari kecamatan-kecamatan
lainnya di Kabupaten Karanganyar (eksklave), sehingga para investor dan
pengembang permukiman maupun industri lebih memilih daerah Colomadu sebagai
daerah yang cocok untuk mengembangkan usahanya.
Kecamatan Colomadu secara administratif termasuk dalam daerah
Kabupaten Karanganyar, yang berbatasan dengan kota Surakarta yang terletak
diantara tiga jalur perkembangan, yaitu Kota Surakarta, Kecamatan Kartasura, dan
Bandara Adi Soemarmo, sehingga Kecamatan Colomadu menjadi daerah yang
sangat strategis yang banyak mendorong banyak pendatang masuk ke daerah ini.
Dengan pertumbuhan penduduk baik secara alami maupun migrasi akan
mengakibatkan konversi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian. Konversi
lahan yang terjadi di Kecamatan Colomadu sebagai konsekuensi kesenjangan
antara pertumbuhan ekonomi di perkotaan yang berbasis industri dengan ekonomi
pedesaan yang berbasis pertanian. Konversi lahan yang terjadi selama tahun 2000-
2010 telah menyebabkan kehilangan lahan pertanian sebesar 23,7 ha/tahun, begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
juga dengan pertumbuhan penduduknya yang semakin bertambah pada tahun
tersebut dan mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian serta pelambatan kapasitas
produksi pangan hal ini sebagai konsekuensi dari laju pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kecamatan Colomadu. Dibandingkan dengan
daerah Kabupaten Karanganyar yang lain seperti di Kecamatan Gondangrejo
mengalami konversi lahan sebesar ±42,7 Ha/th menjadi permukiman, faktor tingkat
aksesibilitas dan pusat pelayanan masyarakat berpengaruh terhadap konversi yang
terjadi, begitu juga di Kecamatan Jatiyoso terjadi konversi sebesar ±4,5 Ha/th
dengan faktor yang sama pula yaitu faktor aksesibilitas dan pertumbuhan
penduduk. Dengan latar belakang inilah penulis tertarik meneliti pengaruh
pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian di kecamatan Colomadu
tahun 2000 – 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu tahun 2000-
2010?
2. Bagaimana konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2000-
2010?
3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk dengan konversi lahan pertanian
di Kecamatan Colomadu tahun 2000-2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran utama suatu penelitian yang akan
dicapai melalui sebuah kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan
perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitianya adalah :
1. Mengetahui pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu tahun 2000-
2010.
2. Mengetahui konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2000-
2010.
3. Mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan
pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2000-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana
pengembangan keilmuan di bidang Geografi khususnya tentang kajian geografi
penduduk dan konversi lahan pertanian.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah
Daerah Kecamatan Colomadu dalam masalah pertumbuhan penduduk dan
pengaruhnya terhadap konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan pembelajaran di
sekolah-sekolah, khususnya mata pelajaran IPS dalam kompetensi dasar
permasalahan penduduk dan penanggulanganya. Dalam pembelajaran Sekolah
Menengah Atas, penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan
mata pelajaran Geografi khususnya dalam sub kompetensi kependudukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelaahan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pertumbuhan penduduk dan konversi lahan pertanian akan dijelaskan apa yang
dimaksud dengan pertumbuhan penduduk, migrasi, lahan, penggunaan lahan, dan
konversi lahan.
1. Pertumbuhan Penduduk
Menurut Yasin dalam Dasar-Dasar Demografi (1981: 5) pertumbuhan
penduduk adalah merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan
yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.
Secara terus menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir
(menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh
jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu migrasi
juga berperan : migrasi masuk (pendatang) akan menambah jumlah penduduk dan
migrasi keluar akan mengurangi jumlah penduduk. Faktor – faktor penentu dari
pertumbuhan penduduk adalah :
Menurut Mantra (2000: 145) Kelahiran (fertilitas), yaitu terlepasnya bayi
dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan atau sama dengan
kelahiran hidup (live birth). Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda
kehidupan disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam demografi tidak
dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Kematian (mortalitas), yang dimaksud dengan mati adalah peristiwa
hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap
saat setelah kelahiran hidup. Dari definisi ini terlihat bahwa keadaan ”mati” hanya
bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup, dengan demikian keadaan mati
selalu dilalui dengan kelahiran hidup. Dengan kata lain mati tidak pernah ada kalau
tidak ada kehidupan.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Migrasi masuk (in-migration), adalah masuknya penduduk ke suatu daerah
tempat tujuan (area of destination). Migrasi keluar (out-migration), yaitu
perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal (area of origin).
Menurut Widiyanti S (1987 : 35) yang dimaksud dengan pertumbuhan
penduduk alamiah adalah selisih antara tingkat kematian dan tingkat kelahiran.
Yang dimaksud dengan tingkat kelahiran adalah jumlah bayi yang lahir dari setiap
1000 penduduk dalam satu tahun. Sama halnya dengan tingkat kelahiran, tingkat
kematian juga diperhitungkan dari jumlah pendudk yang mati dalam satu tahun,
dari setiap seribu penduduk.
Menurut Mudjiman 1988 : 150 dalam Analisi demografi pertumbuhan
penduduk alami akan diketahui selisih antara jumlah kelahiran dan kematian dalam
waktu satu tahun, dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya pada pertengahan
tahun. Inilah tingkat pertumbuhan penduduk alami. Pertumbuhan penduduk adalah
akibat dari kombinasi faktor kelahiran, kematian dan migrasi secara bersama-sama.
Kombinasi faktor-faktor tersebut cenderung untuk berubah-ubah di setiap saat.
Maka kecepatan pertumbuhan pendudukpun juga cenderung berubah-ubah setiap
saat. Jumlah penduduk suatu daerah selalu mengalami perubahan. Perubahan
jumlah penduduk tersebut disebabkan adanya pertumbuhan penduduk, baik
pertumbuhan penduduk positif maupun pertumbuhan negatif. Apabila terjadi
pertumbuhan penduduk yang positif, jumlah penduduk akan bertambah, sebaliknya
apabila pertumbuhan penduduk negatif, akan mengakibatkan jumlah penduduk
mengalami penurunan. Perubahan jumlah penduduk di suatu daerah dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Kriteria yang
digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya angka kelahiran dan kematian adalah
sebagai berikut.
a. Penggolongan angka kelahiran:
1) angka kelahiran rendah, jika angka kelahiran kurang dari 30.
2) angka kelahiran sedang, jika angka kelahiran antara 30-40.
3) angka kelahiran tinggi, jika angka kelahiran lebih dari 40.
b. Penggolongan angka kematian:
1) angka kematian rendah, jika angka kematian kurang dari 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) angka kematian sedang, jika angka kematian antara 10-20.
3) angka kematian tinggi, jika angka kematian lebih dari 20.
Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan penduduk yang
disebabkan oleh perbedaan antara jumlah migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi
keluar (emigrasi). Jumlah imigrasi yang melebihi jumlah emigrasi akan menambah
jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan. Sebaliknya, jika emigrasi lebih
besar dari imigrasi, jumlah penduduknya akan mengalami penurunan, sehingga
pertumbuhan penduduk di suatu daerah ditentukan oleh pertumbuhan penduduk
alami dan migrasi yang disebut dengan pertumbuhan penduduk total. Pertumbuhan
penduduk total biasanya disingkat dengan pertumbuhan penduduk.
a. Migrasi
Pertumbuhan penduduk dunia secara keseluruhan memang bisa
dianggap sebagai akibat dari pertumbuhan alami saja. Tetapi untuk daerah-daerah
sempit, faktor migrasi harus diperhitungkan sebagi faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan penduduk. Lebih - lebih dengan adanya kemajuan dalam
transportasi, maka faktor migrasi harus lebih diperhatikan peranannya dalam
pertumbuhan penduduk (Mudjiman,1988 : 147).
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
dari suatu tempat ke tampat lain melampui batas politik atau negara ataupun batas
administratif / batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan
sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah yang lain.
Ada dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaahan migrasi, yaitu
dimensi waktu dan dimensi daerah.
Besarnya jumlah pendatang untuk menetap pada suatu daerah
dipengaruhi besarnya faktor penarik (pull factor) daerah tersebut bagi pendatang.
Semakin maju kondisi sosial ekonomi suatu daerah akan menciptakan berbagai
factor penarik, seperti perkembangan industri, perdagangan, pendidikan,
perumahan, dan transportasi. Kondisi ini diminati oleh penduduk daerah lain yang
berharap dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pada sisi lain, setiap daerah
mempunyai faktor pendorong (push factor) yang menyebabkan sejumlah penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
migrasi keluar daerahnya. Faktor pendorong itu antara lain kesempatan kerja yang
terbatas jumlah dan jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang
memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan yang kurang baik.
Migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif mempengaruhi setiap individu
dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka
pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing
individu juga bervariasi. Variasi tersebut tidak hanya terdapat pada arus migrasi
antar wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada migrasi antar negara.
Beberapa faktor non ekonomis yang mempengaruhi keinginan seseorang
melakukan migrasi adalah:
a. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran untuk melepaskan dari
kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam organisasi-organisasi sosial
yang sebelumnya mengekang mereka.
b. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana meteorologis, seperti
banjir dan kekeringan.
c. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang
kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk suatu tempat.
d. Faktor-faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga
besar yang berada pada tempat tujuan migrasi.
e. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transportasi,
sistem pendidikan yang cenderung berorientasi pada kehidupan kota dan
dampak-dampak modernisasi yang ditimbulkan oleh media massa atau media
elektronik.
Untuk dimensi waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena sulitnya
menentukan beberapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dianggap
sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunakan definisi yang ditentukan dalam
sensus penduduk. Menurut BPS (2010) terdapat tiga jenis migran, yaitu :
a. Migran semasa hidup (life time migrant) adalah mereka yang pindah dari
tempat lahir ke tempat tinggal sekarang, atau mereka yang tempat tinggalnya
sekarang bukan di wilayah propinsi tempat kelahirannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Migran risen (recent migrant) adalah mereka yang pindah melewati batas
propinsi dalan kurun waktu lima tahun terakhir sebelum pencacahan.
c. Migran total adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang
berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor-
faktor pendorong misalnya (Munir dalam anonim, 1981: 116) :
a. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas
barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh.
b. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal.
c. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik
d. Tidak cocok lagi dengan adat / budaya / kepercayaan ditempat asal.
e. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa
mengembangkan karier pribadi.
f. Adanya bencana alam baik banjir, gempa umi, maupun wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik antara lain :
a. Adanya superior di tempat baru atau kesempatan kerja untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang cocok.
b. Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik
c. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
d. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenagkan misalnya iklim,
perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas kemsyarakatan lainnya.
e. Tarikan dari orang yang diharapkan dapat menjadi tempat berlindung.
f. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik kota bagi orang-orang di desa atau di kota
kecil.
Secara sederhana migrasi didefenisikan sebagai aktivitas perpindahan,
sedangkan secara formal migrasi didefenisikan sebagai perpindahan penduduk
dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang melampaui
batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian suatu negara. Bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
melampaui batas negara maka disebut dengan migrasi internasional, sedangkan
migrasi dalam negeri merupakan perpindahan penduduk yang terjadi dalam batas
wilayah suatu negara, baik antar daerah ataupun antar propinsi. Pindahnya
penduduk ke suatu daerah tujuan disebut dengan migrasi masuk. Perpindahan
penduduk keluar dari suatu daerah disebut dengan migrasi keluar (Depnaker, 2010).
Perpindahan sirkuler tidak memberikan transfer (perpindahan) penduduk
secara permanen antara satu tempat ke tempat yang lain, penduduk pergi dari
tempat tinggalnya dengan jangka waktu yang berbeda-beda, kadang-kadang secara
musiman dan mungkin untuk tahunan, seperti apa yang dilakuakan para petani,
pedagang, dan buruh serta untuk alasan-alasan ekonomi dan sosial lain, tetapi
kemudian kembali ke tempat semula. Dalam cara yang demikian ini terjadi
redistribusi penduduk secara temporer dan permanen. Jika terjadi transfer
permanenantara penduduk pedesaan dan wilayah perkotaan dalam jumlah besar,
tingkat pertambahan alami yang tinggi yang ada di daerah asal akan mencegah
terjadinya depopulasi (Dickenson,1992 : 70).
b. Kelahiran (Fertilitas)
Menurut Sri Harjati, fertilitas hal 57 (Dalam Dasar-Dasar Demografi).
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
kelahiran banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas sebaliknya, merupakan
potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti dari sterilitas.
Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang
lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran perubahan penduduk sedangkan
natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi
wanita. Angka fertilitas pun diukur berdasarkan pembagian jumlah kejadian
(events) dengan penduduk yang menanggung resiko melahirkan (expost to risk).
Walaupun demikian ada beberapa persoalan yang dihadapi dalam hal pengukuran
fertilitas yang tidak dijumpai dalam pengukuran mortalitas. Konsep – konsep dalam
fertilitas yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Lahir hidup : (Live birth) menurut UN & WHO, adalah kelahiran
seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya dalam kandungan, di
manasi bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
2) Lahir mati : (Still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari
kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa
menunjukan tanda-tanda kehidupan.
3) Abortus : kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan
kurang dari 28 minggu. Ada 2 macam abortus : disengaja (induced)
dan tidak disengaja (spontaneous).
4) Masa reproduksi : masa dimana wanita mampu melahirkan, yang
disebut dengan usia subur ( 15 – 49 tahun ).
2. Konversi Lahan
Konversi lahan atau perubahan penggunaan lahan pada hakekatnya adalah
perubahan lingkungan, yaitu mengurangi resiko lingkungan dan atau memperbesar
manfaat lingkungan (Soeparmin 2001: 22). Sejak berabad-abad yang lalu nenek
moyang telah mengubah hutan menjadi daerah permukiman dan pertanian. Contoh
perubahan lahan yang pernah dilakukan pada zaman dahulu yaitu perubahan hutan
menjadi sawah, yang merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan untuk produksi
bahan makanan dalam kondisi curah hujan yang tinggi, dan juga untuk mengurangi
resiko erosi di daerah bergunung.
Dari tahun ke tahun lahan semakin dibutuhkan, apalagi mengenai
pembangunan yang sedang berlangsung seperti saat ini termasuk yang bersifat fisik
tidak terlepas dari kebutuhan lahan. Lahan yang tersedia di suatu daerah tidak akan
dapat mencukupi, dikarenakan pertumbuhan penduduk serta kebutuhan manusia
akan lahan semakin besar dan pembangunan juga semakin besar. Sehingga untuk
mencukupi segala kepentingan kebutuhan manusia tersebut maka terjadilah
perubahan penggunaan lahan karena lahan bersifat tetap dan tidak dapat berubah.
Alih fungsi lahan atau perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya
suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya
diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
waktu berikutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa konversi lahan pertanian pada
dasarnya merupakan suatu proses alamiah yang terkait dengan tiga faktor dasar,
yaitu kelangkaan lahan, dinamika pembangunan, dan pertumbuhan penduduk.
(www.balaitanahlitbang.deptan.go.id).
Menurut Simatupang dan Irwan (2005 : 45), penyebab konversi lahan
pertanian adalah pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, pertumbuhan dan
perkembangan penduduk, namun di daerah-daerah yang sedang berkembang seperti
di Indonesia ini faktor-faktor tersebut masih bersifat alamiah dan terlalu besar dan
masih sulit untuk dicegah, sehingga konversi lahan pertanian atau perubahan
penggunaan lahan pertanian juga masih bersifat alamiah dan sulit untuk dicegah.
Perkembangan spasial dan penduduk suatu megapolis akan membawa
konsekuensi terhadap kondisi sosial, ekonomi, kultural, dan lingkungan dimana
megapolis atau daerah pinggiran kota itu berkembang. Dalam beberapa hal,
variabel ekonomi muncul lebih dulu di suatu tempat baru kemudian diikuti oleh
meningkatnya jumlah penduduk di sekitarnya. Sebagai contoh, apabila di suatu
tempat didirikan suatu pusat kegiatan ekonomi, seperti pabrik misalnya, maka di
daerah sekitarnya akan bermunculan permukiman-permukiman baru dan tentu saja
dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan lahan. Dalam mengungkapkan proses spasial megapolis maupun daerah
pinggiran kota, sebagai suatu bentuk ekspresi keruangan yang khas. Beberapa pakar
menemukakan berbagai macam pendapat, sebagian mengemukakan variabel –
variabel ekonomi menjadi menjadi variabel penentu, sebagian lain mengemukakan
variabel lain yang sebagai penentu. Dalam mengenali ekspresi keruangan sebuah
megapolis maupun pinggiran kota perlu dipahami mengenai perkembangan
permukiman kekotaan itu sendiri dan perubahan lahannya dari bentuk yang paling
awal sampai dengan prospek masa depan (Yunus,2006: 164).
Perkembangan permukiman kekotaan sebenarnya dipicu oleh dua
peristiwa utama yang mewarnai perkembangan peradaban manusia di muka bumi
ini. Kedua peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa revolusi pertanian
(agricultural revolution) dan peristiwa revolusi industri (industrial revolution).
Kedua peristiwa ini membawa konsekuensi spasial pada permukiman manusia dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
keadaan yang paling sederhana (rural sattlement) ke keadaan yang paling kompleks
(urban sattlement) dalam hal bentuk, struktur, pola serta fungsinya yang dapat
berakibata pada perubahan lahan yang dipakainya (Yunus, 2006: 167).
a. Lahan
Dalam konsep geografi, lahan memiliki pengertian yang berbeda
dengan tanah. Tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga, terdiri dari
lebar, panjang dan dalam, merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Sedangkan
lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia serta mahluk
lainnya. Namun demikian tanah merupakan faktor paling dominan dari lahan
(www.deptan.go.id)
Lahan potensial adalah lahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Dalam arti luas lahan potensial merupakan lahan yang memberikan daya dukung
terhadap kehidupan manusia secara optimal, sedangkan dalam arti sempit lahan
potensial adalah lahan produktif yang dapat memberikan hasil pertanian yang tinggi
dengan biaya pengelolaan yang rendah. Lahan kritis adalah lahan yang telah
mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis sehingga tidak mempunyai
nilai ekonomi lagi. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari
kemampuan lahan berdasarkan besarnya resiko ancaman atau hambatan yang
dihadapi dalam pemanfaatan lahan tersebut. Untuk melihat / mengetahui suatu
lahan potensial atau kritis dapat dilihat dari ciri-cirinya. Lahan potensial untuk
pertanian memiliki ciri-ciri antara lain : tanahnya subur, mempunyai sifat fisis yang
baik, dan belum tererosi, sedangkan lahan potensial untuk permukiman memiliki
ciri-ciri antara lain : daya dukung tanah besar, fluktuasi air baik, cukup
mengandung lempung dan kemiringannya antara 0 - 3%. Lahan kritis untuk
pertanian memiliki ciri-ciri antara lain : tanahnya tidak subur dan miskin humus.
Sedangkan lahan kritis untuk permukiman memiliki ciri-ciri antara lain : daya
dukung tanah rendah, fluktuasi air tidak baik, dan kemiringannya lebih dari 3%.
Lahan potensial terdapat di kawasan pantai, dataran rendah, dan kawasan
pegunungan / perbukitan. Lahan kritis juga terdapat di kawasan pantai, dataran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
rendah, dan kawasan pegunungan. Lahan potensial yang paling luas terdapat di
kawasan dataran rendah, sedangkan lahan kritis yang paling luas terdapat di
kawasan yang mudah tererosi (rusak) yaitu pegunungan dan pantai. Pemanfaatan
dan pelestarian lahan potensial perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa lahan
potensial merupakan sumber daya alam, sehingga dalam pembangunan nasional
yang berwawasan lingkungan upaya tersebut, diarahkan agar memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya dalam waktu yang cukup lama (deptan.go.id).
Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim,
relief, tanah, air, dan vegetasi, serta benda yang ada di atasnya, sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil
kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang, seperti hasil reklamasi laut,
pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan, seperti tanah yang
tersalinasi. Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang dan tempat
(Arsyad,1989 : 206).
Lahan bukan hanya sebagai tanah yang diolah untuk menghasilkan
pangan, namun lahan mempunyai fungsi dan arti lain apabila dikaji lebih khusus.
Sebuah bangunan didirikan diatas lahan, hal ini menunjukan bahwa lahan
mempunyai guna tertentu. Unsur utama di dalam lahan adalah tanah, tanah sangat
berpengaruh besar terhadap keberadaan lahan. Terpakainya sebuah lahan
tergantung pada kondisi tanah yang terdpat di lahan tersebut. Oleh manusia, lahan
yang mempunyai tanah subur dan kurang atau tidak subur akan difungsikan sesuai
dengan keinginan manusia itu sendiri. Selain itu lahan juga mempunyai sesuatu
yang dapat dinilai selain kondisi tanahnya, tetapi juga letaknya. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap keadaan ekonomi pada masyarakat. Lahan yang letaknya di
pelosok (desa) harganya akan murah dan terjangkau, namun berbeda dengan lahan
yang letaknya di pinggiran jalan raya (kota) harganya akan lebih mahal.
b. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara
siklis ataupun secara permanen terhadap suatu kumpulan sumber daya alam dan
sumber daya buatan yang secara keseluruhan dapat disebut lahan, dengan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan ataupun spiritual ataupun keduanya
(Malingreau,1977: 207).
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi sawah,
baik secara terus menerus maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah
tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum,
seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian, dan sebagainya. Dari
pengertian tersebut, istilah tanah sawah berhubungan langsung dengan penggunaan
lahan dan tidak berkaitan dengan jenis tanah tertentu dalam pengertian pedologi
(Hardjowigeno dan M. Luthfi, 2005: 2).
Penggunan lahan ( land use ) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
(campur tangan ) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke
dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan
bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar ke
dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi
yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah,
kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang
alang-alang, dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan
kedalam penggunaan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi,
pertambangan, dan sebagainya (Arsyad, 1989: 207).
Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas :
penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman
semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan
rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode
biasanya kurang dari setahun. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan
penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil
tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman
perkebunan. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak
diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan
sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Bangunan fisik adalah tempat perlindungan tetap maupun sementara
yang mempunyai dinding, lantai, dan atap, baik digunakan untuk tempat tinggal
atau bukan tempat tinggal. Suatu bangunan bukan tempat tinggal dianggap sebagai
suatu bangunan fisik jika luas lantainya paling sedikit 10m2. persyaratan luas ini
tidak berlaku untuk bangunan tempat tinggal. Bangunan sensus adalah sebagian
atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar / masuk sendiri dan
merupakan satu kesatuan penggunaan (Mantra,2000: 16).
Dari pengertian diatas maka manusia mempunyai peranan penting dalam
menentukan penggunaan sebuah lahan. Manusia memanfaatkan lahan sebagai alat
untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya pertumbuhan penduduk maka
kebutuhan lahan juga bertambah, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi
dengan jumlah lahan yang tersedia akan mengakibatkan permasalahan atau konflik
kepemilikan lahan, hal ini dikarenakan lahan yang dibutuhkan tidak mengalami
pertambahan luas. Disinilah dapat terlihat peran dan fungsi lahan yang dipengaruhi
oleh manusia sebagai pemenuhan kebutuhan baik pangan maupun papan.
Menurut Sandy (1989), klasifikasi penggunaan tanah berdasarkan skala 1:
25.000 dan 1 : 12.500 adalah untuk :
a. Perkampungan, meliputi kampung, kuburan nyata, kuburan tak nyata,
emplasemen menetap, emplasemen sementara.
b. Persawahan, meliputi sawah 3 kali padi setahun, sawah 2 kali padi setahun,
sawah 2 kali padi setahun + palawija (jenis palawija dinyatakan), sawah 1
kali padi setahun + palawija (jenis palawija dinyatakan), sawah 1 kali padi
setahun berupa swah tadahan, sawah 1 kali padi setahun berupa sawah rawa,
sawah di tanami tebu, sawah di tanami tembakau, sawah di tanami rosela,
dan pertanian kering seperti tegalan dengan jenis tanaman, ladang digarap
0-1 tahun, dengan jenis tanaman, ladang digarap 1-3 tahun dengan jenis
tanaman, sayuran dengan jenis tanaman, bunga-bungaan dengan jenis
tanaman.
c. Perkebunan, meliputi karet sudah berproduksi dan belum berproduksi,
menurut jenis tanaman dengan perincian sudah belum berproduksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d. Kebun Campur, meliputi campuran sudah berproduksi dan belum
berproduksi, buah-buahan sudah berproduksi dan belum berproduksi.
e. Hutan, meliputi hutan lebat dengan jenis kayu utama, hutan belukar alami,
hutan belukar buatan dengan jenis kayu, hutan sejenis alami dengan jenis
kayu, hutan sejenis buatan dengan jenis kayu, hutan rawa dengan jenis kayu
utama.
f. Kolam, meliputi kolam air tawar, tambak, kolam penggaraman.
g. Perairan Darat, meliputi danau / situ, rawa, waduk.
h. Tanah tandus, meliputi tanah tandus berbatu-batu, tanah tandus lahar, tanah
tandus pasir, tanah rusak tererosi berat, tanah rusak terintrusi air asin, tanah
rusak bekas penambangan, tanah rusak bekas penggalian.
i. Penggunaan lain, seperti batas administrasi, letak ibukota, kualitas jalan,
sungai dan hirarki saluran, konstruksi bendungan, tanggul, dan triangulasi.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian berikut merupakan penjelasan mengenai konsep-konsep
pertumbuhan penduduk dan perubahan penggunaan lahan sebagai akibatnya.
Berikut adalah penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai pembanding dalam
penelitian ini.
Wahyuni meneliti di Kecamatan Colomadu dengan judul penelitian
”Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perkembangan Permukiman di
Kecamatan Colomadu Tahun 1994-2004”. Tujuan penelitiannya yaitu, mengetahui
pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu periode 1994-2004,
perkembangan permukiman di Kecamatan Colomadu periode 1994-2004, pengaruh
antara pertumbuhan penduduk dengan perkembangan permukiman. Metodenya
menggunakan studi dokumentasi data monografi, observasi lapangan dan analisis
data. Hasil penelitian sebagai berikut : Kecamatan Colomadu pertumbuhan
penduduknya mencapai 2,02 % dalam kurun waktu 10 tahun, perkembangan
permukiman dalam kurun waktu 10 tahun tersebut seluas 2,7 Ha. Pertumbuhan
penduduk berpengaruh terhadap perkembangan permukiman, dengan pertumbuhan
penduduk yang meningkat maka kebutuhan permukiman juga meningkat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sedangkan lahan untuk menyediakan permukiman terbatas, sehingga perlu
dilakukan alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan permukiman.
Hantoro, melakukan penelitian dengan judul : ”Studi Pengaruh
Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun 1995-2005”. Tujuan penelitiannya
untuk mengetahui pertumbuhan penduduk di Kecamatan Grogol tahun 1995-2005,
mengetahui perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Grogol antara
tahun 1995-2005, mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap
penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Grogol tahun 1995-2005. Metode
penelitian menggunakan overlay peta penggunaan lahan tahun1995-2005,
menghitung pertumbuhan penduduk dengan rumus pertumbuhan penduduk
exponsial, pembuatan grafik. Hasil penelitian sebagai berikut : Tingkat
pertumbuhan penduduk Kecamatan Grogol 1,95 % selama tahun 1995-2005.
Perubahan penggunaan lahan pertanian seluas 168,2811 Ha dalam kurun waktu 10
tahun, dari tahun 1995-2005. Berdasarkan hasil analisis data bahwa terdapat
hubungan antara pertumbuhan penduduk dan perubahan penggunaan lahan.
Penelitian berikutnya, Pamusthi yang meneliti di daerah Kabupaten
Karanganyar, dengan judul penelitian ”Dampak Alihguna Lahan Pertanian
Terhadap Produksi Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karanganyar Tahun
1996-2006”. Tujuan penelitiannya adalah mengetahui dampak alihguna lahan
pertanian di Kabupaten Karanganyar terhadap tanaman pangan tahun 1996-2006,
mengetahui luasan lahan pertanian yang mengalami alih guna lahan non pertanian
di Kabupaten Karanganyar tahun 1996-2006, mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya alih guna lahan pertanian di Kabupaten Karanganyar
tahun 1996-2006. Metode penelitian menggunakan studi dokumen, wawancara, dan
pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian adalah: Alih guna lahan
pertanian yang terjadi di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1996-2006 berdampak
pada menurunnya produksi pertanian tanaman pangan. Hal ini terlihat dari produksi
pertanian tanaman pangan yang semula berjumlah 414.147 ton pada tahun 1996,
menurun menjadi 308.468 ton pada tahu 2006 atau menurun sekitar 33.679 ton
(8,13 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tabel1.Hasil penelitian yang relevan
NO Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
1. Endang
Wahyuni
Pengaruh Pertumbuhan
Penduduk Terhadap
Perkembangan
Permukiman di
Kecamatan Colomadu
Tahun 1994-2004
studi dokumentasi tentang
data monografi, observasi
lapangan dan analisis data.
1.Kecamatan Colomadu
pertumbuhan penduduknya
mencapai 2,02 % dalam kurun
waktu 10 tahun.
2.Perkembangan permukiman
dalam kurun waktu 10 tahun
tersebut seluas 2,7 Ha.
Pertumbuhan penduduk
berpengaruh terhadap
perkembangan permukiman
2. Bayu
Sulistyo
Hantoro
Studi Pengaruh
Pertumbuhan
Penduduk Terhadap
Perubahan Penggunaan
Lahan Pertanian di
Kecamatan Grogol
Kabupaten Sukoharjo
Tahun 1995-2005
overlay peta penggunaan
lahan tahun1995-2005,
menghitung pertumbuhan
penduduk dengan rumus
pertumbuhan penduduk
exponsial, pembuatan grafik
1.Tingkat pertumbuhan penduduk
Kecamatan Grogol 1,95 %
selama tahun 1995-2005.
Perubahan penggunaan lahan
pertanian seluas 168,2811 Ha
dalam kurun waktu 10 tahun,
dari tahun 1995-2005.
2.Berdasarkan hasil analisis data
bahwa terdapat hubungan
antara pertumbuhan penduduk
dan perubahan penggunaan
lahan.
3. Rekyan
Pamusthi
Dampak Alihguna
Lahan Pertanian
Terhadap Produksi
Pertanian Tanaman
Pangan di Kabupaten
Karanganyar Tahun
1996-2006
studi dokumen, wawancara,
dan pengamatan langsung
dilapangan
1.Alih guna lahan pertanian yang
etrjadi di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 1996-
2006 berdampak pada
menurunnya produksi pertanian
tanaman pangan.
2.Hal ini terlihat dari produksi
pertanian tanaman pangan yang
semula berjumlah 414.147 ton
pada tahun 1996, menurun
menjadi 308.468 ton pada tahu
2006 atau menurun sekitar
33.679 ton (8,13 %).
4. Wiwis Alib
Isra
Pengaruh Pertumbuhan
Penduduk Terhadap
Konversi Lahan
Pertanian di
Kecamatan Colomadu
Tahun 2000-2010
Mengetahui pertumbuhan
penduduk dengan analisis
dokumen, analisis peta
deskriptif geografis dan
overlay peta.
1.Kecamatan Colomadu
pertumbuhan penduduknya dari
tahun 2000-2005 0,49%. Tahun
2005-2010 1,02%.
2.Konversi lahan dari tahun 2000-
2005 mencapai 20,8 Ha. Tahun
2005-2010 179,5 Ha.
3.tidak terdapat pengaruh antara
pertumbuhan penduduk dengan
konversi lahan pertanian di
Kecamatan Colomadu. Hal ini
ditunjukan adanya peristiwa
konversi lahan pertanian yang
tinggi namun pertumbuhan
penduduk rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
C. Kerangka Pemikiran
Pemekaran kota Surakarta semakin meluas ke daerah sekitarnya,
semakin sempitnya lahan yang tersedia di Kota Surakarta menyebabkan terjadinya
pemekaran fisik ke kota pinggiran yang salah satunya adalah Kecamatan
Colomadu. Hal ini mempengaruhi angka migrasi masuk meningkat dan
pertumbuhan penduduk akan semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk yang
semakin lama semakin bertambah memicu berdirinya sektor-sektor usaha baru yang
dapat menimbulkan lapangan kerja pula. Letak yang strategis, lapangan kerja yang
tersedia, dan fasilitas memadai membuat para migran tetap tinggal menetap di
Kecamatan Colomadu, sehingga menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat
dan terjadilah konversi lahan yang kebanyakan dari lahan pertanian.
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kecamatan Colomadu, tahun
2000, 2005, dan 2010 dalam penelitian ini akan digunakan rumus pertumbuhan
penduduk alami. Konversi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Colomadu
pada tahun 2000-2005 menggunakan tehnik analisis tumpang susun (overlay) Peta
Penggunaan Lahan Tahun 2000 dengan Peta Penggunaan Lahan Tahun 2005, dan
konversi lahan pertanian yang terjadi pada tahun 2005-2010 akan diketahui dengan
menggunakan Peta Penggunaan Lahan Tahun 2005 dioverlay dengan Peta
Penggunaan Lahan Tahun 2010. Pengaruh antara pertumbuhan penduduk dengan
konversi lahan yang terjadi di Kecamatan Colomadu tahun 2000-2005 diketahui
dengan tehnik analisis tumpang susun (overlay) Peta Tingkat Pertumbuhan
Penduduk Tahun 2000-2005 dengan Peta Tingkat Konversi Lahan Tahun 2000-
2005 dan pengaruh antara pertumbuhan penduduk dengan konversi lahan yang
terjadi pada tahun 2005-2010 menggunakan tehnik analisis tumpang susun
(overlay) peta tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010 dengan peta tingkat
konversi lahan tahun 2005-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Diagram 1. Alur Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Input
: Proses
: Output
Konversi lahan
pertanian manjadi
non pertanian
Faktor-faktor
pertumbuhan
penduduk :
1. kelahiran
2. kematian
3. migrasi masuk
4. migrasi keluar
- Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu tahun 2000-2010.
- Konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2000-2010.
- Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian di
Kecamatan Colomadu tahun 2000-2010.
Lahan pertanian
terbatas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar. Pemilihan lokasi didasarkan atas semakin meningkatnya konversi
lahan pertanian dan peningkatan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun
semakin tinggi di tiap desa di Kecamatan Colomadu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan rentang waktu mulai bulan Januari
2010 sampai dengan Maret 2011. Untuk lebih jelasnya waktu penelitian disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 2. Jadwal Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu
Feb
10
Mar
10
Apr
10
Mei
10
Juni
10
Juli
10
Agst
10
Sept
10
Okt
10
Nov
10
Des
10
Jan
11
Feb
11
Mar
11
Apr
11
Mei
11
Juni
11
1. Persiapan
2. Penyusunan
Proposal
3. Pengumpulan
Data
4. Analisis Data
5. Penulisan
Laporan
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk dan strategi yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif geografis.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada pengungkapan
suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta
yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis (Tika, 1997:
6). Geografis mengandung pengertian mengenai tempat – tempat yang terletak di
permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu obyek terletak
dipermukaan bumi dan informasi mengenai keterangan (atribut) dari obyek yang
bersangkutan, sehingga Deskriptif Geografis adalah mendeskripsikan fenomena
geografi berdasarkan pada letak geografisnya melalui analisis peta (arcsigclinic-
sdy.com).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Colomadu, digunakan analisis data dokumen pertumbuhan penduduk
alami, dengan analisis statistik tersebut maka pertumbuhan penduduk pada tahun
2000, 2005, dan 2010 dapat diketahui. Dari hasil penghitungan pertumbuhan
penduduk tersebut, kemudian dipetakan menjadi Peta Petumbuhan Penduduk
Tahun 2000 – 2005 dan Peta Pertumbuhan Penduduk Tahun 2005 – 2010, dan Peta
Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000 – 2005 serta Peta Tingkat
Pertumbuhan Penduduk Tahun 2005 – 2010.
Konversi lahan dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan
analisis Peta Penggunaan Lahan tahun 2000 yang dioverlay dengan Peta
Penggunaan Lahan tahun 2005, akan menghasilkan Peta Konversi Lahan
Kecamatan Colomadu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. Dalam
menentukan besarnya konversi lahan pada tahun 2005 sampai tahun 2010
digunakan analisis overlay Peta Penggunaan Lahan tahun 2005 dengan Peta
Penggunaan Lahan tahun 2010, kemudian dihasilkan Peta Konversi Lahan
Kecamatan Colomadu tahun 2005 – 2010, yang kemudian besarnya konversi lahan
tersebut diklasifikasikan menjadi Peta Tingkat Konversi Lahan tahun 2000 -2005
dan Peta Tingkat Konversi Lahan tahun 2005 – 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Setelah mengetahui luas dan prosentase perubahan penggunaan lahan,
selanjutnya adalah menghubungkannya dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk dan perubahan penggunaan
lahan digunakan analisis overlay Peta Tingkat Konversi Lahan tahun 2000 - 2005
dengan Peta Tingkat Pertumbuhan Penduduk tahun 2005 - 2010, serta overlay Peta
Tingkat Konversi Lahan tahun 2005 – 2010 dengan Peta Tingkat Pertumbuhan
Penduduk tahun 2005 – 2010, dari overlay peta tersebut akan diketahui seberapa
besar pengaruh antara pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan yang terjadi
di Kecamatan Colomadu dari tahun 2000 sampai 2005 dan tahun 2005 sampai
dengan tahun 2010.
C. Jenis data
Data yang dikumpulkan meliputi lokasi atau letak dari tiap daerah
kelurahan di Kecamatan Colomadu serta aktivitas, faktor alam, pendidikan, sarana
prasarana, budaya/kepercayaan, dan jumlah penduduk serta penggunaan lahan dari
tahun 2000-2010. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama atau melalui penelitian di lapangan. Data primer dalam penelitian ini
adalah penggunaan lahan dan konversi lahan yang diperoleh dari observasi
lapangan dengan bantuan peta Rupa Bumi Indonesia lembar Surakarta dan
Kartasura.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari penelitian itu sendiri, walaupun
sesungguhnya yang dikumpulkan itu data yang asli (Tika, 1997: 67). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data monografi kecamatan Colomadu yang
diperoleh dari Kantor Kecamatan Colomadu, data pertumbuhan penduduk tahun
2000-2010 yang diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Karanganyar, peta penggunaan lahan tahun 2000-2010 diperoleh dari Kantor
Pertanahan Kabupaten Karanganyar, dan penggunaan lahan Kecamatan Colomadu
tahun 2006 yang diperoleh dari citra ikonos program Google Earth.
3. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas.
Himpunan individu atau obyek yang terbatas adalah himpunan individu atau obyek
yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasannya,
sedangkan himpunan individu atau obyek yang tidak terbatas merupakan himpunan
individu atau obyek yang sulit diketahui jumlahnya maupun batasannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2000-
2010 dan penggunaan lahan pertanian tahun 2000-2010.
D.Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Arikunto (1989 : 128) observasi atau yang disebut juga dengan
pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Observasi dalam penelitian ini adalah kegiatan
yang dilakukan di lapangan dengan cara mengamati langsung perubahan atau
konversi lahan yang terjadi dengan bantuan Peta Rupa Bumi Indonesia untuk
mengetahui konversi lahan yang terjadi.
2. Dokumentasi
Menurut Arikunto (1989: 131) dokumen artinya barang-barang tertulis.
Di dalam pelaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya. Foto yang diambil di lokasi penelitian akan
mendukung kualitas data yang mampu menarik sebuah kesimpulan. Data yang
dikumpulkan dan diperoleh dari studi dokumentasi adalah data monografi
Kecamatan Colomadu tahun 2000-2010, dan data pertumbuhan penduduk tahun
2000-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D. Analisis Data
1. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu pada tahun 2000, 2005 dan
2010 menggunakan metode studi dokumen, yaitu dokumen data pertumbuhan
penduduk alamiah Kecamatan Colomadu, klasifikasikasinya menggunakan
rumus standar korelasi s2=
2. Dalam penelitian ini konversi lahan pertanian dapat diketahui dengan
menggunakan analisis peta penggunaan lahan tahun 2000, peta penggunaan
lahan tahun 2005, serta peta penggunaan lahan tahun 2010 yang kemudian di
overlay kemudian diklasifikasikan tingkatannya menggunakan analisis statistik
deskriptif.
3. Setelah mengetahui luas dan prosentase perubahan penggunaan lahan
pertanian, selanjutnya adalah menghubungkannya dengan tingkat pertumbuhan
penduduk. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk dan konversi
lahan pertanian digunakan analisis overlay peta pertumbuhan penduduk dengan
peta konversi lahan pertanian selama 10 tahun tersebut.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah seluruh rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Rangkaian kegiatan ini melalui
tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti mengenai masalah penelitian
yang peneliti lakuakan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dipersiapkan peta Rupa Bumi Indonesia lembar Kartasura
dan Surakarta, citra Ikonos, data lapangan melalui observasi lapangan secara
langsung, serta studi pustaka mengenai konversi lahan maupun kependudukan
sebagai penunjang dalam penelitian ini.
2. Tahap Penyusunan Proposal
Pada tahap ini meliputi penyusunan proposal dan persiapan – persiapan
pembuatan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Proposal adalah rancangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
penelitian yang berisi latar belakang masalah, alasan, kajian teori, kerangka
pemikiran, pemilihan lokasi, penentuan lokasi penelitian, alat penelitian, rancangan
pengumpulan data. Proposal digunakan untuk mendapatkan ijin, baik dari tingkat
fakultas, universitas, dan daerah tempat peneliti melakukan penelitian. Dimulai dari
pengajuan judul, pengesahan judul, pengajuan proposal, pengesahan proposal oleh
pembimbing.
3. Tahap Pengumpulan Data
Adalah tahap pengambilan data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.
Data yang perlu dicari dalam penelitian ini adalah data pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Colomadu tahun 2000-2010 yang diperoleh dari kantor Kecamatan
Colomadu, serta konversi lahan di Kecamatan Colomadu tahun 2010 yang didapat
dari observasi lapangan dengan bantuan peta Rupa Bumi Indonesia.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan pemrosesan data yang telah diperoleh untuk
diorganisasikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan dengan mengatur urutan data ke dalam suatu pola dasar.
Observasi dan analisis dokumen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengamatan masyarakat sekitar daerah penelitian mengenai konversi penggunaan
lahan dari tahun 2000-2010 di Kecamatan Colomadu. Data monografi di
Kecamatan Colomadu sebagai petunjuk atau sumber mengenai pertumbuhan
penduduk yang terjadi setiap tahunnya dan batas-batas daerah administrasi sebagai
ruang lingkup terjadinya konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu pada
antara tahun 2000-2010. Setelah mengetahui luas dan prosentase perubahan
penggunaan lahan, selanjutnya adalah menghubungkannya dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian
Tahap ini berupa penulisan hasil laporan penelitian yang berupa skripsi
yang dilengkapi dengan peta, gambar, dan tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Keadaan Fisik.
a. Letak dan Batas
Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 lembar 1408-334
dan 1408-343, letak astronomis Kecamatan Colomadu terletak antara 7031’00” –
7032’30” LS dan 110
044’30” – 110
047’30” BT atau dalam koordinat UTM terletak
antara 468000 – 478000 mT dan antara 916600 – 916800 mU. Posisi ini
menyebabkan Kecamatan Colomadu berada pada wilayah iklim tropis yang
memiliki ciri-ciri dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Secara administrasi Kecamatan Colomadu berbatasan dengan 4 kecamatan
yaitu:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali.
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banyudono Kabupaten
Boyolali
b. Luas
Luas Kecamatan Colomadu adalah 15,64 km2 yang secara administratif
terbagi dalam 11 Desa, 50 Dusun, 126 Dukuh, 101 RW, dan 421 RT. Luas masing-
masing desa disajikan dalam Tabel.2 dibawah ini:
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 2. Luas daerah Kecamatan Colomadu.
No Nama Desa Luas
Km2 %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
1,53
1,63
2,06
0,98
0,73
1,64
1,31
1,79
1,5
1,29
1,18
9,78
10,42
13,17
6,26
4,67
10,49
8,38
11,45
9,59
8,25
7,51
Jumlah 15,64 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Karangnyar Tahun 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Desa Malangjiwan merupakan desa yang
mempunyai luas paling besar, yaitu 2,06 km2
(13,17%) dan Desa yang mempunyai
luas paling kecil adalah Desa Gajahan dengan luas 0,73 Km2
(4,67%).
c. Penggunaan Lahan
Kondisi alam khususnya faktor fisik akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan. Iklim serta tanah yang sesuai, merupakan kunci keberhasilan
manusia dalam pengelolaan tanah. Daerah penelitian merupakan daerah yang
cukup subur dengan penggunaan lahan yang masih didominasi untuk lahan
pertanian. Bentuk penggunaan lahan di daerah ini adalah permukiman, sawah,
tegalan, tambak/kolam, dan perkebunan.Penggunaan lahan pertanian tersebar
hampir di seluruh desa di Kecamatan Colomadu. Sawah yang ada, pada umumnya
adalah sawah irigasi, hal ini dikarenakan sumber air untuk irigasi sawah mudah
diperoleh dari sungai-sungai atau dari sumur-sumur buatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Penggunaan lahan permukiman mendominasi seluruh Kecamatan
Colomadu. Penggunaan lahan tegalan terdapat di desa Gawanan dan Gedongan,
yang kebanyakan diusahakan tanaman jagung dan ketela. Penggunaan lahan
tambak/kolam terdapat di desa Malangjiwan dan Klodran. Penggunaan lahan
perkebunan di Kecamatan Colomadu terdapat di desa Tohudan. Perkebunan ini
hanya di usahakan untuk tanaman buah-buahan.
Gambar 1. Salah satu penggunan lahan pertanian di Kecamatan Colomadu.
d. Iklim
Kecamatan Colomadu mempunyai temperatur rata-rata tahunan
25,22oC. Iklim suatu tempat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor temperatur saja,
tapi masih terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi yakni curah hujan. Curah
hujan tahunan maupun curah hujan bulanan dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu dari
tahun 2000-2010 disajikan dalam Tabel 3. Curah hujan rata-rata 10 tahun sebesar
1556,8 mm. Bulan terbasah terdapat di bulan Maret dengan curah hujan sebesar
268,3 mm, sedangkan bulan terkering terdapat pada bulan Juli dengan curah hujan
sebesar 10 mm. Untuk menentukan tipe curah hujan menurut Schmit dan Ferguson,
maka harus diketahui besarnya nilai Q (value of Q), yang diperoleroleh dengan
membandingkan jumlah bulan kering dengan jumlah bulan basah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 3. Curah hujan (mm) Kecamatan Colomadu Tahun 2000-2010.
no Bulan Tahun Jumlah Rata-
rata ’00 ’01 ’02 ’03 ’04 ’05 ’06 ’07 ’08 ’09 ’10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
308
285
794
321
126
0
0
0
0
5
261
263
443
394
444
88
203
108
43
-
85
200
277
186
253
234
311
125
53
0
0
77
0
162
300
270
238
246
113
250
14
0
0
0
0
0
8
203
203
225
187
101
99
83
0
0
0
0
109
113
227
290
199
98
52
0
0
0
0
106
204
218
315
195
483
224
42
5
0
126
32
78
796
120
315
135
355
355
69
69
0
126
32
557
246
86
86
86
86
41
63
0
0
0
0
79
68
128
173
222
187
34
70
142
0
0
0
62
122
259
334
350
248
200
54
0
57
0
0
135
144
234
2580
3341
3407
1837
845
407
100
329
117
1384
2535
2080
258
334,1
340,7
183,7
84,5
40,7
10,0
32,9
11,7
138,4
253,5
208
Jumlah 18962
Bln basah 5 2 4 7 4 5 4 2 5 4 5 47 4,6
Bln kering 7 8 7 5 6 6 7 7 1 6 7 67 6,4
Sumber : Dinas pertanian Kabupaten Karanganyar Tahun 2000-2010.
Keterangan :
0 : tidak ada hujan
Q : tipe curah hujan
Bulan kering : bulan yang mempunyai rata-rata curah hujan kurang dari
60 mm.
Bulan basah : bulan yang mempunyai rata-rata jumlah curah hujan lebih
dari 100 mm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BBerdasarkan
:
Golo
Golo
Golo
Golo
Golo
Golo
Golo
Golo
Rat
a –
rat
a bu
lan
ker
ing
Gambar 2.
n nilai Q, tip
ongan A
ongan B
ongan C
ongan D
ongan E
ongan F
ongan G
ongan H
Rat
Grafik tipe
e curah huja
0%
14
33
60
10
16
30
70
ta – rata bula
curah hujan
an di Indones
% Q < 14,
4,3% Q < 3
3,3 % Q <
0,0% Q <
00% Q < 1
67% Q < 3
00% Q < 7
00% Q ~
an basah
Kecamatan
sia dibagi m
,3 %
33,3 %
60,0 %
100%
167%
300%
700%
Colomadu.
menjadi 8 gol
Sangat basa
Basah
Agak basah
Sedang
Agak kering
Kering
Sangat kerin
Luar biasa k
36
longan, yaitu
ah
h
g
ng
kering
6
u
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berdasar klasifikasi Schmidt dan Ferguson, maka iklim di daerah
penelitian dapat ditentukan sebagai berikut :
Q = 4,7 X 100%
6,7
= 70, 14%
Nilai Q yang di dapat dari hasil perhitungan adalah 70,14%. Ini berarti Kecamatan
Colomadu menurut penggolongan iklim Schmidt dan Ferguson tergolong iklim D (
60,0% Q < 100% ) yaitu beriklim sedang.
e. Hidrografi
Ditinjau dari topografinya, Kecamatan Colomadu termasuk daerah
dataran, sehingga untuk mendapatkan air tidak sukar. Di bagian utara Kecamatan
Colomadu mengalir Sungai Pepe. Aliran Sungai Pepe tidak tetap. Pada musim
kemarau alirannya relatif sedikit, sedang pada musim penghujan sungai Pepe
alirannya sangat besar bahkan kadang-kadang meluap menggenangi desa-desa yang
ada di sekitarnya. Sungai Pepe ini besar sekali manfaatnya untuk pengairan pada
lahan pertanian, karena terdapat Bendungan Bandung dan alirannya dialirkan ke
lahan pertanian melalui saluran irigasi. Saluran irigasi tersebut pada musim
kemarau berfungsi sebagai pengairan pada lahan – lahan pertanian di desa sekitar
Sungai Pepe, sehingga para pengolah lahan pertanian tidak terlalu kesusahan
mencari air untuk pengairan pada lahan pertaniannya.
Berdasarkan pengamatan pada beberapa permukaan air sumur dapat
diketahui muka air tanah daerah penelitian berkisar antara 3 sampai 6 meter.
Kebanyakan penduduk menggunakan air tanah tersebut untuk keperluan sehari-
hari.
f. Geomorfologi
Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk lahan, proses-
proses yang mempengaruhi pembentukannya dan menyelidiki hubungan timbal
balik antara bentuk lahan dan proses-proses dalam tatanan keruangannya. Salah
satu aspek kajian Geomorfologi adalah bentuk lahan (landform) yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
bentukan pada permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologi yang beroperasi
di permukaan bumi.
Bentukan fluvial pada umumnya merupakan hasil proses pengendapan dari
daerah lain, bentuklahan ini terutama berkaitan dengan penimbunan seperti lembah-
lembah sungai besar dan dataran aluvial. Secara alami, proses yang berlangsung
diakibatkan oleh kinerja sungai yang meliputi tiga aktivitas yang berkaitan erat
antara satu dengan lainnya yaitu erosi, transportasi dan penimbunan/pengendapan.
Peristiwa penimbunan biasanya diawali oleh proses erosi (material yang terkikis),
kemudian terangkut oleh air dan akhirnya diendapkan di tempat lain yang lebih
rendah seperti di dataran rendah dan cekungan. Di daerah penelitian bentuk lahan
fluvial terdapat di bagian utara yaitu di tepi Sungai Pepe. Hali ini disebabkan
berkurangnya kecepatan aliran yang diendapkan pada alur sungai atau pada tepi
sungai saat terjadi banjir.
Bentuklahan asal vulkanik di Kecamatan Colomadu dipengaruhi oleh
vulkan Merapi dan Merbabu yang banyak terdapat di daerah bagian barat, seperti
Desa Ngasem dan Desa Bolon. Kecamatan Colomadu mempunyai ketinggian 80 –
100 meter di atas permukaan laut, serta kemiringan lerengnya antara 0–4%.
2. Sosial Ekonomi Penduduk
a. Jumlah dan Persebaran penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 berjumlah
54.914 jiwa, yang terdiri dari 27.856 jiwa penduduk laki-laki dan 27.058 jiwa
penduduk perempuan. Penduduk di Kecamatan Colomadu tersebar dalam 11 desa.
Berdasarkan data monografi Kecamatan Colomadu dapat dilihat bahwa
Desa Malangjiwan mempunyai jumlah penduduk yang terbesar yang berjumlah
9.337 jiwa (18,92%) dari seluruh penduduk di Kecamatan Colomadu. Desa yang
mempunyai jumlah penduduk paling kecil adalah Desa Gajahan yaitu berjumlah
1.871 jiwa (3,33%). Untuk lebih jelasnya penyebaran penduduk di masing-masing
desa di Kecamatan Colomadu dapat dilihat pada Tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 4. Jumlah Penduduk tiap Desa di Kecamatan Colomadu Tahun 2010.
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk suatu wilayah dapat diketahui dengan cara
membandingkan jumlah penduduk dengan luas wilayah dalam satuan luas.
Kepadatan penduduk ini tanpa memperhatikan areal yang produktif atau areal yang
mungkin dapat ditempati penduduk. Pada Tabel.5 disajikan perincian kepadatan
penduduk tiap desa Kecamatan Colomadu. Desa yang mempunyai kepadatan
penduduk tertingi adalah Desa Baturan yang berjumlah 7.019 jiwa/km2. Sedangkan
untuk wilayah yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa
Paulan yang berjumlah 2.213 jiwa/km2. Secara keseluruhan kepadatan penduduk di
Kecamatan Colomadu adalah 3.521 jiwa/km2.
No Desa Jumlah penduduk
Jiwa %
1.
2.
3.
4.
5.
6
7.
8.
9
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
4.183
5.168
10.337
2.437
2.871
4.599
5.094
5.766
5.065
10.521
4.281
7,31
10,31
18,92
4,93
3,33
7,74
7,57
8,33
8,21
17,10
7,10
Jumlah 60.828 100,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Masing-masing Desa di
Kecamatan Colomadu Tahun 2010.
No Desa Luas
(km2)
Jumlah
(jiwa)
Kepadatan
penduduk
(jiwa/ km2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
1,53
1,63
2,06
0,98
0,73
1,64
1,31
1,79
1,5
1,29
1,18
4.183
5.168
10.337
2.934
2.871
4.599
5.094
5.768
5.065
10.501
4.281
2.733
3.170
5.017
2.993
3.932
2.804
3.888
3.222
3.376
8.140
3.627
Jumlah 15,64 60.828 3.889
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Dari Tabel.5 di atas dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk tertinggi
di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 adalah Desa Baturan dengan kepadatan
penduduk 8.140 jiwa/km2 dan desa yang paling rendah kepadatan penduduknya
pada tahun 2010 adalah Desa Ngasem dengan kepadatan penduduknya 2.733
jiwa/km2. Apabila dilihat dari jumlah penduduknya, Desa Gajahan yang
mempunyai jumlah penduduk paling sedikit, namun kepadatan penduduknya tetap
tinggi. Hal ini disebabkan karena Desa Gajahan mempunyai luas yang paling
sempit dari seluruh desa di Kecamatan Colomadu, sedangkan jumlah penduduk
yang tertinggi di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 adalah Desa Malangjiwan
dengan jumlah penduduk 10.337 jiwa. Dikarenakan Desa Malangjiwan merupakan
pusat pemerintahan dan pusat kota kecamatan. Mempunyai fasilitas yang memadai,
sehingga para penduduk lebih memilih untuk bertempat tinggal di Desa
Malangjiwan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c. Sarana Perekonomian
Banyaknya sarana perekonomian yang terdapat di Kecamatan Colomadu
menandakan bahwa daerah ini merupakan tempat yang potensial untuk
pengembangan sektor perekonomian. Mengingat bahwa Kecamatan Colomadu
termasuk ke dalam kawasan pemekaran Kota Surakarta, sarana perekonomian yang
paling banyak adalah berupa kios dan warung yang berjumlah 337 buah.
Berdasarkan Tabel 6 desa yang memiliki sarana perekonomian paling banyak
adalah Desa Malangjiwan, hal ini disebabkan Desa Malangjiwan dijadikan pusat
pengembangan perekonomian di Kecamatan Colomadu.
Tabel 6. Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Desa Tahun 2010.
No Desa Pasar Umum Toko Kios/ Warung BANK Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
8
59
33
2
9
5
11
3
15
10
15
33
11
5
58
25
54
12
66
40
15
1
1
2
1
0
1
0
0
1
2
2
17
45
73
39
60
35
60
23
70
57
28
Jumlah 3 146 337 11 502
Sumber : Kecamatan Colomadu Tahun 2010.
d. Fasilitas Pendidikan
Persebaran fasilitas pendidikan untuk TK dan SD di masing-masing desa
sudah merata, untuk SLTP keberadaannya masih sedikit dibandingkan dengan
SLTA yang jumlahnya lebih banyak. Jumlah SLTP di Kecamatan Colomadu
sebanyak 4 sekolahan, yaitu SLTP 1 Colomadu, SLTP 2 Colomadu, SLTP 3
Colomadu, dan SLTP Angkasa. Sedangkan SLTA sebanyak 6 sekolahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
terdiri 1 Sekolah Menengah atas dan 5 Sekolah Menengah Lanjutan, yaitu SMA
Negri Colomadu, SMK Bina Dirgantara, SMK Prawira Marta, SMK Adi
Soemarmo, SMK Yayasan Pendidikan, dan SMK Tunas Bangsa. Sebagian besar
masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP dan SLTA harus
mencari sekolah ke lain kecamatan. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan
Colomadu pada tahun 2010 secara lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel.7 berikut.
Tabel 7. Jumlah Fasilitas Pendidikan Tiap Desa di Kecamatan Colomadu Tahun
2010.
No Desa TK SD SLTP SLTA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
1
2
3
2
2
1
2
2
2
3
2
2
2
6
3
3
2
2
3
3
2
3
0
0
2
0
0
0
1
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
1
1
Jumlah 22 31 4 6
Sumber : Kecamatan Colomadu tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Analisis Data
1. Pertumbuhan Penduduk tahun 2000-2010
a. Jumlah Penduduk Tahun 2000-2005.
Penduduk di Kecamatan Colomadu pada tahun 2000 berjumlah 50.279
jiwa. Desa yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi adalah desa Malangjiwan
yaitu 9.453 jiwa dengan kepadatan penduduk 4.704 jiwa/km2, hal ini disebabkan
Desa Malangjiwan adalah kota kecamatan dimana pusat pemerintahan berada di
desa ini, dan desa yang mempunyai penduduk terendah pada tahun 2000 adalah
Desa Gajahan yaitu 1.644 jiwa dengan kepadatan penduduknya 2.349 jiwa/km2 ,
sedangkan pada tahun 2005 jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu adalah
53.109 jiwa. Desa Malangjiwan tetap memiliki jumlah penduduk yang tertinggi
yaitu 9.463 jiwa dan desa yang memiliki jumlah terendah adalah Desa Gajahan
yaitu 1.781 jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk per desa di Kecamatan Colomadu
tahun 2000 sampai dengan 2005.
Tabel 8. Jumlah Penduduk per Desa Kecamatan Colomadu Tahun 2000– 2005.
No Desa Jumlah penduduk (jiwa) Pertambahan
penduduk (jiwa)Tahun 2000 Tahun 2005
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
3.716
5.098
9.301
2.020
1.644
3.767
3.977
3.823
3.901
8.554
2.959
3.813
5.168
9.463
2.347
1.781
3.995
4.049
4.667
4.605
9.152
3.821
97
70
162
327
137
228
72
144
204
598
862
Jumlah 50.279 53.109 2.830
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2010.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Jumlah Penduduk Tahun 2005-2010.
Pada tahun 2005 jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu adalah 53.109
jiwa, desa yang memiliki jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2005 adalah Desa
Malangjiwan dengan jumlah penduduk 9.463 jiwa dan Desa yang mempunyai
jumlah penduduk terendah adalah Desa Gajahan dengan jumlah penduduk sebesar
1.781 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu meningkat
lagi, menjadi sebesar 60.828 jiwa, desa yang mempunyai jumlah penduduk
tertinggi pada tahun 2010 adalah Desa Baturan dengan jumlah penduduk sebesar
10.521 jiwa dan kepadatan penduduknya 8.140 jiwa/km2. Jumlah ini lebih tinggi
daripada Desa Malangjiwan yang merupakan desa berpenduduk tertinggi pada
tahun 2000 dan 2005, sedangkan desa dengan penduduk terendah di tahun 2010
masih sama dengan tahun 2000 dan 2005 yaitu Desa Gajahan dengan jumlah
penduduk 2.871 jiwa dengan kepadatan penduduknya 3.932 jiwa/km2. Berikut tabel
jumlah penduduk per desa di Kecamatan Colomadu tahun 2005 sampai dengan
2010.
Tabel 9. Jumlah Penduduk per Desa Kecamatan Colomadu Tahun 2005–2010
No Desa Jumlah penduduk (jiwa) Pertambahan
penduduk (jiwa) Tahun 2005 Tahun 2010
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
3.813
5.168
9.462
2.347
1.781
3.995
4.049
4.607
4.605
9.462
3.852
4.183
5.416
10.337
2.934
1.890
4.599
4.688
5.018
5.065
10.501
4.281
370
248
875
587
109
604
639
429
460
1.039
801
Jumlah 53.109 60.828 7.719
Sumber : BPS Kabupaten karanganyar 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2005.
Dalam menghitung pertumbuhan penduduk seperti diatas perlu diketahui
komponen yang mempengaruhinya, yaitu jumlah penduduk awal tahun, jumlah
penduduk akhir tahun, jumlah kelahiran, jumlah kematian, penduduk datang,
penduduk pergi, dan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selisih antara kelahiran
dan kematian disebut reproduktif change (perubahan produktif) atau natural
increase (pertumbuhan alami).Menurut Mantra ( 2004:70) pertumbuhan penduduk
pada tahun tertentu bisa dihitung dengan rumus pertumbuhan penduduk alami.
Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu tahun 2000 diketahui
dengan anlisis dokumen pertumbuhan penduduk alami Kecamtan Colomadu.
Berikut tabel jumlah migrasi masuk, migrasi keluar, kelahiran, dan kematian
Kecamatan Colomadu.
Tabel 10. Jumlah Migrasi, Kelahiran, dan Kematian Kecamatan Colomadu tahun
2000.
No Desa Migrasi Kelahiran Kematian
Masuk Keluar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
15
21
54
33
23
35
28
31
40
62
32
12
11
49
27
18
26
24
27
36
47
24
26
22
20
21
17
34
12
16
17
22
18
6
13
28
10
5
8
20
23
7
17
10
Jumlah 376 301 225 142
Sumber : Kecamatan Dalam Angka tahun 2000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 11. Pertumbuhan Penduduk Alami Kecamatan Colomadu tahun 2000.
No Desa Pertumbuhan Alamiah
L P L+P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
0,07
0,23
0,93
0,64
0,33
0,58
0,21
0,05
0,68
0,91
0,82
0,08
0,10
0,57
0,30
0,88
0,59
0,05
0,73
0,43
0,73
0,41
0,04
0,40
0,91
0,31
0,28
0,59
0,13
0,39
0,13
0,82
0,74
Jumlah th. 2000 0,22 0,30 0,26
Sumber : Kecamatan Colomadu Dalam Angka tahun 2000.
Berdasarkan data pertumbuhan alami Kecamatan Colomadu diatas,
pertumbuhan penduduk tahun 2000 di Kecamatan Colomadu adalah 0,26%.
Pertumbuhan penduduk ini termasuk dalam tingkat rendah, dengan jumlah
kelahiran 225 jiwa, kematian 142 jiwa, migrasi masuk 376 jiwa, dan migrasi keluar
301 jiwa. Migrasi masuk lebih tinggi dibandingkan dengan migrasi keluar, yang
terbesar adalah Desa Baturan yaitu 62 jiwa dan terendah adalah Desa Ngasem
sebesar 15 jiwa. Pada pertumbuhan alamiah Kecamatan Colomadu yang tertinggi
terdapat pada Desa Baturan 0,82% dan terendah masih tetap yaitu Desa Ngasem
yaitu sebesar 0,04%. Pada angka kelahiran Desa yang memiliki angka kelahiran
tertinggi pada tahun ini adalah Desa Blulukan dengan jumlah angka kelahiran 34
jiwa, sedangkan desa yang mempunyai angka kelahiran terendah pada tahun 2000
adalah Desa Gedongan dengan jumlah kelahiran 16 jiwa.
Pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2005 dapat dilihat
pada tabel jumlah migrasi masuk, migrasi keluar, kelahiran, dan kematian
Kecamatan Colomadu tahun 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 12.Jumlah Migrasi,Kelahiran,dan Kematian Kecamatan Colomadu th 2005.
No Desa Migrasi Kelahiran Kematian
Masuk Keluar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
32
26
64
33
24
36
38
19
38
76
31
24
11
47
12
36
24
26
27
18
50
27
21
19
20
33
11
16
21
17
15
25
16
19
15
13
7
10
21
5
8
9
17
11
Jumlah 417 302 213 133
Sumber : Kecamatan Dalam Angka tahun 2005.
Tabel 13. Pertumbuhan Penduduk Alami Kecamatan Colomadu tahun 2005.
No Desa Pertumbuhan Alamiah
L P L+P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
0,37
0,60
1,86
0,33
0,15
1,71
0,41
0,63
1,62
1,89
0,72
1,67
0,41
1,76
0,33
0,25
1,73
1,32
0,63
0,75
1,78
0,61
1,07
0,42
2,70
0,33
0,28
2,72
1,37
0,63
1,69
2,81
0,67
Jumlah th. 2005 0,49 0,48 0,49
Sumber : Kecamatan Colomadu Dalam Angka tahun 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dilihat dari data pertumbuhan penduduk alamiah tersebut diatas serta tabel
jumlah migrasi, kelahiran, dan kematian, diketahui bahwa pertumbuhan penduduk
tahun 2000 sebesar 0,26% dan pertumbuhan penduduk tahun 2005 sebesar 0,49%,
sehingga antara tahun 2000 dan 2005 pertumbuhan penduduk terjadi selisih 0,23%.
Jumlah migrasi masuk dari tahun 2000 ke 2005 meningkat menjadi 417 jiwa,
migrasi keluar juga bertambah menjadi 302 jiwa kelahiran menurun menjadi 213
jiwa, dan kematian berkurang sebesar 133 jiwa.
Hal ini membuktikan bahwa di Kecamatan Colomadu mempunyai daya
tarik tersendiri untuk mengundang para migran yang masuk dan menetap ke daerah
pinggiran Kota Surakarta ini. Terbukti bahwa banyaknya sarana perekonomian
yang terdapat di Kecamatan Colomadu menunjukan bahwa daerah ini merupakan
daerah yang potensial untuk pengembangan sektor perekonomian. Mengingat
sebagian besar Kecamatan Colomadu termasuk dalam kawasan pembangunan Kota
Surakarta. Sarana perekonomian ini yang paling banyak adalah warung / market,
kios, dan perumahan yang telah dihuni maupun yang belum dihuni oleh penduduk.
Desa yang mengalami pertumbuhan penduduk paling tinggi pada tahun
2000 sampai dengan 2005 tersebut adalah Desa Baturan yaitu 0,81 %, ini
disebabkan Desa Baturan terletak di perbatasan antara Kota Surakarta dan
Kecamatan Colomadu, letak yang sangat strategis dari pusat Kota Surakarta dan
Bandara Internasional Adi Soemarmo menyebabkan banyak migran yang masuk ke
Kecamatan Colomadu tertarik untuk pindah dan betempat tinggal di desa ini.
Desa yang mengalami pertumbuhan paling rendah pada tahun 2000 sampai
dengan 2005 adalah Desa Gajahan sebesar 0,28 % karena letak desa ini yang berada
di ujung sebelah selatan dari Kecamatan Colomadu sehingga jauh dari pusat kota
menyebabkan penduduk dan para migran yang masuk ke Kecamatan Colomadu
kurang berminat untuk bertempat tinggal di Desa Gajahan. Pada tahun 2005 jumlah
penduduk di Kecamatan Colomadu bertambah sebesar 3.149 jiwa. Pertumbuhan
penduduk pada tahun 2005 tersebut mengalami peningkatan yang disebabkan oleh
meningkatnya migrasi masuk di daerah ini bukan dikarenakan oleh angka
kelahiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
d. Pertumbuhan Penduduk Tahun 2005-2010
Pertumbuhan penduduk tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, sama
dengan pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005 diketahui dengan cara analisis
pertumbuhan alami yang terjadi di Kecamtan Colomadu. Jumlah migrasi masuk,
migrasi keluar, kelahiran, dan kematian disajikan dalam tabel 14 berikut.
Tabel 14. Jumlah Migrasi,Kelahiran,dan Kematian Kecamatan Colomadu th 2010.
No Desa Migrasi Kelahiran Kematian
Masuk Keluar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
23
43
71
38
29
41
31
37
43
80
36
26
27
12
35
24
46
25
17
49
10
23
15
17
31
18
23
14
15
9
13
19
18
16
12
11
6
7
19
5
8
9
13
10
Jumlah 472 294 192 116
Sumber : Kecamatan Colomadu Dalam Angka th 2010.
Pada tahun 2005 pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu sebesar
0,49%, jumlah migrasi masuk 417 jiwa, migrasi keluar 302 jiwa, kelahiran 213
jiwa, dan kematian berjumlah 133 jiwa. Tahun 2010 jumlah migrasi masuk
bertambah menjadi 472 jiwa, migrasi keluar berkurang menjadi 294 jiwa, kelahiran
berkurang menjadi 192 jiwa, dan kematian juga berkurang menjadi 116 jiwa. Tahun
2010 Desa yang mempunyai angka migrasi masuk tertinggi adalah Desa Baturan
dengan jumlah 80 jiwa, sedangkan desa dengan jumlah migrasi masuk terendah
adalah Desa Ngasem yaitu 23 migran dan menetap. Pada tahun 2010 jumlah
migrasi yang masuk di Kecamatan Colomadu semakin meningkat sedangkan
migrasi keluar dan jumlah kelahiran semakin menurun dibandingkan dengan tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2005. Penduduk lebih memilih untuk bertempat tinggal dan menetap. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kecamatan
Colomadu.
Tabel 13. Pertumbuhan Penduduk Alami Kecamatan Colomadu Tahun 2010.
No Desa Pertumbuhan Alamiah
L P L+P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
0,65
1,62
1,82
0,35
1,77
0,73
1,43
0,39
0,64
0,91
0,74
0,53
1,31
1,66
0,23
1,15
2,63
1,22
0,27
0,65
0,68
0,51
1,59
2,62
3,39
0,46
2,28
2,72
2,37
0,38
1,69
2,81
2,67
Jumlah th. 2010 0,51 1,38 1,02
Sumber : Kecamatan Colomadu dalam Angka Tahun 2010.
Program Keluarga Berencana (KB) pada penduduk Kecamatan Colomadu
dapat dikatakan sudah maju dan dimengerti oleh sebagian besar masyarakatnya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah angka kelahiaran yang semakin menurun
dari tahun ke tahun, namun berkebalikan dengan angka migrasi masuk yang
semakin tahun semakin bertambah atau meningkat.
Dari Tabel.13 di atas desa yang mengalami pertumbuhan penduduk
tertinggi adalah Desa Malangjiwan sebesar 3,8 %, ini disebabkan Desa
Malangjiwan merupakan Kota Kecamatan dimana pemerintahan berpusat di desa
ini. Desa yang mengalami pertumbuhan penduduk terendah dari tahun 2005 sampai
dengan 2010 adalah Desa Gedongan sebesar 0,38 %, hal ini disebabkan letak Desa
Gedongan yang jauh dari pusat Kota Kecamatan menyebabkan banyak penduduk
yang kurang berminat untuk bertempat tinggal dan menetap di desa ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pertumbuhan penduduk yang terjadi pada tahun 2010 sebesar 1,02%.
Angka pertumbuhan penduduk ini lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan
penduduk tahun 2005 yaitu sebesar 0,49% terjadi peningkatan sebesar 0,53%.
Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu ini tergolong rendah, karena
angka pertumbuhan penduduk kurang dari 1%. Meskipun rendah namun
pertumbuhan penduduk yang terjadi dari tahun 2000, 2005, sampai 2010 selalu
meningkat dikarenakan angka atau jumlah penduduk yang bermigrasi ke daerah
Kecamatan Colomadu juga semakin meningkat. Penduduk merupakan faktor
terpenting dalam perubahan penggunaan lahan. Semakin banyak penduduk semakin
banyak ruang yang dibutuhkan untuk tempat tinggal dan pembangunan sarana
penunjang kehidupan.
Pertumbuhan penduduk ini akan mendorong naiknya kebutuhan akan
lahan sebagai tempat mendirikan bangunan perumahan atau sarana penunjang
kehidupan lainnya. Perumahan sebagai ruang yang dipergunakan oleh manusia
untuk bertempat tinggal, beserta dengan komunitas hidupnya, terbentuk dalam
wadah permukiman. Didalamnya terkandung berbagai unsur pembentuk lingkungan
permukiman, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang saling
berhubungan yang bersifat interaksi.
Penduduk yang berdatangan di Kecamatan Colomadu dan menetap
mencari alternatif baru guna mendapatkan tempat tinggal di daerah pinggiran kota
yang dekat dengan pusat kota. Pertumbuhan ekonomi kota Surakarta secara tidak
langsung akan mempengaruhi daerah di sekitarnya yang salah satunya adalah
Kecamatan Colomadu.
Untuk lebih jelas mengenai pertumbuhan penduduk tahun 2000, 2005, dan
2010 dapat dilihat pada Peta 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
e. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Klasifikasi tingkat pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun
2000-2005 dalam penelitian ini menggunakan analisis rumus standar deviasi, yaitu
s2 =
(Sudjana, 1989: 93). Dari rumus tersebut dapat diketahui rata-rata
( ) = 1,335 dan s = 1,003 sehingga diketahui tingkat pertumbuhan penduduk
Kecamatan Colomadu tahun 2000-2005 sebagai berikut :
- Pertumbuhan penduduk tinggi 1,86 %.
- Pertumbuhan penduduk sedang 0,84 – 1,85 %.
- Pertumbuhan penduduk rendah 0,83 %.
Tabel 15. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tiap Desa Tahun 2000-2005.
No Desa Pertumbuhan Penduduk
(%)
Tingkat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
1,07
0,42
2,70
0,33
0,28
2,72
1,37
0,63
1,69
2,81
0,67
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sumber : Analisis Data Sekunder, Kecamatan Colomadu Dalam Angka.
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 Kecamatan Colomadu
terdapat 3 tingkat pertumbuhan penduduknya, yaitu pertumbuhan penduduk rendah,
sedang dan tinggi. Desa tergolong pertumbuhan penduduknya tinggi ( 1,86 %)
adalah Desa Malangjiwan, Desa Blulukan, dan Desa Baturan. Ketiga desa tersebut
mengalami pertumbuhan penduduk yang paling tinggi pada tahun 2000-2005
dikarenakan desa Malangjiwan adalah ibukota kecamatan, dimana para penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
lebih memiliih untuk bertempat tinggal di desa ini dan merupakan pusat kota. Desa
Blulukan dan Desa Baturan merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Kota
Surakarta. Aksesibilitas dari kedua desa ini sangatlah mudah ditempuh, sehingga
para penduduk baik penduduk asli maupun para migran lebih memilih untuk
menetap dan bertempat tinggal di kedua desa tersebut.
Desa yang tergolong sedang pertumbuhan penduduknya (0,84 – 1,85 %.)
antara lain Desa Ngasem, Desa Gawanan, dan Desa Tohudan, sedangkan desa yang
tergolong dalam pertumbuhan penduduk rendah ( 0,83 %.) adalah Desa Bolon,
Desa Paulan, Desa Gajahan, Desa Gedongan, dan Desa Klodran. Kelima desa
tersebut mengalami pertumbuhan penduduk yang tergolong rendah dikarenakan
letak dari kelima desa tersebut jauh dari pusat kota serta sarana dan prasarana masih
kurang, sehingga kurang diminati para penduduk untuk bertempat tinggal dan
menetap di desa – desa ini.
Tingkat pertumbuhan penduduk tiap desa di Kecamatan Colomadu tahun
2000-2005 disajikan dalam peta 3 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
f. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tahun 2005-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tingkat klasifikasi pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun
2005-2010 dapat dikelaskan seperti pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005, yaitu
dengan analisis rumus standar deviasi, s2 =
(Sudjana, 1989: 93). Dari
rumus tersebut dapat diketahui rata-rata ( ) = 2,089 dan s = 0,966 sehingga
diketahui tingkat pertumbuhan penduduk sebagai berikut :
- Pertumbuhan penduduk tinggi 2,57 %.
- Pertumbuhan penduduk sedang 1,62 – 2,56 %.
- Pertumbuhan penduduk rendah 1,61 %.
Tabel 16. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tahun 2005-2010.
No Desa Pertumbuhan Penduduk
(%)
Tingkat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
1,69
2,62
3,39
0,46
2,58
2,72
2,57
0,38
1,69
2,81
2,67
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sumber: Analisis Data Sekunder, Kecamatan Dalam Angka.
Kecamatan Colomadu terdapat 3 tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu
pertumbuhan penduduk tinggi, sedang, dan rendah. Desa yang tergolong dalam
klasifikasi pertumbuhan penduduk tinggi ( 2,57 %) adalah Desa Malangjiwan,
Desa Gawanan, Desa Baturan, Desa Bolon, Desa Gajahan, Desa Blulukan, dan desa
Klodran. Pertumbuhan penduduk tingkat sedang (1,62 – 2,56 %) hanya terdapat
pada dua desa, yaitu Desa Ngasem dan Desa Tohudan, sedangkan desa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tergolong pertumbuhan penduduk rendah ( 1,61 % ) yaitu Desa Paulan dan Desa
Gedongan.
Dilihat dari tabel tingkat pertumbuhan penduduk di atas terlihat bahwa
pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu mengalami banyak perubahan.
Hal ini ditunjukan dengan adanya beberapa desa yang pertumbuhan penduduknya
berubah mengalami peningkatan maupun tetap pada tahun sebelumnya, seperti
Desa Gawanan pada tahun 2000 sampai dengan 2005 pertumbuhan penduduknya
tergolong sedang kemudian meningkat menjadi tinggi pada tahun 2005-2010. Desa
Bolon yang pada tahun 2000-2005 pertumbuhan penduduknya tergolong dalam
tingkat rendah, pada tahun 2005-2010 meningkat jadi tinggi, begitu juga yang
terjadi pada Desa Klodran. Namun berbeda yang terjadi dengan beberapa desa
yang tidak mengalami penurunan maupun kenaikan pada tahun 2005-2010, yaitu
antara lain Desa Malngjiwan, Desa Blulukan, Desa Baturan, dan Desa Ngasem.
Adapula desa yang tetap tidak mengalami perubahan klas, yaitu Desa Gedongan
dan Desa Paulan dengan klasifikasi yang tergolong rendah.
Penduduk di Kecamatan Colomadu dari tahun ke tahun akan terus
bertambah. Akibat pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan tuntutan
hidup, kebutuhan akan ruang dalam hal ini adalah lahan menjadi semakin
meningkat. Meningkatnya kebutuhan lahan mengakibatkan berkurangnya lahan
kosong, hal ini akan mendesak lahan pertanian yang masih produktif sehingga
mengalami alih fungsi penggunaan lahan. Besarnya arus migrasi penduduk yang
masuk ke Kecamatan Colomadu menunjukkan bahwa faktor penduduk yang
berpengaruh terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah pertumbuhan
penduduk non alamiah yaitu migrasi. Banyaknya pengembang perumahan yang
menawarkan berbagai tipe perumahan dengan fasilitas dan harga yang bervariasi
serta pesatnya pembangunan di Kecamatan Colomadu menjadi faktor penyebab
tingginya arus migrasi masuk ke Kecamatan Colomadu.
Untuk lebih jelas mengenai tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2005-
2010 dapat dilihat pada Peta 4 dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Konversi Lahan Pertanian tahun 2000-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a. Penggunaan Lahan Tahun 2000
Penggunaan lahan di Kecamatan Colomadu tahun 2000 untuk non
pertanian yang berupa permukiman, perumahan, pasar dan bangunan lainnya seluas
670,2 Ha, sedangkan lahan pertanian seluas 894,2 Ha yang berupa sawah satu kali
panen dalam setahun, sawah dua kali panen dalam setahun, sawah irigasi dan
tegalan. Perkebunan mempunyai seluas 4,6 Ha, dan tegalan / kebun seluas 65,7 Ha.
Berikut tabel penggunaan lahan Kecamatan Colomadu tahun 2000.
Tabel 17. Penggunaan Lahan Kecamatan Colomadu tahun 2000.
No Penggunaan Lahan Ha %
1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu
kali panen dalam setahun, sawah
duakali panen dalam setahun).
894,2 52,05
2. Permukiman / Bangunan. 670,2 42,7
3. Tegalan / kebun. 65,7 4,1
4. Perkebunan 4,6 0,29
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
b. Penggunaan Lahan Tahun 2005.
Pada tahun 2005 penggunaan lahan untuk pertanian seluas 878,5 Ha
dan penggunaan lahan untuk non pertanian yang berupa permukiman dan bangunan
fisik lainnya seluas 686,1 Ha. Tegalan/kebun 60,1 Ha dan perkebunan 4,6 Ha. Pada
tahun 2005 tersebut, dapat dilihat bahwa luas permukiman dan bangunan fisik
lainnya bertambah, sedangkan luas lahan sawah telah berkurang, begitu juga
dengan luas tegalan / kebun di Kecamatan Colomadu yang telah berkurang luasnya.
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 18. Penggunaan Lahan Kecamatan Colomadu tahun 2005.
No Penggunaan Lahan Ha %
1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu
kali panen dalam setahun, sawah
duakali panen dalam setahun).
878,5 49,2
2. Permukiman / Bangunan. 686,1 46,64
3. Tegalan / kebun. 60,6 3,87
4. Perkebunan 4,6 0,29
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2010, Citra Ikonos.
c. Penggunaan Lahan Tahun 2010.
Penggunaan lahan tahun 2010 untuk non pertanian yang berupa
permukiman, dan banguna fisik lainnya seperti pasar, pabrik, dan fasilitas umum
seluas 859,9 Ha. Luas penggunaan lahan untuk pertanian yang berupa sawah satu
kali panen padi, sawah dua kali panen padi, dan sawah irigasi seluas 705,5 Ha. Luas
tegagalan/kebun pada tahun 2010 adalah 54,1 Ha, sedangkan perkebunan tetap
yaitu 4,6 Ha. Untuk lebih jelasnya lihat tabel penggunaan lahan tahun 2010.
Tabel 19. Penggunaan Lahan Kecamatan Colomadu tahun 2010.
No Penggunaan Lahan Ha %
1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu
kali panen dalam setahun, sawah
duakali panen dalam setahun).
705,5 45,1
2. Permukiman / Bangunan. 859,9 50,7
3. Tegalan / kebun. 54,1 3,87
4. Perkebunan 4,6 0,29
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
d. Konversi Lahan Pertanian Tahun 2000-2005.
Berikut tabel konversi lahan pertanian tahun 2000 sampai dengan tahun
2005 yang terjadi di Kecamatan Colomadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 20. Konveri Lahan Pertanian di Kecamatan Colomadu th 2000-2005.
No Penggunaan Lahan th 2000 Penggunaan Lahan th 2005 Konversi
(Ha) Penggunaan
Lahan
Luas (Ha) Penggunaan
Lahan
Luas (Ha)
1. Sawah ( sawah
irigasi, sawah
satu kali panen
dalam setahun,
sawah duakali
panen dalam
setahun).
894,2 Sawah ( sawah
irigasi, sawah
satu kali panen
dalam setahun,
sawah duakali
panen dalam
setahun).
878,5 15,7
2. Tegalan/
kebun.
65,7 Tegalan/ kebun. 60,6 5,1
3. Perkebunan 4,6 Perkebunan 4,6 0
JUMLAH 20,8
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Tahun 2000 penggunaan lahan pertanian seluas 894,2 Ha. Tahun 2005
penggunaan lahan untuk pertanian mengalami penurunan menjadi 878,5 Ha,
sehingga konversi lahan pertanian menjadi yang terjadi selama lima tahun yaitu
tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 adalah seluas 20,8 Ha. Penggunaan lahan
pertanian yang banyak berubah fungsi ke non pertanian adalah sawah irigasi dan
tegalan menjadi perumahan penduduk serta bangunan fisik sebagai penunjang
kehidupan masyarakat.
Berikut konversi lahan tiap desa tahun 2000-2005 di Kecamatan
Colomadu.
Desa Ngasem, desa yang terletak paling barat di Kecamatan Colomadu.
Kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan campuran (perumahan) yaitu
pengembangan dari perumahan baru dan permukiman perdesaan. Desa Ngasem
mempunyai luas 153 hektar, selama 5 tahun konversi yang terjadi sebesar 9,2
hektar (%) yang terdiri dari sawah satu kali panen padi 2,2 hektar dan sawah dua
kali panen padi selama setahun seluas 7 hektar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 21. Konversi lahan Pertanian Desa Ngasem Tahun 2000-2005.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 78,2 51,1 69 45 9,2 6,0
2. Non
Pertanian
74,8 48,8 84 54,9 9,2 6,0
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
Desa Bolon, Desa Bolon, mempunyai luas 163 hektar, pada tahun 2000
luas areal persawahannya adalah 112 hektar dengan luas sawah satu kali panen padi
dan satu kali panen palawija dalam setahun 30,2 hektar, dan sawah dua kali panen
padi dalam setahun seluas 81,8 hektar. Dalam jangka lima tahun yaitu dari tahun
2000 – 2005 Desa Bolon telah mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian
seluas 10 hektar.
Tabel 22. Konversi lahan Pertanin Desa Bolon Tahun 2000-2005.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 112 68,7 102 65 10 6,1
2. Non
Pertanian
51 31,3 60,1 34,8 9,1 5,8
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
Desa Malangjiwan, desa yang mempunyai luas terbesar di Kecamatan
Colomadu ini dan merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Colomadu
mempunyai luas 206 hektar, dengan luas sawah satu kali panen padi sekali panen
palawija dalam setahun seluas 14,02 hektar. Desa Malangjiwan selama 5 tahun
telah mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian seluas 70 hektar.
Umumnya lahan pertanian berubah fungsi menjadi areal pertokoan dan perumahan,
hal ini disebabkan karena letaknya yang berada di pusat kota kecamatan sehingga
lebih di prioritaskan sebagai pusat pemerintahan, pengembangan perdagangan dan
jasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 23. Konversi Lahan Pertanian Desa Malangjiwan Tahun 2000-2005
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 174,02 84,4 104,02 50,4 70 33,9
2. Non
Pertanian
31,98 15,5 82,6 40,09 50,62 21,7
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
Desa paulan, memiliki luas 98 hektar sejak tahun 2000 sampai dengan
tahun 2005 Desa Paulan telah mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian
yaitu sawah dua kali panen padi dalam setahun seluas 2,1 hektar, Sebagian besar
pemanfaatan lahan di desa ini adalah untuk permukiman, daerah ini sangat cocok
apabila dilihat dari letaknya yang berada ditengah kota yang dimudahkan dengan
sarana aksesibilitas yang memadahi dan jaraknya yang dekat dengan pusat
pemerintahan.
Tabel 24. Konversi Lahan Pertanian Desa Paulan Tahun 2000-2005.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 43 43,8 40,9 43,3 2,1 2,14
2. Non
Pertanian
55 56,3 57,01 58,17 2,01 2,0
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder
Desa Gajahan, desa yang memiliki luas paling kecil di Kecamatan
Colomadu yaitu 73 hektar. Desa Gajahan mempunyai sawah satu kali panen padi
sekali panen palawija dalam setahun seluas 2,53 hektar dan sawah dua kali panen
padi dalam setahun seluas 28,01 hektar. Selama kurun waktu lima tahun, yaitu dari
tahun 2000 hingga tahun 2005 Desa Gajahan telah mengalami konversi lahan
seluas 1 hektar. Pada desa ini tidak mengalami banyak perubahan penggunaan
lahan pertanian, hal ini disebabkan karena letaknya yang berada di ujung sebelah
selatan dari Kecamatan Colomadu sehingga jauh dari pusat kota, menjadikan
daerah kurang diminati penduduk sebagai daerah hunian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 25. Konversi Lahan Pertanian Desa Gajahan Tahun 2000-2005.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 39,84 54,5 38,84 53,2 1 1,36
2. Non
Pertanian
33,16 45,4 34,02 46,6 0,86 1,17
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder
Desa Blulukan, merupakan desa terluas kedua setelah Desa
Malangjiwan. Konversi lahan pertanian di Desa Blulukan terjadi pada sawah dua
kali panen padi dalam setahun, sedangkan sawah satu kali panen padi dan satu kali
panen palawija dalam setahun tidak mengalami konversi lahan. Desa dengan luas
164 hektar ini, memiliki sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija
dalam setahun seluas 39,14 hektar, telah mengalami konversi lahan seluas 10,05
hektar dari tahun 2000-2005.
Tabel 26. Konversi Lahan Pertanian Desa Blulukan Tahun 2000-2005.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 77,21 47,07 62,19 37,9 10,05 9,15
2. Non
Pertanian
87,68 53,46 98,81 60,25 11,13 6,02
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
Desa Tohudan, desa ini mempunyai luas 150 hektar, dengan sawah satu
kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun seluas 56,08 hektar,
pada daerah ini tidak terdapat sawah dua kali panen padi dalam setahun. Dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2005 lahan persawahan di Desa Tohudan telah
mengalami konversi seluas 14,09 hektar.
Tabel 27. Konversi Lahan Pertanian Desa Tohudan Tahun 2000-2010.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 65,58 43,72 61,26 40,84 14,09 22,88
2. Non
Pertanian
84,42 56,28 87,63 58,42 13,21 22,01
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Desa Gawanan, Desa Gawanan hanya terdapat satu jenis sawah yaitu
sawah dua kali panen padi dalam setahun seluas 33 hektar. Daerah dengan luas 131
hektar ini mempunyai letak yang cukup strategis yaitu berbatasan langsung dengan
Kecamatan Ngemplak dan Ibukota Kecamatan Colomadu. konversi lahan yang
terjadi di Desa ini seluas 4,9 Ha selama lima tahun
Tabel 28. Konversi Lahan Pertanian di Desa Gawanan Tahun 2000-2005
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 42,8 32,67 37,9 28,93 4,9 3,7
2. Non
Pertanian
86,2 65,8 92,1 70,3 5,9 4,7
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
Gambar 3. Salah satu lahan di Desa Gawanan yang akan dirubah fungsinya ke non
pertanian
Desa Gedongan menjadi prioritas tujuan bagi sebagian penduduk untuk
menjadikannya sebagai daerah permukiman, hal ini ditunjukkan dengan tingginya
tingkat konversi lahan pertanian selama kurun waktu lima tahun yaitu mulai dari
tahun 2000-2005 seluas 28,6 hektar. Lahan pertanian ini berupa sawah dua kali
panen padi dalam setahun yang berubah menjadi areal bangunan terutama
perumahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 29. Konversi Lahan Pertanian di Desa Gedongan Tahun 2000-2005.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 87,02 52,3 68,42 43,8 28,6 14,1
2. Non
Pertanian
43,88 33,49 62,47 47,68 28,59 14,0
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
Gambar 4. Perumahan baru yang terdapat di Desa Gedongan berasal dari lahan
persawahan.
Desa Baturan mempunyai luas 129 hektar, dan luas lahan pertanian pada
tahun 2010 adalah 18,09 hektar yaitu sawah dua kali panen padi dalam setahun.
Dalam kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2000 – 2005 Desa Baturan telah
mengalami konversi lahan pertanian seluas 25,02 hektar. Desa ini memiliki letak
yang sangat strategis, sehingga konversi lahan yang terjadi cukup tinggi. Penduduk
lebih memilih menetap dan bertempat tinggal di desa ini, karena aksesibilitas yang
memadai dan tidak jauh dari pusat Kota Surakarta.
Tabel 30. Konversi Lahan Pertanian di Desa Baturan Tahun 2000-2005.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 36,19 28,05 27,14 21,03 25,02 27,01
2. Non
Pertanian
91,80 71,16 101,75 78,87 25,02 27,85
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Desa Klodran mempunyai luas 118 hektar, sawah satu kali panen padi
dan satu kali panen palawija dalam setahun seluas 69,9 hektar. Dalam kurun waktu
lima tahun yaitu dari tahun 2000 – 2005 Desa Klodran banyak mengalami konversi
lahan pertanian, lahan yang berubah tersebut seluas 8,1 hektar yaitu pada sawah
satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun.
Tabel 31. Konversi Lahan Pertanian di Desa Klodran Tahun 2000-2010.
No Penggunaan
lahan
2000 2005 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 86,10 72,96 78 66,10 8,1 6,8
2. Non
Pertanian
31,6 24,49 40 33,89 8,4 6,9
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.
Konversi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Colomadu tahun 2000 -
2005 disajikan pada peta 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
e. Konversi Lahan Tahun 2005-2010.
Dibawah ini adalah tabel konversi lahan pertanian di Kecamatan
Colomadu tahun 2005 sampai dengan 2010.
Tabel 32. Konveri Lahan Pertanian di Kecamatan Colomadu th 2005-2010.
No Penggunaan Lahan th 2005 Penggunaan Lahan th 2010 Konversi
(Ha) Penggunaan
Lahan
Luas (Ha) Penggunaan
Lahan
Luas (Ha)
1. Sawah ( sawah
irigasi, sawah
satu kali panen
dalam setahun,
sawah duakali
panen dalam
setahun).
878,5 Sawah ( sawah
irigasi, sawah
satu kali panen
dalam setahun,
sawah duakali
panen dalam
setahun).
705,5 173
2. Tegalan/
kebun.
60,6 Tegalan/ kebun. 54,1 6,5
3. Perkebunan 4,6 Perkebunan 4,6 0
JUMLAH 179,5
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Tahun 2005 sampai dengan 2010 konversi lahan pertanian yang terjadi di
Kecamatan Colomadu meningkat dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya
yaitu sebesar 179,5 Ha. Konversi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan
Colomadu tersebut berasal dari lahan persawahan yang berupa sawah satu kali
panen padi, sawah dua kali panen padi, sawah irigasi, tegalan, serta perkebunan.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang juga meningkat tiap tahun
dan pemenuhannya dalam hal penggunaan lahan sebagai kebutuhan primer setiap
penduduk. Tingkat aksesibilitas yang cukup baik juga mempercepat perkembangan
pembangunan di Kecamatan Colomadu. Berikut adalah deskripsi konversi lahan
pertanian masing - masing desa di Kecamatan Colomadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 34. Konversi lahan pertanian di Desa Ngasem tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 69 45 54,7 35,7 14,3 9,3
2. Non
Pertanian
84 54,9 88,3 64,2 4,3 2,8
Sumber :Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Ngasem memiliki luas 153 hektar. Konversi lahan yang terjadi pada
tahun 2005-2010 seluas 14,3 hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan konversi
yang terjadi pada tahun 2000-2005. Konversi lahan dari pertanian ke non pertanian
ini lebih dikembangkan sebagai kawasan perumahan.
Tabel 35. Konversi lahan pertanian di Desa Bolon Tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 102 65 78,7 48,2 9,3 14,2
2. Non
Pertanian
60,1 34,8 76,4 53 16,3 10
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Bolon, konversi lahan pada desa ini mengalami kenaikan daripada
konversi lahan tahun 2000-2005. Desa Bolon mempunyai luas 163 hektar. Konversi
yang terjadi selama tahun 2005-2010 adalah seluas 23,3 Ha, yaitu pada sawah satu
kali panen padi dan satu kali panen palawija, serta tegalan dan kebun.
Tabel 36. Konversi Lahan Pertanian Desa Malangjiwan tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 104,02 50,4 14,01 6,8 90,1 43,7
2. Non Pertanian 82,6 40,09 135,2 65,6 52,6 25,5
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Malangjiwan dari tahun 2005-2010 mengalami konversi lahan seluas
90,1 Ha, umumnya konversi lahan yang terjadi di desa ini mengikuti arah jaringan
jalan yang terletak di pusat kota maupun yang terdekat dengan pusat kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Kecamatan. Konversi ini kebanyakan berubah fungsi menjadi areal pertokoan,
fasilitas umum, dan permukiman.
Tabel 37. Konversi Lahan Pertanian di Desa Paulan tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 40,9 43,3 39,8 41,7 1,1 1,12
2. Non
Pertanian
57,01 58,17 58,2 59,3 1,19 1,2
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Paulan mempunyai luas 98 hektar, selama lima tahun yaitu tahun
2005 dan 2010 desa ini mengalami konversi sebesar 1,1 hektar. Meskipun besar
konversi tidak terlalu tinggi, namun konversi di Desa Paulan selalu naik dari tahun
ke tahun. Dibandingkan dengan besar konversi pada tahun 2000-2005, besar
konversi pada tahun 2005-2010 lebih tinggi, itu berarti konversi di Desa Paulan
mengalami kenaikan.
Tabel 38. Konversi Lahan Pertanian di Desa Gajahan tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 38,84 53,2 37,8 53,1 1,04 1,4
2. Non
Pertanian
34,02 46,6 35,1 48,08 1,08 1,42
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Gajahan merupakan desa yang memiliki luas terkecil di
Kecamatan Colomadu. Selama lima tahun yaitu tahun 2005 sampai dengan 2010
Desa Gajahan mengalami konversi lahan seluas 1,04 Ha. Sama seperti Desa Paulan,
meskipun konversi lahan yang terjadi di Desa Gajahan tidak terlalu tinggi namun
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 39. Konversi Lahan Pertanian Desa Blulukan Tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 62,19 37,9 39,14 23,86 23,05 14,05
2. Non
Pertanian
98,81 60,25 121,75 74,23 22,94 13,1
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Blulukan mengalami konversi seluas 23,05 Ha yang berupa sawah
satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun . Konversi yang
cukup tinggi ini disebabkan karena letak lahan pertanian tersebut sangat setrategis
untuk dijadikan sebagai areal hunian penduduk. Letaknya yang berdekatan dengan
jalan protokol Kecamatan Colomadu yang menghubungkan wilayah Kota Surakarta
dengan Kecamatan Kartasura. Desa dengan luas 164 hektar ini, mengalami
konversi lahan yang dialih fungsikan sebagai perumahan.
Gambar 5. Perubahan fungsi lahan dari pertanian ke perumahan yang terdapat di
Desa Blulukan
Tabel 40. Konversi Lahan Pertanian Desa Tohudan Tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 61,26 40,84 56,08 37,38 15,18 10,36
2. Non
Pertanian
87,63 58,42 92,81 61,87 15,18 10,36
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Desa Tohudan memiliki luas 150 hektar. Di desa ini banyak areal
persawahan yang kini telah mengalami konversi sebagai lahan non pertanian.
Selama tahun 2005-2010 Desa Tohudan telah mengalami konversi seluas 15,18
hektar. Banyak perumahan – perumahan baru yang berdiri baik yang
pembangunannya sedang berlangsung maupun yang sudah dihuni.
Tabel 41. Konversi Lahan Peratanian Desa Gawanan Tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 37,9 28,93 33 25,19 9,71 9,6
2. Non
Pertanian
92,1 70,3 97 74,04 9,06 9,7
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Gawanan, Desa Gawanan hanya terdapat satu jenis sawah yaitu
sawah dua kali panen padi dalam setahun seluas 33 hektar. Daerah dengan luas 131
hektar ini mempunyai letak yang cukup strategis yaitu berbatasan langsung dengan
Kecamatan Ngemplak dan Ibukota Kecamatan Colomadu, hal ini sebagai faktor
penarik bagi penduduk untuk memilihnya sebagai tempat bermukim, sehingga
memicu terjadinya konversi lahan seluas 9,71 hektar dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2010.
Tabel 42. Konversi Lahan Pertanian Desa Gedongan Tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 68,42 43,8 49,02 37,41 21,4 14,8
2. Non
Pertanian
62,47 47,68 81,78 62,42 19,31 14,92
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Gedongan, Desa Gedongan mempunyai luas 131 hektar. Karena
letaknya yang berada di ujung sebelah utara Kecamatan Colomadu dan jauh dari
pusat kota menyebabkan daerah ini lebih sedikit penduduknya bila dibandingkan
dengan daerah lainnya di Kecamatan Colomadu. Desa ini hanya terdapat sawah dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kali panen padi dalam setahun. Desa Gedongan merupakan daerah yang
difungsikan sebagai areal pertanian, dan sebagian daerahnya difungsikan sebagai
areal perumahan. Seiring dengan pesatnya pembangunan di pusat kota, maka akan
menyebabkan lahan berkurang, hal ini menjadikan konversi lahan selama kurun
waktu lima tahun yaitu tahun 2005 sampai dengan 2010 seluas 21,4 hektar.
Tabel 43. Konversi Lahan Pertanian Desa Baturan Tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 27,14 21,03 18,09 14,02 29,05 7,01
2. Non
Pertanian
101,75 78,87 110,81 85,89 29,06 7,02
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.
Desa Baturan, Desa Baturan terletak di ujung sebelah timur Kecamatan
Colomadu dan berbatasan dengan Kota Surakarta. Letak yang strategis ini menjadi
daya tarik bagi Desa Baturan, sehingga banyak penduduk bermukim disana. Desa
Baturan mempunyai luas 129 hektar, dan luas lahan pertanian adalah 18,09 hektar
yaitu sawah dua kali panen padi dalam setahun. Dalam kurun waktu lima tahun
yaitu dari tahun 2005 sampai dengan 2010 Desa Baturan telah mengalami konversi
lahan pertanian seluas 29,05 hektar.
Gambar 6. Lahan pertanian mengalami konversi menjadi industri di Desa Baturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 44. Konversi Lahan Pertanian Desa Klodran Tahun 2005-2010.
No Penggunaan
lahan
2005 2010 Konversi
Ha % Ha % Ha %
1. Pertanian 78 66,10 69,9 54,18 18,1 6,8
2. Non
Pertanian
40 33,89 59,1 45,81 19,1 16,1
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia
Desa Klodran mempunyai luas 118 hektar, konversi lahan di Desa Klodran
dari tahun 2005 – 2010 banyak terjadi. Desa Klodran berfungsi sebagai pusat sub
kawasan, sesuai dengan fungsinya tersebut, kegiatan yang telah ada berupa pasar
dan pertokoan. Sebagian besar penggunaan lahan pada daerah ini berupa lahan
perumahan dan industri kecil (rumah tangga). Pada perkembangannya saat ini
banyak berdiri industri-industri besar dan perumahan baru yang secara otomatis
akan memerlukan ruang yang cukup besar, untuk memenuhi kebutuhan ruang
tersebut maka banyak areal persawahan yang dialihkan fungsi sebagai areal
bangunan. Selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 Desa Klodran telah
mengalami konversi seluas 18,1 hektar.
Tahun 2010 penggunaan lahan non pertanian di Kecamatan Colomadu
mengalami peningkatan lagi sebesar 154,4 Ha, yang berupa perumahan, bangunan
pabrik, serta pasar dan kios – kios toko yang digunakan sebagai kegiatan ekonomi
penduduk, sehingga luas penggunaan lahan non pertanian di Kecamatan Colomadu
menjadi 859,9 Ha, sedangkan luas penggunaan lahan pertanian di Kecamatan
Colomadu pada tahun 2010 berkurang menjadi 705,5 Ha. Perubahan penggunaan
lahan ini banyak berasal dari lahan persawahan, baik sawah irigasi maupun sawah
tadah hujan yang letaknya mengikuti jaringan jalan. Berikut peta konversi lahan
Kecamatan Colomadu tahun 2005 – 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
f. Tingkat Konversi Lahan Tahun 2000-2005.
Tingkat Konversi lahan pertanian dalam penelitian ini menggunakan
analisis statistik deskriptif, yaitu dengan menjumlahkan konversi lahan pertanian
tertinggi dengan terendah yang terjadi dan kemudian hasil dari penjumlahan
tersebut dibagi dengan jumlah desa yang ada di Kecamatan Colomadu yaitu 11
desa. Klasifikasi tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu
diketahui dengan penghitungan adalah sebagai berikut :
Konversi lahan rendah jika berada pada kisaran 1 – 10 Ha
Konversi lahan sedang jika berada pada kisaran 10 – 20 Ha.
Konversi lahan tinggi jika berada pada kisaran 20 Ha keatas.
Tingkat konversi lahan tiap desa disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 45. Tingkat Konversi Lahan Pertanian Tahun 2000-2005.
No Desa Konversi
(Ha)
Tingkat konversi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
9,2
10
70
2,1
1
10,05
4,32
28,6
14,9
25,02
8,1
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis Data Sekunder.
Dari hasil klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa konversi lahan yang
terjadi di Kecamatan Colomadu pada tahun 2000-2005 terdapat 3 tingkat konversi
lahan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Desa yang tergolong dalam klasifikasi
konversi tinggi adalah Desa Malangjiwan, Desa Gedongan, dan Desa Baturan. Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
yang termasuk klasifikasi konversi sedang terdapat empat desa yaitu Desa ngasem,
Desa Bolon, Desa Blulukan, dan Desa Klodran. Desa yang tergolong dalam
klasifikasi rendah juga terdapat empat desa yaitu Desa Tohudan, Desa Ngasem,
Desa Bolon, Desa Paulan, Desa Gawanan, dan Desa Gajahan.
Tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu pada tahun
2000-2005 tersebut banyak dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang
terjadi pada tiap desa. Disamping itu, intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi dan
non ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan lahan untuk
menyelenggarakan kegiatan ekonomi maupun kegiatan non ekonomi tersebut juga
meningkat.
Untuk lebih jelasnya lihat pada peta 7 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
g. Tingkat Konversi Lahan Tahun 2005-2010.
Konversi lahan yang terjadi pada tahun 2005-2010 di Kecamatan
Colomadu dapat dikelaskan dengan tehnik penghitungan yang sama seperti pada
tahun 2000-2005, yaitu dengan menjumlahkan konversi lahan pertanian tertinggi
dan terendah yang terjadi pada desa di Kecamatan Colomadu kemudian
membaginya dengan jumlah desa yang terdapat di Kecamtan Colomadu tersebut.
Berikut tabel tingkat konversi lahan tahun 2005-2010
Konversi lahan rendah jika berada pada kisaran 1 – 10 Ha
Konversi lahan sedang jika berada pada kisaran 10 – 20 Ha.
Konversi lahan tinggi jika berada pada kisaran 20 Ha keatas.
Tabel 46. Tingkat Konversi Lahan Tahun 2005-2010.
No Desa Konversi
(Ha)
Tingkat konversi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
14,3
9,3
90,1
1,1
1,04
23,05
9,71
21,4
15,18
29,05
18,1
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data sekumder
Pada tabel diatas, terdapat tiga klasifikasi konversi lahan, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Desa yang tergolong dalam klasifikasi tinggi konversi lahannya
adalah Desa Malangjiwan, Desa Blulukan, Desa Gedongan, dan Desa Baturan.
Desa yang termasuk tingkat sedang konversi lahannya yaitu Desa Ngasem, Desa
Bolon, dan Desa Tohudan, sedangkan desa yang tergolong dalam tingkat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
konversi lahannya adalah Desa Gawanan, Desa Paulan, dan desa Gajahan.Pada
tingkat konversi lahan tersebut terdapat perubahan yang terjadi antara lain di Desa
Ngasem pada tahun 2000-2005 termasuk dalam tingkat konversi lahan rendah tapi
pada tahun 2005-2010 berubah menjadi sedang tingkat konversi lahannya, begitu
juga yang terjadi di Desa Bolon dari tingkat rendah menjadi sedang. Desa Blulukan
yang pada tahun 2000-2005 termasuk dalam klasifikasi sedang meningkat menjadi
tinggi pada tahun 2005-2010. Berbeda dengan yang terjadi pada Desa Gawanan,
Desa Paulan, dan Desa Gajahan ketiga desa tersebut termasuk dalam tingkat
konversi lahan rendah tidak mengalami peningkatan pada tingkat konversi
lahannya. Berikut peta tingkat konversi lahan tahun 2005-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Konversi Lahan
Pertanian
Kecamatan Colomadu merupakan daerah yang terletak diantara tiga
jalur perkembangan Kota Surakarta, yaitu Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo, dan Bandara Adi Soemarmo (Kabupaten Boyolali), karena terbatasnya
lahan di Kota Surakarta menyebabkan daerah perkotaan berkembang ke daerah
administrasi tetangganya yang salah satunya adalah Kecamatan Colomadu.
Perkembangan di daerah tersebut mengakibatkan Kecamatan Colomadu
berkembang pesat baik dari hal penduduk, perkembangan ekonomi sampai dengan
penggunaan lahannya yang mengikuti perkembangan daerah sekitarnya.
Tabel 47. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Konversi Lahan Pertanian
Kecamatan Colomadu tahun 2000-2005. No Desa Tingkat
Pertumbuhan
penduduk
tahun 2000-
2005
Tingkat
Konversi
Lahan
Pertanian
tahun 2000-
2005
Pengaruh Pertumbuhan
penduduk terhadap
Konversi Lahan
Pertanian.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Tidak ada pengaruh
Terdapat pengaruh
Terdapat pengaruh
Terdapat pengaruh
Terdapat pengaruh
Tidak ada pengaruh
Tidak ada pengaruh
Tidak ada pengaruh
Tidak ada pengaruh
Terdapat pengaruh
Tidak ada pengaruh
Sumber : Analisis data.
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu tahun 2000 - 2005
mencapai 0,49%, dan pada tahun 2005 – 2010 pertumbuhan penduduknya sebesar
1,02% dengan kepadatan penduduk 3.889 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di Desa Baturan yang berjumlah 8.140 jiwa/km2, sedangkan kepadatan
penduduk terendah terdapat di Desa Paulan yaitu 2.993 jiwa/km2. Pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi ini disebabkan banyaknya penduduk yang datang dan
pergi dari daerah tersebut. Penduduk yang jumlahnya cukup tinggi di Kecamatan
Colomadu ini banyak membutuhkan lahan untuk bertempat tinggal dan memenuhi
kebutuhan hidupnya, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya penggunaan lahan
non pertanian dari tahun 2000 penggunaan lahan untuk non pertanian seluas 670,2
Ha pada tahun 2005 bertambah menjadi 685,5 Ha, dan tahun 2010 bertambah lagi
menjadi 701,2 Ha. Dimana konversi lahan juga bertambah. Tahun 2000-2005
konversi lahan pertanian sebesar 20,8 Ha, sedangkan tahun 2005-2010 konversi
lahan pertanian yang terjadi di Kecamtan Colomadu seluas 179,5 Ha.
Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian
yang terjadi di Kecamatan Colomadu tahun 2000-2005 diketahui dengan analisis
overlay peta tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005 dengan peta tingkat
konversi lahan tahun 2000-2005, sedangkan pengaruh pertumbuhan penduduk
terhadap konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2005-2010
digunakan analisis overlay peta tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010
dengan peta tingkat konversi lahan tahun 2005-2010.
Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian
tahun 2000-2005 dapat dilihat pada peta 10 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Desa Ngasem pada peta pengaruh tahun 2000-2005 ditunjukan dengan
hubungan pertumbuhan penduduk yang sedang dengan konversi lahan yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pula. Pertumbuhan penduduk yang tergolong sedang, konversi lahan di Desa
Ngasem juga mengikuti besar pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2005. Pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005 1,09% dengan
konversi lahan 9,2 Ha.
Pengaruh di Desa Bolon tergolong rendah. Pertumbuhan penduduk di Desa
Bolon tahun 2000-2005 sebesar 0,37% dan konversi lahan yang terjadi sebesar 10
Ha. Desa Bolon memiliki daerah yang sangat luas, tetapi pertumbuhan
penduduknya sangat rendah. Konversi lahan yang ada berasal dari lahan
persawahan yang beralih fungsi menjadi permukiman, dan fasilitas lainnya berupa
jasa perdagangan, jasa SPBU, dan industri. Konversi lahan di Desa Bolon ini juga
mengikuti arah jaringan jalan.
Pertumbuhan penduduk di Desa Malangjiwan tahun 2000 - 2005 sebesar
3,6% diikuti konversi lahan seluas 70 Ha. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan
konversi lahan yang tinggi pula, sehingga pada peta pengaruh pertumbuhan
penduduk terhadap konversi lahan pertanian ditunjukan adanya pengaruh yang
tinggi antara pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian.
Desa paulan, dengan pertumbuhan penduduknya pada tahun 2000-2005
tergolong rendah yaitu 0,39% dan konversi lahan 2,1 Ha yang tergolong rendah.
Sebagian besar pemanfaatan lahan di desa ini adalah untuk pertokoan dan
permukiman. Pada peta pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan
pertanian tahun 2000-2005, desa ini terjadi pengaruh yang rendah karena
pertumbuhan yang rendah dan tingkat konversai lahan yang rendah pula.
Pada peta pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan
pertanian Desa Blulukan termasuk dalam pengaruh tinggi. Desa Blulukan
mengalami pertumbuhan penduduk tahun 2000 - 2005 3,0%, dan konversi lahan
sebesar 10,5%. Pertumbuhan penduduk yang tergolong sedang diikuti dengan
konversi lahan yang tinggi pada tahun 2000-2005.
Desa Gajahan, pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2005 sebesar
0,72% dan konversi lahan seluas 1 Ha. Pada peta pengaruh pertumbuhan penduduk
terhadap konversi lahan pertanian diatas bahwa memang pertumbuhan penduduk di
desa ini termasuk dalam tingkat rendah dan konversi lahan juga tergolong rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Desa Gawanan mempunyai pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2005
sebesar 1,28% diikuti konversi lahan yang sebesar 4,32 Ha. Pertumbuhan penduduk
di Desa Gawanan termasuk dalam tingkat sedang, namun konversi lahan yang terjdi
tergolong dalam tingkat rendah.
Desa Gedongan memiliki daerah yang cukup luas setelah Desa Blulukan.
Desa Gedongan ini mempunyai pertumbuhan penduduk yang rendah pada tahun
2000 - 2005 yaitu 0,9%, namun konversi lahan yang termasuk dalam tingkat tinggi
yaitu sebesar 28,6 Ha.
Desa Tohudan mempunyai pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005 yaitu
14,9% dan diikuti konversi lahan dari pertanian ke non pertanian seluas 4,9 hektar.
Pertumbuhan penduduk tersebut termasuk dalam tingkat sedang dengan konversi
lahan yang sedang pada tahun 2000-2005.
Pertumbuhan penduduk di Desa Baturan merupakan pertumbuhan
penduduk tertinggi di Kecamatan Colomadu pada tahun 2000-2005 yaitu sebesar
25,02% dengan konversi lahan yang termasuk dalam tingkat tinggi pula, sehingga
dalam peta pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian
ditunjukan dengan pengaruh yang tinggi.
Desa Klodran mempunyai pertumbuhan penduduk tahun 2000 - 2005
sebesar 0,9% dan konversi lahan seluas 8,1 Ha. Pertumbuhan penduduk yang
terjadi di desa ini termasuk dalam tingkat rendah dan konversi lahan di Desa
Klodran termasuk dalam tingkat sedang.
Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan pertanian tahun
2005-2010 akan disajikan pada peta berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berikut tabel pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap konversi lahan
pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2005-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 48. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Konversi Lahan Pertanian
Kecamatan Colomadu tahun 2005-2010. No Desa Tingkat
Pertumbuhan
penduduk
tahun 2005-
2010
Tingkat
Konversi
Lahan
Pertanian
tahun 2005-
2010
Pengaruh Pertumbuhan
penduduk terhadap
Konversi Lahan
Pertanian.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ngasem
Bolon
Malangjiwan
Paulan
Gajahan
Blulukan
Gawanan
Gedongan
Tohudan
Baturan
Klodran
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Terdapat pengaruh
Tidak ada pengaruh
Terdapat pengaruh
Terdapat pengaruh
Tidak ada pengaruh
Terdapat pengaruh
Tidak ada pengaruh
Tidak ada pengaruh
Terdapat pengaruh
Terdapat pengaruh
Tidak ada pengaruh
Sumber : Analisis data.
Desa Ngasem pertumbuhan penduduk tergolong sedang tahun 2005-2010
1,41% diikuti konversi yang tergolong dalam tingkat sedang pula yaitu seluas 14,3
hektar yang berasal dari sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija
dalam setahun dan sawah dua kali panen padi dalam setahun. Konversi yang terjadi
sebagian besar sebagai perumahan dan fasilitas lain.
Desa Bolon pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010 sebesar 2,29%
termasuk dalam tingkat tinggi. Pertumbuhan penduduk ini diikuti konversi lahan
seluas 9,3 hektar yang termasuk dalam tingkat konversi sedang. Konversi tersebut
berasal dari sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun,
serta sawah dua kali panen padi dalam setahun.
Desa Malangjiwan Tahun 2005-2010 pertumbuhan penduduknya adalah
3,8%. Pertumbuhan penduduk ini tergolong dalam tingkat tinggi dan diikuti
konversi lahan seluas 90,01 hektar yang tergolong dalam tingkat konversi tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pula. Sebagian besar digunakan untuk perluasan perumahan atau permukiman
penduduk dan banyak didirikan kompleks perkantoran serta bidang jasa dan
perdagangan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan konversi lahan yang cukup
besar pula membuktikan bahwa desa ini merupakan desa yang sudah maju pesat,
disamping merupakan Kota Kecamatan, juga karena faktor transportasi lancar dekat
dengan pusat keramaian.
Pertumbuhan penduduk di Desa Paulan pada tahun 2005-2010 sebesar
0,14% termasuk dalam tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah. Pada tahun
2005-2010 tersebut konversi lahan di Desa Paulan sebesar 1,1 hektar, konversi ini
tergolong rendah pula. Sebagian besar pemanfaatan lahan di desa ini adalah untuk
ruko dan perumahan – perumahan penduduk yang banyak dibangun oleh
pemerintah seperti perumahan puri alam dan sanggir permai yang berasal dari lahan
persawahan dan tegalan.
Pada tahun 2005-2010 pertumbuhan penduduk di Desa Blulukan sebesar
2,4%. Desa ini mempunyai daerah yang cukup luas dengan pertumbuhan penduduk
yang tergolong tinggi, pertumbuhan penduduk yang menurun tidak mempengaruhi
konversi lahan yang terjadi di desa ini, yang terjadi sebaliknya konversi lahan
semakin tinggi yang berasal dari lahan persawahan. Pada tahun 2005-2010 Desa
Blulukan mengalami konversi seluas 23,05 hektar termasuk dalam tingkat konversi
yang tinggi. Konversi lahan pertanian ke non pertanian berupa permukiman
penduduk, fasilitas jasa dan pendidikan yang bersifat cenderung menyebar ke
seluruh daerah.
Desa Gajahan pada tahun 2005-2010 besar pertumbuhan penduduk 2,58%.
Pertumbuhan penduduk yang tergolong sedng diikuti konversi lahan yang rendah,
yaitu seluas 1,04 hektar. Hal ini terjadi karena besarnya pertumbuhan alami di Desa
Gajahan sama dengan pertumbuhan migrasi dan banyak penduduk yang masih
tinggal menetap dengan keluarganya dalam satu rumah, sehingga tidak diperlukan
mendirikan bangunan lagi, selain itu Desa gajahan dianggap tidak strategis bagi
para pendatang karena daerahnya yang sulit transportasi dan jauh dari ibukota
kecamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Desa Gawanan pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010 3,3%
Pertumbuhan penduduk ini dan tergolong dalam tingkat pertumbuhan penduduk
tinggi diikuti konversi lahan sebesar 9,71 hektar yang tergolong dalam tingkat
konversi lahan rendah. Konversi lahan yang terjadi ini berasal dari lahan
persawahan dan tegalan, yang sebagian besar difungsikan sebagai permukiman
penduduk, perumahan dan fasilitas jasa perdagangan.
Desa Gedongan pertumbuhan penduduknya tahun 2005-2010 menurun
sebesar 0,6%, pertumbuhan penduduk ini tergolong dalam tingkat pertumbuhan
penduduk rendah. Konversi lahan yang terjadi di desa ini tidak mengikuti
pertumbuhan penduduk yang rendah, selama tahun 2005-2010 Desa Gedongan
mengalami konversi lahan seluas 21,04 hektar yang termasuk dalam tingkat
konversi lahan tinggi. Konversi lahan tersebut berasal dari lahan persawahan dan
tegalan kebanyakan digunakan sebagai perumahan penduduk.
Pada tahun 2005-2010 pertumbuhan penduduk di Desa Tohudan sebesar
1,4%. Pertumbuhan penduduk tersebut termasuk dalam pertumbuhan penduduk
yang sedang. Diikuti konversi lahan dari pertanian ke non pertanian, selama tahun
2005-2010 konversi lahan yang terjadi seluas 15,18 hektar berasal dari lahan
persawahan yang kebanyakan diubah fungsinya menjadi perumahan dan pertokoan.
Konversi lahan tersebut termasuk dalam tingkat konversi sedang.
Desa Baturan pada tahun 2005-2010 besar pertumbuhan penduduknya
yaitu 3,5%. Pertumbuhan yang tergolong dalam tingkat tinggi tersebut diikuti
konversi lahan yang sangat tinggi pula yaitu 29,05 hektar. Pertumbuhan penduduk
yang tinggi dan konversi lahan yang tinggi ini disebabkan Desa Baturan
mempunyai letak yang strategis. Berbatasan langsung dengan kota Surakarta, tidak
jauh dari Bandara Adi Soemarmo yang merupakan bandara internasional dan
ditunjang oleh adanya pertemuan jalur kegiatan perdagangan dari akses yang
menghubungkan Kawasan Perkotaan Kabupaten Boyolali, Kecamatan Kartasura
dengan Kota Surakarta.
Desa Klodran pada tahun 2005-2010 pertumbuhan penduduknya 2,1%.
Pertumbuhan penduduk yang sedang tersebut tidak seimbang dengan konversi
lahan yang terjadi, selama tahun 2005-2010 konversi lahan yang terjadi di desa ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
seluas 18,1 hektar yang tergolong dalam tingkat konversi lahan tinggi. Desa ini
sama dengan Desa Baturan dan Desa Malangjiwan, mempunyai letak yang srtategis
berbatasan langsung dengan Kota Surakarta, dekat dengan Bandara Internasional
Adi Soemarmo , transportasi mudah dan dekat dengan keramaian, sehingga para
pendatang tertarik untuk pindah dan bertempat tinggal di daerah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2000 - 2005 mencapai
0,49 %. Desa yang mengalami pertumbuhan penduduk paling tinggi pada
tahun adalah Desa Baturan yaitu 4,42 % dan Desa yang mengalami
pertumbuhan paling rendah adalah Desa Bolon sebesar 0,37 %, sedangkan
tahun 2005 – 2010 pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu adalah
1,02 %, desa yang mengalami pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Desa
Malangjiwan sebesar 3,8 % dan desa yang pertumbuhan penduduk terendah
adalah Desa Gedongan sebesar 0,6 %.
2. Konversi lahan pertanian Kecamatan Colomadu tahun 2000-2005 20,8 Ha,
tertinggi terjadi di Desa Malangjiwan seluas 70 Ha dan terendah adalah
Desa Gajahan 1 Ha. Tahun 2005-2010 konversi lahan pertanian Keecamatan
Colomadu sebesar 179,5 Ha. Desa dengan konversi lahan pertanian tertinggi
adalah Desa Malangjiwan seluas 90,1 Ha dan desa dengan konversi lahan
pertanian terendah adalah Desa Gajahan 1,04 Ha.
3. Tidak ada pengaruh antara pertumbuhan penduduk dengan konversi lahan
pertanian di Kecamatan Colomadu, hal ini ditunjukkan dengan desa yang
memiliki angka pertumbuhan penduduk tinggi konversi lahan pertanian
yang terjadi rendah. Ditunjukan dengan peristiwa konversi lahan pertanian
yang terjadi terlebih dahulu dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk
yang terjadi setelah konversi tersebut terjadi, seperti terdapatnya spekulan
tanah yang terus membangun baik berupa perumahan maupun pabrik hingga
swalayan, meskipun di desa tersebut penduduknya masih tergolong rendah.
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
A. Implikasi
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam perencanan pembangunan bagi pemerintah daerah
setempat.
2. Bagi para peneliti lain yang mungkin akan melakukan penelitian tentang
pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perubahan penggunaan lahan
pertanian hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi maupun bahan
rujukan sebagai salah satu sumber teori yang menunjang dalam penelitiannya
lebih lanjut.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran Geografi
kompetensi dasar memahami masalah kependudukan pada Sekolah Menengah
Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah Kecamatan Colomadu dan para pengembang daerah
Kecamatan Colomadu setempat untuk lebih memperhatikan rencana
pembangunan yang akan datang, sehingga pembangunan yang dilakukan
tidak banyak mengorbankan lahan pertanian yang masih produktif.
2. Pemerintah Kecamatan Colomadu seharusnya memperhatikan adanya
pembangunan yang berfungsi maksimal atau tidaknya bagi penduduk, yang
mengakibatkan konversi lahan pertanian semakin berkurang dan
menyebabkan para pendatang semakin meningkat.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Colomadu harap memperhatikan
masalah masyarakat terutama untuk program Keluarga Berencana (KB)
khususnya pada desa yang masih mengalami pertumbuhan penduduk yang
tinggi, meskipun sebagian besar penduduk Kecamatan Colomadu telah
mengerti mengenai program KB tersebut.