skripsi strategi pemerintah kota dalam menurunkan …

94
SKRIPSI STRATEGI PEMERINTAH KOTA DALAM MENURUNKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM BULO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong di Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar) Disusun dan Diusulkan Oleh : HASMILAH Nomor Stambuk : 105640 202514 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

STRATEGI PEMERINTAH KOTA DALAM MENURUNKAN ANGKA

PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM BULO

(Studi Tentang Badan Usaha Lorong di Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan

Rappocini Kota Makassar)

Disusun dan Diusulkan Oleh :

HASMILAH

Nomor Stambuk : 105640 202514

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

STRATEGI PEMERINTAH KOTA DALAM MENURUNKAN ANGKA

PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM BULO

(Studi Tentang Badan Usaha Lorong di Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan

Rappocini Kota Makassar)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan

HASMILAH

Nomor Stambuk : 105640202514

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

ii

iii

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Hasmilah

Nomor Stambuk : 105640202514

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Dengan ini menyatakan bahwa Proposal Penelitian dengan judul Strategi

Pemerintah Kota Dalam Menurunkan Angka Pengangguran Melalui Program BuLO

(Studi Tentang Badan Usaha Lorong di Kelurahan Bontomakkio Kecamatan

Rappocini Kota Makassar) adalah sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian di

dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain, tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas Pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Makassar, 2019

Yang menyatakan

Hasmilah

v

ABSTRAK

HASMILAH, 2020. Strategi Pemerintah Kota Dalam Menurunkan Angka

Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong di

Kelurahan Bontomakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar) (di bimbing

oleh Amir Muhiddin dan Ahmad Taufiq )

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Pemerintah Kota dalam

menurunkan angka pengangguran melalui Program BuLO (Studi tentang Badan

Usaha Lorong di Kelurahan Bontomakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar)

yang berfokus pada strategi Pemerintah Kota dalam menurunkan angka

pengangguran melalui Program BuLO di Kelurahan Bonto Makkio dan faktor

penghambat dan pendukung Strategi Pemerintah Kota dalam menurunkan angka

pengangguran melalui Program BuLO (Studi tentang Badan Usaha Lorong di

Kelurahan Bontomakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar). Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe

penelitian deskriptif yaitu tidak untuk menguji hipotesa tertentu melainkan untuk

menemukan gambaran mengenai penurunan angka pengangguran melalui Program

BuLO di Kelurahan Bonto Makkio. Data dan informasi yang diperlukan dalam

penelitian ini diperoleh dari keterangan informan yaitu orang-orang yang dianggap

mengetahui dan bisa dipercaya dalam memberikan informasi yang akurat dengan

menggunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung ke lokasi

penelitian, wawancara secara mendalam dan dokumentasi di lokasi penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Pemerintah Kota dalam

Menurunkan Angka Pengangguran melalui Program BuLO (Studi Tentang Program

Badan Usaha Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota

Makassar) melalui budidaya cabai efektif dari aspek pemenuhan kebutuhan rumah

tangga, tetapi belum bisa disebut signifikan dapat mengurangi Pengangguran di Kota

Makassar. Pemenuhan sarana dan prasarana yang disediakan oleh Pemerintah sangat

efisien dan mebuahkan hasil yang cukup maksimal. Hal ini di fasilitasi oleh

Pemerintah Kota untuk memberdayakan masyarakat yang pada umumnya tidak

memiliki kegiatan atau pekerjaan, sehingga para masyarakat khususnya di Kelurahan

Bonto Makkio memiliki kegiatan yang dapat menghasilkan ataupun memenuhi

kebutuhan rumah tangganya paling tidak pemenuhan kebutuhan dapur. Strategi

selanjutnya yaitu marketing kontrak yang di fasilitasi Pemerintah berbanding terbalik

dengan strategi sebelumnya dengan kata lain strategi ini tidak efisien untuk para

Poktanrong di Kelurahan Bonto Makkio dikarenakan adanya beberapa masalah yang

dihadapi para petani seperti hasil panen yang tidak maksimal karena adanya serangan

hama terlambat untuk ditangani oleh para petani dan musim yang tidak menentu.

Kata kunci : Program BuLO, Pengangguran,Pemenuhan kebutuhan rumah tangga,

sarana dan prasarana, marketing kontrak.

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata terindah yang patut di ucapkan oleh peneliti selain puji syukur

yang sebesar-besarnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan

nikmat kesehatan, kesabaran, kekuatan serta ilmu pengetahuan kepada hambaNya.

Atas perkenaannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan dan mempersembahkan

skripsi ini, bukti dari perjuangan yang panjang nan melelahkan dan jawaban atas do’a

dan senantiasa mengalir dari orang-orang terkasih. Sholawat serta salam “Allahumma

Sholli ala Sayyidina” juga peneliti sampaikan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW. Sang pejuang sejati yang telah membawa kita menuju zaman

perdamaian.

Skripsi dengan judul “Strategi Pemerintah Kota Dalam Menurunkan Angka

Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong di

Kelurahan Bontomakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar)” sebagai salah satu

syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Penulis menyadari bahwa mulai dari awal hingga akhir proses pembuatan

skripsi ini bukanlah hal yang mudah. Ada banyak drama, rintangan dan hambatan

yang selalu menyertainya. Hanya dengan kesabaran dan kerja keraslah sehingga

vii

membuat penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga dengan adanya

berbagai bantuan baik berupa moril dan materil dari berbagai pihak sehingga

mempermudah penyelesaian penulisan skripsi ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Lallo dan Ibunda Sanawia dan saudara-

saudaraku serta keluarga besar yang selalu memberikan do’a, dukungan dan kasih

sayang yang menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak,

diantaranya:

1. Dr. Amir Muhiddin, M.Si dan Bapak Ahmad Taufik, S.IP., M.AP selaku

pembimbing I dan II yang selalu memberikan arahan dan motivasi atas

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, M.M selaku rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan

Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.H.I selaku sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku dosen Penasehat Akademik yang

selalu memberikan motivasi kepada penulis selama 4 tahun menjalani jenjang

viii

pendidikan di bangku kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

6. Para dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan dan

membantu penulis selama menjalani proses perkuliahan.

7. Seluruh informan yang berada di Kantor Walikota Makassar, Kantor Bappeda,

Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Bapak Lurah Bonto Makkio Kecamatan

Rappocini atas kesediaannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengambil data dalam rangka merampungkan penelitian.

8. Saudara-saudara seperjuanganku di bangku perkuliahan angkatan 2014 terutama

Jurusan Ilmu Pemerintahan kelas D yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu

dan Gembel Elit Squad.

9. Teman-teman KKP Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Terutama di

Kelurahan BontoParang, Kak Mariyana, Kak Hamrana, Ibu Basriati Ical, Jabal,

dan Ima. Terima kasih juga kepada DG Paya seleaku Ibu Posko selama di

Kelurahan BontoParang. Bapak Lurah Kelurahan BontoParang dan Bapak Seklur

BontoPaeang serta Tokoh Masyarakat dan Masyarakat seKelurahan BontoParang.

10. Keluarga besar Kacoa Squad, Keluarga Besar Persene4ang, Munirah Asri Calon

S.M, A. Mutmainna Habe Calon S.Pd, Renaldi S.Pd, Nisva Dinata Calon S.T, A.

Nurul Inayah adik Solehah, A. Sari Sartika Fitri Calon S.Pd, Risman Aprianto

Calon S.IP, A. Nurul Hidayat Amnur Calon S.IP, Irfandi M Calon S.IP, Nur

ix

Rahmat Calon S.IP, A.Husnul Khatimah Absir, S.Ked yang telah banyak

memberikan motivasi dan dukungan selama pembuatan skripsi ini.

11. Kepada A.Sinar Wulandari Calon S.Pd dan Keluarga Besar, Risman Aprianto

Calon S.IP, A. Nurul Hidayat Calon S.IP dan Irfandi M Calon S.IP yang telah

menemani hari-hari penulis selama proses pembuatan skripsi.

12. Kepada snack terbaik Bananaroll, Indomie, Thai Tea, Susu yang selalu menjadi

cemilan dan minuman penulis selama begadang dalam pembuatan skripsi.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini baik secara langsung maupun tidak

langsung seperti misalnya para tetangga yang selalu memotivasi penulis dengan

pertanyaan-pertanyaan “Kapan Wisuda/Sarjana”.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 25 Oktober 2019

Penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... ........ i

Halaman Pengajuan Skripsi .................................................................... ........ ii

Lembar Persetujuan ................................................................................. ........ iii

Lembar Penerimaan Tim ......................................................................... ........ iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ ........ v

Abstrak .................................................................................................... ........ vi

Kata Pengantar ........................................................................................ ........ vii

Daftar Isi.................................................................................................. ........ xi

Daftar Tabel ............................................................................................ ........ xiii

Daftar Bagan ........................................................................................... ........ xiv

Daftar Gambar ......................................................................................... ........ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... ........ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. ........ 9

C. Tujuan Penelitian .................................................................. ........ 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................ ........ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR

A. Konsep Strategi ..................................................................... ........ 12

B. Konsep Pemerintahan Daerah ............................................... ........ 14

C. Konsep Tentang Pengangguran............................................. ........ 21

D. Teori Manajemen Strategi ..................................................... ........ 28

E. Penelitian Terdahulu ............................................................. ........ 30

F. Kerangka Fikir ...................................................................... ........ 32

G. Fokus Penelitian .................................................................... ........ 37

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ ........ 38

B. Jenis dan Tipe Penelitian ....................................................... ........ 38

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ......................................... ........ 39

D. Informan Penelitian ............................................................... ........ 41

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... ........ 42

F. Analisis Data ......................................................................... ........ 44

G. Teknik Keabsahan Data ........................................................ ........ 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian .................................................... ........ 48

B. Strategi Pemerintah Kota Makassar dalam Menurunkan Angka

Pengangguran melalui Program BuLO ................................. ........ 50

C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ......................... ........ 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... ........ 67

B. Saran ...................................................................................... ........ 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ ........ 71

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian ................................................................. ........ 41

Tabel 4.1 Pencapaian Pendapatan Program BuLO ................................. ........ 67

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Fikir ....................................................................... ........ 36

xiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia adalah

masalah pengangguran. Pengangguran di negara-negara berkembang seperti

Indonesia, dalam pembangunan ekonomi di negara seperti ini pengangguran

yang semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan

lebih serius dari pada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang

kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan terendah. Keadaan di

negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa

pembangunan ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup mengadakan

kesempatan kerja yang lebih cepat dari pada pertambahan penduduk yang

berlaku. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun

ke tahun semakin bertambah serius.

Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung

terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga

semakin meningkat. Adanya pengangguran akan mengurangi pendapatan

masyarakat sehingga mengakibatkan tingkat kemakmuran negara juga berkurang.

Pengangguran juga dapat menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial,

masalah konsumsi, kesehatan, serta prospek pembangunan di masa yang akan

1

2

datang. Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.

Menurut Nanga (2005) pengangguran merupakan kenyataan yang dihadapi

tidak saja oleh negara berkembang akan tetapi juga dialami oleh negara maju.

Secara umum pengangguran didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana

seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak

memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Seorang yang

tidak bekerja, tetapi secara aktif mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan

sebagai pengangguran, pengangguran pada prinsipnya mengandung arti

melemahnya pertumbuhan produk dan adanya kesengsaraan bagi orang yang

tidak bekerja dan menyebabkan pemborosan sumber daya manusia, disamping

memperkecil pertumbuhan produk, pengangguran juga mengacu pengeluaran

pemerintah lebih tinggi untuk keperluan kompensasi, hal ini terutama terjadi

pada negara maju dan pemerintah mempunyai kewajiban menyediakan tunjangan

bagi para penganggur.

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan

kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari

kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi

pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat

dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain:

perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi

3

atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat inventasi,

hambatan dalam proses ekspor impor dan lain-lain.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aprilia 2018 dengan judul penelitian

“Strategi Pemerintah Kota Malang Menurunkan Angka Pengangguran Guna

Menyokong Ketahanan Kota”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

implementasi kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah Kota Malang masih

belum maksimal dalam pelaksanaannya terutama pada bidang intensitas,

kuantitas dan variasi kebijakan serta program yang dimiliki guna mengatasi

beragam jenis pengangguran. Karena belum maksimalnya penanganan

pengangguran di Kota Malang pada akhirnya berdampak pula pada ketahanan

sosial ekonomi Kota Malang yang juga masih belum sempurna.

Penelitian kedua dilakukan oleh Hasbiyah 2014 dengan judul penelitian

“Penguatan Ekonomi dalam Mengatasi Pengangguran di Kota Makassar”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengangguran selalu menjadi salah satu

dari prioritas masalah yang harus dihadapi dalam setiap perencanaan

pembangunan. Keberhasilan pembangunan biasanya diidentikkan dengan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi di

suatu wilayah seharusnya diikuti dengan penciptaan lapangan kerja baru. Dengan

adanya penciptaan lapangan kerja baru, permintaan tenaga kerja di pasar kerja

akan meningkat secara otomatis sehingga angkatan kerja yang ada dapat diserap

di dalam pasar kerja. Penyerapan angkatan kerja ini akan berakibat pada

penurunan angka pengangguran.

4

Dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengangguran selalu

menjadi salah satu dari prioritas masalah yang harus dihadapi dalam setiap

perencanaan pembangunan. Pemerintah harus menetapkan tujuan dan sasaran

pembangunan sebagai implementasi dari visi dan misi yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu pemerintah harus maksimal dalam penanganan pengangguran

baik itu melalui penguatan ekonomi maupu pun membuka lapangan pekerjaan,

sehingga tidak berdampak lagi pada ketahanan sosial ekonomi.

Daerah yang menjadi sorotan dalam penelitian ini terkhusus pada masyarakat

di daerah Kota Makassar. Kota Makassar sebagai kota yang memberikan

gambaran kehidupan yang menjanjikan bagi sebagian orang untuk mengais

rezeki di segala bidang dalam rangka meningkatkan taraf hidup. Fenomena ini

semakin menambah keragaman Kota Makassar dalam bidang ekonomi, sosial,

politik dan budaya. Namun di sisi lain juga mendatangkan masalah baru

khususnya dalam hal pengangguran. Sebagian masyarakat di Kota Makassar

adalah imigran. Sebagian dari mereka tidak semua memperoleh pekerjaan

dengan mudah.

Menurut data yang diambil dari Kota Makassar dalam Angka Tahun 2020

jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan yang termasuk dalam usia kerja

bulan Februari 2019 sebanyak 6.371.451 orang. Dari jumlah tersebut, penduduk

yang tergolong angkatan kerja mencapai 4.159.838 orang dengan komposisi

3.934.557 adalah penduduk yang bekerja dan 225.281 orang penduduk yang

menganggur. Dibandingkan Februari 2018, jumlah angkatan kerja mengalami

5

penurunan sebesar 0,34 persen atau terjadi pengurangan angkatan kerja sebanyak

14.343 orang angkatan kerja. Jumlah orang yang bekerja juga menurun sebesar

0,37 persen atau berkurang sebanyak 14.739 orang, sedangkan jumlah orang

yang menganggur meningkat 0,18 persen atau bertambah sebanyak 396 orang.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2019 sebesar 65,29

persen. Sejalan dengan berkurangnya jumlah angkatan kerja, TPAK Februari

2019 1,07 persen poin lebih rendah dibandingkan Februari 2018. Penurunan

TPAK memberikan indikasi adanya potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply)

tenaga kerja yang juga menurun. Mengatasi pengangguran merupakan salah satu

pekerjaan utama pemerintah Kota Makassar dalam beberapa tahun ke depan.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistika (BPS) 2019 Sulawesi

Selatan, angka pengangguran di Kota Makassar pada 2017 mencapai 64.954

orang. Angka ini mengalami penurunan lebih dari 7 ribu orang jika dibandingkan

dengan data 2016 lalu yaitu sebanyak 71.604 orang. Hebatnya lagi, penurunan ini

terjadi saat jumlah pencari kerja baru semakin bertambah setiap tahun. Turunnya

angka pengangguran tidak lepas dari kepiawaian Danny Pomanto selama

menjabat walikota aktif. Tidak hanya pengangguran, angka kemiskinan juga turut

berkurang sebagai dampak positif dari berkurangnya jumlah pengangguran

terbuka di Kota Makassar. Salah satu tugas pemerintah adalah meningkatkan

kesejahteraan warganya. Terutama warga yang kurang beruntung, dalam hal ini

mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.

6

Pembangunan Daerah (Bappeda) mencatat, pada Tahun 2017 jumlah

penurunan angka kemiskinan di Kota Makassar mencapai 26.190 jiwa.

Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2019, Sulsel mencatat angka

kemiskinan di Sulawesi Selatan mengalami penurunan pada 2019 yakni 767,80

ribu jiwa. Angka tersebut menurun sebesar 3,1% jika dibandingkan pada tahun

sebelumnya yang mencapai 792,63 ribu jiwa. Artinya angka kemiskinan Sulsel

menurun sebesar 24,83 ribu jiwa. Penduduk miskin baik di daerah perkotaan

maupun pedesaan di Sulawesi Selatan pada periode Maret 2018 sebesar 9,0%

turun menjadi 8,69% per Maret 2019. Dari 24 kabupaten/kota di Sulsel, data BPS

menunjukkan Kota Makassar sebagai kota dengan angka kemiskinan paling

rendah yakni sekitar 4,28%.

Pasar tenaga kerja di Kota Makassar yang lebih bias ke tenaga kerja tidak

terdidik ketimbang tenaga kerja terdidik, tampaknya terkait dengan struktur

perekonomian Kota Makassar yang terkonsentrasi pada sektor tersier (jasa).

Sektor ini menyumbang sekitar 63 persen terhadap pembentukan PDRB Kota

Makassar. Dari angka tersebut, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi

mobil dan sepeda motor dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum

menyumbang sekitar sepertiga. Tentu saja kedua sektor ini tidak sepenuhnya

membutuhkan tenaga kerja terdidik, setidaknya jika dibandingkan dengan sektor

industri.

Dalam beberapa tahun ke depan, penyediaan lapangan kerja baru bagi para

pencari kerja merupakan salah satu tantangan terbesar pemerintah Kota

7

Makassar. Inisiatif pemerintah Kota Makassar untuk mendorong usaha rumahan

dan industri kecil, patut diapreasiasi. Begitu pula pemberdayaan ekonomi

masyarakat lorong, terutama pembentukan Badan Usaha Lorong (BULo) juga

patut dihargai mengingat lorong merupakan wilayah bermukim para penganggur.

Inisiatif semacam ini bisa memberi dampak ganda, yaitu mengatasi

pengangguran di satu sisi dan memperbaiki taraf hidup masyarakat di sisi lain.

Kecamatan Rappocini Kelurahan Bonto Makkio merupakan salah satu

Kecamatan yang menerapkan Program Badan Usaha Lorong (BULo) melalui

kegiatan Budidaya cabai oleh Poktanrong di Kecamatan Rappocini.

Adapun strategi yang dilakukan Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka

Pengangguran melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong di

Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar) yaitu

penyediaan sarana dan prasarana untuk budidaya cabai serta adanya marketing

kontrak antara petani dan pihak Supermarket. Hal ini di fasilitasi oleh Pemerintah

Kota untuk memberdayakan masyarakat yang pada umumnya tidak memiliki

kegiatan atau pekerjaan, sehingga para masyarakat khususnya di Kelurahan

Bonto Makkio memiliki kegiatan yang dapat menghasilkan ataupun memenuhi

kebutuhan rumah tangganya paling tidak pemenuhan kebutuhan dapur.

Pilihan-pilihan kebijakan dan program semacam ini, perlu terus dipraktekkan

secara intensif oleh Pemerintah Kota Makassar. Sebab pengembangan usaha

rumah tangga, industri kerajinan, dan industri kecil di banyak tempat telah

terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar karena memiliki

8

elastisitas penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi, setidaknya jika

dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Posisi Kota Makassar yang sangat

strategis, didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi yang

memadai, daya beli masyarakat yang cukup tinggi, dan skala pasar yang cukup

besar, sesungguhnya merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para

pelaku ekonomi.

Tanggung jawab dalam mensejahterakan masyarakat pada dasarnya bukan

saja merupakan beban pemerintah selaku penyelenggara Negara, namun juga

menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, masyarakat maupun pihak

swasta, oleh karena itu pendekatan kemitraan dalam upaya memberdayakan

masyarakat merupakan sesuatu yang diidealkan. Dalam konsep kemitraan

terdapat kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran dan keseimbangan

peran antara pemerintah, masyarakat dan swasta artinya pemerintah memberikan

rambu dan aturan main secara umum baik peranannya dalam membuat kebijakan

maupun pendanaan.

Masyarakat diberi hak untuk mengelola sumber daya dalam rangka

melaksanakan pembangunan, dan swasta memberikan energi dalam program

pemberdayaan melalui investasi swasta. Konsep kemitraan muncul karena

banyaknya masalah dalam pendekatan pembangunan pada masa yang lalu yang

sifatnya topdown yang memposisikan pemerintah sebagai faktor dominan dan

membiarkan sikap acuh tak acuh pihak swasta dalam memberdayakan kaum

lemah.

9

Program pemberdayaan masyarakat miskin telah banyak dilakukan oleh

Pemerintah maupun masyarakat yang ditujukan kepada individu atau masyarakat

melalui program-program pemerintah baik yang dilakukan oleh Disnaker,

Dinsos, dan sebagainya. Program pendidikan nonformal merupakan salah satu

program yang banyak dipilih untuk memberdayakan masyarakat yang tujuannya

memberikan keterampilan maupun pelatihan kepada masyarakat miskin agar

mereka dapat menggunakan keterampilannya untuk mensejahterakan

kehidupannya, terutama dalam kesejahteraan keluarga. Program pendidikan

nonformal banyak dilakukan pada masyarakat baik yang dilakukan oleh sanggar

kegiatan belajar masyarakat, PKBM, lembaga kursus dan pelatihan yang banyak

tumbuh di masyarakat.

Pemerintah Kota Makassar hanya perlu mengingat satu hal: “program

sederhana yang dilaksanakan secara sempurna akan jauh lebih baik daripada

program sempurna yang dilaksanakan ala kadarnya.” Melihat permasalahan yang

telah di uraikan diatas. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini

dengan “Strategi Pemerintah Kota Makassar dalam Menurunkan Angka

Pengangguran melalui Program BuLO (Studi Tentang Program Badan Usaha

Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar)”.

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitin ini adalah:

1. Bagaimana Strategi Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka

Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong

di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar) ?

2. Apakah Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pemerintah Kota dalam

Menurunkan Angka Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang

Badan Usaha Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota

Makassar) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis Strategi Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka

Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong

di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar)

2. Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pemerintah Kota

dalam Menurunkan Angka Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi

Tentang Badan Usaha Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan

Rappocini Kota Makassar) ?

11

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu politik,

terkait dengan masalah Strategi Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka

Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong

di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar).

b. Diharapkan dapat memperkaya kajian sosial khususnya di bidang ilmu

politik dalam hal Strategi Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka

Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong

di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar).

c. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-

pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap

objek sejenis yang belum tercakup dalam penelitian ini.

b. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat membantu supaya mahasiswa dapat

Strategi Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka Pengangguran Melalui

Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha Lorong di Kelurahan

BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar).

b. Selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi

tenaga pendidik dalam menganalisis Strategi Pemerintah Kota dalam

12

Menurunkan Angka Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang

Badan Usaha Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini

Kota Makassar).

c. Serta bagi peneliti, penelitian ini dapat membantu menambah cakrawala

pemikiran dalam kaitannya dengan Strategi Pemerintah Kota dalam

Menurunkan Angka Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang

Badan Usaha Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini

Kota Makassar).

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR

A. Konsep Strategi

Menurut Makmur (2019) Strategi adalah suatu tindakan yang

berpengaruh dan sangat menentukan keberhasilan terhadap program atau

kegiatan, baik yang akan maupun yang telah direncanakan oleh pihak

manajemen. Menurut Allison (2013) Strategi adalah prioritas atau arah

keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi, strategi juga adalah

pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk menccapai misi

organisasi. Dalam buku Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis,

Rangkuti (2013) mengutip pendapat dari beberapa ahli mengenai strategi, di

antaranya Chandler Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak

lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Learned, Christensen, Andrews,

dan Guth Strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing.

Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis

tersebut harus ada atau tidak.

Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner Strategi merupakan respons

secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal

serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi.

14

Porter Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan

bersaing. Andrews, Chaffe Strategi adalah kekuatan motivasi untuk

stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan,

konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung

maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan

oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Hamel dan Prahalad Strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan pelanggan di masa

depan. Dengan demikian, perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa

yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya

kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan

kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi

inti di dalam bisnis yang dilakukan. Dari definisi-definisi di atas maka dapat

di simpulkan bahwa strategi adalah alat untuk mencapai tujuan atau

keunggulan bersaing dengan melihat faktor eksternal dan internal perusahaan.

Perusahaan melakukan tindakan yang dapat menjadikan keuntungan baik

untuk perusahaan maupun pihak lain yang berada di bawah naungan

perusahaan.

Secara umum strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas

yang diambil oleh organisasi, yakni pilihan-pilihan tentang bagaimana cara

terbaik untuk mencapai misi organisasi. Definisi ini disesuaikan dengan kata

15

strategi berasal dari kata kerja ahasa Yunani stratego yang berarti

merencanakan pemusnahan musuh lewat penggunaan sumber-sumber yang

efektif. Strategi dimaknai sebagai suatu cara atau kita mencapai tujuan tertentu

(Effendi, 2005).

Menurut Fred R. David (2010) strategi adalah sarana bersama dengan

tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Merupakan aksi potensial yang

membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan

dalam jumlah besar. Strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang

perusahaan dan berorientasi pada masa yang akan datang.

David (2006) Strategi merupakan suatu cara yang digunakan dalam

menjalankan organisasi sehingga apa yang diinginkan organisasi akan dapat

dicapai sesuai dengan misi dan tujuan organisasi tersebut. Kemudian menurut

Quadrat (2007) strategi adalah perioritas atau arah keseluruhan yang luas yang

diambil oleh organisasi, sehingga misi-misi dalam organisasi dapat

teralisasikan.

Sofjan Assauri (2011) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu

pernyataan yang mengarahkan bagaimana masing-masing individu dapat

bekerja sama dalam suatu organisasi, dalam upaya pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi tersebut. Strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka

panjang organisasi , disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana

agar tujuan tersebut dapat dicapai“(marrus 2002).

16

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi

adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan

dijalankan, guna mencapai tujuan. Strategi didefenisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka

panjang organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar

tujuan tersebut dapat dicapai. Jadi merumuskan strategi berarti

memperhitungkan situasi dan kondisi (ruang dan waktu) yang akan dihadapi

di masa yang akan datang guna mencapai efektifitas.

B. Konsep Pemerintahan Daerah

a. Pemerintahan Daerah

Konsep pemerintahan daerah berasal dari terjemahan konsep local

government yang pada intinya mengandung tiga pengertian, yaitu: pertama

berarti pemerintah lokal, kedua berarti pemerintahan lokal, dan ketiga berarti

wilayah lokal (Hoessein 2007).

Tjahja Supriatna (dalam Hanif 2007) yang menyetir pendapat de

Guzman dan Taples menjelaskan bahwa unsur-unsur pemerintahan daerah:

a. Pemerintah daerah adalah subsidi politik dari kedaulatan bangsa dan

Negara;

b. Pemerintah daerah diatur oleh hukum;

c. Pemerintah daerah mempunyai badan pemerintahan yang dipilih oleh

penduduk setempat;

17

d. Pemerintahan daerah menyelenggarakan kegiatan berdasarkan peraturan

perundangan;

e. Pemerintah daerah memberikan pelayanan dalam wilayah yurisdiksinya.

Dikaitkan dengan fungsi umum pemerintahan maka unsur-unsur

pemerintahan daerah di atas masih ditambah dengan Pemerintah daerah

melaksanakan pembangunan daerah dan memberdayakan masyarakat daerah

dalam wilayah yurisdiksinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

konsep pemerintahan daerah di dalamnya melingkupi

organisasi/lembaga/institusi, fungsi/kegiatan pemerintahan dan daerah

pemerintahan. Kemudian untuk lebih memahami makna dari Pemerintahan

daerah di bawah ini diuraikan beberapa dimensi yang menyangkut pengertian

Pemerintahan daerah.

a. Dimensi Sosial Konsep pemerintahan daerah dipandang sebagai suatu

kelompok Masyarakat yang terorganisasi yang mendiami/bertempat

tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan batasan geografis tertentu serta

memiliki ciri-ciri tertentu pula.

b. Dimensi Ekonomi Pemerintah daerah dipahami sebagai organisasi

pemerintahan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang terkait erat dengan

kondisi an potensi dari daerah tertentu. Dalam praktik penyelenggaraan

pemerintahan khususnya dalam pembangunan pemerintahan daerah,

potensi ekonomi daerah menjadi satu indikator penting baik untuk

18

pemekaran daerah maupun untuk penyerahan urusan daerah. Setiap

penyerahan urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah seharusnya

memperhatikan potensi ekonomi daerah. Hal ini penting agar dalam

kelanjutan pengelolaan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada

daerah itu dapat berdaya guna dan berhasil guna, demikian pula dengan

pemekaran daerah (pembentukan daerah otonom baru) potensi ekonomi

daerah menjadi indikator utama dalam mempertimbangkan bisa idaknya

daerah itu dimekarkan.

c. Dimensi Geografi Pemerintahan daerah dipahami sebagai suatu unit

organisasi pemerintahan yang mempunyai lingkungan geografis dengan

ciri-ciri tertentu, yang meliputi keadaan fisik geografis tertentu, demografis

tertentu dan potensi ekonomi tertentu. Ciri-ciri geografis ini dalam praktik

penyelenggaraan pemerintahan daerah mempunyai pengaruh terhadap

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan baik dalam penyelenggaraan

pembangunan, pemerintahan maupun pembinaan masyarakat, juga

terhadap pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah

maupun tugastugas administrasi lainnya.

d. Dimensi Hukum Pemerintah daerah dipandang sebagai suatu unit badan

hukum publik. Dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik

pemerintah daerah di samping dipandang sebagai unit organisasi pelaksana

pemerintah pusat, pemerintah daerah juga merupakan suatu organisasi

mandiri yang mewakili kepentingan masyarakat di daerahnya. Hal ini

19

mengandung arti dalam batasbatas tertentu pemerintah daerah diserahi

urusan pemerintahan tertentu untuk diatur, diurus dan dikelola, terkait

dengan hal ini pemerintah dapat membuat kebijakan baik berwujud

peraturan daerah dan atau peraturan dan atau keputusan Kepala daerah

guna menyelenggarakan urusan pemerintahan yang telah diserahkan

dimaksud. Sebagai badan hukum publik pemerintah daerah diberi

wewenang untuk mengurus urusan pemerintahan yang telah diserahkan

menjadi urusan rumah tangganya sekaligus pemerintah juga diberi

kewenangan untuk memiliki harta kekayaan sendiri serta mewakili

organisasinya baik di dalam maupun di luar pengadilan. Berdasarkan

dimensi ini pemerintah daerah mempunyai tiga karakteristik:

a) Keberadaan pemerintah daerah itu harus merupakan satu kesatuan yang

terorganisasi dan memiliki organisasi sendiri serta memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

b) Memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri atau juga sering ditafsirkan memiliki pemerintahan sendiri itu

dicerminkan dengan dimilikinya satu Badan Perwakilan Rakyat Daerah.

c) Mempunyai hak untuk mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga atau

pihak-pihak di luar organisasi pemerintahan daerah.

e. Dimensi Politik Pemerintah daerah dipandang mempunyai hubungan

langsung dengan aspek-aspek atau merupakan bagian dari sistem politik

20

negara yang bersangkutan Dalam mengimplementasikan fungsinya,

pemerintah daerah merupakan agen /pelaksana pemerintah pusat.

Dengan kata lain, pemerintah daerah merupakan satu mekanisme

yang terintegrasi dalam satu pemerintahan negara yang berbentuk

sebagai badan hukum publik. Dalam kaitan ini, pemerintah daerah

sekalipun menyelenggarakan kewenangan pemerintahan sendiri tetapi

tidak dalam artian kemutlakan, ada power sharing untuk satu urusan

pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah bukan berarti secara

keseluruhannya, namun ada aspek-aspek tertentu yang tetap menjadi

urusan pemerintah pusat.

f. Dimensi Administrasi Pemerintah daerah dipahami sebagai suatu

organisasi pemerintahan sendiri (Local Self Government). Pemerintah

daerah mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan tertentu yang telah diserahkan menjadi urusan

rumah tangganya. Di Indonesia implementasinya diwujudkan dalam

pembuatan peraturan daerah artinya peraturan ini hanya dibuat untuk

mengatur urusan pemerintah yang menjadi urusan rumah tangga daerah

dan pengadministrasiannya dipisahkan dengan kegiatan-kegiatan yang

menjadi urusan pemerintah pusat.

21

b. Tujuan Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah sebagai salah satu subsistem dari sistem

Pemerintah Indonesia adalah unsur utama dalam penyelenggaraan

Pemerintahan di Daerah. Oleh karena itu, tujuannya sama dengan

Pemerintah Pusat, yaitu mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana

dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam penyelenggaraan

pemerintahan, jika dilihat dari aspekaspek manajemennya terdapat

pembagian wewenang tugas dan tanggung jawab antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah. Akan tetapi, tanggung jawab terakhir tetap berada

di tangan Pemerintah Pusat.

Apabila disimak secara saksama dibalik pertimbangan-pertimbangan

tentang perlu adanya penyerahan kewenangan kepada Pemerintah di

Daerah sebagaimana telah diungkapkan terdahulu, dikandung maksud dan

tujuan berikut.

a. Secara politis untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang

dikonstruksikan dalam sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah yang

memberi peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme

penyelenggaraan pemerintahan.

b. Secara formal dan konstitusional untuk melaksanakan ketentuan dan

amanat UUD 1945.

22

c. Secara operasional, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan, meningkatkan pelayanan masyarakat

dan melancarkan pelaksanaan pembangunan.

d. Secara Administrasi pemerintahan untuk lebih memperlancar dan

menertibkan pelaksanaan tata pemerintahan secara lebih baik dalam

rangka good governance;

e. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas maka kegiatan

Pemerintahan Daerah harus terarah kepada terjaminnya pertumbuhan

pembangunan Daerah, terselenggaranya pembinaan kestabilan politik

dan kesatuan bangsa dan terjaminnya hubungan yang serasi antara

Pemerintah Pusat dan Daerah atas dasar keutuhan Negara Kesatuan.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tujuan pemberian

otonomi kepada daerah diarahkan untuk:

a. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

b. Daerah mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip-

prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan

serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia

23

c. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

dengan lebih memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan

antar pemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.

d. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman

daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya

alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.

f. Perlu memperhatikan peluang dan tantangan dalam persaingan global

dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

g. Daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian

hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan

sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tujuan pemberian

otonomi kepada daerah itu menurut UU 32 tahun 2004 adalah untuk:

a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b. Meningkatkan daya saing daerah.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

daerah.

d. Memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah.

24

C. Konsep Tentang Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang termasuk dalam golongan angkatan

kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum

mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti

ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA, Mahasiswa Perguruan Tinggi,

dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan

pekerjaan.

Menurut Nanga (2005) pengangguran merupakan kenyataan yang

dihadapi tidak saja oleh negara berkembang akan tetapi juga dialami oleh

negara maju dan terkhusus pada Kota Makassar. Secara umum pengangguran

didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam

kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secara

aktif sedang mencari pekerjaan. Seorang yang tidak bekerja, tetapi secara aktif

mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai pengangguran,

pengangguran pada prinsipnya mengandung arti melemahnya pertumbuhan

produk dan adanya kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja dan

menyebabkan pemborosan sumber daya manusia, disamping memperkecil

pertumbuhan produk, pengangguran juga mengacu pengeluaran pemerintah

lebih tinggi untuk keperluan kompensasi, hal ini terutama terjadi pada negara

maju dan pemerintah mempunyai kewajiban menyediakan tunjangan bagi

para penganggur.

25

Pengangguran merupakan perhatian masyarakat yang paling utama

dalam setiap perekonomian modern, apabila tingkat pengangguran tinggi akan

menyebabkan sumber daya terbuang percuma dan pendapatan masyarakat

berkurang, dalam masamasa seperti itu, tekanan ekonomi menjalar kemana-

mana sehingga mempengaruhi emosi masyarakat maupun kehidupan rumah

tangga, masyarakat sangat membutuhkan tersediannya banyak lapangan kerja

karena keadaan seperti ini dapat berarti dapat menghasilkan output yang

tinggi dan pendapatan yang tinggi. Banyak kelompok masyarakat

menganggap bekerja mempunyai nilai tersendiri, jika angka pengangguran

tinggi, maka akan banyak output yang hilang, pendapatan menurun, dan

masyarakat menderita batin karena hilangnya harga diri.

Salah satu penyebab timbulnya pengangguran dalam suatu negara

adalah bertambahnya jumlah penduduk, mutu, baik kualitas maupun kuantitas

penduduk suatu negeri merupakan unsur penentu yang paling penting bagi

kemampuan memproduksi serta standar hidup suatu negara. Hal ini

disebabkan karena penduduk merupakan sumber tenaga kerja dan disamping

itu faktor produksi skill. Tujuan dari penambahan lapangan kerja adalah untuk

meningkatkan kondisi rakyat miskin yang terhambat dengan adanya problem

pengangguran dalam suatu masyarakat.

Menurut Dwi condro Triono (2012), dalam mencapai fullemployment

atau kesempatan kerja penuh, setiap manusia terkhusus pada individu mencari

peluang agar dapat meningkatkan pertumbuhan produk (output) sepanjang

26

waktu serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Dalam Islam

mengharuskan setiap manusia diperintahkan untuk bekerja dan memenuhi

kebutuhan diri dan keluarganya dan menghindari bermalas-malasan karena

sifat tersebut merupakan perbuatan syetan. Islam mengajarkan ummatnya

untuk berfikir rasional (masuk akal) dan melakukan tindakan-tindakan yang

benar untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

a. Jenis-jenis Pengangguran

Menurut Case (2007) dalam bukunya Prinsip-prinsip Ekonomi Makro,

pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

a) Pengangguran Friksional (frictional unemployment)

Adalah bagian pengangguran yang disebabkan oleh kerja normalnya

pasar tenaga kerja. Istilah itu merujuk pada pencocokan pekerjaan atau

keterampilan jangka pendek. Selain itu pengangguran Friksional juga

merupakan jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya

perubahan di dalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan

perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini

dapat pula terjadi karena berpindahnya orang-orang dari suatu daerah ke

daerah lain, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus

mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum

mendapatkan pekerjaan yang lain.

27

b) Pengangguran Musiman (seasonal unemployment)

Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi

jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan

pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu

tertentu di dalam satu tahun. Biasanya pengangguran sepertti ini berlaku

pada waktu di mana kegiatan bercocok tanam sedang menurun

kesibukannya. Dengan demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk

sementara waktu saja.

c) Pengangguran Siklis (cyclical unemployment)

Pengangguran siklis atau pengangguran konjungtur adalah

pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat

kegiatan pereknomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami

kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan

memproduksinya. Dalam pelaksanaanya berarti jam kerja dikurangi, sebagian

mesin produksi tidak digunakan dan sebagian tenaga kerja diberhentikan.

Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat

pengangguran.

d) Pengangguran Struktural (struktural unemployment)

Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar.

Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk

lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang

berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi

28

produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin

tinggi. Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi

dibanding pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang

besar, juga waktu yang lama. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan

pengangguran struktural, yaitu: pertama, sebagai akibat dari kemerosotan

pemintaan atau sebagai akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi.

Faktor yang kedua memungkinkan suatu perusahhan menaikan produksi dan

pada waktu yang sama mengurangi pekerja.

b. Akibat-akibat Buruk Pengangguran

Menurut Sadono Sukirno (2013) beberapa akibat buruk pengangguran

dibedakan atas dua aspek, dimana kedua aspek tersebut yaitu:

a) Akibat buruk ke atas kegiatan perekonomian

Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan

masyarakat pencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh. Hal ini dapat

dengan jelas dilihat dari memperlihatkan berbagai akibat buruk yang bersifat

ekonomi yang dirimbulkan oleh masalah pengangguran.

b) Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat

Penganguuran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan

sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh

pengangguran adalah:

29

a) Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan

pendapatan.

b) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan-

keterampilan dalam mengerjakan suatu pekerjaan hanya dapat

dipertahankan apabila keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.

c) Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat

menimbulkan rasa puas kepada pemerintah.

D. Teori Manajemen Strategi

Menurut Fred R. David (2010) manajemen strategi adalah seni dan

pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi

keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memapukan sebuah organisasi

mencapai tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada usaha untuk

mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan

pengembangan, serta system informasi computer untukmencapai keberhasilan

organisasional. Tujuan manajemen strategi adalah mengeksploitasi serta

menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk perencanaan jangka

panjang dan berusaha untuk mengoptimalkan tren-tren saat ini untuk masa

yang akan datang.

Fred R. David menjelaskan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari

tiga tahapan, yaitu, memformulasikan strategi, mengimplementasikan strategi

dan mengevaluasi strategi.

30

Tahap memformulasikan strategi antara lain menetapkan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi dari sudut

pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan keunggulan yang dimiliki

organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka panjang,

membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan

dicapai.

Tahap mengimplementasikan strategi memerlukan suatu keputusan dari

pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan

tahunan, membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan

sumber daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat

dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi pendukung

budaya, merencanakan struktur organisasi yang efektif, mengatur ulang usaha

pemasaran yang dilakukan, mempersiapkan budget, mengembangkan dan

utilisasi sistem informasi serta menghubungkan kompensasi karyawan

terhadap kinerja organisasi. Mengimplementasikan strategi sering disebut

sebagai “action stage” dari manajemen strategis. Pengimplementasian strategi

memiliki maksud memobilisasi para pegawai dan manajer untuk

menterjemahkan strategi yang sudah diformulasikan menjadi aksi.

Tahap mengevaluasi strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen

strategis. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang

sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Evaluasi strategi memiliki

tiga aktifitas yang fundamental, yaitu mereview faktor-faktor internal dan

31

eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan

mengambil langkah korektif.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ricky Firmansyah Aprilia

pada Tahun 2018 dengan judul penelitian “Strategi Pemerintah Kota Malang

Menurunkan Angka Pengangguran Guna Menyokong Ketahanan Kota”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan yang

dijalankan oleh pemerintah Kota Malang masih belum maksimal dalam

pelaksanaannya terutama pada bidang intensitas, kuantitas dan variasi

kebijakan serta program yang dimiliki guna mengatasi beragam jenis

pengangguran. Karena belum maksimalnya penanganan pengangguran di

Kota Malang pada akhirnya berdampak pula pada ketahanan sosial ekonomi

Kota Malang yang juga masih belum sempurna.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Nisar pada Tahun 2016 dengan

judul penelitian “STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM

MENANGGULANGI PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI

ISLAM (Studi di Kecamatan Soreang Kota Parepare)”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Walikota bersama Perangkat Daerah Kota Parepare

menetapkan tujuan dan sasaran pembangunan sebagai implementasi dari visi

dan misi yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah telah

32

mengupayakan peningkatan daya saing (ilmu pengetahuan) masyarakat dan

peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat sehingga Angka Rata-rata

Lama Sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh

penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan

formal yang pernah dijalani meningkat sebesar 10,03 tahun dan Pendapatan

per Kapita dalam beberapa tahun terakhir mengalami tren peningkatan.

Karenanya, strategi Pemerintah Daerah dalam menanggulangi pengangguran

sudah sesuai dengan perspektif Ekonomi Islam, di mana pemerintah sebagai

kepala daerah (Khalifah) telah memberikan hasil positif bagi masyarakatnya

sebagai realisasi Politik Ekonomi Islam.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Sitti Hasbiyah pada Tahun 2014

dengan judul penelitian “Penguatan Ekonomi dalam Mengatasi

Pengangguran di Kota Makassar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengangguran selalu menjadi salah satu dari prioritas masalah yang harus

dihadapi dalam setiap perencanaan pembangunan. Keberhasilan pembangunan

biasanya diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini

dikarenakan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah seharusnya diikuti

dengan penciptaan lapangan kerja baru. Dengan adanya penciptaan lapangan

kerja baru, permintaan tenaga kerja di pasar kerja akan meningkat secara

otomatis sehingga angkatan kerja yang ada dapat diserap di dalam pasar kerja.

Penyerapan angkatan kerja ini akan berakibat pada penurunan angka

pengangguran.

33

Dari ketiga penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengangguran

selalu menjadi salah satu dari prioritas masalah yang harus dihadapi dalam

setiap perencanaan pembangunan. Pemerintah harus menetapkan tujuan dan

sasaran pembangunan sebagai implementasi dari visi dan misi yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu pemerintah harus maksimal dalam penanganan

pengangguran khusunya di Kota Makassar, baik itu melalui penguatan

ekonomi mau pun membuka lapangan pekerjaan, sehingga tidak berdampak

lagi pada ketahanan sosial ekonomi Kota Makassar.

F. Kerangka Fikir

Menurut Muana Nanga (2005) pengangguran merupakan kenyataan yang

dihadapi tidak saja oleh negara berkembang akan tetapi juga dialami oleh

negara maju. Secara umum pengangguran didefenisikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force)

tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan.

Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung

terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga

semakin meningkat. Adanya pengangguran akan mengurangi pendapatan

masyarakat sehingga mengakibatkan tingkat kemakmuran negara juga

berkurang. Pengangguran juga dapat menimbulkan berbagai masalah ekonomi

dan sosial, masalah konsumsi, kesehatan, serta prospek pembangunan di masa

yang akan datang.

34

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan

kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi

pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya

informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga

berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan

antara lain: perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat

krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang

menghambat inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor dan lain-lain.

Daerah yang menjadi sorotan dalam penelitian ini terkhusus pada

masyarakat di daerah Kota Makassar. Kota Makassar sebagai kota yang

memberikan gambaran kehidupan yang menjanjikan bagi sebagian orang untuk

mengais rezeki di segala bidang dalam rangka meningkatkan taraf hidup.

Fenomena ini semakin menambah keragaman Kota Makassar dalam bidang

ekonomi, sosial, politik dan budaya. Namun di sisi lain juga mendatangkan

masalah baru khususnya dalam hal pengangguran. Sebagian masyarakat di Kota

Makassar adalah imigran. Sebagian dari mereka tidak semua memperoleh

pekerjaan dengan mudah. Dalam beberapa tahun ke depan, penyediaan

lapangan kerja baru bagi para pencari kerja merupakan salah satu tantangan

terbesar pemerintah Kota Makassar. Inisiatif pemerintah Kota Makassar untuk

mendorong usaha rumahan dan industri kecil, patut diapreasiasi. Begitu pula

pemberdayaan ekonomi masyarakat lorong, terutama pembentukan Badan

Usaha Lorong (BULo) juga patut dihargai mengingat lorong merupakan

35

wilayah bermukim para penganggur. Inisiatif semacam ini bisa memberi

dampak ganda, yaitu mengatasi pengangguran di satu sisi dan memperbaiki

taraf hidup masyarakat di sisi lain. Kecamatan Rappocini Kelurahan Bonto

Makkio merupakan salah satu Kecamatan yang menerapkan Program Badan

Usaha Lorong (BULo) melalui kegiatan Budidaya cabai oleh Poktanrong di

Kecamatan Rappocini.

Adapun strategi yang dilakukan Pemerintah Kota dalam Menurunkan

Angka Pengangguran melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha

Lorong di Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar)

yaitu penyediaan sarana dan prasarana untuk budidaya cabai serta adanya

marketing kontrak antara petani dan pihak Supermarket. Hal ini di fasilitasi

oleh Pemerintah Kota untuk memberdayakan masyarakat yang pada umumnya

tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan, sehingga para masyarakat khususnya di

Kelurahan Bonto Makkio memiliki kegiatan yang dapat menghasilkan ataupun

memenuhi kebutuhan rumah tangganya paling tidak pemenuhan kebutuhan

dapur.

Pilihan-pilihan kebijakan dan program semacam ini, perlu terus

dipraktekkan secara intensif oleh Pemerintah Kota Makassar. Sebab

pengembangan usaha rumah tangga, industri kerajinan, dan industri kecil di

banyak tempat telah terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar

karena memiliki elastisitas penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi,

setidaknya jika dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Posisi Kota

36

Makassar yang sangat strategis, didukung oleh ketersediaan sarana dan

prasarana ekonomi yang memadai, daya beli masyarakat yang cukup tinggi, dan

skala pasar yang cukup besar, sesungguhnya merupakan peluang yang dapat

dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi.

Kerangka Fikir

Bagan 2.1 Kerangka Fikir

Strategi Pemerintah Kota Makassar dalam

Menurunkan Angka Pengangguran melalui

Program BuLO

(Studi Tentang Program Badan Usaha

Lorong di Kelurahan BontoMakkio

Kecamatan Rappocini Kota Makassar)

Manajemen Strategi

Fred R. David (2010)

1. Memformulasikan Strategi

2. Mengimplementasikan Strategi

3. Mengevaluasi Strategi

Pendukung Penghambat

Penurunan Angka Pengangguran

di Kelurahan BontoMakki Melalui

Program BuLo

37

G. Fokus Penelitian

Dalam Penelitian ini Peneliti memfokuskan penelitiannya pada Strategi

Pemerintah Kota Makassar dalam Menurunkan Angka Pengangguran melalui

Program BuLO (Studi Tentang Program Badan Usaha Lorong di Kelurahan

BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar) melalui budidaya Cabai.

H. Deskripsi Fokus Penelitian

a. Memformulasikan Strategi

Memformulasikan Strategi antara lain menetapkan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi dari sudut

pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan keunggulan yang dimiliki

organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka panjang,

membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan

dicapai.

b. Mengimplementasikan Strategi

Mengimplementasikan Strategi memerlukan suatu keputusan dari

pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan

tahunan, membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan

sumber daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat

dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi pendukung

budaya, merencanakan struktur organisasi yang efektif, mengatur ulang usaha

pemasaran yang dilakukan, mempersiapkan budget, mengembangkan dan

utilisasi sistem informasi serta menghubungkan kompensasi karyawan

38

terhadap kinerja organisasi. Mengimplementasikan strategi sering disebut

sebagai “action stage” dari manajemen strategis. Pengimplementasian strategi

memiliki maksud memobilisasi para pegawai dan manajer untuk

menterjemahkan strategi yang sudah diformulasikan menjadi aksi.

c. Mengevaluasi Strategi

Mengevaluasi Strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen

strategis. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang

sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Evaluasi strategi memiliki

tiga aktifitas yang fundamental, yaitu mereview faktor-faktor internal dan

eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan

mengambil langkah korektif.

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di daerah Kota Makassar tepatnya di Kantor

Pemerintah Daerah Kota Makassar, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) dan

Kelurahan BontoMakkio. Penelitian lebih lanjut akan dilaksanakan kurang lebih

dua bulan sampai data yang diinginkan peneliti dapat terpenuhi dengan

sempurna.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskiptif, untuk

menjelaskan “Strategi Pemerintah Kota Makassar dalam Menurunkan Angka

Pengangguran melalui Program BuLO (Studi Tentang Program Badan Usaha

Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar)”.

Metode ini bertujuan untuk mendalami suatu kejadian atau fakta, keadaan,

fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan

menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.

Menurut I Made Wirartha (2006) metode analisis deskriptif kualitatif yaitu

menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari

berbagai data yang mengumpulkan hasil wawacara atau pengamatan mengnai

masalah yang diteliti yang terjadi di dalam antara fakta yang ada serta

40

pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya. Data yang nantinya

diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif, berupa hasil wawancara

maupun bagan yang diperoleh oleh penulis dari narasumber atau pelaku yang

diteliti dan terpercaya.

Selanjutnya, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti

status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki (M. Nazir, 1988).

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi. Menurut Kuswarno (2009),

fenomenologi adalah studi yang mempelajari fenomena seperti penampakan,

segala hal yang muncul dalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan

makna yang kita miliki dalam pengalaman kita. Fenomenologi tidak hanya

sekedar fenomena, akan tetapi pengalaman dari sudut pandang orang pertama

atau yang mengalaminya secara langsung. Studi fenomenologi mencari arti

pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan

konsep, pendapat, pendirian sikap, penilaian dan pemberian makna terhadap

situasi atau pengalaman dalam kehidupan.

41

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui hasil

wawancara atau pengamatan. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak

langsung/melalui pihak kedua (instansi terkait), dengan melakukan studi

dokumentasi atau literatur (Sugiyono, 2018).

Penjelasan tersebut diatas apabila dijabarkan pengertian data primer adalah

data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Dalam

hal ini sumber data utama (data primer) diperoleh langsung dari setiap informan

yang diwawancara secara langsung di lokasi penelitian. Data sekunder adalah

data-data yang dapat diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber

lainnya terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, hasil rapat perkumpulan,

sampai dokumentasi-dokumentasi resmi dari alam lampiran-lampiran dari badan-

badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey,

dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

wawancara langsung.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dimana

peneliti berusaha memberikan gambaran atau uraian yang bersifat deskriptif

mengenai keadaan objek yang diteliti secara sistematis dan aktual mengenai

fakta-fakta yang ada. Dasar penelitian yang digunakan digunakan dalam

42

penelitian adalah studi kasus, yaitu dilukukan secara intesif dan komprehensif

menjawab permasalahan yang teliti (Sugiyono, 2018).

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi informan penelitian yakni Pemerintah

Kota Makassar, Dinas Ketahanan Pangan dan Lurah BontoMakkio. Teknik

penentuan informan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

Purposive sampling yaitu penarikan informan secara purposif merupakan cara

penarikan informan yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik

yang ditetapkan peneliti. Salah pertimbangan yang dilakukan oleh penulis adalah

kompetensi yang dimiliki dalam bidang yang dikuasai oleh informan tersebut.

Teknik pemilihan sample bertujuan (purposive) yakni pemilihan siapa subjek

yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan

(Ahmadin, 2013).

No. INFORMAN/INSTANSI

1. Pemerintah Daerah atau Staff

3. Dinas Ketahanan Pangan (DKP)

4. Lurah atau Masyarakat yang Mengikuti Program BuLo

Tabel 3.1 Informan Penelitian

43

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud yakni:

a. Tehknik observasi

Ina Malyadin (2013) mengemukakan penelitian mengadakan observasi

penelitian secara partisipan yaitu dengan observasi yang tidak hanya melihat

langsung tapi juga melakukan tindakan yang sama seperti objek penelitian.

Observasi ini juga dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan disekitar

dan semua hal yang berkaitan dengan maslah penelitian. Dengan observasi

partisipan ini, maka data yang diperlukan akan lebih lengkap dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Observasi partisipan dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu

observasi pasif, moderat, aktif, dan kompleks (Sugiyono, 2018). Namun yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif, moderat,

dan aktif yang penjelasannya adalah sebagai berikut:

a) Observasi partisipasi pasif, peneliti datang dilokasi penelitian tetapi tidak

ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan masyarakat hanya

melakukan pengamatan dari jauh.

b) Observasi pastisipasi moderat, observasi ini meneliti dalam mengumpulkan data

ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c) Observasi partisipasi aktif, dalam observasi ini peneliti ikut melaksanakan apa

yang dilakukan informan peneliti, tetapi belum menyeluruh.

44

a. Teknik Wawancara

Ina Malyadi (2013) menyatakan wawacara merupakan salah satu cara

mengumpulkan data dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara

lisan kepada subjek penelitian. Instrumen ini di gunakan mendapatkan inforrmasi

mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat dan sebagainya. Wawancara memiliki

sifat yang lues, pertanyaan yang di berikan dapat sesuaikan dengan subyek

sehingga sengala sesuatu yang ingin di ungkapkan dapat di gali dengan baik.

Wawancara terbagi atas dua jenis yaitu wawancara tidak berstruktur. Menurut

Estemberg dalam Sugiyono (2010) mengemukakan dua jenis wawancara, yaitu

wawancara struktur dan tidak struktur yaitu:

a) Wawacara terstruktur (strukter interview): Wawacara terstruktur (strukter

interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan bila peneliti telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan di peroleh (terarah).

Oleh karna itu, dalam melakukan wawacara, pewacara telah menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah disiapkan.

b) Wawancara tidak bertsruktur (instrutured interview): Wawancara tidak

bertsruktur (instrutured interview) merupakan wawancara yang bebas dan

peneliti tidak pedoman wawancara, yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara di gunakan berupa

garis-garis merupa yang akan di tanyakan.

45

Dari kedua jenis wawancara di atas terkait dengan teknik wawancara

maka peneliti akan dapat melakukan wawancara sesui dengan apa yang

menjadi tujuan dari wawancara. Karna dari kedua jenis wawancara tersebut

bisa memberikan hasil dan tidak akan membingungkan peneliti maka ketika

akan turun kelapangan dan itulah yang akan menjadi pedoman yang di pengan

oleh peneliti.

b. Teknik Dokumentasi

Menurut Louis Gottschalk dalam Ina Malyadin (2013) pengertian kata

dokumen sering kali digunakan para ahli dalam duanpengertian, yang pertama

adalah sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada

kesaksian lisan, atefak, peninggalan terlukis, dan pertilasan-pertilasan arkeologis.

Dari beberapa pengulasan teknik di atas maka maka dapat ditarik benang

merahnya dokumen merupakan sumber data yang digunakan yang dilengkapi,

baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental,

yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah mengacu pada

konsep Miles dan Huberman dalam Rahmad Said (2011) yaitu interactive model

yang mengklasifikasikan analisis data menjadi tiga bagia yaitu:

a. Data Reduction (Reduksi Data), semua data yang diperoleh dilapangan akan

ditulis dalam bentuk uraian secara lengkap dan banyak. Kemudian data

46

tersebut direduksi yaitu data dirangkum, membuat kategori, memilih hal-hal

yang pokok dan penting yang berkaitan dengan masalah. Data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dari hasil wawancara

dan observasi.

b. Data Display (penyajian Data), setelah melakukan reduksi data, peneliti

selanjutnya melakukan tahap ke dua yakni penyajian data dimana data dan

informasi yang sudah diperoleh dilapangan dimasukkan ke dalam suatu

bentuk tabel.

c. Condusion drawing/verification (menarik kesimpulan/verifikasi) setelah

penyajian data, peneliti kemudian menginterpretasi atau menyimpulkan

data-data atau informasi yang telah diperoleh dan disajikan. Penjelasan

diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari analisis data untuk

menganalisis hal-hal yang masih perlu diketahui mengenai data-data yang

telah diperoleh di lapangan, informasi yang perlu dicari dan kesalahan yang

harus diperbaiki.

G. Teknik Keabsahan Data

Sugiyono (2018), Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat

menghasilkan penelitian yang bermutu atau data yang kredibel, oleh karena itu

peneliti melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut:

47

a. Perpanjangan Masa Penelitian

Peneliti akan melakukan perpanjangan masa pengamatan jika data

yang dikumpulkan dianggap belum cukup, maka dari itu peneliti dengan

melakukan pengumpulan data, pengamatan dan wawancara kepada informan

baik dalam bentuk pengecekan data maupun mendapatkan data yang belum

diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti menghubungi kembali para

informan dan mengumpulkan data sekunder yang masih diperlukan.

b. Pencermatan Pengamatan

Data yang diperoleh peneliti dilokasi penelitian akan diamati secara

cermat untuk memperoleh data yang bermakna. Oleh karena itu, peneliti akan

memperhatikan dengan secara cermat apa yang terjadi dilapangan sehingga

dapat memperoleh data yang sesungguhnya.

c. Triangulasi

Adapun tringulasi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembandingan terhadap data itu (Meleong, 2009). Untuk

keperluan triangulasi maka dilakukan tiga cara yaitu:

a) Tringulasi Sumber, untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang

telah dianalisis sihingga menghasilkan kesimpulan kemudian dimintakan

kesepakatan dengan sumber data (Tu’nas Fuaidah, 2011).

48

b) Tringulasi Teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Hal ini dilakukan untuk memastikan kebenaran data, bila data yang

dihasilkan berbeda, peneliti kemudian melakukan diskusi lebih lanjut

dengan sumber data. (Tu’nas Fuaidah, 2011).

c) Tringulasi Waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

melakukan telaah wawancara, observasi atau teknik lain kepada sumber

data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga

sampai ditemukan kepastian datanya (Tu’nas Fuaidah, 2011).

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi juga membagi teknik yang

perlu di perhatikan oleh peneliti agar dapat terstruktur secara sistimatis dan

peneliti juga harus memperhatikan susunan mulai dari Triangulasi sumber

sampai Triangulasi peneliti.

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

a. Gambaran Umum Wilayah Kota Makassar

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di

bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak

antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang

berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur

Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat

adalah Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan

kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang).

Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar

memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata

berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C.

Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang

membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai

“Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo,

Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke

dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang

berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi

ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada

50

musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air

pasang.

Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 Kecamatan

dengan 153 Kelurahan. Di antara 15 Kecamatan tersebut, ada tujuh

Kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate,

Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan

Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.

Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:

Batas Utara : Kabupaten Maros

Batas Timur : Kabupaten Maros

Batas Selatan : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

Batas Barat : Selat Makassar

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua

bagian yaitu bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir

pantai. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan

Antang Kecamatan Panakukang. Perkembangan fisik Kota Makassar

cenderung mengarah ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya

pembangunan perumahan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea,

Mangggala, Panakkukang, dan Rappocini.

51

b. Gambaran umum Wilayah Kecamatan Rappocini, Kelurahan Bonto

Makkio

Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 Kelurahan dengan luas wilayah

9,23 . Dari luas wilayah tersebut Kelurahan Gunung Sari memiliki

wilayah terluas yaitu 2,31 , terluas kedua adalah Kelurahan Karunrung

dengan luas wilayah 1,52 , sedangkan yang paling kecil luas

wilayahnya adalah Kelurahan Bonto Makkio yaitu 0,02 . Kecamatan

Rappocini merupakan salah satu dari 15 Kecamatan di Kota Makassar di

Kota Makassar yang berbatasan dengan Kecamatan Panakkukang di

sebelah Utara, Kecamatan Panakkukang dan Kabupaten Gowa di sebelah

Timur, Kecamatan Tamalanrea di sebelah Selatan dan Kecamatan

Mamajang dan Kecamatan Makassar di sebelah Barat.

52

B. Strategi Pemerintah Kota Makassar dalam Menurunkan Angka

Pengangguran melalui Program BuLO (Studi Tentang Program Badan

Usaha Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota

Makassar)

Melalui kepemimpinan Wali Kota Makassar periode tahun 2014-2019

Bapak Ir. Ramdan Pomanto dan wakilnya Dr. Syamsu Risal, M.Si, menciptakan

berbagai kebijakan-kebijakan atau program-program yang dapat mengatasi

masalah kemasyarakatan yang ada pada lingkungan. Salah satu masalah

terbesar yang ada di Kota Makassar adalah keberadaan lorong yang disebut

muara tempat berkumpulnya keterbelakangan. Keberadaan lorong identik

dengan kekerasan, dekat dengan kriminalitas, derajat kesehatan rendah, dan

tempat menjejalnya berbagai penyakit sosial. Berangkat dari permasalahan

tersebut. Wali Kota Makassar menemukan terobosan baru mengubah stigma

lorong menjadi gagasan kota dunia melalui beberapa program unggulan

pemerintah Kota Makassar, salah satunya melalui Program Badan Usaha

Lorong, pembentukan Badan Usaha Lorong (BULo) dengan mengadopsi sistem

operasional koperasi.

Menurut Nanga (2005) pengangguran merupakan kenyataan yang

dihadapi tidak saja oleh negara berkembang akan tetapi juga dialami oleh

negara maju dan terkhusus pada Kota Makassar. Secara umum pengangguran

didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam

kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif

53

sedang mencari pekerjaan. Seorang yang tidak bekerja, tetapi secara aktif

mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai pengangguran,

pengangguran pada prinsipnya mengandung arti melemahnya pertumbuhan

produk dan adanya kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja dan

menyebabkan pemborosan sumber daya manusia, disamping memperkecil

pertumbuhan produk, pengangguran juga mengacu pengeluaran pemerintah

lebih tinggi untuk keperluan kompensasi, hal ini terutama terjadi pada negara

maju dan pemerintah mempunyai kewajiban menyediakan tunjangan bagi para

penganggur.

Pengangguran merupakan perhatian masyarakat yang paling utama

dalam setiap perekonomian modern, apabila tingkat pengangguran tinggi akan

menyebabkan sumber daya terbuang percuma dan pendapatan masyarakat

berkurang, dalam masamasa seperti itu, tekanan ekonomi menjalar kemana-

mana sehingga mempengaruhi emosi masyarakat maupun kehidupan rumah

tangga, masyarakat sangat membutuhkan tersediannya banyak lapangan kerja

karena keadaan seperti ini dapat berarti dapat menghasilkan output yang tinggi

dan pendapatan yang tinggi. Banyak kelompok masyarakat menganggap bekerja

mempunyai nilai tersendiri, jika angka pengangguran tinggi, maka akan banyak

output yang hilang, pendapatan menurun, dan masyarakat menderita batin

karena hilangnya harga diri.

54

Salah satu penyebab timbulnya pengangguran dalam suatu negara adalah

bertambahnya jumlah penduduk, mutu, baik kualitas maupun kuantitas

penduduk suatu negeri merupakan unsur penentu yang paling penting bagi

kemampuan memproduksi serta standar hidup suatu negara. Hal ini disebabkan

karena penduduk merupakan sumber tenaga kerja dan disamping itu faktor

produksi skill. Tujuan dari penambahan lapangan kerja adalah untuk

meningkatkan kondisi rakyat miskin yang terhambat dengan adanya problem

pengangguran dalam suatu masyarakat.

Menurut Case (2007) dalam bukunya Prinsip-prinsip Ekonomi Makro,

pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis diantaranya yaitu

Pengangguran Friksional (frictional unemployment) adalah bagian

pengangguran yang disebabkan oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja. Istilah

itu merujuk pada pencocokan pekerjaan atau keterampilan jangka pendek.

Selain itu pengangguran Friksional juga merupakan jenis pengangguran yang

timbul sebagai akibat dari adanya perubahan di dalam syarat-syarat kerja, yang

terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis

pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang-orang dari suatu

daerah ke daerah lain, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya

harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum

mendapatkan pekerjaan yang lain.

Pengangguran Musiman (seasonal unemployment) Pengangguran ini

berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama

55

terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan pengangguran musiman

yaitu pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun.

Biasanya pengangguran sepertti ini berlaku pada waktu di mana kegiatan

bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Dengan demikian, jenis

pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.

Pelaksanaan Program BULo berdasarkan hasil penelitian peneliti

menemukan bahwa Program BULo tidak memiliki Peraturan Daerah (Perda)

atau Peraturan Walikota (Perwali) yang mengatur tentang program ini, namun

hanya berhenti sebagai salah satu turunan dari Keputusan Walikota Makassar

No. 660.2/1087/Kep/V/2014 tentang Pembagian Wilayah Binaan Satuan

Perangkat Kerja Daerah (SKPD) Pelaksanaan Program Gerakan Makassar Ta’

Tidak Rantasa (Gemar MTR) Kota Makassar. Dalam Rancangan Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar, boleh jadi sasaran program

ini adalah meningkatkan kapasistas penanganan sampah dan kebersihan lorong

dengan rencana strategis yaitu menanamkan budaya bersih dalam masyarakat

dan peningkatan kapasitas penanganan sampah, sehingga melahirkan program

yaitu Makassar Ta Tidak Rantasa’ dan sebagai turunan melahirkan Program

Lorong Garden dan Program BULo.

Sejak program BULo di launching akhir tahun 2016 pemerintah Kota

Makassar giat melakukan sosialisasi dan workshop baik dilingkup pemerintah,

SKPD, hingga masyarakat guna menyukseskan pelaksanaan program BULo ini.

Gerakan Makassar tanam cabe 10.600 bibit yang dipusatkan di Komplek Griya

56

Tonasa Kecamatan Biringkanaya pada 29 Januari 2017, menjadi momentum

dimulainya program BULo dan percepatan pelaksanaan program BULo

diseluruh kecamatan yang ada di Kota Makassar.

Adapun strategi yang dilakukan Pemerintah Kota dalam Menurunkan

Angka Pengangguran melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan Usaha

Lorong di Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar)

yaitu penyediaan sarana dan prasarana untuk budidaya cabai serta adanya

marketing kontrak antara petani dan pihak Supermarket. Hal ini di fasilitasi oleh

Pemerintah Kota untuk memberdayakan masyarakat yang pada umumnya tidak

memiliki kegiatan atau pekerjaan, sehingga para masyarakat khususnya di

Kelurahan Bonto Makkio memiliki kegiatan yang dapat menghasilkan ataupun

memenuhi kebutuhan tumah tangganya paling tidak pemenuhan kebutuhan

dapur. Sejalan dengan itu maka untuk mengukur Strategi yang dilakukan oleh

Pemerintah ini berjalan dengan efektif atau tidak terdapat beberapa indikator

diantaranya :

a. Memformulasikan Strategi

Memformulasikan Strategi antara lain menetapkan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi dari

sudut pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan keunggulan yang

dimiliki organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka

panjang, membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu

yang akan dicapai.

57

Berikut hasil wawancara mengenai Program BuLO dengan Kabid

Ekonomi dan SDA (Bappeda) yang membahas tentang Program BuLO :

Pemerintah Kota Makassar membentuk Badan Usaha Lorong

atau BuLO diharapkan menjadi motor penggerak

perekonomian ditingkat Masyarakat dan bukan hanya dinas

ketahanan pangan yang terlibat tetapi lintas stakeholder dan

lintas SKPD juga ikut terlibat. Program BuLO ini didesain

untuk pemanfaatan pekarangan lahan tidur dan vertical garden

atau cara penanaman disusun keatas. (Hasil wawancara dengan

HAA, 16 Juni 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

Program BuLO merupakan Program yang di Ciptakan Pemerintah Kota

Makassar untuk meningkatkan perekonomian Masyarakat dengan

memanfaatkan lahan tidur dan Vertical garden.

Wawancara di atas juga didukung dengan hasil wawancara bersama

salah satu Staff Dinas Ketahanan Pangan selaku Penyuluh pada Program

ini :

Dinas Ketahanan Pangan mengambil bagian yang

berkonsentrasi pada kebutuhan pangan rumah tangga dengan

aktivitas lebih banyak menanam dan memanfaatkan fasilitas

yang disediakan oleh Dinas Ketahanan Pangan. proses

selanjutnya pembentukan Kelompok Tani yang beranggotakan

20 Orang untuk pelaksanaan kegiatan Program ini. Teknisnya

kelompok tani tersebut menyusulkan proposal melalui

pembinaan oleh tim penyuluh dan bersama penyuluh

melampirkan proposalnya ke Dinas Ketahanan Pangan untuk

menjadi salah satu acuan dalam melakukan pemberian bantuan

kepada kelompok-kelompok masyarakat.(Hasil wawancara

dengan FM, 23Juni 2020)

58

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Pembentukan

Kelompok Tani yang beranggotakan 20 Orang untuk pelaksanaan kegiatan

Program ini. Teknisnya kelompok tani tersebut menyusulkan proposal melalui

pembinaan oleh tim penyuluh dan bersama penyuluh melampirkan

proposalnya ke Dinas Ketahanan Pangan untuk menjadi salah satu acuan

dalam melakukan pemberian bantuan kepada kelompok-kelompok

masyarakat.

Berdasarkan pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa Program

BuLO di ciptakan oleh Pemerintah diharapkan menjadi motor penggerak

perekonomian ditingkat Masyarakat dan bukan hanya Dinas Ketahanan

Pangan yang terlibat tetapi lintas stakeholder dan lintas SKPD juga ikut

terlibat. Program BuLO ini didesain untuk pemanfaatan pekarangan lahan

tidur dan vertical garden. Dinas Ketahanan Pangan mengambil bagian yang

berkonsentrasi pada kebutuhan pangan rumah tangga dengan aktivitas lebih

banyak menanam dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh Dinas

Ketahanan Pangan. proses selanjutnya pembentukan Kelompok Tani yang

beranggotakan 20 Orang untuk pelaksanaan kegiatan Program ini. Teknisnya

kelompok tani tersebut menyusulkan proposal melalui pembinaan oleh tim

penyuluh dan bersama penyuluh melampirkan proposalnya ke Dinas

Ketahanan Pangan untuk menjadi salah satu acuan dalam melakukan

pemberian bantuan kepada kelompok-kelompok masyarakat.

59

Program BULo merupakan kebijakan Pemerintah Kota Makassar yang

bertujuan untuk memfasilitasi dan mendorong kemandirian masyarakat untuk

memanfaatkan lorong dengan budidaya cabai.

Berikut wawancara dengan Staff DKP menyatakan bahwa :

Program ini sangat efektif dalam pemenuhan kebutuhan

rumah tangga, hal ini dikarenakan kesibukan warga pada sore

hari menjadi teralihkan untuk ikut mengembangkan budidaya

yang biasanya hanya duduk dberkumpul tanpa adanya

manfaat yang di dapatkan. Dimana para warga memelihara

tanaman cabai dengan menyiram, menyemprot sampai

dikembangkan sendiri di wilayah-wilayah sekitarnya.

Keuntungan lainnya yang dapat diperoleh yaitu adanya lorong

yang nyaman karena tumbuhan hijau yang tumbuh di sekitar

pekarangan rumah warga. Selain itu pemenuhan kebutuhan

rumah tangga dapat terpenuhi paling tidak mereka tidak

membeli akan tetapi dapat menikmati hasil panennya sendiri.

(Hasil wawancara FM, 23 Juni 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

Program BuLO sangat efeketif dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga

paling tidak mereka tidak membeli akan tetapi dapat menikmati hasil

panennya sendiri. Selain itu Program ini dapat menjadikan para warga lorong

menjadi produktif.

b. Mengimplementasikan Strategi

Mengimplementasikan Strategi memerlukan suatu keputusan dari

pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan

tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan

mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah

diformulasikan dapat dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan

60

pengembangan strategi pendukung budaya, merencanakan struktur

organisasi yang efektif, mengatur ulang usaha pemasaran yang dilakukan,

mempersiapkan budget, mengembangkan dan utilisasi sistem informasi

serta menghubungkan kompensasi karyawan terhadap kinerja organisasi.

Mengimplementasikan strategi sering disebut sebagai “action stage” dari

manajemen strategis. Pengimplementasian strategi memiliki maksud

memobilisasi para pegawai dan manajer untuk menterjemahkan strategi

yang sudah diformulasikan menjadi aksi.

Strategi yang pertama dilakukan oleh pemerintah yaitu pemenuhan

saran dan prasarana. Dimana sarana dan prasarana meliputi; benih cabe,

rak tanaman, polybag kecil, polybag besar, media tanam, pupuk kompos,

pupuk npk, pupuk buah, pupuk daun, alat semprot pertanian, dan bahan

kimia. Selanjutnya tahapan pelaksanaan budi daya cabai oleh masing-

masing kelompok Poktanrong yang telah dibentuk. Disinilah peran

penyuluh pertanian bertanggung jawab dalam memberikan penyuluhan

secara teknis budidaya, juga menggerakkan kemandirian kelompok agar

terlibat secara bersama dan bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan

kegiatan kelompok. Akan tetapi untuk mendapatkan sarana dan prasaran

tersebut ada beberapa prosedur yang harus dipenuhi yaitu terlebih dahulu

Kelompok tani mengusulkan bantuan kepada Dinas Ketahanan Pangan

dan diteruskan kepada Walikota. Akan tetapi sebelum ACC ada tim dari

DKP atau penyuluh melakukan survey seperti identitifikasi dan validasi

61

teknis lapangan. Dari sisi administrasinya, kelompok Tani terdiri kurang

lebih 20 orang dan dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan, dan memiliki

sumber air yang cukup terutama pada musim kemarau yang memiliki

sumber air pada PDAM. Dari sisi Lokasi dapat memanfaatkan lahan

pekarangan minimal ukuran lorong 3x4 meter untuk mempercepat

fotosintesis sinar matahari yang masuk.

Berikut hasil wawancara dengan Staff DKP mengenai syarat

penentuan kelompok yang lolos menjadi penerima Program BuLO.

Tingkat partisipasi kelompok merupakan salah satu kriteria

yang diperlukan dalam Program ini. Jumlah anggota

kelompok minimal 20 Orang yang hidup saling berdekatan

dalam lingkungan RT/RW, dan harus menyertakan Kartu

Tanda Penduduk. Setiap anggota kelompok mengukur

dedikasi dan tanggungjawabnya terhadap kelompok (Hasil

wawancara FM, 23 Juni 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa

untuk mendapatkan sarana dan prasarana maka kelompok tani harus

berjumlah 20 Orang yang hidup saling berdekatan dalam lingkungan

RT/RW, dan harus menyertakan Kartu Tanda Penduduk. Setiap anggota

kelompok mengukur dedikasi dan tanggungjawabnya terhadap kelompok.

Selain sarana dan prasarana pemerintah juga bertindak sebagai

penyuluh,. Penyuluh pertanian dari DKP bertanggung jawab dalam

memberikan penyuluhan teknis budidaya cabai kepada Poktanrong. Pada

tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah pemberian materi pelatihan dasar

budidaya cabai sesuai dengan jadwal dan jenis pelatihan yang telah

62

ditetapkan, ini berlangsung selama 2-4 minggu yang dilakukan 2 kali

pertemuan dalam seminggu. Pada tahapan ini juga dilakukan pendataan

peserta pelatihan melaui absensi anggota kelompok.

Proses selanjutnya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu

mengadakan pertemuan secara berkala antar pihak terkait dan monitoring

dan evaluasi hasil pendampingan yang dilakukan oleh DKP dan aparat

kecamatan. Pemantauan dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari upaya

monitoring kegiatan BULo dilapangan. Pemantauan dilakukan selama

kegiatan ini dilaksanakan oleh Poktanrong. Beberapa hal yang perlu

dipantau ialah mengenai kelengkapan penyaluran sarana dan prasarana

produksi, partisipasi masyarakat dan penyuluh, aktivitas budi daya di

lapangan.

Berikut hasil wawancara dengan Ketua RT sekaligus ketua Poktanrong

di RW 04 Kelurahan Bonto Makkio :

Untuk pemenuhan kebutuhan petani, pemerintah juga

menyalurkan pupuk npk dan pembasmi hama. Selain itu, pada

saat waktu panen tim dari penyuluh turun kelapangan untuk

melakukan pendampingan cara untuk memetik, karena tekhnik

memetik yang dilakukann oleh penyuluh tidak sama dengan

tekhik yang dilakukan orang kebanyakan. Hal itu dilakukan

agar supaya pada saat memetik cabai dari pohonnya

menggunakan tekhnik yang benar maka dapat memungkinkan

tunas untuk tumbuh kembali. Oleh karena itu dilakukanlah

pendampingan pada saat panen. (Hasil wawancara S, 06 Juli

2020)

63

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan

bahwa penyaluran sarana dan prasarana dilakukan dengan baik oleh

Pemerintah. Begitupula dengan pendampingan yang dilakukan pada

saat tiba waktu Panen.

Hasil wawancara diatas didukung dengan wawancara bersama

dengan salah satu staff dari Dinas Ketahanan Pangan mengatakan

bahwa :

Untuk mendukung tingkat produksi petani Pemerintah

memberikan kompos dan sarana pendukung lainnya untuk

pemberantasan hama. Semua kegiatan produksi untuk

mendukung aktivitas dari kelompok tani disiapkan oleh

Pemerintah. (Hasil wawancara dengan FM, 23 Juni 2020)

Adapun Strategi selanjutnya yang dilakukan Pemerintah yaitu

penyediaan marketing kontrak antara para petani dengan pihak

Supermarket. Penyediaan fasilitas ini diperadakan pemerintah untuk para

Poktanrong agar supaya para petani dapat memasarkan langsung hasil

panennya dalam skala yang besar.

Berikut hasil wawancara bersama dengan salah satu staff dari Dinas

Ketahanan Pangan tentang syarat yang harus dipenuhi dalam marketing

kontrak :

Sistim paketing, standarilisasi, Komunitas yang cocok dan

ukuran yang di jual maupun nilai dari kualitas presnya tetap

dibimbing oleh penyuluh sebelum di jual ke Supermarket,

selain itu para petani cabai juga memiliki Labalink dan

Rekening atas nama Kelompok Tani” (Hasil Wawancara

dengan FM, 23 Juni 2020)

64

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa

untuk pemasaran melalui pihak supermarket maka ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi oleh para petani untuk bisa menembuh pemasaran di

Supermarket. Adapun syarat yang harus dipenuhi yaitu Sistim paketing,

standarilisasi, Komunitas yang cocok dan ukuran yang di jual maupun nilai

dari kualitas presnya tetap dibimbing oleh penyuluh sebelum di jual ke

Supermarket.

Ada beberapa Poktanrong di Kota Makassar yang intens melakukan

komunikasi dengan pihak Supermarket seperti Gelael, Hero Supermarket, dan

Giant Supermarket berhasil menembus pemasaran ke Supermarket. Akan

tetapi untuk di Kelurahan Bonto Makkio belum ada yang berhasil menembus

sampai ke pemasaran Supermarket, hal ini dikarenakan adanya beberapa

masalah yang dihadapi Poktanrong seperti serangan Hama yang terlambat

untuk diatasi oleh petani selain itu mereka lebih mengutamakan untuk

mengkomsumsi sendiri hasil dari tanamannya, serta beberapa hasil panen

tidak dapat memenuhi standarilisasi untuk Supermarket.

Berikut wawancara dengan Berikut wawancara dengan Ketua RT

selaku ketua dari Poktanrong RW 04.

Hasil panen yang di peroleh Poktanrong dibagikan kepada para

anggotanya. Pembagian hasil ini dibagikan secara bertahap

sampai akhirnya merata ke setiap anggota. Sekalipun hasil

panen yang diperoleh cukup melimpah maka kelompok tani

65

sepakat untuk mejual hasil panennya kepada Penjual gorengan,

penjual sayur dan lain sebagainya. (Hasil wawancara dengan S,

6 Juli 2020)

Dari hasi wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Pembagian hasil

panen dilakukan secara bertahap dan apabila hasil panen yang diperoleh

cukup melimpah maka kelompok tani sepakat untuk mejual hasil panennya

kepada Penjual gorengan, penjual sayur dan lain sebagainya.

Pemerintah atau Dinas terkait tidak menyediakan wadah penampungan

atau UPTD untuk hasil panen cabai di Kelurahan Makkio, cara pemasaran

yang dilakukan oleh para petani cabai di Kelurahan Bontomakkio yaitu Para

petani lebih mengutamakan untuk dikonsumsi sendiri atau di jual ke penjual

sayuran di wilayah sekitarnya., penjual gorengan dan juga beberapa dari

mereka melakukan barter atau bertukar jenis sayuran utnuk dikomsumsi.

c. Mengevaluasi Strategi

Mengevaluasi Strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen

strategis. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi

yang sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Evaluasi strategi

memiliki tiga aktifitas yang fundamental, yaitu mereview faktor-faktor

internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur

performa dan mengambil langkah korektif.

Sejak pertama kali di laksanakan di Kelurahan BontoMakkio

Program BuLO sangat di terima dengan baik oleh masyarakat karena pada

66

saat perjalanan BuLO Pemerintah Kota menghimbau menanam Cabai. Tidak

hanya Cabai, akan tetapi ada beberapa jenis sayuran seperti sawi, tomat dan

jenis tanaman yang juga ikut di Konsumsi oleh masyarakat itu sendiri.

Banyaknya hasil yang di tanam oleh masyarakat sehingga adanya BuLO

tersebut menjadi wadah untuk pemenuhan kebutuhan rumahtangga warga.

Berikut hasil wawancara dengan Lurah BontoMakkio mengatakan bahwa :

“Pada awal mencoba Program BuLO ini ada beberapa

kendala mulai dari cara menana, adanya Hama, musim

yang berganti dan tekhnik pemupukan Tanaman cabai.

Program ini sangat Efektif di jadikan alternative dalam

memenuhi kebutuhan dapur rumah tangga”(Hasil

wawancara AFI, 15 Juni 2020)

Di Kelurahan BontoMakkio terdapat 6 RW, dari 6 RW tersebut ada 5

RW yang melaksanakan penanaman cabai, dan beberapa sayuran seperti

tomat, sawi, dan terong. Akan tetapi Program ini sudah mengalami

penurunan. RW 2, RW 4 dan RW 6 merupakan RW yang sampai sekarang ini

masih menggiatkan Program ini, warga Kelurahan Bontomakkio sekarang ini

sudah tidak terlalu melakukan Budidaya Cabai seperti beberapa tahun

sebelumnya dikarenakan ada beberapa kendala seperti perawatan cabai yang

susah, banyaknya hama dan musim penghujan. Namun warga tetap

melakukan pembudidayaan Tanaman lain seperti Tanaman Okra, Terong dan

lain sebagainya. Dari awal selain Cabai warga juga menanam Toga (Tanaman

Obat Keluarga) seperti Jahe, Temulawak dan sebagainya, tanaman seperti

67

inilah selain cabai, terong dan Okra yang sampai sekarang masih bertahan di

Kelurahan Bontomakkio.

Berikut wawancara dengan ketua RT sekaligus Ketua Poktanrong di

RW 04 menyatakan bahwa :

Dalam Pelaksanaan Program BuLO melalui Budidaya cabai di

Kelurahan BontoMakkio terutama di RW 04 sekarang ini ada

165 buah tanaman cabai polybag besar yang dirawat oleh

kelompok tani. Dimana sekali Panen biasanya kelompok tani

memperoleh rata-rata 2 kg sekali panen. Petani Biasanya

memanen tanaman cabainya 2 minggu sekali bahkan 1 minggu

sekali hal ini tidak menentu dikarenakan cabai tidak matang

bersamaan. (Hasil wawancara dengan S, 6 Juli 2020)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hasil Panen

biasanya kelompok tani memperoleh rata-rata 2 kg sekali panen. Petani

Biasanya memanen tanaman cabainya 2 minggu sekali bahkan 1 minggu

sekali hal ini tidak menentu dikarenakan cabai tidak matang bersamaan.

68

Gambar 4.1 Budidaya cabai oleh Poktanrong RT02/RW04

69

No. Urut

RT/RW

Jumlah

Anggota

Rata-rata

Pekerjaan

Poktanrong

Rata-rata

Banyaknya

Hasil Panen

Rata-rata

Pengeluaran

Kebutuhan

Rumahtangga

Pendapatan

dari Hasil

BuLO per

Waktu Panen

RT02/RW02 20 Orang Tidak Bekerja 2 Kg/minggu

Rp 100.000/minggu

RP 120.000

RT02/RW04 20 Orang Tidak Bekerja 3,5

Kg/2minggu

Rp 100.000/minggu Rp 210.000

RT02/RW06 20 Orang Tidak Bekerja 10kg/bulan Rp 100.000/minggu Rp 600.000

Tabel 4.1 Pencapaian Pendapatan Program BuLO

Tabel diatas menunjukkan jumlah anggota Poktanrong disetiap

RT/RW di Kelurahan Bonto Makkio. Para anggota Poktanrong rata-rata tidak

memiliki pekerjaan karena sebagian dari mereka ada yang berprofesi sebagai

ibu rumah tangga dan juga sebagai pensiunan. Setiap Poktanrong memperoleh

hasil panen yang berbeda-beda dalam waktu panen yang berbeda juga.

Pendapatan dari hasil BuLO melalui budidaya cabai ini biasanya para

Poktanrong memperoleh hasil jual yang berbeda-beda. Akan tetapi dari hasil

panennya mereka dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan rumah tangganya.

70

Strategi Pemerintah dalam pemenuhan sarana dan prasarana sudah

membuahkan hasil karena para petani sudah berhasil memanen bahkan

mengkomsumsi maupun menjual hasil panennya sendiri. Program BULo

merupakan kebijakan Pemerintah Kota Makassar yang bertujuan untuk

memfasilitasi dan mendorong kemandirian masyarakat untuk memanfaatkan

lorong dengan budidaya cabai.

Berikut wawancara dengan Staff DKP menyatakan bahwa :

Program ini cocok dalam penurunan angka pengangguran

akan tetapi sangat lebih efektif lagi dalam pemenuhan

kebutuhan rumah tangga, hal ini dikarenakan kesibukan warga

pada sore hari menjadi teralihkan untuk ikut mengembangkan

budidaya yang biasanya hanya duduk dberkumpul tanpa

adanya manfaat yang di dapatkan. Dimana para warga

memelihara tanaman cabai dengan menyiram, menyemprot

sampai dikembangkan sendiri di wilayah-wilayah sekitarnya.

Keuntungan lainnya yang dapat diperoleh yaitu adanya lorong

yang nyaman karena tumbuhan hijau yang tumbuh di sekitar

pekarangan rumah warga. Selain itu pemenuhan kebutuhan

rumah tangga dapat terpenuhi paling tidak mereka tidak

membeli akan tetapi dapat menikmati hasil panennya sendiri.

(Hasil wawancara FM, 23 Juni 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

Program BuLO sangat efeketif dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga

paling tidak mereka tidak membeli akan tetapi dapat menikmati hasil

panennya sendiri. Selain itu Program ini dapat menjadikan para warga lorong

menjadi produktif.

71

Strategi selanjutnya yang dilakukan Pemerintah dengan

memperadakan marketing kontrak tidak dapat dinikmati oleh semua

Poktanrong di Kota Makassar. Hal ini dikarenakan adanya berbagai masalah

yang dihadapi beberapa Poktanrong terutama di Kelurahan Bonto Makkio

Supermarket. Serangan hama yang terlambat untuk diatasi oleh petani selain

itu mereka lebih mengutamakan untuk mengkomsumsi sendiri hasil dari

tanamannya, serta beberapa hasil panen tidak dapat memenuhi standarilisasi

untuk Supermarket, selain itu mereka tidak terlalu berfokus ke pemasaran

pada pihak Supermarket. Dalam pemasaran dalam jumlah besar mereka hanya

berfokus ke penjual sayuran disekitar wilayah mereka sendiri.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pemerintah Kota dalam

Menurunkan Angka Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi

Tentang Badan Usaha Lorong di Kelurahan BontoMakkio Kecamatan

Rappocini Kota Makassar)

Keberhasilan suatu program Pemerintah terkhusus pada Program

BULo dilihat bagaimana dukungan publik terhadap suatu kebijakan.

Keberhasilan ini tidak lepas dari peran pemerintah, tokoh masyarakat serta

partisispasi masyarakat dalam mendukung Program BULo. Faktor lain yang

turut menjadi penentu keberhasilan suatu kebijkan atau program pemerintah

yaitu elemen pendukung. Dalam desain Program BULo keterlibatan elemen-

elemen pendukung merupakan kunci keberhasilan dalam implementasinya.

72

Sumber daya pendukung yang terdapat dalam implementasi pemberdayaan

masyarakat melalui Progam BULo di Kelurahan BontoMakkio ini diantaranya

sumber daya manusia dan ketersediaan sarana dan prasarana. Sumber daya

manusia yang terlibat dalam impelementasi Program BULo yaitu Pemerintah

baik ditingkat kecamatan sampai RT dan jajaran SKPD tekait, perusahaan

sebagai pihak CSR, dan masyarakat itu sendiri.

Adapun pengimplementasian Program BULo di masyarakat beberapa

faktor menjadi penghambat diantaranya ketergantungan masyarakat terhadap

pihak pemerintah yang menginginkan pembinaan berulang. Kendala lain yang

dihadapi dari sisi pembinaan program ini yaitu merubah mindset/ pola pikir

masyarakat perkotaan untuk menjadi masyarakat yang mengerti tentang

pertanian perkotaan agak berat. Faktor cuaca menjadi faktor menghambat

budidaya cabai sulit tumbuh dan bertahan lama. Selain itu tidak adanya

Tempat penampungan atau UPTD yang disiapkan oleh pemerintah sehingga

beberapa kelompok tani kesulitan dalam memasarkan hasil panenya. Hal ini

menyebabkan ada beberapa Kelompok tani yang mengalami kerugian karena

hasil panennya membusuk.

Berikut hasil wawancara dengan Staff Dinas Ketahanan Pangan :

Adapun hambatan yang di hadapi oleh pemerintah yaitu

Karakter masyarakat pertanian kota yang berbeda

dengan petani yang betul-betul jadi petani, artinya

bahwa sistim pertanian di Kota sangat tergantung

dengan kesibukan pengurus dan hanya menjadi

sampingan. Adapun beberapa hambatan lainnya yaitu

adanya serangan hama penyakit dan tingkat

73

pertumbuhan tanaman terganggu karena lingkungan

tercemari oleh polutan lingkungan, hambatan lainnya

juga terjadi seperti perawatan cabai yang susah,

banyaknya hama dan musim penghujan” (Hasil

wawancara FM, 23 Juni 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan

yang di hadapi oleh pemerintah yaitu Karakter masyarakat pertanian kota yang

berbeda dengan petani yang betul-betul jadi petani, adanya serangan hama

penyakit dan tingkat pertumbuhan tanaman terganggu karena lingkungan

tercemari oleh polutan lingkungan, hambatan lainnya juga terjadi seperti

perawatan cabai yang susah, banyaknya hama dan musim penghujan.

Hasil wawacara didukung oleh hasil wawancara bersama Lurah

BontoMakkio menyatakan bahwa :

Pada awal mencoba Program BuLO ini ada beberapa

kendala mulai dari cara menana, adanya Hama, musim

yang berganti dan tekhnik pemupukan Tanaman cabai.

Seperti beberapa waktu lalu curah hujan yang cukup

tinggi dan angina kecang mengakibatkan beberapa

pohon cabai mengalami kerusakan seperti patahnya

tangkai dan buah yang berjatuhan.(Hasil wawancara

dengan AFI, 15 Juni 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa kendala yang dihadapi oleh Poktanrong yaitu cara menanam, adanya

Hama, musim yang berganti dan tekhnik pemupukan tanaman cabai. Seperti

beberapa waktu lalu curah hujan yang cukup tinggi dan angina kecang

mengakibatkan beberapa pohon cabai mengalami kerusakan seperti patahnya

tangkai dan buah yang berjatuhan.

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penulis terkait penelitian Strategi

Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka Pengangguran melalui Program

BuLO (Studi Tentang Program Badan Usaha Lorong di Kelurahan

BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar), maka ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

a. Strategi Pemerintah Kota dalam Menurunkan Angka Pengangguran

melalui Program BuLO (Studi Tentang Program Badan Usaha Lorong di

Kelurahan BontoMakkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar) melalui

budidaya cabai efektif dari aspek pemenuhan kebutuhan rumah tangga,

tetapi belum bisa disebut signifikan dapat mengurangi Pengangguran di

Kota Makassar.

b. Pemenuhan sarana dan prasarana yang disediakan oleh Pemerintah sangat

efisien dan mebuahkan hasil yang cukup maksimal. Hal ini di fasilitasi

oleh Pemerintah Kota untuk memberdayakan masyarakat yang pada

umumnya tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan, sehingga para

masyarakat khususnya di Kelurahan Bonto Makkio memiliki kegiatan

yang dapat menghasilkan ataupun memenuhi kebutuhan tumah tangganya

paling tidak pemenuhan kebutuhan dapur.

75

c. Strategi selanjutnya yaitu marketing kontrak yang di fasilitasi Pemerintah

berbanding terbalik dengan strategi sebelumnya dengan kata lain strategi

ini tidak efisien untuk para Poktanrong di Kelurahan Bonto Makkio

dikarenakan adanya beberapa masalah yang dihadapi para petani seperti

hasil panen yang tidak maksimal karena adanya serangan hama terlambat

untuk ditangani oleh para petani dan musim yang tidak menentu.

d. Pemerintah atau Dinas terkait tidak menyediakan wadah penampungan

atau UPTD untuk hasil panen cabai di Kelurahan Makkio, cara pemasaran

yang dilakukan oleh para petani cabai di Kelurahan Bontomakkio yaitu

Para petani lebih mengutamakan untuk dikonsumsi sendiri atau di jual ke

penjual sayuran di wilayah sekitarnya., penjual gorengan dan juga

beberapa dari mereka melakukan barter atau bertukar jenis sayuran utnuk

dikomsumsi.

B. Saran

a. Diharapkan kepada Pemerintah untuk menyiapkan wadah penampungan

atau UPTD dari hasil panen warga Kelurahan Bonto Makkio.

b. Pemerintah seharusnya lebih meningkatkan dan mengembangkan lebih

dalam lagi tentang program ini, agar supaya program ini dapat menjadi

alternatif untuk pengurangan jumlah pengangguran dalam skala yang lebih

besar lagi.

76

c. Marketing kontrak seharusnya dapat dinikmati oleh semua Poktanrong di

Kota Makassar khususnya di Kelurahan Bonto Makkio jika Pemerintah

lebih menggiatkan lagi pendampingan kepada Poktanrong.

77

DAFTAR PUSTAKA

(AG, 2012). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

(Moleong, 2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

(Budiardjo, 2010). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.

(Budi, 2014). Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus.Yogyakarta:

CAPS.

(Nik Ahmad, 2017). Prinsip Ekonomi Makro. Yogyakarta: Indeks.

(Triono, 2012). Ekonomi Islam Madzhab Hamfara. Jakarta: Irtikas.

(Dunn, 2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

(Firmansyah A, 2018). Strategi Pemerintah Kota Malang Menurunkan Angka

Pengangguran Guna Menyokong Ketahanan Kota. Skripsi tidak

diterbitkan. Malang: Universitas Brawijaya.

(Fuidah, 2011). Metode Penelitian Tringulasi. Yogyakarta: Pusat Belajar.

(Makmur, 2019). Strategi Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Kinerja

Pelayanan Publik Di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten

Bolalaang Mongondow Utara. Jurnal Manajemen/ Volume XX,

No.02, Juni 2016.

(Hasbiyah, 2014). Penguatan Ekonomi dalam Mengatasi Pengangguran di Kota

Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri

Makassar.

(Malyadin, 2013). Pengertian Dokumen & Dokumentasi. Jakarta: Balai Pustaka.

78

(Meleong, 2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

(Nanga, 2005). Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. Jakarta: Raja

Grafindo.

(Nisar, 2016). Strategi Pemerintah Daerah dalam Menanggulangi Pengangguran;

Perspektif Ekonomi Islam (Studi di Kecamatan Soreang Kota

Parepare). Skripsi tidak diterbitkan. Pare-pare: SEKOLAH TINGGI

AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN).

(Onong Uchjana, 2005). Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

(Sahid, 2011). Analisis Data Penelitian Kualitatif Model Miles dan Huberman.

Surakarta: UMS

(Sugiyono, 2018). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

(Sukirno, 2013). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

(Suyanto, 2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Perdana Media.

(David, 2010). Manajemen Strategi. Http://repo.iain-tulungagung.ac.id/ Diakses

pada tanggal 1 Desember 2019.

(Allison, 2013). Strategi Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Kinerja

Pelayanan Publik Di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten

Bolalaang Mongondow Utara. Jurnal Manajemen/ Volume XX,

No.02, Juni 2016.

(Hoessein, 2007). Konsep Pemerintah Daerah. Http://repository.ut.ac.id/ Diakses

pada tanggal 10 Januari 2020.

(David, 2006). Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Status Desa

Menuju Desa Mandiri. Skripsi tidak diterbitkan. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

79

(Rangkuti, 2013). Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara

Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Jakarta. PT. Gramedia

Pustaka Utama.

80

RIWAYAT HIDUP

HASMILAH. Dilahirkan di Bone Pada Tanggal

27 Februari 1996. Anak Pertama dari Pasangan

Bapak Lallo dan Ibu Sanawiah. Pendidikan

Sekolah Dasar di SD INP 10/73 Palattae Tamat

Pada Tahun 2008. Pada Tahun Yang Sama

Penulis Melanjutkan Pendidikan di SMPN 1 KAHU, dan Tamat Pada

Tahun 2011. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di

SMAN 1 KAHU, Kemudian Berganti menjadi SMAN 6 BONE di

Kabupaten Bone Pada Tahun 2011 Penulis mengambil Jurusan IPS

dan Selesai Pada Tahun 2014. Pada Tahun 2014 Penulis Melanjutkan

Pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta, Tepatnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pada

Program Studi Ilmu Pemerintahana dan Penulis Menyelesaikan Kuliah

Strata Satu (S1) Pada Tahun 2020.

Berkat petunjuk dan pertolongan Allah SWT, usaha dan

disertai doa dari kedua orang tua dalam menjalani aktivitas akademik

di Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Alhamdulillah Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan

Skripsi yang berjudul “Strategi Pemerintah Kota Dalam Menurunkan

Angka Pengangguran Melalui Program BuLO (Studi Tentang Badan

Usaha Lorong di Kelurahan Bontomakkio Kecamatan Rappocini Kota

Makassar)”.