skripsiviii 1. bapak drs. alimuddin said m.pd dan bapak drs. h. ansyari mone, mpd selaku pembimbing...
TRANSCRIPT
i
Skripsi
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERBASIS
E-GOVERNMENT DI DESA JULUBORI KECAMATAN PALLANGGA
KABUPATEN GOWA
Disusun Dan Diusulkan Oleh
MUHAMMAD SYAMSIR
Nomor Stambuk :105640 2208 15
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERBASIS
E-GOVERNMENT DI DESA JULUBORI KECAMATAN PALLANGGA
KABUPATEN GOWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
MUHAMMAD SYAMSIR
Nomor Stambuk : 10564 02208 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
vi
ABSTRAK
Muhammad Syamsir 2019. Sistem Pengelolaan Keuangan Berbasis E-
Government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
(Dibimbing oleh Alimuddin Said dan Ansyari Mone)
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem pengelolaan keuangan Desa
berbasis E-Government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus.
Informan berjumlah sembilang orang ditetapkan secara purposive. Teknik analisis
data dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
melalu pengamatan (observasi), Wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian dari dua indikator yaitu (1) Sistem pengelolaan keuangan
di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa telah menggunakan
aplikasi siskeudes untuk mengelolah dokumen perencanaan, dokumen
penganggaran, dukumen penata usaha dan dokumen pelaporan.(2) faktor
pendukung, SDM yang kompeten dengan adanya operator yang terlatih, sarana
dan prasasarana yang memadai dengan tersedianya leptop khusus untuk operator,
serta kerja sama yang baik dalam pemerintahan Desa dalam melaksanakan tugas
masing-masing. Faktor penghambat, belum tersedianya jaringan internet (wifi) di
dalam kantor Desa, Aplikasi Siskeudes masih belum tersosialisasi dengan sangat
baik oleh pemerintah Desa sehingga sangat banyak masyarakat yang belum
mengetahui adanya aplikasi Siskeudes di Desa, aplikasi yang sering Rilis
sehingga Kaur Keuangan harus selalu mengikuti pelatihan di dinas PMD
(pemberdayaan masyarakakat Desa) Kabupaten Gowa.
Kata Kunci : Penerapan, Pengelolaan Keuangan, Aplikasi Siskeudes.
vii
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur
alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segalah limpahan rahmat, hidayah dan
magfirah_nya sehingga meski harus melewati perjuangan panjang dan cukup
melelahkan namun penulis skripsi yang berjudul : Sistem Pengelolaan Keuangan
Desa Berbasis E-government Di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa dapat diselesaikan.
Skripsi ini adalah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelas sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Sebagai bentuk karya ilmiah,
penulis menyadari bahwa banyak menghadapi hambatan dan tantangan selama
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan, arahan serta
petunjuk dari ayahanda Drs. Alimuddin Said, M.Pd sebagai pembimbing I dan
ayahanda Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd sebagai pembimbing II, yang dengan tulus
membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat
berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini. Gagasan-gagasan
merupakan kenikmatan intelektual yang tak ternilai harganya. Teriring do’a
semoga Allah SWT menggolongkan upaya-upaya beliau sebagai kebaikan.
Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan
dan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan terutama kepada :
viii
1. Bapak Drs. Alimuddin Said M.Pd dan Bapak Drs. H. Ansyari Mone,
MPd selaku pembimbing I dan pembimbing II penulis yang selalu
memberikan arahan dan dorongan atas penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. H Abdul rahman Rahim, SE, MM, sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membina Universitas
ini dengan sebaik-baiknnya.
3. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik yang telah membina fakultas ini sebaik-
baiknya.
4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan yang telah membina jurusan ini sebaik-baiknya.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik serta Staf Tata
Usaha Universitas Muhammadiyah Makassar yeng telah memberi bekal
ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh
pendidikan dibidang ini.
6. Para pihak Pemerintah Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
informan sewaktu proses penelitian.
7. Teristimewah penulis persembahkan kepada saudara (i) Sospol 015
terutama IP.D 015 yang sama-sama berjuang meraih cita-cita.
8. Keluarga besar HIMJIP, IMM Fisip, BEM Fisipol Unismuh Makassar
yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL. ................................................................................. i
PENGESAHAN PEMBIMBING ........ ...................................................... iii
LEMBARAN PENERIMAAN TIM ......................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH……………….….……v
ABSTRAK.......... ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................. ............................................................... vii
DAFTAR ISI....................................... .......................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................. ............................................................... xii
DAFTAR TABEL .. .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......... ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................... ................................. 11
C. Tujuan Penelitian................... .................................................... 11
D. Mamfaat Penelitian.................... ................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem........................... ............................................ 13
B. Pengelolaan Keuangan Desa............... ....................................... 15
C. Pengertian E-Government .......................................................... 25
D. Aplikasi Siskeudes............. ........................................................ 28
E. Kerangka Pikir................ ........................................................... 29
F. Fokus Penelitian .......... .............................................................. 32
G. Deskripsi Fokus Penelitian... ...................................................... 32
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................... 34
B. Jenis Dan Tipe Penelitian ................ .......................................... 34
C. Sumber Data ..................................... ......................................... 34
D. Informan Penelitian.................. .................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data............... .......................................... 36
F. Teknik Analisis Data............... ................................................... 37
G. Keabsahan Data............. ............................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian.. ............................................................. 40
1. Gambaran Umum Desa Julubori ................................................ 40
2. Kondisi Geografis.................. .................................................... 42
3. Kondisi Demografi Dan Sosial Budaya........ ............................. 47
4. Kondisi Perekonomian Masyarakat................. .......................... 50
5. Kondisi Sarana Dan Prasarana Desa.............. ............................ 56
B. Kondisi Pemerintahan Desa......... .................................................... 61
1. Kelembagaan Pemerintah Desa ................................................. 61
2. Visi Dan Misi Desa Julubori……………………………………67
C. Sistem pengelolaan keuangan Desa berbasis aplikasi Siskeudes ..... 69
1. Penerapan Dan Sistem Sistem Aplikasi Siskeudes .................... 69
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Sistem Pengelolaan Keuangan
Berbasis Aplikasi Siskeudes.......... ............................................ 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... ................................................................................... 87
B. Saran..................................... ............................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ......................................................................... 31
4.1 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Julubori ...................................... 64
4.2 Kab. Gowa Sukses Menerapkan Siskeudes Di Seluruh Desanya……70
4.3 Sistem Aplikasi Siskeudes…………………………………………...73
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
2.1 Informan Penelitian ........................................................................... 35
4.1 Orang Yang Pernah Menjadi Pimpinan/Kepala Desa Julubori...........41
4.2 Kondisi Sumber Daya Alam ............................................................. 44
4.3 Data Pemamfaatan Lahan Desa ......................................................... 46
4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 47
4.5 Data Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin .................... 48
4.6 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 49
4.7 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................... 50
4.8 Data Kepemilikan Ternak Desa Julubori ......................................... 52
4.9 Kondisi Sarana Jalan Di Desa Julubori ............................................. 56
4.10 Kondisi Sarana Irigasi Di Desa Julubori ......................................... 58
4.11 Struktur Pemerintah Desa ................................................................ 62
4.12 Daftar Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) .................... 66
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa diberikan kewenangan untuk mengurusi tata pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan secara mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat Desa. Disamping pemerintah Desa diharapkan secara
mandiri mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya yang dimilikinya,
termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik Desa. Demikian
besar peran yang diterima oleh Desa, tentunya disertai dengan tanggungjawab
yang besar pula. Oleh karna itu pemerintah Desa harus bisa menerapkan prinsip
akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan Desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat Desa sesuai dengan ketentuan.( Aisyah, S. 2018:1)
Daerah/Desa dalam melaksanakan hak, kewenangan serta kewajibannya
dalam mengelola kemampuan dan potensi yang dimiliki dituntut untuk dilakukan
secara transparansi dan memiliki akuntanbiltas yang tinggi. Akuntabilitas meliputi
pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pengguna sehingga
memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas
semua aktifitas yang dilakukan. Selain itu akuntabilitas adalah upaya pemerintah
dalam menciptakan penyelenggaraan pemeritahan kearah yang lebih baik dengan
berlandaskan good governance. ( Aisyah, S. 2018:1)
2
UU nomor 6 tahun 2014 pasal 1 ayat 1, menegaskan bahwa Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.
Berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 bahwa Desa
telah telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan
diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat
menciptakan landasan yang kuat dalam pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.
Implementasi UU nomor 6 tentang Desa ini selaras dengan program
pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJM Nasional 2015-2019 yaitu
“membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat Daerah-daerah dan
Desa dalam kerangka NKRI”. Berlakunya undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang Desa menyatakan bahwa undang-undang nomor 6 tahun 2014, ada
beberapa yang dianggap lebih mempermudah dalam pelaksanaan pemerintah
Desa dikarenakan aturan yang lebih terperinci.
Diterbitkan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menjelaskan
bahwa Desa mulai pada tahun 2015 akan mendapatkan kucuran dana sebesar
10% dari APBN. Dana tersebut diberikan langsung kepada kepala Desa tanpa
melalui perantara seperti sebelumnya. Alokasi APBN sebesar 10% yang diterimah
oleh Desa akan menyebabkan penerimaan Desa yang meningkat sehingga adanya
3
hal tersebut maka diperlukan adanya akutansi dan manajemen keuangan yang baik
di tiap-tiap Desa. (APDES 2015)
Sebagai tindak lanjutnya, dalam APBN-P 2019 telah dialokasikan transfer ke
daerah dana Desa (TKDD) mencapai Rp 826.77. TKDD tersebut terdiri dari
transfer ke Daerah sebesar Rp 756.77 trilliun dan dana Desa sebesar 70.0 trilliun
untuk 74.093 Desa yang tersebar di indonesia, dan pemerintah akan bertekad
mengalokasikan dana Desa dengan total Rp. 400 trilliun selama lima 5 (lima)
tahun ke depan hingga 2024.Sejauh ini Pemerintah Pusat telah mengalokasikan
anggaran dana Desa mencapai Rp 257 triliun sejak 2015 hingga 2019.
"Sejak adanya dana Desa, ternyata Desa mampu membangun infrastruktur
Desa secara masif dan diakui badan dunia. Pembangunan akan terus ditingkatkan
dan selama 5 tahun yang akan datang dana Desa bisa ditingkatkan dengan total Rp
400 Triliun," kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Eko Putro Sandjojo. (Jakarta, Selasa 26/2/201 seperti dikutip
Antara)
Total anggaran dana Desa sebesar Rp 257 triliun selama 5 tahun tidak pernah
mengalami penurunan setiap tahunnya. Rinciannya, Rp 20,67 triliun (2015), Rp
46,98 triliun (2016), Rp 60 triliun (2017), Rp 60 triliun (2018), dan Rp 70 triliun
(2019). Dana Desa tersebut diberikan ke seluruh Desa di Indonesia dengan
formula 77 persen dibagi rata ke seluruh desa. Kemudian 20 persen dialokasikan
untuk tambahan secara proporsional kepada Desa berdasarkan jumlah penduduk,
tingkat kemiskinan, tingkat kesulitan geografis dan luas wilayah. Kemudian, tiga
4
persen dialokasikan untuk tambahan kepada Desa-desa yang berstatus tertinggal.
(Jakarta kompas.com 26/02/2019)
Selain dana Desa tersebut, sesuai UU nomor 6 tentang Desa pasal 72, Desa juga
mengelola keungan yang berasal dari pendapatan asli Desa dan pendapatan
transfer lainnya berupa alokasi dana Desa (ADD); bagian dari hasil pajak dan
retribusi Kabupaten/Kota; dan bantuan keuangan dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan pemerintahan Desa tentunya tak terlepas dari faktor
keuangan untuk kalangan operasional pemerintahan Desa. pengelolaan keuangan
Desa diperlukan adanya suatu transparansi dan akuntabilitas yang merupakan
suatu bentuk keterbukaan pemerintah Desa agar kinerja Desa menjadi lebih baik.
Jika laporan keuangan Desa dapat dilaksanakan dengan baik, maka kinerja
pemerintahan Desa akan meningkat (Novirania,2018:2). Pemerintah Desa
diharapkan untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai
sumber daya alam yang dimiliki, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan
kekayaan milik Desa. begitu besar peran yang diterima oleh Desa, tentunya
dengan tanggung jawab yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah Desa harus
bisa menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas mengingat dalam
pengelolaan keuangan Desa tersebut.
Kenyataan yang terjadi saat ini terkait pengelolaan keuangan Desa, secara
prinsip masih banyak Desa yang memiliki permasalahan terkait laporan keuangan
Desa ini, antara lain:
5
Menurut Rahmawati (2015:3) Faktor penghambat lainnya adalah sumber
daya manusia (SDM) yang kurang mendukung. Pihak aparatur pemerintah Desa
kurang mempublikasikan tentang keuangan Desa kepada masyarakat,
mempublikasikan melaluipapan pengumuman, tidak hanya melalui badan
permusyawaratan Desa (BP). Bagi kepala Desa hendaknya tidak memegang
kendali penuh terhadap keuangan Desa, namun dilaksanakan sesuai peraturan dan
job description yang ada. (Novirania, 2018:3)
Melihat dari berbagai fakta dan problematika diatas maka pemerintah
mengembangkan aplikasi sitem keuangan Desa yang telah dipersiapkan sejak
awal dalam rangka mengantisipasi penerapan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang Desa. aplikasi keuangan Desa ini dikembangkan juga salah satunya untuk
pengelolaan dana Desa agar dapat mempermudah pelaporan keuangan menjadi
lebih transparan dan akuntabilitas.
Persiapan ini selaras dengan adanya perhatian yang lebih dari komisi XI
dewan perwakilan rakyat RI maupun komisi pemberantasan korupsi. Launching
aplikasi ini dilaksanakan pada tanggal 13 juli 2015 merupakan jawaban atas
pertanyaan pada rapat dengar pendapat (RDP) komisi XI tanggal 30 maret 2015,
yang menanyakan kepastian waktu penyelesaian aplikasi yang dibangun oleh
BPKP, serta memenuhi rekomendasi KPK-RI untuk menyusun sistem keuangan
Desa bersama dengan kementerian dalam negeri. Aplikasi tata kelola keuangan
Desa pada awalnya dikembangkan perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
sebagai proyek percontohan di lingkungan BPKP pada bulan mei 2015. Aplikasi
ini telah di implementasikan secara perdana dipemerintah Kabupaten Mamasa
6
pada bulan juni 2015. Keberhasilan atas pengembangan aplikasi ini selanjutnya
diserahkan kepada deputi kepala BPKP bidang pengawasan penyelenggaraan
keuangan Daerah setelah melewati tahapan Quality Assurance (QA) oleh tim yang
ditunjuk. Terhitung mulai tanggal 13 juli 2015 pengembangan aplikasi keuangan
Desa ini telah diambil alih penanganan sepenuhnya oleh deputi bidang
pengawasan penyelenggaraan keuangan Daerah BPKP pusat di Jakarta. Aplikasi
sistem keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan aplikasi yangdikembangkan
badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) dalam rangka
meningkatkan kualitas tata kelola keuangan Desa. fitur-fitur yang ada dalam
aplikasi pengelolaan keuangan Desa dibuat sederhana dan user friendly sehingga
memudahkan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi sistem keuangan.
(Novirania, 2018:6)
Aplikasi sistem keungan Desa pada pelaksanaannya masih sarat akan
masalah-masalah yang terjadi dilapangan, masalah yang paling utama adalah
kurangnya sumber daya manusia serta kendala dalam memasukkan data. Hal ini
diperkuat dengan fakta dilapangan yang dimuat dalam harian harapan rakyat.com,
yakni:
Seorang kepala Desa asal Kecamatan pengandaran herdianto mengatakan,
bahwa penerapan siskeudes dirasa belum tepat. Selain menimbulkan kebingungan
pada penerapannya, seolah-olah sistem tersebut juga terkesan dipaksakan. “sistem
aplikasi keuangan tersebut nantinya akan masuk ke server. jika salah
memasukkan data, maka tidak sulit merubahnya. Maka dari itu kita masih
menggunakan secara manual. Pendidikan dan pelatihan belum dilaksanakan,
7
“tegas sumber kora HR, Senin (09/012017) lalu. Menurutnya, semua tenaga
operator hampir secara keseluruhan mengalami kendala dalam proses pemasukan
data, karena belum paham. Selain itu, lanjutnya, landasan hukum sistem tersebut
juga belum ia terima penjelasannya. “kita ketahui bersama SDM (sumber daya
manusia) di tiap-tiap Desa masih banyak memiliki kekurangan. Apalagi ditambah
tidak ada pelatihan maupun pendidikan terlebih dahulu tentu ini merupakan hal
yang aneh, tapi nyata. Mumpun masih awal tahun, kami harap persoalan ini
segera diselesaikan,” ketusnya.
Selain masalah sumber daya manusia dan kendala dalam memasukkan data,
terdapat juga masalah lain yakni pada masalah laporan Desa yang harus mengacu
pada Desa lain yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda di tiap-tiap Desanya.
Hal ini juga di nilai menghambat pencairan dana Desa, karena ketika laporan
keuangan terlambat atau belum dilaporkan maka dana Desa tidak akan cair.
Sistem keuangan Desa memang dinilai efektif namun cukup menyulitkan, juga
dalam hal ini minim pelatihan mengenai sistem keuangan Desa ini. (Novirania.
2018:5)
Electronic government merupakan suatu proses sistem pemerintahan dengan
memanfaatkan ICT (information, communication and technology) sebagai alat
untuk memberikan kemudahan proses komunikasi dan transaksi kepada warga
masyarakat, organisasi bisnis dan antara lembaga pemerintah serta stafnya.
Sehingga dapat dicapai efisiensi, efektivitas, transparansi dan
pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakatnya. Konsep pengembangan
E-government menentukan prioritas pengembangan E-government suatu lembaga
8
pemerintah,menyangkut hubungan Government to
Government(G2G),Government to Business (G2B) dan Government to Citizen
(G2C). (Hartono, D. U., & Mulyanto, E. 2010 :16)
E-government merupakan program dan komitmen pemerintah dalam upaya
untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik
serta melakukan transformasi guna menfasilitasi kegiatan masyarakat dan
kalangan bisnis untuk menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan.Melalui
pengembangan E-government, pemerintah menharapkan dapat dilakukan sistem
manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dan pemerintah Daerah
otonom dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. E-government dapat diaplikasikan pada legislatif, eksekutif, atau
administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan
pelayanan publik, atau proses pemerintahan yang demokratis. Keuntungan yang
paling diharapkan dari E-government adalah peningkatan afisiensi, kenyamanan,
serta serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik . dalam
perkembangan E-government Pemerintah Kabuapaten Gowa bahkan sudah
menerapka aplikasi sistem pengelolaan keuangan Desa (SISKEUDES) yaitu
sebuah layanan yang mempermudah pemerintah Desa dalam pengelolaan
keuangan anggaran dana Desa (ADD) diseluruh Desanya. (tribun-
timur.com,sungguminasa)
Kepala badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) pusat Maliki
Heru Santosa menyatakan jika Kabupaten Gowa termasuk yang terbaik dalam tata
kelola keuangannya dengan berbasis aplikasi Siskeudes dan pantas menjadi
9
percontohan. Pada lokakarya evaluasi implementasi aplikasi sistem keuangan
Desa (Siskeudes) dalam tata kelola keuangan itu, ia mengatakan, aplikasi
siskeudes di kabupaten Gowa merupakan salah satu dari 14 kabupaten di
Indonesia yang menjadi perbincangan dan melaksanakan secara konsisten dengan
pemenuhan 121 Desa. karenanya, dirinya mendorong upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah Daerah dalam mengembangkan sistem tata kelola
keuangannya itu agar bisa menjadi yang terbaik. Maka dari itu Gowa ini masuk di
salah satu 14 kabupaten di Indonesia yang patut dijadikan percontohan tentang
tata keuangan Desa,”ungkapnya. (Hasanuddin, antara news SulSel, 2018)
Kepala Biro Hukum, Komunikasi, dan informasi publik kementerian
pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi (PAN-RB) menjelaskan,
ada beberapa kendala terkait penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik
pemerintahan di berbagai intansi pemerintahan. Menurut Herman salah satu
kendala dalam penerapan E-government karena terbatasnya regulasi sebagai
payung hukum. Saat ini belum ada regulasi yang benar-benar menjelaskan secara
rinci mengenai mekanisme penerapan E-government. “perlu adanya kebijakan E-
government terpadu yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing lembaga.
Selain itu, penerapan E-government pada institusi pemerintahan tidak maksimal
karena terbatasnya tenaga ahli yang kompeten di bidang teknik informatika. Hal
ini di sebabkan adanya moratorium Aparatur Sipil Negara (ASN) oleh
kementerian PAN-RB, termasuk untuk formasi tenaga ahli yang kompeten
dibidang teknik informatika.”adanya moratorium ASN ini menyebabkan
terjadinya kekurangan sumber daya manusia untuk penerapan E-government,”.
10
Belum terintegrasinya data antarinstansi pemerintahan juga menjadi kendala
dalam penerapan E-government. Pusat data pada setiap instansi pemerintahan
memiliki format yang berbeda sehingga penerapan E-government menjadi sulit.
Data antarinstansi belum terintegrasi, di mana setiap intansi memiliki program
satu dengan format berbeda. Ia menyebutkan, anggaran yang kurang memadai,
tidak adanya standarisasi insfrastruktur, serta minimnya tingkat keamanan
informasi dalam penerapam E-government juga menjadi kendala.”Sistem
keamanan informasi saat ini belum optimal, sehingga sangat rawan diretas saat
menerapkan E-government,. (Herman Suryatman KOMPAS Jakarta, 2016)
Atas dasar itu, Herman menawarkan beberapa solusi yang dapat digunakan
agar penerapan E-government berjalan maksimal. Solusi tersebut, yakni
percepatan pembangunan program satu data, menambah formasi penunjang tenaga
ahli teknik informatika dengan pola rekrutmen sesuai kebutuhan instansi
pemerintahan terkait. Lalu pembentukan payung hukum penerapan E-government,
dan peningkatan keamanan informasi untuk seluruh level secara
berkesinambungan. “Perlu juga adanya kegiatan rutin antar instansi pemerintahan
untuk membahas pengembangan E-government,”ujarnya. (selasa, 6 september
2016 |19:07 WIB KOMPAS.com, Jakarta)
Berbagai sumber dan informasi yang penulis dapatkan maka dari itu, penulis
memili Desa Julu Bori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa sebagai tempat
penelitian. Dangan harapan dapat memberikan pemahaman atau pengetahuan baru
bagi peneliti dan juga dapat memberikan manfaat bagi kemajuan Desa JuluBori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa dalam pengelolaan keuangan Desa
11
berbasis E-government serta dalam penggunaan aplikasi sistem pengelolaan
keuangan Desa (SISKEUDES). Demi untuk memberikan kepuasan dan
kemudahan pengelolaan keuangan desa menggunakan teknologi informasi (IT).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
Berbasi E-Government Di Desa Julubori Kecamatan Pallanga Kabupaten
Gowa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dimerumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaimana penerapan dan sistem pengelolaan keuangan Desa berbasis E-
government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa?
2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan sistem
pengelolaan keuangan berbasis E-government di Desa Julubori Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari latar belakang pemikiran yang mendasar lahirnya permasalahan
pokok dan sub-sub masalah diatas, maka peneliti bertujuan meneliti konsep dan
memaparkan masalah ini. Adapun tujuan penelitian yang hendak di capai dalam
penyusunan skripsi yaitu :
12
1. Untuk mengetahui penerapan dan sistem pengelolaan keuangan Desa
berbasis E-government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan
sistem pengelolaan keuangan berbasis E-government di Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan pada penelitian dalam menyusun skripsi
ini, diharapkan mampu memberikan mamfaat baik secara akademik, praktis
maupun pribadi
1. Akademik: kegunaan akademik dalam penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah pengetahuan dan sebagai perbandingan pada
penelitian ilmiah yang lain khususnya mengenai sistem pengelolaan
keuangan Desa berbasis E-government di Desa Julubori Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa.
2. Praktis: kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan dapat
berguna sebagai sumbangan pemikiran serta informasi bagi aparat
Desa secara umum serta menjadi perbandingan sistem pengelolaan
keuangan Desa berbasis E-government di Desa-desa lain.
3. Manfaat bagi penulis: kegunaan bagi penulis, dapat menambah atau
memperluas khasanah wawasan dan pengetahuan penulis dalam
penulisan karya ilmiah (skripsi) terkait masalah yang diteliti, serta
merupakan tugas akhir bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana.
13
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa
unsur (elemen). Dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang lebih tinggi daripada
hanya merupakan cara, rencana, skema, prosedur, atau metode. Beberapa ahli
mengemukan pendapat tentang sistemantara lain: Menurut Kantaprawira(1999: 3)
menyatkan mengenai sistem yaitu Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Dapat pula diartikan sebagai sesuatu
yang lebih tinggi daripada hanya merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur,
atau metode. Kemudian menurut Mamesah, (1995:5) menyatakan bahwa sistem
adalah sebagai kebulatan yang berliku-liku dan tetap dari hal-hal atau unsur-unsur
yang saling berhubungan dan disatupadukan berdasarkan sesuatu asas tata tertib.
(Putri, R. A. 2018:18)
Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
menyelesaikan suatu sasaran tertentu, seistem sebagai suatu kerangka dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan skema
yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan.Prosedur merupakan tata
cara kerja yaitu rangkaian tindakan, langkah atau perbuatan yang harus dilakukan
oleh seseorang dan merupakan cara yang tepat untuk dapat mencapai tahap
tertentu dalam hubungan mencapai tujuan akhir. (Aisyah, S. 2018:26)
14
Menurut fat pengertian sistem adalah suatu himpunan suatu “benda” nyata atau
abstrak (a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau konponen- komponen
yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan, saling mendukung yang
secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (unity) untuk mencapai tujuan
tertetentu secara efisien dan afektif. (Hutahaean, J. 2015:1)
Pengertiaan sistem menurut Indrjit (2001:1) mengemukakan bahwa sistem
mengandung arti kumpulan-kumpulan dari konponen-komponen yang di miliki
unsur keterkaitan antara satu dan yang lainnya. Pengertian sistem menurut
Jogianto (2005:2) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-
elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu
objek yang nyata, seperti tempat, benda dan orang-orang yang betul ada dan
terjadi.
Pengertian sistem menurut Murdick, R,G, (1991:27) suatu sistem adalah
seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur bagan-
bagan pengehan yang mencari suatu tujuan tertentu. Pengertian sistem menurut
Jerry Futzgerald (1981:5) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kagiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. ( Hutahaean, J.
2015 : 2 )
Pengertian sistem menurut Davis, G,B, (1991:45) sistem secara fisik adalah
kumpulan dari elemen-elemen yang beroperasi bersama-sama untuk
menyelesaikan suatu sasaran. Definisi sistem menurut Dr. Ir. Harijono Djohordjo
15
(1984:78) suatu sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan
fungsional antara tiap-tiap objek, dan hubungan antara ciri tiap objek, dan yang
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional Definisi sistem
menurut Lani Sidharata (1995:9) sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang
saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.
(Hutahaean, J. 2015 : 3)
Dengan demikian sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur
yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan
atau untuk melakukan sasaran tertentu.
B. Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan keuangan Desa merupakan rangkaian siklus yang terpadu dan
terintegrasi antara satu tahapan dengan tahapan lainnya. Siklus pengelolaan
keuangan Desa tidak akan berjalan tanpa adanya tata pemerintahan Desa yang
baik. Oleh karena itu, peran serta pihak-pihak diluar pemerintahan Desa dan
badan permusyawaratan Desa (BPD),seperti: tokoh Desa, tokoh agama,
perwakilan kaum perempuan, perwakilan dari kaum petani, perwakilan dari
masyarakat miskin dan lainnya perlu dilibatkan dalam proses pengelolaan
keuangan Desa. akuntabilitas keuangan Desa tidak hanya bersifat horizontal
antara pemerintah Desa dengan badan permusyawaratan desa (BPD), tetapi juga
harus bersifat vertikal antara kepala Desa dengan masyarakat Desa dan atasan
kepala Desa. dokumen publik tentang pengelolaan keuangan Desa harus dapat
diakses oleh masyarakat Desa, serta tidak diskriminasi terhadap satu golongan
tertentu dengan pengelolaan keuangan Desa. (Indrianasari. 2017:33)
16
Definisi mengenai pengelolaan oleh para ahli masih terdapat perbedaan-
perbedaan, hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut
yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,
kelembagaan, ada pula yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan.
Menurut Terry (2005:3) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemamfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber daya lainnya. Pengertian manajemen keuangan menurut Sartono
(2001:6) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang
berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara
efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau
pembelanjaan secara efisien. (Rahum. 2015 : 23)
Pengertian manajemen keuangan menurut sutrisno (2003:3) manajemen
keuangan adalah semua aktivitas perusahaan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan
mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Menurut Widjaja (2003:135-161),
pengelolaan APBDes dilaksanakan oleh bendaharawan Desa yang diangkat oleh
kepala Desa setelah mendapat persetujuan oleh BPD, yang meliputi penyusunan
anggaran, pelaksanaan tata usaha keuangan dan perhitungan anggaran dan
pertanggung jawaban keuangan. Pertanggung jawaban ini disampaikan kepada
BPD selambat lambatnya tiga bulan setelah berakhir tahun anggaran. Pedoman
penyusunan APBDes tersebut ditetapkan oleh bupati. ( Risnawati. 2017 : 6 )
17
Djamrah (2006:175) pengelolaan dalam pengertian umum adalah
pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Dari pengertian-
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah proses atau suatu
rangkaian sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai pada pengawasan
dengan memanfaatkan potensi yang ada demi tercapainya sebuah tujuan. Menurut
Widjaja (2002:121) dalam buku pemerintahan Desa dan administrasi Desa
keuangan Desa adalah pengurusan keungan Desa yang dilakukakan oleh
pemerintah Desa yang dipertanggung jawabkan pelaksana kepada Desa
berkewajiban melakukan keuangan secara teratur dan sesuai dengan perencanaan.
( Risnawati. 2017 : 21)
Menurut Widjaja dalam buku otonomi Desa (2005:133) keuangan Desa adalah
pemerintah Desa menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi , peran serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah. Desa memiliki posisi yang sangat strategis, sehingga
diperlukan adanya perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi
daerah. Menurut Nurcholis (2011:81) bahwa keuangan Desa adalah semua hak
dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah Desa yang dapat dinilai
dengan uang, termaksud didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban Desa tersebut. ( Rahum. 2015 : 27)
Indrianasari (2017 : 38) Dalam pengelolaan keuangan daerah Mardiasmo
(2002:105) menyatakan prinsip-prinsip yang mendasari adalah :
18
1. Transparansi
Transparansi atau keterbukaan disini memberikan arti bahwa anggota
masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses
anggaran karena menyangkut anspirasi dan kepentingan masyarakat banyak.
Transparansi merupakan prinsip yang harus ada dan meliputi keseluruhan
bagian pengelolaan keuangan baik dari proses perencanaan, pelaksanaannya.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti
bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan. Penyusunan dan
pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada BPD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk
mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut
3. Value for money
Value for moneyprinsip ini berarti diterapkannya tiga pokok dalam proses
penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektif. Ekonomi berkaitan
dengan pemilihan dan penggunaan sumberdaya dalam jumlah dan kualitas
tertentu pada harga yang murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana
masyarakat tersebut dapat menhasilkan output yang maksimal (berdaya guna).
Menurut Indrianasari (2017:34), Siklus pengelolaan keuangan Desa sesuai
dengannilai-nilai pengeloaan keuangan Desa sebagai berikut:
19
a. Perencanaan
Perencanaan adalah sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa
yang dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dimana menyangkut
tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksanaan tata cara mencapai tujuan
tersebut. Dari pernyataan tersebut perencanaan dapat diartikan sebagai
pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemusatan selanjutnya apa yang harus
dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Menurut Nurcholis (2016:11), Dokumen perencanaan keuangan Desa
meliputi rencana pembangunan jangka menengah Desa (RKJMdesa) dan
rencana kerja pemerintah Desa (RKPDesa) yang berpedoman kepada
perencanaan pembangunan Desa yang disusun hasil kesepakatan dalam
musyawarah Desa. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah
Desa (RPJMDesa) dan rencana kerja pemerintah Desa (RKPDesa) dilakukan
secara partisipatif dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan Desa
yang melibatkan badan permusyawatan Desa (BPDesa) dan unsur masyarakat
Desa. rencana pembangunan jangka menengah Desa (RPJMDesa) memuat
penjabaran visi dan misi kepala Desa terpilih, rencana penyelenggaraan
pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
pemberdayaan masyarakat dan arah kebijakan perencanaan pembangunan
Desa. rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Desa mengacu pada
rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas pembangunan
Kabupaten/Kota. Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Desa
20
ditetapkan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak
pelantikan kepala Desa. Rencana kerja pemerintah Desa (RKPDesa)
merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah (RPJM)
Desa untuk jangka waktu satu tahun. Rencana kerja pemerintahan Desa
(RKPDesa) memuat rencana penyelenggaraan pemerintah Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat
Desa, RKP Desa berisi evaluasi pelaksanaan rencana kerja pemerintah Desa
(RKPDesa) tahun sebelumnya, prioritas program, kegiatan, dan anggaran
Desa yang dikelolah oleh Desa maupun melalui kerjasama antara Desa/pihak
ketiga serta kewenangan penugasan dari tingkatan pemerintah yang lebih
tinggi. Rencana kerja pemerintah Desa (RPPDesa) menjadi dasar penetapan
anggaran pendapatan dan belanja Desa (APBDesa).
b. Pelaksanaan dan penatausahaan
Pelaksanaan dan penatausahaan anggaran pendapatan dan belanja Desa
terdiri dari:
1.) Prinsip pelaksanaan keuangan Desa dalam pelaksanaan keuangan Desa,
terdapat beberapa prinsip umum yang harus ditaati yang mencakup
penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu diantaranya bahwa seluruh
penerimaan dan pengeluaran Desa dilaksanakan melalui rekening kas
Desa. pencairan dana dalam rekening kas Desa. Pencairan dalam rekening
kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan bendahara Desa. namun
khusus bagi Desa yang belum memiliki pelayanan perbankan
21
diwilayahnya maka pengaturannya lebih lanjut akan ditetapkan oleh
pemerintah Kabupaten/Kota.
2.) Pelaksanaan penerimaan pendapatan
Pelaksanaan penerimaan pendapatan yaitu proses menerima dan
mencatat pendapatan Desa. pendapatan Desa yang bersifat pendapatan asli
Desa berasal dari masyarakat dan lingkungan Desa, sedangkan pendapatan
transfer berasal dari pemerintah supra Desa. pihak yang terkait dalam
proses penerimaan pendapatan adalah pemberi dana (pemerintah
pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota, masyarakat, pihak ketiga), penerima dana
(bendahara Desa/pelaksana kegiatan/kepala Dusun) dan bank.
3). Pelaksanaan pengeluaran/belanja.
Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan yang disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai dengan
prioritas pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal tersebut seluruhnya tertuang dalam rencana
kerja pemerintah Desa yang pelaksanaannya akan diwujudkan melalui
anggaran pendapatan dan belanja desa. setelah anggaran pendapatan dan
belanja Desa ditetapkan dalam bentuk peraturan Desa, program dan
kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan baru dapat dilakasanakan.
Hal ini dikecualikan untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan
operasional perkantoran yang diatur dalam keputusan kepala Desa. dengan
adanya ketentuan dari kepala Desa tersebut, maka belanja pegawai dan
operasional dapat dilakukan tanpa perlu menunggu penetapan anggaran
22
pendapatan dan belanja Desa. pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja Desa dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh
Desa berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4.) Pelaksanaan pembiayaan
Pelaksanaan pembiayaan mencakup penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
a) Penerimaan pembiayaan
penerimaan pembiayaan mencakup SILPA tahun sebelumnya,
pencairan dana cadangan dan hasil penjualan kekayaan Desa yang
dipisahkan. Sisa lebih perhitungan anggaran adalah penerimaan
pembiayaan yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan
tahun berjalan yang berasal dari pelampauan penerimaan pendapatan
dan penghematan belanja tahun sebelumnya. Pencairan dana cadangan
merupakan kegiatan pencairan dana dari rekening dan cadangan ke
rekening Desa yang dilakukan sesuai peraturan Desa yang mengatur hal
tersebut. Sedangkan penerimaan pembiayaan yang berasal dari hasil
penjualan kekayaan Desa yang dipisahkan diperoleh dari realisasi
penjualan aset/kekayaan Desa kepada pihak ketiga.
b) Pengeluaran pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan diantaranya pembentukan dana cadangan
dan penyertaan modal Desa. bendahara Desa wajib melakukan
pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa penerimaan dan
pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan secara sistematis
23
dan kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi.
Penatausahaan keuangan Desa yang dilakukan oleh bendahara Desa
dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pembukuan belum
menggunakan jurnal akutansi. Penata usahaan baik penerimaan kas
maupun pengeluaran kas, bendahara Desa menggunakan:
1) Buku kas umum;
2) Buku kas pembantu pajak; dan
3) Buku bank.
c. Pelaporan dan pertanggungjawaban
Dalam melaksanakan kewenangan dan kewajibannya dalam
pengelolaan keungan Desa, kepala Desa memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat periodik semesteran
dan tahunan, yang disampaikan ke bupati/walikota dan ada juga yang
disampaikan ke BPD. Rincian laporan sebagai berikut:
Laporan kepada bupati/walikota (melaui camat):
1) Laporan semesteran realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja Desa. laporan realisasi pelaksanaan APB Desa semester
pertama menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan
pembiayaan selama semester 1 dibandingkan dengan target dan
anggarannya, sedangkan laporan realisasi pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja Desa semester akhir tahun menggambarkan
realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan sampai dengan akhir
tahun, jadi bersifat akumulasi hingga akhir tahun anggaran.
24
2) Laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja desa kepada bupati/walikota setiap akhir
tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APB Desa setiap akhir tahun anggaran disampaikan kepada
bupati/walikota melalui camat terdiri dari pendapatan, belanja, dan
pembiayaan yang telah ditetapkan dengan peraturan peraturan Desa.
setelah pemerintah Desa dan BPD telah sepakat terhadap laporan
pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan APB Desa dalam bentuk
peraturan Desa, maka PERDES ini disampaikan kepada
bupati/walikota sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan
penyelenggaraan pemerintahan Desa. laporan pertanggung jawaban
realisasi pelaksanaan APB Desa sebagai mana tercantum dalam
pada pasal 41 Permendagri 113/2014, disampaikan paling lambat 1
(satu) bulan setelah tahun anggaran berkenaan.
3) Laporan realisasi penggunaan dana Desa. laporan realisasi
pembangunan dana Desa disampaikan kepada bupati/walikota
setiap semester. Penyampaian laporan realisasi penggunaan dana
Desa dilakukan:
a) Untuk semester 1 paling lambat minggu keempat bulan juli
tahun anggaran berjalan
b) Untuk semester II paling lambat minggu keempat bulan
januari tahun anggaran berikutnya.
c) Laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
25
Menurut ahli tersebut, fungsi manajen pada dasarnya mengacu kepada inti
permasalahan dan tujuan yang sama, yaitu dimaksudkan agar mekanisme
manajemen dalam melaksanakan berbagai kegiatan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan berdaya guna, berhasil guna tepat guna. Apabila
manajemen atau pengelolaan dikaitkan dengan keuangan atau anggaran maka
pengelolaan keuangan dapat didefinisikan sebagai proses atau cara
mengendalikan, mengatur, menyelenggarakan, mengurus dan menjalankan
keuangan dan anggaran.
C. Pengertian E-government
Electronic government merupakan suatu proses sistem pemerintahan
dengan memanfaatkan ICT (information, communication and technology) sebagai
alat untuk memberikan kemudahan proses komunikasi dan transaksi kepada
warga masyarakat, organisasi bisnis dan antara lembaga pemerintah serta stafnya.
Sehingga dapat dicapai efisiensi, efektivitas, transparansi dan
pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakatnya. (Hartono, D. U., &
Mulyanto, E. 2010:16)
Menurut yong (2003:39) merupakan penggunaan teknologi oleh
pemerintah khususnya penggunaan aplikasi internet berbasis web untuk
meningkatkan akses dan pemberian layanan pemerintah kepada warga negara,
mitra bisnis, pegawai atau karyawan, dan badan pemerintah lainnya. Menurut
Indrajit (2006:38), “E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan
pemerintah (seperti widw area network, internet dan mobile computing) yang
memungkinkan pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan
26
masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang berkepentingan. Menurut rokhman
(2008), “penerapan E-government dimaksudkan untuk memperpendek jarak
antara aparat pemerintah sebagai pelayan publik dengan masyarakat sebagai
public service customer karena E-government merupakan front office bagi kantor
layanan publik pemerintah. (Kusnadi, D., & Ma’ruf, J. 2017:38)
Kusnadi, D., & Ma’ruf, J. (2017:39).Ada tiga model penyampaian E-
goverment, antara lain :
1. Goverment-To-Citizen (G2C)
Government-to-citizen atau government-to-customer (G2C) Merupakan
aplikasi E-government yang paling umum, yaitu dimana pemerintah membangun
dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama
untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata
lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi E-government bertipe G-to-C adalah
untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang
beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk
pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.
2. Goverment-To-Bisiness (G2B)
Goverment-to-business (G2B) Salah satu tugas utama dari sebuah
pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar
roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam
melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta
membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah.
Disamping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai
27
lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya
sebagai sebuah entiti berorientasi profit.
3. Government-To-Government (G2G)
G2G(Goverment-to-government) berada Di era globalisasi ini terlihat jelas
adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih
intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah
dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau
diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar
negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan,
dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi
perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan
lain sebagainya.
Hartono, D. U., & Mulyanto, E. (2010:16) Kesiapan menuju keberhasilan E-
government menurut Heeks (2001:16) berkaitan dengan:
a. Infrastruktur legal/hokum. Perlu adanya perangkat hukum untuk menangkal
kejahatan digital, serta melindungi privasi, seperti data/informasi dan transaksi
digital perorangan, perusahaan dan lembaga pemerintah.
b. Infrastruktur kelembagaan. Perlu adanya instansi khusus yang menangani E-
government yang memberikan layanan informasi kepada masyarakat termasuk
informasi digital.
c. Infrastruktur SDM (sumber daya manusia). Sistem kepegawaian perludapat
dikembangkan agar mampu menarik SDM berkualitas profesional dalam
bidang telematika untuk ikut berkipra dalam E-government milik pemerintah.
28
d. Infrastruktur biologi. Meskipun teknologi yang diperlukan relative mahal, tapi
peluang kerja sama dengan swasta perlu dikembangkan dalam membangun
infrastruktur teknologi untuk mendukung E-government
e. Suport, capacity, value
f. Political environment, leadhership, planning, stakeholder, transparency,
budgets, technology, innovation.
D. Aplikasi SISKEUDES
Merupakan aplikasi yang dikembangkan badan pengawasan keuangan dan
pembangunan (BPKP) dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelolah
keuangan Desa. fitur-fitur yang ada dalam aplikasi pengelolaan keuangan Desa
dibuat sederhana dan user friendly sehingga memudahkan pengguna dalam
mengoperasikan aplikasi sistem keuangan Desa. (Putri, R. A. 2018:30)
Proses pengimputan sesuai dengan transaksi yang ada, dapat menhasilkan
output berupa dokumen penatausahaan dan laporan-laporan yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, antara lain.
a. Dokumen penatausahaan:
b. Bukti penerimaan:
c. Surat permintaan pembayaran (SPP):
d. Surat setoran pajak (SSP):
e. Dan dokumen-dokumen lainnya
f. Laporan-laporan
g. Laporan penganggaran (perdes APB Desa, RAB, APB Desa persumber
dana);
29
h. Laporan penatausahaan (buku kas umum, buku bank, buku pajak, buku
pembantu, dan register)
Kemudian dari aplikasi tersebut terdapat beberapa kelebihan aplikasi
SISKEUDES yang antara lain adalah:
1. Sesuai Peraturan
2. Memudahkan Tatakelola Keuangan Desa
3. Kemudahan Penggunaan Aplikasi
4. Dilengkapi dengan Sistem Pengendalian Intern (Built-in Internal Control)
5. Didukung dengan Petunjuk Pelaksanaan Implementasi dan Manual Aplikasi.
E. Kerangka Pikir
Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa diberikan
kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahaannya sendiri serta
pelasanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat Desa. Selain itu pemerintah Desa diharapkan untuk lebih mandiri
dalam mengelola pemerintahan sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di
dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik Desa. Begitu besar peran
peran yang diterimah oleh Desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab yang
besar pula. Oleh karena itu pemerintah Desa harus bisa menerapkan prinsip
akuntabilitas dalam tata pemerintahaannya, sehingga penyelenggaraan
pemerintahan Desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
BPKP sebagai pengembang amanat untuk mempercepat peningkatan
akuntabilitas keuangan negara sebagai mana tercantum dalam diktum keempat
30
Impres Nomor 4 tahun 2011, mengembangkan sistem aplikasi tata kelola
keuangan Desa yang dapat digunakan membantu pemerintah Desa dalam
melakukan pengelolaan keuangan Desa.
Maka melalui penelitian ini, akan kita deskripsikan bagaiman sistem aplikasi
Siskeudes dalam mengawal pengelolaan keuangan Desa Julubori Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa,
31
Gambar 2.1 :
Kerangka Pikir
Sumber : Dari Aplikasi SISKEUDES (2019)
Perencanaan
Penganggaran
PenataUsahaan
Pelaporan
Faktor Pendukung
1. Sumber Daya
Manusia yang
Kompeten.
2. Dukungan Sarana
dan Prasarana
memadai dan
dapat di andalkan.
3. Kerjasama yang
baik dalam
pemerintahan
Desa.
Faktor Penghambat
1. Belum
tersedianya
jaringan internet.
2. Belum
tersosialisasi
dengan baik oleh
pemerintah Desa.
3. Aplikasi
Siskeudes yang
sering Rilis
Baru/terupdate
Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
Yang Akuntabilitas Dan Transparansi
Sistem Pengelolaan Keuangan Desa Berbasis E-Government
Sistem pengeololaan keuangan di Desa Julubori Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa telah menggunakan aplikasi Siskeudes
32
E. Fokus Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melihat penerapan dan sistem pengelolaan
Keuangan Desa berbasis E-government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa. Ada dua indikator yang digunakan yaitu : Penerapan dan
Sistem aplikasi Siskeudes. Adapun faktor pendukung yaitu : SDM yang
kompeten, sarana dan prasarana yang memadai serta kerjasama yang baik dalam
pemerintahan Desa. Sedangkan faktor penghambat yaitu : belum tersedianya
jaringan internet, belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat dan aplikasi
Siskeudes yang Sering Rilis
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data
sehingga tidak terjadi bias terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan
pemahaman dan cara pandang terhadap penulis karya ilmiah ini, maka kami akan
memberikan penjelasan mengenai maksud dan fokus penelitian terhadap
penelitian karya ilmiah ini.
1. Siskeudes adalah sistem pengelolaan keuangan Desa Berbasis E-government
yang digunakan di Desa Julubori Kecamatan pallangga Kabupaten Gowa.
2. Pemerintah Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
merupakan objek dari penelitian ini.
3. Penerapan adalah proses yang di lakukan untuk mempraktekkan atau
menerapkan sistem pengelolaan keuangan Desa berbasis E-government di
Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
33
4. Sistem Pengelolaan keuangan Desa berbasis E-government adalah seluruh
rangkaian yang di mulai dari tahap perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, pelaporan yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran,
terhitung mulai tanggal satu januari sampai dengan 31 desember.
5. Faktor pendukung adalah faktor yang dapat mendukung dalam penerapan
sistem pengelolaan keuangan Desa berbasis E-government di Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
6. Faktor penghambat adalah faktor yang dapat menghambat dalam penerapan
sistem pengelolaan keuangan Desa berbasis E-government di Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
34
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, yaitu dimulai dari bulan Mei sampai
September 2019 dan lokasi penelitian ini terpusat di kantor Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, dengan alasan untuk mengetahui sejauh
mana sistem pengelolaan Keuangan Desa berbasis E-government di Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu data yang
dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan sesuai dengan keadaan, situasi
dan kondisi tempat yang kami teliti pemerintah Desa Julubori Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa.
2. Tipe Penelitian
Peneltian ini menggunakan penelitian Studi Kasus yaitu melakukan
pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang
disebut sebagai kasus dengan cara-cara yang sistematis dalam melakukan
pengamatan data, analisis data dan pelaporan hasilnya.
C. Sumber Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dengan observasi dan
wawancara dengan informan tentang sistem pengelolaan keuangan Desa
35
berbasis E-government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah penelitian yang bersumber dari Kantor setempat, data
tersebut berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penelitian kami.
D. Informan Penelitian
Penelitian informan dalam penelitian ini digunakan metode dangan cara
pemilihan secara purposive, informan dipilih berdasarkan pada tujuan penelitian
dan pertimbangan tertentu. Adapun yang dijadikan informan pada peneltian ini
adalah sebagai berikut :
Adapun informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.1: Informan Penelitian
NO INFORMAN INISIAL JABATAN KET.
1 Muh. Ilyas MI Kepala Desa 1
2 ABD. Hamid AH Ketua BPD 1
3 H. ABD Rajab Yato ARY Sekretaris Desa 1
4 Serly Angraeni SA Kaur Keuangan 1
5 Selvi Marwangi SM Staf Keuangan 1
6 Mulyadi MY Kasi Pembangunan 1
7 Lahabuddin LB Anggota BPD 1
8 Dg. Rani DR Tokoh Masyarakat 1
36
9 Dg. Bombong DB Masyarakat 1
Jumlah 9 orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang relevan sebagai mana yang diharapkan dalam
tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data. Data dalam
penelitian dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara
langsung di lokasi penelitian guna memperoleh keterangan dan data yang
yang lebih akurat.
2. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka, dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan (dialog) yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui dokumen tertulis,
terutama berupa arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku, dokumen resmi
maupun statistik yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengadakan penelaahan terhadap bahan-bahan yang
tertulis yang meliputi hasil-hasil seminar dan buku-buku serta majalah.
37
Beberapa data sekunder yang dicari dalam penelitian ini adalah informasi
tertulis baik dari dalam maupun dari luar yang dianggap relevan.
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti diolah dan dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk reduksi data, sajian data
serta penarikan kesimpulan dengan menggunakan penelaran sistematis. Kemudian
peneliti menginterprestasikan menjadi seperangkat informasi yang menjabarkan
mengenai sistem pengelolaan keuangan Desa berbasi E-government di Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
Metode analisis yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriftif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian kemudian ditafsirkan dengan
kalimat yang bersifat kualitatif. Hasil analisis data tersebut dijadikan kesimpulan
akhir dalam penelitian seperti yang dijelaskan oleh seiddel (1998) dalam Lexy J.
Moleong (2012:248) bahwa teknik analisis data mempunyai beberapa proses
yaitu:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri
2. Mengumpulkan, memilih-milih, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan-temuan umum.
38
G. Keabsahan Data
Menurut sugiyono (2009:366), teknik pengumpulan data triangulasi diartiakan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono
(2009:368), ada 3 macam triangulasi yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek ulang
derajat kepercayaan suatu informan yang diperoleh melalui sumber yang
berbeda. Misalnya membandingkan antara apa yang dikatakan secara
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan membandingkan hasil
wawancara dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan
observasi dan dokumentsi.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan cara wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila
39
hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-
ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.
40
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Julubori
a. Sejarah Desa Julubori
Desa Julubori merupakan salah satu dari 12 Desa di wilayah Kecamatan
Pallangga yang terletak 7 Km kearah timur dari Kecamatan Pallangga dan 11
Km sebelah tenggara ibukota Kabupaten Gowa.
Pada tahun 1939 Desa Julubori dikenal pemerintatahannya dengan “Desa
borong paku” yang dipimpin oleh Daengta Paku bernama HAMA Dg BALI
dan pada tahun 1964 diberi nama Desa Julubori yang terdiri dari lingkungan
Paku, Lingkungan Borongbilalang, Lingkungan Pancana, Lingkungan Watu-
Watu dan Lingkungan Biringbalang.Pada Tahun 1987, Desa Julubori
dimekarkan menjadi 3 (tiga Desa) yakni Lingkungan Paku dan Lingkungan
Borongbilalang menjadi Desa Julubori sebagai Desa induk yang terdiri dari 3
Lingkungan yang kemudian sebutan Lingkungan dirubah menjadi Sebutan
Dusun. Dusun tersebut yaitu Dusun Borongbilalang, Dusun Paku, dan
dibentuk Dusun baru yakni Dusun Borongbilalang. Desa Pemekaran adalah
Dusun Pancana dan Dusun Biringbalang menjadi Desa Julukanaya dan Dusun
Watu-Watu menjadi Desa Julupa’mai.
41
Sejak terbentuknya, Desa Julubori sudah beberapa kali dipimpin oleh
kepala Desa terpilih, Pelaksana Tugas Kepala Desa dan Pelaksana Harian
Kepala Desa sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Orang Yang Pernah Menjadi Pimpinan/Kepala Desa Julubori
No Nama Kepala Desa Tahun Masa Jabatan Keterangan
1 Hama Daeng Bali 1939 -1964 Kepala Desa Borong Paku
2 Baso Hama Daeng Nai 1964-1977 Kepala Desa Julubori
Pertama
3 Hama Daeng Talli 1977-1978 Kepala Desa Julubori
Kedua
4 Katjong Soegimen 1978-1998 ) Kepala Desa Julubori
Ketiga
5 Zainuddin Dg Nai 1997-2003 Kepala Desa Julubori
Keempat
6 Kamaruddin Dg Sitakka 2003-2008 Kepala Desa Julubori
Kelima
42
7 Hj. Hartati 2008 Kepala Desa Keenam (
Pelaksana Tugas Kepala
Desa )
8 Muh Ansar 2008-2013 Kepala Desa Ketujuh
9 Dra. KAMSINAH, MM
2013-2016 Kepala Desa Kedelapan (
Pelaksana Tugas Kepala
Desa )
10 Muh. Ilyas
2017-2022
Kepala Desa Kesepuluh
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori
2. Kondisi Geografis
a. Letak Desa
Desa Julubori terletak 11 Km sebelah tenggara Ibukota Kabupaten
Gowa dan 7 Km sebelah timur Ibukota Kecamatan Pallangga. Berbatasan
dengan Desa-desa tetangga yaitu;
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Toddotoa dan Desa
Bungaejaya.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Julukanaya.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kampili.
43
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Panakkukang
b. Administrasi Desa
Wilayah Desa Julubori terdiri dari 3 Dusun, 8 Rukun Warga (RW), 24
rukun tetangga (RT) yaitu:
1. Dusun Bontobilalang, Terdiri dari 3 RW dan 9 RT
2. Dusun Paku, terdiri dari 3 RW dan 9 RT.
3. Dusun Bontobila, terdiri dari 2 RW dan 6 RT
c. Topografi Desa
Kondisi topografi Desa Julubori adalah termasuk daerah dataran
rendah dengan ketinggian 20 m s/d 22m di atas permukaan laut (dpl),
kemiringan 3-8 , dan berada pada posisi 5 .15’.54, 15” Lintang selatan
Bujur timur dan 119 . 27’. 43,36”Bujur timur.
d. Iklim dan Curah Hujan
Secara umum Desa Julubori beriklim tropis dimana suhu udara
mencapai rata-rata 25 C-30 C sepajang tahun dan memiliki dua tipe musim
yaitu musim Hujan yang berlangsung antara bulan Oktober sampai bulan
April dan musim kemarau antara bulan Mei sampai bulan September.
Curah hujan mencapai rata-rata 2000 mm – 3000 mm pertahun dan
tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari.
e. Hidrologi dan Tata Air
Menyangkut hidrologi Desa Julubori terdiri dari dua bagian yaitu
untuk pertanian dan kebutuhan keluarga masyarakat. Sebagai sumber
44
pengairan untuk pertanian dan peternakan, Desa Julubori dilalui aliran
Irigasi Primer Kampili dan 95 % lahan pertanian memanfaatkan air irigasi
tersebut. Selain itu ada 5 lokasi bekas tambang galian golongan C yang
dapat menjadi sumber air untuk pompanisasi. Apabila air irigasi kurang,
maka dapat memamfaatkan sumur bor atau sumur gali.
Untuk kebutuhan air rumah tangga masyarakat 90% KK telah
memiliki sumur sendiri baik dalam sumur gali maupun sumur bor dengan
menggunaka timba manual atau mesin pompa air listrik. Kondisi air tanah
di Desa Julubori sangat jernih karena bersumber dari tekstur tanah berpasir
kasar bercampur kerikil dengan kedalaman rata-rata 2-3 meter.
f. Kondisi Sumber Daya Alam
Sumber Daya Alam di Desa Julubori secara umum sangat potensial
untuk pengembangan usaha Agribisnis, dimana Lahan Pertanian dan
perkebunan yang memiliki sarana irigasi teknis yang cukup memadai.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Kondisi Sumber Daya Alam
No Jenis SDA Lokasi Volume Keterangan
1 Sungai - -
2 Mata Air - -
3 Danau - -
4 Kali / sungai kecil Dusun Paku
2 Km Dangkal
45
Dusun
Borongbilalang
1.5 Km Dangkal
5 Persawahan Teknis Dusun
Bontobila
75 Ha
Dusun
Borongbilalang
88 Ha
Dusun Paku 95 Ha
6 Bekas Tambang Gol. C Dusun
Bontobila
21 Ha
7 Ladang Dusun
Bontobila
15 Ha
Dusun
Borongbilalang
12 Ha
Dusun Paku 11 Ha
Sumber : Pemerintah Desa Julubori 2017
g. Luas dan Pemamfaatan Lahan Desa
Luas wilayah Desa Julubori sebesar 369,57 Ha. Luas lahan yang ada
terbagi dalam beberapa peruntukan, dapat dikelompokkan seperti untuk
fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
46
Tabel 4.3 : Data Pemamfaatan Lahan Desa
No Pemamfaatan Lahan Presentase %
Pemamfaatan Luas ( Ha )
1 2 3 4
1 Jalan 17,50 4,85
2 Pemukiman 22,02 6,13
3 Bangunan umum 5,58 1,55
4 Irigasi 3,15 0,87
5 Pemakaman 0,72 0,99
6 Pertanian/kebun 317 87,91
7 Usaha batu merah 3,50 0,97
8 Lapangan sepak bola 1,20 0,33
Jumlah 369, 57 100
Sumber : Monografi Pemerintahan Desa Julubori 2017
Berdasarkan data tersebut di atas menunjukkan bahwa bialyah
Desa Julubori sangat memungkinkan untuk pengembangan agribisnis baik
pertanian, perikanan, peternakan maupun usaha produktif lainnya. Namun
pengelolaannya belum maksimal karena masih rendahnya tingkat
pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk memamfaatkan sumber
daya yang ada.
47
3. Kondisi Demografi Dan Sosial Budaya
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Desa Julubori mempunyai jumlah penduduk 5.258 jiwa, yang tersebar
dalam 3 dusun yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 2.578 jiwa,
perempuan sebanyak 2.680 jiwa. Pertumbuhan penduduk dari tahun ke
tahun berkembang pesat sejalan dengan perkembangan kondisi
pembangunan Desa. pertumbuhan penduduk dipicu selain karena faktor
kelahiran baru, juga karena penduduk pindah/datang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 : jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
No Dusun Jumlah penduduk Jumlah
(Jiwa) Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
1 Bontobila 748 781 1529
2 Paku 969 982 1951
3 Borongbilalang 861 917 1778
Jumlah 2578 2680 5258
Sumber : Monografi Pemerintahan Desa Julubori
b. Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Penduduk Desa Julubori dapat diuraikan menurut kelompok umur
atau tingkatan usia seperti pada tabel berikut :
48
Tabel 4.5: Data Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin
No Umur Jenis kelamin / dusun Jumlah
Bontobila borongbilalang Paku
L P L P L P
1 0 – 1 thn 15 21 8 11 26 32 113
2 > 1 – 2
thn
12 15 9 12 22 33 103
3 >2 – 3
thn
29 21 11 16 33 34 144
4 >3 – 5
thn
33 14 22 38 46 27 179
5 >5 – 13
thn
118 88 154 116 133 114 723
6 >13 – 20
thn
104 101 123 132 164 155 779
7 >20 – 35
thn
155 166 109 185 194 187 1096
8 >35 – 45
thn
133 128 117 155 127 154 814
9 >45 – 55
thn
87 120 119 117 114 135 692
10 55 tahun 62 107 89 135 111 111 615
Total 748 781 861 917 969 982 5258
49
Sumber : Monografi Pemerintahan Desa Julubori 2017
c. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan di Desa Julubori tergolong masih sangat rendah,
hal dapat terukur dari kecilnya jumlah yang mampu menyelesaikan
pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi, yakni hanya mencapai 2,58
% dari total jumlah penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada
tebel berikut :
Tabel 4.6 : Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah / Dusun Jumlah
Bontobila Borongbilalang Paku
1 Belum
sekolh
160 127 252 539
2 Tidak
sekolah
221 428 332 981
3 Tk 55 51 63 169
4 Sd 480 530 621 1631
5 smp 402 346 363 1111
6 Sma 177 262 263 702
7 Diploma 12 13 24 49
8 Strata I 22 21 33 76
9 Strata II 0 0 0 0
50
10 Starata II 0 0 0 0
Total 1529 1778 1951 5258
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2017
4. Kondisi Perekonomian Masyarakat
Perekonomian masyarakat Desa Julubori, sangat bervariasi
tergantung dari kondisi kapasitas yang dimiliki warga antara lain: tingkat
pendidikan, keterampilan, kepemilikan tanah dan lain-lain. Dalam
beberapa tahun terakhir, kehidupan perekonomian masyarakat
menunjukkan suatu pertumbuhan yang signifikan atau perubahan yang
sangat dirasakan. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 : Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.
No Pekerjaan Jumlah Tiap Dusun Jumlah
Bontobila Paku Borong
Bilalang
1 Petani 266 375 424 1065
2 Buruh 161 188 270 619
3 PNS 7 12 21 40
4 Karyawan Swasta 5 38 60 102
5 Pedagang 47 72 44 163
6 ABRI/POLRI 1 32 8 41
51
7 Pensiunan 4 7 3 14
8 Ibu Rumah Tangga 337 353 288 978
9 Sopir 25 12 15 52
10 Wira usaha 2 7 13 22
11 Jualan 97 318 183 595
12 Pelajar 358 339 224 929
13 Tidak punya
pekerjaan
219 198 195 612
Total 1529 1951 1778 5258
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2017
Secara umum perekonomian masyarakat Desa Julubori terdiri dari
berbagai faktor sebagai berikut :
a. Sektor Perikanan
Berdasarkan tabel di atas, sektor pertanian merupakan salah satu
sektor terbesar dari mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat,
dimana sekitar 863 orang atau 18,36 % penduduk bermata pencaharian
utama sebagai petani
Luas lahan pertanian mencapai 288,80 Ha yang terdiri dari 279,80
lahan sawah berpengairan teknis dengan pola tanam padi – padi –
palawija, dan 9,00 Ha masih persawahan tadah hujan dengan pola tanam
padi – palawija.
52
Penghasilan petani di Desa Julubori masih tergolong rendah karena
produktivitas pertanian rendah yang disebabkan karena beberapa faktor
antar lain : pengetahuan petani rendah, peralatan pertanian belum memadai
dan kurang permodalan usaha.
b. Sektor Peternakan
Sektor ini masih kurang dikembangkan oleh masyarakat Desa
Julubori. Jenis ternak yang ada di Desa Julubori terdiri dari, ternak sapi,
ayam buras, kambing, dan itik. Dari sekian jenis ternak tersebut belum ada
yang dikelolah sesuai dengan teknik budi daya yang baik dan hanya ternak
sapi yang lebih menonjol, itu pun masih dipeliharah dengan cara
tradisional.
Salah satu kendala yang menyebabkan kurangnya perhatian
masyarakat ke sektor ini adalah karena biaya bibit yang mahal, resiko
kegagalan sangat besar, yang disebabkan karena penyakit, pencurian dll.
Disamping kurangnya penyuluhan tentang peternakan juga menjadi
pemicunya padahal potensi pengembangannya sangat besar dengan
adanya ketersediaan lahan dan pakan yang masih banyak. Dan
kepemilikan ternak dapat dilihat pada tabel pada tabel berikut :
Tabel 4.8 : Data Kepemilikan Ternak Desa Julubori
Sapi Kerbau Kambing Ayam
buras
Ayam
broiler
Itik
53
165 10 21 6.750 25.750 1.200
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2017
c. Sektor Perikanan
Potensi pengembangan sektor perikanan air tawar di Desa Julubori
sangat besar dengan adanya lahan persawahan yang dekat dengan irigasi
primer kampili. Selain itu adanya lokasi bekas tambang galian C seluas
kurang lebih 25 Ha. Kondisi pengairannya selalu tersedia sepanjang tahun.
Saat ini ada beberapa masyarakat mengembangkan ternak ikan hias dan
bermata pencaharian menangkap ikan nila pada lokasi bekas tambang
galian golongan C.
Dalam upaya mengembangkan sektor sektor perikanan, maka
dibutuhkan ada pengembangan secara terpadu melalui pola mina padi (
menanam ikan dengan padi ). Dalam hal ini perlu dipacu dengan
memperbanyak penyuluhan dan pelatihan serta penyediaan pasarnya,
karena pengetahuan dan keterampilan petani masih rendah.
d. Sektor Jasa
1. Pertukangan Batu
Pertukangan batu merupakan salah satu potensi yang digeluti
oleh sebahagian masyarakat Desa Julubori. Sebahagian besar tingkat
penghasilan dan kehidupan mereka menjadi lebih baik. Kondisi rumah
para tukang batu tergolong layak, karena memanfaatkan kemampuan
54
mereka untuk mendesain sendiri. Sekitar 70 % dari mereka bekerja di
kota makassar. Yang lainnya bekerja dalam Desa Julubori. Pola kerja
mereka pun berbeda-beda ada yang kerja harian dan ada yang sistem
borongan atau kontrak. Hal ini menunjukkan adanya ketersediaan
tenaga kerja siap pakai.
2. Pertukangan Kayu
Sektor jasa pertukangan kayu terdiri dari dua kategori yaitu:
tukang kayu yang bekerja pada orang lain dan tukang kayu yang telah
mampu membuka usaha sendiri seperti usaha mebel, kuseng, pintu,
jendela dan lain-lain. Bahkan ada beberapa orang yang yang telah
mempekerjakan orang lain. Salah satu usaha yang berkembang pesat
dan mampu mensejahterakan pengusaha adalah usaha pengelohan kayu
bekas bangunan yang diolah menjadi bahan bangunan seperti kuseng,
pintu, jendela dan lain-lain. Permodalan uasaha selalu menjadi kendala
untuk pengembangan usaha mereka.
3. Perbengkelan
Jasa perbengkelan yang ada di Desa Julubori masih tergolong
bengkel skala kecil, karena kegiatan usahanya masih sebatas usaha
perbaikan motor, dico, mobil, pembuatan pagar besi, pintu, tempat
tidur, dengan modal usaha masih kecil.
55
4. Jasa Salon Rias Pengantin
Pengusaha jasa salon dan rias pengantin yang ada di Desa
Julubori sangat membantu kebutuhan warga. Usaha ini pun cukup
menjanjikan kesejahteraan para pengusaha. Namun dengan
perkembangan mode dan model pelayanan, maka persaingan usaha
makin ketat yang membuat posisi para pengusaha semakin terdesak.
Hal tersebut diakibatkan karena masih rendahnya kemampuan modal
usaha dan keterampilan yang dimiliki.
5. Jasa Alat Produksi Pertanian (Alsinta )
Peralatan produksi pertanian semakin tahun semakin mengalami
peningkatan sejalan dengan kemajuan teknologi. Kemajuan peralatan
teknologi modern tersebut telah mampu menggeser peralatan manual
yang dimiliki petani mulai dari pengelohan tanah, alat penanam, dan
alat penen dan peralatan pasca panen semuanya menggunakan mesin.
Alat-alat pertanian tersebut misalnya traktor tangan dan traktor berat,
mesin penanam padi, mesin panen combine, pompa air, penggilingan
padi dan sebagainya.
6. Sektor Usaha Rumah Tangga (Home Industri )
Usaha skala rumah tangga atau dikenal dengan istilah home
industry, memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat Desa
Julubori, misalnya : usaha industri kasur, usaha batu merah, kerajinan
anyaman bambu, usaha daur ulang sampah, usaha kue-kue tradisional.
56
khususnya usaha kasur telah lama dikembangkan dan pasarnya telah
lintas Kabupaten dan lintas Provinsi.
7. Sektor Perdagangan
Usaha di bidang perdagangan masih skala kecil, atau sebatas
jualan yakni : jualan ikan, jualan beras, jualan kasur, jualan pakaian,
jualan kue-kue dan lain-lain. Perdagangan skala besar belum ada.
5. Kondisi Sarana Dan Prasarana Desa
1. Sarana Trasportasi
Sarana jalan alah satu sarana yang paling utama dalam melakukan
perekonomian adalah sarana jalan yang memadai. Kondisi jalan yang ada
di Desa Julubori terdiri dari beberapa jenis antara lain: jalan Provinsi, jalan
Kabupaten, jalan Desa, jalan inpeksi, jalan tani, dan jalan lorong. Sebagian
besar jalan tersebut mulai rusak terutama jalan Kabupaten yang poros
Borongbilalang – Limbung dan jalan lorong yang masih jalan tanah.
Adapun kondisi jalan yang ada di Desa Julubori adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9 : Kondisi Sarana Jalan Di Desa Julubori
No Jenis jalan Lokasi Volume Ket.
1 Jalan provinsi Dusun Borongbilang 600 M Rusak ringan
2 Jalan kabupaten Borongbilalang-Paku 2.200 M Rusak berat
3 Jalan Desa Borongbilalang-
Bontobila
2.300 M Rusak berak
57
4 Jalan lorong Dusun Borongbilalang 2.700 M 200 M sudah
dipaving
Dusun Paku 2.900 M 1.000 M sudah
dirabat, sudah
mulai rusak
Dusun Bontobila 1.650 M 200 M sudah
dipaving
5 Jalan inpeksi Dusun Borongbilalang 1.200 M 300 M sudah
dipaving
Dusun Paku 1.000 M Rusak berat
Dusun Bontobila 2.000 M 350 M sudah
diaspal
6 Jalan tani Dusun Borongbilalang 1.800 M 1.000 M sudah
ditalud
Dusun Paku 2.300 M Rusak berat
Dusun Bontobila 2.150 M Rusak berat
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2017
2. Sarana Irigasi
sebagai wilayah Desa agraris, dibutuhkan adanya irigasi yang mampu
menunjang usaha pertanian masyarakat. Kondisi irigasi di Desa Julubori
sangat memungkinkan untuk kegiatan usaha pertanian, perkebunan dan
58
perikanan. Sekitar 85 % wilayah Desa Julubori berpengairan teknis yang
berasal dari daerah irigasi Kampili dimana air tersedia sepanjang tahun.
Namun yang menjadi kendala adalah jaringan irigasi banyak yang
rusak, kelembagaan pengelola air belum kuat, sehingga mempengaruhi
kelancaran pengairan. Keadaan irigasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 : Kondisi Sarana Irigasi Di Desa Julubori
No Jenis irigasi Lokasi Volume Ket.
1 Irigasi primer Dusun Bontobila 1.200 M Rusak
ringan
2 Irigasi sekunder Paku-
Borongbilalang
2.600 M Rusak
ringan
3 Irigasi tersier Dusun
Borongbilalang
2.300 M Rusak
berat
4 Irigasi kuarter Dusun Paku 2.700 M 200 M
sudah
dipaving
Dusun
Borongbilalang
2.900 M
Dusun Bontobila 1.650 M Dipaving
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2017
59
3. Sarana Kesehatan
Dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat terdapat berbagai
fasilitas penunjang antara lain: pustu 1 unit, poskesdes 1 unit, posyandu 3
unit, 1 unit perdusun. Di Desa Julubori terdapat 1 orang tenaga perawat
yang tinggal di pustu, dan 1 orang bidan Desa serta bidan Desa honorer 1
orang.
4. Sarana Sanitasi Lingkungan
Kebersihan lingkungan ditunjang dengan sanitase lingkungan dimana
telah dibangun draenase sepanjang 3900 M dari 28000 M panjang
draenase yang ada untuk memperlancar pengaliran dan pembuangan air
dari pemukiman masyarakat, selain itu selain penyuluhan PKK telah
diberikan pemahaman tentang pengelolaan jamban keluarga. Pengelolaan
sampah belum dilakukan dengan baik dimana belum adanya tempat
pembuangan sampah tertentu dan masih rendahnya keterampilan
masyarakat mengolah sampah. Sampah rumah tangga dibuang
sembarangan atau dibakar.
5. Sarana Air Bersih
Kebutuhan air bersih untuk kebutuhan keluarga dengan menggunakan
beberapa sumur jenis sumur diantaranya sumur gali, sumur bor, air galon.
Karena sumber air tanah sangat mudah diperoleh dimana kedalaman air
tanah rata-rata 2-3 M, sehingga hanya sekitar 15 % penduduk yang tidak
memiliki sumur pribadi.
60
6. Sarana Pribadatan
Sarana pribadatan yang ada di Desa Julubori adalah berupa masjid 8
buah. Dusun Bontobila 2 buah yaitu Masjid Lailatul Qadar dan Masjid
Jabal Nur. Dusun Paku Yaitu Masjid Nurul Iman, Masjid Babussalam dan
Masjid Al Anshar. Dusun Borongbilalang yaitu : Masjid Nurul Yaqin dan
Masjid Al Ikhlas dan Masjid Al Alik
7. Sarana Pendidikan
Dengan adanya program pemerintah Kabupaten Gowa berupa program
pendidikan gratis, maka harus ditunjang dengan sarana pendidikan yang
memadai sebagai faktor utama keberhasilan dan kemajuan tingkat
pendidikan masyarakat. Di Desa Julubori terdapat beberapa sarana baik
formal maupun non formal. Sarana formal meliputi: sekolah menengah
atas (SMA negeri 20) 1 buah. Sekolah menengah pertama ( SMP 5
Pallangga ) 1 buah, sekolah dasar 2 buah, SPAS 1 buah, TK 2 buah (TK
yayasan ), TKA/TPA 6 buah, sekolah sepak bola 1 buah.
8. Sarana orlahraga
yang ada adalah lapangan sepak bola seluas 1.00 Hektar. Selain itu ada
1 unit lapangan bulu tangkis dan 3 buah lapangan sepak takraw yang
dibangun atas swadaya masyarakat.
9. Sarana listrik
Sarana penerangan yang ada di Desa Julubori adalah jaringan listrik
PLN yang dapat diakses oleh seluruh rumah tangga yang ada. Namun
kepemilikannya masih terdapat sekitar 25 % masyarakat belum memiliki
61
meteran sendiri tetapi menumpang pada rumah tetangga. 2 RW yang
belum mempunyai tiang listrik yang permanen tetapi masih menggunakan
tiang kayu dan bangku.
10. Kondisi perumahan dan pemukiman penduduk
Perumahan adalah merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat, dimana dalam RPJMDes ini, kondisi rumah warga termasuk
dalam indikator peringkat kesejahteraan masyarakat, karena kondisi rumah
sering menjadi ukuran kesejahteraan seseorang.
Di Desa Julubori ada beberapa kondisi rumah dimana dari 1.272
rumah, terdapat 230 rumah tidak layak huni. Keadaan tersebut akan
memacu upaya untuk membantu warga mengacu kepada peningkatan
kualitas rumah mereka.
Pemukiman penduduk rata-rata tersusun berdasarkan jalur jalan
yang ada. Namun masih terdapat perumahan yang belum tertata dengan
baik. Umumnya rumah yang berada pada lokasi yang belum memiliki
lorong yang baku.
B. Kondisi Pemrintahan Desa
1. Kelembagaan Pemerintah Desa
Pemerintah Desa Julubori saat ini dipimpin oleh kepala Desa yang
ke tujuh dari 47 tahun terbentuknya sejak tahun 1964. Pemerintah
dipimpin seorang kepala Desa dan dibantu oleh beberapa aparat Desa
62
antara lain Sekretaris Desa. kaur-kaur, kepala Dusun, Ketua RW dan
Ketua RT, dengan struktur sebagai berikut :
Tabel 4.11: Struktur Pemerintahan Desa
No Nama Jabatan
1 Muh. Ilyas Kepala Desa
2 H. Abd. Rajab Yato Sekretaris Desa
3 Fajar Kasi Pemerintahan
4 Muliadi Kasi Pembangunan
5 Salmiyah Kasi Kesejahteraan
6 Abd. Azis Kaur Umum
7 Serly Anggraeni Kaur Keuangan
8 Tina Faramita Kaur Administrasi
9 Dwi Resky Andriani Staf Kesejahteraan
10 Nurul Ismi Staf Administrasi
11 Selvi Mawarngi Staf Keuangan
12 Muh. Jufri Kadus Borongbilalang
13 Bakri Sena Kadus Paku
14 Hasyim Dg Rani Kadus Bontobila
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2017
Pusat pemerintahan Desa Julubori bertempat di Dusun Paku, telah
memiliki gedung kantor yang dibangun di tas tanah 400 M2 , dengan luas
bangunan 150 M2. Kantor Desa direhabilitasi pada tahun anggaran 2007
63
dan telah dilengkapi dengan mobiler berupa meja, kursi, lemari, papan
potensi.
Dalam melakukan aktifitas pelaksanaan tugas, para kaur berkantor
setiap hari kerja, namun masih perlu peningkatan kapasitas SDM.
Peningkatan kapasitas yang dimaksud adalah menyangkut tugas dan
fungsinya masing-masing antara lain: keterampilan administrasi,
pengoperasian komputer, dan teknik pelayanan tugas kepada masyarakat.
pengelolah penguatan kapasitas lembaga perlu menjadi agenda
pembangunan Desa.
64
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Julubori
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2019
Sekretaris Desa
H.Abd. Rajab Yato
Kasi Kesejahteraan
Salmiyah, S.Kom
Kepala Desa
Muh Ilyas, SE
Kasi Pembangunan
Muliadi, Amd.Kep
Kaur Pemerintahan
Fajar
Staf Kesejahteraan
Dwi Reski Andriani
Kaur Administarsi
Tina Faramita S.Pd
Kaur Keuangan
Serly Angraeni
Kaur Umum
H.Abdul Azis
Staf Administrasi
Nurul Ismi
Staf Keuangan
Selvi Marwangi
Kepala Dusun Borong Bilalang
Muh. Jufri
Kepala dusun paku
H. Bakri se’na
Kepala Dusun Bonto
Bila Hasyim Dg Rani
Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) LPM/LEMBAGA ADAT
65
Badan permusyawaratan Desa adalah lembaga yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Desa. keanggotaan BPD adalah wakil
dari penduduk Desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah
yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga, pemangku
adat,golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat
lainnya. Masa jabatan anggaota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat
diangkat / diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil yakni 9 orang,
dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan
keuangan Desa.
Fungsi BPD yakni menetapkan peraturan Desa bersama kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Kemudian
wewenang BPD yaitu :
1. Membahas rancangan peraturan Desa bersama kepala Desa;
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Desa
dan peraturan kepala Desa;
3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala Desa;
4. Membentuk panitia pemilihan kepala Desa;
5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat; dan
66
6. Menyusun tata tertib BPD
Badan permusyawaratan Desa (BPD) Desa Julubori beranggotakan
9 orang, dengan struktur sebagai berikut:
Tabel 4.13 : Daftar Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
No Nama Jabatan
1 Abd. Hamid Ketua
2 Syamsuddin dg. Rola Wakil ketua
3 Riska rahim Sekretaris
4 Sukarman Anggota
5 Nurdin Anggota
6 Abd. Latif Anggota
7 Lahabuddin Anggota
8 Syarifuddin Anggota
9 Basri dg rola Anggota
Sumber : Pemerintah Desa Julubori 2017
Dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 35 tahun 20007
diatur juga mengenai tugas dan wewenang Kepala Desa :
1. Tugas kepala Desa, kepala Desa mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
2. Wewenang kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya kepala Desa
mempunyai wewenang :
67
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama Dewan Permusyawaratan
Desa ( BPD);
b. Mengajukan rancangan peraturan Desa;
c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan
bersama BPD;
d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan Desa mengenai
APB Desa untuk dibahas dan ditetatapkan bersama BPD;
e. Membina kehidupan masyarakat Desa;
f. Membina perekonomian Desa;
g. Mengkordinasikan pembangunan Desa secara partisipatif;
2. Visi dan Misi Desa Julubori
Visi :
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan yang di inginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan Desa.
penyusunan visi Desa Julubori ini dilakukan dengan pendekatan
partisipasi, melibatkan pihak – pihak yang berkepentingan di Desa
Julubori, seperti pemerintah Desa, BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama,
lembaga masyarakat Desa dan Masyarakat desa pada umumnya,
pertimbangan kondisi eksternal di Desa seperti satuan kerja wilayah
pembangunan di Kecamatan. Maka berdasarkan pertimbangan diatas visi
Desa Julubori ialah “ Tarwujudnya Desa Julubori yang berakhlaq,
68
handal dibidang infrastruktur, ekonomi, sosial budaya dengan tata
kelola pemerintahan partisipatif dan transparan ”
Misi :
Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi – misi yang
memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar
tercapainya visi Desa tersebut.
Visi berada diatas Misi, pernyataan visi kemudian di jabarkan
kedalam misi agar dapat dioprasionalkan / dikerjakan sebagaimana
penyusunan visi, misipun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan
partisipatif, pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Julubori,
sebagaimana proses yang dilakukan maka misi Desa Julubori adalah :
1. Peningkatan pembinaan keagamaan sebagai sarana pembangunan
manusia yang berakhlaq.
2. Peningkatan kapasitas aparatur dan tata kelola pemerintahan Desa
yang baik.
3. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fisik, ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan sosial budaya di Desa.
4. Peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan baik formal maupun
non formal yang sejalan dengan program pendidikan dan kesehatan
gratis.
5. Peningkatan Kapasitas kelembagaan masyarakat Desa sebagai
penunjang pembangunan dan ketertiban masyarakat.
69
6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan
kelompok usaha ekonomi produktif dengan menjadikan badan usaha
milik Desa (BUMDes) sebagai tulang punggung perekonomian Desa.
7. Peningkatan pembinaan bagi generasi muda sebagai pelopor
pembangunan Desa
8. Meningkatkan SDM melalui peningkatan kapasitas masyarakat sebagai
bagian dari pemberdayaan masyarakat
9. Meningkatkan pengembangan sumber daya alam Desa
C. Sistem pengelolaan keuangan Desa berbasis E-Government di Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Hasil ini penulis menyajikan semua data yang diperoleh dengan cara
wawancara kepada responden/informan di pimpinan/kepala Desa Julubori,
Ketua BPD Desa Julubori, Sekretaris Desa Julubori, Kaur Keuangan Desa
Julubori, Staf Keuangan Desa Julubori, Kasi Pembangunan Desa Julubori,
Anggota BPD Julubori, Tokoh Masyarakat Julubori dan Masyarakat Desa
Julubori. Dalam variabel sistem pengelolaan keuangan Desa berbasis E-
government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, penulis
menjabarkan kedalam indikator yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan-
pertanyaan.
1. Penerapan dan Sistem aplikasi siskeudes
a. Penerapan
Penerapan adalah perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode
untuk menpai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan
70
oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun
sebelumnya.
Gambar 4.2 : Kabupaten Gowa Sukses Menerapkan Siskeudes Di Seluruh
Desanya
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2019
Berikut wawancara peneliti dengan Kepala Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Sistem aplikasi adalah program nasional dari kementerian
keuangan pada pada tahun 2015, sebenarnya semua desa merasa
kesulitan dalam penerapannya, kesulitannya itu boleh dikatakan
kurang faktor pendukung yang banyak faktor penghambat, mana
SDM nya belum ada yang tau pada masa belajar tetapi melalui
pelatihan yang berkesinambungan terus-menerus akhirnya bagus.
Lanjutnya, awal-awalnya dirsakan sulit sekali seiring dengan
perkemabangan SDM yang semakin terlatih ternyata penerapannya
71
jauh lebih bagus daripada yang manual.” (MI, wawancara Tanggal
2 September 2019).
Pernyataan dari kepala Desa Julubori menunjukkan bahwa aplikasi
siskeudes adalah program nasional dari kementerian keuangan pada tahun
2015, yang dalam awal penerapannya Desa merasa kesulitan karena
kurangnya faktor pendukung yang banyak itu faktor penghambat tetapi
melalui pelatihan yang berkesinambungan terus menerus dan seiring
perkembangan SDM akhirnya Desa meraskan mamfaat dari aplikasi ini.
Kemudian wawancara peneliti dengan Ketua BPD Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Yang saya ketahui aplikasi siskeudes adalah program nasional
dimana Desa diharuskan menerapkan ini di Desa nya.” (AH,
Wawancara Tanggal 22 Agustus 2019)
Hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan bahwa
siskeudes adalah program Nasional yang harus di terapkan di Desa.
Hasil wawancara peneliti dengan Kaur Keuangan Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Siskeudes ini dari Kemendagri dan diperkenalkan akhir tahun
2015 kemudian pada pelatihan pertama ada beberapa desa yang
ikut sekitar 5 Desa, baru pada tahun 2016 pelatiahan diikuti 121
desa yang ada di Kabupaten Gowa dalam waktu satu pekan di
dinas PMD Kabupaten setelah itu aplikasi dibagikan dan
diterapkan di Desa.” (SA, Wawancara Tanggal 2 September 2019)
Dari hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan bahwa
Aplikasi Siskeudes di perkenalkan pada tahun 2015, kemudian ada
pelatihan pertama hanya diikuti 5 (lima) Desa saja baru pada tahun 2016
72
pelatihan diikuti semua Desa yang ada dikabupaten Gowa dalam waktu
sepekan di PMD Kabupaten sebelum aplikasi dibagi dan diterapkan Desa.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kasi Pembangunan yang
bergabung dalam PPTKD Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa mengatakan bahwa :
“Penerapannya itu dari Kabupaten melakukan pelatihan di Desa-
desa kira-kira satu pekan lamanya setelah itu Desa menerapkan di
Desanya masing-masing.” (MY, Wawancara Tanggal 21 Agustus)
Hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan bahwa
penerapan Aplikasi Siskeudes dimulai setelah pelatihan sepekan.
Berikutnya hasil wawancara peneliti dengan Tokoh Mayarakat Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Kami tidak mengetahui dengan rinci tentang pengelolaan
keuangan berbasis Aplikasi tetapi kalau kami melihat hasil dari
pengelolaan, yang alhamdulillah bagus karena banyak
pembangunan di Desa yang kami rasakan saat ini.” (DB,
Wawancara Tanggal 21 Agustus 2019).
Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu Tokoh Masyarakat
menunjukkan bahwa masyarakat tidak mengetahui secara rinci tentang
pengelolaan keuangan berbasis aplikasi tetapi fokus perhatianaya tertuju
pada hasil dari pengelolaan keuangan Desa.
Kemudian wawancara peneliti dengan Tokoh Masyarakat Desa
Julubori Kecamtan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Saya tidak mengetahui tentang adanya sistem aplikasi Siskeudes di
Desa karena saya sibuk dengan pekerjaan, tetapi pernah ada
73
undangan untuk datang di taman bambu karena Kepala Desa dan
Aparat Pemerintah Desa serta BPD sering mengadakan forum
Musyawarah dan sosialisasi disana yang saya dengar, namun saya
belum pernah sempat datang menhadiri kegiatan itu.” (DR,
Wawancara Tanggal 22 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara peneliti dengan Tokoh Masyarakat
menunjukkan bahwa tidak banyak masyarakat mengetahui tentang adanya
aplikasi Siskeudes di Desa Julubori karena faktor kerjaan sehingga tidak
sempat menhadiri pertemuan yang bertempat di taman bambu.
b. Sistem
Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu
kegiatan atau menyelesaikan sasaran tertentu. Sistem yang dimaksud disini
adalah sistem yang ada dalam pengelolaan keuangan berbasis aplikasi yang
menjadi prosedur-prosedur yang saling berhubungan untuk tujuan
peningkatan pengelolaan keuangan Desa.
Ganbar 4.3 : Sistem Aplikasi Siskeudes
Sumber : Pemerintahan Desa Julubori 2019
74
1) Perencanaan
Perencanaan adalah menentukan hal-hal yang ingin dicapai di
masa depan serta menentukan berbagai tahapan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut, serta menjadi tahap awal dalam kegiatan.
Perencanaan yang di maksud disini adalah tahapan atau proses
perencanaan sampai dengan keterhubungan dengan aplikasi Siskeudes.
Berikut wawancara peneliti dengan Kepala Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, mengatakan bahwa:
“Pada tahap perencanaan itu bagaimana keterhubungan dengan
Siskeudes maka seluruh hasil musyawarah perencanaan ini
dituangkan kedalam/di input ke sistem aplikasi Siskeudes itu
dalam bentuk RJMDes selama 6 (enam) tahun dan RKP Desa
tahunan yang melahirkan Musrembang. Intinya kalau dia
perecanaan maka RPJMDes dan RKP Desa itu dokumennya.”
(MI, Wawancara Tanggal 2 September 2019)
Pernyataan dari Kepala Desa Julubori menunjukkan bahwa pada
tahap awal dari perencanaan dilakukan dengan cara musyawarah Desa
kemudian seluruh hasil dari musyawarah perencanaan barulah di input
ke aplikasi Siskeudes yang dokumennya Berbentuk RPJMDes dan RKP
Desa
Kemudian wawancara peneliti dengan Ketua BPD Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Kalau di Desa itu perencanaan partispatif apa yang kita
kerjakan sebanarnya hasil dari kesepakatan bersama melalui
musrembang, jadi musrembang itu aslinya nak disitu fungsinya
pembangunan partisipatif karena yang kami akan kerjakan
berdasarkan hasil usulan masyarakat melalui musrembang
bahwa ini yang menjadi kebutuhan, intinya dalam perencanaan
75
bukan semata kepala Desa yang berpikir atau BPD tapi kita
adakan musrembang supaya masyarakat menyalurkan
inspirasinya untuk penyusunan perencanaan satu tahun ke
depan.” (AH, Wawancara Tanggal 22 Agustus 2019)
Hasil wawancara peneliti dengan informan diatas menunjukkan
bahwa perencanaan di Desa Julubori aslinya partisipatif yang
pengerjaannya berasal dari hasil kesepakatan bersama jadi musrembang
diadakan untuk masyarakat bisa menyalurkan inspirasinya untuk
penyusunan perencanaan program kerja Desa satu tahun kedepan.
Hasil wawancara peneliti dengan Sekretaris Desa Sebagai
Kordinator Siskeudes Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
mengatakan bahwa:
“Perencanaa selalu dalam bentuk musyawarah dan jika ada
perubahan maka dilakukan musyawarah aparat pemerintah
dengan BPD.” (ARY, Wawancara Tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan diatas
menunjukkan bahwa penyusnan perencanaan selalu dengan
musyawarah dan jika ada perubahan maka dilakukan juga dengan
musyawarah
Berikutnya wawancara peneliti dengan Kaur Keuangan Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Dari musyawarah Dusun ke Musdes, dari Musdes ke
Penyusunan RPJMDes dan disusun apa-apa yang
diprioritaskan kebutuhan dari 3 (tiga) Dusun di Desa dan dari
RPJMDesa itu dibagi tahun pertama, kan enam tahun! Tahun
kedua sampai tahun keenam dari itu diambil RKP pertahun
setelah itu sisa di input, kan dibuat manualnya dulu mana
mungkin langsung di input ini ini ini tanpa ada dokumen manual
76
karena di aplikasi juga ada bagian-bagiannya atau di aplikasi
sudah tersedia bidangnya.” (SA, Wawancara Tanggal 2
Sepetember 2019)
Hasil wawancara peneliti dengan informan menunjukkan bahwa
perencanaan disusun dengan tahapan-tahapan untuk menhasilkan RKP
dengan meprioritaskan kebutuhan dari tiga Dusun di Desa Julubori
kemudian data RKP baru bisa di input ke Siskeudes
2) Penganggaran
Penganggaran adalah penciptaan rencana kegiatan yang
dinyatakan dalam ukuran keuangan. Penganggaran memiliki peran
penting di dalam perencanaan untuk mengalokasikan sumber daya
untuk pencapai sasaran dalam jangka waktu tertentu.
Berikut wawancara peneliti dengan Kepala Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, mengatakan bahwa :
“Apa yang sudah tertuang dalam dokumen perencanaan itu akan
kita musyawarakan kembali dalam bentuk penganggaran, begitu
selesai musyawarah di tetapkanlah ha-hal yang mau jadikan
muatan RKP Desa dan di input ke Siskeudes, proses
penganggarannya melalui APBDes, disitu sudah tertuang
istimasi anggarannya, kemudiaan nanti selesai penganggarannya
baru jelas bahwa anggarannya sekian juta.” (MI, Wawancara
Tanggal 2 September 2019)
Pernyataan dari Kepala Desa Julubori Kecamatan Palangga
Kabupaten Gowa menunjukkan bahwa hasil dari musyawarah
perencanaan akan di musyawarakan kembali dalam musyawarah
panganggaran sehingga di tetapkanlah RKP Desa dan di input ke
Siskeudes kemudian di proses penganggarannya di APBDes
77
Kemudian wawancara peneliti dengan Kaur Keuangan Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Di buat RKA tabungan dan dibuatkan manual setelah itu di
input ke aplikasi Siskeudes setelah itu berkasnya dulu dikirim
dulu ke kabupaten untuk di evaluasi baru setelah acc berkas-
berkasnya kabupaten akan buat pengajuan dan Desa
mengajukan kebagian keuangan Kabupaten.” (SA, Wawancara
Tanggal 2 September 2019).
Hasil wawancara dengan informan diatas menujukkan bahwa
Desa butuh membuat RKA tabungan sebelum proses penganggaran
kemudian data/berkasnya dikirim ke kabupaten untuk di proses evaluasi
sebelum Desa melakukan pengajuan kebagian keuangan Kabupaten.
Hasil wawancara peneliti dengan Staf Keuangan Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Penganggaran merupakan kelompok menu di dalam aplikasi
Siskeudes yang di gunakan untuk melakukan proses penyusunan
anggaran dengan output utama APBDes.” (SM, Wawancara
Tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan
bahwa penganggaran yang di proses di aplikasi Siskeudes memiliki
output utama APBDes.
Selanjutnya wawancara peneliti dengan Aggota BPD Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Dulu anggaran turun duluan, tetapi sekarang harus ada dulu
perencanaan apa-apa yang ingin di bangun atau dilaksanakan
baru bisa keluar dananya.” (LB, Wawancara Tanggal 7 Agustus
2019)
78
Hasil wawancara peneliti dengan informan diatas menunjukkan
bahwa adanya perbedaan dalam tahap penganggaran, dulu itu anggaran
bisa turun duluan ke Desa tetapi sekarang harus ada perencaan kegiatan
dulu baru bisa anggaran keluar.
3) Penatausahaan
Penataushaan merupakan hal yang nyaris dilakukan sepanjang
tahun anggaran dan pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik
penerimaan maupun maupun pengeluaran uang dalam satu tahun
anggaran.
Berikut wawancara peneliti dengan Kepala Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, mengatakan bahwa :
“Penata usahaan ini maksudnya setiap pelaksanaan ini sudah
tertuang siapa yang menjadi pelaksana, pokoknya manajemen
sudah jalan disitu misalnya kegiatan ini siapa yang
mengerjakan, berapa sasaran yang akan kita tuju sudah ada di
tata laksana intinya siapa mengerjakan apa.” (MI, Wawancara
Tanggal 2 September 2019).
Pernyataan dari Kepala Desa Julubori menunjukkan bahwa
penata usahaan merupakan kondisi dimana manajemennya sudah
dipersiapkan dalam pelaksanaan kegiatan.
Kemudian wawancara peneliti dengan Kaur keuangan Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan Bahwa :
“Kalau sudah cair dana dari kabupaten, penatausahaannya mulai
dari penarikan, pengeluaran, belanja semuanya. Pajak otomatis
di input karena sudah di tau bab 1 (satu) ini sisa dimasukkan
79
kedalam sistem aplikasi Siskeudes.” (SA, Wawancara Tanggal 2
September 2019)
Hasil wawancara dengan informan di atas menunjukkan bahwa
penatausahaan dilakukan sejak awal penarikan kecuali pajak yang
otomatis di input karena sudah jelas anggaran itu untuk Bab I.
Hasil wawancara peneliti dengan Kasi Pembangunan yang
bergabung dalam PPTKD Desa Julubori Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Kalau penata usahaannya itu misalnya seperti saya di bidang
kasi pembangunan apa-apa saja yang pernah saya lakukan di
tahun itu ada pembukuan yang saya buat, Kasi Kesejahteraan
juga ada bukunya dan Kaur Keuangan juga beberapa buku-
bukunya dan lain-lain. Intinya masing-masing ada
pembukuannya apa-apa sudah dilaksanakan.” (MY, Wawancara
Tangga 21 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan
bahwa setiap aparat memilki pembukuan masing-masing sesuai bidang
masing-masing yang telah dilaksanakan.
4) Pelaporan
Laporan adalah suatu bentuk keterangan ataupun
pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari
bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan
tanggung jawab antara mereka.
Berikut wawancara peneliti dengan Kepala Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, mengatakan bahwa :
80
“Pelaporan harus konek dengan perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan misalnya disini perencanaannya 10 kenapa dalam
pelaksanaan 9 tentu akan ada tanggungjawab disitu, oh saya
mengerjakan 9 karena anggarannya begini! Apakah kurang atau
lebih itu yang harus dilaporkan ke dinas PMD kabupaten
melalui Kecamatan.” (MI, Wawancara Tanggal 2 September
2019)
Pernyataan dari Kepala Desa Julubori menunjukkan bahwa
pelaporan harus sesuai dengan perencanaan, penganggaran dan penata
usahaan, apabila ada perbedaan maka Pemerintah harus mampu
menjelaskan dan mempertanggungjawabkan.
Kemudian wawancara peneliti dengan Kaur Keuangan Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan Bahwa :
“Sepaket dengan Penatausahaan kalau di input dalam penata
usahaan otomatis pertanggungjawabannya juga muncul di situ
sisa di print dan dilampirkan pelaporannya yang dilakukan tiap
bulan setiap tanggal 10 bulan selanjutnya langsung di
ekspor/dibawakan date base ke kabupaten secara manual untuk
tahun ini karena masih ofline untuk tahun depan kayaknya
sudah online.” (SA, Wawancara Tanggal 2 September 2019)
Hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan bahwa
pelaporan dialakukan setiap bulan pada tanggal 10 dengan masih
menggunakan manual.
Hasil wawancara peneliti dengan Staf Keuangan Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Dalam aplikasi, menu laporan pembukuan digunakan untuk
mencetak laporan keuangan yang harus disajikan oleh
pemerintah Desa, semacam laporan realisasi anggaran
pendapatan belanja Desa, laporan realisasi pelaksanaan
anggaran pendapat dan belanja Desa perkegiatan, laporan
realisasi anggaran desa bulanan dan triwulanan serta semesteran,
81
laporan kekayaan milik Desa, laporan realisasi anggaran per
sumber dana, dan laporan lain yang dibutuhkan.” (SM,
Wawancara tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan
bahwa aplikasi Siskeudes mempunyai kelengkapan dalam membantu
pemerintah Desa dalam melakukan pelaporan keuangan.
Selanjutnya wawancara peneliti dengan Kasi Pembangunan
yang bergabung PPTKD Desa Julubori kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa mengatakan bahwa :
“Setiap pencairan harus ada laporan realisasi yang telah di acc
Kepala Desa kemudian di laporkan ke kabupaten.” (MY,
Wawancara Tanggal 21 Agustus 2019)
Hasil wawancara peneliti dengan informan diatas menunjukkan
bahwa setiap ada dana keluar maka harus ada laporan realisasi yang
dilaporkan ke Kabupaten.
2. Faktor pendukung dan penghambat sistem pengelolaan keuangan berbasis
aplikasi E-government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa.
a. Faktor pendukung.
1) SDM, Sarana dan prasarana, kerja sama yang baik dalam
pemerintahan Desa.
SDM adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak
dapat dilepaskan dari sebuah pemerintahan. Pada hakikatnya sumber
daya manusia sebagai penggerak, pemikir dan perencana untuk
mencapai tujuan tertentu.
82
Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai untuk mencapai
maksud atau tujuan. Sedangkan Prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.
Kerja sama yang dimaksud adalah manusia sebagai makhluk
sosial, itu artinya manusia tidak bisa hidup sendiri namun harus hidup
berdampingan dengan manusia lain untuk saling bekerja sama.
Berikut wawancara peneliti dengan Kepala Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Yang mendukung itu SDM, untungnya Kaur keuangan di Desa
saya baik karena orangnya pintar SDM-nya bagus serta
dukungan manajemen dalam kantor Desa yang baik, misalnya
taruhlah SDM-nya bagus tapi dalam lingkup pemerintah itu
tidak terlalu menunjang, misal Kepala Desa bentrok dengan
Kaur Keuangannya atau tidak baku cocok, karena mana
mungkin Kaur Keuangan mau belajar maksimal kalau kerja
sama yang baik tidak ada, jadi harus ada kerja sama yang baik
di dalam pemerintahan Desa antara Kepala Desa dan Kaur
Keuangan. Intinya hubungan kerja sama yang baik dan
dukungan kepala Desa adalah hal yang paling mendukung.”
(MI, Wawancara Tanggal 2 September 2019)
Pernyataan dari Kepala Desa Julubori menunjukkan bahwa yang
menjadi faktor pendukung penerapan aplikasi Siskeudes adalah SDM-
nya serta hubungan kerja sama yang baik dalam pemerintahan desa
adalah faktor pendukung yang paling mendukung
Kemudian wawancara peneliti dengan Sekretaris Desa Sebagai
Kordinator Siskeudes Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa mengatakan bahwa :
83
“SDM yang memadai seperti Kepala Desa, Kaur Keuangan dan
Staf keuangan ada leptop khusus yang disiapkan pemerintah
Desa untuk mendukung penerapan sistem Aplikasi Siskeudes.”
(ARY, Wawancara Tanggal 7 Agustus 2019)
Hasil wawancara informan diatas menunjukkan Bahwa
ketersediaan SDM yang memadai di Desa Julubori serta dukungan
sarana yang dipersiapkan khusus pemerintah Desa untuk mendukung
penerapan Aplikasi Siskeudes
Hasil wawancara peneliti dengan Kaur Keuangan Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“SDM-nya bagus dan sarana dan prasarananya lengkap, Karna
yang dilatih satu orang kaur keuangan saja yang khsusus untuk
operator yang lain juga membantu sesuai opsinya karena ofline,
yang jelas ada leptop aman mi.” (SA, Wawancara Tanggal 2
Sepetember 2019)
Dari hasil wawancara informan diatas menujukkan bahwa SDM
dan Sarana Prasarananya lengkap yang ada di Desa Julubori, serta
pelatihan yang bersifat khusus untuk Kaur Keuangan sebagai operator
Siskeudes
Selanjutnya wawancara peneliti dengan Staf Keuangan Desa
Julubori Kecamatan pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Dukungan sarana dan prasarana seperti tersedianya leptop dan
print khusus memadai serta teknologi informasi yang
mendukung karena tidak ada sarana teknologi informasi tidak
bagus juga.” (SM, Wawancara Tanggal 7 Agustus 2019)
Hasil wawancara peneliti dengan informan diatas menunjukkan
bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Julubori memadai
84
dalam mendukung penerapan sistem pengelolaan keuangan berbasis
Aplikasi Siskeudes.
Berikut wawancara peneliti dengan Kasi Pembangunan yang
bergabung dalam PPTKD Desa Julubori Kecamatan pallangga
Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Kalau SDM untuk Siskeudes di Desa kita itu sangat baik
karena kita selalu dapat penghargaan pengelolaan keuangan
Desa terbaik menggunakan aplikasi Siskeudes setiap tahunnya,
serta ketersedianya Sarana dan Prasarana yang memadai.” (MY,
Wawancara Tanggal 21 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara dengan Kasi Pembangunan Desa Julubori
menunjukkan bahwa SDM yang dimiliki Desa Julubori bagus
kualitasnya terbukti dengan selalu mendapat penhargaan pengelolaan
keuangan dengan menggunakan aplikasi Siskeudes setiap tahunnya.
b. Faktor penghambat
a. Keterbatasan SDM, kurangnya sosialisasi, aplikasi sering update
Keterbatasan yang dimaksud disini merupakan kondisi
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki yang menjadi
penggerak dalam menjalankan maksud dan tujuan tertentu
Pemerintahan Desa.
Kurangnya Sosialisasi yang dimaksud adalah belum cukupnya
sosialisasi yang dilakukan untuk mentrasfer informasi kepada
Masyarakat Desa.
85
Aplikasi rilis baru yang yang dimaksud adalah peluncuran tipe
program aplikasi Siskeudes terbaru mengantikan tipe sebelumnya.
Berikut wawancara peneliti dengan Kepala Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Paling sumber daya manusia penghabatnya, keterbatasan
sumber daya manusia karena tidak semua aparat mampu
melakukan hanya yang pernah dilatih secara khusus, sehingga
ada keterbatasan disitu jadi kendalanya nanti ketika orang yang
selama ini kita latih dan menguasai Siskeudes itu kemudian
berhenti bekerja atau tidak ada di lingkup Desa, kita kewalahan
lagi mengkader kader baru dan membutuhkan waktu lagi,
karena kita kan tidak mengkader beberapa orang paling kita
mengkader Kaur Keuangan dan Staf Keuangan, jadi disitu
kendalanya sebenarnya, keterlanjutan pengkaderan yang perlu
diperbanyak.” (MI, Wawancara Tanggal 2 September 2019)
Pernyataan dari Kepala Desa Julubori menunjukkan bahwa
keterbatasan SDM yang sudah terlatih yang ada di Desa Julubori
menimbulkan rasa hati-hati apabilah SDM itu tiba-tiba berhenti bekerja
maka butuh waktu lagi untuk mengkader ulang.
Kemudian wawancara peneliti dengan Kaur Keuangan Desa
Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“setiap rilis baru dari Sikeudes itu yang menjadi hambatan jadi
harus berkesinambungan mengikuti pelatihan di PMD
Kabupaten.” (SA, Wawancara Tanggal 2 September 2019)
Hasil Wawancara dengan informan diatas menunjukkan bahwa
aplikasi Siskeudes pernah di rilis dan perlunya Kaur Keuangan Desa
Julubori mengikuti Pelatihan yang Berkelanjutan di PMD Kabupaten
setiap Rilis baru Siskeudes.
86
Hasil Wawancara peneliti dengan Staf Keuangan Desa Julubori
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengatakan bahwa :
“Tidak dikatakan bahwa menguasai aplikasi hari ini akan
menguasai seterusnya karena aplikasi ter update itu masalahnya
makanya SDM-nya harus siap betul untuk update.” (SM,
Wawancara Tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan
bahwa menguasai aplikasi hari ini tidak menjamin akan menguasai
aplikasi setelah di update.
Selanjutnya Wawancara Peneliti dengan Kasi Pembangunan
yang bergabung dalam PPTKD Desa Julubori mengatakan bahwa :
“Kalau masalah hambatan tidak ada lagi dari SDM, Sarana dan
Prasarannya sudah memadai dan prosedurnya juga sudah jelas,
tetapi masyarakat kebanyakan belum tau tentang aplikasi
Siskeudes karena belum tersosialisasi dengan baik.” (MY,
Wawancara Tanggal 21 Agustus 2019)
Hasil Wawancara peneliti dengan informan diatas menunjukkan
bahwa masyarakat belum mengetahui tentang aplikasi Siskeudes karena
pemerintahan Desa Julubori belum mensosialisasikan Dengan baik.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan uraian hasil penelitian pada bab sebelumnya, berikut
kesimpulannya tentang Sistem Pengelolaan Keuangan Desa Berbasis E-
government di Desa Julubori Kecamatan pallangga Kabupaten Gowa sudah
berjalan dengan baik berdasarkan indikator
a. Sistem pengelolaan keuangan di Desa Julubori Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa telah menggunakan aplikasi siskeudes untuk
mengelolah dokumen perencanaan, dokumen penganggaran, dokumen
penata usahaan dan dokumen pelaporan.
b. Sistem keuangan Desa (SISKEUDES)
1. Perencanaan maupun perubahan rencana selalu dilakukan dengan
cara musyawarah atau yang biasa didengar dengan Musrembang
Desa kemudian hasil dari musyawarah itulah yang di input masuk
ke Siskeudes.
2. Penganggarannya itu apa yang telah tertuang dalam perencanaan
maka akan dimusyawakan kembali dalam bentuk penganggaran,
setelah selesai musyawarah hasilnya di input ke Siskeudes dan di
proses penganggarannya melalui APBDes.
3. Penata usahaannya dari penarikan, pengeluaran dan belanja
semuanya di input ke Siskeudes
88
4. Pelaporannya dilampirkan bersmaan dengan LPJ yang dilakukan
Bulanan, Triwulanan dan Semesteran
2. Adapun yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan
sistem aplikasi SISKEUDES ini yaitu;
a. Faktor pendukung, SDM (sumber daya manusia) yang kompoten
dengan adanya operator yang terlatih, ketersediaan sarana dan prasaran
yang memadai dengan tersedianya leptop khusus untuk operator
Siskeudes serta kerjasama yang baik di dalam pemerintahan Desa
Julubori dalam melaksanakan tugas masing-masing.
b. Faktor penghambat, Belum tersedianya jaringan internet di kantor
Desa, kemudian aplikasi Siskeudes belum terosialisasi dengan baik
kepada Masyarakat sehingga banyaknya masyarakat belum mengetahui
tentang adanya Aplikasi Siskeudes di Desa serta aplikasi Siskeudes
kadang-kadang Rilis baru/terupdate sehingga tidak dikatakan
menguasai aplikasi siskeudes hari ini akan menguasai seterusnya
sehingga SDM (sumber daya manusia) di Desa harus selalu siap secara
terus-menerus untuk mengikuti pelatihan agar tetap menguasai aplikasi
Siskeudes ini.
B. Saran
Hasil penelitian dan kesimpulan yang ada diatas, maka perlu peneliti
menyampaikan saran yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan sistem
pengelolaan keuangan Desa berbasis E-government antara lain :
89
1. Sebaiknya Pemerintahan Desa membuat Situs Website Resmi Desa yang
memuat informasi rinci tentang semua kegiatan pengelolaan keuangan yang
bertujuan untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi
seputar pengelolaan keuangan Desa.
2. Hendaknya pemerintahan Desa mengadakan Sosialisasi Siskeudes yang
lebih aktif lagi kepada masyarakat, agar masyarakat kuat dalam memahami
Siskeudes sehingga masyarakat bisa meningkatkan partisipasinya dalam
mendukung dan mengawasi pengelolaan keuangan.
3. Dan diharapkan kepada masyarakat khususnya masyarakat Desa Julubori
agar antusias dalam mengawasi pengelolaan keuangan dan turut
berpatisipasi membantu pemerintahan Desa terkait dalam perencanaan,
penganggaran hingga pada proses pembangunan Desa.
4. Hendaknya pemerintahan Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa menyediakan jaringan internet yang dapat mendukung terlasananya
pengelolaan keuangan Desa berbasis E-government (aplikasi Siskeudes) di
Desanya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. (2018). Akuntabilitas, Transparansi, Sistem Dan Prosedur Pengelolaan
Alokasi Dana Desa Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus Desa
Bagan Baru Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun
2016 Dan 2017) (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Meddan).
Anwar, M., & Jatmiko, B. (2012). Kontribusi Dan Peran Pengelolaan Keuangan
Desa Untuk Mewujudkan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
Yang Transparan Dan Akuntabel (Survey Pada Perangkat Desa Di
Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta). Jurnal Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Andoyo, A., & Sujarwadi, A. (2017). Sistem Informasi Berbasis Web Pada Desa
Tresnomaju Kecamatan Negerikaton Kab. Pesawaran. Jurnal TAM
(Technology Acceptance Model), 3, 1-10.
Astuty, E. (2013). Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDES) (Studi Pada Alokasi Dana
Desa Tahun Anggaran 2011 Di Desa Sareng Kecamatan Geger
Kabupaten Madium). Publika, 1(2).
Fatmawati, R., Irviani, E. S., Rachman, I. P., Anggie, A., & Kristina, M. (2016).
Tata Kelola Teknologi Informasi Sebagai Inplementasi E-Government
Pada Kabupaten Pemekaran Untuk Meningkatkan Potensi Daerah
(Studi: Kabupaten Pringsewu Lampung).Proseding Senapati, 1(1).
Fitrianti, R. Implementasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) Di Desa
Bumiratu Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
Hamid, A. (2016). Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pencapaian Good Governance
(Studi Empiris Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa)
(Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Hartono, D.U., & Mulyanto, E. (2010). Electronic Government Pemberdayaan
Pemerintahan Dan Potensi Desa Berbasis Web. Jurnal Teknologi
Informasi , 6(1),9-21.
Hutahaean, J. (2015). Konsep Sistem Informasi. Deepublish.
Indrianasari, N.T. (2017). Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa” ASSETS: Jurnal Ilmiah Ilmu Akutansi, Keuangan
Dan Pajak, 1 (2),29-46.
91
Juardi, M. S. S., Muchlis, M., & Putri, R. A. (2018). Evaluasi Penggunaan
Aplikasi Siskeudes Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas
Keuangan Desa (Studi Pada Desa Jenetallasa Kec. Pallangga Kab.
Gowa).
Kusnadi, D., & Ma’ruf, J. (2017). Electronic Government Pemberdayaan
Pemerintahan Dan Potensi Kelurahan (Studi Kasus: Kelurahan
Pringsewu Selatan, Kecamatan Pringsewu, Pringsewu). Jurnal TAM
(Technology Acceptance Model), 5, 37-44
Novirania, A. (2018). Implementasi Aplikasi Sistem Keuangan Desa
(SISKEUDES) Di Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan,
Kabupaten Pesawaran.
Maleong, Lexy J. 2004 Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Putri, R. A. (2018). Evaluasi Penggunaan Aplikasi SISKEUDES Dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Desa (Doctoral
Dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Rahum, A. (2015) Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pembangunan
Fisik Desa Krayan Makmur Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser.
Dalam Ilmu Penelitian, 3(04), 1623-1636.
Risnawati, D. (2017). Pengelolaan Aset Desa Dalam Upaya Meningkatkan
Kesejahteraan Di Desa Krayan Bahagia Kecamatan Long Ikis
Kabupaten Paser, E-Journal Ilmu Pemerintahan. Volume, 5, 199-212.
Soleh, C., & Rohmansjah, H. (2014) Pengelolaan Keuangan Desa. Fokusmedia.
Sugiyono. 2010. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung CV.
Alfabeta
Yudhistira, W. I., & Nugroho, E. (2014). Lima Metode Perencanaan Strategis
Sistem Informasi Dan Teknologi Informasi Untuk Pengembangan E-
Government. In Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (Pp. 236-244).
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1, Tentang Pemerintah Desa
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 2, Tentan Pemerintah Desa
L A M P I R A N
DOKUMENTASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Muhammad Syamsir, lahir di Ujung Pandang pada Tanggal 23 Juli
1996, anak ke 3 dari empat bersaudarah, dari pasangan Ayahanda
Muhammad basir dengan Ibunda Raodah. Penulis mulai
menempuh pendidikan formal di SD Madrasah Ibtidaiyah
Pannyangkalang Kab. Gowa pada tahun 2003-2009, kemudian
melanjutkan pendidikan sekolah Menengah Pertama di SMP
Muhammadiyah Limbung Kab. Gowa pada tahun 2009-2012, dan melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMK YPKK Limbung Kab. Gowa pada tahun 2012-2015 dan pada
tahun 2015 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat rahmat Allah SWT iringan doa dari keluarga serta teman-teman. Perjuangan
panjang penulis dalam menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar
berhasil dengan tersusunnya skripsi yang berjudul “Sistem pengelolaan keuangan Desa
berbasis E-government di Desa Julubori Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa”.