sop bhp bab ii amey

3
Standar Operating Procedure (SOP) 2.1. Menurut deklarasi Lisbon 1981 Pasien berhak menerima atau menolak tindakan pengobatan setelah menerima cukup informasi Tiap individu adalah majikan bagi dirinya sendiri Walaupun dokter yakin manfaat atau perlunya tindakan pengobatan, tetapi hukum tidak membenarkan tindakan itu dilakukan bila pasien tidak menghendakinya atau dianggap penganiayaan Dan untuk mencegah tuduhan penganiayaan, perlu SOP ( Standar Operating Procedure) 2.2 Definisi SOP SOP adalah ketentuan ( hokum atau peraturan) protap standar yang harus dipatuhi oleh para professional ( bukan hanya dokter) dalam melaksanakan tugas 2.3 Berbagai Jenis SOP Rumah Sakit Rumah sakit terdapat berbagai jenis pelayanan medis dan non medis. Setiap jenis pelayanan harus mempunyai SOP masing-masing. Di rumah sakit pelayanan medis paling sering terjadi masalah gugatan atau tuntutan, biasanya karena human error. Oleh karena itu SPM dan Med. SOP Rumah Sakit sangat diperlikan. 2.3.1. Non Medik SOP Rumah Sakit Administrasi : perbankan atau akuntansi Teknik : Listrik padam Bagian Gizi dan Catering Bagian Laundry Keagamaan atau pemulasaraan jenazah Dll

Upload: derri-hafa

Post on 23-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Standar Operating Procedure (SOP)2.1. Menurut deklarasi Lisbon 19811. Pasien berhak menerima atau menolak tindakan pengobatan setelah menerima cukup informasi1. Tiap individu adalah majikan bagi dirinya sendiri1. Walaupun dokter yakin manfaat atau perlunya tindakan pengobatan, tetapi hukum tidak membenarkan tindakan itu dilakukan bila pasien tidak menghendakinya atau dianggap penganiayaan1. Dan untuk mencegah tuduhan penganiayaan, perlu SOP ( Standar Operating Procedure)

2.2 Definisi SOPSOP adalah ketentuan ( hokum atau peraturan) protap standar yang harus dipatuhi oleh para professional ( bukan hanya dokter) dalam melaksanakan tugas2.3 Berbagai Jenis SOP Rumah SakitRumah sakit terdapat berbagai jenis pelayanan medis dan non medis. Setiap jenis pelayanan harus mempunyai SOP masing-masing. Di rumah sakit pelayanan medis paling sering terjadi masalah gugatan atau tuntutan, biasanya karena human error. Oleh karena itu SPM dan Med. SOP Rumah Sakit sangat diperlikan.2.3.1. Non Medik SOP Rumah Sakit1. Administrasi : perbankan atau akuntansi1. Teknik: Listrik padam1. Bagian Gizi dan Catering1. Bagian Laundry1. Keagamaan atau pemulasaraan jenazah1. Dll 2.3.2. Medik SOP Rumah Sakit1. Penerimaan penderita1. Sistem PPGD: Triase, Pulang paksa1. Kematian di UGD: Penderita tak dikenal1. Tiba-tiba mati atau Death on Arrival (DOA)1. Sistem Rujukan: Asuransi1. Kasus Kriminal: Perkosaan, Pelayanan visum et repertum, rahasia medis, rekam medis, cuti sakit, dan ruang narkotika

2.4. Tujuan Medik SOP Rumah Sakit1. Untuk keamanan atau kenyamanan pasien1. Sebagai payung hukum bagi dokter atau pelaksana1. Terkadang SOP (terpaksa) tidak dipatuhi oleh karena kelainan anatomis tubuh manusia atau pasien, sehingga sebagai azas pembuktian terbalik maka medical record harus lengkap2.5. Dasar Pembuatan Medik SOP1. Declaration of Helsinki 1964 : Right to information1. Declaration of Helsinki 1948 : The Right to Health Care and the Right to self Determination1. UU 23 Tahun 1992 pasal 59 : Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit sebagai pertimbangan perijinan Rumah Sakit1. UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Dokter, KUHPid (Ps. 344,345,48), KUHPer (Ps. 1320, 1365, 1366)1. KEPMENKES 436 Tahun 1993 : Standar pelayanan Rumah Sakit dan Standar pelayanan medic di Rumah Sakit1. PERMENKES 585 Tahun 1989 : PTM/ Informed Consent1. KEP DIRJENYANMED No. HK 00 06 3 5 1866 : Pedoman PTM/ Informed Consent, KEP DIRJENYANMED HK 00 06 3 5 3018 : Yang mempunyai kewenangan membuat Med. SOP Rumah Sakit adalah KOMED (dibantu oleh panitia hukum)2.6. Aplikasi SOP Rumah SakitSOP Tidak SAH/ Dilanggar1. SOP TIDAK SAH1. Prosedur pelayanan forensic dalam buku SPM 1992-1996 Kepmenkes 436 tahun 1993 tidak sama dengan SPM Medik SOP Pelayanan Forensik seharusnya dibuat berdasarkan pasal-pasal KUHAP1. SESUAI SOPContoh : Martinez, seorang wanita manula yang sedang menderita penyakit berat dalam standar terminal telah menolak pengobatan lebih lanjut untuk memperpanjang hidupnya yang penuh kesakitan berat. Pengadilan memutuskan dokter atau Rumah Sakit tidak dapat dituntut oleh ahli aris pasien oleh karena telah menyetujui permintaan pasien yang menolak tindakan atau pengobatan