status jiwa
DESCRIPTION
jiwaTRANSCRIPT
STATUS PSIKIATRI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RS. JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
Nama: Ramacil Afsan Awang Notoprawiro
NPM : 110.2009.235
Tanda Tangan
………………………
Pembimbing: dr.Safyuni,Sp.KJ
Penguji : 1. dr.Ayesha,Sp.KJ
2. dr.Ismoyo,Sp,KJ
……………………...
……………………...
Nomor Rekam Medik : 004XX
Nama Pasien : Ny.Y
Tanggal Masuk RS : 10 November 2014
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Keluarga (Anak dan Ayah)
Riwayat perawatan :
1. Tahun 1984 : Dirawat di RS Jakarta
2. 17 Februari 2006 : Dirawat di RSJ dr. Soeharto Heerdjan
3. 14 Mei 2006 : Dirawat di RSJ dr.Soeharto Heerdjan
4. 30 Januari 2012 : Dirawat di RSJ dr.Soeharto Heerdjan
5. 10 November 2014 : Dirawat di RSJ dr.Soeharto Heerdjan
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny.Y
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 April 1967
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karet, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA (tidak tamat)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Sudah menikah
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
1
Autoanamnesis
Pada tanggal 11 November 2014 di Bangsal Kutilang RSJSH pukul 10.00 WIB.
Pada tanggal 12 November 2014 di Bangsal Kutilang RSJSH pukul 10.00 WIB.
Alloanamnesis
Pada tanggal 11 November 2014 dengan kaka dan adik kandung pasien di
Bangsal Kutilang RSJSH pukul 12.00 WIB.
Pada tanggal 14 November 2014 dengan anak kandung pasien di ruang Diklat
RSJSH pukul 13.00 WIB.
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang karena gelisah (tidak bisa tidur, tampak mondar-mandir di
kamar dan gemetar pada daerah tangan dan kaki) sejak 3 hari SMRS.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien datang dibawa oleh anak laki-laki dan suaminya ke Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan karena keluhan gelisah dimana pasien tidak dapat tidur, mondar-
mandir di kamar dan badan yang terasa gemetar pada tangan dan kaki sejak tiga hari
SMRS. Keluhan gelisah dirasakan muncul secara tiba-tiba, diawali dengan gemetar
yang muncul pada tangan, kemudian disertai dengan perubahan aneh pada tubuh
lainnya. Pasien mengungkapkan sering menggerakkan badan ke arah depan lalu
belakang secara terus menerus tanpa bisa dikontrol oleh pasien tetapi keluhan ini tidak
disertai dengan dengan adanya kekakuan pada badan, pada daerah leher dan rahang
atau mulut. Keluarga pasien merasa keluhan semakin berat saat pasien tidak dapat
diam ditempat dan mulai mondar-mandir di kamar pasien. Keluarga pasien
menyangkal adanya riwayat mata yang mendelik ke atas atau air liur yang terus
menetes.
Pasien mengatakan terkadang masih mendengar suara bisikan khususnya saat
sedang sendiri walaupun bisikan tersebut sudah semakin jarang dibandingkan dua
tahun sebelumnya. Bisikan berupa suara seseorang yang mengajaknya untuk berbuat
baik seperti “ayo sholat, baca Al-qurannya” tetapi suara tersebut tidak dihiraukan oleh
pasien karena bukanlah suara nyata atau yang ada wujudnya. Adanya riwayar melihat
benda atau sesuatu yang tak berwujud disangkal oleh pasien. Adanya persepsi pada
indera pengecapan berupa rasa makanan yang tidak enak/pahit, indera penciuman
2
berupa bau busuk ataupun wangi, dan indera peraba berupa sentuhan oleh benda atau
orang yang tak berwujud disangkal oleh pasien dan keluarga.
Anak pasien mengatakan pasien sering mengeluhkan tentang suami yang
sudah tidak bekerja lagi sebagai petugas gizi di sebuah rumah sakit sejak sepetember
2014. Pasien takut suaminya yang tidak memiliki pekerjaan lagi maka akan berimbas
pada penghasilan yang berkurang sehingga pasien tidak dapat membayar uang
kontrakan, kebutuhan sehari-hari (rumah tangga), serta biaya pendidikan anak-
anaknya. Perasaan pesimis ini mulai dirasakan pasien sejak tiga hari terakhir disertai
dengan perasaan sedih/murung yang tidak dapat diungkapkan. Menurut anak pasien,
pasien termasuk jarang berbaur dengan tetangga di lingkungan sekitar rumah. Pasien
lebih sering mengurung diri di kamar. Keluhan nafsu makan yang menurun,
kurangnya rasa percaya diri dan rasa bersalah, gagasan untuk bunuh diri/mencelakai
diri sendiri, serta hilangnya konsentrasi disangkal oleh pasien.
Menurut pengakuan pasien dan keluarganya, pasien termasuk selalu rutin
untuk kontrol ke poliklinik. Empat hari SMRS pasien sempat kontrol ke poli rawat
jalan RSJSH karena obatnya habis. Selama kontrol tersebut, pasien hanya diberikan
dua macam obat (pasien lupa nama obat) tetapi pasien ingat warna obat yang
diberikan yaitu yang berwarna orange dan putih. Obat tersebut pun diminum sesuai
anjuran dokter. Selama ini pasien mengatakan masih mengenal lingkungan sekitar
tempat tinggal, baik keluarga ataupun tetangga dan tidak merasa asing dengan
lingkungan atau orang tersebut. Selain itu juga pasien tidak pernah merasa bahwa
dirinya tidak ada atau tidak nyata bagi lingkungannya walaupun begitu menurut anak
pasien, pasien jarang berbaur dengan tetangga dan lebih memilih untuk tinggal di
rumah dengan alasan lebih nyaman di rumah. Pasien menyangkal adanya keyakinan
bahwa isi kepala pasien dapat dibaca atau dimasuki oleh orang lain dan semua
tindakan yang dilakukan pasien dikontrol oleh orang lain. Adanya pemikiran tentang
hal-hal aneh/janggal dan mistis juga disangkal oleh pasien.
Satu minggu SMRS pasien masih menjalankan aktivitas seperti biasa, dimana
pasien melakukan pekerjaan rumah sebagai ibu rumah tangga. Menurut anak pasien,
pasien masih terkadang melakukan hal yang disukai seperti mendengarkan lagu religi
dan memasak. Pasien setiap pagi masih menyiapkan makanan (sarapan/makan malam)
untuk keluarga dan masih mengobrol dengan anggota keluarga khususnya anak
pasien.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
3
1. Gangguan Psikiatrik
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sakit seperti ini sejak kelas 2
SMA. Berawal dari pasien yang melanjutkan SMP dan SMAnya di padang
bersama dengan bibi pasien yang dipanggil uni. Pada saat itu pasien berada
terpisah dengan orang tua dan saudara kandungnya yang berada di Jakarta. Selama
bersekolah di padang, pasien merasa tertekan oleh ucapan dan perlakuan bibinya.
Pasien sering dihina dan diejek oleh bibinya, pasien sering dibilang “dasar miskin,
bego” ataupun perkataan yang menyinggung seperti “udah bagus disekolahin
disini”, bibi pasien pun suka memarahi pasien khususnya apabila ada pekerjaan
rumah yang tidak selesai ataupun jika pasien pulang terlambat dari sekolah.
Selama SMA pasien merasa tidak bebas dan kesepian, di sekolah pasien juga
sering diejek dengan ledekan “dari jauh lidya kandau, dari deket lidya kerbau”
pasien hanya diam dan memendam perasaannya setiap kali behadapan dengan
bibinya dan teman-teman yang jahat di sekolahnya. Lama kelamaan pasien pun
tidak tahan dan mulai menampakkan gejal-gejala aneh, seperti mengurung diri di
kamar, tidak mau mandi, tidak nyambung bila diajak bicara, dan suka berbicara
sendiri. Mengetahui keadaan anaknya yang semakin parah, orang tua pasien
akhirnya memutuskan untuk menjemput kembali anaknya untuk dibawa berobat
ke RS Jakarta. Selama berobat jalan pasien mengalami perbaikan gejala berupa
lebih nyambung saat diajak bicara, dan tidak berbicara sendiri lagi. Selama di RS
Jakarta pasien mendapatkan obat, tetapi keluarga dan pasien lupa nama dan bentuk
obat. Selama berobat jalan pasien kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari
walaupun pasien tidak mau lagi melanjutkan pendidikannya.
Pada tanggal 17 Februari 2006 pasien sempat tidak minum obat selama 3
bulan dikarenakan malas untuk kontrol. Pasien datang ke RS Jiwa Soeharto
Heerdjan dibawa oleh keluarganya karena tidak bisa tidur, bicaranya kacau dan
ingin mencoba bunuh diri. Keluarga pasien mengaku pasien ingin bunuh diri
dengan meminum obat nyamuk cair karena rasa putus asa untuk mengakhiri hidup
pasien. Pasien tidak ingat saat ditanya tentang apakah ada suara yang menyuruh
pasien untuk bunuh diri. Karena keluhan-keluhan tersebut pasien akhirnya dirawat
hampir satu bulan. Pasien selama pengobatan mendapat terapi Chlorpromazine
1x100 mg dan Trihexyphenidyl 3x2 mg. Menurut keluarga selama menjalani
pengobatan pasien mengalami perbaikan walaupun tidak seperti saat sebelum
sakit.
4
Pada 14 Mei 2006 pasien mengalami putus obat selama 1 bulan, dikarenakan
pasien tidak mau minum obat, merasa sudah sehat. Pasien dibawa oleh keluarga
karena keluhan gaduh gelisah mengacak-ngacak kamar dan berteriak, pasien juga
mengaku mendengar suara-suara yang tak ada wujudnya, dan melihat bayangan-
bayangan hitam besar. Ketika ditanya lebih lanjut mengenai bayangan hitam apa
dan suara apa yang dikeluhkan oleh pasien, pasien mengatakan sudah tidak
mengingatnya. Seiring dengan pengobatan yang didapat pasien Chlorpromazine
1x100 mg dan Trihexyphenidyl 3x2 mg pun mengalami perbaikan. Pasien
akhirnya dipulangkan pada akhir bulan Mei dan dianjurkan untuk meminum
obatnya secara rutin dan kontrol ke poli rawat jalan. Selama pengobatan rawat
jalan pasien kembali dapat menjalani aktivitasnya di rumah walaupun tidak seperti
sebelumnya.
Pada tahun 2012 pasien sempat tidak meminum obat selama 3 bulan dan juga
tidak kontrol ke rumah sakit. Karena putus obat tersebut menyebabkan perasaan,
pikiran dan perilaku pasien menjadi kacau. Pasien menjadi gampang marah dan
mengamuk, pasien juga suka bicara dan tertawa sendiri tanpa sebab yang jelas,
terkadang pembicaraannya ngawur, bahkan pasien BAK tidak pada tempatnya.
Selain itu pasien juga menceritakan kepada anaknya tentang perkawinan makhluk
goib dimana pasien melihat adanya makhluk goib yang melangsungkan
pernikahan dan yakin akan pernikahan tersebut. Selain itu pasien juga
menceritakan tentang adanya seseorang dari masa lalu yang mencintainya datang
lewat mimpi sehingga membuatnya terangsang dan melakukan masturbasi, cinta
“seseorang dari masa lalu tersebut” membuat pasien tidak sayang dan cinta lagi
kepada suaminya. Pasien sangat yakin akan hal tersebut dan keyakinan tersebut
tidak dapat dibantahkan. Pasien pun tampak gelisah dan sempat masuk-keluar
rumah tetangga tanpa permisi, bahkan pasien masuk sampai ke dapur tetangga
sehingga menyebabkan tetangga menjadi risih. Pada saat ditanya kenapa
melakukan hal tersebut, pasien mengatakan karena adanya bisikan yang
menyuruhnya untuk keluar dari rumah. Karena keluhan-keluhan tersebutlah
sehingga keluarga membawa pasien berobat ke RSJSH. Selama dirawat pasien
mendapat obat-obatan berupa Risperidone 2x2 mg, Chlorpromazine 1x100 mg,
dan Trihexyphenidyl 2x2 mg. Selama pengobatan keadaan pasien semakin
membaik, pasien pun diijinkan pulang pada 12 Februari dan dianjurkan untuk
kontrol rutin untuk mencegah kekambuhan dan efek samping obat. Pasien kembali
5
dapat melakukan aktivitas rumah tangga dan sempat bekerja sebagai kuli cuci
tetapi tidak bertahan lama karena tidak betah dengan suasana tempat bekerja
pasien yang dirasa semakin membuat pasien stres.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit gula (diabetes mellitus), jantung, dan
ginjal. Riwayat nyeri dada, sesak nafas, dan penyakit paru disangkal. Riwayat
adanya kejang dan kelemahan tubuh pada satu sisi disangkal. Riwayat pingsan
sebelumnya disangkal. Riwayat operasi disangkal oleh pasien. Pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit selain karena gangguan psikiatri yang dialaminya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Riwayat merokok, minum alcohol, dan penggunakan narkoba disangkal oleh
pasien dan keluarganya.
4. Riwayat Perjalanan Sakit
D.
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak pertama yang direncanakan dan diinginkan oleh orang tua
pasien. Pasien lahir spontan, ditolong oleh dukun beranak. Riwayat komplikasi
kelahiran, trauma dan cacat bawaan disangkal. Ibu pasien tidak pernah mengalami
sakit saat mengandung dan tidak mengonsumsi obat-obatan yang berpengaruh kepada
kesehatan pasien. Pasien lahir sehat dan langsung menangis.
6
17 Feb 2006
14 Mei 2006
2012 2014-sekarang
Mengurung diri, tak mandi, bicara sendiri, bicara tak nyambung
Rawat RSJSH, putus obat, ingin bunuh diri, gaduh dan gelisah +
Putus obat 1 bln, gaduh gelisah, halu- sinasi auditorik+, halusinasi visual+
Putus obat 3 bulan, disorganisir perilaku+,inkoheren, halusinasi visual+, auditorik+,
!984
Gelisah (tidak bisa tidur, gemetaran, dan mondar-mandir depan kamar
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak
Masa ini dilalui dengan baik, pasien tergolong anak yang sehat, proses tumbuh-
kembang dan tingkah laku sesuai anak seusianya. Pasien tidak pernah sakit yang
serius dan tidak pernah mengalami kejang dan trauma kepala saat kecil. Pasien
merupakan anak yang baik dan penurut, pasien menyelesaikan SD tepat waktu dan
tidak pernah tinggal kelas, prestasi belajar pasien tergolong bagus, pasien
merupakan 10 besar siswa terbaik di kelasnya. Pasien termasuk anak yang patuh
terhadap orang tua dan guru.
b. Masa Remaja
Pada masa ini pasien sempat berganti sekolah dikarenakan biaya ekonomi sehingga
pasien dipindahsekolahkan ke padang bersama dengan bibi pasien. Pasien tidak
terlalu memiliki teman sepermainan di kelas. Pasien hanya lebih serius dengan
pelajaran. Pasien merupakan 10 besar di kelasnya. Setelah pindah ke SMP yang
baru, pasien mencoba beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat
setempat.
c. Masa Dewasa
Pada saat SMA pasien tidak lagi menonjol dalam akademik. Pasien merupakan
pribadi yang tidak sulit berbaur dengan lingkungan baru, sesekali pasien bermain
di sekitar rumah dengan teman seumurannya. Pasien merupakan seseorang yang
tidak banyak bicara. Pasien tidak memiliki teman dekat saat SMA.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga kelas 2 SMA di Padang. Pasien mengawali
kegiatan sekolah saat berumur 7 tahun di SD Negeri 12 Jakarta Pusat. Selama di
bangku SD pasien termasuk anak yang pinter selalu mendapat ranking 10 besar di
sekolahnya. Pasien menyelesaikan SD tanpa mengalami kendala yang berarti.
Selanjutnya pasien melanjutkan ke tingkat SMP di daerah Tanah Abang. Sama seperti
pada saat SD, pasien tumbuh sebagai anak remaja perempuan yang pintar dan aktif.
Walaupun kepribadian pasien yang cenderung agak tertutup, pendiam, dan sulit untuk
berbaur dengan lingkungan baru. Pasien juga aktif dalam organisasi remaja masjid Al-
Istiqomah khususnya dalam kegiatan perayaan hari besar agama islam. Dikarenakan
masalah ekonomi pasien dipindahkan ke SMP di Padang. Pasien pun masih
4. Riwayat Pekerjaan
7
Pasien belum memiliki pekerjaan setelah selesai pendidikan di perguruan tinggi.
Pasien mengatakan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Pasien sempat
mencoba menjadi kuli cuci di dekat rumahnya, tetapi hanya bertahan beberapa
minggu dikarenakan pasien tidak tahan dimarahi oleh bosnya.
5. Kehidupan Beragama
Pasien merupakan sosok yang cukup taat beragama, pasien menganut agama islam.
Pasien selalu untuk menjalankan sholat 5 waktu, Pasien juga sering membaca Al-
Qur`an sehabis sholat dan membaca surat yasin. Pasien merupakan pengurus remaja
masjid Al-Istiqomah saat di bangku SD dan SMP, pasien aktif dalam perayaan
kegiatan keagamaan.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien sudah menikah menikah. Pasien menikah tahun 1993 dengan seorang pria
pilihan orang tuanya yang berusia delapan tahun lebih tua dari pasien. Selama sekolah
SMP/SMA pasien mengaku belum pernah pacaran. Pasien mengaku saat di SMA ada
seorang cowok yang pernah mencoba mendekati pasien tetapi tidak sampai pacaran
karena pasien lebih mengutamakan pelajaran. Pasien mengaku mulai menyukai lawan
jenis saat duduk di kelas 2 SMP. Pasien tidak memiliki teman dekat, apalagi teman
laki-laki. Pasien mengalami menstruasi pertama kali saat kelas 2 SMP.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah
terlibat dalam proses peradilan yang terkait hukum.
8. Riwayat Sosial
Interaksi sosial pasien dengan keluarga sebelum mulai gejala adalah baik khususnya
kepada dua orang anaknya. Pasien termasuk seseorang yang pinter khususnya dalam
hal akademik. Setelah mulai gejala, pasien menjadi seseorang yang tidak mau berbaur
dengan lingkungan sekitar, mulai sulit diajak komunikasi, dan terkesan lebih tertutup
dengan lingkungan sekitar. Pasien merasa jauh dari keluarga dan mengatakan bahwa
sedikit merasa tertekan dengan perilaku adik-adiknya yang tidak menghargai pasien
sebagai akak tertua. Menurut pengakuan anak pasien, pasien memiliki hubungan
kurang baik dengan suami pasien, pasien sering marah atau kesal dengan suami.
Pasien sering menceritakan kegiatan sehari-harinya ataupun perasaan yang dialami
kepada kedua anaknya. Pasien juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan adik
ipar pasien yang tinggal satu rumah.
E. RIWAYAT KELUARGA
8
Pasien merupakan anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Tn.W dan Ny.S.
Pasien memiliki tiga orang adik perempuan bernama Ny.W, Ny.T, dan Ny.R dan dua
orang adik laki-laki yang masing bernama Tn.K dan Tn.D. semuanya telah menikah
dan memiliki anak. Keluarga inti Ny.Y terdiri dari suami (Tn.S) dan kedua orang anak
laki-laki Tn.R (21 tahun) dan anak perempuannya Nn.S (16 tahun). Riwayat sakit
seperti ini di keluarga disangkal oleh pasien dan anggota keluarga lainnya.
Genogram Keluarga Ny.Y
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Pasien sekarang tinggal bersama dengan suami dan kedua anaknya, bersama dalam
satu satu rumah dengan adik kandung beserta keluarga intinya yang terdiri dari
seorang istri dan dua orang anak perempuan. Keluarga pasien tinggal di lantai satu
kontrakan, sedangkan keluarga adik pasien tinggal di lantai dua. Pasien beserta
keluarganya memang sering berpindah-pindah dikarenakan beberapa alasan seperti
alasan masalah keluarga ataupun karena waktu kontraknya sudah habis, pasien belum
memiliki rumah tetap di Jakarta. Jumlah penghuni dirumah tersebut adalah 8 orang.
Interaksi keluarga inti dengan pasien dirasa cukup baik, pasien sering menceritakan
masalah atau kegiatan yang dilakukannya setiap hari kepada dua orang anaknya.
9
Menurut anaknya, pasien dalam sangat sensitive dan kesal terhadap ayahnya.
Interaksi pasien dengan keluarga adiknya kurang baik khususnya dengan adik ipar
pasien. Pasien merasa adik iparnya memiliki kepribadian yang lebih kasar
dibandingkan dirinya, terkadang ipar pasien membicarakan maslaah yang
menyinggung perasaan pasien. Pasien sempat pindah kontrakan karena tidak ingin
satu rumah dengan ipar pasien, tetapi dikarenakan masalah ekonomi (biaya kosan
yang mahal) akhirnya pasien pun kembali satu rumah dengan keluarga adik pasien.
Interaksi antara anggota keluarga dengan pasien yang tidak begitu baik berakibat juga
terhadap kurangnya pengawasan terhadap pasien dalam meminum obatnya,ataupun
kontrol ke rumah sakit sehingga kejadian putus obat kadang terjadi. Biaya untuk
kebutuhan sehari-hari pasien diakui pas-pasan, hanya mengandalkan penghasilan
yang berasal uang pensiunan suami pasien dan anak perempuan pasien yang
mendapat bantuan dana dari sekolah. Pasien mengatakan bahwa apabila selesai
dirawat pasien ingin kembali ke rumah dan mengurus pekerjaan rumah dan berusaha
agar menjaga kesehatan dan kontrol secara rutin.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang wanita paruh baya, berusia sekitar 40-45 tahun, penampilan sesuai
usia, cukup rapih, dan perawatan diri cukup baik. Pasien berambut pendek sebahu
dengan poni dan berwarna hitam, tampak sebagian uban pada daerah rambut
depan. Pasien tidak menggunakan perhiasan ataupun riasan wajah. Pada saat
diwawancara pasien menggunakan pakaian RSJSH berwarna coklat tampak bersih
dan rapih. Pasien tidak menggunakan alas kaki.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik
Pasien kompos mentis, tingkat kesadaran sadar penuh saat dilakukan
wawancara,
b. Kesadaran psikiatrik : Tidak tampak terganggu.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien sedang duduk di sofa
sedang berbicara kepada perawat. Pasien tidak tampak
gaduh dan gelisah.
10
b. Selama wawancara : Pasien tampak tenang pada saat
wawancara, tidak ada perlambatan gerakan, kejang,
ataupun kekakuan gerakan. Pasien terkadang mau
melakukan kontak mata dengan pemeriksa. Pasien
mampu memfokuskan, mengalihkan dan
mempertahankan konsentrasi. Pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik. Dan cenderung hanya
menjelaskan hal yang ditanyakan.
c. Sesudah wawancara :Pasien bersalaman mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih. Kemudian
langsung berjalan kearah sofa tanpa menunjukkan
perilaku atau gerakan yang khas.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif, terbuka, pasien tidak segan dalam menceritakan masalah, menghargai
peran dokter dan peran dirinya sebagai pasien, sopan dan ramah. Pasien juga
kooperatif saat melakukan pemeriksaan fisik. Terkadang pasien tidak ingin terlalu
mengungkit masa lalu.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Lancar, spontan, intonasinya
tidak terlalu bervariasi (naik turun), volumenya kecil,
artikulasi baik.
b. Gangguan berbicara : Tidak ditemukan.
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan : Hipotimia
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : Auditorik (pasien masih mendengar suara seseorang yang
mengajak pasien untuk melakukan kebaikan seperti “ayo
sholat, baca Al-quran”.
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
11
4. Derealisasi : tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf Pendidikan :Sesuai dengan tingkat pendidikan (SMA)
2. Taraf Pengetahuan
Umum
:Baik (pasien mengetahui nama Presiden pertama
Indonesia yaitu Soekarno)
3. Taraf Kecerdasan :Rata-rata
4. Daya Konsentrasi :Konsentrasi baik, pasien dapat menjawab 5 dari 5 dalam 7
serial test. Pasien juga mampu membaca/mengeja kata
WAHYU dari belakang.
5. Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan siang dan malam).
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol )
- Orang Baik (Pasien mengenali kakak, adik, dan anaknya dengan
benar dan mengetahui sedang diwawancara oleh dokter
muda).
- Situasi Baik (pasien mengetahui bahwa sedang dilakukan wawancara).
6. Daya Ingat
- Jangka
Panjang
Baik ( Pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien
mencakup SD,SMP,SMA).
- Jangka
Pendek
Baik ( Pasien dapat mengingat menu makan pagi dan
kegiatan yang dilakukan kemaren di bangsal).
- Segera Baik ( Pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
mewawancarai )
7. Pikiran Abstrak :Baik, pasien dapat menyebutkan persamaan dan perbedaan
bola dengan jeruk ( perbedaannya bola dimainin dan jeruk
dimakan , persamaannya bola dan jeruk sama-sama bulat)
serta pasien dapat mengartikan peribahasa “ada udang di
balik batu”.
8. Visuospasial :Baik (dapat menggambar lingkaran dan menggambar jam
12
dari lingkaran tersebut sesuai yang diperagakan).
9. Bakat dan kreativitas :Pasien senang menyanyikan lagu keagamaan (shalawat
nabi ataupun lagu arab lainnya).
10. Kemampuan
Menolong Diri
:Baik ( Pasien makan, mandi, dan berpakaian sendiri ).
E. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Kurang
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi dalam pikiran :Tidak ada
b. Waham :Tidak ada
c. Fobia :Tidak ada
d. Obsesi :Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik (Saat pemeriksaan, pasien terlihat tenang, sopan dan kooperatif)
G. DAYA NILAI
Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien menyapa setiap orang yang datang ke bangsal, tidak pernah melakukan
kekerasan dengan teman-teman selama di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada
dokter dan perawat, dan mengatakan tidak boleh mencuri karena dilarang agama.
Uji Daya Nilai
Baik (Pasien mengatakan akan menyerahkan dompet yang ditemukan di jalan ke
kantor polisi atau ke RT).
Daya Nilai Realita
Terganggu (adanya halusinasi auditorik)
H. TILIKAN
Derajat 2 (pasien memiliki sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga
sekaligus menyangkal)
13
I. RELIABILITAS : Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada 12 November 2014)
A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 20 x/ menit
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik,
Kepala :Normocephal, rambut warna hitam bercampur putih (uban),
lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata :Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
Tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung :Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-),
sekret -/-.
Mulut :Bibir kecoklatan, agak kering, sianosis (-)
Leher :KGB tidak teraba membesar, tortikolis (-), kelenjar tiroid tidak
teraba membesar, trakea tidak deviasi
Thorax
Paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing
-/-
Jantung
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Datar, supel,nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas
-Atas : Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
-Bawah : Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
14
B. STATUS NEUROLOGIS
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS :Glabella test (-), Okulogirik (-), Akatisia (-),
Cogwheel phenomenon (-), Disdiadokokinesis (-),
Bradikinesia (-), Rigiditas (-), Tonus otot (N), Tremor
(+), Distonia (-).
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (dilakukan pada 11 November 2014)
Rontgen thorax : Cor, pulmo dalam batas normal
Pemeriksaan Laboratorium darah rutin :
- Hemoglobin : 12,0 g/dL
- Leukosit : 10.000/mm3
- LED : 16 mm/1 jam
- Basofil : 0 %
- Eosinofil : 1 %
- Batang : 0 %
- Segmen : 67 %
- Limfosit : 26 %
- Monosit : 3 %
- Trombosit : 267.000 u/L
- Hematokrit : 45 g%
- GDS : 125 mg/dl
- SGOT : 31 U/L
- SGPT : 16 U/L
- Ureum : 36 mg/dl
- Kreatinin : 0,6 mg/dl
15
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien datang dibawa oleh anak laki-laki dan suaminya ke RSJSH karena
keluhan gelisah dimana pasien tidak dapat tidur, mondar-mandir di kamar, gemetar
pada ekstremitas serta badan yang bergerak ke depan-belakang sejak tiga hari SMRS.
Keluhan tersebut disertai dengan bisikan yang masih didengar pasien walaupun
semakin jarang dibandingkan tahun sebelumnya. Bisikan berupa suara seseorang
yang mengajaknya untuk berbuat baik seperti “ayo sholat, baca Al-qurannya”. Secara
umum gejala positif lainnya seperti waham sudah tidak dikeluhkan hamper 2 tahun
terakhir. Gejala negative masih tampak pada pasien berupa penarikan diri dimana
pasien jarang berbaur dengan tetangga dan lebih memilih di kamar. Serta ekspresi
wajah yang murung dan terlihat sedih.
Pasien memiliki riwayat dirawat pada tahun 1983, 2006, dan 2012 dengan
beberapa keluhan seperti perubahan perilaku (bicara dan tertawa sendiri, BAK
sembarangan, gaduh gelisah), keluhan halusinasi baik visual maupun auditorik serta
adanya tindakan bunuh diri (suicide) yang pernah dilakukan pasien. Selama
pengobatan lebih dari 1 tahun, pasien mengalami perbaikan sehingga pasien dapat
melakukan aktivitas walaupun hanya kegiatan rumah tangga, tidak sama seperti saat
sebelum pasien sakit.
Pemeriksaan generalisata dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan adanya peningkatan SGOT dan SGPT. Pemeriksaan status mental
didapatkan penampilan cukup rapih, berbicara secukupnya untuk menjawab
pertanyaan dengan volume suara kecil. Mood pasien hipotimia dengan afek terbatas
dan terdapat keserasian afek. Pada gangguan persepsi terdapat halusinasi auditorik.
Taraf pendidikan yang dinilai berdasarkan pengetahuan umum, kecerdasan dalam
batas baik. Konsentrasi dan perhatian baik. Tidak terdapat disorientasi. Kemampuan
kognisi dan sensori baik. Terdapat gangguan arus pikir berupa produktifitas yang
kurang Pengendalian impuls baik dengan daya nilai realita terganggu karena adanya
gangguan persepsi, tilikan derajat 2 dengan status taraf dapat dipercaya.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini :
16
1. Gangguan kejiwaan karena adanya :
Disfungsi/hendaya berupa gangguan dalam fungsi sosial dan sehari-hari,
adanya penarikan diri yang dilakukan oleh pasien, dimana pasien jarang
berbaur dengan lingkungan sekitar rumah. Pasien tampak murung dan sedih
dan lebih memilih sendiri di kamar.
Distress / penderitaan: pasien merasa gelisah, rasa gemetar pada ekstremitas.
1. Gangguan jiwa ini termasuk Gangguan Mental Non Organik ( GMNO), karena:
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organik
Tidak ada gangguan sensorium berupa gangguan kesadaran neurologik
Tidak ada gangguan fungsi kognitif (daya ingat/memori, daya pikir/intelektual,
dan daya belajar/learning).
Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan zat psikoaktif.
3. Gangguan ini adalah gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai
realitas yang dibuktikan dengan:
Waham : -
Halusinasi : Auditorik (mendengar bisikan yang mengajaknya
sholat, dan baca Al-quran).
Perilaku terdisorganisasi : Gelisah, mondar-mandir
depan kamar.
Gejala berlangsung selama kurun waktu 1 bulan atau lebih.
Menurut PPDGJ III, gangguan psikotik ini adalah skizofrenia.
4. Gangguan Skizofrenia paranoid F.20.5 karena memenuhi kriteria diagnostik sebagai
berikut:
Memenuhi kriteria skizofrenia secara umum
Terdapatnya gejala negatif skizofrenia yang menonjol berupa penarikan diri
dari lingkungan sosial, pasien jarang berbaur dengan tetangga dan memilih
sendirian di kamar. Afek terbatas dengan mood hipotimia, dimana pasien
etrkesan murung dan tampak sedih. Kurangnya produktivitas arus pikir dapat
terlihat dari pembicaraan yang hanya ditujukan untuk menjawab pertanyaan.
Terdapatnya penurunan gejala positif skizofrenia selama lebih dari 1 tahun,
seperti halusinasi auditorik yang intensitasnya dirasa berkurang hanya muncul
pada saat pasien sendirian, dan berupa seorang yang mengajak ke arah
kebaikan untuk sholat dan baca Al-quran.
Tidak terdapatnya gangguan atau penyakit organik lainnya.
17
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak ada gangguan kepribadian
Tidak ada retardasi mental.
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada diagnosis
Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Kurangnya pengetahuan pasien tentang perjalanan penyakit yang dialaminya,
khususnya dalam hal penyebab dan cara mencegah timbulnya gejala. Hubungan
sosial/ interaksi pasien dengan anggota keluarga yang kurang terjalin khususnya
dengan suami dan adik ipar. Serta kurangnya komunikasi antara pasien dengan suami.
Kurangnya interaksi berpengaruh terhadap pengawasan dalam minum obat atau
melakukan kontrol pasien ke RSJS. Suami pasien yang sudah pensiun sehingga pasien
merasa akan mengalami kesulitan dalam masalah ekonomi. Pasien tinggal satu rumah
dengan keluarga adiknya, dimana terdapat hubungan yang kurang harmonis antara
adik ipar dengan pasien.
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current : 70-61 ( gejala bersifat ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum baik)
GAF saat masuk RS : 40-31 ( beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.)
GAF HLPY : 70-61 (gejala bersifat ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum baik)
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
AKSIS I : F.20.5 (Skizofrenia Residual)
G.25 Gangguan ekstrapiramidal dan pergerakan lainnya
AKSIS II : tidak ada gangguan kepribadian
18
AKSIS III : tidak ada
AKSIS IV : masalah ekonomi, dan keluarga (primary support group)
AKSIS V : GAF Current : 70-61
GAF Saat masuk RS : 40-31
GAF HLPY : 80 – 71
VIII. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam: dubiah ad bonam
B. Quo ad functionam: dubiah ad bonam
C. Quo ad sanactionam: dubiah ad malam
IX. DAFTAR MASALAH
A. ORGANOBIOLOGIK : Tidak ditemukannya
kelainan organic dan factor herediter.
B. PSIKOLOGI/PSIKIATRIK : Halusinasi
audiotorik, adanya penarikan diri dari pasien terhadap
lingkungan sekitar rumah, afek yang terbatas dan
mood yang hipotimia.
C. SOSIAL/KELUARGA : Penyebab stressor dipengaruhi oleh keluarga dan
factor ekonomi. Pengetahuan pasien dan keluarga masih kurang mengenai penyakit
pasien. Kurangnya interaksi antara pasien dengan anggota keluarga khususnya dalam
hal pemantauan minum obat dan kontrol pasien. Keadaan ekonomi keluarga yang
memburuk dikarenakan suami pasien yang baru saja pensiun dari pekerjaannya.
X. TERAPI
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
Keadaaan pasien yang gelisah (tidak bisa tidur, mondar-mandir, dan adanya
keluhan gemeteran (tremor) pada ekstremitas yang tidak dapat terkontrol.
2. Psikofarmaka
Clozapine 1 x 25 mg tab per oral
Trihexyphenidyl 3x 2 mg tab per oral
19
3. Psikoterapi
Dilakukan melalui:
Supportif
Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah
serta memberikan dukungan yang bersifat konstruktif agar pasien lebih terbuka
jika mempunyai masalah.
Melibatkan peran serta anggota keluarga dalam perawatan pasien, khususnya
mengenai keutamaan minum obat secara teratur dan interaksi sosial selama
pasien berada di rumah.
Melibatkan pasien ke dalam kegiatan di RSJHJ pada kegiatan rehabilitasi
seperti kegiatan terapi kelompok untuk melatih kemampuan adaptasi sosial,
serta kegiatan sesuai dengan bakat dan minat pasien.
Melibatkan pasien agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.
Reedukatif
Memberi nasihat kepada pasien untuk teratur minum obat.
Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai penyakit yang
dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan,
komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum
obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari
Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien,
agar keluarga ikut membantu mengawasi pasien untuk minum obat.
Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga
20