strategi dan akselerisasi peningkatan mutu jurusan…digilib.uinsgd.ac.id/10941/1/04-strategi...
TRANSCRIPT
i
STRATEGI DAN AKSELERISASIPENINGKATAN MUTU JURUSAN/PROGRAM STUDI
DI LINGKUNGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
LAPORAN PENELITIAN
Mendapat Bantuan Dana
Dari DIPA UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tahun Anggaran 2011
Tim Peneliti:
Ketua : Dr. H. M Subandi, MP
Anggota : - Dr. H. Abdul Kodir, M. Ag.
- Drs. Taupikurahman, M. Ag.
- Drs. H. A. Rusdiana, MM
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2011
i
ABSRTRAKPenelitian ini, mengkaji Strategi Dan Akselerisasi Peningkatan Mutu Jurusan/Program Studi DiLingkungan Fakultas Sains Dan Teknologi. Diketahui, bahwa Peningkatan mutu Program Studimenjadi persoalan manakala sumberdaya pendukung keseluruhan sistem program studi/jurusanmenunjukkan gejala yang rendah. Persoalan ini bertumpu pada komponen-komponen manakahyang menjadi penyebab rendahnya mutu Program Studi?, dan pengelolaan yang bagaimana jikaterdapat gejala yang rendah?. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatankualitatif. Penelitian ini, menujukan bawa: Kondisi Internal; (a) Kerja Sama yang baik antardosen dan karyawan, (b) Input Mahasiswa yang selektif, (c) Dosen yang mempunyai banyakpengalaman praktis, (d) Banyaknya kerja sama yang telah dilakukan dengan lembaga luar dapatmeningkatkan mutu dosen dan mahasiswa dengan sistem link & macth. Kondisi Eksternal; (a)kerjasama dengan Lembaga swasta dan pemerintah yang berhubungan erat dengan disiplin ilmudalam hal penyediaan tenaga ahli telah meningkatkan kompetensi dosen dan mahasiswa, (b)Dengan adanya pembangunan gedung baru dan fasilitas baru memungkinkan pengembanganlaboratorium secara professional bisa terwujud, (c) Banyaknya program besasiswa dariPemerintah dan Asing yang mengarah kepada pembinaan dan peningkatan kualitas dosen belumtermanfaatkan. Komponen-komponen yang mendukung untuk peningkatan mutu jurusan yaitu:Manajemen dan Kelembagaan: (1) Penyelenggaraan sistem penjaminan mutu di tingkatprogram studi, (2) Penyelenggaraan manajemen kelembagaan yang mengacu kepada indikatorkinerja yang jelas, (3) Pengembangan kerjasama dengan kalangan industri sebagai upayaberkelanjutan meningkatan kompetensi dosen dan lulusan, (4) Pengembangan kerjasama denganpenyelenggara pendidikan di dalam dan luar negeri, (4) Penyelenggaraan kerjasama denganasosiasi-asosiasi keahlian. Kendala yang dihadapi peningkatan mutu jurusan/program studiadalah (a) Belum adanya mekanisme kontrol terhadap indikator keberhasilan. (b) KeterbatasanSDM dibandingkan dengan jumlah pekerjaan yang tinggi. (c) Tradisi Akademik yang masihmencari pola karena masih baru. (d) Masih terbatasnya program-program untuk peningkatankualitas SDM terutama berkaitan dengan PBM. (e) Masih kurangnya informasi dalampengembangan SDM. (f) Mekanisme evaluasi kinerja dosen belum berjalan secara maksimal.(g) Belum adanya gedung sendiri menyebabkan keterbatasan penyediaan sarana dan prasaranaakademik. (h) Masih terbatasnya tenaga dosen, menyebabkan banyak dosen luar biasa/kontrakyang harus diambil (i) Banyaknya beban SKS di setiap dosen, sehingga konsentrasi pada hasilkarya ilmiah dan penelitian kurang maksimal. Langkah-langkah upaya yang telah dilaksanakandalam peningkatan mutu jurusan/program studi sebagai berikut, (a) pengembangan danpenataan lembaga pelaksana akademik dan penunjang akademik, jurusan, program studi,laboratorium, studio, kebun percobaan, kebun praktek, perpustakaan. (b) pembinaan,pengawasan dan pengendalian pegawai berkala berbasis kinerja dan produktivitas peningkatanpelaksanaan anggaran secara terencana, efektif dan efisein (c) peningkatan pelaksanaananggaran secara terencana, efektif dan efisein, (d) mampu menggalang dana untuk programakademik dari luar institusi melalui kontrak kerja, kemitraan, hasil penelitian, karya akademik,dan pendayagunaan sumber daya yang dimiliki, (e) meningkatnya kuantitas dan kualitasreferensi, (f) seminar dan lokakarya penyusunan Kurikulum semua program studi sesuaikebutuhan mahasiswa dan pasar, (g) pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran,(h) Meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil penelitian, (i) penyusunan strategi pengabdiankepada masyarakat berbasis pemberdayaan, (j) Pemantapan & optimalisasi kerjasama denganberbagai pihak (dalam dan luar negeri) yang telah menandatangan MoU dengan UIN, (k)mengembangkan Sistem Informasi Terpadu, yang mencakup sistem informasi akademik,kepegawaian, administrasi, sarana prasarana, pendanaan, kerjasama, dan lainnya, (l)menetapkan sasaran mutu, memonitor dan evaluasi pencapaian mutu di bidang pendidikan,penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, SDM, kinerja, administrasi, pendanaan,infrastruktur, dan semua unsur penunjang lainnya.
ii
ABSRTRACTThis study examines the Strategy and Acceleration of Quality Improvement of Department /Study Program in Faculty of Science and Technology. It is known that the Improvement of thequality of the Study Program becomes an issue when the overall support resources of the studyprogram system / department are low. This issue rests on which components are the cause of thelow quality of the Study Program ?, and what if the management of symptoms is low ?. Thisresearch uses descriptive method with qualitative approach. This study, addressed: InternalCondition; (b) Selective student input, (c) Lecturers who have a lot of practical experience, (d)The number of partnerships that have been done with outside institutions can improve thequality of lecturers and students with the system link & macth. External Condition; (b) With theconstruction of new buildings and new facilities allow the development of professionallaboratories can be realized, (c) number of Government and Foreign Students Program whichleads to guidance and quality improvement of lecturers has not been utilized. Components thatsupport to improve the quality of the department are: Management and Institutional: (1)Implementation of quality assurance system at the level of study program, (2) Organizationalmanagement that refers to clear performance indicators, (3) Development of cooperation withindustry ongoing efforts to increase the competence of lecturers and graduates, (4)Development of cooperation with education providers at home and abroad, (4) Conductingcooperation with skills associations. The obstacles faced by the improvement of the quality ofthe department / study program are (a) The absence of a control mechanism on successindicators. (b) Limited human resources compared to high number of jobs. (c) AcademicTraditions that are still looking for patterns as they are new. (d) The limited number ofprograms to improve the quality of human resources is primarily related to PBM. (e) Still lackof information in human resource development. (f) Lecturer performance evaluation mechanismhas not run maximally. (g) The absence of the building itself has limited the provision ofacademic facilities and infrastructure. (h) The limited number of lecturers, causing manyextraordinary lecturers / contracts to be taken (i) The number of credits loaded in each lecturer,so that the concentration on the scientific and research work is not maximal. Measures thathave been implemented in improving the quality of departments / courses as follows, (a) thedevelopment and structuring of academic and academic support institutions, departments, studyprograms, laboratories, studios, experimental gardens, practice gardens, libraries. (b) thedevelopment, supervision and control of periodic performance-based employees and theproductivity of budget enhancement in a planned, effective and efisein (c) improvement ofplanned, effective and efisein budget execution, (d) able to raise funds for academic programsfrom outside institutions through contract (e) increasing the quantity and quality of references,(f) seminars and workshops of curriculum preparation of all courses according to the needs ofstudents and markets, (g) implementation of learning and evaluation (j) Increasing the qualityand quantity of the results of the research, (i) the preparation of community-basedempowerment strategy, (j) Stabilization & optimization of cooperation with various parties(domestic and foreign) who have signed the MoU with UIN, (k) develop an IntegratedInformation System, which includes academic information system, kepegaw (l) establish qualityobjectives, monitor and evaluate the achievement of quality in education, research andcommunity service, human resources, performance, administration, funding, infrastructure andall elements other support.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah berkat pertolongan Allah swt. penelitian tentang “Strategi dan
Akselerasi Peningkatan Mutu Jurusan/Program Studi di Lingkungan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Gunung Djat Bandung” ini selesai sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
Judul tersebut dipandang urgen diangkat sehubungan dengan kondisi Jurusan/
Program Studi di Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djat
Bandung pada umumnya masih memerlukan perhatian yang serius. Hal ini terlihat
secara jelas pada hasil audit internal mutu, maupun hasil akreditasi program studi oleh
BAN-PT. Sehingga dipandang perlu diketahui dan dianalisis serta dicarikan solusi
untuk peningkatan mutu jurusan/prodi pada masa mendatang.
Peningkatan mutu merupakan kewajiban seluruh komponen jajaran yang tekait
dalam pengembangan program studi di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Di lain pihak, tuntutan mutu terhadap perguruan tinggi
semakin meningkat. Perguruan tinggi yang bermutu, unggul dan kompetitif akan
memperoleh mahasiswa dan lulusan yang bermutu tinggi serta dapat memuaskan
seluruh stakeholder. Sehingga penelituan ini merupakan upaya strategis untuk
menunjang pencapaian visi UIN dan Fakultas Sains dan teknologi untuk menjadi
perguruan tinggi yang bermutu, unggul dan kompetitif.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang telah memberikan kesempatan
dan bantuan dana bagi kegiatan penelitian ini;
2. Ketua Lembaga Penelitian dan jajarannya yang telah membantu memberikan
saran pemecahan masalah penelitian baik secara substantif maupun teknis;
3. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, atas dorongan dan masukan berharga bagi
penyempurnaan desain penelitian;
4. Para Ketua Jurusan di lingkungan Fakultas Fakultas Sains dan Teknologi yang
telah memberikan data informasi pengembangan jurusan/program studi yang
cukup penting bagi kelangsungan penelitian.
iv
5. Semua pihak yang telah sukarela memberikan bantuan secara akademik maupun
teknis sampai penelitian ini selesai.
Sebagai pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi langsung maupun tidak
langsung sudah selayaknya mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah swt.
Tim peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini bukan merupakan hasil
yang sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dengan sangat terbuka kami terima
untuk kesempurnaan dan perbaikan penelitian ini.
Akhirnya, semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat dimanfaatkan.
Bandung, 6 Desember 2011
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
ABSRTRAK............................................................................................................ iABSRTRACT ..........................................................................................................iiKATA PENGANTAR ..........................................................................................iiiDAFTAR ISI .......................................................................................................... vBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1B. Perumusan Masalah ...................................................................................... 5C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................................. 6D. Kerangka berfikir Penelitian ........................................................................ 6BAB II KAJIAN TEORITISA. Tinjauan Teori Mutu Pendidikan .............................................................. 11
1. Konsep Mutu Pendidikan ............................................................................. 112. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan.................................................................. 123. Ciri-ciri Mutu Pendidikan............................................................................. 134. Sifat-sifat Mutu Pendidikan.......................................................................... 135. Penggunan Mutu Pendidikan........................................................................ 146. Tingkat Mutu Pendidikan Pendidikan Tinggi .............................................. 147. Model Pendidikan Tinggi Bermutu .............................................................. 15
B. Tinjauan Strategi Akselerasi Peningkatan Mutu Jurusan ...................... 181. Konsep Strategi Akselerasi.......................................................................... 182. Presfektif Jurusan/Program Studi ................................................................ 193. Manajemen Peningkatan Mutu Jurusan/Program Studi ............................... 20
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIANA. Metode Penelitian......................................................................................... 47B. Jenis data ...................................................................................................... 47C. Sumber Data dan Lokasi Penelitian........................................................... 48D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 50E. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 51BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIANA.Strategi Peningkatan Mutu Jurusan ............................................................. 53B.Program Akselerasi Peningkatan Mutu Jurusan........................................ 54C.Indikator Kinerja Program Akselerasi Peningkatan Mutu Jurusan ........ 58
1. Orgsnisasi Manajemen ................................................................................. 632. Pendididkan Dan Kemahasiswaan................................................................ 663. Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,........................................... 694. Kerjasama Institusional, ............................................................................... 705. Bidang Penunjang Penyelenggaraan ............................................................ 70
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASIA. Kesimpulan................................................................................................... 73B. Rekomendasi ................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................77
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini tuntutan mutu terhadap perguruan tinggi semakin meningkat.
Perguruan tinggi yang bermutu, unggul dan kompetitif akan memperoleh mahasiswa
dan lulusan yang bermutu tinggi serta dapat memuaskan seluruh stakeholder. Untuk
menjadikan perguruan yang unggul dan kompetitif.
Kita jarang mendengar dewasa ini tentang retorika mutu atau kualitas, yang
dalam kehidupan sehari-hari, selalu diterjemahkan bahwa sesuatu yang bermutu
identik dengan baik/tidaknya suatu barang/jasa, termasuk juga bidang kajian mutu
pendidikan yang akhir-akhir ini sangat gencarnya dibicarakan. Mutu secara umum
dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja baik berupa
barang atau jasa. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari aspek input, proses,
output dan dampak serta manfaat.
Dalam perkembangannya tuntutan perguruan tinggi saat ini bukan hanya
sebatas kemampuan untuk menghasilkan lulusan yang diukur secara akademik,
melainkan keseluruhan program dan lembaga perguruan tinggi harus mampu
membuktikan mutu yang tinggi yang dapat didukung oleh akuntabilatas yang tinggi
pula. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, perguruan tinggi melalui progan studinya
perlu memperoleh kepercayaan masyarakat dengan pernyataan jaminan kualitas atau
mutu (quality assurence), pengendalian mutu (quality control), dan perbaikan mutu
(quqlity impropment). Jaminan, pengendalian, dan pembinaan atau perbaikan mutu
itu hanya dapat diberikan kepada perguruan tinggi atau program studi setelah
kepadanya dilakukan evaluasi yang cermat melalui proses akreditasi secara nasional
dialkukan olah Badan Akreditasi Nasional Perguruan tinggi (BAN-PT). Maka
jaminan, pengendalian, dan pembinaan atau perbaikan mutu di lingkungan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi suatu keniscayaan.
Penjaminan mutu tersebut bertitik tolak dari penetapan dan pemenuhan standar mutu
secara menyeluruh, konsisten, bertahap, dan berkelanjutan.
Mutu, dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan
2
suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa. Mutu dapat bersifat
abstrak, namun dapat dirasakan, baik itu berupa barang atau jasa. Oleh karena itu
makna mutu akan berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya, tergantung
dari sudut pandang dan kebutuhannya (Sallis, 1993). Dalam konteks pendidikan
banyak pendapat tentang mutu. Namun demikian, kajian tentang mutu dalam
pendidikan dapat ditinjau dari aspek input, proses, output dan dampak serta manfaat.
Pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga pengajar,
peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan input-input lainnya yang
diperlukan dalam proses pendidikan. Ada pula yang mengaitkan mutu pada proses
(pembelajaran), dengan argumen bahwa proses pendidikan (pembelajaran) itu yang
paling menentukan kualitas. Jika mutu ingin diraih, maka proses harus diamati dan
dijadikan fokus perhatian. Melalui proses, penyelenggara pendidikan dapat
mengembangkan pendidikan, metode, dan teknik-teknik pembelajaran yang dianggap
efektif. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil pendidikan
(pembelajaran) yang ditunjukkan oleh keunggulan akademik dan nonakademik di
suatu sekolah.
Banyak lembaga pendidikan yang mulai sadar bahwa antara berbagai input,
proses, dan output, perlu diperhatikan secara seimbang. Bahkan untuk menjamin
mutu, langkah-langkah sudah dimulai dari misi, tujuan, sasaran, dan target dalam
bentuk desain perencanaan yang mantap. Para pendidik harus selalu sadar akan hasil
yang akan diperoleh bagi siswa setelah melalui proses pembelajaran tertentu, dan
gambaran akan hasil yang ingin dicapai itu pada gilirannya akan memberikan
motivasi untuk mengembangkan input dan proses yang sesuai. Bahkan saat ini mutu
pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, tetapi bagaimana
prestasi tersebut dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan, seperti yang
tertuang di dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35 dan PP No. 19 Tahun 2005.
Penetapan standar untuk melihat mutu pendidikan masih banyak yang
didasarkan pada keinginan yang kuat dari pengguna (customer) dan pemangku
kepentingan (stakeholder) pendidikan. Termasuk pengguna (customer) dan
pemangku kepentingan adalah siswa, guru, orang tua pengguna jasa pendidikan,
pengguna jasa lulusan yang menuntut kompetensi tertentu sebagai indikator
kelayakan bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan,
3
atau berbagai peran dalam kehidupan sosial yang merupakan output pendidikan.
Sementara masalah input dan proses dianggap sebagai masalah internal sekolah yang
merupakan prerogatif profesi tenaga kependidikan. Sebenarnya, input, proses, dan
output tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiganya merupakan masalah internal
atau eksternal yang akan menentukan mutu pendidikan sekolah.
Dari segi lingkup kompetensi yang harus dicapai begitu luas. Pandangan
tentang mutu pun kemudian meliputi berbagai aspek kompetensi. Bukan hanya
menyangkut ranah kognitif tetapi juga afektif, psikomotor, dan bahkan spiritual.
Mutu tidak hanya terfokus pada pencapaian atau prestasi akademis (academic
achievement), tetapi juga bidang-bidang nonakademik, seperti prestasi seni,
keterampilan sosial, keterampilan vokasional, serta penghayatan dan pengamalan
spiritual dalam bentuk budi pekerti luhur. Yang sering menjadi masalah adalah
bagaimana menilai secara akurat berbagai aspek kompetensi tersebut. Apalagi kalau
seluruhnya harus berdasarkan standar nasional. Sementara itu, sebagian ranah
kemampuan yang dicapai untuk sebagian relatif sukar mengukurnya. Beberapa jenis
kompetensi juga banyak yang lebih bersifat lokal, seperti keterampilan vokasional,
keterampilan sosial, serta budi pekerti.
Menurut Sallis (1993), terdapat tiga pengertian konsep mutu. Pertama, mutu
sebagai konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam konsep yang relatif, dan
ketiga mutu menurut pelanggan. Dalam pengertian absolut, sesuatu disebut bermutu
jika memenuhi standar yang tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga mutu
dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat dikompromikan, seperti kebaikan,
keindahan, kebenaran. Mutu dalam konsep ini menunjukkan keunggulan status dan
posisi dengan mutu tinggi (high quality). Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan,
maka konsep mutu absolut bersifat elit karena hanya sedikit lembaga pendidikan
yang dapat memberikan pendidikan dengan high quality kepada siswa, dan sebagian
besar siswa tidak dapat menjangkaunya.
Fakultas Sains dan Teknologi merupakan salah satu unsur organik di
lingkungan UIN Bandung mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk membuktikan
jaminan, pengendalian, dan pembinaan atau perbaikan mutu. Untuk menuju ke arah
itu, Fakultas Sains dan Teknologi berupaya menyiapkan dan membenahi berbagai
aspek dan komponen pendidikan. Di antara yang menjadi program
pengembangannya adalah penyempurnaan kurikulum, penambahan sarana pra
4
sarana, peningkatan jumlah dan kualitas dosen, peningkatan kualitas belajar
mengajar dan peningkatan sistem evaluasi hasil belajar mahasiswa untuk
memperoleh lulusan yang bermutu.
Hal yang tak kalah pentingnya untuk mencapai tujuan pendidikan pada
Fakultas Sains dan Teknologi adalah aspek peningkatan mutu program Studi/Jurusan
untuk memperoleh kepercayaan masyarakat dan pemeritah dengan pernyataan
jaminan kualitas atau mutu (quality assurence), pengendalian mutu (quality control),
dan perbaikan mutu (quqlity impropment). Jaminan, pengendalian, dan pembinaan
atau perbaikan mutu, dengan mendapat legitimasi formal dari BAN-PT. quality
assurence quality control quqlity impropment
Meskipun demikian, berbagai upaya telah dilakukan namun hasilnya belum
mencapai apa yang diharapkan, terutama apabila dilihat dari hasil Audit Mutu
Internal UIN SGD maupun hasil akreditasi program studi yang dilakukan oleh BAN-
PT, nilainya belum memuaskan.
Berdasarkan data sementara, hasil evaluasi program studi di lingkungan
Fakultas Sains dan Teknologi
Tabel. 1.1
Peringkat Mutu Program Studi di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi
Peringkat MutuNo. Jurusan /Program Studi
AMAI Akreditasi BAN-PT1. Matematika B C2. Biologi B C3. Fisika C -4. Kimia C -5. Teknik Inforamatia C C6. Agro Teknologi/TP C -7. Teknik Elektro C -
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata peringkat mutu Program studi
di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi apabila dilihat hasil audit mutu internal
maupun akredatasi BAN-PT, peringkatnya mutu nya masih rendah.
Dengan menyoroti perolehan peringkat mutu ketujuh jurusan/program studi di
atas maka dapat dipermasalahkan bagaimana pormulasi strategi akselerasi
peningkatan mutu program studi di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Masalah ini kemudian penulis angkat ke dalam judul
5
:
“Strategi Akselerasi Peningkatan Nilai Mutu Program Studi di Lingkungan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung” (Studi Kasus
pada 7 Program Studi/Jurusan di Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi Program
Studi Teknik Informatika UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2011).
B. Perumusan Masalah
Peningkatan mutu Program Studi menjadi persoalan manakala sumberdaya
pendukung keseluruhan sistem program studi/jurusan menunjukkan gejala yang
rendah. Persoalan ini bertumpu pada komponen-komponen manakah yang menjadi
penyebab rendahnya mutu Program Studi?, dan pengelolaan yang bagaimana jika
terdapat gejala yang rendah?.
Persoalan tersebut dapat ditelusuri salah satunya dengan menelaah dan
menganalisis keseluruhan komponen sistem jurusan/program studi di lingkungan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, yang mencakup masukan, proses,
keluaran, hasil, dan dampak (input, process, output, autcome, and impact)
berdasarkan data, informasi dan bukti-bukti lainnya yang berkenaan dengan
komponen-komponen sistemik dari seluruh penyelenggaraan program peningkatan
mutu di 7 Program Studi/Jurusan di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
SGD Bandung. Dengan cara ini dapat diketahui kekuatan, kelemahan, tantangan, dan
peluang bagi peningkatan mutu Jurusan/program studi. Karena itu, beberapa masalah
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif analisis KKPA/SWOT Jurusan / Program Studi yang
ada di Fakultas Sains dan Teknologi?
2. Komponen-komponen apa saja yang dipandang perlu mendapat perhatian untuk
peningkatan mutu Jurusan / Program Studi (dalambentuk matrik)?
3. Bagaimana bentuk strategi peningkatan mutu Jurusan / Program Studi yang ada di
Fakultas Sains dan Teknologi?
4. Bagaimana Program peningkatan mutu Jurusan / Program Studi yang ada di
Fakultas Sains dan Teknologi?
5. Bagaimana indikator kinerja program peningkatan mutu Jurusan / Program Studi
yang ada di Fakultas Sains dan Teknologi?
6. Kendala apa yang dihadapi dalam peningkatan mutu Program Studi?
6
7. Langkah strategis apa yang perlu dilakukan untuk akselerasi peningkatan mutu
Program Studi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dikemukakan bahwa tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui komponen-komponen peningkatan mutu Jurusan / Program
Studi?
2. Untuk mengetahui bentuk kegiatan peningkatan mutu Jurusan / Program Studi?
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam peningkatan mutu Jurusan /
Program Studi?
4. Untuk mengetahui langkah strategis yang perlu dilakukan untuk akselerasi
peningkatan mutu Jusuran / Program Studi?
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk :
1. Membantu dalam identifikasi masalah, penilaian program dan pencapaian sasaran.
2. Memperkuat budaya evaluasi kelembagaan (institutional evaluation) dan analisis-
diri.
3. Memperkenalkan staf baru kepada keseluruhan program studi/ lembaga.
4. Memperkuat jiwa korsa dalam lembaga, memperkecil kesenjangan antara tujuan
pribadi dan tujuan lembaga dan mendorong keterbukaan.
5. Mendorong jurusan / program studi/ dan lembaga perguruan tinggi untuk meninjau
kembali kebijakan yang telah usang.
6. Memberi informasi tentang arah kebijakan yang akan meningkatkan status program
studi/perguruan tinggi dibandingkan dengan program studi/perguruan tinggi lain.
D. Kerangka berfikir Penelitian
Secara umum mutu adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau yang tersirat. Mutu suatu lembaga pendidikan tinggi dapat diartikan
sejauh mana perguruan tinggi tersebut mempunyai makna dari para stakeholders-nya,
dengan dapat tidaknya menyajikan kinerja (produk), prilaku pengelola yang dapat
dipertanggung-jawabkan secara hukum, etika akademik, agama, dan nilai budaya.
Daulat P.Tampubolon, dalam bukunya Perguruan Tinggi Bermutu (2001:123),
7
menegaskan, akuntabilitas atu mutu perguruan tinggi dapat dilihat yaitu:
“(a) apakah peraturan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi dapat dipertanggungjawabkan secara undang-undang? (b) apakah materi kuliah yang diberikan dosendapat dipertanggung-jawabkan secara kurikuler dan etika akademik?, (c) apakahnilai hasil ujian ( IP/IPK) yang diperoleh mahasiswa terpercaya?, (d) Apakah prilaku(sikap) kepelayanan para pengelola perguruan tinggi dapat dipertanggung-jawabkansecara hukum, etika, agama, dan nilai budaya?, (e) apakah penelitian yang dilakukandan hasilnya tidak bertentangan dengan agama dan atau undang-undang?, serta (f)apakah perguruan tinggi mempunyai kode etik?”
Ripley memperkenalkan pendekatan “kepatuhan” dan pendekatan “faktual”
dalam implementasi kabijakan (Ripley & Franklin, 1986: 11). Pendekatan kepatuhan
muncul dalam literatur administrasi publik. Pendekatan ini memusatkan perhatian
pada tingkat kepatuhan agen atau individu bawahan terhadap agen atau individu
atasan. Perspektif kepatuhan merupakan analisis karakter dan kualitas perilaku
organisasi. Menurut Ripley, paling tidak terdapat dua kekurangan perspektif
kepatuhan, yakni: (1) banyak faktor non-birokratis yang berpengaruh tetapi justru
kurang diperhatikan, dan (2) adanya program yang tidak didesain dengan baik.
Perspektif kedua adalah perspektif faktual yang berasumsi bahwa terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan yang mengharuskan
implementor agar lebih leluasa mengadakan penyesuaian.
Kedua perspektif tersebut tidak kontradiktif, tetapi saling melengkapi satu
sama lain. Secara empirik, perspektif kepatuhan mulai mengakui adanya faktor
eksternal organisasi yang juga mempengaruhi kinerja agen administratif.
Kecenderungan itu sama sekali tidak bertentangan dengan perspektif faktual yang
juga memfokuskan perhatian pada berbagai faktor non-organisasional yang
mempengaruhi implementasi kebijakan (Grindle, 1980: 7).
Berdasarkan pendekatan kepatuhan dan pendekatan faktual dapat dinyatakan
bahwa keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh tahap implementasi dan
keberhasilan proses implementasi ditentukan oleh kemampuan implementor, yaitu:
(1) kepatuhan implementor mengikuti apa yang diperintahkan oleh atasan, dan (2)
kemampuan implementor melakukan apa yang dianggap tepat sebagai keputusan
pribadi dalam menghadapi pengaruh eksternal dan faktor non-organisasional, atau
pendekatan faktual.
Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan perspektif proses
8
implementasi dan perspektif hasil. Pada perspektif proses, program pemerintah
dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan
pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara
pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan
pada perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa
dampak seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil dilihat dari
sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau dari dampak yang dihasilkan, atau
sebaliknya.
Perolehan mutu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam konteks program
studi yang bermutu dpengaruhi faktor input, proces, output, dan inpact.
1. Masukan input, mencakup komponen: Visi dan misi program studi, sasaran dan
tujuan, mahasiswa, sumberdaya manusia, kurikulum, sarana prasarana, dan
pembiayaan.
2. Proses proces, mencakup komponen: Tata pamong (governance), pengelolaan,
program, kepemimpinan, proses pembelajaran, suasana akademik, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
3. Keluaran/Hasi output, mencakup komponen: Lulusan, keluran lainnya, publikasi
hasil penelitian dan atau produk penelitian dalam bentuk patent, rancang bangun,
prototip, perangkat lunak, dsb.
4. Dampak inpact, mencakup komponen: Sistem informasi, sistem peningkatan dan
penjaminan mutu.
Kesiapan input diperlukan agar proses dapat berlangsusng dengan baik.
Oleh karena itu, tinngi rendahnya mutu input dapat diukur dari ngkat kesiapan,
input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinngi pula mutu input
tersebut.
Proses merupakan media untuk berubahnya seseuatu menjadi sesuatu yang
lain. Dalam pendidikan tinggi berscala mikro (tingkat jurusan/program studi),
proses yang dimaksud adalah pengabilan keputusan, proses pengelolaan
kelembagaan, proses pengelolaan program, proses pengelolaan pembelajaran,
proses monitoring dan evalusi. Sebagai catatan bahwa proses belajar mengajar
pada program studi merupakan prioritas tertinggi dibanding dengan proses-
proses lainnya.
Output merupakan hasil dari proses/produk satu lembaga dalam bentuk
9
PROSES:
- Tata pamong(governance),
- pengelolaan,program,
- kepemimpinan,- roses
pembelajaran,- suasana
akademik,- penelitian- pengabdian
kepadamasyarakat.
OUTPUT:- Lulusan,- keluran lainnya,
publikasi hasilpenelitian danatau produkpenelitian dalambentuk patent,rancang bangun,prototip,
- perangkat lunak,dsb.
DAMPAK:
- Sistem informasi,- sistem
peningkatan danpenjaminan mutu.
INPUT:
- Visi dan misiprogram studi,sasaran dantujuan
- Mahasiswa- Sumberdaya
manusi- Kurikulum- sarana
prasarana,- pembiayaan.
Produk- quality
assurence- quality
control- quality
impropment
AkuntabilitasAkredita
s danpencitraan
publik
barang dan jasa ukuranya kualitas dan kuantitas, Sedangkan dampak merupakan
akibat dari proses mengarah pada hal-hal yang dapat dirasakan oleh pengguna
steakholder.
Ketiga komponen input, proses, dan output tersebut memegang peranan
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan jurusan.
Dalam kerangka inilah jurusan memposisikan dirinya untuk berkenambungan
memperbaiki dan meningkatkan fungsi dari komponen-komponen tersebut.
Klasifikasi tersebut dibuat sehubungan pentingnya tinjauan mutu pada masing-
masing komponen indikator mutu dapat dikaitan dengan peryataan mutu program
studi tinggi, apabila pengkoorinasian dan penyerasian serta pemaduan input pada
program studi (dosen, mahasiswa, kurikulum, sarana, siastem, dsb.) dilakukan secara
harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenagkan
(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar
mampu memberdayakan peserta didik, yang dapat dipercaya untuk meningkatan
kualitas mutu program studi.
Kerangka berpikir ini dapat lebih diperjelas dengan skema berikut:
Gambar 1.1 Kerangka berpikir Penelitian
11
BAB IIKAJIAN TEORITIS
A. Tinjauan Teori Mutu Pendidikan
1. Konsep Mutu Pendidikan
Konsep mutu sebenarnya selain bersifat absolut juga bersifat relatif dari
pelanggannya. Mutu pendidikan yang bersifat absolut menunjuk pada suatu produk/jasa
yang standar tertentu, dipatok dengan ukuran tertentu oleh suatu lembaga yang memiliki
otonomi untuk itu. Mutu suatu produk/jasa yang bersifat relatif berarti tergantung pada
konsumennya/pelanggannya bagaimana mereka menetapkan standar kebutuhan dan
harapannya.
Mutu secara umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau
hasil kerja baik berupa barang atau jasa. Menurut Sallis (1993), terdapat tiga pengertian
konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam
konsep yang relatif, dan ketiga mutu menurut pelanggan. Dalam pengertian absolut,
sesuatu disebut bermutu jika memenuhi standar yang tertinggi dan tidak dapat diungguli,
sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat dikompromikan, seperti
kebaikan, keindahan, kebenaran. Mutu dalam konsep ini menunjukkan keunggulan status
dan posisi dengan mutu tinggi (high quality). Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan,
maka konsep mutu absolut bersifat elit karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang
dapat memberikan pendidikan dengan high quality kepada siswa, dan sebagian besar siswa
tidak dapat menjangkaunya. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari aspek input,
proses, output dan dampak serta manfaat.
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang di
hasilkan. Mutu bukanlah benda magis atau sesuatu yang rumit. Mutu didasarkan pada
akal sehat. Filisofi menejemen mutu Dr. W. Edward Deming dikembangkan berdasarkan
untuk memperbaiaki kondisi kerja bagi setiap pegawai.(Jerome S. Arcoro,2007:75)
Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di mana Mutu
harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai
dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik (leaners). Mutu pendidikan
berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan (output) yang
berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud
pengembangan kualitas sumber daya manusia (Usman, Husaini, 2006:24).
12
Sebagai suatu lembaga pendidikan formal dalam pelaksanaan sekolah sangat
ditekankan adanya peningkatan mutu sebagai jawaban terhadap kebutuhan dan dinamika
masyarakat yang sedang berkembang, sehingga peningkatan mutu sumber daya
manusia (human resaurces) dapat diwujudkan melalui pelaksanaan pendidikan.
Sedangkan bicara masalah mutu pendidikan sering kali yang dibicarakan adalah
perbaikan tingkat prestasi siswa atau nilai rapor siswa, dalam sekolah yang bertipe seperti
itu tanggung jawab perbaikan mutu pendidikan lebih banyak pada guru. Secara umum
para guru hanya terfokus pada pendidikan seorang siswa: membantu siswa belajar dan
mendapatkan pengetahuan.
Mengapa peningkatan mutu pendidikn sangat sulit terdapat dua factor, yaitu:
a. Upaya pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang
demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan
telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya,
penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka
secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output
(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-
output yang diperkenalkan oleh teori education production function Hanushek, tidak
berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi
dalam institusi ekonomi dan industri. (Depdikbud, 1999: 68)
b. Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran
birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat
makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro
(sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan
permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat
oleh birokrasi pusat. (Depdikbud, 1999: 69)
Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan
peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi
paling depan dalam kegiatan pendidikan.
2. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan
Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan sekarang ini.
Dalam diskusi tersebut dapat muncul berbagai pendapat tentang mutu, mutu menciptakan
lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakiil-wakil masyarakat dan
13
pemuka bisnis untuk bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber-
sumber daya yang di butuhkan untuk memenui tantangan masyarakat, bisnis dan
akademik seakarang dan masa depan.(Jerome S. Arcoro, 2007:76:77)
3. Ciri-ciri Mutu Pendidikan
Ciri-ciri mutu (sebagai bentuk pelayanan pelanggan) ditandai dengan: (a)
ketepatan waktu pelayanan, (b) akurasi pelayanan, (c) kesopanan dan keramahan (unsur
menyenangkan pelanggan), (d) bertanggung jawab atas segala keluhan complain
pelanggan, (e) kelengkapan pelayanan, (f) kemudahan mendapatkan pelayanan, (g) variasi
layanan, (h) pelayanan pribadi, (i) kenyamanan, (j) dan ketersediaan atribut pendukung
(Slamet, 1999: 23).
4. Sifat-sifat Mutu Pendidikan
Adapun sifat-sifat pokok mutu jasa, menurut Slamet (1999:25) adalah mengadung
unsur-unsur: (1) keterpercayaan (reliability), (2) keterjaminan (assurance), (3) penampilan
(tangibility), (4) perhatian (emphaty), dan (5) ketanggapan (responsiveness).
Keterpercayaan dapat dihasilkan dari sikap dan tindakan seperti: jujur, tepat waktu
pelayanan, terjaminnya rasa aman dengan produk/jasa yang dipergunakan/diperoleh, dan
ketersediaan produk/jasa saat dibutuhkan pelanggan.
Keterjaminan suatu mutu jasa dapat ditimbulkan oleh kondisi misalnya penghasil
produk/jasa memang kompeten dalam bidangnya, obyektif dalam pelayanannya, tampil
dengan percaya diri dan meyakinkan pelanggannya.
Penampilan adalah sosok dari produk/jasa dan hasil karyanya. Misalnya bersih,
sehat, teratur dan rapi, enak dipandang, serasi, berpakaian rapi dan harmonis, dan
buatannya baik.
Empati adalah berusaha merasakan apa yang dialami oleh pelanggan ( seandainya
saya dia) Cara berempati dapat dinyatakan dengan penuh perhatian terhadap pelanggan,
melayani dengan ramah dan memuaskan, memahami keinginan pelanggan,
berkomunikasi dengan baik dan benar, dan bersikap penuh simpati.
Adapun ketanggapan adalah ungkapan cepat tanggap dan perhatian terhadap
keluhan pelanggan. Ungkapan tersebut dapat dinyatakan dengan cepat memberi respon
pada permintaan pelanggan dan cepat memperhatikan dan mengatasi keluhan pelanggan.
14
Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak
lain adalah merupakan usaha jasa yang memberikan pelayanan kepada pelangggannya
yang utamanya yaitu kepada mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut.
5. Penggunan Mutu Pendidikan
Para pelanggan layanan pendidikan dapat terdiri dari berbagai unsur paling
tidak empat kelompok (Sallis,1993). Mereka itu adalah pertama yang belajar, bisa
merupakan mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan
primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat
layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Kedua, para klien terkait dengan orang
yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien
tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary
external customers). Pelanggan lainnya yang ketiga bersifat tersier adalah lapangan
kerja, bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary
external customers). Selain itu, yang keempat, dalam hubungan kelembagaan masih
terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal dari intern lembaga; mereka itu adalah
para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan
lembaga pendidikan (internal customers). Walaupun para guru/dosen/tutor dan tenaga
administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan
jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka
berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas
dari suatu lembaga pendidikan mereka akan diuntungkan, baik kebanggaan maupun
financial.
Seperti disebut diatas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi
kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga
haruslah memperhatikan kebutuhan dan harapan masing-masing pelanggan diatas.
Kepuasan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan
harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.
6. Tingkat Mutu Pendidikan Pendidikan Tinggi
Baik kualaitas maupun model-model perbaikan mengembangkan sistem pandang
pendidikan. Mereka memfokuskan pada program sekolah terpadu dan bukan pada
komponen-komponen program terpisah didalam program tersebut. Kedua model tersebut
menfokuskan pada hasil model-model tersebut mendorong staf dan siswa untuk
15
mengidentifikasikan berbagai ukuran untuk mengambarkan kinerja. pengukuran kinerja
merupakan proses yang dilakukan oleh lembaga untuk mengetahui mencapai kinerja
yang di gunakan sebagai dasar untuk penilaian keberhasilan dan kegagalan suatu
lembaga.proses pengukuran kinerja melalui monitoring dan evaluasi kegiatan monitoring
dengan tujuan: (a) Mengetahui tingkat efektivitas program, (b) Mengetahui
kesalahan/penyimpangan program sedini mungkin. (Sugeng Listyo Prabowa,
2008:201).
7. Model Pendidikan Tinggi Bermutu
a. Kriteria Pendidikan Bermutu
Kriteria untuk pendidikan bermutu ditandai dengan “pilar mutu” untuk
pendidikan, pilar-pilar tersebut merupakan ramuan penting bagi setiap prakarsa mutu
yang berhasil. Pilar mutu itu bersifat universal. Dapat diterapkan di setiap organisasi
pendidikan mulai dari kegiatan diruang belajar sampai perawatan bangunan, semua itu
sama pentingnya.
Mutu harus berasal dari anggota, administrator, mahasiswa dan staf. Dewan
pendidikan harus menciptakan paradigma baru pendidikan untuk komunitasnya,
pendidikan mesti dinilai atas kontribusinya untuk mengembangkan siswa menjadi warga
negara yang bernilai yang dipersiapkan agar lebih baik menghadapi tantangan akademik
dan bisnis di masa depan. (Jerome S. Arcoro, 2007 :14-15)
Mutu suatu lembaga pendidikan tinggi dapat diartikan sejauh mana perguruan
tinggi tersebut mempunyai makna dari para stakeholders-nya, dengan dapat tidaknya
menyajikan kinerja (produk), prilaku pengelola yang dapat dipertanggung-jawabkan secara
hukum, etika akademik, agama, dan nilai budaya. Daulat P.Tampubolon, dalam bukunya
Perguruan Tinggi Bermutu (2001:123), menegaskan, akuntabilitas atu mutu perguruan
tinggi dapat dilihat yaitu:
“(a) apakah peraturan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi dapat dipertanggungjawabkan secara undang-undang? (b) apakah materi kuliah yang diberikan dosendapat dipertanggung-jawabkan secara kurikuler dan etika akademik?, (c) apakahnilai hasil ujian ( IP/IPK) yang diperoleh mahasiswa terpercaya?, (d) Apakah prilaku(sikap) kepelayanan para pengelola perguruan tinggi dapat dipertanggung-jawabkansecara hukum, etika, agama, dan nilai budaya?, (e) apakah penelitian yang dilakukandan hasilnya tidak bertentangan dengan agama dan atau undang-undang?, serta (f)apakah perguruan tinggi mempunyai kode etik?”
16
Mutu secara umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau
hasil kerja baik berupa barang atau jasa. Menurut Sallis (1993), terdapat tiga pengertian
konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam
konsep yang relatif, dan ketiga mutu menurut pelanggan. Dalam pengertian absolut,
sesuatu disebut bermutu jika memenuhi standar yang tertinggi dan tidak dapat diungguli,
sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat dikompromikan, seperti
kebaikan, keindahan, kebenaran. Mutu dalam konsep ini menunjukkan keunggulan status
dan posisi dengan mutu tinggi (high quality). Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan,
maka konsep mutu absolut bersifat elit karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang
dapat memberikan pendidikan dengan high quality kepada siswa, dan sebagian besar siswa
tidak dapat menjangkaunya. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari aspek input,
proses, output dan dampak serta manfaat. Dengan kata lain mutu atau kualitas program
studi, adalah kemampuan program Studi/Jurusan untuk menunjukan dan atau
memperoleh kepercayaan masyarakat dan pemeritah dengan pernyataan jaminan kualitas
atau mutu (quality assurence), pengendalian mutu (quality control), dan perbaikan mutu
(quqlity impropment). Jaminan, pengendalian, dan pembinaan atau perbaikan mutu,
dengan mendapat legitimasi formal dari BAN-PT. quality assurence, quality control,
quqlity impropment. Sedangkan kegiatannya dalam hal: (1) Rencana Induk
Pengembangan (RIP), (2) Rencana Strategis, (3) Kurikulum, (4) Tenaga kependidikan, (5)
Calon mahasiswa, (6) Sarana dan prasarana yang meliputi: (Ruang kuliah, Ruang dosen,
Ruang seminar, Laboratorium, Perpustakaan, Fasilitas komputasi, Fasilitas teknologi
informasi, Perlengkapan pendukung pembelajaran, Perlengkapan pendukung kegiatan
kemahasiswaan, Peralatan laboratorium, Buku-buku dan dokumen pendukung), (7)
Penyelenggaraan pendidikan yang meliputi: (Kuliah, Praktikum, Kegiatan terencana,
Pembimbingan, dan Penilaian hasil belajar), (8) Penyelenggaraan penelitian, (9)
Penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat, (10) Kerjasama, meliputi: (Tukar
menukar sumber daya, Kemahasiswaan, Penelitian, Penggembangan, dan penyelenggaraan
program akademik (11) Administrasi dan pendanaan program, meliputi: (Ketertiban
administrasi, dan Pendanaan), dan (12) Pelaporan kegiatan proses penyelenggaraan
program studi).
Dengan demikian idealnya Jururan/program studi yang bermutu adalah,
Jururan/program studi yang memiliki kemampuan membuktikan mutu yang tinggi yang
dapat didukung oleh akuntabilatas yang tinggi melalui progan studinya yang memperoleh
17
kepaercayaan masyarakat dengan pernyataan jaminan kualitas atau mutu (quality
assurence), pengendalian mutu (quality control), dan perbaikan mutu (quqlity
impropment). Jaminan, pengendalian, dan pembinaan atau perbaikan mutu itu hanya dapat
diberikan kepada perguruan tinggi atau program studi setelah kepadanya dilakukan
evaluasi yang cermat melalui proses akreditasi secara nasional dialkukan olah Badan
Akreditasi Nasional Perguruan tinggi (BAN-PT).
b. Mengimplementasikan Mutu di Ruang Belajar
Untuk merubah dari kelas yang terpusat pada guru menjadi kelas yang terpusat
pada belajar, cobalah secara mendalam mengkaji kelas yang anda ajar:
1) Apakah bangku-bangkunya ter susun seperti garis lurus?
2) Apakah meja anda berada di depan kelas?
3) Apakah anda sering duduk di kelas anda?
4) Apakah anda menerangkan di podium depan kelas?
5) Apakah bahan pelajaran hanya dapat didapat oleh anda?
6) Apakah memenui tuntutan kurikulum merupakan tujuan penting?
7) Apakah siswa sering mengeluh karena jenuh?
Apabila jawaban anda ya untuk semua pertanyaan tersebut anda termasuk
dosen yang mengajar dengan kegiatan belajar-mengajar berpusat pada dosen di kelas.
(Jerome S. Arcoro, 2007: 47-48)
Dalam hal ini anda harus dapat mengubah kelas anda dari kelas yang terfokus
pada guru menjadi kelas yang terfokus pada siswa, anda akan mendapatkan
pengetahuan secara tidak langsung yang diperlukan untuk mengimplementasikan
mutu di kelas.
c. Sumber Belajar atau Media
Sumber belajar atau media adalah komponen komunikasi yang berfungsi sebagai
perantara atau pembawa pesan dari pengirim ke penerima. Kata media berasal dari
bhs latin medius yang secara harfiah berarti “tengah, perantara,pengantar” dalam
bahasa arab media adalah perantara “wasailu” atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima. Gerlach & Ely mengatakan bahwa media apabiala dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kodisiyang
18
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, kemampuan atau sikap, dalam
hal ini guru, buku dan lingkungan merupakan media. (Ashar Arsyad, 2009:3)
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran
dan peraaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Media pembelajaran adalah sebagai komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,
komunikasi tidak akan terjadi, dan demikian pula tanpa media pembelajaran proses
pembelajaran juga tidak akan berlangsung. Media pembelajaran adalah komponen integral
dari sistem pembelajaran.
Program studi/Jurusan ideal yang di harapkan di masa depan adalah Program
Sudi/Jurusan yang memenui standar isi mencakup materi dan tingkat kompetensi meliputi
kerangka dasar struktur kurikulum dam peningkatan mutu di Program Sudi/Jurusan itu
sendiri. Program Sudi/Jurusan masa depan hendaknya selalu menjadikan kerangka dasar
serta struktur kurikulum sebagai pedoman.(Khaerudin, Mahfud junaidi Dkk, 2007: 15)
B. Tinjauan Strategi Akselerasi Peningkatan Mutu Program Studi/Jurusan
1. Konsep Strategi Akselerasi
Strategi dikenal dalam dunia manajemen adalah alat atau cara untuk mencapai
keunggulan. Porter (1985) menjelaskan bahwa strategi adalah alat yang sangat penting
untuk mencapai keunggulan bersaing. Adrew (1980) mengatakan bahwa strategi adakah
kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer,
karyawan, konsumen, kontinuitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung
maupu tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua
tindakan yang dilakukan perusahaan. Argyris et. al. (1985) mengatakan bahwa strategi
merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman
eskternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.
Hamel & Prahald (1995) mengatakan strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapka oleh para pelanggan di masa depan. Pengertian lain
strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada
tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai.
19
Akselerasi pada mulanya dikenal di dunia fisika acceleration. Secara konseptual
pengertian acceleration suatu kemajuan, atua percepatan atau perubahan kecepatan setiap
waktu. Akselerasi menurut Pressy (Hawadi, 2004) adalah ”kemajuan yang diperoleh
dalam program pada waktu yang lebih cepat”,. Sedangkan pengertian akselerator, adalah
alat pemercepat artikal subatomic agar mempunyai energy yang sangat besar untuk
menimbulkan transmutasi inti yang dikehendaki. Alat pengukurnya disebut akselerometer
yang bekerja berdasarkan hukum kedua Newton (F=m.a) termasuk akselerator antara lain
siklotron, betatron, generator van de graff, dan sinkrotron. yang diperoleh dalam program.
Yang dimaksud dengan Stregi Akselerasi dalam penelitian ini adalah
serangkaian cara atau kegiatan yang dilaksanakan oleh Jurusan dilingkungan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam melaksanakan tugas
funsginya dalam pengembangan jurusan.
2. Presfektif Jurusan/Program Studi
Program Studi/Jurusan dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua pendekatan
yaitu, Program Studi/Jurusan dalam pendekatan sistem dan Program Studi/Jurusan
dalam pendekatan aktor. Dalam pendekatan Program Studi/Jurusan sebagai sebuah
sistem, maka Program Studi/Jurusan akan dilihat dari sudut lembaga atau
organisasional. Artinya, Program Studi/Jurusan akan dilihat dalam bentuk organisasi
yang tediri dari beberapa subsistem yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan. Sedangkan pendekatan aktor, Program Studi/Jurusan akan dilihat dari seluruh
stakeholder yang tergabung dalam sekolah. Stakeholders Program Studi/Jurusan
meliputi pimpinan Program Studi/Jurusan, masyarakat, pegawai, dan mahasiswa.
Kelompok masyarakat dibatasi dalam ruang lingkup orangtua mahasiswa yang
tergabung dalam Ikatan Orang Tua Mahasiswa (IKOMAH).
Pendidikan sebagai sebuah proses dari sistem tentunya memiliki komponen-
komponen yang saling mempengaruhi. Selanjutnya E. Mulyasa (2009:46) menjelaskan
bahwa komponen utama dari pendekatan sistem memiliki tiga komponen, yakni input,
proses, dan output, bila satu komponen tersebut tidak berfungsi maka akan mempengaruhi
komponen-komponen lainnya. Oleh karena itu, semua komponen dari sistem pendidikan
itu harus baik, sehingga akan menghasilkan sesuatu yang baik dari proses pendidikan.
Program Studi/Jurusan sebagai sistem pendidikan memiliki komponen-komponen
yang akan mempengaruhi mutu lulusan-lulusannya, diantara komponen-komponen
20
tersebut yaitu; Pertama input mencakup; 1) harapan; visi, misi, tujuan, sasaran, 2) sumber
daya: Manusia, (ketua jurusan, dosen, karyawan, dan tenaga lainnya). Non-manusia (dana,
peralatan, perlengkapan, bahan), 3) manajemen; Organisasi, tugas, mekanisme, rencana,
program, peraturan, dan pengendalian. Kadua proses yakni; 1) pembuatan keputusan, 2)
pengelolaan kelembagaan, 3) pengelolaan program, 4) proses belajar mengajar, 5) evaluasi
program. Ketiga output yakni; hasil nyata pelaksanaan PBM yakni Academic achievement
misalnya (1) IPK (nilai ujian akhir/indek prestasi (IP). Indek prestasi kumulatif (IPK), (5)
lomba karya tulis, lomba Iptek. Non-Academic Achievement: misalnya (a) prestasi olaraga,
(b) prestasi kesenian, (c) hasil ketrampilan, dsb. Keempat Out come yakni; hasil jangka
panjang; dampak jangka panjang terhadap individu, sosial, sikap, kinerja, semangat,
sistem, penghasilan, pengembangan karir, kesempatan untuk berkembang, dan mutu pada
umumnya. Hendyat Soetopo, (2007:60-61)
3. Manajemen Peningkatan Mutu Jurusan/Program Studi
Kajian teori ini agar lebih dipahami secara komprehensip, maka pembahasannya
difokuskan pada tiga komponen utama yaitu: (1) konsep dasar manajemen peningkatan
mutu, (2) penyusunan sasaran mutu pendidikan, (3) manajemen peningkatan mutu
pendidikan, (4) monitoring dan evaluasi peningkatan mutu pendidikan.
a. Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Program Studi/Jurusan
1) Pendekatan-pendekatan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Upaya peningkatan mutu yang dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan harus
memiliki teknik atau cara yang ampuh guna dijadikan pedoman pelaksanaan agar hasilnya
tercapai dengan baik. Teknik tersebut adalah model pendekatan dalam meningkatkan mutu
pendidikan pada tersebut. Ada beberapa model pendekatan, model ini sudah diperkenalkan
dan dikembangkan dalam dunia pendidikan oleh beberapa negara misalnya, Sidney
Australia yang dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amarika Serikat
oleh Donald Adams, dkk. Diantara model dimaksud adalah school review, benchmarking,
quality assurance, dan quality control. keempat teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut; (Hendiyat Seotopo, 1987:131).
a) School review
Model ini merupakan sebuah proses yang merupakan seluruh komponen
pendidikan bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk
mengevaluasi efektifitas pendidikan, serta mutu lulusan. School review dilakukan untuk
21
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) apakah yang dicapai pendidikan sesuai
dengan harapan orang tua siswa dan siswa sendiri? (2) bagaimana prestasi yang telah
dicapai para peserta didik? (3) foktor apa yang menghambat upaya untuk meningkatkan
mutu? (4) apakah foktor-foktor pendukung yang dimiliki ?.
b) Benchmarking
Pendekatan ini merupakan salah satu kegiatan untuk menetapkan standar dan target
yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmaking dapat dipastikan untuk
individu, kelompok ataupun lembaga. Standar dapat ditentukan berdasarkan keadaan
realitas yang ada, misalnya prestasi yang diraih siswa yang baik prilakunya dan yang
sedikit nakal namun cerdas (internal benchmaking), maupun membandingkan standar
kualitas dari pendidikan lain yang lebih baik (exsternal benchmaking). Tiga pertanyaan
mendasar yang akan dijawab oleh benchmaking ini diantaranya; (1) seberapa besar kondisi
kita? (2) harus menjadi seberapa baik? (3) bagaimana cara untuk mencapai yang baik
tersebut.?
Sedangkan langkah-langkah yang dilaksanakan adalah menentukan fokus,
menentukan aspek, variabel atau indikator, menentukan standar, menentukan gep
(kesenjangan) yang terjadi, membandingkan standar dengan kondisi kita, merencanakan
target untuk mencapai standar, merumuskan sasaran-sasaran program untuk mencapai
target.
c) Quality assurance
Quality assurance merupakan suatu teknik untuk menentukan bahwa proses
pendidikan telah berlangsung sebagaimana rencana awal dan yang seharusnya. Dengan
teknik ini akan dapat dideteksi adanya deviasi (penyimpangan) yang terjadi pada proses.
Teknik ini menekankan pada proses monitoring yang berkesinambungan dan melembaga,
yang menjadi subsistem pendidikan.
Untuk melaksanakan quality assurance, maka lembaga pendidikan harus
menekankan pada kualitas hasil belajar, hasil kerja siswa yang dimonitoring secara terus
menerus. Informasi dari lembaga dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses
yang berjalan, dan semua pihak dari mulai pimpinan, guru, pegawai administrasi, dan juga
orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk bersama-sama mengevaluasi kondisi
pendidikan yang kritis dan berupaya untuk memperbaikinya.
22
d) Quality control
Qaulity control adalah suatu sistem yang mendeteksi terjadinya penyimpangan
kualitas ouput yang tidak sesuai dengan standar. Oleh sebab itu quality control
memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti. Berdasarkan tipologi pendidikan yang
ada sehingga dapat ditentukan standar penyimpangan kualitas yang terjadi. Standar
kualitas ini bersifat relatif dan dapat dicapai oleh setiap pendidikan . Standar kualitas
digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui maju mundurnya pendidikan .
Model pendekatan di atas tidak hanya dapat diaplikasikan pada pendidikan
lembaga saja, namun sangat memungkinkan dilakukan pada sub-sub komponen
manajemen dalam rangka penjaminan mutu dan kualitas output/keluaran pendidikan yang
ditekuni guna mewujudkan mutu pendidikan secara holistik.
2) Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu
Manajemen peningkatan mutu pendidikan adalah merupakan pendekatan baru
dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan pada kemandirian dan kreatifitas
lembaga pendidikan. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effektive school yang
memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmon, 1979:25). Beberapa
indikator yang menunjukan karakter dari konsep manajemen ini antara lain: (1) lingkungan
pendidikan yang aman, nyaman dan tertib, (2) pendidikan memiliki visi misi dan target
mutu yang ingin dicapai, (3) lembaga pendidikan memiliki menejerial yang kuat, (4)
adanya harapan yang tinggi dari personal lembaga pendidikan, (5) adanya pengembangan
lembaga pendidikan yang terus menerus sesuai dengan tuntutan kebutuhan IPTEK, (6)
adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan
adminitrasi serta pemanfaatan hasil untuk perbaikan mutu, (7) adanya komunikasi dan
dukungan dari orangtua dan masyarakat. (Rusman, 1997: 553)
Sedangkan dalam tahap pelaksanaanya sudah barang tentu, pendidikan akan
melaksanakan proses manajemen, yang dikenal dengan (POAC) planning, organizing,
actuating, dan controlling. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/pelaksanaan, dan
pengawasan, semua itu merupakan langkah-langkah atau proses manajemen yang harus
dilakukan oleh pendidikan . (Suparlan, 2008: 28)
Manajemen peningkatan mutu pendidikan dapat dipahami sebagai model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada lembaga pendidikan,
23
memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada lembaga pendidikan dan
mendorong partisipasi warga secara lansung (pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan) dan
masyarakat (orang tua mahasiswa, tokoh masyarakat, ilmuan, dan pengusaha) untuk
meningkatkan mutu lembaga pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:
13)
Sedangkan dalam upaya-upaya peningkatan mutu, Hendiyat soetop, (1997: 130):
memaknai sebagai berikut: (1) pengendalian proses yang berlansung di pendidikan baik
kurikuler maupun adminitrasi; (2) pelibatan proses diagnosa dan proses tindakan untuk
menindak lanjuti diagnosa; (3) memerlukan partisipasi semua pihak (pimpinan, dosen,
mahasiswa, karyawan), orangtua mahasiswa, dan para pakar pendidikan).
Tentu saja dalam pelibatan warga dalam penyelenggaraan pendidikan
(jurusan/program studi) harus mempertimbangkan kualitas, batas kewenangan, dan
relevansinya dengan tujuan partisipasi. Peningkatan partisipasi warga pendidikan akan
mampu menciptakan keterbukaan, kerja sama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi
pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan
keuangan. Kerja sama yang dimaksud adalah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah
kebersamaan untuk menigkatkan mutu pendidikan . Kerja sama yang baik ditujukan oleh
hubungan antar warga jurusan/program studi yang erat, dan adanya kesadaran bersama
bahwa output jurusan/program studi merupakan hasil kolektif team work yang kuat dan
cerdas. Sedangkan akuntabilitas lembaga pendidikan adalah pertanggungjawaban lembaga
pendidikan kepada warga pendidikan , masyarakat dan pemerintah melalui pelaporan dan
pertemuan yang dilakukan secara terbuka. Sedangkan demokrasi pendidikan adalah
kebebasan yang terlembagakan melalui musyawarah dan mufakat dengan menghargai
perbedaan, hak asasi manusia serta kewajibannya dalam rangka untuk meningkatkan mutu
pendidikan. (Dirjen Dikdasmen, 2005: 12).
Bertolak dari pengertian manajemen mutu pendidikan maka dapat dipahami bahwa
manajemen peningkatan mutu jurusan/program studi adalah manajemen yang menerapkan
kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, fleksibilitas yang seluas-luasnya kepada pendidikan
, serta mendorong partisipasi aktif warga jurusan/program (dosen, ketua jurusan, staf, dan
mahasiswa) dan warga masyarakat (orangtua mahasiswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, dan
pengusaha) untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu.
Sedangkan dalam pelaksanaannya sudah barang tentu, jurusan/program studi akan
24
melaksanakan proses manajemen, yang dikenal dengan (POAC) planning, organizing,
actuating, dan controlling. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/pelaksanaan, dan
pengawasan, semua itu merupakan langkah-langkah atau proses manajemen yang harus
dilakukan oleh pendidikan . (Suparlan, 2008: 28)
3) Tujuan dan manfaat Manajemen dalam Peningkatan MutuJurusan/Program Studi.
Manajemen peningkatan mutu pendididikan bertujuan untuk memperdayakan
lembaga pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada lembaga pendidikan untuk
megelola sumberdaya lembaga pendidikan, dan mendorong partisipasi warga pendidikan
dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Secara rinci manajamen
peningkatan mutu lembaga pendidikan bertujuan untuk; (1) Meningkatkan mutu
pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan,
kerjasama, akuntabilitas, sustanabilitas, dan inisiatif lembaga pendidikan dalam
mengelolah, memanfaatkan, dan memperdayakan sumberdaya yang tersedia; (2)
Meningkatkan kepedulian warga lembaga pendidikan dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pembinaan keputusan bersama; (3) Meningkatkan
tanggung jawab pendidikan kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tantang mutu
pendidikan; dan (4) Meningkatkan kompetensi yang sehat antara lembaga pendidikan
tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:3).
Dilihat dari konteks pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa tujuan dan manfaat
diterapkan Manajemen Peningktan Mutu Jurusan/Program Studi adalah diberikan
kesempatan kepada warga pendidikan untuk mengembangkan kurikulum, para warga
pendidikan (khususnya para guru) terdorong untuk berimprovisasi, dan inovasi, serta
melakukan berbagai eksperimen di lingkungan Jurusan/Program Studi. Bersamaan dengan
itu, manejemen peningkatan mutu berbasis Jurusan/Program Studi lebih mendorong
profesionalisme warga pendidikan (para guru dan pendidikan pendidikan ), dan akan
terlihat rasa tanggap warga pendidikan terhadap kebutuhan setempat lebih meningkat, dan
menjamin layanan pendidikan yang dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi
orang tua, karena orang tua atau warga masyarakat dapat merasakan langsung mengawasi
kegiatan belajar anaknya.
25
b. Implementasi Manajemen dalam Peningkatan Mutu Jurusan/ Program Studi.
1) Penyusunan sasaran Pengembangan Jurusan/Program Studi.
Penyusunan sasaran pengembangan mutu pendidikan perlu melibatkan berbagai
pihak yang berkepentingan (stakeholder), seperti dosen, mahasiswa, tatausaha/karyawan,
orangtua siswa, fakultas , dan tokoh masyarakat yang memiliki perhatian ketua jurusan,
sehingga akan menjadi milik semua warga jurusan dengan kemampuan masing-masing,
artinya setiap orang dilibatkan sesuai dengan kemampuan dan kepentingannya. Yang perlu
dijaga adalah rasa terwakili dalam proses penyusunan dan rasa memiliki terhadap hasil.
Seluruh warga jurusan harus merasa ikut menentukan dalam proses penyusunan sasaran
mutu sehingga merasa ikut memiliki dan akhirnya wajib untuk melaksanakannya.
Rencana kerja jurusan (RKJ) disusun bersama oleh jurusan dan komite pendidikan
. Kebutuhan jurusan dan aspirasi masyarakat menjadi dasar utama penyusunan RKJ.
Dengan kata lain, RKJ bertujuan untuk mengemukakan apa yang diperlukan pendidikan
serta harapan masyarakat terhadap pendidikan . Dengan demikian, rencana kerja
pendidikan berdasarkan dua jenis masukan, yaitu; (1) keterangan lengkap mengenai
keadaan pendidikan ; (2) pandangan atau aspirasi masyarakat dan pengguna jasa atau
pandangan dan harapan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).(Muhaimin, dkk,
2009 :200 )
Mencermati pernyataan Muhaimin, dkk tersebut dapat dipahami bahwa dengan
adanya rencana yang jelas, semua pihak yang berkepentingan orangtua, dosen, pegawai,
komite, warga di sekitar jurusan, pendidikan jurusan sendiri akan mengetahui; apa yang
dibutuhkan oleh jurusan, apa yang perlu dilakukan selama beberapa tahun yang akan
datang. Dalam perencanaan harus jelas serial kegiatan, seperti identifikasi, pembahasan,
seleksi, dan prioritas kebutuhan atau yang disebut dengan analisis kebutuhan.
Perencanaan kerja lembaga pendidikan merupakan gambaran masa depan dari
sosok intitusi lembaga pendidikan yang dikehendaki oleh warganya. Setiap jurusan harus
mempunyai rencana pengembangan. Rencana pengembangan lembaga pendidikan
merupakan rencana yang komprehensip untuk mengoptimalkan pemanfaatan segala
sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang ingin
dicapai di masa datang. Dalam perencanaan peningkatan mutu pendidikan harus
memfokus dan memandu prestasi siswa dan etos pembelajaran dari staf pada tingkat
unitnya.( Sudarwan Danim, 2006: 109). Lembaga pendidikan yang melaksanakan
26
manajemen pengembangan pendidikan harus membuat rencana pengembangan jurusan.
Rencana pengembangan pendidikan pada umumnya mencakup rumusan Visi, misi, tujuan
lembaga pendidikan dan strategi pelaksanaanya. Sedangkan rencana kerja tahunan
lembaga pendidikan pada umumnya meliputi peng-indetifikasian sasaran jurusan (tujuan
situasional jurusan), pemilihan fungsi-fungsi jurusan yang diperlukan untuk mencapai
sasaran yang telah diidentifikasi, analisis SWOT, langkah-langkah pemecahan persoalan,
dan penyusunan rencana dan program kerja tahunan jurusan. (Diknas, 2009:32).
Indikasi dari permasalahan tersebut di atas jika dikaji secara mendalam tentunya
jurusan/program studi secara serius memikirkan tatantangan masa depan dengan
merumuskan visi dan misi yang jelas, tujuan pendidikan yang pasti dan target-target atau
sasaran-sasaran kelembagaan yang operasional dan dijangkau pelaksanaanya oleh para
pengelola dan pelaksana lembaga (jurusan). dengan demikian visi merupakan gambaran
masa depan yang diinginkan oleh pendidikan , agar jurusan/program studi yang
bersangkutan menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. Misi adalah tindakan
untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Tujuan merupakan ”apa” yang akan
dicapai/dihasilkan oleh pendidikan yang bersangkutan dan ”kapan” tujuan akan dicapai.
Jika visi, misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan
jangka waktu 3-5 tahun. (Depdiknas 2007:33).
Antisipasi terhadap pernyataan tersebut, tidak ada jalan lain untuk Perumusanan
sasaran pengembangan jurusan/program studi, kecuali merumuskan visi, misi, hal penting
lainnya adalah memformulasikan tujuan dan sasaran jurusan/program studi dalam
pencapaian program-program yang menjadi prioritas sasaran yang mengarah kepada
pelayanan pendidikan yang bermutu. Setelah tujuan pendidikan (tujuan jangkah
menengah) dirumuskan, maka langkah selanjutnya menetapkan sasaran.
Di pihak lain, Sugeng Listyo Brabowo berpendapat bahwa, teknik penulisan tujuan
dan sasaran harus dinyatakan dalam kalimat yang disusun dengan menggunakan metode
SMART (Specifc, Measurable, Attainable, Responsible, Time frame). SMART artinya
bahwa rumusan kalimat tujuan dan sasaran secara jelas terhadap suatu tujuan dan sasaran
tertentu. Measurable mengandung arti pernyataan tujuan dan sasaran harus mampu diukur,
attainable bahwa pernyataan tujuan dan sasaran mampu untuk dicapai bersadarkan
sumberdaya yang tersedia, responsible adalah pernyataan dalam tujuan dan sasaran
27
memiliki tanggung jawab, dan time frame mengandung arti yakni tujuan dan sasaran harus
memiliki karangka waktu pencapaian.( Sugen ListyoPrabowo, 2008:189-190) .
Mencermati pernyataan di atas, maka penyusunan sasaran pengembangan
jurusan/program studi perlu memperhatikan langkah-langkah pemecahan persoalan sesuai
dengan kondisi riil yang dihadapi jurusan/program studi. Sebagaimana halnya Hendyat
Seotopo (2007:75-76) memberikan pandangan bahwa sasaran ini disusun berdasarkan
tantangan nyata yang dihadapi oleh lembaga pendidikan. Tantangan nyata dapat diperoleh
membandingkan tujuan yang akan dicapai dengan hasil yang dicapai saat ini. Misalnya
tujuan meningkatkan rata-rata prestasi belajar mahasiswa menjadi < 3,5 sementara rata-
rata prestasi belajar yang dicapai saat ini <2,5 maka tantangan 4 tahun mendatang adalah
miningkatkan pretasi belajar siswa 1 poin. Peningkatan prestasi 1 poin inilah yang menjadi
tantangan jurusan/program studi. Dengan demikian rumusan target 1 tahun mendatang
adalah rata-rata pencapaian nilai prestasi siswa nilai naik 0,25 dibandingkan tahun
sebelumnya.
Dengan demikian, maka dalam merumuskan sasaran pengembangan
jurusan/program studi harus fokus pada peningkatan, baik peningkatan kualitas,
efektivitas, produktivitas, maupun efisiensi. Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif,
maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator yang
rinci (SMART). Meskipun sasaran bersumber dari tujuan, namun dalam penentuan sasaran
yang mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata
yang dihadapi oleh jurusan/program studi.
2) Perencanaan Peningkatan Mutu Pendidikan
Siswanto (2005:24) mengartikan perencanaan sebagai “aktifitas untuk memilih dan
menghubungkan fakta serta aktivitas membuat dan menggunakan dugaan mengebai masa
yang akan datang dalam hal merumuskan aktivitas yang direncanakan”. Dalam teori lain
perencanaan adalah:
Menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapaitujuan yang digariskan, dengan demikian diperlukan kemampuan untukmengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan sustu pola darihimpunan tindakan untuk masa mendatang (Terry, 2003:17).
Sondang P.Siagian (Afifudin, 2007:5) mengartikan perencanaan sebagai
“keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap hal-hal yang akan
28
dikerjakan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.
Pridata (1988:34) membedakan antara konsep perencanaan secara tradisional
dengan parsipatori yang dapat dijadikan panduan oleh pengelola program dalam menyusun
rencana program. Kedua konsep rencana itu mengandung keunggulan dan kelemahan
tertentu seperti terlihat pada table berikut:
Tabel 1.1 Perbedaan Perencanaan Perencanaan Tradisional dan Perencanaan Partisipatori
No. Perencanaan Tradisional Perencanaan Partisipatori
1. Perencanaan Pendidikan di bawaharahan ekonomi
Perencanaan terintegrasi dalam prosespengambilan keputusan secaamenyeluruh
2. Penilaian kuantitatif pada input-outputsebagai tenaga kerja
Penilaian pada program dan tujuansystem pendidikan
3. Perencanaan tingkat nasional Perencanaan desntralisasi
Dari beberapa uraian di atas, nampak bahwa perencanaan merupakan salah satu
syarat mutlak bagi setiap kegiatan manajemen. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu
kegiatan akan mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Sedangkan fungsi perencanaan merupakan kegiatan awal sebagai pengakuan
bahwa suatu pekerjaan tidak semata-mata ditentukan sendiri keberhasilannya, namun
banyak factor lain yang harus diprsiapkan untuk mendukung keberhasilannya.
Memperhatikan penjelasan tersebut, maka program peningkatan mutu pendidikan perlu
direncanakan dengan baik agar dalam pelaksanaanya bias mencapai hasil yang optimal,
dan pemahaman mengenai pengertian perencanaan dalam hal ini sangat diperlukan.
Salah satu aspek yang juga penting dalam perencanaan adalah pembuatan
keputusan (making decision), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan
kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Ada empat tahapan dalam proses
perencanaan, yaitu : (a) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan, (b) Merumuskan
keadaan saat ini, (c) Mengindentifikasikan segala peluang dan hambatan, (d)
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan dalam pencapaian tujuan.
Sedangkan alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai: (a)
"Protective bennefits" merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pembuatan keputusan.(b) "Positive benefit" peningkatan pencapaian
tujuan organisasi.
29
Ada beberapa manfaat Perencanaan antara lain: (a) Membantu manajemen dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan, (b) Perencanaan terkadang
cenderung menunda kegiatan, (c) Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen
untuk berinisiatif dan berinovasi. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh
penyelesaian situasi individu dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut
terjadi.
Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk mewujudkan rencana kegiatan yang
menjadi tindakan nyata dalam upaya mencapai tujuan yan telah ditentukan sebelumnya.
Tim Dosen MKDK FIP Ikip bandung (1994:34) menempatkan pelaksanaan kegiatan
“merupakan tugas pemimpin yang kedua setelah penyusunan rencana kerja”. Dalam
prakteknya pelaksanaan kegiatan merupakan implementasi kebijakan yang dilakukan
dengan rangkaian tertentu dengan strategi tertentu serta metode kerja sebagaimana
ditetapkan sebelumnya.
3) Implementasi rencana pengembangan Jurusan/Program Studi
Implementasi dari tugas fungsi pengembangan jurusan/program studi akan
terlaksana, apabila jurusan/program studi diberi kepercayaan untuk mengatur dirinya
sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan p. Pemerintah tinggal membuat
standar yang diatur dan disepakati secara nasional sebagai indikator evaluasi keberhasilan
peningkatan mutu.
Untuk mewujudkan pengembangan mutu jurusan/program studi tersebut, Veithzal
Rivai menyatakan bahwa, fungsi-fungsi yang didesentralisasikan meliputi: proses belajar
mengajar, perencanaan dan evaluasi program, pengelolaan kurikulum, pengelolaan
ketenagaan, pengelolaan peralatan dan perlengkapan, penge-lolaan keuangan, pelayanan
speserta didik, hubungan lembaga dengan masyarakat, dan pengelolaan iklim pendidikan .
(Feithzal Rivai&Sylviyana Murni, 1997:165-168). Sementara E. Mulyasa (2007: 39.),
berpendapat, bahwa implementasi rencana pengembangan pendidikan, adalah manajemen
terhadap komponen-komponen pendidikan itu sendiri yang mencakup antara lain; 1)
kurikulum dan program pengajaran, 2) tenaga kependidikan, 3) kesiswaan, 4) keuangan, 5)
sarana/prasarana pendidikan, 6) pengelolaan hubungan pendidikan dan masyarakat, 7)
manajemen pelayanan khusus.
30
Di lain pihak, Ibrahim Bafadhal, (2006: 58) berpendapat bahwa: domain
manajemen yang di desentralisasikan mencakup seluruh aspek pengembangan pendidikan
antara lain adalah; a) manajemen pembelajaran, b) manajemen kesiswaan, c) manajemen
kepegawaian, d) manajemen sarana/prasarana, e) manajemen keuangan, f) manajemen
hubungan dengan masyarakat, g) manajemen layanan khusus.
Berkaitan dengan manajemen pengembangan Jurusan/program studi tidak terlepas
dari pengembangan misi tridharma pendidikan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Penyusunan strategi peningktan mutu Jurusan/Prodi-
prodi didasarkan pada kajian pemikiran strategis Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Bandung yang didasarkan pula pada hasil evaluasi tahunan Fakultas, evaluasi diri
Universitas dan program strategis Pendidikan Tinggi Nasional yang tertuang dalam naskah
HELTS. Beberapa prioritas program strategis yang perlu dilaksanakan dalam
mempersiapkan Jurusan/Prodi-prodi yang mandiri dalam lingkungan Islamic
entrepreneurial university, yaitu (1) Pengembangan Infrastruktur dan Peningkatan status
Program Studi, (2) Optimalisasi kelembagaan dan (3) Peningkatan kompetensi human
resources secara total. Ketiga program strategis besar tersebut dirinci secara spesifik
kedalam 5 bidang yaitu; (1) Organisasi dan Manajemen, (2) Pendidikan dan
Kemahasiswaan, (3) Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, (4) Kerja sama
Institusional, dan (5) Bidang Penunjang Penyelenggaraan Jurusan/Program Studi. Maka
sebagian urusan-urusan manajemen yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab
jurusan/program studi dalam kerangka pengembangan mutu jurusan/program studi
dikembangkan melalui : (1) manajemen pendidikan, (2) manajemen penelilitian, dan (3)
manajemen pengabdian kepada masyarakat.
1) Manajemen Penedikan Jurusan/Program studi
Manajemen pendidikan meliputi kurikulum, pembelajaran, kesiswaan, ketenagaan,
sarana, pembiayaan,
(a) Manajemen Kurikulum
Sebelum adanya otonomi pendidikan, pemerintah memiliki otoritas yang sangat
kuat dalam penentuan kurikulum, dan hampir tidak ada ruang bagi guru untuk melakukan
inovasi-inovasi penyesuaian baik atas pertimbangan psikologi anak, ataupun tuntutan lokal
dari daerah di mana lembaga pendidikan berada, sehingga guru tidak memiliki keterlibatan
31
emosional terhadap kurikulum yang diajarkannya, dan begitu juga lembaga pendidikan
yang hanya berada pada subordinasi untuk melaksanakan paket-paket pelajaran yang
dirancang dari pusat.
Untuk itu, Wiles-Bondi amat relevan untuk diangkat sebagai salah satu opsi
pemikiran dalam memberlakukan UU No. 22 Tahun 1999. Dalam teorinya itu Bondi
menyebutkan, bahwa pengembangan kurikulum adalah pekerjaan dan usaha bersama-
sama. Pengembangan kurikulum harus melibatkan banyak orang, baik dalam lingkungan
pendidikan maupun di luar lingkungan pendidikan. Guru yang akan melaksanakan
kurikulum akan lebih besar menentukan sukses dan tidaknya perubahan kurikulum.
Demikian juga siswa harus menjadi bagian dari proses kurikulum. Komite pendidikan juga
harus ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.(Dede Rosyada, 1997: 77)
Di lain pihak, E. Mulyasa, (2007: 40), menyatakan bahwa Manajemen kurikulum
dan program pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum.
Dengan demikian perlu dilakukan pembagian tugas, penyusunan kalender
pendidikan, dan jadwal pembelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan
pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas,
pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pengajaran serta
pengisian waktu jam kosong.
Selain itu Ibrahim Bafadhal, (2006) mengatakan, bahwa manajemen pembelajaran
meliputi (1) perencanaan yakni analisis materi pembelajaran (AMP), penyusunan kalender
pendidikan, penyusunan program tahunan (prota) dengan memperhatikan kalender
pendidikan dan hasil analisis materi pelajaran, penyusunan program caturwulan atau
semester berdasarkan program tahunan yang telah disusun, penyusunan program satuan
pembelajaran (PSP), penyusunan rencana bimbingan dan penyuluhan. (2)
pengorganisasian yakni pembagian tugas mengajar dan tugas lain, penyususnan jadwal
pelajaran, penyususnan jadwal kegiatan perbaikan, penyusunan jadwal kegiatan
pengayaan, penyusunan jadwal kegiatan ekstra kulikuler, dan penyusunan jadwal kegiatan
bimbingan dan penyuluhan. (3) Pengarahan yakni pengaturan pelaksanaan kegiatan
pembukaan tahun ajaran baru, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan penyuluhan, supervisi pelaksanaan pembelajaran, supervisi pelaksanaan
bimbingan dan penyuluhan. (4) pengawasan yakni supervisi pelaksanaan pembelajaran,
supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, evaluasi proses dan hasil kegiatan
32
pembelajaran, evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Terkait
dengan rencana pengembangan mutu jurusan/program studi, maka pelaksanaan kurikulum
perlu keterlibatan masyarakat, agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol,
sehingga pendidikan dituntut kooperatif, dan juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi
kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum,
melaksanakan pembelajaran, srta menilai kurikulum.
Kurikulum muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum
yang terdapat pada standar isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan
mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak
terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan masing-masing daerah lebih
meningkatkan relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan
kurikulum muatan local mendukung dan melengkapi kurikulum nasional. (Rusman, 2009:
4-5)
Dalam hal ini jurusan/program studi boleh memperkaya apa yang diajarkannya.
Artinya apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, seharusnya, dan yang dapat
diajarkan. Jurusan/program juga boleh memodifikasi kurikulum dan kebebasan untuk
mengembangkan kurikulum muatan lokal.
(b) Manajemen kesiswaan/Mahasiswa
Manajemen kesiswaaan merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan masalah
kesiswaan. Tujuannya adalah menata proses mulai dari perekrutan, mengikuti
pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat
berlansung secara efektif. Kegiatan manajemen kesiswaan meliputi; a) perencanaan
penerimaan siswa baru, b) pembinaan siswa, c) kelulusan. Sedangkan kegiatan yang
dilakukan dalam penerimaan siswa baru, Rohiyat menawarkan beberapa konsep, antara
lain yaitu; 1) penetapan daya tampung (formasi), 2) penetapan persyaratan siswa yang
akan diterima, 3) pembentukan panitia penerimaan siswa baru. (Rohiyat, 2009,:25).
Statemen di atas harus dimaknai bahwa manajemen kesiswaan yang menyangkut
layanan siswa; mulai dari penerimaan siswa baru, pembinaan, pemantapan untuk
melanjutkan pendidikan, pengurusan alumni hingga untuk sampai pada memasuki dunia
kerja,.
33
Terkait dengan pembinaan siswa, menyatakan bahwa ada lima hal yang dilakukan
dalam pembinaan siswa di antaranya; a) memberikan orientasi kepada siswa siswa baru, b)
mencatat kehadiran siswa, c) mencatat prestasi siswa, d) membina disiplin siswa, dan e)
membina siswa yang telah tamat belajar. ( Rohiyat, 2009: 26).
Ibrahim Bafadhal, (2006:19) mempunyai konsep yang menarik tentang manajemen
kesiswaan yang mencakup (1) perencanaan, yakni sensus anak usia prasekolah,
perencanaan daya tampungnya, perencanaan penerimaan siswa baru, (2) pengorganisasian,
yakni pengelompokan siswa berdasarkan pola tertentu (3) pengarahan, yakni pembinaan
disiplin belajar siswa, pencatatan kehadiran siswa, pengaturan perpindahan siswa, dan
pengaturan kelulusan siswa, (4) pengawasan yakni pemantauan siswa, penilaian siswa.
Selain itu Sutisna (1985:45) memberikan pandangan bahwa tanggung jawab
pimpinan lembaga pendidikan dalam mengelola bidang kesiswaan di antaranya: (1)
kehadiran dalam pembelajaran dan masalah-masalah yang berhubungan dengan dengan
itu; (2) penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan program-progran yang akan di
berikan; (3) evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar; (4) program supervisi bagi peserta
didik yang mempunyai kelainan, seperti pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa;
(5) pengendalian disiplin siswa; (6) program bimbingan dan penyuluhan; (7) program
kesehatan dan pengamanan; dan (8) penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.
Ditinjau dari konteks pendidikan nasional, maka manajemen kesiswaan merupakan
bagian integral dari kebijakan pendidikan yang sejalan dengan program kurikuler. Program
kurikuler para siswa lebih ditekankan kepada kemampuan intelektual dan mengacu pada
kemampuan berfikir ilmiyah, sistimatis, dan terarah. Progran kokurikuler diarahkan agar
siswa memahami bahwa ada keterkaitan dengan mata pelajaran yang termasuk dalam
kurikuler. Para siswa diarahkan tentang pemahaman, dan pengamalan nilai-nilai
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, watak, kepribadian bangsa dan bernegara,
ketrampilan dan kemandiriannya, olahraga dan kesehatan.
(c) Manajemen kepegawaian
Personalia dalam konteks lembaga pendidikan (Jurusan/Program Studi) dibatasi
dengan sebutan pegawai. personel di jurusan/program studi meliputi unsur dosen (tenaga
pengajar) dan unsur karyawan (tenaga adminitrasi) secara lebih terperinci dapat disebutkan
keseluruhan personel jurusan, yaitu; ketua jurusan, Sekretris jurusan, dosen, pegawai tata
usaha, dan pesuruh atau penjaga pendidikan . Terkait dengan manajemen kepegawaian
34
Ibrahim Bafadhal (2006:60) berpendapat, bahwa manajemen kepegawaian mencakup
perencanaan yakni analisis pekerjaan, penyusunan formasi guru dan pegawai, perencanaan
dan pengadaan guru dan pegawai baru. Pengorganisasian mencakup pembagian tugas guru
dan pegawai. Pengarahan yakni pembinaan professional guru dan pegawai, pembinaan
karir guru dan pegawai, pembinaan kesejateraan guru dan pegawai, pengaturan
pemindahan guru dan pegawai, dan pengaturan pemberhentian guru dan pegawai.
Pengawasan meliputi pemantauan kinerja guru dan pegawai, dan penilaian kinerja guru
dan pegawai.
Selanjutnya Rohiyat (2009:66) mengatakan bahwa manajemen kepegawaian
(pengelolaan ketenagaan) terdiri dari analisis kebutuhan, perencanaan dan rekrutmen,
pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment) hubungan kerja, sampai
evaluasi kinerja (guru, tenaga administrasi, laboran, dsb.) dapat dilakukan oleh lembaga,
kecuali yang menyangkut dengan pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai
negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.
Bertolak dari pernyataan-pernytaan tersebut di atas, maka manajemen kepegawaian
pada jurusan/program studi yang menjadi tanggungjawab ketua jurusan menuntut
kemampuan dalam menajemen personalia yang memadai, kerena telah menjadi tuntutan
bahwa ketua jurusan harus ikut bertanggungjawab akan keberhasilan atau kegagalan
anggota jurusan/program studi dalam menuju pendidikan yang bermutu..
(d) Manajemen sarana/prasarana
Pengelolaan fasilitas yang dilakukan oleh jurusan/program studi termasuk salah
satu komponen dasar dalam manajemen peningkatan mutu pendidikan dan termasuk fungsi
yang didesentralisasikan. Mengelola sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya
sangat kompleks, namun demikian untuk telaah dapat ditelusuri dari berbagai segi, yaitu
dari segi jenis, proses, dan manfaat. Menurut E. Mulyasa (2007:49) bahwa sarana
pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar (gedung, ruang kelas,
meja kursi, alat-alat dan media pengajaran, laboratorium, studio) adapun prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang tidak secara langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran (halaman, kebun, tanaman, jalan) tetapi jika dimanfaatkan
secara langsung untuk proses belajar mengajar maka komponen tersebut termasuk sarana
pendidikan.
35
Berkaitan dengan manajemen sarana pendidikan Veithzal Rizal, ( 1999:166)
berpendapat, bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan konstribusi secara
optimal dan berarti pada jalanya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi
kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta
penataan.
Sementara itu Ibrahim Bafadhal (2006:61-62) berpendapat bahwa manajemen
sarana/prasarana mencakup perencanaan yakni, analisis kebutuhan sarana/ prasarana
pendidikan , perencanan dan pengadaan sarana dan prasarana. Pengorganisasian meliputi
pendistribusian, penataan sarana/prasarana. Pengarahan menyangkut pemanfaatan sarana/
prasarana secara efektif dan efisien, pemeliharaan sarana/prasarana, inventarisasi
sarana/prasarana, dan penghapusan sarana dan prasarana. Pengawasan yakni pemantauan
kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana/prasarana, penilaian kinerja sarana dan
prasarana.
Di lain pihak Rohiyat (2003:66), mengatakan bahwa Penggelolaan fasilitas sudah
seharusnya dilakukan, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai
pengembangan.
Terkait dengan pengembangan jurusan, hal ini didasari oleh kenyataan bahwa
jurusan yang lebih mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun
kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung dengan
proses pembelajaran di jurusan. Pernyataan atau pendapat di atas mengenai manajemen
saranan/prasanaa pendidikan, dapat dipahami bahwa kegiatan sarana/prasarana meliputi; 1)
perencanaan kebutuhan, b) pengadaan, c) penyimpanan, 4) penginventarisasian, 5)
pemeliharaan, dan 6) penghapusan sarana/prasarana pendidikan. Indikasi dari pernyataan-
pernyataan tersebut di atas jika dikaji secara mendalam, tentunya memerlukan upaya yang
serius dari ketua jurusan untuk mengelola sarana dan prasaran dengan baik sehingga dapat
menciptakan jurusan yang dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan mutu pendidikan.
(e) Manajemen keuangan (pembiayaan)
Manajemen keuangan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana
menghimpun dana dan mendistribusikannya sehingga tujuan lembaga dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya
yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
36
Kaitan dengan manajemen keuangan, maka Komariah & Cepi Triatna, (2006:56)
berpendapat, bahwa keuangan pendidikan meliputi, penggalian sumber-sumber dana
pendidikan, pemanfaatan dana dan pertanggungjawabannya manajemen dana pendidikan
diawali dengan pembuatan Rencana Biaya pembelajaan yang disusun oleh lembaga
pendidikan dengan memanfaatkan dana yang tersedia secara rutin dari
pemerintah/lembaga. Kekurangan dana yang dialokasikan (pemerintah) dapat didiskusikan
dengan dewan/pimpinan lembaga dan pihak orang tua untuk menutupi kekurannya.
Selain itu Rusman berpandangan, bahwa Manajemen keuangan pendidikan
terutama berkenaan dengan kiat lembaga pendidikan dalam menggali dana, mengelola
dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan pendidikan, cara
mengadminitrasikan dana pendidikan, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian,
serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiwnsi dan
efektivitas. Oleh karena itu, di samping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai
untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional pendidikan, juga perlu
diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan, baik yang
bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun sumber-sumber lainnya. (Rusman,
2006:129)
Mencermati beberapa pandangan di atas memberikan gambaran bahwa
Perencanaan keuangan dalam rangka peningkatan mutu berbasis pendidikan mencakup
tiga kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban.
Selanjutnya pengelolaan manajemen keuangan berbasis pendidikan, sedikitnya ada dua
kegiatan, yakni penyusunan rencana anggaran, dan pengembangan rencana anggaran
belanja (RAPB).
(1) Penyusunan anggaran pembiayaan
Dalam rangka penyusunan anggaran pembiayaan pendidikan atau disebut juga
belanja pendidikaan (ABP), biasanya dikembangkan dalam format-format yang meliputi:
pertama sumber pendapatan dan kedua pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar,
pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran,
honorarium dan kesejateraan. Lipham (1985) mengungkapkan empat fase kegiatan
penyusunan anggaran diantaranya, pertama perncanaan anggaran; yakni kegiatan
mengidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan dalam bentuk
operasional yang bisa diukur, menganalisis komponen-komponen yang mencapai tujuan,
37
membuat rekomendasi alternatif pendekatan untuk mencapai sasaran; kedua
mempersiapkan anggaran; antara lain menyesuaikan kegiatan sesuai mekanisme anggaran
yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan
dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan dengan lengkap, dan bahan-
bahan yang telah tersedia; ketiga mengelola pelaksanaan anggaran; yakni mempersiapkan
pembukuaan, melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan,
mengevaluasi pelaksanaan sesuai dengan prosudur kerja yang berlaku serta membuat
laporan dan pertanggungjawaban keuangan; keempat memilai pelaksanaan anggaran;
antara lain menilai pelaksanaan proses belajar mengajar, menilai bagaimana pencapaian
sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.
(Depag. 2004: 82 )
(2) Pengembanagan Rencana Anggaran Belanja (RAPB)
Pengembangan rencana anggaran belanja pendidikan (RAB) pada umumnya ada
tiga langkah, yakni pada tingkat kelompok kerja; pada tingkat kerjasama dengan komite
pendidikan; sosialisasi dan legalitas. (Degpag, : 83-84) Pertama pada tingkat kelompok
kerja. Kelompok kerja yang dibentuk oleh lembaga pendidikan, yang terdiri dari para
pembantu pimpinan lembaga pendidikan memilki tugas antara lain melakukan identifikasi
kebutuhan-kebutuhan biaya yang hurus dikeluarkan, selanjutnya diklasifikasi, dan
dilakuan perhitungan sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil identifikasi tersebut kemudian
menentukan alokasi mana yang sangat mendesak dan yang tidak bisa dikurangi, sedangkan
yang dipandang tidak mendesak dan menganggu kegiatan pendidikan, khsusnya proses
pembelajaran maka dapat dilakukan pengurangan biaya dengan dana yang tersedia; kedua
pada tingkat kerjasama dengan komite pendidikan. Kerjasam antara komite pendidikan
dengan kelompok kerja yang telah terbentuk perlu dilakukan untuk mengadakan rapat
pengurus dan rapat anggota dalam rangka pengembangan kegiatan yang dilakukan
sehubungan dengan pengembangan RAPB; ketiga sosialisasi dan legalitas, setelah RAPB
disepakati dengan komite pendidikan selanjutnya di sosialisasikan kepada berbagai pihak.
Pada tahap sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan
pada pihak pengawas dan mengajukan usulan RSPB, kepada instansi terkait untuk
mendapat pertimbangan dan pengesahan.
Hal yang senada juga dikatakan Ibrahim Bafadal (2006:62), menjelaskan bahwa
manajemen keuangan mencakup perencanaan meliputi penyusunan anggaran pendapatan
dan belanja (RAPB). Pengorganisasian yakni pengadaan dan pengalokasian anggaran
38
berdasarkan RAPB. Pengarahan meliputi pelaksanaan anggaran, pembukuan keuangan,
pertanggung jawaban keuangan. Pengawasan meliputi pemantauan keuangan, penilaian
kinerja manajemen keuangan.
E. Mulyasa (2007:49) berpendapat bahwa komponen utama dalam manajemen
keuangan meliputi; prosedur anggaran, prosedur akuntansi keuangan, pembelajaran,
pergudangan, dan prosedur pendistribusian, prosedur investasi, dan prosedur pemeriksaan
dalam pelaksanaanya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara
fungsi otorisator (pejabat yang berwenang melakukan tindakan yang mengakibatkan
pemerimaan dan pengeluaran anggaran), ordonator (pejabat yang berwenang melakukan
pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan
berdasarkan otoritas yang telah ditetapkan dan bendaharawan (pejabat yang berwenang
melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga
lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban.
Hal semacam ini didasari pada kenyataan bahwa jurursan yang memahami
kebutuhannya, sehingga desentralisasi penggunaan keuangan dalam hal-hal tertentu sudah
seharusnya dilimpahkan kepada jurusan. Jurusan perlu diberikan kebebasan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, dalam rangka meningkatan
mutu pendidikan.
(f) Manajemen hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat
Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan mitra untuk
mengembangkan pendidikan. Lembaga pendidikan bisa tidak maju tanpa bantuan dari
masyarakat. Oleh karena itu, kemitraan dengan masyarakat harus terus terjalin.
Terkait dengan hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat, Suyanto (2008:83)
berpandangan bahwa konstribusi masyarakat di dalam pembangunan pendidikan, tidak
hanya menyangkut soal pendanaan pendidikan atau dukungan sarana prasaran pendidikan,
tetapi yang tak kalah pentingnya adalah keterlibatan masyarakat untuk ikut terlibat di
dalam formulasi kebijakan maupun pengembangan model-model pendidikan yang lebih
mengakar pada kebutuhan masyarakat dan pembangunan, baik dalam kontek lokal maupun
nasional. (Suyanto, 2008:83)
Sementara Ibrahim bafadal (2006:62) berpandangan bahwa manajemen hubungan
masyarakat mencakup perencanaan yakni analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat
39
dalam penyelenggaraan pendidikan, menyusun program hubungan dengan masyarakat.
Pengorganisasian mencakup pembagian tugas melakukan program hubungan dengan
masyarakat. Pengarahan menyangkut menciptakan hubungan dengan orang tua siswa,
mendorong orang tua menyediakan lingkungan belajar yang efektif, mengadakan
komunikasi dengan tokoh masyarakat, mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah
dan swasta dan mengadakan kerja sama dengan organisasi sosial/keagamaan dan
sejenisnya.
Di lain pihak Hamzah B. Uno, (2007:92) berpendapat bahwa fungsi komite
pendidikan adalah sebagai berikut; (1) advisory agency (pemberi pertimbangan), (2)
supporting agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan), (3) controlling agency
(pengontrol kegiatan layanan pendidikan, dan (4) mediator (penghubung atau pengait tali
komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah).
Menurut Mulyasa (2002) dalam Veityhzal Rivai, bahwa hubungan pendidikan
dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk: (1) memajukan mutu pembelajaran dan
pertumbuhan anak, (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan mutu penghidupan
masyarakat, serta (3) manggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
pendidikan .
Untuk merealisasikan kerja sama tersebut, maka humas pada dasarnya tidak hanya
bersifat publisitas belaka, namun jauh dari itu bagaimana pendidikan membangun jalinan
kerja untuk kondisi sekarang dan yang akan datang merupakan sesuatu yang sangat vital
dan penting dilakukan, dengan tujuan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan
di pendidikan . Hubungan pendidikan dan masyarakat dapat dikatakan sebagai usaha
kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien
serta saling pengertian antara pendidikan , personil pendidikan , dan anggota masyarakat.
2) Manajemen Penelitian
Penelitian merupakan salahsatu potensi manusia yang sangat luarbiasa, baik,
penelitian terhadap dirinya maupun terhadap dunia luar lingkungannya. Berkat kompetensi
penelitian tersebut manusia maju dan berkembang di dunia ini, saling mengenal dan saling
bertukar pikiran. Berkat kompetensi penelitian ini pula mampu mengenal dirinya bahkan
mengenal Sang penciptanya, serta mengenal hak dan kewajibannya. Kompetensi
penelitian ini pula yang mampu mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
40
seni, dan budaya sehingga manusia bisa menginjakan kakinya di planet luar angkasa (E.
Mulyasa : 2009: 1).
Berkaitan dengan pengembangan mutu suatu lembaga pendidikan tinggi dapat
diartikan sejauh mana perguruan tinggi tersebut mempunyai makna dari para stakeholders-
nya, dengan dapat tidaknya menyajikan kinerja (produk), prilaku pengelola yang dapat
dipertanggung-jawabkan secara hukum, etika akademik, agama, dan nilai budaya. Daulat
P.Tampubolon, dalam bukunya Perguruan Tinggi Bermutu (2001:123), menegaskan,
akuntabilitas atu mutu perguruan tinggi dapat dilihat yaitu:
“(a) apakah peraturan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi dapat dipertanggungjawabkan secara undang-undang? (b) apakah materi kuliah yang diberikan dosendapat dipertanggung-jawabkan secara kurikuler dan etika akademik?, (c) apakahnilai hasil ujian ( IP/IPK) yang diperoleh mahasiswa terpercaya?, (d) Apakah prilaku(sikap) kepelayanan para pengelola perguruan tinggi dapat dipertanggung-jawabkansecara hukum, etika, agama, dan nilai budaya?, (e) apakah penelitian yang dilakukandan hasilnya tidak bertentangan dengan agama dan atau undang-undang?, serta (f)apakah perguruan tinggi mempunyai kode etik?”
Sehubungan dengan dengan pengembangan mutu jurusan/program studi
pendidikan tinggi, maka salah satunya berkewajiban mengembangkan penelitian
merupakan bagian pokok dari pengembangan tridarma perguruan tinggi.
Pengembangan penelitian diarahkan pada upaya meningkatnya kualitas penelitian
di kalangan civitas akademika dalam rangka membangun transformasi paradigma baru.
Dengan sasaran terwujudnya pondasi dan kerangka ilmiah yang tersistematisasikan dalam
mencapai indikator dan standar research university. Kegiatan penelitian juga lebih
diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan dan kualitas penelitian di kalangan dosen
dan mahasiswa baik secara kuantitas maupun kualitas. Indikator Output-nya adalah (1)
Meningkatnya jumlah penelitian di kalangan civitas akademika, (2) Meningkatnya kualitas
hasil penelitian. Indikator Outcome –nya adalah (1) Berkembangnya ilmu pengetahuan, (2)
dan Terpublikasikan dan termanfaatkannya hasil penelitian.
3) Manajemen Pengabdian kepada masyarakat
Pengabdian juga merupakan kewajiban manusia untuk mengadikan dirinya baik
kepada Sang Penciptanya, maupun kepada sesamanya. Pengabdian kepada masyarakat
dalam konteks perguruan tinggi merupakan sebagian dari tugas pokok pengembangan tri
dharma perguruan tingi. Pengabdian merupakan satu bentuk pendalaman dan pengalaman
pengembangan ilmu dalam realitas sosial dan budaya.
41
Pengembangan bidang Pengabdian kepada Masyarakat diarahkan pada upaya
peningkatan implementasi ilmu dalam pemberdayaan masyarakat dan kontribusi
peningkatan daya saing bangsa, dengan sasaran terwujudnya implementasi ilmu dalam
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan daya saing bangsa, dengan Indikator
Outputnya adalah (1) meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam kesadaran beragama,
(2) meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam pembangunan. Outcome:
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Fakultas Sains dan Teknologi.
Manajemen pengembangannya meliputi: (1) penyusunan strategi pengabdian
kepada masyarakat berbasis pemberdayaan, (2) penyelenggaraan Kuliah Kerja
Pengabdian (KKP) atau Kuliah Kerja Nyata (KKN), (3) optimalisasi peran dan fungsi
kampus lingkungan, (5) rintisan pesantren teknologi binaan.
4) Manajemen Penunjang Tridharma
(a) Manajemen Layanan Khusus
Pengelolaan iklim pendidikan (fisik dan non-fisik) yang kondisif merupakan
prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan
pendidikan yang aman dan tertip, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga
pendidikan, kesehatan warga pendidikan, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa
adalah contoh-contoh iklim pendidikan yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.
Iklim pendidikan sudah merupakan kewenangan lembaga pendidikan sehingga yang
diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstensif.
Terkait dengan iklim pendidikan, Ibrahim Bafadal (2006:63) berpandangan, bahwa
dalam penerencanaan iklim lingkungan pendidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: 1) analisis kebutuhan program layanan khusus bagi warga pendidikan, 2)
penyusunan program layanan khusus bagi warga pendidikan, 3) pengorganisasian meliputi
pembagian tugas melaksanakan program layanan khusus bagi warga pendidikan, 4)
pengarahan mencakup pengaturan pelaksanaan antar jemput siswa, 5) pengaturan
pelaksanaan asrama siswa, 6) pengaturan pelaksanaan makan siang siswa, 7) pengaturan
pelaksanaan program koperasi pendidikan, dan 8) pengaturan pelaksanaan program
layanan khusus laninya, 9) pengawasan yakni pemantauan program layanan khusus, 10)
penilaian kinerja layanan khusus bagi warga pendidikan.
Menurut E. Mulyasa,(2007:52-53) bahwa manajemen layanan khusus meliputi
manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan. Perpustakaan yang lengkap dan
42
dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik lebih mengembangkan dan mendalami
pengetahuan yang diperolehnya dikelas melalui belajar mandiri baik kampus maupun
dirumah. Selain itu manajemen layanan khusus lainnya kesehatan dan keamanan. Hal isi
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu, “…manusia yang memiliki kehatan jasmani dan rohani”. Untuk kepentingan
tersebut, lembaga pendidikan mengembangkan program pendidikan jasmani dan kesehatan
pendidikan melalui usaha kesehatan pendidikan (UKS), dan berusaha meningkatkan
program pelayanan melalui kerja sama dengan unit-unit dinas kesehatan setempat,
disamping itu lembaga pendidikan harus memberikan pelayanan keamanan kepada
warganya agar mereka dapat melaksanakan tugas dan belajar dengan tenang dan nyaman.
Menciptakan lingkungan yang aman dan tertib di linkungan pendidikan dalam
rangka untuk mendukung proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari fasilitas lain
untuk mencapainya. Keberhasilan belajar tersebut di antaranya harus ditunjang dengan
pusat sumber belajar, pusat kesehatan, bimbingan konseling, dan kantin dsb.
(b) Manajemen Sistem Informasi
Program sistem informasi yang dikembangkan mencakup: (a) penyusunan blue
print pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan sistem informasi termasuk sistem
yang mengatur aliran data, otorisasi akses data, dan sistem disaster recovery; (b)
mengembangkan Sistem Informasi Terpadu, yang mencakup sistem informasi akademik,
kepegawaian, administrasi, sarana prasarana, pendanaan, kerjasama, dan lainnya; (c)
sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support system) yang membantu
pimpinan dalam melakukan perencanaan dan analisa evaluasi diri dengan lebih baik dan
pengambilan keputusan yang lebih obyektif; (d) penyusunan basis data dan informasi yang
mencakup keuangan, aset, sarana dan prasarana, administrasi akademik, profil mahasiswa
dan lulusan, dosen dan tenaga pendukung; (e) sistem jaringan informasi Local Area
Network (LAN) yang membangun komunikasi internal dan eksternal kampus serta akses
bagi mahasiswa dan dosen terhadap sumber-sumber informasi kampus; (f)
pengembangan kapasitas internet dengan rasio bandwidth yang memadai bagi seluruh
sivitas akademika.
(c) Manajemen Penjaminan mutu
Sistem penjaminan mutu dibangun dibangun dan dikembangkan untuk menjaga
dan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Sistem penjaminan mutu juga
43
difungsikan sebagai bagian dari sistem pengelolaan dan proses pelaksanaan program-
program akademik dan non akademik. Sistem penjaminan mutu dibentuk ditingkat
universitas. Sistem penjaminan mutu disusun melalui pengorganisasian dan manual mutu
yang memuat pernyataan mutu sebagai komitmen institusi, kebijakan mutu, prosedur
mutu, instruksi kerja mutu. Dalam implementasi penjaminan mutu, perlu dilakukan
penetapan sasaran mutu yang harus dicapai oleh unit-unit kerja sesuai dengan kapasitas
dan kinerja masing-masing, mengembangkan mekanisme peningkatan mutu
berkelanjutan serta mengembangkan sistem penjaminan mutu untuk menyesuaikan dengan
tuntutan perkembangan di tingkat nasional maupun internasional.
Monitoring dan evaluasi terhadap proses peningkatan mutu berkelanjutan
dilakukan dengan berkoordinasi dengan pelaksana audit internal, untuk memberi
masukan sebagai bahan tindakan perbaikan yang efektif. Untuk keperluan ini pula, perlu
dikembangkan sistem rekaman data dan informasi yang baik mengenai proses serta hasil
pelaksanaan sistem penjaminan mutu. Rekaman data dan informasi yang baik
dimaksudkan untuk memungkinkan pelacakan kembali data dan informasi yang diperlukan
serta memberikan peringatan dini kepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan.
Hasil-hasil seluruh sistem penjaminan mutu yang terdokumentasikan dengan baik
digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program penjaminan mutu eksternal
termasuk program akreditasi. Indikator Outputnya adalah (1) Terwujudnya sistem
penjaminan mutu yang berkelanjutan pada tingkat internal dan eksternal. (2) Terwujudnya
akreditasi institusi secara periodic. Out come: lembaga pendidikan memiliki jaminan
(quality assurence), pengendalian mutu (quality control), dan perbaikan mutu (quqlity
impropment).
Program pengembangan Sistem Penjaminan Mutu yang dikembangkan mencakup
pengembangan : (1) sistem penjaminan mutu yang didukung data-data manual mutu,
dan pelaksanaannya; (2) pengadaan dan pengorganisasian manual mutu; (3) implementasi
penjaminan mutu; (4) menetapkan sasaran mutu, memonitor dan evaluasi pencapaian
mutu di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, SDM,
kinerja, administrasi, pendanaan, infrastruktur, dan semua unsur penunjang lainnya; (5)
merekrut calon mahasiswa yang bermutu; (6) membentuk daya think tank institusi bagi
calon mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri; (7) menyusun
rekaman data yang diolah menjadi informasi untuk pelacakan kembali data dan informasi,
registrasi sertifikasi sistem mutu ISO 9001-2000 oleh lembaga sertifikasi International, (8)
44
menyediakan dana yang menjamin peningkatan mutu internal serta akreditasi, secara
berkala dan berkesinambungan.
4) Monitoring dan Evaluasi rencana pengembangan Jurusan/program Studi
Fokus utama monitoring dan evaluasi secara keseluruhan adalah untuk meneliti
efektivitas dan efisiensi dari program pendidikan dan kebijakan dalam rangka
pengembangan Jurusan/Program Studi. Sering kali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam
kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain
yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan
pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktivitas tersebut terus-menerus
dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Di lain pihak Hendyat Soetopo(2007:60) mengatakan, bahwa monitoring lebih
menekankan pada proses pelaksanaan manajemen pengelolaan pendidikan: pembuatan
keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengelolaan PBM, evaluasi.
Sedangan evaluasi lebih menekankan tagihan dari pada hasil pengelolaan program;
Perbandingan sasaran yang telah ditetapkan dengan hasil yang dicapai.
Mencermati penyataan Soetopo (2007:60) tersebut dapat dipahami bahwa tujuan
dan manfaat monitoring dan evaluasi adalah memperoleh informasi yang dapat digunakan
untuk pembuatan keputusan. Hasil monitoring untuk perbaikan pelaksanaan pengelolaan
program. Sedangkan hasil evaluasi memberikan informasi yang tepat dijadikan masukan
kepada keseluruhan komponen program pengelolaan program: dalam konteks, input,
proses, output, outcame, dalam konsep pengelolaan program, dalam hal ini monitoring
sama dengan evaluasi adalah bagian dari proses dalam totalitas pengelolaan program.
Dengan demikian maka tujuan monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut; (a)
menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyeewengan, pemborosan,
hambatan dan ketidak adilan, (b) mencegah terulangnya kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambat-an, dan ketidakadilan, (c) mendapatkan cara-cara
yang lebih baik atau mem-bina yang lebih baik, (d) menciptakan suasana keterbukaan,
kejujuran, parti-sipasi, dan akuntabilitas organisasi, (e) meningkatkan kelancaran operasi
organisasi, (f) meningkatkan kinerja organisasi, (g) memberikan opini atas kinerja
45
organisasi, (h) mempengaruhi manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah
pencapaian kinerja yang ada, (i) menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih.
Di lain pihak Rohiyat (2003:81), berpandangan bahwa ada dua faktor utama yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi yaitu internal dan
eksternal.
Berkaitan dengan pengembangan jurusan/program studi. Monitoring dan evaluasi
internal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pengelolaan program sendiri.
Pada umunya, pelaksanaannya adalah warga pengelolaan program sendiri yaitu jurusan,
dosen, mahasiswa siswa, orang tua siswa, warga pengelolaan program lainnya. Tujuan nya
tidak lain, adalah untuk mengetahui kemajuan dirinya sendiri (jurusan/program studi)
sehubungan dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Monitoring dan evaluasi eksternal yakni dapat dilakukan oleh pihak eksternal
pengelolaan program (eksternal institusional), misalnya Dinas Fakultas, Universitas,
pengawas, dan perguruan tinggi atau gabungan dari keempatnya. Hasilnya dapat
digunakan untuk: rewards system terhadap individu Jurusan, publik, perbaikan sistem yang
ada secara keseluruhan, dan membantu Jurusan dalam mengembangkan diri.
47
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang menggambarkan
keadaan dan gejala sesuai dengan apa adanya tanpa adanya perlakuan yang khusus.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2000: 309) bahwa penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan.
Senada dengan pendapat di atas, Surahmad (1990:134) menyatakan bahwa
penyelidikan dengan metode deskriftif bertujuan untuk memecahkan masalah pada
masa sekarang, di antanya ada penyelidikan dengan penuturan, analisis, dan
klasifikasi. Metode ini bisa juga disebut metode analitik.
Dalam penelitian kulitatif instumennya adalah orang atau human instrument,
yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus
memiliki teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis,
memotret, dan merekonstruksi sistuasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna.
Penggunaan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif dalam penilaian
ini dipilih karena gejala-gejala informasi, peritiwa, keterangan-keterangan dari hasil
pengamatan selama berlansungya proses penelitian mengenai ” Strategi Akselerasi
Peningkatan Nilai Mutu Program Studi di Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung” ini, akan lebih tepat bila diungkapkan dalam
bentuk kata, kata. Disamping itu data yang didapat lebih mendalam dan lebih
sebenarnya. Data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,
tetapi lebih menekankan pada makna.
2. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang
komponen-komponen yang berkaitan dengan mutu Program Studi di lingkungan
Fakultas Sains dan Teknologi, dengan langkah-langkah berikut. Semua variable itu
48
merupakan variable independent yang akan dianalisis, artinya satu variable dengan
variable yang lainnya tidak saling mempengaruhi
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data,
yaitu data umum dan data khusus.
1. Data Umum
Data umum ialah data tentang: jumlah jurusan/program studi, jenis
jurusan/program studi yang diselenggarakan, struktur organisasi lembaga, tenaga
pendidikan, karyawan dan mahasiswa sarana dan prasarana pendidikan, sumber
belajar yang tersedia, problema terkait yang dihadapi pesantren.
2. Data khusus
Data khusus ialah ddata yang dipandang primer dan secara langsung terkait
erat dengan sasaran penelitian yang diinginkan. Jenis data ini meliputi: (1)
pandangan tentang konsep pengembangan mutu jurusan/program studi; (2) tentang
perspektif pengembangan mutu jurusan/program studi; (3) orientasi peningkatan
mutu jurusan/program studi (orientasi, pengembangan, implementasi dan evaluasi);
(4) tentang konsep disain pengembangan program peningkatan mutu
jurusan/program studi; dan (5) bentuk pelaksanaan peningkatan mutu
jurusan/program studi.
3. Sumber Data dan Lokasi Penelitian
1. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: Informan,
sebagai informan awal dipilih secara purposive, obyek penelitian yang menguasai
permasalahan yang diteliti key informan. Informasi selanjutnya diminta kepada
informan awal untuk menunjukan orang lain yang dapat memberikan informasi, dan
kemudian informan ini diminta pula untuk menunjukan orang lain yang dapat
memberikan informasi begitu seterusnya. Pada penelitian ini yang dipandang sebagai
informan adalah:, para Ketua Jurusan/Program Studi di lingkungan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Sunan Gunung Jjati Bandung.
2. Lokasi Penelitian, Populasi, dan Sampel
Lokasi Penelitian, penelitian dilaksanakan pada seluruh Jurusan/Program
Studi di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung tahun 2011.
49
Sedangkan
Populasi yang terjangkau adalah 7 Program Studi di lingkungan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Jurusan/Program Studi tahun 2011 tersebut sebagai berikut : (1) Jurusan/Program
Studi Matematika, (2) Jurusan/Program Studi Biologi, (3) Jurusan/Program Studi
Fisika, (4) Jurusan/Program Studi Kimia, (5) Jurusan/Program Studi Teknik
Informatika, (6) Jurusan/Program Studi Agro Teknologi, dan (7) Jurusan/Program
Studi Teknik Elektro.
Sampel, sehubungan jumlah populasi dalam penelitian ini relative sedikit
maka semua populasi dijadikan responden penelitian sehingga merupakan sampel
total. Oleh karena jumlah populasi pada masing-masing kelompok relative berbeda
terutama jumlah mahasiswa, dosen, sarana prasarana pendukung lainnya, maka
dalam proses analisis akan ditinjau berdasarkan dan komponen-komponen
yang mendudkung tehadap nilai mutu jurusan/program studi.
3. Subjek Penelitian
Seperti dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa penelitian ini dilakukan pada
7 Program Studi/Jurusan di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
Subjek yang diteliti adalah komponen indikator nilai mutu program Studi dari
hasil audit mutu maupun hasil akreditasi program studi oleh BAN-PT, sebagaimana
pada tabel di bawah sebagai berikut:
a. Masukan input, mencakup komponen: Visi dan misi program studi, sasaran dan
tujuan, mahasiswa, sumberdaya manusia, kurikulum, sarana prasarana, dan
pembiayaan.
b. Proses proces, mencakup komponen: Tata pamong (governance), pengelolaan,
program, kepemimpinan, proses pembelajaran, suasana akademik, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
c. Keluaran/Hasi output, mencakup komponen: Lulusan, keluran lainnya,
publikasi hasil penelitian dan atau produk penelitian dalam bentuk patent,
rancang bangun, prototip, perangkat lunak, dsb.
d. Dampak inpact, mencakup komponen: Sistem informasi, sistem peningkatan
dan penjaminan mutu.
50
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif mengkaji presfektif parisipan dengan multi strategi,
strategi-stategi yang bersifat interaktif, seperti obsevasi langsung, observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap
seperti foto, rekaman, dan lain-lain. Stategi penelitian fleksibel, menggunakan aneka
kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid (Sukmadinata,
2008: 95).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan
metode-metode pengumpulan data seperti: observasi dan interviu (wanacara) dan
studi dokumenter yang dilakukan secara mendalam. Digunakannya kedua metode
ini, karena dipandang kedua metode ini akan dapat memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk menggali secar lebih mendalam berbaai permasalahan yang ingin
digali dari penelitian ini.
1. Observasi
Observasi dilakukan mulai dari pengamatan menyeluruh terhadap pesaantren
yang akan diteliti. Pengamatan dimulai dari peristiwa-peristiwa yang utin terjadi di
pesantren, diantaranya: kegiatan rutinitas pesantren ang dilakukan oleh kiai, dantri,
tenaga pengajar dan stap pengelola pesantren. Selanjutnya pengamatan dilanjutkan
pada hal-hal yang bersdifat khusus menyangkut aspek-aspek yang terkait dengan
tipologi kurikulum. Observasi, untuk memperoleh gambaran umum tentang mutu
dari 7 jurusan/program studi di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, Berita untuk melihat dari dekat proses Proses proces,
mencakup komponen: Tata pamong (governance), pengelolaan, program,
kepemimpinan, proses pembelajaran, suasana akademik, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.
2. Wawancara
Wawancara, prosesnya dilakaukan melalui tahap-tahap penentuan aktor yang
diwawancarai, membuat persiapan wawancara, pertanyaaan yang disesuaikan dengan
sasaran dan data yang ingin digali, melakukan wawancara sesuai dengan yang
diprogramkan. Wawancara, adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya
jawab antara peneliti dengan sumber data, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Aplikasi teknik ini bertujuan untuk menghimpun informasi tentang data
51
umum mutu dari 7 jurusan/program studi di lingkungan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada waktu penelitian pendahuluan.
3. Studi dokumenter
Studi dokumenter, yaitu teknik yang digunakan untuk mendapatkan data
mutu program studi pada 7 program studi/jurusan di lingkungan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN SGD Bandung dari hasil evalusi diri program studi tahun 20011,
merupakan sumber data utama.
4. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan yang dimaksud di sini adalah mempelajari berbagal
informasi yang terdapat dalam berbagai referensi menggali konsep dan pedoman
teknis tentang pelaksanaan mutu jurusan/program studi.
5. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data dan fakta penelitian yang dikumpulkan dengan berbagai alat
pengumpulan data, selanjutnya diolah dengan menggunakan cara-cara pengolahan
data yang sesuai dengan penelitian naturalistik. Dalam hal ini dilakukan koding dan
klasifikasi data yang selanjutnya dideskripsikan dengan rinci menurut jenis dan
fungsi data.
Komponen-komponen data yang menjadi pendukung terhadap peningkatan
kutu program studi adalah sebagai berikut:
a. Data masukan input, mencakup komponen: (a) Visi dan misi program studi, (b)
sasaran dan tujuan, (g) mahasiswa, (d) sumberdaya manusia, (e) kurikulum, (f)
sarana prasarana, (g) pembiayaan.
b. Data proses proces, mencakup komponen: (a) Tata pamong (governance), (b)
pengelolaan program, (c) kepemimpinan, (d) proses pembelajaran, (e) suasana
akademik, (f) penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
c. Data keluaran/hasil output, mencakup komponen: (a) Lulusan, (b) keluran
lainnya, publikasi hasil penelitian dan atau produk penelitian dalam bentuk
patent, rancang bangun, prototip, perangkat lunak, dsb.
d. Data dampak inpact, mencakup komponen: (a) Sistem informasi, (b) sistem
peningkatan dan penjaminan mutu.
52
2. Teknik Analisi Data
Data yang sudah diolah, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
pedekatan SWOT dengan tahapan sebagai berikut:
a. Meneliti ciri-ciri penting dari setiap jenis komponen yang mencerminkan
peningkatan mutu jurusan/program studi.
b. Mengelompokkan ciri-ciri yang sama dan memilah-milah ciri yang berbeda
berdasarkan jenis komponen peningkatan mutu jurusan/program studi yang
ingin digambarkan.
c. Menganalisis keunggulan dan sekaligus kelemahan dari masing-masing bentuk
dengan merujuk pada teori peningkatan mutu jurusan/program studi yang
dipandang cocok.
d. Mencoba menemukan format tipe ideal pengembangan mutu jurusan/program
studi untuk dikembangkan jurusan/program studi di lingkungan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN SGD Bandung, dengan teori yang tepat.
53
BAB IVPEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. STRATEGI PENINGKATAN MUTU JURUSAN
Penyusunan strategi peningktan mutu Jurusan/Prodi-prodi didasarkan pada kajian
pemikiran strategis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Bandung yang didasarkan pula
pada hasil evaluasi tahunan Fakultas, evaluasi diri Universitas dan program strategis
Pendidikan Tinggi Nasional yang tertuang dalam naskah HELTS. Beberapa prioritas
program strategis yang perlu dilaksanakan dalam mempersiapkan Jurusan/Prodi-prodi
yang mandiri dalam lingkungan Islamic entrepreneurial university, yaitu (1)
Pengembangan Infrastruktur dan Peningkatan status Program Studi, (2) Optimalisasi
kelembagaan dan (3) Peningkatan kompetensi human resources secara total.
Ketiga program strategis besar tersebut dirinci secara spesifik kedalam 5 bidang
yaitu; (1) Organisasi dan Manajemen, (2) Pendidikan dan Kemahasiswaan, (3) Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, (4) Kerja sama Institusional, dan (5) Bidang
Penunjang Penyelenggaraan Jurusan/Program Studi
1. Bidang Organisasi dan Manajemen
1) Peningkatan status baik dalam skala Jurusan maupun program studi
2) Pengembangan sumber daya manusia
3) Penyelenggaraan sistem penjaminan mutu di tingkat program studi.
4) Penyelenggaraan manajemen kelembagaan yang mengacu kepada
indikator kinerja yang jelas
2. Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan
1) Penyelenggaan Pendidikan yang selalu adaptif dan relevan dengan
kepentingan masyarakat.
2) Keterbatasan tenaga dosen baik secara kuantitas maupun kompetensi.
3) Peningkatan standart kompetensi kelulusan
3. Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
1) Peningkatan kemampuan dan keahlian dosen dalam bidang penelitian melalui
kegiatan workshop dan media aktualisasi.
2) Pengembangan kajian penelitian yang mengarah pada upaya peningkatan kualitas
penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan keilmuan.
54
3) Diseminasi dan implementasi hasil penelitian yang meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
4. Bidang Kerjasama Institusional
1) Pengembangan kerjasama dengankalangan industri sebagai upaya
berkelanjutan meningkatan kompetensi dosen dan lulusan.
2) Pengembangan kerjasama denganpenyelenggara pendidikan di luar
negeri.
3) Penyelenggaraan kerjasama denganasosiasi-asosiasi keahlian.
5. Bidang Penunjang Penyelenggaraan
1) Pengembangan sarana penunjang pendidikan yang mampu memenuhi standard
minimal pendidikan nasional.
2) Pengembangan sarana penunjang penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan
secara administratif.
B. PROGRAM AKSELERASI PENINGKATAN MUTU JURUSAN
1. Bidang Organisasi dan Manajemen
Kebijakan Dasar
1) Pengembangan manajemen organisasi yang berbasis pada penguatan database
Program Studi.
2) Penyusunan dan pelaksanaan program kerja yang mengacu peningkatan
kualitas kerja dalam menciptakan pelaksanaan organisasi yang profesional,
sehat, transparan, dan akuntabel.
3) Peningkatan keragaman sumber dana di luar SPP dan praktikum untuk peningkatan
kualitas penyelenggaraan organisasi
Program Akserasi
o Membentuk bidang penjaminan mutu dalam rangka peningkatan kualitas
administrasi dan tenaga dosen.
o Pembuatan Standart Operational Procedure (SOP) di setiap lini organisasi
program studi yang selalu di up-date secara periodik.
55
o Peningkatan kualitas pendidikan, keahlian, dan kepribadian dosen untuk
meningkatkanmutu pelayanan, sesuai SOP yang telah ditetapkan.
o Pelaksanaan audit manajemen dan keuangan secara kontinyu untuk menjamin
pelaksanaan organisasi yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
o Pengembangan sumberdana berbasis pada potensi akademik dan non-akademik.
o Perluasan kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta dan asing
dalam mengembangkan riset-riset aplikatif dan berorientasi teoretik.
2. Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan
Sasaran Program
1) Meningkatkan kualitas pendidikan dalam bidang yang lebih spesifik sesuai
dengan arah pengembangan dan core business dari program studi.
2) Sistem rekruitmen dosen juga diarahkan pada penguatan peminatan
tersebut dengan pelibatan aktif pihak program studi.
3) Menjaga dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pelaksanaan program
yang terukur dan evaluasi secara periodik dengan mengacu pada standar
internasional.
4) Pemberian sarana pengembangan aktivitas mahasiswa sesuai dengan peminatan
yang berkembang.
5) Mendorong bakat mahasiswa berpotensi untuk berprestasi.
Program Akserasi
o Mempersiapkan dosen untuk studi lanjut tingkat doktoral dan mengarahkan untuk
pengambilan bidang sesuai dengan arah peminatan yang sudah ditetapkan.
o Evaluasi dan penyesuaian kurikulum yang periodik untuk menjaga kualitas
pendidikan.
o Penyelenggaraan seminar, kuliah tamu dan workshop di masing-masing Program
Studi.
o Pengiriman dosen ke acara-acara ilmiah seperti workshop, seminar nasional dan
internasional secara rutin dan terprogram.
o Pelaksanaan program magang bagi dosen sesuai dengan arah peminatan yang ada
di masing-masing Program Studi.
o Penyertaan aktif tenaga dosen ke dalam asosiasi- asosiasi kelimuan sebagai
56
upaya untuk pengembangan keilmuan dan perluasan network keilmuan.
o Penerbitan jurnal berdasarkan bidang kajian sebagai sarana publikasi penelitian
dosen.
o Berlangganan jurnal internasional dalam rangka menambah wawasan pengetahun
teraktual.
3. Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Sasaran Program
1) Meningkatan kemauan dan kemampuan dosen dalam bidang penelitian
2) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pemberdayaan tenaga
dosen dalam bidang penelitian.
3) Meningkatkan jumlah proposal penelitian yang dikirim ke persaingan di luar
universitas.
4) Meningkatkan peran akademik dalam pengabdian kepada masyarakat.
Program Akserasi
o Menyelenggarakan workshop intensif semua program studi .
o Menerbitkan jurnal ilmiah lintas pengelola dan diproyeksikan sebagai media
akademik yang kompetitif.
o Memberikan dorongan berupa insensif yangmenarik bagi dosen yang hasil
karyanya dimuat di media, baik media lokal, nasional maupun internasional
tanpa membatasi strata dosen.
o Membuat dan mempublikasikan jaringan-jaringan informasi yang berkaitan
dengan pemberian dana bantuan penelitian.
o Melakukan diseminasi informasi dan pengembangan keilmuan yang telahdilakukan
di universitas dalam bentuk pelatihan-pelatihan keahlian dan konsultasi.
Kegiatan ini bisa disinergikan dalam bentuk KKN.
4. Kerjasama Institusional
Sasaran Program
57
1) Pengembangan kerjasama institusional yang diarahkan pada upaya peningkatan
kualitas dosen dan kompetensi lulusan.
2) Pengembangan kerjasama institusional diarahkan pada pencitraan dan visi
organisasi.
Program Akserasi
o Intensifikasi kerjasama yang telah terjalin dengan melakukan evaluasiuntuk
kemudian pengembangan kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak.
o Menjalin kerjasama institusional yang mengarah pada lembaga pemerintah
ditingkat pemerintahan pusat dan daerah. Lembaga legislatif, LSM, Perusahaan
dan Lembaga donor yang bekerja diruang lingkup bidang sains dan teknologi.
o Menjalin kerjasama dengan program studi di universitas negara maju yang
dijadikan sebagai benchmarking.
5. Bidang Penunjang Penyelengaraan
Sasaran Program
1) Pengembangan sarana prasarana yang direncanakan dengan jelas, terukur, dan
mendukung penyelenggaraan operasional dengan orientasi pada kebutuhan
pengembangan program studi.
2) Pengembangan laboratorium dengan kelengkapan tenaga yang memiliki
kompetensi.
3) Peningkatan kesejahteraan dosen untuk meningkatkan kinerja melalui peningkatan
kenyamanan bekerja, peningkatan pendapatan, dan kesehatan.
Program Akserasi
Pembangunan Sarana Prasarana
o Peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan dengan penambahan sarana yang
memadai dan pengembangan jumlah referensi perpustakaan.
o Pengembangan sarana pembelajaran yang interaktif dengan dilengkapai dukungan
multimedia.
o Pemasangan jaringan internet broadband dengan membuka hot spot akses ke
dosen, dan seluruh mahasiswa secara gratis dan bisa diakses di ruang-ruang
58
perkuliahan.
o Peningkatan laboratorium untuk riset yang berhubungan dengan sains dan
teknologi.
Program Peningkatan Kesejahteraan
o Menyelenggarakan wadah prestasi bagi dosen dengan memberikan penghargaan
layak kepada dosen yang dinilai berprestasi.
o Memberikan sanksi secara tegas kepada dosen yang melakukan pelanggaran.
o Meningkatkan intensif pengajaran bagi dosen
o Menyelenggarakan koperasi lokal dalam rangka pemberdayaan usaha.
Program Peningkatan Kenyamanan Suasana Kerja
o Menyediakan ruangan kerja yang layak dan sehat dengan jaminan kebersihan.
o Memberi kemudahan akses ruangan kerja 24 jam kepada tenaga dosen sebagai
upaya kemudahan dalam akses informasi.
o Menyediakan akses nternet yang layak di setiap ruangan kerja dosen.
o Menyelenggarakan dan menyediakan fasilitas olah raga sesuai dengan peminatan
yang ada dengan teratur dan rutin.
C. INDIKATOR KINERJA PROGRAM AKSELERASI PENINGKATAN
MUTU JURUSAN
1. Tabel Penyehatan Organisasi
PENYEHATAN ORGANISASIProgram Indikator Kinerja yang akan dicapai
A. PengembanganCapacityBuilding
1. Pengelolaantransisional menujuJurusan
2. Kesiapan menerimadesentralisasi lebihbesar.
a. Terbentuknya organisasi danmanajemen transisional.b. Program-program Jurusan bisadijalankan.
59
3. Sistem PenjaminanMutu
a. Memiliki perangkat organisasidan dokumen mutu akademik.
b. Terlaksananya audit mutuakademik secara periodik dantertib.
c. Penyebaran best practices baikdi dalam maupun luarfakultas.
d. Audit internal manajemenbidang akademik.
4. KapasitasInstitusional.
a. Kapasitas pengelolaan aset,infrastruktur dan finansial yangefisien.
b. Kapasitas pengelolaan SDMmeningkat.
c. Kapasitas Sistem Informasidan Manajemen berbasisteknologi informasi(IT)meningkat.
5. Tata Kelola Visi, misi, Tujuan mencapaistandar kinerja normatif : layak,cukup, relevan, suasanaAkademik yang menunjang,efektif, efisien, sustainable, danproduktif.Bekerjanya merit-based systemdalam pengelolaan organisasi.
2. Tabel Pengembangan Otonomi
PENGEMBANGAN OTONOMI
Program Indikator Kinerja yang akan dicapai
B. PengembanganStruktur Pendanaan
1. Hibah Kompetisi Mampu memperoleh danmengelola dana hibahkompetisi >= 2 PHK per tahun.
60
3. Tabel Pengembangan Pendidikan
2. PenerimaanNegara BukanPajak
a. Dana hibah= 45% dari danatotal.
b. Hibah dari Masyarakat =10% dana total.
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Program Indikator Kinerja yang akan dicapai
C. Pemerataan danPerluasanaksespendidikan
1. daya tampung Penambahan mahasiswa sesuadengan rasio dosen: mahasiswadengan tetap memperhitungkankualitas,sarana dan prasarana.
2. diversifikasiPendidikan
Penekanan pada orientasikelulusan berdasarkan peminatan.
D. P engembanganMutu dan RelevansiPendidikan.
1. Peningkatankualias SDM
a. Dosen dengan pendidikan S2= 100 %
b. Dosen dengan pendidikan S3= 40 % (kondisi tahun 2011)
c. Computer literacy Dosend. Jumlah dosen yang mampu
berbahasa inggris dengan skortoefl >500/Toeic>600 = 80%
e. Jumlah publikasi buku ajar=2/tahun
f. Beban tenaga dosen = 12
sks/semester.
61
4. Tabel Pengembangan Kemahasiswaan
PENGEMBANGAN KEMAHASISWAANProgram Indikator Kinerja yang akan dicapai
G. PengembanganKemahasiswaan
1. PembinaanMinat,Bakat,Penalaran danKesejahteraanmahasiswa.
a. Sasaran PMB = 100 %b. Penerima beasiswa = 100
orang/tahunc. Sumber beasiswa = 10
institusi atau sponsor.d. Sasaran tahunan
pembinaan kesehatan dankerohanian mahasiswa =50 %
2. PengembanganKelembagaan
a. Terjalinnya koordinasiyang baik dengan lembagadi lingkungan Fakultassains dan teknologi.
b. Berfungsi secara optimaljaringan komunikasi dalamdan luar negeri.
c. Tersusunnya AD dan ARTLembaga kemahasiswaan.
3. Pengembangansarana
a. tersedianya fasilitas ruangsekretariat lembagakemahasiswaan.
b. Terdistribusinya ATKdengan lembaga/unitaktivitas.
4. Pendanaan a. Terpenuhinya alokasianggaran yang sesuaidengan rencana kegiatan.
b. Akuntabilitas dantransparansi penggunaananggaran kemahasiswaan.
H. PengembanganPengabdian
kepada masyarakat
1. mayarakatsebagai tempat belajar
Optimalisasi interaksi kegiatankemahasiswaan denganmasyarakat,dalam bentuk studilapangan, pembinaan,pendampingan
2. masyarakatsebagai sumberfinansial
Terbentuknya jaringan kerjasama dengan beberapa unitUKM di masyarakat melalui
program pendampingan, &pemberdayaan.
62
5. Tabel Pengembangan Kerjasama Institusional
PENGEMBANGAN KERJASAMA INSTITUSIONALProgram Indikator Kinerja yang akan dicapai
I. PengembanganKerjasamaInstitusional
1. kolaborasi a. Peningkatan kerjasamadalamnegeri(kabupaten/kotamadya/kota).
b. Peningkatan kerjasamaluar negeri
c. Internal and eksternal resourcesharing.
2. internasionalisasi a. Kerjasama regional daninternasional
b. Standar kompetensiinternasional
6. Tabel Penunjang Penyelenggaraan Program Studi
D. Langkah Solusional Akselerasi Peningkatan Mutu Jurusan
Langkah langkah solutif akselerasi peningkatan mutu Jurusan / Prodi-prodi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Bandung didasarkan pada hasil evaluasi tahunan
Fakultas, evaluasi diri Universitas dan isu strategis Pendidikan Tinggi Nasional yang
tertuang dalam naskah HELTS. Beberapa prioritas langkah program yang akan
dilaksanakan dalam mempersiapkan Prodi-prodi yang mandiri dalam lingkungan
entrepreneurial university, yaitu (1) Pengembangan Infrastruktur dan Peningkatan status
PENUNJANG PENYELENGGARAAN PROGRAM STUDIProgram Indikator Kinerja yang akan dicapai
J. Penunjangpenyelenggaraan
1. tertibadmiminstrasi danpeningkatan mutulayanan.
Mutu layanan semakin baik dancepat
2. peningkatan SDM Kualitas SDM naik3. Anggaran dan aset a. Data aset lengkap
b. Mekanisme penggaran lebihakuntabel
4. Sarana danPrasarana
Kenyamanan kerja
5. Kesejahteraan a. Angka kehadiran meningkatb. Disiplin kerja meningkatc. Meningkatnya kesejahteraan
dosen dan karyawan.
63
Program Studi, (2) Optimalisasi kelembagaan dan (3) Peningkatan kompetensi human
resources secara total.
Ketiga langkah besar tersebut akan diterjemahkan secara spesifik kedalam 5 bidang
yaitu; (1) Organisasi dan Manajemen, (2) Pendidikan dan Kemahasiswaan, (3) Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, (4) Kerjasama Institusional, dan (5) Bidang
Penunjang Penyelenggaraan Program Studi
1. Orgsnisasi Manajemen
a. Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan diarahkan pada upaya mewujudkan kelembagaan
yang berdaya guna dan berhasil guna, dengan sasaran strukturisasi organisasi institusi.
Indikator Outputnya adalah tertatanya struktur kelembagaan berdasarkan Peraturan
Presiden No. 57 Tahun 2005, Peraturan Menteri Agama No. 6 Tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan Keputusan Menteri
Agama No. 486 Tahun 2002 tentang Statuta IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Outcome
yang dihasilkan adalah peningkatan kualitas fungsi pelayanan terhadap dosen, karyawan,
dan mahasiswa dalam peningkatan kualitas akademik.
Program pengembangan kelembagaan demikian meliputi: (1) pengembangan unit-
unit organisasi dan kelembagaan, (2) pengembangan program studi, (3) pengembangan
dan penataan lembaga pelaksana akademik dan penunjang akademik, jurusan, program
studi, laboratorium, studio, kebun percobaan, kebun praktek, perpustakaan.
b. Sumber Daya Manusia
Pengembangan SDM diarahkan pada upaya meningkatkan kualitas kinerja tenaga
dosen dan karyawan, dengan sasaran terlaksananya peningkatan kualitas profesionalisme,
kinerja dan produktifitas dosen dan karyawan. Output-nya adalah tersedianya dosen
karyawan secara kuantitas dan kualitas serta. Outcome yang dihasilkan adalah
meningkatnya kultur akademik di kalangan civitas akademika.
Program yang dibangun mencakup (1) usulan penerimaam tenaga edukatif dan
karyawan, (2) pembinaan, pengawasan dan pengendalian berkala berbasis kinerja dan
produktivitas, (3) program studi lanjut S-2 dan S-3 bagi dosen dan karyawan, (4)
pelatihan bagi dosen dan karyawan dalam skill dan kinerja berbasis enterpreneurship, (5)
peningkatan kesejahteraan dosen dan karyawan, (6) serta pemberian reward and punisment
bagi dosen dan karyawan.
64
c. Sarana Prasarana
Pengembangan sarana prasarana diarahkan pada pengembangan sarana dan
prasana yang menunjang seluruh kegiatan akademik dan kelembagaan, dengan Indikator
Output-nya adalah tersedianya sarana dan prasana akademik dan penunjang akademik
yang memadai, dan Indikator Outcome-nya adalah (1) meningkatnya prestasi akademik
mahasiswa , (2) meningkatnya kultur akademik dan produktifitas karya-krya akademik
dosen; (3) meningkatnya kelengkapan Fakultas.
Program pengembangan sarana prasarana meliputi: (1) penyediaan dan
peningkatan sarana dan prasarana penunjang akademik yang memadai secara kuantits dan
kualitas, (2) penyempurnaan pola administrasi keuangan & perlengkapan, (3) peningkatan
pelaksanaan anggaran secara terencana, efektif dan efisein, (4) Pemeliharaan sarana
prasarana serta kekayaan Barang Miliki Negara (BMN) Fakultas Sains dan Teknologi.
d. Pendanaan
Program pengembangan pendanaan diarahkan pada upaya menciptakan
kemampuan Fakultas menjamin pendanaan yang memadai untuk penyelenggaraan Tri
Dharma UIN Sunan Gunung Djati Bandung secara berkelanjutan. Usaha-usaha
penggalangan dana dilakukan dengan mengacu pada visi, misi dan tujuan fakultas, serta
tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas
serta transparansi diupayakan menjiwai sistem pengelolaan dana tanpa meninggalkan
kaidah-kaidah akuntansi yang benar, pengembangan Sistem Audit Internal (SAI) atau
publik yang dapat menunjukkan sistem pengelolaan keuangan yang sehat, transparan, dan
akuntabel. Pelaporan periodik yang akuntabel dan transparan yang menjamin
terselenggaranya program akademik yang bermutu secara berkelanjutan. Indikator
Outputnya adalah meningkatkan pemanfatan dana secara efektif dan efisien. Outcome
yang dihasilkan adalah terwujudnya laporan audit keuangan yang akuntabel.
Program pengembangannya meliputi: (1) memiliki laporan audit keuangan yang
memuat keandalan sumber pendanaan dan pemanfaatannya; (1) memiliki data mengenai
proporsi dana yang dialokasikan untuk pengembangan program akademik dibandingkan
untuk pengembangan investasi pada aspek fisik, sarana, dan prasarana; (3) mempunyai
sistem monitoring dan evaluasi pendanaan secara internal yang akuntabel terhadap semua
unit kerja dengan persetujuan dari pimpinan yang berwenang; (4) memiliki mekanisme
penerapan biaya pendidikan yang dibebankan kepada mahasiswa serta laporan proses
pengambilan keputusan; (5) mampu menggalang dana untuk program akademik dari luar
65
institusi melalui kontrak kerja, kemitraan, hasil penelitian, karya akademik, dan
pendayagunaan sumber daya yang dimiliki.
e. Manajemen
Untuk mengelola program reguler maupun program-program pengembangan,
Fakultas Sains dan Teknlogi memerlukan sistem pengelolaan program studi mencakup
pembagian fungsi dan wewenang yang jelas dan sistematis dalam alur kerja. Standard
Operating Procedure (SOP) serta tanggung jawab setiap unit tata organisasi kelembagaan.
Sistem pengelolaan kelembagaan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung mengacu pada Perpres No. 57 tahun 2005 tentang Perubahan IAIN menjadi
UIN, dan PMA NO. 6 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Dengan PMA No. 6
Tahun 2006 ini diatur struktur organisasi serta unit-unit kerja yang ada di lingkungan UIN,
serta mengatur pula tentang tugas pokok, fungsi dan wewenang yang mencerminkan
distribusi tugas dan wewenang (job description) masing-masing unit. PMA ini pula yang
digunakan untuk mengatur dan mememonitoring kinerja setia unit kerja yang ada di
lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN. Sistem pengelolaan ini perlu ditunjang
dengan prasarana dan sarana tugas pokok dan fungsi yang memadai agar unit-unit tersebut
dapat melakukan layanan yang optimal, efektif dan efisien. Hasil monitoring dan evaluasi
kinerja setiap dipublikasikan kepada seluruh stakeholders untuk menjamin transparansi
dan akuntabilitas. Indikator Outputnya adalah terciptanya tatakelola good gavernace
fakultas/jurusan dengan dengan prinsip C-TARF. Outcome yang dihasilkan adalah
terwujudnya laporan audit keuangan yang akuntabel. Penerapan pardigma baru PT, dengan
terakreditasinya Prodi/jurusan.
Program pengembangan sistem manajemen dilakukan dengan cara (a) sosialisasi
aturan, norma, dan pedoman-pedoman yang terkait dengan penyelenggaraan institusi; (b)
menyusun rancangan dan analisa jabatan, job description, prosedur kerja, program
peningkatan kompetensi manajerial yang sistematis untuk menggambarkan terjadinya
proses pengelolaan yang efektif dan efisien di setiap unit-unit kerja; (c) memantapkan dan
mengoptimalkan proses manajemen yang memungkinkan unit-unit kerja menjalankan
seluruh fungsi-fungsi manajemen; (d) memiliki kriteria dan instrumen penilaian serta
menggunakannya untuk mengukur kinerja setiap unit kerja; (e) mengoperasionalisasikan
pedoman tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan (AKIP) serta Laporan Akuntabilitas
Kinerja Pemerintahan (LAKIP).
66
f. Perpustakaan
Pengembangan perpustakaan diarahkan pada upaya mewujudkan perpustakaan
yang berkualitas, dalam rangka menciptakan fungsi perpustakaan sebagai centre of
intelectual, academic information, research, and reference, Indikator Outputnya adalah
tersedianya kuantitas dan kualitas sumberdaya perpustakaan. Outcome yang dihasilkan
adalah meningkatnya pelayanan dan minat baca, dengan sasaran terwujudnya: (1)
peningkatan kemampuan SDM perpustakaan, dan (2) meningkatnya kuantitas dan kualitas
referensi, (3) peningkatan kualitas pelayanan dalam menunjang peningkatan kualitas
akademik. Program pengembangannya meliput penataan sistem pelayanan kepustakaan
yang profesional berbasis Teknologi Informatika
2. Pendididkan Dan Kemahasiswaan
a. Kurikulum
Pengembangan kurikulum diarahkan pada upaya mewujudkan struktur kurikulum
yang relevan dengan kebutuhan masyarakat berlandaskan paradigma Wahyu Memandu
Ilmu, dengan sasaran terwujudnya struktur kurikulum yang relevan dengan hakikat tujuan
pendidikan di perguruan tinggi dan sesuai dengan kebutuhan dinamika perkembangan
masyarakat, serta mengacu pada perubahan kurikulum yang berorientasi pada
pemberdayaan masyarakat. Output yang diinginkan adalah tersusunnya struktur
Kurikulum program studi yang relevan dengan tujuan pendidikan tinggi dan kebutuhan
masyarakat berlandaskan paradigma wahyu memandu ilmu, serta mengacu pada
paradigma baru pengembangan pendidikan tinggi yang dirumuskan oleh UNESCO
dengan formulasi pemberdayaan, otonomi, pemerataan akses bagi masyarakat,
akuntabilitas, dan transparansi. Outcome yang diinginkan adalah teraplikasikannya
rancang bangun epistemologi keilmuan yang integralistik dan holistik dengan
memperhatikan peningkatan kualitas kurikulum.
Program pengembangannya meliputi: (1) seminar dan lokakarya penyusunan
Kurikulum semua program studi, (2) penyusunan pedoman kurikulum program studi dan
sosialisasinya, (3) Pelaksanaan penyusunan kurikulum ilmu dipandu wahyu, serta (4)
peningkatan fungsi dan peran konsorsium keilmuan dan team teaching.
b. Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran diarahkan pada upaya meningkatkan mutu pembelajaran
dalam rangka pengembangan akademik, dengan sasaran terselenggaranya kualitas proses
67
pembelajaran yang efesien dan efektif untuk mengembangkan pembelajaran berfikir yang
kreatif dan inovatif. Output yang dihasilkan berupa peningkatan proses pembelajaran
secara kuantitatif maupun kualitatif, dengan Outcome yang dihasilkan adalah
meningkatnya kemampuan akademik mahasiswa.
Program pengembangannya meliputi: (1) sosialisasi dan optimalisasi fungsi
pedoman pelaksanaan kegiatan akademik, (2) penggandaan dan sosialisasi pedoman kerja
praktik dan pedoman praktikum-praktikum, (3) pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
hasil pembelajaran, (4) sosialisasi rancang bangun keilmuan paradigma wahyu memandu
ilmu, (5) sosialisasi perubahan pembelajaran dari teaching university ke research
university.
c. Kemahasiswaan dan Alumni
Pengembangan kemahasiswaan diarahkan pada upaya meningkatkan pembinaan
mahasiswa dalam prestasi akademik dan kegiatan ekstrakurikuler, dengan sasaran
meningkatnya daya intelektual, emosional, dan spiritual mahasiswa dalam keunggulan
akademik, akidah, al-akhlak al-karimah, kewirusahaan, dan kepemimpinan, peningkatan
fungsi lembaga kemahasiswaan dan produktifitasnya dalam pengembangan potensi, minat
dan bakat mahasiswa. Kebijakan pokoknya adalah : (1) Peningkatan pembinan
mahasiswa dalam prestasi akademik, kultur akademik, dan al-akhlak al-karimah, (2)
Peningkatan fungsi lembaga kemahasiswaan dalam pengembangan minat, bakat,
kepemimpinan, keahlian, dan kewirausahaan. Output yang dihasilkan berupa:
Meningkatnya kualitas akademik, al-akhlak al-karimah, kewirauasahaan, kedisiplinan,
dan kepemimpinan mahasiswa. Outcome yang dihasilkan adalah meningkatnya
kemampuan akademik mahasiswa
Program pengembangannya meliputi: (1) Sosialisasi dan implementasi SK Dirjen
Pendidikan Islam No. Dj. I/255/2007 tentang Tata Tertib Mahasiswa PTAI, SK Dirjen
Pendidikan Islam No. Dj. I/253/2007 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan
PTAI, dan SK Dirjen Pendidikan Islam No. Dj. I/254/2007 tentang Pedoman Umum
Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK), (2) Intensifikasi Kegiatan Ekstra Kurikuler yang
menunjang peningkatan intelektual, emosional, spiritual, al-akhlak al-karimah,
kewirusahaan, kepemimpinan, (3) Training Kepemimpinan Mahasiswa tingkat Dasar dan
Menengah, (4) Training Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan (MHMMD) dan
Emotional Spiritual Quation (ESQ),
68
Lulusan merupakan produk langsung dari proses pendidikan yang dilakukan oleh
Fakultas Sains dan Teknologi UIN. Lulusan yang akan dikembangkan Fakultas adalah
lulusan yang memiliki kualifikasi berikut: (1) memiliki kompetensi akademik maupun soft
skills sebagaimana dinyatakan oleh sasaran mutu serta dibuktikan oleh kinerja lulusan di
masyarakat sesuai dengan profesinya; (2) berperan penting dalam melakukan analisis data
akademik seluruh program studi yang menggambarkan kinerja Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung secara keseluruhan untuk menilai
karakteristik, profil dan pemetaan lulusan; (3) membantu lulusan mendapat pekerjaan
dan meningkatkan interaksi antara lulusan dan institusi. (4) lahirnya mutu lulusan yang
berkualifikasi keteguhan iman, keluasan ilmu, kemuliaan akhlak, dan keunggulan amal.
Dengan kerangka ini, Fakultas Sains dan teknologfi perlu memformulasikan
mekanisme yang menjamin pemanfaatan hasil evaluasi dan pelacakan lulusan di
tingkat institusi untuk pengembangan jurusan/program studi, serta pengembangan
strategi pemasaran lulusan yang secara efektif bisa terserap oleh berbagai bidang
profesi.
Program pengembangan lulusan mencakup upaya untuk: (1) penyusunan standard
mutu lulusan yang kredibel; (2) penyusunan angka efisiensi edukasi yang ideal; (3)
penyusunan pola masa tunggu lulusan untuk menyiapkan kemampuan bekerja relatif
singkat; (4) penyusunan sistem data base lulusan yang bisa melacak data lulusan
secara periodik; (5) penyusunan pola dan mekanisme evaluasi lulusan yang bisa
digunakan sebagai umpan balik bagi institusi dalam menentukan kebijakan akademik;
(6) penyelenggaraan layanan bimbingan karir dan informasi kerja bagi mahasiswa dan
lulusan; (7) penyusunan, (8) pengembangan strategi pemasarana lulusan yang secara
efektif bisa terserap oleh berbagai bidang profesi di masyarakat.
Sementara itu dalam program pengembangan dan pemberdayaan alumni di arahkan
pada upaya pemberdayaan alumni sebagai asset strategis Fakultas Saintek, pendayagunaan
aset material, penguatan jaringan antar dan intra alumni untuk pengembangan akademik
dan fasilitas Fakultas Sains dan Teknologi serta optimalisasi fungsi kelembagaan alumni
sebagai stakeholders penyelenggaraan Tri Dharma UIN SGD Bandung. Kebijakana
pokoknya adalah: pemberdayaan dan optimalisasi peran dan fungsi kelembagaan alumni.
Sedangkan program pengembangannya meliputi: (1) Pendayagunaan aset material alumni
melalui kerjasama antar dan intra alumni dalam rangka pengembangan akademik, (2)
69
penguatan jaringan antar dan intra alumni (3) pengembangan kerjasama dalam rangka
penguatan dan optimalisasi penyelenggraan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3. Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
a. Penelitian
Pengembangan penelitian diarahkan pada upaya meningkatnya kualitas penelitian
di kalangan civitas akademika dalam rangka membangun transformasi paradigma baru
Fakultas Sains dan Teknologi sebagai pelaksana akademik dari UIN yang sedang berupaya
beralih dari teaching university menuju research university. Dengan sasaran terwujudnya
pondasi dan kerangka ilmiah yang tersistematisasikan dalam mencapai indikator dan
standar research university. Kegiatan penelitian juga lebih diarahkan pada upaya
peningkatan kemampuan dan kualitas penelitian di kalangan dosen dan mahasiswa baik
secara kuantitas maupun kualitas. Indikator Output-nya adalah (1) Meningkatnya jumlah
penelitian di kalangan civitas akademika, (2) Meningkatnya kualitas hasil penelitian.
Indikator Outcome –nya adalah (1) Berkembangnya ilmu pengetahuan, (2) dan
Terpublikasikan dan termanfaatkannya hasil penelitian.
Program pengembangannya meliputi: (1) Penyusunan pondasi dan kerangka
ilmiah indikator dan standar research university, (2) Pelaksanaan Kegiatan Penelitian bagi
dosen dan mahasiswa, (3) Seminar hasil-hasil penelitian, (4) Sosialisasi dan publikasi
hasil-hasil penelitian.
b. Pengabdian Kepada Masyarakat
Pengembangan bidang Pengabdian kepada Masyarakat diarahkan pada upaya
peningkatan implementasi ilmu dalam pemberdayaan masyarakat dan kontribusi
peningkatan daya saing bangsa, dengan sasaran terwujudnya implementasi ilmu dalam
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan daya saing bangsa, dengan Indikator
Outputnya adalah (1) meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam kesadaran beragama,
(2) meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam pembangunan. Outcome:
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Fakultas Sains dan Teknologi.
Program pengembangannya meliputi: (1) penyusunan strategi pengabdian kepada
masyarakat berbasis pemberdayaan, (2) penyelenggaraan Kuliah Kerja Pengabdian (KKP)
atau Kuliah Kerja Nyata (KKN), (3) optimalisasi peran dan fungsi kampus lingkungan, (5)
rintisan pesantren teknologi binaan.
70
4. Kerjasama Institusional,
Pengembangan kerjasama diarahkan pada upaya menatalaksanakan kerjasama
dengan berbagai pihak yang menunjang peningkatan lembaga, dengan sasaran
meningkatnya volume kerjasama dalam pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
terwujudnya jaringan kerjasama antar lembaga perguruan tinggi, lembaga negara,
pemerintah, swasta. Program kerjasama ditujukan dalam rangka menunjang peningkatkan
mutu akademik, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan fasilitas
Fakultas Sains dan Teknologi, atas dasar saling menguntungkan, baik secara moril
maupun materiil sesuai dengan kepentingan Fakultas. Kerjasama dijalin dengan instansi
pemerintah, swasta, perguruan tinggi, baik dalam negeri maupun luar negeri, media massa,
perusahaan, Organisasi Kemasyarakatan Islam dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda
(OKP), lembaga donor, penerbitan, lembaga penelitian, lembaga sosial dan instansi-
instansi yang mendukung pengembangan Fakultas Sains dan Teknologi di masa depan.
Indikator Output-nya adalah Terselenggara-nya kemitraan dalam pembinaan mutu
akademik. Outcome-nya, Terwujudnya jaringan kerjasama antar lembaga perguruan
tinggi, lembaga negara, pemerintah, swasta.
Program pengembangannya mencakup: (1) Pemetaan jaringan kerjasama antar
lembaga; (2) Pemantapan & optimalisasi kerjasama dengan berbagai pihak yang telah
menandatangan MoU dengan UIN; (3) Pemantapan pengembangan kerjasama dengan
perguruan tinggi, dalam dan luar negeri; (4) Pemantapan pengembangan kerjasama
dengan pemerintah, swasta, LSM, Ormas, dan pengusaha.
5. Bidang Penunjang Penyelenggaraan
a. Sistem Informasi
Sistem informasi Fakultas Sains dan Teknologi dibangun dan dikembangkan dalam
rangka memasuki kompetisi global dengan instrumen dasar penguasaan Sistem Informasi
Terpadu. Sistem Informasi Terpadu dikembangkan untuk mendukung pengelolaan dan
peningkatan mutu program akademik, administrasi, infrastruktur, jaringan, manajemen,
keuangan. Sistem informasi yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan
teknologi informatika yang mampu membentuk Sistem Informasi Terpadu data base,
analisis, penyimpanan, mendapatkan kembali data. Presentasi data dan informasi serta
komunikasi dengan pihak berkepentingan yang dibangun secara terpusat di tingkat fakultas
dan terdistribusi pada unit-unit terkait. Data dan informasi yang dikembangkan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung meliputi sistem informasi
71
akademik, kemahasiswaan, sumberdaya manusia, prasarana dan sarana, administrasi dn
keuangan serta data lain yang dianggap perlu untuk kepentingan berbagai pihak.
Pengembangan sistem informasi juga dimanfaatkan untuk memelihara komunikasi dan
koordinasi internal serta kerjasama dengan institusi lain, pemerintah, alumni,
perusahan/industri atau masyarakat luas. Pengembangan teknologi informasi diarahkan
untuk mampu melakukan pengelolaan yang profesional serta pemutahiran terhadap piranti
keras dan lunak, sumber daya manusia serta organisasi pengelola untuk menjamin
pertumbuhan sistem informasi yang telah dibangun tersebut. Sistem informasi yang
dikembangkan juga diarahkan untuk menjamin akses bagi mahasiswa, staf dan sivitas
akademika lainnya melalui peraturan-peraturan yang transparan. Indikator Outputnya
adalah: Terwujudnya software sistem informasi berbasis Information Technology ( IT).
Out come:Terwujudnya akses informasi yang efektif bagi seluruh stake holders
Program sistem informasi yang dikembangkan mencakup: (a) penyusunan blue
print pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan sistem informasi termasuk sistem
yang mengatur aliran data, otorisasi akses data, dan sistem disaster recovery; (b)
mengembangkan Sistem Informasi Terpadu, yang mencakup sistem informasi akademik,
kepegawaian, administrasi, sarana prasarana, pendanaan, kerjasama, dan lainnya; (c)
sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support system) yang membantu
pimpinan dalam melakukan perencanaan dan analisa evaluasi diri dengan lebih baik dan
pengambilan keputusan yang lebih obyektif; (d) penyusunan basis data dan informasi yang
mencakup keuangan, aset, sarana dan prasarana, administrasi akademik, profil mahasiswa
dan lulusan, dosen dan tenaga pendukung; (e) sistem jaringan informasi Local Area
Network (LAN) yang membangun komunikasi internal dan eksternal kampus serta akses
bagi mahasiswa dan dosen terhadap sumber-sumber informasi kampus; (f)
pengembangan kapasitas internet dengan rasio bandwidth yang memadai bagi seluruh
sivitas akademika.
b. Sistem Penjaminan Mutu
Sistem penjaminan mutu Fakultas Sains dan Teknologi dibangun dan
dikembangkan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Sistem penjaminan mutu juga difungsikan sebagai bagian dari sistem pengelolaan dan
proses pelaksanaan program-program akademik dan non akademik. Sistem penjaminan
mutu dibentuk ditingkat universitas. Sistem penjaminan mutu disusun melalui
pengorganisasian dan manual mutu yang memuat pernyataan mutu sebagai komitmen
72
institusi, kebijakan mutu, prosedur mutu, instruksi kerja mutu. Dalam implementasi
penjaminan mutu, perlu dilakukan penetapan sasaran mutu yang harus dicapai oleh unit-
unit kerja sesuai dengan kapasitas dan kinerja masing-masing, mengembangkan
mekanisme peningkatan mutu berkelanjutan serta mengembangkan sistem penjaminan
mutu untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan di tingkat nasional maupun
internasional.
Monitoring dan evaluasi terhadap proses peningkatan mutu berkelanjutan
dilakukan dengan berkoordinasi dengan pelaksana audit internal, untuk memberi
masukan sebagai bahan tindakan perbaikan yang efektif. Untuk keperluan ini pula, perlu
dikembangkan sistem rekaman data dan informasi yang baik mengenai proses serta hasil
pelaksanaan sistem penjaminan mutu. Rekaman data dan informasi yang baik
dimaksudkan untuk memungkinkan pelacakan kembali data dan informasi yang diperlukan
serta memberikan peringatan dini kepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan.
Hasil-hasil seluruh sistem penjaminan mutu yang terdokumentasikan dengan baik
digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program penjaminan mutu eksternal
termasuk program akreditasi. Indikator Outputnya adalah (1) Terwujudnya sistem
penjaminan mutu yang berkelanjutan pada tingkat internal dan eksternal. (2) Terwujudnya
akreditasi institusi secara periodic. Out come: Fakultas Sains dan teknologi memiliki
jaminan (quality assurence), pengendalian mutu (quality control), dan perbaikan mutu
(quqlity impropment).
Program pengembangan Sistem Penjaminan Mutu yang dikembangkan mencakup
pengembangan : (1) sistem penjaminan mutu yang didukung data-data manual mutu,
dan pelaksanaannya; (2) pengadaan dan pengorganisasian manual mutu; (3) implementasi
penjaminan mutu; (4) menetapkan sasaran mutu, memonitor dan evaluasi pencapaian
mutu di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, SDM,
kinerja, administrasi, pendanaan, infrastruktur, dan semua unsur penunjang lainnya; (5)
merekrut calon mahasiswa yang bermutu; (6) membentuk daya think tank institusi bagi
calon mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri; (7) menyusun
rekaman data yang diolah menjadi informasi untuk pelacakan kembali data dan informasi,
registrasi sertifikasi sistem mutu ISO 9001-2000 oleh lembaga sertifikasi International, (8)
menyediakan dana yang menjamin peningkatan mutu internal serta akreditasi, secara
berkala dan berkesinambungan.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KesimpulanBerdasarkan kajian kondisi objektif, analisis KKPA (Kekuatan, Kelemahan,
Peluang dan Ancaman) Jurusan/Program Studi pada Fakultas Sains dan Teknologiterdapat temuan kesimpulan hasil penelitian tentang strategi dan akselerasi peningkatanmutu jurusan/program studi di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi sebagaiberikut:1. Kondisi objektif analisis KKPA Jurusan/Program Studi dilingkungan Fakultas
Sains dan Teknologi dikelompokkan menjadi dua, yaitu kondidisi Internal
(kekuatan dan kelemahan) dan kondisi Eskternal (Peluang dan Ancaman)
a. Kondisi Internal
1) Adanya Kekuatan: (a) Kerja Sama yang baik antar dosen dan karyawan,(b) Input Mahasiswa yang selektif, (c) Dosen yang mempunyai banyakpengalaman praktis, (d) Banyaknya kerja sama yang telah dilakukandengan lembaga luar dapat meningkatkan mutu dosen dan mahasiswadengan sistem link & macth.
2) Kelemahan: (a) Belum adanya gedung sendiri menyebabkan keterbatasanpenyediaan sarana akademik, (b) Masih terbatasnya program-programuntuk peningkatan kualitas SDM terutama berkaitan dengan PBM, (c)Rekruitmen dosen belum sesuai dengan ketersediaan sarana, dan (d)Kerja sama dengan lembaga luar masih terbatas.
b. Eksternal
1) Adanya Peluang: (a) kerjasama dengan Lembaga swasta dan pemerintahyang berhubungan erat dengan disiplin ilmu dalam hal penyediaan tenagaahli telah meningkatkan kompetensi dosen dan mahasiswa, (b) Denganadanya pembangunan gedung baru dan fasilitas baru memungkinkanpengembangan laboratorium secara professional bisa terwujud, (c)Banyaknya program besasiswa dari Pemerintah dan Asing yang mengarahkepada pembinaan dan peningkatan kualitas dosen belum termanfaatkan.
2) Adanya Ancaman: (a) Perkembangan penyelenggara pendidikan (PTN)serupa yang sudah terlebih dahulu lahir telah mempunyai tenaga dosenyang variatif dan spesifik, serta telah memiliki guru besar., (b) Kebutuhanindustri yang mengacu kepada profesionalisme dan kesiapan kerja lulusansesuai dengan standar dsn tuntutan pasar industri belum bisa terpenuhi.
2. Komponen-komponen yang mendukung untuk peningkatan mutu jurusan yaitu:
a. Manajemen dan Kelembagaan: (1) Penyelenggaraan sistem penjaminan
mutu di tingkat program studi, (2) Penyelenggaraan manajemen
kelembagaan yang mengacu kepada indikator kinerja yang jelas, (3)
Pengembangan kerjasama dengan kalangan industri sebagai upaya
berkelanjutan meningkatan kompetensi dosen dan lulusan, (4) Pengembangan
kerjasama dengan penyelenggara pendidikan di dalam dan luar negeri, (4)
Penyelenggaraan kerjasama dengan asosiasi-asosiasi keahlian.
74
b. Pengembangan Infrastruktur pembelajaran melalui: Pengadaan barang
praktikum sesuai mata kuliah dan jurusan, (1) Bekerjasama dengan PT lain
dan lembaga yang sesuai dengan jurusan untuk melakukan praktikum, (2)
Pengembangan sistem informasi akademik dan administrasi perkuliahan, (3)
Penambahan buku di perpustakaan sesuai mata kuliah dan jurusan
c. Peningkatan kompetensi human resources: (a) Pelatihan dan diklat
dosen/karyawan sesuai dengan keilmuan dan tanggung jawab, (b) Pemberian
dana untuk penelitian, (c) Sertifiksasi dan seminar untuk dosen, dan (d)
Mendorong studi lanjut baik didalam maupun luar negeri.
3. Hasil program peningkatan mutu jurusan, secara kuantitas jumlah mahasiswa,
jumlah dosen, jumlah penelitian, pengabdian dari tahun ketahun mengalami
peningkatan. Namun disisi lain hasil audit mutu internal dan hasil akreditasi
program studi/jurusan belum memadai, dengan rata-rata nilai C.\
4. Kendala yang dihadapi peningkatan mutu jurusan/program studi adalah (a)
Belum adanya mekanisme kontrol terhadap indikator keberhasilan. (b)
Keterbatasan SDM dibandingkan dengan jumlah pekerjaan yang tinggi. (c)
Tradisi Akademik yang masih mencari pola karena masih baru. (d) Masih
terbatasnya program-program untuk peningkatan kualitas SDM terutama
berkaitan dengan PBM. (e) Masih kurangnya informasi dalam pengembangan
SDM. (f) Mekanisme evaluasi kinerja dosen belum berjalan secara maksimal. (g)
Belum adanya gedung sendiri menyebabkan keterbatasan penyediaan sarana dan
prasarana akademik. (h) Masih terbatasnya tenaga dosen, menyebabkan banyak
dosen luar biasa/kontrak yang harus diambil (i) Banyaknya beban SKS di setiap
dosen, sehingga konsentrasi pada hasil karya ilmiah dan penelitian kurang
maksimal.
5. Langkah-langkah atau upaya yang telah dilaksanakan dalam peningkatan mutu
jurusan/program studi sebagai berikut, (a) pengembangan dan penataan lembaga
pelaksana akademik dan penunjang akademik, jurusan, program studi,
laboratorium, studio, kebun percobaan, kebun praktek, perpustakaan. (b)
pembinaan, pengawasan dan pengendalian pegawai berkala berbasis kinerja dan
produktivitas peningkatan pelaksanaan anggaran secara terencana, efektif dan
efisein (c) peningkatan pelaksanaan anggaran secara terencana, efektif dan
efisein, (d) mampu menggalang dana untuk program akademik dari luar institusi
melalui kontrak kerja, kemitraan, hasil penelitian, karya akademik, dan
pendayagunaan sumber daya yang dimiliki, (e) meningkatnya kuantitas dan
kualitas referensi, (f) seminar dan lokakarya penyusunan Kurikulum semua
program studi sesuai kebutuhan mahasiswa dan pasar, (g) pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran, (h) Meningkatnya kualitas dan
kuantitas hasil penelitian, (i) penyusunan strategi pengabdian kepada
masyarakat berbasis pemberdayaan, (j) Pemantapan & optimalisasi kerjasama
dengan berbagai pihak (dalam dan luar negeri) yang telah menandatangan MoU
dengan UIN, (k) mengembangkan Sistem Informasi Terpadu, yang mencakup
sistem informasi akademik, kepegawaian, administrasi, sarana prasarana,
75
pendanaan, kerjasama, dan lainnya, (l) menetapkan sasaran mutu, memonitor dan
evaluasi pencapaian mutu di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat, SDM, kinerja, administrasi, pendanaan, infrastruktur, dan
semua unsur penunjang lainnya
B. RekomendasiBerdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, maka secara substansial
terdapat empat hal utama yang perlu dicermati, yaitu: (1) Tujuan Program Peningkatanmutu jurusan, (2) Pelaksanaan Peningkatan mutu jurusan (3) Kendala yang dihadapidalam pelaksanaan implentasi kebijakan, (4) Langkah-langkah strategis untukefektifitas Peningkatan mutu Jurusan. Oleh karena itu untuk mereduksi sekaligusmenyelesaikan problem tersebut, peneliti mengajukan rekomendasi:1. Prodi/Jurusan /Fakultas/ UIN SGD Bandung, seyogyanya mengembangkan tujuan
dan program kebijakan peningkatan mutu Jurusan/Program Studi secara selaras
dengan visi, misi, tujuan, dan lingkungan, serta dilengkapi dengan kebijakan yang
tegas menggariskan langkah-langkah prosedural dan teknikal yang jelas sebagai
petunjuk pelaksanaan operasional.
2. Prodi /Jurusan/Fakultas/ UIN SGD Bandung, seyogyanya dalam melaksanakan
program kebijakan, dijalankan dengan prinsip kesesuaian antara kebijakan dengan
tujuan yang ingin dicapai, serta melibatkan aspek-aspek internal dan eksternal yang
dapat menjadi daya dukung sehingga satu program kebijakan dapat dilaksanakan
secara tepat. Efektifitas pelaksanaan peningkatan mutu Jurusan harus didukung
oleh beberapa program mendasar yaitu: (1) Pengembangan Infrastruktur dan
Peningkatan status Program Studi, (2) Optimalisasi kelembagaan dan (3)
Peningkatan kompetensi human resources secara total.
3. Prodi /Jurusan/Fakultas/ UIN SGD Bandung, seyogyanya dalam mengatasi belum
optimalnya pelaksanaan kebijakan peningkatan mutu Jurusan/Program Studi,
membuat mekanisme teknis yang jelas dan tegas dengan pemberlakuan law
enfocment (penegakan hukum) disertai dengan penetapan reward and punishmet
(hukuman dan penghargaan).
4. Upaya untuk melaksanakan akselerasi peningkatan mutu jurusan/program studi
sesyogyanya mengedepankan pelayanan bermutu dengan prinsip melayani bukan
untuk dilayani dan pemberdayaan, melalui: (1) Pengembangan Infrastruktur,
(2)Peningkatan status Program Studi, (3) Optimalisasi manajemen dan
kelembagaan dan (4) Peningkatan kompetensi human resources secara total.
Keempat langkah besar tersebut perlu diterjemahkan secara spesifik kedalam 5
bidang yaitu; (1) Peningkatan mutu Organisasi dan Manajemen, (2) Peningkatan
76
mutu Pendidikan dan Kemahasiswaan, (3) Peningkatan mutu Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, (4) Peningkatan mutu Kerjasama Institusional,
dan (5) Peningkatan mutu informasi dan Penjaminan mutu Penyelenggaraan
Program Studi.
Rincian Langkah operasional dalam peningkatan mutu jurusan/program studisebagai berikut:1) Organisasi dan Manajemen: Meningkatkan organisasi dan manajemen secara
berkesinambungan sistem pengelolaan institusi dengan cara (a) peningkatan
evaluasi berkala yang dilakukan semua elemen yang terlibat dalam kegiatan
akademik dan administrasi sasarannya adalah untuk mempekuat koordinasi dan
sosialiasi program, (b) penguatan manajemen dengan cara mendokumentasikan
data (database) setiap transaksi akademik dan admininstrasi
2) Pendidikan dan Kemahasiswaan: (a) Meningkatkan mutu akademik sesuai dengan
baku mutu akademik nasional, mengimplementasikan semua penilaian mutu
akademik dengan sasaran semua program studi terakreditasi A. (b) meningkatkan
mutu pelajaran dengan mengimplementasikan kurikulum, SAP dan Silabus yang
sesuai dengan kebutuhan pasar dan mahasiswa dengan sasaran mahasiswa dapat
lulus dengan tepat. (c) Meningkatan suasana dan budaya ilmiah dengan cara
menciptakan kegiatan dan membangun fasilitas ilmiah yang memadai dengan
sasaran 80% dosen dan mahasiswa mengikuti kegiatan ilmiah, 20% dosen
mengikuti kegiatan ilmiah yang bertaraf nasional dan internasional serta 80%
dosen dan mahasiswa menikmati layanan perusahaan.
3) Penelitian dan Pengabdian Masyarakat: (a) Pengembangan kelompok penelitian
(research group) dan pusat kajian dengan sasaran 20% Dosen memiliki dua
publikasi per tahun di Journal Nasional Terakreditasi/Internasional atau Prosiding
Konferenesi Internasional (b) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian
di berbagai institusi, baik institusi pendidikan maupun non-pendidikan dengan
sasaran Program pengembangan produk bersama dengan pihak industri dan
Program kemitraan
4) Kerjasama Institusional: Meningkatkan link & match dengan dunia industri dan
usaha dengan cara mengembangan produk bersama dengan pihak industri dan
usaha dengan sasaran untuk Meningkatkan kegiatan transfer teknologi untuk
kepentingan masyarakat
5) Bidang Penunjang Penyelenggaraan: (a) Meningkatkan akses dan konektivitas
antar-kampus sasarannya adalah akses jarigan nir kabel dapat diakses dengan
mudah oleh civitas akademik, (b) layanan akademik dan administrasi terproses
dan dapat dinikmati secara digital (elektronik), baik itu e-learning maupun e-
Library dengan sasaran dosen dan mahasiswa memanfaatkan fasilitas multimedia.
77
DAFTAR PUSTAKA
Conny. R. Semiawan, (1999) Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia,Penerbit Grasindo, Jakarta.
Dardjowidjojo, Soenjono (2000) Pedoman Pendidikan Tinggi. Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia.
Daulay, Haidar Putra (2007) Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam diIndonesia. Jakarta: Prenada Media.
_________________ (2004) Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional diIndonesia. Jakarta: Prenada Media.
Dollbeare, Kenneth (1975). Public Policy Evaluation. Beverly Hills, Sage Publication.
Dror Yehezkel (1971) Design for Policy Sciences. New York, Elsevier
_____________(1971).Ventures in Policy Sciences. New York, Elsevier
Dubin, Robert (1968.) Human Relations in Administration. Prentice-Hall, EnglewoodCliffs USA.
Dunn, William N. (1994). Public Policy Analysis An Introduction. Terj.Wibawa dkk.2000. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
______________.(1994).Public Policy Analysis.An Introduction. New Jersey, PracticeHall Inc.
Dye, Thomas R. (1981).Understanding Public Policy. New Jersey. Prentice-Hall,Englewood Cliffs.
Edwards III, George C. (1980) Implementing Public Policy. Washington, Quarterly Press.
Faisal, Sanapiah. (1995) Format-format Penelitian Sosial: Dasar-dasar dan Aplikasi.Jakarta, Rajawali Press.
Frederickson, H. George. (1988). New Public Administration. terj. Al-Ghozei Usman.Administrasi Negara Baru. Jakarta, LP3ES.
Frohock, Fred M. (1979). Public Plicy: Scope and Logic. Engelwood Cliffs. New York,Prentice Hall.
Furchan, Arief. (2004) Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: GamaMedia,
Gall, Meredith D. and Gall, Joyce P and Borg, Walter R.(2003). EducationalResearch.Boston. USA.
Gerston, Larry N. (1983) Making Public Policy.Glenview. III. Scott, Foresman.
Gibson, James L., and Ivancevich, John M. and Donnelly.Jr., James H. (1982)Organization. Terj. Djoerban Wahid. 1986. Organisasi dan Manajemen. Jakarta,Erlangga.
Goggin, Malcolm L et al. (1990) Implementation, Theory and Practice: Toward a ThirdGeneration, Scott, Foresmann and Company, USA.
78
Grindle, Merilee S. (1980) Politics and Policy Implementation in The Third World,Princnton University Press, New Jersey.
Indrajit, R. Eko, et.al. (2006) Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta: AndiOffset.
Koontz, Harold O'Donnell. Cyril. (1966) Principles of Management. Terj. M. Ridwan danAnwar. Jakarta, Bharata.
Lasswell, Harold D. (1971) A Preview of Policy Sciences. New York,
Maleong Lexy, (2000), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Mazmanian, Daniel A and Paul A. Sabatier. (1983) Implementation and Public Policy,Scott Foresman and Company, USA.
Muchtar Buchari. (2001) Pendidikan Antisipatoris, Penerbit Kanisius Jakarta.
Nakamura, Robert T and FrankSmallwood. (1980) The Politics of Policy Implementation,St. Martin Press, New York.
Quade, E.S. (1984) Analysis For Public Decisions, Elsevier Science Publishers, NewYork.
Ripley, Rendal B. and Grace A. Franklin. (1986) Policy Implementation and Bureaucracy,second edition, the Dorsey Press, Chicago-Illionis.
Sabatier, Paul. (1986) “Top down and Bottom up Approaches to ImplementationResearch” Journal of Public Policy 6, (Jan), h. 21-48.
Sanusi Uwes. (1999) Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, PT Logos Wacana Ilmu.
Sahat Simamora. (1988) A Framework for Political Analisys. terj.. Kerangka KerjaAnalisa Sistem Politik. Jakarta, Bina Aksara.
Sarwoto, (1994) Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta, Ghalia Indonesia,
Sawyer., L.B., Dittenhofer, M.A. (2006), Sawyer’s Internal Auditing, The Practice of ModernInternal Auditing, The Institute of Internal Auditing, 5th ed.,2003
Sharkansky, Ira. (1978) The Policy Predicament, Making and Implementing Public Policy.San Francisco, WH Freeman and Company.
Soetari Ad., Endang, (2007) Pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam DalamAkselerasi Pembangunan di Daerah, Jurnal FAI Uniga Edisi Ke-2 Desember 2007(Online), http://alimudin.multiply.com/ favicon.ico (diakses pada 20 Mei 2008).
Sudjana, (2004) .Manajemen Program Pendidikan, Falah Production, Bandung,
Sujamto, Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia, Jakarta, Ghaia Indonesia, 1990
Sukmadinata, (2006) Pengendalian Mutu Pendidikan (konsep, Prinsip, dan Instumen),Reflika Aditama, Bandung,.
Suyanto, (2006) Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia Global),Jakarta: PSAP Muhammadiyah,
Suprayogo, Imam, (1999) Reformulasi Visi Pendidikan Islam. Malang: STAIN Press,
Yusus, Choirul Fuad. (2006) Inovasi Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta:Puslitbang pendidikan agama dan keagamaan DEPAG RI,
79
Tamin Feisal, (2004) Reformasi Birokrasi(Analisis Pendayagunaan Aparatur Negara).Penerbit PT Remaja Rosda Karya, Bandung.
Tampubolon P.(2001) Perguruan Tinggi Bermutu. Penerbit Blantika, Jakarta.
Tarigan, Antonius. (2000) Implementasi Kebijakan Jaring Pengaman Sosial: Studi KasusProgram Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Dati II Lebak, Jawa Barat, TesisMasigter Administrasi Publik UGM Yogyakarta.
Tilaar H. A. R. (2001) Manajemen Pendidikan Nasional. Penerbit Blantika, Jakarta.
Wahab, Solichin A. (1991) Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan,Bumi Aksara Jakarta.
Wibawa, Samodra (1994) Kebijakan Publik, Intermedia Jakarta.
Winarno, Budi. (2002) Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo Yogyakarta.
Peraturan Perundang-undangan:
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Sistem Pengendalian Manajemen, 2007
Departemen Agama RI-Dirjen Pendidikan Islam, Panduan Pendirian PTAI di LingkunganDepartemen Agama, www.ditpertais.net/panduan.pdf (diankses pada 1 Mei 2008).
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam-Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI,et.al.Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di PTAI. Yogyakarta: Pustakapelajar, 2005.
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam-Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, http://www.ditpertais.net/06/profil.asp (diakses pada 20 Mei 2008).
Indonesia, Inpres RI Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah, 1999
KMA. Nomor 156 Tahun 2004, tentang Pedoman Pengawasan, pengendalian, danPembinaan Perguruan tinggi Agama Islam
KMA. Nomor 394 Tahun 2003, tentang Pedoman Perguruan Tinggi Agama
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004–2009.
SK. Mendiknas, Nomor 184/U/2001 tentang Pedoman Pengawasan Pengendalian danPembinaan Program Diploma, Sarjana dan Pascasarjana di Perguruan Tinggi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.