strategi pemenangan calon legislatif perempuan …digilib.unila.ac.id/56356/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMENANGAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN PADA
PEMILIHAN LEGISLATIF PROVINSI LAMPUNG 2019
(Studi Pada Partai Nasdem dan PDI Perjuangan Provinsi Lampung)
(Skripsi)
Oleh
UNTSA SHOLIHAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
STRATEGY FOR WOMEN’S LEGISLATIVE CANDIDATES IN THE
LAMPUNG PROVINCIAL LEGISLATIVE ELECTIONS 2019 (STUDY OF
NASDEM AND PDI PERJUANGAN PARTY OF LAMPUNG PROVINCE)
BY
UNTSA SHOLIHAH
The Ministry of Women's Empowerment and Child Protection in collaboration
with The Central Bureau of Statistics (2017) explained that the 2016 achievement
of the Indonesian Gender Development Index amounted to 90.82 or decreased by
0.21 points or 0.23% from the previous year. One reason there is a gender gap,
one of which can be seen from the low representation of women in politics.
Women's representation in parliament is still relatively low. The number of female
representatives of the Lampung Provincial legislature in 2014 was only 14%, from
that figure of Nasdem and PDI Perjuangan Party were the two parties with the
highest percentage of women legislative candidates. This study aims to determine
the winning strategy of women’s legislative candidates in the Lampung Province
2019 legislative elections conducted by the Nasdem and PDI Perjuangan Party.
The analysis of this study uses strategy model theory, campaign strategy theory
and gender and political parties theory. This study is a type of qualitative
descriptive research. The results showed that (1) Planning mode strategy carried
out by the Nasdem and PDI Perjuangan Party, namely through a cadre pattern (2)
Informative campaign strategy used by the Nasdem and PDI-P Party namely using
billboards, banners, posters etc. which include women's related slogans (3)
Communicative campaign strategy conducted by the Nasdem and PDI-P Party in
the form of socialization related to women's issues (4) Nasdem Party has a gender
responsive program in the form of special training for female legislative
candidates (5) PDI Perjuangan has a national gender-responsive program namely
National Women's Special Cadre Education (6) The position of women in the
management structure of the Nasdem Party and PDI Perjuangan Lampung
Province can be one of the assessment indicators for women to be nominated in
general elections
Keywords: Strategy, Political Parties, Women, Legislative
ABSTRAK
STRATEGI PEMENANGAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN PADA
PEMILIHAN LEGISLATIF PROVINSI LAMPUNG 2019 (STUDI PADA
PARTAI NASDEM DAN PDI PERJUANGAN PROVINSI LAMPUNG)
OLEH
UNTSA SHOLIHAH
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kerjasama Badan
Pusat Statistik (2017) menjelaskan, capaian Indeks Pembangunan Gender
Indonesia tahun 2016 sebesar 90,82 atau mengalami penurunan sebesar 0,21 poin
atau 0,23% dari tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah adanya
kesenjangan gender yang dapat dilihat dari rendahnya keterwakilan perempuan di
dalam politik. Keterwakilan perempuan di dalam parlemen masih tergolong
rendah. Angka keterwakilan perempuan legislatif Provinsi Lampung 2014 baru
14%, dari angka tersebut Partai Nasdem dan Partai PDI Perjuangan merupakan
dua partai dengan persentase terbanyak yang menyumbangkan calon legislatif
perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemenangan calon
legislatif perempuan pada pemilihan legislatif Provinsi Lampung 2019 yang
dilakukan oleh Partai Nasdem dan PDI Perjuangan. Analisis penelitian ini
menggunakan teori model strategi, teori strategi kampanye serta teori gender dan
partai politik. Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Model strategi perencanaan yang dilakukan
Partai Nasdem dan PDI Perjuangan yakni melalui pola kaderisasi (2) Strategi
kampanye informatif yang digunakan Partai Nasdem dan PDI Perjuangan yakni
menggunakan baliho, spanduk, poster dll yang diantaranya mengusung slogan
terkait perempuan (3) Strategi kampanye komunikatif yang dilakukan Partai
Nasdem dan PDI Perjuangan yakni berupa sosialisasi-sosialisasi terkait isu
perempuan (4) Partai Nasdem mempunyai program responsif gender berupa
pelatihan khusus calon legislatif perempuan (5) PDI Perjuangan mempunyai
program nasional yang responsif gender yakni Pendidikan Kader Khusus
Perempuan Nasioanl (6) Posisi perempuan di dalam struktur kepengurusan Partai
Nasdem dan PDI Perjuangan Provinsi Lampung dapat menjadi salah satu
indikator penilaian bagi perempuan untuk dicalonkan dalam pemilihan umum.
Kata Kunci : Strategi, Partai Politik, Perempuan, Legislatif
STRATEGI PEMENANGAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN PADA
PEMILIHAN LEGISLATIF PROVINSI LAMPUNG 2019 (STUDI PADA
PARTAI NASDEM DAN PDI PERJUANGAN PROVINSI LAMPUNG)
OLEH
UNTSA SHOLIHAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Untsa Sholihah lahir di Tanjung Raja,
8 Februari 1998 buah hati pasangan Khoiruddin Ilyas
dan Herawati. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga
bersaudara. Penulis memiliki seorang kakak perempuan
bernama Mentari, Amd.Keb dan seorang adik
perempuan bernama Fitri Lestari
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul
Athfal (TK ABA) Tanjung Raja, Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada tahun 2002.
Jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar
Negeri 3 (SDN 3) Tanjung Raja dimulai dari tahun 2003 hingga tahun 2009.
Setelah melalui jenjang sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
sekolah menengah pertama yakni di SMP Negeri 3 Tanjung Raja dimulai tahun
2009 hingga lulus tahun 2012. Jenjang selanjutnya yakni sekolah menengah atas
yang ditempuh penulis di SMA Negeri 1 Tanjung Raja hingga lulus pada tahun
2015. Penulis selanjutnya menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada
tahun 2015 dengan tercatat sebagai Mahasiswi Ilmu Pemerintahan Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN.
Penulis merupakan seseorang yang aktif didalam berbagai organisasi. Mulai dari
bangku SMP penulis tercatat sebagai Wakil II Ketua OSIS, kemudian di bangku
SMA penulis tercatat sebagai Bendahara Umum OSIS. Keaktifan penulis didalam
organisasi kemudian berlanjut hingga jenjang perkuliahan. Riwayat organisasi
penulis selama kuliah diantaranya yakni sebagai anggota KOPMA Unila, Garda
Muda BEM FISIP Unila, Staff BEM FISIP Unila, Pengurus LABPOLOTDA JIP
Unila dan Ketua Biro I Kajian dan Keilmuan HMJ Ilmu Pemerintahan Unila
Selain aktif didalam berbagai organisasi, penulis juga tercatat memiliki berbagai
prestasi dan pengalaman akademik, diantaranya pernah menjadi Juara 2 Lomba
Debat Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Juara
Lomba menulis Surat Cinta Untuk Dekan yang diadakan oleh LSSF Cendekia,
Peserta Terbaik Putri Pendidikan Menengah Koperasi Unila 2015, Delegasi
Lomba Debat Nasional Prediksi Unpad 2017, Delegasi Lomba Debat Nasional
Polgov days 2017 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
MOTTO
Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?
(Surah Ar-Rahman 55:13)
Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan juga
(Surah Ar-Rahman 55:60)
Orang yang kaya materi akan kalah dengan orang yang kaya pengalaman dan
orang yang kaya pengalaman akan kalah dengan orang yang kaya ilmu
(Untsa Sholihah)
Setelah gelap hilang bayangan pun akan kembali muncul bersama cahaya
(Untsa Sholihah)
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillahhirrabil’alaamiin segala rasa syukur hamba ucapkan kepadaMu atas
semua Ridho dan Pertolongan yang Engkau berikan wahai yang maha segalanya
Sehingga Skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan
Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
Semoga kelak skripsi ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat
dan
Aku Persembahkan Karya ini Kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta serta kakak dan adik terkasih sebagai
tanda terima kasih, hormat, bakti, cinta dan sayangku
Terima kasih atas semua dedikasi, doa dan cinta yang luar biasa
yang telah diberikan
Terima kasih untuk semua orang terdekat yang turut berperan dalam perjuanganku
Semoga amal kebaikan kalian dibalas kebaikan pula oleh Allah SWT
Almamater Tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Strategi Pemenangan Calon
Legislatif Perempuan Pada Pemilihan Legislatif Provinsi Lampung 2019 (Studi
Pada Partai Nasdem dan PDI Perjuangan Provinsi Lampung)” sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai akibat dari keterbatasan yang
ada pada diri penulis.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain, yakni:
1. Allah SWT, sang maha segalanya yang hingga hari ini semua makhluk
tiada arti tanpa semua ridho dan anugerah dariNya
2. Kedua orang tua, ayahanda Khoiruddin Ilyas dan ibunda Herawati yang
selalu menyertai langkahku dengan doa, menjaga dengan penuh kasih
sayang, menuntun dengan sabar, mengorbankan segala hal dengan
sepenuh hati. Ayukku Mentari, Amd.Keb yang senantiasa selalu
memberikan dorongan, dukungan dan arahan serta adikku Fitri Lestari
yang selalu menghibur dan memberikan semangat.
3. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung
4. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
5. Bapak Darmawan Purba, S.IP., M.IP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
6. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik
7. Alm. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si selaku dosen yang semasa
hidupnya telah memberikan kepercayaan, banyak pelajaran, arahan,
motivasi, dan perhatiannya kepada penulis, semoga beliau ditempatkan
ditempat terbaik disisiNya.
8. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A selaku Pembimbing utama yang telah
membimbing, mengarahkan, serta memberikan ilmu dan motivasinya
kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai
9. Bapak Budi Harjo, S.Sos., M.IP selaku pembimbing dua yang telah
memberikan semangat, motivasi, pesan, saran, serta ilmunya dalam
membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini
10. Bapak Hertanto, Ph.D selaku pembahas dan penguji yang telah meberikan
kritik, saran dan masukan sehingga dapat membangun skripsi ini menjadi
lebih baik
11. Seluruh dosen dan staff Ilmu Pemerintahan FISIP Unila yang telah
memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis khususnya dan
mahasiswa lain pada umumnya
12. Pihak-pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini Bapak Hadi, Bapak
Endro, Ibu Aprilliati, Ibu Kostiana, Kak Harmoko, Kak Vony, Kak Rita,
Bapak Ariska yang telah bersedia membantu penulis dalam berbagai
urusan serta telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini
13. Zakia Salsabila sahabat sekaligus yang telah penulis anggap seperti adik
sendiri yang telah menemani penulis dalam berbagai kesempatan,
memberikan semangat serta kepeduliannya kepada penulis
14. Raditha Prima Berliana yang telah penulis anggap sebagai adik sendiri,
sebagai pendengar yang baik dan yang telah turut memberikan dukungan
kepada penulis
15. Team „Lelaki Kardus‟ Fani Destia, Anisantika Cahyati, Linda Margreta,
Meisandra Annisa Almega, Fadel Aliemsyah, Achmad Zukhrova, Redi
Gumbira, Al Hadad terima kasih untuk semua cerita dan kebersamaannya
selama ini, semoga terus terjalin
16. Team #berbaginasi2018 Mba Winda, Mba Resti, Bang Agung, Bang Iqbal,
Bang Khalim, Bang Irfan, Bang Yogi, Fani, Linda, Tika, Meisya, Zakia,
Cenul terima kasih atas cerita, kebersamaan dan canda tawanya, semoga
kegiatan kita selama ini bernilai ibadah
17. Yunda Restiani Damayanti, S.IP yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis serta bersedia menjadi tempat konsultasi ketika penulis
mengalami kesulitan dalam proses penyusunan skripsi
18. Yunda Ulfa Umayasari, S.IP, Yunda Dita Maharani, S.IP, Yunda
Meriantika S.IP, Kanda Andri Agung, S.IP yang senantiasa dengan ikhlas
memberikan berbagai solusi ketika penulis butuh arahan terkait skripsi
19. Teman-teman kelas ganjil dan genap Jurusan Ilmu Pemerintahan 2015
Amelisa, Acel, Luki, Merita, Anisa Rizki, Zenia, Sari, Alek, Elen, Dara,
Aca, Iga, Ikhsan, Intan, Bibil, Ica, Aviv dan yang lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih telah menjadi bagian dari teman
penulis baik dari sejak awal perkuliahan maupun sejak semester akhir pada
masa-masa skripsi.
20. Teman seperjuangan di tanah rantau Fitriyah dan Yogi yang telah
melewati beberapa momen suka duka bersama hingga terasa seperti
keluarga sendiri
21. Ara Arilia adik tingkat Jurusan Ilmu Pemerintahan 2016 yang turut
memberikan cerita dalam perjalanan penulis di dalam perkuliahan
22. Adik-adik anggota dan pengurus LABPOLOTDA JIP Unila
23. Teman-teman Presidium dan BEM FISIP Unila pada masanya yang telah
memberikan cerita suka duka dalam perjalanan penulis
24. Teman-teman KKN Tahun 2018 Desa Bandar Negeri, Kecamatan
Maringgai Kabupaten Lampung Timur
25. Serta yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT membalas amal baik kita semua dan semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak
Bandar Lampung, April 2019
Untsa Sholihah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 13
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsepsi Strategi .......................................................................... 14
1. Model Strategi ........................................................................... 15
2. Strategi Kampanye .................................................................... 19
B. Konsepsi Gender dan Partai Politik .............................................. 21
C. Konsepsi Pemilihan Umum Legislatif .......................................... 25
D. Konsepsi Keterwakilan Perempuan .............................................. 27
E. Kerangka Pikir ............................................................................... 29
BAB III.METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .............................................................................. 32
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 33
C. Jenis Data ...................................................................................... 34
D. Penentuan Informan ...................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
F. Teknik Pengolahan data ................................................................. 38
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 39
H. Teknik Keabsahan Data ................................................................ 41
BAB IV.GAMBARAN UMUM
A. Partai Nasional Demokrat (Nasdem)............................................. 42
1. Sejarah Partai ............................................................................ 42
2. Visi dan Misi Partai .................................................................. 44
3. Struktur Kepengurusan Partai................................................... 46
4. Keikutsertaan dalam Pemilihan Umum 2019 ........................... 47
B. Partai PDI Perjuangan ................................................................... 49
1. Sejarah Partai ............................................................................ 49
2. Visi dan Misi Partai .................................................................. 50
3. Struktur Kepengurusan Partai................................................... 52
4. Keikutsertaan dalam Pemilihan Umum .................................... 53
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Model Strategi ............................................................................... 58
1. Partai Nasdem ........................................................................... 58
a. Model Perencanaan .............................................................. 58
b. Model evolusioner ............................................................... 67
2. Partai PDI Perjuangan .............................................................. 71
a. Model Perencanaan .............................................................. 71
b. Model Evolusioner ............................................................... 80
B. Strategi Kampanye ........................................................................ 84
1. Partai Nasdem ........................................................................... 84
a. Kampanye Informatif ........................................................... 84
b. Kampanye Komunikatif ....................................................... 87
2. Partai PDI Perjuangan .............................................................. 93
a. Kampanye Informatif ........................................................... 93
b. Kampanye Komunikatif ....................................................... 95
C. Gender dan Partai Politik .............................................................. 99
1. Partai Nasdem ........................................................................... 99
a. Program Partai ..................................................................... 99
b. Struktur Partai ...................................................................... 102
2. Partai PDI Perjuangan .............................................................. 111
a. Program Partai ..................................................................... 111
b. Struktur Partai ...................................................................... 113
BAB VI.SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................ 127
B. Saran .............................................................................................. 129
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 130
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Data Perolehan Kursi Legislatif Hasil Pemilu 2014 ............................... 4
2. Jumlah Perolehan Kursi DPRD Provinsi Lampung Hasil
Pemilihan Umum 2014 ........................................................................... 5
3. Perolehan Kursi Anggota DPRD Provinsi Lampung Hasil
Pemilihan Umum Tahun 2014 Masing-Masing Partai ............................ 6
4. Anggota DPRD Perempuan Provinsi Lampung Hasil
Pemilihan Umum Tahun 2014 ................................................................ 6
5. Jumlah Laki-Laki dan Perempuan Daftar Calon Tetap
Anggota DPRD Provinsi Lampung dalam Pemilihan Umum
2014 ......................................................................................................... 7
6. Perbandingan Jumlah Daftar Calon Tetap (DCT) Calon
Legislatif Perempuan Terhadap Jumlah Kursi Perempuan
DPRD Provinsi Lampung Hasil Pemilu 2014 ......................................... 8
7. Informan Penelitian ................................................................................. 36
8. Jumlah Calon DPRD Provinsi Lampung Partai Nasdem
Masing-Masing Daerah Pemilihan .......................................................... 48
9. Jumlah Calon DPRD Provinsi Lampung PDI Perjuangan
Masing-Masing Daerah Pemilihan .......................................................... 54
10. Analisis Model Strategi Partai Nasdem Provinsi Lampung
dalam Upaya Memenangkan Calon Legislatif Perempuan ..................... 69
11. Analisis Model Strategi PDI Perjuangan Provinsi Lampung
dalam Upaya Memenangkan Calon Legislatif Perempuan ..................... 81
12. Analisis Model Kampanye Partai Nasdem Provinsi Lampung
dalam Upaya Memenangkan Calon Legislatif Perempuan ..................... 91
13. Analisis Model Kampanye PDI Perjuangan Provinsi
Lampung dalam Upaya Memenangkan Calon Legislatif
Perempuan ............................................................................................... 98
14. Perempuan dalam Struktur Kepengurusan DPW Partai
Nasdem Provinsi Lampung ..................................................................... 104
15. Daftar Nama Pengurus DPW Partai Nasdem Provinsi
Lampung yang Merupakan Calon Legsilatif .......................................... 105
16. Analisis Teori Gender dan Partai Politik Partai Nasdem
Provinsi Lampung Terhadap Perempuan di dalam Partai ....................... 109
17. Perempuan dalam Struktur Kepengurusan DPD PDI
Perjuangan Provinsi Lampung ................................................................ 114
18. Daftar Nama Pengurus DPW Partai Nasdem Provinsi
Lampung yang Merupakan Calon Legsilatif Provinsi
Lampung ................................................................................................. 115
19. Analisis Teori Gender dan Partai Politik PDI Perjuangan
Provinsi Lampung Terhadap Perempuan di dalam Partai ....................... 117
20. Triangulasi Data Penelitian ..................................................................... 118
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Indeks Pembangunan Gender Provinsi di Indonesia Tahun 2014 .......... 2
2. Kerangka Pikir ........................................................................................ 31
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan salah satu alat ukur kemajuan
sebuah bangsa dan negara. Indeks Pembangunan Gender (IPG) berusaha
menunjukkan realitas perbandingan antara peran perempuan dan laki-laki.
Badan Pusat Statistik tahun 2018 menjelaskan konsep Indeks Pembangunan
Gender (IPG) digunakan untuk mengukur pencapaian dimensi dan variabel
yang sama seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tetapi
mengungkapkan ketidakadilan pencapaian laki-laki dan perempuan
(www.bps.go.id diakses pada 15 Oktober 2018 pukul 09.30 WIB)
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia pada tahun 2016
bahkan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bekerja
sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 menjelaskan,
capaian IPG Indonesia tahun 2016 sebesar 90,82 atau mengalami penurunan
sebesar 0,21 poin atau 0,23% dari tahun sebelumnya sebesar 91,03, padahal
selama tahun 2010-2015 IPG selalu mengalami peningkatan.
(www.kemenpppa.go.di diakses pada 21 Oktober 2018 pukul 06.30 WIB)
2
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014
Gambar 1. Indeks Pembangunan Gender Provinsi di Indonesia Tahun
2014.
Gambar 1. Indeks Pembangunan Gender Provinsi di Indoensia Tahun 2014 di
atas menunjukkan tentang pencapaian Indeks Pembangunan Gender (IPG)
masing-masing provinsi di Indonesia tahun 2014. Data tersebut menjelaskan
bawah Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Lampung pada tahun 2014
menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menempati urutan ke 19, indeks
tersebut hampir sama dengan indeks nasional Indonesia. Provinsi Lampung
berada diperingkat ke 7 dari 10 provinsi yang ada di pulau Sumatera.
Peringkat tersebut tentu sangat jauh dari yang diharapkan, untuk itu dibutuhkan
berbagai upaya agar dapat meningkatkan kesetaraan gender.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan keterwakilan atau peran
perempuan sudah dilakukan dengan menerbitkan beberapa peraturan yang
berusaha menjamin peningkatan keterwakilan perempuan di kursi parlemen.
3
Keterwakilan perempuan antara lain diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta Peraturan
Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 7 Tahun 2013. Peraturan-peraturan
tersebut dibuat untuk mewujudkan keadilan antara laki-laki dan perempuan.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik telah diatur
mengenai jumlah keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan
partai politik. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD berisi kebijakan tentang kuota minimal 30%
perempuan dalam pencalonan legislatif. Berdasarkan Undang-Undang tersebut
khususnya pada pasal 55 dan 56 ayat (2) dijelaskan bahwa pemilu legislatif
mengamanatkan sedikitnya 30 persen perempuan di daftar calon legislatif dan
minimal terdapat satu perempuan di antara tiga calon legislatif.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga telah menerapkan peraturan terkait
Pemilu. Peraturan tersebut termuat dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum
(PKPU) Nomor 7 Tahun 2013 tentang Aturan Pencalonan DPR, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Berdasarkan PKPU Nomor 7 Tahun
2013 pada pasal 27 ayat 1 huruf b, jika ketentuan 30 persen keterwakilan
perempuan tidak terpenuhi, parpol dinyatakan tidak memenuhi syarat
pengajuan daftar bakal calon pada daerah pemilihan bersangkutan.
Annual Report 2017 (Inter-Parliamentary Union, 8:2017) mengungkapkan
bahwa Lembaga perwakilan atau parlemen memiliki tiga kuci utama dalam hal
penilaian yakni mengevaluasi parlemen, mengevaluasi sensitivitas gender
4
parlemen, serta parlemen dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan
hal tersebut dapat dinyatakan bahwa isu gender menjadi salah satu isu penting
dalam penilian parlemen suatu negara. Salah satu bentuk isu gender di dalam
parlemen adalah terkait jumlah persentase perempuan didalam parlemen atau
lembaga legislatif. Berikut adalah data perolehan kursi legislatif hasil pemilu
2014.
Tabel 1. Data Perolehan Kursi Legislatif Hasil Pemilu 2014
Legislatif Jumlah Kursi
Laki-Laki Persen
Jumlah Kursi
Perempuan Persen
Total
Kursi
DPR RI 463 83% 97 17% 560
DPD RI 98 74% 34 26% 132
DPRD Provinsi 1780 83.6% 350 16.4% 2.130
DPRD Kab/Kota 14.587 86.4% 2.296 13.6% 16.883
Total 16.928 86% 2.777 14% 19.705
Sumber: KPU (Komisi Pemilihan Umum) 2014
Berdasarkan Tabel.1 Data Perolehan Kursi Legislatif Hasil Pemilu 2014 di atas
dapat dinyatakan bahwa bahwa perempuan yang duduk di legislatif baik DPR
RI, DPD RI, DPRD Provinsi, maupun DPRD Kabupaten/Kota hasil pemilu
2014 belum memenuhi kuota 30%. Total kursi legislatif yang ada di Indonesia
hasil pemilu 2014 sebanyak 19.705. Jumlah kursi yang dimiliki oleh
perempuan hanya 2.777 sedangkan kursi laki-laki 16.928. Secara nasional kursi
dewan perempuan hasil pemilu 2014 hanya 14%.
Rendahnya keterwakilan perempuan di ranah publik khususnya dalam ranah
politik tentu dipengaruhi oleh berbagai hal. Rendahnya keterwakilan
perempuan di ranah politik dapat dijelaskan ke dalam setidaknya dua
pembicaraan. Pembicaraan pertama adalah masih mengakar kuatnya paradigma
5
patriarki disebagian besar masyarakat Indonesia sedangkan, pembicaraan
kedua yakni institusi politik pada umumnya tidak benar-benar memiliki
komitmen penuh pada pemberdayaan perempuan. (m.detik.com diakses pada
19 Oktober 2019 pukul 14.15 WIB)
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang belum memenuhi 30%
keterwakilan perempuan di dalam legislatif. Anggota DPRD Provinsi Lampung
periode 2014-2019 sendiri berjumlah 85 orang dengan jumlah perempuannya
hanya 12 orang, hal ini berarti persentase keterwakilan perempuan pada
anggota DPRD provinsi Lampung hasil pemilu 2014 baru berada pada angka
14%. Berikut perolehan kursi anggota DPRD Provinsi Lampung hasil pemilu
2014 serta perbandingan jumlah kursi perempuan dan laki-laki masing-masing
partai.
Tabel 2. Jumlah Perolehan Kursi DPRD Provinsi Lampung Hasil
Pemilihan Umum 2014
No Partai Jumlah Kursi Persentase
1 Partai Nasdem 8 9,41%
2 Partai Kebangkitan Bangsa 7 8,24%
3 Partai Keadilan Sejahtera 8 9,41%
4 PDI Perjuangan 17 20,00%
5 Partai Golongan Karya 10 11,76%
6 Partai Gerindra 10 11,76%
7 Partai Demokrat 11 12,94%
8 Partai Amanat Nasional 8 9,41%
9 Partai Persatuan Pembangunan 4 4,71%
10 Partai Hati Nurani Rakyat 2 2,35%
11 Partai Bulan Bintang - 0,00%
12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia - 0,00%
Total 85 100%
Sumber: Diolah dari data KPU Provinsi Lampung 2014
6
Tabel 3. Perolehan Kursi Anggota DPRD Provinsi Lampung Hasil
Pemilihan Umum Tahun 2014 Masing-Masing Partai
No Partai Jumlah Kursi
Laki-Laki Perempuan
1 Partai Nasdem 5 3
2 Partai Kebangkitan Bangsa 6 1
3 Partai Keadilan Sejahtera 8 -
4 PDI Perjuangan 14 3
5 Partai Golongan Karya 9 1
6 Partai Gerindra 9 1
7 Partai Demokrat 10 1
8 Partai Amanat Nasional 7 1
9 Partai Persatuan Pembangunan 3 1
10 Partai Hati Nurani Rakyat 2 -
Total 73 12
Sumber: Diolah dari data KPU Provinsi Lampung2014
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pemilu legislatif
Provinsi Lampung tahun 2014 terdapat 12 partai politik yang menjadi peserta
pemilu, dari 12 partai politik tersebut terdapat 8 partai politik yang mempunyai
keterwakilan kursi perempuan. Partai yang mempunyai keterwakilan kursi
perempuan terdiri dari Partai PDI Perjuangan, Nasdem, Golkar, PPP, Gerindra,
PKB, Demokrat dan PAN. PDI Perjuangan dan Nasdem merupakan partai yang
memperoleh kursi perempuan terbanyak yakni masing-masing tiga kursi,
sedangkan Golkar, PPP, Gerindra, PKB, Demokrat dan PAN masing-masing
memiliki satu kursi. Berikut data anggota DPRD perempuan Provinsi Lampung
hasil pemilu tahun 2014 dari masing-masing partai politik.
Tabel 4. Anggota DPRD Perempuan Provinsi Lampung Hasil
Pemilihan Umum Tahun 2014
No Nama Partai Politik
1 Aprilliati,SH PDI Perjuangan
2 Hj.Eva Dwiana PDI Perjuangan
3 Hj.Syafariah Widianti ZP,SH,MH PDI Perjuangan
4 Hj.Sahanah Partai Nasdem
5 Hj.Ririn Kuswantari,S.SOS Partai Golongan Karya
7
6 Elly Wahyuni,SE.MM Partai Gerindra
7 Hj.Zeldayati Partai Persatuan Pembangunan
8 Hj.Sahyana,SE Partai Nasdem
9 Karlina,S.E Partai Kebangkitan Bangsa
10 Dr.Hj.Asih Fatwanita Partai Nasdem
11 Dra. Hj. Martalena Partai Demokrat
12 Asmara Dewi, SH Partai Amanat Nasional
Sumber: Diolah dari data KPU Provinsi Lampung2014
Berdasarkan pencalonan DPRD Provinsi Lampung 2014 lalu, 12 partai politik
peserta pemilu masing-masing mempunyai calon baik laki-laki maupun
perempuan. Masing-masing partai mempunyai jumlah Daftar Calon Tetap
(DCT) yang berbeda. Berikut adalah jumlah Daftar Calon Tetap (DCT)
anggota DPRD Provinsi Lampung dalam pemilu 2014
Tabel 5. Jumlah Laki-Laki dan Perempuan Daftar Calon Tetap Anggota
DPRD Provinsi Lampung dalam Pemilihan Umum 2014
Partai
Daerah Pemilihan (Dapil) Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Nasdem 7 4 7 3 7 4 7 3 7 4 6 4 7 5 7 3 55 30
PKB 1 10 7 3 6 5 5 5 6 3 7 3 7 5 6 4 45 38
PKS 7 4 7 3 7 4 6 4 7 4 6 4 8 4 7 3 55 30
PDIP 5 5 6 4 7 4 7 3 7 4 6 4 8 4 5 4 51 32
Golkar 6 5 7 3 5 6 5 5 6 5 4 6 7 5 7 3 47 38
Gerindra 7 4 7 3 7 4 7 3 7 4 7 3 8 4 7 3 57 28
Demokrat 5 4 7 3 6 4 6 4 7 4 6 3 8 4 7 3 48 29
PAN 7 4 6 4 7 4 7 3 5 4 6 3 6 4 6 4 50 30
PPP 6 4 7 3 5 5 6 3 6 3 4 3 4 3 7 3 45 27
Hanura 7 3 7 3 6 4 5 5 7 4 6 4 5 3 5 5 48 31
PBB 4 2 5 3 - - 2 1 7 4 1 1 1 1 1 1 21 13
PKPI 6 4 3 3 1 - 4 3 3 3 1 2 1 1 2 2 21 18
Sumber: Diolah dari data KPU Provinsi Lampung 2014
8
Berdasarkan Tabel 5. Jumlah Laki-Laki dan Perempuan Daftar Calon Tetap
Anggota DPRD Provinsi Lampung dalam Pemilihan Umum 2014 dapat
dinyatakan bahwa partai yang paling banyak mengusung calon legislatif
perempuan pada pemilihan DPRD Provinsi Lampung 2014 adalah partai PKB
dan Golkar. PKB dan Golkar masing-masing mengusung 38 calon perempuan,
sedangkan hasil pemilu legislatif Provinsi Lampung 2014 menunjukkan bahwa
partai yang paling banyak memperoleh kursi legislatif perempuan justru Partai
Nasdem dan PDI Perjuangan masing-masing yakni memperoleh tiga kursi
legislatif perempuan. Berikut data perbandingan jumlah Daftar Calon Tetap
(DCT) Calon Legislatif Perempuan Terhadap Jumlah Kursi Perempuan DPRD
Provinsi Lampung Hasil Pemilu 2014
Tabel 6. Perbandingan Jumlah Daftar Calon Tetap (DCT) Calon
Legislatif Perempuan Terhadap Jumlah Kursi Perempuan
DPRD Provinsi Lampung Hasil Pemilu 2014
No Partai
Jumlah Daftar
Calon Tetap
Perempuan
Perolehan
Kursi
Perempuan
1 Partai Nasdem 30 3
2 Partai Kebangkitan Bangsa 38 1
3 Partai Keadilan Sejahtera 30 -
4 PDI Perjuangan 32 3
5 Partai Golongan Karya 38 1
6 Partai Gerindra 28 1
7 Partai Demokrat 29 1
8 Partai Amanat Nasional 30 1
9 Partai Persatuan Pembangunan 27 1
10 Partai Hati Nurani Rakyat 31 -
Sumber: Diolah dari data KPU Provinsi Lampung2014
Berdasarkan data pada Tabel 6. Perbandingan Jumlah Daftar Calon Tetap
(DCT) Calon Legislatif Perempuan Terhadap Jumlah Kursi Perempuan DPRD
Provinsi Lampung Hasil Pemilu 2014 di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat
9
keterpilihan calon legislatif perempuan hasil pemilu 2014 Provinsi Lampung
Partai Nasdem dan PDI Perjuangan paling tinggi dibandingkan partai lainnya.
Tingkat keterpilihan calon legislatif perempuan Partai Nasdem 30 berbanding 3
sedangkan PDI Perjuangan adalah 32 berbanding 3. Hasil pemilu tersebut
secara tidak langsung menyatakan bahwa besarnya jumlah calon yang diusung
tidak menentukan kemenangan yang akan diperoleh. Tentu ada strategi sendiri
yang diterapkan oleh partai PDI Perjuangan dan partai Nasdem dalam usaha
memenangkan calon legislatif perempuan yang diusungnya.
Beberapa penelitian terkait mengenai strategi pemenangan calon anggota
legislatif memberikan gambaran bahwa ada strategi yang bisa ditempuh untuk
memenangkan pemilu. Menjelang pemilu tentu ada strategi tersendiri yang
disiapkan partai politik untuk memenangkan calon anggota legislatifnya.
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai strategi
pemenangan calon anggota legislatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2018) dengan judul Strategi
Pemenangan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pemilu Legislatif Kota Salatiga Tahun 2019.
Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif serta menggunkan konsep
perbandingan strategi khusus pemenangan pemilu. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa strategi pemenangan masing-masing caleg di PKPI dan
PKS Kota Salatiga pada dasarnya hampir sama yaitu dengan membentuk tim
sukses dan menyiapkan logistik yang memadai guna membiayai kerja tim.
10
Perbedaannya hanya terletak pada kesolidan dan kekompakan antar calon
legislatif serta dana kampanye yang dikeluarkan.
Penelitian yang dilakukan Nofiani (2015) dengan judul Strategi Politik Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dalam Memenangkan Calon Legislatif
Perempuan Menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 di Kota Tanjung
Pinang. Penelitian tersebut menggunkan metode kualitatif sedangkan, teori
yang digunkaan di dalam penelitian tersebut adalah teori strategi
memenangkan pemilu Adman Nursal. Hasil penelitian tersebut menyebutkan
bahwa yang dilakukan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Tanjung
Pinang dalam memenangkan caleg perempuannya yaitu menjalankan program
yang telah direncanakan seperti mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan
industri rumah tangga.
Penelitian yang dilakukan Ningsih (2016) berjudul Keterwakilan Perempuan
dalam Pencalonan Sebagai Anggota Legislatif oleh Partai Politik di Kabupaten
Berau. Penelitian tersebut menggunakan metode deskrisptif kualitatif dengan
konsep penelitian terdiri dari komitmen, faktor penghambat dan faktor
pendukung dalam pencalegan perempuan di Kabupaten Berau. Penelitian
tersebut menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi perhatian khusus
yaitu strategi calon anggota legislatif partai untuk memicu setiap calon anggota
legislatif perempuan dalam pencalegan sehingga lebih dikenal dan
memasyarakat serta pendidikan akhir yang tinggi lebih banyak diminati oleh
masyarakat sebagai caleg perempuan.
11
Penelitian yang dilakukan Fauzi (2010) berjudul Strategi Politik Calon
Legislatif Perempuan dalam Memenangkan Pemilihan Legislatif 2009.
Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif serta
mengguakan teori strategi ofensif dan defensif. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan strategi caleg perempuan tersebut meliputi jaringan sosial,
jaringan media, jaringan keagamaan, jaringan kekerabatan, melakukan
pendekatan secara psikologis dan sosiologis, dan pendekatan tokoh politik.
Penelitian yang dilakukan oleh Novi A (2005) bejudul Kebijakan Partai Politik
dalam Merespon Pemberlakuan Kuota 30% Keterwakilan Perempuan dalam
Pencalonan Anggota Legislatif Pada Pemilu 2009. Penelitian tersebut
merupakan penelitian kualitatif, evaluasi kebijakan dengan desain evaluasi
single program before-after. Penelitian tersebut menyatakan setelah ditetapkan
pemberlakuan kuota 30% keterwakilan perempuan dalam pencalonan anggota
legislatif, kebijakan mengenai sistem rekruitmen dan seleksi caleg di PDI
Perjuangan lebih mengintegrasikan nilai-nilai gender bila dibandingkan dengan
PKS. PDI Perjuangan lebih pro aktif dalam merekrut dan meninventarisir caleg
perempuan dalam setiap tahapan sedangkan di PKS tidak ada.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diatas ditemukan berbagai
persamaan dan perbedaan didalam penelitian kali ini. Salah satu persamaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menggunakan tipe penelitian kualitatif. Perbedaannya adalah penelitian-
penelitian terdahulu yang telah dijabarkan diatas umumnya hanya
menggunakan teori strategi tanpa menggunakan konsep gender, sedangkan
12
pada penelitian kali ini selain menggunakan teori strategi peneliti juga
menggunakan teori gender dan partai politik dalam melihat peran partai
terhadap perempuan.
Setiap partai politik mempunyai strategi tersendiri untuk mendongkrak suara
atau merebut kursi pada berbagai pemilihan umum. Menjelang pemilihan
legislatif 2019 mendatang maka sudah seharusnya partai politik peserta pemilu
mempersiapkan diri untuk menempatkan caleg perempuannya, tujuannya agar
terpenuhinya kuota 30% yang dicanangkan. Angka 30% didapat berdasarkan
penelitian Perserikatan Bangsa-Bangsa (m.detik.com) yang menyatakan bahwa
jumlah minimum 30% memungkinkan terjadinya suatu perubahan dan
membawa dampak pada kualitas keputusan yang diambil dalam lembaga-
lembaga publik. (m.detik.com diakses pada 19 Oktober 2019 pukul 14.15
WIB)
Duduknya perempuan dalam lembaga perwakilan diharapkan mampu
mengakomodir kepentingan perempuan. Menarik untuk diteliti mengenai
strategi yang diterapkan Partai PDI Perjuangan dan Partai Nasdem Provinsi
Lampung dalam memenangkan calon legislatif perempuannya pada pemilu
legislatif 2019 mendatang mengingat ke dua partai ini pada pemilu tahun 2014
lalu memperoleh kursi legislatif perempuan terbanyak dibandingkan partai
lainnya. Selain untuk meningkatkan kesetaraan gender diharapkan juga
kehadiran perempuan dapat mewakili kepentingan perempuan, dengan
demikian kebijakan-kebijakan yang dihasilkan menjadi responsif gender.
13
B. Rumusan Masalah
Bagaimana strategi pemenangan calon legislatif perempuan Partai Nasional
Demokrat (Nasdem) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Provinsi Lampung pada pemilihan legislatif tahun 2019?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi pemenangan calon legislatif perempuan Partai
Nasional Demokrat (Nasdem) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) Provinsi Lampung pada pemilihan legislatif tahun 2019
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan akademis dan
wawasan yang berkaitan dengan strategi, struktur dan program partai
politik terhadap perempuan menjelang pemilu 2019
2. Secara Praktis
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan atau rekomendasi bagi
partai politik yang berusaha memenangkan calon perempuan yang akan
maju pada berbagai pemilihan umum ditinjau dari strategi, struktur dan
program partai terhadap perempuan
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsepsi Strategi
Strategi dimaknai sebagai sebuah usaha yang dirancang atau dibangun guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi sendiri disusun berdasarkan kekuatan
yang ada didalam lingkungan. Kekuatan tersebut diamati serta dipahami agar
dapat memperoleh suatu gambaran usaha yang akan dilakukan. Terkait
mengenai definisi strategi, Robbins (Sugiono, 2013:160) menjelaskan bahwa
strategi merupakan penentuan dari tujuan dasar jangka panjang dan sasaran
sebuah organisasi dan penerimaan dari serangkaian tindakan serta alokasi dari
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan tersebut.
Konsep strategi berkaitan erat dengan dunia militer, hal ini terjadi karena
strategi sendiri lahir dari dunia militer. Tujuan utama menciptakan strategi
adalah untuk memperlancar pencapaian tujuan. Menurut Wylie (Schroder,
2010:14) tujuan awal seorang perencana strategi dalam perang adalah memiliki
kontrol atas musuhnya. Kontrol terjadi melalui suatu pola perang yang
dimanipulasi dengan cara agar titik berat perang tersebut bergerak ke arah yang
menguntungkan si perencana strategi dan merugikan musuh.
15
Tujuan utama sebuah perang adalah kemenangan. Seiring perkembangannya
konsep strategi kini meluas tidak hanya dalam tinjauan militer namun juga
merambah pada dunia politik. Strategi didalam dunia politik sendiri hampir
sama halnya dengan konsep strategi pada dunia militer, yakni ke duanya sama-
sama berorientasi pada kemenangan sebagai tujuan akhir. Menurut Schroder
(2010:5) strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan
cita-cita politik.
Partai politik sangat berkaitan erat dengan strategi politik. Partai politik
umumnya mempunyai tujuan utama yakni memperebutkan kekuasaan. Dalam
hal memperebutkan kekuasaan dibutuhkan strategi politik untuk mengalahkan
lawannya. Strategi politik umumnya dipakai menjelang pemilu. Konsep
strategi di dalam pemilihan umum sendiri umumnya selalu berorientasi pada
kemenangan. Kemenangan di sini yakni dalam hal memperebutkan kursi
kekuasaan dalam pemerintahan. Berbagai strategi muncul guna mengusahakan
kemenangan tersebut. Partai politik bersaing menciptakan keadaan yang stabil.
1. Model Strategi
Strategi yang dimiliki oleh suatu organisasi tentu memiliki model yang
berbeda dengan organisasi yang lain. Strategi diciptakan oleh suatu
organisasi untuk mengalahkan strategi lawan. Langkah yang perlu
diperhatikan adalah dengan melihat kekuatan dan kelemahan organisasi,
dengan demikian masing-masing organisasi berusaha menampilkan strategi
terbaik mereka, terlebih partai politik menjelang pemilihan umum.
16
Berbagai macam strategi dibangun untuk memaksimalkan kemenangan.
Sebuah strategi dapat disusun atau direncanakan terlebih dahulu. Menurut
Schroder (2010:11) perencanaan strategi merupakan analisa sistematis dan
perumusan sasaran kedepan, respon-respon dari pilihan-pilihan, pemilihan
optimal dan penetapan instruksi-instruksi untuk mengimplementasikannya
secara rasional. Namun ada pula strategi yang muncul seiring berjalannya
organisasi tersebut sesuai kebutuhan. Menurut Robbins (Sugiono, 2013:161)
ada dua pandangan mengenai strategi, yaitu:
a) Planning mode (model perencanaan)
Perencanaan sendiri dimaknai sebagai sebuah usaha penyusunan
langkah untuk mencapai sesuatu. Menurut pendapat Alder
(Rustiadi,2008:339) perencanaan dipahami sebagai suatu proses
menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta
menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Pandangan ini menjelaskan bahwa strategi sebagai sebuah model
perencanaan atau kumpulan pedoman eksplisit yang dikembangkan
sebelumnya. Para manajer atau pimpinan organisasi atau parpol
mengidentifikasi arah tujuan mereka, kemudian mengembangkan
rencana yang sistematis dan terstruktur untuk mencapai hal itu.
Menurut model ini strategi merupakan sesuatu yang disusun dengan
cara mendetail dan sistematis bukan dengan cara spontan. Ada berbagai
proses yang dipersiapkan dan dilalui untuk mencapai tujuan sehingga
dibutuhkan sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan yang
17
dilakukan didasarkan pada kebutuhan yang hendak dicapai. Biasanya
dalam menentukan rencana hal mendasar yang dilakukan adalah
mendesain atau memformulasi tujuan terlebih dahulu. Setelah tujuan
telah ditentukan maka dibuat langkah terstruktur atau terencana untuk
mencapainya.
Jelas bahwa poin pertama dalam tahap perencanaan adalah menentukan
tujuan yang hendak dicapai kedepannya. Poin ke dua adalah setelah
tujuan ditetapkan maka perlu langkah-langkah untuk mewujudkannya.
Dua poin ini menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan.
Partai politik dalam proses rekrutmen politik menjelang pemilu tentu
memiliki perencanaan tersendiri. Tiap partai politik memiliki pola
rekrutmen yang berbeda. Menurut Norris (Pamungkas, 2011:93)
terdapat 4 (empat) hal penting yang dapat menunjukkan bagaimana
pengorganisasian partai politik dalam rekrutmen politik yakni:
1. Siapa kandidat yang dinominasikan (candidacy) ?
2. Siapa yang menyeleksi (selectorate) ?
3. Dimana kandidat diseleksi ?
4. Bagaimana kandidat diputuskan ?
Upaya menyiapkan calon dalam proses rekrutmen politik setidaknya
dibutuhkan berbagai perencanaan. Perencanaan yang dibuat di
antaranya meliputi perencanaan dalam hal rekrutmen kader partai, tahap
kaderisasi, untuk selanjutnya diadakan seleksi internal partai sebagai
bagian tahapan dalam penentuan calon legislatif yang akan diusung.
18
Sebagai upaya untuk menghasilkan kader partai maka setiap partai
harus melakukan rekrutmen terlebih dahulu. Pola rekrutmen kader di
setiap partai tentu tidak sama. Partai mempunyai klasifikasi tersendiri
untuk menarik seseorang yang akan direkrutnya. Klasifikasi yang
ditentukan partai tentu telah melalui pertimbangan-pertimbangan
dengan tujuan tertentu.
Tahap selanjutnya adalah tahap kaderisasi, untuk menciptakan kader
yang mumpuni maka dibutuhkan proses kaderisasi yang baik. Menurut
Firmanzah (2008:70) di dalam tubuh organisasi partai politik perlu
dikembangkan sistem pendidikan dan kaderisasi kader-kader politiknya.
Sistem kaderisasi ini sangat penting mengingat perlu adanya transfer
pengetahuan (knowledge) politik, tidak hanya yang terkait dengan
sejarah, misi, visi dan strategi partai politik, tetapi juga hal-hal yang
terkait dengan permasalahan bangsa dan negara.
Salah satu proses rekrutmen politik partai politik dalam menentukan
calon yang akan diusungnya adalah melalui langkah seleksi internal
partai. Kader-kader partai melaksanakan seleksi internal dengan
berbagai persyaratan-persyaratan tertentu. Seleksi internal partai
menentukan siapa yang akan diusung dalam pencalonan.
b) Evolutionary mode (model evolusioner)
Jika dilihat dari akar katanya evolusioner berasal dari kata evolusi.
Evolusi sendiri di maknai sebagai perubahan yang berangsur. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia evolusi diartikan sebagai perubahan
19
(pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-
lahan (sedikit demi sedikit). Jika dikaitkan dengan konsep ini maka
model evolusioner dapat dimaknai bahwa dalam mencapai tujuan
dibutuhkan proses yang berangsur secara perlahan.
Menurut pandangan ini strategi tidak selalu harus merupakan rencana
yang dipikirkan secara matang dan sistematis. Strategi bahkan
berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola dan arus keputusan yang
bermakna. Model ini menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
model yang pertama. Pada model yang pertama yakni model
perencanaan, dalam mencapai suatu tujuan dibutuhkan usaha
penyusunan pola yang sistematis.
Berdasarkan model evolusioner dijelaskan bahwa suatu organisasi tidak
selalu harus merencanakan segala sesuatu dengan matang. Model ini
menjelaskan bahwa strategi dapat dibentuk secara berkala seiring
berjalannya waktu tanpa perlu menciptakan langkah sistematis untuk
mencapainya. Seiring berjalannya waktu strategi dapat dikembangkan
dengan sendirinya.
2. Strategi Kampanye
Salah satu bentuk strategi yang paling berpengaruh dalam hal merebut suara
pemilih adalah strategi kampanye. Kampanye sendiri dianggap sebagai
suatu proses yang berusaha mempengaruhi khalayak melalui pola
komunikasi. Hilda (Marpaung, 2016:174) mengungkapkan bahwa
kampanye dinilai sebagai kegiatan komunikasi yang bersifat goal oriented,
20
diartikan sebagai segala aktivitas yang menggunakan prinsip komunikasi
serta memiliki tujuan dan capaian-capaian yang jelas.
Kampanye dianggap sebagai pola interaksi antara dua pihak. Interaksi yang
dilakukan yakni interaksi antara pihak yang mempengaruhi dan pihak yang
dipengaruhi. Firmanzah (2012:292) kampanye tidak akan dapat dilakukan
tanpa ada interaksi dengan masyarakat, ketika partai politik memiliki
komitemen dalam melakukan kampanye jangka panjang, interaksinya pun
harus dilakukan secara permanen.
Kampanye dikenal memiliki berbagai bentuk dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan teori Klingeman dan Romele (Marpaung, 2016:174-175) model
kampanye terdiri dari dua yaitu informatif dan komunikatif. Kampanye
informatif merupakan kampanye yang bersifat satu arah, kampanye
informatif menempatkan pesan dalam penyampaian yang linear dari
komunikator kepada khalayak. Kampanye komunikatif merupakan
kampanye yang bersifat dua arah dan menitikberatkan pada khalayak, serta
menjadikan pola komunikasi dua arah dalam menyampaiakan pesan
kampanye.
Ada berbagai hal yang menjadi perhatian khusus bagi perempuan dalam hal
kampanye. Informasi tentang pengalaman kampanye disampaikan dalam
analisis Inter-Parliamentary Union (Waring, 2000:93) yang di sampaikan
responden. Responden menawarkan saran kepada perempuan yang akan
mencalonkan diri terjun pada lembaga perwakilan. Saran mereka terdiri dari
empat kategori yakni perubahan sosial, budaya dan sikap yang diperlukan,
21
solidaritas pada bagian-bagian perempuan, perempuan mempelajari
pekerjaan dan membangun citra khusus sebagai seorang politisi, dan
perubahan praktik politik konvensional dan strategi untuk implementasi oleh
partai politik.
B. Konsepsi Gender dan Partai Politik
Isu gender umumnya berbicara tentang kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan. Oakley (Walahe, 2018:4) menuturkan bahwa gender berarti
perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis
merupakan perbedaan jenis kelamin (sex) adalah kodrat Tuhan maka secara
permanen berbeda dengan pengertian gender. Gender merupakan behavioral
differences (perbedaan perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan
melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses sosial dan
kultur yang panjang.
Konsep gender sendiri berkaitan erat dengan peran atau posisi perempuan yang
cenderung dibedakan dengan laki-laki. Umumnya perempuan hanya
diidentikan pada ranah domestik, sedangkan laki-laki berada pada ranah
domestik. Konsep ini semakin melekat pada masyarakat sehingga budaya
patriarki seolah semakin kokoh dirasakan. Fakih (Ningsih, 2016: 1605)
menyebutkan bahwa gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-
laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Jika
22
berbicara tentang kesetaraan gender maka keberadaan perempuan akan sangat
berkaitan erat dengan dunia publik salah satunya dalam urusan politik.
Partai politik adalah pilar penting dalam demokrasi yang tidak dapat
dihilangkan keberadaannya. Pasca Orde Baru partai-partai bermunculan
menjelang pemilu. Partai politik dimaknai sebagai sebuah perhimpuanan yang
terdiri dari banyak orang dengan tujuan bersama yang berorientasi pada
kepentingan. Seperti yang diungkapkan Bruke (Jurdi, 2014:140) ia
mendefinisikan partai politik sebagai lembaga yang terdiri atas orang-orang
yang bersatu, untuk mempromosikan kepentingan nasional secara bersama-
sama, berdasarkan pada prinsip-prinsip dan hal-hal yang mereka setujui
Partai politik juga dianggap sebagai sebuah organisasi yang berusaha
memperjuangkan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Bukan hanya
memperjuangkan nilai tetapi juga memperjuangkan kekuasaan. Seperti konsep
partai politik menurut Pamungkas (2011:5) ia menyebutkan bahwa partai
politik merupakan sebuah organisasi untuk memperjuangkan nilai atau ideologi
tertentu melalui penguasaan struktur kekuasaan dan kekuasaan itu diperoleh
melalui keikutsertaannya di dalam pemilihan umum.
Indonesia sebagai sebuah negara yang menerapkan sistem demokrasi tentu
tidak bisa dipisahkan dari partai politik. Kehadiran partai politik seolah-olah
menjadi satu kesatuan dengan sistem demokrasi. Sebagai sebuah entitas yang
memiliki hubungan erat dengan sistem demokrasi, tentunya partai politik
memiliki berbagai fungsi tersendiri. David McKay (Jurdi, 2014:141-142)
23
dalam kajiannya atas partai-partai politik di Amerika Serikat, partai politik
memiliki fungsi
1. Agregasi kepentingan – fungsi ini adalah posisi partai sebagai alat untuk
mempromosikan serta mempertahankan kepentingan dari kelompok-
kelompok sosial yang ada
2. Memperdamaikan kelompok dalam masyarakat – fungsi ini adalah untuk
membantu memperdamaikan aneka kepentingan yang saling bersaing dan
berkonflik dari masyarakat, dengan menyediakan platform penyelesaian
yang seragam dan disepakati bersama
3. Staffing goverment – fungsi ini adalah posisi partai politik untuk
mengajukan orang-orang yang akan menjadi pejabat publik, baik baru
maupun menggantikan yang lama
4. Mengkoordinasi lembaga-lembaga pemerintah – fungsi ini adalah posisi
partai politik mengkoordinasi aneka lembaga pemerintah yang saling
berbeda untuk tetap memperhatikan kepentingan politik publik
5. Mempromosikan stabilitas politik – fungsi ini adalah partai politik untuk
mempromosikan stabilitas politik, misalnya dengan mengelola isu-isu yang
dibawakan kelompok ekstrim nonpartai ke dalam parlemen untuk dicarikan
titik temunya.
Berdasarkan fungsi yang dijelaskan oleh David McKay fungsi Staffing
goverment nampaknya yang paling berkaitan erat dengan fungsi partai politik
dalam sudut pandang kepentingan. Staffing government merupakan wujud
keberadaan partai politik dalam memperebutkan kursi kekuasaan dalam
24
berbagai kesempatan. Fungsi ini sangat berkaitan erat dengan sistem demokrasi
yang kita anut.
Sistem demokrasi mengenal istilah pemilihan umum. Pemilihan umum sendiri
merupakan proses regenerasi kekuasaan yang dilakukan dengan cara
mencalonkan kandidat yang umumnya berasal dari suatu partai politik. Dari
kegiatan ini fungsi partai politik berupa Staffing goverment dilaksanakan.
Partai politik mempersiapkan orang-orang yang mereka percayai untuk dapat
duduk memperebutkan kursi kekuasaan untuk mengisi jabatan-jabatan di dalam
pemerintahan.
Keberadaan partai politik sendiri sangat berkaitan erat dengan proses
rekruitmen politik. Rekruitmen politik dapat diartikan sebagai sebuah proses
penjaringan orang-orang tertentu yang memenuhi syarat yang telah ditentukan
untuk selanjutnya bisa duduk pada sebuah kursi kekuasaan. Rekruitmen politik
dianggap sebagai sebuah proses dalam mengisi sebuah jabatan tertentu.
Rekrutmen politik memiliki berbagai tahapan. Menurut Norris (Pamungkas,
2011:92) terdapat tiga tahap dalam rekruitmen politik, yaitu sertifikasi,
penominasian, dan tahap pemilu. Tahap sertifikasi adalah tahap pendefinisian
kriteria yang dapat masuk dalam kandidasi. Tahap penominasian meliputi
ketersediaan (supply) calon yang memenuhi syarat dan permintaan (demand)
dari penyeleksian ketika memutuskan siapa yang di nominasikan, sedangkan
tahap pemilu adalah tahap terakhir yang menentukan siapa yang memenangkan
pemilu.
25
Jika dikaitkan keberadaan partai dengan peran perempuan, Lovenduski dan
Norris (1993:12) melihat kesungguhan partai memberikan keadilan politik bagi
perempuan dengan melihat apakah program dan struktur partai disesuaikan
dengan tuntutan perempuan. Apakah partai tidak sekedar melakukan retorika-
retorika dan menjadikan isu keadilan bagi perempuan sekedar untuk platform
kampanye. Menurutnya peletakan dalam “kotak khusus” seperti ini dapat
berakibat buruk terhadap perempuan karena tidak memberi kesempatan
“exposure” terhadap jabatan-jabatan yang lebih luas dan dapat menjadi agenda
terselubung partai untuk “mengungkung” perempuan.
Berkaitan dengan respon partai terhadap keberadaan perempuan ada hal-hal
yang bisa diamati. Berkenaan dengan signifikasi sikap dan tindakan partai
terhadap posisi perempuan dalam hubungan kekuasaan di internal partai
Lovenduski dan Norris (1993:12) membahas program dan struktur organisasi
partai yang berhubungan dengan hal tersebut. Program adalah menyangkut hal-
hal apa yang akan dan tidak akan dilakukan oleh partai baik sebagai
pencerminan ideologi maupun kepentingan yang lebih bersifat pragtmatis,
sedangkan struktur partai adalah mengenai bagaimana dan siapa yang akan
melakukan pengelolaan partai.
C. Konsepsi Pemilihan Umum Legislatif
Indonesia diidentikkan dengan sitem demokrasinya. Demokrasi sendiri
dimaknai sebagai suatu sistem yang lebih menekankan pada keterlibatan
masyarakatnya dalam berbagai hal. Menurut Hadiwijoyo (2012:33) Secara
26
garis besar demokrasi merupakan bentuk pemerintahan di mana formulasi
kebijakan secara langsung atau tidak langsung ditentukan oleh suara
terbanyak dari warga masyarakat yang memiliki hak memilih dan dipilih,
melalui wadah pembentukan suaranya dalam keadaan bebas dan tanpa
paksaan. Demokrasi yang dimaksud salah satunya adalah berupa pemilihan
umum. Pemilihan umum yang diterapkan di Indonesia merupakan pemilihan
yang bersifat langsung.
Sistem demokrasi menghendaki adanya kedaulatan berada ditangan rakyat.
Rakyat dianggap sebagai pemegang kendali dalam penentuan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Pemilihan umum menjadi sarana rakyat dalam
mengimplementasikan kedaulatannya. Menurut Jurdi (2014:76-77) pemilihan
umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di tangan rakyat
sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan kekuasaan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pemilihan umum di Indonesia sendiri sangat beraneka ragam mulai dari
pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden, memilih kepala
daerah dalam hal ini gubernur, walikota atau bupati serta wakilnya, atau
memilih wakil-wakil rakyat yang duduk baik di tingkat pusat maupun daerah
atau yang sering disebut sebagai lembaga legislatif. Wakil-wakil rakyat
tersebut terdiri dari DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi maupun DPRD
Kab/Kota.
27
D. Konsepsi Keterwakilan Perempuan
Peran dan keberadaan perempuan di dalam kehidupan seolah-olah
dikesampingkan, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Ketika kondisi ini
terus dibiarkan maka ketidakadilan gender akan terus dirasakan. Perempuan
pada dasarnya mempunyai posisi yang sama dengan laki-laki, baik pada ranah
domestik maupun pada ranah publik.
Banyak faktor yang menyebabkan peran perempuan dikesampingkan. Faktor-
faktor tersebut seolah menjadi budaya yang sulit dihilangkan di dalam
masyarakat. Menurut Rejeki (Remiswal, 2013) perempuan masih sukar
mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara, karena disebabkan oleh lima faktor yaitu:
a. sistem tata nilai budaya yang masih menggunakan pola patriarkhi;
b. masih banyak peraturan perundang-undangan yang bias gender sehingga
perempuan kurang mendapat perlindungan yang setara dengan laki-laki;
c. adanya kebijakan dan program pembangunan yang di kembangkan secara
bias gender, sehingga perempuan kurang mendapat kesempatan untuk
mengakses, mengontrol, berpartisipasi, dan menikmati hasil pembangunan;
d. adanya pemahaman dan penafsiran ajaran agama yang kurang tepat sebagai
akibat dari banyak pemuka agama yang menggunakan pendekatan tekstual
dibanding kontekstual;
e. dampak dari semua itu, persaingan diantara perempuan akan membawa
kerugian pada diri perempuan sendiri.
28
Minimnya jumlah perempuan di dalam ranah politik sendiri salah satunya
dipengaruhi oleh faktor budaya patriarki. Putra (Siti Nimrah & Sakaria
2015:178) menyatakan bahwa anggapan perempuan sebagai makhluk lemah
memberikan asupan pemikiran bahwa perempuan tidak sepatutnya bergelut
dengan dunia politik yang penuh dengan kekerasan dan dialektika kekuasaan.
Perempuan dinilai tidak mampu memimpin dan membuat kebijakan tegas
karena patron yang telah membentuk perempuan sebagai makhluk perasaan,
artinya perempuan tidak dapat memberikan keputusan ketika menggunakan
sisi perasaan dalam menilai sebuah keputusan.
Pendapat Norris (Ardi, 2014:314-315) rekutmen bagi calon legislatif
perempuan agar terpilih masuk ke parlemen dapat melalui berbagai tahapan.
Tahapan yang paling utama adalah mereka harus melalui tiga rintangan
krusial. Rintangan pertama, mereka perlu menyeleksi dirinya sendiri untuk
pencalonan, selanjutnya perempuan perlu diseleksi sebagai kandidat oleh
partai, dan terakhir kandidat perempuan ini ditentukan oleh proses seleksi
pemilih melalui pemilihan umum.
Berbagai upaya hendaknya dilakukan oleh partai politik untuk dapat
memaksimalkan kuota 30% keterwakilan perempuan yang dicanangkan
tersebut. Agar perempuan dapat memenuhi kuota yang telah ditetapkan secara
yuridis tersebut, maka menurut Nadroh (Remiswal,2013) menyebutkan
bahwa dibutuhkan performance politik perempuan yang menitikberatkan
pada aspek rasa hormat dan tanggung jawab bersikap kritis, terbuka, rasional,
jujur dan adil. Disisi lain perempuan harus memiliki kompetensi politik yang
29
mencakup aspek mental dan moral (budi pekerti, disiplin, demokratis) dan
intelektual (ketrampilan berpikir logis, luwes, orisinil, dan elaborasi
wawasan, profesionalisme serta kreativitas.
E. Kerangka Pikir
Pesta demokrasi tahun 2019 mendatang menjadi sebuah momentum yang
ditunggu kehadirannya oleh para calon atau kandidat yang menjadi peserta.
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang akan
menyelenggarakan pemilihan legislatif. Perempuan telah diberi kesempatan
dalam mengisi kursi legislative yakni dengan diberikannya kuota minimal 30%
keterwakilan perempuan. Provinsi Lampung masih sangat jauh dalam hal
pemenuhan kuota tersebut. Secara umum ada sejumlah strategi yang bisa
digunakan oleh partai politik dalam usahanya memenangkan calon legislatif
perempuan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teroi strategi Robbins.
Menurut Robbins (Sugiono, 2013:161) ada dua pandangan mengenai strategi,
yaitu model perencanaan dan moder evolusioner. Peneliti juga menggunakan
teori model strategi kampanye Klingeman dan Romele (Marpaung, 2016:174-
175) informatif dan komunikatif. Kampanye informatif merupakan kampanye
yang bersifat satu arah, kampanye informatif menempatkan pesan dalam
penyampaian yang linear dari komunikator kepada khalayak. Kampanye
komunikatif merupakan kampanye yang bersifat dua arah dan menitik beratkan
30
pada khalayak, serta menjadikan pola komunikasi dua arah dalam
menyampaiakan pesan kampanye.
Peneliti juga menggunakan konsep gender dan partai politik. Konsep yang
diungkapkan oleh Lovenduski dan Norris (1993:12) terkait gender dan partai
politik menyebutkan politik partai berkenaan dengan hak politik perempuan
dapat dilihat dari dua aspek besar yakni program dan struktur organisasi partai.
Program adalah menyangkut hal-hal apa yang akan dan tidak akan dilakukan
oleh partai baik sebagai pencerminan ideologi maupun kepentingan yang lebih
bersifat pragtmatis. Sementara struktur partai adalah mengenai bagaimana dan
siapa yang akan melakukan pengelolaan partai.
Program disini dikaitkan dengan peran partai dalam melakukan suatu kegiatan
dalam upaya pemenuhan hak atau tuntutan kaum perempuan. Program yang
dijalankan bukan hanya sekedar platform partai untuk mewakili kepentingan
perempuan semata, namun lebih kepada pemenuhan tuntutan dari kaum
perempuan. Struktur partai berkaitan dengan posisi perempuan dalam
pengelolaan partai, dalam hal ini melihat sejauh mana perempuan
diikutsertakan di dalam pengelolaan partai
Konsep yang diuraikan diatas menjadi bahan acuan analisis yang peneliti
gunakan dalam menganalisis tentang strategi partai politik dalam
memenangkan calon legislatif perempuan pada pemilihan umum 2019. Konsep
diatas telah peneliti sederhanakan dalam bentuk bagan kerangka pikir. Berikut
adalah alur pikir yang telah peneliti gambaran dalam bentuk bagan di bawah
ini.
31
Gambar 2. Kerangka Pikir
Strategi Pemenangan Calon Legislatif Perempuan
Model Strategi
(Robbins)
1. Planning mode (model
perencanaan)
2. Evolutionary mode
(model evolusioner)
Gender and Party
Politics
Lovenduski and P.
Norris
1. Struktur yang
Dibentuk
2. Program yang
Dilakukan
Kursi Legislatif Perempuan
Strategi Kampanye
Klingeman dan Romele
1. Informatif
2. Komunikatif
32
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian ini berusaha
menafsirkan suatu fenomena di dalam lingkungan yang terjadi pada manusia
dalam suatu kondisi tertentu dalam sudut pandang peneliti. Menurut Sugiyono
(2014:9) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme. Penelitian digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan yang
jelas. Dasar pertimbangannya adalah penelitian mengenai strategi partai politik
dalam mememangkan calon legislatif perempuan pada pemilihan umum 2019
membutuhkan data yang bersifat kontekstual dan faktual serta untuk
memahami langsung realitas yang ada dilapangan. Peneliti menggunakan
teknik deskriptif analisis dalam menjawab mengenai rumusan masalah, dalam
hal ini yaitu bagaimana strategi pemenangan calon legislatif perempuan dalam
33
pemilihan umum Provinsi Lampung 2019 pada Partai Nasdem dan PDI
Perjuangan.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada strategi pemenangan calon legislatif perempuan
yang dilakukan oleh partai dalam hal ini partai PDI Perjuangan dan Partai
Nasdem Provinsi Lampung dalam pemilu 2019. Peneliti menggunakan
berbagai teori untuk melihat strategi yang digunakan partai politik dalam
memenangkan calon legislatif perempuannya. Peneliti memfokuskan penelitian
pada konsep strategi Robbins, konsep strategi kampanye Klingeman dan
Romele serta konsep gender dan partai politik Lovenduski dan Norris
Fokus penelitian pada model strategi Robbins (1990)
1. Planning mode (model perencanaan) : upaya partai politik dalam melakukan
perencanaan yang sistematis dan terstuktur dalam memenangkan calon
legislatif perempuan dalam pemilihan umum. Upaya partai politik dalam
proses perencaan terkait rekrutmen kader, kaderisasi, dan seleksi internal
2. Evolutionary mode (model evolusioner) : upaya partai politik dalam
memenangkan calon legislatif perempuan pada pemilihan umum tanpa
harus menciptakan rencana yang sistematis dan terstruktur.
Fokus Penelitian Strategi Kampanye Klingeman dan Romele
1. Kampanye informatif : upaya partai politik dalam mempengaruhi pemilih
untuk memilih calon legislatif perempuan melalui komunikasi atau
34
menyampaikan pesan politik yang bersifat satu arah antara kandidat atau
tim pemenangan dengan pemilih
2. Kampanye komunikatif : upaya partai politik dalam mempengaruhi pemilih
untuk memilih calon legislatif perempuan melalui komunikasi atau
menyampaikan pesan politik yang bersifat dua arah antara kandidat atau
tim pemenangan dengan pemilih
Fokus penelitian pada peran gender dalam partai politik menurut Lovenduski
dan Norris (1993)
1. Struktur yang dibentuk partai : posisi atau peran perempuan dalam
pengelolaan partai, melihat sejauh mana upaya partai dalam
mengikutsertakan perempuan di dalam pengelolaan partai, melihat tujuan
dari diikutsertakannya perempuan dalam pengelolaan partai, serta melihat
apakah posisi yang dimiliki perempuan didalam struktur partai dapat
mempengaruhi perempuan itu sendiri didalam memperoleh kekuasaan.
2. Program yang dilakukan partai : upaya yang dilakukan partai terkait
pemenuhan hak atau tuntutan kaum perempuan yang dituangkan dalam
bentuk program, serta melihat tujuan yang hendak dicapai partai dibalik
program tersebut.
C. Jenis Data
Secara umum data dibedakan menjadi dua yakni data primer dan data
sekunder. Menurut Sugiyono (2014:225) bila di lihat dari sumber datanya,
maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
35
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen.
Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui informasi hasil wawancara
terhadap beberapa informan yakni pengurus partai dan calon legislatif
perempuan baik Partai Nasdem maupun PDI Perjuangan Provinsi Lampung.
Peneliti juga menggali informasi terhadap salah satu pengamat politik yang ada
di Provinsi Lampung. Data sekunder penelitian ini menggunakan sumber-
sumber dokumen berupa jurnal penelitian, artikel di media massa baik cetak
maupun online, Undang-Undang, serta data dari KPU Provinsi Lampung
D. Penentuan Informan
Informasi di dalam suatu penelitian bisa berasal dari berbagai hal. Orang yang
memberikan informasi terhadap sesuatu hal atau terkait penelitian disebut juga
dengan informan atau dapat dikatakan sebagai sampel. Menurut Lincoln dan
Guba (Sugiyono, 2014:219) penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak
didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk
mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk di generalisasikan.
Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut
Sugiyono (2014:218-219) purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Alasan peneliti
menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan informan adalah
36
untuk memperoleh informasi terkait strategi partai politik dalam memenangkan
calon legislatif perempuan dengan informan yang tepat.
Informan penelitian dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari pengurus partai bidang pemenangan
pemilu, bidang perempuan, calon legislatif perempuan dan pengamat politik.
Informan yang dipilih merupakan orang yang dapat memberikan informasi
terkait hal yang dibutuhkan agar informasi yang diperoleh dapat menjawab
masalah penelitian.
Tujuan dipilihnya pengurus partai bidang pemenangan pemilu adalah untuk
memperoleh informasi terkait strategi yang dilakukan partai dalam upaya
memenangkan pemilu, kemudian tujuan dipilihnya pengurus partai bidang
perempuan adalah untuk mengetahui posisi serta peran perempuan di dalam
partai politik. Informan dari calon legislatif perempuan juga dipilih di dalam
penelitian ini, tujuannya yakni untuk menggali informasi terkait strategi
pemenangan pemilu baik yang dilakukan partai maupun yang dilakukan calon
legislatif perempuan itu sendiri. Informan terakhir adalah pengamat politik,
tujuannya adalah sebagai pihak yang netral dalam menilai keikutsertaan
perempuan baik di dalam partai maupun di dalam pencalonan legislatif.
Tabel 7. Informan Penelitian
No Nama Informan Jabatan Waktu Wawancara
1 Ir. Endro Suswantoro
Yaman, M.Sc
Wakil Ketua Bidang
Pemenangan Pemilu DPD
PDI Perjuangan Provinsi
Lampung
18 Desember 2018
2 Aprilliati, S.H, M.H
Perwakilan Wakil Ketua
Bidang Kesehatan,
Perempuan dan Anak DPD
17 Desember 2018
37
PDI Perjuangan Provinsi
Lampung
3 Kostiana, S.E, M.H
Calon Legislatif Perempuan
Provinsi Lampung PDI
Perjuangan
25 Desember 2018
4
Febrio Martha
Mustafa, S.Sos,
M.Kesos
Sekretaris Badan
Pemenangan Pemilu DPW
Partai Nasdem
ProvinsiLampung
19 Desember 2018
5 Vony Reyneta, S.H
Wakil Ketua Bidang
Kesehatan, Perempuan dan
Anak DPW Partai Nasdem
Provinsi Lampung
22 Januari 2019
6 Ir. Rita Purnamawati
Calon Legislatif Perempuan
Provinsi Lampung Partai
Nasdem
31 Januari 2019
7 Ariska Warganegara,
S.IP, M.A.,Ph.D Pengamat Politik 12 Desember 2018
Sumber: Diolah oleh peneliti (2019)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan memperoleh informasi dengan cara tanya
jawab antara dua orang atau lebih mengenai sesuatu hal. Menurut Irawan
(Fuad & Nugroho, 2014:61) metode wawancara merupakan suatu alat
pengumpulan data yang digunakan dengan instrumen lainnya. Wawancara
dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (in depth interview). Salah
satu kelebihan dari kegiatan ini adalah penanya dapat menggali informasi
lebih dalam kepada orang yang diwawancara. Wawancara dilakukan
secara berkala. Salah satu kendala yang dihadapi peneliti dalam kegiatan
wawancara ini adalah masalah waktu dan kesibukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber informasi yang telah ada dan bertujuan.
Teknik pengumpulan data dengan cara ini mengharuskan peneliti
38
mengumpulkan dokumen-dokumen terkait yang berhubungan dengan
penelitian. Menurut Fuad & Nugroho (2014:61) studi dokumentasi adalah
setiap bahan tertulis ataupun film, gambar dan foto-foto yang dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang peneliti.
Studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data
melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga
tertentu. Dokumen yang telah terkumpul kemudian dimanfaatkan oleh
peneliti dengan cara ditafsirkan. Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya berupa jurnal penelitian, artikel di media massa
baik cetak maupun online, undang-undang, foto, serta data dari KPU
Provinsi Lampung.
F. Teknik Pengolahan Data
1. Editting data
Editting data dilakukan dengan cara memperhatikan data-data yang
diperoleh kemudian data yang dianggap tidak perlu selanjutnya
disingkirkan. Tujuan dari proses ini adalah agar data yang diperoleh
memuat informasi yang dibutuhkan sesuai judul penelitian. Proses editting
data dilakukan agar data yang diperoleh lebih jelas, lengkap serta mudah
dipahami.
Tahap ini mengharuskan peneliti melakukan seleksi terhadap data yang
diperoleh dari wawancara. Data yang dianggap relevan dengan penelitian
kemudian disusun dan dihubungkan dengan data-data lainnya, sehingga
39
pada akhirnya diperoleh data yang saling berkaitan. Proses ini
mengharuskan peneliti merangkai kata dalam bentuk bahasa yang baik,
sesuai dengan kaidah serta mudah dimengerti. Kata-kata hasil dari proses
wawancara yang tidak sesuai dengan kaidah yang ada selanjutnya
diperbaiki, kemudian informasi diluar konteks penelitian selanjutnya
dipilah untuk kemudian disingkirkan.
2. Interpretasi data
Tahapan ini dilakukan setelah tahap editting data. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mencari makna dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Tahap interpretasi data ini data bukan hanya dijelaskan dan dianalisis
namun hasil akhir dari proses ini adalah diperolehnya suatu kesimpulan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian sebisa mungkin dianalisis oleh
peneliti kemudian selanjunya diungkapkan dalam bentuk bahasa yang
lebih mudah dipahami dalam bentuk kesimpulan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses menafsirkan informasi yang telah diperoleh.
Menurut Bogdan (Sugiyono, 2014:244) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami, dan
tentunya dapat diinformasikan kepada orang lain. Proses analisis yang
dilakukan merupakan suatu proses yang cukup panjang dan melibatkan
beberapa komponen. Menurut Hubberman dan Miles (Fuad & Nugroho,
40
2014:63) terdapat tiga hal utama dalam analisis yakni, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data identik dengan kegiatan pemilahan informasi hasil temuan di
lapangan. Menurut Fuad & Nugroho (2014:63-64) reduksi data diartikan
sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan,
pengabstrakan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tulisan di lapangan (field note). Reduksi data di dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara memilah informasi penting hasil temuan dilapangan
serta membuang yang tidak penting untuk selanjutnya dibuat kategori.
Peneliti hanya memilih data berdasarkan kebutuhan sehingga data yang
dianggap tidak mewakili informasi penelitian tidak peneliti cantumkan.
2. Display Data
Display data dikenal juga dengan istilah penyajian data. Menurut
Sugiyono (2014:249) dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Penyajian data di dalam penelitian diilakukan
dengan berbagai jenis, namun yang paling dominan digunakan adalah
penyajian data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Peneliti
mengelompokkan data dalam penyajian data ini berdasarkan kelompok
informan.
41
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data,
setelah semua data dikumpulkan dan dianalisis terhadap teori yang
digunakan maka akan dilakukan penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk poin-poin yang menjawab
rumusan masalah. Kesimpulan didapat dari proses analisis wawancara dan
dokumentasi.
H. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data atau kredibilitas data merupakan penyesuaian data yang
diperoleh peneliti dengan data yang terjadi pada objek penelitian. Cara uji
kredibilitas yang digunakan adalah melalui proses triangulasi. Menurut
Sugiyono (2014:241) bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber
adalah teknik menguji data dan informasi dengan cara mencari data yang sama
dengan informan satu dan lainnya maupun dengan sumber lain seperti jurnal
dan berita di media. Data dari informan telah dikompilasikan dengan hasil
dokumentasi yang memiliki kesamaan informasi. Triangulasi pada penelitian
ini dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari wawancara dan
dokumentasi.
42
IV. GAMBARAN UMUM
A. Partai Nasional Demokrat (NasDem)
1. Sejarah Partai
Kongres I Partai NasDem yang digelar pada 25-26 Januari 2013 di Jakarta
menjadi tonggak sejarah perjalanan Partai NasDem. Berbagai keputusan
penting dikeluarkan dalam kongres ini. Keputusan memilih dan
menetapkan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) Partai NasDem periode 2013-2018 menjadi salah satu keputusan
yang dikeluarkan. Keputusan tersebut diambil pada sidang pleno pertama
tanggal 25 Januari 2013 sekitar pukul 23.00 WIB.
Seluruh 33 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), 497 Dewan Pimpinan
Daerah (DPD), dan empat organisasi sayap (Gerakan Massa Buruh, Liga
Mahasiswa, Badan Avokasi Hukum, dan Petani NasDem), bersatu suara
memercayakan Surya Paloh menjadi nakhoda Partai NasDem selama lima
tahun. Kongres juga memberi mandat penuh kepada Surya Paloh untuk
menyusun kepengurusan dan perangkat partai. Kongres juga memberi
mandat penuh kepada Dewan Pimpinan Pusat di bawah kepemimpinan
43
Surya Paloh untuk menetapkan strategi dan kebijakan guna memenangi
Pemilihan Umum Legislatif 2014.
Partai NasDem dideklarasikan kelahirannya pada tanggal 26 Juli 2011 di
Hotel Mercure, Ancol, Jakarta. Partai NasDem mendafarkan diri ke
Kemeterian Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia pada bulan Maret 2011
guna mendapatkan status resmi sebagai badan hukum. Visi dan misi
utama organisasi kemasyarakatan (ormas) Nasional Demokrat, yaitu
menggalang Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia.
Partai NasDem berupaya memenuhi persyaratan sebagaimana telah diatur
dalam undang-undang untuk menjadi partai peserta pemilu. Bersama
dengan 46 parpol yang mengajukan diri ikut Pemilu 2014, Partai NasDem
mengajukan berkas administrasi kepartaian ke Komisi Pemilihan Umum
(KPU). Verifikasi awal terdapat 34 parpol yang lolos dari total 46 parpol
yang mendaftar sebagai peserta Pemilu 2014 di KPU, satu di antaranya
yang lolos verifikasi administrasi adalah Partai NasDem.
KPU pada hari Minggu 28 Oktober 2012 malam mengumumkan hasil
verifikasi administrasi. KPU menyatakan ada 16 partai yang lolos maju ke
tahap verifikasi faktual dan 18 partai gugur. Ketua KPU Husni Kamil
Manik menyatakan satu-satunya partai baru yang lolos tahap verifikasi
administrasi adalah Partai NasDem. Parpol yang lolos verifikasi
administrasi, berhak mengikuti verifikasi faktual. Verifikasi faktual
adalah tahap verifikasi langsung KPU ke lapangan untuk mengecek
44
infrastruktur parpol di setiap daerah disesuaikan dengan hasil verifikasi
administrasi.
KPU mengumumkan hasil verifikasi faktual pada hari Senin 7 Januari
2013 dan menyatakan Partai NasDem lolos dalam memenuhi persyaratan
verifikasi faktual tingkat pusat sebagaimana diatur dalam UU Pemilu
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu. Partai NasDem
memenuhi semua syarat verifikasi faktual di seluruh provinsi, dengan
bukti-bukti, antara lain:
1. Memiliki kepengurusan seperti Ketua, Bendahara, dan Sekretaris
Jenderal.
2. Memiliki lebih dari 30% anggota perempuan.
3. Memiliki kantor yang digunakan sampai akhir Pemilu 2014.
Partai NasDem adalah satu-satunya partai baru yang lolos sebagai peserta
Pemilu 2014. Keputusan KPU meloloskan Partai NasDem merupakan
hasil dari rapat pleno terbuka yang digelar di Gedung KPU Jalan Imam
Bonjol, Jakarta Pusat, Senin 7 Januari 2013. Rapat pleno dihadiri Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu), perwakilan KPU tingkat provinsi se-
Indonesia, dan pemantau Pemilu.
2. Visi dan Misi Partai
Partai Nasdem memiliki Visi yakni Indonesia yang merdeka sebagai
negara bangsa, berdaulat secara ekonomi, dan bermartabat dalam budaya.
45
Visi tersebut akan diimplementasikan melalui beberapa misi diantaranya
sebagai berikut
1. Membangun Politik Demokratis Berkeadilan berarti menciptakan tata
ulang demokrasi yang membuka partisipasi politik rakyat dengan cara
membuka akses masyarakat secara keseluruhan. Mengembangkan model
pendidikan kewarganegaraan untuk memperkuat karakter bangsa, serta
melakukan perubahan menuju efisiensi sistem pemilihan umum.
Memantapkan reformasi birokrasi untuk menciptakan sistem pelayanan
masyarakat. Melakukan reformasi hukum dengan menjadikan konstitusi
UUD 1945 (Undang-Undang Dasar tahun seribu sembilan ratus empat
puluh lima) sebagai kontrak politik kebangsaan.
2. Menciptakan Demokrasi Ekonomi melalui tatanan demokrasi ekonomi
maka tercipta partisipasi dan akses masyarakat dalam kehidupan
ekonomi negara, termasuk di dalamnya distribusi ekonomi yang adil dan
merata yang akan berujung pada kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Dalam mewujudkan cita-cita ini maka perlu untuk mendorong penciptaan
lapangan kerja, sistem jaminan sosial nasional, penguatan industri
nasional, serta mendorong kemandirian ekonomi di tingkat lokal.
3. Menjadikan Budaya Gotong Royong sebagai karakter bangsa. Dalam
mewujudkan ini maka sistem yang menjamin terlaksananya sistem
pendidikan nasional yang terstruktur dan menjamin hak memperoleh
pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraan yang menciptakan solidaritas dan soliditas nasional,
sehingga seluruh rakyat Indonesia merasakan cita rasa sebagai sebuah
46
bangsa dan menjadikan gotong royong sebagai amalan hidup keseharian.
Kebudayaan ini akan menciptakan karakter bangsa yang bermartabat dan
menopang kesiapan Negara dalam kehidupan global.
3. Sturktur Kepengurusan Partai
Struktur kepengurusan Partai Nasdem Provinsi Lampung dapat dilihat
berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem
Nomor: 133-SK/DPP-Nasdem/IV/2018 Tentang Pengesahan Susunan
Dewan Pimpinan Wilayah Partai Nasdem Provinsi Lampung. Surat
keputusan tersebut menggambarkan tentang struktur kepengurusan DPW
Partai Nasdem Provinsi Lampung yang diketuai oleh Taufik Basari.
Surat Keputusan yang ditanda tangani langsung oleh Surya Paloh selaku
ketua umum partai tersebut menggambarkan struktur kepengurusan DPW
Partai Nasdem Provinsi Lampung yang terdiri 25 orang pengurus.
Kepengurusan terdiri dari
1. Ketua
2. Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu
3. Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan & Kaderisasi
4. Wakil Ketua Bidang Media & Komunikasi Publik
5. Wakil Ketua Bidang Pendidikan Politik & Kebudayaan
6. Wakil Ketua Bidang Politik & Pemerintahan
7. Wakil Ketua Bidang Hukum, Advokasi & HAM
8. Wakil Ketua Bidang Otonomi Daerah
9. Wakil Ketua Bidang Pertanian & Maritim
47
10. Wakil Ketua Bidang Pengabdian & Pemberdayaan Masyarakat
11. Wakil Ketua Bidang Energi, SDA & Lingkungan Hidup
12. Wakil Ketua Bidang Agama & Masyarakat Adat
13. Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Daerah
14. Wakil Ketua Bidang Ekonomi
15. Wakil Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan Dan Anak
16. Wakil Ketua Bidang Industri, Perdagangan & Tenaga Kerja
17. Wakil Ketua Bidang Olahraga, Pemuda & Masyarakat
18. Sekretaris
19. Wakil Sekretaris Bidang Organisasi, Keanggotaan & Kaderisasi
20. Wakil Sekretaris Bidang Renlitbang,
21. Wakil Sekretaris Bidang Internal & Kesekretariatan
22. Wakil Sekretaris Bidang Eksternal
23. Bendahara
24. Wakil Bendahara Bidang Penggalangan Dana
25. Wakil Bendahara Bidang Pengelolaan Aset.
4. Keikutsertaan dalam Pemilihan Umum
Partai Nasdem menjadi salah satu dari 16 partai politik peserta pemilu.
Pemilihan umum kali ini menjadi pemilihan umum ke dua yang diikuti oleh
Partai Nasdem. Partai Nasdem dalam pemilihan umum 2019 merupakan
partai dengan nomor urut 5. Provinsi Lampung merupakan salah satu
provinsi yang menyelenggarakan pemilihan umum legislatif pada tahun
2019 mendatang. Pemilihan umum legislatif yang dilaksanakan di Provinsi
48
Lampung salah satunya dilaksanakan untuk memilih anggota DPRD
Provinsi. Berikut data terkait jumlah salon DPRD Provinsi Lampung Partai
Nasdem baik laki-laki maupun perempuan masing-masing dapil.
Tabel 8. Jumlah Calon DPRD Provinsi Lampung Partai Nasdem
Masing-Masing Daerah Pemilihan
Daerah Pemilihan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 7 4 11
2 7 3 10
3 4 7 11
4 7 3 10
5 7 4 11
6 7 3 10
7 8 4 12
8 7 3 11
Jumlah 54 31 85
Sumber: Diolah oleh Peneliti dari data KPU Provinsi Lampung (2019)
Berdasarkan Tabel 8. Jumlah Calon DPRD Provinsi Lampung Partai
Nasdem Masing-Masing Daerah Pemilihan di atas dapat dilihat bahwa
jumlah calon DPRD Provinsi Lampung yang diusung Partai Nasdem dari
seluruh daerah pemilihan berjumlah 85 orang. Calon yang diusung yakni
terdiri dari 54 orang laki-laki dan 31 orang perempuan. Berdasarkan
jumlah tersebut maka persentase jumlah perempuan yang dicalonkan
Partai Nasdem pada pemilihan umum Provinsi Lampung 2019 yakni
sebesar 36,47%.
Partai Nasdem telah memenuhi minimal kuota 30% pencalonan
perempuan pada masing-masing daerah pemilihan. Partai Nasdem
mempunyai target perolehan kursi perempuan pada pemilihan nantinya.
Partai Nasdem menargetkan ada 8 perempuan yang akan memperoleh
kursi DPRD Provinsi Lampung.
49
B. Partai PDI Perjuangan
1. Sejarah Partai
PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai
yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa
orde lama. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi
Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi
Indonesia itu lahir dari hasil fusi 5 (lima) partai politik. Proses fusi terjadi
sebenarnya hanya untuk menjamin kemenangan kekuatan Orde Baru.
Pengurus DPP PDI Perjuangan memutuskan melaksanakan Kongres I PDI
Perjuangan untuk pertama kalinya setelah berganti nama dari PDI menjadi
PDI Perjuangan pada tanggal 27 Maret – 1 April 2000, meskipun masa
bakti kepengurusan DPP sebelumnya baru selesai tahun 2003. Salah satu
alasan diselenggarakannya Kongres ini adalah untuk memantapkan
konsolidasi organisasi Pasca terpilihnya Megawati sebagai Wakil
Presiden RI.
Menjelang Kongres I PDI Perjuangan, sudah muncul calon-calon kandidat
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan. Nama yang muncul antara lain
Dimyati Hartono, Eros Jarot, dan Megawati. Kongres I PDI Perjuangan
akhirnya menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum DPP
PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan
karena 241 dari 243 DPC mengusulkan nama Megawati sebagai Ketua
Umum DPP PDI Perjuangan.
50
2. Visi dan Misi Partai
Visi Partai adalah keadaan pada masa depan yang diidamkan oleh Partai,
dan oleh karena itu menjadi alat bagi perjuangan Partai. Berdasarkan amanat
pasal 6 Anggaran Dasar Partai PDI Perjuangan, alat perjuangan yang
dimaksud adalah :
a. alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter bangsa
berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945;
b. alat perjuangan untuk melahirkan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang ber-Ketuhanan, memiliki semangat sosio nasionalisme, dan sosio
demokrasi (Tri Sila);
c. alat perjuangan untuk menentang segala bentuk individualisme dan untuk
menghidupkan jiwa dan semangat gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Eka Sila);
d. wadah komunikasi politik, mengembangkan dan memperkuat partisipasi
politik warga negara; dan
e. wadah untuk membentuk kader bangsa yang berjiwa pelopor, dan
memiliki pemahaman, kemampuan menjabarkan dan melaksanakan
ajaran Bung Karno dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara;
Misi Partai adalah muatan hidup yang diemban oleh partai, sekaligus
menjadi dasar pemikiran atas keberlangsungan eksistensi Partai,
sebagaimana diamanatkan dalam pasal 7,8, 9 dan 10 Anggaran Dasar Partai,
yaitu :
51
Pasal 7 Partai mempunyai tujuan umum:
a. mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika; dan
b. berjuang mewujudkan Indonesia sejahtera berkeadilan sosial yang
berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang
ekonomi, dan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Pasal 8 Partai mempunyai tujuan khusus:
a. membangun gerakan politik yang bersumber pada kekuatan rakyat
untuk mewujudkan kesejahteraan berkeadilan sosial;
b. membangun semangat, mengkonsolidasi kemauan, mengorganisir
tindakan dan kekuatan rakyat, mendidik dan menuntun rakyat untuk
membangun kesadaran politik dan mengolah semua tenaga rakyat
dalam satu gerakan politik untuk mencapai kemerdekaan politik dan
ekonomi;
c. memperjuangkan hak rakyat atas politik, ekonomi, sosial dan budaya,
terutama demi pemenuhan kebutuhan absolut rakyat, yaitu kebutuhan
material berupa sandang, pangan, papan dan kebutuhan spiritual berupa
kebudayaan, pendidikan dan kesehatan;
d. berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional sebagai
alat untuk mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu mewujudkan pemerintahan yang
52
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; dan
e. menggalang solidaritas dan membangun kerjasama internasional
berdasarkan spirit
3. Struktur Kepengurusan Partai
Struktur kepengurusan Partai PDI Perjuangan Provinsi Lampung dapat
dilihat berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Nomor: 15-B/KPTS-DPD/DPP/VIII/2017
tanggal 26 Agustus 2017 Tentang Struktur dan Komposisi Dewan Pimpinan
Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Lampung. Surat
keputusan tersebut menggambarkan tentang struktur kepengurusan DPD
PDI Perjuangan Provinsi Lampung masa bakti 2015-2020 yang diketuai
oleh Sudin, S.E. Surat Keputusan tersebut menggambarkan struktur
kepengurusan DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung masa bakti 2015-
2020.
Struktur kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai PDI Perjuangan
Provinsi Lampung terdiri dari 23 pengurus masing-masing yakni
1. Ketua
2. Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai
3. Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi
4. Wakil Ketua Bidang Organisasi
53
5. Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu
6. Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik
7. Wakil Ketua Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
8. Wakil Ketua Bidang Ekonomi
9. Wakil Ketua Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
10. Wakil Ketua Bidang Maritim
11. Wakil Ketua Bidang Buruh
12. Wakil Ketua Bidang Tani
13. Wakil Ketua Bidang Nelayan
14. Wakil Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak
15. Wakil Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga
16. Wakil Ketua Bidang Komunikasi Seni Budaya
17. Wakil Ketua Bidang Pariwisata
18. Wakil Ketua Bidang Ekonomi Kreatif
19. Sekretaris
20. Wakil Sekretaris Internal
21. Wakil Sekretaris Eksternal
22. Bendahara
23. Wakil Bendahara.
4. Keikutsertaan dalam Pemilihan Umum 2019
PDI Perjuangan merupakan salah satu partai besar yang telah melahirkan
banyak tokoh. Partai ini juga merupakan partai yang umumnya selalu
memperoleh kursi legislatif terbanyak dalam setiap pemilihan umum. PDI
54
Perjuangan menjadi salah satu dari 16 partai politik peserta pemilu pada
pemilihan umum 2019 mendatang dengan nomor urut 3.
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang menyelenggarakan
pemilihan umum legislatif pada tahun 2019 mendatang. Pemilihan umum
legislatif yang dilaksanakan di Provinsi Lampung salah satunya
dilaksanakan untuk memilih anggota DPRD Provinsi. Berikut data terkait
jumlah calon DPRD Provinsi Lampung yang diusung PDI Perjuangan baik
laki-laki maupun perempuan masing-masing dapil.
Tabel 9. Jumlah Calon DPRD Provinsi Lampung PDI Perjuangan
Masing-Masing Daerah Pemilihan
Daerah Pemilihan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 7 4 11
2 6 4 10
3 7 4 11
4 6 4 10
5 5 5 10
6 6 4 10
7 6 4 10
8 6 4 10
Jumlah 49 33 82
Sumber: Diolah oleh Peneliti dari data KPU Provinsi Lampung (2019)
Berdasarkan Tabel 9. Jumlah Calon DPRD Provinsi Lampung PDI
Perjuangan Masing-Masing Daerah Pemilihan di atas dapat dilihat bahwa
jumlah calon DPRD Provinsi Lampung yang diusung PDI Perjuangan dari
seluruh daerah pemilihan berjumlah 82 orang. Calon yang diusung yakni
terdiri dari 49 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Berdasarkan
jumlah tersebut maka persentase jumlah perempuan yang dicalonkan PDI
Perjuangan pada pemilihan umum Provinsi Lampung 2019 yakni sebesar
40,24%.
127
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Partai Nasdem melakukan strategi model perencanaan dalam upaya
memenangkan calon legislatif perempuan dalam bentuk pengkaderan.
Pengkaderan dilakukan dalam bentuk pembekalan terhadap calon
legislatif perempuan wilayah Lampung 1 dan Lampung 2 yang salah satu
materinya adalah strategi pemenangan pemilu.
2. PDI Perjuangan melakukan strategi model perencanaan dalam upaya
memenangkan calon legislatif perempuan dalam bentuk pengkaderan.
Pengkaderan dilakukan dalam skala nasional yakni dalam kegiatan
Pendidikan Kader Khusus Perempuan Nasional (PKKPN). Salah satu
tujuan kegiatan tersebut adalah untuk mempersiapkan calon legislatif
perempuan.
3. Partai Nasdem dan PDI Perjuangan tidak melakukan strategi evolusioner
dalam upaya memenangkan calon legislatif perempuan.
4. Partai Nasdem melakukan strategi kampanye informatif dengan
menggunakan baliho, spanduk, media cetak, media elektronik, media
128
massa seperti media sosial. Pesan yang disampaikan pada kampanye
informatif ini salah satunya yakni menggunakan slogan terkait isu
perempuan dan kesetaraan gender sebagai wujud perjuangan kaum
perempuan dan bentuk strategi kampanye.
5. PDI Perjuangan melakukan strategi kampanye informatif dengan
menggunakan media elektronik dan konvensional. Media elektronik yang
digunakan umumnya media sosial, sedangkan media konvensional
seperti spanduk, poster, baliho, dan sejenisnya. Beberapa calon legislatif
perempuan menggunakan slogan terkait isu perempuan.
6. Partai Nasdem melakukan strategi kampanye komunikatif dalam bentuk
sosialisasi terkait isu perempuan dan kesetaraan gender, seperti
sosialisasi tentang kesehatan reproduksi, sosialisasi tentang kekerasan
dalam rumah tangga serta sosialisasi terhadap anak-anak PSK di Bandar
Lampung.
7. PDI Perjuangan melakukan strategi kampanye komunikatif dalam bentuk
sosialisasi serta dialog terkait isu perempuan, serta aksi bakti sosial
srikandi partai.
8. Partai Nasdem melalui sayap partainya (Garnita Malahayati) mempunyai
program responsif gender yakni pelatihan calon legislatif perempuan
untuk wilayah Lampung 1 dan Lampung 2.
9. PDI Perjuangan mempunyai program responsif gender dalam skala
nasional yakni program Pendidikan Kader Khusus Perempuan Nasional
(PKKPN)
129
10. Partai Nasdem telah mengikutsertakan perempuan di dalam struktur
kepengurusannya yakni sebanyak 9 orang perempuan dari 25 orang
pengurus atau sebesar 36%, dari 9 orang pengurus perempuan tersebut 7
orang merupakan calon legislatif
11. PDI Perjuangan telah mengikutsertakan perempuan di dalam struktur
kepengurusannya yakni sebanyak 8 orang perempuan dari 23 orang
pengurus atau sebesar 34,7%, dari 8 orang perempuan tersebut 7 orang
merupakan calon legislatif.
12. Posisi perempuan di dalam struktur kepengurusan partai dapat
mempengaruhinya dalam perolehan jabatan politik. Posisi perempuan di
dalam struktur kepengurusan partai dapat menjadi salah satu indikator
penilaian bagi perempuan untuk dicalonkan dalam pemilihan umum.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, ada beberapa saran yang
peneliti berikan diantaranya yakni:
1. Partai Politik wajib membuat suatu program khusus berupa kaderisasi
terhadap kader perempuan
2. Partai Politik wajib membuat suatu pendidikan khusus bagi calon
legislatif perempuan terkait strategi dalam memenangkan pemilihan
umum
3. Partai politik perlu mengupayakan calon legislatif perempuan agar
memperjuangkan isu terkait perempuan
DAFTAR PUSTAKA
Ballington, Julie. 2011. Pemberdayaan Perempuan Untuk Partai Politik yang
Lebih Kuat. Graphics Service Bureau, inc.
Firmanzah. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Firmanzah. 2012. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Fuad, Anis & Nugroho, Kandung Sapto. 2014. Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Negara, Demokrasi dan Civil Society. Graha
Ilmu; Yogyakarta
Jurdi, Fatahullah. 2014. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Lovenduski, Joni & Norris, Pippa. 1993. Gender and Party Politics. London:
Sage Publications
Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia.
Yogyakarta: Institute For Democracy and Welfarism
Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas
Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu
Robbins, Stephen P, Judge, dan A, Timothy. 2008. Perilaku Organisasi Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat
Rustiadi. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Scroder, Peter. 2010. Strategi Politik. Jakarta: Friedich Naumann-Stiftung fur die
Freiheit
Sjamsuddin, Nazuruddin dkk. 1998. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Karunia
Sugiono, Arif. 2013. Strategic Political Marketing. Yogyakarta: Ombak
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Jurnal dan Terbitan Ilmiah
Annual report 2017. Inter-Parliamentary Union 2018.
Ardi, Anis Maryuni. 2014. Perempuan Di Legislatif: Advokasi Perempuan
Legislatif Bagi Kepentingan Dapil Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Jawa Timur. Jurnal Politik Muda. Volume 3. Nomor 3: 303-318
Mahmud, Insan. 2018. Strategi Pemenangan Partai Keadilan Dan Persatuan
Indonesia (PKPI) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pemilu
Legislatif Kota Salatiga Tahun 2009. Jurnal Ilmu Politik. Volume 9 Nomor
1: 47-59
Marpaung, Lukman I. 2016. Strategi Kampanye Partai Golkar dalam Pemilihan
Legislatif Surabaya 2014. Jurnal Politik Muda. Volume 5 Nomor 2:171-182
Nimrah, Siti. Sakaria. 2015. Perempuan dan Budaya Patriarki dalam Politik (Studi
Kasus Kegagalan Caleg Perempuan dalam Pemilu Legislative 2014). Jurnal
Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Volume 1 Nomor 2: 173-182
Ningsih, Reza Tri Ayu. 2016. Keterwakilan Perempuan dalam Pencalonan
Sebagai Anggota Legislatif oleh Partai Politik d Kabupaten Berau. eJurnal
Ilmu Pemerintahan. Volume 4 Nomor 4: 1603-1614
Walahe, Dewi. 2018. Kekuatan Politik Perempuan dalam Organisasi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) di Kabupaten Gorontalo. Journal of Public
Administration Studies. Volume 1 Nomor 1:1-15
Waring, Marilyn. 2000. Politics: Women Insight. Albrecht, Nick (Ed). Inter-
Parliamentary Union. New York.
Skripsi, Tesis, dan Disertasi
A Rosita Novi. 2005. Kebijakan Partai Politik dalam Merespon Pemberlakuan
Kuota 30% Keterwakilan Perempuan dalam Pencalonan Anggota Legislatif
Pada Pemilu 2009 (Studi Kasus Pada Partai PDI Perjuangan dan PKS di
Kota Surakarta). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Darmastuti, Ari. 2010. Perempuan dalam Relasi Kekuasaan di Partai Keadilan
Sejahtera Periode Kepengurusan 2005-2010. (Disertasi). Universitas
Indonesia. Jakarta
Fauzi, Hendra. 2010. Strategi Politik Calon Legislatif Perempuan dalam
Memenangkan Pemilihan Legislatif 2009. (Skripsi). Universitas Lampung.
Bandar Lampung
Nofiani, Dwi. 2015. Strategi Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam
Memenangkan Calon Legislatif Perempuan Menghadapi Pemilihan Umum
(Pemilu) 2014 di Kota Tanjungpinang. (Skripsi). Universitas Maritim Raja
Ali Haji. Tanjung Pinang
Artikel
Adhiyuda Prasetia, Fransiskus. 9 Maret 2018. PDIP: Ditangan Perempuan Jalan
Politik Berkebudayaan Diwujudkan.
http://www.tribunnews.com/nasional/2018/03/09/pdip-di-tangan-
perempuan-jalan-politik-berkebudayaan-diwujudkan diakses pada tanggal
28 Januari 2019 pukul 19.40 WIB
Bagus, Budi. 22 Februari 2017. Partai NasDem Lampung Beri Bantuan 1.000
Paket Sembako untuk Korban Banjir Bandar Lampung.
https://www.jejamo.com/partai-nasdem-lampung-beri-bantuan-1-000-
paket-sembako-untuk-korban-banjir-bandar-lampung.html diakses pada 31
Januari 2019 pukul 19.10 WIB
Bagus, Budi. 23 Maret 2016. DPW NasDem Lampung Tutup Program Indonesia
Memanggil https://www.jejamo.com/dpw-nasdem-lampung-tutup-
program-indonesia-memanggil.html diakses pada 25 Februari 2019 pukul
13.40 WIB
Data Pemilu 2014. http://ppid.kpu.go.id/?idkpu=1800&idmenu=infosertamerta
diakses pada 12 September 2018 pukul 14.20 WIB
Hidayah, Siti Nurul. Keterwakilan Perempuan dalam Politik. DetikNews. 20 Agustus
2018 https://m.detik.com/news/kolom/4174432/keterwakilan-perempuan-
dalam-politik diakses pada 19 Oktober 2019 pukul 14.15 WIB
Konsep Gender. http://www.bps.go.id/subject/40/gender.html diakses pada 15
Oktober 2018 pukul 09.30 WIB
Humas. Pembangunan Gender dan Hal-Hal yang Belum Selesai 2 Mei 2018
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia.https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1720/pe
mbangunan-gender-dan-hal-hal-yang-belum-selesai diakses pada 21
Oktober 2018 pukul 06.30 WIB
Kaderisasi Perempuan Nasionl PDI Perjuangan: Perkuat Keadaban Politik.
https://pdiperjuangan.id/article/category/detail/380/Berita/Kaderisasi-
Perempuan-Nasional-PDI-Perjuangan-Perkuat-Keadaban-Politik diakses
pada tanggal 24 Januari 2019 pukul 13.00 WIB
Sejarah Partai. http://www.pdi-perjuangan.or.id/info/sejarah-partai-pdi-
perjuangan/ diakses pada tanggal 9 Desember 2018 pukul 11.10 WIB
Sejarah Partai Nasdem. https://www.partainasdem.id/pages/sejarah-partai-nasdem
diakses pada tanggal 9 Desember 2018 pukul 10.10 WIB
Visi dan misi. https://pdiperjuangan.id/article/category/child/27/Partai/Visi-dan-
Misi diakses pada tanggal 9 Desember 2018 pukul 10.15 WIB
Visi Misi. https://www.partainasdem.id/pages/visi-misi diakses pada tanggal 9
Desember 2018 pukul 11.00 WIB
Zakaria, Herman. 15 Februari 2019. Alasan Nasdem Tempatkan Banyak
Perempuan Di Posisi Strategis Partai
https://www.liputan6.com/news/read/3895554/alasan-nasdem-tempatkan-
banyak-perempuan-di-posisi-strategis-partai diakses pada 25 Februari
2019 pukul 13.55 WIB
39% Bacaleg Perempuan Nasdem Lampung Isi 100% Kuota Kursi. 17 Juli 2018.
https://www.partainasdem.id/read/5567/2018/07/17/39-bacaleg-
perempuan-nasdem-lampung-isi-100-kuota-kursi diakses pada 25 Februari
2019 pukul 14.10 WIB
DPD PDIP Lampung Gelar Pelatihan Tingkat Madya
https://www.journalnusantara.co.id/2017/12/dpd-pdip-lampung-gelar-
pelatihan.html diakses pada 25 Februari 2019 pukul 14.10 WIB
PDI Perjuangan Lampung Selektif Usung Calon Legislatif. 27 April 2018.
https://www.kaskus.co.id/thread/5ae32cce162ec264568b4569/pdi-
perjuangan-lampung-selektif-usung-calon-legislatif/ diakses pada 25
Februari 2019 pukul 14.50 WIB
https://www.kupastuntas.co/2017/02/nasdem-buka -pendaftaran-bakal-caleg-
2019/ diakses pada 25 Februari 2019 pukul 16.00 WIB
Dokumen
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
DPD dan DPRD
Peraturan Komisi emilihan Umum (PKPU) Nomor 7 Tahun 2013 tentang Aturan
Pencalonan DPR, DPD dan DPRD Kabupaten/Kota
AD/ART Partai