strategi public relations bank indonesia dalam menanggapi...
TRANSCRIPT
STRATEGI PUBLIC RELATIONS BANK INDONESIA
DALAM MENANGGAPI ISU LOGO PALU ARIT
PADA PECAHAN RUPIAH TAHUN EMISI 2016
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Nurul Hidayat
NIM: 1113051000219
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1439 H
i
ABSTRAK
Nurul Hidayat
Strategi Public Relations Bank Indonesia dalam Menanggapi Isu Logo Palu
Arit pada Pecahan Rupiah Tahun Emisi 2016, di bawah bimbingan
Mulkanasir, BA, S.Pd, MM.
Di era globalisasi informasi saat ini, Peran Public Relations sangat
diperlukan dalam membantu menjawab dan mengelola isu -isu yang berkembang
di tengah masyarakat. Tugas dan fungsi Public Relations dalam Bank Indonesia di
jalankan oleh departemen komunikasi. Hal itu sesuai dengan salah satu tugasnya
yaitu merumuskan strategi dan program komunikasi serta koordinasi komunikasi
kebijakan dan isu kritikal (komunikasi krisis) BI.
Pada 19 Desember 2016, Bank Indonesia resmi menerbitkan uang baru
Rupiah TE 2016. Hal tersebut berdasarkan amanat undang-undang No.7 tahun 2011
tentang mata uang. Tak lama setelah itu Rupiah TE 2016 ini menimbulkan polemik,
karena diisukan memuat logo palu arit pada desain barunya. Isu tersebut menjadi
viral di media sosial, sehingga membuat masyarakat percaya akan isu logo palu arit
tersebut. Departemen Komunikasi dalam hal ini menjadi garda terdepan dalam
menyusun strategi dalam menanggapi isu tersebut agar tidak berkembang menjadi
krisis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan, bagaimana analisa
isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016?, kemudian, Strategi apa yang
dilakukan Public Relations Bank Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit
pada pecahan Rupiah TE 2016?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus penelitian, peneliti melakukan
eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap
satu orang atau lebih. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
observasi partisipasi pasif, wawancara dan dokumentasi.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Strategi Public
Relations Ronald D. Smith yang dikolaborasikan dengan proses manajemen isu
Regester & Larkin. Pengolaborasian tersebut menghasilakan beberapa tahapan
yang digunakan peneliti untuk membantu menjawab masalah dalam penelitian ini,
yaitu: tahap identifikasi isu, tahap analisis isu, tahap strategi dengan strategi respons
dinamis, taktik komunikasi, dan evaluasi.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa Strategi Public Relations
Bank Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016
dilakukan adalah dengan melakukan tahap identifikasi isu yakni mengumpulkan
isu, tahap analisis isu yakni mencari penyebab isu muncul, tahap strategi dengan
menggunakan strategi respons dinamis yakni memberikan klarifikasi isu, tahap
taktik komunikasi yakni komunikasi tatap muka, engagement dengan stakeholders,
edukasi lewat media sosial, optimalisasi layanan informasi publik dan
mengoptimalkan pegawai BI sebagai humas internal, kemudian tahap terkhir adalah
evaluasi.
Kata Kunci : Public Relations, Bank Indonesia, Logo Palu Arit, Rupiah TE 2016
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
memberikan kenikmatan, kekuatan, kemudahan dan ilmu pengetahuan sehingga
penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Public
Relations Bank Indonesia dalam Menghadapi Isu Logo Palu Arit pada Pecahan
Rupiah Tahun Emisi 2016. Sholawat teriring salam senantiasa tercurahakan kepada
Nabi Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman terang yang tercerahkan dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa doa, bantuan dan dukungan dari semua pihak. Maka dari itu, pada
kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Bapak Suparto, M. Ed, Ph. D, Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA, serta Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Bapak Dr. Suhaimi, M. Si.
3. Drs. Masran, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
dan Fita Fatkhurakhamah, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM, selaku dosen pembimbing yang telah
iii
meluangakan waktunya dan sabar dalam memberikan arahan, saran dan
kritik yang membangun dalam penyelesaian penulisan ini.
5. Nasichah, MA, selaku pensihat akademik yang senantiasa mendoakan dan
mengingatkan penulis untuk semangat dalam penulisan skripsi.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. Semoga apa yang telah
diberikan bermanfaat bagi penulis dalam menjalani kehidupan di
masyarakat dan menjadi amal soleh yang terus mengalir bagi Bapak dan Ibu
sekalian.
7. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Keluarga Penulis. Orang Tua tercinta, Almarhum Ayahanda H. Mulyana
dan Ibu Hj. Mukminah yang senantiasa mendoakan kesuksesan anaknya dan
memberikan semangat maupun motivasi untuk senantiasa sabar dalam
menuntut ilmu sehingga menjadi mahasiswa yang lulus dengan kualitas
yang baik. Teruntuk Kakak penulis, Muhyidin (Muki) dan Siti Masitoh yang
senantiasa mendoakan adiknya. Semoga adikmu ini bisa menjadi
kebanggaan keluarga dan harapan bagi Nusa dan Bangsa.
9. Tim Departemen Komunikasi Bank Indonesia Pak Andi Wiyana, Mas
Abraham, Mbak Fita dan Direktur PR Indonesia Mas Asmono Wikan.
Terima kasih atas kesediaan wawancara maupun bantuan data yang penulis
butuhkan untuk melengkapi skripsi ini.
10. Guru-Guru tercinta. Alm. Abi KH. Subari, Alm. Abah KH. Nurhasan, Alm.
Abah H. Ghozali, gofarallahu wa rahimallahu lahum dan Abi KH. Bahrudin,
iv
S. Ag yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam memberikan ilmunya kepada
penulis. Semoga penulis dapat mengamalkan apa yang telah diajarkan dan
semoga bisa menjadi amal soleh bagi guru-guru tercinta.
11. Rian Hidayat, M.Si, mentor yang selalu membantu dan membimbing
penulis dari awal penulisan skripsi ini hingga akhir. Semoga apayang
diberikan bisa menjadi bekal bagi penulis dalam menjalin relasi.
12. Sahabat seperjuangan. M. Syuryadi, Ibtisamah Nur Rosyidah, Aida Nur
Aida, Abdul Aziz Masindo dll. Terima kasih telah menemani dalam
berjuang dan berproses bersama.
13. Keluarga Besar Pengurus Perguruan Tinggi Ikatan Ilmu Komunikasi
Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala pembelajarannya
mengenai ilmu keorganisasian dan kepemimpinan.
14. Keluarga Besar SDN Setialaksana 03, MTs Nurul Islam, Ponpes
Daarurrahmah, Ponpes Al-Falahiyah, Ponpes Al-Muawanah Cikande, yang
telah memberikan banyak pelajaran dan pengetahuan kepada penulis baik
ilmu agama maupun ilmu dunia.
15. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam khususnya teman-teman
Kobong Empang, Arijul Fikri, Badru Hawasi, Abdul Rohman, Ubad,
Ahmad Fauzi, Mughni Labib, dll. Terima kasih atas pembelajaranya
mengenai ilmu agama Islam dan bagaimana menjalani kehidupan.
16. Anggota geng kosan. Iman Taufiq Muas, Ahmad Mutawally, Farouq
Audah, Khairul Umamul Arifin yang selalu memotivasi penulis dalam
menyelesasikan skripsi ini.
17. Rekan-rekan mahasiswa Komunikasi dam Penyiaran Islam angkatan 2013
v
khususya KPI E yang telah berjuang bersama dengan berbagai canda, tawa,
amarah dan perjuangan yang akan selalu membekas.
18. KKN 2016 Mentari 171, serta warga Desa Pasir Barat yang telah
memberikan pelajaran tentang arti kehidupan, kemandirian dan pengabdian
masyarakat.
19. Pembaca penulisan skripsi ini. Semoga apa yang penulis tulis dapat
bermafaat.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan penulisan ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritik
sehingga dapat menjadikan penulisan ini lebih baik lagi. Semoga apa yang penulis
tuliskan dalam skripsi ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal jariyah
untuk penulis, keluarga dan para pengajar.
Jakarta, 18 Maret 2018
Nurul Hidayat
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 14
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Public Relations ............................................................. 18
1. Pengertian Strategi.................................................................. 18
2. Pengertian Public Relations ................................................... 20
3. Fungsi Public Relations .......................................................... 23
4. Peranan Public Relations ........................................................ 24
5. Strategi Public Relations ........................................................ 26
B. Isu ................................................................................................ 30
1. Pengertian Isu ......................................................................... 30
2. Tahapan isu ............................................................................. 33
3. Manajemen Isu ....................................................................... 35
vii
4. Proses Manajemen Isu ............................................................ 36
C. Logo Palu Arit ............................................................................. 39
1. Pengertian Logo...................................................................... 39
2. Palu Arit.................................................................................. 40
BAB III GAMBARAN UMUM BANK INDONESIA
A. Sejarah Bank Indonesia ............................................................... 43
B. Status dan Kedudukan Bank Indonesia ....................................... 47
C. Visi, Misi Bank Indonesia ........................................................... 50
D. Tujuan Bank Indonesia................................................................ 51
E. Tugas Bank Indonesia ................................................................. 52
F. Logo Bank Indonesia .................................................................. 56
G. Struktur Organisasi ...................................................................... 58
H. Proses Pencetakan Uang Rupiah ................................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Isu Logo Palu Arit pada Pecahan Rupiah TE 2016 ..................... 65
B. Strategi Public Relations Bank Indonesia dalam Menangapi
Isu Logo Palu Arit Pada Pecahan Rupiah TE 2016 .................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 99
B. Saran ............................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Frekuensi Isu Logo Palu Arit .................................................. 73
Tabel 1 Tabel Frekuensi Isu Logo Palu Arit .................................................. 77
Tabel 2 Akun Resmi Media Sosial Bank Indoenesia ..................................... 89
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tiga Pilar Tugas Bank Indonesia .......................................................... 52
Gambar 2 Paradigma Kebijakan Bank Indonesia .................................................. 55
Gambar 3 Logo Bank Indonesia ............................................................................ 56
Gambar 4 Struktur Organisasi Bank Indonesia ...................................................... 59
Gambar 5 Struktur Organisasi Departemen Komunikasi Bank Indonesia............. 60
Gambar 6 Berita Habib Rizieq Melaporkan Gubernur BI, Menkeu dan Peruri..... 68
Gambar 7 Berita Logo Palu Arit yang Populer di Media Sosial ............................ 70
Gambar 8 Penjelasan Gubernur BI mengenai Isu Logo Palu Arit ......................... 72
Gambar 6 Berita Logo Mirip Palu Arit yang Heboh di Media Sosial ................... 79
Gambar 8 Berita Bantahan Gubernur BI Mengenai Logo Palu Arit ...................... 97
Gambar 9 Penjelasan Gubernur BI Mengenai Tudingan Logo Palu Arit di
Rupiah .................................................................................................................... 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi perusahaan, munculnya isu dalam masyarakat menjadi suatu
permasalahan yang akan mempengaruhi jalannya sebuah perusahaan. Banyak isu
yang berkembang dalam masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan
atau organisasi dalam mencapai visi dan misi yang ingin dicapai. Jika isu yang
berkembang tidak ditanggapi secara tepat, tidak saja dapat menghambat pencapaian
tujuan organisasi, tetapi dapat juga membahayakan kelangsungan hidup
organisasi.1
Isu-isu muncul ketika ada ketidaksesuaian antara pengharapan publik
dengan praktek organisasi yang jika diabaikan bisa berdampak merugikan bagi
organisasi. Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau
nilai.2 Adanya isu dapat disebabkan dari pihak dalam (internal) maupun pihak luar
(eksternal). Isu yang disebabkan oleh pihak dalam seperti kesalahan strategi bisnis,
produk yang kurang sempurna, hubungan kerja yang kurang baik, pergantian
manajemen dan sebagainya. Sedangkan isu yang disebabkan oleh pihak eksternal
adalah bencana alam, persepsi publik, persaingan bisnis maupun unsur politis.
Pada dasarnya, semakin besar dan berkembangnya suatu perusahaan maka
tidak menutup kemungkinan semakin besar juga perusahaan tersebut berpotensi
untuk terkena isu. Isu yang tidak dikelola dengan baik, akan menyebabkan krisis
dan krisis berpotensi mengancam reputasi perusahaan3. Maka dari itu, dalam
1 G.I. Putra, Manajemen Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal.
22. 2 Prayudi, Penulisan Naskah Public Relations, (Yogyakarta: penerbit andi, 2007), hal. 26. 3 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 254
2
masalah menangani isu di suatu perusahaan atau organisasi, dituntut kepiawaian
dari Public Relations (PR) dalam menjalankan peran dan fungsinya. Public
Relations harus mampu menjadi mediator yang menjembatani hubungan antara
manajemen dan penyebab dari isu tersebut muncul, baik itu dari sisi internal
maupun eksternal. Public Relations juga harus mempersiapkan diri atas
kemungkinan terburuk dengan melakukan antisipasi dan memberikan respon
sebaik-baiknya.
Peran Public Relations dalam organisasi atau perusahaan sangatlah penting
terutama dalam manajemen isu (issues management). Manajemen isu merupakan
upaya organisasi atau perusahaan untuk melihat kecenderuangan isu atau opini
publik yang muncul di tengah masyarakat dalam upaya organisasi memberikan
tanggapan atau respon yang sebaik-baiknya. Manajemen isu meliputi dua tindakan
mendasar yaitu: (1) melakukan identifikasi awal terhadap isu yang memiliki potensi
merugikan organisasi atau perusahaan, (2) memberikan tanggapan terhadap isu
untuk meminimalisir konsekuensi dari munculnya isu.4
Menurut Coombs, Public Relations merupakan manajer isu yang dapat
berperan dalam proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam
mengatasi isu.5 Public Relations sebagai fungsi manajemen yang menangani isu
harus dapat memelihara citra dan reputasi perusahaan agar tetap positif di mata
publiknya. Maka, ketika sebuah perusahaan dilanda isu, praktisi PR harus
melakukan strategi-strategi untuk meredam isu dan memulihkan kondisi hingga
4 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2012), hal. 174. 5 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 181.
3
kembali kondusif. Keberhasilan atau kegagalan dalam menangani isu sangat
tergantung pada bagaimana praktisi PR mengelola isu.
Pada 19 Desember 2016, pemerintah melalui Bank Indonesia secara resmi
meluncurkan sebelas uang baru secara serentak yang merupakan pertama kali sejak
Indonesia merdeka. Rupiah TE 2016 tersebut, terdiri dari tujuh mata uang Rupiah
pecahan kertas, dan empat logam. Tak lama setelah peluncuran, uang baru Rupiah
TE 2016 itu pun menuai polemik, karena diindikasikan terdapat logo palu arit pada
uang kertas Rupiah TE 2016 dengan nominal Seribu Rupiah sampai dengan Seratus
Ribu Rupiah.
Berita tersebut menjadi viral di media sosial dan membuat sebagian
masyarakat sempat percaya serta menuduh Bank Indonesia menyelipkan unsur
paham komunis dalam uang kertas Rupiah. Bank Indonesia juga dianggap sebagai
‘antek’ Partai Komunis Indonesia, salah satu partai yang sudah tidak ada lagi
keberadaannya di Indonesia.6 Selain di media sosial, berita adanya logo palu arit
pada pecahan Rupiah TE 2016 banyak diberitakan di media-media online nasional
seperti, Kompas.com, Tempo.co, Detik.com dan lain sebagainya. Isu tersebut pun
menjadi trending topic dan banyak di diskusikan di masyarakat.
Isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 menjadi isu yang
sensasional. Hal itu karena ada dukungan dari salah satu stakholders terkenal yaitu,
Rizieq Shihab atau biasa dikenal dengan panggilan Habib Rizieq. Pimpinan Front
Pembela Islam (FPI) itu bahkan melaporkan Gubernur Bank Indonesia Agus
Martowardojo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Mabes Polri mengenai
6 https://www.bi.go.id/id/publikasi/gerai-info/Pages/geraiinfo-64-Komunikasi-Dinamis-
Ala-Bank-Sentral.aspx, diakses pada Minggu, 26 Maret 2018 pukul 09.42 WIB.
4
indikasi adanya muatan logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016. Hal tersebut
seperti yang dikutip dari berita kompas.com edisi 11 Januari 2017 sebagai berikut:
Gubernur BI dan Menkeu dianggap bertanggung jawab
karena turut membubuhkan tanda tangan pada uang
baru tersebut. Selain itu, Rizieq juga akan melaporkan
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Peruri) dan desainer logo.
"Kami akan laporkan ke Mabes Polri. Kami akan laporkan
Gubernur BI, Menteri Keuangan," kata Rizieq saat menemui
pimpinan DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta,
Rabu (11/1/2017).7
Bank Indonesia merupakan bank sentral dan satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut,
menarik, dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran. Kewenangan BI dalam
mengedarkan uang merupakan kewenangan yang dilandaskan pada UU tentang
Bank Indonesia (UUBI) No. 23 Tahun 1999. Dalam UUBI diatur beberapa
kewenangan BI, antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang sebagai alat
pembayaran yang sah (Pasal 2 UUBI). Selain itu, Bank Indonesia juga berwenang
menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.8
Oleh sebab itu, sebagai bank sentral, Bank Indonesia salah satu lembaga
yang paling bertanggung jawab atas terbitnya uang baru Rupiah TE 2016. Bank
Indonesia merupakan lembaga Negara hasil proses nasionalisasi De Javasche Bank
NV, yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1953. Hal tersebut berdasarkan Undang-
Undang Pokok Bank Indonesia atau Undang-Undang No. 11 Tahun 1953.9
7halttp://nasional.kompas.com/read/2017/01/11/18334631/rizieq.akan.laporkan.gubernur.
bi.menkeu.dan.peruri.soal.logo.palu.arit, diakses pada 4 Juli 2017 pkl 04.35 WIB. 8 Bank Indonesia, Buku Panduan Uang Rupiah, (Jakarta: Direktorat Pengedaran Uang
Bank Indonesia, 2011), hal. 6. 9 www.bi.go.id/id/tentang-bi/profil/Documents/07_sejarah_rev1.pdf, diakses pada Kamis,
27 Juli 2017 pukul 11.24 WIB.
5
Lembaga ini di dirikan dengan tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
rupiah.
Adanya isu logo palu arit, tentu bisa mengancam reputasi Bank Indonesia
bahkan bisa mengganggu kestabilan Rupiah. Isu logo palu arit memang sangat
sensitif di Indonesia yang mayoritas penduduknya kaum muslim. Hal tersebut
karena, logo palu arit yang menjadi simbol komunisme, dari segi teologi tidak
mengenal adanya Tuhan. Sedangkan di Indonesia menganut prinsip berketuhanan,
salah satunya adalah umat Islam. Oleh sebab itu, penggunaan simbol palu arit telah
dinyatakan terlarang di Indonesia sejak 1966, sebagaimana telah diatur dalam
undang-undang no. 27 tahun 1999 dan ketetapan MPRS (TAPMPRS) Nomor
XXV/MPRS/1966 tahun 1966.
Suatu isu tidak akan muncul tanpa ada penyebabnya dan suatu krisis
biasanya muncul dari isu yang terus berkembang. Jika tidak adanya penanganan isu
yang baik oleh Public Relations, maka akan menimbulkan sebuah krisis. Selain itu,
salah satu tools yang mempercepat berkembangnya isu di suatu organisasi sampai
kepada publik adalah media, terutama media sosial. Pemberitaan di media sosial
sangat mempengaruhi berkembangnya isu menjadi krisis. Apalagi jika isu tersebut
menjadi viral dan bocor ke media online. Hal tersebut menjadi tantangan bagi
Public Relations Bank Indonesia yang fungsi dan tugasnya dijalankan oleh
Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Keberhasilan atau kegagalan dalam menangani isu sangat tergantung pada
bagaimana PR Bank Indonesia mengelola isu tersebut. Public Relations Bank
Indonesia harus melakukan strategi-strategi dalam menanggapi isu logo palu arit
yang tengah berkembang dan sudah menjadi viral di media sosial maupun online.
6
Sehingga isu tersebut tidak berkembang lebih jauh menjadi krisis yang
berkepanjangan dan berdampak besar bagi Bank Indonesia.
Strategi menurut Onong Uchjana Effendy pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.10 Dari
pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam strategi terdapat perencanaan dan
pengaturan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Jadi, Public Relations Bank
Indonesia pada saat terjadi isu harus memutuskan tindakan apa yang mestinya
dilakukan dalam menyelesaikan isu tersebut berdasarkan sumber-sumber dan data
yang diperoleh dilapangan terkait dengan isu yang dihadapi.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
mendalam yang dituangkan dalam bentuk penelitian berjudul “Strategi Public
Relations Bank Indonesia dalam Menanggapi Isu Logo Palu Arit pada
Pecahan Rupiah Tahun Emisi 2016”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dan fokus, maka penulis
membatasi penelitian ini pada strategi yang dilakukan Public Relations Bank
Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE
2016. Mulai dari menganalisa isu, mengidentifikasi isu, merencanakan
strategi dan mengimplementasikan strateginya, setelah Bank Indonesia secara
resmi menerbitkan uang Rupiah TE 2016 pada 19 Desember 2016.
10Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007). Cet ke-1, hal. 40.
7
2. Rumusan Masalah
Agar permasalahan lebih fokus dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memahami isi. Maka, dalam pembahasan skripsi ini, peneliti merumuskan
beberapa masalah yang dianggap penting, yaitu:
a. Bagaimana analisa isu logo palu arit pada pecahan Rupiah Tahun Emisi
2016?
b. Strategi apa yang diimplementasikan Public Relations Bank Indonesia
dalam menanggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah Tahun Emisi
2016?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana analisa isu logo palu arit pada
pecahan Rupiah TE 2016.
b. Untuk mengetahui strategi yang diimplementasikan Public
Relations Bank Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit pada
pecahan Rupiah TE 2016.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dihasilkan dengan adanya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
a. Manfaat Teoritis / Akademis
Sebagai acuan ilmiah maupun referensi dalam pengembangan ilmu
komunikasi, khususnya pada tataran kajian tentang Public Relations.
Kegiatan penelitian ini merupakan stimulus dan kesempatan bagi
penulis untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang didapat
dibangku perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan dalam sebuah tulisan
ilmiah. Besar harapan penulis penelitian ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan untuk mempelajari langsung strategi Public Relations Bank
Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE
2016.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kerja
Public Relations mengenai strategi yang harus dilakukan oleh Public
Relations ketika menangani sebuah isu terutama bagi lembaga Bank
Indonesia. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan yang ideal terutama
bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat luas yang terlibat dalam bidang
komunikasi.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para
penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang
penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,
9
menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu
melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.11
Paradigma tersebut menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan
bereaksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak
menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang
orang terhadap realitas tersebut.12
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme sebagai pedoman
proses pelaksanaan penelitian. Menurut Guba konstruktivisme menunjukan
adanya realitas dari hasil konstruksi kemampuan berpikir seseorang. Artinya,
sebuah realitas terbentuk melalui pikiran manusia yang hendak berpikir
mengenai realitas tersebut. Konstruktivisme bersifat tidak tetap atau selalu
berkembang, diibaratkan seperti fasilitator yang menjembatani keragaman
sikap dan pandangan pelaku sosial. Tujuannya untuk menyusun kembali
(rekonstruksi), kemudian menjabarkan seluruh realitas sosial melalui dialog
antara peneliti dan yang diteliti.13
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang
sumber datanya diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber dan
dijelaskan dalam bentuk kata-kata. Penelitian ini bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh Public Relations Bank Indonesia
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
11 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), hal. 9. 12 Elvinaro Ardianto dan Bambang Q Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 158. 13 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta, PT
Bumi Aksara, 2013), hal. 48-49.
10
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.14
3. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi
Kasus atau Case Study karena studi kasus cocok untuk tahap pendekatan
kualitatif deskriptif. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap
suatu objek yang disebut sebagai kasus, yang dilakukan secara seutuhnya,
menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai macam sumber
data. Selain itu, Creswell menyebut metode penelitian studi kasus sebagai salah
satu strategi penelitian kualitatif.15
Alasan peneliti memilih metode studi kasus berdasarkan tiga hal yaitu;
Pertama, karena studi kasus merupakan penelitian yang lebih cocok untuk
pertanyaan yang berbunyi how atau why, bagaimana dan kenapa. Sesuai
dengan perumusan masalah pada skripsi ini yaitu mempertanyakan
“bagaimana strategi Public Relations Bank Indonesia dalam menanggapi isu
logo palu arit pada pecahan mata uang rupiah tahun emisi 2016. Kedua, focus
penelitian terletak pada fenomena kontemporer atau yang terjadi pada masa
sekarang dalam kehidupan nyata. Ketiga, Kesimpulan studi kasus yang diambil
tidak berlaku secara umum, tetapi hanya terbatas pada suatu kasus tertentu
yang sedang di teliti dan metode ini membutuhkan peran langsung peneliti
untuk terjun langsung ke lapangan dalam mengumpulkan data melalui
narasumber.
14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi) (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2014), hal.6. 15 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, hal. 114-115.
11
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Public Relations Bank Indonesia
dan objek penelitiannya adalah Strategi Public Relations Bank Indonesia dalam
menanggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian dari 4 Agustus 2017 sampai dengan 31
Desember 2017. Jl. M.H. Thamrin No. 2, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Provinsi
DKI Jakarta.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini tentunya
berpatokan pada kebutuhan analisa. Adapun metode pengumpulan data yang
dilakukan adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat
atau pun mungkin dapat diulang.16 Adapun beberapa bentuk observasi
yaitu, observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur dan observasi
kelompok tidak terstruktur. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik
observasi partisipasi dengan jenis observasi partisipasi pasif.
Observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi
terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan
16 Sukandarrumidi, Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), hal. 69.
12
serta dalam aktivitas kehidupan objek pengamat.17 Sedangkan, observasi
partisipasi pasif adalah peneliti dalam kegiatan pengamatannya tidak
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang
diamatinya, peneliti juga tidak melakukan sesuatu bentuk interaksi sosial
dengan pelaku atau para pelaku yang diamati.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah sebuah proses memperoleh sebuah
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka secara langsung antara pewawancara dengan informan atau
narasumber, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara18.
Dalam hal ini peneliti akan melakukan Tanya jawab langsung
dengan Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Pak
Andi Wiyana dan Praktisi PR sekaligus Direktur PR Indonesia Pak
Asmono Wikan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
keterangan yang jelas tentang strategi Public Relations Bank indonesia
dalam menanggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016.
sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
berstruktur dan tidak berstruktur.19 Hal ini bertujuan memberikan
kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan namun tetap
terarah pada permasalahan yang diteliti.
17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 116. 18 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005),
hal.126. 19 Rusdin Pohalan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007), hal.
58.
13
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data yang
sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Dokumentasi
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
Hasil penelitian akan lebih dipercaya jika sertai dengan dokumentasi.
Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan
interpretasi data. Peneliti mengumpulkan data-data berdasarkan data
dilapangan yang didapat dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia dan
laporan lainnya yang bersangkutan dengan penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan,
selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data yang kedalam kategori, menjabarkan unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.20
Teknik analisis yang digunakan menggunkan strategi umum yaitu
analisis deskriptif. Strategi ini lazimnya dilakukan dengan mendeskripsikan
masing-masing temuan penelitian berdasarkan masing- masing permasalahan.
Jika masing-masing permasalahan diperkirakan dalam beberapa fokus, maka
analisis data dilakukan dengan deskripsi masing-masing kasus.
20 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Alfabeta, 2010), hal. 89.
14
Peneliti membuat penafsiran langsung terhadap data-data dengan
membuat pola-pola dan mencari hubungan antara dua kategori atau lebih.
Penafsiran langsung diberikan untuk memberikan pemaknaan-pemaknaan dari
masing-masing data temuan yang di paparkan pada Bab IV.
Dalam mengembangkan generalisasi naturalistik terhadap strategi
Public Relations dan menghadapkannya dengan teori-teori yang dipergunakan
penelitian ini sebagaimana dimuat dalam Bab II. Langkah generalisasi ini lebih
tepat sebagai langkah pemotretan secara umum dalam bentuk analisis terhadap
temuan-temuan penelitian pada Bab IV. Sebagai sebuah studi kasus, maka
generalisasi dibuat untuk memperjelas konteks khusus strategi Public
Relations Bank Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit pada pecahan
Rupiah TE 2016.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini lebih lanjut dan menyusunnya menjadi
sebuah karya ilmiah, maka langkah awal peneliti adalah dengan menelaah terlebih
dahulu beberapa karya ilmiah yang berkaitan atau hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian ini akan disampaikan strategi Public
Relations Bank indonesia dalam menaggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah
TE 2016. merujuk pada penelitian terdahulu seperti:
1. Strategi Public Relations Bank Muamalat Indonesia (BMI) dalam
Mempertahankan Citra Perusahaan, skripsi mahasiswa Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nuraini menemukan bagaimana strategi
15
Public Relations Bank Muamalat Indonesia dalam mempertahankan citra
perusahaan tahun 2016. Adapun persamaannya dengan penelitian ini
terletak pada penggunaan strategi Public Relations dalam sebuah lembaga
bank. Sedangkan perbedaanya terletak pada objek penelitian. Jika penelitian
ini membahas strategi Public Relations Bank Muamalat Indonesia dalam
mempertahankan citra perusahaan, sedangkan penulis membahas strategi
Public Relations Bank Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit pada
pecahan Rupiah TE 2016.
2. Analisis Strategi Humas Universitas Indonesia dalam Menangani Isu
dan Krisis Organisasi (Studi Kasus pada Pemberitaan di Media Online
Mengenai Save UI), skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia. Dwika Aldila menemukan bagaimana strategi
Humas UI dalam menangani isu dan krisis organisasi mengenai kasus Save
UI. Persamaan dengan skripsi ini terletak pada fokus strategi Public
Relations dalam menangani isu. Sedangkan perbedaanya terdapat pada
subjek penelitian.
3. Strategi Public Relations Kantor Staf Presiden Republik Indonesia
dalam Mengelola Isu Keagamaan di Media Massa, skripsi mahasiswa
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ayu Utami Saraswati
menemukan strategi yang diimplementasikan oleh Public Relations Kantor
Staf Presiden Republik Indonesia dalam Mengelola Isu Keagamaan di
Media Massa. Persamaan dengan skripsi ini adalah terdapat pada strategi
Public Relations dalam mengelola isu. Sedangkan perbedaannya adalah
16
pada subjek penelitiannya. Pada skripsi ini subjek penelitiannya adalah
Public Relations Kantor Staf Presiden Republik Indonesia sedangkan
subjek penelitian dari penulis adalah Public Relations Bank Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Secara sistematis penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih
jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Landasan Teori
Bab ini menguraikan mengenai pengertian strategi selanjutnya
membahas mengenai Public Relations mulai dari pengertian, fungsi dan
tujuan. Lalu ditutup dengan menjelaskan teori strategi public relations dan
konsep manajemen isu.
3. BAB III Gambaran Umum Bank Indonesia
Bab ini terdiri dari sejarah, visi dan misi, perkembangan, struktur
organisasi, kedudukan tugas dan fungsi, struktur bidang Public Relations Bank
Indonesia dan proses pencetakan uang rupiah.
4. BAB IV Hasil Temuan dan Analisis Data
Dalam bab ini akan diuraikan hasil analisa temuan di lapangan berupa
kronologis isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 terjadi strategi PR
Bank Indonesia dalam menanggapi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE
2016.
17
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir penulisan
skripsi penulis menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam
penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
D. Strategi Public Relations
6. Pengertian Strategi
Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu
perusahan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan
efisien, perusahaan harus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau
hambatan yang datang dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya
konsep mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang
mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda mengenai strategi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) strategi adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.21
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan
suatu peperangan. Secara etimologi kata strategi menurut Ali Murtopo berasal
dari kata majemuk bahasa Yunani, yaitu stratos dan agein. Stratos sendiri
artinya pasukan dan agein berarti memimpin.22 Jadi strategi bisa diartikan
memimpin pasukan dan ilmu strategi adalah ilmu tentang memimpin pasukan.
Secara terminologi banyak ahli telah mengemukakan definisi
strategi dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Seperti halnya Onong
Uchjana Effendy yang beranggapan bahwa strategi pada hakikatnya adalah
21 Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 1092. 22 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan. (Jakarta: Center for Strategic and
Internasional Studies-CSIS, 1978), hal. 7.
19
perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan
tersebut.23 Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam strategi
terdapat perencanaan dan pengaturan agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai. Tak berbeda jauh Ahmad S. Adnanputra dalam Rosady Ruslan
berpendapat bahwa strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan),
sedangkan rencana merupakan produk dari perencanaan (planning), yang pada
akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dari proses manajemen.24
Menurut John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, yang berpendapat
bahwa strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan,
guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan.25
Begitupun Freddy Rangkuti, menurutnya strategi adalah perencanaan induk
yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai
semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan
sebelumnya.26
Sementara itu, Glueck William F dan Jauch Lawrence berpandangan
strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan
lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.27
23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007). Cet ke-1, hal. 40. 24 Rosadi Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2006), hal.133. 25 John A pearce II dan Richard B Robinson Jr, Manajemen Strategis 10, (Jakarta: Salemba
Empat,2008), hal. 2. 26 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT
Gramedia pustaka utama,2013), hal. 183. 27 Glueck William F dan Jauch Lawrence, Manajemen dan Strategis Kebijakan
Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1989), hal. 9.
20
Sedangkan menurut George Steiner & John Mineer, strategi adalah
penempatan misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat
kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu
untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat,
sehingga sasaran organisasi akan tercapai.28 Dari beberapa pendapat di atas
bisa dikatakan strategi merupakan perencanaan jangka panjang perusahaan
dalam menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil
perusahaan dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan datang.
7. Pengertian Public Relations
Kehadiran Public Relations sangat dibutuhkan oleh setiap
organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan)
maupun non komersial seperti lembaga pemerintahan, karena Public
Relations merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan
suatu organisasi secara positif. Public Relations merupakan mediator yang
berada antara pimpinan organisasi dengan publiknya, baik dalam upaya
membina hubungan masyarakat internal maupun eksternal. Sebagai publik,
mereka berhak mengetahui rencana kebijaksanaan aktivitas, program kerja
dan rencana usaha-usaha suatu organisasi atau perusahaan berdasarkan
keadaan, harapan-harapan dan sesuai dengan keinginan publik sasarannya.
Keutaaman dari Public Relations dalam mewakili top manajemen suatu
lembaga atau organisasi adalah bentuk kegiatan two ways communication
yang merupakan ciri khas dari fungsi dan peranan Public Relations. Hal
tersebut dikarenakan salah satu tugas Public Relations adalah bertindak
28 George Steiner & John Mineer, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga), hal. 20.
21
sebagai nara sumber informasi (source of information) dan merupakan
saluran informasi (channel of information).29
Banyak pandangan yang beragam terkait definisi Public Relations dari
para ahli. International Public Relations Association (IPRA) mendefinisikan
Public Relations adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan
berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik untuk
memperoleh pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau
mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik di antara mereka.30
Dalam Public Relations News, Public Relations adalah fungsi
manajemen yang menilai sikap publik, menyatakan kebijaksanaan dan
prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan
melaksanakan program kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan
dari publiknya.31 Pendapat tak jauh pun dikemukakan oleh J.C, Seidel PR
Director, yang di kutip oleh Soleh Soemirat yang berpendapat bahwa Public
Relations adalah proses yang berkelanjutan dari usaha-usaha manajemen
untuk memperoleh goodwill (kemauan baik) dan pengertian dari pelanggan,
pegawai dan publik yang luas. Ke dalam mengadakan analisis dan perbaikan
diri sendiri sedangkan keluar memberikan pernyataan-pernyataan.32
Berbeda halnya dengan Frank Jefkins yang menyatakan bahwa Public
Relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang
29 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 14-15. 30 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 14. 31 Neni Yulianita, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Pusat Penerbit Universitas,
2007), hal. 25. 32 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, hal. 12.
22
terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu perusahaan atau
organisasi terhadap khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.33 Begitupun pernyataan
Edward Bernays yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam
mendefinisikan Public Relations: “information given to the public, persuasion
directed at the public to modify attitude and actions, and efforts to integrate
attitude and actions of an institution with its public with those of that
institution”. Maksudnya adalah memberikan informasi secara langsung dan
persuasif kepada publik agar merubah tindakan atau sikap publik untuk dapat
berintegrasi dengan tindakan dan sifat publik dari suatu institusi.34
Sementara Coombs dalam Rachmat Kriyantono mempunyai
pandangan lain dalam mendefinisikan Public Relations. Menurut Coombs
Public Relations merupakan manajer krisis yang dapat berperan dalam proses
merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam mengatasi krisis.35
Public Relations sebagai fungsi manajemen yang menangani isu dan krisis
harus dapat memelihara citra dan reputasi perusahaan agar tetap positif di
mata publiknya. Maka, ketika sebuah perusahaan dilanda isu atau krisis,
praktisi PR harus melakukan strategi komunikasi untuk meredam isu dan
memulihkan kondisi hingga kembali kondusif. Keberhasilan atau kegagalan
dalam menangani isu maupun krisis sangat tergantung pada bagaimana
praktisi PR mengelola isu dan krisis.
33 Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 10. 34 Onong Uchjana Effendi, Human Relations dan Public Relations, (Bandung: Mandar
Maju, 1993), hal. 116. 35 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta: kencana Prenada
Media group, 2012,) hal. 181.
23
Dari berbagai definisi tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa Public
Relations adalah fungsi manajemen yang menjadi jembatan penghubung
antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya dan mampu membantu
menciptakan alur komunikasi dengan baik untuk mewujudkan pengertian satu
sama lain serta ikut terlibat dalam menangani masalah atau isu-isu yang
berkaitan dengan perusahaannya.
8. Fungsi Public Relations
Fungsi utama Public Relations adalah mengetahui langkah-langkah
terbaik dan tepat untuk menjaga hubungan baik antara antara internal
(hubungan ke dalam) dan eksternal (hubungan ke luar) organisasi. Dalam
prakteknya, fungsi Public Relations terbagi menjadi tiga, yakni mengetahui
secara pasti dan mengevaluasi pendapat umum yang berkaitan dengan
organisasinya, menasihati para eksekutif mengenai cara-cara menangani
pendapat umum yang timbul, serta menggunakan komunikasi untuk
mempengaruhi pendapat umum.36
Betrand R. Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and
Problems” mengemukakan tiga fungsi PR yaitu: pertama, Mengabdi kepada
kepentingan umum (It should serve the publics interest). Kedua, Memelihara
komunikasi yang baik (Mantaian a good communication) dan ketiga,
menitikberatkan pada moral dan tingkah laku yang baik (To stress a good
morals and manners).14 Sedangkan Edwin Emery dalam bukunya
Introduction to Mass Communications menegaskan bahwa fungsi Public
Relations adalah menciptakan opini publik yang menguntungkan perusahaan
36 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 134.
24
atau organisasi maupun lembaga pemerintah. Untuk mencapai tujuan atau
sasaran tersebut, perlu diupayakan hubungan harmonis antara Public
Relations dengan lingkungannya.37 Pendapat tak jauh dari Cutlip dan Center
yang dikutip dalam Rosadi Ruslan mengatakan bahwa fungsi Public Relations
meliputi hal-hal berikut:
a. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi
b. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan
menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan
opini publik kepada perusahaan
c. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi
untuk kepentingan umum
d. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik
internal maupun eksternal.38
9. Peranan Public Relations
Peranan Public Relations di dalam perusahaan merupakan pendukung
fungsi manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan. Salah satu contohnya
adalah mengelola isu dan krisis yang dihadapi oleh perusahaan.39 Di dalam
Kode Etik Asosiasi Public Relations Internasional (International Public
Relations Association Code of Conduct) dijelaskan bahwa Public Relations
harus bersikap terbuka dalam menjelaskan kepada publik mengenai masalah,
konflik dan pertikaian yang sedang di hadapi dan juga dituntut untuk memberi
37 Edwin emery, Introduction to Mass Communcations, edisi kesembilan (New York:
Happerrow, 1998), hal. 382. 38 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), hal. 19. 39 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, hal 23.
25
klarifikasi atau kebenaran informasi jika terserang isu-isu krusial yang
berdampak krisis dan tidak diperbolehkan mengelabui ketidaktahuan publik.
Peran Public Relations bersifat dua arah pertama, membina hubungan
ke dalam sebagai perusahaan atau organisasi itu sendiri. Dan mampu
mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif
di dalam masyarakat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi, kedua,
membina hubungan keluar yaitu membina hubungan dengan publik atau
masyarakat. Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif dari
publik terhadap lembaga yang diwakilinya.
Sedangkan Menurut Dozier dan Broom yang dikutip Rosady Ruslan
menyatakan bahwa peranan Public Relations dibagi menjadi empat kategori
dalam suatu organisasi, yaitu sebagai berikut:
a. Penasihat Ahli (Expert prescriber)
Public Relations diharuskan memiliki kemampuan tinggi dan dapat
memberikan solusi kepada manajemen dalam penyelasaian masalah
dengan publiknya. Pihak manajemen bertindak pasif dalam menerima
atau mempercayai apa yang telah disarankan oleh Public Relations
dalam memecahkan dan mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi
oleh organisasi yang bersangkutan.
b. Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitator)
Dalam hal ini Public Relations bertindak sebagai mediator untuk
membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa keluhan
dan keinginan publiknya serta dapat menjelaskan apa keinginan dan
kebijakan perusahan kepada publiknya.
26
c. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process
fasilitator)
Public Relations mempunyai peranan untuk membantu pimpinan
organisasi baik sebagai penasihat hingga mengambil tindakan eksekusi
dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara
rasional dan professional.
d. Teknisi Komunikasi (Communication technician)
Peranan teknisi komunikasi ini menjadikan Public Relations journalist
in resident yang hanya menyediakan teknis komunikasi atau dikenal
dengan methode of communication in organization. Sistem komunikasi
dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan
(level), yaitu secara teknis komunikasi baik arus maupun media
komunikasi yang dipegunakan dari tingkatan pimpinan dengan bawahan
akan berbeda dari bawahan ke tingakat atasan. Begitupun pada arus
media komunikasi satu level, misalnya komunikasi karyawan satu
departemen dengan lainnya.40
10. Strategi Public Relations
Menurut Rhenald Kasali, kata strategi memiliki pengertian yang
terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan atau daya juang.
Artinya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya
perusahaan menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau dari luar.
Kalau dapat, ia akan terus hidup, kalau tidak, ia akan mati seketika. Maka
40 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), hal 20-21.
27
dari itu strategi membenarkan perusahaan untuk mengambil tindakan pahit
sekalipun seperti amputasi (pengurangan unit usaha, dirumahkannya
karyawan, pemangkasan, dan lain-lain) sepanjang hal itu dilakukan demi
kehidupan perusahaan atau organisasi dalam jangka panjang.41 Kaitan Public
Relations dan Strategi adalah, yang menjalankan strategi dan mengaturnya
bersama pimpinan adalah seorang praktisi Public Relations. Karena sesuai
dengan fungsinya, seorang praktisi Public Relations memiliki pekerjaan
untuk mengawasi setiap kegiatan ke dalam maupuan ke luar perusahaan.
Sehingga apabila perusahaan tersebut memiliki konflik, permasalahan dan
sebagainya, PR perusahaan itulah yang mengetahui terlebih dahulu lalu
menyusun strategi untuk mengatasinya.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk
mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunjukkan jalan saja, melainkan harus menunjukkan
bagaimana tak tik operasionalnya. Sebagaimana fungsi dari Public Relations
yaitu untuk mengawasi setiap kegiatan ke dalam maupuan ke luar
perusahaan. Sehingga apabila perusahaan tersebut memiliki konflik,
permasalahan dan sebagainya, PR perusahaan itulah yang mengetahui
terlebih dahulu lalu menyusun strategi untuk mengatasinya. Menurut Ronald
D. Smith ada beberapa langkah yang digunakan dalam teori strategi Public
Relations. Ronald D. Smith adalah Praktisi Public Relations dan anggota dari
41 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti,
2003), hal. 35.
28
Public Relations Society of America. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Formative Research
Fase pertama dalam proses perencanaan strategis menurut Smith
adalah riset formatif atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan
yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi
yang dihadapi . Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi,
analisis organisasi dan analisis publik.
1) Analyzing the situation (menganalisa situasi)
Merupakan bagian yang penting sebagai proses awal penentuan
strategi dimana setiap tahap ini digunakan untuk mengumpulkan
semua informasi dan sekaligus menganalisa situasi.
2) Ananlyzing the organization (menganalisa organisasi)
Pada tahap ini diperlukan pengamatan yang tepat terhadap tiga aspek
perusahaan yaitu lingkungan internalnya (misi, performance, dan
sumber daya perusahaan), reputasi dan lingkungan eksternalnya.
3) Ananlyzing the public (menganalisa publik)
Merupakan tahap untuk mengidentifikasikan dan menganalisa
publik yang menjadi sasaran. Hal ini akan membuat perusahaan
mampu mengatur prioritas dalam berhubungan dengan publiknya
yang beragam.
b. Strategy
Strategi merupakan jantung nya perencanaan Public Relations
maupun masaran dan bidang lainnya yang berkaitan. Strategi adalah
29
keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan
bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni
menetapkan tujuan dan sasaran, memformulasikan aksi dan strategi
respon, kemudian menggunakan komunikasi efektif.
1) Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan objektif)
Tahap ini dapat membuat perusahaan mengembangkan objektif
yang jelas, spesifik dan terukur (measurable) sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan.
2) Formulating action and response strategies (memformulasikan aksi
dan respon)
Tahap ini merupakan tahap dimana antara kegiatan atau aksi
dipadukan dengan respon yang akan diterima.
3) Using effective communication (menggunakan komunikasi yang
efektif)
Tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan yang diambil
terhadap pesan yang disampaikan, seperti: sumber yang akan
menyampaikan pesan kepada publik kunci, isi dari pesan, bunyi dan
gayannya dan lain-lain.
c. Tactics
Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki fase
ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik
komunikasi yang akan digunakan dan melakukan implementasi rencana
strategis yang sudah disusun.
30
1) Choosing communication tactics (memilih taktik komunikasi)
Ada empat kategori dalam komunikasi, seperti: komunikasi tatap
muka, organizational media, media berita, iklan dan media
promosional dan lainnya.
2) Implementing the strategic plan (mengimplementasikan strategi)
Di tahap ini dikembangkan budget dan jadwal yang dipersiapkan
untuk mengimplementasikan program komunikasi yang ditentukan.
d. Evaluative Research
Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas berbagai
taktik komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan. Tahap ini adalah tahap akhir dimana
dikembangkan metode yang spesifik dalam mengukur keefektifan dari
strategi yang ditempuh.42
E. Isu
5. Pengertian Isu
Isu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kabar yang
tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya, bisa juga disebut
kabar angin atau desas-desus.43 Isu adalah sebuah kondisi atau peristiwa, baik
internal maupun eksternal organisasi yang jika berlanjut akan mempunyai efek
42 Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relations, (Lawrence Erlbaum
Associates, 2002, USA), hal. 9-11. 43 http://kbbi.web.id/isu, diakses pada Rabu, 1 Februari 2018 pukul 03.00 WIB.
31
signifikan pada berfungsinya atau performa organisasi atau pada kepentingan
organisasi di masa datang.44
Harrison seperti dikutip dalam Rachmat Kriyantono memberikan
definisi bahwa isu adalah berbagai perkembangan, biasanya di dalam arena
publik, yang jika berlanjut dapat secara signifikan memengaruhi operasional
atau kepentingan jangka Panjang dari organisasi. Sedangkan menurut the Issue
Management Council, jika terjadi gap atau perbedaan antara harapan publik
dengan kebijakan, operasional, produk atau komitmen organisasi terhadap
publiknya, maka disitulah muncul isu.45
Aktivitas
Organisasi
Isu
Gap
Harapan
Publik
Firsan Nova (2011) dalam bukunya menyatakan isu adalah peristiwa
yang terjadi di luar kendali perusahaan, yang berdampak pada tujuan strategis
perusahaan, core business-nya dan keberadaan perusahaan yang mungkin
memerlukan respons tertentu dari perusahaan.46 Sementara itu Onong U.
Effendy dalam kamus komunikasi (1989) menyebutkan isu adalah kabar yang
beredar di masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
disebabkan sumbernya yang tidak jelas.47
Menurut Regester dan Larkin sebuah isu merepresentasikan suatu
kesenjangan antara praktek korporat dengan harapan-harapan para stakeholder
44 Rachmat Kriyantono, Public Relation and Crisis Management, (Jakarta: kencana
Prenada Media group, 2012), hal. 150. 45 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 152. 46 Firsan Nova, Crisis Public Relations, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 239. 47 Helena, Olii, Opini Publik, (Jakarta: PT Indeks, 2007), hal. 55.
32
(a gap between corporate practice and stakeholder expectation). Dengan kata
lain, sebuah issue yang timbul ke permukaan adalah suatu kondisi atau
peristiwa, baik di dalam maupun di luar organisasi, yang jika dibiarkan akan
mempunyai efek yang signifikan pada fungsi atau kinerja organisasi tersebut
atau pada target-target organisasi tersebut di masa mendatang.48
Gaunt dan Ollen Burger membagi isu menjadi dua jenis, yakni isu
internal dan isu eksternal.49 Isu internal adalah isu yang berkembang di dalam
organisasi dan diketahui oleh orang-orang yang tergabung di organisasi itu,
sedangkan isu eksternal adalah isu yang berkembang di luar organisasi dan
diketahui oleh publik yang cakupannya lebih besar. Lain halnya pendapat dari
Harrison, ia membagi isu menjadi dua aspek, aspek pertama yakni aspek
dampak yang terdiri dari Defensive issues dan Offensive issues¸ aspek kedua
yakni aspek keluasan isu yang terdiri dari isu-isu universal, isu-isu advokasi,
isu-isu selektif, dan isu-isu praktis.50
Defensive issues adalah isu-isu yang membuat cenderung
memunculkan ancaman terhadap organisasi, karenanya organisasi harus
mempertahankan diri agar tidak mengalami kerugian reputasi. Sementara
offensive issues adalah isu-isu yang dapat digunakan untuk meningkatkan citra
dan reputasi perusahaan.3 Kedua, aspek keluasan isu. Ada 4 (empat) jenis isu,
yaitu (1) isu-isu universal, yaitu isu-isu yang mempengaruhi banyak orang
secara langsung, bersifat umum, dan berpotensi mempengaruhi secara
48 Regester, Michael, Judy Larkin, Risk Issues and Crisis Management in Public
relations, (New Delhi: Crest Publishing House, 2003), hal. 42. 49 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 156-157. 50 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 158.
33
personal, sifatnya lebih imminent. (2) isu-isu advokasi, yaitu isu-isu yang tidak
mempengaruhi sebanyak orang seperti pada isu universal. Isu ini muncul
karena disebarkan kelompok tertentu yang mengaku representasi kepentingan
publik. Isu ini bersifat potensial. (3) isu-isu selektif, yaitu isu-isu yang hanya
mempengaruhi kelompok tertentu. Bisa saja isu yang muncul berkaitan dengan
kepentingan orang banyak, tetapi hanya pihak tertentu saja yang terpengaruh
oleh isu tersebut dan lebih memperhatikan isi ini. (4) isu-isu praktis, yaitu isu-
isu yang hanya melibatkan atau berkembang diantara para pakar.51
6. Tahapan isu
Perbedaan antara isu dan krisis sangatlah tipis untuk itu sangatlah
penting bagi Public Relations untuk memahami tahap perkembangan isu.
Menurut Crable dan Vibbert (Smudde, 2001), serta Gaunt, ada empat tahap
perkembangan isu yaitu, tahap origin, mediation dan Amplification,
Organization dan Resolution.52
a. Tahap Origin (Potential Stage)
Pada tahap ini isu-isu belum menjadi perhatian pakar dan publik secara
luas, meskipun beberapa sudah menyadarinya. Di tahap ini seseorang
atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan
opini. Dimungkinkan juga mereka mereka melakukan tindakan-
tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap penting. Tahap ini
dianggap penting karena menentukan apakah isu dapat di manajemen
dengan baik atau tidak.53
51 Ahmad Fuad Afdhal, Tips & Trik Public Relations, (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 117. 52 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015), hal. 159-161. 53 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 159.
34
b. Tahap Mediation dan Amplification (Imminent Stage/Emerging)
Pada tahap ini isu berkembang dan mengindikasikan terjadinya tekanan
terhadap organisasi akibat sebuah isu. Tekanan ini karena isu-isu
tersebut telah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok-
kelompok yang lain saling mendukung dan memberikan perhatian pada
isu-isu tersebut. Media mulai memberitakan hingga isu berkembang
menjadi sebuah isu publik, yang penyelesaiannya juga harus
mempertimbangkan opini publik.54
c. Tahap Organization (Current Stage dan Critical Stage)
Menurut Hainsworth, tahap ini disebut tahap krisis karena isu telah
berkembang dan menunjukan dampak serius terhadap perusahaan. Pada
tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan membentuk
jaringan-jaringan. Isu berkembang menjadi lebih populer karena media
massa memberitakannya berulang kali dengan eskalasi yang tinggi dan
ditambah interaksi di media sosial dan jaringan. Akibatnya isu menjadi
diskusi publik dan bermunculan beberapa pemimpin opini publik.55
d. Tahap Resolution (Dormant Stage)
Pada tahap ini, pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan
baik. Setidaknya publik puas karena pertanyaan-pertanyaan seputar isu
dapat terjawab dan pemberitaan media pun mulai menurun, begitu pun
dengan perhatian masyarakat. Sehingga isu akan mulai menghilang
dikarenakan berjalannya waktu dan solusi dari organisasi atau
pemerintah, karena diasumsikan telah berakhir sampai seseorang
54 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 261. 55 Firsan Nova, Crisis Public Relations, hal. 262.
35
memunculkan kembali dengan pemikiran dan persoalan baru atau
muncul isu baru yang ternyata mempunyai keterkaitan dengan isu
sebelumnya.56
7. Manajemen Isu
Konsep manajemen isu pertama kali dimunculkan oleh Howard Chase
pada 1976. Chase berpendapat bahwa manajemen isu adalah sebuah alat yang
dapat digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan
mengelola isu-isu sebelum menjadi pengetahuan publik. Sementara itu Public
Affair Council of America mendefinisikan manajemen isu sebagai proses yaitu
organisasi dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi isu-isu sosial dan isu-isu
pemerintahan yang kemungkinan dapat memengaruhi organisasi secara
signifikan. Isu-isu tersebut kemudian dapat dijadikan prioritas bagi organisasi
untuk meresponnya dengan baik.57
Para pakar PR Indonesia mengartikan manajemen isu sebagai fungsi
manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, baik internal maupun
eksternal, mengidentifikasi hal-hal atau masalah yang patut dikhawatirkan
dan melakukan usaha-usaha ke arah perbaikan. Selain itu manajemen isu
didefinisikan sebagai suatu usaha aktif untuk ikut serta memengaruhi dan
membentuk persepsi, opini dan sikap masyarakat yang mempunyai dampak
terhadap perusahaan.58
56 Firsan Nova, Crisis Public Relations, hal. 263. 57 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2012), hal. 174. 58 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 248.
36
8. Proses Manajemen Isu
Proses manajemen isu adalah proses mengidentifikasi dan memecahkan
masalah dalam suatu organisasi atau perusahaan.59 Dengan menggunakan
proses manajemen isu kita dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
dengan cepat, sebelum isu tersebut berdampak pada krisis atau hal-hal yang
tidak diinginkan. Proses manajemen isu merupakan satu set prosedur yang
membantu perusahaan mengelola masalah-masalah yang terjadi. Menurut
Johston, Regester dan Larkin serta Seitel ada lima tahap proses manajemen isu.
Kelima tahap tersebut yaitu identifikasi isu (issue identification), analisis isu
(issue analysis), strategi perubahan isu (action planning stage), program
pelaksanaan isu (issue action program) dan evaluasi hasil.60
a. Identifikasi Isu
Identifikasi ialah proses mengategorikan isu berdasarkan jenis isu,
sumber respons, cakupan geografis, jarak terhadap kontrol, tingkat
kepentingan, dan faktor lainnya.61 Kemudian, identifikasi meliputi
penelitian dan riset tersebut dapat dilakukan dengan melakukan: (a)
Polling opini yakni menyediakan lembar pertanyaan yang disebarkan
kepada publik seperti melalui media cetak yakni koran dan majalah, (b)
mengadakan Forum Group Discussion dengan para pemuka pendapat
atau pemimpin di kelompok publik, (c) monitoring berita- berita di
media, seperti kegiatan mengkliping atau merekam pemberitaan di
media, (d) mengunjungi atau mengobrol dengan kelompok-kelompok
59 Firsan Nova, Crisis Public Relations, hal. 254-255. 60 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 165-168. 61 Firsan Nova, Crisis Public Relations, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 256.
37
publik untuk menampung aspirasi, dan (e) menjalin relasi melalui dunia
maya (internet) dengan berbagai fitur seperti blog, facebook, Twitter,
atau media sosial lainnya kemudian monitoring kecenderungan perilaku
publik atau kemungkinan isu yang akan muncul di masa datang melalui
media sosial tersebut.62
b. Analisis Isu
Setelah diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah analisis isu. Analisis isu
ialah menentukan isu berdasarkan urgensinya dan akibatnya. Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk membedakan antara isu-isu kecil dan
isu-isu besar. Tujuan analisis adalah untuk mengetahui penyebab isu dan
asal isu tersebut yang sering kali sulit karena biasanya isu tidak muncul
dari satu sumber saja. Proses analisis ini diperkuat dengan riset dengan
tujuan mengidentifikasi opini-opini para pemuka pendapat atau figure-
figur yang berpengaruh di masyrakat dengan isu yang terjadi.63
c. Pilihan Strategi Perubahan Isu
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan pembutan keputusan-
keputusan dasar tentang respons organisasi. Strategi perubahan isu
menurut Regester dan Lankin meliputi tiga bentuk yakni strategi
perubahan adaptif (adaptive change strategy), strategi perubahan
dinamik (dynamic change strategy), dan strategi perubahan reaktif
(reactive change strategy).64
1) Strategi Perubahan Reaktif
62 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 165-166. 63 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, hal.166. 64 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, hal.168.
38
Dalam strategi ini perusahaan tidak mempunyai persiapan dan
startegi jangka panjang dalam mengahadapi isu. Perusahaan hanya
akan bereaksi jika muncul isu-isu yang memojokkan atau kurang
menguntungkan bagi citra perusahaan.65
2) Strategi Perubahan Adaptif
Strategi perubahan adaptif ialah strategi perubahan isu dengan
melakukan kesepakatan, dialog atau komunikasi terbuka secara dua
arah dengan publik agar menahan isu tidak semakin berkembang,
contohnya bisa dilakukan dengan klarifikasi isu melalui konferensi
pers, Press Release, atau penyebaran pencapaian positif
organisasi.66
3) Strategi Respons Dinamis
Strategi ini memberikan arahan bagaimanana kampanye melawan
isu dan bertujuan untuk mengantisipasi dan membantu proses
pengambilan keputusan agar sesuai dengan kepentingan publik.67
d. Program Pelaksanaan Isu
Pada tahap ini, organisasi telah memilih strategi apa yang dipilih untuk
merubah isu. Setelah itu, organisasi dapat menentukan program apa saja
yang akan dilakukan untuk menangani isu melalui upaya komunikasi
baik di dalam maupun diluar organisasi. Tahap ini membutuhkan
koordinasi dan dukungan optimal agar tujuan dan target dapat tercapai.68
65 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 258. 66 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 168. 67 Firsan Nova, Crisis Public Relations, hal. 259. 68 Firsan Nova, Crisis Public Relations, hal. 259.
39
e. Evaluasi Hasil
Setelah semua tahapan telah dilakukan akhirnya dibutuhkan sebuah riset
untuk mengevaluasi bagaimana implementasi program yang dilakukan.
Perusahaan perlu membandingkan apakah program yang telah
dijalankan sesuai dengan yang direncanakan dan apabila sudah efektif,
maka sebuah isu tidak akan menjalar menjadi sebuah krisis.69
F. Logo Palu Arit
3. Pengertian Logo
Secara etimologi logo berasal dari Bahasa Yunani yaitu Logos, yang
berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi. Pada awalnya yang lebih populer
adalah istilah logotype, bukan logo. Pertama kali istilah logotype muncul tahun
1810-1840, diartikan sebagai tulisan nama entitas yang didesain secara khusus
dengan menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu. Istilah
logo baru muncul tahun 1937 dan kini istilah logo lebih populer daripada
logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja, berupa tulisan, logogram,
gambar, ilustrasi, dan lain-lain. Banyak juga yang menyatakan logo adalah
elemen gambar atau simbol pada identitas visual.70
Logo merupakan penampakan visual yang memiliki dampak
komunikasi yang besar. Ada beragam definisi dari logo menurut para ahli.
David E. Carter seperti dikutip Kurniawan, 2008 menjelaskan “Logo adalah
identitas suatu perusahaan dalam bentuk visual yang diaplikasikan dalam
69 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 260. 70 Rustan, Surianto, Mendesain Logo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal.
13.
40
berbagai sarana fasilitas dan kegiatan perusahaan sebagai bentuk komunikasi
visual. Logo dapat juga disebut dengan simbol, tanda gambar, merek dagang
(trademark) yang berfungsi sebagai lambang identitas diri dari suatu badan
usaha dan tanda pengenal yang merupakan ciri khas perusahaan”.71 Sementara
itu menurut Frank Jefkins dalam Hadiono logo adalah presentasi, sosok atau
penampakan visual yang senantiasa dikaitkan dengan organisasi tertentu, dan
sering kali digunakan sebagai suatu bentuk identifikasi dan bagian dari
identitas perusahaan.72 Jadi bisa disimpulkan bahwa logo merupakan bentuk
ekspresi visual dari konsepsi perusahaan, organisasi maupun institusi yang
mempunyai tujuan komunikasi untuk mencerminkan citra perusahaan dan
berasal dari filosofi organisasi yang bersangkutan.
4. Palu Arit
Setelah revolusi industri di Eropa, kaum buruh dan petani semakin
terpinggirkan dan tertindas. Revolusi para pekerja yang tergolong kalangan
bawah tersebut mengundang perhatian dunia. Mereka yang menyepelekan
kaum pekerja tidak mengira akan kekuatan yang dimiliki oleh persatuan kaum
buruh dan petani. Pihak komunis-sosialis, yang sebelumnya menggunakan
bendera merah atau sering dikenal dengan tentara merah, memanfaatkan
simbol palu dan arit sebagai lambang bendera partai komunis. Simbol palu dan
arit yang menyilang muncul sebagai bentuk pengkomunikasian bersatunya
kaum buruh dan petani dalam revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia. Simbol
71 http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/572/jbptunikompp-gdl-tonyvancha-28556-10-
unikom_t-i.pdf diakses pada Minggu, 31 Desember 2017 pukul 22.35 WIB. 72 Hadiono, Strategi Komunikasi Pemasaran Pt Global Informasi Bermutu (Global TV)
Jakarta Dalam Perubahan Logo dalam https://hadiono.wordpress.com/2008/10/03/ diakses pada
Kamis, 8 Februari pukul 03.30 WIB.
41
palu mewakili para buruh dan arit mewakili para petani. Simbol merupakan
kode untuk berkomunikasi atau pertukaran informasi dalam interaksi sosial.
Simbol itu muncul dalam bentuk lambang palu dan arit, berupa artefak bendera,
atribut, dan lainnya. Adapun beberapa peran artefak dalam pertukaran
informasi yaitu, (a) sebagai simbol wilayah kekuasaan & sosial, (b) sebagai
simbol penguat kesatuan etnik, (c) sebagai simbol pemeliharaan dan penguatan
jaringan pencarian pasangan hidup, (d) sebagai simbol penguatan hubungan
antar masyarakat, (e) sebagai simbol kedudukan struktural.73
Pada awalnya, para buruh dan petani menyampaikan eksistensi mereka
dalam revolusi melalui simbol palu dan arit. Simbol ini kemudian menjadi
identitas para pekerja kasar sebagai solidaritas, pemersatu dan penguat
hubungan antar masyarakat. Apabila revolusi yang dilakukan tidak
memunculkan simbol, maka akan sulit untuk menunjukkan keberadaan kaum
buruh dan petani di mata dunia, serta sulit untuk menggerakkan kaum pekerja
yang lain. Dengan demikian simbol palu dan arit memiliki arti penting dalam
penyampaian pesan revolusi. Besarnya pengaruh revolusi palu dan arit
mengakibatkan orang mengidentikkan lambang palu dan arit sebagai simbol
pemberontakan. Namun, dalam perkembangannya, simbol palu dan arit tidak
hanya digunakan oleh kaum pekerja tapi juga kaum borjuis (pelajar) saat
menolak kebijakan pemerintah. Simbol ini juga digunakan oleh kaum sosialis
yang menjunjung tinggi kesetaraan status. Tahun 1922 penggunaan lambang
palu dan arit menyilang dengan latar belakang merah diresmikan menjadi
bendera komunis di seluruh dunia. Tentara merah meresmikan simbol palu dan
73 https://www.erepublik.com/id/article/arti-lambang-palu-arit-dalam-gerakan-komunis-
internasional-2273485/1/20 diakses pada Minggu, 31 Desember 2017 pukul 22.50 WIB.
42
arit yang menyilang dimasukkan ke dalam lambang bendera partai politiknya.
Lambang ini memiliki makna bahwa partai komunis menjunjung tinggi para
pekerja kasar. Dari sini diharapkan pendukung partai dapat dihimpun dari para
buruh dan petani yang cenderung memiliki massa lebih banyak.74
Di Indonesia, sejak peristiwa G 30 S PKI, simbol palu dan arit menjadi
tabu karena diinterpretasikan dengan komunis yang ingin menghancurkan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dalam.
penggunaan simbol palu arit telah dinyatakan terlarang bersama dengan paham
komunisme sendiri sejak 1966, sebagaimana telah diatur dalam Undang
Undang No. 27 tahun 1999 dan Ketetapan MPRS (TAP MPRS) Nomor
XXV/MPRS/1966 tahun 1966, yang secara resmi menyatakan pelarangan
terhadap paham komunisme dan Marxisme-Leninisme, serta
pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah pecahnya Peristiwa
Gerakan 30 September. Gerakan 30 september merupakan gerakan militer
yang berhasil menculik dan membunuh, Letjen Ahmad Yani Men/Pangad,
Mayjen Suprapto Deputi II /Pangad, Mayjen Haryono M.T., Deputi III Pangad,
Mayjen S. Parman Asisten-I Pangad, Brigjen D.I. Pandjaitan Asisten-IV
Pangad dan Brigjen Sutojo Siswomiharjo Oditur Jenderal Militer/ Inspektur
Kehakiman Angkatan Darat. Penculikan terhadap Jenderal A.H Nasution
gagal, karena Menko Hankam/ KASAB berhasil menyelamatkan diri. Tetapi
Lettu CZI Pierre Andreas Tendean Ajudan Jenderal A.H. Nasuition diculik.75
74 https://www.erepublik.com/id/article/arti-lambang-palu-arit-dalam-gerakan-komunis-
internasional-2273485/1/20 diakses pada Minggu, 31 Desember 2017 pukul 23.00 WIB. 75 Hendro Subroto, Dewan Revolusi PKI, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2008), hal. 23.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Bank Indonesia
Pada 1746 VOC mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi
De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama
yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya.
Setelah itu pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank
sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Ketika masa pendudukan Jepang,
kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda dihentikan untuk sementara waktu.76
Pada masa revolusi, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara
Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA).
Begitupun dengan perbankan yang terbagi menjadi dua, antara DJB dan bank-bank
Belanda di wilayah NICA dengan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank
Negara Indonesia di wilayah RI. Hal ini dikarenakan sesudah proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, Dewan Menteri Republik Indonesia pada 19
September 1945 yang dipimpin oleh Presiden Soekarno mengambil keputusan
untuk mendirikan sebuah Bank Negara Indonesia. Untuk mempersiapkannya, telah
ditugaskan R.M. Margono Djojohadikusumo dengan surat kuasa pemerintah
Republik Indonesia tanggal 16 September 1945 yang ditanda tangani oleh Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Untuk merealisasikan pendirian
tersebut, maka diambil langkah praktis oleh pemegang kuasa dengan membentuk
Jajasan Poesat Bank Indonesia (JPBI) dengan akte notaris R.M
76 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-bi/Pages/sejarah_prabi_1.aspx
diakses pada Sabtu, 10 Januari 2018 WIB pukul 13.00 WIB.
44
Soerojo No. 14 tanggal 9 Oktober 1945 di Jakarta. Dalam akte tersebut
dikemukakan bahwa pembentukan JPBI ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk
menyelengarakan pendirian Bank Negara Indonesia.77
Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan
Belanda. Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag, Belanda,
menghasilkan salah satu keputusan penting yaitu menunjuk De Javasche NV
sebagai bank sentral untuk Republik Indonesia. De Javasche NV adalah bank
komersil dari sirkulasi milik pemerintah Kolonial Belanda yang sudah berdiri sejak
tahun 1828.78 De Javasche NV didirikan dalam rangka membantu pemerintah
Belanda untuk mengurus keuangannya di Hindia Belanda pada waktu itu. Selain
itu, De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank
sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.79
Berikutnya, mengingat pentingnya peranan bank sentral yang bersifat
nasional bagi perekonomian suatu negara yang merdeka dan berdaulat, maka pada
30 April 1951, Menteri Keuangan, Mr. Jusuf Wibisono, mengumumkan maksud
pemerintah untuk menasionalisasikan De Javasche Bank. Dalam keterangan
pemerintah dihadapan Dewan Perwakilan Rakyat pada 28 Mei 1951, Pemerintah
mengemukakan keinginan untuk menasionalisasikan De Javasche Bank.
Pengumuman tersebut segera ditindaklanjuti dengan pembentukan suatu panitia
oleh pemerintah pada 19 Juni 1951 dengan nama panitia Nasionalisasi De Javasche
77 Dawam Raharjo, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, (Jakarta: LP3ES,
1995), hal. 50. 78 Didik J. Rachbini dkk, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, (Jakarta: PT.
Mandi Mulyo, 2000), hal. 1. 79 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-bi/Pages/sejarah_prabi_1.aspx
diakses pada Sabtu, 10 Februari 2018 pukul 13.45 WIB.
45
Bank berdasarkan keputusan pemerintah No. 118 tanggal 2 Juli 1951.80 Terdapat
tiga tugas panitia Nasionalisasi De Javasche Bank masing-masing; pertama,
mengajukan asal-usul mengenai langkah-langkah nasionalisme; kedua mengajukan
rancangan Undang-Undang nasionalisme dan ketiga merancang UU baru tentang
bank sentral. Rancangan Undang-Undang tersebut diajukan ke DPR dan dibahas di
DPR pada 10 April 1953. Setelah diadakan beberapa perubahan penting rancangan
UU tersebut sudah disahkan menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 1953 tanggal
19 Mei 1953 tentang penetapan UU pokok Bank Indonesia yang diumumkan pada
tanggal 2 Juni 1953 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953.
Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank
Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral.
Terdapat tiga tugas utama De Javasche Bank yakni di bidang moneter, perbankan
dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain
dalam hubungannya dengan Pemerintah yakni membantu pemerintah sebagai agen
pembangunan untuk mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat, sebagai kasir
pemerintah dan banker’s bank. Meskipun Bank Indonesia merupakan bank sentral
tapi Bank Indonesia masih melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh
DJB sebelumnya.81
Pada 1967 peran BI sebagai kasir pemerintah berdampak buruk bagi
masyarakat. Hal tersebut terlihat ketika terjadi hiperinflasi akibat pencetakan uang
besar-besaran untuk menutupi defisit fiskal. Sehingga fungsi BI sebagai bank
80 Dawam Raharjo, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, (Jakarta: LP3ES,
1995), hal. 60. 81 www.bi.go.id/id/tentang-bi/profil/Documents/07_sejarah_rev1.pdf diakses pada Sabtu,
10 Februari 2018 pukul 14.00 WIB.
46
komersial pada Undang-Undang baru yakni UU No. 3 tahun 1968 dihapuskan,
sedangkan tugas yang lain seperti tugas sebagai agen pembangunan, kasir
pemerintah, dan bank banker’s masih dipertahankan. Tugas tambahan tersebut
membuat BI sangat didikte oleh pemerintah yang membuat transparansi dan
akuntabilitasnya sangat lemah. Sehingga menyebabkan terjadinya krisis moneter
1997 yang berdampak besar bagi reformasi indonesia, terutama status dan
kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral.
Tahun 1999 merupakan tonggak reformasi Bank Indonesia, sesuai dengan
UU No.23 tahun 1999 tantang Bank Indonesia yang menyatakan bahwa Bank
Indonesia merupakan lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta
mengatur dan mengawasi perbankan. Bank sentral pun dituntut untuk transparan
dan memenuhi akuntabilitas publik dalam menetapkan kebijakannya serta terbuka
bagi pengawasan oleh masyarakat.82
Pada 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus
pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank
Indonesia, termasuk penguatan governance. Adapaun perubahan dan tambahan lain
dalam Undang-Undang ini antara lain penetapan saasaran inflasi oleh pemerintah
(inflation targeting framework), penundaan pengalihan tugas pengawasan bank dan
pembentukan Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI). Undang Republik
82 Undang-Undang BI No. 23 Tahun 1999 diakses melalui www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu
bi/ pada Sabtu, 10 Februari pukul 23.52 WIB.
47
Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia juga menyatakan bahwa
Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang- undang ini.83 Kemudian
tahun 2009, Undang-Undang Bank Indonesia kembali diamandemen dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undan-Undang (PerPPU) No. 2
tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang N0. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang No.6 tahun 2009. Undang-
Undang ini diamandemen sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem
keuangan terkait krisis global yang berawal dari Amerika Serikat dan dimaksudkan
untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional menghadapi krisis melalui
peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek (FPJP)
dari bank indonesia.
B. Status dan Kedudukan Bank Indonesia
Status kedudukan Bank Indonesia mengalami perubahan seiring terjadinya
reformasi di Indonesia. Sebelum reformasi Bank Indonesia termasuk kedalam
pemerintah di bawah departemen keuangan. Perencanaan dan penetapan kebijakan
moneter yang telah disusun dan ditetapakan oleh dewan moneter berdasarkan
undang-undang nomor 13 tahun 1968. Setelah reformasi, dengan pertimbangan
menghadapi tuntutan perkembangan dan dinamika perekonomian nasional dan
internasional saat itu dan di masa yang akan datang, Undang-Undang No. 23 Tahun
1999 memberikan status dan kedudukan yang lebih tepat dan jelas bagi Bank
Indonesia sebagai bank sentral.
83 Amran Basri, Hukum Perbankan Indonesia, (Medan: Universitas Al-Azhar, 2006, hal.
108.
48
1. Lembaga Negara yang Independen
Sejarah Bank Indonesia memulai babak baru sebagai bank sentral yang
independen dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dimulai ketika
dinyatakannya sebuah undang-undang baru tentang Bank Indonesia, yakni UU
No. 23/1999. Undang-undang ini dinyatakan oleh pemerintah berlaku pada 17
Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 6/ 2009.84 Undang-undang ini telah memberikan status dan
kedudukan Bank Indonesia sebagai sebuah lembaga negara yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang diatur secara tegas
dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia memiliki otonomi penuh untuk merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana telah ditentukan
dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak diperbolehkan ikut campur
dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia juga memiliki
kewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun
dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut
diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya
sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.85
2. Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan
hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum
84 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx, diakses pada
Sabtu, 10 Januari 2018 pukul 22.45 WIB. 85 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx, diakses pada
Sabtu, 24 Februari 2018 pukul 14.02 WIB.
49
publik, Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum
yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh
masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum
perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam
maupun di luar pengadilan.86
3. Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara
Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI
sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi
negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan dan
Mahkamah Agung. Kedudukan BI juga tidak sama dengan Departemen karena
kedudukan BI berada di luar pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus
tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
Otoritas Moneter secara lebih efektif dan efisien.
Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam
melaksanakan tugasnya, BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang
baik dengan DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya, hal itu telah disebutkan
dalam UU Nomor 17 tahun 2003 pasal 21 ayat (1), yakni pemerintah pusat dan
bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal
dan moneter. Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, BI setiap awal
tahun anggaran menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi
pelaksanaan kebijakan moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan
datang. Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan
dan sewaktu- waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, BI menyampaikan
86 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx, diakses pada
Sabtu, 10 Januari 2018, pukul 22.47 WIB.
50
rencana dan realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan DPR. Dalam
hubungannya dengan BPK, BI wajib menyampaikan laporan keuangan
tahunan kepada BPK.87
C. Visi, Misi Bank Indonesia
1. Visi
Visi Bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan
terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta
pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
2. Misi
a. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
b. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk
mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi
pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
c. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas
sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan
kepentingan nasional.
d. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
87 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/hubungan kelembagaan/negara/Contents/Default.aspx
diakses pada Sabtu, 24 Februari 2018 pukul 14.15 WIB.
51
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka
melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.88
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, Bank Indonesia menetapkan sasaran
strategis jangka menengah panjang, yaitu:
1) Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran
2) Menjaga stabilitas nilai tukar
3) Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien
4) Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP
5) Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
6) Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar
7) Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel
8) Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur,
dan governance
9) Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten
10) Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI
11) Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke
OJK.89
D. Tujuan Bank Indonesia
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal dalam kapasitasnya sebagai
bank sentral, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan
nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama
88 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/misi-visi/Contents/Default.aspx, diakses
pada Sabtu, 10 Januari 2018, pukul 23.00 WIB. 89 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/misi-visi/Contents/Default.aspx, diakses
pada Sabtu, 10 Januari 2018, pukul 23.45 WIB.
52
tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan
tunggal ini bertujuan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia
serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya
tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.90
E. Tugas Bank Indonesia
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar
yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu
diintegrasikan agar tercapainya tujuan dalam mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah secara efektif dan efisien. Tiga pilar tersebut dapat dilihat pada gambar
3.1
Gambar 3.1
Tiga Pilar Tugas Bank Indonesia
Sumber: http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Default.aspx
Gambar tiga pilar tugas Bank Indonesia tersebut dapat penulis jelaskan
sebagai berikut:
90 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Default.aspx, diakses pada
Sabtu, 10 Januari 2018, pukul 23.50 WIB.
53
Pilar 1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah
kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan
memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter dilakukan
dengan menetapkan suku bunga (BI rate). Perkembangan indikator tersebut
dikendalikan melalui piranti moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi
pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto dan penetapan cadangan wajib minimum
bagi perbankan. Pendekatan pegendalian moneter secara tidak langsung ini telah
dilakukan sejak 1983 dengan mekanisme operasional yang disesuaikan dengan
dinamika perkembangan pasar uang di dalam negeri.91
Pilar 2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Di bidang sistem pembayaran Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan
mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari
peredaran. Di sisi lain dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran Bank Indonesia berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan
perizinan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer dana
baik yang bersifat real time, sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya
91 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Pilar1.aspx, diakses pada
Sabtu, 24 Februari 2018 pukul 13.45 WIB.
54
misalnya sistem pembayaran berbasis kartu. Untuk mewujudkan suatu sistem
pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal.
Bank Indonesia secara terus menerus melakukan pengembangan sesuai
dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional.
Pengembangan tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan ketentuan yang
diarahkan pada pengurangan risiko pembayaran antar bank dan peningkatan
efisiensi pelayanan jasa sistem pembayaran. Sementara itu dalam kaitannya dengan
pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab agar
masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat,
tepat dan aman. Fungsi pengawasan sistem pembayaran ini selain berwenang untuk
memberikan izin operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan di
bidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan sistem pembayaran baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia
maupun pihak lain di luar Bank Indonesia.92
Pilar 3. Mengatur dan Mengawasi Bank
Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau
kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank dan
mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan
ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian.
Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan
mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan,
92 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Pilar2.aspx, diakses pada
Sabtu, 24 Februari 2018 pukul 13.50 WIB.
55
penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan
dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank untuk menjalankan
kegiatan- kegiatan usaha tertentu. Di bidang pengawasan, Bank Indonesia
melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung
dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-waktu
bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis
dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.93
Gambar 3.2
Sumber: www.bi.go.id dan olahan penulis
93 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Pilar3.aspx diakses pada
Sabtu, 24 Februari 2018 pukul 13.52 WIB.
Paradigma Kebijakan Bank Indonesia
Nilai-Nilai
Dasar Kondisi
Aktual
Paradigma
Kebijakan
- Perspektif Mikro
- Perspektif Makro - Faktor-faktor yang
berpengaruh
- Isu Penting
- Mekanisme Pasar
- Prinsip Kesetaraan
- Pendekatan bertahap dan
berkesinambunga
- PatuhTerhadap Prinsip
Syariah
Visi dan Misi
Sasaran
Inisiatif Untuk
Mencapai Sasaran
- Istiqomah dalam memenuhi
prinsip syariah
- Menerapkan prinsip kehati-
hatian dan good coorporate
governance Berdaya saing
dan efisien
- Mendukung kestabilan sistem
perbankan dan memberikan
manfaat yang luas
-
Inisiatif strategi
Tahapan Implementasi
56
Pelaksanaan ketiga bidang tugas tersebut mempunyai keterkaitan dan
karenanya dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya tujuan Bank
Indonesia secara efektif dan efisien. Bank Indonesia sendiri telah menetapkan
inisiatif-inisiatif serta paradigma kebijakan yang akan dilaksanakan dan dapat
dilihat pada skema gambar 3.2.
F. Logo Bank Indonesia
Gambar 3.3
Logo Bank Indonesia
Sumber: https://www.google.co.id
Logo Bank Indonesia berakar pada logo De Javasche Bank dan telah
mengalami proses metamorfosa yang panjang serta berliku. Seiring perkembangan
jaman dengan pertimbangan estetik dan citra bank sentral yang diembannya, logo
Bank Indonesia diubah menjadi lebih solid, tegas dan berwibawa seperti yang
terlihat pada gambar 3.3. Adapun filosofi logo Bank Indonesia pada gambar 3.3
dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
57
1. Tipe Logo Bank Indonesia
Tipe Logo Bank Indonesia adalah suatu tampilan grafis yang dirancang
spesifik untuk menggambarkan lambang bank Indonesia.
a. Logo terdiri dari dua huruf kapital yaitu huruf B dan huruf I yang merupakan
singkatan dari Bank Indonesia dan atau dilengkapi dengan tulisan Bank
Indonesia
b. Huruf kapital B dan I saling merangkul dalam lingkaran.
2. Warna Logo Bank Indonesia
a. Untuk warna dasar biru jenis Pantone 294C dalam hal digunakan sistem
pantone atau jenis 100C 60M 20K dalam hal digunakan sistem process
colour printing:
b. Huruf kapital B dan I menggunakan warna biru sesuai dengan warna dasar
c. Isi lingkaran dan tulisan Bank Indonesia menggunakan warna putih
d. Warna biru melambangkan keutuhan langit dan laut kepulauan Nusantara
yang menyatukan Negara kesatuan RI. Makna yang menyiratkan persatuan
dan kesatuan
e. Warna merah melambangkan semangat dan kehidupan.
f. Warna merah yang digunakan adalah jenis Pantone 1807C dalam hal
digunakan sistem panone atau jenis 100M 100Y 30K dalam hal digunakan
sistem process colours printing.
g. Setiap tampilan visual Bank Indonesia sekurang-kurangnya menggunakan
satu jenis warna.94
94 Andriana Noro Iswari, Efektifitas Kegiatan Media Relations Melalui Humas di Bank
Indonesia, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.
58
G. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin
oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai pemimpin,
dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil dan sekurang-
kurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan
Gubernur dan Deputi Gubernur selama lima tahun dan dapat diangkat kembali
dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya satu kali masa jabatan
berikutnya. Gubernur, Deputi Gubernur Senior dan Deputi Gubernur diusulkan dan
diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Calon Deputi Gubernur diusulkan
oleh Presiden berdasarkan rekomendasi dari Gubernur Bank Indonesia.95 Anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali
bila mengundurkan diri, terbukti melakukan tindak pidana kejahatan, tidak dapat
hadir secara fisik dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan pailit atau tidak mampu memenuhi
kewajiban kepada kreditur atau berhalangan tetap.
Sebagai suatu forum pengambilan keputusan tertinggi, Rapat Dewan
Gubernur diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untuk
menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, serta sekurang-kurangnya sekali
dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan moneter
atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipil dan strategis. Pengambilan
keputusan dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur, atas dasar prinsip musyawarah
95 Pasal 41 UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonsia, diakses dari
https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/dewan-gubernur, pada Kamis, 15 Januari 2018 pukul 15.15
WIB.
59
demi mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur menetapkan keputusan
akhir.96
Gambar 3.4
Struktur Organisasi Bank Indonesia
Sumber: http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/organisasi/Contents/Default.aspx
Dari struktural Bank Indonesia yang terlihat pada gambar 3.4, Public
Relations Bank Indonesia berada dalam kendali departemen komunikasi yang
96 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/organisasi/Contents/Default.aspx, diakses pada
Kamis, 15 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
60
dibawahnya mencakup beberapa divisi yang bisa dilihat di struktur organisasi
Departemen Komunikasi Bank Indonesia pada gambar 3.5 di bawah ini:
Gambar 3.5
Struktur Organisasi Departemen Komunikasi Bank Indonesia
Sumber: Wawancara Staf Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI
Keenam divisi yang tergabung dalam departemen komunikasi tersebut
saling bersinergi dalam mendukung visi, misi dan tujuan departemen. Mereka juga
saling bekerjasama sesuai tugas dalam mengatasi isu logo palu arit pada pecahan
Rupiah TE 2016 yang menjadi kontroversial di tengah masyarakat. Adapun tugas
pokok dari departemen komunikasi yaitu:
1. Melakukan pemantauan dan analisis isu/opini stakeholders dalam
pemberitaan maupun forum lainnya serta menyusun rekomendasi
komunikasi kepada Dewan Gubernur
2. Melakukan pengadaan bahan uang, unsur pengaman uang, uang, sarana
operasional kas, jasa lainnya, serta pemeliharaan sarana operasional kas
3. Merumuskan strategi dan program komunikasi serta koordinasi komunikasi
kebijakan dan isu kritikal (komunikasi krisis) BI.
4. Melaksanakan peran sebagai juru bicara lembaga dan melaksanakan
Direktur
Program Sosial Bank
Indonesia dan Hubungan
Stakeholder
Relasi Lembaga Publik I
Relasi Lembaga Publik II
Relasi Media Massa dan Opinion Maker
Layanan Informasi dan Komunikasi
Digital
Perencanaan, Pengendalian
dan Relasi Internal
61
manajemen opini publik (pengelolaan pemberitaan) di media massa secara
berkelanjutan.
5. Melaksanakan kegiatan/program komunikasi dan manajemen stakeholder
baik kepada stakeholder eksternal maupun internal, termasuk pengelolaan
layanan informasi publik.
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan program / produk
komunikasi kebijakan dan isu kritikal BI.
7. Melakukan perencanaan, koordinasi, kerjasama, pelaksanaan dan evaluasi
Progam Sosial Bank Indonesia.
8. Mengelola administrasi anggaran dan logistik, administrasi SDM dan
kesekretariatan serta administrasi manajemen kinerja Satuan Kerja.97
H. Proses Pencetakan Uang Rupiah
Dalam pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan uang Rupiah, Bank
Indonesia melakukan pencetakan Rupiah sesuai kebutuhan masyarakat. Bank
Indonesia senantiasa memastikan kebutuhan uang tunai masyarakat dapat tersedia
dalam jumlah yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam
kondisi layak edar. Sebagai bagian dari siklus pengelolaan uang, Bank Indonesia
secara rutin melakukan penarikan uang yang tidak layak edar di masyarakat dan
menggantikannya dengan uang dalam kondisi layak edar atau yang baru dicetak.
Demikian pula, uang Rupiah TE 2016 dicetak dan diedarkan untuk menggantikan
uang tidak layak edar yang ditarik, sehingga tidak menambah jumlah uang yang
97 www.bi.go.id/id/tentang-bi/organisasi/Documents/visi_dkom.pdf, diakses pada Kamis,
1 Maret 2018 pukul 23.22 WIB.
62
beredar di masyarakat. Dengan siklus tersebut, jumlah uang yang beredar di
masyarakat tetap terjaga sesuai kebutuhan.98
Dengan monitoring yang ketat, Bank Indonesia memastikan bahwa jumlah
uang yang ditarik dan dimusnahkan dari waktu ke waktu tidak pernah lebih dari
yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat. Dengan demikian, tidak terdapat
tambahan pencetakan dan pengedaran uang dari jumlah yang ditetapkan Bank
Indonesia. Bank Indonesia meyakini bahwa Bank Indonesia merupakan satu-
satunya lembaga yang melakukan pengedaran dan penarikan uang Rupiah.
Pemusnahan uang diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang dan setiap tahunnya tercatat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Sesuai Undang-Undang No. 7 Tahun 2011, pencetakan Rupiah dilakukan oleh
Bank Indonesia, dengan menunjuk badan usaha milik negara, yaitu Perum Peruri,
sebagai pelaksana Pencetakan Rupiah. Bank Indonesia menegaskan bahwa
pencetakan uang Rupiah TE 2016 dilakukan seluruhnya oleh Perum Peruri. Dalam
proses pencetakan, Bank Indonesia menyerahkan bahan uang kepada Perum Peruri
dalam jumlah tertentu. Perum Peruri kemudian melaksanakan pencetakan uang dan
menyerahkannya kembali ke Bank Indonesia, dengan jumlah sesuai dengan bahan
uang yang diserahkan oleh Bank Indonesia. Dalam proses ini, dilaksanakan pula
verifikasi/penghitungan ulang oleh Bank Indonesia. Ada beberapa proses dalam
pencetakan uang rupiah yang dilakukan Perum Peruri yaitu:
1. Proses pertama adalah mengukir pelat yang merupakan dasar untuk pencetakan
uang kertas, proses tersebut dinamai engraving. Mengadopsi teknologi
98 http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_1810716.aspx, diakses pada
Selasa, 13 februari 2018 pukul 23.40 WIB.
63
pencetakan dari Jerman, pada bagian ini, mesin-mesin pencetak pelat lebih
mendominasi dibandingkan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) nya
2. Proses kedua, adalah mencetak uang pada tahap awal yakni memasukan
gambar saling isi atau rectoverso. Rectoverso atau gambar saling isi
penggunaannya bertujuan sebagai unsur pengaman uang kertas Rupiah untuk
melindungi dari tindak pemalsuan. Proses ini menjadi yang paling rumit, sebab
uang yang telah dicetak harus didiamkan selama 2x24 jam di tambah 8 jam
sebelum masuk tahap selanjutnya. Pada bagian ini juga ruangan kerjanya hanya
didominasi mesin-mesin dengan ukuran yang cukup besar.99
3. Proses ketiga adalah intaglio atau proses pencetakan kembali untuk bagian
depan dan juga bagian belakang.
4. Proses keempat adalah memberi nomor seri yang telah disiapkan oleh Bank
Indonesia. Terdapat tiga mesin putar pencetak nomor yang telah diisi dengan
plat nomor masing- masing uang.
5. Proses kelima adalah memeriksa uang yang telah memiliki nomor seri. Proses
tersebut dilakukan oleh pegawai secara manual. Pada proses ini, uang akan
disortir satu-satu untuk dilihat ada yang cacat atau tidak. Jika ada yang cacat,
maka pegawai tidak segan mencoret uang tersebut atau uang tersebut menjadi
tidak berharga. Bagi uang yang telah sempurna, maka masuk dalam tahap
terakhir.
6. Proses keenam adalah proses pemotongan. Proses pemotongan terbagi menjadi
dua yaitu proses penyelesaian secara mekanis dan manual. Secara mekanis,
kertas lembar besar tersebut kini dipotong menggunakan mesin 7 kertas
99 https://finance.detik.com/moneter/3399459/mengintip-proses-cetak-uang-rupiah,
diakses pada Selasa, 13 Februari 2018 pukul 23.46 WIB
64
sedangkan secara manual, lembaran uang diperiksa kembali langsung oleh
sejumlah pekerja yang didominasi perempuan. Pada tahap akhir ini pulalah
lembaran-lembaran uang yang rusak atau cacat dilubangi untuk kemudian
dihancurkan. Setelah itu, uang baru dikirim ke Bank Indonesia untuk
disebarkan ke masyarakat.100
100 https://finance.detik.com/moneter/3399459/mengintip-proses-cetak-uang-rupiah,
diakses pada Selasa, 13 Februari 2018 pukul 23.50 WIB
65
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
C. Analisis Isu Logo Palu Arit pada Pecahan Rupiah TE 2016
Pada 19 Desember 2016, Presiden Republik Indonesia meresmikan
pengeluaran dan pengedaran 11 (sebelas) pecahan uang Rupiah TE (TE) 2016, di
Gedung Bank Indonesia, Jakarta. Peresmian sekaligus menandai bahwa sebelas
pecahan uang tersebut mulai berlaku, dikeluarkan dan diedarkan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kesebelas uang Rupiah TE 2016 terdiri dari
7 (tujuh) pecahan uang Rupiah kertas dan 4 (empat) pecahan uang Rupiah logam.
Setelah peresmian uang baru tersebut, masyarakat dihebohkan oleh isu logo
palu arit yang terdapat di uang pecahan Rupiah terbaru TE 2016. Isu logo palu arit
bermula muncul dari postingan seorang netizen bernama Turiman Fachturahman
Nur. Ia mengunggah foto uang pecahan seratus ribu rupiah ke media sosial berupa
Facebook, dengan keterangan “Coba diperhatikan, ada apa di lingkaran uang
seratus ribu rupiah yg baru, benar nda ada palu arit?” Kemudian dalam fotonya
juga bertuliskan “Sejak kapan logo BI di pecahan uang seratus ribu bergambar
palu arit”. Setelah foto tersebut disebarkan oleh Turiman melalui Facebook,
beberapa netizen memberikan tanggapan komentar serta membagikan postingan
tersebut sehingga menjadi viral di dunia maya.101
Logo palu arit diidentikkan dengan simbol Partai Komunis Indonesia (PKI)
yang telah dilarang di Indonesia berdasarkan Undang Undang (UU) No. 27 Tahun
1999 dan Ketetapan MPRS (TAP MPRS) Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966.
101 https://melawinews.com/2016/11/12/netizen-heboh-logo-bi-uang-rp-100-ribu-ada-gambar-palu-
arit/, diakses pada Rabu, 7 maret 2018 pukul 13.56 WIB.
66
66
Ada beberapa alasan komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak boleh
kembali muncul di Indonesia, ditinjau dari aspek teologi, ideologi, sosial, politik
dan sejarah.
Dari segi teologi, komunisme telah melawan prinsip ketuhanan.
Komunisme tidak mengenal adanya Tuhan. Sedangkan di Indonesia menganut
prinsip berketuhanan. Hal tersebut tertera dalam sila pertama Pancasila, yakni
ketuhanan yang Maha Esa.
Dari segi ideologi, komunisme tentu sangat berlainan dengan paham
Pancasila. Perbedaan itu tertanam jelas dari butir Pancasila.
Dari segi sosial, komunisme mengajarkan pertentangan kelas. Misalnya,
pertentangan kelas antara buruh dan majikan, kaya dan miskin, tuan dan bawahan.
Padahal, prinsip tersebut akan terus mengadu domba antara pihak yang merasa
tertindas dan ditindas, sehingga tidak tercipta suasana yang harmonis.
Dari segi politis, komunisme jelas mengajarkan bagaimana melakukan
agitasi dan propaganda kepada lawan politik. Sedangkan hal tersebut tidak
dibenarkan. Pasalnya, Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai kebenaran dan jujur
termasuk dalam berpolitik.
Dari segi sejarah, pemberontakan yang dilakukan PKI di Indonesia tidak
hanya sekali. Pemberontakan PKI dimulai sejak tahun 1926, 1945, 1958, 1950 dan
terakhir tahun 1965. Peristiwa 1965 dikenal sebagai pemberontakan PKI yang
paling besar karena memakan banyak korban baik dari para jenderal TNI,
masyarakat sipil, hingga anggota PKI.102
102https://nasional.kompas.com/read/2016/05/31/21560771/pbnu.ada.lima.alasan.pki.tidak
.boleh.ada.di.indonesia, diakses pada Rabu, 7 maret 2018 pukul 14.02 WIB
67
67
Dalam pembahasan ini, akan dipaparkan terkait isu logo palu arit pada
pecahan mata uang Rupiah TE 2016 yang menjadi kontroversial di masyarakat,
sehingga menciptakan strategi apa saja yang dilakukan Public Relations (PR) Bank
Indonesia dalam menangani isu tersebut. Terdapat beberapa tahapan perkembangan
isu yang disebut daur isu (issue life cycle) menurut Hainsworth, sebagai berikut:
1. Potential Stage
Isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 dinilai oleh peneliti
sebagai fenomena yang memiliki potensi untuk menjadi isu yang
memprihatinkan. Kebijakan perubahan desain baru pada uang Rupiah TE 2016
mulai menjadi perhatian publik. Postingan uang seratus ribu rupiah dari
seorang netizen dengan caption menuding adanya logo palu arit pada pecahan
Rupiah TE 2016 banyak dibagikan oleh netizen lain, sehingga isu tersebut
menjadi diskusi opini di masyarakat.
Adanya pihak yang pro dan kontra terhadap pemerintahan saat ini
merupakan potensi yang bisa menyebabkan isu berkembang karena kepala
negara saat ini sering diisukan sebagai antek PKI. Bagi pihak yang kontra, hal
ini adalah suatu kesempatan untuk memainkan isu logo palu arit yang menjadi
simbol PKI, sehingga reputasi dari Bank Indonesia menjadi jatuh dan
menyebabkan terjadinya krisis.
Dalam tahap ini, peneliti menilai bahwa pemangku kepentingan utama
yakni Bank Indonesia harus menyadari sejak awal akan adanya potensi isu
setelah kebijakan peluncuran uang baru Rupiah TE 2016. Seharusnya Bank
Indonesia menyiapkan pra isu sebelum mengeluarkan kebijakan. Apapun
68
68
kebijakan yang akan di keluarkan harus di test to water dulu supaya
meminimalisir dampak negatif dari kebijakan baru.103
2. Emerging Stage
Peneliti melihat intensitas terhadap potensi adanya masalah mulai
meningkat secara bertahap. Isu logo palu arit pun mulai berkembang. Saat itu,
ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq, mendukung dan memberi
perhatian pada isu tersebut. Bahkan, ia sampai melaporkan Menteri Keuangan
RI, Gubernur Bank Indonesia dan Peruri kepada pihak yang berwajib. Ketiga
orang tersebut memang yang paling bertanggung jawab atas terbitnya uang
baru Rupiah TE 2016. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1
Berita Habib Rizieq Melaporkan Gubernur BI, Menkeu dan Peruri
Sumber:
https://nasional.kompas.com/read/2017/01/11/18334631/rizieq.akan.laporkan.gubernur.bi.me
nkeu.dan.peruri.soal.logo.palu.arit
103 Wawancara Pribadi dengan Asmono Wikan, Praktisi PR, Direktur Serikat Perusahaan
Pers (SPS) dan PR Indonesia, Jum’at, 23 Februari 2018 di Kebon Sirih, Kantor Serikat Perusahaan
Pers, Jakarta.
69
69
Ormas FPI yang dipimpin oleh Habib Rizieq, menilai logo yang ada
pecahan Rupiah TE 2016 adalah logo palu arit. Logo tersebut merupakan
simbol PKI sehingga, isu logo palu arit tersebut diindikasikan dengan
kebangkitan PKI dan Bank Indonesia dinilai telah menyelipkan paham
komunisme pada mata uang Rupiah TE 2016. Isu tersebut pun mulai ramai
dibicarakan dan membesar melalui pemberitaan beberapa media, terutama
media online.
Selama isu logo palu arit tersebut berkembang, Bank Indonesia tidak
cepat bereaksi dalam menanggapi isu yang tengah berkembang tersebut.
Sebagai bank sentral Bank Indonesia harus melihat dengan jernih
permasalahannya, kenapa dan dimana isu tersebut muncul. ada dua hal yang
harus dijaga oleh Bank Indonesia sebelum bereaksi dalam menanggapi isu logo
palu arit tersebut. Pertama, keberadaan BI ditengah-tengah publik di
Indonesia. Kedua, keberadaan BI di tengah-tengah komunitas Bank sentral
dunia.104
3. Current Stage
Masalah yang terjadi mengenai isu logo palu arit pada pecahan Rupiah
TE 2016 telah memberikan dampak pada organisasi. Berita terkait isu logo palu
arit pada Pecahan Rupiah TE 2016 mulai menyebar dalam intensitas tinggi di
media-media terutama media sosial dan media online. Selain itu, diperparah
dengan datangnya banyak tekanan-tekanan dari masyarakat yang takut adanya
kebangkitan PKI karena adanya isu logo palu arit tersebut.
104 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
70
70
Pemberitaan di media terkait isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE
2016 yang berulang-ulang dengan eskalasi yang sangat tinggi menjadikan isu
berkembang menjadi populer ditambah interaksi di media sosial dan jaringan.
Hal tersebut bisa dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini:
Gambar 4.2
Berita Logo Palu Arit yang Populer di Media Sosial
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/12/ogise5365-
lambang-mirip-palu-arit-di-uang-pecahan-rp-100-ribu-heboh-
dimedsos?fb_comment_id=1256453917752149_1327589983971875#f3f3a80bae54f04
Pemberitaan di media yang sering berakibat pada isu tersebut menjadi
diskusi publik dan bermunculan beberapa pemimpin opini publik. Mayoritas
pemberitaan pada saat itu menggiring opini masyarakat bahwa isu logo palu
arit pada pecahan Rupiah TE 2016 merupakan salah satu hal yang
mengindikasikan kebangkitan PKI.
71
71
Isu yang beredar telah berdampak penuh kepada Bank Indonesia terkait
kebijakan peluncuran uang Rupiah terbaru TE 2016 yang dilakukannya
ternyata menimbulkan persepsi negatif di masyarakat. Seperti wawancara
dengan Rizieq Shihab yang dikutip dari Liputan6.com edisi 23 Januari 2017,
sebagai berikut:
Ini kan membahayakan. Karena itu kita minta pemerintah segera Tarik
uang kertas baru dari pecahan seribu sampai seratus ribu yang
semuanya memberikan persepsi ada logo palu arit PKI di mata uang
kertas Indonesia.105
Persepsi negatif yang menyudutkan Bank Indonesia tentunya sangat
merugikan perusahaan terkait good corporate image. Bagi lembaga besar
seperti Bank Indonesia, citra positif dan kepercayaan di mata masyarakat
menjadi hal yang sangat penting untuk dijaga. Maka, apabila pemberitaan
negatif terkait logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 dibiarkan berlarut-
larut tanpa adanya tindakan yang dilakukan Public Relations Bank Indonesia,
akan menimbulkan krisis dan hilangnya kepercayaan di mata masyarakat.
4. Crisis Stage
Kondisi saat itu, Bank Indonesia tidak memiliki pilihan lain kecuali
menerima dan sesegera mungkin mengatur kebijakan yang akan dilakukan
Public Relations dalam menanggapi pemberitaan negatif di media. Crisis stage
memaksa perusahaan untuk tidak memiliki alternatif lain selain menerima
masalah dan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.106
105 http://www.liputan6.com/bisnis/read/2835091/rizieq-minta-rupiah-berlogo-palu-arit-
ditarik-ini-kata-menkeu, diakses pada Selasa, 26 Maret 2018 pukul 22.22 WIB. 106 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal.
262.
72
72
Bank Indonesia harus sesegera mungkin memutuskan tindakan apa
yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan dalam meredam isu sehingga tidak
menimbulkan krisis. Dalam situasi ini, media massa memegang peran penting
karena kemampuannya dalam diseminasi pesan dan pembentuk opini publik.
Public Relations Bank Indonesia memberikan informasi yang jelas dan jujur
kepada media massa dan diharapkan membangun relasi yang baik dengan
media massa untuk memperoleh publisitas positif. Hal tersebut seperti terlihat
pada gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3
Penjelasan Gubernur BI mengenai Isu Logo Palu Arit pada Pecahan Rupiah
Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38566994
5. Dormant Stage
Intensitas isu dapat menjadi semakin tinggi dan menyebabkan krisis
atau kemudian menurun karena organisasi telah melakukan tindakan yang
73
73
diterima masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, Public Relations Bank
Indonesia bergerak cepat agar isu tidak semakin melebar dan menyebabkan
krisis. Public Relations Bank Indonesia memilih melakukan tindakan-tindakan
terkait strategi komunikasi isu dan krisis. Sehingga, dalam isu logo palu arit
tersebut yang awalnya sangat tinggi di bulan Januari 2017 menjadi menurun
dengan cepat. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Sumber : Data yang diperoleh dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia
D. Strategi Public Relations Bank Indonesia dalam Menangapi Isu Logo Palu Arit
pada Pecahan Rupiah TE 2016
Bank Indonesia merupakan bank sentral dan satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut,
menarik dan memusnahkan uang dari peredaran berdasarkan pada UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga berwenang
215418
3379
506
27 77316
7449 20191
8
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2 0 1 6 N O V E M B E R 2 0 1 6 D E S E M B E R 2 0 1 7 J A N U A R I 2 0 1 7 F E B R U A R I
TABEL FREKUENSI ISU LOGO PALU ARIT
Online Cetak Medsos
74
74
menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan
dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.107
Di akhir tahun 2016, setelah peluncuran dan peresmian uang terbaru Rupiah
TE 2016 banyak isu yang berkembang mengenai logo palu arit yang terdapat pada
pecahan Rupiah TE 2016. Perhatian masyarakat pun banyak tertuju pada isu
tersebut karena isu tersebut dinilai sangat sensasional dengan adanya pernyataan
dari stakeholder yang mendukung isu tersebut.
Stakeholder tersebut adalah Ketua FPI yang dikenal dengan sebutan Habib
Rizieq. Habib Rizieq mengungkap kemiripan lambang BI dan lambang palu arit
dalam ceramah yang diupload ke Youtube. Di depan para jamaah yang hadir, dia
menunjukkan lembaran pecahan seratus ribuan yang lama, dan seluruh pecahan
uang kertas baru. "Ini duit baru. Ada dua ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu,
semuanya ada palu arit. Lihat cetakannya. Ini palu arit, bolak balik palu arit juga,"
kata Habib Rizieq seperti dikutip dari Kumparan.com.108
Ditungganginya isu logo palu arit oleh Habib Rizieq membuat sebagian
masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim percaya akan isu tersebut. Habib
Rizieq sebagai ketua FPI mempunyai pengikut yang banyak, bahkan sebagian umat
muslim menganggap Habib Rizieq adalah imam besar umat Islam. Oleh karena itu,
dengan adanya dukungan yang dilakukan Habib Rizieq terhadap isu logo palu arit
pada pecahan Rupiah TE 2016, mengindikasikan isu tersebut sangatlah penting
untuk diatasi.
107 Bank Indonesia, Buku Panduan Uang Rupiah, (Jakarta: Direktorat Pengedaran Uang
Bank Indonesia, 2011), hal. 6. 108 https://kumparan.com/@kumparannews/habib-rizieq-ada-palu-arit-di-uang-baru
diakses pada Senin, 12 Maret 2018 Pukul 03.07 WIB.
75
75
Isu yang tidak dikelola dengan baik, akan menyebabkan krisis dan krisis
berpotensi mengancam reputasi perusahaan109. Tugas utama Public Relations
adalah menjaga citra perusahaan di mata publik sehingga penting bagi Public
Relations bank Indonesia untuk mengatasi isu logo palu arit tersebut dan
menciptakan reputasi perusahaan yang positif di mata publik.
Di Bank Indonesia, fungsi Public Relations dijalankan oleh Departemen
Komunikasi. Oleh karena itu dalam isu ini Departemen Komunikasi Bank
Indonesia menjadi garda terdepan bagi Bank Indonesia untuk mendiseminasikan
atau menyebarkan informasi guna meluruskan isu-isu yang beredar sehingga tidak
membuat kegaduhan di masyarakat.
Dalam menghadapi isu logo palu arit, Departemen Komunikasi Bank
Indonesia melakukan beberapa tahapan dan berbagai cara untuk mengatasi isu
tersebut. Bank Indonesia menyadari bahwa ada unsur politis dalam isu logo palu
arit tersebut. Isu logo palu arit dinilai masih berkaitan dengan isu presiden Jokowi,
banyak yang mengatakan bahwa presiden Jokowi adalah antek PKI dan menganut
paham komunis, sehingga dengan munculnya isu logo palu arit pada Rupiah TE
2016 secara tidak langsung menurunkan elektabilitas dari presiden Jokowi.
Bank Indonesia menilai isu logo palu arit tersebut termasuk ke dalam
kelompok isu yang serius dan utama untuk diselesaikan. Hal itu karena, dengan
adanya isu tersebut kredibilitas dan reputasi Bank Indonesia sebagai bank sentral
yang bersifat independen bisa jatuh di mata publik, sehingga akan menyebabkan
krisis ekonomi seperti tahun 1998. Departemen Komunikasi Bank Indonesia juga
mengirim sinyal kepada orang-orang politik untuk menghentikan keributan
109 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 254
76
76
dibidang BI. Hal itu dilakukan karena yang sedang terjadi adalah pertengkaran
politik. Departemen Komunikasi Bank Indonesia menghimbau agar jangan
memakai isu mengenai Bank Indonesia dalam kepentingan politik. Jika isu
mengenai BI ini digunakan, maka siapapun penguasanya nanti akan jadi repot.
Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi dan waktu yang dibutuhkan untuk
recovery paling lama di dunia adalah (15 tahun). Artinya kalau ingin menjatuhkan
presiden dengan cara seperti ini maka akan berdampak pada presiden selanjutnya
yang akan mengalami kesusahan.110
Setelah ditelaah, peneliti menemukan bahwa strategi yang dilakukan oleh
Public Relations Bank Indonesia adalah dengan menggunakan teori strategi Public
Relations Ronald D. Smith yang dikolaborasikan dengan proses manajemen isu
Regester dan Larkin. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi isu.
Pada tahap ini, Departemen Komunikasi Bank Indonesia
mengantisipasi situasi kemunculan isu dengan mengidentifikasi dan
memetakan isu secara cepat. Identifikasi isu dilakukan oleh Departemen
Komunikasi Bank Indonesia dengan monitoring berita-berita di media yakni
kegiatan mengkliping pemberitaan di media. Saat itu, pihak BI melakukan
mapping isu, dan ternyata isu tersebut berada di sosial media yang bocor ke
media online.111 Berikut ini adalah frekuensi isu logo palu arit yang mulai
110 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat. 111 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
77
77
muncul di akhir tahun 2016. Isu tersebut menjadi sensasional di bulan Januari
lalu mulai menghilang di bulan Februari atas kinerja dan strategi dari
Departemen Komunikasi Bank Indonesia. Data tersebut merupakan temuan
peneliti melalui data yang diperoleh dari Departemen Komunikasi Bank
Indonesia.
Tabel 4.2
Sumber: Data yang diperoleh oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia
Setelah diidentifikasi lebih lanjut, isu logo palu arit pada pecahan
Rupiah TE 2016 tersebut terdapat unsur politis. Isu tersebut dimunculkan oleh
orang-orang yang tidak menyukai pemerintahan sekarang yang dipimpin oleh
Presiden Jokowi. Polarisasi yang disebabkan oleh Pemilu 2014 sampai saat ini
masih terasa, dan Presiden terpilih Jokowi memang selalu diisukan dengan
PKI. Hal tersebut menyebabkan isu pun tak terhindarkan dari instansi-instansi
215418
3379
506
27 77316
7449 20191
8
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2 0 1 6 N O V E M B E R 2 0 1 6 D E S E M B E R 2 0 1 7 J A N U A R I 2 0 1 7 F E B R U A R I
TABEL FREKUENSI ISU LOGO PALU ARIT
Online Cetak Medsos
78
78
yang masih berafiliasi dengan negara dan pemerintahan seperti Bank
Indonesia.112
2. Analisis Isu
Analisis isu oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia dilakukan
melalui rapat rutin yang diadakan oleh Departemen Komunikasi dalam upaya
untuk menangani isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016. Isu-isu
tersebut ditelaah dari sebab, alasan dan sumber persoalan yang menjadi
pemicu.
Adanya isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 yang
berkembang di masyarakat. Setelah dianalisa ternyata isu sensasional tersebut
berasal dari media sosial yang bocor ke media online.
Saat itu kita maping dimana adanya isu tersebut, ternyata isu
tersebut berada di sosial media yang bocor ke online. Sekarang
kita lihat mayoritas media massa di indonesia adalah media
online. Dan media online mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda. Bisnis modernnya pun berbeda-beda.113
Dalam hal ini, ada tipikal massa yang sensitif terhadap suatu isu, ada
pula kelompok-kelompok yang menggunakan akal sehat seperti wartawan,
kelompok-kelompok yang kritis, kelompok-kelompok cendekiawan.
Pendekatan yang dilakukan pun pasti berbeda. Begitu isu itu muncul maka
dialog kepada kelompok-kelompok yang menggunakan akal sehat akan lebih
mudah. Tapi kalau kepada kelompok-kelompok yang sangat sensitif terhadap
112 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat. 113 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
79
79
isu dan meyakini isu itu pasti benar, effort-nya pasti berbeda.114
Seperti yang kita ketahui masyarakat kita kebanyakan dari pengguna
media sosial yang sensitif. Jika ada isu sedikit saja yang muncul, sentimennya
sangat tinggi seperti ‘kebakaran jenggot’ tanpa mengecek apakah isu tersebut
benar atau tidak. Apalagi isu logo palu arit ini sudah ditunggangi oleh
stakeholder terkenal seperti Habib Rizieq yang didewakan oleh sebagian kaum
muslim.115 Hebohnya isu logo palu arit pada pecahan uang baru di media sosial
bisa dilihat pada gambar 4.4 yang diberitakan oleh Republika.co.id.
Gambar 4.4
Berita Lambang Mirip Palu Arit yang Heboh di Media Sosial
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/12/ogise5365-
lambang-mirip-palu-arit-di-uang-pecahan-rp-100-ribu-heboh-
dimedsos?fb_comment_id=1256453917752149_1327589983971875#f3f3a80bae54f04
114 Wawancara Pribadi dengan Asmono Wikan, Praktisi PR, Direktur Serikat Perusahaan
Pers (SPS) dan PR Indonesia, Jum’at, 23 februari 2018 di Kebon Sirih, Kantor Serikat Perusahaan
Pers, Jakarta. 115 Wawancara Pribadi dengan Asmono Wikan, Praktisi PR, Direktur Serikat Perusahaan
Pers (SPS) dan PR Indonesia, Jum’at, 23 februari 2018 di Kebon Sirih, Kantor Serikat Perusahaan
Pers, Jakarta.
80
80
Selanjutnya, Departemen Komunikasi Bank Indonesia menentukan
langkah-langkah untuk menyerang, bagaimana cara Departemen Komunikasi
Bank Indonesia meng-counter isu dengan menggunakan kontra narasi. Dalam
hal ini, Departemen Komunikasi membalasnya dengan menggunakan
sensasional informasi berupa fakta-fakta yang dikeluarkan tetapi fakta yang
sensasional. Hal tersebut dilakukan untuk meredam isu-isu yang sudah
terlanjur sensasional. Setelah itu penentuan tugas untuk masing-masing tenaga
profesional dalam menangani isu.116
3. Strategi
Setelah mengindentifikasi dan menganalisis isu, Departemen
Komunikasi Bank Indonesia mengatur strategi untuk menyelesaikan
permasalahan- permaslahan yang berkaitan dengan isu logo palu arit. Dalam
menangani isu tersebut, Departemen Komunikasi Bank Indonesia
menggunakan strategi respons dinamis. Strategi respon dinamis ini bertujuan
untuk mengantisipasi dan membantu proses pengambilan keputusan agar
sesuai dengan kepentingan publik. Strategi ini memberikan arahan bagaimana
berkampanye melawan isu.117
Ketimpangan sosial di masyarakat Indonesia yang masih terlihat juga
membuat komunikasi yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi Bank
Indonesia pun tidak sama, perbedaan kelas antara masyarakat yang termasuk
golongan mampu dan masyarakat yang termasuk dalam golongan tidak mampu
116 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat. 117 Firsan Nova, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal.
259.
81
81
atau biasa disebut masyarakat kelas bawah sangat jelas. Masyarakat kelas
bawah yang kebanyakan tidak mengenyam pendidikan formal terkadang tidak
bisa berpikir rasional dan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang bersifat
provokatif. Oleh karena itu, agar masyarakat tidak terpengaruh dan
terprovokasi, Departemen Komunikasi Bank Indonesia memverifikasi
informasi dengan menetralisir berita-berita yang bersifat hoax atau belum tentu
kebenarannya.
Strategi respons dinamis yang digunakan oleh Departemen Komunikasi
Bank Indonesia bertujuan untuk merubah presepsi masyarakat terhadap isu
dengan melakukan sosialisasi melalui penyebaran informasi yang bersifat
kontra narasi yaitu informasi berisi kebijakan-kebijakan terbaru Bank
Indonesia seperti wacana redenominasi rupiah. Redenominasi rupiah adalah
penyederhanaan nilai mata uang rupiah menjadi lebih kecil tanpa
mengubah nilai tukarnya hanya pengurangan nolnya saja. Kebijakan
redenominasi rupiah diadakan dengan alasan inflasi.118
Bank Indonesia juga melakukan pendekatan kepada para tokoh
masyarakat dan stakeholders. Pendekatan yang digunakan adalah engagement
approach atau pendekatan terintegrasi. Pendekatan terintegrasi ini menjelaskan
bahwa dialog aktif atau keterlibatan antara organisasi dan publiknya
merupakan cara yang paling efektif dalam mengelola isu.
Terintegrasi (engagement) berarti bahwa stakeholders relevan
dipertimbangkan, dan dilibatkan dalam keputusan- keputusan organisasi. Oleh
karena itu, Bank Indonesia mencoba untuk merangkul tokoh-tokoh masyarakat
118 https://news.detik.com/kolom/d-3568784/redenominasi-rupiah, diakses pada Minggu,
12 Maret 2018 pukul 04.03 WIB.
82
82
atau stakeholders dengan memberikan pemahaman bahwa isu logo palu arit
pada pecahan Rupiah TE 2016 adalah hoax.
Bank Indonesia juga menjelaskan bahwa gambar yang dituduh logo
palu arit tersebut sebenarnya adalah rectoverso. Rectoverso adalah suatu teknik
cetak khusus pada uang kertas yang membuat sebuah gambar berada pada
posisi yang sama dan saling membelakangi di bagian depan dan bagian
belakang.
Departemen Komunikasi juga memberikan saran kepada Gubernur BI
untuk mengadakan pertemuan dengan tokoh agama seperti bertemu dengan
ketua MUI, NU dan Muhammadiyah, serta kunjungan ke pesantren-pesantren
di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena isunya lebih cenderung dan
banyak ke kaum muslim.119
Di sinilah peran Public Relations Bank Indonesia dalam menjaga relasi
dengan publik dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena tokoh agama
memiliki basis massa yang besar sehingga jika tokoh tersebut menyampaikan
seruan kepada anggota organisasi tentu akan lebih dipatuhi. Cara tersebut juga
termasuk cocok dengan budaya masyarakat Indonesia yang cenderung
memiliki sikap ramah dan menerima persuasi jika disampaikan dengan cara
yang baik. Pertemuan langsung tersebut yaitu seruan untuk menjaga
perdamaian.
Peneliti melihat terdapat pesan yang ingin disampaikan dalam
pertemuan tersebut, yaitu berupa seruan agar tidak termakan oleh isu logo palu
119 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
83
83
arit pada pecahan Rupiah TE 2016, karena logo palu arit yang menjadi simbol
PKI merupakan isu yang sangat sensitif bagi kaum muslim. Diharapkan dengan
adanya agenda kunjungan dari Bank Indonesia dengan beberapa ormas besar
terutama NU dan Muhammadiyah akan membuat isu publik dapat dibicarakan
dan dicarikan solusi bersama.
Peneliti melihat pertemuan dengan tokoh agama dan ormas seperti NU
dan Muhammadiyah hal tersebut disebabkan karena kedua ormas tersebut
merupakah ormas terbesar di Indonesia. Jumlah anggota NU sebanyak 91.2
Juta orang dan Muhammadiyah sebanyak 40 juta orang.120 Walaupun berlatar
belakang agama, namun kedua organisasi tersebut menghormati ideologi
Pancasila. Selain itu, NU dan Muhammadiyah juga berkomitmen untuk
mewujudkan Islam nusantara dan Islam yang bekemajuan sebagai salah satu
wujud Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Komitmen tersebut akan
membantu Bank Indonesia dalam mensosialisasikan isu-isu sensitif yang
berlatar belakang agama salah satunya yaitu isu logo palu arit.
Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan persatuan di tengah
perpecahan perbedaan pandangan politik yang disangkutpautkan dengan
agama. Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan aparat atau institusi hukum
untuk menindak oknum-oknum penyebar isu yang sifatnya hoax, kebohongan,
hingga fitnah.
Sejauh ini, peneliti melihat pendekatan terintegrasi dengan
menggunakan tokoh kunci telah berjalan dengan baik. Menjalin komunikasi
120https://regional.kompas.com/read/2016/04/07/14013651/Buktikan.Klaim.sebagai.Orma
s.Terbesar.NU.Terbitkan.Kartu.Anggota.Nasional, diakses pada Minggu, 12 Maret 2018 pukul
04.16 WIB.
84
84
dengan berbagai pihak merupakan salah satu upaya yang efektif untuk
menjelaskan bagaimana Bank Indonesia merespon isu logo palu arit yang
berpotensi mendorong pemahaman yang salah dari masyarakat.
4. Taktik
Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki fase taktik.
Pada fase ini, terdiri dari pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan
dan melakukan implementasi rencana strategis yang sudah disusun, yaitu
sebagai berikut:
a. Komunikasi Tatap Muka
Taktik komunikasi yang digunakan Bank Indonesia saat ini bersifat
proaktif-horizontal, yaitu berarti Bank Indonesia berinisiatif untuk
melakukan dialog, diskusi dan penyebaran informasi mengenai
kebijakannya sejak dini dan terencana melalui berbagai instrumen
komunikasi (multichannel). Sedangkan horizontal bermakna pendekatan
dilakukan secara dua arah (two way communication) yang melibatkan
stakeholders sebagai mitra sejajar. Komunikasi melalui pendekatan
tersebut perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan meningkatkan
pemahaman publik terhadap kebijakan Bank Indonesia terutama kebijakan
untuk mengganti desain uang baru Rupiah TE 2016 yang menimbulkan
polemik.
Dengan pendekatan multichannel communication, secara terjadwal
dan konsisten Bank Indonesia membina hubungan dalam rangka
85
85
mengkomunikasikan kebijakan uang baru Rupiah TE 2016, antara lain
kepada pelaku pasar, pengamat/ekonom, media, lembaga negara, parlemen
dan masyarakat umum. Saluran komunikasi yang digunakan seperti,
konferensi pers, FGD (focus group discussion), program BI Goes to
Campus, media briefing, hingga pelatihan wartawan. Komunikasi tersebut
dilakukan secara tatap muka atau dua arah.121
b. Engagement dengan Stakeholders
Bank Indonesia juga memanfaatkan media sosial sebagai salah satu
saluran komunikasi dalam membangun hubungan dan komunikasi dengan
stakeholders. Pengembangan saluran komunikasi melalui jalur media
sosial terus dilakukan sejalan dengan perkembangan teknologi sarana
komunikasi, baik dari sisi konten maupun desain untuk memenuhi
kebutuhan stakeholders.
Media sosial telah mengubah gaya komunikasi, baik individu,
organisasi, hingga sebuah lembaga publik. Keterbukaan informasi menjadi
napas dari hadirnya sebuah lembaga publik. Prinsip transparansi dan
akuntabilitas ini menuntut Bank Indonesia (BI) untuk berkomunikasi
dengan stakeholders yang memiliki risiko ketika organisasi membuat satu
keputusan.
Saat munculnya isu sensasional mengenai logo palu arit setelah
kebijakan Bank Indonesia meluncurkan uang terbaru Rupiah TE 2016,
maka diperlukan hubungan baik antara organisasi dan stakeholders.
121 https://www.bi.go.id/id/publikasi/gerai-info/Pages/geraiinfo-64-Komunikasi-Dinamis-
Ala-Bank-Sentral.aspx, diakses pada Minggu, 12 Maret 2018 pukul 04.33 WIB.
86
86
Hubungan tersebut diwujudkan dalam tindakan melibatkan (engagement)
atau relasi yang baik. Relasi ini akan menimbulkan suatu kepercayaan
(trust). Hal tersebut dilakukan agar komunikasi kebijakan yang dilakukan
BI dapat diketahui, dipahami, dan didukung oleh publik. Maka dari itu,
penting bagi BI untuk melakukan stakeholders engagement. Berbagai
program tentu memiliki karakteristik yang beragam sehingga stakeholders
yang dilibatkan juga akan berbeda. Oleh karena itu, klasifikasi serta
pemetaan patut dilakukan.
Sejauh ini, terdapat enam kategori stakeholders eksternal:
pemerintah, parlemen, media massa, tokoh masyarakat (opinion maker),
masyarakat umum dan warganet (netizen). Setiap stakeholders memiliki
pengaruh dan engagement beragam sehingga memerlukan perlakuan yang
berbeda. Pemerintah dan DPR merupakan pengambil keputusan dan
dikategorikan sebagai key player sehingga engagement yang optimal dan
berkesinambungan sangat diperlukan mengenai isu palu arit tersebut.
Meski BI adalah lembaga independen, koordinasi dan komunikasi
yang selaras akan menciptakan kontribusi aktif dan baik sehingga
diharapkan pemerintah serta DPR menjadi mitra kerja dalam kebijakan
yang dikeluarkan oleh BI.
Untuk media massa dan tokoh masyarakat (opinion maker) yang
memiliki engagement lebih baik kepada BI juga dapat mempengaruhi
proses pengambilan keputusan. Sementara masyarakat umum dan
warganet (netizen) dengan engagement sedikit, tetap memerlukan
informasi serta pengawasan secara berkala.
87
87
Berdasarkan The Stakeholders Engagement Spectrum, level
engagement yang dituju adalah level inform untuk masyarakat umum dan
warganet bahwa isu logo palu arit yang tengah berkembang adalah hoax,
level consult bagi pengamat dan media massa.
Bank Indonesia juga meminta pendapat atau berkonsultasi dengan
expert dan media untuk mengatasi isu tersebut, dan level involve untuk ke
pemerintah dan parlemen. Bank Indonesia juga meminta dukungan kepada
pemerintah dan parlemen dalam menangani isu logo palu arit ini agar tidak
menyebabkan krisis yang berkepanjangan. Metode komunikasi melalui
stakeholders engagement menekankan pentingnya kegiatan untuk
mengikutsertakan stakeholders dalam proses komunikasi kebijakan yang
diyakini akan membuka peluang terciptanya dan semakin meningkatnya
trust dari stakeholders terhadap BI.122
c. Edukasi Lewat Media Sosial
Kompetisi ringan dalam media sosial membuat masyarakat
terpancing untuk mengetahui lebih dalam tentang Bank Indonesia serta
memperkuat komunikasi dua arah. Tidak hanya itu, beragam konten ‘berat’
juga dikemas dengan menarik agar pesan sampai kepada masyarakat.
Sebagai contoh, topik inflasi yang banyak tidak dipahami, disampaikan
dalam sebuah film pendek yang menyajikan cerita bahwa inflasi sangat
melekat dengan kehidupan sehari-hari.
122 https://www.bi.go.id/id/publikasi/gerai-info/Pages/geraiinfo-64-Komunikasi-Dinamis-
Ala-Bank-Sentral.aspx, diakses pada Minggu, 12 Maret 2018 pukul 04.37 WIB.
88
88
Salah satu tantangan serius yang dihadapi Bank Indonesia saat ini,
yaitu penyebaran berita bohong atau hoax melalui media sosial seperti isu
logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 yang bermula dari hoax di
media sosial facebook. Semakin banyak hoax tersebar, semakin banyak
pula yang menganggap bahwa berita itu benar. Salah satu hoax yang
sensasional yaitu tuduhan atau isu adanya logo palu arit pada uang kertas
Rupiah TE 2016.
Berita ini sempat menjadi viral di media sosial dan membuat
sebagian masyarakat sempat percaya serta menuduh Bank Indonesia
menyelipkan unsur paham komunis dalam uang kertas rupiah. Selain itu,
Bank Indonesia juga dianggap sebagai ‘antek’ Partai Komunis Indonesia,
salah satu partai yang sudah tidak ada lagi keberadaannya di Indonesia.
Salah satu strategi dalam menanggapi isu tersebut, Bank Indonesia
memberikan edukasi melalui media sosial mengenai sistem pengamanan
pada uang kertas rupiah sekaligus menegaskan bahwa isu tersebut tidak
benar. Berkaca dari kejadian ini, kerja sama memerangi maraknya hoax
pun mulai dijalin dengan berbagai lembaga pemerintah. Diharapkan
melalui kerja sama ini, setiap hoax tentang logo palu arit yang beredar di
masyarakat dapat segera diklarifikasi guna mengantisipasi adanya
keresahan ataupun berbagai dampak yang tidak diinginkan di masyarakat.
Memberantas hoax bukan hanya tugas Bank Indonesia dan lembaga
pemerintah semata melainkan juga tugas masyarakat.123 Oleh karena itu,
123 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
89
89
masyarakat didorong agar tidak ragu untuk melapor kepada instansi terkait
ataupun menghubungi berbagai akun media sosial resmi apabila
menemukan berita yang tidak valid. Selain itu, masyarakat juga diharapkan
tidak mudah menyebar berita yang belum terbukti kebenarannya.
Ke depan, kanal dalam media sosial juga akan diperluas. Segala
informasi terkait Bank Indonesia akan dikemas dalam video, infografis, dan
berbagai bentuk lainnya yang mudah diserap oleh masyarakat. Kemudian
dishare di akun resmi media sosial Bank Indonesia seperti Facebook,
Twitter, Youtube, Instagram maupun Website. Adapun nama-nama akun
resmi media sosial Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Akun Resmi Media Sosial Bank Indoenesia
No Media sosial Nama Akun
1 Facebook Bank Indonesia
2 Twitter @bank_Indonesia
3 Instagram bank_Indonesia
4 Youtube Bank Indonesia Channel
5 Website www.bi.go.id
Sumber: https://www.bi.go.id/id/Default.aspx
d. Optimalisasi Layanan Informasi Publik
Sebagai garda terdepan dalam memberikan informasi kepada publik,
Bank Indonesia juga memiliki contact center (BICARA 131) sebagai salah
satu saluran komunikasi dalam mengatasi isu logo palu arit.124 Upaya
124 Data yang diperoleh dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia pada Senin, 18
Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jakarta Pusat.
90
90
tersebut juga untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat
dalam memperoleh informasi terkait Bank Indonesia dan kebijakan-
kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Keefektifaan
taktik komunikasi tersebut terlihat dengan diperolehnya ISO 9001:2015
dan menjadi contact center pertama di dunia yang tersertifikasi ISO
tersebut.
Sejatinya, komunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan.
Komunikasi efektif membutuhkan interaksi dua arah atau timbal balik
antara komunikator (pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan)
sehingga terjadi mutual understanding. Untuk mendapatkan hasil optimal,
dibutuhkan dua kemampuan sekaligus: berbicara dan mendengarkan.
Selaku pembuat kebijakan di bidang ekonomi, Bank Indonesia
selalu berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan demi menjaga stabilitas
nilai rupiah. Namun, suatu kebijakan yang baik bukan hanya berdasarkan
isinya, melainkan juga peran komunikasi dalam penyampaiannya kepada
seluruh masyarakat. Tanpa komunikasi efektif, kebijakan perubahan
desain pada pecahan Rupiah TE 2016 yang menjadi polemik tidak akan
dapat dipahami dengan baik. Sehingga berpotensi kurang optimal dalam
memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi negeri.
Pada era digital ini, sebuah institusi atau organisasi tidak bisa hanya
mengandalkan komunikasi satu arah. Publik semakin kritis dan
demanding. Sekali lagi, mendengarkan adalah salah satu kunci untuk
mencapai komunikasi yang efektif. Bank Indonesia telah menyediakan
Layanan Informasi Publik (LIP) yang bersifat dua arah, yaitu contact
91
91
center (BICARA 131) yang terintegrasi dengan Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID) Bank Indonesia. Masyarakat pun
dapat bertanya langsung tentang kebenaran isu sensasional logo palu arit
ataupun kebijakan yang berkaitan dengan Bank Indonesia. Setelah itu,
Layanan BICARA 131 dapat mendengar sekaligus memberi respon
maupun solusi.
Kehadiran BICARA 131 menjadi wadah bagi masyarakat yang ingin
menghubungi Bank Indonesia dari berbagai channel komunikasi. Bukan
tanpa alasan, contact center BI lahir dalam rangka menjalankan amanah
UU Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). BICARA 131 didirikan
dengan standar tertinggi sesuai best practice contact center, ISO
9001:2015 untuk Quality Management System (QMS) dari International
Organization for Standardization, serta sesuai dengan UU KIP.
Layanan publik yang berhasil tidak hanya memberi pelayanan saja,
tetapi juga mampu memberikan solusi dengan standar layanan terbaik.
Untuk itu, BICARA 131 fokus dan rutin melakukan evaluasi terhadap
seluruh channel komunikasi yang ada.
Mendengarkan ‘suara’ publik lebih banyak melalui beragam
channel komunikasi dari telepon, surat, e-mail, website, media sosial,
mobile apps, serta layanan walk in merupakan salah satu langkah menuju
keberhasilan. Mendengar lebih baik lagi merupakan langkah Bank
Indonesia untuk semakin dekat dengan masyarakat. Bukan sekadar
layanan, nilai tambah dan pengalaman bagi pelanggan atau stakeholders
92
92
selalu diselipkan dalam layanan publik BI agar kepuasan pelanggan dan
publik terus membaik.125
e. Mengoptimalkan Pegawai Bank Indonesia sebagai Humas Internal
Komunikasi internal dalam suatu organisasi dapat diartikan sebagai
segala bentuk interaksi dan komunikasi antar seluruh anggota organisasi
tersebut. Melalui proses komunikasi internal, semua anggota dapat
memperoleh informasi secara jelas. Bukan hanya seputar hubungan atasan
dan bawahan, bukan hanya dalam kondisi formal, proses komunikasi
internal juga dapat diterapkan dalam hubungan antar karyawan dan dalam
kondisi non formal. Berbagai lomba yang diselenggarakan untuk karyawan
ataupun penerbitan majalah internal, merupakan contoh proses komunikasi
non formal. Sebagai suatu lembaga negara, Bank Indonesia (BI) juga
menerapkan proses komunikasi internal dalam mengatasi isu logo palu arit
pada pecahan Rupiah TE 2016.
BI memandang karyawannya sebagai komunikator yang dapat
menyosialisasikan berbagai kebijakannya kepada masyarakat sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Namun sebelum disosialisasikan, tentu
para karyawan harus memiliki pemahaman yang sama dalam memandang
berbagai kebijakan. Tujuannya, untuk meminimalisasi potensi
kesalahpahaman terhadap pembentukan berbagai kebijakan tersebut.
Jumlah pegawai Bank Indonesia yang mencapai ribuan diharapkan bisa
meminimalisir isu logo palu arit agar tidak berkembang dan menjadikan
125 https://www.bi.go.id/id/publikasi/gerai-info/Pages/geraiinfo-64-Komunikasi-Dinamis-
Ala-Bank-Sentral.aspx diakses pada Minggu, 12 Maret 2018 pukul 04.46 WIB.
93
93
krisis pada perusahaan. Pegawai BI tersebut dituntut menjadi humas
internal untuk mengamplifikasikan informasi kepada masyarakat.126
Bank Indonesia membuat langkah-langkah, agar taktik komunikasi
dengan menjadikan pegawai sebagai humas internal tersebut berjalan
efektif. Pertama, sosialisai internal, hal tersebut patut dilakukan sehingga
mulai dari Gubernur BI hingga kepala perwakilan wilayah di setiap daerah
memiliki pemahaman yang sama terhadap isu logo palu arit tersebut. E-
mail blast hingga pemanfaatan intranet merupakan bentuk sosialisasi
internal yang diterapkan oleh BI. Tidak hanya itu, pada waktu-waktu
tertentu video conference pun diselenggarakan guna memudahkan interaksi
antara Gubernur BI dan para kepala kantor perwakilan wilayah.
Kedua, workshop diikuti dengan penyelesaian proyek yang tentunya
berkaitan dengan tema yang diselenggarakan. Upaya ini boleh dibilang
menjadi langkah penting bagi BI. Terlebih BI memiliki harapan untuk
menjadi bank sentral berpredikat The Best Product in 2045. Kemampuan
karyawan untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan pun tidak
dapat dipisahkan dari cita-cita ini.127
5. Evaluasi dari hasil penanganan isu.
Evaluasi dilakukan melalui rapat internal yang diadakan oleh
Departemen Komunikasi Bank Indonesia.128 Kemudian, Departemen
Komunikasi Bank Indonesia juga mempunyai sistem monitoring tools
126 Data yang diperoleh dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia pada Senin, 18
Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jakarta Pusat. 127 https://www.bi.go.id/id/publikasi/gerai-info/Pages/geraiinfo-64-Komunikasi-Dinamis-
Ala-Bank-Sentral.aspx, diakses pada Minggu, 12 Maret 2018 pukul 04.49 WIB. 128 Data yang diperoleh dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia pada Senin, 18
Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jakarta Pusat.
94
94
melalui media sosial. Dari situ, tim penanganan isu dari Departemen
Komunikasi dapat mengetahui respon yang diberikan oleh masyarakat
terkait penanganan isu atau kontra narasi yang didiseminasikan.129
Strategi menghadapi isu yang dilakukan oleh Departemen
Komunikasi Bank Indonesia sama halnya dengan tahap-tahap manajemen
isu yang diungkapkan dalam buku Firsan Nova berjudul Crisis Public
Relations dan Rachmat Krisyantono berjudul Public Relation &
Management Crisis yang dikolaborasikan dengan teori strategi Public
Relations Ronald D. Smith. Namun, proses manajemen isu yang dilakukan
oleh Departemen Komunikasi dirasa peneliti harus ada yang ditambahkan.
Departemen Komunikasi Bank Indonesia belum membuat secara
detail khalayak sasaran yang dituju dalam penanganan isu, misalnya tokoh
masyarakat yang berasal dari suku apa, apa bahasa sehari-hari yang
digunakan dan dimana lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini juga sesuai
tanggapan seorang praktisi Public Relations, Asmono Wikan bahwa
Departemen Komunikasi Bank Indonesia sebelum menyusun strategi
menghadapi isu, dalam hal ini adalah isu logo palu arit pada pecahan Rupiah
TE 2016, harus menyertakan visi, misi dan alasan mengapa isu harus
diselesaikan. Kemudian, siapa khalayak atau target yang akan dituju. Sebab
karakteristik masyarakat Indonesia yang majemuk memiliki Bahasa yang
129 Data yang diperoleh dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia pada Senin, 18
Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jakarta Pusat.
95
95
tidak selalu sama. Maka haruslah dibentuk cara berkomunikasi yang tepat
sesuai dengan khalayak sasaran.130
Peneliti setuju dengan pendapat yang diutarakan oleh Asmono,
karena, visi, misi dan alasan isu harus diselesaikan akan lebih memudahkan
identifikasi hingga pengelompokan isu-isu yang paling krusial. Hal tersebut
juga yang menjadi hambatan Departemen Komunikasi Bank Indonesia
dalam mengimplementasikan strategi dalam menanggapi isu tersebut. Andi
Wiyana sebagai Deputi Direktur Bank Indonesia menyatakan tidak semua
yang saya tahu bisa dibicarakan dan tidak semua yang dibicarakan bisa
dimengerti oleh khalayak. Oleh sebab itu resistensi pemahaman kepada
masyarakat adalah salah satu kunci sukses dari strategi komunikasi.131 Visi,
misi dan tujuan penyelesaian isu serta penentuan khalayak sasaran sangat
berguna dalam program untuk menangani isu, hal itu dilakukan agar
menciptakan komunikasi yang sesuai dengan masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya dalam melakukan manajemen isu dan krisis yang
menimpa organisasi terutama yang berkaitan pemberitaan di media online,
Public Relations harus melakukan strategi komunikasi dalam menangani isu
maupun krisis yang sesuai dengan publiknya. Strategi komunikasi tersebut,
menurut Robbins adalah penentuan tujuan jangka panjang perusahaan dalam
memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan
130 Wawancara Pribadi dengan Asmono Wikan, Praktisi PR, Direktur Serikat Perusahaan
Pers (SPS) dan PR Indonesia, Jum’at, 23 februari 2018 di Kebon Sirih, Kantor Serikat Perusahaan
Pers, Jakarta. 131 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
96
96
untuk mencapai tujuan.132 Pada saat terjadi isu maupun krisis, Public Relations
harus dapat memutuskan tindakan apa yang seharusnya dilakukan perusahaan
untuk meredam isu dan menyelesaikan krisis tersebut.
Apabila Departemen Komunikasi Bank Indonesia membiarkan isu logo
palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016, berarti mereka tengah
mempertaruhkan Bank Indonesia dalam situasi berbahaya yang bisa
berdampak pada krisis berkepanjangan. Oleh sebab itu, dalam menangani isu
tersebut Departemen Komunikasi tidak bisa menggunakan strategi komunikasi
yang secara umum. Selain manajemen isu yang digunakan dalam fungsi
perencanaan strategi, Departemen Komunikasi Bank Indonesia juga
menggunakan strategi komunikasi dalam menghadapi krisis manajemen di
bidang komunikasi.133
Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak boleh cepat bereaksi karena
ada dua hal yang harus dijaga. Pertama, keberadaan BI ditengah-tengah publik
di Indonesia, jika dihipotesakan pertanyaannya adalah Indonesia butuh apa
yang Indonesia butuhkan dari Bank Indonesia. Kedua, keberadaan BI di
tengah-tengah komunitas Bank sentral dunia dimana harus mempunyai
common practice atau etika bisnis, artinya bank sentral itu powerful tidak bisa
marah-marah di depan publik, karena nanti masyarakat akan berpikir
bagaimana bisa menjagain kondisi ekonomi jika bank sentralnya sendiri pun
132 Stephen Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, (Jakarta: Gramedia, 2002), hal. 200. 133 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
97
97
pemarah.134 Hal senada pun terlontarkan dari Asmono Wikan sebagai praktisi
PR, ia menyatakan bahwa “Ketika isu itu semakin keras, maka akan sulit bagi
orang-orang akan mengcounter isu. Maka yang paling tepat dilakukan adalah
isu itu didiamkan pada tingkat tertentu”.
Ketika waktunya sudah tepat barulah BI menanggapi dan membantah
bahwa adanya logo PKI pada pecahan Rupiah TE 2016. Pembantahan tersebut
dilakukan melalui saluran komunikasi media massa agar masyarakat tidak
bertanya-tanya mengenai kebenaran isu tersebut.
Gambar 4.5
Berita Bantahan Gubernur BI Mengenai Logo Palu Arit
Sumber:
https://www.viva.co.id/berita/bisnis/868693-gubernur-bi-bantah-rupiah-baru-bergambar-palu-arit
134 Wawancara Pribadi dengan Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen Komunikasi
Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Jakarta Pusat.
98
98
Setelah membantah adanya isu tersebut, kemudian Bank Indonesia menjelaskan bahwa
desain terbaru yang diindikasikan memuat logo palu arit, sebenarnya adalah rectoverso.
Rectoverso adalah suatu teknik cetak khusus pada uang kertas yang membuat
sebuah gambar berada pada posisi yang sama dan saling membelakangi di bagian
depan dan bagian belakang.
Penjelasan tersebut dilakukan agar masyarakat memahami bahwa isu
tersebut merupakan hoax, sehingga dengan adanya informasi yang detail
diharapkan masyarakat bisa terliterasikan dan tidak terpancing oleh isu-isu yang
belum jelas validitasnya. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.6
Berita Penjelasan Gubernur BI Mengenai Tudingan Logo Palu Arit
di Rupiah
Sumber: https://finance.detik.com/moneter/d-3403474/penjelasan-gubernur-bi-dan-
peruri-soal-tudingan-palu-arit-di-rupiah
99
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
1. Analisis Isu Logo Palu Arit pada Pecahan Rupiah Tahun Emisi 2016
Isu logo palu arit muncul setelah adanya kebijakan dari Bank Indonesia
dalam perubahan desain Rupiah TE 2016 yang resmi diterbitkan pada 19
desember 2016. Desain baru tersebut diisukan memuat logo palu arit, sehingga
membuat masyarakat resah, karena mengindikasikan adanya kebangkitan PKI.
Awal munculnya isu tersebut berasal dari media sosial yang sempat
menjadi viral, sehingga membuat sebagian masyarakat percaya serta menuduh
Bank Indonesia menyelipkan unsur paham komunis dalam uang kertas rupiah.
Selain itu, Bank Indonesia juga dianggap sebagai ‘antek’ Partai Komunis
Indonesia, yang sudah dilarang berdasarkan Undang Undang (UU) No. 27
Tahun 1999 dan Ketetapan MPRS (TAP MPRS) Nomor XXV/MPRS/1966
Tahun 1966.
Jenis isu tersebut merupakan defensive issue yang cenderung
memunculkan ancaman terhadap organisasi. Oleh karena itu Bank Indonesia
harus bisa mempertahankan diri agar tidak mengalami kerugian organisasi. Isu
logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 merupakan isu sensasional yang
penting untuk diperhatikan dan diatasi dengan baik. Karena jika isu ini tidak
diatasi dengan baik, maka akan bisa menyebabkan krisis dan berpotensi
mengancam reputasi Bank Indonesia sendiri.
100
2. Strategi Public Relations Bank Indonesia dalam Menanggapi Isu Logo Palu
Arit pada Pecahan Rupiah TE 2016
Strategi Public Relations Bank Indonesia dalam menanggapi isu logo
palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016 dilakukan oleh Departemen
Komunikasi. Departemen Komunikasi ini berfungsi sebagai tim yang bertugas
merancang sebuah perencanaan sistematis dalam menanggapi sebuah isu agar
tidak membuat kegaduhan di masyarakat dan menyebabkan krisis pada
perusahaan. Strategi Public Relations Bank Indonesia dalam menanggapi isu
logo palu arit tersebut meliputi lima tahap yang terkandung dalam teori strategi
Ronald D. Smith yang dikolaborasikan dengan proses manajemen isu Regester
dan Larkin yaitu:
a) Identifikasi isu
Ketika menerima isu logo palu arit, Departemen Komunikasi
mengantisipasinya dengan memetakan isu logo palu arit secara cepat
dengan menelaah isu tersebut dari jenis isu, sebab, alasan, sumber
persoalan yang menjadi pemicu isu sensasional tersebut muncul dan
berkembang di masyarakat.
b) Analisis isu
Departemen Komunikasi menganalisis isu agama melalui rapat yang rutin
diadakan di Kantor Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Gedung
Thamrin, Jakarta Pusat. Dalam analisis, isu dibagi menjadi dua
pembahasan yakni mengenai pengelompokan isu. Apakah isu logo palu
arit pada pecahan Rupiah TE 2016 ini masuk ke dalam kelompok isu yang
berbahaya atau tidak. Ternyata isu logo palu arit tersebut dinyatakan
101
masuk ke dalam kelompok berbahaya dan kelompok bermasalah, sehingga
perlu menentukan langkah untuk menyerang. Dalam hal ini bagaimana
cara untuk meng-counter isu dengan menggunakan kontra narasi. Setelah
itu penentuan tugas untuk masing-masing tenaga profesional dalam
menangani isu.
c) Strategi
Departemen Komunikasi Bank Indonesia membuat strategi-strategi untuk
menghadapi isu logo palu arit, salah satunya adalah strategi respons
dinamis yang dilakukan untuk merubah persepsi masyarakat terhadap isu
tersebut melalui penyebaran informasi yang bersifat kontra narasi. Seperti
informasi berisi kebijakan-kebijakan terbaru Bank Indonesia seperti
redenominasi rupiah. Departemen Komunikasi juga melakukan
pendekatan dan mencoba untuk merangkul tokoh-tokoh masyarakat dan
agama seperti NU dan Muhammadiyah. Hal tersebut dilakukan untuk
memberikan pemahaman mengenai rectoverso pada uang kertas Rupiah
TE 2016 yang dituduh memuat logo palu arit. Adapun dipilihnya NU, dan
Muhammadiyah karena, isu logo palu arit ini lebih cenderung sensitif ke
kaum muslim. Sementara, NU dan Muhammadiyah merupakan ormas
Islam terbesar dengan pengikut terbanyak di Indonesia.
d) Taktik
Setelah strategi dibuat, maka selanjutnya adalah pemilihan taktik
komunikasi yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana-
rencana strategis dalam menaggapi isu logo palu arit ini. Adapun taktik
102
komunikasi yang digunakan Departemen Komunikasi Bank Indonesia
adalah sebagai berikut:
1) Komunikasi tatap muka
Komunikasi tatap muka yang bersifat proaktif-horizontal. Hal tersebut
dilakukan untuk membina hubungan dalam rangka
mengkomunikasikan kebijakan uang baru Rupiah TE 2016 yang
diisukan memuat logo palu arit. Komunikasi tatap muka tersebut
dilakukan antara lain kepada pelaku pasar, pengamat atau ekonom,
media, lembaga negara, parlemen, dan masyarakat umum. Saluran
komunikasi yang digunakan, seperti konferensi pers, FGD (focus group
discussion), program BI Goes to Campus, media briefing, hingga
pelatihan wartawan yang dilakukan secara dua arah (two ways
communication).
2) Engagement dengan stakeholders
Bank Indonesia juga memanfaatkan media sosial sebagai salah satu
saluran komunikasi yang cukup efektif dalam membangun hubungan
dan komunikasi dengan stakeholders. Hal tersebut dilakukan agar
komunikasi kebijakan yang dilakukan BI dapat diketahui, dipahami,
dan didukung oleh publik. Maka dari itu, penting bagi BI untuk
melakukan stakeholders engagement. Adapun kategori stakeholders
eksternal yaitu: pemerintah, parlemen, media massa, tokoh masyarakat
(opinion maker), masyarakat umum, dan warganet (netizen).
103
3) Edukasi lewat media sosial
Setelah dimaping bahwa isu logo palu arit berasal dari media sosial
yang bocor ke media online, maka salah satu strategi Bank Indonesia
dalam menanggapi isu tersebut adalah memberikan edukasi melalui
media sosial mengenai sistem pengamanan pada uang kertas rupiah
(rectoverso) sekaligus menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar.
Adapun edukasi tersebut disalurkan melalui akun-akun resmi media
sosial Bank Indonesia seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube
maupun website.
4) Optimalisasi layanan informasi publik
Bank Indonesia juga memiliki contact center (BICARA 131) sebagai
salah satu saluran komunikasi dalam mengatasi isu logo palu arit.
Upaya tersebut juga untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat dalam memperoleh informasi terkait Bank Indonesia dan
kebijakan-kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Keefektifaan komunikasi dengan layanan informasi publik tersebut
terlihat dengan diperolehnya ISO 9001:2015 dan menjadi contact
center pertama di dunia yang tersertifikasi ISO.
5) Mengoptimalkan pegawai BI sebagai humas internal
Bank Indonesia (BI) juga menerapkan proses komunikasi internal
dalam mengatasi isu logo palu arit pada pecahan Rupiah TE 2016.
Jumlah pegawai Bank Indonesia yang mencapai ribuan diharapkan bisa
meminimalisir isu logo palu arit agar tidak berkembang dan menjadikan
krisis pada perusahaan. Pegawai BI tersebut dituntut menjadi humas
104
internal untuk mengamplifikasikan informasi kepada masyarakat. BI
memandang karyawannya sebagai komunikator yang dapat
menyosialisasikan berbagai kebijakannya kepada masyarakat sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Namun sebelum disosialisasikan,
tentu para karyawan harus memiliki pemahaman yang sama dalam
memandang berbagai kebijakan. Tujuannya, untuk meminimalisasi
potensi kesalahpahaman terhadap pembentukan berbagai kebijakan
tersebut.
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan melalui rapat internal yang diadakan oleh
Departemen Komunikasi Bank Indonesia. Kemudian, Departemen
Komunikasi Bank Indonesia juga mempunyai sistem monitoring tools
melalui media sosial. Dari situ, tim penanganan isu dari Departemen
Komunikasi dapat mengetahui respon yang diberikan oleh masyarakat
terkait penanganan isu atau kontra narasi yang didiseminasikan. Dari
strategi dan proses manajemen isu yang dilakukan, Departemen
Komunikasi Bank Indonesia belum menyertakan visi, misi dan tujuan
mengapa isu harus diselesaikan serta khalayak sasaran secara jelas.
D. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti memiliki saran sebagai
berikut:
105
1. Untuk Public Relations Bank Indonesia
a. Public Relations Bank Indonesia hendaknya tidak hanya fokus pada isu
yang sedang berkembang namun juga dapat memprediksiskan isu yang
akan muncul sebelum kebijakan baru diterbitkan. Apapun kebijakan yang
akan keluarkan harus di test to water dulu supaya meminimalisir dampak
negatif dari kebijakan baru.
b. Public Relations Bank Indonesia seharusnya sudah menentukan visi, misi,
alasan isu harus diselesaikan. Sasaran atau target masyarakat yang hendak
dituju dalam program penyelesaian isu logo palu arit pada pecahan Rupiah
TE 2016 harus jelas. Sebab, akan memudahkan tim untuk proses
menghadapi isu yang sesuai dengan karakter dan ciri dari masyarakat
Indonesia, serta memudahkan identifikasi hingga pengelompokan isu-isu
yang paling krusial.
c. Public Relations Bank Indonesia hendaknya tidak hanya menyampaikan
klarifikasi terhadap isu yang berkembang tetapi juga mencoba mengubah
opini publik supaya setelah diredam maka kebijakan selanjutnya dapat
didukung.
2. Untuk kalangan akademisi
Sebaikanya kajian seputar Public Relations terus dikembangan. Riset
ini dapat ditindaklanjuti dengan meneliti Public Relations di organisasi
maupun komunitas lain sehingga dapat memberikan sumbangsih terhadap cara
komunikasi yang lebih baik dan memahami cara mengatasi isu dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Afdhal, Ahmad Fuad, Tips & Trik Public Relations, (Jakarta: Grasindo, 2008).
Ardianto, Elvinaro dan Anees, Bambang Q, Filsafat Ilmu Komunikasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007).
Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).
Bank Indonesia, Buku Panduan Uang Rupiah, (Jakarta: Direktorat Pengedaran
Uang Bank Indonesia, 2011).
Basri, Amran, Hukum Perbankan Indonesia, (Medan: Universitas Al-Azhar, 2006).
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group,
2005).
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009).
Effendi, Onong Uchjana, Human Relations dan Public Relations, (Bandung:
Mandar Maju, 1993).
Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1992).
Emery, Edwin, Introduction to Mass Communcations, 9th ed. (New York:
Happerrow, 1998).
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta,
PT Bumi Aksara, 2013).
Iswari, Andriana Noro, Efektifitas Kegiatan Media Relations Melalui Humas Di
Bank Indonesia, Skripsi S1, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.
Jefkins, Frank, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2002).
Kasali, Rhenald, Manajemen Public Relations, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti,
2003).
Krisyantono, Rachmat, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2015).
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi) (Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset, 2014).
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003).
Murtopo, Ali, Strategi Kebudayaan. (Jakarta: Center for Strategic and
Internasional Studies-CSIS, 1978).
Nova, Firsan, Crisis Public Relations. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2011).
Olii, Helena, Opini Publik, (Jakarta: PT Indeks, 2007).
Pearce II, John A. dan Robinson Jr, Richard B, Manajemen Strategis 10, (Jakarta:
Salemba Empat,2008).
Pohalan, Rusdin, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007).
Prayudi, Penulisan Naskah Public Relations, (Yogyakarta: penerbit andi, 2007).
Putra, G.I., Manajemen Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008).
Rachbini, Didik J. dkk, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral,
(Jakarta: PT. Mandi Mulyo, 2000).
Raharjo, Dawam, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, (Jakarta:
LP3ES, 1995).
Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT
Gramedia pustaka utama,2013).
Regester. dkk. Risk Issues and Crisis Management in Public relations, (New Delhi:
Crest Publishing House, 2003).
Ruslan, Rosady, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1999).
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2006)
Smith, Ronald D, Strategic Planning For Public Relations, (Lawrence Erlbaum
Associates, 2002, USA).
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010).
Steiner, George dan Mineer, John, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga).
Subroto, Hendro, Dewan Revolusi PKI, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2008).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Alfabeta, 2010).
Sukandarrumidi, Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002).
Surianto, Rustan, Mendesain Logo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009).
William F. Glueck dan Lawrence, Jauch, Manajemen dan Strategis Kebijakan
Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1989).
Yulianita, Neni, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Pusat Penerbit
Universitas, 2007).
Internet
http://kbbi.web.id/isu, diakses pada Rabu 1 Februari 2018.
http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_1810716.aspx, diakses
pada Selasa, 13 Februari 2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/misi-visi/Contents/Default.aspx,
diakses pada Sabtu, 10 Januari 2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx, diakses
pada Sabtu, 10 Januari 2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Default.aspx, diakses
pada Sabtu, 10 Januari 2018. pukul 23.50 WIB.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Pilar1.aspx, diakses
pada Sabtu, 24 Februari 2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Pilar2.aspx, diakses
pada Sabtu, 24 Februari 2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Pilar3.aspx, diakses
pada Sabtu, 24 Februari 2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/hubungan
kelembagaan/negara/Contents/Default.aspx, diakses pada Sabtu, 24 Februari
2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-
bi/Pages/sejarah_prabi_1.aspx, diakses pada Sabtu, 10 Januari 2018.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-
bi/Pages/sejarah_prabi_1.aspx, diakses pada Sabtu, 10 februari 2018.
https://finance.detik.com/moneter/3399459/mengintip-proses-cetak-uang-rupiah,
diakses pada Selasa, 13 Februari 2018.
https://kumparan.com/@kumparannews/habib-rizieq-ada-palu-arit-di-uang-baru,
diakses pada Senin, 12 Maret 2018.
https://melawinews.com/2016/11/12/netizen-heboh-logo-bi-uang-rp-100-ribu-ada-
gambar-palu-arit/, diakses pada Rabu, 7 maret 2018.
https://news.detik.com/kolom/d-3568784/redenominasi-rupiah, diakses pada
Minggu, 12 Maret 2018.
https://www.bi.go.id/id/publikasi/gerai-info/Pages/geraiinfo-64-Komunikasi-
Dinamis-Ala-Bank-Sentral.aspx, diakses pada Minggu, 12 Maret 2018.
https://www.erepublik.com/id/article/arti-lambang-palu-arit-dalam-gerakan-
komunis-internasional-2273485/1/20, diakses pada Minggu, 31 Desember
2017.
Situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id, diakses pada 27 Juli 2017 pukul 11.24
www.bi.go.id/id/tentang-bi/profil/Documents/07_sejarah_rev1.pdf diakses pada
Sabtu, 10 Februari 2018.
Hadiono, Strategi Komunikasi Pemasaran PT Global Informasi Bermutu (Global
TV) Jakarta Dalam Perubahan Logo, artikel diakses pada kamis, 8 Februari
2018 dari https://hadiono.wordpress.com/2008/10/03/.
halttp://nasional.kompas.com/read/2017/01/11/18334631/rizieq.akan.laporkan.gu
bernur.bi.menkeu.dan.peruri.soal.logo.palu.arit, diakses pada 4 Juli 2017.
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/572/jbptunikompp-gdl-tonyvancha-28556-10-
unikom_t-i.pdf, diakses pada Minggu, 31 Desember 2017.
https://nasional.kompas.com/read/2016/05/31/21560771/pbnu.ada.lima.alasan.pki.
tidak.boleh.ada.di.indonesia, diakses pada Rabu, 7 maret 2018.
https://regional.kompas.com/read/2016/04/07/14013651/Buktikan.Klaim.sebagai
.Ormas.Terbesar.NU.Terbitkan.Kartu.Anggota.Nasional, diakses pada
Minggu, 12 Maret 2018.
Undang-Undang BI No. 23 Tahun 1999, diakses melalui www.bi.go.id/id/tentang-
bi/uu bi/ pada Sabtu, 10 Februari 2018.
www.bi.go.id/id/tentang-bi/organisasi/Documents/visi_dkom.pdf, diakses pada
Kamis, 1 Maret 2018.
Wawancara dengan Pak Andi Wiyana, Deputi Direktur Departemen
Komunikasi Bank Indonesia, Senin, 18 Desember 2017 di Gedung Departemen
Komunikasi Bank Indonesia, Jakarta Pusat.
Q: Pewawancara
A: Narasumber
Q : Menanggapi isu logo palu arit pada pecahan uang Rupiah emisi 2016.
Isu tersebut menjadi kontroversial di media massa. Isu tersebut dianggap
berkaitan dengan PKI, reputasi BI menjadi rendah. Isu tersebut tingginya di
bulan Januari 2017, kemudian di bulan Februari reda dan malah hilang. Yang
ingin saya tanyakan dalam skripsi saya strategi Public Relations (PR) Bank
Indonesia (BI) sehingga isu yang tadinya kontroversial bisa redup?
A : Dalam menangani isu kita tidak bisa menggunakan strategi komunikasi
yang secara umum. Strategi yang kita jalankan kemarin adalah strategi komunikasi
menghadapi krisis, krisis manajemen di bidang komunikasi. Jika berbicara terkait
krisis manajemen kita harus jernih melihat permasalahannya, dimana dan kenapa
masalah itu muncul. Terutama kepada bank sentral seperti BI yang tidak boleh cepat
bereaksi. Bank indonesia adalah bank sentral, sebagai bank sentral ada 2 hal yang
harus dijaga, pertama adalah keberadaan BI ditengah-tengah publik di Indonesia,
jika dihipotesakan pertanyaannya adalah indonesia butuh apasi dari bank Indonesia.
yang kedua adalah keberadaan BI di tengah-tengah komunitas Bank sentral dunia
yang dimana harus mempunyai common practice atau etika bisnis, artinya bank
sentral itu power full tidak bisa marah-marah di depan publik karena nanti
masyarakat akan berpikir bagaimana bisa jagain ekonomi kalo bank sentralnya
sendiri pun pemarah. Harus tenang, harus cool, tidak terburu-buru, harus
conservative, walaupun indonesia mungkin membutuhkan bank sentral yang
agresif.
Saat itu kita maping dimana adanya isu tersebut, ternyata isu tersebut berada di
sosial media yang bocor ke online. Sekarang kita lihat mayoritas media massa di
indonesia adalah media online. Dan media online mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda, bisnis modernnya berbeda-beda. Ada 3 motif orang membuat media
online
1. Orang-orang jurnalistik yang mempunyai idealisme jurnalistik lalu memlih
channel, apakah membuat media electronic seperti TV, Radio, media cetak
seperti koran, majalah dsb atau memilih media online. Jadi media online
adalah wadah untuk menuangkan idealisme jurnalistiknya.
2. Di dorong bisnis motif untuk memperluas jangkauan audience, seperti orang
yang sudah mempunyai koran, radio, TV tapi ingin memperluas jangkuan
audiencenya dengan membuat media online seperti tempo.co,
republika.co.id, kompas dsb untuk kelengkapan.
3. Motif yang ketiga adalah orang yang ingin bisnis di online, pilihannya
adalah membuat market place seperti go jek, traveloka atau virtual.
Media sensasional (yang ketiga) tidak belajar etika jurnalistik, kaidah jurnalistik,
yang penting memiliki uang. Semakin kontroversial berita yang dibuat maka akan
semakin menarik. Dari ketiga kategori tersebut rupanya masalah kontroversial
muncul di yang ketiga. Dia bukan teman-teman jurnalistik yang bekerja di online.
Strategi yang saya gunakan bukan strategi jurnalistik, tetapi membalas sensasional
informasi. Yang mau diseimbangkan adalah sensasionalnya jika unsur
sensasionalnya tidak lagi sensasional (berhenti). Kalau di jurnalistik, maka saya
harus berargumen jurnalistik, faktanya harus dijelaskan. Namun tidak dalam kasus
media yang menyebarkan informasi sensasional ini.
Saya di sini membuat fakta yang sensasional. Setelah saya amati ternyata ini ada
unsur politiknya. Namun saya tidak bicara soal politiknya, saya akan memberitahu
cara menghadapinya. Tetap fakta yang dikeluarkan tetapi fakta yang sensasional
supaya mereka mengcounter. Mereka mnegatakan bahwa presiden yang sekarang
tidak peduli dengan isu komunis. Presiden yang sebelum-sebelumnya juga tidak
peduli tentang komunis namun isu ini baru merebak sekarang. Lalu mengapa dulu
isu ini tidak merebak?
Q : Sebetulnya siapa yang mendorong isu ini. Kenapa isu ini dulu tidak
merebak dan sekarang baru merebak?
A : Saya bukan pengikut presiden manapun. BI tidak boleh berpolitik
(independen). Ini sudah ada sejak tahun 2000. Saya bicara dengan kelompok
pertama, ini undang-undang dan keputusannya, ini dulu memakai SK Presiden
tahun 2000. Itu jika berhadapan dengan orang dari jurnalistik. Jika berhadapan
dengan orang bisnis seperti ini, saya akan bicara dari proses pembuatan uang,
sistem pengamanan dan sebagainya. Jadi umpamanya ada kericuhan pertandingan
sepak bola, kita harus mengetahui siapa yang menyebabkan kericuhan, apakah
pemainnya, supporternya atau pengurusnya. Jika pengurusnya, kita akan berbicara
mengenai bisnis. Yang terakhir saya katakan, saya mengirim sinyal kepada orang-
orang politik, saya tahu bahwa sedang terjadi pertengkaran politik. Jika terjadi hal
seperti ini tolong jangan memakai isu mengenai BI. Jika isu mengenai BI ini
digunakan, maka siapapun penguasanya nanti akan jadi repot. Kita pernah
mengalami krisis ekonomi dan waktu yang dibutuhkan untuk recovery paling lama
di dunia (15 tahun). Artinya kalau ingin menjatuhkan presiden dengan cara seperti
ini maka akan berdampak pada presiden selanjutnya yang akan mengalami
kesusahan. Tapi itu adalat the art of communication (tidak bisa dibicarakan). Jadi
kita mengirim sinyal untuk menghentikan keributan di bidang ini (BI).
Q : Di uang baru tersebut logo berubah, sebenarnya sama hanya saja
pengamannya dirubah, namun kenapa pengemannya terlihat seperti logo palu
arit?
A : Tidak juga, itu kan dipotongnya diagonalnya, tidak mirip sama sekali
dengan logo palu arit.
Q : Kenapa tidak memakai desain lain?
A : Karena memang logo BI seperti itu, dipotongnya secara diagonal dan itu
tidak untuk dilihat di satu sisi, itu harus dilihat utuh. Jika dilihat dari jauh akan
terlihat logo BI nya, namun dari dekat ini terlihat dipotongnya. Ini hanya masalah
persepsi/cara pandang. ini masalah yang harus diluruskan oleh anda dan teman-
teman di kampus.
Q : Apakah pemotongan logo BI tersebut diatur dalam undang-undang?
A : Tidak, itu murni masalah security (keamanan). Bagaimana cara yang
paling susah untuk ditiru, karena harus memiliki mesin cetak yang presisi di bagian
depan dan belakang.
Q : Masyarakat yang belum teredukasi pastilah akan terbawa isu saja
kalau ini adalah logo palu arit, bagaimana cara mengatasinya?
A : Itulah sebabnya mengapa kita tidak melakukan campaign di media-media
konvensional/media online besar karena masalahnya tidak terjadi di situ. Ini terjadi
di media online tipe 3. Di Kompas dan Tempo juga ada penjelasan-penjelasan yang
sebetulnya di awal-awal tidak kita lakukan, baru ada di akhir-akhir saja.
Q : Pak Agus menjelaskan di Kompas, ada atau tidakkah koordinasi
antara Pak Agus dengan Depkom?
A : Iya tentu saja, kita yang membuat semuanya. Kita membuat yang namanya
pesan utama,, kita desain poin-poin apa yang akan disampaikan/dijelaskan kepada
masyarakat. Kalau yang ditanya bagaimana menjawabnya, itu harus dijawab sesuai
dengan desain kita. Bukan hanya untuk Pak Agus namun ke semua pimpinan BI.
Jadi siapapun yang ditanya maka jawabannya sama. Kalau sudah komunikasi krisis,
yang penting kita harus cepat, tidak membuat kegaduhan yang berlebih dan
konsistensi semua orang menjawab sama dan tahu kapan harus berhenti. Jika sudah
selesai ya sudah. Kita lebih banyak berkomunikasi di luar media, kita
berkomunikasi dengan dengan pesantren-pesantren, pemuka masyarakat/pemuka
agama itu lebih banyak dengan cara bertemu langsung. Seperti bertemu dengan
ketua MUI, NU dan Muhammadiyah. Di seluruh Indonesia, kita bertemu dengan
pesantren-pesantren besar karena itu isunya lebih banyak ke muslim. Kita bertemu
stakeholder di wilayah/daerah-daerah. Karena ini dipicu dari sosial media
kemudian dimasukkan ke media online yang orientasinya bukan jurnalistik.
Q : Isu ini kontroversial juga karena ada stakeholder umat muslim
seperti Habib Rizieq yang mengatakan ini logo PKI dan mau melaporkannya.
Strategi dari BI untuk mengcounter hal itu seperti apa?
A : Saya bertemu dengan Habib Rizieq langsung, kita jelaskan Habib Rizieq
bilang bahwa ia harus mengatakan ke umatnya. Habib Rizieq tidak terima karena
Habib Rizieq adalah orang yang sensasional. Kami juga bertemu dengan gurunya
Habib Rizieq . saya bilang ke Habib, “Bib, kalau kita ribut, terus Habib ketahuan
salah lan nanti rugi”. Saya memberitahu faktanya saja. Karena kan isu tersebut
kontroversial karena ada stakeholdernya yang mendukung.
Q : Apakah peluncuran uang baru tersebut sudah ada undang-
undangnya?
A : Undang-undang mata uang tahun 2013 (kalau tidak salah) bahwa ada batas
waktu (tentang uang NKRI).
Q : Apa saja hambatan yang dialami BI dalam melakukan strategi-
strategi tersebut?
A : Begini, tidak semua yang saya tahu bisa dibicarakan dan tidak bisa semua
orang mengerti apa yang terjadi. Sehingga yang tidak mengerti ini, demografinya
lebih banyak anak muda daripada orang tuanya. Anak muda ini senang lah lucu-
lucuan apalagi sekarang dengan adanya sosial media mereka bermain ledek-
ledekan. Jika ada masalah atau kegagalan terus- menerus ya kita meminta maaf. Ini
masalah-masalah teknis yang sedang mencari sensasi dan kita balas dengan sensasi
juga.
Q : Logo BI ini diganti setelah ada isu tersebut?
A : Tidak, logo tetap seperti itu. Kalau kita ganti berarti kita membenarkan isu
tersebut. Setiap masalah kita selesaikan di tempatnya harus mapping dengan baik
masalahnya dimana dan kenapa. Kita harus tenang. Oh, ternyata masalah yang lari
ke sosial media, sosial media yang bagaimana, yang sensasional atau tidak.
Hambatannya hanya di persepsi masyarakat dan ada yang membangun isu tersebut.
Wawancara Pribadi dengan Asmono Wikan, Praktisi PR, Direktur Serikat
Perusahaan Pers (SPS) dan PR Indonesia, pada Jum’at, 23 Februari 2018 di
Kebon Sirih, Kantor Serikat Perusahaan Pers, Jakarta.
Menanggapi isu logo palu arit pada pecahan uang Rupiah emisi 2016. Isu tersebut
menjadi kontroversial di media massa. Isu tersebut dianggap berkaitan dengan PKI,
reputasi BI menjadi rendah. Isu tersebut tingginya di bulan Januari 2017, kemudian
di bulan Februari reda dan malah hilang.
Q : Yang ingin saya tanyakan dalam skripsi saya strategi PR sehingga isu
yang tadinya kontroversial bisa redup? Strategi PR ada 4 yaitu identifikasi,
analisis, implementasi strategi dan evaluasi. BI pertama tama
mengidentifikasi terlebih dahulumunculnya isu tersebbut paling besar
dimana? Ternyata di media online. Setelah ditelusuri dibuatlah klarifikasi
oleh BI bahwa ini adalah rectoverso dan bukan logo PKI. Semua internal BI
menjadi PR sekaligus media yang menyalurkan berita klarifikasi mengenai
isu ini ke masyarakat. Yang ingin saya tanyakan adalah pertama dari segi
pandangan praktisi PR, kira-kira apakah kalau dari kerangka media kira-
kira seharusnya penggunaan media dalam mengantisipasi isu tersebut seperti
apa?
A : Sebenarnya banyak isu yang didrive oleh media sosial. Saat ini lebih
mudah dalam tanda kutip kita mengorganisir isu yang muncul di media
konvensional misal cetak, jadi itu lebih mudah. Kenapa? Karena jelas
user/playernya itu siapa. Kalau di media online dalam bentuk portal itu juga mudah
tapi jika situsnya anonim maka akan sulit. Tapi sepengetahuan saya, isu yang
kemarin itu munculnya dari sosial media. Ada yang mempost kemudian ia coba
kaitkan dengan logo PKI. Apalagi di tahun 2017 itu ingatan orang masih belum
lupa mengenai Jokowi yang waktu itu diblack campaign sebagai pedoman PKI itu
masih ada. Nah mengapa?. Kalau orang nomor satu yang terkena isu ini kan sulit.
Saya punya kepercayaan, saya punya teori begini, ketika isu itu semakin keras,
maka akan sulit bagi orang-orang akan mengcounter isu. Maka yang paling tepat
dilakukan adalah isu itu didiamkan pada tingkat tertentu. Karena begitu isu itu
dicounter terus oleh orang itu sendiri akan sulit. Atau yang kedua ada yang namanya
organik sistem yang muncul secara natura untuk mengcounter isu itu. Meskipun
kadang-kadang itu menjadi sebuah keajaiban. Jadi, kembali ke pangkal soal
bagaimana mengolah isu, saya kira mungkin untuk di media konvensional itu sudah
di siapkan platform komunikasinya ketika mau dirilis mata uang ini. Bahkan waktu
itu Peruri sempat ikut mengalami kerepotan meredam isu supaya tidak berkeliaran
sampai di jalanan. Jadi, semestinya kalau ini belum dilakukan oleh Bank Indonesia
maka ini perlu dijaga ke teman-teman di BI. Maksudnya, BI sudah menyediakan
platformnya untuk menjawab segala kemungkinan bahwa isu logo palu arit ini akan
muncul.
Saya tidak tahu tapi bila BI sudah mengantisipasi itu semestinya isu itu harus segera
diatasi lebih cepat. Sayangnya sentimen orang terhadap isu itu kuat sekali.
Jangankan orang memastikan, mendengar ada yang mengatakan itu saja cepat
‘kebakaran jenggot’. Audiens kita di kelompok sosial media ini sangat-sangat
sensitif. Perilaku mereka memang tidak bisa dikendalikan.
Q : Apalagi isu tersebut ibaratnya ditunggangi langsung oleh ketua FPI,
Habib Rizieq, waktu itu yang langsung melaporkan Menteri Keuangan dan
Gubernur BI yang otomatis masyarakat pun semakin tinggi antusiasmenya
dalam memerhatikan isu tersebut?
A : Tapi coba kita lihat ketika Habib Rizieq pergi dari negeri ini, isu itu hilang
dengan sendirinya. Ya sebenarnya tidak ada hubungannya sih dengan Habib Rizieq.
Saya kira jawabannya awal saya adalah bahwa semestinya ada proses melakukan
antisipasi terhadap isu apapun ketika mau meluncurkan suatu produk yang benar-
benar sangat besardan bakal mempunyai magnitudo yang kuat pada publik
harusnya ada. Kalaulah misalnya isunya itu menjadi aneh-aneh pun smestinya
sudah ada pagar pengaman bahwa ini adalah sebuah visual mata uang dan itu harus
berulang-ulang. Sekarang kan orang-orang itu main keras-kerasan suara. Kalau kita
kalah suara ya akan sulit. Makanya kalau kita tidak mungkin untuk bersuara keras/
kalah keras lebih baik kita diam kemudian kita melakukan kampanye yang lebih
edukatif. Pada akhirnya jika isu ini muncul di publik, secara alami adalah bahwa
orang mengatakan begini, oh tidak, yang dituduhkan itu bukan sesuatu yang benar.
Jadi, orang yang terkena isu ituakan mendapatkan endorsment dari publik yang
teredukasi secara diam-diam tadi. Daripada kita harus berbenturan, saling teriak
keras-kerasan padahal belum tentu suara kita lebih keras.
Q : Saya sudah tanyakan kepada Pak Andi, kenapa logo BI tersebut harus
dibuat secara rectoverso dan potongan diagonalnya menyerupai logo palu arit
milik PKI. Mengapa tidak dibuat bentuk lain yang tidak menyerupai logo
tersebut. Menurut Pak Andi, itu hanya masalah persepsi saja. Pada
kenyataannya itu adalah rectoverso. Dari pandangan PR sendiri, apa hal
terpenting untuk mengcounter isu ini?
A : Yang pertama adalah pemetaan stake holder. BI sebenarnya tidak
menyangka kalau ini akan menjadi kontroversi maka dia tahu kepada siapa dia akan
meredam isu tersebut. Artinya ada pre isu yang harus disiapkan. Apapun kebijakan
yang akan kita keluarkan harus di test to water dulu supaya meminimalisir dampak
negatif dari kebijakan baru. Terkadang lembaga pemerintahan terlalu percaya diri
untuk tidak melakukan test to water sebuah kebijakan. Mereka mengira kebijakan
ini akan diterima oleh masyarakat begitu saja. Padahal belum tentu. Tapi saya tidak
tahu apakah Bank Indonesia (BI) melakukan itu.
Bagi saya, sebagai pengamat, dalam common sense Public Relations (PR) harusnya
seperti itu. PR harus membentengi sebuah kebijakan baru. PR harus membuat stake
holder mapping dahulu, apakah kebijakan baru ini akan diterima atau tidak. Jika
tidak, maka yang harus dilakukan BI dalam hal ini adalah harus mengatakan pada
divisi kreatifnya untuk melakukan penyesuaian pada desain pecahan mata uang
Rupiah yang baru. Setelah itu, baru bisa diluncurkan. Sekarang pertanyaannya
apakah srategi itu dilakukan oleh BI? Saya tidak tahu.
Q : Hal tersebut adalah antisipasi yang harus dilakukan BI. Nah, kalau
isu itu sudah muncul, kira-kira strategi apa yang harus dilakukan?
A : Pasti sangat normatif. Ada pendekatan-pendekatan. Approaching itu
penting. keberhasilan approaching untuk meredam isu itu ditentukan pada jasa
pahala yang sudah ditanam oleh institusi itu sebelum terjadi isu. Ada tipikal massa
yang sensitif terhadap suatu isu. Ada pula kelompok-kelompok yang menggunakan
akal sehat seperti wartawan, kelompok-kelompok yang kritis, kelompok-kelompok
cendekiawan. Pendekatan yang dilakukan pasti berbeda. Begitu isu itu muncul
maka dialog kepada kelompok-kelompok yang menggunakan akal sehat akan lebih
mudah. Tapi kalau kepada kelompok-kelompok yang sangat sensitif terhadap isu
dan meyakini isu itu pasti benar, effort-nya pasti berbeda. Strategi yang digunakan
pun berbeda. Maka, yang digunakan adalah gatekeeper-nya, siapa tokoh kunci dari
masing-masing komunitas/stake holder yang sensitif tadi.
Jika isu sudah terjadi, seharusnya tidak perlu melakukan pembantahan secara
langsung. Karena hal itu tidak ada artinya. Yang harus kita lakukan adalah
mengedukasi bahwa apa sih sebenarnya rectoverso itu.
Q : Munculnya isu ini dari media online, nah bagaimana cara untuk
meng-counter media online itu?
A : Sebenarnya untuk meng-counter media online itu mudah bagi saya.
Sebagai contoh, kalau isu tersebut muncul di media online. Media online tersebut
pasti tercatat dalam sebuah lembaga pers. Anda tinggal menunjukkan berita itu
sesuai fakta dan cover both side atau tidak. Jika tidak maka harus minta hak jawab
dan hak koreksi. Jika media tersebut tidak mau memberikan hak tersebut maka
dapat dihukum denda 500 juta oleh Dewan Pers. Itu berlaku bagi media yang
mengusung konten jurnalisme.
Q : Bagaimana jika kontennya abal-abal?
A : Diamkan saja. Dalam arti tidak perlu ditanggapi. Tapi bukan berarti
Humasnya diam saja. Kita harus melakukan pendekatan-pendekatan kepada
masyarakat yang rentan secara emosional untuk mudah percaya kepada isu yang
tidak benar. Sudah terbukti dalam sejarah, media abal-abal itu jika semakin
ditanggapi maka akan semakin runyam. Begitu didiamkan, ibaratnya dia seperti
ikan yang tidak berenang di air. Air itu ibarat tanggapan tadi, begitu ditanggapi,
maka akan muncul terus dan tidak akan pernah selesai.
Kuncinya adalah jika stake holder dipetakan dengan jelas maka strategi untuk
meredam isunya juga jelas. Yang pasti adalah tidak akan pernah ada strategi tunggal
pada semua stake holder.
Q : Untuk media sendiri, apakah strategi pengelola pengalihan isu itu
efektif atau tidak untuk men-counter isu di media massa? Ibaratnya media-
media yang ibaratnya bukan based on content journalism kita buatkan isu
terbaru lagi sehingga isu yang lama ini bisa terabaikan.
A : Isu itu ada dua, isu yang baru diciptakan untuk meninggalkan isu yang
lama dan ada isu yang sedang in dan sifatnya natural. Pengalihan isu itu penting
juga. Perlu bagi seorang PR supaya isu yang menimpa lembaganya bisa hilang.
Namun tidak mudah mencari isu, itu sebabnya maka dibutuhkan pihak ketiga yang
bisa membangun isu-isu baru yang memiliki magnet tinggi. Kemudian secara
alamiah orang-orang akan bergeser ke isu yang baru tersebut.
FotoBersamaDeputiDirekturDepartemenKomunikasi Bank Indonesia, Andi Wiyana di GedungDepartemenKomunikasi BI, Jakarta
FotoSaatWawancaradenganPraktisi PR SekaligusDirekturSerikat Perusahaan Persdan PR Indonesia, AsmonoWikan di Gedung SPS, KebonSirih Jakarta