stress dan cara mengatasinya.docx
DESCRIPTION
stres dan cara mengatasinyaTRANSCRIPT
STRES DAN CARA MENGATASINYA
A. Pengertian Stres
Stres adalah satu kata yang familiar bagi Anda bukan?. Tapi jika Anda bertanya kepada
selusin orang untuk mendefinisikan stres, atau menjelaskan apa yang menyebabkan stres bagi
mereka, atau bagaimana stres mempengaruhi mereka, Anda mungkin akan mendapatkan 12
jawaban yang berbeda untuk masing-masing permintaan. Alasan untuk ini adalah bahwa
tidak ada satu definisi stres yang semua orang setuju , apa yang dirasakan sebagai stres bagi
satu orang mungkin malah menyenangkan atau memiliki sedikit saja efek pada orang lain,
kita semua bereaksi terhadap penyebab stres yang berbeda. Kata “stres” bisa diartikan
berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan,
desakan atau respon emosional. Stres merupakan gejala yang umum terjadi pada diri kita
sebagai manusia. Karena sebagai manusia kita tidak mungkin terlepas dari masalah yang satu
ini. Akibat stres berkepanjangan akan bisa membuat produktivitas kita menurun, rasa sakit
dan bahkan bisa terjadi gangguan mental bila kita tidak segera menyikapinya dengan
bijaksana. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik yang berupa fisik
atau pun mental.
Istilah The “Stress” , diciptakan dan digunakan oleh Hans Selye pada tahun 1936, yang
didefinisikan sebagai “respon non-spesifik dari tubuh untuk setiap permintaan perubahan”.
Stres bukanlah istilah yang berguna bagi para ilmuwan karena adalah suatu fenomena yang
sangat subjektif yang menentang definisi itu. Dan jika Anda tidak dapat menentukan stres,
bagaimana mungkin Anda mengukurnya?
Pada saat itu telah diyakini bahwa sebagian besar penyakit disebabkan oleh patogen khusus,
namun berbeda, misalnya : Tuberkulosis disebabkan basil tuberkulum, anthrax oleh basil
anthrax, sifilis oleh spirochete, dll. Namun Apa yang diusulkan Selye adalah sebaliknya,
1
yaitu bahwa berbagai penghinaan (yang menyebabkan stress) dapat menyebabkan penyakit
yang sama, tidak hanya pada hewan, tetapi pada manusia juga .
Teori Selye’s menarik perhatian dan stres segera menjadi kata kunci populer yang benar-
benar diabaikan oleh definisi asli Selye’s. Beberapa orang menggunakan stres untuk merujuk
ke bos yang sombong atau buruk atau situasi yang tidak menyenangkan lain dimana mereka
menjadi sasaran. Bagi banyak orang, stres adalah reaksi mereka terhadap kondisi dalam
bentuk nyeri dada, mulas, sakit kepala atau palpitasi. Selain itu stres juga digunakan untuk
merujuk kepada apa yang mereka anggap sebagai hasil akhir berulang dari tanggapan
keadaan seperti bisul atau serangan jantung. Banyak ilmuwan mengeluh tentang
kebingungan ini dan satu dokter menyimpulkan dalam isu 1951 dari British Medical Journal
bahwa, “Stres adalah selain itu sendiri, juga penyebab itu sendiri, dan hasil itu sendiri.”
Pengertian stress adalah merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan kondisi diri seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Ini adalah definisi serta pengertian
dari stres yang dipaparkan oleh Handoko (1997). Menurut Robbins (1996:222) Stres adalah
suatu kondisi dinamik dalam mana seorang individu dengan suatu peluang, kendala
(constraints), atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya
dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses, pikiran, dan
kondisi fisik seseorang (K. Davis dan J. Newstrom :1985). Dalam pengertian ini stres
dipandang sebagai bentuk penujukan terhadap tekanan perasaan hidup manusia. Gibjadin,et,
all (1995) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan penyesuaian, diperantai oleh
perbedaan-perbedaan individu atau proses psikologis, yang merupakan suatu konsekuensi
dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologis atau fisik berlebihan kepada seseorang. Untuk bisa menentukan
apakah seseorang mengalami stres atau tidak, sesuai dengan definisi di atas, maka perlu
untuk diketahui apa saja indikasi atau gejala-gejala stres ini akan sangat membantu manajer
atau individu itu sendiri di dalam mengurangi ketegangan-ketegangan yang dapat
menghambat prestasi kerja karyawan. Gejala-gejala stres dapat menyangkut tiga hal seperti
gejala fisik, gejala perilaku, dan gejala di tempat kerja (C.Cooper dan A. Straw :1991)
2
Menurut Matteson Dkk (2006:295) suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu,
yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang memberikan
tuntutan khusus terhadap seseorang. Stres dapat berarti banyak. Dari perspektif orang biasa,
stres dapat digambarkan sebagai perasaan tegang, gelisah, atau khawatir. Secara ilmiah,
semua perasaan ini merupakan manifestasi dari pengalaman stres, suatu respon terprogram
yang kompleks untuk mempersepsikan ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang positif
maupun negatif. Istilah stres sendiri telah didefinisikan secara harfiah dalam berbagai
literatur. Akan tetapi, hampir semua definisi ini dapat ditempatkan ke dalam dua kategori,
stres dapat didefinisikan sebagai suatu stimulus atau suatu respons. Definisi stres sebagai
suatu stimulus menganggap stres sebagai sejumlah karakteristik atau peristiwa yang mungkin
menghasilkan konsekuensi yang tidak beraturan. Dalam definisi stres sebagai suatu respons,
stres dilihat secara sebagian sebagai suatu respons terhadap sejumlah stimulus, yang disebut
stressor.
Stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau
mengancam kesehatan seseorang. Kita sering mendengar bahwa stres merupakan akibat
negatif dari kehidupan modern. Orang-orang merasa stres karena terlalu banyak pekerjaan,
ketidakpahaman terhadap pekerjaan, beban informasi yang terlalu berat atau karena
mengikuti perkembangan zaman. (Sopiah,2008:85).
Stres tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks
negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat
muncul bersamaan dengan stres. Stres sebenarnya positif bagi kita, asalkan dalam porsi
sedang-sedang saja, karena bisa membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak.
Sedangkan stres berat dapat menyebabkan kita rentan terkena penyakit. Stres dapat memicu
penyakit maag, darah tinggi, asma dan migren. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa
stres berat bisa memperburuk penyakit degeneratif kronis, yaitu penyakit yang menyerang
fungsi organ atau jaringan tubuh seperti penyakit rematik. Sementara stres yang tersembunyi
akan lebih berbahaya bagi kesehatan karena kita tidak menyadari adanya masalah. Stress
sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu
kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang
memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan
pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-menerus, dapat
menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan. Gejala stres yang berkaitan
dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan
3
perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok,
konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis.
Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan
tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan
rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Jadi dapat kita simpulkan Stres adalah hilangnya keseimbangan yang dialami tubuh kita .
Stres terjadi ketika harus menyesuaikan diri pada lingkungan dan kondisi yang terus
bertambah . Stres memiliki efek fisik dan emosional dengan kita . Stres dapat menjadikan
seseorang jadi posotif atau negatif . Pengaruh stres yang positif dapat memaksa kita untuk
menghasilkan tindakan yang berbau kesadaran baru , perspektif baru , dan menggembirakan
mengenai isu atau masalah . Pengaruh negatif dapat mengakibatkan perasaan yang tidak
percaya , penolakan amarah , dan depresi pada giliranya , dapat membawa ke masalah
kesehatan (sakit kepala , gangguan perut , insomnia , tekanan darah tinggi , sakit jantung dan
stroke) .
B. Jenis-jenis Stres
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan
juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Stres negatif adalah yang bertindak sebagai depresan dan dapat menimbulkan perasaan
bosan atau kesal pada diri sendiri . Yang diperlukan adalah menemukan stres optimal
yang sifatnya dapat memotivasi , bukan yang merugikan.
C. General Adaption Syndrome
Pioner riset stres, lima puluh tahun lampau, adalah dr. Hans Selye, yang berpendapat
bahwa orang-orang hampir memiliki respon fisik yang konsisten terhadap situasi yang penuh
4
stres. Respons tersebut diberi nama sindroma adaptasi umum (general adaption syndrome),
yakni sistem pertahanan sistematis yang menolong orang mengatasi tuntutan-tuntutan
lingkungan. Sindroma ini memiliki tiga tingkatan, yaitu:
1. Alarm
Persepsi yang menantang atau mengancam menyebabkan otak mengirimkan pesan
biokimia ke berbagai bagian tubuh. Akibatnya terjadi peningkatan kecepatan
pernapasan, tekanan darah, detak jantung, ketegangan otot dan respon fisik lainnya.
Tingkat energi dan efektivitas penanggulangan dengan segera merespons awal shock.
Dalam hal ini syok yang eksterm mungkin mengakibatkan tidak adanya kekuatan atau
bahkan kematian sebab tubuh tidak sanggup menhasilkan cukup energi dengan cukup
cepat. Pada sebagian besar situasi,reaksi alarm seseorang terus berjaga-jaga terhadap
kondisi lingkungan dan mempersiapkan tubuh ke arah resisten.
2. Resistensi
Kemampuan mengatasi perkembangan tuntutan lingkungan yang dimiliki seseorang
berada pada tingkat di atas normal selama tingkat resistensi, karena tubuh digerakkan
oleh oleh berbagai mekanisme biokimia, psikis dan perilaku. Sebagai contoh, kita
memiliki tingkat adrenalin di atas normal selama tingkat resistensi ini. Kita
mencurahkan energi lebih untukmenanggulangi atau menghilangkan sumber stres.
Bagaimanapun resistensi yang kita milikki sebenarnya hanya untuk satu atau dua
tuntutan lingkungan. Akibatnya, kita jadi mudah diserang oleh sumber-sumber stres
yang lain. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang lebih gampang tertular masuk
angin, pilek atau penyakit lainnya ketika mereka sedang bekerja di bawah tekanan.
3. Keletihan
Orang memiliki kapasitas resistensi yang terbatas sehingga jika sumber stres
berlangsung lama pada akhirnya mereka akan pindah ke tingkat keletihan. Pada
sebagian besar situasi, tingkatan ini merupakan bagian terakhir dari proses panjang
sindroma adaptasi umum. Situasi tegang para pegawai akan berubah sebelum akibat
deskruktif dari stres menjadi nyata atau mereka menarik diri dari situasi penuh stres,
membangun kembali kemampuan bertahan mereka dan kembali setelah lingkungan
penuh stres berlalu dengan memperbarui energi. Orang yang sering mengalami
sindroma adaptasi umum dalam waktu lama memiliki resiko tinggi untuk mengalami
kerusakan fisik dan psikis. Untuk dapat mengelola stres yang berhubungan dengan
5
pekerjaan secara efektif, kita harus mengerti sebab-sebab dan akibat-akibat stres
dengan memahami perbedaan-perbedaan individual dalam mengalami stres.
SELYE’S GENERAL ADAPTION SYNDROME
STAGE 1 STAGE 2 STAGE 3
Alarm reaction Resistance Exhausten
High
ABILITY NormalTO COPE State
Low
TIME
D. Penyebab Stres
Pekerjaan telah menyita sebagian besar kehidupan kita, baik dalam waktu maupun
dalam kepentingan yang telah kita berikan pada individu. Pekerjaan juga merupakan sumber
tantangan dan kepuasaan yang paling besar. Meskipun demikian, pekerjaan dapat
mengandung unsur-unsur yang secara potensial merugikan. Beberapa jenis pekerjaan
diketahui mengandung lebih banyak tekanan dibanding jenis pekerjaan lainnya. Beban kerja
yang berlebihan dan desakan waktu seringkali membuat karyawan tertekan dan menjadi stres.
Tekanan itu biasanya datang dari penyelia, sehingga kualitas penyelia yang jelek dapat
menyebabkan stres bagi karyawan.
Robbins (1996;224) mengemukakan bahwa ada tiga kategori penyebab stres:
a. Faktor lingkungan
yaitu dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di
lingkungan pekerjaan. Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur
suatu organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan para
karyawan dalam organisasi tersebut. Perubahan dalam daur bisnis menciptakan
ketidakpastian ekonomis. Bila ekonomi itu mengerut, orang jadi semakin mencemaskan
keamanan mereka. Bukanlah peristiwa kebetulan bahwa tingkat bunuh-diri menanjak
selama Depresi Besar dalam dasawarsa 1930-an. Juga resesi kecil menaikkan tingkat
6
stres, ayunan ke bawah dalam ekonomi sering diiringi dengan pengurangan yang
permanen tenaga kerja, pemberhentian massal sementara, gaji yang dikurangi, pekan
kerja yang lebih pendek, dan semacamnya.
Faktor-faktor penyebab orang stres pada pekerjaan. Suatu survei Wall Street Journal
melaporkan hal-hal berikut:
Faktor Respons presentase
Tidak melakukan macam kerja yang diinginkan
Mengatasi pekerjaan dewasa ini
Bekerja terlalu keras
Rekan di tempat kerja
Atasan yang sukar
34
30
28
21
18
b. Faktor organisasional
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang
terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang bos yang menuntut dan tidak peka, serta
rekan sekerja yang tidak menyenangkan. Faktor-faktor ini dikategorikan dalam tuntutan
tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi, struktur organisasi dan kepemimpinan
organisasi.
c. Faktor individual
Bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa / pengalaman pribadi maupun kondisi social –
ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor
kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena
dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan
sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.
Stressor adalah suatu peristiwa eksternal atau situasi yang secara potensial membahayakan
seseorang. Ada baiknya untuk memandang stres sebagai respons yang dibuat seseorang dan
untuk mengidentifikasikan kondisi stimulus (tindakan, situasi, peristiwa) sebagai stressor.
Hal ini memungkinkan kita untuk memusatkan perhatian pada aspek-aspek lingkungan
oragnisasi yang merupakan penghasil stres yang potensial. Stres yang dirasakan atau dialami
oleh seorang individu tertentu kan bergantung pada karakteristik khas orang tersebut. Dalam
Sopiah (2008:87) terdapat berbagai stresor dalam organisasi dan aktivitas hidup lainnya.
Stresor yang berhubungan dengan pekerjaan adalah sebagai berikut:
7
1. Lingkungan fisik
Beberapa stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti terlalu bising,
kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan. Stresor yang bersifat fisik juga
kelihatan pada setting kantor. Termasuk rancangan ruang kantor yang buruk, ketiadan
privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan kualitas udara yang buruk.
2. Stres karena peran atau tugas
Stresor karena peran atau tugas termasuk kondisi di mana para pegawai mengalami
kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan
dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran pada tempat mereka bekerja.
Stresor ini memilik empat penyabab utama:
a. Konflik peran
Konflik ini terjadi ketika orang-orang bersaing menghadapi berbagai tuntutan.
Terdapat beberapa tipe konflik peran dalam setting organisasional, antara lain: (1)
inter-role conflict, (2) intrarole conflict, dan (3) personal-role conflict. Inter role
conflict terjadi ketika seorang pegawai memiliki dua peran yang masing-masing
berlawanan. Intrarole conflict terjadi ketika individu menerima pesan berlawanan dari
orang yang berbeda. Sedangkan, person-role conflict terjadi ketika kewajiban-
kewajiban pekerjaan dan nilai-nilai organisasional tidak cocok dengan nilai-niali
pribadi.
b. Peran mendua/amiguitas
Peran mendua (role ambiguity) muncul dan dirasakan ketika para pegawai merasa
bimbang tentang tugas-tugas merekan, harapan kinerja, tingkat kewenangan dan
kondisi kerja yang lain. Hal ini cenderung terjadi ketika orang masuk pada situasi
yang baru, seperti menjadi anggota organisasi atau mengambil suatu tugas pekerjaan
yang asing karena bimbang dengan harapan sosial dan tugas-tugasnya.
c. Beban kerja
Beban kerja (workload) merupakan sterssor hubungan peran atau tugas lain yang
terjadi karena para pegawai merasa beban kerjanya terlalu banyak. Hal ini dapat
disebabkan karena perusahaan mengurangi tenaga kerjanya dan melakukan
restrukturasi pekerjaan, meninggalkan sisa pegawai dengan lebih banyak tugas dan
sedikit waktu serta sumber daya untuk menyelesaikannya.
d. Karakteristik tugas
Sebagian besar tugas penuh stres ketika mereka membuat keputusan pemecahan
masalah, monitring perlengkapan atau saling bertukar informasi. Kurangnya
8
NON WORK STRESSOR
WORK RELATED STRESSOR
Physical environmentStressor
Role related stressorInterpersonal stressor
Organizational stressor
CONSEQUENCES OF DISTRESS
Physiological:Heart diseases
Ulcers High blood pressure
HeadachesSleep disturbances
Psychological:Job dissatisfication
Depression Exhaustion Moordines
Bornout Behavioral:
Lower job performanceMore accidentsFaulty decisions
Higher absenteeismWorkplace agression
INDIVIDUAL DIFERENCES
STRESS
pengendalian, terlalu banyak aktifitas pekerjaan dan lingkungan kerja juga masuk
dalam ketegori ini. Misalnya, departemen atau divisi-divisi dalam lingkup marketing
merupakan bidang pekerjaan yang penuh dengan stress.
3. Penyebab stress antarpribadi (inter-personal stressors)
Stressor ini akan menjadi semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam divisi-
divisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk memenangkan target
sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan. Perbedaan karakter,
kepribadian, latar belakang, persepsi, dan lain-lainnya memungkinkan munculnya
stres.
4. Organisasi
Banyak sekali ragam penyebab stres yang bersumber dari organisasi. Pengurangan
jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang tidak hanya untuk mereka
yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yang masih tinggal.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan tentang penyebab stres dan
akibatnya :
9
Penyebab stres dalam Arifin dkk (2003;209) atau strejadir di tempat kerja dapat
dikelompokkan dalam empat lima stresjadir, yaitu:
a. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri
b. Peranan dalam organisasi
c. Hubungan di tempat kerja
d. Perubahan organisasi
Lebih lanjut, faktor-faktor itu akan dijelaskan sebagai berikut:
Faktor yang Berhubungan dengan Pekerjaan
Banyak faktor yang terkandung di dalam pekerjaan menimbulkan dampak pada stres yang
dialami oleh seseorang. Robbins mencatat sembilan faktor dalam pekerjaan yang
menyebabkan stres yaitu:
a. Beban kerja yang berlebihan
b. Tekanan atau desakan waktu
c. Kualitas penyelia yang jelek
d. Iklim politik yang tidak aman
e. Wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab
f. Konflik dan ketaksaan peran
g. Perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan
h. Perubahan tipe
i. Frustasi
Faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan, sebagai penyebab munculnya stres adalah:
a. Lingkungan
Lingkungan tempat bekerja dapat memiliki dampak pada cara dan kemampuan untuk
menjalankan peranan kita. Istilah lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi kerja
yang buruk atau baik. Kondisi kerja yang buruk misalnya, tata ruang yang semrawut,
pencahayaan yang kurang serasi, layout yang tidak teratur, dan lain-lain. Sebagai
contoh, seorang manajer yang stres sebagai akibat alasan yang tidak jelas, akhirnya
memutuskan untuk mengubah warna gelap kantornya. Setelah peristiwa pergantian
warna ditambah dengan pemasangan beberapa gambar yang sesuai dengan selera,
perbedaan pun segera tampak jelas. Ruanngan yang dulu gelap, suram dan
membosankan, telah berubah menjadi suatu lingkungan yang cerah dan segar
10
sehingga sangat membantu mengatasi berbagai tuntutan lain dalam pekerjaan sehari-
hari.
b. Perjalanan
Perjalanan pulang pergi kerap kali merupakan penyebab utama stres, terutama akibat
kelambatan dan kesulitan yang sering dialami, apapun alat angkutan yang digunakan.
Keterlambatan dalam perjalan dapat timbul karena perjadialan;lalu lintas, cuaca
kondisi jalan, tersesat, dan gangguan mesin mobil. Umumnya seseorang yang
mengalami keterlambatan (tidak tepat waktu) maka akan mengalami segala macam
emosi yang mencakup kemarahan, frustasi, kecemasan, atau kebingungan.
c. Teknologi
Perkenalan dengan teknologi baru di tempat kerja telah mengharuskan para karyawan
menyesuaikan diri dengan cara kerja, sistem, maupun lingkungan yang berbeda.
Begitu penyesuaian yang diperlukan telah dilakukan, usaha untuk mengikuti teknologi
baru menjadi tekanan tambahan dalam jadwal kerja yang sudah sibuk. Hal tersebut
dapat mengakibatkan timbulnya beban yang terlalu berat. Bagi sebagian orang, hal ini
akan dianggap sebagai suatu tantangan, sedangkan bagi yang lain justru dianggap
terlalu berat untuk dirinya, atau hanya akan memperparah perasaan
ketidakkompetenan mereka yang sudah ada sejak semula.
d. Tekanan
Bekerja dengan batasan dan tekanan waktu yang berlebihan dapat menciptakan stres.
Tekanan itu dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu terlalu banyaknya pekerjaan, atau
ketrampilan yang tidak memadai. Hal tersebut terjadi karena sasaran yang ditetapkan
tidak realistis, tidak melakukan pendelegasian sebagian pekerjaan/ tanggung jawab
kepada orang lain, berusaha melakukan perubahan dnegan terlalu cepat dan terlalu
banyak.
Peranan Dalam Organisasi
Peranan seseorang dalam organisasi dapat menciptakan stres. Hal ini terjadi karena masing
masing individu dalam setiap tingkatan akan memikul tanggung jawab pekerjaan. Dalam
pengertian ini, seorang yang berada dalam tingkat tertinggi (manajer puncak), tidak berarti
11
akan terkena stres yang berat dibanding bawahannya. Perana seseorang dalam pekerjaan
mengharuskan seseorang untuk memikul tanggung jawab mengenai perjadinalia, anggaran,
bangunan,atau proyek-proyek. Semua itu dapat menciptakan penyebab stres karena dapat
sangat bergantung pada faktor faktor lain yang tak terduga, seperti; hubungan dnegan orang
lain, kekuatan pasar, ekonomi, dan lingkungan. Termasuk dalam pengertian peranan adalah
kejelasan peran, kewenanngan, dan kekuasaan.
Hubungan di Tempat Kerja
Hubungan dengan orang lain dapat menjadi sumber utama penyebab stres maupun dukungan
di tempat kerja. Saat hubungan dengan atasan baik maka akan ada suasana yang hangat,
bersahabat dan saling percaya. Sedangkan apabila yang terjadi justru sebaliknya, atasan justru
akan menjadi; krisis, tak terjangkau, tak tertarik dan jauh. Hal yang sama dapat terjadi pada
hubungan dengan bawahan. Hubungan di dalam oraganisasi juga dapat menjadi sumber
kepuasaan yang luar biasa. Banyak persahabatan yang kokoh dan abadi dapat diciptakan dari
hubungan kerja. Kesamaan dalam menempati kantor atau ruangan, memikul tanggung jawab
atas suatu tugas, atau mendapatkan dukungan kesektariatan, justru menjadi sumber stres
apabila hubungan itu tidak baik.
Perubahan Organisasi
Organisasi termasuk suasana dan budayanya, dapat memiliki pengaruh yang mendalam pada
individu-individu dan kesehjateraan. Dalam situasi yang statis atau yang bergerak sangat
lambat, ancaman terhadap rasa aman, kemandirian, dan kemerdekaan seseorang dapat
berkurang. Sebaliknya, perubahan-perubahan di dalam organisasi terbukti dalam
menimbulkan banyak stres, seperti; ditutupnya lokasi, dilakukannya relokasi, terjadinya
kelebihan tenaga kerja, dijalankannya restrukturiasi, dan dilaksanakannya pengambilalihan
atau penggabungan. Dalam hal ini, semua perubahan selalu mencakup kerugian tertentu.
Betapun menyenangkannya atau diperlukan hasil akhir dari perubahan, selalu saja ada akibat
berupa hilangnya segal sesuatu yang sudah dikenal, seperti:rekan kerja, tempat kerja,
kesenangan kerja, cara mengerjakan sesuatunya, dan dukungan kerja organisasi.
Sumber sumber stres itu secara bersamaan mempengaruhi intetitas stres. Rentang
waktu maupun tingkat keparahan stres akan dapat diperlunak oleh karakteristik individu yang
meliputi; persepsi, pengalaman pekerjaan, dukungan jadisial, keyakinan akan tempat
12
kedudukan kendali, dan sikap bermusuhan. Bagaiman perilakunya terhadap individu?
Konsekuensi stres dapat dilihat dari gejala-gejala yang ditimbulkannya, meliputi; gejala
fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Pengalaman pada pekerjaan cenderung berkaitan secara negatif dengan stres kerja.
Artinya, orang yang lebih lama dalam organisasi adalah mereka dengan ciri yang lebih tahan
terhadap stres atau mereka yang lebih tahan terhadap karakteristik stres dalm organisasi
mereka. Demikian juga dengan individu yang mereka relasi atau kolega kerja yang tidak
membantu atau bahkan aktif bermusuhan mereka akan memproleh dukungan dari luar tempat
mereka bekerja. Tindakan permusuhan dengan teman, rekan kerja, dan orang lain sedikit
banyak dapt meningkatkan risiko jantungan. Untuk itu, dalam berhubungan dengan orang
lain perlu ditanamkan persepsi perjiadalan risiko-risiko munculnya stres dapat
diminimalisasi.
Penyebab Stres yang Bukan Bersumber dari Pekerjaan
Ada berbagai stres yang bukaan disebabkan oleh pekerjaan, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Time based conflict
Time based conflict merupakan tantangan untuk menyeimbangkan tutntutan waktu untuk
pekerjaan dengan aktifitas keluarga dan aktivitas bukan pekerjaaan lainnya. Time based
conflict lebih akut pada wanita daripada pria. Wanita yang berkakrir di luar rumah
mendapatkan sumber stres yang jauh lebih banyak karena di rumah dia dituntut untuk
menjadi istri dan ibu yang baik, sementara di tempat kerjapun dia dituntut untuk menjadi
karyawan yang baik. Hal ini tidak mudah untuk dilaksanakan.
2. Strain based conflict
Strain based conflict terjadi ketika stres dari satu sumber meluap melebihi kemampuan
yang dimiliki orang tersebut. Kematian suami atau istri , masalah keuangan dan stresor
yang bukan pekerjaan lainnya menghasilkan ketegangan dan kelelahan yang
mempengaruhi kemampuan pegawai untuk menyelesaikan kewajiban pekerjaannya.
3. Role behavior conflict
Tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaannya. Di samping itu, dia jugadituntut
lingkungan yang ada kalanya bertentangan denagn tutntutan pekerjaannya. Hal ini
13
seringkali memunculkan stres karena untuk membangun harmoni atas dua atau lebih
tuntutan tidaklah muda.
4. Stres karena adanya pebedaan individu
Terdapat tiga alasan mengapa dengan penyebab stres yang sama orang memperlihatkan
gejala-gejala stres yang berbeda. Pertama, penerima kita terhadap situasi yang sama,
masing-masing dari kita berbeda. Kedua, memiliki ambang batas kemampuan dalam
mengatasi stres yang lebih rendah dari resistensi terhadap stres. Dan yang ketiga, orang
mungkin mengalami tingkat stres yang sama dan akibat yang ditimbulkan dari stres
berbeda, yang menunjukan bawahwa mereka memerlukan strategi penanggulangan yang
juga berbeda. Dalam hal ini beberapa orang cenderung mengabaikan stresor dengan
harapan hal itu akan hilang atau berlalu.
Selanjutnya akan dijelaskan lebih detail lagi dengan contoh di bawah ini.
Pola Perilaku Tipe A dan Tipe B
Krakteristik tipe A:
a. Berbicara dengan cepat
b. Mencurahkannya pada pekerjaan
c. Motivasi bersaing tinggi
d. Berjuang melakukan beberapa tugas
e. Kuat pendirian
f. Tingkat kemalasannya rendah
g. Mudah hilang kesabarannya
h. Menyela orang lain.
Karekteristik tipe B:
a. Menangani detil dengan sabar
b. Kurang bersaing dengan orang lain
c. Merenungkan isu dengan hati-hati
d. Rendah kepedulian terhadap keterbatasan
e. Tidak merasa bersalah karena kesantaian
f. Santai dalam hidup
g. Bekerja dengan langkah tetap
h. Tidak mudah marah
14
TYPE A TYPE B
E. Gejala-gejala Stres
Gejala-gejala stres menurut Arifin dkk (2003;208) adalah sebagai berikut:
1. Gejala fisik
a. Nafas menjadi semakin cepat
b. Mulut dan tenggorokan menjadi kering
c. Tangan basah oleh keringat
d. Otot menjadi tegang
e. Gangguan pencernaan
f. Diare
g. Susah buang air besar
h. Kepala menjadi sakit dan tegang
i. Perasaan gelisah
2. Gejala perilaku
a. Perasaan terganggu
b. Jengkel terhadap orang lain
c. Salah paham
d. Tidak berdaya
e. Tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi
f. Gelisah
g. Gagal
h. Tidak tertarik
i. Tidak termotivasi
3. Gejala tempat kerja
a. Menurunnya kepuasan kerja
15
Talk rapdly, devoted to work, highly copetitive, struggles to perform
several taks, strong sense of time urgency, impatient with idleness,
easily loses temper, interupts others.
Handels details patiently, less competitive with others, contemplates issues carefully, low concern about time limitations, doesn’t feel guilty about relaxing, relaxed approach to life, steady pace, not easily engared
b. Berkurangnya prestasi kerja
c. Hilangnya vitalitas dan energi
d. Rusaknya komunikasi
e. Buruknya pengambilan keputusan
f. Berkurangnya inovasi dan kreativitas
g. Terfokusnya perhatian pada tugas yang tidak produktif.
F. Adanya Perbedaan Individual dalam Menghadapi Stres
Setiap individu memiliki respons yang berbeda dalam menghadapi stres. Ada lima variabel yang dapat membedakan kemampuan individu dalam menghadapi stres dalam Robbins (1996;226), yaitu:
(1). Pengalaman kerja. Bukti menunjukkan bahwa pengalaman pada kerja cenderung berhubungan secara negatif dengan stres kerja. Hal ini dilihat dari dua bukti pendukung yaitu karyawan yang tetap lebih lama dalam organisasi lebih taha stres dan pengalaman akan mengajarkan orang untuk mengmbangkan mekanisme untuk mengatasi stres.
(2). Dukungan sosial. Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau informasi yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan individu atau kelompok. Dukungan sosial bisa berbentuk dukungan emosi (mengekspresikan kekhawatiran, mengindikasikan kepercayaan, meningkatkan harga diri, mendengarkan); dukungan penilaian (menyediakan umpan balik dan afirmasi); atau dukungan infromasi (memberikan nasihat, memberikan saran, menyediakan pengarahan). Hubungan kolegial dengan rekan sekerja atau penyelia dapat menyangga dampak stres.
(3). Ruang (locus) kendali. Orang yang memiliki lokus kendali internal yakin bahwa mereka mengendalikan tujuan akhir mereka sendiri lebih tahan terhadap stres. Sedangkan mereka yang memiliki lokus pengendalian eksternal yakin bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar cenderung lebih mudah stres.
(4). Keefektifan diri. Istilah ini merujuk kepada keyakinan individu bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas tertentu sehingga dia memiliki kemampuan untuk menangani stres.
(5). Tingkat kepribadian orang dalam menyikapi permusuhan dan kemarahan. Orang yang memiliki tingkat permusuhan dan kemarahan yang tinggi cenderung mencurigai dan tidak mempercayai orang lain. Permusuhan dan kemarahan ini dapat mengalami stres dalam berbagai situasi.
G. Akibat-akibat Distres
Dampak atau akibat dari stres bisa dilihat pada tiga aspek, yaitu:
16
Emotional exhausten
Depersonalization
Reduced personal accomplishment
PhysiologicalPsycological and behavioralConsequences
Interpersonel and role-related stressors
1. Fisik Akibat stres pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah penyakit yang disinyalir karena orang tersebut mengalami stres yang cukup tinggi dan berkepanjangan, di antaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan darah tinggi, sakit kepala, gangguan tidur, tambah sakit jika sedang menderita sakit.
2. Psikis Dampak stres pada psikis bisa dikenali, di antaranya adalah ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan, dan kurang bersemangat.
3. Perilaku Akibat stres bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi kerja tinggi, dan agresi di tempat kerja.
THE JOB BURN OUT PROCESS
Cara menghilangkan sumber stres di tempat kerja antara lain:
1. Remove the Stressors
Ada banyak cara untuk mengilangkan sumber stres di tempat kerja. Salah satu solusi
terbaik adalah dengan memberdayakan para pegawai sehingga mereka memiliki
kontrol yang lebih atas pekerjaan dan lingkungan pekerjaan mereka.
Sumber stre yang berhubungan dengan tugas dapat diminimumkan lebih efektif
melalui seleksi dan penempatan pegawai sehingga persyaratan pekerjaan sesuai
17
dengan kemampuan mereka. Slogam The Right Man on the right place at the right
time cocok diterapkan pada saat seleksi dan penempatan pegawai.
Family frienly and work/life initiavies menghilangkan atau mengurangi stressor yang
menyebabkan time based conflict. Lima hal yang paling lazim dan family friendly and
woek/life initiavies antara lain:
a. Penggunaan/pemanfaatan waktu yang fleksibel
Beberapa perusahaan mengajak pegawainya untuk menentukan kapan mulai dan
berakhirnya waktu kerja sehingga mereka dapat lebih mudah menyesuaikan antara
aktivitas pribadai dan pekerjaan.
b. Job sharing
Yakni memisahan posisi karier antara dua orang sehingga mereka yang
mengalami stres time-based lebih sedikit diantara pekerjaan dan keluarga.
c. Telecommuting
Telecommuting adalah bekerja dari rumah, biasanya dilakukan dengan
menghubungkan komputer ke kantor sehingga mudah untuk menukar kegiatan
pekerjaan dan bukan pekerjaan, an sebagainya.
2. With Drawing from the Stresscors
Para pegawai biasnya mengalami stres ketika tinggal ndan bekrja dalam kultur yang
berbeda. Tidak cukup dengan asumsi-asumsi dan harapan yang umum. Para ekspatriat
harus membayar kontan bagaimana cara berpikir, bersikap dan bertindaknya
dipersepsikan atau direspons lingkugannya. Perlu waktu dan keinginan yang kuat agar
mampu beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan baru.
3. Changing Stress Perceptions
Tingkat stres yang dialamai pegawai dalam situasi yang sama mungkin dapat berbeda
antara satu individu dengan yang lain. Hal ini disebabkan adanya perbedaan persepsi.
Oleh sebab itu sebenanrnya stres dapat diminimumkan melalui perubahan persepsi
atau situasi yang ada. Kita dapat memperkuat sell-esteem kita sehingga dapat
menerima pekerjaan sebagai tantangan dan bukan ancaman.
4. Controlling the Consequences of Stress
Kadang-kadang para pegawai tidak dapat mengendalikan stres yang dialaminya.
Mereka seringkali membutuhkan bantuan untuk mengatasi stres dengan perilaku
disfungsional seperti mengonsumsi alkohol dan obat-obat terlarang. Program gaya
hidup sehat akan membantu pegawai belajar bagaimana gaya hidup yang sehat.
18
Mengendalikan stres dengan baik tentu sangat bermanfaat, walau tidak semua orang
mampu melakukannya. Kebanyakan orang memerlukan orang lain untuk
membantunya agar dapat mengatasinya dengan baik.
5. Receiving Social Support
Dukungan lingkkungans ekitar dapat mengurangi stres yang dialami seseorang.
Dalam suatu organisasi, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk memberikan
dukungan kepada pegawai yang mengalami stres, yaitu: Pertama, memperbaiki
persepsi mereka bahwa mereka bernilai dan berguna. Kedua, menyediakan informasi
untuk membantunya memahami masalah yang sesungguhnya yang memungkinkan
untuk menghilangkan sumber stres. Ketiga, dukungan emosional dari yang lain dapat
secara langsung membantu mengurangi stres.
H. Aspek Positif Stres
Stres yang positif menambah harapan dan kegembiraan pada kehidupan . Kita semua
memerlukan stres yang positif dalam jumlah tertentu , untuk berkembang dengan cepat .
Tegat waktu , persaingan , konfrontasi , frustasi dan bahkan duka cita menambah kekayaan
kepribadian diri dan menjadi pola kehidupan kita jadi lebih berwarna . Tujuan kita
sebenarnya bukan menghilangkan stres , mempelajari cara mengelola dan memanfaatkan agar
mempunyai dampak positif bagi kehidupan .
Walau pun kerja adalah penyebab stres yang terbesar dalam hidup , tetapi bila stres
dikelola dengan baik akan menghasilkan ;
a) Motivasi , tantangan dan tujuan
b) Morak dan kesejahteraan financial
c) Kekuatan dan kemerdekaan
d) Rasa pencapaian prestasi , kepuasann dan berguna
e) Pengakuan dari rekan kerja , teman , dan masyarakat
f) Kesenangan , dorongan dan kegairahan
g) Wawasan baru , pendidikan dan keterampilan
Pengelolaan Stres Yang Baik
Beberapa strategi mengatasi stres secara mudah ;
Jangan hanya bergantung pada diri sendiri
19
Ciptakan tujuan yang terukur dan bisa tercapai
Jangan menuntut kesempurnaan
Bedakan antara stres yang nyata dan tidak nyata
Tahu apa yang bisa diharapkan dari anda
Jangan menipu diri sendiri
Jangan biarkan satu kegagalan menghancurkan diri anda
Belajar mengelola waktu
Strategi yang lain ;
Latihan pernafasan ; tutup mulut dan bernafas dari hidung dan kemudian hembuskan
melalui mulut . Dengan perlahan tarik nafas sebanyak mungkin kemudian hembuskan
perlahan-lahan dalam 1-2 menit , tarik kerutan bibir sperti mau meniup sehingga anda
bisa mengontrol seberapa cepat menghembuskan nafas dan jaga jalan nafas terbuka
selama mungkin . Sesi pernafasan pernafasan dalam dapat dilakukan mengganti istirahat
minum kopi .
Buka pikiran anda ; memberikan istirahat mental dan merupakan dasar dari
meditasi . Untuk mengurangi gangguan , cari tempat yang sepi untuk 10-15 menit .
Duduk pada kursi yang nyaman dan lepaskan sepatu . Tutup mata anda dan bernafaslah
dengan pelan dan dalam . Pusatkan mental anda pada kata , pikiran atau gambar yang
menenangkan . Kendorkan dan teruskan bernafas dalam . Lenturkan setelah selesai .
Pikiran anda kemungkinan lebih terpusat dan segar .
Berfikir positif ; meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri . Siapkan
menghadapi tantangan dengan berbicara dengan diri sendiri (Saya pikir saya bisa ! Saya
tahu saya bisa)
Latihan aerobik ; akan mengendorkan anda dengan lepasnya hormone endorphin ,
merupakan zat seperti morfin yang meningkatkan suasana hati kita . Latihan
meningkatkan tenaga tubuh dan daya tahan tubuh dan mengurangi kecemasan serta
depresi .
Humor ; Salah satu cara terbaru yang ditemukan oleh para ahli dalam mengatasi stres
adalah dengan tertawa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli, orang dewasa
lebih sedikit tertawa dibandingkan dengan anak-anak. Anak-anak dapat tertawa sebanyak
400 kali dalam satu hari, sedangkan orang dewasa hanya 15 kali. Mengapa kita jarang
sekali tertawa padahal tertawa bukanlah suatu hal yang sulit? Orang dewasa jarang
20
tertawa mungkin disebabkan karena masalah yang dihadapi semakin banyak, sehingga
menimbulkan stres. Selain itu, media massa yang ada lebih banyak menyediakan berita
mengenai hal-hal yang buruk. Kematian, pembunuhan, perceraian, sepertinya menjadi
makanan kita sehari-hari. Tak heran, kita lebih sedikit tertawa dibandingkan dengan anak-
anak. Oleh karena itu, marilah kita lebih mengenal keuntungan yang muncul jika anda
tertawa. Ketika tertawa, tidak saja membuat anda terlihat lebih segar tetapi juga
berpengaruh pada sistem tubuh, dimana otot tubuh menjadi lebih santai. Hal ini tentu saja
memiliki efek yang baik bagi yang sedang mengalami stres. Selain itu, dengan tertawa,
tubuh dapat mengurangi hormon stres. Perlu di ketahui bahwa tubuh mengeluarkan
hormon neuroendocrine ketika sedang stres. Sebaliknya ketika tertawa, tubuh mengurangi
hormon tersebut sehingga tubuh akan terasa lebih rileks.
Strategi mengatasi stres tingkat lanjut memerlukan training ; meditasi , Yoga , Tai chi dan
lain-lain . Bantuan dari tenaga medis mungkin diperlukan ketika gejala negatif stres
menetap dan tidak membaik .
I. Strategi Manajemen Stres Kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa - apa untuk memecahkan
sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke
cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
21
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres
yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat
positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik.
Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan
membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan
keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk
memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan untuk
memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam
mengelola stres, menurut Arifin dkk (2003;215) ada dua pendekatan yaitu pendekatan
individu dan pendekatan organisasi.
1. Pendekatan Individual . Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi
level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan
waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan
waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat
meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan
tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi
stress adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2. Pendekatan Organisasional . Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan
peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen,
sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang
mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah
melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan
keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang
22
sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka
inginkan
serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik
dan mental.
Menurut Sopiah (2008;94) ada lima hal yang harus diperhatikan dalam strategi manajemen
stres, yaitu (1) remove the stressor, (2) withdraw from the stressor, (3) change stress
perception, (4) control stress consequences, dan (5) receive social support. Berikut disajikan
gambar strategi manajemen stress itu.
Pendekatan stres kerja
Ada 4 (empat) pendekatan terhadap stres kerja, yaitu: dukungan sosial (social support),
meditasi (meditation), biofeedback, dan program kesehatan pribadi (personal wellness
programs). Pendekatan tersebut sesuai pendapat Keith Davis dan John W. Newstroom, (1989)
dalam Mangkunegara (2008;28) yang mengemukakan bahwa “four approaches that of ten
involve employee and management cooperation for strees management are socialsupport,
meditation, biofeedback and personal wellness programs”.
a. Pendekatan Dukungan Sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan
sosial kepada karyawan, misalnya bermain game, lelucon dan bodor kerja.
b. Pendekatan Biofeedback
23
Remove the stressors
Stress management strategy
Receive social support
Control stress consequences
Withdraw from the stressors
Change stress perception
Individu dapat diajarkan untuk mengendalikan berbagai proses internal tubuh dengan
menggunakan suatu tehnik yang disebut biofeedback. Pendekatan ini dilakukan
melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog sehingga
diharapkan karyawan dapat menghilangkan strees yang dialaminya. Dalam
biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak dideteksi, diperkuat,
dan ditunjukkan kepada orang tersebut. Pencatatan dan tekhnologi canggih telah
memungkinkan seseorang untuk melihat perubahan kecil dalam detak jantung,
tekanan darah, temperatur, dan pola gelombang otak yang pada umumnya tidak dapat
diamati.
c. Pendekatan Kesehatan Pribadi
Suatu program karyawan yang berfokus pada kesehatan fisik dan mental dari
keseluruhan karyawan. Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum
terjadinya stres. Secara singkat, setiap aktivitas organisasi yang dirancang untuk
mengidentifikasikan dan membantu mencegah atau memperbaiki masalah kesehatan
spesifik, bahaya kesehatan, atau kebiasaan kesehatan yang negatif. Dalam hal ini
karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeriksa kesehatan, melakukan
relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahrag secara teratur.
d. Pendekatan Meditasi
Pendekatan ini dilakukan melalui penenangan pikiran, dzikir, tafakur kepada Allah
SWT, sholat tahajud, dan olah raga pernapasan (yoga, Mahatma, Kalimasada).
e. Teknik Kognitif
Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang, dalam bentuk ekspektasi,
keyakinan, dan asumsi, merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan label
ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari manajemen
stres berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang tersebut menilai
situasi secara berbeda. Robbins (2006;317)
24
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Amirulloh & Fauziah. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Malang: Bayumedia.
Ivancevich, Konopaske & Matteson. 2005. Perilaku dan Manajemen Orgnasasi. Edisi Ketujuh. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Mangkunegara, A. 2008. Periaku dan Budaya Organisasi. Cetakan Kedua. Bandung: Refika Aditama.
Robbins, S. 1996. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid II. Jakarta: PT.Prenhalindo
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: ANDI.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penilitian. Edisi Kelima Malang: Universitas Negeri Malang.
Wahjono, S. 2010. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
25