stress.kesehatan dan coping

18
I. STRESS PENGERTIAN STRESS Yang dimaksud dengan stress menurut: Hans Selye (1950) adalah respon tubuh yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Morgan and King Stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal yang disebabkan oleh fisik, lingkungan atau situasi social yang bisa berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Cooper (1994) Stress adalah tanggapan atas proses internal dan eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis tertentu sampai batas atau melebihi batas kemampuan subjek Lazarus dan Safarino (1998) Stress adalah stress muncul akibat terjadinya kesenjangan tuntutan yang terjadi diantara individu dan lingkungan dengan sumber daya biologis, psikologis dan social yang dimiliki individu tersebut. Lahey dan Ciminero Stress adalah penekanan pada peristiwa dan situasi negative yang dialami individu yang dapat menimbulkan efek tidak teratur pada perilakunya. STRESSOR Yaitu keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga dia terpaksa untuk mengadakan adaptasi untuk menanggulanginya.

Upload: suher-lambang

Post on 28-May-2015

5.593 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stress.kesehatan dan coping

I. STRESSPENGERTIAN STRESS

Yang dimaksud dengan stress menurut:

Hans Selye (1950) adalah respon tubuh yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.

Morgan and King

Stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal yang disebabkan oleh fisik, lingkungan atau situasi social yang bisa berpotensi merusak dan tidak terkontrol.

Cooper (1994)

Stress adalah tanggapan atas proses internal dan eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis tertentu sampai batas atau melebihi batas kemampuan subjek

Lazarus dan Safarino (1998)

Stress adalah stress muncul akibat terjadinya kesenjangan tuntutan yang terjadi diantara individu dan lingkungan dengan sumber daya biologis, psikologis dan social yang dimiliki individu tersebut.

Lahey dan Ciminero

Stress adalah penekanan pada peristiwa dan situasi negative yang dialami individu yang dapat menimbulkan efek tidak teratur pada perilakunya.

STRESSOR

Yaitu keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga dia terpaksa untuk mengadakan adaptasi untuk menanggulanginya.

Menurut para ahli, dikemukakan beberapa stressor sebagai berikut:

Mental (pikiran)

Potensi stess utama bisa datang dari pikiran kita yang terus menerus menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan yang bersifat negative, hitam putih, terlalu tergenarilasasi, tidak bersifat fakta yang cukup dan terlalu dianggap pribadi.

Page 2: Stress.kesehatan dan coping

Sosial (lingkungan)

Lingkungan merupakan sumber stress yang potensial karena membuat kita harus memenuhi tuntutan dan tantangan.

Contoh : Bencana pekerjaan, rumah tangga, dikejar deadline, kemacetan lalu lintas atau bahkan karena kehilangan orang yang kita cintai.

Fisik (tubuh)

Sumber stress yang utama juga disebaban dari tuntuan dari tubuh kita untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan faal yang terjadi.

Contoh : perubahan fase yang terjadi saat memasuki fase remaja, datangnya penyakit, makanan yang tidak teratur, kurang tidur.

POTENSI STRESS

Tidak semua stressor psikosocial akan menyebabkan seseorang mengalami stress. Seseorang mempunyai type kepribadian A( “A”type personality) ternyata lebih rentan dalam mengalami stress dari seseorang yang mempunyai tipe kepribadian B (“B”type personality). Namun tidak berarti orang dengan kepribadian diluar type diatas tidak bisa mengalami stress, namun orang dengan type kepribadian A lebih rentan dalam mengalami stress.

Menurut Rosenmen dan Chesney (1980) menggambarkaN orang dengan type kepribadian A adalah sebagai berikut:

1. Ambisius, agresif, kompetitif, banyak jabatan rangkap2. Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah3. Kewaspadaan berlebihan, control diri kuat, percaya diri berlebihan4. Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak bisa diam5. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)6. Pandai bernegosiasi, memimpin dan memerintah7. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan

Page 3: Stress.kesehatan dan coping

8. Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang(relaks), serba tergesa-gesa9. Mudah bergaul, pandai menimbulkan perasaan empati, dan mudah bersikap bermusuhan bila

tidak mencapai sesuatu10. Tidak mudah dipengaruhi, kaku( tidak fleksibel)11. Bila berlibur pikirannya ke pekerjaan tidak bisa santai12. Berusaha keras untuk membuat segala sesuatu terkendali

TIPE KEPRIBADIAN YANG RAWAN STRESS

Ada 4 tipe kepribadian yang rawan stress :

1. Orang yang sangat hati – hatiTipe orang seperti sangat perfeksionis, kaku, dan kurang memiliki toleransi terhadap perbedaan. Sehingga sedikit saja perbedaan atau kurang saja dari standarnya bisa mebimbulkan kecemasan baginya. Kecermatannya berlebihan dan bisa menjadi obsesif kompulsif.

2. PencemasTipe orang seperti ini sering merasa tidak aman, cederung kurang tenang dan sering meresahkan segala sesuatu. Inilah yang membuatnya jadi cepat panik dalam menghadapi suatu masalah.

3. Orang yang kurang percaya diriTipe orang seperti ini merasa tidak mampu sehngga kurang usaha untuk mengoptimalkan diri dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Selalu berusaha lari dari masalah dan mencari pelarian.

4. TemperamentalEmosinya cepat terpancing. Masalah kecil bisa brakibat besar karena kecenderungannya yang mudah meledak ledak.

Namun gambaran diatas tidaklah mutlak terjadi pada diri seseorang, namun bisa terjadi overlapping.

JENIS-JENIS STRESS

1. Eustress yaitu hasil dari respon yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif. Hal itu termasuk dalam kesejahteraan indivudu atau kelompok yang diasosiasikan dalam pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat performance yang tinggi

2. Distress yaitu hasil dari response terhadap stress yang tidak sehat, negative dan destruktif. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu yang diasosiasikan sebagai keadaan sakit, penurunan dan kematian

Page 4: Stress.kesehatan dan coping

GEJALA STRESS

Biasanya orang lain sukar untuk mengetahui apakah seseorang mengalami stress ataupun tidak, bila orang tersebut tidak menceritakannya. Dan kecenderungan orang untukmenyangkal bahwa dia stress sangat besar.

Namun, manifestasi dari seseorang yang mengalami stress dapat dilihat dari perubahan perilaku (behavior change) yang terjadi.

Menurut Dr.O. Connor (1979) dalam makalah berjudul “Penyesuaian Diri Manusia Dalam Pergaulan Modern” beiau membahas juga behavior change yang terjadi pada saat seseorang mengalami stress dalam pergaulan modern. Perubahan tersebut adakah:

1. Minum minuman keras dan merokok berlebihan dari sebelumnya2. Gangguan fungsi seksual, libido bisa meningkat, maupun menurun disbanding sebelumnya3. Kesulitan mengambil keputusan yang semula mampu dan percaya diri4. Keputusan yang diambil selalu yang paling aman dan paling baik (safety player) dan biasanya

tidak konsisten5. Gangguan affective, antara lain mudah tersinggung dan mudah marah6. Terjadi perubahan bert badan yang mencolok, yaitu bertambahnya berat badan maupun

menurun7. Perubahan pola makan yang tiba-tiba8. Perubahan etika dan moral, yang semula jujur menjadi cenderung berbohong9. Menghindari tanggung jawab10. Sering berlebihan dalam menghadapi masalah dan reaktif(bereaksi tidak proporsional)11. Suka mengemukakan khayalan(wishful thinking), yang semula adalah orang yang reaiistis12. Banyak melakukan kekeliruan, padahal semula merupakan orang yang teliti dan terpercaya.

TAHAP STRESS

Stress pada diri seseorang sering tidak begitu disadari sampai stress tersebut mengganggu fungsi kehidupan dari seseorang di rumah, di tempat kerja, serta di lingkungan social.

Menurut penelitian dari Dr. Robert j. Van Amberg (1979) tahapan stress bisa dibagi sebagai berikut

1. Stress tahap 1, merupakan tahap stress paling ringan. Ditandai dengan:a) Semangat bekerja keras, cenderung berlebihan(overacting)b) Penglihatan “tajam”, tidak seperti biasanyac) Merasa mampu bekerja lebih baik, namun yang sebenarnya terjadi adalah pengerahan

energy berlebihan, disertai gugup yag berlebihan pula

Page 5: Stress.kesehatan dan coping

d) Merasa senang dengan pekerjaannya, dan semakin bersemangat, padahal energy sudah mulai habis.

2. Stress tahap 2, dalam tahap ini, perasaan senang yang masih timbul pada tahap 1 mulai berubah menjadi keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energy mulai habis. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan antara lain:a) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang mestinya merasa segarb) Merasa mudah lelah sesudah makan siangc) Lekas merasa capai menjelang sored) Sering merasa lambung atau perut kurang nyaman (bowel discomfort)e) Detakan jantung lebih keras dari biasanyaf) Otot punggung dan tngkuk terasa tegangg) Tidak bisa santai

3. Stress tahap 3, akan dialami bila stress tahap 2 tidak bisa segera diatasi. Keluhan ditahap ini antara lain:a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misal gastritis da buang air besar tidak teraturb) Ketegngan otot semakin terasac) Perasaan ketegangan dan ketidak tenangan emosional mulai meningkatd) Gangguan pola tidur seperti insomniae) Koordinasi tubuh terganggu

Pada tahap ini seseorang sudah harus menghubungi dokter untuk mendapat terapi dan berusaha mengurangi beban stress dengan beistirahat yang cukup untuk mengembalikan energy kembali

4. Stress tahap 4, tahap ini biasa disebabkan bila klien menghubungi dokter, dan dokter tidak menemukn kelainan secara fisik. Lalu klien tidak melakukan istirahat karena merasa tidak ada yang salah dengan tubuhnya tanpa istirahat cukup. Maka akan timbul gejala stress tahap 4 berikut:a) Untuk bertahan sehari-hari saja sudah sangat sukitb) Pekerjaan yang semula menyenangkan menjadi sulitc) Kehilangan kemampuan respon terhadap situasid) Ketidakmampuan melakukan kegiatan rutin sehari-harie) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi yag tidajk menyenangkanf) Sering menolak ajakan karena tidak adanya kegairahang) Aya konsentrasi dan daya ingat menurunh) Timbul ketakutan yang tidak dapat diketahui penyebabnya

5. Stress tahap 5, akan terjadi bila stress tahap 4 tidak bisa diatasi. Gejalanya sebagai berikuta) Kelelahan fisik dan mental (physical and psychological exhaustion)b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan hal-hal sederhanac) Gangguan system pencernaan semakin berat(gastro-intestinal disorder)d) Timbul ketakutan dan kecemasan yang meningkat sehingga timbul perasaan panic

Page 6: Stress.kesehatan dan coping

6. Stress tahap 6, merupakan tahap tertinggi dari stress. Biasanya pada tahap ini klien harus dibawa ke ICU untuk mendapat perawatan karena mengalami panic attack dan perasaan takut mati. Gejalanya sebagai berikuta) Debaran jantung teramat kerasb) Susah bernapasc) Sekujur tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucurand) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal ringane) Pingsan atau collapse

GANGGUAN PSIKOSOMATIS

Menurut WHO, di beberapa Negara berkembang 30-50% pasien yang berobat ke fasilitas kesehatan ternyata tidak benar-benar menderita penyakit tetapi menderita gangguan kesehatan jiwa. Hal ini ditemukan juga pada data dri DEPKES RI pada tahun 1984 di Puskesmas Tambora Jakarta Selatan 28,73% pasien dewasa menderita gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan kesehatan fisik (Depkes RI, 1995)

Gangguan ini menggambarkan interaksi erat antara psycho(jiwa) dan soma(badan), atau bisa disebut pula psikofisiologis.

Psychosomatic disorder suatu penyakit yang disebabkan oleh suatu kombinasi factor organis dan psikologis (J.P Chaplin)

Jadi, dapat kami simpulkan bahwa gangguan psikosomatis adalah gangguan yang disebabkan oleh factor psikologis yang berakibat adanya perubahan jaringan-jringan tubuh sehingga penderita merasa terjadi sebuah penyakit.

Cirri utama dari gangguan psikosomatis adalah permintaan pemeriksaan berulang oleh pasien yang biasanya kemudian dokter tidak menemukan gangguan yang dikeluhkan secara fisiologis. Namun, biasanya pasien menolak diagnose dokter. Yang kemudian pasien diindikasi menderita anxietas maupun depresi.

Psikosomatis dalah gangguan psikologis yang menjadikan factor psikologi berkontribusi terhadap gangguan fisiologis atau berkontribusi terhadap perubahan fungsi tubuh.

Gangguan yang sering muncul dari psikosomatis adalah masalah pencernaan dan pernapasan.

Page 7: Stress.kesehatan dan coping

II. KESEHATANPSIKONEUROIMUNOLOGI (Psychoneuroimmunology)

Studi penting dibidang kesehatan yang berhubungan dengan stress adalah kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi, yang selama itu belum menyentuh aspek psikologis. Lalu diawal 1980an mulai berkembang bidang baru yaitu psikoneuroimunologi yang merupakan studi yang mempelajari hubungan sistem psikologis, system syaraf, dan system imun (Fleshner dan Laudenslager, 2004).

1.Sistem kekebalan

System kekebalan pada mamalia umumnya dibagi dua yaitu system kekebalan bawaan dan system kekebalan adaptif (O’Neill,2005). Kekebalan bawaan merupakan benteng pertama tubuh dalam menghadang pathogen(agen penyebab sakit). Bila kekebalan bawaan tidak bisa melawan, kekebalan adaptif mulai berperan.

Salah satu fitur kekebalan adaptif adalah memiliki ingatan, dimana bila masuk pathogen yang pernah dihancurkan maka akan langsung ditangani. Ingatan system kekebalan adaptif adalah mekanisme yang vaksinasinya memiliki efek profilaktik(preventif atau pencegahan). Pengaktifan imunitas dengan vaksinasi disebut imunisasi.

2.Efek Stress Terhadap Sistem Kekebalan

Ada dua landasan yang dipakai dalam teori ini. Teori pertama adalah meta-analisis dari Segerstorm dan Miller (2004) yang merupakan analisis dari penelitian terdahulu dari stress dan fungsi kekebalan. Mereka mengemukakan bahwa efek stress tergantung pada jenis stressornya. Mereka mengemukakan bahwa stressor singkat/stressor akut yanag berlangsung kurang dari 100menit misal tampil didepan umum dan melihat konser music sebenarnya memberikan perbaikan pada fungsi kekebalan. Sebaliknya stressor kronis yang biasanya berlangsung lama seperti merawat orang yang kita sayangi dalam keadaan sakit mempengarui kekebalan tubuh secara adversif. (Robles, Glaser, dan Kiecolt-Glaser, 2005)

Teori kedua adalah tidak tidak semua stress buruk untuk kesehatan. Stress dalam jangka pendek akan membantu tubuh menangkal infeksi, hanya stress jangka panjag yang akan menghaslkan konsekuensi kesehatan yang adversif.

Dengan analisis segerstorm dan Miller diatas diperoleh anggapan baru, yaitu interaksi kompleks antara stress dan fungsi kekebalan yang tidak selalu diasumsika akan membawa dampak adversif (Robles, Glaser, dan Kiecolt-Glaser, 2005).

Maka, didapati dari kedua teori diatas bahwa tidak semua stressor akan menghasilkan reaksi yang sama pada setiap orang. Bahkan pada orang yang sama sekalipun sebuah stressor bisa menghasilkan rangsangan adversif dan menguntungkan secara bersamaan.

Page 8: Stress.kesehatan dan coping

3.Stress Terhadap Kerentanan Terhadap Penyakit

Diatas telah dijelaskan bagaimana stress mempengaruhi kekebalan, namun tidak serta merta kekebalan tersebut berpengaruh terhadap ketahanan pada penyakit infeksi.

Ada 3 alasan, yaitu:

1. Kekebalan mempunyai banyak sekali komponen, sehingga destruksi pada satu komponen tidak bisa dipastikan langsung mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi

2. Perubahan akibat stress pada system kekebalan mungkinterlalu singkat untuk mempengaruhi ketahanan terhadap infeksi

3. Menurunnya aspek fungsi kekebalan dapat menginduksi peningkatan kompensatorik pada aspek lain.

Banyak studi yang melaporkan k0mpensasi antara stress dan sakit.seperti contohnya meningkatnya infeksi pernapasan yang diderita siswa selama ujian akhir (Glaser et al,1987). Interpretasi antara keduanya dipahami karena kemungkinan subjek mengekspektasi keadaan tersebut saat masa-masa dimana mereka terkena stressor tidak menyenangkan, atau karena perilaku yang berubah selama mengalami stress tersebut, sehingga rentan terhadap serangan infeksi.

Memang cukup sulit untuk membuktikan hubungan kausal secra langsung. Namun ada bukti yang cukup kuat dalam hubungan tersebut, yaitu:

1. Studi-studi korelasional pada manusia2. Penelitian pada hewan dilaboratorium yang menemukan stress meningkatkan kemungkinan

terhadap kerentanan infeksi, namun tidak ditemukan langsung pada manusia3. Studi-studi yag terkontrol pada manusia, yang dilandasi dengan alas an etik namun cukup

berperan dalam mendukung bukti yang ada

Salah satu studi yang dikontrol secara parsial dilakukan oleh Cohen dan rekan-rekannya. Yaitu dengan menggunakan kuesioner pada 394 responden sehat. Lalu tiap partisipan diberikan larutam garam yang mengandung virus respiratorik pada hidung. Hasilnya, responden yang mendapat skor stress lebih tinggi didapati menderita salesma.

Page 9: Stress.kesehatan dan coping

III.COPINGDEFINISI COPING

Strategi pengatasan masalah atau dikenal dengan istilah Coping

Berasal dari kata to cope yang artinya menanggulangi, mengatasi. Menurut Retnowati (2004) coping adalah stratagi mengatasi masalah.

Menurut Miller (Lazarus & Folkman, 1994) strategi pengatasan masalah adalah sebagian dari perilaku perilaku yang dipelajari dan yang membantu kelangsungan hidup dalam menghadapi bahaya yang mengancam individu.

Strategi pengatasan masalah juga digambarkan sebagai cara seseorang mengatasi tuntutan – tuntutan yng dirasa menekan, sehingga individu harus melakukan penyeimbangan dalam usaha untuk menyesuaikan diri dari lingkungan (Sarafino 1990)

Jadi Coping atau strategi pengatasan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi stress yang berasal dari dalam individu ataupun lingkungan melalui usaha kognitif maupun perilakuyang bersifat dinamis.

BENTUK STRATEGI DALAM PENYELESAIAN MASALAH

Strategi pengatasan masalah terbagi menjadi dua yaitu strategi pengatasan yang berorientasi pada masalah dan strategi masalah yang berorientasi pada emosi.

Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah (Problem focused coping)

Aspek strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah adalah :

Kehati-hatian (Cauitoness)

Page 10: Stress.kesehatan dan coping

Ketika mendapatkan masalah individu mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif pemecahan masalah dan meminta pendapat ataupun pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapinya serta berhati hati dalam mengambil keputusan.

Tindakan Instumental (Instrumental Action)

Individu menngambil tindakan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencana yang diperlukan.

Negosiasi (Negotiation)

Individu melakukan usaha usaha yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat untuk ikut serta memikirkan atau menyelesaikan masalah.

Perilaku Aktif (Active Coping)

Merupakan proses pengambilan aktif untuk menghindari tekanan dan memperbaiki dampaknya.

Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi (Emotion-focused coping)

Digunakan untuk mengurangi respon respon emosional pada stres dengan mengubah pikiran atau perasaan individu terhadap sumber stresor.

Aspek-aspel strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi antara lain :

Pelarian diri dari masalah (Escapism)

Berusaha menghindari masalah dengan sesuatu yang dianggap bisa melupakan masalahnya seperti makan, tidur, merokok, minum alkohol atau mengadaikan dirinya sedang berada pada tempat yang menyenangkan

Page 11: Stress.kesehatan dan coping

Pengurangan beban masakah (Minimization)

Usaha yang disadari untuk tidak memikirkan masalah dan bersikap seolah olah tidak ada sesuatu yang terjadi.

Menyalahkan diri sendiri (Self Blame)

Lebih mengarahkan kedalam daripada berusaha untuk keluar dari masalah.

Pencarian makna (Seeking Meaning)

Usaha pencarian makna kegagalan yang dialami dan mencoba untuk menemukan rujawaban dari masalah dengan melihat segi-segi penting dalam kehidupan.

Penerimaan (Acceptable)

Individu menerima kenyataan yang penuh tekanan dan berupaya untuk menghadapi situasi yang terjadi.

Kembali pada agama (turning to religion)

Upaya yang dilakukan individu untuk kembali pada agama. Agama dapat berperan sebagai dukungan moral saat berada dalam tekanan, sarana untuk memperkuat sikap berpikir yang positif.

Berfokus pada pengekspresian perasaannya (focus on and vending emotion)

Upaya yang dilakukan individu dengan cara mengekspresikan perasaannya.

Penyimpangan perilaku (behavioral disengagement)

Kecendrungan untuk menyerah atau menghentikan upaya untuk mencapai tujuan. Penyimpangan perilaku disebut ketidakberdayaan (helplessness).

Penyimpangan mental (mental disengagement)

Page 12: Stress.kesehatan dan coping

Menggunakan aktifitas alternatif untuk menyelesaikan permasalahan, seperti melamun, tidur atau melarutkan diri dengan menonton TV.

Page 13: Stress.kesehatan dan coping

DAFTAR PUSTAKAPinel, John P.J .2009. Biopsychology. Boston: Pearson Education Inc.

Hawari, Dadang. 2001. STRESS, CEMAS, dan, DEPRESI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

www.rumahbelajarpsikologi.com

Page 14: Stress.kesehatan dan coping

KESEHATAN, STRESS, dan COPING

Kelompok 12:

Ardi Ashary

Wahyu Pradita

Page 15: Stress.kesehatan dan coping