stroke
TRANSCRIPT
![Page 1: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
DISUSUN OLEH :
1. Kurnia Yulianingrum P17420208022
2. Oki Widia Nurjayanti P17420208029
3. Suparningsih P17420208032
4. Suparti P17420208033
5. Syarif Fatkhu Rokhman P17420208034
6. Wahyu Triono P17420208038
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011
![Page 2: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/2.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
A. DEFINISI
Stroke adalah sindrom klinis yang gawat, timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologist fokal atau global, yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah. (Mansjoer, Suprohaito,
Wardhani dan Setiowulan, 2000)
Stroke atau Cerebro Vasculer Desease (CVD) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Brunner dan Suddarth, 2002: hal. 2131).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Elizabeth J. Corwin, 2001 : hal. 181).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.
Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya
penyebab selain daripada gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke
adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu (Mardjono, 2000:
54) yang menyatakan bahwa stroke adalah gangguan darah di pembuluh arteri
yang menuju ke otak.
B. KLASIFIKASI
Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Infark Ischemik (Stroke non-Hemoragi).
Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak. Infark
iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang disebabkan oleh
thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.
a. Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA)
Penyumbatan salah satu aliran darah karena vasovasme, langsung
menimbulkan gejala defisit atau perangsangan sesuai daerah fungsi otak
![Page 3: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/3.jpg)
yang terkena. Setelah vasovasme hilang gejala-gela ini akan hilang juga dan
keadaan sehat seperti semula (timbul mendadak dan akan menghilang dalam
waktu beberapa menit sampai beberapa jam).
b. Stroke Inevolution
gambaran klinis yang memperlihatkan kelumpuhan yang sedang
berkembang menjadi hemiparalisis total (deficit neurologisnya terus
bertambah berat).
c. Trombotic stroke
Penyumbatan aliran darah regional yang disebabkan oleh trombus yang
bersifat total, tetapi hampir semua parsial.
d. Embolik stroke
Penyumbatan yang terjadi secara tiba-tiba, hamper selalu disebabkan oleh
embolus apabila embolus itu kecil, lesi yang dihasilkan oleh gangguan
tersebut adalah iskemia
2. Perdarahan (Stroke Hemoragik)
Pecahnya erteri serebral menimbulkan infark serebral regional, daerah distal
dari tempat dinding arteri tidak lagi kebagian darah sehingga wilayah tersebut
menjadi iskhemik dan kemudian menjadi infark yang tersiram darah
ekstravasal hasil perdarahan daerah infark itu tidak berfungsi lagi sehingga
menimbulkan deficit neurologis.
C. ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan terjadinya stroke antara lain :
Stroke Non Hemoragik
a. Trombosis Serebri (bekuan cairan di dalam
pembuluh darah otak ).
Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:
1. Atherosklerosis/ arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau
elastisitas pembuluh darah
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
![Page 4: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/4.jpg)
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral
3. Arteritis (radang pada arteri)
4. Diseksi (arteri intracranial, vertebra atau karotis)
b. Embolisme ( bekuan darah atau material lain )
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
c. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)
1. Hypoksia Umum
- Hipertensi yang parah
- Cardiac pulmonary arrest
- CO turun akibat aritmia
2. Hypoksia setempat
- Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.
d. Vasokontriksi atau Vasopasme
- Vasovasme serebral setelah perdarahan subaraknoid
- Vasopasme serebral reversible
Stroke Hemoragik
a. Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang
sub-arachnoid/ ke dalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan
sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
- Hipertensi
- Malformasi arteri
- Angiopati amiloid
![Page 5: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/5.jpg)
Faktor risiko utama
a. Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh
darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak
akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
b. Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke
otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.
c. Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian hari
seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan infark obat
jantung dan gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya
akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena
jantung melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah
d. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam
seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk
mengalami stroke semakin besar.
Faktor Resiko Tambahan
a. Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
b. Kegemukan atau obesitas
c. Merokok
![Page 6: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/6.jpg)
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah
terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan
darah.
d. Riwayat keluarga dengan stroke
e. Lanjut usia
f. Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia.
Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara
leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak.
g. Kadar asam urat darah tinggi
h. Penyakit paru- paru menahun
D. MANIFESTASI KLINIS
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)
1. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh.
2. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)
3. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-
spasial, kehilangan sensori
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
5. Disfungsi kandung kemih
E. PATOFISIOLOGI
Otak membutuhkan banyak oksigen, oksigen ini diperoleh dari darah. Di otak
sendiri hampir tidak ada cadangan oksigen, dengan demikian otak sangat
tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Jika suplai oksigen terputus
selama 8-10 detik maka terjadi gangguan fungsi otak, dan bila lebih lama dari 6-
![Page 7: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/7.jpg)
10 menit akan terjadi jejas atau lesi yang tidak dapat pulih lagi dan kemudian
mengalami kematian.
Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia umum (karena henti
jantung atau hipotensi atau hipoksia karena proses anemia atau kesukaran
bernafas). Jika neuron hanya mengalami iskemik dan belum terjadi nekrosis,
masih ada kemungkinan untuk menyelamatkan. Situasi ini analog dengan cedera
fokal yang diakibatkan oleh infark jaringan.
1. Stroke Hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar
duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi
subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam
substansi otak (hemoragi intraserebral).
Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak
dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.
Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama
dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya
jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih
lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak.
Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa
menunjukkan tanda dan gejala.
Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi,
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area
sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di
dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini
biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda
dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi
arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe
![Page 8: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/8.jpg)
patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi
(antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif).
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia.
Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi
membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk
penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan
perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital.
2. Stroke Non Hemoragic
Terbagi atas 2 yaitu :
a) Pada stroke trombotik
oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak
karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah
menjadi tidak lancar. Penurunan aliran arah ini menyebabakan iskemi yang
akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan
mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang
tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar
dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke
trombotik biasanya berjalan lambat.
b) stroke emboli
Terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh lain sampai ke
arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih
kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu
arteri carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan
adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemi
F. KOMPLIKASI
Komplikasi utama pada stroke yaitu :
1. Vasopasme
Vasopasme biasanya terjadi 3 sampai dengan 12 hari hemoragik sub arakhnoid
2. Hidrosefalus
![Page 9: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/9.jpg)
Hidrosefalus menandakan adanya ketidak seimbangan antara pembentukan dan
reabsorbsi dari CCS (cairan serebro spinal)
3. Disritmia
Darah dalam CCS yang membasahi batang otak mengiritasi area tersebut.
Batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia
dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung.
4. Peningkatan TIK
Akibat dari iskemia setelah stroke dimana darah memnyebabkan efek terhadap
masa lesi.
5. Kontraktur
6. Ensefalitis
7. Meningitis
8. Herniasi otak
9. Gagal nafas
10. Malnutrisi
11. Bronkhopneumonia
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke
antara lain adalah:
1. Angiografi Serebral
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.
Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di
daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
2. Scan tomografi
Ditemukan adanya lesi atau infark pada otak
3. Periksaan liquor serebri
Membantu membedaklan antara infark dan perdarahan, baik perdarahan intra
serebral maupun sub araknoid.
4. Msgnetik resonan imagine (MRI)
![Page 10: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/10.jpg)
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi,
arteriovena.
5. Ultrasonografi
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis)
6. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
7. EEG (Elektro Encephalogram)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada ghelombang otak dan mungkin
memperlihtkan daerah lesi yang spesifik.
8. Fungsi Lumbal
- Menunjukan adanya tekanan normal
- Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan
9. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
10. Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang menjamin kepastian menegakan
diagnosis stroke. Bagaimanapun pemeriksaan darah termasuk Hb yang bila
mengalami peningkatan dapat menunjukan oklusi yang lebih parah.
H. PENATALAKSANAAN
Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan
pengobatan maksimal)
Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
1. Konsensus Amerika : 6 jam
2. Konsensus Eropa: 1,5 jam
3. Konsensus Asia: 12 jam
Prinsip pengobatan pada therapeutic window:
1. Jaringan penubra ada aliran lagi sehingga jaringan penubra tidak menjadi
iskhemik.
2. Meminimalisir jaringan iskhemik yang terjadi.
![Page 11: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/11.jpg)
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai
berikut :
1. Menstabilkan tanda – tanda vital
a. mempertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan
yang dalam , O2, trakeotomi, pasang alat bantu pernafasan/Intubasi
endotrakeal dan ventilasi mekanik bila batang otak terkena)
b. kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing – masing
individu ; termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun
hipertensi.
2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter
tinggal; cara ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4
sampai 6 jam.
4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :
a. penderita harus dibalik setiap jam dan latihangerakan pasif setiap 2
jam
b. dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif
penuh sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk mencegah
tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah kontraktur (terutama
pada bahu, siku dan mata kaki)
Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :
1. Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non
haemoragic, diberikan sdalam 24 jam sejak serangan gejala-gejala dan
diberikan secara intravena.
2. Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi
pelekatan platelet. Obat ini kontraindikasi pada stroke haemorhagic.
3. Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme
serebral, obat ini merilekskan otot polos pembuluh darah.
4. Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran
darah kapiler mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi
ke jaringan otak yang mengalami iskemik.
5. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
![Page 12: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/12.jpg)
Terapi khusus
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin,
tPA.
1. Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja:
a. Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus
b. Meningkatkan deformalitas eritrosit
c. Memperbaiki sirkulasi intraselebral
2. Neuroprotektan
a. Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex. neotropil
Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis
glikogen
b. Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel,
ex. nimotup
Cara kerja dengan merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel dan memperbaiki
perfusi jaringan otak
c. Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin
Cara kerja dengan menurunkan free faty acid, menurunkan generasi radikal
bebas dan biosintesa lesitin
d. Ekstrax gingkobiloba, ex. ginkan
Pengobatan konservatif
Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak (ADO), tetapi belum
terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang efektif untuk pembuluh di tempat
lain ternyata sedikit sekali efeknya bahkan tidak ada efek sama sekali pada pembuluh
darah serebral, terutama bila diberikan secara oral (asam nikotinat, tolazolin, papaverin
dan sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata pengobatan berikut ini masih berguna :
histamin, aminofilin, asetazolamid, papaverin intraarteri.
Pembedahan
![Page 13: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/13.jpg)
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol
ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
I. PATHWAY KEPERAWATAN
Gangguan perfusi serebral
GangguanPersepsi sensori
Kerusakan komunikasi verbal & tertulis
Harga dirirendah
KerusakanMobilitas
fisik
DefisitPerawatan
diri
Kuarangpengetahuan
Menelan tergangguMulut tidak simetris
Nyeri kepala
Kertidak seimbangan nutrisi kurang
Faktor resiko(merokok, obesitas, DM,
hipertensi)
Iskemia/ infark
Gangguan penglihatan pada syarafDisorientasi, afaksia
Kelumpuhan area motorik di otak
hipoksia
Suplay oksigen ke otak berkurang
Siskulasi darah ke otak terganggu
Faktor penyebab(trombosis/ arteriosklerosis, embolisme,
hemoragik)
Area pada pusat bisara (broca)
Terkena ke-7 motoris (fasialis)
Kelumpuhan anggota badan/anggota tubuh
Meningkatkan TIK
Ansietas
Fungsi pengecap menurun
Metabolisme anaerob
Asam Laktat
Tekanan pada syaraf ke-12 (hipoglosus
![Page 14: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/14.jpg)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
- Chin lift / jaw trust
- Suction / hisap
- Guedel airway
- Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah
![Page 15: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/15.jpg)
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon :U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi in line harus dikerjakan
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis
dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal,
dan Event/ Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan
fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan
diagnostik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
interupsi/terputusnya aliran darah : gangguan oklusi, hemoragi/perdarahan,
spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
2. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler, produksi
sputum berlebih
4. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum /
letih
5. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan
dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
6. Ketidak seimbangan nutrisis : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
reflek menelan turun (kerusakan menelan),hilang rasa ujung lidah
7. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular,
ketidakmampuan dalam persespi kognitif
![Page 16: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/16.jpg)
C. INTERVENSI
1. DX I :Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi/
terputusnya aliran darah : gangguan oklusi, hemoragi/perdarahan,
spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal , dengan
kriteria hasil :
NOC : Neurological Status
1) TTV dalam batas normal
2) Dapat berkomunikasi sesuai dengan situasi
3) Dapat membuka mata apabila ada rangsangan dari luar
4) Rata- rata TD dalam batas normal
Indicator skala :
1. Tidak pernah menujukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC I : Monitor TTV:
1) Monitor TD, nadi, suhu, respirasi rate
2) Catat adanya fluktuasi TD
3) Monitor jumlah dan irama jantung
4) Monitor bunyi jantung
5) Monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiri
NIC II : Monitoring neurologic
1) Monitor tingkat kesadran
2) Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan kepekaan pupil
3) Monitor status TTV
4) Monitor GCS
5) Monitor karakteristik bicara
![Page 17: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/17.jpg)
6) Monitor adanya gangguan penglihatan
2. DX II : Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nyeri berkuran atau terkontrol.
NOC : Pain Control
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat melaporkan kontrol nyeri
b. Pasien dapai mengetahui penyebab nyeri
c. Pasien dapat mengenali serangan nyeri
d. Pasien dapat menggunakan pencegahan nyeri
Indicator Skala :
1. Tidak pernah menujukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC : Pain Management
1) Kaji karakteristik nyeri (skala, frekuensu, durasi)
2) Observasi tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi wajah, posisi
tubuh, gelisah.
3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
3. DX III :Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neuromuskuler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan bersihan jalan nafas efektif.
NOC : Respiratori status (airway patency)
Kriteria hasil :
a. Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
b. Ekspansi dada simetris
![Page 18: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/18.jpg)
c. Bunyi napas bersih saat auskultasi
d. Tidak terdapat tanda distress pernapasan
e. GDA dan tanda vital dalam batas normal
Indicator Skala :
1. Tidak pernah menujukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC : Airway management
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3) Auskultasi suara nafas, catat jika ada tambahan
4) Monitor respirasi dan atatus 02
5) Atur intake untuk mengoptimalkan keseimbangan
4. DX IV :Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut,
kelemahan umum/ letih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan komunikasi verval kemvali normal, dengan kriteria hasil :
NOC :
a. Pasien mampu memahami problem komunikasi
b. Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
c. Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Indicator Skala :
1. Tidak pernah menujukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC :
![Page 19: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/19.jpg)
1) Bantu menentukan derajat disfungsi
2) Bedakan antara afasia dengan disartria
3) Sediakan bel khusus jika diperlukan
4) Sediakan metode komunikasi alternate
5) Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien
6) Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
7) Bicara dengan nada normal
5. DX V :Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien dapat melakukan perawatan diri, dengan kriteria
hasil :
NOC :
1. Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
2. Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
3. Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan
perawatan diri
Indicator Skala :
1. Tidak pernah menujukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC :
1) Kaji kemampuan dantingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan
sehari-hari
2) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
3) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk
menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.
![Page 20: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/20.jpg)
4) Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada
kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang berserat, Anjurkan
untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
5) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.
Kolaborasi;
6) Berikan supositoria dan pelunak feses
7) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi
6. DX VI :Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa
ujung lidah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan BB stabil,pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan
pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.
NOC : Nutritional status:food and fluid intake.
Kriteria Hasil :
1. Asupan nutrisi.
2. Asupan makanan dan cairan.
3. BB meningkat.
4. Kekuatan dapat terkumpul kembali.
5. Stamina
Indicator Skala :
1. Tidak pernah menujukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menujukkan
NIC I : Nutrition management
1. Kaji BB
2. Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.
3. Berikan makanan tinggi Na.
4. Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi
apabila dianjurkan.
![Page 21: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/21.jpg)
NIC II : Nutrition therapi
1. Berikan lingkungan nyaman pada saat pasien makan.
2. Lakukan perawatan mulut sebelum pasien makan.
3. Sediakan makanan yang menarik untuk pasien agar pasien merasa
tertarik.
4. Ajari pasien dan keluarga tentang diet yang harus diberikan.
7. DX VII :Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular,
ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan BB stabil,pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan
pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali
NOC :
a. Tidak ada kontraktur, foot drop.
b. Adanya peningkatan kemampuan
fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
c. Menampakan kemampuan perilaku / teknik
aktivitas sebagaimana permulaannya
d. Terpeliharanya integritas kulit
Indicator Skala :
1. `Tidak pernah menujukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Ssering menunjukkan
5. Selalu menujukkan
NIC :
1) Ubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
2) Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
3) Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada
saat selama periode paralysis flaksid. Pertahankan kepala dalam
keadaan netral
4) Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
![Page 22: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/22.jpg)
5) Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
6) Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau
menormalkan sirkulasi
7) Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaborasi
8) Konsul ke bagian fisioterapi
9) Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
D. EVALUASI
DX KRITERIA HASIL KETERANGAN SKALA
I NOC :
1) TTV dalam batas normal
2) Dapat berkomunikasi sesuai
dengan situasi
3) Dapat membuka mata apabila ada
rangsangan dari luar
4) Rata- rata TD dalam batas normal
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
II NOC I : Level Nyeri
1. Kaji frekuensi nyeri Lamanya nyeri
berlangsung
2. Ekspresi wajah terhadap nyeri
Perubahan TTV
NOC II : Kontrol Nyeri
1. Mengenal faktor penyebab
2. Gunakan tindakan pencegahan
3. Gunakan tindakan non analgetik
4. Gunakan analgetik yang tepat
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
III NOC : Respiratori status (airway patency)
1. Pasien memperlihatkan kepatenan jalan
napas
2. Ekspansi dada simetris
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
![Page 23: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/23.jpg)
3. Bunyi napas bersih saat auskultasi
4. Tidak terdapat tanda distress pernapasan
5. GDA dan tanda vital dalam batas normal
5 = Selalu menunjukan
IV NOC :
1. Pasien mampu memahami problem
komunikasi
2. Menentukan metode komunikasi untuk
berekspresi
3. Menggunakan sumber bantuan dengan
tepat
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
V 1. Melakukan aktivitas perwatan diri dalam
tingkat kemampuan sendiri
2. Mengidentifikasi sumber pribadi
/komunitas dalam memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
3. Mendemonstrasikan perubahan gaya
hidup untuk memenuhi kenutuhan
perawatan diri
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
VI NOC :Nutritional status:food and fluid
intake.
1. Asupan nutrisi.
2. Asupan makanan dan cairan.
3. BB meningkat.
4. Kekuatan dapat terkumpul kembali.
5. Stamina
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
VII NOC :
1. Tidak ada kontraktur, foot drop.
2. Adanya peningkatan kemampuan
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
![Page 24: Stroke](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020207/5571fb7e497959916995058a/html5/thumbnails/24.jpg)
fungsi perasaan atau kompensasi dari
bagian tubuh
3. Menampakan kemampuan perilaku /
teknik aktivitas sebagaimana
permulaannya
4. Terpeliharanya integritas kulit
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. E. 2000. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Lumbantobing. 2001. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A. Suprahaita. Wardan, W.S Setiawan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aescularis.
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Nanda 2005-2006. Editor Budi
Santoso. Jakarta: Prima Medika.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.