struktur morfologi bahasa indonesia
DESCRIPTION
Struktur morfologi bahasa indonesia pada mata kuliah pengembangan bahasa indonesia, progdi PGSD, universitas kristen setya wacana salatigaTRANSCRIPT
Alfiyanti Klarasati (292012187)
Zenny Mela Analisa (292012205)
Hamidah (292012215)
Pramudita Agnityas P (292012216)
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf
yang berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’.
Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai
bentuk’.
Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’
Morfologi Dalam Linguistik Objek Kajian Morfologi
Wacana Satuan morfologi adalah:
Morfem (akar atau afiks) dan
Kata.Sintaksis
Morfologi Proses morfologi melibatkan
komponen :
Dasar (bentuk dasar).
Alat pembentuk (afiks,
duplikasi, komposisi,
akronimisasi, dan konversi).
Makna gramatikal.
Fonologi
Teknik analisis unsur bawahan langsung
(Immediate Constituent Analysis).
Model paradigma (Word and Paradigma Model).
Model tata nama (Name and Arrangement Model).
Model proses (Name and Prosess Model).
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil
yang memiliki makna. Umpamanya bentuk
membeli dapat di analisis menjadi dua
bentuk terkecil yaitu {me-} dan {beli}.
Dua bentuk yang sama atau lebih memilik makna yang sama
merupakan sebuah morfem
Dua bentuk yang sama atau lebih bila memilki makna yang
berbeda merupakan dua morfem yang berbeda
Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang
sama, merupakan dua morfem yang berbeda
Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya
sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan
bentuk itu dapat dijelakan secara fonologis.
Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya
adalah juga sebuah morfem.
Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih
besar apabila memiliki makna yang sama adalah juga
merupakan morfem yang sama
Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa
yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda
secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama.
Morfem Alomorf Contoh
(pada kata)
Ber- Ber-
Be-
Bel-
Bertemu,
berdoa
Beternak,
bekerja
Belajar
Morfem Alomorf Contoh (pada
kata)
Meng- Me-
Mem-
Men-
Meny-
Meng-
Menge-
Melihat,
merawat
Membaca,
membawa
Menduga,
mendengar
Menyisir,
menyusul
Menggali,
mengebor
Mengecat,
mengetik
Berdasarkan kebebasannya dibedakan menjadi dua
yaitu:
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa
keterkaitannya dengan morfem lain dapat
langsung digunakan dalam pertuturan. Misalnya,
morfem {pulang}, {merah}, dan {pergi}.
Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih
dahulu bergabung dengan morfem lain untuk
dapat digunakan dalam pertuturan. Semua afiks
Bentuk dasar terikat seperti gaul, juang dan henti lazim juga disebut bentukprakategorial.
Morfem yang muncul dalam pasangan tertentu disebut morfem unik. Misalnyakuyup (hanya muncul dalam kata basah kuyup).
Bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukarditentukan statusnya. Dilihat dari posisi tempatnya dibedakan menjadi dua yaitu:
Proklitika yaitu klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti seperti klitikaku- dalam bentuk kubawa dan kuambil.
Enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang dilekati, sepertiklitika mu- dan nya- pada bentuk nasibmu dan duduknya.
Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi seperti dan, oleh, di, dankarena secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksismerupakan bentuk terikat.
Bentuk-bentuk yang oleh Kridalaksana (1989) disebut proleksem, seperti a (padaasusila), dwi (pada dwibahasa) dan ko (pada kopliot) juga termasuk morfemterikat.
Morfem utuh
Morfem terbagi
Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata,
dibedakan menjadi dua yaitu:
Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu
proses morfologi. Misalnya {beli}, {makan}, dan {merah}.
Morfem yang tidak dapat menjadi dasar, melainkan hanya sebagai
pembentuk. Misalnya morfem{me-}, {-kan} dan {pe-an}.
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonemsegmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentasikan.Misalnya morfem {lihat}, {ter-}, {sikat},dan {lah}.
Morfem suprasegmental atau nonsegmental adalah morfem yang terbentukdari nada, tekanan, durasi dan intonasi. Terdapat dalam bahasa Cina, Thaidan Burma.
Berdasarkan kehadirannya secara konkret dibedakan menjadi dua yaitu: Morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada. Morfem tanwujud adalah morfem yang kehadirannya tidak ada, erdapat
dalam bahasa Inggris. Berdasarkan ciri semantik dibedakan menjadi dua yaitu: Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki
makna. Misalnya {makan}, {pulang}, dan {pergi}. Morfem tak bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren tidak
memiliki makna. Misalnya morfem afiks {ber-}, {ke}, dan {ter-}.
Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata,tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi. Dalam bahasa Indonesiadibedakan adanya morfem afiks yang disebut:
Prefiks yaitu afiks yang dibubuhkan dikiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, me-, per-, di-,ter-, se- dan ke-.
Infiks yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, bisanya pada suku awal kata yaituinfiks –el, -em, dan er-.
Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks –kan, -i, -andan –nya.
Konfiks yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan kanan bentuk dasar secarakebersamaan. Misalnya konfiks ke-an, ber-an, pe-an, per-an dan se-nya.
Klofiks yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya tetapi pembubuhannya itutidak sekaligus, melainkan bertahap. Kata-kata yang berklofiks dalam bahasa Indonesiaadalah yang berbentuk me-kan, me-i, memper, memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan,di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-i, ter-kan, ter-per, teper-kan, teper-i.
Dalam ragam nonbaku ada afiks nasal yang direalisasikan dengan nasal m-, n-, ny-, ng-dan nge-. Kridalaksana (1989) menyebut afiks nasal ini dengan istilah simulfiks.Contoh: nulis, nyisir, ngambil, dan ngecat.
PROSES MORFOLOGI TAHAP PEMBENTUKAN MORFOLOGI
Proses morfologi melibatkan
komponen: bentuk dasar dan
pembentuk kata.
Hasil proses pembentukan: bentuk
merupakan wujud fisik dan makna
gramatikal.
Pembentukan setahap
Pembentukan bertahap
Pembentukan melalui perantara
Morfofonemik (disebut juga morfonologi ataumorfofonologi) adalah kajian mengenaiterjadinya perubahan bunyi atau perubahanfonem sebagai akibat dari adanya prosesmorfologi, baik proses afikasi, prosesreduplikasi, maupun komposisi.
Jenis perubahan
Pemunculan fonem
Pelepasan fonem
Peluluhan fonem
Perubahan fonem
Pergeseran fonem
1. Perfikasi ber-
2. Prefikasi me- (termasuk klofiks me-kan danme-i)
3. Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
4. Prefiksasi per- dan konfiksasai per-an
5. Sufiksasi –an
6. Prefiksasi ter-
Kelas-kelas terbuka adalah kelas yang
keanggotaanya dapat bertambah atau
berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan
perkembangan sosisal budaya yang terjadi
dimasyarakat penutur suatu bahasa.
Nomina
Ciri utama nomina atau kata benda :
Tidak dapat didahului oleh adverbial negasi tidak.
Tidak dapat didahului oleh adverbial derajat agak (lebih,
sangat, dan paling).
Tidak dapat didahului oleh adverbial keharusan wajib.
Dapat didahului oleh adverbial yang menyatakan jumlah seperti
satu, sebuah, sebatang dsb.
Ciri utama verba atau kata kerja:
1. Dapat diimbangi oleh adverbial negasi tidak dan tanpa.
2. Dapat didampingi oleh semua adverbial frekuensi.
3. Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolonganya.
4. Tidak dapat didampingi oleh semua adverbial derajat.
5. Dapat diimbangi oleh semua adverbial kala (tenses).
6. Dapat didampingi oleh senua adverbial keselesaian.
7. Dapat didampingi oleh semua adverbial keharusan.
8. Dapat didampingi oleh semua anggota adverbial kepastian.
Ciri utama ajektifa atau kata keadaan:
1. Tidak dapat didampingi oleh adverbial frekuensi
sering, Tidak dapat didampingi oleh adverbial
jumlah.
2. Dapat didampingi oleh adverbial derajat.
3. Dapat didampingi oleh adverbial kepastian pasti,
tentu, mungkin, dan barangkali.
4. Tidak dapat diberi adverbial kala (tenses) hendak
dan mau, jadi bentuk-bentuk tidak berterima.
A. Adverbia
1. Berprefiks se- seperti sejumlah,
sebagian, seberapa dan semoga.
2. Berprefiks se- dengan reduplikasi,
seperti sekali-kali, semena-mena.
3. Berkonfiks se-nya, seperti sebaliknya,
seharusnya, sesungguhnya, dan
sebisanya.
4. Berkonfiks se-nya disertai
reduplikasi seperti selambat-
lambatnya, secepat-cepatnya
B. Pronomina
1. Kata ganti diri
2. Kata ganti penunjuk
3. Kata ganti Tanya
C. Numeralia
1. Kata bilangan
2. Kata bantu bilangan
D. Preposisi
E. Konjungsi
1. Konjungsi koordinatif
2. Konjungsi subordinatif
3. Konjungsi antar kalimat
F. Artikulus
G. Interjeksi
1. kata-kata singkat seperti
wah,cih, hai, oi, oh, nah, dan
hah.
2. kata-kata biasa seperti, adih,
celaka, gila, kasihan, bangsat,
astaga, Alhamdulillah, dan
masya Allah.
H. Partikel
KLASIFIKASI KATA (KELAS TERTUTUP)
Afiks-afiks pembentuk verba adalah :
Verba Berprefiks ber-
1. Makna gramatikal verba berprefiks ber- , antara lain :
2. Mempunyai (dasar)/ada (dasar)nya, contohnya :Berjendela ‘ada jendela’ dan
Bersaudara ‘mempunyai saudara’
3. Memakai /mengenakan, contoh :Berjilbab ‘memakai jilbab’
4. Mengendari,menumpang, atau naik, contoh :Bersepeda ‘mengendarai
sepeda’, Berkuda ‘naik kuda’
5. Berisi atau mengandung, contoh :Beracun ‘ mengandung racun’, Berair.
6. Mengeluarkan/ menghasilka, contoh :Berproduksi ‘mengasilkan produksi’
7. Mengusahakan atau mengupayakan, contoh:Bersawah ‘mengerjakan sawah’
8. Melakukan kegiatan, contoh :Berdebat ‘melakukan debat’, berolahraga
9. Mengalamai/berada dalam keadaan, contoh :Bergembira ‘dalam keadaan
gembira’,
10. Kumpulan atau kelompok, contoh :Berdua ‘kumpulan dari dua’, bertiga
11. Memberi, contoh :Bersedekah ‘memberi sedekah’, berceramah
Berupa konfiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an diimbuhkan
secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk darah. Makna
gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah:
1. Banyak serta tidak teratur, contoh :Bermunculan ‘banyak yang
muncul dan tidak teratur’, Berlarian ‘banyak yang lari dan tidak
teratur’
2. Saling atau berbalas, contoh :Bermusuhan ‘ saling memusuhi’,
besentuhan
3. Saling berada di, contoh :Bersebalahan ‘saling berada di
sebelah’,
Verba Berklofiks Ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk
dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Prefiks
ber- dan sufiks –kan mempunyai makna menggunakan/mempunyai dan
akan.
Contoh :
Bersenjatakan ‘menggunakan senjata akan (clurit)’
Verba bersufiks –kan
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal :
1. Jadikan, contoh : tenangkan ‘jadikan tenang’,
2. Jadikan berada di, contoh : Pinggirkan ‘jadikan berada di pinggir’
3. Lakukan untuk orang lain. Contoh : Ambilkan ‘lakukan ambil untuk
(orang lain)’
4. Lakukan akan. Contoh : Lemparkan ‘lakukan lempar akan’, hapuskan
5. Bawa masuk ke. Contoh : Asramakan ‘bawa masuk ke asrama’
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal :
1. Berulang kali. Contoh: Pukuli ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali
2. Tempat. Contoh : Lewati ‘lakukan lewat di …’,
3. Merasa sesuatu pada. Contoh : Hormat ‘merasa hormat pada …’,
4. Memberi. Contoh: Nasihati ‘beri nasihat pada’, garami ‘beri garam pada’
5. Jadikan. Contoh : Lengkapi ‘jadikan lengkap’, dekati ‘jadikan dekat’
6. Lakukan pada. Contoh : Siasati ‘lakukan siasat pada’, tanggapi.
Verba Berprefiks per-
1. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal :
2. Jadikan lebih. Contoh : Perlebar ‘jadikan lebih lebar’
3. Anggap sebagai atau jadikan. Contoh : Peristri ‘jadikan istri’
4. Bagi. Contoh: Perseribu ‘bagi seribu’, Perdelapan ‘bagi delapan’
Verba Berkonfiks per-kan
1. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal :
2. Jadikan bahan. Contoh: Pertanyakan ‘ jadikan bahan pertanyaan’
3. Lakukan supaya. Contoh: Pertegaskan ‘lakukan supaya tegas’
4. Jadikan me. Contoh: Perdengarkan ‘jadikan (orang lain) mendengar’
5. Jadikan ber-. Contoh: Pertemukan ‘jadikan bertemu’
Verba Berkonfiks Per-i
Verba per-i memiliki makna gramatikal :
1. Lakukan supaya jadi. Contoh : Perbaiki ‘ lakukan supaya jadi baik’
2. Lakukan (dasar) pada objeknya. Contoh: Persetujui ‘ lakukan setuju pada objeknya’
Verba berkonfiks ke-an, memiliki makna gramatikal:
1. Terkena, menderita, mengalami (dasar), contoh: kebanjiran ‘terkena banjir’
2. Agak (dasar), contoh : kemerahan ‘agak merah’, kehitaman, kebiruan.
Nomina Berprefiks ke-
Nomina Berkonfiks ke-an, mempunyai maknagramatikal :
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks ke-an :
1. Pertama, langsung dari bentuk dasar → (dasar+ke-an). Memiliki makna gramatikal
2. ‘hal (dasar)’, contoh : kehutanan ‘hal hutan’, keolahragaan ‘hal olahraga’
3. ‘tempat/wilayah (dasar)’, contoh: kecamatan, kelurahan, kerajaan.
Nomina berprefiks pe- yang mengikuti persengauan memiliki makna gramatikal:
1. ‘yang (dasar)’, contoh : pendatang (mereka datang dati luar kota), pemalas,
2. ‘yang me- (dasar)’, contoh: penulis ‘yang menulis’, penonton, pelatih.
3. ‘yang me-kan (dasar)’, contoh: penentu ‘yang menentukan’, penerbang,
4. Yang me-i (dasar)’, contoh: pewaris ‘yang mewarisi’, pengunjung,
Nomina Berkonfiks pe-an, memiliki makna gramatikal :
1. ‘hal/proses me- (dasar)’, contoh: penulisan ‘hal menulis’, pendengaran, pembacaan
2. Hal/proses me-kan (dasar),contoh: pengecualian ‘hal mengecualikan’, pembenaran
3. ‘hal/proses me-i (dasar), contoh: pewarisan ‘hal mewarisi’, pengobatan,
Nomina Berkonfiks per-an, memiliki makna gramatikal:
1. ‘hal ber- (dasar)’, contoh: penggerakan ‘hal bergerak’, pertemuan, perdebatan.
2. ‘hal, tentang atau masalah (dasar)’, contoh: Perekonomian ‘hal ekonomi’
3. ‘daerah, wilayah atau tempat’,contoh: pegunungan ;daerah gunung’, peristirahatan
Nomina Bersufiks –an
1. ‘tiap-tiap’, contoh: bulanan (majalah ini terbit bulanan)
2. ‘banyak (dasar)’ → (+bendaan dan +kecil), contoh: jamuran (roti ini sudah jamuran, jangan kau makan)
3. ‘bersifat (dasar)’ → (+keadaan), contoh: murahan (saya tidak mau membeli barang murahan)
Nomina Bersufiks –nya
1. ‘hal’ → (+keadaan), contoh: luasnya daerah bencana menyulitkan petugas evakuasi.
2. ‘penegasan → (+ bendaan/ +tindakan), contoh: mau makan nasinya habis
Dasar Ajektiva Berprefiks pe- ada dua macam prosespembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva: Secaralangsung terjadi kalau dasar ajektiva memilikikomponen makna (+sifat batin). Contoh: pemalu,pemarah, penakut.
Dasar Ajektiva Berprefiks se-
Memiliki mana gramatikal ‘sama (dasar)’. Prefiks se-berkategori verba. Bertugas untuk tingkat perbandingansama atau sederajat. Contoh: setinggi… → sama tinggi,semahal…→ sama mahal.
Dasar Ajektiva Bersufiks –an
Pemberian sufiks-an semua dasar ajektifa memberimakna gramatikal ‘lebih (dasar)’. Contoh: mahalan …→ lebih mahal, murahan…→ lebih murah.
Dasar Ajektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua ajektifa memberimakna gramatikal ‘paling (dasar)’. Contoh: tercantik‘paling cantik’, tertinggi, terbesar.
Dasar Ajektifa Berkonfiks ke-an
Memberikan makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bilamempunyai komponen makna (+ warna), contoh:kemerahan ‘agak merah’
Dasar Ajektifa Berklofiks me-kan
Memiliki makna gramatikal ‘menyebabkanjadi (dasar)’ bila mempunyao komponenmakna (+sifat batin). Berkategorikan ajektifakarena dapat didahului oleh adverbia agakdan sangat. Contoh: memalukan,mengecewakan, menakutkan.
Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar)’dan memiliki komponen makna (+ rasabatin). Contoh: mengagumi, mengasihi,menghormati.
Komposisi adalah proses pengabungan dasar dengan
dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk
berimbuhan) untuk mewadahi suatu ‘konsep’ yang
belum tertampung dalam sebuah kata.
Misalnya, dalam kata rumah untuk mengacu pada
konsep “bangunan tempat tinggal”, tetapi dalam
kehidupan nyata kita ada konsep ‘bangunan tempat
menggadaikan’, maka terbentuklah komposisi “rumah
gadai”
1. Komposisi peristilahan
Pengembangan komposisi
2. Komposisi nomina
a. komposisi nominal bermakna gamatikal
b. komposisi nominal bermakna idiomatic
c. komposisi nominal metaforis
d. komposisi nominal nama dan istilah
e. komposisi nominal dengan adverbial
3. komposisi verbal
a. Komposisi verbal bermakna gramatikal
b. Komposisi verbal bermakna idiomatical
c. Komposisi verbal dengan adverbial
4. komposisi ajekival
a. Komposisi ajektival bermakna Gramatikal
b. Komposisi ajektival bermakna idiomatical
c. Komposisi ajektival dengan adverbial
Reduplikasi merupakan bentuk pengulangansuatu kebahasaan.
Reduplikasi morfologi dapat terjadi padabentuk dasar yang berupa akar, berupabentuk berafiks dan berupa bentukkomposisi. Prosesnya dapat berupa:
a. Pengulangan utuh
b. Pengulangan sebagian
c. Pengulangan perubahan bunyi
d. Pengulangan dengan infiks
1. Proses konversi
Konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmutasi atau transposisi
adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu
menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar
itu.
2. Akronimisasi
Akronimisasi adalah proses pembentukan kata dengan cara menyingkat
sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari
sebuah kata. Proses ini menghasilakan sebuah kata yang disebut
akronim.
Penyerapan
Penyerapan adalah poses pengambilan kosakata dari bahasa asing.
Sejak terbitnya buku pedoman istilah dalam Buku Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan penyerapan kata-kata asing
harus dilakukan secara visual. Artinya, berdasarkan apa yang dilihat di
dalam tulisan.
Inti dari pedoman pembentukan istilah itu adalah:
1. Kata-kata yang sudah terselip dan lazim digunakan
sebelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu lagi diubah
ejaannya. Misalnya kata-kata kabar, sirsak, telepon, iklan,
perlu, bengkel, hadir, dan badan.
2. Penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata
standardisasi, efektivitas diserap secara utuh di samping
kata standar, efektif.
3. Huruf-huruf asing. pada awal kata harus disesuaikan
sebagai berikut:
c dimuka e, l, oe dan y menjadi s. Contoh: central menjadi
sentral, circulation menjadi sirkulasi, ceelom menjadi
selom, cylinder menjadi silinder