studi atas kinerja keuangan pada bank syariah …

111
STUDI ATAS KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH PEMERINTAH DAN BANK SYARIAH SWASTA SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN OLEH : IHDA QARINA HASAN A04130013 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN JURUSAN AKUNTANSI 2017

Upload: others

Post on 13-Mar-2022

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STUDI ATAS KINERJA KEUANGAN PADA BANK

SYARIAH PEMERINTAH DAN BANK SYARIAH SWASTA

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK

MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

PADA JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

OLEH :

IHDA QARINA HASAN A04130013

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

JURUSAN AKUNTANSI

2017

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ihda Qarina Hasan

NIM : A04130013

Tempat, Tanggal Lahir : Banjarmasin, 10 Maret 1995

Agama : Islam

Alamat : Jalan A. Yani Km 7,4 Komplek Permata Bunda Jalur

Zamrud No. 2 RT. 18

Nama Orang Tua (ayah) : Ir. H. Hasan Amin Makmun

(ibu) : Hj. Muzaimah

Riwayat Pendidikan : TK NU Al-Miftah (1999-2001)

SDN Karang Mekar 10 (2001-2007)

SMPN 26 Banjarmasin (2007-2010)

SMKN 3 Banjarmasin (2010-2013)

Pengalaman Organisasi : Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)

Bank Sampah Poliban

Pengalaman Kerja : Bank Kalsel Syariah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel

v

MOTTO

Hidup yang kita keluhkan bisa jadi adalah yang orang lain impikan

Melihat ke atas sebagai Motivasi bukan untuk jadi rendah diri dan

Melihat ke bawah agar lebih Bersyukur bukan agar jadi sombong

~The more you place your TRUST in Allah the more you will be amazed~

Usaha terbaik adalah usahamu

Do’a terbaik adalah do’a ibumu

Pertolongan terbaik adalah pertolongan Allah

Hasbunallah wa ni’mal wakiil

-cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung-

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat, karunia, serta hidayah-Nya penyusunan skripsi yang

berjudul Studi atas Kinerja Keuangan pada Bank Syariah Pemerintah dan

Bank Syariah Swasta dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta

keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Sarjana Sains Terapan Diploma 4 Jurusan Akuntansi Program Studi Akuntansi

Lembaga Keuangan Syariah. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak

menerima bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah

memberikan bimbingan, dorongan, arahan, dukungan dan do’a dalam penyelesaian

skripsi ini yaitu antara lain:

1. Bapak Edy Yohanes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.

2. Ibu Andriani, SE, MM, Msc selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

3. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Ketua Program Studi D4 Akuntansi Lembaga

Keuangan Syariah.

4. Bapak H. M. Yassir Fahmi, SPd.I, MSI selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan dalam penyelesaian skripsi.

viii

5. Ibu Basyirah Ainun, SE, MM, Ak, CA selaku Dosen Wali yang telah

memberikan perhatian, semangat, dan motivasi yang luar biasa.

6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin.

7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat,

dan do’a.

8. Sahabat yang hampir selalu ada untuk berbagi cerita dan bertukar pendapat

yaitu Erviana Jianti dan Nurhasanah. Serta sahabatku yang lain tempat

membagi kebahagiaan, bercanda, dan saling memotivasi yaitu Arniah, Indria

Andriani, Norhasanah, dan Windha Mutia.

9. Seluruh sahabat, teman satu angkatan ALKS 2013, kakak dan adik tingkat, dan

teman-teman KSEI yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak

terkait lainnya yang telah banyak membantu baik dalam pelaksanaan penelitian

maupun dalam penyelesaian laporan skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna seperti kata pepatah tak ada gading

yang tak retak sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

serta dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Aamiin Yaa Robbal ‘Alaamiin.

Banjarmasin, Agustus 2017

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... v

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK .................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

ABSTRAK ..................................................................................................... xvi

ABSTRACT ................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Permasalahan ....................................................................................... 5

C. Batasan Masalah .................................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

E. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

x

1. Perbankan dan Perbankan Syariah ................................................ 8

2. Akad dan Produk dalam Bank Syariah ......................................... 9

a. Akad dalam Bank Syariah ....................................................... 9

b. Produk dalam Bank Syariah .................................................... 11

3. Hubungan Kinerja Keuangan dengan Tingkat Kesehatan Bank ... 14

a. Kinerja Keuangan .................................................................... 14

b. Tingkat Kesehatan ................................................................... 14

c. Hubungan Kinerja Keuangan dengan Tingkat Kesehatan Bank 15

4. Mengukur Kinerja Keuangan Bank Syariah ................................. 17

a. Analisis Laporan Keuangan .................................................... 17

b. Analisis Rasio Keuangan ........................................................ 18

c. Islamicity Performance Index ................................................. 22

5. Standar Bank Indonesia terkait Kinerja Keuangan ....................... 26

B. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel ................. 34

B. Jenis Penelitian .................................................................................... 36

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 37

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37

E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38

F. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 42

xi

1. Sejarah Singkat dan Struktur Pemegang Saham ........................... 42

a. Bank Syariah Pemerintah ........................................................ 42

b. Bank Syariah Swasta ............................................................... 48

2. Kinerja Keuangan .......................................................................... 60

a. Capital Adequacy Ratio (CAR) .............................................. 61

b. Non Performing Financing (NPF) .......................................... 63

c. Financing to Deposit Ratio (FDR) .......................................... 64

d. Return on Asset (ROA) ........................................................... 66

e. Profit Sharing Ratio (PSR) ..................................................... 68

f. Zakat Performance Ratio (ZPR) ............................................. 70

g. Islamic vs Non-Islamic Income ............................................... 72

B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 75

1. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Penilaian Analisis

Rasio Keuangan ............................................................................ 75

2. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Penilaian

Islamicity Performance Index ....................................................... 79

3. Analisis Keseluruhan Mengenai Perbedaan dan Persamaan

Kinerja Keuangan .......................................................................... 82

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................. 86

B. Saran .................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 92

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jaringan Kantor Bank Syariah Swasta dan Bank Syariah

Pemerintah ..................................................................................... 3

Tabel 1.2 Jumlah Aset Bank Syariah Swasta dan Bank Syariah

Pemerintah ..................................................................................... 4

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Peringkat .......................................................... 26

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 30

Tabel 4.1 Aspek Penilaian Kinerja Keuangan .............................................. 60

Tabel 4.2 Rasio CAR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016 .......................................................................... 61

Tabel 4.3 Rasio NPF Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016 .......................................................................... 63

Tabel 4.4 Rasio FDR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016 .......................................................................... 65

Tabel 4.5 Rasio ROA Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016 .......................................................................... 67

Tabel 4.6 Rasio PSR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016 .......................................................................... 69

Tabel 4.7 Rasio ZPR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016 .......................................................................... 71

Tabel 4.8 Rasio Islamic Income vs Non Islamic Income Bank Syariah

Pemerintah dan Bank Syariah Swasta Tahun 2012-2016 ............. 73

xiii

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Permodalan melalui Rasio CAR .......................... 75

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Kualitas Aset melalui Rasio NPF ...................... 76

Tabel 4.11 Hasil Penilaian Likuiditas melalui Rasio FDR ........................... 77

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Rentabilitas melalui Rasio ROA ........................ 78

Tabel 4.13 Rata-rata PSR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah

Swasta ......................................................................................... 79

Tabel 4.14 Rata-rata ZPR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah

Swasta ......................................................................................... 80

Tabel 4.15 Rata-rata Islamic Income vs Non Islamic Income Bank

Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta ............................ 81

xiv

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 40

Grafik 4.1 Perkembangan Rasio CAR Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta .................................................................................. 62

Grafik 4.2 Perkembangan Rasio NPF Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta ................................................................................. 64

Grafik 4.3 Perkembangan Rasio FDR Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta .................................................................................. 66

Grafik 4.4 Perkembangan Rasio ROA Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta ................................................................................. 68

Grafik 4.5 Perkembangan Rasio PSR Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta ................................................................................. 70

Grafik 4.6 Perkembangan Rasio ZPR Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta .................................................................................. 72

Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Islamic Income vs Non Islamic Income

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta ....................... 74

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Laporan Tahunan Rasio Keuangan Bank Umum Syariah tahun 2012-2016.

2. Hasil Perhitungan Rasio Profit Sharing Ratio, Zakat Performance Ratio,

Islamic Income vs Non Islamic Income dari data jumlah rupiah dalam

Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi, Laporan Sumber dan

Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Bank Umum Syariah tahun 2012-2016.

3. Kriteria Penilaian Peringkat dan Kriteria Penetapan Peringkat sesuai dengan

Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS dan No.6/ 23/DPNP tanggal

31 Mei 2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

4. Lembar Bimbingan Skripsi.

5. Lembar Saran Penguji Ujian Sidang.

xvii

ABSTRAK

Ihda Qarina Hasan / A04130013 / 2017 / STUDI ATAS KINERJA KEUANGAN

PADA BANK SYARIAH PEMERINTAH DAN BANK SYARIAH SWASTA /

Manajemen Keuangan Syariah / Kinerja Keuangan / Bank Umum Syariah

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat trend kinerja keuangan antara bank

syariah pemerintah dan swasta selama lima tahun terakhir kemudian mengukur dan

membandingkan kinerja keduanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan

kualitatif. Sumber data penelitian ini yaitu data sekunder dengan jenis data yang

digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif dari laporan keuangan dan laporan

tahunan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan dan

dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada metode

Grounded Theory.

Dari hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan kinerja pada

rasio CAR, FDR, ROA, ZPR, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income. Bank

Syariah Pemerintah memiliki kinerja yang lebih baik pada rasio NPF dan Bank

Syariah Swasta memiliki kinerja lebih baik pada rasio PSR. Dapat disimpulkan

bahwa kinerja Bank Umum Syariah antara pemerintah dan swasta memiliki kinerja

yang sama baik dari segi keuangan dan penerapan prinsip syariah tetapi hanya pada

beberapa aspek penilaian terdapat perbedaan kinerja.

Kata Kunci : Rasio Keuangan, Kinerja Keuangan Bank Syariah, Perbandingan

Kinerja Keuangan

xvii

ABSTRACT

Ihda Qarina Hasan / A04130013 / 2017 / STUDY OF FINANCIAL

PERFORMANCE OF GOVERNMENT ISLAMIC BANKING AND PRIVATE

ISLAMIC BANKING / Islamic Financial Management / Financial Performance /

Islamic Banks

The purpose of this research is to view the trend of financial performance of

Government Islamic Banking and Private Islamic Banking over the last five years

to measure and to compare their financial performance.

The type and the method of the research are comparative research and

qualitative method. The sources data of the research are from secondary data used

quantitative and qualitative data of financial reports and annual reports. The data

collected is through literature and documentation. Data analysis techniques refers

to Grounded Theory method.

Based on the result of research are there is no difference about financial

performance of CAR, FDR, ROA, ZPR, and Islamic Income vs Non-Islamic

Income ratio. Financial performance of Government Islamic Banking better than

Private Islamic Banking to NPF ratio. Financial performance of Private Islamic

Banking better than Government Islamic Banking PSR ratio. It can be concluded

that the performance of government and private Islamic Banking have the same

performance for financial and application of sharia principles but some aspects of

the assessment are different.

Keywords: Financial Ratio, Financial Performance of Islamic Banking,

Comparison of Financial Performance

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank sebagai lembaga yang menjadi perantara keuangan masyarakat

sangat berperan terhadap perekonomian suatu negara. Tugas dan fungsi

bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk

pinjaman. Oleh karena itu, peran bank sangat penting untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat.

Perkembangan perbankan di Indonesia semakin meningkat ditandai

dengan semakin kuat persaingan antar bank. Selain itu, perkembangan

perbankan syariah juga menjadi perhatian. Kehadiran bank yang

berdasarkan prinsip syariah di Indonesia masih relatif baru. Sejarah

perbankan syariah menurut Otoritas Jasa Keuangan (ojk.go.id), diawali

dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk

mendirikan Bank Islam di Indonesia dengan menyelenggarakan lokakarya

bunga bank dan perbankan dan kegiatan lainnya. Dengan segala upaya yang

dilakukan Tim Perbankan Majelis Ulama Indonesia (MUI), bank syariah

pertama berhasil berdiri pada tanggal 18 Agustus 1990 sampai dengan 20

Agustus 1990 yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Sejak mulai

dikembangkan sistem perbankan syariah di Indonesia, dalam dua dekade

pengembangan keuangan syariah nasional, sudah banyak pencapaian

2

kemajuan, baik dari aspek kelembagaan dan infrastruktur penunjang,

perangkat regulasi dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi

masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah.

Menurut website berita Kini News (21/11/2016), saat ini

perkembangan perbankan syariah terjadi cukup pesat. Ahmad Soekro

Tratmono selaku Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) mengatakan total aset perbankan syariah nasional per 2

September 2016 mencapai Rp331 Triliun atau mencapai 5,13% dari total

aset industri perbankan sehingga telah melampaui target pencapaian yaitu

sebesar 5%.

Dalam perkembangan perbankan syariah tersebut, pada tahun 2016

sempat terjadi perlambatan pertumbuhan aset yang mana menurut Media

Upeks (30/09/2016), pertumbuhan aset perbankan syariah pada triwulan II

2016 tercatat Rp6,69 triliun atau tumbuh 8,13% lebih rendah dari triwulan

I 2016 yang tumbuh 16,96%. Perlambatan pertumbuhan tersebut

disebabkan oleh melambatnya kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta

Nasional. Aset Bank Pemerintah tercatat tumbuh melambat dari 50,55% di

triwulan I 2016 menjadi 18,32% di triwulan II 2016. Sementara aset

perbankan swasta tumbuh melambat dari 9,42% menjadi 5,85% dari total

aset industri perbankan nasional. Laju dan lambatnya pertumbuhan

perbankan syariah sangat bergantung kepada kinerja keuangan masing-

masing bank.

3

Kinerja suatu bank sangat berhubungan erat dengan peran dan fungsi

manajemen. Manajemen yang baik dan benar dapat menghasilkan

profitabilitas bank secara optimal sehingga hal itu menjadi prestasi dan

pencapaian bagi manajemen bank. Oleh karena itu, peran pemilik bank juga

menjadi sangat penting karena pemilik berperan dalam memberikan

konstribusi untuk menentukan manajemen yang baik untuk suatu bank yang

diharapkan dapat berdampak positif terhadap kinerja bank.

Bank Syariah Pemerintah dan Swasta menarik dibahas karena secara

keseluruhan persaingan antara keduanya sangat ketat dimana selain bersaing

di pangsa pasar industri perbankan nasional tetapi juga pada perkembangan

jaringan kantor dan pertumbuhan aset antara kedua jenis bank syariah

tersebut.

Berikut ini jumlah jaringan kantor Bank Umum Syariah menurut

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari Statistik Perbankan Syariah Desember

2016.

Tabel 1.1

Jaringan Kantor Bank Syariah Pemerintah

dan Bank Syariah Swasta

Bank Syariah KPO/

KC

KCP/

UPS

KK

Bank Syariah Pemerintah

BNI Syariah 68 169 18

Bank Syariah Mandiri 130 437 54

BRI Syariah 52 205 12

BJB Syariah 9 56 1

Jumlah 259 867 85

Bank Syariah Swasta

Bank Muamalat Indonesia 83 193 80

Bank Mega Syariah 32 34 1

BCA Syariah 10 8 3

4

Lanjutan …

Bank Syariah Bukopin 12 7 4

Bank Panin Syariah 16 5 1

Bank Victoria Syariah 9 5 -

Maybank Syariah 1 - -

Jumlah 163 252 89

Keterangan:

KPO : Kantor Pusat Operasional

KC : Kantor Cabang

KCP : Kantor Cabang Pembantu

UPS : Unit Pelayanan Syariah

KK : Kantor Kas

Sumber: Diolah oleh Penulis

Kemudian pertumbuhan aset keduanya pada lima tahun terakhir yang

diambil dari laporan keuangan tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.

Tabel 1.2

Jumlah Aset Bank Syariah Pemerintah dan

Bank Syariah Swasta

Bank Syariah Tahun (dalam miliar rupiah)

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 10.645 14.709 19.492 23.018 28.314

Bank Syariah Mandiri 54.229 63.965 66.956 70.370 78.832

BRI Syariah 14.089 17.401 20.341 24.230 27.687

BJB Syariah 4.239 4.695 6.093 6.440 7.442

Rata-rata 20.801 25.193 28.221 31.015 35.569

Bank Swasta

Bank Muamalat

Indonesia

44.262 53.739 62.442 57.173 55.786

Bank Mega Syariah 8.164 9.122 7.045 5.560 6.135

BCA Syariah 1.602 2.041 2.994 4.350 4.996

Bank Syariah Bukopin 3.616 4.342 5.161 5.827 7.019

Panin Dubai Syariah 2.140 4.053 6.207 7.134 8.757

Bank Victoria Syariah 937 1.323 1.440 1.379 1.625

Maybank Syariah 2.063 2.300 2.450 1.743 1.344

Rata-rata 8.969 10.989 12.534 11.881 12.237

Sumber: Diolah oleh Penulis

5

Berdasarkan Tabel 1.1 jumlah kantor Bank Syariah Pemerintah jauh

lebih banyak dibandingkan Bank Syariah Swasta. Hal itu menunjukkan

bahwa jaringan kantor Bank Syariah Pemerintah lebih luas dan kuat

dibandingkan Bank Syariah Swasta. Di samping itu, pada Tabel 1.2 jumlah

aset Bank Syariah Pemerintah jauh lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah

Swasta dan pertumbuhan aset pada lima tahun terakhir Bank Syariah

Pemerintah mampu meningkatkan jumlah aset dibandingkan Bank Syariah

Swasta sempat terjadi penurunan pada tahun 2015. Selain itu, belum ada

penelitian yang menggunakan Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah

Swasta sebagai subjek penelitian untuk membandingkan kinerja keuangan

keduanya.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengangkat judul “Studi

atas Kinerja Keuangan Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah

Swasta”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana trend kinerja keuangan Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta?

2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah Pemerintah dan

Bank Syariah Swasta?

6

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pembahasan pada

ruang lingkup perbandingan kinerja keuangan dengan aspek penilaian

terhadap permodalan, kualitas aset, likuiditas, rentabilitas, penyaluran akad

bagi hasil, penyaluran zakat, dan pendapatan halal antara Bank Syariah

Pemerintah dan Bank Syariah Swasta dari tahun 2012 sampai dengan 2016

yang mana bank syariah tersebut ialah bank syariah yang telah spin-off dari

bank konvensional dan berdiri sendiri menjadi Bank Umum Syariah.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menjelaskan trend kinerja keuangan Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta.

2. Mengetahui ada atau tidak perbedaan kinerja keuangan antara Bank

Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan Bank Syariah

Pemerintah dan Bank Syariah Swasta dapat berguna bagi:

1. Penulis

Penelitian ini dapat menjadi sarana pengaplikasian ilmu-ilmu

yang diperoleh selama perkuliahan ke industri keuangan syariah dan

7

melihat langsung penerapan ilmu pada aktivitas real serta memperluas

wawasan bagi penulis.

2. Perguruan Tinggi

Penelitian ini dapat menambah kepustakaan bagi perguruan tinggi

terhadap ilmu terapan di bidang Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah

dan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain.

3. Bank Syariah

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Bank Syariah untuk

mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja keuangan serta dapat

menjadi koreksi dari manajemen keuangan bank syariah.

4. Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

5. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi peneliti

selanjutnya sebagai sumbangan pemikiran untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang relevan dengan kinerja keuangan bank syariah.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perbankan dan Perbankan Syariah

Menurut UU No. 10 Tahun 1998, “Perbankan adalah segala

sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya”.

Menurut UU No. 21 Tahun 2008, “Perbankan Syariah adalah

segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.

Bank menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah “badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”.

Berdasarkan sistem operasional, bank terdiri dari dua jenis yaitu

sebagai berikut:

a. Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan

operasional secara konvensional yang terdiri atas Bank Umum

Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

9

b. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan operasional

berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah

dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Muthaher (2012:13-14)

Ditinjau dari segi kepemilikan, bank terdiri dari empat jenis yaitu

sebagai berikut:

a. Bank Pemerintah adalah bank yang akta pendirian maupun

permodalan dimiliki oleh pemerintah.

b. Bank Swasta Nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian

besar modal dan akta pendiran dimiliki oleh swasta.

c. Bank Koperasi adalah bank yang dimiliki oleh perusahaan yang

berbadan hukum koperasi.

d. Bank Asing adalah bank yang dimiliki oleh pihak luar negeri yang

membuka cabang di dalam negeri.

e. Bank Campuran adalah bank yang dimiliki oleh pihak asing dengan

pihak swasta nasional. Kasmir (2015:33-35)

2. Akad dan Produk dalam Bank Syariah

a. Akad dalam Bank Syariah

Akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Akad

mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-

masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka

masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Jurnal

Syariah April (2014:60)

10

Akad dalam bank syariah terbagi atas dua macam yaitu

sebagai berikut:

1) Akad Tabarru’

Akad Tabarru’ adalah setiap macam perjanjian yang

menyangkut transaksi nirlaba. Transaksi ini pada hakekatnya

bukan ransaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersial.

Akad tabarru’ dilakukan bertujuan untuk tolong menolong

dalam rangka kebajikan. Dalam transaksi ini, pihak yang

berakad tidak berhak mensyaratkan segala bentuk imbalan

kepada pihak yang lain. Dalam praktiknya diperbolehkan

pihak yang berakad untuk meminta sesuatu sekadar unuk

menutupi biaya yang dikeluarkan dalam transaksi tersebut.

Transaksi dalam perbankan syariah adalah al-wadi’ah, qardh,

rahn, hawalah, wakalah, kafalah. Wibowo (2012:1)

2) Akad Tijarah

a) Natural Certainty Contracts (NCC)

NCC adalah kontrak atau akad dalam bisnis yang

memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah

maupun waktu. Dalam akad jenis ini pihak-pihak yang

bertransaksi saling mempertukarkan aset. Jadi masing-

masing pihak tetap berdiri sendiri (tidak saling bercampur

membentuk usaha baru), sehingga tidak ada

pertanggungan risiko bersama. Transaksi di perbankan

11

syariah yang termasuk kedalam kategori ini adalah

kontrak-kontrak jual beli, upah–mengupah, sewa-

menyewa.

b) Natural Uncertainty Contracts (NUC)

NUC adalah kontrak atau akad dalam bisnis yang

tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik

dari segi jumlah maupun waktu. Transaksi di perbankan

syariah yang termasuk kedalam kategori ini adalah akad-

akad investasi yang tidak menawarkan return tetap dan

pasti yaitu musyarakah, mudharabah, muzara’ah,

musaqah, mukhabarah. Jurnal Syariah April (2014:61-62)

b. Produk dalam Bank Syariah

1) Produk Penghimpunan Dana

a) Sumber Dana dengan Akad Wadiah

(1) Giro Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank

syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap

saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, atau kartu

ATM, dan sarana perintah pembayaran lainnya atau

dengan cara pemindahbukuan.

(2) Tabungan Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada

bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan

menurut syarat tertentu yang disepakati dengan

12

kuitansi, kartu ATM, dan sarana pembayaran lainnya.

Wiroso (2009:123-137)

b) Sumber Dana dengan Akad Mudharabah

(1) Tabungan Mudharabah adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat

tertentu yang disepakati, tetapi tidajj dapat ditarik

dengan cek atau alat lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

(2) Deposito Mudharabah adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut waktu

tertentu menurut perjanjian nasabah dengan bank

syariah. Wiroso (2009:149-153)

2) Produk Penyaluran Dana

a) Murabahah adalah akad jual beli barang dengan

menegaskan harga belinya kepada nasabah dengan

menyatakan tambahan keuntungan kemudian disepakati

oleh pihak yang bersangkutan.

b) Salam adalah jual beli dengan pesanan kepada produsen

dan penangguhan pengiriman serta pelunasannya

dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan

tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

Bank dapat bertindak sebagai penjual atau pembeli dalam

13

suatu transaksi salam. Objek salam adalah agribisnis atau

perkebunan.

c) Istishna adalah jual beli dengan pesanan namun objek

istishna yaitu konstruksi atau pembuatan suatu barang.

Namun cara pembayaran istishna dapat berupa

pembayaran di muka, cicilan, atau ditangguhkan sampai

jangka waktu tertentu.

d) Ijarah adalah sewa-menyewa antara pemilik objek sewa

dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek

sewa. Adapun istilah Ijarah Muntahiya Bittamlik yaitu

akad sewa menyewa yang diakhiri dengan kepemilikan

dengan cara hibah atau jual beli.

e) Pembiayaan Musyarakah adalah kerjasama antara dua

pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang mana

masing-masing pihak menyertakan konstribusi dana

(modal) dengan ketentuan risiko ditanggung bersama.

f) Pembiayaan Mudharabah adalah kerjasama antara

pemilik dana atau nasabah dan bank syariah untuk suatu

usaha tertentu dengan nisbah atau pembagian keuntungan

sesuai kesepakatan bersama.

g) Pinjaman Qardh adalah pemberian pinjaman kepada

nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa nasabah wajib

14

mengembalikan dana tersebut pada waktu yang telah

disepakati. Wiroso (2009:169-359)

3. Hubungan Kinerja Keuangan dengan Tingkat Kesehatan Bank

a. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah analisis yang dilakukan yang

bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

melaksanakan peraturan-peraturan dalam pelaksanaan keuangan

secara baik dan benar. Fahmi (2012:239)

Kinerja secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi

yang telah dicapai perusahaan dalam melaksanakan kegiatan

operasional, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran,

penghimpunan dan penyaluran dana, dan teknologi maupun sumber

daya manusia. Jumingan (2005:239)

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai kinerja keuangan,

penulis menyimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah gambaran

prestasi dan pencapaian suatu manajemen serta mengukur sejauh

mana perusahaan melaksanakan aturan-aturan dengan baik dan

benar.

b. Tingkat Kesehatan

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah. Tingkat Kesehatan Bank merupakan

hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh

15

terhadap kondisi atau kinerja bank dengan melakukan penilaian

terhadap faktor finansial dan faktor manajemen. Bank Indonesia

(2007)

Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank

tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat,

dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas

dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau

petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau

dihentikan kegiatan operasinya. Kasmir (2015:44)

Penilaian kesehatan bank syariah diatur dalam Surat Edaran

Bank Indonesia No.9/24/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Bank Umum

Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank meliputi

faktor-faktor antara lain:

1) permodalan (capital)

2) kualitas aset (asset quality)

3) rentabilitas (earning)

4) likuiditas (liquidity)

5) sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)

6) manajemen (management). Kasmir (2015:175)

c. Hubungan Kinerja Keuangan dengan Tingkat Kesehatan Bank

Tutsaadiyah (2015:16), kesehatan keuangan dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan operasional

perbankan secara normal seperti kemampuan menghimpun dana,

kemampuan mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan dana,

pemenuhan peraturan yang berlaku dan mampu memenuhi semua

16

kewajiban dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Penilaian tingkat kesehatan juga diartikan sebagai

hasil kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap

kondisi atau kinerja bank.

Bank dikatakan memiliki kinerja yang baik jika mampu

menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup

dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan modal

yang memadai. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan,

Nopember (2012:105-119)

Penilaian kesehatan bank sebagai tolok ukur manajemen bank

untuk menilai kinerja bank berdasarkan asas-asas perbankan yang

sehat sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta sebagai tolok ukur

dalam menentukan arah pembinaan dan pengembangan bank-bank

baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.

Pandia (2012:222)

Berdasarkan pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang erat antara kinerja keuangan dengan tingkat

kesehatan yang mana penilaian kesehatan bank dalam aspek

likuiditas, rentabilitas, permodalan dan lain-lain sebagai tolok ukur

manajemen bank untuk menilai kinerja bank sehingga penilaian

kesehatan dapat dikatakan sebagai hasil kuantitatif atas berbagai

aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank.

17

4. Mengukur Kinerja Keuangan Bank Syariah

a. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang

membantu para pengambil putusan untuk mengetahui

kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui informasi yang

didapat dari laporan keuangan. Analisis laporan keuangan

dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi

kekurangan atau kelemahan yang ada dan kemudian membuat

putusan yang rasional untuk memperbaiki kinerja perusahaan

dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Hery (2016:113)

1) Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari serangkaian

proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis.

Seorang akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisasi

seluruh data akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan

dan harus dapat menginterprestasikan serta menganalisis laporan

keuangan. Hery (2016:3)

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan berfungsi sebagai alat informasi yang

menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan serta untuk menunjukkan kondisi kesehatan

keuangan dan kinerja perusahaan. Hery (2016:3)

2) Tujuan Laporan Keuangan

“Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan posisi

keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya

secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum.” Hery (2016:5)

18

Tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah

untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja, serta perubahan posisi keuangan aktivitas operasi bank

yang bermanfaat dalam mengambil putusan. Suatu laporan

keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal,

dan dapat diperbandingkan. Meskipun demikian, perlu disadari

pula bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua

informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan dengan bank karena secara umum laporan

keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk

menyediakan informasi non keuangan. Namun, dalam beberapa

hal, bank perlu menyediakan informasi yang mempunyai

pengaruh keuangan masa depan. Muthaher (2012:26-27)

b. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Hery (2015:139), “analisis rasio adalah analisis yang

dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada

pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan”.

Analisis rasio keuangan adalah teknik yang menunjukkan

hubungan antara dua unsur accounting (elemen laporan keuangan)

yang memungkinkan pelaku bisnis menganalisis posisi dan kinerja

keuangan perusahaan. Rasio keuangan merupakan barometer

kesehatan keuangan perusahaan dan dapat menunjukkan potensi

19

masalah sebelum berkembang menjadi krisis yang serius. Najmudin

(2011:85)

1) Rasio Keuangan

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan

(mathematical relationship) antara jumlah tertentu dengan

jumlah yang lain. Alat analisis ini akan dapat menjelaskan

atau memberikan gambaran kepada analis tentang baik

buruk keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan

terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan

angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

Najmudin (2011:85)

Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan

menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai

alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh

dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan

dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang

relevan dan signifikan. Perbandingan dapat dilakukan

antara satu pos dengan pos lainnya dalam satu laporan

keuangan atau antar pos yang ada di laporan keuangan.

Hery (2016:138)

2) Penilaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan

Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja

keuangan perbankan adalah sebagai berikut:

a) Rasio Permodalan

Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap

kecukupan modal Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha

Syariah (UUS) dalam melindungi eksposur risiko saat ini dan

mengantisipasi eksposur risiko di masa datang. Penilaian

tersebut bertujuan untuk menilai kecukupan modal Bank

dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan

20

mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Bank

Indonesia (2012:26)

Salah satu rasio untuk menilai kinerja bank dari segi

permodalan menggunakan rasio CAR (Capital Adequancy

Ratio). Rasio CAR bertujuan untuk mengukur kecukupan

modal bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan

ketentuan yang berlaku. Untuk mengukur CAR dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

Bank Indonesia (2012:163)

b) Rasio Kualitas Aset

Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap

kondisi aset Bank atau UUS dalam kecukupan manajemen

risiko pembiayaan. Penilaian kualitas aset bertujuan untuk

menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko

kredit macet yang akan muncul. Bank Indonesia (2012:27)

Salah satu rasio untuk menilai kinerja bank dari segi

kualitas aset dengan menggunakan rasio NPF (Non

Performing Financing). Rasio NPF bertujuan untuk mengukur

tingkat permasalahan Pembiayaan yang dihadapi oleh bank.

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas Pembiayaan

bank syariah semakin buruk. Untuk mengukur NPF dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

21

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

Bank Indonesia (2012:179)

c) Rasio Likuiditas

Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap

kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang

memadai. Penilaian likuiditas bertujuan untuk menilai

kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang

memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan

muncul. Bank Indonesia (2012:29)

Salah satu rasio untuk menilai kinerja bank dalam

memelihara tingkat likuiditas bank dengan menggunakan rasio

FDR (Financing to Deposits Ratio). FDR bertujuan untuk

mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan pembiayaan yang diberikan oleh bank teradap

Dana Pihak Ketiga (DPK). Suryani (2011:59) Menurut

Lampiran 1e SE Bank Indonesia No.6/ 23/DPNP untuk

mengukur FDR dapat menggunakan rumus:

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

Bank Indonesia (2004:2)

d) Rasio Rentabilitas

22

Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap

kondisi dan kemampuan Bank dan UUS dalam menghasilkan

keuntungan dalam rangka mendukung kegiatan operasional

dan permodalan. Penilaian rentabilitas bertujuan untuk menilai

kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Bank Indonesia

(2012:28)

Salah satu rasio untuk menilai kinerja bank dalam

menghasilkan keuntungan (rentabilitas) dengan menggunakan

rasio ROA (Return on Asset). ROA bertujuan untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin

kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan

manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk

meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

Bank Indonesia (2012:184)

c. Islamicity Performance Index

1) Islamicity Performance Index

Salah satu cara untuk mengukur kinerja organisasi adalah

melalui indeks. Islamicity Performance Index adalah indeks yang

dikembangkan oleh Hameed (2004) untuk mengukur kinerja dari

lembaga keuangan syariah dalam hal penerapan prinsip syariah.

2) Penilaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Islamicity Performance

Index

23

Islamicity Performance Index terdiri dari beberapa

indikator dalam penilaian kinerja keuangan sebagai berikut:

a) Profit Sharing Ratio

Tujuan utama perbankan syariah adalah bagi hasil.

Dengan demikian, penting untuk mengidentifikasi seberapa

jauh bank syariah telah berhasil mencapai tujuan tersebut dari

keberadaan mereka. Rumus berikut ini telah disusun untuk

memeriksa situasi disebutkan di atas:

𝑀𝑢𝑑ℎ𝑎𝑟𝑎𝑏𝑎ℎ + 𝑀𝑢𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

Rumus di atas digunakan untuk kedua bank selama dua

periode akuntansi. Oleh karena itu, dapat dilihat secara jelas

bagaimana bank telah melakukan kegiatan pembagian

keuntungan dalam kaitannya dengan total pembiayaan serta

melihat trend tersebut. Hameed (2004:18-19)

b) Zakat Performance Ratio

Zakat harus menjadi salah satu menjadi tujuan dari

Akuntansi Islam. Selain itu, zakat itu sendiri merupakan salah

satu perintah dalam Islam. Oleh karena itu, kinerja bank

syariah harus berdasarkan pada zakat yang dibayar oleh bank

untuk menggantikan indikator kinerja konvensional yaitu

Earning per Share (EPS). Kekayaan bank harus berdasarkan

pada kekayaan bersih (net asset) daripada laba bersih yang

telah ditekankan oleh metode konvensional. Oleh karena itu,

24

jika kekayaan bersih bank lebih tinggi, pasti akan tinggi pula

pembayaran zakat. Rumus yang telah disusun sebagai berikut:

𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡

𝐾𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Hameed (2004:19)

c) Equitable Distribution Ratio

Terlepas dari kegiatan pembagian keuntungan,

akuntansi Islam juga berusaha untuk pemerataan antara orang-

orang. Oleh karena itu, indikator ini pada dasarnya mencoba

untuk mencari tahu bagaimana pendapatan yang diperoleh

oleh bank-bank Islam telah didistribusikan di antara berbagai

pemangku kepentingan yang diwakili oleh jumlah yang

dibelanjakan untuk biaya karyawan qardh dan sumbangan, dan

lain-lain Untuk setiap item, kita akan menghitung jumlah

didistribusikan melalui total pendapatan setelah dikurangi

Zakat dan pajak dibayar. Hameed (2004:19)

d) Directors-Employees Welfare Ratio

Remunerasi direksi telah menjadi isu penting. Banyak

klaim bahwa direksi telah membayar lebih dibandingkan

dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Oleh karena itu,

adalah penting untuk mengidentifikasi berapa banyak uang

yang telah dihabiskan untuk 'remunerasi dibandingkan dengan

uang yang dikeluarkan terhadap karyawan direksi

25

kesejahteraan, kesejahteraan karyawan di sini termasuk gaji,

pelatihan dll. Rasio berikut digunakan:

Rata-rata kesejahteraan direktur 'remunerasi1 dibandingkan

Rata-rata karyawan. Hameed (2004:19)

e) Islamic Investment vs Non-Islamic Investment

Prinsip-prinsip Islam melarang transaksi yang

melibatkan riba, gharar, dan perjudian tetapi pada saat yang

sama menghalalkan jual beli. Oleh karena itu, diperlukan

untuk bank-bank Islam untuk mengungkapkan dengan benar

investasi yang dianggap halal dan investasi yang dilarang agar

dapat memberikan gambaran yang akurat terkait kegiatan

usaha bank syariah. Rumus telah disusun sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 + 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑜𝑛 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚

Hameed (2004:19-20)

f) Islamic Income vs Non-Islamic Income

Bank syariah harus melakukan pemisahan pendapatan

seperti investasi. Bank syariah hanya harus menerima

penghasilan dari sumber yang halal. Selain itu, jika bank

syariah memiliki penghasilan dari transaksi yang dilarang,

bank harus mengungkapkan informasi mengenai penghasilan

tersebut, sumber, bagaimana penghasilan tersebut dikeluarkan

dan segala prosedur yang tersedia untuk mencegah transaksi

yang dilarang.

26

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑙𝑎𝑙

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑙𝑎𝑙 + 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑛 𝐻𝑎𝑙𝑎𝑙

Hameed (2004:20)

g) AAOIFI Index

Indeks ini mengukur seberapa jauh lembaga keuangan

syariah telah sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan

dalam AAOIFI. Perhitungan ini didasarkan pada sejumlah

prinsip yang diikuti AAOIFI dengan prinsip akuntansi total

diterapkan. Hameed (2004:20)

5. Standar Bank Indonesia terkait Kinerja Keuangan

Penulis menggunakan acuan Surat Edaran Bank Indonesia

No.9/24/DPbS Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum Berdasarkan Prinsip Syariah sebagai tolok ukur kinerja

keuangan dalam masing-masing rasio. Berikut ini tabel indikator

kriteria penilaian kinerja keuangan untuk metode penilaian rasio

keuangan:

Tabel 2.1

Kriteria Penilaian Peringkat

No. Aspek

Penilaian

Alat

Ukur

Indikator

1 Permodalan CAR Peringkat 1 : CAR ≥ 12%

Peringkat 2 : 9% ≤ CAR > 12%

Peringkat 3 : 8% ≤ CAR < 9%

Peringkat 4 : 6% < CAR < 8%

Peringkat 5 : CAR ≤ 6%

2 Kualitas Aset NPF Peringkat 1 : NPF < 2%

Peringkat 2 : 2% ≤ NPF < 5%

Peringkat 3 : 5% ≤ NPF < 8%

27

Lanjutan…

Peringkat 4 : 8% < NPF < 12%

Peringkat 5 : NPF ≥ 12%

3 Rentabilitas ROA Peringkat 1 : ROA > 1,5%

Peringkat 2 : 1,25% < ROA ≤ 1,5%

Peringkat 3 : 0,5% < ROA ≤ 1,25%

Peringkat 4 : 0% < ROA ≤ 0,5%

Peringkat 5 : ROA ≤ 0%

4 Likuiditas FDR Peringkat 1 : 50% < FDR < 75%

Peringkat 2 : 75% < FDR < 85%

Peringkat 3 : 85% < FDR < 100%

Peringkat 4 : 100% < FDR < 120%

Peringkat 5 : FDR > 120%

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berikut ini kriteria penetapan peringkat untuk aspek-aspek yang

dinilai ialah:

1. Aspek Permodalan

Standar penyediaan modal minimum atau CAR dari Bank

Indonesia adalah lebih dari 8%. Kriteria peringkat untuk aspek

permodalan ialah sebagai berikut:

a. Peringkat 1 adalah tingkat modal secara signifikan berada lebih

tinggi dari ketentuan yang berlaku.

b. Peringkat 2 adalah tingkat modal berada lebih tinggi dari

ketentuan yang berlaku.

c. Peringkat 3 adalah tingkat modal berada sedikit diatas atau

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Peringkat 4 adalah tingkat modal sedikit dibawah ketentuan

yang berlaku.

e. Peringkat 5 adalah tingkat modal berada lebih rendah dari

ketentuan yang berlaku.

28

2. Aspek Kualitas Aset

Kriteria peringkat untuk aspek kualitas aset ialah sebagai

berikut:

a. Peringkat 1 adalah kualitas aset sangat baik dengan risiko

portofolio yang sangat minimal.

b. Peringkat 2 adalah kualitas aset baik namun terdapat kelemahan

yang tidak signifikan.

c. Peringkat 3 adalah kualitas aset cukup baik namun diperkirakan

akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan.

d. Peringkat 4 adalah kualitas aset kurang baik dan diperkirakan

akan mengancam kelangsungan hidup bank apabila tidak

dilakukan perbaikan secara mendasar.

e. Peringkat 5 adalah kualitas aset tidak baik dan diperkirakan

kelangsungan hidup bank sulit untuk dapat diselamatkan.

3. Aspek Rentabilitas

Kriteria peringkat untuk aspek rentabilitas ialah sebagai

berikut:

a. Peringkat 1 adalah kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

b. Peringkat 2 adalah kemampuan rentabilitas tinggi untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

c. Peringkat 3 adalah kemampuan rentabilitas cukup tinggi untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

29

d. Peringkat 4 adalah kemampuan rentabilitas rendah untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

e. Peringkat 5 adalah kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

4. Aspek Likuiditas

Kriteria peringkat untuk aspek likuiditas ialah sebagai berikut:

a. Peringkat 1 adalah kemampuan likuiditas bank untuk

mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen

risiko likuiditas sangat kuat.

b. Peringkat 2 adalah kemampuan likuiditas bank untuk

mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen

risiko likuiditas kuat.

c. Peringkat 3 adalah kemampuan likuiditas bank untuk

mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen

risiko likuiditas memadai.

d. Peringkat 4 adalah kemampuan likuiditas bank untuk

mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen

risiko likuiditas lemah.

e. Peringkat 5 adalah kemampuan likuiditas bank untuk

mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen

risiko likuiditas sangat lemah.

30

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Hasil Penelitian Terdahulu

Identitas

Peneliti

Aspek

Novita Sari

A04120013

Politeknik Negeri

Banjarmasin

Evi Sebtianita

11510022

UIN Maliki Malang

1. Judul Analisis Komparatif

Laporan Keuangan Bank

Pembangunan Daerah Se-

Kalimantan

Menggunakan Rasio

Keuangan dan Islamic

Performance Index

Analisis Kinerja Bank

Umum Syariah Dengan

Menggunakan

Pendekatan Islamicity

Performance Index

2. Institusi

yang diteliti

Bank Kalsel, Bank

Kalbar, dan Bank Kaltim

Bank Umum Syariah

3. Tujuan

Penelitian

Untuk mengetahui kinerja

keuangan dan

mendeskripsikan

perbedaan tingkat kinerja

keuangan Bank

Pembangunan Daerah di

Kalimantan.

Untuk mengetahui kinerja

keuangan Bank Umum

Syariah dengan

menggunakan Islamicity

Performance Index.

4. Metode

Penelitian

Data yang digunakan

adalah data sekunder

yang berupa laporan

tahunan publikasi dari

situs resmi masing-

masing bank. Analisis

dilakukan dengan

Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Data

yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data

sekunder. Populasi

penelitian ini adalah

semua bank umum

31

menggunakan analisis

rasio keuangan dan

Islamic Performance

Index.

syariah di Indonesia

periode 2009-2013,

dengan sampel sebanyak

lima bank. Penarikan

sampel yang dilakukan

dengan menggunakan

metode purposive

sampling. Penelitian ini

dengan pendekatan

Islamicity Performance

Index yang menggunakan

lima rasio yaitu profit

sharing ratio, zakat

performance ratio,

equitable distribution

ratio, directors -

employees welfare ratio

dan islamic income vs

non islamic income.

5. Hasil

Penelitian

Terdapat perbedaan

kinerja keuangan yang

diukur dengan

menggunakan Debt to

Total Assets Ratio (DAR),

Rasio Earning Power of

Total Investment Ratio,

Profit Sharing Ratio, dan

Rasio Islamic Income vs

Non-Islamic Income dari

tahun 2012-2015. Dari

ketiga bank yang

Bank Muamalat

Indonesia adalah bank

terbaik menggunakan

Profit Sharing Ratio.

Bank Muamalat

Indonesia juga

merupakan bank terbaik

menggunakan zakat

performance ratio.

Equitable Distribution

Ratio menunnjukan

bahwa Bank Syariah

32

menunjukkan kinerja

keuangan relative yang

lebih baik adalah Bank

Kalsel kecuali untuk

DAR dan Earning Power

of Total Investment Ratio.

Sementara untuk kinerja

sosial yang ditunjukkan

oleh Zakat Performance

Ratio hanya Bank Kalsel

yang bisa diukur selama

periode tersebut.

Mandiri adalah bank

terbaik. Penelitian ini

juga menunjukkan bahwa

Bank Syariah Mandiri

adalah bank terbaik

dengan menggunakan

Directors - Employees

Welfare Ratio. Islamic

Income Vs Non Islamic

Income menunjukkan

bahwa Bank BRI Syariah

adalah bank terbaik.

Secara keseluruhan

pendekatan Islamicity

Performance Index sudah

diterapkan pada kinerja

Bank Umum Syariah

tahun 2009-2013.

Sumber : Diolah oleh Penulis

Untuk penelitian Novitas Sari, perbedaan dengan penelitian penulis

ialah terletak pada subjek penelitian yang mana penulis mengambil subjek

seluruh Bank Umum Syariah (BUS) kemudian digolongkan antara Bank

milik pemerintah dan milik swasta, sedangkan penelitian ini mengambil

Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai subjek. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini Islamicity Performance Index sedangkan penelitian

penulis menggunakan analisis rasio keuangan dan Islamicity Performance

Index.

33

Untuk penelitian Evi Sebtianita, perbedaan dengan penelitian penulis

ialah terletak pada subjek penelitian yaitu penulis mengambil subjek seluruh

Bank Umum Syariah (BUS) kemudian digolongkan antara Bank milik

pemerintah dan milik swasta, sedangkan penelitian ini hanya mengambil

sampel BUS, metode penilaian kinerja keuangan penulis menggunakan

metode CAMEL dan metode Islamicity Performance Index sedangkan

penelitian ini hanya menilai dengan metode Islamicity Performance Index

namun penelitian ini menggunakan rasio seluruh aspek penilaian sedangkan

penelitian penulis hanya menggunakan rasio bagi hasil, pembayaran zakat,

dan pendapatan dari sumber yang halal.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel

Identifikasi dan pemberian definisi operasional variabel dilakukan

agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan serta memberi maksud

untuk istilah-istilah penting dalam penelitian ini. Adapun beberapa variabel

yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah hasil penilaian dan evaluasi setiap bank

syariah terhadap prestasi kerja dalam pengelolaan keuangan selama

beberapa periode. Kinerja keuangan tersebut dinilai dari aspek

permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Penulis

menganalisis trend kinerja keuangan selama lima periode yaitu periode

2012 sampai dengan 2016 dengan menggunakan metode penilaian

sebagai berikut:

a. Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah rasio penilaian bank yang didapatkan

dari laporan tahunan. Berikut ini yang menjadi aspek penilaian dan

rasio yang digunakan dalam menganalisis ialah:

1) Aspek permodalan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR).

2) Aspek kualitas aset yaitu Non Performing Financing (NPF).

3) Aspek likuiditas yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR).

35

4) Aspek rentabilitas yaitu Return on Asset (ROA).

b. Islamicity Performance Index

Islamicity Performance Index adalah penilaian kinerja

keuangan bank syariah dalam melakukan penerapan prinsip-prinsip

syariah yang dilihat dari laporan keuangan dalam bentuk rasio-rasio

yang telah diperhitungkan. Berikut ini yang menjadi aspek penilaian

dan rasio yang digunakan dalam menganalisis ialah:

1) Bagi hasil yaitu Profit Sharing Ratio (PSR).

2) Pembayaran zakat yaitu Zakat Performance Ratio (ZPR).

3) Pendapatan dari sumber yang halal yaitu Islamic Income vs Non-

Islamic Income.

2. Perbankan Syariah

Perbankan Syariah adalah bank umum yang menjalankan kegiatan

operasional berdasarkan prinsip syariah.

a. Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Pemerintah adalah Bank Umum Syariah yang

sebagian besar permodalan dimiliki pemerintah. Subjek penelitian

untuk bank syariah pemerintah yaitu:

1) BNI Syariah

2) BRI Syariah

3) Bank Syariah Mandiri

4) Bank Jabar dan Banten Syariah.

b. Bank Syariah Swasta

36

Bank Syariah Swasta adalah seluruh bank umum syariah yang

sebagian besar permodalan dimiliki swasta. Subjek penelitian untuk

bank syariah swasta yaitu:

1) Bank Muamalat Indonesia

2) Bank Mega Syariah

3) BCA Syariah

4) Bank Syariah Bukopin

5) Bank Panin Syariah

6) Bank Victoria Syariah

7) Maybank Indonesia Syariah.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

membandingkan dua variabel atau lebih, untuk mendapatkan jawaban atau

fakta apakah ada perbandingan atau tidak dari objek yang sedang diteliti.

Hermawan (2012:1)

Dalam penelitian ini penulis membandingkan kinerja keuangan pada

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta yang dilihat dari

berbagai aspek penilaian untuk menemukan perbandingan kinerja keduanya

dan penyebab jika terdapat perbedaan atau persamaan.

37

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data untuk penelitian ini yaitu data sekunder merupakan data

yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada atau dipublikasikan

seperti laporan, jurnal, buku, dan lain-lain.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data kuantitatif meliputi rasio-rasio keuangan dari laporan tahunan yang

menjadi alat ukur analisis rasio keuangan bank dan jumlah rupiah dari

laporan keuangan untuk menghitung rasio yang menjadi alat ukur

metode penilaian Islamicity Performance Index.

2. Data kualitatif meliputi sejarah singkat dan struktur permodalan masing-

masing Bank Umum Syariah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

yaitu:

1. Kepustakaan yaitu penulis mengumpulkan data, informasi, dan teori

yang relevan dari literatur-literatur berupa buku, jurnal, penelitian

terdahulu, berita, dan lain-lain.

2. Dokumentasi yaitu penulis mengumpulkan dokumen-dokumen

penunjang penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan

dalam analisis. Dokumen tersebut berupa laporan keuangan dan laporan

tahunan dari situs resmi masing-masing bank syariah.

38

E. Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data ini merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dan harus dilaksanakan secara terstruktur, karena sumber daya

peneliti yang terlibat serta jenis data yang beragam. Sujoko (2004:103)

Teknik analisis data yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini

ialah metode Grounded Theory. Grounded Theory adalah teori yang

dibangun dari data yang dikumpulkan dan dianalisis selama proses

penelitian. Metode ini dapat membandingkan teori dengan fakta, fenomena,

dan kondisi yang terjadi di lapangan. Efferin (2012:338)

Tahap-tahap analisis data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi data yaitu rasio keuangan bank dan jumlah rupiah di

laporan keuangan yang dibutuhkan untuk menghitung rasio PSR, ZPR,

dan Islamic Income vs Non-Islamic.

2. Menuangkan data yang diperoleh ke dalam bentuk salinan tertulis.

3. Mengelompokkan data berdasarkan kemiripan data. Penulis

mengelompokkan data-data dari Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta berdasarkan rasio-rasio yang menjadi alat analisis yaitu

CAR, NPF, FDR, ROA, PSR, ZPR, dan Islamic Income vs Non-Islamic

Income.

39

4. Menghitung rata-rata rasio Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah

Swasta setiap tahun dari 2012 sampai dengan 2016 sehingga terlihat

trend rasio antara keduanya.

5. Menganalisis kinerja keuangan dengan metode penilaian Rasio

Keuangan yaitu dengan cara membandingkan tingkat kinerja Bank

Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta sesuai dengan standar

dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

6. Menganalisis kinerja keuangan dengan metode penilaian Islamicity

Performance Index yaitu dengan cara menganalisis kemampuan Bank

Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta dalam menerapkan

prinsip-prinsip syariah sesuai dengan ketentuan syariah.

7. Merepresentasikan semua hasil/temuan analisis yang telah dilakukan

dipadatkan menjadi beberapa kata untuk menggambarkan kinerja

keuangan.

8. Membuat simpulan dan menginformasikan temuan dari studi yang telah

dilakukan terhadap perbandingan kinerja keuangan keduanya.

40

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1

Kerangka Pemikiran

Keterangan:

1. Penulis mengklasifikasikan Bank Umum Syariah menjadi dua kategori

berdasarkan status kepemilikan, yaitu Bank Syariah Pemerintah dan

Bank Syariah Swasta.

2. Data yang diperlukan diperoleh dari laporan tahunan dan laporan

keuangan.

3. Dari laporan keuangan penulis menganalisis kinerja keuangan

menggunakan rasio keuangan dan Islamicity Performance Index.

STUDI ATAS KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH PEMERINTAH DAN

BANK SYARIAH SWASTA

Perbankan Syariah

Bank Syariah

Pemerintah

Bank Syariah

Swasta

Laporan Tahunan dan

Laporan Keuangan

Rasio Keuangan

Kinerja

Keuangan

Komparasi

Islamicity Performance Index

SE Bank

Indonesia

No.9/24/

DPbS

SE Bank

Indonesia

No.9/24/

DPbS

41

4. Menghasilkan kinerja keuangan yang dilihat dari berbagai aspek

penilaian dan dijelaskan secara kualitatif.

5. Membandingkan kinerja keuangan Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta berdasarkan hasil analisis dengan standar dalam Surat

Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Struktur Pemegang Saham

a. Bank Syariah Pemerintah

1) BNI Syariah

a) Sejarah Singkat

PT Bank BNI Syariah (selanjutnya disebut BNI Syariah)

berdiri pada tanggal 19 Juni 2010. BNI Syariah merupakan hasil

proses spin off dari Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk. (selanjutnya disebut BNI Induk) yang

beroperasi sejak 29 April 2000. Berawal dari lima kantor cabang

di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin,

selanjutnya UUS BNI berkembang menjadi 28 Kantor Cabang

dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 menetapkan bahwa

status UUS hanya bersifat temporer dan oleh karena itu

dilakukan spin off pada 2009 dan selesai Juni 2010 dengan

didirikannya PT Bank BNI Syariah sebagai Bank Umum

Syariah (BUS) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank

Indonesia No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010.

43

Dalam rangka menunjang ekspansi bisnis dan menjaga

likuiditasnya, pada Mei 2015 BNI Syariah menerbitkan Sukuk

Mudharabah Bank BNI Syariah I sebesar Rp500 miliar dengan

tenor tiga tahun. Nisbah bagi hasil yang ditawarkan adalah

sebesar 15,35% dengan indikasi suku bunga padanan

(equivalent rate) sebesar 9,25% per tahun. Sukuk ini telah

mendapat peringkat idAA+(sy) dari Pefindo.

Dari sisi operasional BNI Syariah juga didukung oleh

sumber daya manusia yang kompeten untuk mendukung

pencapaian kinerja yang baik di setiap aspek. Saat ini BNI

Syariah telah memiliki 4.450 pegawai di mana proses

pengembangan kompetensi terus dilakukan agar setiap pegawai

yang ada menjadi yang terbaik di bidangnya. Sedangkan dari

sisi teknologi informasi, BNI Syariah selaku anak perusahaan

dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk didukung dengan

pemanfaatan bersama sistem teknologi informasi terdepan yang

telah tersertifikasi ISO 9001:2008.

Hingga kini, jaringan usaha BNI Syariah tersebar

mencapai 1 kantor Wilayah, 68 Kantor Cabang, 171 Kantor

Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 17 Kantor Fungsional, 23

Mobil Layanan Gerak, dan 29 Payment Point. Selain itu,

nasabah BNI Syariah juga dapat memanfaatkan jaringan Kantor

Cabang BNI Induk (Sharia Channelling Office/SCO) yang

44

tersebar di 1.490 outlet di seluruh wilayah Indonesia dan akan

terus berkembang seiring dengan pertumbuhan aset.

b) Struktur Pemegang Saham

Pemegang saham PT BNI Syariah dimiliki oleh PT BNI

(Persero) sebesar 99,90% dan BNI Life Insurance sebesar

0,10% yang mana pemegang saham PT BNI (Persero) ialah

milik Pemerintah RI sebesar 60% dan Masyarakat sebesar 40%.

2) Bank Syariah Mandiri

a) Sejarah Singkat

Untuk menyelamatkan perekonomian secara global,

pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan

penggabungan (merger) 4 (empat) Bank milik pemerintah, yaitu

Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan

Bapindo, menjadi satu Bank yang kokoh dengan nama PT Bank

Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan

penggabungan tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas PT Bank Susila Bakti

(BSB). BSB merupakan salah satu Bank konvensional yang

dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank

Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari

krisis ekonomi, PT BSB juga melakukan upaya merger dengan

beberapa Bank lain serta mengundang investor asing.

45

Sebagai tindak lanjut dari pemikiran Pengembangan

Sistem Ekonomi Syariah, pemerintah memberlakukan UU

No.10 tahun 1998 yang memberi peluang bagi Bank Umum

untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan

Syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan Layanan

Perbankan Syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum

syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK

Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999.

Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior

Bank Indonesia (BI) No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui

perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank

Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

b) Struktur Pemegang Saham

Pemegang saham PT Bank Syariah Mandiri dimiliki oleh

PT Bank Mandiri (Persero) sebesar 99,99999975% dan Mandiri

Sekuritas sebesar 0,00000025% yang mana pemegang saham

PT Bank Mandiri (Persero) ialah milik Pemerintah RI sebesar

46

60%, masyarakat asing sebesar 31,5% dan masyarakat lokal

sebesar 8,5%.

3) BRI Syariah

a) Sejarah Singkat

Perjalanan PT Bank BRISyariah (selanjutnya disebut

BRISyariah atau Bank) bermula dari akuisisi PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk terhadap Bank Jasa Arta pada 19

Desember 2007. Bank secara resmi beroperasi setelah

mendapatkan izin usaha dari Bank Indonesia melalui surat

No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008 pada 16 Oktober 2008. Dengan

demikian, pada 17 November 2008, PT Bank BRISyariah resmi

beroperasi dan tidak pernah berganti nama sejak saat itu.

BRISyariah pun menjejakkan langkahnya semakin jauh

sejak ditandatanganinya akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk melebur ke dalam

PT Bank BRISyariah pada 19 Desember 2008. Proses spin off

tersebut berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009 dengan

penandatanganan yang dilakukan oleh Sofyan Basir selaku

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan

Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT Bank BRISyariah.

b) Struktur Pemegang Saham

Pemegang saham PT BRISyariah dimiliki oleh PT BRI

(Persero) sebesar 99,9999747% dan Yayasan Kesejahteraan

47

Pekerja (YKP) BRI sebesar 0,0000253% yang mana pemegang

saham PT BRI (Persero) ialah milik Pemerintah RI sebesar

56,75% dan Masyarakat sebesar 43,25%.

4) BJB Syariah

a) Sejarah Singkat

Tanggal 20 Mei 2000 adalah awal berdirinya BJB Syariah

yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa

Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan

jasa perbankan syariah pada saat itu. Di tahap awal

pembentukannya tersebut, BJB Syariah masih berstatus sebagai

Divisi/Unit Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah

Jawa Barat dan Banten Tbk.

Dalam perkembangan selanjutnya, Divisi/Unit Usaha

Syariah tersebut bertansformasi menjadi sebuah Bank Umum

Syariah setelah 10 (sepuluh) tahun beroperasi setelah mendapat

persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank

Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. Menurut

pandangan Manajemen perusahaan induk tersebut, transformasi

ini diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah

serta mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki

peningkatan share perbankan syariah.

Secara resmi BJB Syariah berdiri pada tanggal 15 Januari

2010 berdasarkan Akta Pendirian PT Bank Jabar Banten

48

Syariah nomor 4 tanggal 15 Januari 2010 yang telah disetujui

dan disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia nomor AHU-04317.AH.01.01 tanggal 26 Januari

2010.

b) Struktur Pemegang Saham

Pemegang saham BJB Syariah dimiliki oleh PT BPD Jawa

Barat dan Banten sebesar 98,61% dan PT Banten Global

Development sebesar 1,39% yang mana pemegang saham PT

BPD Jawa Barat dan Banten sahamnya dimiliki oleh Pemerintah

Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah

kota/ kabupaten se-Jawa Barat dan pemerintah kota/kabupaten

se-Banten serta publik.

b. Bank Syariah Swasta

1) Bank Muamalat Indonesia

a) Sejarah Singkat

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Bank Muamalat

Indonesia) memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah

pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us

Tsani 1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia digagas oleh

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian

mendapat dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia. Sejak

resmi beroperasi pada 1 Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H.

49

Bank Muamalat Indonesia terus berinovasi dan

mengeluarkan produk-produk keuangan syariah seperti

Asuransi Syariah (Asuransi Takaful), Dana Pensiun Lembaga

Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) dan multifinance

syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance) yang seluruhnya menjadi

terobosan di Indonesia. Selain itu produk Bank yaitu Shar-e

yang diluncurkan pada tahun 2004 juga merupakan tabungan

instan pertama di Indonesia. Produk Shar-e Gold Debit Visa

yang diluncurkan pada tahun 2011 tersebut mendapatkan

penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai

Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di Indonesia

serta layanan e-channel seperti internet banking, mobile

banking, ATM, dan cash management. Seluruh produk-produk

tersebut menjadi pionir produk syariah di Indonesia dan menjadi

tonggak sejarah penting di industri perbankan syariah.

Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia

mendapatkan izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai

perusahaan publik yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Pada tahun 2003, Bank dengan percaya diri melakukan

Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan

merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang

mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah. Aksi korporasi

50

tersebut semakin menegaskan posisi Bank Muamalat Indonesia

di peta industri perbankan Indonesia.

Seiring kapasitas Bank yang semakin diakui, Bank

semakin melebarkan sayap dengan terus menambah jaringan

kantor cabangnya di seluruh Indonesia. Pada tahun 2009, Bank

mendapatkan izin untuk membuka kantor cabang di Kuala

Lumpur, Malaysia dan menjadi bank pertama di Indonesia serta

satu-satunya yang mewujudkan ekspansi bisnis di Malaysia.

Hingga saat ini, Bank telah memiliki 363 kantor layanan

termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank

juga didukung oleh jaringan layanan yang luas berupa 1.337 unit

ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM

Prima, 103 Mobil Kas Keliling (mobile branch) serta lebih dari

11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia Electronic

Payment (MEPS).

b) Struktur Pemegang Saham

Struktur pemegang saham PT Bank Muamalat Indonesia

dimiliki oleh swasta yaitu Badan Usaha Asing sebesar 87,42%,

Badan Usaha Lokal sebesar 2,42%, Perorangan Lokal sebesar

3,52%, dan Masyarakat lain sebesar 6,64%.

2) Bank Mega Syariah

a) Sejarah Singkat

51

Pada awalnya dikenal sebagai PT Bank Umum Tugu

(Bank Tugu), yaitu bank umum yang didirikan pada 14 Juli

1990 kemudian diakuisisi oleh PT CT Corpora (d/h Para Group)

melalui PT Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan

PT Para Rekan Investama pada 2001. Akuisisi ini diikuti dengan

perubahan kegiatan usaha pada tanggal 27 Juli 2004 yang

semula bank umum konvensional menjadi bank umum syariah

dengan nama PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) serta

dilakukan perubahan logo untuk meningkatkan citranya di

masyarakat sebagai lembaga keuangan yang dapat dipercaya.

Pada tanggal 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi.

Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007,

pemegang saham memutuskan untuk merubah logo BSMI ke

bentuk logo sister company, yakni PT Bank Mega Tbk, namun

dengan skema warna yang berbeda. Sejak 2 November 2010

hingga saat ini, bank dikenal sebagai PT Bank Mega Syariah.

b) Struktur Pemegang Saham

Struktur pemegang saham PT Bank Mega Syariah dimiliki

oleh swasta yaitu PT Mega Corpora sebesar 99,99% dan PT

Para Rekan Investama sebesar 0,01%.

3) BCA Syariah

a) Sejarah Singkat

52

Berdasarkan Akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009

yang dibuat di hadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H, M.SI,

PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank

Utama Internasional Bank (Bank UIB). Selanjutnya, Bank UIB

berubah nama menjadi PT Bank BCA Syariah berdasarkan Akta

Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan Terbatas PT

Bank UIB No. 49 yang dibuat di hadapan Notaris Pudji Redjeki

Irawati, S.H, tanggal 16 Desember 2009, tentang Perubahan

Kegiatan Usaha dan Perubahan Nama Dari PT Bank UIB

menjadi PT Bank BCA Syariah.

Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional

menjadi Bank Umum Syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank

Indonesia melalui Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/

DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh izin

tersebut, pada tanggal 5 April 2010, PT Bank BCA Syariah

(BCAS) resmi beroperasi sebagai Bank Umum Syariah.

b) Struktur Pemegang Saham

Struktur pemegang saham PT BCA Syariah dimiliki oleh

swasta yaitu PT BCA sebesar 99,9999% dan PT BCA Finance

sebesar 0,0001%.

4) Bank Syariah Bukopin

a) Sejarah Singkat

53

Sejarah pendirian PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya

disebut Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah berawal dengan masuknya PT Bank Bukopin, Tbk. yang

mengakuisisi PT Bank Persyarikatan Indonesia, yakni sebuah

bank konvensional. PT Bank Persyarikatan Indonesia

sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional yang

didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan akta

nomor 102 tanggal 29 juli 1990. PT Bank Swansarindo

Internasional merupakan bank umum yang memperoleh surat

keputusan Menteri Keuangan nomor 1659/KMK.013/1990

tanggal 31 Desember 1990 tentang pemberian izin peleburan

usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank

Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang

memperoleh kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia

nomor 24/1/UPBD/PBD2/SMr tanggal 1 Mei 1991 tentang

Pemberian izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan kantor

bank.

Pada tahun 2001 sampai akhir 2002, Organisasi

Muhammadiyah mengakuisisi dan sekaligus mengubah nama

PT Bank Swansarindo Internasional menjadi PT Bank

Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari

Bank Indonesia (BI) nomor 5/4/KEP.DGS/2003 tanggal 24

januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal

54

31 januari 2003. Dalam perkembangannya, terdapat program

penyehatan PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan

modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk.

Pada tahun 2008 memperolah izin kegiatan usaha bank

umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui

surat keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor

10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang

Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional

Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank

Persyarikatan Indonesia menjadi PT Bank Syariah Bukopin.

Perseroan sebagai bank syariah secara resmi mulai efektif

beroperasi pada tanggal 9 Desember 2008. Saat itu, kegiatan

operasional perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf

Kalla, Wakil Presiden republik Indonesia periode 2004-2009.

b) Struktur Pemegang Saham

Struktur pemegang saham PT BCA Syariah dimiliki oleh

swasta yaitu PT Bank Bukopin sebesar 90,669%, PT Mitra

Usaha Sarana sebesar 0,584%, Individu Muhammadiyah

sebesar 0,706%, PT Bakrie Capital Indonesia sebesar 2,555%,

PT Mega Capital Indonesia sebesar 2,555%, BPJS

Ketenagakerjaan sebesar 2,555%, Tee SupraPTo sebesar

0,003%, Emil Abeng sebesar 0,372%.

5) Panin Dubai Syariah

55

a) Sejarah Singkat

Panin Dubai Syariah Bank didirikan berdasarkan akta

Perseroan terbatas no. 12 tanggal 8 Januari 1972, yang dibuat

oleh Moeslim Dalidd, notaris di Malang dengan nama PT Bank

Pasar Bersaudara Djaja. Panin Dubai Syariah Bank telah

beberapa kali melakukan perubahan nama, berturut-turut

menjadi PT Bank Bersaudara Djaja, berdasarkan akta Berita

acara rapat No. 25 tanggal 8 Januari 1990, yang dibuat oleh

Indrawati Setiabudhi, SH, notaris di Malang. Kemudian menjadi

PT Bank Harfa berdasarkan akta Berita acara No. 27 tanggal 27

Maret 1997 yang dibuat oleh Alfian Yahya, SH, notaris di

Surabaya. Kemudian menjadi PT Bank Panin Syariah

sehubungan bank perubahan kegiatan usaha dari semula

menjalankan kegiatan usaha perbankan konvensional menjadi

kegiatan usaha perbankan syariah dengan prinsip bagi hasil

berdasarkan syariat islam, berdasarkan akta Berita acara RUPS

luar Biasa No. 1 tanggal 3 agustus 2009, yang dibuat oleh Drs.

Bambang tedjo anggono Budi, SH, M.Kn, pengganti dari

Sutjipto, SH notaris di Jakarta.

Selanjutnya, nama Panin Dubai Syariah Bank diubah

kembali menjadi PT Bank Panin Syariah tbk, sehubungan

dengan perubahan status Panin Dubai Syariah Bank dari semula

perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka, berdasarkan akta

56

Berita acara RUPS luar Biasa No. 71 tanggal 19 Juni 2013 yang

dibuat oleh Fathiah helmi, SH notaris di Jakarta. Pada 2016,

nama Panin Dubai Syariah Bank berubah menjadi PT Bank

Panin Dubai Syariah Tbk sehubungan dengan masuknya Dubai

islamic Bank PJSC sebagai salah satu Pemegang Saham

Pengendali bank, berdasarkan akta Pernyataan Keputusan

RUPS luar Biasa no. 54 tanggal 19 april 2016, yang dibuat oleh

Fathiah helmi, notaris di Jakarta, yang berlaku efektif sejak 11

Mei 2016 sesuai Surat Keputusan Menteri hukum dan hak asasi

Manusia RI No.AHU-0008935.AH.01.02 Tahun 2016 tanggal

11 Mei 2016. Penetapan penggunaan izin usaha dengan nama

baru PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk telah diterima dari

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai salinan Keputusan Dewan

Komisioner OJK No. Kep29/D.03/2016 tanggal 26 Juli 2016.

b) Struktur Pemegang Saham

Struktur pemegang saham PT Bank Panin Dubai Syariah

dimiliki oleh swasta yaitu Badan Hukum Asing sebesar 39,35%,

Badan Hukum Lokal sebesar 60,36%, dan Perorangan Lokal

sebesar 0,29%.

6) Bank Victoria Syariah

a) Sejarah Singkat

PT Bank Victoria Syariah didirikan untuk pertama kalinya

dengan nama PT Bank Swaguna berdasarkan Akta Nomor 9

57

tanggal 15 April 1966. Akta tersebut kemudian diubah dengan

Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 4 tanggal 5 September

1967 yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum

Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan Nomor:

JA.5/79/5 tanggal 7 November 1967 dan telah didaftarkan pada

Daftar Perusahaan di Kantor Panitera Pengadilan Negeri I di

Cirebon masing-masing di bawah Nomor 1/1968 dan Nomor

2/1968 pada tanggal 10 Januari 1968, serta telah diumumkan

dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 42 tanggal 24

Mei 1968, Tambahan Nomor 62.

Selanjutnya, PT Bank Swaguna diubah namanya menjadi

PT Bank Victoria Syariah sesuai dengan Akta Pernyataan

Keputusan Pemegang Saham Nomor 5 tanggal 6 Agustus 2009

yang dibuat dihadapan Erni Rohaini SH, MBA, Notaris Daerah

Khusus Ibukota Jakarta yang berkedudukan di Jakarta Selatan.

Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan Menteri Hukum

Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan Nomor:

AHU-02731.AH.01.02 tahun 2010 tanggal 19 Januari 2010,

serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia

Nomor 83 tanggal 15 Oktober 2010, Tambahan Nomor 31425.

Anggaran Dasar PT Bank Victoria Syariah diubah dengan

Akta Nomor 45 tanggal 30 Maret 2010 yang dibuat dihadapan

Sugih Haryati, SH, M.Kn sebagai pengganti dari Notaris Erni

58

Rohaini, SH, MBA, Notaris Daerah Khusus Ibukota Jakarta

yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Perubahan Anggaran

Dasar tersebut ditujukan untuk merubah pasal 10 ayat 3.

Perubahan tersebut telah diterima dan dicatat dalam database

Sisminbakum Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia

berdasarkan Surat Nomor: AHU-AH.01.10-16130 tanggal 29

Juni 2010.

Perubahan kegiatan usaha Bank Victoria Syariah dari

bank umum konvensional menjadi bank umum syariah telah

mendapatkan izin dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan

Gubernur Bank Indonesia Nomor: 12/8/KEP. GBI/DpG/2010

tertanggal 10 Februari 2010. Bank Victoria Syariah mulai

beroperasi dengan prinsip syariah sejak tanggal 1 April 2010.

b) Struktur Pemegang Saham

Adapun kepemilikan saham Bank Victoria pada Bank

Victoria Syariah adalah sebesar 99,99%. Struktur pemegang

saham PT Bank Victoria Syariah dimiliki oleh swasta yaitu PT

Bank Victoria sebesar 99,99% dan Masyarakat sebesar 0,01%.

7) Maybank Syariah Indonesia

a) Sejarah Singkat

Sejarah PT Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank

Syariah atau Bank) bermula dengan didirikannya PT Maybank

Nusa International pada tanggal 16 SePTember 1994 sebagai

59

bank joint venture antara Malayan Banking (Maybank) Berhad

dengan Bank Nusa Nasional. Pada 14 November 2000, PT

Maybank Nusa International berganti nama menjadi PT Bank

Maybank Indocorp dengan kepemilikan saham Bank Nusa

Nasional diambil alih oleh Menteri Keuangan Republik

Indonesia qq PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero).

PT Bank Maybank Indocorp menawarkan beragam jasa

perbankan konvensional, termasuk pembiayaan skala besar

untuk nasabah korporasi serta komersial. Pada 23 SePTember

2010, PT Bank Maybank Indocorp berubah menjadi bank

syariah komersial, dan berganti nama menjadi PT Bank

Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah) berdasarkan

Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.

12/60/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 23 SePTember 2010

tentang Pemberian izin Perubahan Kegiatan Usaha dari Bank

Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah PT Bank

Maybank Indonesia Syariah. Setelah mendapat persetujuan

Bank Indonesia, Maybank Syariah memulai kegiatan usaha

sebagai bank syariah pada tanggal 1 Oktober 2010.

Berdasarkan akta Notaris Aliya S. Azhar SH., MH, M.Kn,

No. 27 tanggal 19 Desember 2011, Rapat Pemegang Saham

Bank memutuskan untuk menjual 30.000 lembar saham Bank

yang dimiliki oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia qq PT

60

Perusahaan Pengelola Aset (Persero) kepada Malayan Banking

Berhad dan Maybank telah melakukan penjualan 9.451 saham

Bank kepada PT Prosperindo.

b) Struktur Pemegang Saham

Adapun kepemilikan saham Maybank Syariah Indonesia

dimiliki oleh swasta yang terdiri dari Malayan Banking Berhad

(99%) dan PT Prosperindo (1%).

2. Kinerja Keuangan

Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian penulis terkait

trend kinerja keuangan pada lima tahun terakhir yaitu tahun 2012 sampai

dengan tahun 2016. Berikut ini beberapa aspek penilaian kinerja keuangan

bank syariah dengan metode penilaian analisis rasio keuangan dan

Islamicity Performance Index:

Tabel 4.1

Aspek Penilaian Kinerja Keuangan

Metode Penilaian Aspek Penilaian Alat Ukur

Analisis Rasio

Keuangan

Permodalan Capital Adequacy Ratio

(CAR)

Kualitas Aset Non Performing Financing

(NPF)

Likuiditas Financing to Deposit Ratio

(FDR)

Rentabilitas Return on Asset (ROA)

Islamicity

Performance Index

Penyaluran Akad

Bagi Hasil

Profit Sharing Ratio (PSR)

Penyaluran Zakat Zakat Performance Ratio

(ZPR)

Pendapatan Halal Islamic Income vs Non-

Islamic Income

Sumber: Diolah oleh Penulis

61

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio CAR merupakan merupakan perbandingan antara modal

dan penyertaan dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Rasio ini

bertujuan mengukur kinerja Bank Syariah dalam mengantisipasi

kerugian dari aktiva produktif yang berisiko melalui kecukupan modal

yang tersedia.

Tabel 4.2

Rasio CAR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016

Bank Syariah Tahun (%)

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 19,29 16,54 18,76 18,16 17,81

Bank Syariah Mandiri 13,82 14,10 14,12 12,85 14,01

BRI Syariah 11,91 14,49 12,89 13,94 20,63

BJB Syariah 21,09 17,99 15,78 22,53 18,25

Rata-rata 16,53 15,78 15,39 16,87 17,68

Bank Swasta

Bank Muamalat

Indonesia

11,57 14,05 13,91 12,00 12,74

Bank Mega Syariah 13,51 12,99 19,26 18,74 23,53

BCA Syariah 31,5 22,4 29,6 34,3 36,7

Bank Syariah Bukopin 12,78 11,10 14,80 16,31 17,00

Panin Dubai Syariah 32,20 20,83 25,69 20,30 18,17

Bank Victoria Syariah 28,08 18,40 15,27 16,14 15,98

Maybank Syariah 63,89 59,41 52,13 38,40 55,06

Rata-rata 27,65 22,74 24,38 22,31 25,60

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan rasio CAR pada lima tahun terakhir, dapat dilihat

bahwa kecukupan modal Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah

Swasta rata-rata mengalami perubahan yang tidak stabil atau

fluktuatif setiap tahun.

62

Kecukupan modal Bank Syariah Pemerintah pada tahun 2012

sebesar 16,53% lalu pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi

15,78% dan tahun 2014 menjadi 15,39%. Tetapi pada tahun

selanjutnya yaitu 2015 dan 2016 Bank Syariah Pemerintah mampu

memperbaiki rasio CAR dibuktikan pada tahun 2015 mengalami

peningkatan menjadi 16,87% dan pada tahun 2016 juga mengalami

peningkatan menjadi 17,68%.

Kecukupan modal Bank Syariah Swasta pada tahun 2012

sebesar 27,65% lalu mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai

dengan 2015 yaitu tahun 2013 menjadi 22,74%, pada tahun 2014

menjadi 24,38%, pada tahun 2015 menjadi 22,31% namun pada tahun

2016 Bank Syariah Swasta mampu memperbaiki rasio CAR yang

pada tiga tahun sebelumnya mengalami penurunan, hal itu dibuktikan

dengan adanya kenaikan menjadi 25,60%.

Grafik 4.1

Perkembangan Rasio CAR

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Sumber: Diolah oleh Penulis

16.53 15.78 15.39 16.8717.68

27.65

22.7424.38

22.31 25.6

5

10

15

20

25

30

35

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Swasta

63

b. Non Performing Financing (NPF)

Rasio NPF merupakan perbandingan antara pembiayaan yang

bermasalah terhadap total seluruh pembiayaan. Rasio ini bertujuan

untuk menilai kinerja bank dalam menyalurkan pembiayaan.

Tabel 4.3

Rasio NPF Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016

Bank Syariah Tahun (%)

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 2,02 1,86 1,86 2,53 2,94

Bank Syariah Mandiri 2,82 4,32 6,84 6,06 4,92

BRI Syariah 2,09 3,26 3,65 3,89 3,19

BJB Syariah 7,40 8,95 5,84 6,93 17,91

Rata-rata 3,58 4,60 4,55 4,85 7,24

Bank Swasta

Bank Muamalat Indonesia 2,09 4,69 6,55 7,11 3,83

Bank Mega Syariah 2,67 2,99 3,89 4,26 3,30

BCA Syariah 0,1 0,1 0,1 0,6 0,5

Bank Syariah Bukopin 4,59 4,27 4,07 2,99 3,17

Panin Dubai Syariah 0,20 1,02 0,53 2,63 2,26

Bank Victoria Syariah 3,19 3,71 7,10 9,80 7,31

Maybank Syariah 2,49 2,69 5,04 35,15 43,99

Rata-rata 2,19 2,78 3,90 8,93 9,19

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan rasio NPF pada lima tahun terakhir di atas, dapat

dilihat bahwa tingkat pembiayaan bermasalah Bank Syariah

Pemerintah rata-rata mengalami perubahan yang tidak stabil atau

fluktuatif setiap tahun sedangkan rasio NPF pada Bank Syariah

Swasta selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tingkat pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah Pemerintah

pada tahun 2012 sebesar 3,58% lalu mengalami kenaikan pada tahun

64

2013 menjadi 4,60% kemudian pada tahun 2014 berhasil sedikit

memperbaiki tingkat pembiayaan bermasalah hal itu ditandai dengan

adanya penurunan menjadi 4,55%, namun pada tahun 2015 kembali

mengalami kenaikan tingkat pembiayaan bermasalah menjadi 4,85%

dan pada tahun 2016 menjadi 7,24%.

Tingkat pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah Swasta

pada tahun 2012 sebesar 2,19% lalu pada tahun 2013 sampai dengan

2016 selalu terjadi kenaikan. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan

menjadi 2,78%, tahun 2014 menjadi 3,9%, tahun 2015 mengalami

kenaikan yang sangat jauh dari tahun sebelumnya menjadi 8,93%, dan

tahun 2016 menjadi 9,19%.

Grafik 4.2

Perkembangan Rasio NPF

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Sumber: Diolah oleh Penulis

c. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio FDR merupakan perbandingan antara jumlah pembiayaan

yang diberikan dengan jumlah dana yang dihimpun dari pihak ketiga.

Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja keuangan dalam memelihara

3.584.6 4.55

4.85

7.24

2.19 2.78

3.9

8.939.19

2

4

6

8

10

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Swasta

65

tingkat likuiditas bank terutama kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek dan pelaksanaan fungsi bank sebagai

intermediaris dalam mengelola keuangan masyarakat.

Tabel 4.4

Rasio FDR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016

Bank Syariah Tahun (%)

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 84,99 97,86 92,60 91,94 84,57

Bank Syariah Mandiri 94,40 89,37 82,13 81,99 79,19

BRI Syariah 103,07 102,70 93,90 84,16 81,42

BJB Syariah 87,99 79,61 84,02 104,75 98,73

Rata-rata 92,61 92,39 88,16 90,71 85,98

Bank Swasta

Bank Muamalat

Indonesia

94,15 99,99 84,14 90,30 95,13

Bank Mega Syariah 88,88 93,37 93,61 98,49 95,24

BCA Syariah 79,9 83,5 91,2 91,4 90,1

Bank Syariah Bukopin 91,98 100,29 92,89 90,56 88,18

Panin Dubai Syariah 105,66 90,40 94,04 96,43 91,99

Bank Victoria Syariah 73,78 84,65 95,19 95,29 100,67

Maybank Syariah 197,70 152,87 157,77 110,54 134,73

Rata-rata 104,58 100,72 91,85 96,14 94,33

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan rasio FDR pada lima tahun terakhir, dapat dilihat

bahwa FDR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta rata-

rata mengalami perubahan yang tidak stabil atau fluktuatif setiap

tahun.

Pada tahun 2012, Bank Syariah Pemerintah menyalurkan

pembiayaan sebesar 92,61% dari total dana pihak ketiga yang

dihimpun lalu pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi

66

92,39% dan tahun 2014 menjadi 88,16% namun pada tahun 2015

mengalami peningkatan menjadi 90,71% kemudian terjadi penurunan

kembali pada tahun 2016 menjadi 85,98%.

Bank Syariah Swasta menyalurkan pembiayaan sebesar

104,58% dari dana pihak ketiga pada tahun 2012 lalu terjadi

penurunan pada tahun 2013 menjadi 100,72% dan tahun 2014 menjadi

91,85%, sama halnya dengan Bank Syariah Pemerintah pada tahun

2015 mengalami peningkatan menjadi 96,14% dan juga terjadi

penurunan pada tahun 2016 menjadi 94,33%.

Grafik 4.3

Perkembangan Rasio FDR

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Sumber: Diolah oleh Penulis

d. Return On Asset (ROA)

Rasio ROA merupakan perbandingan antara laba atau

keuntungan yang dihasilkan dengan rata-rata total aset. Rasio ini

bertujuan untuk menilai kinerja bank dalam menghasilkan laba atau

keuntungan.

92.61 92.3988.16

90.71 85.98

104.58

100.72

91.85 96.14

94.33

80

85

90

95

100

105

110

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Swasta

67

Tabel 4.5

Rasio ROA Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016

Bank Syariah Tahun (%)

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 1,48 1,37 1,27 1,43 1,44

Bank Syariah Mandiri 2,25 1,53 -0,04 0,56 0,59

BRI Syariah 0,88 1,15 0,08 0,77 0,95

BJB Syariah -0,59 0,91 0,72 0,25 -8,09

Rata-rata 1.01 1.24 0.51 0.75 -1.28

Bank Swasta

Bank Muamalat

Indonesia

1,54 0,50 0,17 0,20 0,22

Bank Mega Syariah 3,81 2,33 0,29 0,30 2,63

BCA Syariah 0,8 1,0 0,8 1,0 1,1

Bank Syariah Bukopin 0,55 0,69 0,27 0,79 0,76

Panin Dubai Syariah 3,48 1,03 1,99 1,14 0,37

Bank Victoria Syariah 1,43 0,50 -1,87 -2,36 -2,19

Maybank Syariah 2,88 2,87 3,61 -20,13 -9,51

Rata-rata 2.07 1.27 0.75 -2.72 -0.95

Berdasarkan rasio ROA lima tahun terakhir di atas, dapat dilihat

bahwa keuntungan yang dihasilkan Bank Syariah Pemerintah dan

Bank Syariah Swasta terhadap aset rata-rata mengalami perubahan

yang tidak stabil atau fluktuatif setiap tahun.

Laba yang dihasilkan Bank Syariah Pemerintah jika

dibandingkan dengan total aset, pada tahun 2012 sebesar 1,01% lalu

mengalami peningkatan menjadi 1,24% pada tahun 2013 namun

terjadi penurunan menjadi 0,51% pada tahun 2014 tetapi pada tahun

2015 bank berhasil memperbaiki kinerja ROA sehingga ROA

mengalami peningkatan menjadi 0,75% kemudian pada tahun terakhir

penelitian ROA mengalami penurunan yang cukup jauh yaitu -1,28%.

68

Laba yang dihasilkan Bank Syariah Swasta jika

dibandingkan dengan total aset, pada tahun 2012 sebesar 2,07% lalu

mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015

yaitu tahun 2013 menjadi 1,27% lalu pada tahun 2014 menjadi 0,75%

dan tahun 2015 menjadi -2,72% namun pada tahun 2016 bank cukup

memperbaiki kinerja ROA, hal itu dibuktikan terjadi peningkatan

menjadi -0,95%.

Grafik 4.4

Perkembangan Rasio ROA

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Sumber: Diolah oleh Penulis

e. Profit Sharing Ratio (PSR)

Profit Sharing Ratio merupakan rasio yang membandingkan

jumlah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan

musyarakah dengan total seluruh pembiayaan yang diberikan. Rasio

ini bertujuan menilai kinerja Bank Syariah dalam melaksanakan

fungsi intermediaris dalam penyaluran pembiayaan dengan prinsip

bagi hasil yang merupakan tujuan utama Bank Syariah.

1.01 1.240.51 0.75

-1.28

2.07

1.27 0.75

-2.72

-0.95

-3

-2

-1

0

1

2

3

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Swasta

69

Tabel 4.6

Rasio PSR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016

Bank Syariah Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 18,65 17,06 16,87 19,60 20,63

Bank Syariah Mandiri 23,58 21,65 22,19 27,04 30,45

BRI Syariah 23,59 28,82 31,86 37,36 37,42

BJB Syariah 37,96 35,38 29,56 21,81 18,78

Rata-rata 25,95 25,73 25,12 26,45 26,82

Bank Swasta

Bank Muamalat

Indonesia

45,20 50,21 36,14 54,68 54,68

Bank Mega Syariah 0,55 0,60 0,75 1,41 7,29

BCA Syariah 51,63 55,13 51,30 48,24 52,15

Bank Syariah Bukopin 0 33,31 39,28 48,10 52,69

Panin Dubai Syariah 49,25 52,29 86,72 90,61 83,70

Bank Victoria Syariah 16,70 32,42 56,19 69,96 79,59

Maybank Syariah 0 0 16 12 14

Rata-rata 23,33 31,99 40,91 46,43 49,16

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil perhitungan Profit Sharing Ratio dalam lima

tahun terakhir, dapat dilihat bahwa Bank Syariah Pemerintah rata-rata

mengalami perubahan yang tidak stabil atau fluktuatif setiap tahun

sedangkan Bank Syariah Swasta terlihat selalu mengalami

peningkatan prosi penyaluran akad bagi hasil setiap tahun.

Bank Syariah Pemerintah memberikan porsi penyaluran akad

dengan prinsip bagi hasil sebesar 25,95% pada tahun 2012 kemudian

mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 25,73% dan tahun

2014 menjadi 25,12% kemudian bank berhasil memperbaiki kinerja

PSR hal itu dibuktikan PSR mengalami peningkatan pada tahun 2015

menjadi 26,45% dan tahun 2016 menjadi 26,18%.

70

Bank Syariah Swasta secara keseluruhan selalu mengalami

peningkatan setiap tahun walaupun dua Bank Syariah Swasta yaitu

Bank Syariah Bukopin dan Maybank Syariah pada tahun 2012 dan

2013 tidak melaporkan adanya penyaluran akad bagi hasil. Pada tahun

2012, Bank Syariah Swasta memberikan porsi penyaluran akad bagi

hasil sebesar 23,33% lalu pada tahun 2013 mengalami peningkatan

menjadi 31,99% kemudian tahun 2014 mengalami peningkatan

menjadi 40,91%, pada tahun 2015 meningkat menjadi 46,43% dan

pada tahun 2016 meningkat menjadi 49,16%.

Grafik 4.5

Perkembangan Rasio PSR

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Sumber: Diolah oleh Penulis

f. Zakat Performance Ratio (ZPR)

Zakat Performance Ratio merupakan rasio yang

membandingkan jumlah zakat yang dibayar dengan kekayaan bersih

yang merupakan hasil dari total asset dikurangkan dengan total

liabilitas. Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja bank syariah

25.95

25.73 25.12 26.4526.82

23.33

31.99

40.91 46.43 49.16

5101520253035404550

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Swasta

71

dalam mengeluarkan zakat yang dibandingkan dengan kekayaan

bersih yang dimiliki Bank Syariah.

Tabel 4.7

Rasio ZPR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016

Bank Syariah Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 0,05 0,07 0,07 0,06 0,07

Bank Syariah Mandiri 0,08 0,05 0,09 0,05 0,03

BRI Syariah 0,03 0,04 0,05 0,02 0,04

BJB Syariah 0,00 0,00 0,02 0,00 0,01

Rata-rata 0,04 0,04 0,06 0,03 0,04

Bank Swasta

Bank Muamalat

Indonesia

0,02 0,04 0,04 0,03 0,03

Bank Mega Syariah 0,03 0,06 0,07 0,02 0,04

BCA Syariah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Bank Syariah Bukopin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Panin Dubai Syariah 0,00 0,00 0,02 0,06 0,03

Bank Victoria Syariah 0,01 0,02 0,01 0,01 0,00

Maybank Syariah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Rata-rata 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil perhitungan Zakat Performance Ratio dalam

lima tahun terakhir, dapat dilihat bahwa Bank Syariah Pemerintah

rata-rata mengeluarkan zakat setiap tahun namun pada Bank Syariah

Swasta terdapat beberapa bank yang sama sekali tidak melaporkan

pembayaran zakat seperti BCA Syariah, Bank Syariah Bukopin dan

Maybank Syariah.

Bank Syariah Pemerintah pada tahun 2012 melaporkan

pembayaran zakat dengan porsi sebesar 0,04% dari kekayaan bersih

lalu pada tahun 2013 tetap stabil dengan porsi 0,04% kemudian pada

72

tahun 2014 mengalami peningkatan porsi zakat menjadi 0,06% namun

porsi tersebut mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi 0,03%

dan pada tahun 2016 bank berhasil memperbaiki kinerja zakat dengan

peningkatan porsi zakat menjadi 0,04%.

Bank Syariah Swasta pada tahun 2012 melaporkan pembayaran

zakat dengan porsi sebesar 0,01% dari kekayaan bersih lalu

mengalami peningkatan pada tahun 2013 dan stabil sampai dengan

tahun 2014 dengan porsi 0,02% namun pada tahun terakhir penelitian

mengalami penurunan porsi zakat menjadi 0,01%.

Grafik 4.6

Perkembangan Rasio ZPR

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Sumber: Diolah oleh Penulis

g. Islamic Income vs Non-Islamic Income

Islamic Income vs Non-Islamic Income merupakan rasio yang

membandingkan antara pendapatan halal yang diterima dari transaksi

Islam dengan seluruh pendapatan termasuk pendapatan non halal.

Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja bank syariah dalam

menghasilkan pendapatan yang berasal dari transaksi Islam.

0.04

0.04 0.06 0.03 0.040.01

0.020.02

0.02 0.01

0

1

2

3

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Swasta

73

Tabel 4.8

Rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Tahun 2012-2016

Bank Syariah Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Pemerintah

BNI Syariah 99,98 99,99 100 99,99 100

Bank Syariah Mandiri 99,99 100 99,99 99,99 99,99

BRI Syariah 100 99,98 99,99 99,99 100

BJB Syariah 100 100 100 99,98 100

Rata-rata 99,99 99,99 100 99,99 100

Bank Swasta

Bank Muamalat

Indonesia

99,85 99,98 99,97 99,89 99,97

Bank Mega Syariah 100 99,99 99,99 99,97 99,99

BCA Syariah 100 100 100 99,99 100

Bank Syariah Bukopin 99,98 99,99 99,97 99,96 99,94

Panin Dubai Syariah 100 100 100 100 100

Bank Victoria Syariah 100 100 100 100 100

Maybank Syariah 100 100 99,98 99,99 99,99

Rata-rata 99,98 99,99 99,99 99,97 99,98

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil perhitungan Islamic Income vs Non-Islamic

Income dalam lima tahun terakhir, dapat dilihat bahwa rasio

pendapatan halal Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

fluktuatif namun perubahan baik peningkatan atau penurunan sangat

kecil dengan selisih rata-rata sebesar 0,01% sehingga perubahan

tersebut tidak terlalu signifikan.

Pada tahun 2012 pendapatan halal yang dihasilkan Bank

Syariah Pemeritah sebesar 99,99% lalu tetap stabil 99,99% pada tahun

2013 kemudian pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi

100% karena bank syariah tidak melaporkan pendapatan non halal

74

yang diterima, pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi

99,99% dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 100%.

Pendapatan halal yang dihasilkan Bank Syariah Swasta pada

tahun 2012 sebesar 99,98% lalu mengalami peningkatan dan tetap

stabil sampai tahun 2014 sebesar 99,99% kemudian pada tahun 2015

mengalami penurunan menjadi 99,97% dan pada tahun 2016

mengalami peningkatan menjadi 99,98%.

Grafik 4.7

Perkembangan Rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Sumber: Diolah oleh Penulis

99.99

99.99 100 99.99 10099.98

99.9999.99

99.97 99.98

95

100

105

2012 2013 2014 2015 2016

Bank Syariah Pemerintah

Bank Syariah Swasta

75

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Penilaian Analisis Rasio

Keuangan

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Tabel 4.9

Hasil Penilaian Permodalan melalui Rasio CAR

Bank Syariah Tahun Rata-

rata

Hasil

Penilaian

Bank Syariah Pemerintah 2012 16,53% Peringkat 1

2013 15,78% Peringkat 1

2014 15,39% Peringkat 1

2015 16,87% Peringkat 1

2016 17,68% Peringkat 1

Rata-rata 16,45% Peringkat 1

Bank Syariah Swasta 2012 27,65% Peringkat 1

2013 22,74% Peringkat 1

2014 24,38% Peringkat 1

2015 22,31% Peringkat 1

2016 25,60% Peringkat 1

Rata-rata 24,54% Peringkat 1

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio CAR selama lima

tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 16,45% berada

di Peringkat 1 begitu juga dengan Bank Syariah Swasta dengan rasio

yang lebih tinggi 24,54% dibandingkan Bank Syariah Pemerintah juga

berada di Peringkat 1 yang artinya tingkat modal secara signifikan

berada lebih tinggi dari ketentuan yang berlaku. Jadi, tidak ada

perbedaan kinerja dalam aspek permodalan antara Bank Syariah

Pemerintah dan Bank Syariah Swasta namun dari besarnya rasio Bank

Syariah Swasta tergolong lebih baik dibandingkan Bank Syariah

76

Pemerintah dalam hal memenuhi kecukupan modal minimum yang

ditetapkan.

b. Non Performing Financing (NPF)

Tabel 4.10

Hasil Penilaian Kualitas Aset melalui Rasio NPF

Bank Syariah Tahun Rata-

rata

Hasil

Penilaian

Bank Syariah Pemerintah 2012 3,58% Peringkat 2

2013 4,60% Peringkat 2

2014 4,55% Peringkat 2

2015 4,85% Peringkat 2

2016 7,24% Peringkat 3

Rata-rata 4,96% Peringkat 2

Bank Syariah Swasta 2012 2,19% Peringkat 2

2013 2,78% Peringkat 2

2014 3,90% Peringkat 2

2015 8,93% Peringkat 4

2016 9,19% Peringkat 4

Rata-rata 5,40% Peringkat 3

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio NPF selama lima

tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 4,96% berada di

peringkat 2 yang artinya kualitas aset baik namun terdapat kelemahan

yang tidak signifikan sedangkan Bank Syariah Swasta berada di

peringkat 3 yang artinya kualitas aset cukup baik namun diperkirakan

akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Jadi,

kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta pada aspek

kualitas aset berbeda yang mana Bank Syariah Pemerintah tergolong

lebih baik dalam menjaga kualitas aset untuk mengantisipasi risiko

pembiayaan bermasalah dibandingkan Bank Syariah Swasta yang harus

77

melakukan perbaikan kinerja dalam mengantisipasi risiko pembiayaan

bermasalah.

c. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Tabel 4.11

Rasio FDR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Bank Syariah Tahun Rata-

rata

Hasil

Penilaian

Bank Syariah Pemerintah 2012 92,61% Peringkat 3

2013 92,39% Peringkat 3

2014 88,16% Peringkat 3

2015 90,71% Peringkat 3

2016 85,98% Peringkat 3

Rata-rata 89,97% Peringkat 3

Bank Syariah Swasta 2012 104,58% Peringkat 4

2013 100,72% Peringkat 4

2014 91,85% Peringkat 3

2015 96,14% Peringkat 3

2016 94,33% Peringkat 3

Rata-rata 97,52% Peringkat 3

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio FDR selama lima

tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 89,97% berada

di Peringkat 3 begitu juga dengan Bank Syariah Swasta dengan rasio

yang lebih tinggi 97,52% juga berada di Peringkat 3 yang artinya

kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas

dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai. Jadi, tidak ada

perbedaan kinerja dalam aspek likuiditas keduanya. Keduanya

memiliki kinerja yang cukup baik dalam menghimpun dan

menyalurkan dana sehingga likuiditas keduanya terpelihara cukup baik

pula namun dari segi ukuran rasio antara keduanya, rasio FDR Bank

Syariah Pemerintah lebih baik dibandingkan Bank Syariah Swasta

78

karena jumlah pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga lebih kecil

sehingga kemampuan likuiditas Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih

kuat dibandingkan Bank Syariah Swasta.

d. Return On Asset (ROA)

Tabel 4.12

Hasil Penilaian Permodalan melalui Rasio ROA

Bank Syariah Tahun Rata-

rata

Hasil

Penilaian

Bank Syariah Pemerintah 2012 1,01% Peringkat 2

2013 1,24% Peringkat 2

2014 0,51% Peringkat 3

2015 0,75% Peringkat 3

2016 -1,28% Peringkat 5

Rata-rata 0,45% Peringkat 4

Bank Syariah Swasta 2012 2,07% Peringkat 1

2013 1,27% Peringkat 2

2014 0,75% Peringkat 3

2015 -2,72% Peringkat 5

2016 -0,95% Peringkat 5

Rata-rata 0,09% Peringkat 4

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio ROA selama lima

tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 0,45% berada di

Peringkat 4 begitu juga dengan Bank Syariah Swasta dengan rasio

0,09% juga berada di Peringkat 4 yang artinya kemampuan rentabilitas

rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan

modal. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja dalam aspek rentabilitas antara

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta namun dalam segi

ukuran rasio ROA, Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih unggul dapat

dilihat bahwa rasio ROA Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak

79

menghasilkan keuntungan dibandingkan Bank Syariah Swasta tetapi

kondisi kinerja keduanya di bawah kondisi baik untuk mendukung

kegiatan operasional dan permodalan.

2. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Penilaian Islamicity

Performance Index

a. Profit Sharing Ratio (PSR)

Tabel 4.13

Rata-rata PSR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Bank Syariah Tahun Rata-rata

Bank Syariah Pemerintah 2012 25,95%

2013 25,73%

2014 25,12%

2015 26,45%

2016 26,82%

Rata-rata 26,01%

Bank Syariah Swasta 2012 23,33%

2013 31,99%

2014 40,91%

2015 46,43%

2016 49,16%

Rata-rata 38,36%

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata rasio PSR selama lima

tahun terakhir, dapat dilihat bahwa Bank Syariah Swasta menyalurkan

akad bagi hasil memiliki rata-rata hampir mencapai 40% dengan porsi

38,36% yang berarti kinerja bank tergolong baik dalam menyalurkan

pembiayaan akad bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah apabila

dibandingkan dengan akad pembiayaan lain yang dominan dengan jual

beli. Bank Syariah Swasta dalam lima tahun terakhir mengutamakan

akad Natural Uncertainty Contract (NUC) yaitu akad bagi hasil tidak

80

memberikan kepastian pendapatan tidak seperti akad jual beli yang

termasuk dalam Natural Certainty Contract (NCC) yang pasti

mendapatkan margin. Oleh karena itu, kinerja Bank Syariah Swasta

dalam mengutamakan NUC dinilai baik mengingat akad NCC seperti

jual beli murabahah yang cenderung diutamakan bank syariah dalam

memberikan pembiayaan kepada nasabah. Bank Syariah Pemerintah

dengan rata-rata porsi 26,01% lebih rendah dalam menyalurkan akad

bagi hasil yang mana perbedaan rasio PSR keduanya sebesar 12,35%.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kinerja

antara Bank Syariah Pemerintah dan Swasta dalam menjaga

pembiayaan akad bagi hasil yang mana Bank Syariah Swasta memiliki

kinerja yang lebih baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah.

b. Zakat Performance Ratio (ZPR)

Tabel 4.14

Rata-rata ZPR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Bank Syariah Tahun Rata-rata

Bank Syariah Pemerintah 2012 0,04%

2013 0,04%

2014 0,06%

2015 0,03%

2016 0,04%

Rata-rata 0,04%

Bank Syariah Swasta 2012 0,01%

2013 0,02%

2014 0,02%

2015 0,02%

2016 0,01%

Rata-rata 0,02%

Sumber: Diolah oleh Penulis

81

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata ZPR di atas, dapat

dilihat bahwa Bank Syariah Pemerintah mengeluarkan zakat dengan

porsi 0,04% lebih banyak dibandingkan Bank Syariah Swasta dengan

porsi 0,02% dari kekayaan bersih namun secara keseluruhan kinerja

keduanya masih belum memuaskan mengingat porsi zakat tersebut

berada jauh di bawah 2,5% dari kekayaan bersih. Jadi, tidak ada

perbedaan kinerja dalam melaksanakan pembayaran zakat hanya saja

dalam ukuran rasio Bank Syariah Pemerintah tergolong lebih baik

karena jumlah zakat yang dibayarkan lebih banyak dibandingkan Bank

Syariah Swasta.

c. Islamic Income vs Non-Islamic Income

Tabel 4.15

Rata-rata Rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income

Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta

Bank Syariah Tahun Rata-rata

Bank Syariah Pemerintah 2012 99,99%

2013 99,99%

2014 100%

2015 99,99%

2016 100%

Rata-rata 99,99%

Bank Syariah Swasta 2012 99,98%

2013 99,99%

2014 99,99%

2015 99,97%

2016 99,98%

Rata-rata 99,98%

Sumber: Diolah oleh Penulis

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata Islamic Income vs Non-

Islamic Income di atas, dapat dilihat bahwa porsi pendapatan halal yang

diterima Bank Syariah Pemerintah menunjukkan 99,99% dan Bank

82

Syariah Swasta menunjukkan 99,98% yaitu hampir keseluruhan

pendapatan keduanya merupakan pendapatan yang berasal dari

transaksi Islam. Dengan demikian kinerja keduanya dalam

menghasilkan pendapatan halal tergolong sangat baik itu berarti bank

konsisten untuk menghindari penerimaan pendapatan dari transaksi-

transaksi yang dilarang. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja Bank Syariah

Pemerintah dan Swasta dalam menghasilkan pendapatan dari sumber

yang halal namun dalam ukuran rasio porsi pendapatan halal Bank

Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak yaitu sebesar 0,01%

dibandingkan Bank Syariah Swasta.

3. Analisis Keseluruhan Mengenai Perbedaan dan Persamaan Kinerja

Keuangan

Pada aspek permodalan dengan rasio CAR, tidak ada perbedaan

kinerja Bank Syariah Pemerintah dan swasta dalam memenuhi kecukupan

modal. Tingkat modal keduanya secara signifikan berada lebih tinggi dari

ketentuan yang berlaku. Hal itu disebabkan keduanya memiliki struktur

pemegang saham yang sangat kuat yaitu Bank Syariah Pemerintah

merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Syariah Swasta

dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Dalam segi rasio, rasio CAR

Bank Syariah Swasta lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah

karena pada umunya sebagian besar nasabah Bank Syariah Swasta

merupakan kalangan perusahaan, pengusaha, dan masyarakat menengah ke

83

atas sedangkan nasabah Bank Syariah Pemerintah rata-rata di kalangan

pegawai dan masyarakat menengah ke bawah.

Pada aspek kualitas aset dengan rasio NPF, kinerja bank syariah

pemerintah lebih baik dibandingkan bank syariah swasta dalam menjaga

kualitas aset terhadap risiko pembiayaan bermasalah. Hal itu disebabkan

pembiayaan bermasalah bank syariah swasta pada dua tahun terakhir dalam

kondisi kurang baik sehingga hal tersebut terjadi dapat juga disebabkan

oleh manajemen risiko bank syariah swasta yang kurang baik dalam

mengantisipasi pembiayaan bermasalah.

Pada aspek likuiditas dengan rasio FDR, tidak ada perbedaan kinerja

dalam memelihara likuiditas dalam menghimpun dan menyalurkan dana

dari masyarakat antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta.

Hal itu disebabkan strategi keduanya dalam mencapai rencana

penghimpunan dan penyaluran selalu dilakukan dengan baik. Dalam segi

rasio, rasio FDR Bank Syariah Swasta lebih tinggi dibandingkan Bank

Syariah Pemerintah karena Bank Syariah Swasta lebih banyak

menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil dibandingkan Bank

Syariah Pemerintah hal itu dapat dilihat dari rasio PSR keduanya.

Pada aspek rentabilitas dengan rasio ROA, tidak ada perbedaan

kinerja bank syariah pemerintah dan swasta dalam menghasilkan

keuntungan yaitu kemampuan keduanya tergolong rendah dalam

menghasilkan keuntungan dan mengantisipasi potensi kerugian. Hal ini

disebabkan pada jangka dua tahun terakhir keduanya mengalami kerugian.

84

Pada jangka waktu tersebut NPF keduanya juga dalam kondisi kurang baik

dan mengakibatkan pembengkakan biaya atas risiko pembiayaan

bermasalah sehingga keuntungan yang dihasilkan untuk menutupi biaya

tersebut.

Pada aspek penerapan prinsip bagi hasil dengan rasio PSR, kinerja

bank syariah swasta dalam menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi

hasil lebih baik dibandingkan bank syariah pemerintah. Hal itu disebabkan

perbedaan rasio CAR Bank Syariah Swasta yang lebih tinggi dibandingkan

bank syariah pemerintah. Kinerja dalam aspek permodalan keduanya yang

mana memiliki kategori penilaian yang sama namun dalam ukuran rasio

Bank Syariah Swasta lebih tinggi 8,09%. Hal tersebut berarti semakin

tinggi modal atau dana yang dihimpun oleh bank maka semakin banyak

juga dana yang akan disalurkan kepada masyarakat.

Pada aspek pembayaran zakat dengan rasio rasio ZPR, kinerja bank

syariah pemerintah dan swasta dalam menyalurkan zakat belum

memuaskan. Hal itu disebabkan tidak ada peraturan bagi Bank Umum

Syariah yang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat sehingga keduanya

tidak terlalu memperhatikan baik dari pengukuran maupun pengoptimalan

pembayaran zakat sesuai dengan ketentuan syariah.

Pada aspek penerimaan pendapatan dari sumber yang halal dengan

rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income, kinerja dalam menghasilkan

pendapatan dari transaksi halal kedua bank telah dilakukan dengan optimal.

Kedua bank syariah berusaha memberikan kepercayaan kepada nasabah

85

dalam mengelola dana sehingga kedua bank meminimalkan pendapatan

dari transaksi non halal dan mengoptimalkan pengeluaran pendapatan non

halal tersebut.

86

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa:

1. Trend kinerja keuangan pada kedua bank syariah cenderung fluktuatif

yang mana rasio keuangan menunjukkan angka tidak stabil, tidak selalu

mengalami kenaikan atau penurunan kinerja.

2. Kinerja Bank Umum Syariah antara pemerintah dan swasta memiliki

kinerja yang sama baik dari segi keuangan dan penerapan prinsip

syariah tetapi hanya pada beberapa aspek penilaian terdapat perbedaan

kinerja. Perbandingan kinerja keduanya ialah sebagai berikut:

a. Pada aspek permodalan dengan rasio CAR, tidak ada perbedaan

kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Swasta dalam memenuhi

kecukupan modal dengan rasio CAR Bank Syariah Swasta lebih

baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah tetapi tingkat modal

keduanya secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan yang

berlaku. Hal itu disebabkan keduanya memiliki struktur pemegang

saham yang sangat kuat yaitu Bank Syariah Pemerintah merupakan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Syariah Swasta

dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Dalam segi rasio, rasio

87

CAR Bank Syariah Swasta lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah

Pemerintah karena pada umunya sebagian besar nasabah Bank

Syariah Swasta merupakan kalangan perusahaan, pengusaha, dan

masyarakat menengah ke atas sedangkan nasabah Bank Syariah

Pemerintah rata-rata di kalangan pegawai dan masyarakat menengah

ke bawah.

b. Pada aspek kualitas aset dengan rasio NPF, kinerja Bank Syariah

Pemerintah lebih baik dibandingkan Bank Syariah Swasta dalam

menjaga kualitas aset terhadap risiko pembiayaan bermasalah. Hal

itu disebabkan pembiayaan bermasalah Bank Syariah Swasta pada

dua tahun terakhir dalam kondisi kurang baik sehingga hal tersebut

terjadi dapat juga disebabkan oleh manajemen risiko Bank Syariah

Swasta yang kurang baik dalam mengantisipasi pembiayaan

bermasalah.

c. Pada aspek likuiditas dengan rasio FDR, tidak ada perbedaan kinerja

dalam memelihara likuiditas dalam menghimpun dan menyalurkan

dana dari masyarakat antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank

Syariah Swasta dengan rasio FDR Bank Syariah Pemerintah lebih

baik dibandingkan Bank Syariah Swasta. Hal itu disebabkan strategi

keduanya dalam mencapai rencana penghimpunan dan penyaluran

selalu dilakukan dengan baik.

d. Pada aspek rentabilitas dengan rasio ROA, tidak ada perbedaan

kinerja dalam aspek rentabilitas antara Bank Syariah Pemerintah dan

88

Bank Syariah Swasta dengan rasio ROA Bank Syariah Pemerintah

sedikit lebih unggul dapat dilihat bahwa rasio ROA Bank Syariah

Pemerintah sedikit lebih banyak menghasilkan keuntungan

dibandingkan Bank Syariah Swasta tetapi kondisi kinerja keduanya

di bawah kondisi baik untuk mendukung kegiatan operasional dan

permodalan. Hal ini disebabkan pada jangka dua tahun terakhir

keduanya mengalami kerugian. Pada jangka waktu tersebut NPF

keduanya juga dalam kondisi kurang baik dan mengakibatkan

pembengkakan biaya atas risiko pembiayaan bermasalah sehingga

keuntungan yang dihasilkan untuk menutupi biaya tersebut.

e. Pada aspek penerapan prinsip bagi hasil dengan rasio PSR, kinerja

Bank Syariah Swasta dalam menyalurkan pembiayaan dengan akad

bagi hasil lebih baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah. Hal itu

disebabkan perbedaan rasio CAR Bank Syariah Swasta yang lebih

tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah. Kinerja dalam aspek

permodalan keduanya yang mana memiliki kategori penilaian yang

sama namun dalam ukuran rasio Bank Syariah Swasta lebih tinggi

8,09%. Hal tersebut berarti semakin tinggi modal atau dana yang

dihimpun oleh bank maka semakin banyak juga dana yang akan

disalurkan kepada masyarakat.

f. Pada aspek pembayaran zakat dengan rasio rasio ZPR, tidak ada

perbedaan kinerja dalam melaksanakan pembayaran zakat hanya

saja dalam ukuran rasio Bank Syariah Pemerintah tergolong lebih

89

baik karena jumlah zakat yang dibayarkan lebih banyak

dibandingkan Bank Syariah Swasta tetapi kinerja Bank Syariah

Pemerintah dan swasta dalam menyalurkan zakat belum

memuaskan. Hal itu disebabkan tidak ada peraturan bagi Bank

Umum Syariah yang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat

sehingga keduanya tidak terlalu memperhatikan baik dari

pengukuran maupun pengoptimalan pembayaran zakat sesuai

dengan ketentuan syariah.

g. Pada aspek penerimaan pendapatan dari sumber yang halal dengan

rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income, tidak ada perbedaan

kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Swasta dalam menghasilkan

pendapatan dari sumber yang halal namun dalam ukuran rasio porsi

pendapatan halal Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak

yaitu sebesar 0,01% dibandingkan Bank Syariah Swasta. Namun

kinerja dalam menghasilkan pendapatan dari transaksi halal kedua

bank telah dilakukan dengan optimal. Kedua bank syariah berusaha

memberikan kepercayaan kepada nasabah dalam mengelola dana

sehingga kedua bank meminimalkan pendapatan dari transaksi non

halal dan mengoptimalkan pengeluaran pendapatan non halal

tersebut.

90

B. Saran

Penulis memberikan beberapa saran untuk pihak-pihak terkait sebagai

berikut:

1. Bagi Bank Umum Syariah:

a. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan swasta agar mejaga dengan baik

dan lebih meningkatkan kinerja yang telah dicapai yaitu pada kinerja

permodalan dengan rasio CAR yang sudah sangat baik, likuiditas

dengan rasio FDR yang cukup baik, rentabilitas dengan rasio ROA

yang perlu lebih ditingkatkan, penyaluran zakat dengan rasio ZPR

yang masih belum memuaskan, serta porsi pendapatan halal yang

diterima dengan rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income yang

mana secara keseluruhan sudah sangat baik.

b. Bagi Bank Syariah Swasta melakukan perbaikan kinerja kualitas

aset dengan menjaga jumlah pembiayaan bermasalah atau rasio NPF

memperbaiki manajemen risiko antara lain dapat dilakukan

penilaian prospek usaha nasabah dan jaminan aset perusahaan,

memonitor nasabah baik dari segi kelancaran pengembalian

pembiayaan, kelancaran usaha nasabah, dan mengetahui kesulitan-

kesulitan yang dialami nasabah.

c. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan swasta agar memperbaiki kinerja

rentabilitas khususnya rasio ROA dengan menghasilkan keuntungan

secara maksimal dan mengantisipasi kerugian dan segala risiko yang

berpengaruh terhadap kinerja ROA. Untuk dapat menghasilkan

91

keuntungan secara maksimal, bank syariah dapat meningkatkan

margin atau meminimalisasi biaya-biaya yang tidak terlalu

berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah,

meningkatkan penyaluran pembiayaan dengan margin atau bagi

hasil baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan mengelola

aktiva produktif untuk meingkatkan pendapatan operasional.

d. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan Swasta agar mengoptimalkan

jumlah penyaluran akad bagi hasil sehingga tidak hanya penyaluran

akad jual beli saja yang selalu mengalami pertumbuhan.

e. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan swasta agar mengoptimalkan

zakat entitas dari segi pengukuran zakat yang disalurkan karena

kinerja penyaluran zakat keduanya belum memuaskan.

2. Bagi regulator yaitu pemerintah dan atau Dewan Pengawas Syariah

(DPS) agar mengeluarkan peraturan kewajiban zakat entitas khususnya

untuk perbankan syariah mengingat potensi zakat entitas pada bank

syariah sangat besar.

3. Bagi peneliti selanjutnya jika memilih topik dan objek penelitian yang

sama agar:

a. Melakukan pengukuran kinerja keuangan dengan metode penilaian

lain atau menambah alat ukur tidak hanya beberapa rasio perwakilan

tetapi keseluruhan rasio pada setiap aspek penilaian.

b. Melakukan penelitian perbandingan kinerja keuangan Bank Syariah

Pemerintahdan swasta dengan pendekatan kuantitatif.

92

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23/DPNP tanggal 31

Mei 2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Bank Indonesia. 2007. Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS Tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank Indonesia. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral

Efferin, Sujoko, dkk. 2004. Metode Penelitian untuk Akuntansi Sebuah

Pendekkatan Praktis. Malang:Bayu Media Publishing

Efferin, Sujoko, Stevanus Hadi Darmadji, dan Yuliawati Tan. 2012. Metode

Penelitian Akuntansi; Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan

Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:Graha Ilmu

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta

Hameed, dkk. 2004. Alternative Disclosure dan Performance for Islamic Bank’s.

Proceeding of The Second Conference on Administrative Science: Meeting

The Challenges of The Globalization Age. Dahran, Saudi Arabia.

Hermawan, Iwan. 2012. Studi Komparatif.

https://www.scribd.com/document/94530567/Studi-

Komparatif#download (diakses pada tanggal 26 Mei 2017 pukul 09:07)

Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:Grasindo

Hery. 2015. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta:Grasindo

Jumingan. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Jakarta

Kasmir. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:Raja Grafindo

Persada

Kini News. 2016. Mulai Diminati Masyarakat, Aset Perbankan Syariah Capai 5,13

Persen.http://nasional.kini.co.id/2016/11/21/18562/mulai-diminati-

masyarakat-aset-perbankan-syariah-capai-513-persen (diakses pada

tanggal 19 Desember 2016 pukul 14.50)

93

Media Upeks. 2016. Kinerja Perbankan Syariah Cukup Meyakinkan.

http://upeks.fajar.co.id/2016/09/30/kinerja-perbankan-syariah-cukup-

meyakinkan/ (diakses pada tanggal 18 Desember 2016 pukul 21.50)

Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah.Yogyakarta:Graha Ilmu

Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern.

Yogyakarta:ANDI

Ningsih, Putri Apria. Akad-akad Perbankan Syariah; Pertukaran dan

Pencampuran. 2014. Jurnal Syariah. April Volume 2

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Statistik Perbankan Syariah.

Otoritas Jasa Keuangan. Sejarah Perbankan Syariah.

http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Sejarah-

Perbankan-Syariah.aspx (diakses pada tanggal 10 Mei 2017 pukul 12:51)

Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta:PT Rineka

Cipta

Pangaribuan, Farida dan Idhar Yahya. 2011. Analisis Laporan Keuangan Sebagai

Dasar Menilai Kinerja Keuangan pada PT Pelabuhan Indonesia I Cabang

Medan. http://www.scribd.com/doc/65014535/AnalisisLaporan-

Keuangan-Sebagai-Dasar (diakses pada tanggal 10 Februari 2017 pukul

11:07)

Sari, Novita. 2016. Analisis Komparatif Laporan Keuangan Bank Pembangunan

Daerah Se-Kalimantan Menggunakan Rasio Keuangan dan Islamic

Performance Index. Banjarmasin:Politeknik Negeri Banjarmasin

Sebtianita, Evi. 2015. Analisis Kinerja Bank Umum Syariah dengan Menggunakan

Islamicity Performance Index. Malang:UIN Maliki Malang

Suryani. 2011. Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap

Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia. Lhokseumawe:STAIN

Malikussaleh

Tutsaadiyah, Dini Halima. 2015. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah di

Indonesia pada Saat Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis

Keuangan Global. Jakarta:Universitas Islam Negeri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

94

Wibowo, Arif. 2012. Teori Dasar Transaksi dalam Kaidah Islam.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132255130/pendidikan/ISLAMIC

+FINANCE+05+-+Teori+Dasar+Transaksi.pdf (diakses pada

tanggal 10 Februari 2017 pukul 12:30)

Widati, Listyorini Wahyu. Analisis Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja

Perusahaan Perbankan yang Go Publik. 2012. Dinamika Akuntansi,

Keuangan dan Perbankan. November Volume 1

Wiroso. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta:LPFE Usakti

Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan 2012-2015

BNI Syariah. www.bnisyariah.co.id

BRI Syariah. www.brisyariah.co.id

Bank Syariah Mandiri. www.syariahmandiri.co.id

BJB Syariah. www.bjbsyariah.co.id

Bank Muamalat Indonesia. www.muamalat.co.id

Bank Syariah Bukopin. www.syariahbukopin.co.id

Panin Dubai Syariah. www.paninbanksyariah.co.id

Maybank Syariah Indonesia. www.maybanksyariah.co.id

Bank Mega Syariah. www.megasyariah.co.id

BCA Syariah. www.bcasyariah.co.id

Bank Victoria Syariah. www.bankvictoriasyariah.co.id