studi ekonomi pemanfaatan lahan...

5
STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Email : [email protected] ; [email protected] ABSTRAK Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) dikemas dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Kota Bengkulu memiliki lahan pertanian yang dapat digunakan untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian, khususnya sayuran yang dikembangkan di dataran rendah dan tidak memerlukan lahan yang luas. Untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan lahan pekarangan di Kota Bengkulu, telah dilakukan kajian pada bulan Agustus dan Oktober 2012 dengan menggunakan metode survey terhadap 30 pemanfaat lahan pekarangan di Kota Bengkulu. Data yang dikumpulkan antara lain data konsumsi rumah tangga, pendapatan rumah tangga, dan persepsi/minat masyarakat terhadap komoditas yang diusahakan. Data yang diperoleh dianalisis secara tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 297.136/bulan; menambah pendapatan keluarga rata-rata Rp. 106.447/bulan; meningkatnya minat masyarakat mengusahakan lahan pekarangan dalam kawasan rumah pangan lestari sebesar 60% karena alasan memenuhi kebutuhan keluarga, 37% karena alasan meningkatkan pendapatan keluarga, serta 7% alasan karena keindahan lingkungan. Kata kunci : pemanfaatan, pekarangan, nilai tambah, rumah tangga, pendapatan PENDAHULUAN Pembangunan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Terdapat dua indikator berhasilnya pembangunan ketahanan pangan, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu (Badan Litbang Pertanian, 2012). Menurut Afrinis, N (2009), pemanfaatan pekarangan dapat mendukung penyediaan anekaragam pangan di tingkat rumah tangga, sehingga terwujud pola konsumsi pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Pemanfaatan pekarangan tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012). Ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional dapat tercapai jika dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu merupakan salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan khususnya yang dimulai dari rumah tangga. Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian telah mengembangkan suatu konsep pemanfaatan pekarangan dengan sebutan “Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang merupakan rumah yang pekarangannya dimanfaatkan secara intensif, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Komoditas yang dikembangkan dalam pemanfaatan lahan pekarangan disesuaikan dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, berbasis sumber pangan lokal, dan bernilai ekonomi. Kota Bengkulu merupakan pusat konsumen berbagai produk pertanian yang berasal dari dalam maupun luar Provinsi Bengkulu. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang wajar bila harga jual berbagai produk pertanian lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga di sentra produksinya. Hal ini disebabkan karena hasil dari sentra produksi harus diangkut dengan alat transportasi yang memerlukan biaya. Di lain pihak, Kota Bengkulu masih memiliki lahan pertanian yang dapat digunakan untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian, khususnya sayuran yang dikembangkan

Upload: phamnhi

Post on 05-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../sosek/umi-naya-bptpbkl.doc.pdf · studi ekonomi pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan model kawasan

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN

MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN

RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

DI KOTA BENGKULU

Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Email : [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) dikemas dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yang

ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

keluarga. Kota Bengkulu memiliki lahan pertanian yang dapat digunakan untuk memproduksi berbagai komoditas

pertanian, khususnya sayuran yang dikembangkan di dataran rendah dan tidak memerlukan lahan yang luas. Untuk

mengetahui sejauh mana pemanfaatan lahan pekarangan di Kota Bengkulu, telah dilakukan kajian pada bulan Agustus dan

Oktober 2012 dengan menggunakan metode survey terhadap 30 pemanfaat lahan pekarangan di Kota Bengkulu. Data yang

dikumpulkan antara lain data konsumsi rumah tangga, pendapatan rumah tangga, dan persepsi/minat masyarakat terhadap

komoditas yang diusahakan. Data yang diperoleh dianalisis secara tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Hasil kajian

menunjukkan bahwa rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 297.136/bulan;

menambah pendapatan keluarga rata-rata Rp. 106.447/bulan; meningkatnya minat masyarakat mengusahakan lahan

pekarangan dalam kawasan rumah pangan lestari sebesar 60% karena alasan memenuhi kebutuhan keluarga, 37% karena

alasan meningkatkan pendapatan keluarga, serta 7% alasan karena keindahan lingkungan.

Kata kunci : pemanfaatan, pekarangan, nilai tambah, rumah tangga, pendapatan

PENDAHULUAN

Pembangunan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas

sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Terdapat dua indikator berhasilnya

pembangunan ketahanan pangan, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup

(jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah

tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya,

untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang

waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan

pertanian nasional dari waktu ke waktu (Badan Litbang Pertanian, 2012). Menurut Afrinis, N (2009),

pemanfaatan pekarangan dapat mendukung penyediaan anekaragam pangan di tingkat rumah tangga,

sehingga terwujud pola konsumsi pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.

Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang

bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik. Selain dapat

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan

penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Pemanfaatan pekarangan

tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan

prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012). Ketahanan dan kemandirian pangan secara

nasional dapat tercapai jika dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu

merupakan salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan

khususnya yang dimulai dari rumah tangga. Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian telah

mengembangkan suatu konsep pemanfaatan pekarangan dengan sebutan “Kawasan Rumah Pangan

Lestari” yang merupakan rumah yang pekarangannya dimanfaatkan secara intensif, ramah lingkungan

dan berkelanjutan. Komoditas yang dikembangkan dalam pemanfaatan lahan pekarangan disesuaikan

dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, berbasis sumber pangan lokal, dan bernilai ekonomi.

Kota Bengkulu merupakan pusat konsumen berbagai produk pertanian yang berasal dari

dalam maupun luar Provinsi Bengkulu. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang wajar bila harga jual

berbagai produk pertanian lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga di sentra produksinya. Hal ini

disebabkan karena hasil dari sentra produksi harus diangkut dengan alat transportasi yang

memerlukan biaya. Di lain pihak, Kota Bengkulu masih memiliki lahan pertanian yang dapat

digunakan untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian, khususnya sayuran yang dikembangkan

Page 2: STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../sosek/umi-naya-bptpbkl.doc.pdf · studi ekonomi pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan model kawasan

di dataran rendah dan tidak memerlukan lahan yang luas. M-KRPL di Kota Bengkulu telah

dilaksanakan mulai dari tahun 2011 dengan basis tanaman sayuran. Penerapan M-KRPL tersebut

mengacu pada tujuan untuk 1) memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat serta

meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di

perkotaan dan perdesaan, 2) mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan

pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, 3)

mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga, dan 4) mereplikasi model KRPL perdesaan

dan perkotaan di 5 kabupaten baru. Sejalan dengan tujuan tersebut, dilakukan pengkajian untuk

mengetahui sejauh mana implementasi pemanfaatan lahan pekarangan terpadu yang dilaksanakan di

Kota Bengkulu, meliputi 1) penghematan biaya konsumsi rumah tangga, 2) peningkatan pendapatan

rumah tangga, dan 3) minat masyarakat terhadap komoditas yang diusahakan.

BAHAN DAN METODA

Pengkajian ini dilaksanakan di Kota Bengkulu. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan

Agustus - Oktober 2012. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa ketiga kabupaten tersebut merupakan lokasi penerapan M-KRPL di Provinsi

Bengkulu. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode survei dengan penarikan

sampel sebagai responden sebanyak 30 orang ibu rumah tangga, dipilih menggunakan metode simple

random sampling. Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi

penghematan biaya konsumsi rumah tangga, peningkatan pendapatan rumah tangga, serta minat

masyarakat terhadap komoditas yang diusahakan. Data sekunder diambil dari BPS Provinsi Bengkulu

(2011). Data yang diperoleh ditabulasi, dilanjutkan dengan pengolahan secara matematis dan

diuraikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kota Bengkulu

Kota Bengkulu memiliki luas wilayah 151,7 km2. Pada tahun 2009, tercatat delapan jenis

tanaman sayuran yang dibudidayakan di Kota Bengkulu, meliputi lombok, ketimun, terung, kacang

panjang, kangkung, bayam, melinjo, dan tomat. Untuk jenis tanaman sayuran, kangkung merupakan

produk sayuran dengan produksi tertinggi yaitu 22.229 ton, diikuti oleh bayam 10.830 ton. Curah

hujan terbanyak di Kota Bengkulu terjadi pada bulan Oktober (555 mm), Maret (396 mm) dan

Februari (388 mm). Sedangkan jumlah hari hujan tertinggi yaitu selama 27 hari terjadi pada bulan

Maret dan Oktober. Rata-rata hari hujan di Kota Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 23 hari hujan.

Suhu udara minimum 23,1 0C dan suhu maksimum mencapai 30,3

0C. Kelembaban udara antara 81-

87% dan kecepatan angin 7-14 knot. Keadaan tersebut cocok untuk pengembangan usaha pertanian.

Jumlah kecamatan dan kelurahan terdiri dari 9 kecamatan dan 67 kelurahan dengan jumlah penduduk

308.544 jiwa, 78.262 rumah tangga (tahun 2010). Penduduk berumur 15 tahun ke atas sebagian besar

bekerja di sektor perdagangan dan buruh/karyawan, serta sebagian kecil di sektor pertanian.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diperoleh meliputi umur, tingkat pendidikan, dan luas lahan

pekarangan rumah tangga petani (Tabel 1). Rata-rata umur petani contoh adalah 41,9 tahun dan

tergolong usia produktif. Pengelompokkan petani contoh berdasarkan umur, yang terbanyak adalah

kelompok umur antara 35-44 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 43,34%. Kemudian kelompok umur

25-35 tahun dan 45-54 tahun masing-masing sebanyak 7 orang atau 23,33% dan kelompok umur > 54

tahun berjumlah 3 orang atau 1,00%. Tingkat pendidikan petani contoh dibagi menjadi lima kelompok

yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),

Diploma, dan Sarjana dengan persentase masing-masing sebesar 26,67%; 16,67%; 40,00%; 3,33%

dan 13,33%. Luas rata-rata lahan pekarangan petani contoh adalah 83,73 m2.

Page 3: STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../sosek/umi-naya-bptpbkl.doc.pdf · studi ekonomi pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan model kawasan

Tabel 1. Karakteristik petani pelaksana M-KRPL di Kota Bengkulu Tahun 2012.

No. Karakteristik Petani Kelompok Petani %

1. Umur 25 – 34 th

35 – 44 th

45 – 54 th

> 54 th

7

13

7

3

23,33

43,34

23,33

1,00

Jumlah 30 100,00

2. Pendidikan SD

SMP

SMA

Diploma

S1

8

5

12

1

4

26,67

16,67

40,00

3,33

13,33

Jumlah 30 100,00

3. Luas Lahan ≤ 50 m2

> 50-100 m2

> 100-150 m2

> 150-200 m2

> 200-250 m2

> 200-250 m2

15

5

7

0

2

1

50,00

16,67

23,33

0,00

6,67

3,33

Jumlah 30 100,00

Sumber : Tabulasi data primer.

Bila dilihat dari usia nan tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa petani pelaksana M-

KRPL termasuk dalam usia produktif dengan tingkat pendidikan >50% sudah mencapai pendidikan

menengah keatas (SMA, D3 dan S1). Kondisi ini turut mempengaruhi pola pengambilan keputusan

serta cara berusahatani yang dilakukan petani, demikian juga dalam hal menerima dan menerapkan

inovasi baru termasuk dalam kelompok responsif.

Pendapatan Rumah Tangga Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kota Bengkulu telah dilaksanakan

mulai dari tahun 2011 dengan basis tanaman sayuran. Salah satu tujuan dari implementasi M-KRPL di

Kota Bengkulu adalah untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan kegiatan ekonomi

produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hasil pengkajian

memperlihatkan bahwa rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar

Rp. 297.136,-/bulan dan menambah pendapatan keluarga, rata-rata sebesar Rp. 1.277.363,-/tahun atau

sebesar Rp. 106.447,-/bulan (Tabel 2).

Page 4: STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../sosek/umi-naya-bptpbkl.doc.pdf · studi ekonomi pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan model kawasan

Tabel 2. Penghematan biaya pengeluaran dan penambahan pendapatan rumah tangga melalui

pemanfaat lahan pekarangan terpadu.

No. Komoditas Penghematan per bulan (Rp.) Pendapatan per Tahun (Rp/)

1. Sawi 20.443,- 2.320.000,-

2. Kol Bunga 25.693,- 915.000,-

3. Cabai 98.081,- 2.025.000,-

4. Terung 37.116,- 2.280.000,-

5. Daun Bawang 13.843,- 105.500,-

6. Tomat 37.570,- 1.688.000,-

7. Kangkung 35.820,- 3.910.000,-

8. Kacang Panjang 9.290,- 140.000,-

9. Timun 4.770,- 440.000,-

10. Pare 5.440,- 40.000,-

11. Seledri 3.140,- 187.500,-

12. Oyong 2.100,- 0,-

13. Kucai 4.000,- 0,-

Jumlah 297.136,- 14.051.000,-

Rata-rata 9.905,- 1.277.363,-

Sumber : Data primer, diolah.

Dari Tabel 2, diketahui bahwa terdapat tiga belas jenis tanaman yang dibudidayakan oleh rumah

tangga dan memberikan kontribusi dalam penghematan biaya konsumsi sayuran rumah tangga. Dari

ketiga belas jenis tanaman tersebut, cabai, tomat, dan terung merupakan komoditas yang memberikan

kontribusi terbesar dalam penghematan biaya konsumsi sayuran rumah tangga, yaitu masing-masing

sebesar Rp. 98.081,-; Rp. 37.570,-; dan Rp. 37.116,-; Jika dilihat dari aspek peningkatan pendapatan

melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan basis tanaman sayuran, komoditas kangkung dan sawi

juga memberikan kontribusi paling besar dalam peningkatan pendapatan rumah tangga, yaitu masing-

masing sebesar Rp. 3.910.000,-/tahun,- dan Rp. 2.320.000,-/tahun,-. Hal ini

dikarenakan kedua komoditas mempunyai serapan pasar yang tinggi (BPTP Bengkulu, 2012).

Menurut Rahardi, et al. (2004), pemilihan jenis sayuran yang akan diusahakan merupakan tindakan

utama yang harus dilakukan agar dapat menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses

produksi. Jenis sayuran yang dipilih untuk diusahakan adalah sayuran yang memiliki nilai ekonomi

atau mempunyai prospek (peluang) cukup besar dalam pemasarannya dan mudah dibudidayakan.

Sayuran jenis tersebut biasanya mempunyai banyak peminat atau mempunyai harga yang relatif tinggi

dan menguntungkan.

Melalui pemanfaatan pekarangan dengan perencanaan serta penataan yang baik, selain dapat

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga yang

pada akhirnya dapat mendorong tercapainya ketahanan dan kemandirian pangan serta kesejahteraan

keluarga.

Minat Masyarakat dalam Memanfaatkan Lahan Pekarangan

Pemanfaatan pekarangan pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

keluarga sehingga dapat mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan rumah tangga. Setelah

kebutuhan pangan dan gizi keluarga terpenuhi, pemanfaatan pekarangan juga ditujukan untuk

peningkatan pendapatan keluarga. Hal tersebut terlihat dari hasil pengkajian terhadap faktor yang

mendorong minat masyarakat dalam mengusahakan lahan pekarangan dalam kawasan rumah pangan

lestari di Kota Bengkulu. Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa meningkatnya minat masyarakat

mengusahakan lahan pekarangan sebesar 60% adalah karena alasan memenuhi kebutuhan keluarga,

37% karena alasan meningkatkan pendapatan keluarga, serta 7% alasan karena keindahan lingkungan.

Menurut Assael (1998), minat individu sangat dipengaruhi oleh sikap individu. Sikap disusun oleh

tiga komponen, yaitu komponen kognitif yang berkaitan dengan proses pembelajaran atau proses

berpikir individu tersebut, komponen afektif yang berkaitan dengan perasaan individu,

merepresentasikan evaluasi keseluruhan individu terhadap suatu obyek, bisa positif atau negatif, serta

komponen kognatif yang berkaitan dengan perilaku, merepresentasikan niat (intention) individu untuk

Page 5: STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../sosek/umi-naya-bptpbkl.doc.pdf · studi ekonomi pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan model kawasan

berperilaku. Pada saat individu melakukan evaluasi terhadap lebih dari satu obyek, maka hasil

evaluasi akan mendorong minat individu untuk berperilaku.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-

KRPL) basis tanaman sayuran, selain dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

keluarga juga dapat mengurangi biaya pengeluaran konsumsi sayuran dan meningkatkan

pendapatan rumah tangga.

2. Rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 297.136,-/bulan

dan menambah pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 1.277.363,-/tahun.

3. Budidaya sayuran di lahan pekarang melalui pendampingan inovasi teknologi mempunyai potensi

dalam mendukung pembangunan dan pengembangan pertanian perkotaan di Bengkulu.

4. M-KRPL telah dapat mendorong minat masyarakat untuk mengelola lahan pekarangannya dengan

alasan, dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus

juga menjaga keindahan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Afrinis Nur. 2009. Pengaruh Program Home Gardening dan Penyuluhan Gizi terhadap

Pemanfaatan Pekarangan dan Konsumsi Pangan Balita. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor. Bogor. ;155

Assael, H. 1998. Consumer Behavior and Marketing Action. 6th ed. Cincinnati, OH: South-Western

College Publishing.

Badan Litbang Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. Kemeterian Pertanian. Jakarta.

BPTP Bengkulu. 2012. Desain Program Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Pertanian

Perkotaan di Kota Bengkulu;(tidak dipublikasikan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Bengkulu.

BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik

Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Rahardi F., Palungkun, R dan Budiarti A. 2004. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penerbit PT. Penebar

Swadaya. Jakarta