study islam
DESCRIPTION
tentang puasaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama islam adalah agama yang rahmatan-lil’alamin yang mempunyai syariat
yang harus dilaksanakan oleh umatnya. Ajaran islam yang disyariatkan karena
mengandung banyak hikmah bagi setiap manusia. Semua makhluk dan kejadian yang
diciptakan oleh Allah SWT pasti ada hikmanya, tidak ada perintah dan ciptaan Allah
yang sia-sia. Demikian pula halnya dengan urusan ibadah yang diperintah maupun
dilarang-Nya, semuanya mengandung hikmah meskipun diantara hikmah-hikmah
tersebut belum dapat diungkap oleh manusia. Salah satunya ibadah puasa mengandung
banyak hikmah seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang
salah satunya yaitu puasa, yang mana puasa itu termasuk rukun islam yang keempat.
Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya
namun kenyataannya masih banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena
sebagian dari mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat
muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana
menjalankan puasa dengan baik dan benar. Banyak orang-orang yang melaksanakan
puasa hanya sekedar melaksanakannya saja, tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan
hal-hal yang membatalkan puasa.
Puasa dapat dikatakan sebagai ibadah yang istimewa dalam islam. Keistimewaan
itu antara lain terletak pada adanya keterlibatan banyak aspek salah satunya aspek sosial,
karena kaum muslim yang berpuasa ikut dapat merasakan penderitaan orang lain yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain, aspek yang bersifat
jasmaniah maupun aspek yang bersifat ruhaniah, aspek emosional dan aspek spiritual.
Oleh karena itu kami menyusun makalah yang membahas tentang puasa, manfaat puasa,
hikmah puasa dan yang berkaitan dengan puasa.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian Puasa, Syarat Wajib dan Sah Puasa ?
2. Ketentuan Rukun Puasa dan Macam-macam Puasa ?
3. Hal-hal yang membatalkan Puasa dan disunnahkan dalam Puasa ?
4. Siapa saja orang yang boleh meninggalkan Puasa ?
5. Adab dan Hikmah Berpuasa?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tugas kelompok untuk mata
kuliah Study Islam
2. Agar umat islam selalu melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan benar
3. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan Puasa itu sendiri
4. Untuk mengetahui semua hal yang membahas tentang puasa
5. Kiranya tulisan ini dapat menjadi bahan pengembangan pengetahuan kita tentang
Puasa
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PUASA
Puasa (shaum) berasal dari kata bahasa arab yaitu صيام يصوم -shaama صام
yhasuumu, yang bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu
menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa.
Adapun puasa dalam pengertian terminology (istilah) agama menahan diri dari
makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari. dengan syarat-syarat tertentu.
Perintah untuk berpuasa sebagai mana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat
183 yang berbunyi
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”.
B. SYARAT WAJIB PUASA
Dalam berpuasa tentunya memiliki syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi,
diantaranya adalah;
a) Beragama Islam orang-orang kafir tidak wajib berpuasa.
b) Telah Sampai umur dewasa (baliqh) kanak-kanak yang belum cukup umur tidak
wajib melaksanakan puasa.
c) Berakal (siuman) orang yang gila atau orang yang tidak sehat akalnya tidak wajib
melaksanakan puasa
d) Berkuasa (berdaya) berpuasa orang yang sakit berbahaya, orang tua lemah dan
sebagainya tidak wajib melaksanakan puasa.
e) Bermukim orang yang dalam perjalanan (musyafir) lebih dari pada dua marhalah
tidak diwajibkan melaksanakan puasa.
3
C. SYARAT SAH PUASA
a) Beragama Islam
b) Berakal
c) Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi wanita
d) Hari yang sah untuk berpuasa
D. RUKUN PUASA
Rukun puasa ada dua yaitu :
1. Niat
Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan (puasa wajib)
atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai dari
pada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar. Hal ini berdasarkan Firman
Allah SWT dalam Surat Al Bayyinah ayat 5 (QS 98:5) yang berbunyi :
�ف�اء� ن �ه� الد�ين� ح� �ه� م�خ�ل�ص�ين� ل �د�وا الل �ع�ب �ي �ال ل وا إ �م�ر� و�م�ا أ�م�ة� �ق�ي �ك� د�ين� ال �اة� و�ذ�ل ك �وا الز� �ؤ�ت �ق�يم�وا الص�الة� و�ي و�ي
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus”. (QS.98:5)
Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya segala amal tergantung pada niat dan
sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapat apa yang telah diniatkan.”( HR
Bukhari , Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah & Nasa’i).
2. Menahan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari. Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 187 (QS. 2 :
187).
4
Artinya: “ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka.Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena
itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah
kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.Itulah larangan
Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”.
Dalam puasa hal-hal yang harus ditahan atau dicegah tidak semata-mata makan,
minum dan hubungan seksual, tetapi juga perkataan kotor dan perbuatan tidak
pantas.
E. MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM
Ulama madzhab Maliki, Syafi’I dan Hambali sepakat bahwasanya puasa itu
terbagi menjadi empat macam, yaitu :
5
1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan , puasa kifarat , puasa nazar
2. Puasa sunah (mandub)
3. Puasa makruh
4. Puasa haram
Yang pertama ialah puasa wajib (Fardhu)
Ditinjau dari hukumnya puasa terbagi menjadi dua yaitu puasa wajib dan puasa
sunnah. Puasa wajib adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Yang
merupakan salah satu dari rukun islam dan salah satu fardhu dari sekian banyak
fardhu. Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang
dilakukan secara tepat wakyu artinya pada bulan ramadhan secara ada dan demikian
pula yang dikerjakan secara qadha’. Temasuk puasa fardhu lagi ialah puasa kifarat
dan puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini telah disepakati oleh para imam-imam
madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah berbeda pendapat dalam hal puasa
yang dinazarkan.
Berdasarkan firman Allah SWT :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan yang di dalamnya
diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda ( antara yang haq dan yang bathil). Karena itu barang
siapa diantara kamu ada di bulan itu , maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit
atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa ) maka (wajib menggantinya, sebanyak
hari yang di tinggalkannya itu, pada hari – hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Hendaklah kamu
mencukupkan bilangan dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang di berikan
kepadamu, agar kamu bersyukur.”( QS Al Baqarah 184-185).
Hal ini juga dijelaskan oleh hadist berikut, Rasulullah SAW bersabda:
6
ر� ع�م� اب�ن� ع�ن� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه� ل�ى ص� الل�ه� ول� س� ر� ال� ق� ال� ق�
ا م� ع�ن�ه� الل�ه� ي� ض� ر�
أ�ن� و� الل�ه� إ�ال� �ل�ه� إ ال� ن�أ� اد�ة� ه� ش� م�س% خ� ع�ل�ى م� ال� �س� اإل� ب�ن�ي�
الل�ه� ول� س� ر� د+ا م� ح� م�
ان� م�ض� ر� و�م� و�ص� ج0 ال�ح� و� ك�اة� الز� �يت�اء� إ و� ة� ال� الص� ام� إ�ق� و�
Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Islam di tegakan diatas
lima perkara, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, Mendirikan Shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah
dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari-Muslim).
Yang kedua ialah puasa sunnah (mandub)
Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan apabila
kita tinggalkan atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa.
Berikut contoh-contoh puasa sunnat:
1. Puasa hari Tasu’a – ‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya
Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang
lebih utama adalah tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut.
2. Puasa hari arafah
Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu
disebut hari ‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang
sedang melaksanakan ibadah haji.
3. Puasa hari senin dan kamis
Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di
dalam melakukan puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh. Hal
demikian tak ada keraguan lagi.
4. Puasa 6 hari di bulan syawal
7
Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak
dengan tanpa syarat-syarat
5. Puasa sehari dan berbuka sehari
Disunnahkan bagi orang yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak
berpuasa sehari. Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah satu
macam puasa sunnah yang lebih utama.
6. Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.
Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan
tiga kalangan imam-imam madzhab. Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4,
dan yang tiga berturut-turut yakni: Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram, dan
yang satu sendiri yakni bulan Rajab, maka berpuasa pada bulan-bulan tersebut
memang disunnahkan .
7. Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya
Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika
dibatalkan adalah disunnahkan menurut ulama syafi’iyyah dan hanafiyyah.
Yang ketiga ialah puasa makruh
Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan
besar yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya
selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu dimakruhkan
menurut tiga kelompok imam madzhab. Namun ulama madzhab syafi’I mengatakan :
tidak dimakruhkan berpuasa pada kedua hari itu secara mutlaq.
Yang keempat ialah puasa haram
Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu,
jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa
maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama
telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :
1. Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya
kurban (idul adha)
8
2. Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang
hal ini(fiqih empat madzhab hal 385)
3. Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat,
atau dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara
terang-terangan. Kecuali jika sang suami memang tidak memerlukan
istrinya, misalnya suami sedang pergi, atau sedang ihram, atau sedang
beri’tikaf.
F. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA DAN MENGURANGI NILAI
PUASA
1.Makan dan minum dengan sengaja
Bagi orang yang makan dan minun dengan sengaja wajib mwngqodhonya
menurut ulama mazhab. Namun apabila ia lupa kalau ia sedang berpuasa
maka, puasanya tidak batal, dan tidak perlu diqadha.
2.Hubungan Suami Istri
Yaitu bagi suami istri yang berhubungan suami istri saat puasa ramadhan
maka ia harus membebaskan budak jika punya, atau jika tidak punya,
berpuasalah selama 2 bulan berturut-turut, atau jika tidak mampu, member
makan fakir miskin 60 orang, dan mengganti puasanya. Adapun jika
bermimpi disiang hari dan bangun kesiangan padahal dia lupa mandi zunub
maka hal itu tidak membatalkan puasa.
3.Muntah dengan sengaja
Hadist yang menjelaskan tentang muntah yang disengaja yang artinya: “
Barang siapa yang muntah maka tidak kewajiban mengganti terhadapnya.
Namun barang siapa yang muntah dengan sengaja maka hendaklah ia
menggantinya (HR. Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Mazah, dari Abu Khurairoh).
4.Keluarnya Mani dengan Sengaja
Mengeluarkan mani dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Bahkan
menurut imam Hambali, keluar mazi pun dapat membatalkan puasa.
5.Mendapat Haid dan Nifas
6.Keluar dari Agama Islam (Murtad)
9
G. HAL-HAL YANG DISUNNAKAN DALAM PUASA
Disunnahkan bagi orang yang berpuasa itu beberapa hal, yaitu:
1. Bersegera untuk berbuka setelah nyata-nyata matahari terbenam. Dan
berbuka itu dilakukan sebelum shalat. Dan disunnahkan berbuka itu dengan
kurma basah, atau kurma kering, atau manisan atau air. Hendaknya yang
dibuat berbuka itu ganjil, yaitu tiga atau lebih.
2. Berdo’a setelah berbuka dengan do’a yang telah diajarkan oleh Nabi SAW.
3. Makan sahur dengan sesuatu makanan walaupun sedikit. Meskipun hanya
seteguk air. Seperti sabda Nabi SAW yang menjelaskan tentang makan
sahur itu adalah berkah.
4. Mencegah lisan dari omongan yang tidak berfaidah. Sedangkan mencegah
lisan dari hal yang haram seperti menggunjing (ghibah) dan adu domba,
maka hal itu adalah wajib setiap saat, dan hal itu lebih dikukuhkan pada
bulan Ramadhan.
5. Memperbanyak sedekah dan berbuat baik kepada sanak saudara, kaum fakir
dan miskin.
6. Menyibukkan diri dalam menunutut ilmu, membaca Al-Qur’an, berzikir,
membaca shalawat atas Nabi SAW. Bilamana ada kesempatan untuknya
baik siang hari maupun malamnya.
7. Beri’tikaf.
H. ORANG YANG DIBOLEHKAN MENINGGALKAN PUASA (HALANGAN
PUASA)
Dalam keadaan tertentu, syariah membolehkan seseorang tidak berpuasa. Hal ini
adalah bentuk keringanan yang Allah berikan kepada umat Muhammad Shallallaahu
'alaihi wa Sallam. Bila salah satu dari keadaan tertentu itu terjadi, maka bolehlah
seseorang meninggalkan kewajiban puasa. Adapun kondisi yang diperbolehkan
seseorang meninggalkan puasa wajib adalah sebagai berikut:
10
1. Dalam keadaan safar (perjalanan)
Diperbolehkan berbuka (tidak berpuasa) bagi orang yang berpergian dengan
syarat berpergiannya itu dalam jarak yang jauh.
2. Sakit
Beberapa uzur atau halangan yang membolehkan orang berpuasa, berbuka
atau membatalkan puasanya diantaranya ialah sakit. Apabila orang yang
berpuasa jatuh sakit dan ia merasa khawatir bertambah sakit jika berpuasa
atau ia khawatir terlambat kesembuhannya, atau ia bertambah menderita
kepayahan yang sangat jika berpuasa maka ia diperbolehkan berbuka.
3. Hamil dan Menyusui
Apabila wanita hamil dan wanita menyusui merasa khawatir ditimpah
bahaya akibat berpuasa yang kelak akan menimpah pada diri meraka dan
anak mereka sekaligus, atau dirinya saja, atau pada anak mereka saja, maka
mereka diperbolehkan tidak berpuasa (berbuka).
4. Lanjut Usia
I. ADAB-ADAB BERPUASA
1. Niat karena Allah swt semata.
Niat ini cukup dalam hati tanpa diucapkan. Akan tetapi banyak ulama yang
berbeda pendapat tentang hal ini. Yang pertama ialah menurut imam
hanbali, menurut beliau niat cukup pada awal puasa saja untuk satu bulan
penuh. Kedua, ialah menurut imam Maliki yang mengatakan niat bisa
dimulai ketika awal ramadhan sekaligus. Yang terakhir yaitu menurut imam
Syafii yang mengatakan bahwa niat dilakukan setiap malam atau bertepatan
dengan terbitnya fajar shadiq. Bahkan jika semisal ada seseorang yang
berniat puasa satu tahun yang lalu itupun sebenarnya sudah bisa dikatakan
niat.
Berbeda halnya dengan puasa wajib, untuk puasa sunat kebanyakan ulama
membolehkan berniat puasa pada siang hari, sebagaimana riwayat dari
Aisyah bahwa Rosululloh saw pernah datang kepadanya dan bertanya “
apakah kamu punya sesuatu (maksudnya makanan?) jawab aisyah “ tidak!
11
Kata Nabi saw “ kalau begitu saya puasa saja”. Dan dari riwayat tersebut
dapat disimpulkanb bahwa niat puasa sunat bisa dilakukan pada siang hari.
2. Makan sahur
Nabi saw bersabda yang artinya “ sahurlah kalian, karena pada sahur itu
terdapat berkah” (HR. Jama’ah kecuali abu Daud, dari Anas ra). Dari
riwayat tersebut sudahlah jelas bahwa sahur pada saat akan berbuasa
sangatlah dianjurkan. Sedangkan waktu makan sahur yang disunatkan dan
yang paling baik menurut Nabi saw yaitu diakhir malam.
3. Menjahui hal-hal yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi nilai
puasa. Selain yang telah disebutkan di atas berkumur secara berlebihan saat
berwudu juga termasuk salah satu hal yang bisa mengurangi nilai puasa.
Seperti sabda Nabi saw yang artinya “ sempurnakanlah dalam berwudhu,
sela-selailah diantara jari-jemarimu dan smpikanlah (ke dalam-dalam)
dalam berkumur, kecualai kamu berpuasa”. ( HR. Imam yang lima, dari
Laqith bin Shabirah).
4. Berbuka puasa dengan segera.
Bila waktu berbuka sudah tiba, sangat dianjurkan untuk menygerakannya.
Hal ini karena Nabi saw bersabda yang artinaya: manusia senantiasa berada
dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. Segerakanlah
berbuka karena orang Yahudi mengakhirkannya.
J. HIKMAH-HIKMAH PUASA
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap
individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani.
Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu
melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa
lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu
mereka dengan memperbanyak shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan
jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan
12
kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah
ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula keterbatasan pada
manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-minumnya.
Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum :
Menandakan kesyukuran kepada Allah karena nikmat-nikmat yang
banyakkepada hamba-hambanya.
Melatih jiwa supaya memiliki rasa kasih dan belas terhadap orang-orang
yang susah menderita.
Melatih jiwa supaya berih dari sifat; tamak,sombong,hasad dan dengki.
Melatih diri supaya bersifat sabar dan tahan menempuh ujian-ujian dalam
perjalanan hidup.
Menanam semangat perpaduankarena sama-sama menunaikan kewajiban
yang samaitu dapat menimbulkan semangat perpaduan.
Menana semangat sama ratadan menjauhkan sifat beda membeda diantara
kaya miskin, hina mulia,raja dan rakyat karena sama-sama menjujung tinggi
perintah Allah.
Melatih diri supaya mempunyai peraturan peraturandan menghargakan masa
karena mempunyai batas-batas waktu tertentu.
Membersihkan anggota-anggota di dalam tubuh dari daki-daki dan lemak-
lemak makanan yang bekerja sepanjang tahun.
Member kerehatan kepada alat-alat didalam tubuh, terutama alat pengisar
makanan yang bekerja sepanjang tahun.
Member peluang untuk memperbanyakan amal ibadat,karena bulan-bulan
ramadhanmempunyai keistimewaan yang tidak ada pada bulan bulan
lainseperti Lailatul Qadar dan shalat tarawih
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita
untuk melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan
dari orang lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian
dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya
mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah
kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana
telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah
swt yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah:183)
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh
Allah swt. Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk
mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa
indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari
berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali
meninggalkan puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari
langkah, tidur dan apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.
14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an al karim
Fiqih Empat Madzhab (bagian ibadah) oleh Drs.H.Moh.Zuhri, Dipil, Tafl dkk
Buku puasa lahir dan batin oleh Maliki Tabrizi
Abdul azhim bin badawi Al khalafi. Al Wajiz. Jakarta : pustaka Assunah, 2008.
A Hasan. Terjemah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Bandung. CV Penerbit
Diponogoro, 2002
Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Amani 2007
http://www.rumaysho.com/. 2011
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani. Subul As-Salam Syarah Bulughul Maram.
Jakarta : Darus Sunnah Press, 2010.
15