suara wina terbit
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
1/24
Media Komunikasi STKIP WIDYA YUWANA MADIUN
JULY 2 15
UNTUK KALANGAN SENDIRI
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
2/24
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
3/24
SALAM REDAKSI
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
“Suara Wina” edisi ke 3 ini dapat terselesaikan dan diterbitkan kembali. Kami juga mengucapkan
terimkasih kepada semua anggota redaksi yang dengan rela hati menyumbangkan gagasan-gagasannya
dalam sebuah artikel. Permohonan maaf juga kami haturkan kepada semua pihak karena keterlambatan
terbitnya “Suara Wina” ini.
Dalam Suara Wina edisi ketiga ini mengangkat sebuah tema yaitu “Keluarga sebagai sekolah
iman yang utama”. Berbagai rubrik yang dimunculkan dalam Suara Wina ini juga hendak mengajak
para pembaca untuk semakin bisa mencintai kampus ini, karena informasi yang berkaitan dengan
kampus dimuat dalam Suara Wina edisi ketiga ini.
Secara khusus, keluarga dimaknai sebagai sebuah tempat yang memegang peranan penting
dalam proses perkembangan anak. Oleh karena itu situasi yang penuh kasih, nyaman, dan tetap
mengajarkan tindakan-tindakan yang baik kepada anak harus diciptakan dalam sebuah keluarga.
Hingga pada akhirnya akan membawa anak pada pembiasaan-pembiasaan yang mengarahkan anak
menjadi pribadi yang utuh sebagai sebuah manusia.
Akhir kata, semoga dengan penerbitan Suara Wina edisi ketiga ini dapat menjadi sumber
infromasi bagi para pembaca sekaligus sebagai media komunikasi antar mahasiswa dan lembaga
kampus ini. Terima Kasih dan Tuhan memberkati kita semua.
Penanggung Jawab : JS. Wibowo Singgih
Koordinator : Oky Riccy Dewanta
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
4/24
KELUARGA ADALAH PENDIDIK
UTAMA DAN PERTAMA
Kata keluarga tentu sudah tidak terasa
asing lagi bila didengar dan dibicarakan. Keluarga
itu sendiri terdiri dari orangtua dan anak-anak yang
sendirinya memiliki peranan, tugas, dan tanggung
jawab masing-masing. Keluarga menjadi tempat
pendidikan dan pengembangan kepribadian anak.
Dalam keluarga tampaklah peranan sesungguhnya
orangtua untuk mendidik anak-anaknya.
Keluarga memiliki dampak yang besar
dalam pembentukan pribadi anak, baik karakter,
bahasa, nilai-nilai, dan lain sebagainya. Orangtua
turut serta mengambil bagian dalam pembentukan
karakter dan kepribadian anak selama bertumbuh
dan berkembang di dalam keluarga. Orangtua perlu
menyadari pula bahwa tindakan, sikap, dan
karakter mereka sesungguhnya dapat menjadi
teladan bagi anak-anak mereka. Apakah tindakan,
sikap, dan karakter orangtua adalah teladan bagi
anak-anak atau malah sebaliknya? Hal ini sangat
perlu diperhatikan oleh orangtua. Karena orangtua
memegang kunci atas pendidikan anak-anak
mereka di dalam keluarga sebelum terjun ke
masyarakat yang lebih luas. Keluarga
sesungguhnya menjadi wadah utama dalam
pendidikan dan pertumbuhan anak, baik pendidikansecara psikis, kepribadian, emosi, rohani, dan lain
sebagainya. Kita perlu menyadari bahwa keluarga
sangat penting mendidik dan menanamkan iman ke
dalam diri anak-anak. Karena hal ini sangat
berpengaruh pada perkembangan iman anak di
kemudian harinya. Apakah orangtua sungguh
memberikan pertanggungjawaban dalam
pendidikan iman anak atau malah sebaliknya?
Zaman sekarang ini kita sering melihat
adanya anggota-anggota di dalam suatu keluarga
menganut aliran kepercayaan masing-masing.
Misalnya orangtua dan anak-anak sudah memiliki
perbedaan agama dan aliran kepercayaan. Beranjak
dari contoh kasus tersebut tampak bahwa peranan
keluarga sebagai pendidik utama, pertama, dan
sebagai sekolah iman belum terlihat sama sekali.
Peranan, tugas, dan tanggung jawab orangtua
mendidik iman anak masih belum tercapai. Maka
dari itu, kita perlu mengingat dan menyadari
kembali bahwa keluarga menjadi kunci utama
dalam pendidikan iman anak. Orangtua jelas sekali
menjadi pendidik yang utama dan pertama. Tanpa
adanya keluarga, anak-anak belum dapat
memperoleh pendidikan secara langsung. Oleh
karena itu, orangtua sungguh menjadi guru atau
panutan bagi perkembangan dan pertumbuhan
anak-anak di dalam keluarga. Semoga orangtua
mampu memberikan terang bagi anak-anak di
dalam keluarga. (Anselmus)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
5/24
PELANTIKAN KETUA STKIP WIDYA YUWANA MADIUN
Pada tanggal 23 Maret 2015 adalah
merupakan hari penting bagi lembaga STIKP
Widya Yuwana Madiun, dimana pada hari ini
merupakan hari pelantikan untuk Rektor baru
Bapak Ola Rongan W yang telah dipilih dan di
percaya oleh lembaga STKIP Widya Yuwana untuk
memimpin serta mengolah lembaga STKIP Widya
Yuwana ini kearah perkembangan dan kemujuan
pendidikan yang lebih baik. Dimana pada hari ini
juga lembaga STKIP Widya Yuwana Madiun juga
mengadakan Kursus Pembina Pramuka Mahir
Tingkat Dasar (KMD) bagi tingkat satu, tingkat
dua, dan tingkat tiga.
Pelantikan rektor ini di pandu oleh Bapak
Albert I Ketut Deni Wijaya, S.Pd, M.Min, dan di
hadiri oleh beberapa tamu undangan pelantikan ini
di resmikan langsung oleh Bapak Uskup Surabaya
Mgr. Vincensius Sutikno Wisaksono. dalam
pelatikan rektor yang baru ini tidak bisa di hadiri
oleh mahasiswa tingkat satu, dua dan tiga
berhubung tingkat satu, dua, dan tiga mengikuti
Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar
(KMD) yang sifatnya wajib diikuti oleh semua
mahasiswa yang mengenyam pendidikan di
lembaga STKIP Widya Yuwana Madiun, karena
Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar
(KMD) ini merupakan salah satu kegiatan yang
wajib diikuti, untuk mendapatkan ijazah ketika
sudah selesai menyelesaikan pendidikan di
lembaga STKIP Widya Yuwana Madiun ini.
Mahasiswa yang ikut partisipasi dalam pelantikan
rektor yang baru ini hanya mahasiswa tingkat
empat, mahasiswa tingkat empat mendapat tugas
dan di percaya untuk mengisi paduan suara dalam
kegiatan pelantikan tersebut.
Seluruh kegiatan pelantikan ketua atau
rektor baru STKIP Widya Yuwana ini pun berjalan
lancar berkat dukungan dan kerja sama dari semua
pihak yang telah mendukung dan membantu
berjalannya proses pelantikan tersebut. (Emilda)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
6/24
ZIARAH ROHANI
\logan yang tidak asing bagi
kita,yakni” Per Mariam ad Jesum” (Ind:Melalui
Maria Menuju Yesus). Slogan ini memacu kita
untuk semakin dekat dengan Allah lewat
perantaraan Bunda Maria. Dengan berziarah dan
berdevosi kepadanya, kita diajak untuk semakin
dekat dengan Sang Bunda Gereja. Kedekatan yang
lebih mendalam itu setiap setahun sekali lembaga
pendidik calon pewarta mengadakan ziarah
bersama. Ziarah diiukuti oleh segenap keluarga
besar lembaga tercinta ini. Kegiatan dilaksanakan
pada tanggal 14 Mei 2o15 dengan tujuan: Gua
Maria Kerep-Ambarawa.
Tengah malam mahasiswa berbondong- bondong kekampus untuk berkumpul. Beberapa
jam kemudian bus datang dan mahasiswa satu
persatu masuk kedalam bus yang telah dibagi
panitia. Panitia dengan kerja keras mempersiapkan
semua kegiatan ziarah kali ini. Dalam perjalanan
dari Madiun-Semarang patut bersyukur karena
diberi keselamatan dan kelancaran.
Sesampai di Gua Kerep Ambarawa,
mahasiswa tingkat 3 mempersiapkan diri untuk
bertugas koor pada saat misa kudus. Misa kudus ini
dilakukan secara meriah yang dipimpin oleh RD.
R. Joko Sulistiyo dan RD. G. Dhani Driantoro.
Setelah Misa Kudus, dilanjutkan menuju Gua
Maria untuk doa rosario bersama. Tak jemu-
jemunya semua mahasiswa sangat antosias
mengikuti acara ziarah kali ini. Dan ketika di area
ini mahasiswa juga bisa menikmati berbagai
macam tempat yang bisa ia kunjungi.
Tidak hanya di satu tempat saja, ternyata
panitia juga menyediakan berbagai tempat untuk
rekreasi, yaitu di Candi Gedong Songo dan
Klenteng Sam Poo Kong. Dengan tempat yang
telah disediakan panitia, mahasiswa sangat senang
dengan keadaan tempat rekreasi tersebut. Mereka
dapat menikmati wisata yang ada disitu, salah satu
ekpresi yang ditunjukan para peziarah kali ini bisa
menikmati berbagai macam wahana yang ada
seperti bisa berfoto, naik kuda, bisa ketumu biksu
secara langsung bahkan bisa minta tolong untuk
diramal. Ziarah kali ini sangat menyenangkan.(Gia)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
7/24
RETRET MAHASISWA STKIP WIDYA YUWANA MADIUN
Telah tiba hari yang kami tunggu dan kami
nantikan para calon-calon pewarta kabar gembira,
yakni retret tahuan yang diadakan satu tahun sekali.
Jika diibaratkan sebuah tanaman yang tumbuh pada
musim kemarau merindukan kesegaran air yang
senantiasa menyejukkan dan memberi kehidupan.
Begitupun dengan kami calon-calon katekis, yang
begitu merindukan penyegaran rohani dalam diri
untuk senantiasa menjadi penyemangat dalam
mewartakan kasih Allah kepada sesama.
Retret kali diadakan di 4
lokasi yang telah ditentukan dari
pihak lembaga. Tingkat I, di
Tumpang pada tanggal 20 – 23
Januari. Tingkat II, di Klaten-
Sangkal Putung pada tanggal 9
– 12 Februari. Tingkat III, di
Muntilan pada tanggal 2 – 5
Februari. Dan tingkat IV, di Wisma Bethlehem –
Kediri pada tanggal 27 – 30 Januari.
Pengalaman yang berharga ini tidak kami
sia-siakan sebagai sumber penyegaran rohani yang
mampu memberikan semangat bagi kami yang
sedang meniti jalan sebagai pewarta awam kelak
dikemudian hari. Pengalaman bersama dalam satuangkatan kami masing-masing menambah
persaudaraan yang saling mendukung panggilan
sebagai pewarta. Memang terlebih dahulu kami
harus yakin bahwa jalan yang telah kami pilih
adalah jalan yang Tuhan tunjukkan kepada kami,
sebab tanpa bantuan-Nya kami hanyalah manusia
yang lemah dan mudah sekali jatuh dalam lubang-
lubang dosa.
Kesibukan, kejenuhan, dan kepenatan yang
kami rasakan selama perkulihan satu semester
membuat kami mengalami penurunan semangat.
Oleh karena itu, hal tersebut kami tinggalkan
sejenak untuk menerima penyegaran kembali.
Bagaikan seekor katak yang merindukan turunnya
hujan agar katak dapat menyanyikan senandung
harapan. Begitulah yang kami rasakan.
Perlu diketahui bahwa retret yang diadakan
setiap satu tahun sekali memiliki maksud dan
tujuannya. Retret yang di
ikuti oleh tingkat I ialah
proses penyembuhan luka
batin, yakni bagaimana
mahasiswa tingkat I
diharapkan melepaskan dan
mengampuni diri sendiri
sebagai simbol penerimaan
Kristus dalam hidup. Retret tingkat II ialah
bertujuan untuk menggali lebih dalam lagi motivasi
yang dihidupi, agar nantianya menjadi sebuah
pondasi yang kokoh untuk proses melangkah
kedepan, sebab jalan yang ditempuh begitu panjang
dan banyak tantangan. Retret tingkat III ialah
bertujuan untuk memperteguh akan panggilan dan juga motivasi yang telah hidup dalam diri, agar
pondasi yang dibangun menjadi semakin kokoh dan
tidak akan goyah diterpa berbagai tantangan. Dan
retret tingkat IV ialah menjadi sebuah proses akhir
dari segala retret yang telah diikuti mulai dari retret
pada tingkat I, II, dan III. Retret tersebut ialah
pemantapan secara utuh untuk menerima segala
perutusan yang nantinya diberikan pada mahasiswa
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
8/24
PELANTIKAN PENGURUS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
PERIODE 2015/2016 STKIP WIDYA YUWANA MADIUN
sebagai pewarta sabda Tuhan rasul awam nantinya,
KATEKIS.
Dalam retret yang kami ikuti dalam setiap
tingkat memiliki berbagai proses kegiatan, yakni
mulai dari refleksi, sharing, meditasi, pengakuan
dosa, dan yang menjadi puncaknya ialah
penerimaan ekaristi. Namun yang perlu digaris
bawahi ialah penerimaan tubuh dan darah Kristus
menjadi pokok yang utama dalam rangkaian retret
yang telah kami ikuti. Kasih Allah yang mengalir
melalui pengorbanan-Nya demi manusia,
menunjukkan bahwa bukti nyata kehadiran-Nya
dalam hidup manusia seturut dengan kehendak-
Nya.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah
suatu wadah untuk mengembangkan minat, bakat
dan potensi mahasiswa melalui kegiatan kampus.
Inilah yang menjadi alasan mengapa di STKIP
Widya Yuwana (WINA) Madiun juga dibentuksuatu kepengurusan BEM, yang dulunya bernama
Senat Mahasiswa. Selain menjadi wadah untuk
mengembangkan minat, bakat dan potensi
mahasiswa, BEM juga membantu Lembaga
Pendidikan STKIP Widya Yuwana Madiun dalam
mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi yang
memiliki tiga fungsi, yakni pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
Begitu panjang dan banyak sekali tantangan
yang harus dilampoi oleh manusia, demikian juga
kami sebagai calon pewarta. Kerikil-krikil tajam
yang telah menanti menandakan bahwa kami harus
SIAP sedia untuk memikul salib yang telah Allah
tangguhkan. Dan semoga cucuran keringat peluh
kami menjadi bukti semangat kami untuk
memegang teguh akan panggilan yang telah kami
hidupi. (Ardya)
Kamis, 7 Mei 2015 pukul 10.00
merupakan sebuah moment penting bagi civitas
akademika STKIP WINA Madiun. Hari yang
merupakan tonggak sejarah berdirinya Badan
Eksekutif Mahasiswa sebagai pengganti SenatMahasiswa di WINA. Acara pelantikan pengurus
BEM yang dilaksanakan di ruang Auditorium
STKIP WINA Madiun berjalan dengan lancer dan
khidmad. Acara ini diawali dengan menyanyikan
lagu Mars Widya Yuwana Madiun. Saat
menyanyikan lagu ini, para mahasiswa diingatkan
untuk terus maju mengarahkan segala budi daya
dan karsa bagi Tuhan dan kepada sesama manusia.
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
9/24
Setelah itu dilanjutkan dengan doa pembuka yang
dipimpin oleh Maria Agata Inaz, salah satu
mahasiswi semester 2. Kemudian acara dilanjutkan
dengan pembacaan Surat Keputusan berkenaan
nama-nama pengurus BEM STKIP Widya Yuwana
Madiun Periode 2015/2016 oleh Saudara Yuvinus
Sujiman selaku ketua Panitia Pemilihan Pengurus
Badan Eksekutif Mahasiswa (P3BEM) Periode
2015/2016.
Dengan memperhatikan Surat Keputusan,
terpilihlah 24 mahasiswa sebagai pengurus BEM
STKIP Widya Yuwana Madiun Periode 2015/2016.
Nama-nama pengurus BEM tersebut adalah:
Ketua BEM : Valentinus Eko Sucianto
Wakil Ketua BEM : Antonius Ardya Krisnata
Sekretaris 1 : Sisilia
Sekretaris 2 : Nathalia Dwi Oetari
Bendahara 1 : Munika Yudha D. V
Bendahara 2 : Priscilla Maria Ding
Departemen pendidikan, penelitian, dan
pengembangan ilmu pengetahuan
: Elisabet Pipit Wahyunita
Divisi Jurnalistik : Oky Riccy Dewanta
Divisi Bela Negara : Dicky Melyawanto
Divisi Penelitian dan Pengembangan
: Yustina Uling Yuniar
Departemen Liturgi : Aditya Bayu Pratama
Divisi Liturgi :Y.L. Bryan Michael . W
UKM Taize : Lucia dan Yustina Ika
Saputri
Departemen Seni Budaya dan Olah Raga
:Bonaventura Praba Caraka
Divisi Olah Raga dan Kesehatan
: Alfonsus Yosef Novianto
UKM Badminton, Voli, Futsal Tenis Meja,
Takraw : Dionisius Dimas Prakosa
Divisi Kesenian dan Budya
: Wahyu Nugroho Susanto
UKM Paduan Suara, Teater, Tari
: Demus, Elisabeth Yulnes
Tao, dan MelaniaSafirista
Sofiarti
Departemen Sosial : Stevanus Danang Setiyono
Divisi Hubungan Masyarakat
: Vitalis Bintang Kusuma
Sani Manuk
Divisi Wirausaha : Skolastika Eni Trisnoputri
Selanjutnya nama-nama yang telah tertera
di atas diminta mengucapkan janji sebagai
pengurus BEM di hadapan Ketua STKIP Widya
Yuwana, yakni Dr. Drs. Wilhemus Ola Rongan, M.
Sc dan seluruh mahasiswa STKIP Widya Yuwana,.
Para calon pengurus telah dinyatakan secara resmi
sebagai pengurus BEM dengan pemukulan gong
sebanyak tiga kali oleh Ketua STKIP Widya
Yuwana Madiun. Tidak ketinggalan Romo
Gregorius Dhani Driantoro, SS, M. Hum selaku
Pembantu Ketua III memberikan berkat khusus
kepada para pengurus BEM dan memerciki air suci
kepada para pengurus BEM STKIP Widya Yuwana
periode 2015/2016.
Acara dilanjutkan dengan serah terima
jabatan dari Ketua Senat Mahasiswa Periode
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
10/24
2014/2015 kepada Ketua Badan Eksekutif
Mahasiswa Periode 2015/2016 oleh Ketua STKIP
Widya Yuwana, Bapak Wilhelmus. Lalu,
dilanjutkan dengan sambutan Ketua STKIP Widya
Yuwana Madiun. Beliau berpesan kepada para
pengurus BEM periode 2015/2016 untuk dapat
benar-benar bertanggung jawab sebagai wakil
mahasiswa sebagai wadah pengembangan
kreativitas dan forum aspirasi bagi para mahasiswa
WINA. Tidak hanya itu, diharapkan pengurus BEM
dapat menjalin hubungan kerja sama yang baik
dengan pihak intern maupun ekstern kampus.
Tujuan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh
para pengurus tersebut, tidak lain adalah sebagai
wujud mewartakan kabar gembira kepada setiap
orang.
Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan
ketua BEM STKIP Widya Yuwana Madiun. Laki-
laki berkacamata ini menyampaikan bahwa BEM
tidak dapat lepas dari dukungan seluruh civitas
akademika STKIP WINA. BEM dan seluruh
civitas akademika WINA hendaknya berjalan
bersama dan bekerja sama untuk membina pribadi
menjadi pembangun bagi nusa bangsa dan ibu
Gereja.
Acara diakhiri dengan doa penutup yang
dipimpin oleh Desi, salah satu mahasiswi semester
2, dan dilanjutkan dengan menyanyikan Hymne
Widya Yuwana, serta foto bersama para pengurus
BEM dengan Ketua STKIP Widya Yuwana dan
Pembantu Ketua III.
Kini para pengurus BEM STKIP Widya
Yuwana Madiun harus siap memikul dan
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
perantara bagi mahasiswa dan staf pembina
maupun pengurus STKIP Widya Yuwana, untuk
melaksanakan fungsi Tridharma Perguruan Tinggi
dan menjadi seorang pewarta di tengah masyarakat
seperti yang tertuang dalam lirik lagu Hymne
Widya Yuwana “….. Tlah kaukibarkan benderamu
dengan kau lahirkan para pewarta tangguh.
Pewarta yang tak akan gentar dan pantang mundur
hadapi badai taufan. Kami hormat bagimu
almamaterku Widya Yuwana.” (Uling)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
11/24
SEMINAR LOKAL “KELUARGA DAN PENDIDIKAN KATOLIK”
Seminar pendidikan teologi adalah salah
satu program rutin mahasiswa yang diadakan setiap
tahun. Dalam pelaksanaan seminar yang menjadi
panitia inti adalah mahasiswa tingkat 3 atau
mahasiswa semester VI. Pada tahun ini seminar
yang diadakan oleh mahasiwa agak berbeda dari
tahun-tahun yang sebelumnya. Jika sebelumnya
hanya mengadakan satu seminar yaitu seminar
nasional, sekarang mengadakan dua kali seminar
yaitu seminar lokal dan seminar nasional. Seminar
lokal di adakan pada hari kamis 21 mei 2015.
Tema yang diangkat pada seminar lokal
kali ini adalah “Keluarga dan Pendidikan Katolik”
dengan moderatornya Bapak Albert I Ketut Deni
Wijaya, S.Pd, M.Min. pemateri pertama Agustinus
Supriyadi, SS, M.Hum. dan pemateri kedua Dr.
Drs. Wilhelmus Ola Rongan, M.Sc.Kegiatan
seminar berlangsung selama 3 jam dari pukul
16.00-19.00.
Seminar dibuka dengan menyanyikan lagu
pembuka oleh mba Priska semester II dan beberapa
sambutan dari yang mewakili. Materi sesi pertama
di sampai kan oleh Agustinus Supriyadi, SS,
M.Hum. dengan tema “Keluarga Kristiani dan
Pendidikan Anak dalam Terang Gravissimum
Educationis artikel 3”. Inti dari materi sesi pertama
adalah orang tua sebagai pendidik pertama dan
utama. Materi sesi kedua disampaikan oleh Dr.
Drs. Wilhelmus Ola Rongan, M.Sc dengan tema
tentang Keluarga Dan Pendidikan. Inti dari materi
sesi kedua ini adalah bagaimana pentingnya peran
keluarga dalam pembaharuan hidup dunia dan
Gereja. dalam proses seminar juga terdapat sesi
tanya jawab, dalam proses ini bnyak pertanyaan-
pertanyaan dari para peserta yang sedikit
banyaknya di kupas dengan baik dan para pematerimemberikan jawaban yang memuaskan bagi para
penanya. Kegiatan seminar lokal di tutup dengan
doa penutup dan menyanyikan lagu hymne Widya
Yuwana. Dan akhirnya dilanjutkan dengan foto
bersama dari berbagai tingkat, mulai dari tingkat 1,
tingkat 2, tingkat 4 dan terakhir dengan tingkat 3
yang sekaligus panitia inti. (Carolina)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
12/24
SEMINAR NASIONAL KAMPUS STKIP WIDYA YUWANA 2015
“KELUARGA DAN PENDIDIKAN KATOLIK”
Pada kamis, 4 Juni 2015 dilaksanakannya
seminar nasinal di aula kampus STKIP Widya
Yuwana Madiun. Yang diawali dengan presensi
mahasiswa dan tamu jam 08.00-11.00 WIB.
Seminar berlangsung sangat baik berkat kerja sama
dari seluruh panitia yang sudah mau bekerjakeras
dari persiapan awal sampai akhir. Itu sangat
kelihatan dimana semangat para panitia yang
mempersiapkan dari hari – hari sebelum hingga
final pada hari kamis, 4 Juni 2015 semua
berlangsung baik sesuai dengan yang sudah di
rencanakan.
Untuk proses berlangsungnya seminar kali
ini sangat terbantu dengan adanya pembawa acara
yang sudah menyusun
acara. Pada awal pembuka
seminar nasional yang di
buka dengan lagu
Indonesia Raya dan lagu
Mars STKIP Widya
Yuwana, doa, kata sambut
dari ketua panitia
penyelenggara, ketua
STKIP Widya Yuwana dan Kepala Vikep Madiun
RD.Y. Fusi Nusantara selaku pihak yang
bekerjasama dalam seminar nasional. Kemudian
Antonius Virdei Eresto Gaudiawan,S.S, M. Hum
selaku moderato, serta kedua pemateri yaitu A.
Wisnu Dewantara, S.S,M.Hum selaku pemateri
pertama dan Martinus Irwan, S.S,M.A selaku
pemateri kedua maju kedepan menepati meja yang
sudah siapkan untuk pemateri.
Dalam penyampaian materi dimulai pukul
09.00 WIB oleh pemateri pertama dengan tema
tentang “Filosofi Pendidikan Dalam Perspektif
Filsafat Aristotelin”. Yang membahas tentang
pendidikan dalam keluarga. Sedangkan pemateri
kedua pukul 09.45 WIB dengan tema “Pendidikan
Tinggi menurut Gravissimn Educationis dan
Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan
Karakter”. Dalam menyampaikan materi kedua
pemateri sangat baik, begitu juga dengan peserta
yang menyimak dengan baik pula. Ini terbukti
bahwa pada sesi pertanyaan banyak yang bertanya
sampai dibagi menjadi tiga sesi dan setiap sesi
diperbolehkan tiga penanya. Para peserta sangat
semangat dalam bertanya
begitu juga para pemateri
yang juga semangat
menanggapi pertanyaan-
pertanya yang ada, sehingga
seminar berlangsung
dengan lancar. Dan jawaban
yang diberikan pemateri
cukup memuaskan para
peserta yang bertanya. Pada akhirnya sesi ketiga
pertanyaan ditutup oleh moderator karena melihat
waktu yang sudah selesai. Jika disimpulkan melalui
pertanyaan yang ada semua mengarah pada
perkembangan pendidikan yang ada dizaman
modern ini.
Demikian seminar Nasional yang
diselenggarakan di kampus STKIP Widya Yuwana
Madiun oleh panitia yang semester VI. Secara
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
13/24
keseluruhan semuanya berjalan dengan lancar dan sukses. Kemudian acara ditutup dengan penyerahan
ucapan terimakasih kepada moderator, dan kedua pemateri oleh Ketua Rektor STKIP Widya Yuwana Madiun.
Penyerahan sertifikat peserta oleh Ketua Rektor STKIP Widya Yuwana Madiun dan doa penutup. Semoga apa
yang telah di bahas para pemateri tentang “Keluarga Dan Pendidikan Katolik”berguna bagi seluruh kehidupan
para peserta seminar nasional. (Martiana)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
14/24
MAKNA SEBUAH NILAI
Dalam dunia pendidikan, salah satu aspek
yang selalu diperhatikan dan menjadi perhatian
adalah aspek penilaian. Mulai dari bangku PAUD
hingga perguruan tinggi, nilai menjadi topik yang
selalu dibicarakan dan tak pernah surut
diperdebatkan. Nilai sendiri merupakan suatu hasil
yang menunjukkan tingkat pemahaman seseorang
selama menerima materi pembelajaran, sehingga
nilai kerap kali digunakan sebagai tolok ukur
kecerdasan seseorang. Aspek penilaian dapat
ditinjau berdasarkan hasil selama proses
pembelajaran, hasil mengerjakan tugas, dan hasil
ujian sekolah hingga muncullah nilai hasil akhir.
Nilai yang diperoleh kerapkali dijadikan
pacuan untuk menghantarkan seseorang kepada
jenjang selanjutnya. Tidak hanya itu, nilai juga
berhasil mengelompokkan seseorang pada kategori
tertentu. Seseorang dapat dikatakan pandai apabila
mampu melampaui standart nilai yang telah
ditentukan. Orang menjadi takut apabila
memperoleh nilai di bawah standart, takut bila
mendapatkan ejekan dari orang lain dan
dikelompokkan dalam golongan rendah. Begitu
tinggi hakikat dari sebuah nilai, hingga negara
Indonesia sendiri menggunakan nilai angka sebagai
aspek penentu kelulusan. Maka tidak heran apabila
setiap orang senantiasa berjuang untuk memperoleh
nilai yang tinggi, dengan harapan masa depannya
menjadi cemerlang dan sukses serta memperoleh
pengakuan dari orang lain.
Sungguh baik apabila setiap orang
memiliki kesadaran untuk meningkatkan tingkat
prestasinya, tapi yang menjadi sorotan adalah
bagaimana jika seseorang menggunakan cara yang
tidak jujur hanya demi menaikkan pamor nilainya?
Jika pendidikan hanya berorientasi pada nilai yang
menjadi penentu kelulusan, lantas sudahkah nilai
mampu mewakili tingkat kemampuan akademik
seseorang? Apakah proses pendidikan dari SD
hingga perguruan tinggi hanya sebagai sebuah
upaya untuk menghasilkan ijasah dengan rentetan
nilai angka atau huruf semata? Jika memang
demikian, berarti kedudukan ilmu pengetahuan
tergeser oleh sebuah nilai angka?
Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan
dan memberikan informasi kepada peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan untuk digunakan
dalam kehidupannya masing-masing. Untuk
mengukur keberhasilan dari pendidikan dengan
melakukan tes yang menghasilkan sebuah nilai.
Tapi tidak dibenarkan apabila usaha untuk
mencapai nilai standart dengan cara yang tidak
jujur. Karena pendidikan bukan hanya masalah
untuk memperoleh nilai tinggi, melainkan juga
sebagai upaya untuk membentuk karakter dan
menerapkan ilmu pengetahuan bagi hidup. Nilai
tinggi menjadi kepuasan sendiri, namun
memperoleh nilai sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki merupakan seuatu kehormatan yang
terpuji. Proses pendidikan dikatakan berhasil jika
orang yang telah menerima pendidikan dapat
menyeimbangkan tingkah laku dan pengetahuannya
dengan baik dan sesuai moral yang berlaku dalam
masyarakat. Jadi, jadikan proses pendidikan
sebagai proses menimba pengetahuan yang akan
berguna bagi kehidupan yang nyata. “ Nilai
memang penting, tapi jangan melupakan hakikat
belajar, karena belajar tidak hanya berlangsung
dan selesai dibangku sekolah dan berkaitakan
dengan nilai angka saja, namun juga dari
kehidupan”. (Debrina)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
15/24
MANFAAT PENDIDIKAN IMAN ANAK-ANAK
Pendidikan iman berdasarkan Sabda
Tuhan itu derajatnya lebih tinggi, mengingat iman
adalah sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan
kekal; sedangkan sains lebih menyangkut kepada
kehidupan di dunia ini. Sebagaimana tercantum
dalam 2 Tim 3:16, “Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.” Tentang pendidikan iman anak inilah
tugas utama dari para orangtua, “Barangsiapa
mendidik anaknya dengan tertib akan beruntung
karenanya, dan di kalangan para kenalan boleh
membanggakannya.” (Sir 30:2).
Dewasa ini ada banyak anak-anak yang
menganggap rumah hanya sebagai tempat makan
dan tidur. Kurangnya perhatian dari orangtua ini
mengakibatkan anak-anak mencari kesenangannya
sendiri, asyik dengan dunia mereka sendiri, dan
mencari pemenuhan kebutuhan mereka untuk
diperhatikan dan dikasihi dengan cara mereka
sendiri. Sebagian mungkin mendapatkannya dari
permainan game di komputer/internet, chatting di
FB ( Facebook ), BBM ( BlackBerry Messenger ),
nonton TV atau jalan-jalan/shopping di Mall.
Anak-anak dewasa ini berkembang
menjadi pribadi yang cenderung individualistikdaripada berorientasi komunal dan berinteraksi
langsung dengan orang-orang di sekitar mereka.
Soal iman? Bagi mereka sepertinya hanya prioritas
kedua, atau bahkan tidak menjadi prioritas sama
sekali. Soal Tuhan? Mungkin kurang menarik
perhatian mereka. Dalam kondisi ini, orangtua
seolah tak berdaya, dan akhirnya menyerah sambil
berkata, “Jaman sekarang memang berbeda dengan
jaman dulu…. Sekarang terserah anaknya saja deh,
kita orangtua hanya dapat mendoakan. ”
Ungkapan ini adalah suatu ironi, namun
menyiratkan keputusasaan orangtua, atau
penyesalan bahwa segala sesuatunya sudah
terlanjur. Selalu ada yang dapat kita lakukan untuk
mencegah hal-hal yang buruk terjadi pada anak-
anak kita, dan kita dapat memulainya dengan
langkah sederhana: yaitu dengan setia menanamkan
iman kepada anak-anak kita sejak mereka masih
kecil. Harapannya ialah, setelah mereka tumbuh
remaja dan dewasa, mereka dapat menjadi pribadi-
pribadi yang utuh, beriman dan bertanggungjawab.
Dengan tujuan akhir manusia adalah
kehidupan kekal bersama Allah di Surga, maka
pendidikan anak secara umum harus mengarah
kepada pembentukan pribadi manusia secara utuh,
baik dari segi fisik, moral, intelektual agar anak-
anak dapat menjadi manusia yang bertanggung
jawab di dalam menghadapi kehidupan ini, agar
kelak mereka dapat masuk dalam Kerajaan Surga.
Jadi tugas orangtua adalah menghantar anak-anak
agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sebagai pendidik utama, maka orangtua
harus terlibat dalam proses pendidikan yang
dilakukan oleh sekolah, dan orangtua bertugas
membentuk anak-anaknya. Demikian pula dalamhal iman. Banyak orangtua berpikir, asal sudah
mengirimkan anak ke Bina Iman, maka tugasnya
selesai. Pemikiran sedemikian sungguh keliru.
Guru-guru di sekolah, guru les ataupun guru Bina
Iman hanyalah membantu orangtua, namun
orangtua tetaplah yang harus melakukan tugasnya
sebagai pendidik utama. Mendidik anak dalam hal
iman sesungguhnya tidak sulit, karena dapat
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
16/24
EKONOMI PENGHAMBAT
(By: Alfonsus Yosep Novianto)
dimulai dari hal-hal sederhana. Namun dibutuhkan komitmen dan pengorbanan dari pihak orangtua,
misalnya: berdoa bersama anak- anak dan membacakan kisah Kitab Suci kepada mereka setiap malam,
membawa anak-anak ikut Misa Kudus dan sesudahnya menjelaskan kepada anak-anak maknanya, mendorong
anak-anak agar mempraktekkan suatu ajaran Sabda Tuhan, memberi koreksi jika anak berbuat salah namun
setelahnya tetap merangkul dengan kasih, dan seterusnya.
Pendidikan merupakan hal yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya
pendidikan, maka sumber pengetahuan dapatdengan mudahnya didapat. Pendidikan merupakan
jendela yang membuka wawasan dan pengetahuan
bagi manusia. Begitu pentingnya pendidikan maka
pemerintah Indonesia menerapkan wajib belajar 9
tahun. Namun, di balik itu semua, banyak kendala
dan permasalahan yang terjadi di hampir seluruh
daerah di Indonesia. Kendala dan permasalahan
yang paling dominan terjadi di Indonesia ialah
anak-anak putus sekolah.
Kasus putus sekolah anak-anak usia
sekolah di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan
data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat
lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun tidak dapat
melanjutkan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh
tiga faktor, yaitu faktor ekonomi, anak-anak
terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi
keluarga, dan pernikahan di usia dini. Padahal
pemerintah mencanangkan program wajib belajar
bagi setiap warga negaranya dengan harapan semuawarga negara Indonesia bisa sekolah. Namun
buktinya, banyak warga negara yang tidak bisa
sekolah karena faktor-faktor tersebut.
Jika ditelusuri semua faktor penyebab di atas,
kesimpulan yang didapat pasti mengarah pada
faktor ekonomi. Misalnya saja menikah di usia
dini. Banyak remaja memilih menikah di usia muda
karena himpitan ekonomi. Karena dengan menikah,
harapannya dapat merubah nasib menjadi lebih
baik. Begitu pula dengan anak-anak yang harus
bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga. Itu
sudah jelas bahwa yang menjadi permasalahan
utama ialah ekonomi.
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
17/24
MENGAMATI DILEMA PENGEMBANGAN KREATIFITAS MAHASISWA
By : Valentinus Eko S.
STKIP Widya Yuwana merupakan
instansi pendidikan bagi calon-calon katekis
profesional. Sebagai calon pendamping iman umat,
tentunya perlu ada pembinaan yang mampu
membawa mahasiswa untuk menjadi pribadi yang
matang dan siap untuk menjadi pewarta.
Pembinaan ini diwujudkan dengan adanya
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga.
Satu permasalahan yang seringkali dikeluhkan
adalah kurangnya minat dan semangat mahasiswa
dalam kegiatan. Banyak alasan yang diungkapkan
menanggapi masalah tersebut, salah satunya
padatnya jadwal serta tugas yang dikerjakan
sebagai tanggung jawab akademik.
Memang perlu ditelaah secara mendalam
terkait permasalahan di atas. Dari sisi mahasiswa,
tidak dapat senantiasa dipersalahkan, pun juga dari
pihak lembaga. Sebagaimana sudah menjadi jargon
yang umum dibicarakan, yakni perlu ada
keseimbangan. Sebagai kaum muda tentu perlu ada
sarana aktualisasi serta kreatifitas diri. Hal ini yang
perlu difasilitasi oleh lembaga. Selain itu,
pendampingan intensif pun perlu diberikan di
samping keteladanan hidup. Sudah banyak kali kita
mendengar bahwa sebagai katekis, nantinya harus
bla...bla...bla... Namun ketika berhadapan dengan
kaum muda, unsur keteladanan ini menjadi sangat
penting. Yang perlu dipahami bersama adalah
bahwa mahasiswa bukanlah ORANG TUA yang
senantiasa dapat bergerak atas inisiatifnya sendiri,
masih perlu dorongan dan bantuan dari pihak lain,
dalam hal ini dosen ataupun lembaga. Bagi
mahasiswa perlu juga memahami bahwa
lembaga/dosen bukanlah TUHAN. Pasti ada
kekurangan serta banyak hal yang perlu dikerjakan.
Sebagai lembaga KATOLIK, terlebih lagi
pendidikan calon katekis, perlulah dibangun
suasana yang hangat antar kedua poros ini,
mahasiswa dan lembaga. Tingkat kejenuhan
mahasiswa serta idealisme dosen seringkali
mengganggu proses pengembangan mahasiswa.
Kita mengalami bagaimana ada tuntutan yang
begitu padat dari sisi akademik namun juga dituntut
berkembang secara akademik. Sekali lagi, tulisan
ini tidak menyoroti kesalahan dosen, melainkan
mengajak seluruh pihak untuk mampu membuka
diri. Semua pihak perlu untuk mampu berkembang
seturut perkembangan jaman serta terbuka atas
informasi yang ada. Tidak ada alasan untuk
berhenti belajar. Salam pembelajar!
Sebagai penutup tulisan ini, saya mencoba
mengusulkan satu hal kecil sebagai saran
pengembangan diri mahasiswa yang sudah
melibatkan banyak pihak, tidak ada yang tidak
memerlukan pengorbanan. Program Kreatifitas
Mahasiswa (PKM) milik Dikti dapat menjadi salah
satu alternatif penugasan bagi mahasiswa. Di
samping mahasiswa berlatih menulis, tugas dari
dosen pun dapat ter cover didalamnya. Selain itu,
kegiatan kemahasiswaan yang dioperasikan oleh
Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) juga dapat
masuk di dalamnya. Pada intinya adalah bagaimana
dalam sekali jalan(kegiatan), seluruh kepentingan
dapat ter cover . Semoga setiap mahasiswa dapat
semakin mengembangkan diri dan lembaga juga
dapat meningkatkan pelayanan serta pendampingan
bagi mahasiswa.
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
18/24
Judul : Dasar-Dasar Pendampingan
Iman Anak
Pengarang : L. Prasetya, Pr
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta
Tahun Penerbit : Cetakan ke-2 Tahun 2008
Tebal : 52 Halaman
Ketika laki-laki dan perempuan saling
mengikatkan tali cintanya sebagai suami istri dan
melalui sakramen perkawinan katolik yang sah,
Keduanya tidak hanya berpikir mengenai
kebersamaan hidup di antara mereka berdua, tetapi
juga membuka diri dan hati pada kelahiran dan
pendidikan bagi anak-anaknya. Kelahiran anak
hendaknya diyakini sebagai karunia perkawinan
yang paling luhur dan sangat berarti bagi
kesejahteraan suami istri dalam membangun dan
menghidupi hidup keluarga.
Seorang anak adalah sebuah “titipan” dari-
Nya. Sebagai “titipan” Allah, dan sekaligus juga
sebagai citra Allah, setiap anak haruslah sepenuh-
penuhnya dihargai, dicintai, diasuh, dan dididik,
sehingga kelak di kemudian hari ia mampu dan
berhasil mengasihi Allah dan sesamanya. Allah
menghendaki bahwa keluarga menjadi tempat
utama bagi lahir dan tumbuh kembang setiap anak.
Tuhan juga menghendaki bahwa keluarga menjadi
tempat pertama untuk pendidikan anak, sebelum ia
dididik lebih lanjut di sekolah dan di tempat-tempat
yang lain.
Pembinaan iman bagi anak adalah
tanggungjawab yang sangat penting baik bagi
orang tua dan gereja. Orangtua adalah orang yang
paling berpengaruh dalam kehidupan seorang
anak. Perilaku dan kebijaksanaan orangtua adalah
alat yang paling tepat untuk menjaga Tuhan dan
Gereja tinggal dalam hati anak-anak. Terkait
dengan Pembinaan iman anak ini, maka gereja juga
bekerja keras untuk membina iman anak sejak
dini, baik dengan mengikutsertakan kegiatan
BIAK, PAUD maupun kegiatan-kegiatan rohani di
lingkungan sekitarnya. Yang sangat perlu
diperhatikan oleh orangtua katolik saat mereka
mendidik anak-anak adalah mendekatkan diri
mereka kepada Tuhan, agar Tuhan sendiri berkenan
berkarya dalam diri mereka. Tanpa rahmat dan
berkat Tuhan, mereka tidak mampu menjalankan
tugas mulia itu dengan baik. Dalam mendidik anak-
anak orangtua hendaknya berusaha melaksanakan
tugas itu sebaik mungkin, sambil mempercayakan
usaha mereka ke tangan Tuhan sendiri, Sang
Pendidik Agung.
Dengan mengikuti Pembinaan iman ini,
anak-anak juga akan semakin mengenal siapa
Tuhan yang di imaninya dan mengikuti semua
ajaran Tuhan Yesus sendiri yang akan menjadi
teladannya dalam kehidupan anak baik dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat luas tentunya,
anak juga semakin belajar untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik yang sudah dicontohkan
oleh Yesus sendiri. Inilah sebagian dari pentingnya
mengikutsertakan anak dalam kegiatan Pembinaan
iman usia dini. (Demus)
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
19/24
BELAJAR DARI KELUARGA KUDUS NAZARET
(Luk. 2:41-51)By : Aditya Bayu Pratama
“Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke
Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus
telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke
Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka
berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem
tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka
menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang
seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari
perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara
kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena
mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka
ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah
tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait
Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim
ulama, sambil mendengarkan mereka dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia
sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala
jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-
Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata
ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau
berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan
aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya
kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di
dalam rumah Bapa-Ku?. Tetapi mereka tidak
mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.
Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret;
dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-
Nya menyimpan semua perkara itu di dalam
hatinya.”
Orang tua merupakan pendidik yang
pertama dan utama (GS. art. 3). Kiranya, hal itu
pulalah yang sudah diteladankan oleh Keluarga
Kudus dari Nazaret yakni Yosef, Maria dan Yesus.
Sebagai sebuah keluarga, orang tua Yesus yakni
Yosef dan Maria, sadar betul akan tugas dan
tanggung jawab mereka berdua dalam mendidik
dan juga membesarkan anak mereka yakni Yesus
sendiri. Mereka sejak dini telah mengajarkan serta
mengenalkan kepada Yesus akan segala macam
tradisi dan juga adat istiadat kaum Yahudi, salah
satunya ialah mengajarkan tradisi untuk berziarah
ke Yerusalem, setiap akan diadakannya hari raya
Paskah orang Yahudi. Mereka bersama-sama
dengan Yesus pergi ke Yerusalem untuk berdoa di
Bait Allah, dalam suasana yang penuh dengan
kebersamaan dan juga kehangatan satu sama lain
antara Yosef, Maria dan Yesus.
Kiranya, hal ini pulalah yang patut untuk
kita contoh sebagai seorang yang nantinya mungkin
akan terpanggil untuk hidup berumah tangga atau
bagi mereka yang sudah terpanggil untuk hidup
berumah tangga secara Kristiani. Sebab, teladan ini
bukanlah teladan atau contoh yang diberikan oleh
sembarangan orang, melainkan diberikan sendiri
oleh Keluarga Kudus Nazaret sendiri. Untuk itulah,
kiranya hal ini baik untuk kita lakukan juga
didalam hidup keluarga kita. Sebab, dengan kita
mengenalkan sekaligus juga mengajarkan sejak
dini kepada anak-anak kita akan tradisi maupun
juga kebiasaan-kebiasaan baik kepada anak-anak
kita sendiri sejak dini, berarti dengan demikian
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
20/24
secara tidak langsung kita dalam hal ini sudah memberikan pondasi sejak dini atau pagar sejak awal
kepada anak-anak kita, melalui pengenalan akan tradisi maupun juga kebiasaan-kebiasaan yang baik secara
Kristiani kepada anak-anak kita. Agar anak-anak kita pun, nantinya juga dapat terus dengan setia menghidupi
iman mereka dalam hidup mereka sehari-hari.
Maka, disini saya mengajak semua orang tua maupun juga calon orang tua yang membaca tulisan ini,
untuk kembali menyadari akan tugas serta tanggung jawab mereka sebagai orang tua. Mereka dipanggil dan
juga dipilih oleh Allah sebagai seorang pendidik yang utama dan juga pertama bagi anak-anak mereka.
Tanggung jawab yang sungguh mulia inilah yang seharusnya wajib untuk terus kita hidupi didalam kehidupan
keluarga kita. Agar iman maupun juga kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang diajarkan sejak dini kepada anak-
anak kita dapat terus hidup dan berkembang sesuai dengan dan bersama pertumbuhan jiwa mereka sehari-
harinya.
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
21/24
PERAN KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH IMAN
“GODAAN DALAM ERA GLOBAL”
By : Alberta Evin Jayanti
Berbicara mengenai peran keluarga
sebagai sekolah iman tentunya kita tahu bahwa
keluarga merupakan sekolah iman yang pertama
bagi anak. Dari keluarga anak dikenalkan dan
diajari cara menghidupi iman kristiani. Namun
keluarga tetap memiliki tantangannya tersendiri
dalam menjadi wadah sekolah iman bagi anak.
Apalagi kita ketahui di era
global ini banyak sekali
problematika yang terjadi
dalam kehidupan termasuk
kehidupan berkeluarga. Hal
tersebut terjadi karena semakin
banyaknya tuntutan hidup yang
harus terpenuhi. Oleh karena
hal itu, banyak dijumpai
orangtua yang mengorbankan waktu bersamakeluarga untuk lebih fokus bekerja mencari uang
ataupun mencari kenyamanan tersendiri lainnya.
Ada juga ditemui orangtua yang tidak ingin
ketinggalan zaman, ia rela merogoh kocek dalam-
dalam untuk membeli kebutuhan dengan mengikuti
tren yang ada sehingga kadang-kadang tanggung
jawabnya untuk memelihara kesederhanaan dalam
keluarga diabaikan.
Beberapa contoh nyatanya adalah trennya
batu akik yang membuat sebagian besar masyarakat
Indonesia tergila-gila untuk mengoleksinya. Tidak
heran banyak yang berani membeli dengan harga
tinggi untuk mendapatkan apa yang ia mau. Zaman
sekarang juga banyak ibu-ibu yang senang merawat
diri dengan rutin ke salon atau tempat kecantikan
yang lainnya untuk merawat diri supaya kelihatan
cantik dan awet muda. Hal tersebut membuatnya
mengabaikan perannya sebagai ibu yang
memberikan teladan baik bagi anaknya untuk hidup
sederhana dan berhemat. Begitu juga banyak
ditemui anak-anak yang masih remaja namun sudah
pandai bersolek dan kerjaannya hanya
menghabiskan uang untuk jalan-jalan. Prihatin
memang melihat beberapa kondisi
tersebut. Hal-hal tersebut kadang
menjadi penyebab menjauhnya
seseorang dari Tuhan.
Namun itu hanya salah dua
dari banyak kasus yang terjadi dalam
kehidupan keluarga dewasa ini. Maka
dari itu, keluarga dituntut untuk selalu
sadar diri mengerti akan tugas dan
tanggung jawabnya. Keluarga harus bisamembentengi diri untuk tidak terikat dalam arus
hedonisme. Orang tua harus mampu melindungi
dan mendidik anak dengan ajaran iman kristiani
yang sesuai dan baik. Orang tua pun harus
membentengi diri juga supaya tidak terjerat arus
hedonisme. Hal itu bisa dilakukan dengan cara
hidup doa dan berperilaku hidup sesuai ajaran
kristiani. Anak adalah generasi Gereja dan bangsa,
maka perlulah suatu pendidikan dan pendampingan
yang baik. Hal ini perlu dilakukan supaya di masa
depan, anak mampu bertumbuh imannya dengan
baik untuk dapat mengabdikan diri kepada Gereja
dan bangsa dalam mewartakan Kerajaan Allah di
tengah dunia. Dengan begitu, banyak orang yang
bertobat dan kembali kepada Allah menjalani
kehidupan seturut dengan perintah Allah.
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
22/24
PERAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK
By : Sisilia
Pendidikan iman bagi anak-anak
merupakan tanggung jawab utama dari orangtua.
Orangtua diharapkan dan diharuskan untuk
mengusahakan semaksimal mungkin untuk
memberikan pendidikan iman bagi anak-anak
mereka. Berkat pembaptisan yang telah mereka,
orangtua bertanggungjawab dan berkewajiban
untuk menjadi pendidik yang utama dan pertama
bagi anak-anak mereka terutama pendidikan iman
mereka. beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
dan catatan bagi orangtua dalam mendidik iman
anak-anak mereka antara lain sebagai berikut:
a. Orangtua memiliki kewajiban untuk
memberikan pendidikan iman anak.
Orangtua mempunyai tugas dan tanggung
jawab mewariskan tradisi imannya kepada anak-
anak sebagai harta rohani yang paling berharga.
Sudah saatnya orangtua zaman ini harus
memberikan pendidikan iman dan kerohanian
melalui teladan dan penciptaan suasana
kebersamaan, seperti menciptakan iklim rukun dan
damai, mengasihi dan melayani orang lain, peka
terhadap orang lain dan saling membantu guna
mengenal dan mencintai Tuhan, rajin berdoa dan
beribadat. Cara tersebut dapat membentuk
keperibadian anak menjadi insan yang berbudaya
dan beriman. (Sukasworo, Ignatius 2000: 72-73).
b. Memberikan keteladanan bagi anak-anak
dalam sikap dan perbuatan
Strategi yang harus dilakukan oleh
orangtua dalam memberikan keteladan dalam sikap
hidup dan perbuatannya sehari-hari ialah bertindak
bijaksana, adil dan tegas. Orang tua harus
memberikan teladan kepada anak dalam betindak
bijaksana serta memberikan contoh sikap adil dan
tegas dalam melakukan sesuatu. Sikap dan
perbuatan baik dari orangtua harus lebih
ditonjolkan lagi dalam memberikan pendidikan
kepada anak-anak. Orangtua dapat memberikan
contoh bagaimana berikap adil kepada anak-anak
misalnya dengan cara memberikan kasih sayang
anak-anak itu tidak pilih kasih dan juga membagi
makanan kepada anak-anak, sehingga dengan
melihat anak dengan sendirinya dapat meneladani
sikap serta perbuatan orangtua yang baik kepada
dirinya.
c. Membiasakan untuk berdoa bersama
(mengajak anak untuk berdoa bersama)
Kebiasaan berdoa dalam keluarga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan iman anak.
Oleh karena itu, keluarga yang tidak memiliki
kebiasaan berdoa dalam keluarga akan mengalami
kesulitan untuk menumbuhkan kebiasaan berdoa
bagi anak-anaknya. Anak-anak memiliki sikap
yang polos dan suci, karena itu orangtua dapat
dengan mudah membangun kebiasaan doa dalam
diri mereka. Anak memiliki rasa ingin tahu yang
cukup tinggi sehingga membuat mereka mudah
menangkap hal-hal baru yang ditanamkan dalam
dirinya. Perlu disadari bahwa ketika menerima
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
23/24
baptisan, mereka diangkat menjadi anak Allah. Dan
seiring berkembangnya, anak hendaknya menerima
pendampingan dari orangtua. Melalui doa anak
akan semakin mengenal Allah. (Ponomban, 2008:
90-91)
Orangtua harus senantiasa membiasakan
anak-anak untuk berdoa dalam melakukan segala
sesuatu, misalnya saja sebelum dan sesudah makan,
sebelum tidur dan bangun tidur. Hal-hal seperti ini
juga harus menjadi perhatian bagi orangtua dalam
mendidik iman anak-anak mereka. Karena
kebiasaan yang baik sudah ditanamkan dari kecil,
maka sampai dewasa kebiasaan baik itu akan
mereka ingat. Pewartaan Injil dari orang tua kepada
anak-anak harus dimulai sejak kecil dan harus
diteruskan sampai mereka dewasa. Namun, doa dan
permenungan sabda itu jangan membuat orangtua
tidak terlibat dalam hidup kemasyarakatan. Justru
orangtua harus lebih aktif lagi dalam mengikuti doa
bersama, sehingga doa menjadi sumber kekuatan
bagi keluarga dalam pendidikan iman anak.
Pendidikan iman bagi anak-anak dalam
perkawinan katolik merupakan tanggungjawab tak
terelakkan untuk para orangtua. Orangtua menjadi
penanggungjawab yang pertama dan utama dalam
pendidikan iman anak-anak mereka (bdk. GE Art
3). Keluarga-keluarga memiliki kewajiban untuk
mengupayakan pendidikan bagi anak-anak mereka,
terutama pendidikan iman. Mereka harus
mengutamakan pendidikan iman sebagai akar dan
landasan yang kuat untuk kehidupan mereka
dimasa yang akan datang. Peran keluarga penting
dalam memberikan keteladanan dan pembelajaran
secara langsung.
-
8/18/2019 Suara Wina Terbit
24/24
Juki Budianto, akrab dipanggil Mas Juki
oleh sebagian besar orang yang berada di
lingkungan STKIP Widya Yuwana Madiun. Ia
adalah salah satu tenaga keamanan yang direkrut
oleh Yayasan Widya Yuwana untuk menjaga
keamanan di lingkungan STKIP Widya Yuwana
Madiun. Ia termasuk tenaga baru di lingkungan
STKIP Widya Yuwana Madiun yang baru setengah
bulan bekerja. Namun demikian ia sudah dikenal
oleh sebagian besar orang di lingkungan STKIP
Widya Yuwana Madiun.
Laki-laki kelahiran dua puluh dua tahun
silam ini berasal dari Desa Sawahan RT 5/2
Madiun. Ia pernah mengenyam pendidikan sampai
jenjang SMA di SMA Sint Louis Madiun. Tahun
2011 ia menyelesaikan pendidikannya. Selepas
lulus SMA itu tidak lantas dia melanjutkan
pendidikannya ke jenjang berikutnya.Karena memang tidak melanjutkan
kuliah, ia beradu nasib di Kota Jakarta, Ibu Kota
sekaligus kota metropolitan di Indonesia. Bekerja
di sebuah apotek pernah ia jalani. Bahkan bekerja
sebagai seorang satpam pernah dilakoninya. Ia
bekerja sebagai satpam di sebuah ekspedisi, yaitu
sebuah jasa pengiriman barang bernama Dakota
Harapan Indah yang dikelola oleh PT Indah Teguh.
Berbagai pekerjaan lain juga pernah ia jalani
selama di Jakarta. Anak terakhir dari empat
bersaudara ini akhirnya memilih pulang dan
bekerja di Madiun setelah sekian lama berada di
Ibu Kota Jakarta. Kehidupan yang jauh dari
ketenangan dan hasil yang tidak sepadan dengan
jerih payahnya memaksanya untuk beberapa kali
beralih pekerjaan hingga akhirnya ia putuskan
untuk pulang ke kampung halamannya di Madiun.
Untuk saat ini, yang ada dalam benaknya
adalah bagaimana caranya ia membantu
perekonomian keluarga. Ia tidak lagi memikirkan
hal-hal yang bisa dibilang kekanak-kanakan.
Impian terbesarnya yaitu ia dapat mencukupi
perekonomian keluarganya dengan pekerjaan yang
digelutinya sekarang ini. Hal itu ia lakukan karena
ketiga saudaranya sudah menikah dan hidup dalam
keluarganya masing-masing yang terpisah dari
orang tua.
Kerasnya kehidupan telah mengubahnya
menjadi sosok yang dewasa. Ia tidak lagi
memikirkan kesenangan bagi dirinya sendiri. Ia
lebih fokus kepada bagaimana ia dapat mencukupi
kebutuhan keluarganya. Dekat dengan orang tua
dan biaya hidup yang relatif terjangkau menjadi
pilihannya untuk kembali ke Madiun. Harapannya
apa yang didapatnya dapat ia gunakan untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya. (Dicky)