sublimasi
DESCRIPTION
kimsepTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI KIMIA SEPARASI
Nama/Nim : 1. Febrianty Y.L/652013001
2. Vivid Puspita Husada/652014004
3. Apriyanti Tindage/652014007
Kelompok : Rabu (11.00-15.00)
Tanggal praktikum : 17 Februari 2016
JUDUL : ”SUBLIMASI”
TUJUAN :
1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses sublimasi
2. Menentukan % yield kristal naftalen yang diperoleh
DATA FISIK :
No. Nama
pelarut
MW
(g/mol)
BP (
℃)
MP (
℃)
d
(g/cm3)
Sifat khusus
1. Naftalen
(C10H8)
128,16 217,9 80,2 1,162 - Mudah menguap,
- Menyublim pada temperatur
di atas mp,
- Tidak larut dalam air,
- Larut dalam
metanol,etanol,benzen,toluen,
karbon tetraklorida,eter dan
minyak jenuh,
- Berbau tajam,
- Berbentuk padatan putih
(serbuk/kristal/bola)
ALAT DAN BAHAN :
ALAT :
- Gelas beaker,
- Cawan penguap,
- Pemanas bunsen,
- Gelas arloji,
- Kaki tiga,
- Kasa
BAHAN :
- Naftalen,
- Es batu,
- Kapas
METODE :
1. Alat dirangkai seperti pada gambar di bawah ini :
Gb. Rangkaian alat sublimasi
2. Ditimbang 0,3 gram naftalen dalam gelas beaker 100 ml.
3. Gelas beaker yang berisi naftalen ditutup dengan gelas arloji yang berisi es batu dan
disumbat dengan kapas.
4. Dipanaskan beaker glass dengan pemanas bunsen.
5. Dipastikan bahan tidak meleleh.
6. Padatan yang menempel pada dinding gelas arloji dikumpulkan dan ditampung dalam
cawan petri
7. Sublimasi diulangi hingga tidak ada lagi bahan yang menyublim.
8. Diamati bentuk dan warna kristal yang diperoleh
9. Diukur titik leleh kristal yang diperoleh dengan memanaskan kristal hingga suhu
tertentu.
HASIL PENGAMATAN :
Komponen yang diamati Hasil
Warna kristal Putih
Bentuk kristal Jarum putih
Perubaahan fase padat cair gas
Massa cawan petri :
- Massa cawan petri (awal)
- Massa cawan petri + kristal
83,80 gram
84,03 gram
Massa naftalen 0,3 gram
Massa kristal naftalen 0,23 gram
MP (℃) 79℃
% yield kristal naftalen = massakristal naftalenmassanaftalen
x100%
=0,230,3
x100 %
= 76,67 %
PEMBAHASAN :
Sublimasi pada dasarnya adalah perubahan fase dari padat menjadi gas tanpa melalui
fase cair. Proses perubahan fase ini dapat disebut juga destilasi padatan. Biasanya cara ini
ditempuh untuk menjaga keutuhan senyawa-senyawa yang tidak tahan panas dan harus
dilakukan preparasi pada temperatur yang rendah. Cara kerja sublimasi secara sederhana
[dalam skala laboratorium] adalah zat yang akan disublimasi dimasukkan dalam cawan/gelas
piala, ditutup dengan gelas arloji , jangan lupa mulut gelas piala disumbat dengan kapas ,
kemudian di panaskan dengan api kecil pelan-pelan. Zat padat akan menyublim berubah
menjadi uap. Uap yang terbentuk karena adanya proses pendinginan berubah lagi menjadi
padat yang menempel pada dinding bawah kaca arloji. Bila sudah tidak ada lagi zat yang
menyublim , proses pemanasan dihentikan dan di biarkan dingin supaya uap yang terbentuk
menyublim semua, kemudian zat yang terbentuk dikumpulkan dan ditimbang berat kristal
yang diperoleh.
Pada percobaan ini, 0.3 gram sampel Naftalen diletakkan di dalam gelas beaker 100
ml, gelas beaker kemudian ditutup dengan kaca arloji dan mulut gelas beaker disumbat
dengan menggunakan kapas. Mulut gelas beaker ditutupi oleh kapas, bertujuan agar kristal
yang sudah terbentuk tidak menyebar kemana-kemana atau bertebrangan. Setelah itu, gelas
beaker ditutup dengan kaca arloji yang berisi es batu. Penggunaan es batu berfungsi sebagai
pengkristal uap sampel naftalen yang terbentuk. Dengan suhu yang lebih rendah dari sampel
yang menguap, menyebabkan uap tersebut akan mengkristal saat menempel pada dinding
bawah kaca arloji dan juga hal ini mempermudah praktikan mengamati dan memindahkan
kristal yang terbentuk ke dalam cawan petri . Karena apabila sample yang menguap
bentuknya tidak terlihat (seperti gas), tidak akan diperoleh %yield hasil.
Pemanasan yang dilakukan harus dari segala arah agar sublimasi sampel naftalen
merata. Karena sampel yang sudah dipanaskan ada sebagian yang tidak menempel pada
bagian bawah kaca arloji tetapi menempel pada dinding gelas beaker. Hal ini akan
mempengaruhi % yield yang diperoleh.
Pada saat dilakukan pemanasan, napthalene ternyata melebur terlebih dahulu. Hal ini
tidak sesuai dengan proses sublimasi yang sebenarnya yaitu tanpa melalui fase cair. Hal ini
disebabkan karena proses pemanasan yang terlalu cepat atau temperatur saat pemanasan yang
terlalu tinggi sehingga sampel naftalen mencapai titik triple yang kemudian suhu dan
tekanan menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan sampel naftalen melebur (mencapai fase
cairnya) lalu fase cair ini berubah menjadi fase uap dimana peristiwa tersebut tidak sesuai
dengan sublimasi. Tetapi pada saat terjadi pengkristalan, terjadi proses sublimasi yaitu uap
dari naftalen langsung berubah menjadi padat (kristal) yang ditunjukkan dengan adanya
kristal yang menempel pada dasar kaca arloji. Pada percobaan, kristal yang terbentuk adalah
jarum berwarna putih.
Dari hasil perhitungan, didapatkan % yield kristal naftalen sebesar 76,67%. % yield
yang didapatkan praktikan kurang maksimal. Hal-hal yang dapat mempengaruhi % yield ini
adalah:
- Kurang lamanya proses pemanasan sample, sehingga jumlah sample sublimasi yang
didapat kurang maksimal;
- Adanya Kristal yang berterbangan saat proses pemindahan dari dinding gelas beaker
ke dalam cawan petri,
- Mulut gelas beaker yang tidak disumbat dengan kapas menyebabkan saat sampel
naftalen menguap, ada uap naftalen yang telah keluar melalui mulut gelas beaker yang
tidak disumbat oleh kapas. Sehingga mempengaruhi banyaknya % yield yang
diperoleh.
Setelah itu, percobaan dilanjutkan dengan mengisi sampel naftalen ke dalam pipa
kapiler dan kemudian diukur titik leleh sampel naftalen dengan mengisolasi pipa kapiler pada
termometer dan kemudian dicelupkan dalam parafin. Setelah itu, dipanaskan untuk mengukur
titik leleh sampel naftalen. Hasil percobaan yang diperoleh yaitu titik leleh naftalen sebesar
79℃, hampir mendekati titik leleh naftalen pada tekanan 760 mmHg yaitu 80,2℃.
Seharusnya naftalen telah meleleh sebelum mendekati suhu 80,2℃ karena tekanan udara di
laboratorium adalah 713 mmHg sangatlah jauh dari titik didih murni naftalen pada tekanan
760 mmHg. Titik leleh yang terlampau tinggi ini disebabkan oleh :
- Terlalu sedikitnya sampel yang dimasukkan ke dalam pipa kapiler sehingga ketika
berada dalam parafin sampel tidak dapat diamati dengan baik (apakah sampel sudah
meleleh atau belum).
- Kesalahan paralaks saat membaca skala pada termometer
- Suhu pemanasan yang diatur terlalu tinggi atau terlalu rendah, juga dapat
mempengaruhi besar kecilnya titik leleh kristal naftalen yang terukur pada
termometer.
KESIMPULAN :
1. % yield kristal naftalen yang diperoleh adalah sebesar 76,67%
LAMPIRAN :
- Laporan sementara
DAFTAR PUSTAKA :
- http://paskahrani.my.id/laporan-praktikum-kimor-1/laporan-praktikum-sublimasi/
- http://bakoelkliker.blogspot.co.id/2015/04/proses-sublimasi.html
-