sumber

28
sumber : http://moslemsunnah.wordpress.com/2009/10/09/apakah- matahari-berputar-mengelilingi-bumi/ TAMBAHAN RESENSI BUKU Resensi Buku Matahari Mengelilingi Bumi Manakah yang Lebih Tepat ? Judul : Matahari Mengelilingi Bumi Penulis : Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Penerbit : Pustaka Al Furqon, 2006 Tebal : 185 Matahari mengelilingi bumi adalah sebuah buku pengetahuan yang ditulis oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Buku ini akan membahas dari segi islam apakah apakah teori bumi mengelilingi matahari benar atau justru sebaliknya. Di zaman Yunani Kuno, seorang bernama Pythagoras mengemukakan teori heliosentris yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya dan bumi bergerak mengelilinginya. Namun teori tersebut dibantah oleh Aristoteles yang berpendapat bahwa bumilah yang menjadi pusat tata surya dan matahari yang mengelilingi bumi (geosentris). Teori geosentris dianut cukup lama kurang lebih 15 abad lamanya. Setelah 15 abad berlalu munculah Nicolaus Copernicus yang menyempurnakan teori heliosentris dan mematahkan teori sebelumnya. Teori inilah yang dianut masyarakat hingga kini.

Upload: yun-ita

Post on 15-Apr-2016

8 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: sumber

sumber : http://moslemsunnah.wordpress.com/2009/10/09/apakah-matahari-berputar-mengelilingi-bumi/

TAMBAHAN RESENSI BUKU

Resensi Buku Matahari Mengelilingi Bumi

 Manakah yang Lebih Tepat ?

Judul              : Matahari Mengelilingi BumiPenulis           : Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu YusufPenerbit         : Pustaka Al Furqon, 2006Tebal              : 185Matahari mengelilingi bumi adalah sebuah buku pengetahuan yang ditulis oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Buku ini akan membahas dari segi islam apakah apakah teori bumi mengelilingi matahari benar atau justru sebaliknya.Di zaman Yunani Kuno, seorang bernama Pythagoras mengemukakan teori heliosentris yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya dan bumi bergerak mengelilinginya.Namun teori tersebut dibantah oleh Aristoteles yang berpendapat bahwa bumilah yang menjadi pusat tata surya dan matahari yang mengelilingi bumi (geosentris).Teori geosentris dianut cukup lama kurang lebih 15 abad lamanya. Setelah 15 abad berlalu munculah Nicolaus Copernicus yang menyempurnakan teori heliosentris dan mematahkan teori sebelumnya. Teori inilah yang dianut masyarakat hingga kini.Tetapi apabila dilihat dari segi islam yang diperkuat dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al Quran tidak setuju dengan teori heliosentris.Berdasarkan QS. Fathir : 141 yang artinya ”Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan bergesar, dan sungguh jika keduanya akan bergeser, tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah”.Ayat ini menurut ahli tafsir menunjukkan bahwa bumi itu tidak bergerak.Selain itu banyak ayat-ayat Al Quran yang menerangkan hal yang sama, diantaranya, QS. Ar Rum : 25, QS. Al Baqarah : 20, QS. Al Hajj: 65, QS. An Naml : 61, dan QS An Nahl : 15.Karena bumi tidak bergerak secara otomatis berarti mataharilah yang mengitari bumi, bukan sebaliknya.

Page 2: sumber

”Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur dan menenggelamkannya dari barat” (QS. Al Baqarah : 258). Dalam ayat ini jelas diterangkan bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi.Selain para ahli tafsir, ulama-ulama terkemuka juga mengatakan demikian, sebut saja Imam Abdul Qahir al Baghdadi Al Isfirayini yang mengatakan ”Ahlus Sunnah sepakat atas tetap dan tenangnya bumi, dan bumi itu hanya bergerak kalau terjadi sesuatu misalnya gempa atau lainnya. Selain itu ada pula Imam Al Qurthubi dan Ibnu Hazm yang mengatakan hal yang sama.Bukan hanya teori  heliosentris yang bertentangan dengan Quran, ada pula teori bigbang (dentuman besar)  yang mengatakan bahwa, sebuah titik massa kecil yang meledak dengan keras sebagai akibat dari reaksi inti kemudian berserah dan mengembang dari pusat ledakan yang mana proses sejak waktu ledakan itu sampai ke jagat raya  seperti sekarang ini adalah limabelas milyar tahun.Namun untuk kesekian kalinya teori tersebut disangkal dengan ayat yang artinya,”Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan ’Arsy-Nya di atas air” (QS. Hud : 7).

Apakah Matahari Berputar Mengelilingi Bumi ?

Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin

PertanyaanSyaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: “Apakah Matahari berputar mengelilingi bumi?”.

Jawaban.” Dhahirnya dalil-dalil syar’i menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam

Page 3: sumber

di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut.

[1]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap yang membantahnya tentang Rabb.

المغرب من بها فأت المشرق من مس بالش يأتي الله فإن

“Artinya : ….Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,….”[Al Baqarah : 258]

Maka keadaan keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.

[2]. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman juga tentang Ibrahim.

قوم يا قال أفلت ا فلم أكبر هـذا ربي هـذا قال بازغة مس الش رأى ا فلمتشركون ا م م بريء إني

“Artinya : Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar’, maka tatkala matahari itu terbenam dia berkata : ‘Hai kaumku,

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.’”[Al-An'am : 78]

Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi matahari niscaya Allah berkata:  “Ketika bumi itu hilang darinya”.

[3]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

غربت وإذا اليمين ذات كهفهم عن تزاور طلعت إذا مس الش وترىنه م فجوة في وهم مال الش ذات تقرضهم

“Artinya : Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka berada disebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang

mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu….” [Al-Kahfi : 17]

Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata: “gua mereka condong darinya (matahari)”.

Begitu pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan dilalah firmanNya “(condong) dan menjauhi mereka)”.

[4]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

يسبحون فلك في كل والقمر مس والش والنهار الليل خلق الذي وهو

Page 4: sumber

“Artinya : Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”[Al-Anbiya' : 33]

Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata:  “Berputar dalam suatu garis peredaran seperti alat pemintal”. Penjelasan itu terkenal darinya.

[5]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

حثيثا يطلبه النهار الليل يغشي

“Artinya : ….Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,…”[Al-A'raf : 54]

Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.

[6]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

على النهار ر ويكو النهار على الليل ر يكو بالحق واألرض ماوات الس خلقار الغف العزيز هو أال مسمى ألجل يجري كل والقمر مس الش ر وسخ الليل

“Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan,

masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Az Zumar : 5]

FirmanNya:  “Menutupkan malam atau siang” artinya memutarkannya atasnya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang atas bumi.

Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berkata: “Dia menutupkan bumi atas malam dan siang”.

Dan firman-Nya: “matahari dan bulan, semuanya berjalan”, menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.

[7]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

وضحاها مس تالها  والش إذا والقمر

“Artinya : Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya,”[Asy-Syam : 1-2]

Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya. Dan itu dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi.

Seandainya bumi yang berputar mengeliligi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bumi mengelilingi matahari dan kadang-kadang

Page 5: sumber

matahari mengeliling bulan, karena matahari lebih tinggi dari pada bulan. Dan untuk menyimpulan ayat ini membutuhkan pengamatan.

[8]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

مظلمون هم فإذا النهار منه نسلخ الليل لهم تجري   وآية مس والش العليم العزيز تقدير ذلك لها عاد   لمستقر حتى منازل قدرناه والقمر

القديم سابق  كالعرجون الليل وال القمر تدرك أن لها ينبغي مس الش ال يسبحون فلك في وكل النهار

“Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai tandan yang tua.

Tidaklah mugkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa-Siin : 37-40]

Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar/batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui menunjukkan bahwa itu adalah haqiqi (sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang malam dan batas-batas (waktu).

Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut.

Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu bukannya untuk bulan.

Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan malam dan siang.

[9]. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam berkata kepada Abu Dzar radhiallahu anhu dan matahari telah terbenam.

“Artinya : Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi ?”

Dia menjawab: “Allah dan RasulNya lebih tahu”.

Beliau bersabda: “Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah arsy, kemudian minta izin lalu diijinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu tidak diijinkan.

Kemudian dikatakan kepadanya: “Kembalilah dari arah kamu datang lalu dia terbit dari barat (tempat terbenamnya) atau sebagaimana dia bersabda [Muttafaq 'alaih] [1]

PerkataanNya: “Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat terbenamnya” sangatlah jelas sekali bahwa dia (matahari) itulah yang berputar mengelilingi bumi dengan perputarannya itu terjadinya terbit dan terbenam.

Page 6: sumber

[10]. Hadits-hadits yang banyak tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka itu jelas tentang terjadinya hal itu dari matahari tidak kepada bumi.”

Boleh jadi disana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup tentang apa yang saya maksudkan. Wallahu Muwaffiq.”

[Disalin dari Majmu Fatawa Arkanul Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Terbitan Pustaka Arafah]_________Foote Note[1] Dikeluarkan oleh bukhari, Kitab Bad’ul Khalqi, bab shifat asy syam wal qamar : 3199, dan muslim, kitab Al Iman, bab Bayan az Zaman al Ladzi la yuqbal fihil Iman : 159 (sumber: almanhaj.or.id)

2. Pergantian Siang Dan Malam Hari

Kini kita mulai bisa memahami kenapa Rasulullah menangis ketika diingatkan Allah tentang penciptaan Langit dan Bumi. Lantas, bagaimanakah dengan “pergantian siang dan malam hari”? Saya jadi teringat firman Allah di dalam ayat berikut ini.QS. Al Qashas (28) : 71-72.“Katakan: terangkan kepadaku jika Allah Menjadikan untukmu malam terus sampai hari kiamat, siapa Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kami tidak mendengar?”

“’Katakan.’ terangkan kepadaku jika Allah merjadikan untukmu siang terus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Bisakah kita menjawab pertanyaan Allah ini? Atau, setidak tidaknya inginkah kita memberikan jawaban atas pertanyaan: “apa jadinya kalau bumi ini mengalami siang terus atau malam terus sampai hari kiamat ?” Saya kira ini sebuah pertanyaan yang sangat menggelitik untuk dianalisis.

Marilah kita cermati :Misalkan saja kita ambil kondisi kota Surabaya. Suhu pada umumnya pagi hari di kota Surabaya, berkisar di bawah 30 derajat Celsius. Ketika siang mulai menjelang, maka suhu beranjak di atas 30 derajat. Dan puncaknya pada jam 12 siang sampai jam 14 siang, suhu udara bisa mencapai 33-34 derajat, atau bahkan lebih.

Pernahkah kita memperhatikan aspal jalan raya Surabaya pada siang hari. Di permukaannya terlihat mengepul uap tipis, dan aspalnya menjadi lembek. Diperkirakan panas permukaan jalan raya itu di atas 50 derajat. Kalau disiramkan air di sana, tak berapa lama kemudian air itu akan menguap, dan jalanan itu pun kering kembali.

Page 7: sumber

Kita lihat contoh di atas. Hanya dalam kurun waktu setengah hari saja, panas udara dan permukaan bumi bisa mengalami peningkatan suhu yang demikian tinggi. Apa jadinya kalau matahari tidak bergeser ke arah barat, tetapi tetap berada di atas kita terus-menerus?

Diperkirakan, dalam waktu 100 jam, air di permukaan bumi akan mulai, mendidih, dan banyak yang mulai menguap. Dan kemudian apa yang terjadi 100 jam berikutnya? Diperkirakan seluruh air di muka bumi sudah habis menguap, dan darah di tubuh kita pun ikut mendidih, Dengan kata lain, tidak ada kehidupan yang tahan di bumi yang hanya punya siang terus-menerus!

Lho, jadi tidak perlu menunggu sampai hari kiamat seperti retorika Allah dalam. firmanNya tersebut di atas? Ya, begitulah, cukup dengan 200 jam saja!Sebenarnya Allah sudah tahu secara pasti bahwa seluruh kehidupan di muka bumi ini akan mengalami kemusnahan kalau di bumi hanya ada siang terus-menerus. Akan tetapi, Allah mempertanyakan kepada kita, dengan maksud untuk memancing perhatian kita. Dan kemudian memahami betapa besar kasih sayang Allah yang dicurahkan untuk kita semua …

Sebaliknya, apakah yang terjadi jika Allah hanya menciptakan malam terus di bumi? Cobalah lihat suhu udara di daerah padang pasir, sebutlah di Arab Saudi. Pada keadaan normal, siang hari di sana bisa mencapai 50 derajat celsius, sedangkan malam hari bisa mencapai 14 derajat. Puncaknya adalah antara jam 12 malam sampai sekitar 2 dini hari.

Apakah yang terjadi dalam kurun waktu 100 jam setelah suhu terendah itu? Jika, matahari tidak pernah muncul lagi, alias malam terus, maka dalam kurun waktu itu suhu akan terus-menerus turun hingga mencapai 0 derajat, dimana air akan mulai membeku. Dan ketika diteruskan sampai 100 jam berikutnya, maka seluruh air di muka bumi akan membeku, termasuk cairan tubuh kita!

Jadi, sungguh sangatlah dahsyat dampak dari pergantian siang dan malam hari. Sebuah rutinitas yang tidak semua kita pernah memikirkannya. Karena itu Allah memancing kita untuk memahami. Apakah tujuan utamanya? Tak lain, agar kita sadar bahwa di balik terjadinya rutinitas pergantian siang dan malam hari itu terdapat sesuatu yang luar biasa yang berkait dengan Sebuah Kekuatan Besar yang mengendalikan alam sekitar kita, yaitu Sang Maha Perkasa.

Bahkan, kalau kita lihat lebih jauh.tentang pergerakan matahari, dampaknya bukan hanya pada pergantian siang dan malam hari saja. Pergerakan matahari sebenarnya ditentukan oleh dua hal : yang pertama oleh perputaran bumi pada porosnya atau pada dirinya sendiri. Dan yang kedua disebabkan oleh perputaran bumi pada orbitnya, yaitu perputaran bumi mehgelilingi matahari.

Perputaran bumi pada dirinya sendiri disebut juga Rotasi bumi. Sekali berputar, bumi membutuhkan waktu 24 jam. Inilah yang disebut sehari semalam. Akan tetapi jika kita amati lebih jauh, lamanya malam dan lamanya siang selalu bergeser-geser. Kadang lebih panjang malamnya. Kadang lebih panjang siangnya. Kenapa bisa demikian? Ini disebabkan oleh pergerakan bumi mengelilingi matahari, yang juga disebut Revolusi Bumi.

Satu kali revolusi bumi membutuhkan waktu 365¼  hari. Atau disebut juga sebagai waktu setahun.QS. Luqman (31):29

Page 8: sumber

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam kepada siang dan memasukkan siang kepada malam, dan Dia tundukkan matabari dan bulan masing-masing berjalan sampai waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Efek dari pergerakan bumi mengelilingi matahari ini adalah terjadinya musim di permukaan bumi. Kita lihat, di negara-negara tropis terjadi musim hujan dan musim kemarau. Sedangkan di negara-negara sub tropis terjadi musim Salju, musim Semi, musim Panas dan musim Gugur. Kehidupan manusia di muka bumi menjadi demikian indah dan dinamis.

Pergerakan musim ini juga menyebabkan terjadinya waktu panen dan berbuah yang berbeda-beda. Di sekitar musim kemarau misalnya bermunculanlah buah-buah yang mengandung banyak air seperti Mangga, Belimbing, Melon, Semangka, Jeruk, dan lain sebagainya. Sedangkan di sekitar musim Hujan banyak buah-buahan seperti Durian, Apokat, Salak, Nangka, dan lain sebagainya. Semua buah-buahan itu bermanfaat bagi kehidupan dan kesehatan manusia, sesuai dengan musimnya.

3. Tanda-Tanda Kebesaran Allah

Saya kira semua sependapat, bahwa Allah tidak bisa kita lihat, tidak bisa kita dengar, atau kita observasi dengan seluruh panca indera kita. Kenapa demikian? Ya, karena panca indera kita sangat terbatas kemampuannya.

Jangankan melihat Allah, melihat matahari saja mata kita akan langsung buta! Jangankan mendengar Allah, mendengar ledakan petasan di dekat telinga saja, kita akan tuli. Jadi begitu lemahnya panca indera kita. Maka, jangan berharap kita bisa ‘bertemu’ Allah dengan menggunakan panca indera kita. Allah hanya bisa kita ‘lihat’ sekaligus kita ‘dengar dan rasakan’ hanya dengan hati atau kalbu. ‘Penglihatan’ dengan hati ini akan kita bahas di bagian lain.

Lantas apa yang bisa kita perbuat dengan panca indera berkaitan dengan pendekatan kita kepada Allah? Yang bisa kita observasi lewat panca indera dan akal kita hanyalah ‘tanda-tandaNya’ atau dalam bahasa Al Quran disebut ‘ayat-ayatNya’.

Suatu ketika, nabi Musa as pernah ingin melihat Allah, agar hatinya semakin yakin. Allah sudah mengatakan bahwa Musa tidak akan mampu melihat Allah. Tetapi beliau ‘ngotot’ untuk bisa melihatNya. Maka, Allah pun memenuhi keinginan nabi Musa.

Tapi apa yang terjadi? Allah baru menampak kan cahayaNya saja, gunung Sinai tempat berpijak nabi Musa mengalami gempa vulkanik yang luar biasa dahsyat. Sehingga Musa pun terpental dan pingsan. Setelah siuman, beliau baru menyadari bahwa manusia tidak mungkin melihat Allah dengan panca inderanya. Jangankan manusia, alam semesta pun tidak mampu menerima Eksistensi Dzat Yang maha Besar dan Maha Agung itu.

QS. Al A’raaf : 143“Dan ketika Musa datang untuk (bermunajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa .. Ya Tuhanku, nampakkanlah (DiriMu) kepadaku agar aku dapat melibatMu. Tuhan berfirman : Kamu sama sekali tidak akan mampu melibatKu, tapi lihatlah bukit itu, jika ia tetap di tempatnya, maka kamu akan mampu melihatKu. Ketika Tuhan menampakkan Diri kepada gunung itu, maka

Page 9: sumber

hancurlah gunung itu, dan Musa pun pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata : Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”

QS. Asy Syuura : 51“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir, atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendak. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”

Jadi, manusia demikian ringkihnya di hadapan Allah. Kalau manusia ingin berkenalan dengan Allah, itu bisa dilakukan melalui ‘tanda tanda’ yang tersebar di alam semesta dan termaktub di dalam Al Quran. Yang pertama disebut sebagai Ayat Kauni dan yang kedua disebut sebagai Ayat Qurani. Kedua-duanya berfungsi sama, yaitu menuntun kita untuk lebih memahami Allah, mengenalNya, berinteraksi, dan lantas kembali : menyatu dengan Dzat Yang Maha Tunggal lagi Maha Agung.

Apakah bentuk tanda-tanda itu? Kalau yang berada di dalam Al Quran, kita bisa langsung membacanya. Kemudian menganalisisnya sesuai dengan ilmu bahasa dan tafsir. Akan tetapi, sebagaimana telah saya sampaikan sebelumnya, bahwa penafsiran Quran dari sisi bahasa saia tidaklah cukup untuk mengenal Allah. Kita harus memadukannya dengan ayat-ayat yang tersebar di alam semesta.

Coba bayangkan bagaimana kita bisa memahami langit yang tujuh, misalnya, kalau kita tidak belajar ilmu Astronomi. Atau, bagaimana pula kita bisa beriman kepada hari kiamat, kalau kita tidak memahami mekanisme kiamat tersebut dari data-data empirik ilmu pengetahuan. Dan, bagaimana juga kita bisa menafsirkan QS. Al Ma’arij : 4, Yang bercerita tentang relativitas waktu malaikat dan manusia, kalau kita tidak belajar rumus-rumus relativitasnya Einstein, dst. Begitu banyaknya ayat-ayat Allah di dalam Al Quran yang tidak bisa kita pahami, tanpa memadukannya dengan data-data ilmu pengetahuan modern.

Selain melakukan pendekatan lewat ayat-ayat Quran, kita juga bisa langsung mengobservasi ayat-ayat tersebut dari ayat Kauniah yang tersebar di seantero alam ini. Hal inilah yang dilakukan oleh nabi Ibrahim, ketika mencari Tuhan. Akhirnya beliau bertemu dengan Allah setelah bereksperimen secara trial and error, seperti digambarkan Allah berikut.

QS Al An’aam : 76-79“Ketika malam telah menjadi gelap dia melibat sebuab bintang (lalu) dia berkata : Injah Tuhanku. Tapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata aku tidak suka kepada yang tenggelam.

“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku. Tapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang orang yang sesat.”“Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar. Maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”

Page 10: sumber

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuban.”

Bayangkan beliau, yang rasul kesayangan Allah itu, pernah mengira bahwa bintang, bulan, dan matahari adalah Tuhan. Meskipun, akhirnya beliau menemukan bahwa semua itu hanyalah ciptaanNya belaka. Tetapi, beliau sempat melakukan kekeliruan-kekeliruan dalam mencari Tuhan. Tidak langsung final, ketemu. Tidak apa-apa. Semua ada prosesnya. Yang penting konsisten dan serius mencari Allah, Insya Allah Dia akan membimbing hambaNya yang ingin bertemu denganNya.

Betapa banyaknya para ilmuwan yang bertemu Tuhan karena melihat kedahsyatan ilmu Allah di alam semesta. Bayangkan misalnya, bagaimana kita tidak ‘terperangah’ melihat jantung yang ada di dalam dada kita terus berdenyut tanpa ada baterainya, sejak di dalam rahim pada bulan pertama. Ini sebuah keganjilan, bagi orang-orang yang mau berpikir.

Ketika bayi masih di dalam rahim, paru-parunya juga belum bekerja. la mendapat makanan dari sang ibu lewat ari-arinya (plasenta). Tapi, begitu lahir, si bayi ini kemudian ditepuk-tepuk oleh si bidan, dan akhirnya paru dan jantungnya bekerja. Kerja jantung dan paru itu terus terjadi tak pernah berhenti sepanjang usianya. Ini sungguh sebuah ‘fenomena’ yang sangat dahsyat menyangkut kehidupan manusia, yang bisa membawa kita untuk berkenalan dengan Sang Maha Pencipta.

Atau pernahkah kita berpikir, kenapa bumi ini terus berputar pada porosnya? Darimanakah perintah untuk berputar itu datang? Dan dari mana pulahkah energi yang digunakan untuk berputar terus selama miliaran tahun itu? Apakah Anda menangkap keganjilan ini.

Padahal kalau bumi ini tidak berputar (berotasi) pada porosnya, di bumi ini tidak akan terjadi kehidupan. Ya, karena di bagian yang menghadap matahari akan terjadi siang terus-menerus. Sedangkan yang membelakangi matahari akan terjadi malam terus. Apa akibatnya, sudah kita bahas di bagian sebelumnya.

Kita melihat ada sebuah campur tangan yang luar biasa dahsyat, untuk memutar bumi selama miliaran tahun. Besarnya energi pemutar itu, tak akan pernah terbayangkan oleh pikiran kita. Apalagi selama kurun waktu miliaran tahun. Kalau seandainya, semua batubara, minyak, bahan bakar nuklir, dan seluruh sumber energi yang ada di bumi ini dibakar untuk memutar bumi itu, maka sudah bisa dipastikan tidak akan mencukupi!

Padahal kita tahu, bukan hanya bumi yang berputar atau berotasi. Bulan juga berputar; selain pada dirinya sendiri, ia juga mengelilingi bumi. Bumi mengelilingi matahari. Matahari berputar juga mengelilingi pusat galaksi. Dan seluruh galaksi yang jumlahnya miliaran itu, juga berputar putar mengelilingi pusat Superkluster dan alam semesta. Subbanallaah, betapa besarnya kekuatan yang terlibat dalam pergerakan benda benda di jagad raya ini!QS. Ar Ra’du (13) : 2“Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang, yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar bingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda, agar kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu”

Page 11: sumber

Kembali kepada tanda-tanda kebesaranNya, masih demikian banyak tanda-tanda Kebesaran Allah di alam semesta ini yang bisa kita jadikan ‘Jalan’ untuk lebih mengenalNya. Bahkan jumlahnya tak berhingga.

Di pepohonan yang sedang berbuah dan bermekaran bunganya, terdapat tanda-tanda Kebesaran Allah. Di atmosfer bumi yang memayungi kita dari ancaman meteor-meteor, juga terserak ayat-ayat Allah. Di miliaran jenis binatang laut, darat dan udara yang begitu indah juga terdapat bukti-bukti kebesaranNya.

Bahkan, di sekujur tubuh kita : di setiap tarikan nafas kita, di aliran darah dan denyut jantung, di rambut, di mata, telinga dan seluruh panca indera, sampai kepada bisikan hati yang paling dalam. Semuanya memberikan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada orang-orang yang mau berpikir. Tak akan pernah selesai kita tuliskan, meskipun menggunakan tinta dari tujuh lautan, seperti difirmankan Allah…QS. Luqmaan (31) : 27“Dan Seandainya pohon-pohon di bumi Menjadi Pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Surat Al-Baqarah [2:164]

[Dalam pergantinya siang dan malam, adalah salah satu bukti kekuasaan Allah Swt.]

التي والفلك والنهار الليل واختالف واألرض ماوات الس خلق في إنفأحيا ماء من ماء الس من الله أنزل وما الناس ينفع بما البحر في تجري

حاب والس ياح الر وتصريف دابة كل من فيها وبث موتها بعد األرض بهيعقلون لقوم آليات واألرض ماء الس بين ر المسخ

inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari waalfulki allatii tajrii fii albahri bimaa yanfa’u alnnaasa wamaa anzala allaahu mina alssamaa-i min maa-in

fa-ahyaa bihi al-ardha ba’da mawtihaa wabatstsa fiihaa min kulli daabbatin watashriifi alrriyaahi waalssahaabi almusakhkhari bayna alssamaa-i waal-ardhi laaayaatin

liqawmin ya’qiluuna

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan

dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang

dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

* * *

Page 12: sumber

Ayat ini menerangkan tentang, bukti kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’alla. dan memang banyak sekali bukti atas kekuasaan Allah Swt, yang salah satunya adalah silih bergantinya siang dan malam.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” [QS. Al- Fushshilat]

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran 190-191)

Dalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa di dalam penciptaan langit dan bumi serta segala keajaiban yang ada pada keduanya dan berbagai perbedaan siang dan malam dari segi datang dan perginya maupun dari segi lebih dan kurang temponya, semua itu merupakan bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT bagi Ulil Albab, yakni orang-orang yang punya akal. Ulil Albab adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Artinya ingat dan menyebut-nyebut Allah dalam setiap keadaan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa juga disebut Ulil Albab adalah orang-orang yang melaksanakan sholat sesuai dengan kemampuan.

Dan Ulil Albab adalah orang-orang yang berfikir tentang penciptaan langit dan bumi untuk mendapatkan bukti atas kekuasaan pembuatnya. Lalu mereka berkata Rabbana, ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ciptaan yang kami lihat itu sebagai perkara yang sia-sia. Justru kami melihatnya sebagai bukti atas kesempurnaan kekuasaan-Mu. Subhaanaka, Maha Suci Engkau, Engkau suci dari segala kesia-siaan.

Dalam Tafsir Ibnu Abbas diterangkan bahwa Allah SWT dalam ayat di atas menerangkan tanda kekuasaan-Nya kepada kaum kafir Makkah karena sebelumnya mereka telah meminta bukti kepada Nabi Muhammad saw. atas apa yang beliau katakan. Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya di dalam penciptaan langit, artinya sesungguhnya di dalam apa yang diciptakan oleh Allah SWT di langit berupa para malaikat, matahari, bulan, dan bintang-bintang, serta awan; dalam penciptaan bumi, artinya penciptaan bumi dan apa yang diciptakan di bumi seperti gunung-gunung, lautan, tanaman, dan hewan; dalam perbedaan siang dan malam yaitu dalam pergantian siang dan malam; semua itu benar-benar merupakan bukti-bukti keesaan Allah SWT bagi Ulil Albaab, yakni orang-orang yang punya akal. Lalu Allah memberikan sifat kepada Ulil Albab, yaitu orang-orang yang mengingat Allah dengan melaksanakan sholat secara berdiri –jika dia mampu, dengan cara duduk –jika tidak mampu berdiri, dan dengan cara berbaring – jika tidak mampu berdiri maupun duduk. Dan ulil Albab itu selalu berfikir tentang keajaiban penciptaan langit dan bumi lalu berkata Ya Rabbana, Wahai Tuhan kami, tidaklah yang Engkau ciptakan itu sia-sia. Subhaanaka, Maha Suci Engkau, mereka mensucikan Allah, maka bebaskanlah kami dari adzab neraka. Tolaklah dari kami adzab neraka.

Dalam Tafsir Al Qurthuby dijelaskan bahwa dalam penghujung surat Ali Imran ini Allah SWT memerintahkan untuk memperhatikan dan mencari bukti-bukti dalam tanda-tanda

Page 13: sumber

kekuasaan-Nya agar keimanan umat ini bersandar kepada bukti yang meyakinkan atas kebenaran dan kekuasaan Allah SWT. Bukan keimanan yang dibangun dengan taqlid semata. Ulil Albab adalah orang-orang yang menggunakan akal untuk memperhatikan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Al Qurthuby mengutip hadits riwayat Aisyah r.a. yang berkata: Ketika turun ayat ini kepada Nabi saw. beliau bangun untuk shalat. Pagi itu Bilal datang untuk mengumandangkan adzan maka Bilal melihat beliau saw sedang menangis. Bilal bertanya: Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang akan datang! Maka Rasulullah saw. bersabda: “Hai Bilal, apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur? Sungguh Allah telah turunkan pada malam ini ayat : inna fi khalqis samaawaati wal ardli wakhtilafil laili wan nahaar la aayatil liulil albaab. Kemudian beliau saw bersabda: Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak berfikir merenungkannya!” Disunnahkan setiap bangun malam memulai dengan membaca sepuluh ayat terakhir surat Ali Imran (ayat 190-200) sebagai ittiba’ kepada Rasulullah saw.

Membangun generasi Ulil Albab

Generasi awal yang dibangun oleh baginda Rasulullah saw adalah generasi yang dibangkitkan akal dan fikiran mereka sehingga mereka adalah generasi yang mengalami kebangkitan berfikir yang luar biasa. Hasilnya pun luar biasa. Dua puluh delapan tahun setelah Al Quran yang menyentuh hati dan menggugah akal fikiran mereka turun dan telah membangun karakter manusia unggul dalam tempaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw yang senantiasa membacakan ayat-ayat Al Quran dan mengajarkan ilmu-ilmu dalam Al quran dan As Sunnah, generasi awal umat Islam yang tadinya adalah generasi buta huruf itu mampu mengalahkan dua negara adidaya penguasa dunia pada waktu, Rumawi dan Persia di tahun yang sama, yakni 15 H. Itulah generasi sahabat, yakni generasi Ulil Albab. Mereka murni generasi bentukan risalah Islam, mereka tidak meniru cara berfikir dan cara hidup bangsa adidaya Rumawi maupun Persia. Oleh karena itulah, mereka bisa mengungguli kedua bangsa dan negara adidaya penguasa dunia itu, walau generasi Ulil Albab itu masih baru lahir.

Generasi Ulil Albab ini adalah generasi yang telah yaqin dengan keesaan dan kekuasaan Allah SWT berdasarkan sentuhan ayat-ayat Al Quran yang membangun kemampuan berfikir mereka mencari bukti keesaan dan kekuasaan Allah SWT itu dalam diri dan alam semesta yang ada yang merupakan ciptaan Allah semuanya. Mereka adalah generasi yang berpengetahuan dan selalu berusaha mendengar pengetahuan dan mengikuti yang terbaik. Allah SWT menyebut mereka dalam firman-Nya:

Selanjutnya di ayat 17 dan 18 menjelaskan terjadinya pergantian siang ke malam, malam ke fajar, dan fajar ke siang lagi. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan sillih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Al Imran: 190) Terkait ayat ini, Nabi Ibrahim a.s. menemukan dan merasakan keagungan serta kebesaran Allah swt. setelah mencermati pergantian siang dan malam dengan perenungan mendalam.Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan Kami yang terdapat di langit dan bumi, dan Kami memperlihatkannya agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, "Soya tidak suka kepada yang tenggelam,"Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata, "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."

Page 14: sumber

MAKALAH

 Makna Al Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191BAB I

PENDAHULUANA.    Latar Belakang

Dalam Al-Qur’an banyak terdapatayat-ayat yang menyerukan manusia untuk

memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit,

bumi maupun diantara keduanya.Diantara ayat-ayat yang menerangkan tentang hal

tersebut yaitu Q.S Ali Imran ayat 190-191.

Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan

membaca dan merenungkan ayat-ayat-Nya, serta mensyukuri apa yang terbentang

di alam semesta. Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan

bumi.Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup.Juga

memperhatikan pergantian siang dan malam.Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat,

tanda-tanda kebesaran Allah SWT. 

B.     Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan

masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana Lafadz dan terjemah Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

2.      Bagaimana Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

3.      Apa saja kandungan hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

4.      Bagaimana Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191األلباب �ولي أل آليات هار والن يل الل واختالف واألرض ماوات الس خلق في إن

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (190)

Page 15: sumber

ما نا رب واألرض ماوات الس خلق في ون ر� ويتفك �وبهم ن ج� وعلى وق�ع�ودا قياما ه الل ون �ر� يذك ذين الار الن عذاب فقنا بحانك س� باطال هذا خلقت

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan

bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan

sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (191)

B.     Mufrodat

Perkiraan & penyusunanyang menunjukan pada tatanan  yang mantap :                          الخلق

والنهار الليل Pergantian antara keduanya dan silih bergantinya siang dan malam :       اختالف

Sungguh yang merupakan tanda yang menunjukkan adanya Allah dan:                          اليات

kekuasaannya.

.Bentuk tunggal dari Lubbun yang artinya akal :                         االلباب

وقعودا .Bentuk tunggal dari qaim dan qa’id, yang artinya berdiri dan duduk :                   قياما

.Sia-sia dan tidak ada faedahnya :                          باطال

النار عذاب Jadikan amal soleh itu sebagai tameng bagi kami dari azab neraka :               فقنا

C.    Uraian dan Tafsir ayatDalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan

bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih

bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita

rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena

pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia

flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah,

kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.

Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib.Bukan

hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup.Semua bergerak menurut

aturan.

Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan

segala yang bernyawa.Kadang-kadang malam terasa panjang dan

sebaliknya.Musim pun silih berganti.Musim dingin, panas, gugur, dan semi.Demikian

juga hujan dan panas.Semua ini menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan

Allah bagi orang yang berpikir.Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan

sendirinya.Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.

Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai 'Aisyah

apakah engkau mengizinkankanda pada malam ini untuk beribadah kepada Allah

Page 16: sumber

SWT sepenuhnya?". Jawab Aisyah ra: " wahai Rasulullah, Sesungguhnya saya

menyenangi apa yang kanda senangi, menyukai apa yang kanda sukai.Dinda

izinkan kanda melakukannya.”Kemudian nabi mengambil qirbah (tempat air yang

terbuat dari kulit domba) yang terletak didalam rumah, lalu berwudlu.Selanjutnya

beliau mengerjakan shalat.Di waktu salat beliau menangis sampai-sampai air

matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Alquran yang

dibacanya.Setelah salat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali menangis

tersedu-sedu.Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan

menangis lagi dan air matanya membasahi tanah.Kemudian datanglah Bilal untuk

azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah!

Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa

Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi menjawab:

"Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada

Allah SWT? Dan bagaimana saya tidak menangis?Pada malam ini Allah SWT telah

menurunkan ayat kepadaku.Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan

celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan

kandungan artinya".

Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya

dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau

menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan

keagungan Allah.Ia selalu mengingat Allah (berdzikir) di setiap waktu dan keadaan,

baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa

ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus

mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,

sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam.Ini

berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang

pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki

kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki

keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda

Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,

لق اخا والتتفكروافى اخلق تفكرافى

Page 17: sumber

“Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah

jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat

Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan

dapat mencapai hakikat Zat Nya.”

Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan kami, tidaklah

Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya

dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu

yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar

luaskan oleh sementara orang-orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah

dan tauhid kaum muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari

segala sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada Engkau. Karenanya,

maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-rang

yang tidak beriman. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir,

yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.Sebab itu

bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat

Allah.Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran

Tuhan.

Pada ujung ayat ini ( “Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami dari

azab neraka” ) kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar dihindarkan

dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam

melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah kami dari azab-Mu yang

pedih. 

D.    Kandungan HukumPada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum 

yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan

untuk mempergunakan pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni

memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq,

pengetahuan) serta pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-

tanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.

Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan

menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu

pengetahuan.

E. Aspek TarbawiDari ayat di atas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai berikut :

Page 18: sumber

1.      Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

2.      Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan

menafsirkan segala ciptaan Allah.

3.      Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia

mempunyai keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus

dalam berpikir yang tidak  sesuai.

4.      Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.

5.      Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang

sia-sia.

BAB IIIPENUTUP   

   A.    Kesimpulan

          Ulul Albab adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah dalam setiap

waktu.Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam

kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.

          Bahwasanya keberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui

mengingat Allah dan memikirkan makhluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya

sang pencipta.

          Seorang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, maka akan luas

pengetahunnya tentang alam semesta yang menghubungkan antara manusia dan

Tuhan.

   B.     Saran

Atas penciptaan alam semesta ini, hendaknya kita menyadari tugas sebagai

khalifah Allah, yang berkewajiban memakmurkan bumi serta menjadi rahmat bagi

alam sekelilingnya, dengan menggali, meneliti dan memanfaatkan hukum-hukum

Allah bagi alam ciptaan-Nya ini.

[1]Departemen Agama, Kitab Suci Alqur’an, Alqur’an dan Terjemahannya

[2]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993),     Cet  2, hlm. 288[3] http://santrikota.blogspot[4]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993),     Cet  2, hlm.290[5]  M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta, Lentera Hati, 2002), hlm. 308[6]Depag RI, 1990, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid , Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf

Page 19: sumber

[7] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 251[8] M. Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I, (Jakarta, Gema Insani Press, 1999), hlm. 635[9]http://santrikota.blogspot

Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam semesta dengan menggunakan akalnya sehingga mencapai kesimpulan bahwa di balik keteraturan alam semesta terdapat Al-Khaliq, Tuhan sang Maha Pencipta segala sesuatu, yaitu Allah Swt. Hal ini dapat kita perhatikan dari firman-firman Allah Swt  sebagai berikut :

األلباب �ولي أل@ آليات هار والن يل الل واختالف واألرض ماوات الس خلق في إن

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali Imran (3) : 190)

ق�ون يت @قوم ل آليات واألرض ماوات الس في الله� خلق وما هار والن يل الل اختالف في إن

“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagiorang-orang yang bertakwa”. (QS Yunus (10) : 6)

تجري تي ال والف�لك هار والن يل الل واختالف واألرض ماوات الس خلق في ينفع�  إن بما البحر في وتصريف ة دآب �ل@ ك من فيها وبث وتها بعد األرض به فأحيا ماء من ماء الس من الله� أنزل وما اس الن

�ون يعقل @قوم ل آليات واألرض ماء بينالس الم�سخ@ر حاب والس ياح الر@

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda tanda keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (QS. Al Baqarah (2) : 164)