sumber percobaan aldehid keton

Upload: ignatius-ivan-hartono

Post on 10-Jul-2015

160 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Copian 1Pada percobaan aldehid dan keton bertujuan untuk 1) Menguji adanya gugus aldehid dengan pereaksi fehling, 2) Menguji aldehid dan keton dengan reaksi adisi nukleofilik. Proses yang dilakukan untuk menguji adanya gugus aldehid dengan pereaksi fehling yaitu larutan formaldehid dan glukosa dalam tabung reaksi yang berbeda ditambah dengan campuran fehling A dengan fehling B dengan perbandingan 1:1. Kemudian kedua tabung reaksi tersebut dipanaskan. Metode yang digunakan untuk menguji aldehid dan keton dengan reaksi adisi nukleofilik adalah dengan cara menambahkan aseton ke dalam larutan jenuh natrium bisulfit yang telah didinginkan dalam air es. Kemudian dilanjutkan dengan memulai penghabluran dengan menambahkan etanol. Metode pengujian ini diakhiri dengan meneteskan asam klorida pekat pada hablur yang telah di saring. Dari uji dengan pereaksi fehling diperoleh hasil yaitu pada larutan formaldehid setelah ditambahkan campuran fehling A dan fehling B menjadi berwarna ungu keruh kebiruan, kemudian setelah dipanaskan larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan berwarna merah bata. Sedangkan pada glukosa setelah ditambah campuran fehling A dan fehling B menjadi berwarna ungu bening kebiruan, kemudian setelah dipanaskan larutan berwarna merah bata dan terdapat endapan berwarna merah bata. Sementara dengan uji adisi nukleofilik menunjukkan bahwa hablur yang terbentuk karena proses penambahan beberapa larutan pada natrium bisulfit melarut kembali dan menimbulkan asap saat di tetesi asam klorida pekat.

PENDAHULUAN Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil). Aldehida adalah senyawa organic yang karbon karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hydrogen. O HCH Keton adalah senyawa organic yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain. Aldehida dan keton sangat reaktif, tetapi biasanya aldehida lebih reaktif dibanding keton. Reaksi yang menyebabkan penjenuhan pada ikatan rangkap disebut reaksi adisi (reaksi penjenuhan). Pada reaksi adisi, satu ikatan rangkap menjadi terbuka. Sementara itu pereaksi yang mengadisi terputus menjadi dua gugus yang kemudian terikat pada ikatan rangkap yang terbuka tersebut. Apabila pereaksi yang mengadisi bersifat polar gugus yang lebih positif terikat pada oksigen, sedangkan gugus yang lebih negatif terikat pada karbon. Titik pusat reaktivitas dalam aldehida dan keton ialah ikatan pi dari gugus karbonilnya. Seperti alkena, aldehid dan keton mengalami adisi reagensia kepada ikatan pi-nya. Nu I R C R + H Nu R C R III O OH Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh ,olekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Suaru keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehida yang hanya memiliki satu gugus R. Faktor sterik juga memainkan peranan dalam kereaktifan relatif aldehida dan keton. Banyaknya gugus di sekitar karbonil menyebabkan halangan sterik yang lebih besar, suatu reaksi adisi dari gugus karbonil juga meningkatkan halangan sterik di sekitar karbon karbonil (Ir. Darjanto,dkk. 1988). Suatu reaksi yang umum untuk aldehida dan beberapa keton adalah adisi dari natrium bisulfit yang dilaksanakan dalam larutan jenuh dalam air (40%). Keseimbangan tercapai tetapi bagian karbonil dapat dirubah hampir seluruhnya menjadi : Salah satu reaksi anion klasik adalah reaksi anion bisulfit yang menghasilkan zat tertinambah kristal. Nukleofil yang berhasilguna hampir selalu berbentuk SO32 , bukan HSO3- ; seakan-akan HSO3 berada dalam konsentrasi lebih tinggi dan SO32- menjadi nukleofil yang lebih berhasil guna. Dalam larutannya memang sudah ada anion penyerang, sehingga tak diperlukan katalis basa dan SO32- merupakan nukleofil cukup kuat sehingga tak perlu pengaktifan (dengan protonasi) gugus karbonilnya. Dengan demikian tak perlu

katalis asam pula. Nukleofil ini merupakan salah satu yang besar dan nilai K pembentukan produknya biasanya lebih kecil daripada untuk pembentukan sianohidrin dari senyawa karbonil yang sama. Pembentukan senyawa bisulfit secara preparatif memang terbatas hanya pada aldehida, metil keton dan beberapa keton siklik. Senyawa-senyawa karbonil seperti itu dapat dipisahkan dari campuran atau dimurnikan dengan cara isolasi (pemisahan), purifikasi (pemurnian), dan penguraian (dekomposisi) lanjut dari tertinambah bisulfitnya. Ion halida juga berperan sebagai nukleofil terhadap aldehida dalam kondisi terkatalisis asam, namun hasilnya amat tidak mantap,misalnya1,1hidroksikhloro,kesetimbangan lebih bergeser ke kiri letaknya (ke arah bahan awal). (Sykes,Peter.1989) Dengan menggunakan Natrium bisulfit dan penambahan beberapa macam larutan,di harapkan tujuan dari praktikum ini yaitu menguji aldehid dan keton dengan pereaksi fehling dan reaksi adisi nukleofilik dapat tercapai. METODE Dalam menguji adanya gugus aldehid (senyawa aldehid) dengan pereaksi fehling, diperlukan beberapa alat yaitu pipet, tabung reaksi, dan pemanas sedangkan bahan yang diperlukan yaitu formaldehid, glukosa dan campuran fehling A dan fehling B. Sementara dalam praktikum uji aldehid dan keton dengan reaksi adisi nukleofilik menggunakan alat kimia seperti : erlenmeyer, kertas saring, dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah : 2 ml larutan jenuh natrium bisulfit; es; 2,5 ml aseton; 3 ml etanol; serta HCl pekat. Proses yang dilakukan yaitu menyiapkan 1 ml larutan aldehid (formaldehid dan glukosa) dalam tabung reaksi. Kemudian menambahkan 2 ml campuran fehling A (CuSO4) dan fehling B (NaOH + Natrium Kalium Tartrat) dengan perbandingan [1:1] ke dalam masing masing tabung reaksi. Kedua larutan tersebut dipanaskan diatas pemanas dengan medium air sampai terjadi perubahan warna. Langkah pertama dalam praktikum uji aldehid dan keton dengan reaksi adisi nukleofilik adalah memasukkan 2 ml larutan jenuh Natrium bisulfit ke dalam erlenmeyer. Kemudian mendinginkannya dalam larutan es. Proses pendinginan dilakukan secermat mungkin agar tidak terjadi pembekuan. Kemudian langkah berikutnya adalah dengan menambahkan 2,5 ml aseton secara perlahan sambil di kocok. Setelah menunggu 5 menit, 3 ml etanol ditambahkan untuk memulai penghabluran. Setelah penghabluran terjadi, kemudian dilakukan penyaringan hasil reaksi dengan kertas saring. Langkah terakhir adalah dengan meneteskan asam klorida pekat pada hablur yang telah disaring. Perubahan yang terjadi dari langkah satu Percobaan tersebut dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi Universitas Jenderal Soedirman pada Hari Kamis, 10 Mei 2007 pukul 14.00. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian adanya gugus aldehid dengan pereaksi fehling Lar. Aldehid + fehling A dan fehling B dipanaskan Formaldehid Ungu keruh kebiruan Biru tua, endapan merah bata Glukosa Ungu bening kebiruan Merah bata, endapan merah bata Fehling adalah contoh dari oksidator lemah yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi aldehid. Aldehid merupakan reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator lemah . Pada percobaan ini aldehid yang digunakan yaitu formaldehida dan glukosa., formaldehida adalah aldehida yang paling sederhana, dan merupakan gas tak berwarna dengan bau menyengat direaksikan dengan larutan fehling (A dan B) warna larutan berubah menjadi ungu keruh kebiruan . Setelah dipanaskan sampai 10 menit terdapat endapan merah bata pada formaldehid dengan larutan berwarna biru tua. Reaksinya: O + 2 Cu+2 + 5OHHCH Formaldehida kompleks Ion kuprat (larutan biru) O + Cu2O (s) + 3H2O H C OAsam format tembaga oksida (sebagai ion (endapan merah cerah) format) Glukosa merupakan kristal berwarna putih, mudah larut dalam air, larutannya memutar bidang polarisasi ke kanan.

Glukosa direaksikan dengan fehling (A + B) warna larutan menjadi ungu bening kebiruan dan setelah dipanaskan larutan menjadi berwarna merah bata dengan endapan berwarna merah bata. Reaksinya: B. Pengujian aldehid dan keton dengan reaksi adisi nukleofilik Dari hasil praktikum, terlihat bahwa penambahan larutan menyebabkan perubahan-perubahan fisik pada Natrium bisulfit. Tabel perubahan fisik yang dialami Natrium bisulfit pada tiap proses penambahan larutan. Natrium bisulfit Perubahan Fisik Di dinginkan Awal : bening Di tambah aseton 2,5 ml Perubahan warna : putih Di tambah etanol 3 ml Terbentuk kristal putih Di tetesi HCl pekat Timbul asap Kristal melarut Keterangan : Dari tabel di atas terlihat bahwa Natrium bisulfit mengalami perubahan fisik berupa perubahan warna menjadi putih setelah ditambahkan aseton sebanyak 2,5 ml. Begitu pula pada penambahan etanol 3 ml, natrium bisulfit mengalami perubahan fisik berupa terbentuknya kristal putih. Dan melarutnya kembali kristal yang telah di saring dengan kertas saring setelah di tetesi asam klorida pekat. Suatu reaksi yang umum untuk aldehida dan beberapa keton adalah adisi dari natrium bisulfit yang dilaksanakan dalam larutan jenuh dalam air (40%). Keseimbangan tercapai tetapi bagian karbonil dapat dirubah hampir seluruhnya menjadi : Hasil adisi adalah garam berupa kristal dan mempunyai sifat yang berbeda dari senyawaan ion; yaitu larut sekali dalam air, tetapi salting out. Karena reaksi ini dapat bolak balik (reversible), maka aldehida dapat di kembalikan dengan menambahkan larutan air pada hasil, sejumlah natriumkarbonat atau asamhidrochlorida yang cukup baik untuk netralisasi maupun unutk merusak natriumbisulfit yang ada dalam keseimbangan. Karena sifat fisikanya khusus dan mudahnya terbentuk dan terurai maka hasil dari bisulfit berguna untuk pemisahan dan pemurnian senyawa karbonil. H HCl I RC - OH RCHO + NaHSO3 NaCl + SO2 +H2O \ SO2Na Walaupun reaksi adisi umum untuk aldehida, hanya sejumlah terbatas dari keton yang dapat membentuk hasil bisulfit dalam jumlah yang berarti. Aldehida yang lebih tinggi berlaku hampir sama, tergantung dari ukuran gugusan yang melekat, karena semua zat-zat ini mempunyai lebih kesamaan gugus formil, -CHO. Aseton bereaksi lebih lambat dan kurang luas, tetapi perubahannya tetap melampaui dari keadaan yang dapat diamati dari pencaran yang lebih tinggi. Dalam deret keton, yang mempunyai satu gugusan metil, reaksi berkurang (Louis F, 1964). KESIMPULAN Gugus aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi fehling yang terbukti dengan terbentuknya endapan warna merah bata. Pengujian aldehid dan keton dengan reaksi adisi nukleofilik memperlihatkan hasil berupa perubahan fisik, dimulai dari pembentukan kristal saat Natrium bisulfit di dinginkan, di tambah aseton dan di tambah etanol. Kemudian kristal kembali melarut setelah di tetesi HCl pekat dan menimbulkan asap.

Copian 2Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin Uji ini akan memperlihatkan adanya ikatan rangkap O dan C. Uji positif akan ditandai dengan larutan yang berwarna kuning, jingga atau merah dan terdapat endapan. Jika padatan yang terbentuk berukuran kecil maka larutan akan berwarna kuning, sedangkan jika padatan berukuran besar maka larutan akan berwarna mendekati merah. Baik pada aldehid maupun keton, uji ini akan menunjukkan hasil positif. . Uji Asam Kromat Aldehid dapat dioksidasi oleh asam, sedangkan keton tidak dapat dioksidasi oleh asam. Ketika aldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat, akan terjadi perubahan warna dari coklat menjadi hijau, karena kromat tereduksi menjadi Cr+3. Uji Tollens Uji ni akan menyebabkan terjadinya oksidasi pada senyawa yang diuji dengan adnya penambahan reagen Tollens yang ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi. Uji ini akan menunjukkan hasil positif pada aldehid dan menunjukkan hasil negatif pada keton. Uji Iodoform Uji ini merupakan uji spesifik untuk menentukan keberadaan asetaldehid dan metil keton. Metil keton akan teoksidasi oleh iodida dalam larutan larutan hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan terbentuk endapan berwarna kuning yang menjadi indikasi uji yang positif. Asetaldehid juga akan menunjukkan hasil positif, karena memiliki kemiripan dalam struktur dengan metil keton.

Copian 3Latar belakang Mengapa aldehid dan keton memiliki sifat yang berbeda? Anda akan mengingat dari pembahasan lain di topik aldehid keton bahwa perbedaan antara aldehid dan keton adalah keberadaan sebuah atom hidrogen yang terikat pada ikatan rangkap C=O dalam aldehid, sedangkan pada keton tidak ditemukan hidrogen seperti ini.

Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah teroksidasi. Atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat. Karena keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat sulit dioksidasi. Hanya agen pengoksidasi sangat kuat seperti larutan kalium manganat(VII) (larutan kalium permanganat) yang bisa mengoksidasi keton itupun dengan mekanisme yang tidak rapi, dengan memutus ikatan-ikatan C-C. Dengan tidak memperhitungkan agen pengoksidasi yang kuat ini, anda bisa dengan mudah menjelaskan perbedaan antara sebuah aldehid dengan sebuah keton. Aldehid dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua jenis agen pengoksidasi; sedangkan keton tidak. Rincian reaksi-reaksi ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian-bagian bawah halaman ini. Apa yang terbentuk apabila aldehid dioksidasi? Hasil yang terbentuk tergantung pada apakah reaksi dilakukan pada kondisi asam atau basa. Pada kondisi asam, aldehid dioksidasi menjadi sebuah asam karboksilat. Pada kondisi basa, asam karboksilat tidak bisa terbentuk karena dapat bereaksi dengan logam alkali. Olehnya itu yang terbentuk adalah garam dari asam karboksilat.

Menuliskan persamaan reaksi untuk reaksi-reaksi oksidasi Jika anda ingin mengetahui persamaan untuk reaksi-reaksi oksidasi ini, maka satu-satunya cara yang tepat digunakan untuk menuliskannya adalah dengan menggunakan persamaan setengah reaksi. Persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid berbeda-beda tergantung pada kondisi reaksi (apakah asam atau basa).

Pada kondisi asam, persamaan setengah reaksinya adalah:

dan pada kondisi basa:

Persamaan-persamaan setengah reaksi ini selanjutnya digabungkan dengan persamaan setengah reaksi dari agen pengoksidasi yang digunakan. Contohnya dijelaskan secara rinci berikut ini. Contoh-contoh spesifik Pada masing-masing contoh berikut, kami berasumsi bahwa anda telah mengetahui apakah yang terbentuk adalah aldehid atau keton. Ada banyak hal lain yang juga dapat memberikan hasil positif. Dengan mengasumsikan bahwa anda mengetahui apa yang harus terbentuk (aldehid atau keton), pada masing-masing contoh, keton tidak memberikan hasil positif. Hanya aldehid yang memberikan hasil positif. Penggunaan larutan kalium dikromat(VI) asam Sedikit larutan kalium dikromat(VI) diasamkan dengan asam sulfat encer dan beberapa tetes aldehid atau keton ditambahkan. Jika tidak ada yang terjadi pada suhu biasa, campuran dipanaskan secara perlahan selama beberapa menit misalnya, dalam sebuah labu kimia berisi air panas.

keton aldehid

Tidak ada perubahan warna pada larutan oranye. Larutan oranye berubah menjadi biru.

Ion-ion dikromat (VI) telah direduksi menjadi ion-ion kromium(III) yang berwarna hijau oleh aldehid. Selanjutnya aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat yang sesuai. Persamaan setengah reaksi untuk reduksi ion-ion dikromat(VI) adalah:

Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi dari oksidasi sebuah aldehid pada kondisi asam, yakni

akan menghasilkan persamaan lengkap sebagai berikut:

Penggunaan pereaksi Tollens (uji cermin perak) Pereaksi Tollens mengandung ion diamminperak(I), [Ag(NH3)2]+.

Ion ini dibuat dari larutan perak(I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan natrium hidroksida ke dalam larutan perak(I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan perak(I) oksida, dan selanjutnya tambahkan larutan amonia encer secukupnya untuk melarutkan ulang endapan tersebut. Untuk melakukan uji dengan pereaksi Tollens, beberapa tetes aldehid atau keton dimasukkan ke dalam pereaksi Tollens yang baru dibuat, dan dipanaskan secara perlahan dalam sebuah penangas air panas selama beberapa menit.

keton aldehid

Tidak ada perubahan pada larutan yang tidak berwarna. Larutan tidak berwarna menghasilkan sebuah endapan perak berwarna abu-abu, atau sebuah cermin perak pada tabung uji.

Aldehid mereduksi ion diamminperak(I) menjadi logam perak. Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya dioksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. Persamaan setengah reaksi untuk reduksi ion diamminperak(I) menjadi perak adalah sebagai berikut:

Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi dari oksidasi sebuah aldehid pada kondisi basa, yakni

akan menghasilkan persamaan reaksi lengkap:

Penggunaan larutan Fehling atau larutan Benedict Larutan Fehling dan larutan Benedict adalah varian dari larutan yang secara ensensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga(II) yang dikompleks dalam sebuah larutan basa. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida. Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Lagi-lagi, pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan kali ini endapan tembaga(II) karbonat. Larutan Fehling dan larutan Benedict digunakan dengan cara yang sama. Beberapa tetes aldehid atau keton ditambahkan ke dalam reagen, dan campurannya dipanaskan secara perlahan dalam sebuah penangas air panas selama beberapa menit.

keton

Tidak ada perubahan warna pada larutan biru.

aldehid Larutan biru menghasilkan sebuah endapan merah gelap dari tembaga(I) oksida. Aldehid mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk menghindari keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada kompleks tembaga dalam rumus struktur. Persamaan setengah-reaksi untuk larutan Fehling dan larutan Benedict bisa dituliskan sebagai:

Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid pada kondisi basa yakni

akan menghasilkan persamaan lengkap: