suntingan teks babad tanggalan ing panaraga

17
1 Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga Tri Rahayu dan Titik Pudjiastuti 1. Javanese literature, Faculty of Humanities, Indonesia University, Depok, 16424, Indonesia 2. Javanese literature, Faculty of Humanities, Indonesia University, Depok, 16424, Indonesia E- mail: [email protected] Abstrak Skripsi ini menyajikan deskripsi dan suntingan teks Babad Tanggalan Ing Panaraga yang terdapat dalam naskah Andhe-Andhe Lumut yang merupakan koleksi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Naskah bernomor Cl.1- NR.394 ini ditulis pada sekitar tahun 1825, berbentuk tembang macapat ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa dan aksara Jawa. Metode penelitian filologi yang digunakan adalah metode kritis. Suntingan teks dilengkapi dengan ringkasan cerita dan pedoman alih aksara. Teks ini berisi kisah seorang guru bernama Purwawasana yang tinggal di Desa Tanggalan Kabupaten Panaraga. Ia mengajarkan berbagai ilmu, khususnya agama Islam. Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga ini disunting dengan tujuan menyajikan teks dalam aksara latin agar dapat dibaca oleh masyarakat masa kini. Kata kunci: Filologi, babad, Tanggalan, Panaraga, manuskrip Babad Tanggalan Ing Panaraga Abstract This undergraduate thesis presents the description and the editing of the text Babad Tanggalan Ing Panaraga contained in the manuscript of Andhe-Andhe Lumut which is the collection of the Faculty of Humanities, Universitas Indonesia. The manuscript with number Cl.1-NR.394 was written around 1825 and is in a form of tembang macapat written using Javanese language and alphabet. The philological research method used is the critical method. The text editing is equipped with the summary of the story and the guidelines of transliteration. This text contains a story of a teacher named Purwawasana living in the Village of Tanggalan, Panaraga Regency. He taught various sciences, particularly Islamic religion. The text of Babad Tanggalan Ing Panaraga is edited with the objective to present the text in Latin alphabet so that it can be read by the present society. Keywords: Philology, babad, Tanggalan, Panaraga, manuscript Pendahuluan Indonesia mempunyai kebudayaan yang sangat beranekaragam. Salah satu bentuk kebudayaan terwujud dalam benda-benda hasil karya manusia. Naskah merupakan salah satu contoh kebudayaan fisik hasil karya manusia pada masa lampau. Naskah yang akan dibahas dalam makalah ini, adalah naskah yang berisi tentang teks babad. Babad adalah teks sastra yang memiliki kandungan sejarah. Babad juga dapat disebut sebagai sastra sejarah. Dalam tradisi Jawa teks babad mengandung sejumlah konvensi, yakni rekaan, unsur sejarah, Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

1

Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

Tri Rahayu dan Titik Pudjiastuti

1. Javanese literature, Faculty of Humanities, Indonesia University, Depok, 16424, Indonesia2. Javanese literature, Faculty of Humanities, Indonesia University, Depok, 16424, Indonesia

E- mail:[email protected]

Abstrak

Skripsi ini menyajikan deskripsi dan suntingan teks Babad Tanggalan Ing Panaraga yang terdapat dalam naskah Andhe-Andhe Lumut yang merupakan koleksi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Naskah bernomor Cl.1-NR.394 ini ditulis pada sekitar tahun 1825, berbentuk tembang macapat ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa dan aksara Jawa. Metode penelitian filologi yang digunakan adalah metode kritis. Suntingan teks dilengkapi dengan ringkasan cerita dan pedoman alih aksara. Teks ini berisi kisah seorang guru bernama Purwawasana yang tinggal di Desa Tanggalan Kabupaten Panaraga. Ia mengajarkan berbagai ilmu, khususnya agama Islam. Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga ini disunting dengan tujuan menyajikan teks dalam aksara latin agar dapat dibaca oleh masyarakat masa kini.

Kata kunci:

Filologi, babad, Tanggalan, Panaraga, manuskrip

Babad Tanggalan Ing Panaraga

Abstract This undergraduate thesis presents the description and the editing of the text Babad Tanggalan Ing Panaraga contained in the manuscript of Andhe-Andhe Lumut which is the collection of the Faculty of Humanities, Universitas Indonesia. The manuscript with number Cl.1-NR.394 was written around 1825 and is in a form of tembang macapat written using Javanese language and alphabet. The philological research method used is the critical method. The text editing is equipped with the summary of the story and the guidelines of transliteration. This text contains a story of a teacher named Purwawasana living in the Village of Tanggalan, Panaraga Regency. He taught various sciences, particularly Islamic religion. The text of Babad Tanggalan Ing Panaraga is edited with the objective to present the text in Latin alphabet so that it can be read by the present society.

Keywords:

Philology, babad, Tanggalan, Panaraga, manuscript

Pendahuluan

Indonesia mempunyai kebudayaan yang sangat beranekaragam. Salah satu bentuk

kebudayaan terwujud dalam benda-benda hasil karya manusia. Naskah merupakan salah satu

contoh kebudayaan fisik hasil karya manusia pada masa lampau. Naskah yang akan dibahas

dalam makalah ini, adalah naskah yang berisi tentang teks babad. Babad adalah teks sastra

yang memiliki kandungan sejarah. Babad juga dapat disebut sebagai sastra sejarah. Dalam

tradisi Jawa teks babad mengandung sejumlah konvensi, yakni rekaan, unsur sejarah,

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 2: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

2

genealogi (silsilah), cerita rakyat, simbolisme (perlambang), dan kenisbian waktu peristiwa

yang ada di dalamnya (Karsono, 2013: 50).

Menurut Darusuprapta (1985: 79) babad pada umumnya selalu mengandung unsur

lukisan cerita mengenai tokoh sejarah disertai peristiwa yang telah atau dianggap terjadi. Pada

umumnya babad menggambarkan suatu cerita yang berkaitan dengan masalah: pembukaan

hutan atau tanah, penobatan raja atau pengangkatan penguasa daerah, pendirian kerajaan,

pemindahan pusat pemerintahan, peperangan, adat-istiadat, kadang-kadang terdapat jalinan

perkawinan dan ikatan perkerabatan yang turun temurun. Babad mencerminkan kehidupan

dengan lukisan-lukisan tokoh dan tindakannya yang pantas dijadikan suri teladan.

Contoh naskah babad yang berisi tentang cakupan wilayah yang luas serta dalam jangka

waku yang lama, yaitu Babad Tanah Jawi. Selain Babad Tanah Jawi ada juga babad yang

menceritakan tentang daerah yang wilayah cangkupannya lebih sempit, seperti Babad

Tanggalan Ing Panaraga yang akan diteliti ini.

Ditinjau dari isinya, Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga menceritakan wilayah yang

bernama Dusun Tanggalan yang terletak di Kabupaten Panaraga. Dusun Tanggalan sangat

terkenal karena di tempat tersebut ada seorang guru bernama Purwawasana. Ia mengajarkan

berbagai ilmu, yang banyak berkaitan dengan ajaran agama Islam. Pada saat itu, orang-orang

Jawa banyak yang antusias belajar agama Islam, mulai dari pembelajaran tentang tasawuf,

rukun iman, rukun Islam, hawa nafsu yang ada dalam diri manusia, dan isi hadis.

Agama Islam mulai masuk di Jawa dibawa oleh para pedagang muslim melalui pantai

utara Jawa pada abad ke-15 dan 16, membawa banyak perubahan di Jawa, tidak hanya dalam

bidang spiritual, tetapi juga ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Munculnya pondok-pondok

dan pesantren-pesantren sebagai tempat belajar ilmu agama secara tidak langsung menjadi

tempat tumbuh-kembangnya kesusastraan Islam Jawa (Titik Pudjiastuti, 2006:88).

Agama Islam yang datang dari Arab mengalami proses akulturasi1 dengan budaya Jawa.

Dalam Babad Tanggalan Ing Panaraga proses akulturasi tersebut terjadi dalam acara

selamatan dan pernikahan. Doa-doa dipanjatkan ketika acara selamatan berlangsung. Selain

itu juga dijelaskan bahwa pada acara akad nikah mereka menggunakan adat Arab, sedangkan

resepsinya menggunakan adat Jawa.

1Akulturasi atau culture contacs adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa,

sehingga unsur-unsur kebudayan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. (Koentjaraningrat, 2009: 202)

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 3: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

3

Selain bercerita tentang agama Islam, teks Babad Tanggalan Ing Panaraga juga

bercerita mengenai hal-hal yeng berkaitan dengan kehidupan seperti nasihat untuk menjadi

seorang istri yang baik dan tentang berguru. Dalam Babad Tanggalan Ing Panaraga juga

terdapat cerita mengenai pernikahan antara kedua anak Purwawasana dengan santrinya yang

merupakan anak Tumenggung Trenggalek.

Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga perlu disunting karena beberapa alasan. Pertama

untuk dapat memperoleh informasi dan wawasan terkait Desa Tanggalan yang berada di

Kabupaten Panaraga. Ditinjau dari isinya teks Babad Tanggalan Ing Panaraga memuat ajaran

moral dan religi yang lebih ditekankan pada ajaran Islam. Setiap ajaran yang disampaikan

dimaknai dari isi Al-Quran dan hadis. Selain itu terdapat banyak makna filosofi yang diambil

dari berbagai petikan teks dalam naskah-naskah Jawa lainnya.

Dari segi teksnya, Babad Tanggalan Ing Panaraga menunjukkan banyak kesalahan.

Kesalahan tersebut antara lain mengenai penulisan aksara murda. Ada beberapa kata yang

seharusnya tidak ditulis dengan aksara murda tetapi ditulis murda atau sebaliknya, seperti

kata yang menunjukkan nama orang. Kemudian, penulisan aksara rekan yang tidak konsisten

dan tidak sesuai dengan kamus Baoesastra Djawa. Penulisan konsonan khususnya yang

sedaerah artikulasi ditulis tidak sesuai dengan kamus Baoesastra Djawa, sehingga dapat

mengubah arti teks. Guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra yang ditulis tidak sesuai

dengan aturan metrum. Dilihat dari berbagai permasalahan tersebut, maka penyuntingan teks

Babad Tanggalan Ing Panaraga ini bertujuan untuk menyajikan suntingan teks dari aksara

Jawa ke latin agar mudah dibaca oleh khalayak umum.

Tinjauan Teoritis

Filologi mempunyai objek kajian penelitian berupa naskah dan teks. Melalui

penggarapan naskah, filologi mengkaji naskah lama. Baried (1985: 59) memaparkan bahwa

dalam filologi terdapat rangkaian penurunan yang dilewati oleh suatu teks secara turun-

temurun yang disebut tradisi. Naskah diperbanyak karena beberapa alasan, misalnya orang

ingin memiliki naskah tersebut, naskah asli sudah rusak dimakan zaman, khawatir terjadi

sesuatu dengan naskah asli, misalnya hilang, terbakar, ketumpahan benda cair; karena perang,

atau hanya karena terlantar saja. Mungkin pula naskah disalin dengan tujuan magis, dengan

menyalin suatu naskah tertentu orang merasa mendapat kekuatan magis dari yang disalinnya

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 4: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

4

itu. Naskah yang dianggap penting disalin dengan tujuan, misalnya politik, agama,

pendidikan, dan sebagainya.

Dalam penyalinan naskah dapat terjadi kesalahan. Robson (1994: 18-19) memaparkan

kesalahan atau perubahan yang dapat terjadi dalam sebuah teks seperti di bawah ini.

1. Kesalahan yang disebabkan oleh kemiripan bentuk huruf dalam tulisan tertentu.

2. Penghilangan terhadap sejumlah huruf, kata, maupun kalimat yang dibedakan

berdasarkan skalanya. Skala kecil yaitu penghilangan terhadap satu atau dua suku

kata. Haplografi merupakan suku kata yang sama, harusnya direduplikasi tetapi

hanya ditulis satu kali. Kesalahan yang lebih besar “saut du meme au meme” yaitu

mata penyalin bergerak ke depan dan belakang, melompat dari kata yang satu ke

kata lain yang sama dengan melihat sedikit ke bawah, sehingga sebagian teks

hilang.

3. Kesalahan dalam bentuk penambahan dapat terjadi apabila sebuah suku kata atau

bahkan sebuah kata yang kecil diulang secara tidak hati-hati (ditografi).

4. Kesalahan dalam bentuk perubahan juga dapat terjadi jika huruf-huruf disalin

terbalik atau baris-baris puisi disalin dalam urutan yang salah.

5. Kesalahan yang lain dapat disebabkan oleh kesengajaan penyalin, yang mungkin

memutuskan bahwa sebuah kata dalam teks yang asli itu salah, baik karena ia tidak

mengenali kata tersebut maupun karena alasan yang lain.

Dalam studi dan penelitian filologi suatu teks yang akan disunting, harus melalui tahapan

atau langkah kerja terlebih dahulu. Langkah kerja merupakan kegiatan yang harus dilalui

dalam penggarapan naskah dan teks (Karsono, 2013:80). Menurut Baried (1985: 67-72)

langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Inventarisasi naskah.

2. Deskripsi naskah.

3. Pemilihan metode dalam penyuntingan teks.

4. Rekonstruksi teks.

Karsono (2013:81) menguraikan lebih lanjut langkah kerja dalam penelitian filologi sebagai

berikut:

1. Inventarisasi naskah

2. Deskripsi naskah

3. Perbandingan teks

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 5: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

5

4. Penentuan teks yang disunting

5. Pertanggungjawaban alih aksara

6. Kritik teks

7. Pengalihaksaraan

Mengingat naskah Babad Tanggalan Ing Panaraga merupakan naskah tunggal, maka tidak

melakukan perbandingan teks.

Metode Penelitian

Robson (1994: 13) menjelaskan bahwa untuk menjalankan tugasnya sebagaimana

mestinya, seorang filolog harus mendasari metodenya pada penilaian tentang sifat materi yang

harus dikerjakan, karena metode yang sesuai untuk sebuah teks tidak selalu dapat diterapkan

pada teks lainnya.

Robson (1994) mengungkapkan 3 metode penyuntingan naskah yaitu stemma, edisi

diplomatis dan edisi kritis. Metode penyuntingan stemma ialah membuat pohon silsilah

naskah-naskah. Pada cabang paling atas adalah pola dasar naskah yang menurunkan semua

naskah-naskah yang ada. Pola dasar itu mungkin sama dengan autografi, atau sedikit berbeda.

Kegunaan stemma untuk memperlihatkan hubungan genetik dari naskah-naskah yang akan

disunting.

Menurut Robson (1994) edisi diplomatis lebih menyajikan teks sesuai dengan apa yang

ada pada sumber naskah asli tanpa menambah maupun menguranginya. Penggunaan edisi

diplomatis ini dapat memperlihatkan tentang cara mengeja kata-kata yang ada di dalam teks,

mengetahui gambaran tentang konvensi waktu dan tempat tertentu, mengetahui pengunaan

tanda baca yang digunakan dalam teks. Edisi yang ketiga, yaitu edisi kritis. Edisi ini lebih

memudahkan para pembaca untuk mengetahui isi dari suatu teks. Dalam edisi kritis,

penyunting mengidentifikasikan kesalahan yang ada di dalam teks. Setiap kesalahan

diperbaiki dengan cara memberikan tanda yang mengacu pada “aparatus criticus” lalu

menyarankan agar pembaca membaca referensi bacaan lain yang lebih baik. Selain itu

penyunting juga dapat memberikan koreksi terhadap bagian yang salah, kemudian diberi

tanda yang jelas sesuai dengan ketentuan “aparatus criticus”.

Melihat kelebihannya dalam membantu pembaca untuk membaca dan mengerti suatu

teks, peneliti memilih menggunakan edisi kritis. Penerapan edisi kritis dalam teks Babad

Tanggalan Ing Panaraga yaitu dengan melakukan identifikasi apabila ada kesalahan dalam

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 6: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

6

teks. Kesalahan tersebut meliputi kesalahan ejaan dan ketidakonsistenan dalam penulisan.

Selain itu juga terdapat beberapa tulisan yang tidak dapat terbaca baik karena rusak maupun

coretan tinta yang tidak begitu jelas. Peneliti juga akan memperbaiki teks dengan

menggunakan tanda perbaikan bacaan seperti yang telah dijelaskan dalam subbab

pertanggungjawaban alih aksara. Untuk kata yang dianggap perlu diberi penjelasan dalam

naskah, ditempatkan pada catatan kaki.

Hasil Penelitian

Inventarisasi naskah adalah kegiatan mendaftar semua naskah yang mengandung teks

sekorpus. Pengertian teks sekorpus yaitu semua naskah yang mengandung teks dengan judul

yang sama atau mempunyai kemiripan cerita. Naskah yang mempunyai judul yang sama,

tetapi jalan ceritanya berbeda tidak dapat dikatakan sekorpus. Penelusuran dilakukan di

berbagai lembaga yang mempunyai koleksi katalog naskah Jawa baik yang berada di dalam

maupun luar negeri.

Penelusuran katalog naskah Jawa yang berada di Indonesia antara lain :

1. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1 Meseum Sonobudoyo Yogyakarta

(Behrend, 1990)

2. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogya (Lindsay, Soetanto,

dan Feinstein, 1994)

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid IV Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia (Behrend, 1997)

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5A Jawa Barat koleksi Lima Lembaga

(Edi S., Ekadjati, dan Darsa, 1999)

5. Katalog Naskah-Naskah Perpustakaan Pakualaman (Saktimulya, 2005).

6. Javanese Literature In Surakarta Manuscript Volume 1 Introduction and Manuscripts

Of The Keraton Surakarta (Florida, 1993)

7. Javanese Literature In Surakarta Manuscript Volume 2 Manuscripts Of The

Mangkunegaran Palace (Florida, 2000)

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 7: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

7

8. Javanese Literature In Surakarta Manuscript Volume 3 Manuscripts Of The Radya

Pustaka Museum and Hardjonagaran Library (Florida, 2012).

Selain penelusuran katalog naskah yang ada di nusantara juga dilakukan penelusuran

terhadap katalog yang berada di luar negari seperti :

1. Indonesian Manuscripts In Great Britain A Catalog Of Manuscripts In Indonesian

Languages In British Public Collection (Rickless, 1977)

2. Javanese and Balinese Manuscripts And Some Codices Written In Related Idioms

Spoken Java and Bali Descriptive Catalogues (Pigeud, 1975)

3. Supplement Op Den Catalogus Van De Javaansche En Madoereesche Handshriften

Der Leidsche Universiteits- Bibliotheek Deel 1 (Juynboll, 1907)

4. Supplement Op Den Catalogus Dan De Javaansche En Madoereesche Handshriften

Der Leidsche Universiteits-Bibliotheek deel II (Juynboll, 1911).

Dalam katalog Literature Of Java terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah

Andhe-Andhe Lumut merupakan koleksi Pigeaud yang diberikan kepada Fakultas Sastra.

“Manuscripts and notes collected by Dr Th. G. Pigeaud. Government lexicographer in

Surakarta and Yogyakarta between 1925 and 1942. At present this collection is in the keeping

of the Faculty of Art ( Fakultas Sastra) of the University Of Indonesia in Jakarta” (Pigeaud,

1968:139).

Penelusuran semua katalog naskah Jawa di atas menunjukkan bahwa Babad Tanggalan

Ing Panaraga hanya tercatat dalam katalog Fakultas Sastra Universitas Indonesia jilid 3-A.

Kode naskahnya CL.1-NR 394. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara, bahwa ini

Babad Tanggalan Ing Panaraga merupakan naskah tunggal.

Naskah Babad Tanggalan Ing Panaraga tercatat dalam katalog Fakultas Sastra

Universitas Indonesia jilid 3-A. Naskah Babad Tanggalan Ing Panaraga dengan kode CL.1-

NR 394 dalam judul Dongeng Andhe-Andhe Lumut. Judul naskah Dongeng Andhe-Andhe

Lumut dituliskan di potongan kertas putih yang telah robek sebagian. Kertas tersebut

ditempelkan di sampul depan tepatnya di bagian tengah. Naskah tersebut menggunakan

sampul karton tebal dan dilapisi dengan kain berwarna kuning. Lapisan kain yang digunakan

sudah berlubang dan ada yang robek. Ukuran naskah 33 x 21 cm, sedangkan ukuran blok teks

29,3 cm x 15,7 cm.

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 8: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

8

Judul teks yang terdapat dalam katalog dan teks aslinya berbeda. Dalam katalog judul

ditulis dengan judul Babab Canggalan Ing Panaraga, sedangkan dalam teks aslinya

dituliskan dengan Babad Tanggalan Ing Panaraga. Teks Babad Tanggalan ing Panaraga

telah dibuat mikrofilmnya oleh Perpustakaan Universitas Indonesia dengan nomor Rol

138.07.

Ketebalan naskah Andhe-Andhe Lumut secara keseluruhan 263 halaman, sedangkan

yang berisi teks Babad Tanggalan Ing Panaraga memiliki ketebalan 159 halaman, dimulai

dari halaman 98—257. Jumlah baris 18 perhalaman. Halaman i sebelah kiri dan kanan atas

terdapat keterangan yang ditulis dengan menggunakan pensil. Keterangan tersebut dikutip di

bawah ini.

HS. Th. P. NR Gekocht Yogyakarta

no 394 5 Desember 1939

Tulisan yang berada di sebelah kiri atas menunjukkan bahwa naskah tersebut semula

merupakan koleksi Dr. Th. Pigeaud didaftar nomor 394. Tulisan yang berada di sebelah kanan

tersebut berarti dibeli di Yogyakarta pada 5 Desember 1939. Di bagian bawahnya terdapat

kalimat yang ditulis dengan aksara Jawa. Tulisan tersebut sulit untuk terbaca karena tintanya

tidak jelas dan terdapat banyak coretan. Dalam beberapa tulisannya (1993, 1968) Pigeaud

mendaftarkan naskah-naksh HS (handschrifften) dengan kode HS NR-ThP. Tulisan tersebut

berarti naskah seri baru (NR=nieuwe reeks) hasil pengkoleksian Th Pigeaud, sedangkan seri

lama telah diserahkan kepada KBG pada tahun 1933, dengan kode Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia/KBG 660s/d 737. Oleh karena itu dalam katalog disingkat NR yang

digunakan untuk menandai ciri koleksi NR (HS) tersebut. Berdasarkan pemeriksan naskah

yang dilakukan pada tahun 1993, diketahui naskah NR berjumlah 448 buah dengan isi yang

beraneka ragam, seperti babad, suluk, primbon, pakem, dll. Salah satunya yang memuat teks

Babad Tanggalan Ing Panaraga ini.

Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga disusun dalam bentuk macapat, menggunakan

bahasa dan aksara Jawa. Kertas yang digunakan kertas bergaris. Kertas tersebut berwarna

putih dengan garis berwarna biru. Jarak antar baris satu dengan lainnya 0,8 cm. Terdapat garis

panduan yang ditulis dengan menggunakan pensil. Naskah Andhe-Andhe Lumut disalin atau

disusun oleh R.NG. Wiryatani sekitar tahun 1930 di Yogyakarta.

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 9: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

9

Pembahasan

Teks Babad Tanggalan ing Panaraga dialihaksarakan agar dapat dibaca oleh pembaca

masa kini. Menurut Karsono (2013: 98) pengalihaksaraan merupakan pengubahan suatu

sistem aksara berikut ejaan dan tanda-tandanya ke sistem aksara yang lain. Dalam alih aksara

peneliti menggunakan edisi kritis.

Dalam alih aksara Babad Tanggalan Ing Panaraga peneliti menggunakan beberapa

buku pedoman. Kamus Baoesastra Djawa (1939) karangan Poerwadarminta digunakan untuk

memperbaiki bacaan agar sesuai dengan konteks. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf

Latin yang Disempurnakan (2011) oleh Balai Bahasa Yogyakarta Kemendiknas digunakan

untuk pedoman penulisan ejaan. Puisi Jawa (2012) oleh Karsono H Saputra digunakan untuk

memperbaiki guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra. Dalam penulisan bahasa Arab

menggunakan Pedoman Transliterasi Arab-Latin (2003) oleh Badan Litbang Agama dan

Diklat Keagamaan Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama dan Al-

Quran Terjemahan (2009) oleh Departemen Agama RI.

Ketentuan yang digunakan dalam alih aksara Babad Tanggalan Ing Panaraga adalah:

1. Aksara

• Aksara murda yang terdapat dalam Babad Tanggalan Ing Panaraga yaitu aksara na, ta, sa, pa, dan ba. Aksara murda digunakan untuk nama gelar, nama diri, nama geografi, sebagai penghormatan, dan nama suatu lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan hukum yang biasanya ditulis di depan kata dengan menggunakan huruf kapital. Namun tidak semua kata yang terdapat aksara murda ditulis dengan huruf kapital.

Pengecualian :

NaBi dialihaksarakan nabi (101)

• Dalam pengalihaksaraan Babad Tanggalan Ing Panaraga aksara rekan kha dan gha

disesuaikan dengan ejaan kamus Bausastra Jawa dan kekonsistenan penulisan.

Contoh:

ghaib dialihaksarakan g[h]aib (hlm. 129)

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 10: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

10

2. Ejaan

2.1 Vokal

Terdapat enam vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Dalam teks Babad Tanggalan Ing

Panaraga ditemukan kata yang penulisannya tidak sesuai dengan ejaan Bahasa Jawa

yang disempurnakan, seperti penulisan vokal /a/ yang ditulis dengan vokal /o/, vokal

/o/ ditulis dengan vokal /u/. Pengalihaksaraan disesuaikan dengan kamus Baoesastra

Djawa.

Contoh:

kenonga dialihaksarakan ken[o]<a>nga (hlm. 100) 2.2 Konsonan

Pada naskah Babad Tanggalan Ing Panaraga sering dijumpai penulisan kata

yang mengalami kesalahan pemakaian konsonan, khususnya pada konsonan yang

sedaerah artikulasi. Pemakaian konsonan yang sering mengalami kesalahan ialah

konsonan /p/ ditulis menjadi /b/, konsonan /t/ ditulis menjadi /d/, konsonan /k/ ditulis

menjadi /g/, atau sebaliknya. Dalam pengalihaksaraan akan disesuaikan dengan

penulisan kata dalam kamus Baoesastra Djawa.

Contoh:

tekat dialihaksarakan teka[t]<d> ((hlm. 119)

2.3 Sastra Lampah

Sastra lampah adalah cara menuliskan aksara jawa yang ditulis dengan mengikuti

bunyi pengucapan konsonan akhir kata sebelumnya (Padmosoekotjo, 1967: 68).

lambungngingngarga dialihaksarakan lambunging

arga (hlm. 100)

Pengecualian :

Ingriki dialihaksarakan menjadi ing ngriki (hlm. 127)

2.4 Perangkapan huruf

Perangkapan huruf berbeda dengan sastra lampah. Perangkapan huruf hanya terdapat

dalam satu kata sedangkan sastra lampah terjadi dalam dua kata. Sesuai dengan ejaan

bahasa Jawa yang telah disempurnakan, peneliti menggabungkan huruf yang sama

tersebut menjadi satu huruf saja.

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 11: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

11

Contoh :

sannes dialihaksarakan sanes

2.5 Penggunaan Huruf Kapital

- Huruf kapital digunakan disetiap awal pada (bait) untuk menandakan pada (bait) baru.

- Huruf kapital digunakan untuk awal kata si dan sang yang diikuti oleh nama orang.

3. Metrum tembang

Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga berbentuk macapat. Macapat selalu diikat oleh

guru lagu (bunyi vokal akhir tiap baris dalam satu bait), guru gatra (jumlah baris dalam satu

bait), dan guru wilangan (jumlah suku kata dalam satu baris). Setiap kesalahan pada guru

lagu, guru gatra, maupun guru wilangan diperbaiki dengan menggunakan tanda perbaikan

bacaan pada suntingan teks.

3.4 Tanda perbaikan bacaan yang digunakan dalam suntingan teks, yaitu :

• Awal-akhir pupuh ditandai dengan : //0//

• Awal-akhir bait (pada) ditandai dengan : //

• Awal-akhir baris (gatra) ditandai dengan : /

• Kata yang tidak terbaca ditandai dengan : {...}

• Pengubah huruf, kata ditandai dengan : <...>

• Menambahkan huruf, kata ditandai dengan : (...)

• Menghilangkan huruf, kata, maupun kelompok kata ditandai dengan : [...]

• Angka Arab (1, 2, 3, dan seterusnya) pada margins sebelah kiri menandakan

nomor urut setiap bait dalam satu pupuh.

• Pergantian halaman pada suntingan ditandai dengan #...#.

Contoh:

#98# [hlm. 98 baris 1]

• Angka Arab 1, 2, 3, dan seterusnya pada awal tiap pupuh menandakan nomor

urut pupuh.

• Reduplikasi atau pengulangan kata menggunakan tanda penghubung ( … - …).

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 12: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

12

Berikut akan disajikan salah satu pupuh hasil suntingan naskah Babad Tanggalan Ing

Panaraga yakni pupuh pertama, yang disertai dengan perbaikan metrum dan bacaan.

Pupuh 1

//0// Dhandhanggula //0//

1. // #98# Manitra ri sarkara marengi/ Respati Pon kaping kalih dasa/ Rabingulakir wulane/

Landep ing warsa Wawu/ m[o]<a>ngsa Surya Kapat wus akir/ #99# sangkalaning

r[e]<i>ng tata/ buja ngesthi tuduh1/ ngl[u]<e>luri ing wiridira/ Dyan Ngabei

R[o]<a>nggawarsita sawargi/ ing Nagri Surakarta//

2. // Caritanya nalikaning uni/ bawah Kabupaten P[r]anaraga/ kaprenah kidul kulone/

tengahireng wana gung/ wonten dhukuh kalangkung asri/ wasta Dhusun Tanggalan/

rumaket ing gunung/ ardi geng datan kawuryan/ winastanan Wukir Adi Mlayamanik/

mepeki pala kirna2//

3. // Isen-isen sapucaking ardi/ tarulata tuwin kembang-kembang/ lagya anedheng uwohe/

n[o]<a>ngka kalawan mundhu/ pelem pakel langse[p]<b> kuweni/ duren mulwa srikaya/

nanas kepel dhuku/ gowok dhompyong myang pijetan/ lan kokosan rambutan

kapundhung blimbing/ sawo jambu d(e)r[e]sana//

4. // Jeruk keproke tar jeruk bali/ karange anranjam myang pijetan/ pelem santog lan

daginge/ g[o]<a>nda myang dodol canthuk/ sengir malam myang pelem gandhik/

banjeng #100# lambunging arga/ kemiri lan pucung/ pete jengkol sa[l]antara/ terikancu

timaha jenar kumuning/ trembalo myang cendhana//

5. // Aren jambe sentul lan k[u]<e>cacil/ cabe suruh rumambat ing pucang/ kayu lanang lan

gedhange/ ing ereng iring gunung/ tegal gagan dinulu asri/ sata kang turut marga/

pasetrenan3 turut/ t[a]<e>taneman warna-warna/ pala-pala j[a]<e>janganan amepeki/

banjeng turut ing arga//

6. // Sinelanan taru-taru tuwin/ kembang-kembang samya jinembangan/ jinajar sapinggiring

we/ taluki lawan menur/ sundel melem gambir malathi/ saruni kanigara/ argulo mawar

rum/ noja muwah lara [k]<ng>endhat/ ragain[a]<i> kacepi ring sida mukti/ kanikir

m[o]<a>nda tuwa//

1kolofon pada naskah berupa sengkala “ring tata buja ngesthi tuduh”yang konvensinya sama dengan tahun 1825

(tata=5, buja=2, ngesthi=8, tuduh=1) (Bratakesawa dan T. W. K. Hadisoeprapta. 1980:39, 125, 128, 132) 2 pala kirna yaitu buah-buahan di perkebunan (nangka, mangga, dll) 3 pasetrenan yaitu sawah di tepi sungai

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 13: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

13

7. // Kang pinalengkung pojok b[a]<o>trawi/ s[o]<a>nggalangit miwah gambir pethak/

markisa[t]<h> prabuset tongkeng/ dene kang apit tajug/ tunjung kalak myang nagasari/

ken[o]<a>nga pacarcina/ lan ca(m)paka #101# pingul/ plataran wedhi malela/ kang

cepuri pager jaro tundha katri/ regole kajeng n[o]<a>ngka//

8. // Nenggih ta wau ingkang pali(ng)gih/ dwijawara asmareng lalana/ sangking Arab

lulurine/ tetep yen b[o]<a>ngsa luhur/ ingkang rama terahing nabi/ kang ibu tedhakira/

nateng Majalangu/ j[u]<e>juluk Purwawasana/ adh[a]<e>dhepok neng Wukir

Malayamanik/ subr[o]<a>ngta mati raga//

9. // Winatara risang maha yekti/ durung tetep yuswa seket warsa/ wus jumeneng

pandhitane/ saliring elmu putus/ kasusastran myang basa isim/ kawignyan kapujanggan/

tan ana wina[u]<o>n/ angugemi sambega na/ mila mangke kiwa tengen Panaragi/ kathah

kang sami prapta//

10. // Apuruhita mring sang maharsi/ mandar samya katrem neng Tanggalan/ tilar bale

karangane/ kasmaran wulangipun/ len barkate sang mangun teki/ temah Dhusun

Tanggalan/ arjane kalangkung/ gemah ripah pindha praja/ ngesoraken #102# jroning

kitha P[r]anaragi/ kongsi Sang Adipatya//

11. // Bathara Katong ing P[r]anaragi/ mil[y]a m[u]<e>mundhi sang dwijawara/ sangking

agung karamate/ kuneng datan winuwus/ suyu[t]<d>ireng pram[o]<a>ncanagri/ mangsuli

kang carita/ wau kang winuwus/ Bagawan Purwawasana/ darbe endhang jaka rarane

sayogi/ wasta Endhang Widada//

12. // Atmajanira amung k[a]<e>kalih/ samya kenya endah warnanira/ pitung praja tanpa

tondhe/ sang dyah p[a]<e>parabipun/ Kusuma Yu Retna Subadi/ dene ta kang taruna/

asilih j[u]<e>juluk / Kusuma Sukadi nama/ kakali[y]<h>e sru bekti ing yayah bibi/ susila

ambe[g]<k> darma//

13. // Lamun rinengg[o]<a> we[ng] sang sudewi/ warnanira yekti kurang c[o]<a>ndra/

ngente[g]<k>na kertas patang pel/ kadi pun kongsi penuh/ kurang c[o]<a>ndra luwih

kang warni/ mung riningkes kewala/ yekti yen pinunjul/ dumadi kidung pralambang/ para

bambang tanapi para priyayi/ #103# keh kasmareng pawarta//

14. // Tata tit[a]<i> lingira ing uni/ kang kocapa wau putranira/ adipati ing Trenggalek/ kang

kalih jalu bagus/ ingkang sepuh dipunwastani/ sira Raden Sumarja/ dene arinipun/

j[u]<e>juluk Radyan Sumarta/ sakaliyan pra samya subrangteng elmi/ kawruh marang

kasidan//

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 14: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

14

15. // Apanuju ing dina sawiji/ radyan kalih amiyarsa warta/ tinutur pinajarake/ kalamun

bawahipun/ Kabupaten ing Panaragi/ ana pandhita tama/ agung siswanipun/ karajan

Dhusun Tanggalan/ adh[a]<e>dhepok ing Wukir Malayamanik/ parab Purwawasana//

16. // Radyan Sumarja wacana aris/ adhuh ariningsun mas Sumarta/ sira tumuntura raden/

payo padha rinuruh/ ingkang sampun dadya pawarti/ sowan mring Panaraga/ ri sang

jawara nung/ kang rayi datan lenggana/ yata radyan kalih ing dalu miranti/ enjinge

lumaksana//

17. // Tanpa wadya amung lawan #104# ari/ datan etang pringganing mahawan/ urut gunung

ereng-ereng/ ararywan sakgenipun/ kang dhinahar isen wanadri/ godhongan myang

wowohan/ mrih ayeming kalbu/ lampahe tan kawarnaa/ sampun prapta tepis iring

Panaragi/ ng[e]<a>lamat anon desa//

Kesimpulan

Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga merupakan koleksi Perpustakaan Universitas

Indonesia. Sebelumnya naskah ini merupakan koleksi dari Th Pigeaud yang ditulis sekitar

tahun 1825. Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga ditulis dalam bentuk tembang macapat

dengan tebal 159 halaman.

Secara keseluruhan teks Babad Tanggalan Ing Panaraga terdiri atas 26 pupuh. Setiap

pupuh mengisahkan cerita yang berkelanjutan. Setiap nasihat yang disampaikan oleh

Purwawasana, diambil dari berbagai kisah yang ada di Jawa. Kisah tersebut ditulis dalam

berbagai kitab Jawa yang terdapat pada zaman dahulu. Contohnya seperti petikan teks

Dewaruci, Serat Nitimani, Permusyawaratan Para Wali, Serat Surti, Seh Mlaya, Serat

Asmaragama, Niti Sastra. Setiap petikan teks hanya memuat inti dan makna filosofi dari

cerita yang disampaikan.

Dilihat dari isinya secara keseluruhan, teks Babad Tanggalan Ing Panaraga memuat

cerita tentang ajaran agama Islam dan nasihat-nasihat yang diambil dari berbagai naskah

Jawa. Setiap kebaikan dan keburukan disampaikan dengan jelas disertai dampak yang akan

diperoleh nantinya. Perjalanan hidup dari manusia masih dalam kandungan hingga manusia

meninggal juga dijelaskan dalam Babad Tanggalan Ing Panaraga ini. Pada hakikatnya setiap

ilmu yang diajarkan dalam Babad Tanggalan Ing Panaraga ini bersifat baik, akan tetapi

untuk mengamalkannya dalam kehidupan yang nyata harus dipahami secara mendalam dan

berpegang pada prinsip yang jelas.

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 15: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

15

Setelah melakukan inventarisasi naskah, dapat diketahui bahwa teks Babad Tanggalan

Ing Panaraga merupakan naskah tunggal. Oleh karena itu perbandingan teks tidak mungkin

dilakukan. Penyajian suntingan teks menggunakan edisi kritis. Hal ini disesuaikan dengan

rumusan masalah dalam penelitian, yaitu bagaimana menyajikan suntingan teks Babad

Tanggalan Ing Panaraga yang beraksara Jawa ke aksara latin agar mudah dibaca.

Dibandingkan dengan edisi lain, edisi kritis ini dirasa lebih tepat digunakan untuk menyajikan

suntingan teks ke aksara latin. Alasannya karena dengan edisi kritis dapat memudahkan para

pembaca khususnya para peneliti selanjutnya untuk membaca dan menganalisis teks. Setiap

kesalahan yang ada pada teks telah diperbaiki oleh peneliti dengan tanda perbaikan bacaan

dan disesuaikan dengan ejaan yang berlaku dan konteks bacaan tanpa mengubah teks aslinya.

Kesalahan yang ditemukan dalam suntingan adalah kelebihan huruf, kata, kelompok

kata (ditografi), penghilangan suku kata (haplografi), ketidakonsistenan dalam penulisan.

Ditinjau dari penulisan tembangnya, terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan guru lagu,

guru gatra, guru wilangannya. Bahkan dalam satu pupuh ada yang penulisan guru lagunya

berbeda. Dalam penulisan aksara juga terdapat kesalahan seperti penulisan aksara murda dan

rekan. Penulisan kata-kata yang tidak sesuai dengan kamus Baoesastra Djawa. Bahasa yang

digunakan kurang bisa dipahami oleh peneliti, sehingga untuk memahami keseluruhan isi

ceritanya harus dibaca berulang kali.

Koreksi atas kesalahan dalam suntingan diperbaiki menggunakan tanda perbaikan

bacaan seperti yang telah dijelaskan dalam pertanggungjawaban alih aksara. Selain itu peneliti

juga menggunakan pedoman dari berbagai sumber seperti yang telah dijelaskan pada

pertanggungjwaban alih aksara. Peneliti menggunakan catatan kaki untuk memberikan

penjelasan lebih lanjut mengenai kata atau suatu hal yang dianggap perlu diberi penjelasan

dalam naskah.

Penelitian terhadap teks Babad Tanggalan Ing Panaraga ini merupakan penelitian awal

yang dilakukan secara filologi. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian lebih

lanjut baik di bidang sastra maupun linguistik. Suntingan teks Babad Tanggalan Ing

Panaraga dapat memberikan informasi terkait kota Panaraga dan menambah wawasan bagi

para pembaca.

Daftar Referensi Balai Bahasa Yogyakarta. 2011. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang

Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta Kemendiknas.

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 16: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

16

Bratakesawa dan T. W. K. Hadisoeprapta. 1980. Keterangan Candrasengkala. Jakarta: Balai

Pustaka.

Darusuprapta. 1985. Citra Pahlawan dalam Kebudayaan Jawa: Arti Nilai Babad dalam

Kebudayaan Jawa. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan (Javanologi)

Direktorat jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Edi S. Ekadjati. 2000. Direktori Naskah Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Karsono H Saputra. 2008. Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

. 2012. Puisi Jawa: struktur dan estetika. Jakarta: Wedatama Widya

Sastra.

Marbangun Hardjowirogo. 1980. Adat-Istiadat Jawa. Bandung: Patma.

Robson, S. O. 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.

Siti Baroroh Barried. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa, P & K.

Titik Pudjiastuti. 2006. Naskah dan Studi Naskah. Bogor: Akademia.

Katalog

Behrend, T. E. 1990. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1 Museum Sonobudoyo.

Yogyakarta: Penerbit Djambatan.

dan Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid

3A Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

.1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Edi S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. 1999. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5

A Jawa Barat Koleksi Lima Lembaga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Florida, Nancy. K. 1993. Introduction and Manuscripts Of The Kraton Surakarta Volume 1.

New York: Cornell University Ithaca.

. 2000. Javanese Literature in Surakarta Manusscript Volume 2

Manuscripts of the Mangkunegaran Palace . New York: Cornell University Ithaca.

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016

Page 17: Suntingan Teks Babad Tanggalan Ing Panaraga

17

. 2012. Javanese Literature in Surakarta Manusscript Volume 3

Manuscripts Of Radya Pustaka Museum and the Hardjonagaran Library. New York:

Cornell University Ithaca.

Juynboll, H. N. 1907. Supplement Op Den Catalogus Van De: Javanese en madoereesche

handschriften der Leidsche Universiteits-Bibliotheek Dell 1. Leiden: Boekhandel En

Drukkerij Vooerhen E.J. Brill.

. 1907. Supplement Op Den Catalogus Van De: Javanese en madoereesche

handschriften der Leidsche Universiteits-Bibliotheek Dell II. Leiden: Boekhandel En

Drukkerij Vooerhen E.J. Brill.

Lindsay, Jennifer. R. M. Soetanto dan Alan Feinstein. 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah

Nusantara Jilid 2 Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

M.C. Rickless and P. Voorhoeve. 1977. Indonesian Manuscript In Great Britain: a catalogue

of manuscripts in Indonesian Languages I British Public collection. :Oxford University

Press.

Pigeaud, Theodore G. 1967. Literature Of Java Volume 1. Leiden: The Hague: Martinus

Nyhoff.

. 1968. Literature Of Java Volume 2. Leiden: The Hague: Martinus

Nyhoff.

. 1970. Literature Of Java Volume 3. Leiden: The Hague: Martinus

Nyhoff.

. 1975. Javanese and Balinese Manuscripts and some codices written in

realesed idioms spoken Java and Bali descriptive catalogue. Frant Steiner Verlac

GMBH-Weisbaden.

Sri Ratna Saktimulya. 2005. Katalog Naskah-Naskah Pakualaman: Yayasan Obor Indonesia.

Kamus

WJS. Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Groningen, Batavia: JB Wolters‟ Uitgevers-

Maatschappij N.V.

Suntingan teks ..., Tri Rahayu, FIB UI, 2016