surimi_deanna suntoro_12.70.0005_b6_unika soegijapranata

Upload: reed-jones

Post on 09-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Praktikum surimi kloter B dilaksanakan pada hari Senin, 21 September 2014 pukul 15.00 WIB di Laboratorium Rekayasa Pangan Unika Soegijapranata Semarang.

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    Acara I

    SURIMI

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI HASIL LAUT

    Disusun oleh:

    Nama : Deanna Suntoro

    NIM : 12.70.0005

    Kelompok B6

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

    2014

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    1

    1. HASIL PENGAMATAN

    Hasil pengamatan surimi dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Surimi

    Kelompok Perlakuan WHC (mg H2O)Sensoris

    Kekenyalan Aroma

    B1

    Sukrosa 2,5%

    Garam 2,5%

    Polifosfat 0,1%240028,06 + ++

    B2

    Sukrosa 2,5%

    Garam 2,5%

    Polifosfat 0,1%285154,75 ++ +++

    B3

    Sukrosa 2,5%

    Garam 2,5%

    Polifosfat 0,3%288857,17 ++ ++

    B4

    Sukrosa 5%

    Garam 2,5%

    Polifosfat 0,3%317967,62 + ++

    B5

    Sukrosa 5%

    Garam 2,5%

    Polifosfat 0,5%276163,82 ++ ++

    B6

    Sukrosa 5%

    Garam 2,5%

    Polifosfat 0,5%

    284725,74 + ++

    Keterangan :

    Kekenyalan : Aroma :

    + = tidak kenyal + = tidak amis

    ++ = kenyal ++ = amis

    +++ = sangat kenyal +++ = sangat amis

    Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa konsentrasi garam yang digunakan oleh

    semua kelompok sama, yaitu 2,5%. Perlakuan konsentrasi sukrosa dan polifosfat yang

    diberikan sama pada kelompok B1 dan B2 serta sama pada kelompok B5 dan B6. NilaiWHC (mg H2O) tertinggi diperoleh kelompok B4 sebesar 317967,62 yang diberi

    perlakuan sukrosa 5% dan polifosfat 0,3%, sedangkan nilai WHC (mg H2O) terendah

    diperoleh kelompok B1 sebesar 240028,06 yang diberi perlakuan sukrosa 2,5% dan

    polifosfat 0,1%. Surimi yang kenyal diperoleh kelompok B2, B3, dan B5, sedangkan

    surimi yang tidak kenyal diperoleh kelompok B1, B4, dan B6. Surimi yang diperoleh

    semua kelompok memiliki aroma yang amis, kecuali pada kelompok B2 yang aromanya

    sangat amis.

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    2

    2. PEMBAHASAN

    Pada kali ini dilakukan praktikum Teknologi Hasil Laut mengenai Surimi. Lee (1984)

    dalam Kaba (2006) menyatakan bahwa surimi merupakan cincangan daging ikan yang

    dileaching dengan pencucian air lalu dicampur dengan gula dan bahan aditif lainnya

    kemudian dibekukan. Beberapa jenis polifosfat yang dapat digunakan di antaranya

    dinatrium phosfat (disodium monophosphate), natrium hexametaphosphat, dan natrium

    tripolifosfat (sodium tripoliphosphate). Berdasarkan jurnal berjudul A Review on The

    Loss of The Functional Properties of Proteins During Frozen Storage and The

    Improvement of Gel-Forming Properties of Surimi oleh Nopianti et al. (2011), zat aditif

    makanan yang juga dapat digunakan untuk meningkatkan karakter fisik dan mencegah

    degradasi tekstur dari gel surimi antara lain putih telur,Beef Plasma Protein (BPP), dan

    Whey Protein Concentrate (WPC). Ramirez et al. (2002) berpendapat bahwa surimi

    merupakan konsentrat protein miofibrilar yang didapat dari otot ikan yang memiliki

    mutu tinggi. Okada (1992) menyatakan bahwa surimi adalah istilah yang digunakan

    negara Jepang dan berbentuk pasta yang dibuat dari daging ikan yang dibentuk selama

    proses pembuatan kamaboko. Kamaboko adalah salah satu produk tradisional Jepang

    yang berbahan dasar surimi. Pernyataan Fiddler et al. (1993) tentang surimi yaitu surimimerupakan produk hancuran daging ikan yang telah dipisahkan dari tulang-tulangnya

    dimana pemisahan ini dapat dilakukan secara mekanis maupun manual, dicuci dengan

    air, diperas kemudian zat krioprotektan seperti gula dan sorbitol ditambahkan ke

    dalamnya untuk melindungi protein miofibril supaya selama pembekuan tidak terjadi

    denaturasi.

    Surimi pada mulanya berasal dari ikanAlaska Pollack. Ikan tersebutmerupakan sumber

    bahan baku terbesar di Jepang yang memiliki sifat sifat fungsional yang baik (Suzuki,

    1981). Surimi komersial mempunyai kadar air 75%, protein 18%, bahan lainnya 6,5%,

    dan lemak

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    3

    daging berwarna merah (Miyake et al., 1985). Suhu air untuk mencuci ikan dan proses

    penggilingan daging ikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam

    proses pembuatan surimi. Protein larut garam dapat lebih banyak larut pada suhu air

    yang tinggi dapat mengakibatkan. Oleh karena itu, suhu air yang digunakan untuk

    proses pencucian daging ikan adalah 10C - 15C sehingga dapat dihasilkan daging ikan

    dengan kekuatan gel terbaik (Bertak & Karahadian, 1995). Temperatur ikan, besarnya

    partikel daging lumat, cara pencucian, kualitas air, cara penyiangan (cara pem-fillet-an

    dan pemotongan kepala) serta peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan surimi

    juga perlu diperhatikan (Lee, 1984).

    Menurut Suzuki (1981), produk lanjutan yang berbahan dasar surimi beku antara lain

    sosis, burger, bakso, siomay, mie ikan, dan fish cake. Ada 3 tipe surimi yang dikenal,

    yaitu mu-en, ka-en, dan na-ma. Mu-en dibuat dari hancuran daging ikan yang telah

    dicuci dan digiling lalu ditambahkan gula dan fosfat tanpa penambahan garam,

    kemudian dibekukan. Ka-en dan mu-enada perbedaan pada penambahan gula, garam,

    dan fosfat dimana ka-en ditambahkan gula dan garam serta tidak ditambahkan fosfat.

    Sedangkan na-ma merupakan surimi yang tidak mengalami pembekuan dalam proses

    pembuatannya. Park et al. (1996) berpendapat bahwa surimi memiliki beberapakelebihan, di antaranya dapat menghasilkan produk dengan kualitas rasa dan bentuk

    yang bervariasi, mengandung protein fungsional yang tinggi, dapat dibuat dari ikan

    yang sering maupun yang jarang digunakan serta surimi beku dapat tahan lama.

    Menurut Anonim_1 (2008), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam

    pembekuan dan penyimpanan beku surimi, antara lain sebagai berikut:

    Metode pembekuan

    Metode pembekuan yang sesuai adalah metode pembekuan cepat yang biasanya

    menggunakan air blast freezer. Kristal-kristal es yang terbentuk berukuran kecil

    sehingga meminimalisir kerusakan mekanis dan drip loss / larutnya komponen-

    komponen yang ada (terutama protein miofibril yang memiliki peranan terhadap

    kekuatan gel) yang terjadi.

    Suhu penyimpanan beku

    Suhu penyimpanan beku yang sesuai yaitu pada suhu -20C atau lebih rendah

    sehingga surimi beku yang dihasilkan bermutu baik. Suhu tersebut harus

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    4

    dipertahankan secara konstan supaya tidak terjadi perubahan suhu yang drastis

    karenakemampuan pembentukan gel pada surimi dan sifat fungsional protein surimi

    beku akan mengalami penurunan jika terjadi fluktuasi suhu selama penyimpanan

    (Matsumoto & Noguchi, 1992).

    Penggunaan krioprotektan

    Penambahan krioprotektan penting untuk menghambat proses denaturasi protein

    selama pembekuan dan penyimpanan beku, mencegah pertukaran molekul-molekul

    air dari protein, meningkatkan kemampuan air sebagai energi pengikat serta

    menstabilkan protein. Nopianti et al.(2011) juga menambahkan bahwa krioprotektan

    dapat mencegah terjadinya browning / pencoklatan selama penyimpanan beku dan

    selama pemanasan bahan makanan berbasis surimi.

    Ikan yang digunakan oleh kloter B untuk membuat surimi adalah ikan tongkol. Ikan

    bersifatperishableatau mudah rusak(Moeljanto, 1994 dan Liptan, 2000) karena tubuh

    ikan memiliki kadar air yang tinggi (Elyazi et al., 2010). Langkah kerja yang digunakan

    pada praktikum surimi ini yaitu pertama-tama ikan tongkol segar dicuci bersih dengan

    air mengalir. Pencucian ini bertujuan untuk melarutkan darah, lemak, protein

    sarkoplasma, dan enzim yang dapat menghambat pembentukan gel ikan serta bertujuanuntuk mendapatkan warna daging ikan yang putih. Kemudian daging ikan di-fillet

    dimana pemfilletan ini bertujuan untuk memisahkan daging ikan dengan bagian lainnya

    (insang, kepala, ekor, sisik, sirip, tulang, dan isi perutnya) (Suzuki, 1981). Tulang dan

    ekor ikan dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kecap ikan.

    Setelah itu, daging putih dari ikan tersebut diambil dan ditimbang sebanyak 100 gram

    lalu di-blendersupaya daging ikan menjadi lebih lunak. Denaturasi protein pada daging

    ikan dicegah dengan cara ditambahkan es batu sebelum diblender supaya suhunya tetap

    rendah (Buckle et al.,1978). Selanjutnya, daging ikan dicuci dengan air es sebanyak 3

    kali sambil disaring menggunakan kain saring. Kemudian ditambahkan sukrosa

    sebanyak 2,5% dari berat sampel yang digunakan untuk kelompok 1, 2, dan 3 atau

    sebanyak 5% dari berat sampel yang digunakan untuk kelompok 4, 5, dan 6. Sukrosa

    berfungsi sebagai anti denaturasi protein (Suzuki, 1981). Tujuan lain dari penambahan

    sukrosa yaitu untuk menstabilkan serta mencegah terjadinya penurunan mutu yang

    selama proses penyimpanan beku (Buckle et al.,1978).

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    5

    Setelah ditambahkan sukrosa dengan konsentrasi yang telah ditentukan, ditambahkan

    juga garam ke dalam sampel tersebut sebanyak 2,5% untuk semua kelompok dan

    polifosfat sebanyak 0,1% (kelompok 1 dan 2), 0,3% (kelompok 3 dan 4), dan 0,5%

    (kelompok 5 dan 6). Fungsi dari penambahan garam yaitu untuk melarutkan protein

    miofibril sehingga miosin mudah membentuk ikatan dengan aktin menghasilkan

    aktomiosin yang mempunyai peran dalam pembentukan gel (Suzuki, 1981), sebagai

    penyedap rasa, bumbu, dan penambah aroma. Cita rasa makanan dapat berubah jika

    ditambahkan garam dengan kadar yang tinggi. Garam menyebabkan kondisi anaerobik

    terbentuk (Buckle et al., 1978). Menurut Winarno (2004), tujuan ditambahkannya

    polifosfat adalah untuk memperbaiki sifat surimi terutama kelembutan dan

    elastisitasnya. Selain itu, polifosfat dapat memberikan efek buffer pada pH daging ikan

    dan sebagai agen pengkelat ion logam sehingga meningkatkan efek krioprotektan

    (Shaviklo et al., 2010). Selanjutnya, campuran tersebut diaduk hingga rata dan

    dimasukkan ke dalam plastik bening lalu dibekukan di dalam freezerselama 1 malam.

    Tujuan surimi dibekukan di dalam freezeradalah untuk mempertahankan mutu surimi

    karena surimi rentan terhadap kerusakan (Suzuki, 1981). Keesokan harinya, surimi

    tersebut di-thawing terlebih dahulu lalu diamati secara sensoris (aroma dan kekenyalan).

    Kemudian surimi tersebut diletakkan di atas kertas karbon dan ditutupi dengan plastik

    lalu ditekan dengan menggunakan alat. Surimi tersebut digambar pada kertas milimeter

    blok dan dibagi menjadi beberapa bagian yang sama panjangnya dan nilai WHC (Water

    Holding Capacity) dapat dihitung. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai

    WHC adalah metode Simpson.

    a

    h0 h1 h2 h3 h4 h5

    Gambar Metode Simpson

    Keterangan :

    Luas A = luas daerah kurva di bagian atas

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    6

    Luas B = luas daerah kurva di bagian bawah

    a = panjang bagian yang sama antara garis h0dan h1dan seterusnya

    Luas area dapat dihitung menggunakan rumus :

    Luas A = 1/3 . a (h0+ 4h1+ 2h2+ 4h3+ 2h4+ .+ hn)

    Luas B = 1/3 . a (h0+ 4h1+ 2h2+ 4h3+ 2h4+ .+ hn)

    Luas surimi = Luas ALuas B

    (Fellows, 1990).

    Setelah luas surimi diperoleh, nilai WHC dapat dihitung menggunakan rumus :

    h

    Menurut Soeparno (1994), Water Holding Capacity (WHC) merupakan kemampuan

    daging untuk mengikat airnya atau air yang ditambahkan selama ada pengaruh

    pemotongan daging, penggilingan, tekanan, dan pemanasan (pengaruh kekuatan dari

    luar) dimana menurut Shaviklo et al. (2010), kemampuan pengikatan air tersebut akan

    mempengaruhi faktor ekonomis (produksi dan kualitas) pada gel protein otot. Suhu, pH,

    lemak dan garam, konsentrasi protein, kekuatan ionik, kondisi penyimpanan, laju dan

    lama perlakuan panas serta keberadaan komponen pangan lainnya merupakan faktor-

    faktor yang berpengaruh pada daya ikat air surimi. Mekanisme daya ikat air surimi yaitu

    protein mengikat air melalui interaksi yang terjadi antara molekul air dan gugus

    hidrofilik dari gugus samping protein dikarenakan adanya ikatan hidrogen.

    (Nurkhoeriyati et al., 2008).

    Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa konsentrasi garam yang digunakan

    oleh semua kelompok sama yaitu sebesar 2,5%. Nilai WHC yang diperoleh kelompok

    B1 dan B2 berbeda meskipun konsentrasi sukrosa dan polifosfat yang digunakan sama,

    yaitu 2,5% dan 0,1%. Nilai WHC kelompok B1 sebesar 240028,06 dan kelompok B2

    sebesar 285154,75. Begitu pula dengan kelompok B5 dan B6 juga diperoleh nilai WHC

    yang berbeda meskipun konsentrasi sukrosa dan polifosfat yang digunakan sama, yaitu

    5% dan 0,5%. Nilai WHC kelompok B5 sebesar 276163,82 dan kelompok B6 sebesar

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    7

    284725,74. Lain halnya dengan kelompok B3 dan B4 yang menggunakan konsentrasi

    sukrosa dan polifosfat berbeda diperoleh nilai WHC sebesar 288857,17 dan 317967,62.

    Konsentrasi sukrosa dan polifosfat yang digunakan oleh kelompok B3 sebesar 2,5% dan

    0,3%, sedangkan kelompok B4 sebesar 5% dan 0,3%. Nilai WHC surimi tertinggi

    diperoleh kelompok B4. Hal ini tidak sesuai dengan teori dari Nopianti et al. (2011)

    bahwa daya ikat air semakin baik apabila konsentrasi polifosfat yang ditambahkan

    semakin meningkat. Winarno et al. (1980) juga menambahkan bahwa penambahan

    sukrosa dapat berpengaruh terhadap daya ikat dari air (WHC) dimana WHC akan

    semakin tinggi apabila sukrosa yang ditambahkan semakin banyak. Gopakumar (1997)

    juga menambahkan bahwa gula sukrosa dapat melindungi produk dari drip loss dan

    molekul protein myofibrillar lebih stabil dengan meningkatkan tegangan permukaan

    molekul protein myofibrillar sehingga air dapat mempertahankan jaringan. Dengan kata

    lain, penambahan sukrosa meningkatkan kemampuan pengikatan air dari protein

    myofibrillar. Seharusnya nilai WHC surimi tertinggi diperoleh kelompok B5 atau B6

    dimana konsentrasi sukrosa dan konsentrasi polifosfat yang ditambahkan paling besar.

    Nilai WHC surimi terendah diperoleh kelompok B1 dimana konsentrasi sukrosa dan

    konsentrasi polifosfat yang ditambahkan kecil. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

    telah disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, nilai WHC surimi kelompok B2 dan B3 lebih

    tinggi dibandingkan kelompok B5 dan B6. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada.

    Ketidaksesuaian dengan teori yang ada dapat dikarenakan kurang tepat dalam mengukur

    sukrosa dan polifosfat yang digunakan atau kurang telitinya praktikan dalam

    menggambar surimi dan menghitung nilai WHC.

    Menurut Heruwati et al. (1995), kriteria yang paling penting dalam menentukan mutu

    surimi yaitu elastisitas yang dihasilkan yang merupakan hasil dari pembentukan gel

    ikan. Nopianti et al. (2011) menyatakan bahwa polifosfat memberikan sifat pasta yang

    lebih lembut pada produk-produk olahan surimi. Akan tetapi, akan berdampak

    merugikan pada pembentukan gel apabila konsentrasi fosfat yang ditambahkan semakin

    tinggi. Polifosfat dapat meningkatkan kemampuan protein menyerap air kembali ketika

    surimi dicairkan, retensi kelembaban, kemampuan pembentukan gel, pH, kekompakan,

    dan kekuatan gel surimi. Surimi yang tidak kenyal diperoleh kelompok B1 dengan

    konsentrasi sukrosa 2,5% dan konsentrasi polifosfat 0,1%, kelompok B4 dengan

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    8

    konsentrasi sukrosa 5% dan konsentrasi polifosfat 0,3% serta kelompok B6 dengan

    konsentrasi sukrosa 5% dan konsentrasi polifosfat 0,5%. Sedangkan surimi yang kenyal

    diperoleh kelompok B2 dengan konsentrasi sukrosa 2,5% dan konsentrasi polifosfat

    0,1%, kelompok B3 dengan konsentrasi sukrosa 2,5% dan konsentrasi polifosfat 0,3%

    serta kelompok B5 dengan konsentrasi sukrosa 5% dan konsentrasi polifosfat 0,5%. Hal

    ini tidak sesuai dengan teori dari Peranginangin et al. (1999) bahwa penambahan

    polifosfat yang baik yaitu sebesar 0,2% - 0,3% dalam bentuk garam natrium

    tripolifosfat yang akan berpengaruh pada kekenyalan surimi. Seharusnya surimi yang

    paling kenyal diperoleh kelompok B3 dan B4 dimana konsentrasi polifosfat yang

    ditambahkan sebesar 0,3%. Ketidaksesuaian dengan teori yang ada dapat dikarenakan

    kurang tepatnya mengukur polifosfat yang ditambahkan atau kurang peka dalam

    mengukur kekenyalan surimi. Surimi yang beraroma amis diperoleh kelompok B1, B3,

    B4, B5, dan B6. Sedangkan surimi yang diperoleh kelompok B2 beraroma sangat amis.

    Menurut teori dari Peranginangin et al. (1999), surimi yang berkualitas baik adalah

    surimi yang beraroma tidak amis. Bau amis pada surimi dapat terjadi karena adanya

    reaksi oksidasi pada ikan sehingga asam lemak berubah menjadi off-flavor. Bau amis ini

    dapat dihilangkan pada saat pencucian daging surimi. Berdasarkan teori tersebut, maka

    surimi yang dihasilkan tidak ada yang berkualitas baik dan surimi yang berkualitas

    paling tidak baik diperoleh kelompok B2.

    Dalam jurnal yang berjudul Effect of Polydextrose on Physicochemical Properties of

    Threadfin Bream (Nemipterus spp) Surimi During Frozen Storageoleh Nopianti et al.

    (2013) dilakukan penelitian tentang karakter fisikokimia dari surimi dengan konsentrasi

    polydextrose yang berbeda-beda (3%,6%, 9%, dan 12%), surimi mentah, surimi mentah

    dengan penambahan natrium tripolifosfat, dan surimi komersial (sukrosa) selama 6

    bulan penyimpanan beku. Hasilnya yaitu surimi yang ditambahkanpolydextrose sebagai

    krioprotektan dapat mempertahankan karakter fisikokimia surimi lebih baik

    dibandingkan surimi mentah yang tidak ditambahkan zat aditif atau surimi mentah yang

    ditambahkan natrium tripolifosfat dimana konsentrasi polydextrose yang dianjurkan

    sebesar 6%.Polydextrosedapat menggantikan sukrosa dan digunakan sebagai jenis baru

    krioprotektan dengan rasa tidak manis untuk surimi. Surimi dengan 12% atau 6%

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    9

    polydextrose dengan 0,3% STPP sebagai krioprotektan menghasilkan surimi dengan

    karakter fisikokimia yang paling baik dibandingkan sampel surimi lainnya.

    Jurnal berjudulEffect of Wheat Fibre in Frozen Stored Fish Muscular Gelsoleh Alonso

    et al. (2006) meneliti tentang efek dari serat gandum yang ditambahkan pada produk

    surimi. Konsentrasi serat gandum yang ditambahkan sebesar 3% dan 6% dengan ukuran

    partikel yang berbeda-beda. Panelis sensori tidak menemukan adanya perbedaan dari

    penampakan, tetapi ditemukan adanya perbedaan tekstur dari beberapa sampel yang

    mengandung proporsi dan jenis serat yang berbeda-beda tersebut. Serat dengan ukuran

    partikel yang besar mencegah surimi dari kehilangan kekuatan gel dan kekerasan

    selamafreezing.

    Jurnal berjudul Technology for Production of Surimi Powder and Potential of

    Applications oleh Santana et al. (2012)berisi bahwa surimi merupakan konsentrat

    protein miofibrial yang diekstrak dari daging ikan dengan proses pencucian. Biasanya

    surimi bubuk dalam bentuk kering sangat potensial digunakan sebagai bahan baku

    untuk membuat produk makanan laut. Surimi bubuk memberi banyak keuntungan

    dalam aplikasi industri, seperti mempermudah penanganan, biaya distribusi rendah, dansecara fisik cocok untuk tambahan campuran kering. Untuk mencegah terjadinya

    denaturasi protein selama pengeringan, dryoprotectants seperti sukrosa dan polyols

    dapat ditambahkan. Surimi bubuk diklasifikasi sebagai konsentrat protein ikan tipe A

    karena kandungan proteinnya lebih dari 65%. Surimi bubuk mempunyai sifat fungsional

    yang baik, seperti gel, kemampuan untuk merangkap air (WHC), pengemulsi, dan

    menghasilkan busa. Gel dan produk makanan ringan berbasis ikan merupakan produk

    umum yang dapat dibuat dari surimi bubuk.

    Jurnal yang berjudul Gel Properties of CroakerMackerel Surimi Blendoleh Panpipat

    et al. (2010) menggunakan sifat gel surimi ikan croaker dicampur dengan tiga jenis

    surimi ikan kembung dievaluasi pada rasio yang berbeda. Kekuatan gel campuran antara

    surimi ikan croaker-ikan kembung lebih tinggi dibandingkan dengan surimi ikan

    kembung asli (p < 0,05). Dengan adanya surimi croaker dalam campuran menyebabkan

    peningkatan dalam myosin heavy chain(MHC). Tidak ada perbedaan dalam deformasi

    gel yang diamati pada surimi croaker dan campuran surimi croaker-surimi ikan

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    10

    kembung di semua ratio (p > 0,05). Penambahan surimi ikan kembung ke dalam surimi

    croaker dengan perbandingan 1:2 tidak berpengaruh pada kadar keputihan dan

    metmyoglobin gel (p > 0,05). Ditandai dengan adanya penurunan expressible dripdan

    TCA-peptida larut gel pada campuran surimi croaker-ikan kembung yang diatur oleh

    jenis dan kadar penggunaan surimi ikan kembung.

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    11

    3. KESIMPULAN

    Surimi merupakan hancuran daging ikan yang telah mengalami berbagai proses

    yang diperlukan untuk mengawetkannya.

    Surimi yang baik dibuat dari bahan baku ikan berdaging putih, tidak berbau lumpur

    dan mempunyai kemampuan pembentukan gel yang bagus.

    Produk surimi adalah produk antara atau intermediate product untuk pembuatan

    produk lainnya.

    Pemfilletan bertujuan untuk memisahkan bagian daging ikan dengan bagian

    lainnya.

    Tujuan dari penggilingan daging ikan adalah untuk mempermudah proses

    pengolahan berikutnya.

    Penambahan es batu sebelum daging ikan digiling dimaksudkan untuk menjaga

    suhu tetap rendah sehingga denaturasi protein daging ikan dapat dicegah.

    Tujuan penambahan sukrosa tersebut yaitu sebagai anti denaturasi protein serta

    mencegah daging ikan mengalami penurunan mutu selama proses penyimpanan beku .

    Garam ditambahkan dengan tujuan untuk melarutkan protein miofibril sehingga

    miosin dapat dengan mudah berikatan dengan aktin menghasilkan aktomiosin yangberperan dalam pembentukkan gel.

    STPP ditambahkan karena dapat memberikan efek buffer pada pH daging ikan dan

    mempunyai fungsi sebagai agen pengkelat ion logam sehingga meningkatkan efek

    krioprotektan.

    Surimi dibekukan di dalam freezer dengan tujuan untuk mempertahankan mutu surimi

    karena surimi rentan terhadap kerusakan.

    Faktor utama yang harus diperhatikan selama proses pembuatan surimi adalah suhu

    air pencuci dan suhu pada saat penggilingan daging ikan.

    Suhu air yang lebih tinggi akan lebih banyak melarutkan protein larut garam.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas surimi, yaitu besarnya partikel dari

    daging lumat, kualitas air, cara pencucian, cara penyiangan (pemotongan kepala

    dan cara pem-fillet-an), temperatur ikan serta peralatan yang digunakan.

    Penambahan sukrosa tersebut meningkatkan kemampuan pengikatan air dari

    protein miofibrilar.

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    12

    Semakin besar konsentrasi sukrosa yang ditambahkan, semakin tinggi nilai WHC.

    Semakin besar konsentrasi polifosfat yang ditambahkan, semakin baik daya ikat air.

    Penambahan polifosfat yang baik yaitu sebesar 0,2% - 0,3% dalam bentuk garam

    natrium tripolifosfat.

    Penambahan polifosfat berpengaruh terhadap kekenyalan surimi.

    Seharusnya surimi yang paling kenyal adalah surimi yang ditambahkan STPP

    0,3%.

    Surimi yang beraroma tidak amis merupakan surimi yang berkualitas baik.

    Semarang, 30 September 2014

    Deanna Suntoro (12.70.0005)

    Asisten Dosen:

    - Dea Nathania

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    13

    4. DAFTAR PUSTAKA

    Alonso, I.S., R.H. Maleki & A.J. Borderias. (2006). Effect of Wheat Fibre in Frozen

    Stored Fish Muscular Gels. Eur Food Res Technology Vol.223, pp.571-576.

    Anonim_1. (2008). Perubahan Karakter Surimi Selama Penyimpanan Beku. Food

    Review : Referensi Industri dan Teknologi Pangan Indonesia.

    http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55711.

    Diakses pada tanggal 29 September 2014.

    Bertak JA & Karahadian C. (1995). Surimi-based imitation crab characteristic affected

    by heating method and end point temperatur. J. Food Sci. 60:292-296.

    Buckle KA, Edwards RA, Eleet GH, Wootton. (1978). Ilmu Pangan. Purnomo Hdanadiono, penerjemah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Elyazi, A., Zakipour R.A., Sahari M., Zare P. (2010). Chemical and Microbial Cahnges

    of Fish Fingers Made from Mince and Surimi of Common Carp (Cyprinus carpio L.,

    1758). International Food Research Journal Vol.17, pp.915-920.

    Fellows, P. (1990). Food Processing Technology Principles and Practise. EllisHorwood

    Limited. New York.

    Fiddler, W., J. W. Pensabene, R.A. Gates, M. Hale, M. Jahncke and J.K. Babbit. (1993).

    Alaska Pollock (Theragra chalcogramma) mince and surimi as partial meat substitutes

    in frankfurters: N-nitrosodimethylamine formation. Journal of Food Science Vol. 58,

    1:62-65. USA.

    Gopakumar, K. (1997). Tropical Fishery Product. Science Publishes Inc. United

    Kingdom.

    Heruwati ES, Murtini JT, Rahayu S dan Suherman. (1995). Pengaruh jenis ikandan zat

    enambah terhadap elastisitas surimi ikan air tawar.J Penltn PerikInonesia 1: 12-17.

    Kaba, N. (2006). The Determination of Technology & Storage Period of Surimi

    Production from Anchovy (Engraulis encrasicholus L., 1758). Turkish Journal of

    Fisheries and Aquatic Sciences 6: 29-35.

    Lee, C.M. (1984). Surimi Process Technology. Food Technology, 38 (11): 69-80.

    Liptan (Lembar informasi pertanian). (2000). Pengolahan Ikan Nila Merah. LPTP

    Puntikayu Sumatera Selatan.

    http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55711http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55711http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55711
  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    14

    Matsumoto JJ & Noguchi SF. (1992). Cryostabilization of Protein in Surimi. Didalam

    Lanier TC, Lee CM, Editor. Surimi Technology. New York: Marcel Dkker Inc.

    Miyake, Y., Y. Hirasawa and M. Miyanebe. (1985). Technology of Manufacturing. Info

    Fish marketing Digest. 5: 29-32.

    Moeljanto. (1994). Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. PT. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Nopianti, R., N. Huda & N. Ismail. (2011). A Review onThe Loss of The Functional

    Properties of Proteins During Frozen Storage and The Improvement of Gel-Forming

    Properties of Surimi. American Journal of Food Technology Vol.6, pp.19-30.

    Nopianti, R., N. Huda, N. Ismail, F. Ariffin & A.M. Easa. (2013).Effect of Polydextrose

    on Physicochemical Properties of Threadfin Bream (Nemipterus spp) Surimi DuringFrozen Storage. Journal of Food Science Technology Vol.50, pp.739-746.

    Nurkhoeriyati, T., Nurul Huda, dan Ruzita A. (2008). Perkembangan Terbaru Teknologi

    Surimi. Malaysia.

    Okada, M. (1992). History of Surimi Technology in Japan. Dalam : Surimi Technology.

    Lanier TC, Lee CM, editors. New York : Marcel Dekker.

    Panpipat, W., M. Chaijan & S. Benjakul. (2010). Gel Properties of CroakerMackerel

    Surimi Blend. Food Chemistry Vol.122, pp. 1122-1128.

    Park S, Brewer MS, Novakovski J, Bechtel PJ, McKeith FK. (1996). Process and

    characteristics for a surimi-like material made from beef or pork. Journal Food Science

    61(2):422-427.

    Peranginangin R, Wibowo S, Nuri Y, Fawza. (1999). Teknologi Pengolahan Surimi.

    Jakarta: Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai PenelitianPerikanan Laut.

    Ramirez JA, Garcia-Carreno FL, Morales OG, Sanchez A. (2002). Inhibition of modori-

    associated proteinases by legume seed extract in surimi production. Journal Food

    Science 67(2):578-581.

    Santana, P., N. Huda & T.A. Yang. (2012). Technology for Production of Surimi

    Powder and Potential of Applications. International Food Research Journal Vol.19,

    pp.1313-1323.

    Shaviklo, Gholam Reza, et al., (2010). The Influence of Additives and Frozen storage

    on Functional Properties and Flow Behaviour of Fish Protein Isolated from Haddock.

    Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 10:333-340.

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    15

    Soeparno. (1994). Ilmu dan Teknologi Daging. UGM Press. Yogyakarta.

    Suzuki, T. (1981). Fish and Krill Protein Processing Technology. Applied Science

    Publisher,Ltd. London.

    Tan, S.M.Ng.M.C., T. Fujiwara , H. Kok Kuang and H. Hasegawa. (1988). Handbook

    on the Processing of Frozen Surimi and Fish Jelly Products in South East Asia. Marine

    Fisheries Research Department-South East Asia Fisheries Development Centre,

    Singapore.

    Winarno F.G., Fardiaz S, Fardiaz D. (1980).Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT.

    Gramedia.

    Winarno, F.G. (2004). Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka

    Utama. Jakarta.

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    16

    5. LAMPIRAN

    5.1. Perhitungan

    Kelompok B1

    1. Luas Atas

    = 28233,33

    2. Luas Bawah

    = 5470,67

    3. Luas Area Basah = LaLb

    = 28233,335470,67

    = 22762,66

    4.

    =

    = 240028,06

    Kelompok B2

    1.

    Luas Atas

    = 32477

    2. Luas Bawah

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    17

    = 5436,33

    3.

    Luas Area Basah = LaLb

    = 324775436,33

    = 27040,67

    4.

    = 285154,75

    Kelompok B3

    1. Luas Atas

    = 33550,83

    2.

    Luas Bawah

    = 6159,17

    3. Luas Area Basah = LaLb

    = 33550,836159,17

    = 27391,66

    4.

    = 288857,17

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    18

    Kelompok B4

    1.

    Luas Atas

    = 38808

    2. Luas Bawah

    = 8705,67

    3.

    Luas Area Basah = LaLb

    = 388088705,67

    = 30102,33

    4.

    = 317967,62

    Kelompok B5

    1. Luas Atas

    = 31745,83

    2. Luas Bawah

    = 5557,50

  • 5/19/2018 SURIMI_Deanna Suntoro_12.70.0005_B6_UNIKA SOEGIJAPRANATA

    19

    3. Luas Area Basah = LaLb

    = 31745,835557,50

    = 26188,33

    4.

    = 276163,82

    Kelompok B6

    1. Luas Atas

    = 33120

    2. Luas Bawah

    = 6120

    3. Luas Area Basah = LaLb

    = 331206120

    = 27000

    4.

    = 284725,74

    5.2. Diagram Alir

    5.3. Laporan Sementara