syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
TRANSCRIPT
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 0
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 1
MOZAIK PERADABAN ISLAM MALUKU
Oleh: Syarifudin
A. LATAR BELAKANG
Islam yang membumi dan tinggal di Maluku saat ini adalah Islam
yang berasal dari Timur Tengah yang melintasi berbagai macam
perjumpaan budaya, bahasa dengan melalui berbagai daratan, laut, dan
corak pemikiran.1 Selain itu Islam berakulturasi dengan budaya setempat
sehingga membentuk karakter baru yang disebut oleh Rektor IAIN
Ambon adalah corak Islam Mazhab Maluku. Islam Maluku ini dikenal
dengan budaya Salam-Sarani sebagai buah dari peradaban Maluku dalam
menjaga kerukunan antar umat beragama di Maluku. Peradaban Maluku
juga dikenal dengan Seni Budaya Qasidah dan artikulasi religi melalui
sajak-sajak atau dikenal dengan kapata-kapata.
Petuah bijak sang Ulama Maluku diantaranya Imam Rijali tampak
dalam konten sajak religinya sebagai media interaksi sosial antar umat
Bergama. Islam Maluku terkenal dengan pantong, nyanyian, cigulu-
cigulu, kapatah tentang rasa, serta kearifan lokal lainnya yang diduga
kuat bersumber dari akulturasi budaya lokal dengan Islam yang datang
dari tanah Arab.2 Perjumpaan budaya inilah yang memberikan keunikan
bagi Islam yang ada di negeri Raja-Raja ini.
Cerminan pemahaman Islam Nusantara yang ada di Maluku
menurut data klasik/kuno yang didapatkan di Morella, Hila, dan Seram
Bagian Timur, memberikan gambaran bahwa corak Islam Maluku adalah
Islam Syiah-Sunny yang memiliki keunikan dalam aspek kepercayaannya
1Azyumardi Azrah, Jaringan Ulama Nusantara (Cet. II; Jakarta: 2008), h. 44.
2Kementerian Agama Republik Indonesia: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar (Jurnal Al-Qalam Volume 19 Nomor 2 November 2013), h.232
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 2
dalam melakukan ritual-ritual dalam berbagai aspek.3 Misalnya aspek
pemahaman tentang Haji, Khutbah Jumat, dan budaya lainnya yang
diupacarakan saat datang bulan suci ramadhan, pasca bulan suci
ramadhan dan bulan-bulan tertentu yang dianggap sakral berdasarkan
warisan dari tuang Guru yang dianggap „alim oleh masyarakat Maluku.
Buah pena para ulama klasik di Maluku yang telah menorehkan
peradaban Islam sampai saat ini belum pernah dipentaskan secara
akademik sehingga warisan peradaban ini perlu dikaji untuk memberikan
wawasan yang bijak dan arif kepada generasi selanjutnya. Beberapa
peradaban Islam yang dideskripsikan sebagai fakta sejarah bahwa Islam
di Maluku memiliki peradaban yang cukup signifikan dan terpelihara
secara baik sampai saat ini.
Selain pemahaman tersebut Islam yang ada di Maluku memiliki
tradisi yang sampai saat ini menjadi khazanah budaya antara lain;
Pemancangan Tiang Alif Masjid di Maluku, Masjid Tua Wapauwe,
Abda‟u di Tulehu Maluku Tengah, Pukul Sapu di Morella dan Mamala,
Aroha di Pelauw Maluku Tengah, Dabus di Geser Seram bagian Timur,
Ritul Memandikan Kain Gajah dan Kora-Kora di Banda, Naskah Kuno di
Morella dan Hila, dan tarian Sawat dari kabupaten Tual (Maluku
Tenggara).
Peradaban Islam nusantara ini yang ada di Maluku menjadi bukti
atau fakta sejarah bahwa Maluku perlu dieksplorasi budaya
keislamannya untuk menjelajahi factor apa saja yang mengkonstruksi
corak Islam di Maluku sehingga memiliki banyak peradaban dan ritual
keagamaan yang sampai saat ini belum mendapat penjelasan secara
komprehensip melalui metodologi dan kajian filosofi-historiy yang
mendalam.
3Muhammad As‟ad dan Muh. Idham dkk, Buah Pena Sang Ulama (Cet. I; Jakarta: Orbit Publishing Jakarta: 2011), h. 242.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 3
B. PEMBAHASAN PERADABAN ISLAM MALUKU
1. Pengertian
Pengertian peradaban yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah
semua karya umat Islam yang ada di Maluku yang dijadikan sebagai
ritual yang tidak bertentangan dengan syari‟at, akal, budaya, dan agama
Islam. Islam Maluku adalah agama yang telah beradabtasi dengan budaya
lokal dan membentuk corak pemahaman baru sesuai dengan nilai-nilai
syari‟ah Islam.
2. Kajian Teori
Untuk menjelaskan peradaban Islam yang ada di Maluku penulis
menggunakan teori dakwah Mula Sadra yang mengungkapkan bahwa
untuk menjelaskan suatu fenomena peradaban Islam ada tiga faktor yang
sangat berperan antara lain metode burhani, bayani, dan irfani.4 Menurut
Mula Sadra ketiga aspek metode berpikir inilah yang sangat menentukan
sebuah peradaban Islam. Teori ini relevan dengan paradigma berpikir
Syekh Ali Mahfuz yang kutip oleh Andi Faisal Bakti mengungkapkan
bahwa Peradaban itu dapat diketahui melalui tiga metode yakni menelaah
cara memahmi objek, menjelaskan objek, dan membahasakan objek.5
Olehnya G.E. Von Grunebaum berpendapat bahwa Perdaban Islam
ketika bertemu dengan peradaban Asing, memunculkan tiga sikap,
pertama, peradaban itu akan menyerap jika peradaban Asing itu tidak
bertentangan dengan Aqidah/ajaran Islam, kedua, peradaban itu akan
memodifikasi, jika peradaban itu memiliki relevansi, dan ketiga,
4H. Rustam E. Tamburaka, Ilmu Sejarah, Teori Sejarah, Filsafat, dan IPTEK (Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 91.
5H. Faisal Bakti, Nation Bilding: Kontribusi Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kebangkitan Bangsa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Curia Press, 2006), h. 91.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 4
peradaban itu akan ditolak jika peradaban asing itu akan bertentangan
dengan Aqidah Islam.6
Selain teori tersebut juga menggunakan teori AGIL yang sangat
relevan dalam menjelaskan pergerakan peradaban Islam di Maluku
sebagai instrument dalam memahami, menjelaskan dan membahasakan
konsep peradaban Islam yang ada di Maluku. Teori AGIL ini termasuk
aliran structural fungsional dari Talcot Pason yang mengungkapkan
bahwa peradaban sejarah itu sangat ditentukan oleh kecenderungan
manusia yang terdiri dari; cara beradabtasi, cara menentukan tujuan, cara
melakukan integrasi budaya, dan laten (alam bawa sadar) yang tersimpan
dalam memorinya yang berdampak dalam prilakunya.7
a) Pemahaman tenatang Tiang Alif di Maluku
Salah satu peradaban sejarah Islam di Maluku yang sangat
monumental adalah tradisi ritual tiang alif. Tradisi pemahaman Islam
Maluku adalah tiang alif. Tiang alif difahami oleh masyarakat Maluku
adalah sebab dari segala sesuatu dan ia adalah kehormatan umat manusia
dalam menjalani hidupnya. Atas dasar inilah sehingga ketika melakukan
shalat jumat maka mereka menggunakan tongkat saat khutbah jumat
sedang berlangsung. Karena tongkat difahami sebagai kekuatan bagi
kaum pria dan kesejahteran bagi kaum wanita. Model pemahaman agama
ini cukup sederhana dan menjadi corak bagi islam Maluku dalam
menjelakan ajaran Islam di Indonesia.
Apabila kita perhatikan dengan seksama, maka huruf "Alif" dalam
Islam itu mengandung arti dan makna yang amat dalam. Betapa tidak.
Coba kita renungkan, Asma Allah, diawali dengan huruf "Alif". Abjad
6Samiang Katu, Pasang Ri Kajang : Kajian tentang Akomodasi Islam dengan Budaya Lokas di Sulawesi Selatan, (Makassar: PPIM, 2000), h. 63.
7Talcott Parson, Sistem Interactional Civil Society (New York: Sage publishing, 2003), h. 210.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 5
huruf Arab juga diawali dengan huruf "Alif". Angka Arab ditulis dari
kanan kekiri, maka angka satu itupun dilambangkan dengan huruf "alif".
Coba kita perhatikan kitab Suci Al Qur'an.
Surat Al Fatihah, juga diawali dengan huruf "Alif". Kata syukur dan
terima kasih kepada Ilahi, dinyatakan dengan kata " Alhamdulillah',
segala puji bagi Allah, diawali dengan huruf "Alif". Pada waktu wahyu
Tuhan untuk pertama kali turun dan Al Qur'an disampaikan Allah
melalui malaikat Jibril, maka Nabi Muhammad SAW diajari Jibril dengan
kata-kata : "Iqra", bacalah, wahyu Tuhan yang pertama turun kepada
Muhammad sebagaimana tertera dalam Surah Al Alaq, adalah diawali
dengan huruf "Alif".
b) Masjid Tua Wapauwe
Peradaban Islam berupa artefak Masjid adalah merupakan masjid
tertua di Indonesia versi TVOne karena ia dibangun pada tahun 1414, dan
salah satu ulama Islam yang pernah jadi Imam di Masjid tersebut adalah
Imam Rijali. Masjid ini awalnya berada di atas Gunung tetapi ketika
terjadi perang wawane pada tahun 1682 maka bangsa belanda menyuruh
pindahkan masjid ini di dekan pantai, tetapi akibat tidak ada tenaga yang
kuat berkat ilmu supranatural Imam Rijali maka dalam satu malam masjid
Wapauwe pindah dengan tidak ada yang rusak ia berpidah sesuai dengan
bentuk dan bangunan aslinya.
Kejadian ini ketika dianalisis secara ilmiah maka sulit dibuktikan
dengan fakta-fakta tetapi konstruksi informasi yang diceritakan secara
turun temurung semua data dalam bentuk tutur menisbahkan seperti itu.
Sebuah suku terdiri dari beberapa klan yang dihimpun melalui suatu
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 6
proses pengorganisasian. Sementara sebuah klan terdiri dari beberapa
keluarga.8
c) Abda’u di Tulehu Maluku Tengah
Peradaban Islam Maluku yang ada di Kabupaten Maluku tengah
yang dilakukan setiap tujuh hari setelah shalt idul adha masyarakat di
Tulehu yang berada di kabupaten Maluku Tengah mengadatan ritual
napaktilas perebutan bendera yang bertuliskan LAILAHA ILLAH
MUHAMMADURRASULULLAH sebagai simbol perjuangan.
d) Pukul Sapu di Morella dan Mamala
Secara bahasa, akulturasi diartikan dengan “proses percampuran dua
kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi”.9
Secara istilah akulturasi adalah proses perubahan sebuah kebudayaan
karena kontak langsung dalah jangka waktu yang lama dan terus-
menerus dengan kebudayaan lain atau kebudayaan “asing” yang berbeda.
Kebudayaan tadi dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan lain. Yang
lambat laun dan secara bertahap diterimanya menjadi kebudayaan sendiri
tanpa menghilangkan kepribadian aslinya.10 Unsur kebudayaan asing itu
diterima secara selektif yang akhirnya akan muncul beragam penilaian,
unsur kebudayaan asing yang dengan mudah diterima, ada yang dengan
sukar diterima atau bahkan ditolak.
Islam yang kami maksud disini adalah Agama Islam yang bersumber
dari Al Qur‟an dan Al Hadits, pengamalan yang dicontohkan oleh
Rasulullah saw. yang merupakan satu kesatuan yang utuh, dalam analisis
8Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab. Terj. Usuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Yogyakarta : Pustaka Iqra, 2001), h. 16
9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 20
10Ensiklopedi.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 7
kesejarahan muncul adanya aspek aqidah (Iman), Aspek Syari‟ah (aturan-
aturan formal) dan aspek Ihsan (moral spiritual).11
Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat,12
sedangkan local adalah di suatu tempat (tempat pembuatan, tumbuh,
produksi, hidup, dsb).13 Jadi yang dimaksudkan dengan Kebudayaan Lokal
adalah hasil dari sebuah karya cipta dan rasa suatu masyarakat di suatu
tempat/daerah tertentu.
Proses Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal, Agama Islam yang
disebarkan oleh Nabi Muhammad saw. dari Mekkah ke Madinah adalah
Islam yang masih murni yang memancarkan nilai-nilai Syar‟i, yang belum
dipengaruhi oleh budaya local, akan tetapi justru kehadiran Islam telah
merubah budaya Arab Zaman Jahiliyah. Yang menyembah berhala, dan
inilah kemusyrikan yang nyata.14 Sementara Islam hadir untuk
menyampaikan serta memperkenalkan agama Tauhid, yang hanya
menyembah satu Tuhan, yaitu Allah swt.
1. Budaya Pukul Sapu di Mamala
Setiap tahunnya selesai bulan suci ramadhan setiap tanggal satu syawal
acara ritual pukul sapu mulai di semarakkan dengan berbagai atraksi seni
budaya Islam seperti sawat, hadrat, dan seni buju anak para tidor. Kekayan
peradaban Islam ini setiap bulan syawal ada puasa sunat selama 6 hari
menjelang pukul sapu mulai dari tanggal 2-6 syawal. Setelah puasa ada acara
tahlilan untuk mendoakan para leluhur dan lainnya mengambil lidi dari
pohon enau. Setelah itu membuat minyak mamala dengan menggunakan guci
11 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta : Teraju, 2003), h. 7.
12Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Fakultas ekonomi UI, 2008), h. 113.
13Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Fakultas ekonomi UI, 2008), h. 113.
14Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Fakultas ekonomi UI, 2008), h. 113.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 8
dan membaca ritual di ruma raja Mamala. Minyak mamala setelah ritual
pembacaan mantra didistribusikan dalam bentuk botol-botol kecil untuk
persiapan masing-asing kelompok saat acara pukul sapu di mulai.
Sebelum acara pukul sapu (uku ala maihate) di mulai persiapan
personil sebanyak seratus orang satu kelompok berjumlah 50 orang dan
berbaris dengan saf yang rapi seperti saf saat shalat. Sapu lidi yang sudah
disiapkan setiap orang mendapat satu genggam sapu lidi sebagai yang siap
dipakai unuk memukul lawan main. Dari jumlah pemaian ini menelusuri
lorong dan menyanyikan lagu spiritual sebagai spirit membangkitkan
semangat jihat Tatatertib dalam dalam pembukaan ada durasi waktu yang
disediakan 1-3 menit untuk saling berbalas cambukan.
2. Sejarah Peradaban Islam di Morella
Asal mula Negeri Morella adalah penggabungan dari beberapa
Aman ( Hena) atau Negeri Lama, yakni Negeri Lama Kapahaha, Negeri
Lama Iyal Uli, Negeri Lama Putulesi dan Negeri Lama Ninggareta.
Keempat Aman atau Negeri Lama inilah yang membentuk suatu Aman
atau Negeri Hausihu Morella.
Menurut tua-tua adat, leluhur yang tinggal di Negeri-negeri lama
tersebut berasal dari Ula Pokol. Ula Pokol merupakan pusat negeri pertama
sejak dulu, juga merupakan tempat yang sangat disakralkan oleh
masyarakat Morella karena dipercayai sebagai tempat hunian Roh-roh
Gaib (Rijalal Gaib). Ula Pokol terletak di pegunungan Salahutu, mula-mula
yang hidup ditempat tersebut adalah Uka Latu Tapil, Beliau berasal dari
Timur Tengah. Uka Latu Tapil datang ditempat tersebut dengan membawa
seekor burung Manulatu (Burung Raja).
Dikisahkan pula oleh para Tua-tua Adat setelah Uka Latu Tapil
berada di Ula Pokol muncul tiga orang yang masing-masing mengklaim
dirinya sebagai pendahulu atau penemu daerah baru tersebut, ditengah
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 9
peredebatan sengit itu tiba-tiba mereka mendengar kicauan Burung
Manulatu. Akhirnya mereka menyadari ternyata daerah itu telah
berpenghuni dan mereka bertiga pun bersepakat untuk menemukan
pemilik Manulatu tersebut. Ketiga orang tersebut adalah Tuhe, Meten dan
Hiti. Tidak beberapa lama kemudian Tuhe, Meten dan Hiti menemukan
orang yang dicari di Ula Pokol tersebut, saat itu dia sedang duduk
bersemedi (Bersembahyang).
Dihadapan orang yang sedang duduk itu, mereka mengikrarkan “
Upu Tapil Ame” yang bermakna Tuanku Pelindung/Junjungan Kami,
beliaulah Uka Latu Tapil. Tuhe, Meten dan Hiti kemudian dikukuhkan
sebagai Hulubalang atau pengawal Uka Latu Tapil, selanjutnya Uka Latu
Tapil kemudian meletakkan tiga buah batu di Salahutu sebagai “ Hatu
Manuai Telu” atau Batu Tiga Tuan Tanah karena disinilah tempat
pertemuan Tuhe, Meten dan Hiti.
Dalam perkembangan selanjutnya Tuhe Meten Dan Hiti meminang
seorang putri yang bernama Hatuatina yang berasal dari Nusa Ina (Pulau
Seram) tepatnya di pusat tiga aliran sungai Eti, Tala dan Sapalewa di
Nunusaku Salahua untuk menjadi istri Uka Latu Tapil, dari perkawianan itu
Uka Latu Tapil dan istrinya memperoleh tujuh orang anak laki-laki dan
satu orang anak perempuan. Dari ketujuh anak laki-laki tersebut hanya
anak yang bernama Tuharela / Umarella yang menjalani kehidupan normal
sebagai manusia, sedangkan keenam lainnya menjalani hidup sebagai
Sufisme Tulen (Gaib). Tuharella beristrikan seorang perempuan yang
bernama Alungnusa dari Pulau Seram. Dari perkawinan inilah
melahirkan/beranak pinak sebagian besar warga Morella sekarang.
Melalui proses perkawinan maka semakin banyak manusia di
tempat itu (Ula Pokol) dan karena keadaan alam, merekapun mengadakan
perpindahan ke beberapa tempat di daerah pegunungan yaitu ke Ama Ela
(Gunung Kukusan) kemudian berpindah lagi ke Kapahaha dan sebagian
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 10
ke Iyal Uli, Ninggareta, dan Putulessy. Walaupun ke-empat negeri lama ini
terpisah jarak satu dengan yang lain namun kehidupan mereka bersatu
dalam sistem kehidupan sosial kemasyarakatan, dimana pusat
pemerintahan adatnya berada di Kapahaha yang saat itu pimpinan adat
tertinggi di pegang oleh Tuhe, Meten, dan Hiti (Salamoni). Sementara
pelaksanaan keagamaannya di pusatkan di Iyal Uli.
Dari abad keabad kehidupan empat negeri lama ini dalam keadaan
rukun dan damai, sampai pada akhir abad ke-6 ketika Bangsa Penjajah
bercokol di Maluku, ke empat negeri lama ini bersatu untuk
mempertahankan wilayah mereka dari serangan kaum penjajah.
Kapahaha kemudian dijadikan sebagai pusat pertahanan untuk melawan
kaum penjajah tersebut hal ini dikarenakan letaknya yang strategis
dengan Kapitan Telukabessy (Ahmad Leikawa) sebagai panglima perang.
Pada saat itu beberapa benteng pertahanan di Maluku sudah di taklukkan
oleh Belanda sehingga para kapitan dan malesi dari daerah-daerah
tersebut di tambah dengan bala bantuan dari daerah-daerah
lain bergabung di Benteng Kapahaha seperti dari Kerajaan
Ternate, Kerajaan Gowa, Tuban, Alaka, Huamual, Iha, Buru, Nusa Laut,
Banda dan lain-lain. Mereka melakukan perlawanan terhadap kaum
kompeni yang berlangsung dari tahun 1637 sampai dengan 1646.
Ketika pada tahun 1646 Kapahaha berhasil ditaklukkan oleh kaum
penjajah Belanda, maka semua rakyat kapahaha, para kapitan dan malesi
serta seluruh personil bantuan tersebut diturunkan dari Bentang
Kapahaha dan ditawan di pantai Teluk Telapuan (Teluk Sawatelu Morella).
Setelah adanya pengumuman pembebasan tawanan perang
kapahaha oleh gubernur Van Deimer, maka mereka mengadakan acara
perpisahan sebelum kembali ke daerah masing-masing, dalam acara
perpisahan itu di isi dengan lagu-lagu dan tari-tarian adat serta
sekelompok Pemuda Kapahaha mengadakan Atraksi Pukul Sapu Lidi.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 11
Hari itu yang bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 1646 mereka
memberikan nama bagi Rakyat Kapahaha yang akan mereka tinggalkan
dengan gelar Hausihu yang bermakna Kobaran Api Perjuangan (Kapahaha
Hausihu Holi Siwalima).
Sementara itu, Rakyat Kapahaha Hausihu oleh belanda tidak
diperkenangkan untuk kembali lagi ke Negeri Lama dipegunungan
dengan maksud untuk memudahkan pengawasan Belanda terhadap
mereka. Maka mereka kemudian menempati wilayah kurang lebih 3 km
kearah selatan dari arah Sawatelu yaitu wilayah Morella sekarang dengan
nama negerinya Hausihu Morella.
Negeri Hausihu Morella termasuk dalam wilayah Ulisailessy
bersama dengan Negeri Liang dan Negeri Waai. Khususnya untuk Negeri
Hausihu Morella terdapat beberapa dati-dati kecil seperti :
a. Huta Haha sebagai dati Tuhe
b. Ima Uli sebagai dati Manilet
c. Sia‟ Aman sebagai dati Sialana
d. Uli Kau sebagai dati tawainlatu
e. Uli Ina sebagai dati Leikawa
f. Ninggareta sebagai dati Ulath
g. Putulessy sebagai dati Latukau
h. Sipil sebagai dati Lekai
i. Ula Pokol sebagai dati Sasole
Kapata Hubungan Pela-Gandong Soya-Morella
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 12
Label : Tifa Soya & Sawat Morella Berpadu di Arena Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010 Author : Yus Kerubun
Berikut ini adalah sebuah Lani (Kapata) di Negeri Morella yang mengisahkan sejarah hubungan Negeri Morella dan Negeri Soya : METEN TUHE HITI NAISTITA NUSA (Meten Tuhe Hiti Keliling Pulau) PASOUTAMA NUSA YUPU LATU TAPI (Utusan Pemuka Pulau Latu Tapi) TOU NUSANIWE SIRIMAU MAHU (Pandang Nusa Niwe Jauh Terpisah) NIWE PAUKALA APONO PASO SOKO (Menggalak Niwe Dan Apono Menyatu) METEN LEHE NUSA NIWE (Meten Mendarat Ke Nusa Niwe) MO ETE SOHU SIRI MAU (Kamu-Kamu Liput Sirimau) SUPU YAMA RAILA YISASEHU (Jumpa Yama Raila Sendiri) SIRIMAU PAMAU YAMARAILA (Sirimau Pelindung Yamaraila) METEN PEHA LUASI MAE (Meten Berseruh Keduanya) TUHE HITI NAIKEULAI (Muncul Tuhe Dengan Hiti) HATA-HITI HUTU LIA YULAPOKO (Empat Berangkat Menuju Yulapoko) SAILAPUTI WELA WELA ANOMIA (Lambang Putih Lamai Meria) YUPU LATU LA HATE REIHATA (Latu Restu Empat Berjumpa) SOYA SOUHATU SABILA MARALESI (Jatuh Cinta Sabila Maralesi) LE ATANE HALE NUSA NIWE (Pindah Tempat Ke Nusa Niwe) NISA SIMI YUPULATU YISA SEHU (Turunan Yupulatu Yisa Sehu)
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 13
Kapata Hubungan Pela-Gandong Morella-Waai Kapata (Lani) di Negeri
Morella yang menceritrakan sejarah hubungan pela gandong Negeri
Morella dan Negeri Waai :
LETEKORI LAU YUPU TOWA PAILA (Zaman Nenek Moyang Sejak Dahulu Kala) SANE TAHA LEPAILA TUHARELLA (Turunan Dari Moyang Tuharella) RULA TAHINANO YINA TATIELYA (Dengan Istrinya Nenek Tatielia) HUNI YULAPOKO AMANUELA (Penghuni Ulapoko Amanuela) SANE KUTIKA LUWAI TAPASALA (Disuatu Saat Timbul Masalah) WALI AA KILINGSINA TAPIULA (YaituKedua Kakak Beradik Kilingsina dan Tapiula) RIHU SAMA KILINGSINA TAPIULA (Berpisah Tempat Tinggal Kilingsina dan Tapuila) TAPIULA TAKATA TIRI HAITA PAUKALA (Tapiula Ke Tatiri Pantai Baguala) KILINGSINA TAKA MOKI HAITA TUNUHALA (Kilingsina Ke Moki Pantai Tunuhala) TAPIULA KUPA HUNIMUA METIELA (Tapiula di Hunimua Tanjung Meti ela) KILINGSINA KUPA LATAELA (Kilingsina di Daratan Lataela) LEA ASELE TAISA SILA-SILA (Terbagi Turunan Dua Sila-sila)15 KAPA-KAPA WALI AA KAKULA (Bersatu Kembali Seperti Sedia Kala) HANU SOA HATU WAAI MORELLA (Membangun Persatuan Waai dan Morella)16
15 Label : Konvoi Lagu Gandong 4 Negeri Basudara (Morella, Waai,
Soya & Kaibobu) Usai Perayaan Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010 Author : Yus Kerubun
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 14
PUISI MORELLA Oleh: Bambang Widiatmoko Di sebuah rumah tua atap daun kering terpanggang abad Tiang kokoh tampak berkerut Tak ada lumut. Angin dari laut berhembus Takmampu menghalau gelisah Dalam cucuran keringat Berlelehan di tubuh tanpa sungut. Mungkin hanya peti besi tua Yang mampu menguak sejarah Negeri yang dulu berdiri dengan gagah Kini tampak letih - namun takmerasa kalah. Aku menemu malam bertabur bintang Dalam temaram cahayanya Gelombang laut februari terus berlari Mengejar mimpi lelaki sejati. Di dalam rumah tua Kilatan cahaya terus menerpa sejuta aksara yang tertulis di atas kertas - nasibnya sengsara seperti cinta sejati leluhur kita Engkau hapus debu yang menyelimutinya. Mungkin ada do'a para ulama di tubuhnya Kulihat cahaya melesat menembus cakrawala Barangkali juga mantera mengiringi laju perahu Tempat ikan berenag dan menunggu Di rumah tua - aku tertegun malu. Morella telah menjadi nyala api di hati Seribu kitab tersimpan dalam almari besi Menyembunyikan rasa nyeri Menyembunyikan air mata leluhur kami Menyembunyikan diriku di balik jeruji nurani.
16 Sumber : Bapak Sulaiman Latukau (Tua Adat Negeri Morella)
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 15
Foto: Naskah Peninggalan di Rumah Tua Marga Manilet, Negeri Morella. (By: FKSB 2006)
Ini adalah foto Masjid Morella di tahun 1927 yang tersimpan di
Moluks Historisch Museum (Utrecht - Netherlands). Foto ini merupakan
kiriman dari Pendeta Dr. Jacky Manuputty di Hartford Amerika
untuk Faida Azuz Sialana dan masyarakat Negeri Morella pada tanggal
20 September 2010. Untuk melihat beberapa foto Masjid Morella di tahun
1980-an sampai dengan 2010 serta foto Mimbar Masjid dan Ukiran
Kaliqrafi masjid pertama silahkan kunjungi.17
Di bawah pohon mintanggur kami duduk berhadapan Saling mengukur dalamnya laut yang telah kami pahat
17 SUMBER : http://tifatomasiwa.blogspot.com/Foto Masjid Al-Muttaqien Morella
di Tahun 1927
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 16
Lalu berebut dengan waktu „tuk menulis cerita di pasir Lutut kami telah tinggal sejarak Telah sampai di hidungku wangi badannya Sambil terus menghirupnya, kukatup mata karena kalah bertaut dengannya Wangi itu menjalari semua ruang tubuhku Kepalaku telah kuteduhkan di dadanya Hmhm..sambil ku genggam tak lepas ujung kebayanya Lalu tiba saat perahu itu datang menghampiri kami Ku tau kapata terakhir akan segera dinyanyikannya Karena bunyi suling mulai melengking putus putus Auw ana‟u ee.. terbanglah mengikuti mimpi Bukalah sayapmu menutupi langit Telingakan pada semua akan asalmu Berumahlah di sana meski aku tetap di sini Aku sedikitpun tak meragukanmu Karena di tiap malam sejak kau kecil telah kutiup ubun-ubunmu, untuk nyanyikan alamat di mana ku tanam ari-arimu Pergilah rebut mimpimu Aku sedikitpun tak meragukanmu Karena ku tahu kau tak mampu berpaling dariku Berlayarlah jauh-jauh selama laut masih berwarna biru Aku sedikitpun tak meragukanmu Karena ku yakin kau tak mampu mencungkil ari-arimu di sini, Di tempat kita duduk.. Mintanggur = Pohon kayu besar mirip beringin yang tumbuh di pinggir pantai Kapata = Nyanyian dalam bahasa daerah, biasanya mengisahkan kepahlawanan, nasihat, atau cerita tentang asal muasal negeri/kampung. Auw ana'u ee = anakku
e) Aroha di Pelauw Maluku Tengah
Ma'atenun Pakapita atau dengan kata lain Tarian Cakalele adalah
salah budaya yang di wariskan oleh para Leluhur Negeri Pelauw kepada
anak cucu meraka untuk selalu di lestarikan dan di jaga nilai - nilai
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 17
budayanya, Tarian Cakalele wajib di ikuti oleh putra asli pelauw atau
yang ada hubungan darahnya dengan pelauw, adapun syarat - syarat
untuk mengikuti atau menjadi peserta dalam Tarian Cakalele tersebut,
persyaratan itu antara lain, harus mendapatkan restuh dari kedua orang
tua atau sanak saudara, harus sudah di sunat dll.
Tarian Cakalele itu sendiri terbagi atas 4 kelompok atau 4 regu, regu
yang pertama Matasiri, regu yang kedua Waelapia, Regu yang ketiga
Kapala Air dan regu yang kempat Sanaji, ke empat regu tersebut akan
masuk bergantian ke halaman Mesjid Pelauw dan melakukan beragam
macam atraksi sampai bunyi beduk Mesjid berhenti, setelah bunyi beduk
berhenti peserta Tarian Cakalele yang pertama tadi akan masuk ke
Baileuw untuk beristirahat sejenak menunggu peserta yang lainnya.
Setelah mereka masuk akan di gantikan dengan regu atau kelompok
yang kedua dan seterusnya hingga semua kelompok mendapatkan
gilirannya, setelah semuanya sudah mendapatkan giliran untuk beratraksi
di depan halaman Mesjid, maka semuanya akan masuk dan bergabung
dengan kelompok pertama tadi untuk melalukan doa bersama dan
menandakan usai sudah kegiatan Tarian Cakalele yang sakral itu... ini lah
cerita sekilas tentang perjalanan peserta Tarian Cakalele, kalau ada salah -
salah kata mohon di maafkan, bagi teman - taman pengen tahu
kelanjutannya bisa tanya aja ama orang tuanya
Adapun penyebaran agama Islam di Indonesia pada umumnya
berlangsung melalui dua proses. Pertama, penduduk pribumi
berhubungan dengan agama Islam kemudian menganutnya. Kedua,
orang-orang asing Asia, seperti Arab, India dan Cina yang telah beragama
Islam dan bertempat tinggal secara permanen di satu wilayah Indonesia,
telah melakukan perkawinan campuran dan mengikuti budaya hidup
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 18
local. Dimungkinkan kedua proses ini berjalan secara bersamaan.18
Adapun mengenai proses masuk dan berkembangnya agama Islam ke
Indonesia, para sarjana dan peneliti sepakat bahwa Islamisasi itu berjalan
secara damai, meskipun ada juga penggunaaan kekuatan oleh penguasa
muslim Indonesia untuk mengislamkan rakyat atau masyarakatnya.19 Dan
secara umum akhirnya Islam diterima tanpa meninggalkan kepercayaan
dan praktek keagamaan yang lama. Hal ini disebabkan oleh adanya
penyebaran Islam secara damai dan tanpa kekerasan.
Kedatangan Islam selalu mengakibatkan adanya perombakan
masyarakat atau “pengalihan bentuk” yakni adanya transformasi sosial
menuju ke arah yang lebih baik. Tapi, pada saat yang sama, kedatangan
Islam tidak mesti memotong masa lampau masyarakat itu sendiri
(disruptif), Islam dapat juga ikut melestarikan apa saja yang baik dan benar
dari masa itu dan bisa dipertahankan dalam ajaran universal Islam.20
Demikian pandangan dari Nurcholis Madjid.
Demikianlah proses akulturasi Islam dimulai, sebuah perjalanan
yang berliku dan membutuhkan waktu yang panjang hingga kemudian
didapatilah Islam yang semua bisa menyaksikan, yakni Islam Indonesia.
f) Dabus di Geser Seram bagian Timur
Sejarah dabus jika ditafsirkan secara sosiologis ia bersentuhan dari
Iran. Para penyebar Islam Syi‟ah yang datang di Maluku kemudian
melakukan interaksi social dan pada saat hari-hari besar tertentu mereka
membuat acara ritual sebagai kecintaan pada tokoh-tokoh tertentu dalam
18M.C.Ricklefs, Sejarah Indonesia Moedern, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1991), h. 3.
19SKI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka, 2006), h. 33.
20Dr. Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 552.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 19
memberikan wasila untuk mencapai ridha Allah swt.21 Persoalan dabus di
Maluku setelah di tafsirkan perjalannnya maka model dan coraknya telah
beringkulturasi dengan budaya lokal di Maluku.
Secara geografi Geser yang saat ini telah menjadi Kabupaten baru
memiliki banyak peradaban Islam yang dijadikan sebagai media untuk
mencapai puncak spiritual. Misalnya pada perayaan maulid Nabi
Muhammad saw masyarakat Seram Bagian Timur, melakukan selama
satu hari satu malam dengan melantunkan bacaan-bacaan Barzanji yang
berisi pujian-pujian pada Rasulullah saw.
g) Ritul Memandikan Kain Gajah dan Kora-Kora di Banda
Tentu bukanlah sebuah berita yang asing bahwa sebagian besar
penduduk Indonesia masih percaya hal-hal bersifat magis serta
menjunjung tinggi tradisi nenek moyang yang bernuansa mitologi
legendaris. Hampir seluruh suku yang ada di Indonesia memiliki tradisi
khas yang terkadang cenderung magis dengan gaya mereka masing
masing serta bumbu mitos dan mistis di baliknya. Memang, keberadaan
tradisi spiritual magis tersebut nyatanya sudah mendarah daging dari
kehidupan masyarakat Indonesia.
Setiap tradisi adat yang ada pun memiliki fungsi dan manfaatnya
dan salah satunya sebagai pengikat masyarakat suatu suku, daerah atau
wilayah, tidak hanya yang dari satu generasi saja, tetapi sudah mencakup
beberapa generasi yang bertahan puluhan bahkan ratusan tahun lamanya.
Salah satu tradisi magis di Indonesia yang perlu ada dan menarik untuk
ditonton adalah tradisi Cuci Parigi di Kepulauan Banda, Maluku.
Cuci Parigi adalah tradisi mensucikan atau mencuci sumur (parigi)
yang bernuansa magis namun demikian memiliki nilai budaya yang
21Usman Thalib Dosen Sejarah Universitas Pattimura, wawancara di Kampus IAIN
Ambon 23 Maret 2014.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 20
patut dilestarikan. Cuci parigi dikenal masyarakat dunia sebagai sebagai
Rofaerwar. Bagi masyarakat asli Kepulauan Banda, Cuci Parigi
merupakan tradisi terpenting dan besar sehingga meski mereka berada di
perantauan, banyak dari mereka memilih pulang dari perantauan hanya
untuk mengikuti rangkaian tradisi magis ini. Mereka bahkan berbondong
bondong menyewa kapal untuk mengantar ke kampung halaman. Di
samping menarik perhatian masyarakat kepualauan Banda dari
perantauan, perhelatan tradisi ini juga melibatkan masyarakat di Maluku
dan Sulawesi.
Ritual utama cuci parig ini adalah membersihkan dua sumur kembar
yang berusia ratusan tahun yang berlokasi di Desa Lonthoir, Banda Neira,
Maluku. Menurut penduduk setempat, Desa Lonthoir merupakan desa
tertua di Kepulauan Banda. Lokasi sumur kembar ini terletak di atas
bukit kurang lebih sekitar 300 meter di atas permukaan laut dan memiliki
kedalaman sekitar empat meter. Secara akal sehat, letak sumur ini yang
berada di ketinggian sebenarnya mustahil menjadi sumur dan terdapat
sumber air yang melimpah, namun inilah keajaiban dan magis yang ada.
Selain itu, sumur kembar itu tidak kering saat musim kemarau.
Diantara dua sumur yang berdampingan ini, hanya salah satunya
dikeramatkan dan yang lainnya berfungsi layaknya sumur biasa untuk
mengambil air. Sumur ini dianggap keramat karena dahulu menjadi saksi
sebagai tempat pembantaian warga Kepulauan Banda oleh penjajah
Belanda.
Ritual cuci parigi ini dimulai dengan mengajak seluruh pengunjung
yang datang untuk menuju Sumur Kembar. Lalu, mereka akan
memotong sebuah kain yang diberi nama Kain Gajah dengan panjang
kurang lebih seratus meter dan lebar satu meter. Kemudian, mereka
memasukkan kain tersebut ke dalam sumur yang bertujuan untuk
mengeringkan air di dalam sumur.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 21
Memang terdengar aneh bahkan hampir mustahil yang namanya
sumur bisa kering hanya dengan kain saja. Namun, dan inilah letak
keajaiban dan kemagisan ritual Cuci Parigi. Rahasianya, benar benar
rahasia mengapa ini bisa terjadi dan hanya pemuka adat yang mengetahui
bagaimana Kain Gajah sakti tersebut bekerja mengeringkan air sumur.
Setelah sumur dianggap sudah kering serta mata air sumur ini sudah
tidak mengalir lagi, Kain Gajah akan ditarik keluar disertai iringan lagu
lagu daerah khas Banda yang syairnya tersirat mantra magis. Setelah
ditarik maka kain tersebut akan dipotong oleh para gadis desa yang
kemudian diarak menuju pantai.
Sayangnya, ritual ini jarang dilakukan. Cuci Parigi hanya dihelat
satu kali dalam lima tahun, terkadang juga disesuaikan dengan
kepentingan adat, biasanya berlangsung antara bulan Agustus sampai
November. Kemagisan cuci parigi senantiasa menarik perhatian
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Cuci Parigi.
h) Naskah Kuno di Morella dan Hila
Proses terbentuknya peradaban Islam di Maluku dilakukan oleh
para pedagang dari tanah Arab, Yaman, dan para Sufi.22 Islamisasi di
Maluku awalnya tidak terlepas dari peran Pangeran Jamilu dari Jailolo
Kieraha sebagai penyebar Islam pertama di Maluku kemudian dilanjutkan
oleh anaknya yang bernama Imam Rijali sebagai motor penggerak
dakwah dan perjuangan atas nama bangsa Indonesia.
Salah satu bukti naskah bahwa Imam Rijali sebagai penggerak
dakwah masa lalu adalah bukunya yang ditulis di Gowa yang berjudul
Hikayat Tanah Hitu. Buku ini menjadi monumental ketika J.Z. Osama
ketika penyelesaian Doktornya in menelaah karya-karya Imam Rijali
22Abdul Rahman Umarellah, Kitab Shawalat Kepada rasulullah saw sebagai media
untuk mencapai derajat taqwa.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 22
sehingga ia mendapat gelar Doktor di Belanda sebagai sejarawan dan
Sosiolog.
i) Sawat Tual (Maluku Tenggara).
Peradaban Islam bidang seni budaya seperti tari sawat yang sering
dilakukan di Kabupaten Tenggara (Tual). Tual, adalah masyarakat adat di
Kepulauan Kei, ia memiliki beragam potensi budaya dan kearifan lokal
yang terus dilestarikan serta dapat dikelola untuk mendatangkan
pendapatan bagi daerah. Salah satunya, tari Sawat, salah satu tarian
tradisional Kei yang dapat dijadikan keunggulan masyarakat Kei.
Melihat potensi ini, Komando Distrik Militer 1503/Maluku
Tenggara mencoba mengangkat peradaban Islam sebagai bagian dari
kearifan lokal itu dengan menggelar perlombaan tari sawat bagi kalangan
muda. Sebagai langkah awal, peradaban Islam ini Kodim menggelar
perlombaan yang mengikutsertakan tim tari siswa/siswi SMA se-
Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual.
Perlombaan ini memberikan kontribusi dalam melestarikan seni
budaya Islam di kabupaten Maluku Tenggara. Kegiatan tarian sayawat ini
cukup menarik dan pusat perhatian masyarakat terutama kalangan
sekolah yang mendaftarkan tim tari saat mengikuti perlombaan tarian
sawat. Tercatat sebelas tim akan mementaskan kreaktifitas seni budaya
Islam mereka di atas panggung. "Tujuan dari perlombaan tari sawat
tingkat SMA merupakan program Kodim 1503/Malra untuk mengangkat
budaya Kei bagi generasai muda di daerah ini," ungkap Ketua panitia
pelaksana lomba tari sawat tingkat SMA se-Kabupaten Malra dan Kota
Tual, Mayor (Inf) Vinsenslaus Jemudin dalam sambutan pembukaan
lomba tari sawat di Aula Makodim Malra, Kamis (12/9) pekan kemarin.
Dikatakan, pementasan tari sawat bertujuan untuk mengembangkan
potensi sumberdaya manusia dibidang olahraga maupun seni budaya
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 23
yang dapat dikembangkan. Tidak saja itu, bertujuan pula meningkatkan
rasa cinta terhadap tanah air dan kesatuan bangsa khusus bagi kalangan
generasi muda.
Sebelumnya, Dandim 1503/Malra, Letkol (Inf) Agus Sasmita
menuturkan pelaksanaan lomba itu bertepatan dengan peringatan Hari
Ulang Tahun TNI pada 5 Oktober mendatang. Karena itu lomba itu
dimasukan sebagai salah satu lomba jelang peringatan HUT TNI. "Ini
merupakan program internal Kodim dan berdekatan dengan jelang HUT
TNI maka telah menjadi salah satu agenda lomba jelang HUT TNI
tersebut," ujarnya kepada Ambon Ekspres.
Dijelaskan, perlombaan tari sawat memiliki hubungan dengan tugas
Kodim yaitu bimbingan teritorial (bimter) dimana adanya bimter
kreaktifitas salah satunya dengan mengangkat potensi kearifan lokal.
Selain lomba tari sawat, HUT TNI kali ini dirayakan dengan bahkti TNI
yang dipusatkan di rumah-rumah ibadah.
"Semoga kegiatan ini mengunggah pemerintah daerah dan seluruh
pihak jika potensi tari tradisional dapat menjadi keunggulan bagi daerah
yang dapat juga mendatangkan keuntungan bagi daerah khususnya
Masyarakat Maluku yang memiliki kepedulian menjaga eksotis seni
budaya Islam sebagai kekayaan khzanah peradaban Islam di Maluku.
C. PENUTUP
Peradaban Islam Maluku memiliki kekayaan budaya yang sangat tinggi
karena sejak lahir di tanah Arab ia telah tumbuh berkembang melewati
berbagai ruang, waktu, dataran, dan beradabtasi dengan berbagai
pacam pergumulan pemikiran. Selain itu Islam Maluku juga sangat
kental dengan budaya lokal yang memperindah cakrawalanya
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 24
sehingga banyak meninggalkan artefak sejarah yang dapat menjadi
pelajaran besar bagi generasi selanjutnya sehingga visi dan misi
Rasulullah di bumi bias berjalan sesuai syariat Islam yang bernuasa
rahmatalli‟alamin.
D. PUSTAKA
Azyumardi Azrah, Jaringan Ulama Nusantara (Cet. II; Jakarta: 2008), h. 44.
Kementerian Agama Republik Indonesia: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar (Jurnal Al-Qalam Volume 19 Nomor 2 November 2013), h.232
Muhammad As‟ad dan Muh. Idham dkk, Buah Pena Sang Ulama (Cet. I; Jakarta: Orbit Publishing Jakarta: 2011), h. 242.
H. Rustam E. Tamburaka, Ilmu Sejarah, Teori Sejarah, Filsafat, dan IPTEK (Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 91.
H. Faisal Bakti, Nation Bilding: Kontribusi Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kebangkitan Bangsa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Curia Press, 2006), h. 91.
1Samiang Katu, Pasang Ri Kajang : Kajian tentang Akomodasi Islam dengan Budaya Lokas di Sulawesi Selatan, (Makassar: PPIM, 2000), h. 63.
Talcott Parson, Sistem Interactional Civil Society (New York: Sage publishing, 2003), h. 210.
Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab. Terj. Usuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Yogyakarta : Pustaka Iqra, 2001), h. 16
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 20
Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta : Teraju, 2003), h. 7.
Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Fakultas ekonomi UI, 2008), h. 113.
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 25
M.C.Ricklefs, Sejarah Indonesia Moedern, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1991), h. 3.
SKI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka, 2006), h. 33.
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 552.
Lampiran Gambar Peradaban Islam Maluku
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 26
PERADABAN ISLAM MALUKU TENTANG TIANG ALIF
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 27
Dabus Dari Geser
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 28
PERADABAN ISLAM TENTANG PUKUL SAPU
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 29
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 30
PERADABAN ISLAM BIDANG CAKALELE
PERADABAN ISLAM BIDANG CAKALELE
PERADABAN ISLAM BIDANG CAKALELE
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 31
PERADABAN ISLAM TENTANG NASKAH KUNO DI MALUKU
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 32
PERADABAN ISLAM TENTANG NASKAH KUNO DI MALUKU
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 33
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 34
PERADABAN ISLAM DI BANDA
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 35
Peradaban Islam (tarian Sawat Kab. SBT)
Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku 36