t he a sia f oundation prakata · dilaksanakan oleh the asia foundation untuk memonitor dan menilai...

39
T H E A S I A F O U N D AT I O N 1 First Indonesia Rapid Decentralization Appraisal Synopsis of Findings PRAKATA Laporan ini menyajikan temuan-temuan dari Indonesia Rapid Decentralization Appraisal (IRDA) Pertama yang dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di Indonesia. Program ini dilakukan antara bulan November 2001 dan Februari 2002. IRDA berupaya untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan desentralisasi dari sudut pandang daerah dan membawa sudut pandang tersebut ke tingkat nasional. Diharapkan bahwa IRDA dapat menghasilkan suatu penilaian yang dapat dipercaya, tepat waktu dan objektif yang dapat digunakan sebagai masukan bagi pembuatan kebijakan. Temuan-temuan IRDA ditujukan sebagai masukan bagi semua pihak, dan terutama sebagai panduan bagi pengambil keputusan dan pelaku kebijakan Indonesia di era desentralisasi. IRDA Pertama telah dilakukan di 4 kota, 8 kabupaten di 13 propinsi. IRDA meninjau hal-hal penting berkaitan dengan proses desentralisasi di bidang devolusi personel, aset dan reorganisasi pemerintah daerah, desentralisasi fiscal, layanan publik, transparansi, akuntabilitas dan partisipasi civil society, hubungan antar pemerintah daerah, dan pemahaman mengenai konsep otonomi daerah itu sendiri. Dalam pelaksanaan penelitian ini, The Asia Foundation bermitra dengan institusi-institusi daerah dan dalam kesempatan ini hendak berterimakasih atas dedikasi dan kerja profesional dari mitra-mitra kami sebagai berikut: Pusat Studi Wanita (PSW), Universitas Sumatera Utara (USU); Indonesian Partnership on Governance Initiatives (IPGI); Center for Micro and Small Enterprise Dynamics (CEMSED) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW); Yayasan Persemaian Cinta Kemanusiaan (PERCIK); Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM); Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK); Pusat Penelitian Otonomi Daerah Universitas Udayana; Yayasan KOSLATA; Yayasan Madanika; Lembaga Managemen dan Pengkajian Pembangunan (LMPP) - Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT); Lembaga Penelitian - Universitas Cendrawasih, Papua; and Center of Economic and Social Studies (CESS). The Asia Foundation juga mengucapkan terimakasih kepada semua stakeholder yang telah turut berpartisipasi di semua tahapan IRDA Pertama. Kami juga mengucapkan terimakasih atas dukungan dana dan perhatian dari USAID pada program ini. The Asia Foundation mengundang tanggapan atas laporan ini. Douglas E. Ramage THE ASIA FOUNDATION Representative May 2002

Upload: duongcong

Post on 12-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

1

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

PRAKATA

Laporan ini menyajikan temuan-temuan dari Indonesia Rapid Decentralization Appraisal (IRDA) Pertama yang

dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di Indonesia.

Program ini dilakukan antara bulan November 2001 dan Februari 2002. IRDA berupaya untuk memberikan

gambaran mengenai perkembangan desentralisasi dari sudut pandang daerah dan membawa sudut pandang

tersebut ke tingkat nasional. Diharapkan bahwa IRDA dapat menghasilkan suatu penilaian yang dapat

dipercaya, tepat waktu dan objektif yang dapat digunakan sebagai masukan bagi pembuatan kebijakan.

Temuan-temuan IRDA ditujukan sebagai masukan bagi semua pihak, dan terutama sebagai panduan bagi

pengambil keputusan dan pelaku kebijakan Indonesia di era desentralisasi. IRDA Pertama telah dilakukan di 4

kota, 8 kabupaten di 13 propinsi. IRDA meninjau hal-hal penting berkaitan dengan proses desentralisasi di

bidang devolusi personel, aset dan reorganisasi pemerintah daerah, desentralisasi fiscal, layanan publik,

transparansi, akuntabilitas dan partisipasi civil society, hubungan antar pemerintah daerah, dan pemahaman

mengenai konsep otonomi daerah itu sendiri.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, The Asia Foundation bermitra dengan institusi-institusi daerah dan dalam

kesempatan ini hendak berterimakasih atas dedikasi dan kerja profesional dari mitra-mitra kami sebagai

berikut: Pusat Studi Wanita (PSW), Universitas Sumatera Utara (USU); Indonesian Partnership on Governance

Initiatives (IPGI); Center for Micro and Small Enterprise Dynamics (CEMSED) � Universitas Kristen Satya

Wacana (UKSW); Yayasan Persemaian Cinta Kemanusiaan (PERCIK); Pusat Studi Kependudukan dan

Kebijakan (PSKK) � Universitas Gadjah Mada (UGM); Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil

(PUPUK); Pusat Penelitian Otonomi Daerah Universitas Udayana; Yayasan KOSLATA; Yayasan Madanika;

Lembaga Managemen dan Pengkajian Pembangunan (LMPP) - Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT);

Lembaga Penelitian - Universitas Cendrawasih, Papua; and Center of Economic and Social Studies (CESS).

The Asia Foundation juga mengucapkan terimakasih kepada semua stakeholder yang telah turut berpartisipasi

di semua tahapan IRDA Pertama. Kami juga mengucapkan terimakasih atas dukungan dana dan perhatian dari

USAID pada program ini. The Asia Foundation mengundang tanggapan atas laporan ini.

Douglas E. Ramage

THE ASIA FOUNDATION

Representative

May 2002

Page 2: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

2F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

INDONESIA RAPID DECENTRALIZATIONAPPRAISAL (IRDA) PERTAMA

SINOPSIS HASIL TEMUANKesimpulan Eksekutif

UU No.22 /1999 dan UU No.25/1999 berjalan secara penuh mulai Januari 2001. UU Otonomi Daerah (Otda)tersebut memberikan kerangka peraturan dalam desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat. Dengandemikian, pemerintah daerah akan memiliki tanggung jawab baru dalam mengelola wilayah mereka sendiri.

IRDA dikembangkan oleh The Asia Foundation dengan dukungan United State Agency for InternationalDevelopment (USAID) bekerjasama dengan mitra kerja di tingkat lokal, penilaian ini merupakan sebuah prosespartisipasi. IRDA ditujukan untuk memberikan informasi terkini kepada berbagai stake holder, sertamemfasilitasi tindakan untuk mendorong pelaksanaan desentralisasi ke depan. Pelaku atau stakeholdersmerupakan sumber data sekaligus penganalisis data. IRDA melengkapi kegiatan pemantauan dan evaluasi yangsedang dikembangkan pemerintah Indonesia. Selain itu, tentu, program ini diharapkan dapat memberikontribusi berupa masukan kepada sistem pemerintahan.

Temuan IRDA Pertama menunjukkan bahwa satu tahun setelah pelaksanaan otonomi daerah berlangsung,ternyata tidak seluruh pemerintah daerah pada kabupaten/kota yang disurvei mampu mengintepretasikan keduaUU tersebut dengan baik. Faktor yang menjadi penentu pelaksanaan otonomi daerah, di mana pemerintahdituntut untuk memperbaiki seluruh kualitas layanan publik, adalah sumber finansial dan lembagakepemerintahan.

Dengan menggunakan teknik-teknik partisipatif dalam analisis data, IRDA memaparkan lima tema umum yangmenggambarkan status dan arah desentralisasi:� Adanya peningkatan kesadaran dan apresiasi terhadap pentingnya partisipasi masyarakat dalam

pemerintahan daerah.� Pemerintah daerah berkomitmen untuk merealisasikan tuntutan masyarakat atas perbaikan layanan. � Pemerintah daerah memahami bahwa jalan keluar dari tekanan inefisiensi administratif yang timbul akibat

besarnya jumlah pegawai yang harus diakomodasi adalah melalui reorganisasi tata kerja dan restrukturisasikelembagaan, dan bukannya pengurangan jumlah pegawai.

� Karena besarnya pengalihan tersebut, pemerintah daerah berupaya untuk meningkatkan pendapatan aslidaerah melalui peningkatan penerimaan pajak dan retribusi. Masyarakat juga menuntut dialog yang lebihterbuka, serta konsultasi dalam alokasi anggaran.

� Kerja sama dan sinkronisasi informasi antarpemerintah daerah dan antara pemerintah daerah tingkatkabupaten dengan pemerintah Propinsi dalam pemecahan masalah.

Hasil pengolahan juga menghasilkan isu-isu yang bertentangan, yang penting dalam menginterpretasikan dataIRDA pertama. Isu-isu berikut ini perlu memperoleh perhatian lebih lanjut bagi pelaksanaan IRDA selanjutnya.� Penduduk di daerah secara umum memahami prinsip-prinsip yang berhubungan dengan konsep otonomi,

akan tetapi interpretasi mereka akan konsep tersebut sangat beragam.� Partisipasi wanita dalam proses pengambilan keputusan masih rendah dan terbatas.� Tidak adanya hubungan antara sistem politik dan otonomi daerah.� Proses pengalihan aset tidak jelas.� Proses pengambilan kebijakan dana alokasi umum (DAU) juga tidak jelas, dan pemahaman daerah

mengenai hal ini sangat terbatas.

Akan ada lima rangkaian IRDA hingga 2004. Oleh karena itu, IRDA akan terus memberikan dukungan bagipemerintah dan masyarakat Indonesia untuk merealisasikan desentralisasi.

Page 3: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

I. PENDAHULUAN

Indonesia Rapid Decentralization Appraisal (IRDA) adalah kegiatan pemantauan yang dikembangkan oleh

The Asia Foundation dan didanai oleh USAID dalam mendukung usaha desentralisasi di Indonesia.

Dengan memperbaiki pola penilaian yang sama, yang sudah dilakukan Filipina dalam sepuluh tahun

belakangan ini, program IRDA akan mengikuti kemajuan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dalam

selang waktu reguler. Hingga 2004, direncanakan akan ada lima penilaian.

IRDA bertujuan untuk memberikan umpan balik bagi perkembangan desentralisasi. Sehingga, penyesuaian

kebijakan dapat dilakukan untuk mengarahkan usaha-usaha menuju visi otonomi daerah yang dicakup

dalam UU No.22/1999 dan UU No.25/1999. Dirancang untuk menghasilkan penilaian yang tidak bias dan

kredibel, IRDA secara khusus mencermati melalui pemaparan pengalaman aktual pemerintah daerah dalam

mengelola dan menjalankan tanggung jawab dan wewenang baru. Oleh karena itu, IRDA menekankan

pada perspektif daerah dan menandai arah kebijakan yang diambil oleh daerah dalam menginterpretasikan

kedua UU otonomi tersebut.

Karena desentralisasi dilaksanakan di daerah, pandangan pelaku kebijakan di daerahlah yang diperlukan

untuk memaparkan perkembangan desentralisasi. Hingga akhirnya, proses IRDA melibatkan sebuah tim

analisis, yang terbentuk dari berbagai lembaga penelitian lokal berpengalaman serta individu yang paham

akan masalah otonomi daerah. Selain itu, IRDA mengembangkan teknik-teknik partisipatif dalam

pengumpulan data untuk menjamin kepemilikan dan kesahihan data yang dikumpulkan.

Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah saat ini menunjukkan langkah-langkah atau inovasi

yang positif. Proses IRDA dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor pendukung, yang memungkinkan

pendekatan dalam kebijakan otonomi terwujud, sekaligus faktor penghambatnya. Langkah selanjutnya

adalah memformulasikan rekomendasi bagi keberlangsungan pendekatan tersebut dan memfokuskan pada

masalah-masalah yang mungkin timbul. Rekomendasi ini diarahkan kepada berbagai pelaku kebijakan dari

pemerintah (baik pusat maupun daerah), masyarakat madani, dan lembaga donor internasional � pemberi

bantuan program-program yang berhubungan dengan desentralisasi di Indonesia.

A. METODOLOGI

IRDA menggunakan metode evaluasi dalam memantau desentralisasi di Indonesia. IRDA merupakan

bagian dari metode evaluasi lainnya, seperti Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural

Appraisal (PRA) yang menggunakan teknik pengumpulan data informal, yakni wawancara semi-terstruktur

dan analisis data sekunder. Kendati secara umum metode yang digunakan bersifat kualitatif, namun

pengumpulan informasi dan analisis dilakukan berdasarkan data kualitatif dan kuantitatif.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

3

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 4: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

Alat pengumpulan data utama merupakan wawancara dengan informan kunci dan diskusi kelompok.

Penggunaan bermacam alat dan metode memungkinkan bagi triangulasi dan validasi data dari berbagai

sumber. Proses pengembangan analisis dan rekomendasi juga dilakukan secara partisipatif. Oleh karena itu,

dengan memaksimalkan penggunaan metode partisipatif, proses IRDA itu sendiri membantu

mengembangkan mekanisme dialog di antara aktor-aktor kunci di tingkat pusat dan daerah.

Tahapan dalam Proses IRDA

Seperti diilustrasikan dalam Gambar 1, proses IRDA merupakan siklus dengan banyak tahapan.

Agenda Penelitian. Fase ini merupakan tahap penyusunan agenda. Ini melibatkan partisipasi dalam

inventarisasi persoalan mengenai isu apa yang harus dicermati, berakar pada kepentingan pelaku kebijakan.

Isu utama masih tetap sama dari tahun ke tahun, yakni memfasilitasi IRDA untuk mengukur kemajuan

desentralisasi secara konsisten. Isu-isu baru dapat ditambahkan ke dalam siklus, berdasarkan masukan dari

pelaku kebijakan.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

4

Penulisan Laporan

Seminar

Presentation Presentasi diTingkat Nasional

Penulisan LaporanSinopsis

Agenda Penelitian

Perumusan MateriWawancara dan Diskusi

Seminar Briefing

Pengumpulan Data

Tahapan dalam Proses IRDA

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Presentasi Publik diTingkat Daerah

Page 5: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

Perumusan Materi Wawancara dan Diskusi. Kelompok yang mewakili pemerintah, masyarakat sipil,

sektor swasta, dan lembaga/kelompok kerja desentralisasi menyaring tema dan isu-isu untuk merumuskan

materi dan pertanyaan wawancara dan diskusi.

Seminar Briefing. Briefing mengenai parameter evaluasi, agenda penelitian, materi wawancara, dan

metode pengumpulan data bagi mitra peneliti lokal menjamin bahwa seluruh institusi yang akan

menjalankan IRDA memiliki pemahaman dan persepsi yang sama. Sebagai bagian dari komitmen the Asia

Foundation untuk membangun kapasitas institusi lokal, dan akhirnya sebagai alih-teknologi, mitra peneliti

diikutsertakan dalam proses pengumpulan data. Pengenalan terhadap daerah yang menjadi target sangat

signifikan karena para peneliti tersebut harus memahami spesifikasi isu desentralisasi di daerah tersebut.

Pengumpulan Data. Para peneliti kemudian mengumpulkan informasi dengan melakukan serangkaian

pendekatan multi-stakeholders, pertemuan partisipatif dan konsultasi melalui diskusi interaktif sebagai

teknik utama dalam pengumpulan data. Pengumpulan data dari dialog interaktif antar pelaku kebijakan

divalidasi dan ditingkatkan melalui wawancara dengan informan kunci dan analisis data sekunder, seperti

anggaran dan peraturan daerah.

Penulisan Laporan. Setiap mitra peneliti lokal menyiapkan laporan menyeluruh seluruh data yang

dikumpulkan. Data sekunder yang mendukung temuan penelitian ditambahkan dalam laporan.

Seminar Synthesis. Sasaran dari seminar ini adalah untuk mensintesakan analisis kolektif dari data yang

terkumpul dan untuk mengembangkan konsesus berdasarkan kesimpulan pengamatan empiris.

Presentasi di Tingkat Nasional. Temuan-temuan ini kemudian dipresentasikan pada forum di tingkat

nasional, yang akan membawa pandangan-pandangan di daerah sebagai masukan bagi pengambil

kebijakan.

Penulisan Laporan Sinopsis. Laporan Sinopsis laporan mengintegrasikan seluruh masukan yang

terkumpul selama proses IRDA.

Presentasi Publik di Tingkat Daerah. Tahapan ini melengkapi siklus dengan membawa kembali

informasi dan analisis kepada pemerintah daerah. Ini juga merupakan tahapan di mana semua masukan

bagi tema-tema baru untuk putaran berikutnya dikumpulkan.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

5

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 6: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

B. DAERAH

IRDA dilaksanakan di 13 daerah (lihat peta), dan menjadi landasan bagi evaluasi berikutnya. Daerah ini

secara garis besar mewakili berbagai karakteristik berdasarkan Human Development Index (HDI), Gross

Regional Domestic Product (GRDP), dan sumber daya

sektoral yang dimiliki. Lebih banyak daerah akan

dimasukkan sebagai wilayah sasaran pada putaran

berikutnya.

C. RESPONDEN

Responden meliputi seluruh lingkup pelaku kebijakan di

daerah. Mereka adalah eksekutif daerah (Gubernur,

Walikota/Bupati, Sekretaris Daerah, Kepala Departemen

dan Dinas, Kepala Desa/Kelurahan), anggota DPRD,

anggota masyarakat. Anggota masyarakat mencakup

pemimpin-pemimpin agama, penduduk dari komunitas

T H E A S I A F O U N D A T I O N

6F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Jayapu

Minahasa

Lombok Barat

Pontianak

Deli Serdang

South China Sea

Indian Ocean

Banda Sea

FIRST IRDA Research Sites

Gianyar

Sidoarjo

SalatigaBantul

SemarangIndramayu

Bandung

Jakarta

TOTAL RESPONDEN 1.199Laki-laki 87%Perempuan 13%

Total Pemerintahan 62%Desa/Kelurahan 22%Kota/Kabupaten 28%Provinsi 12%

Kelompok Civil Society 38%Jumlah Diskusi Kelompok 55

RIWAYAT RESPONDEN

Page 7: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

7

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

lokal, perwakilan organisasi non-pemerintah, pelaku bisnis, dan akademisi. Mengumpulkan informasi dari

berbagai pelaku dengan pengetahuan dan tingkat kepentingan yang berbeda memungkinkan terjadinya

triangulasi dan validasi data dalam menyoroti pesoalan desentralisasi di tingkat lokal.

Meski proses penelitian memungkinkan mitra lokal bebas untuk mengidentifikasi responden, seleksi tetap

diarahkan pada kriteria berikut:

1. Pengetahuan dan pemahaman responden mengenai otonomi;

2. Pengalaman responden dalam pelaksanaan otonomi daerah;

3. Objektivitas responden dalam memberikan informasi yang tepat dan akurat tentang otonomi; dan

4. Kemauan responden untuk memberikan informasi dan data lainnya jika dimungkinkan.

D. KERANGKA IRDA PERTAMA

Pertanyaan inti dalam IRDA pertama ini adalah: �Setelah satu tahun pelaksanaan desentralisasi,

bagaimana keseluruhan perkembangan yang terjadi?� Untuk menggali pertanyaan ini, IRDA memfokuskan

evaluasi pada serangkaian tema yang dirumuskan melalui konsultasi awal dengan pelaku kebijakan di

dalam dan luar Jakarta. Pelaku-pelaku kebijakan ini mewakili berbagai sektor, seperti pemerintah,

kelompok masyarakat sipil, akademisi, dan bahkan lembaga donor yang terkait dalam upaya desentralisasi.

Topik atau isu mencakup berbagai hal khusus yang perlu dicermati, yang diperkirakan akan membawa

bentuk baru dalam perumusan desentralisasi. Topik-topik ini kemudian digunakan sebagai dasar dalam

penentuan variabel atau parameter evaluasi. IRDA berikutnya akan melanjutkan upaya-upaya desentralisasi

di area tersebut. Topik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

� Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi Masyarakat;

� Pelayanan Publik;

� Reorganisasi, Pelimpahan, dan Pengembangan Kemampuan;

� Masalah Fiskal;

� Hubungan Antarpemerintah; dan

� Konsep Otonomi dan Isu-isu yang bertentangan lainnya.

Page 8: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

Gambar 2 mengilustrasikan kerangka dari IRDA pertama.

PADA TAHUN PERTAMA PELAKSANAANNYA...

bagaimana keseluruhan perkembangan yang terjadi?

Kerangka ini merupakan sebuah visualisasi dari topik-topik atau isu-isu yang dinilai penting bagi pelaku

kebijakan dalam memahami perkembangan desentralisasi di Indonesia. Unit analisis adalah kotamadya

atau kabupaten, di mana tanggung jawab dan kewenangan lebih banyak didelegasikan. Memaparkan

dinamika pemerintah di tingkat kota/kabupaten perlu memasukkan penggambaran hubungannya dengan

tingkatan lain dari pemerintah daerah, seperti tingkat DATI I, desa, atau kelurahan. Oleh karena, tingkat

kota/kabupaten bekerja secara substansial di dalam lingkup ini.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

8F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS DANPARTISIPASI MASYARAKAT DALAMKEPEMERINTAHAN LOKALFaktor-faktor apa yang penting bagiketerlibatan masyarakat dalamkepemerintahan lokal, khususnya dalamlingkup transparansi dan akuntabilitas.

PELAYANAN PUBLIK DAN STANDARKINERJA PEMERINTAH DAERAHDengan cara apa pemerintah daerahmenjelaskan tujuan dan standar pelayanan?Apa yang menjadi prioritas?

PELIMPAHAN ASET DAN PEGAWAIApa yang menjadi hambatan dalam prosespemindahan pegawai dan aset dari pusat kedaerah? Bagaiman isu ini mempengaruhiupaya desentralisasi?PENGEMBANGAN ORGANISASIPerubahan apa yang telah dibuat dalamstruktur organisasi? Bagaimana pengaruh inimencerminkan arah ke depan yang perludilakukan oleh pemerintah daerah?PENGEMBANGAN KEMAMPUANSetelah pelimpahan pegawai, bagaimanakapabilitas pemerintah daerah? Apa yangmenjadi kebutuhan bagi pengembangankapabilitas dan bagaimana pemerintahmencermati hal ini?

MASALAH FISKAL:PEROLEHAN PENDAPATANDAN ANGARANBagaimana pemerintah memahamitanggung jawab fiskalnya?

HUBUNGANANTARPEMERITNAHBagaimana pemerintah daerahmenjelaskan hubunganantarpemerintah daerah lainnyadalam kerangka otonomi? Isu apayang menjelaskan dinamika baru?

HUBUNGAN PEMERINTAHPUSAT DAN DAERAHDinamika apa yang terjadi antarapemerintah pusat dan daerah?

ISU-ISU LINTAS SEKTORALPemahaman yang berbeda tentangotonomi� Partisipasi wanita� Struktur politik� Pengalihan aset� Proses Dana Alokasi Umum

PROVINCE

Kelurahan

Kota/Kabupaten

Desa

Gambar: Kerangka dariIRDA Pertama

Page 9: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

9

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

I. TEMA-TEMA UMUM PADA IRDA PERTAMA

Pada saat penggabungan hasil kajian dan analisis data lapangan, peneliti tiba pada sebuah konsensus berupa

lima pernyataan atau tema umum yang menggambarkan status dan arah terkini dari desentralisasi. Kelima tema

tersebut adalah sebagai berikut:

� Adanya peningkatan kesadaran dan apresiasi terhadap pentingnya partisipasi masyarakat dalam

pemerintahan daerah.

� Pemerintah daerah berkomitmen untuk merealisasikan tuntutan masyarakat atas perbaikan layanan.

� Pemerintah daerah memahami bahwa jalan keluar dari tekanan inefisiensi administratif yang timbul akibat

besarnya jumlah pegawai yang harus diakomodasi adalah melalui reorganisasi tata kerja dan restrukturisasi

kelembagaan, dan bukannya pengurangan jumlah pegawai.

� Karena besarnya pengalihan tersebut, pemerintah daerah berupaya untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah melalui peningkatan penerimaan pajak dan retribusi. Masyarakat juga menuntut dialog yang lebih

terbuka, serta konsultasi dalam alokasi anggaran.

� Kerja sama dan sinkronisasi informasi antarpemerintah daerah dan antara pemerintah daerah dan

pemerintah propinsi dalam pemecahan masalah.

Seminar Sintesa juga menghasilkan konsensus berupa isu-isu lintas sektoral . Kelima isu ini relevan dalam

menginterpretasikan data IRDA dan mengembangkan agenda untuk putaran berikutnya karena akan

mempengaruhi baik proses desentralisasi itu sendiri dan persepsi publik atas kemajuannya. Kelima isu lintas

sektoral ini, didiskusikan pada bagian ketiga, yakni sebagai berikut:

� Penduduk di daerah secara umum memahami prisip-prinsip yang berhubungan dengan konsep otonomi,

akan tetapi interpretasi mereka akan konsep tersebut sangat beragam.

� Partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan masih rendah dan terbatas.

� Tidak adanya hubungan antara sistem politik dan otonomi daerah.

� Proses pengalihan aset tidak jelas.

� Proses pengambilan kebijakan dana alokasi umum (DAU) juga tidak jelas, dan pemahaman daerah

mengenai hal ini sangat terbatas.

Bagian berikut ini akan membahas kelima tema. Untuk setiap tema, terdapat temuan-temuan yang menekankan

pada langkah-langkah positif yang telah diambil oleh daerah. Bagian ini juga mengidentifikasi faktor-faktor

pendukung sekaligus penghambat pelaksanaan otonomi daerah. Ditambah lagi, pembahasan rekomendasi

untuk mendorong percepatan ke arah yang positif.

Page 10: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

A. ADANYA PENINGKATAN KESADARAN DAN APRESIASI TERHADAP PENTINGNYA PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PEMERINTAHAN DAERAH.1. TEMUAN

� PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILTAS PUBLIK

MENINGKAT.Salah satu kecenderungan positif yang dibawa oleh otonomi daerah adalah kesadaran yang makin besar di

antara masyarakat bahwa mereka seharusnya merupakan bagian dari kepemerintahan. Meski UU

No.22/1999 tidak membahas rinci partisipasi masyarakat dalam kepemerintahan, kelompok civil society

telah mengambil inisiatif untuk mencoba berpartisipasi dalam lingkup kegiatan seperti perencanaan

pembangunan dan rencana-rencana strategis lainnya bagi daerah. Masyarakat menjadi lebih aktif dalam

menuntut kinerja yang lebih baik dari pemerintah daerah, begitu pula akuntabilitas dan transparansi di

tingkat lokal. Kerangka desentralisasi ini dipandang sebagai peluang yang lebih luas bagi masyarakat

madani untuk berpartisipasi dalam proses penentuan kebijakan.

� Apresiasi pemerintah daerah terhadap partisipasi

masyarakat meningkat.

Sebagai respons terhadap meningkatnya tuntutan

masyarakat atas transparansi dan akuntabilitas

pemerintah daerah, terdapat peningkatan apresiasi di

antara pemerintah daerah atas pentingnya partisipasi

masyarakat. Meski masih berada pada tahap awal

pelaksanaan, pemerintah daerah telah mengadakan

media intermediasi bagi keterlibatan masyarakat, seperti

melaksanakan dengar pendapat publik sebelum dan

sesudah peraturan daerah dikeluarkan. Di Indramayu,

sebagai contoh, DPRD mengundang sekitar 30 lembaga

non-pemerintah (Ornop) untuk memberi masukan dalam

perumusan peraturan daerah. Sayangnya, hanya 3 Ornop

yang memberi tanggapan.

· Berkembangnya Forum Warga

Maraknya mimbar rakyat di sejumlah daerah merupakan indikasi yang jelas bahwa pemerintah daerah

menghargai dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam kepemerintahan. Pada setiap tingkatan

pemerintah, dari desa hingga provinsi, mimbar rakyat telah meningkat secara signifikan dan telah menjadi

sarana bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat dan kritik mereka, menyelesaikan perselisihan,

memantau aktivitas pemerintah daerah, dan menuntut pelayanan yang lebih baik. FM2S, forum kota di

Majalaya, Bandung, dan Semarang merupakan beberapa contoh yang baik untuk disebutkan.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

10F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Di Bandung, setahun belakangan iniBupati dan staf teknisnya mengadakandialog terbuka setiap satu minggu sekalidengan masyarakat di daerahnya. Dalamdialog ini, rakyat diberikan kesempatanuntuk memberikan umpan balik tentangkinerja pemerintah daerah yang terkaitdengan pemberian layanan serta masalahsosial, politik, ekonomi dan lingkunganhidup. Mimbar ini membawa dampakpositif terhadap citra pemerintah daerah dimata masyarakatnya, di samping jugapersepsi masyarakat terhadap akuntabilitasdan transparansi pemerintah.

PENGALAMAN YANG PATUT DITELADANI

Page 11: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

11

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

2. FAKTOR PENUNJANG

� Inovasi. Sistem pemerintahan yang terdesentralisasi dengan baik dan otonomi daerah telah memberikan

lingkungan yang mendukung berkembangnya partisipasi masyarakat dalam kepemerintahan. Meski belum

meluas, telah banyak pelaku-pelaku kebijakan di pemerintahan yang sangat terbuka pada partisipasi

masyarakat. Mereka menciptakan media-media bagi partisipasi dan mendorong masyarakat atau konstituen

mereka untuk terlibat. Sebagai contoh, Walikota Semarang menginisiasikan kegiatan �jalan pagi� dan

kunjungan aparat pemerintah atau birokrat ke wilayah kecamatan secara reguler, sehingga mereka dapat

mengetahui secara langsung kebutuhan masyarakat. Lebih jauh, peraturan daerah yang baru telah

membuka peluang bagi masyarakat untuk mengekspresikan diri mereka. Pontianak saat ini sedang

menyusun draf regulasi daerah pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat untuk memformalkan media atau

forum bagi keterlibatan masyarakat.

� Perubahan dalam Lingkungan Politik. Di sejumlah daerah, lingkungan politik telah berubah, menjadi

lebih berorientasi pada masyarakat. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya pergeseran ideologi di

kalangan birokrat. Sebagai hasilnya, masyarakat semakin aktif menuntut pelayanan yang lebih baik dan

peningkatan kesejahteraan.

� Partisipasi Media Massa Lokal. Media lokal memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat akan haknya untuk berpartisipasi dalam kepemerintahan. Media massa lokal juga membantu

dalam penyebarluasan informasi dari pemerintah daerah ke masyarakat.

� Partisipasi Organisasi Masyarakat. Kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah faktor yang

signifikan dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek kepemerintahan di

tingkat lokal. Di sejumlah daerah, organisasi ini telah mensponsori dan mendorong dialog-dialog dengan

pemerintah daerah sehingga peraturan daerah dan program pembangunan lebih mencerminkan aspirasi

masyarakat.

3. KENDALA

� Perubahan yang belum merata. Sementara UU No.22/1999 telah memberikan kerangka hukum bagi

pergeseran paradigma dari kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah, namun pergeseran idelogi

masih terbatas. Sebagian birokrat di pusat maupun daerah telah menganut secara total konsep

desentralisasi. Akan tetapi, masih banyak terdapat birokrat yang menolak dan anti terhadap perubahan.

Oleh karena itu, masih terdapat pemimpin-pemimpin daerah yang berpikir bahwa kepemerintahan

merupakan peran pemerintah saja.

� Ketegangan antara pemerintah daerah dan LSM. Perasaan saling curiga, tak pelak lagi, tetap timbul

dalam hubungan antara pemerintah daerah dan LSM. Pemerintah daerah memandang LSM sebagai �batu

Page 12: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

sandungan� dalam menjalankan kebijakannya. LSM dinilai selalu berada pada pihak oposisi, atas

kebijakan apapun yang diambil pemerintah. Sementara, sebagian LSM memilih untuk bekerja langsung ke

masyarakat daripada bekerja sama dengan pemerintah, karena mereka berpikir bahwa pemerintah terlalu

identik dengan korupsi.

4. REKOMENDASI

� Reformasi sistem pemilihan umum, pemilihan langsung pemimpin-pemimpin daerah, akan meningkatkan

akuntabilitas dan partisipasi masyarakat. Hal ini sangatlah penting karena tuntutan atas transparansi dan

akuntabilitas meningkat sebagai hasil meningkatnya kesadaran di antara masyarakat bahwa mereka

memiliki hak untuk menjadi bagian dalam proses pengambilan kebijakan.

� Bantuan teknis akan meningkatkan kapasitas DPRD untuk melaksanakan perannya sebagai lembaga yang

dipilih untuk mewakili masyarakat. Salah satu titik awalnya adalah melalui pelatihan penyusunan UU dan

bagaimana proses ini kemudian dapat melibatkan masyarakat. Sejumlah responden mengeluhkan bahwa

setelah dipilih, anggota DPRD ternyata lebih mewakili kepentingannya sendiri daripada kepentingan

masyarakat.

� Pemerintah pusat, dengan bantuan lembaga donor, harus memfasilitasi bantuan kepada pemerintah daerah

untuk melembagakan proses partisipasi pembangunan yang menekankan pada kepemimpinan berorientasi

masyarakat dan pelayanan publik berorientasi pelanggan. LSM yang membantu mempercepat lingkungan

yang mendukung bagi partisipasi masyarakat melalui forum dan dialog-dialog seharusnya juga menerima

bantuan. Hal ini penting untuk mempertahankan upaya-upaya yang telah mulai dijalankan.

B. PEMERINTAH DAERAH BERKOMITMEN UNTUK MEREALISASIKAN TUNTUTAN MASYARAKAT ATAS

PERBAIKAN LAYANAN.

1. TEMUAN

� Ada peningkatan dalam kualitas dan kuantitas layanan, tetapi belum di semua tempat. Karena

pelayanan publik kini berada langsung di tangan Pemerintah Daerah, masyarakat mempunyai akses yang

lebih baik untuk mencermati dan menuntut perbaikan kualitas layanan. Bagaimanapun juga, kuantitas dan

kualitas layanan publik tetap belum merata di seluruh daerah maupun sektor. Perbaikan di wilayah tertentu,

dapat mengakibatkan penurunan di wilayah lain. Secara umum, paling tidak, pemerintah daerah dapat

mempertahankan tingkat pelayanan yang dilakukan pemerintah pusat.

� Untuk pelayanan publik di dalam kewenangan daerah, infrastruktur lebih mudah dan efisien.

Setelah pelaksanaan otonomi daerah, beberapa pemerintah daerah terbukti telah membentuk sistem

T H E A S I A F O U N D A T I O N

12F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Page 13: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

birokrasi yang lebih mudah bagi pelayanan publik. Dalam beberapa daerah studi, hal ini menghasilkan

rasionalisasi tata kerja, jam kerja dan transparansi yang lebih besar. Penyederhanaan ini khususnya muncul

dalam kasus pemberian ijin. Pelayanan ini menjadi lebih mudah dan lebih efisien, dan dilakukan dalam

satu atap. Pemerintah pusat juga mendorong pemerintah kota dan kabupaten untuk mengembangkan sistem

pelayanan satu atap (samsat) untuk tujuan ini. Selain itu, rasionalisasi pada divisi tenaga kerja

menghasikan penyerahan kewenangan dan tanggung jawab administratif yang lebih besar. Salah satu

contoh dari kecenderungan ini adalah pengakuan bahwa desa atau kelurahan merupakan pemain penting

dalam menyediakan jasa layanan publik, bahkan mengambil peran terdepan dalam sektor-sektor seperti

misalnya pelayanan kesehatan. Desa atau kelurahan memposisikan kembali perannya, yang berhubungan

dengan fungsi layanan publik.

� Adanya perbaikan-perbaikan dalam layanan publik tertentu.

Pemerintah daerah mulai memberikan perhatian lebih pada

pelayanan publik. Keinginan untuk meningkatkan layanan

mendorong persaingan positif di antara unit-unit layanan yang

berbeda. Sebagai hasilnya, beberapa kualitas pelayanan yang

diberikan pemerintah daerah meningkat. Pelayanan publik yang

mendapatkan perhatian adalah terutama yang berhubungan

dengan kesehatan, administrasi publik, dan keamanan. Di Bantul,

beberapa responden mencatat perbaikan dalam pelayanan

kesehatan, terutama setelah Bantul mendirikan Rumah Sakit.

Sebelumnya, masyarakat lebih memilih untuk pergi memeriksa

kesehatannya di luar Bantul. Sekarang, dengan perbaikan layanan

dan tarif yang hanya Rp. 1.500,- untuk pemeriksaan, masyarakat

lebih memilih perolehan layanan di daerahnya sendiri. Juga, meski tidak dipublikasikan dengan baik,

Bantul mempunyai Panti Jompo dan Pusat Informasi Kesehatan.

Di Sidoarjo, survei yang dilakukan oleh PUPUK, dan LSM,

menunjukkan bahwa 82% dari responden cukup puas dengan

layanan publik yang disediakan.

� Perbaikan akses terhadap informasi. Sejak pelaksanaan UU

otonomi daerah, informasi layanan publik kini tersedia dan dapat

diakses publik. Sebagai contoh, terdapat informasi yang lebih jelas

mengenai tarif dan jadwal layanan pemerintah, seperti proses

pembuatan KTP dan perolehan ijin usaha. Hal ini merupakan

langkah yang signifikan menuju peningkatan transparansi

penyedia layanan publik. Akibatnya, desentralisasi dapat

menciptakan penghalang bagi peluang tindakan korupsi. Akan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

13

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Pemerintah Kabupaten LombokBarat telah menyusun daftarprioritas pengembangan layananmasyarakat di bidang kesehatan,pendidikan, dan ekonomi.Prioritas-prioritas ini ditetapkanguna meningkatkan IndeksPengembangan Manusia, sertamenyusun standar layanan publikseperti misalnya Layanan Primadan Samsat untuk perijinan.

PENGALAMAN YANG PATUT DITELADANI

Pemerintah Kabupaten Gianyarmeluncurkan ProgramKesehatan MATRA yangmenyediakan layanan kesehatandi Puskesmas dan rumah sakit.Program ini juga menyediakanjasa ambulans secara gratissebagai bagian dari layanankepada masyarakat.

PENGALAMAN YANG PATUT DITELADANI

Page 14: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

tetapi, bagaimanapun juga, korupsi, kolusi, dan nepotisme di tingkat lokal masih ditemui.

� Meningkatnya kesadaran untuk mengontrol layanan publik. Desentralisasi menghasilkan peningkatan

interaksi, hubungan yang lebih dekat, antara masyarakat dan pemerintah daerah. Di lain pihak, ini juga

berarti meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap perbaikan kualitas layanan pemerintah. Karena

masyarakat kini merupakan pelaku kebijakan yang tidak dapat diabaikan, mereka dapat secara langsung

mengevaluasi kualitas layanan publik yang disediakan. Proses ini kemudian membuka peluang bagi publik

untuk memberikan umpan balik terhadap kinerja birokrasi yang bertanggung jawab melakukan jasa

layanan tersebut. Di sejumlah daerah, DPRD dan Bupati/Walikota lebih terbuka dan menjadi lebih tanggap

terhadap tuntutan dan kekhawatiran masyarakat. Akan tetapi, respons terhadap keluhan masyarakat belum

secara ekstensif dilakukan. Kasus dalam poin ini adalah Deli Serdang di mana asosiasi lokal berafiliasi

dengan Asosiasi Bibit Ayam Sumatera Utara, mengirimkan surat keluhan kepada pemerintah daerah dan

DPRD menyangkut harga bibit ayam. Karena tidak memperoleh tanggapan dari pemerintah, kedua asosiasi

ini berinisiatif untuk mencari cara mempengaruhi regulasi daerah.

� Meningkatnya kesadaran akan pentingnya standar kualitas layanan. Salah satu indikasi yang

mengatur standar minimum layanan publik bagi pemerintah daerah adalah peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dalam mengembangkan

instrumen dan alat ukur atas standar pelayanan. Lainnya

adalah instruksi Gubernur yang mengatur bahwa setiap unit

pelayanan pemerintah daerah mengembangkan standar

pelayanan untuk setiap layanan publik yang diberikan.

Instruksi ini diterjemahkan ke dalam peraturan mengenai

persyaratan minimum enam jam kerja sehari bagi pegawai

kantor pemerintah.

2. FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG

� Delegasi kewenangan kepada daerah. Proses delegasi

kewenangan ini memberikan kekuasaan kepada pemerintah

daerah untuk menjalankan restrukturisasi terhadap sektor-

sektor pelayanan tertentu dan mendorong kesadaran akan

kebutuhan dan manfaat dari pelayanan yang efektif dan

efisien.

� Meningkatnya aksesibilitas dan keterbukaan. Dengan

adanya desentralisasi, kritik dan pendapat atas kinerja pemerintah daerah semakin tinggi. Sebaliknya,

tanggapan pemerintah terhadap tuntutan untuk mempercepat perubahan dan meningkatkan akses informasi

T H E A S I A F O U N D A T I O N

14F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Sebuah Perda tentang perbaikankualitas layanan kepada masyarakattelah disahkan di Pontianak padabulan April 2001. Berdasarkanpertimbangan potensi daerah,kebutuhan masyarakat dan efisiensikerja, pemerintah daerah menetapkanstandar 5,6 jam (dari 8 jam kerja perhari) sebagai lama waktu minimumyang harus diluangkan guna memberi-kan layanan kepada masyarakat. Sisawaktu digunakan urusan administrasi.Unit-unit pemerintahan yang gagalmemenuhi standar ini akan dievaluasidan menghadapi teguran dan kemung-kinan digabung dengan unit lainnya.

PENGALAMAN YANG PATUT DITELADANI

Page 15: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

layanan juga semakin meningkat. Transparansi seperti ini akan memungkinkan pemerintah daerah untuk

mengurangi biaya-biaya yang tidak terdeteksi karena kontrol yang intensif. Akan tetapi, penelitian dan

advokasi masih diperlukan, khususnya untuk menyeimbangkan simbol-simbol kekuasaan yang sudah

melekat dengan kelompok elite dan birokrat pemerintah.

3. KENDALA

� Sistem penghalang. Kurangnya standar pelayanan publik membuat pemerintah daerah sulit untuk

menentukan kualitas layanan. Hal ini lebih jauh memperburuk etika kerja sebagian pegawai, dan

kenyataannya bahwa hanya ada sedikit alokasi dana dalam anggaran pemerintah untuk layanan publik.

� Ketimpangan antara sasaran pendapatan dan kualitas layanan. Banyak pemerintahan daerah fokus

pada peningkatan pendapatan daripada perbaikan layanan publik. Hal ini makin diperburuk oleh tindakan

korupsi yang dilakukan oleh pegawai pemerintah. Oleh karena itu, ketimpangan antara pendapatan dan

target layanan akan mencegah kesinambungan perbaikan layanan publik.

4. REKOMENDASI

� Tidak adanya ketentuan mengenai standar layanan publik dari pemerintah pusat membuat pemerintah

daerah perlu mengembangkan regulasinya sendiri secepat mungkin. Pada saat bersamaan, pemerintah pusat

perlu mulai mengembangkan standar minimum pelayanan publik sehingga pemerintah daerah dapat

menggunakannya sebagai patokan. Dengan masukan dari lembaga donor dan masyarakat madani, standar-

standar pengukuran kinerja pemerintah daerah ini dapat digunakan untuk mengembangkan kriteria untuk

menemukenali sistem penyediaan yang terbaik.

� Prioritas seharusnya diberikan untuk melembagakan mekanisme umpan balik masyarakat terhadap kinerja

dan pelayanan pemerintah daerah, dan juga untuk mensosialisasikan informasi tentang sistem praktek yang

baik yang dapat digunakan.

� Pengembangan sistem audit bagi layanan publik, baik pemerintah pusat dan daerah, akan memfasilitasi

perbaikan layanan. Hal ini karena kualitas layanan publik sangat bergantung pada akuntabilitas dalam

memberikan layanan. Mekanisme akuntabilitas akan membuka kemungkinan dalam perolehan umpan

balik, baik positif maupun negatif, terhadap layanan publik. Ini pada gilirannya kembali akan mendorong

partisipasi publik dalam desentralisasi.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

15

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 16: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

C. PEMERINTAH DAERAH MEMAHAMI BAHWA JALAN KELUAR DARI TEKANAN INEFISIENSI

PEMERINTAHAN YANG TIMBUL AKIBAT BESARNYA JUMLAH PEGAWAI YANG HARUS

DIAKOMODASI ADALAH MELALUI REORGANISASI TATA KERJA DAN RESTRUKTURISASI

KELEMBAGAAN, TANPA PENGURANGAN JUMLAH PEGAWAI.

1. TEMUAN

� Pemerintah Daerah telah mengambil langkah untuk

menyederhanakan struktur organisasi. Reorganisasi

mencerminkan kewenangan baru pemerintah daerah.

Khususnya di tingkat kabupaten, reorganisasi berarti

penyederhanaan unit kerja. Ini ditindaklanjuti dalam bentuk

penggabungan kantor-kantor dinas daerah dalam bidang

yang sama dan klarifikasi peran sejumlah kantor dinas

pemerintah. Sebagai hasilnya, dalam kasus Indramayu,

jumlah kantor dinas pemerintah menurun dari 36 menjadi

16, atau eselon lima dihilangkan dan tingkatannya diubah.

Pengembangan dinas mencerminkan upaya untuk merasio-

nalisasi struktur organisasi. Perubahan-perubahan ini me-

nunjukkan bahwa pemerintah daerah sudah mulai meng-

ambil-alih tanggung jawab untuk mengimplementasi

pemikiran �sederhana dalam struktur, tetapi kaya dalam

fungsi�. Perubahan ini bertujuan untuk memperbaiki

efisiensi dan menghindari duplikasi atau tumpang-tindih

fungsi. Tabel di bawah mengilustrasikan perubahan dalam ukuran birokrasi di daerah setelah pelimpahan

wewenang.

� Pemerintah Daerah sedang

mengembangkan struktur baru.

Meskipun struktur disederhanakan,

beberapa fungsi baru sedang

dipertimbangkan untuk dibentuk. Ini

melibatkan pembagian kantor

pemerintah tertentu, seperti

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, menjadi dua departemen terpisah, atau membentuk Badan Perwakilan Daerah (BPD) pada

tingkat desa/kelurahan. Di Minahasa, misalnya, ada dua badan baru yang dibentuk, yaitu Badan

Penanaman Modal dan Kantor Pengolahan Data Elektronik. Lebih jauh, dengan penyerahan beberapa

T H E A S I A F O U N D A T I O N

16F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Di Kabupaten Sidoarjo, jumlah pegawaipemerintah daerah meningkat dari 2.729orang menjadi 13.663 orang. Pemerintahdaerah mereorganisasi strukturkepegawaiannya dari 25 kantor dinasmenjadi 21 kantor dinas dan jumlahsub-dinas dikurangi dari 24 menjadi 9.Salah satu inovasi spesifik daripemerintah Kabupaten Sidoarjo adalahpemberlakuan perda yangmenggabungkan semua fungsi perijinanke dalam satu dinas. Para pegawainyatidak lagi mengenakan seragam khaspemda dalam rangka memperlihatkankesan ramah kepada pelanggan.

PENGALAMAN YANG PATUT DITELADANI

Kota Jumlah Kantor Dinas

/ Kabupaten Sebelum Pelimpahan Sesudah Pelimpahan

Wewenang Wewenang

Bantul 14 11

Salatiga 33 24

Indramayu 36 16

Sidoarjo 25 21

Page 17: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

wewenang dari Pemerintah kota/kabupaten kepada desa/kelurahan, terdapat pengembangan kecamatan di

desa/kelurahan. Sasarannya tentu adalah perbaikan kinerja administrasi. Kewenangan baru ini termasuk

penggunaan nomenklatur desa/kelurahan menurut tradisi asli, seperti perubahan dari kelurahan menjadi

kampung dalam sejumlah kasus. Lainnya, adalah pengembangan regulasi lokal, menempatkan LPM

sebagai pengganti LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa). Perubahan ini tetap dilakukan melalui

regulasi. Secara umum, restrukturisasi dan tumbuhnya kesadaran dalam membedakan batasan dan fungsi

dari satu departemen ke departemen lainnya menghasilkan sebuah �diferensiasi� dalam pemahaman

masyarakat, di mana DPRD harus memiliki tangung jawab yang berbeda dari lembaga eksekutif, dalam hal

ini pemerintah daerah.

� Adanya masalah kepegawaian yang mendesak dalam pemerintah daerah. Untuk pegawai yang

dipindahkan dari pusat ke daerah, prospek karir dalam birokrasi lokal tentu menjadi perhatian utama.

Kecemasan terhadap peluang promosi ini disebabkan oleh sistem kepegawaian yang ada. Kecenderungan

didahulukannya promosi putera daerah ke dalam posisi struktural, serta perjanjian posisi di Dinas yang

disebut sebagai bantuan bagi pegawai lama tentu semakin membatasi karir pegawai tersebut. Akan tetapi,

banyak pegawai pusat yang tetap dialokasikan ke posisi di daerah. Ada banyak alasan yang mungkin

menjelaskan fenomena ini, nyata maupun tidak. Bagaimanapun juga, kenyataan bahwa tidak adanya opsi

bagi pemerintah daerah, mengakibatkan pegawai yang ada di birokrasi lokal jauh melebihi jumlah yang

dibutuhkan. Tidak ada kejelasan dalam transisi dari sistem lama ke pemerintahan desentralisasi yang baru.

Lebih jauh, pengalihan dana block grants semakin mempersulit pengalihan pegawai antarpemerintah

daerah.

� Reorganisasi berupaya untuk memperbaiki kualitas kinerja pemerintah daerah. Meski sulit,

pemerintah daerah berupaya untuk mengatasi situasi ini. Pembentukan kelompok kerja yang terintegrasi

untuk mengkaji kesiapan daerah dalam melaksanakan desentralisasi menunjukkan kesadaran pemerintah

daerah terhadap kebutuhan untuk merespons tuntutan desentralisasi. Seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya, upaya perbaikan kualitas juga termasuk penggabungan unit-unit administratif, atau

pengembangan unit terttentu yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan. Rasionalisasi peran

dinas dan sub-dinas, dan penyusunan standar kinerja dinas merupakan indikasi keinginan lainnya untuk

memperbaiki kinerja.

� Pemerintah daerah berupaya membangun dan memperbaiki kemampuan sumber daya manusia.

Pemerintah menyadari bahwa salah satu elemen penting dalam perbaikan kinerja adalah meningkatkan

kapabilitas pegawai dan birokrat baik eksekutif maupun legislatif. Meski adanya keterbatasan sumber daya,

mereka berkomitmen untuk menciptakan budaya pelayanan publik yang tidak birokratik, tetapi lebih

berorientasi pada pelanggan dan layanan. Beberapa bahkan mengirimkan pegawainya untuk melanjutkan

pendidikan. Pemerintah juga telah merumuskan persyaratan bahwa Kepala Dinas dipilih setelah melaui tes

kelayakan dan kepantasan (fit and proper test), atau pengangkatan pegawai harus didasarkan pada

T H E A S I A F O U N D A T I O N

17

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 18: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

18F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

kebutuhan. Sebagian orang berpendapat bahwa pembekalan keterampilan bagi para anggota DPRD dalam

merancang peraturan daerah yang memiliki nilai guna, sebagai alat untuk memperbaiki kinerja pemerintah,

merupakan suatu kebutuhan.

2. FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG

� Tuntutan Publik. Berkembangnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas kinerja kerja mendorong

pemerintah lokal unutk memainkan peran mereka secara serius.

� Peraturan pendukung. Peraturan pemerintah No. 84/2000 memungkinkan pemerintah daerah untuk

merancang dan mengimplementasikan perubahan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya.

� Komitmen terhadap pengembangan kemampuan. Kendala keuangan semakin meningkatkan kebutuhan

akan efisiensi. Dalam konteks keterbatasan sumber finansial, pemerintah daerah mulai melirik kepada

pengembangan sumber daya manusianya. Pemerintah juga berpartisipasi dalam proyek pengembangan

kemampuan, dengan dukungan dari lembaga kemitraan dan donor.

3. KENDALA

� Tantangan untuk menarik dan mempertahankan pegawai yang berkualitas. Salah satu hambatan utama bagi

reorganisasi pemerintah daerah adalah terbatasnya jumlah pegawai yang memiliki kualifikasi, meski

terdapat tambahan pegawai dengan masuknya pegawai dari pusat. Akibatnya adalah beberapa pegawai sipil

kehilangan posisi struktural, atau tidak ditunjuk ke posisi baru. Bagaimanapun, sistem karir perlu

didasarkan pada kompetensi, meski tidak ada standar evaluasi kinerja organisasi atau staf. Lebih jauh,

sistem insentif masih jauh dari memuaskan. Masyarakat mengamati bahwa reorganisasi dipengaruhi oleh

kepentingan politik dan bisnis. DPRD dinilai kurang transparan dalam pembentukan peraturan daerah, dan

KKN tetap berlanjut.

4. REKOMENDASI

� Pemerintah daerah memerlukan standar atau kriteria, di mana mereka dapat mengukur kinerjanya. Kinerja

saat ini nampaknya berada di bawah standar pelayanan minimum. Pemerintah daerah memerlukan

indikator kinerja untuk menilai secara objektif kinerjanya, tidak hanya dalam pelayanan publik, tetapi juga

di seluruh aspek operasionalnya.

� Standar kinerja ini harus memperoleh dukungan dari civil society. Ini akan menjamin adanya umpan-balik

dari masyarakat dalam menilai kinerja pemerintah daerah.

� Reorganisasi ke depan akan memberi manfaat dari strategi spesifik untuk melibatkan kelompok civil

society dalam memperbaiki kinerja dalam sebuah pendekatan yang lebih dilembagakan. Sebagai contoh,

Page 19: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

peraturan harus dikembangkan untuk memungkinkan (1) sosialsasi UU dan peraturan anggaran daerah, (2)

keterlibatan publik dalam proses penyusunan UU, (3) aksesibilitas publik terhadap pembuatan RAPBD dan

dokumen keuangan daerah lainnya, dan (4) perluasan kerja sama di antara pelaku kebijakan antardaerah.

� Lembaga pengawasan (ombudsman) akan membantu menciptakan tranparansi, akuntabilitas, dan juga

perbaikan kinerja pemerintah.

� Pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang menandingi otonomi daerah seperti Keppres 10/2001 harus

dihentikan. Hal ini dapat berimplikasi di dalam maupun di luar isu reorganisasi.

� Mekanisme yang lebih baik diperlukan untuk menjamin bahwa rekrutmen didasarkan pada kebutuhan dan

kompetensi dan untuk memberikan proses yang lebih transparan dan objektif . Uji kelayakan dan

kepantasan yang digunakan sebagai instrumen untuk merekrut Kepala Dinas mengilustrasikan kebutuhan

ini.

D. KENDATI SANGAT TERGANTUNG PADA SUBSIDI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH

BERUPAYA MENCARI CARA GUNA MENINGKATKAN SUMBER-SUMBER PENERIMAAN ASLI DAERAH

DALAM BENTUK PAJAK DAN RETRIBUSI. MASYARAKAT DAERAH JUGA MENUNTUT

DIADAKANNYA DIALOG DAN KONSULTASI YANG LEBIH BERSIFAT TERBUKA MENGENAI ALOKASI

ANGGARAN.

1. TEMUAN

� Makin meningkatnya peran anggota DPRD dalam

penyusunan APBD. Anggota DPRD lebih luwes dalam

menetapkan prioritas pembangunan pada waktu mereka

memberikan masukan-masukan dalam rangka penyusunan

rencana pembangunan. Kontrol DPRD terhadap

pengeluaran pemerintah daerah kini semakin terlihat.

Mekanisme bagi pengelolaan anggaran menjadi lebih ketat

karena melibatkan DPRD.

· Pemerintah daerah berhati-hati dalam menyusun APBD.

Dalam hal ini, telah ditetapkan pedoman baku bagi

penggunaan dan alokasi dana APBD. Pemerintah daerah

mulai merumuskan APBD yang lebih berimbang.

Penyusunan APBD dilakukan secara lebih ketat dan cermat,

khususnya dalam menentukan jumlah pengeluaran rutin

dan pengeluaran pembangunan. Perencanaan keuangan daerah meliputi pula penggunaan formulir isian

anggaran, yang dalam hal ini membantu meningkatkan efisiensi anggaran.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

19

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Pengeluaran Sebagai % TerhadapTotal Anggaran

100

90

80

70

60

50

40

Pers

en

2000 2001

Tahun

SemarangGianyar

SalatigaLombok Barat

Sidoarjo

Page 20: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

� Pemerintah daerah mempunyai hak otonomi dalam

pengelolaan anggaran. Pemerintah daerah dan wilayah

mempunyai kebebasan yang lebih besar dalam pengelolaan

anggaran. Perencanaan pembangunan disesuaikan dengan

kebutuhan daerah setempat. Penggunaan instrumen

perpajakan (Penerimaan Asli Daerah/PAD) sebagai sumber

pembiayaan langsung pembangunan terlihat semakin

meningkat.

� Terdapat berbagai peluang guna meningkatkan

penerimaan pemerintah daerah. Di samping dana

pembiayaan yang diterima oleh pemerintah daerah dari

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beroperasi di

wilayah mereka, mereka juga berhasil mengidentifikasi

beberapa peluang baru guna meningkatkan penerimaan.

Menyadari fleksibilitas mereka guna bekerja sama dengan

sektor swasta, mereka mulai mengundang para investor untuk mengembangkan daerahnya. Mereka juga

telah merumuskan peraturan daerah baru di bidang perpajakan dan retribusi dalam upayanya meningkatkan

penerimaan.

� Otonomi mendorong partisipasi rakyat dan munculnya transparansi dalam pengelolaan keuangan

daerah. Keuangan daerah merupakan salah satu bidang yang menjadi sorotan masyarakat. Masyarakat

daerah kini menuntut diadakannya konsultasi publik dalam rangka perumusan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Tampaknya pun telah ada upaya-upaya untuk memenuhi

tuntutan tersebut. Dalam beberapa kasus, pemerintah daerah membuka kesempatan bagi debat publik

mengenai alokasi APBD. Pemerintah juga telah mengundang organisasi-organisasi masyarakat madani

untuk membantu penyusunan RAPBD. Media massa juga memainkan peran yang penting dalam

melaporkan penggunaan dana APBD sehingga penggunaan dana tersebut menjadi semakin transparans.

2. FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG

� UU dan peraturan pemerintah. UU No. 22 dan 25/1999 memberikan kewenangan kepada pemerintah

daerah untuk mengelola dana APBD mereka sendiri. UU tersebut juga memuat ketentuan tentang

pemisahan fungsi eksekutif dan legislatif, yang memungkinkan DPRD untuk lebih terlibat dalam

penetapan peraturan daerah (perda) tentang anggaran serta penentuan prioritas dalam rencana

pembangunan. Selain itu, kewajiban bagi pihak eksekutif untuk menyusun Laporan Pertanggungjawaban

(LPJ) menimbulkan harapan semua pihak bahwa ada beberapa kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi

dalam perencanaan APBD. Hal ini juga akan mendorong upaya-upaya ke arah efisiensi anggaran belanja

pemerintah daerah serta munculnya tanggapan yang lebih bersifat transparan dari para pejabat pemerintah

daerah terhadap tuntutan publik.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

20F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Proporsi DAU dalam APBD 2002

450

400

350

300

250

200

150

100

50

0

Jum

lah

(dal

am R

p m

ilyar

)

Del

i Ser

dang

Indr

amay

u

Sem

aran

g

Sala

tiga

Ban

tul

Sido

arjo

Pont

iana

k

Gia

nyar

Lom

bok

Bar

at

Min

ahas

a

Lokasi IRDAAPBD (dalam Rp. milyar) DAU (dalam Rp. milyar)

Page 21: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

� Tuntutan dan keterlibatan publik yang lebih besar. Hal ini makin memperkokoh faktor penunjang yang

ada berupa UU dan peraturan pemerintah. Salah satu ukuran dari peningkatan tuntutan masyarakat akan

masalah transparansi dan akuntabilitas adalah munculnya sejumlah mimbar rakyat (dari kalangan

masyarakat dan sektor bisnis) serta sumber-sumber informasi pembangunan (misalnya, debat publik dan

situs internet). Lembaga-lembaga penelitian memainkan peran penting selaku fasilitator dalam perumusan

rencana strategis (Renstra) pembangunan. Keterlibatan masyarakat madani dalam keseluruhan proses

tersebut tampak semakin meningkat.

3. KENDALA

� Kurang jelasnya ketentuan di dalam UU. Seperti halnya kebingungan yang melanda pada awal

diterapkannya UU dan peraturan pemerintah tentang otonomi daerah, pemahaman terhadap UU No. 34 pun

sangatlah terbatas. Sistem pengelolaan anggaran masih menggunakan UU yang lama dan belum

mengakomodasi semangat yang tertuang dalam UU No. 22 dan 25/1999. Kendati UU tersebut memberikan

kerangka bagi otonomi pengelolaan anggaran, namun langkah pemerintah daerah terhambat oleh

kemungkinan terjadinya pertentangan antara peraturan pemerintah daerah dan peraturan pemerintah pusat

akibat tidak adanya peraturan pemerintah yang bersifat penunjang.

� Kemampuan Penganggaran yang Kurang Memadai. Beberapa anggota DPRD kurang memahami serta

kurang memiliki keterampilan dalam tatacara penyusunan APBD. Format APBD tersebut demikian rumit.

� Kerahasiaan seputar penyusunan APBD. Persepsi yang masih berlaku umum adalah bahwa APBD

merupakan dokumen yang bersifat rahasia dan masyarakat tidak mempunyai akses untuk mendapatkan

informasi mengenai keuangan pemerintah daerah. Kelompok-kelompok civil society masih belum terwakili

secara memadai dalam pengelolaan APBD, dan sosialisasi dari para anggota DPRD mengenai hal-hal yang

terkait dengan perolehan penerimaan dan penyusunan anggaran dirasakan masih kurang.

4. REKOMENDASI

� Instansi-instansi pemerintah pusat hendaknya mengeluarkan peraturan pemerintah yang bersifat penunjang.

Hal ini akan memudahkan dilakukannya perubahan peraturan tingkat daerah yang dianggap tidak sejalan

dengan UU tentang otonomi daerah.

� Diperlukan pemahaman yang lebih besar perihal penyusunan APBD agar dapat lebih jelas dalam

mengidentifikasi tahapan-tahapan di mana kelompok atau orang tertentu (BAPPEDA, bupati/walikota,

kantor dinas anggaran setempat, DPRD, kelompok civil society, dsb.) dapat melibatkan diri. Keterampilan

dalam menyusun anggaran di kalangan pejabat pemerintah daerah baik di jajaran eksekutif maupun

legislatif perlu ditingkatkan guna mengimbangi tanggung jawab yang baru ini.

� Kelompok-kelompok masyarakat hendaknya mulai memberikan tekanan guna melembagakan mekanisme

partisipasi rakyat melalui, katakanlah, Forum Warga. Langkah ini akan mampu mendorong keterlibatan

masyarakat dalam perumusan kebijakan fiskal di daerah maupun masalah-masalah lainnya. Keterlibatan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

21

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 22: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

masyarakat sangatlah penting guna menopang munculnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan

APBD. Mekanisme partisipasi masyarakat akan menuntut perubahan baik di pihak masyarakat madani

maupun di jajaran pemerintah daerah.

� Pemerintah daerah perlu menentukan cara untuk memasukkan mekanisme partisipasi masyarakat di dalam

proses penyusunan APBD. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah penciptaan lingkungan yang

kondusif bagi perkembangan Forum Warga. Aspek lainnya adalah pengadaan sistem informasi keuangan

daerah yang dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat. Langkah ini akan lebih meningkatkan

transparansi.

E. PEMERINTAH DAERAH SALING BEKERJA SAMA DAN BERBAGI INFORMASI SATU SAMA LAIN DAN

BERSAMA-SAMA DENGAN PEMERINTAH PROPINSI MENCOBA MEMECAHKAN BERBAGAI

MASALAH YANG DIHADAPI BERSAMA.

1. TEMUAN

� Muncul prakarsa untuk mengadakan koordinasi di antara pemerintah daerah dalam menangani

masalah-masalah yang dihadapi bersama. Kepentingan bersama dalam meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat, meningkatkan penerimaan daerah, dan memecahkan persoalan serta konflik yang muncul

sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi telah memotivasi pemerintah daerah untuk saling membantu satu

sama lain. Pemerintah daerah kini bersikap proaktif dalam membentuk asosiasi antar daerah yang

berbatasan dengan tujuan untuk saling membagi informasi dan langkah pemecahan terhadap masalah-

masalah yang dihadapi bersama serta memberikan advokasi dalam rangka reformasi kebijakan.

� Ada rasa kemandirian yang sifatnya positif dan konstruktif terhadap pemerintah pusat. Ini

merupakan gejala yang hendaknya tidak

disalahartikan bahwa seolah-olah desentralisasi telah

mencetuskan kecenderungan munculnya

separatisme. Melainkan, pemerintah daerah

menafsirkan otonomi daerah sebagaimana adanya

sehingga dapat memperkuat dan mempererat

hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Kemandirian pemerintah daerah dalam

mengelola kepentingan daerahnya sendiri telah

menempatkan mereka dalam keadaan di mana

mereka mampu bertindak secara bijak serta

memandang pemerintah pusat sebagai fasilitator

yang memungkinkan mereka untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat, yang selama ini

T H E A S I A F O U N D A T I O N

22F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Bupati Indramayu telah membina asosiasi diantara para pejabat pemerintah daerahkabupaten yang kaya akan sumber daya minyakdan gas bumi di lingkungannya. Asosiasi inimenyediakan forum bagi kabupaten-kabupatentersebut untuk berunding dengan pemerintahpusat mengenai jumlah sumber daya migas yangdiserahkan kembali kepada pemerintah daerah.Asosiasi ini telah melobi pemerintah pusat agarlebih transparan dalam mengalokasikan DAUkepada pemerintah Propinsi.

PENGALAMAN YANG PATUT DITELADANI

Page 23: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

masih dilakukan oleh pemerintah pusat.

2. FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG

� Merasakan manfaat dari kerja sama. Menyadari akan kepentingan bersama berupa pemberian

pelayanan kepada masyarakat serta penanggulangan masalah yang dihadapi telah mendorong pemerintah

daerah untuk saling bekerja sama dalam tatanan desentralisasi. Keberhasilan yang mereka peroleh dalam

proses ini akan membuktikan manfaat dan efektivitas dari penggunaan sumber daya dan keterampilan

secara bersama-sama dalam menanggulangi segala persoalan yang dihadapi bersama. Asosiasi yang lebih

luas di antara pemerintah daerah merupakan faktor lain yang turut mendorong terjalinnya kemitraan dan

kerja sama di antara dan antarpemerintah daerah. Melalui asosiasi tersebut, pemerintah daerah dapat saling

berbagi pengalaman dan menggunakan kekuatan mereka sebagai suatu kelompok untuk menarik kembali

sumber daya yang selama ini digunakan oleh pemerintah pusat.

� Bantuan donor dan lembaga internasional. Program-program yang dijalankan oleh kelompok donor dan

organisasi internasional telah memajukan dan memperkuat asosiasi di antara pemerintah daerah. Beberapa

di antara program tersebut telah mempermudah terjalinnya hubungan yang lebih baik di antara dan

antarpemerintah daerah, terutama dalam kasus-kasus di mana konflik-konflik dapat saja terjadi, seperti

misalnya di bidang penataan dan pelestarian lingkungan.

3. KENDALA

� Ketidakseimbangan yang dapat terjadi dalam persekutuan. Kendati adanya asosiasi di antara

pemerintah daerah merupakan salah satu faktor penunjang bagi peningkatan hubungan antarpemerintah

daerah, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sehubungan dengan persekutuan ini.

Dalam beberapa hal, pemerintah daerah merasa bahwa asosiasi tersebut kurang bermanfaat karena tidak

mengedepankan kepentingan seluruh anggotanya, melainkan hanya kepentingan segelintir daerah yang

berpengaruh dan kaya raya.

� Kurangnya kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola konflik. Hal ini telah menimbulkan

persoalan di dalam penyelesaian berbagai masalah yang dihadapi antarpemerintah daerah. Persoalan

tersebut dapat mencakup penyelesaian sengketa perbatasan dan pembagian penerimaan yang diperoleh dari

pemanfaatan sumber daya yang terletak di dalam yurisdiksi dua daerah.

� Peran dan tanggung jawab yang tidak jelas di antara jenjang pemerintahan. Kewenangan kini telah

berpindah ke tangan pemerintah kota/kabupaten sedangkan pemerintah propinsi, yang masih dipandang

sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat, menjalankan fungsi koordinasi. Hal ini kadang-kadang

menjadi sumber konflik, terutama di bidang-bidang di mana pemerintah propinsi kurang bersifat progresif

dan proaktif dalam menjalankan perannya sebagai koordinator wilayah.

4. REKOMENDASI

T H E A S I A F O U N D A T I O N

23

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 24: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

� Sesuai dengan UU otonomi daerah yang berlaku, pemerintah pusat hendaknya memberikan kerangka

peraturan perundang-undangan yang lebih jelas dan menyeluruh yang mengatur hubungan antarpemerintah

daerah melalui dialog antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

� Pemerintah daerah, dengan bantuan pemerintah pusat dan lembaga-lembaga donor internasional,

hendaknya melembagakan metode yang lebih sistematis bagi terciptanya kerja sama dan koordinasi

antarpemerintah daerah guna menanggulangi berbagai persoalan yang dihadapi bersama.

� Guna memaksimalkan peluang menciptakan hubungan yang bersifat produktif antarpemerintahan, maka

perlu dilakukan peningkatan kemampuan asosiasi pemerintah daerah agar mewakili kepentingan para

anggotanya.

III. ISU-ISU LINTAS SEKTORAL

Diskusi dan analisis dari pihak-pihak yang berkepentingan telah menampilkan lima isu lintas sektoral yang

perlu mendapat perhatian. Kelima isu itu merupakan faktor yang sangat penting dan mendasar dalam

mempertimbangkan seberapa cepat desentralisasi atau otonomi tersebut akan berhasil mencapai tujuan yang

diharapkan. Kelima isu tersebut adalah:

A. Penduduk di daerah pada umumnya memahami prinsip-prinsip yang terkait dengan konsep otonomi,

tetapi interpretasi mereka mengenai konsep tersebut sangat beragam.

B. Partisipasi kaum perempuan di dalam proses pengambilan keputusan publik masih rendah dan

terbatas.

C. Tidak adanya hubungan antara sistem politik yang ada dengan otonomi daerah.

D. Proses pengalihan aset masih belum jelas.

E. Kebijakan mengenai proses pemberian Dana Alokasi Umum/DAU masih belum jelas sementara

pemahaman daerah mengenai masalah ini masih sangat terbatas.

Bagian selanjutnya dari pembahasan ini akan mengkaji kelima isu penting tersebut dan mencoba mengajukan

rekomendasi guna mengurangi hambatan yang mungkin timbul akibat kelima isu tersebut dalam mencapai

keberhasilan sehubungan dengan proses desentralisasi.

A. PENDUDUK DI DAERAH PADA UMUMNYA MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP YANG TERKAIT DENGAN

KONSEP OTONOMI, TETAPI INTERPRETASI MEREKA MENGENAI KONSEP TERSEBUT SANGAT

BERAGAM.Laporan penelitian ini menggunakan istilah �desentralisasi� dan �otonomi daerah� secara bergantian.

Alasannya adalah bahwa istilah �otonomi daerah� lebih menonjol di masyarakat. Evaluasi terhadap

partisipasi rakyat pada hakikatnya adalah mencatat opini masyarakat maupun fakta-fakta objektif yang ada,

dan opini masyarakat sangat dipengaruhi oleh pemahaman mereka tentang konsep otonomi daerah

tersebut. IRDA Pertama memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman baik antar maupun di

T H E A S I A F O U N D A T I O N

24F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Page 25: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

antara jenjang pemerintahan mengenai

arti yang sebenarnya dari otonomi

daerah. Hal ini mungkin disebabkan

oleh ketidakjelasan mengenai hal-hal

yang diatur dalam UU otonomi daerah,

yang sesungguhnya dapat diperjelas

melalui pembuatan peraturan

pemerintah yang bersifat penunjang.

Perbedaan pandangan itu sendiri

sangatlah menarik. Bahkan perbedaan

pandangan itu sangatlah penting karena

bisa menyemarakkan atau

mempengaruhi tanggapan terhadap

kelima pokok bahasan sebagaimana

yang telah diuraikan pada Bagian II,

dan dengan demikian sangat penting

dalam menafsirkan temuan-temuan

yang diperoleh berkenaan dengan

pokok-pokok bahasan tersebut. IRDA

berikutnya perlu menelusuri

perkembangan pemahaman ini guna

mengetahui apakah serta di mana saja

terjadi konsensus.

Contoh yang diuraikan dalam ketiga

kotak di bawah ini mengilustrasikan bagaimana pemahaman masyarakat sejauh ini terhadap gagasan

mengenai otonomi daerah. Tujuannya bukanlah untuk mempertimbangkan benar atau tidaknya konsep

otonomi daerah ini, melainkan untuk menampilkan sejumlah gagasan dan aspirasi yang disampaikan.

REKOMENDASI

� Perlu dialog yang lebih intensif antara pemerintah dengan rakyat guna menjelaskan tentang konsep

otonomi daerah. Diskusi wacana yang terus-menerus guna mendefinisikan konsep ini akan memudahkan

terciptanya konsensus, yang diwujudkan berupa peraturan pemerintah yang bersifat penunjang guna

menjelaskan mengenai konsep tersebut. Penciptaan iklim demokrasi akan mendorong munculnya mimbar

rakyat sebagai mekanisme dialog.

� Peningkatan peran media massa dalam mewartakan tentang kemajuan yang telah dicapai maupun dialog

yang telah dilakukan akan dapat mempercepat proses terciptanya konsensus.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

25

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

� Otonomi daerah berarti pelimpahan wewenang dari pemerintahPropinsi kepada pemerintahan desa/kelurahan. Kelurahan/desamenjadi unit pemerintahan yang otonom dan mempunyaiwewenang untuk mengelola wilayahnya sendiri. Mereka dapatmembuat sendiri rencana pembangunan wilayahnya danmelaksanakan rencana pembangunan tersebut berdasarkankebutuhan desa yang bersangkutan, dengan bantuan dana daripemerintah. Otonomi daerah juga berarti otonomi di tingkat desa.Ini mengandung arti bahwa masyarakat mempunyai wewenanguntuk mengelola desa. Sebagian orang bahkan menganggapotonomi daerah sebagai sesuatu yang identik dengan otonomi desa.

� Otonomi daerah mendorong partisipasi rakyat yang lebih besardalam pembangunan desa. Warga masyarakat kini dapatmenentukan kebijakan karena otonomi daerah menyediakan wadahbagi berlangsungnya dialog yang sifatnya konstruktif antara kepaladesa/lurah dengan warganya. Pembentukan Badan Perwakilan Desa(BPD), misalnya, dan pemilihan ketua serta anggota BPD secarademokratis juga menunjukkan partisipasi rakyat yang semakinmeningkat.

� Wewenang yang dimiliki oleh desa dalam otonomi daerah masihbelum jelas. Masyarakat belum memahami konsep otonomi daerahserta bagaimana prakteknya di lapangan. Oleh karena itu, perludibuat peraturan daerah guna memperjelas wewenang yang dimilikioleh desa.

� Otonomi daerah berarti pengalihan �beban pembangunan� kepadamasyarakat yang terbukti dari meningkatnya jumlah pungutanpajak dan retribusi.

PEMAHAMAN DI TIINGKAT DESA/KELURAHAN

Page 26: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

� Penyebarluasan prakarsa yang berhasil serta praktek-praktek yang dilakukan oleh pihak lain yang terkait akan

membantu memperjelas tentang arti yang sesungguhnya dari otonomi daerah. Kesadaran akan pengalaman

nyata dapat membuat konsep ini menjadi lebih kongkret. Di sinilah antara lain peran media massa.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

26F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

� Otonomi daerah dipahami sebagai pengalihan/pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.Dibandingkan dengan UU No. 5/1974, UU No. 22/1999 menempatkan pemerintah daerah dalam posisi yang lebih baik karenakini mereka mempunyai wewenang untuk mengelola daerah mereka sendiri, melaksanakan perencanaan dari bawah ke atas(bottom-up), dan mempunyai kebebasan dalam menggunakan dana anggaran, meski tetap menjamin keberadaan NegaraKesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah menjadi lebih bermakna manakala pemerintah daerah juga menggunakanjaringan kerja antardaerah.

� Hasil-hasil positif dari otonomi daerah meliputi peningkatan kemandirian daerah, yang memberikan kebebasan kepadapemerintah daerah untuk memanfaatkan segala potensi dan sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah jugamempunyai wewenang untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pembiayaan pembangunan mereka sendiri, disamping juga wewenang untuk mengelola lembaga/instansi mereka sendiri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatberdasarkan kemampuan daerah itu sendiri.

� Otonomi daerah telah mendorong reposisi lembaga DPRD, di mana DPRD kini memiliki wewenang yang lebih besar dalamproses kontrol. Lebih lanjut, diharapkan tercipta hubungan yang lebih seimbang antara lembaga legislatif dan eksekutifpemerintah daerah.

� Otonomi daerah menyangkut peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pemberian pelayanan yang lebih baik oleh pemerintah.Sehubungan dengan itu, otonomi daerah menuntut bahwa hendaknya aparat birokrasi di daerah merupakan personil yangprofesional dan memiliki kewenangan cukup besar.

� Otonomi daerah berarti pemberdayaan rakyat. Melalui otonomi daerah, ada upaya-upaya agar pemerintah dapat lebih dekatdengan rakyat. Oleh karena itu, otonomi daerah mengarahkan pemerintah daerah (khususnya pihak eksekutif) agar menjadifasilitator bagi warga masyarakat/masyarakat madani. Untuk memenuhi harapan ini, perlu dilakukan penyesuaian fungsipemerintah daerah.

� Otonomi daerah merupakan hasil dari proyek mantan Presiden Habibie yang tergesa-gesa membuat dan menyelesaikanseluruh perangkat UU dalam kurun waktu tertentu. Akibatnya, terdapat konsep yang tidak jelas serta ketidakkonsistenanperangkat UU yang terkait dengan otonomi daerah. Konsep otonomi daerah tidak dapat sepenuhnya dijalankan karenapemerintah pusat belum menyusun peraturan pemerintah (PP) penunjang dan karena definisi mengenai otonomi daerah itusendiri masih belum sempurna. Definisi yang kurang lengkap serta PP yang dihasilkan telah menciptakan �tarik-menarik�kewenangan antara pemerintah daerah dan DPRD.

� Dalam pelaksanaannya, pemerintah pusat dianggap ragu-ragu memberikan otonomi kepada daerah. Seakan-akan pemerintahpusat melepaskan bagian kepala tetapi masih memegangi bagian ekornya. Pemerintah pusat dianggap melimpahkanwewenang demi keuntungannya sendiri, yaitu mengurangi beban yang menjadi tanggung jawabnya. Otonomi daerah berartibeban tambahan bagi pemerintah daerah karena memiliki kewenangan fiskal yang terbatas. UU No. 22/1999 tetap dapatdipertahankan, sedangkan PP No. 25/2000 perlu direvisi.

PEMAHAMAN DI TINGKAT PROPINSI

Page 27: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

B. Partisipasi kaum perempuan di dalam proses pengambilan keputusan publik masih rendah dan

terbatas. Isu ini memainkan peran penting dalam beberapa hal. Misalnya, kaum perempuan kurang

berperan dibandingkan laki-laki di dalam forum musyawarah kelurahan. Demikian pula, wakil mereka di

jajaran birokrasi masih tergolong sedikit. Lebih lanjut, mereka belum memiliki akses yang sama dan

terbuka terhadap sumber daya yang dimiliki oleh daerah.

REKOMENDASI

� Perlu dibuat peraturan daerah tentang proses pengambilan keputusan di tingkat daerah sehingga

keterlibatan kaum perempuan dalam perumusan kebijakan publik dapat terwujud.

� Diperlukan keterlibatan yang lebih besar dari kaum perempuan dalam pelatihan dan perumusan kebijakan,

khususnya bagi pemerintah daerah. Ini akan memungkinkan mereka mampu membuat peraturan

pemerintah yang efektif.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

27

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

� Perlu dipahami bahwa otonomi daerah merupakan proses. Oleh karena itu, ada langkah-langkah yang harus dilaksanakan:persiapan (2001), pelaksanaan (2002), konsolidasi (2003-2004), dan stabilisasi pada tahun 2007. Di dalam proses ini,pemberdayaan masyarakat, yang menuntut hubungan yang lebih erat antara pemerintah daerah dengan rakyat, jugaberlangsung.

� Otonomi daerah identik dengan desentralisasi. Otonomi daerah berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepadapemerintah daerah. Otonomi daerah membuat hubungan hirarkis antara pemerintah Propinsi dan pemerintahkabupaten/kotamadya menjadi berkurang. Otonomi daerah menimbulkan kesulitan dalam koordinasi karena daerah cenderungbertindak sekehendak hatinya sehingga dalam beberapa hal dapat menimbulkan berbagai persoalan antardaerah.

� Di era otonomi daerah, pemerintah Propinsi dipandang sebagai koordinator dalam menangani persoalan-persoalan antardaerah(kabupaten/kotamadya), seperti misalnya pembangunan wilayah dan penyelesaian sengketa. Sesungguhnya, ada koordinasiyang intensif antara pemerintah Propinsi dan pemerintah kabupaten/kotamadya. Diakui bahwa otonomi daerah menjadi lebihbermakna apabila pemerintah daerah menggunakan jaringan kerja antardaerah. Sebagai contoh, konsep ekologi hendaknyabersifat holistik atau antardaerah, dan bukan bersifat parsial.

� Karena otonomi berarti pelimpahan wewenang/kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah Propinsi, makahendaknya otonomi ditempatkan di tingkat Propinsi. Oleh karena itu, Pasal 4 UU No. 22/1999 perlu direvisi. Pemerintahkabupaten/kotamadya merupakan bagian dari pemerintah Propinsi dan pemerintah Propinsi merupakan bagian dari pemerintahpusat. Otonomi daerah berarti kewenangan untuk mengatur sendiri dalam konteks kemampuan dan kecakapan daerah.

� Otonomi daerah mendorong partisipasi rakyat. Otonomi daerah memberikan kebebasan dan wewenang yang lebih luas dalammenciptakan produk hukum perundang-undangan, pengelolaan dana pembiayaan daerah, pelaksanaan pembangunan daerahdemi kesejahteraan rakyat, pengembangan kemitraan yang menguntungkan, dan pengelolaan serta pembuatan desain tataruang. Akan tetapi, dalam pada itu, otonomi daerah dipandang sebagai �tanggung jawab� dan wewenang tambahan yangmempunyai konsekuensi dari segi Pembiayaan, Pegawai dan Peralatan/Persediaan Daerah (PSD).

� Walaupun memiliki beberapa aspek positif, namun otonomi daerah juga menimbulkan sejumlah masalah. Sebagai contoh, adaketidakkonsistenan dalam peraturan pemerintah pusat dan daerah. Otonomi daerah begitu �membingungkan� dalam artibahwa konsep tersebut diajukan tanpa panduan yang jelas dan memadai dalam bentuk peraturan pemerintah (PP) daripemerintah pusat. Ada berbagai penafsiran mengenai otonomi daerah, yang antara lain disebabkan oleh adanya tumpang-tindih antara UU dan PP. Masih ada �tarik-menarik� antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, karena tidak semuawewenang yang dilimpahkan. Hingga taraf tertentu, pemerintah daerah dianggap lebih menekankan pada aspek kewenanganketimbang kewajiban. Persoalan ini kemungkinan besar menimbulkan perlawanan di antara beberapa kelompok masyarakatterhadap konsep otonomi daerah.

PEMAHAMAN DI TINGKAT PROPINSI

Page 28: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

� UU tentang partisipasi rakyat hendaknya dapat dibuat guna mengatur partisipasi kaum perempuan dalam

pembuatan UU.

C. Tidak adanya hubungan antara sistem politik yang dianut dengan otonomi daerah. Sistem politik

yang dianut, yang tersirat dalam UU tentang Pemilu serta UU tentang partai politik, dirasakan sebagai isu

penting yang dapat mempengaruhi proses desentralisasi. Peran yang dijalankan oleh pihak eksekutif

maupun partai politik masih belum jelas benar. Apakah partai politik menjalankan perannya selaku wakil

rakyat juga masih menjadi bahan pertanyaan. Agar benar-benar mewakili rakyat, mereka harus mulai

menjelaskan siapa saja yang menjadi pemilih mereka. Dengan tidak adanya prinsip yang dapat dipahami

secara jelas yang mengatur tentang peran dan tanggung jawab partai politik, sebagian pengamat melihat

bahwa dinamika yang terjadi antara dan antarlembaga eksekutif, legislatif, serta partai politik tidak lebih

dari suatu bentuk KKN guna memperkaya diri mereka sendiri. Proses pengambilan keputusan masih

didominasi oleh para elite yang hanya akan melindungi kepentingan pribadinya sendiri. Penyusunan APBD

masih merupakan bidang di mana aturan-aturan yang tidak jelas akan meningkatkan risiko munculnya

pertanyaan-pertanyaan seputar proses pengerjaannya. Akuntabilitas DPRD yang mengesahkan APBD

tersebut tidak pernah diganggu gugat. Laporan pertanggungjawaban akan memberikan landasan objektif

dalam mengukur kinerja pemerintah daerah, dan dalam beberapa hal dapat menjadi alat bagi DPRD untuk

memberhentikan bupati atau walikota. Bila bupati dan wakil bupati dipilih langsung oleh rakyat, maka

mereka akan lebih bertanggung jawab kepada rakyat.

REKOMENDASI

� UU politik seyogyanya diubah guna memberi jalan bagi pemilihan pejabat kepala daerah serta anggota

DPRD secara langsung oleh rakyat.

� Peraturan pemerintah tentang partai politik di daerah seyogyanya diubah. Perubahan peraturan tersebut

akan menjamin terciptanya mekanisme yang memadai sedemikian rupa sehingga institusi-institusi politik

(eksekutif, badan legislatif, dan partai politik) melaksanakan tugas-tugas sebagaimana yang diharapkan

dalam rangka menciptakan demokrasi.

D. Proses pengalihan aset masih belum jelas. Secara resmi sebenarnya telah ada pengalihan aset, namun

dalam prakteknya pengalihan tersebut belum terjadi. Status beberapa aset pemerintah pusat yang

diharapkan dapat dialihkan kepemilikannya kepada pemerintah daerah hingga kini masih belum jelas.

Hanya ada sedikit sekali informasi mengenai apakah aset-aset ini telah dijual atau belum. Sebagian aset

yang telah dialihkan tidak didukung dengan bukti-bukti otentik yang kuat.

REKOMENDASI

� Perlu dibuat peraturan pemerintah yang jelas yang mengatur tata laksana pengalihan aset mulai dari

pemerintah pusat hingga tingkat desa/kelurahan.

� Perlu dibuat dokumentasi atas aset yang telah dialihkan kepemilikannya. Untuk itu perlu dilakukan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

28F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Page 29: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

pencocokan antara klaim pemerintah pusat mengenai pengalihan aset dengan data mengenai aset yang

benar-benar telah diterima oleh pemerintah daerah.

E. Kebijakan mengenai proses pemberian Dana Alokasi Umum/DAU masih belum jelas sementara

pemahaman daerah mengenai masalah ini masih sangat terbatas.

Ada beberapa isu yang terkait dengan perumusan, penyalahgunaan, transparansi, dan cara pelaksanaan

proses alokasi DAU. Banyak yang mengeluh tentang rumus dan kriteria yang digunakan dalam

penghitungan DAU. Sebagian besar masalah itu diakibatkan oleh kurangnya pemahaman dan informasi

tentang alokasi DAU baik di pihak pemerintah daerah maupun masyarakat umum. Kurangnya informasi

serta adanya �calo� dan penyeleweng DAU merupakan pertanda kurangnya transparansi dalam proses

alokasi DAU.

Semua masalah ini masih diperparah lagi oleh pengaturan waktu yang tidak konsisten. Jadwal penyelesaian

DAU tidak memudahkan penyusunan RAPBD. Kini, pemerintah daerah harus merencanakan RAPBD

tanpa pemahaman yang jelas tentang besarnya dana yang akan mereka terima dalam rangka DAU dari

pemerintah pusat. Perencanaan akan menjadi lebih baik seandainya, dalam penyusunan RAPBD,

pemerintah daerah telah memiliki informasi yang cukup tentang perkiraan penerimaan mereka, termasuk

DAU. Informasi ini terutama penting bagi daerah-daerah miskin. Di Jayapura, misalnya, pemerintah daerah

tidak mampu meramalkan DAU yang akan diterimanya. Bahkan pada kenyataannya, DAU yang diterima

menurun dari Rp. 148 milyar menjadi Rp. 125 milyar. Penurunan yang tak diperkirakan sebelumnya ini

jelas mempengaruhi kegiatan dan pelayanan pemerintah daerah.

REKOMENDASI

� Proses perumusan, penyelesaian penyusunan, dan pendistribusian DAU hendaknya bersifat terbuka dan

tepat waktu, dan hendaknya melibatkan pemerintah daerah secara langsung.

� Perlu dibuat suatu mekanisme konsultasi dan pengaduan masyarakat mengenai DAU.

� Perlu dibuat suatu mekanisme konsultasi dan pengaduan masyarakat mengenai dana bagi hasil lainnya

(pajak dan sumber daya alam).

IV. IRDA BERIKUTNYAIRDA I dilakukan setahun setelah mulai dilaksanakannya desentralisasi. Dalam kurun waktu yang singkat ini,

ada beberapa indikasi positif perihal kemajuan dan pendalaman desentralisasi di Indonesia. Penelusuran secara

terus-menerus terhadap kemajuan ini sangatlah penting, dan rancangan IRDA memberikan tinjauan secara

berkala. Masukan-masukan dari beberapa seminar nasional dan diskusi tentang hasil penelitian IRDA I yang

diselenggarakan tanggal 28 Februari 2002 maupun kemudian dari seminar tingkat daerah mengusulkan untuk

(1) lebih memperdalam beberapa tema yang tercakup dalam IRDA I dan (2) memasukkan dan mengumpulkan

data tentang tema-tema lain di luar tema yang sudah ada.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

29

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 30: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

Berikut ini adalah beberapa usulan yang disampaikan:

� Melanjutkan tema-tema yang telah dicakup dalam IRDA I. Beberapa usulan menunjuk kepada analisis

yang lebih mendalam serta informasi tambahan terhadap kelima tema yang telah diuraikan dalam Bagian

II.

� Keuangan. Publik tertarik untuk mengetahui bukan hanya perihal penerimaan yang diperoleh daerah,

melainkan juga �sektor-sektor� yang menyumbang penerimaan tersebut. Dana subsidi semacam DAU

tetap menjadi topik yang penting, khususnya sehubungan dengan dugaan adanya �calo� DAU. Apakah

memang ada calo DAU? Apakah ada transaksi di balik alokasi DAU? Dalam kaitan ini, subsidi kepada

pemerintah desa dan bagaimana dana itu digunakan juga merupakan topik yang sama pentingnya.

� Anggaran. Di samping tertarik mengamati proses penyusunan anggaran di tingkat kotamadya dan

kabupaten serta transparansi di dalam proses tersebut, masyarakat juga tertarik mengamati proses

penyusunan anggaran di tingkat desa/kelurahan.

� Partisipasi Rakyat. Siapa sajakah para peserta di dalam forum tersebut? Apakah semua ini hanya

sekadar formalitas? Publik ingin mengetahui tentang sifat interaksi antara masyarakat dan pemerintah

daerah. Ada sejumlah pertanyaan menyangkut apakah kebijakan-kebijakan yang diambil benar-benar

mencerminkan aspirasi rakyat.

� Akuntabilitas. Publik juga tertarik untuk mengetahui tentang langkah-langkah apa yang telah

dilakukan oleh pemerintah daerah dan bahkan juga pemerintah pusat dalam menetapkan sistem

pemeriksaan keuangan agar para pejabat pemerintah daerah tersebut dapat bertanggung jawab atas

segala tindakan dan keputusannya.

� Hubungan Antarpemerintahan. Publik masih terus tertarik mengamati berbagai dimensi dan pola yang

mungkin terjadi dalam hubungan antarpemerintahan. Sebagai contoh, publik menanyakan tentang

apakah ada atau bagaimana pola kerja sama antar pemerintah Propinsi, dan bahkan juga tentang

dinamika hubungan antarpemerintah desa/kelurahan.

� Pemberian Pelayanan. Topik ini merupakan inti dari desentralisasi. Oleh karena itu, masyarakat ingin

mengetahui apakah otonomi daerah membuat pelayanan pemerintah kepada masyarakat, khususnya

rakyat miskin, menjadi lebih baik. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah telah diterapkan

standar kinerja pelayanan kepada masyarakat. Masyarakat juga mempertanyakan apakah otonomi

daerah membuat kinerja pejabat pemerintah daerah menjadi lebih baik. Hal ini kemudian

menimbulkan pertanyaan tentang standar dan kriteria apa yang digunakan dalam mengukur

keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah.

� Topik-topik �baru� yang diusulkan. Beberapa topik berikut ini hanya disebutkan secara sepintas saja

selama IRDA I. Para peserta kini mengusulkan agar topik-topik tersebut dimasukkan sebagai topik utama

dalam IRDA berikutnya. Topik-topik tersebut antara lain:

� Peran DPRD. Pertanyaan seputar para anggota DPRD menenggelamkan isu-isu lainnya, mulai dari

masalah pengetahuan dan kemampuan mereka dalam menjalankan fungsinya seperti misalnya dalam

T H E A S I A F O U N D A T I O N

30F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Page 31: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

pembuatan peraturan daerah (perda) ataupun penyusunan APBD, kualitas perundang-undangan yang

mereka hasilkan, hingga kepada masalah KKN yang diyakini oleh banyak pihak melibatkan para

anggota DPRD tersebut. Masyarakat ingin mengetahui apakah DPRD menyadari dampak yang

ditimbulkan oleh perda yang mereka hasilkan, khususnya perda yang dianggap membebani

masyarakat, atau menyadari bahwa perda tersebut bertentangan dengan UU yang berlaku.

� KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Ada kekhawatiran bahwa pelaksanaan otonomi daerah akan

membuat KKN juga merembes ke daerah. Oleh karena itu, masyarakat ingin mengetahui tentang

dampak dari otonomi daerah terhadap masalah KKN di daerah.

� Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup dipandang sebagai salah satu sektor yang akan sangat

terpengaruh oleh pelaksanaan otonomi daerah. Masyarakat tertarik untuk mengetahui komitmen

pemerintah daerah terhadap pelestarian lingkungan atau bagaimana mereka mengeksploitasi sumber

daya alam yang mereka miliki (misalnya hutan, dsb.).

� Pengurangan Kemiskinan. Topik ini terkait dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Publik

kini makin tertarik mengamati apakah pemerintah daerah meningkatkan pelayanan mereka dengan

mempertimbangkan pula kepentingan kelompok miskin. Apakah pemerintah daerah melakukan

langkah-langkah pemberantasan kemiskinan? Apakah mereka lebih sibuk membangun gedung-gedung

baru? Apakah pemerintah daerah menganggap bahwa penghapusan kemiskinan merupakan tanggung

jawab mereka?

� Pandangan Pemerintah Pusat. Pandangan dan upaya pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi

daerah sangatlah penting guna mengetahui kemajuan yang telah dicapai dalam rangka otonomi daerah.

� Topik-topik lainnya yang diusulkan meliputi masalah jender dan peran sektor bisnis dalam

mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik di daerah.

Tahap penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam setiap putaran IRDA merupakan tahap

penentuan agenda penelitian. Proses ini berpedoman pada keinginan untuk menghasilkan kesimpulan yang

sangat bermanfaat bagi khalayak luas yang berkepentingan. Oleh karena itu, semua usulan ini akan dimasukkan

sebagai masukan awal dalam tahap perencanaan IRDA berikutnya.

T H E A S I A F O U N D A T I O N

31

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 32: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

LAMPIRAN: Mitra Lokal dalam Riset IRDA I

Bagian lampiran ini memperkenalkan tentang mitra kerja lokal yang terlibat dalam riset IRDA I serta

menguraikan tentang lokasi penelitian mereka.

1. Pusat Studi Wanita, Universitas Sumatera Utara (USU). Lembaga ini didirikan sebagai wadah bagi

para staf pengajar di lingkungan USU dalam melakukan riset dan advokasi mengenai masalah-masalah

jender dan hak-hak kaum perempuan. Riset dan advokasi yang dijalankan terutama diarahkan pada aspek

kebijakan berikut implementasinya.

Lokasi Penelitian: Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

2. Indonesian Partnership on Governance Initiatives (IPGI). Berdiri pada tanggal 1 Januari 2001, IPGI

merupakan organisasi nirlaba yang melibatkan jaringan kerja cukup luas dalam penelitian tentang

partisipasi rakyat, pelatihan dan konsultansi, maupun advokasi dan pemberian nasihat tentang kebijakan

pemerintah daerah. Lembaga ini bertujuan meningkatkan kemampuan kemitraan antarkelompok

masyarakat madani dalam rangka mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang baik di tingkat daerah

dan juga pembangunan yang berkelanjutan. IPGI beranggotakan orang-orang dari instansi pemerintah

daerah, peneliti akademis, dan aktivis LSM/Ornop, dan oleh karena itu mampu menjembatani kesenjangan

antara pemerintah, universitas, dan masyarakat madani. IPGI memulai kegiatannya dengan tiga buah

kantor, yaitu satu sekretariat tingkat nasional yang berlokasi di Bandung serta dua kantor cabang di Solo

dan Dumai.

Lokasi Penelitian: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

3. Center for Micro and Small Enterprise Dynamics (CEMSED) � Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW). CEMSED merupakan pusat penelitian di lingkungan Fakultas Ekonomi UKSW di Salatiga.

Lembaga ini didirikan guna turut ambil bagian dalam pengembangan dan pemberdayaan usaha kecil dan

menengah (UKM) di sekitar Salatiga pada khususnya, dan Provinsi Jawa Tengah pada umumnya.

Kegiatannya meliputi: riset kebijakan mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh UKM; pemberian

pelatihan untuk para pelatih; pelatihan bisnis bagi UKM; penyelenggaraan seminar, diskusi, dialog, dan

pertemuan bisnis dengan UKM; pengembangan jaringan UKM; dan pembuatan basis data tentang UKM.

CEMSED melaksanakan kegiatan-kegiatan ini dengan bekerja sama dengan berbagai institusi seperti

misalnya pemerintah daerah, LSM/Ornop, asosiasi bisnis, asosiasi konsultan, universitas, lembaga

keuangan, dan donor internasional.

Lokasi Penelitian: Kota Salatiga, Jawa Tengah

4. Yayasan Persemaian Cinta Kemanusiaan (PERCIK). Lembaga ini didirikan dengan tujuan untuk mem-

prakarsai upaya-upaya persemaian rasa kepedulian dan perhatian terhadap sesama, dan juga upaya-upaya

menjunjung tinggi hak asasi serta martabat manusia dalam masyarakat yang heterogen. PERCIK aktif

T H E A S I A F O U N D A T I O N

32F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Page 33: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

terlibat dalam penelitian tentang berbagai masalah sosial dan kemanusiaan. Lembaga ini juga

menyelenggarakan pelatihan, membantu upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, melaksanakan advokasi

mengenai masalah-masalah demokrasi dan keadilan sosial, serta turut membantu dalam penyelesaian

konflik.

Lokasi Penelitian: Kota Semarang, Jawa Tengah

5. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) � Universitas Gadjah Mada (UGM). Lembaga ini

didirikan tahun 1973 dengan tujuan untuk menghasilkan dan menyebarkan pengetahuan tentang masalah-

masalah kependudukan, kesehatan organ reproduksi, kekerasaan terhadap perempuan, migrasi

internasional, usaha berskala kecil, urbanisasi, industrialisasi, jaminan sosial, kemiskinan, dan masalah

pemerintahan. PSKK adalah pusat studi lintas disiplin ilmu pengetahuan, di mana di dalamnya terdapat 34

tenaga peneliti dari berbagai disiplin ilmu seperti misalnya geografi, ekonomi, kedokteran, psikologi,

demografi, sosiologi, antropologi, kebijakan pemerintah, dan manajemen. Lembaga ini telah melaksanakan

lebih dari 200 proyek penelitian di berbagai bidang dan telah melatih lebih dari 1.000 peneliti muda dari

berbagai universitas dan badan penelitian milik pemerintah. PSKK memiliki jaringan yang kuat dengan

lembaga penelitian lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri, dan memiliki banyak koneksi dengan

lembaga donor nasional maupun internasional.

Lokasi Penelitian: Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta

6. Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK). PUPUK merupakan organisasi swasta nirlaba

yang bersifat independen dan tidak berafiliasi politik. Lembaga ini mempunyai komitmen untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan lebih terdesentralisasi. Tujuan utamanya adalah

untuk memajukan para pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya, membantu mereka dalam mencapai

sasaran mereka, dan berjuang keras untuk kepentingan mereka. PUPUK tidak bermaksud mengubah usaha

kecil menjadi usaha besar, melainkan membuat mereka menjadi lebih kuat, mandiri, dan mampu bertahan

hidup. Prioritas kegiatannya adalah menyokong usaha kecil yang berpotensi tumbuh-kembang maupun

yang menggunakan metode produksi yang bersifat melestarikan sumber daya alam serta memajukan

perlindungan terhadap lingkungan. PUPUK juga mempunyai komitmen untuk turut ambil bagian dalam

upaya pengembangan usaha kecil di daerah-daerah yang terbelakang, khususnya yang letaknya jauh dari

pusat kegiatan ekonomi di Indonesia.

Lokasi Penelitian: Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

7. Pusat Penelitian Otonomi Daerah Universitas Udayana. Lembaga ini didirikan pada bulan September

1996 atas prakarsa sekelompok staf pengajar dari berbagai disiplin ilmu di lingkungan Universitas

Udayana. Lembaga ini telah banyak terlibat dalam beberapa kegiatan penelitian yang bekerja sama dengan

sejumlah kabupaten dan kota di Bali, dan terlibat aktif dalam upaya pengembangan kemampuan di

Badung, Gianyar, dan Denpasar. Selain itu, lembaga ini juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang

bertujuan untuk mendorong proses desentralisasi di Bali dengan bekerja sama dengan sejumlah instansi

T H E A S I A F O U N D A T I O N

33

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 34: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

pemerintah tingkat provinsi maupun pemerintah pusat, universitas lain, dan lembaga-lembaga

internasional. Bersama-sama dengan Pusat Studi Wanita dan Pusat Studi Hukum Tradisional yang terdapat

di lingkungan Universitas Udayana, lembaga ini melaksanakan program pemberdayaan perempuan serta

pemberdayaan masyarakat tradisional di Bali.

Lokasi Penelitian: Kabupaten Gianyar, Bali

8. Yayasan KOSLATA. Koslata terbentuk tahun 1989 dan dimulai sebagai kelompok studi mahasiswa.

Karena fokus perhatiannya lebih pada masalah-masalah sosial serta menjadi lebih aktif terlibat dalam

pembangunan sosial, maka pada tanggal 21 Mei 1992 kelompok ini mengubah statusnya menjadi Yayasan

Koslata. Kegiatannya meliputi penelitian tentang dampak kepariwisataan, advokasi bagi para pekerja dan

petani pendatang, dialog terbuka tentang hak asasi manusia, penyelesaian konflik, dan pemberian

penyuluhan mengenai hak-hak warganegara dalam rangka mendorong demokrasi. Yayasan ini banyak

menerima bantuan dana dari berbagai lembaga donor internasional.

Lokasi Penelitian: Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat

9. Yayasan Madanika. Yayasan Madanika adalah organisasi nirlaba yang berlokasi di Pontianak, Kalimantan

Barat, dan didirikan tanggal 20 April 1998. Fokus perhatiannya adalah pada pengembangan kegiatan

masyarakat madani di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Untuk itu, yayasan ini aktif terlibat

dalam kegiatan penelitian dan publikasi, di samping juga pemberian pelatihan dan advokasi. Yayasan ini

juga memfasilitasi kegiatan masyarakat. Di samping turut terlibat dalam IRDA, Yayasan Madanika juga

melakukan kegiatan lain guna mendapatkan informasi tentang tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan

otonomi daerah di Kalimantan Barat.

Lokasi Penelitian: Kota Pontianak, Kalimantan Barat

10. Lembaga Manajemen dan Penelitian Pembangunan (LMPP) � Universitas Sam Ratulangi

(UNSRAT). Lembaga ini didirikan di lingkungan Fakultas Ekonomi dengan tujuan untuk mengembangkan

kemampuan para staf pengajarnya di bidang riset dan pelatihan. Para peneliti yang tergabung di dalam

lembaga ini mengkhususkan diri di bidang pembangunan ekonomi, terutama pembangunan ekonomi

regional dan usaha kecil. Lembaga ini telah menyelenggarakan pelatihan di bidang manajemen dan

akuntansi dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga lainnya seperti Konrad-Adenauer-Stiftung dari

Jerman dan JICA dari Jepang.

Lokasi Penelitian: Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara

11. Lembaga Penelitian � Universitas Cendrawasih, Papua. Lembaga ini didirikan tahun 1983 dengan

tujuan untuk mengelola kegiatan penelitian di lingkungan Universitas Cendrawasih. Kini, setelah

terorganisasi dengan baik, lembaga ini bertanggung jawab mengawasi kegiatan beberapa pusat penelitian

di lingkungan universitas tersebut yang menitikberatkan perhatian pada berbagai masalah seperti masalah

lingkungan hidup, kependudukan, kajian wanita, kemasyarakatan, dan kebudayaan. Di samping

T H E A S I A F O U N D A T I O N

34F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Page 35: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

mengkoordinir kegiatan penelitian reguler oleh para staf pengajar di lingkungan Universitas Cendrawasih,

lembaga ini juga mengelola penelitian dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi lain

seperti misalnya Pemerintah Propinsi Papua, Pemerintah Kota Jayapura, instansi pemerintah pusat, serta

beberapa perusahaan swasta.

Lokasi Penelitian: Kota Jayapura, Propinsi Papua

12. Center of Economic and Social Studies (CESS). Lembaga ini didirikan tanggal 22 Agustus 1994 oleh

sekelompok orang yang mempunyai komitmen terhadap pembangunan sosial dan ekonomi di Indonesia.

Lembaga ini mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui

kegiatan penelitian, penyebaran informasi, dan kerja sama pembangunan lainnya. Dengan staf peneliti

yang berkualitas dan berdedikasi tinggi, CESS melaksanakan kegiatan penelitian di bidang pengembangan

pertanian, masalah-masalah kelembagaan, pengembangan sumber daya manusia, pembangunan regional,

perdagangan, dan masalah UKM. Lembaga ini menyampaikan hasil penelitiannya sebagai bahan masukan

bagi perumusan kebijakan pemerintah baik di tingkat nasional maupun internasional.

Lokasi Penelitian: DKI Jakarta

T H E A S I A F O U N D A T I O N

35

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 36: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

36F

irst

Ind

ones

ia R

apid

Dec

entr

aliz

atio

n A

ppra

isal

Syn

opsi

s of

Fin

ding

s

Page 37: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

T H E A S I A F O U N D A T I O N

37

Fir

st I

ndon

esia

Rap

id D

ecen

tral

izat

ion

App

rais

al S

ynop

sis

of F

indi

ngs

Page 38: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan

ABOUT THE FOUNDATION

The Asia Foundation is a nonprofit, nongovermental grantmaking

organization committed to the development of a peaceful prosperous,

and open Asia-Pascific region. The Foundation supports programs in

Asia that help improve governance and law, economic reform and

development, women�s participation, and international relations. The

Foundation gives priority to strengthening leadership and the capacity

of local organizations, as well as improving public policy. Foundation

grants are given for education and traning, technical assistance,

exchanges, policy research, and educational materials. Founded in

1954, The Asia Foundation is headquartered in San Francisco, has 15

offices in Asia, and an office in Washington, D.C.

Page 39: T HE A SIA F OUNDATION PRAKATA · dilaksanakan oleh The Asia Foundation untuk memonitor dan menilai proses desentralisasi di ... masyarakat madani, ... bagaimana keseluruhan perkembangan