tafsÎr faidh ar-rahmÂn - iiq
TRANSCRIPT
TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN
KARYA KIAI SHOLEH DARAT SEMARANG (1820-1903 M)
(KAJIAN FILOLOGI QS. AL-FÂTIHAH [1]: 1-7)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Luthfatul Badriyah
NIM. 13210526
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)
JAKARTA
1438 H/2017 M
TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN
KARYA KIAI SHOLEH DARAT SEMARANG (1820-1903 M)
(KAJIAN FILOLOGI QS. AL-FÂTIHAH [1]: 1-7)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Luthfatul Badriyah
NIM. 13210526
Pembimbing:
Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, M.A
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat
Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)” yang
disusun oleh Luthfatul Badriyah dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)
13210546 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh
pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan ke sidang
munaqasyah.
Jakarta, 18 Agustus 2017 M
Pembimbing
Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, M.A
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat
Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)” oleh
Luthfatul Badriyah dengan Nomor Induk Mahasiswa 13210526 telah diujikan
pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2017 M. Skripsi tersebut telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 21 November 2017 M
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta
Dra. Hj. Maria Ulfa, M.A
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. M. Ulinnuha, Lc., M.A Dra. Rukoyah Tamami
Penguji I Penguji II
Dr. M. Ulinnuha, Lc., M.A Ali Mursyid, M. Ag
Pembimbing
Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, M.A
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Luthfatul Badriyah
NIM : 13210526
Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 25 Februari 1986
Alamat : Cirebon, Jawa Barat
menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya
Kiai Sholeh Darat Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-
Fâtihah [1]: 1-7)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 18 Agustus 2017 M
Luthfatul Badriyah
iv
MOTTO
Hidup adalah Pengabdian
نس إل لعبدون ن وٱل وما خلقت ٱل
“Dan Aku (Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk
mengabdi kepada-Ku”
Mengabdi kepada Sang Pencipta dan Rasul-Nya
Mengabdi kepada Agama dan Bangsa
Mengabdi kepada Orang Tua, Guru dan Suami Tercinta
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan skripsi
dengan judul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat
Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)” . Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. beserta seluruh keluarga dan sahabatnya, hingga akhir
zaman.
Setelah perjuangan yang begitu panjang dengan tak henti-henti
mengharap pertolongan dari Allah Swt. akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini untuk melengkapi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana dalam Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
karya sederhana ini hakikatnya bukanlah mutlak hasil jerih payah penulis
seorang. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
teramat dalam kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A Rektor Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
menimba ilmu di perguruan tinggi ini.
2. Dra. Hj. Maria Ulfa, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut
Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
3. Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang selalu memberikan motivasi, menuntun dan
membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang telah
meniupkan ruh semangat belajar dan kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan.
5. Instruktur tahfizh yang dengan kesabaran membimbing dan
memotivasi penulis dalam menghafal Al-Qur‟an selama menjadi
mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta: Dr. KH. Ahmad
Fathoni, Lc. M.A, Hj. Athiqoh S.Thi, Hj. Arbiyah Mahfudz S.Thi, Hj.
Amila S.Thi, Kak A‟yuna Faizatul Fiqriyah S.Ud, Hj. Muthmainnah,
M.A, dan Hj. Istiqomah, M.A.
6. Seluruh staf Fakultas yang telah membantu setiap tangga proses yang
penulis lalui.
7. Pimpinan dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,
pimpinan dan karyawan Perpustakaan Umum Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta, Perpustakaan Iman Jama‟ serta Pusat Studi Al-
vi
Qur‟an (PSQ), yang telah menyediakan informasi dan buku-buku
sebagai sumber referensi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Terima kasih kepada Pak‟e Mathori dan Emak Sujinah beserta
segenap Kakak dan Mbak keluarga besar Pati, tiada satupun barisan
huruf yang mampu melukiskan betapa besar pengorbanan
panjenengan-penjenengan.
9. Suami terkasih, Aa Muhammad Hudzaifah, yang senantiasa dengan
penuh cinta membimbing dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan studi di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
10. Ibu Mertua penulis, Hj. Maslikah, yang senantiasa meridhai tiap
langkah kaki penulis dalam menyelesaikan studi di IIQ Jakarta.
11. Teman-teman Penghuni Asrama IIQ Hosen, Neng Elsa, Ning Aniq,
Mbak Enik, De‟ Lina, Bu Iroh, Teh Atiq, Mbak Ilma, Kakak Imas dan
Lipeh, beserta seluruh teman seperjuangan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang selalu membantu, mendukung dan
menghibur penulis. Semoga ukhuwah kita selalu terjalin dimanapun
kita berada.
12. Kepada seluruh pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung, wa bi al-khushush
Ahmad Ginanjar Sya‟ban, Lc, MA (Direktur Islam Nusantara Center
Jakarta), Prof. Nabilah Lubis, Dr. Islah Gusmian, Dr. In‟amuzzahidin
dan Kang Ichwan dari KOPISODA Semarang, Dr. M. Adib
Misbachul Islam, Abdul Rasyid MA, dan Walid Hanoun Cirebon.
Tiada yang dapat penulis berikan sebagai balas budi atas segala
kebaikan, kemudahan, bantuan serta dukungan selain untaian do‟a semoga
Allah Swt. membalas dengan surga-Nya. Jazakumullah ahsanal jazâ`.
Tak lupa penulis memohon maaf yang sedalam-lamnya kepada
seluruh pembaca atas segala kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari dalam skripsi masih banyak kekurangan dan sangat perlu
perbaikan serta penyempurnaan. Untuk itu kritik, saran dan masukan
senantiasa penulis harapkan. Semoga apa yang telah penulis lakukan melalui
penelitian ini dapat membawa manfaat dan bernilai pahala di sisi Allah Swt.
Amin.
Jakarta, 18 Agustus 2017
Luthfatul Badriyah
vii
Judul:
“Tafsir Faidh ar-Rahmân
Karya Kiai Sholeh Darat Semarang (1820-1903 M)
(Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)”
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS .......................................................................... iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... ix
ABSTRAK .................................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
E. Metodologi Penelitian .................................................................. 11
BAB II: SEJARAH FILOLOGI
A. Definisi Filologi ........................................................................... 15
B. Aliran Filologi .............................................................................. 16
C. Objek Filologi .............................................................................. 17
D. Tujuan Filologi ............................................................................. 18
E. Fungsi Filologi ............................................................................. 19
F. Sejarah Perkembangan Filologi ................................................... 20
G. Hubungan Filologi dengan Ilmu-ilmu Lain ................................. 30
H. Metode-metode Penelitian Teks ................................................... 33
BAB III: POTRET KITAB TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN
A. Biografi Penyusun (Kiai Sholeh Darat Semarang) ...................... 41
B. Profil Kitab Tafsîr Faidh ar-Rahmân........................................... 57
1. Identifikasi Fisiologis ............................................................. 57
2. Identifikasi Metodologis ........................................................ 60
a. Motivasi Penulisan Tafsir ................................................. 60
b. Sumber Penafsiran ............................................................ 61
c. Tujuan Penyusunan Tafsir ................................................ 62
d. Referensi Penafsiran ......................................................... 62
e. Metode penafsiran ............................................................ 63
viii
f. Corak Penafsiran .............................................................. 64
g. Karakteristik ..................................................................... 68
h. Sistematika Penulisan Tafsir ............................................ 70
3. Identifikasi Ideologis .............................................................. 71
a. Segi Akidah ...................................................................... 71
b. Segi Fiqih ......................................................................... 72
BAB IV: TELAAH FILOLOGIS QS. AL-FÂTIHAH [1]: 1-7
A. Inventarisasi Naskah .................................................................... 73
B. Deskripsi Naskah .......................................................................... 74
C. Edisi Teks ..................................................................................... 75
a. Pengantar Edisi Teks, Transliterasi, dan Terjemahan
Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 ..... 75
b. Edisi Teks Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS. Al-Fâtihah
[1]: 1-7 .................................................................................... 77
D. Transliterasi Teks Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS.
Al-Fâtihah [1]: 1-7 ....................................................................... 98
E. Terjemahan Teks Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS.
Al-Fâtihah [1]: 1-7 ..................................................................... 114
BAB V: PENUTUP
A. Konklusi ..................................................................................... 149
B. Rekomendasi .............................................................................. 150
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 151
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 157
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi
Arab-Latin dalam penulisan skripsi ini berdasarkan Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta cetakan ke-
II tahun 2011 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut.
A. Konsonan
Huruf Arab
Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
Th ط A أ
Zh ظ B ب
„ ع T ت
Gh غ Ts ث
F ؼ J ج
Q ؽ H ح
K ؾ Kh خ
L ؿ D د
M ـ Dz ذ
N ف R ر
W ك Z ز
H ق S س
‟ ء Sy ش
Y م Sh ص
Dh ض
x
B. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a ا = â = ai أم
Kasrah : i م = î أك = au Dhammah : u ك = û
C. Kata Sandang
1. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (اؿ) qomariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Madînah : المدينة Al-Baqarah : البقرة
2. Kata sandang yang diikui oleh (اؿ) Syamsiyyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan sesuai dengan
bunyinya. Contoh:
يدةالس ar-Rajul : الرجل : as-Sayyidah
3. Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
,sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf ,(ـــ)
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan
ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
اللهب نامأ : Âmannâ billâhi فالذينإ : Inna al-ladzîna
4. Ta Marbuthah (ة ) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
ة دئ ف ال : al-Af‟idah ة ي م لس ال ة عام ال : al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah.
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf „t‟. Contoh:
ة باص نة لام ع : „Âmilatun Nâshibah لربػ ك ال ة يال : al-Âyat al-Kubrâ
5. Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
xi
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sedang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-
Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xii
ABSTRAK
Luthfatul Badriyah (13210526). Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai
Sholeh Darat Semarang (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)
Tafsîr Faidh ar-Rahmân merupakan kitab tafsir pertama berbahasa
Jawa yang ditulis oleh Kiai Sholeh Darat Semarang (1820-1903 M). Kitab ini
beraksara Arab-Pegon (bahasa Jawa-aksara Arab) dan telah diterbitkan oleh
Percetakan Muhammad Amin Singapura pada akhir abad 19 M, namun baru
dalam bentuk edisi cetak batu (litografi) dan belum terjamah oleh tangan-
tangan filolog sehingga masih ada kemungkinan salah dan
ketidakkonsistenan penulisan serta redaksi yang susah dibaca. Selain itu,
fakta bahwa bahasa Jawa bukan merupakan bahasa nasional menyebabkan
naskah tafsir ini sulit dikonsumsi oleh para pembaca publik non Jawa. Untuk
itu, sebagai bentuk apresiasi dan usaha pelestarian tradisi intelektual
Nusantara, naskah kitab Tafsîr Faidh ar-Rahmân ini dikaji secara filologis
dengan membatasi ruang gerak pada QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 mengingat
kandungan surat tersebut merupakan representasi dari keseluruhan surat
dalam Al-Qur`an. Hasil kajian filologi terhadap QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 ini
diharapkan mampu mengisi sesuatu yang terlewatkan dalam penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan terhadap kitab tafsir tersebut.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan filologi yang berusaha menjawab permasalahan melalui studi
pustaka (library research) dengan merujuk pada naskah Tafsîr Faidh ar-
Rahmân QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 sebagai data primer dan buku-buku biografi
Kiai Sholeh Darat Semarang, kitab-kitab Tafsir, Ilmu Tafsir, dan Hadis, serta
buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan sebagai data sekunder.
Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif analitis
yang bertumpu pada kajian filologis tradisionalis.
Penelitian ini menghasilkan sebuah edisi teks Tafsîr Faidh ar-
Rahmân QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 disertai dengan transliterasi dan terjemahan
bahasa Indonesia. Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa kitab tafsir ini
memiliki karakteristik unik. Dari segi genre, kitab tersebut ditulis dalam
bentuk prosa, sementara kontennya sarat dengan dimensi tasawuf. Gaya
bahasa yang digunakan adalah kombinasi antara bahasa Jawa Ngoko dan
Kromo serta bahasa Arab yang terkadang diadopsi dari ayat Al-Qur`an. Di
samping itu. keutamaan surat Al-Fâtihah disajikan dalam bentuk tanya jawab
antara hamba dengan Rabbnya. Dari penelitian ini terungkap
ketidakkonsisten-an penulisan beberapa kata. Selain itu, ditemukan 42 ayat
dan 12 hadis tanpa disertai identitas, 11 nama tokoh dan 1 nama tempat yang
masih anonym sehingga berusaha dijelaskan oleh peneliti sesuai
kapabilitasnya dalam rangka memberikan totalitas pemahaman kepada
pembaca.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan manuskrip Nusantara, kini Asia Tenggara, merupakan
buah dari “kegelisahan intelektual” para cerdik cendekia masa lalu yang
ingin menerjemahkan gagasan-gagasan dari luar ke dalam konteks lokal.
Sebagian besar dari para penulis dan penyalin teks-teks Nusantara itu
juga adalah dari kalangan ahli-ahli agama, guru sufi, kyai, dan para
mubaligh, selain para sastrawan, yang memiliki kepedulian untuk
menerjemahkan Islam dalam konteks dan bingkai budaya lokal.1
Jika dikatakan bahwa kejayaan Indonesia di masa silam terbukti
oleh peninggalan-peninggalan yang terdapat di bumi Indonesia, maka
akan terkilas peninggalan material dalam bentuk candi, istana, masjid,
atau bangunan lainnya. Atau terlintas pula sisa kebudayaan berupa benda
sehari-hari seperti periuk, belanga, alat pertanian dan persenjataan atau
pakaian yang masih banyak dipergunakan hingga saat ini, diwariskan
beserta teknik-teknik pembuatannya seperti batik dan tenunan, ataupun
benda rumah tangga yang sampai saat ini sama bentuknya seperti apa
yang kita lihat pada relief Borobudur yang dipahat seribu tahun yang
lampau.2
Yang sering tidak disadari adalah bahwa sebagian besar
peninggalan kebudayaan Indonesia berwujud dalam bentuk tulisan.
Tradisi tulis menulis masyarakat di salah satu wilayah Asia Tenggara ini
bisa dilacak hingga berabad-abad ke belakang sebelum kedatangan Islam,
dan sebelum nama Indonesia itu sendiri lahir. Kozok (2006)
mencontohkan bahwa sebuah Tanung Tanah berbahasa Melayu dan
Sansekerta, diduga kuat sebagai naskah Melayu tertua yang pernah ada.
Naskah yang tersimpan di daerah Kerinci ini berasal dari masa pra Islam,
serta ditulis dengan menggunakan aksara pasca-Palawa, bukan dengan
aksara Jawi, sebagaimana lumrahnya naskah-naskah Melayu pasca
kedatangan Islam.3
Seiring dengan semakin intensifnya proses Islamisasi, tradisi tulis
di kalangan masyarakat Nusantara semakin menemukan momentumnya.
Sepanjang sejarah, terlebih dalam konteks Indonesia, keberadaan naskah-
naskah tulisan tangan (manuscripts) tidak dapat dipisahkan dari tradisi
besar Islam yang sejak abad ke-7 sudah mulai merembes masuk ke
1
Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, (Jakarat: Puslitbang
Lektur Keagamaan Badang Litbang dan diklat Kementerian Agama RI,, 2010), hal. 111. 2 Achadiati Ikram, Filologia Nusantara, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997), hal.
24. 3 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 62.
2
wilayah Melayu-Nusantara. Dalam hal ini, Islam diyakini membawa
tradisi tulis yang sebelumnya belum dikenal luas oleh masyarakat
Melayu-Nusantara, sehingga dalam perkembangannya, tradisi Islam ini
turut mendorong lahirnya sejumlah besar naskah, khususnya kategori
naskah-naskah keagamaan.4
Sejak awal peradabannya, masyarakat Muslim memang dikenal
sangat dekat dengan tradisi teks. Kebutuhan para penganut agama Islam
terhadap bacaan teks Al-Qur`an dan hadis, serta berbagai turunan
penjelasannya dalam berbagai cabang keilmuan, seperti tafsir, fiqih,
tasawuf, tauhid, dan lain-lain telah menciptakan sebuah perkembangan
tradisi tulis yang sangat dahsyat di kalangan masyarakat Muslim, tak
terkecuali Muslim Nusantara. Sebagai buah dari budaya tulis tersebut,
wilayah Nusantara mewarisi khazanah naskah tulisan tangan yang tak
terkira jumlahnya, dalam puluhan ragam bahasa dan aksara, tidak hanya
naskah yang berkaitan dengan agama, melainkan juga budaya, adat
istiadat, sastra, ekonomi, filsafat, dan perihal kehidupan remeh temeh
lainnya.5
Melalui tradisi Islam ini, masyarakat Melayu-Nusantara mulai
memiliki kebiasaan untuk mencatatkan berbagai pemikiran dan hal
penting lainnya dengan menggunakan tulisan Jawi (bahasa Melayu
dengan aksara Arab), atau bahasa lokal lainnya, di samping tentunya
dengan bahasa Arab itu sendiri. Tulisan-tulisan tersebut dituangkan
bukan hanya di atas kertas, tetapi dalam berbagai media (alas naskah)
seperti batu, daun lontar, bambu, kayu, tulang, tanduk, kulit hewan, dan
sebagainya. Dalam kenyataannya, pengaruh tulisan Arab yang kemudian
menghasilkan tulisan Jawi dan pegon tersebut tidak saja terlihat dalam
naskah-naskah keagamaan, tetapi juga dalam naskah-naskah sastra yang
secara substansi tidak berkaitan langsung dengan Islam.6
Seiring dengan berjalannya waktu, sebagian dari naskah-naskah
tersebut telah hilang bahkan musnah, meski sebagian lagi masih
terpelihara dengan baik. Di antara penyebab kerusakan dan lenyapnya
naskah yang sering terjadi adalah akibat gigitan serangga, ketajaman
tinta, kelembaban udara dan cuaca, terkena air hujan, serta bencana alam.
Akan tetapi, potensi kerusakan dan musnahnya naskah yang paling
mengancam adalah ketidakpedulian masyarakat terhadap jejak-jejak
sejarah tersebut. Manakala tidak tumbuh kesadaran akan nilai pentingnya
naskah-naskah tersebut sebagai warisan budaya dan manakala revolusi
indrustri dan teknologi melaju pesat yang mengakibatkan
4 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 101.
5 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 62.
6 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 101-102.
3
termarjinalkannya jejak-jejak para pendahulu, saat itulah kemusnahan
naskah sebagai benda cagar budaya telah dimulai. Dan sekali hilang, ia
tak akan pernah tergantikan, sehingga akan musnah ditelan zaman.7
Dalam rangka preservasi (pemeliharaan) naskah kuno tulisan
tangan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak
khususnya perpustakaan dan lembaga arsip penyimpan naskah. Upaya
tersebut meliputi restorasi,8 konservasi,
9 dan pembuatan salinan (back-up)
naskah dalam bentuk lain. Upaya lain yang tak kalah penting untuk
dilakukan oleh para akademisi adalah studi naskah kuno. Hal tersebut
sebagai respon adanya anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan
terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini.
Dari sinilah filologi sebagai salah satu piranti untuk mengkaji teks-teks
lama tersebut menjadi sangat relevan untuk dilakukan demi penguatan
lembaga kampus sebagai research institution.10
Filologi atau yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai tahqîq
merupakan penelitian untuk membuktikan keotentikan suatu karya
dengan menganalisis isi, mentakhrij ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis
Rasul, serta memberi penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas.
Dengan ilmu ini, suatu karya klasik tampil dalam bentuk baru dan mudah
dipahami.11
Sebagai istilah, filologi telah dikenal sejak abad ke-3 sebelum
Masehi oleh sekelompok ahli di kota Iskandariah yang dikenal sebagai
ahli filologi. Pada waktu itu mereka berusaha meneliti teks-teks lama
yang berasal dari bahasa Yunani dengan menemukan bentuknya yang asli
dan bebas dari kesalahan penulisan serta mengetahui tujuan penulisannya.
Mereka menyisihkan kekeliruan-kekeliruan yang terdapat di dalamnya
jika mereka menghadapi teks dalam jumlah besar atau lebih dari 1
naskah, maka naskah yang menunjukkan bacaan yang berbeda (varian-
varian) mereka teliti pula untuk mendapatkan naskah yang paling asli.
Dari kegiatan itu dapat diketahui pentingnya pengkajian secara mendalam
terhadap bahasa dan kebudayaan yang melatarbelakangi lahirnya sebuah
teks. Kegiatan filologi yang menitikberatkan penelitiannya kepada
bacaannya yang salah ini disebut sebagai filologi tradisional. Karena
luasnya jangkauan isi teks klasik maka filologi juga berarti ilmu
pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang.
Berbagai macam aspek kehidupan masa lampau dengan berbagai
7 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 63-64.
8 Restorasi adalah mengembalikan kepada keadaan semula.
9 Konservasi yaitu pemeliharaan dan pelestarian.
10 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 102.
11 Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: Yayasan
Media Alo Indonesia, 2001), hal. 18.
4
kegiatannya dapat diketahui secara eksplisit melalui naskah. Atas dasar
ini maka filologi dipandang sebagai pintu gerbang yang mampu
menyingkap khazanah masa lampau.12
Selain itu, filologi juga dipakai sebagai sastra ilmiah. Artinya hal
ini muncul ketika teks-teks yang dikaji itu berupa karya sastra yang
bernilai tinggi, seperti Humeros yang merupakan produk Yunani kuno.
Keadaan tersebut membawa filologi kepada suatu arti yang
memperhatikan segi kesusatraannya. Pada perkembangan terakhir, arti
yang demikian itu tidak ditemukan lagi.13
Filologi dipakai pula sebagai istilah untuk menyebut studi bahasa
dan ilmu bahasa (linguistik). Lahirnya definisi ini akibat dari pentingnya
peranan bahasa dalam mengkaji teks sehingga kajian utama filologi
adalah bahasa, terutama bahasa teks-teks yang lama. Bidang bahasa yang
menyertakan studi filologi adalah bidang yang beraspek masa lampau,
misalnya salah satu segi dari bahasa bandingan, perkembangan bahasa,
dan hubungan kekerabatan antara beberapa rumpun bahasa.14
Istilah-istilah di atas dipakai di Eropa daratan. Sedang istilah
filologi dalam arti studi teks merupakan suatu studi yang melakukan
penelaahan dengan mengadakan kritik teks. Dalam pengertian ini, filologi
dikenal sebagai studi tentang seluk beluk teks.15
Di negeri Belanda, istilah filologi berarti perangkat pengetahuan
dengan studi teks sastra atau budaya dikaitkan dengan latar belakang
kebudayaan yang didukung oleh teks tersebut. Adapun di Perancis,
filologi selain mendapat arti studi bahasa melalui dokumen tertulis, ia
juga merupakan studi tentang isi teks lama dan transmisinya seperti yang
dikhususkan pada teks-teks lama. Dengan istilah ini, filologi memperoleh
pengertian semacam linguistik historis.16
Dalam perkembangannya, filologi menitikberatkan pengkajiannya
pada perbedaan yang ada dalam berbagai naskah sebagai suatu
penciptaan dan melihat perbedaan-perbedaan itu sebagai alternatif yang
positif. Dalam hubungan inilah, suatu naskah dipandang sebagai
penciptaan kembali (baru), karena mencerminkan perhatian yang aktif
dari pembacanya. Sedangkan varian-varian yang ada diartikan sebagai
pengungkapan kegiatan yang aktif untuk memahami, menafsirkan dan
membetulkan teks bila ada yang dipandang tidak tepat. Dalam proses
pembetulan itu harus dikaitkan dengan ilmu bahasa, sastra, budaya,
12
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 21-22. 13
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 22. 14
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 22. 15
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 22. 16
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 23.
5
keagamaan dan tata politik yang ada pada zamannya. Dalam masalah ini,
cara kerja filologi yang demikian itu disebut dengan filologi modern.17
Namun sangat disayangkan, penelitian filologi yang
mengkhususkan objek kajiannya pada naskah-naskah kuno (manuscripts)
terlebih dalam konteks khazanah intelektual di Asia Tenggara belum
banyak dilakukan, sehingga ia belum menjadi wacana keilmuan yang
“ngetrend” untuk dibahas. Ibarat bola, belum banyak yang ikut
menendang, sehingga bola tersebut hanya berpindah-pindah dari beberapa
pasang kaki yang itu-itu saja. Akibatnya masih banyak yang tidak pernah
tahu keberadaan bola tersebut sehingga masih terbatas pula gol-gol yang
dihasilkan.18
Khusus untuk penelitian naskah-naskah Arab, di Universitas
Indonesia yang telah akrab dengan kajian pernaskahan sejak akhir abad
20 hanya tercatat belasan penelitian dalam bentuk skripsi, dua tesis, yaitu
Fauzan Muslim (1996) dengan judul “Kunhu Mâ Lâ Budda Minhu Karya
Ibnu Arabi” dan Fathurahman (1998) dengan judul “Tanbîh al-Mâsyî al-
Mansûb ilâ Tharîq al-Qusyasyî karya Abdurrauf Singkel”.19
Adapun di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, sesuai jangkaun penulis,
terdapat 9 karya ilmiah yang mengkaji filologi, yaitu “Tuhfah ath-Thâlib
al-Muhtadî wa Minhah as-Sâlik al-Muhtadî (Dirasah Filologia), skripsi
karya Rahman Fuadi; “Jiyad al-Faraid fî mâ Wajaba min al-„Aqâid:
Dirasah Filologi”, skripsi karya Evi Fauziyah; “Tâj as-Salâthîn Karya
Bukhari al-Jauhari: sebuah Kajian Filologi dan Refleksi Filosofis”,
disertasi karya karya Saleh P.D.; “Syarh Asthmâ al-Husnâ li Muhammad
Ibn Ali as-Syanwani (Dirasah Filologiyah)”, skripsi karya Fatih
Hermansah; “Risâlah al-Wudhû li Syaikh Tâjuddîn Ibnu Zakariya
(Dirasah Filologi)”, skripsi karya Anifah; “Kitab al-Mauidzoh (Dirasah
Filologiyah)”, skripsi karya Qari‟ah; “Bahja al-Tanwîr li Syaikh „Abdu
al-Bashir Dirasah Filologiyah”, skripsi Deni Siswantoro; “Thoyali‟ani fî
Ma‟rifati Khulataini liah Ibnu Ghonim Ibnu Achmad Khotib as-Syami al-
Baqoi „Dirasah Filologia‟”, skripsi Ahmad Fuad Rizaldi; dan “Mawa‟iz
as-Sholah Dirosah Filologiyah”, skripsi Lutfi Adam.20
Di antara sekian banyak naskah kuno, warisan budaya yang
sampai ke tangan kita adalah Faidh ar-Rahmân, sebuah kitab tafsir yang
disusun oleh ulama masyhur pada masanya, Kiai Sholeh Darat Semarang.
Ia merupakan salah satu ulama Nusantara abad 19-20 yang menjadi
rujukan penting bukan hanya dari kalangan ulama, namun juga keluarga
17
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 23. 18
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 1. 19
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode n penulisPenelitian Filologi, hal. 3. 20
Katalog Digital Perpustakaan Umum UIN Syarif Hiadayatullah, dilihat pada
Desember 2016 M.
6
keraton atau penguasa seperti Keraton Surakarta, Kadipaten Jepara,
Demak, Semarang, dan Kudus.21
Kiai Sholeh Darat merupakan guru dari Syaikh Mahfuzh at-
Termasi (w. 1981 M), Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah (w.
1923 M), Kiai Hasyim Asy‟ari, pendiri Nahdhatul Ulama 1926 M (w.
1947 M), Kiai Ahmad Dahlan at-Termasi, adik Syaikh Mahfuzh at-
Termasi yang diambil menantu oleh Kiai Sholeh Darat (w. 1919 M), Kiai
R. Asnawi Kudus, anggota pendiri Nahdhatul Ulama 1926 M (w. 1959
M), Kiai Wahab Hasbullah, anggota pendiri Nahdhatul Ulama 1926 M
(w. 1971 M), Kiai Bisyri Syamsuri, anggota pendiri Nahdhatul Ulama
1926 M (w. 1980 M), dan Raden Ajeng Kartini yang merupakan seorang
tokoh penggerak Emansipasi Wanita (w. 1904 M).22
Kiai Sholeh Darat dapat dikatakan sebagai ulama yang produktif
dalam menghasilkan karya tulis. Mayoritas karyanya menggunakan
bahasa Arab pegon (al-lughah al-mariki). Hal ini disebabkan karena umat
Islam pada masa itu masih awam dengan bahasa Arab terlebih dalam
menyelami makna bahasa Arab yang ada di dalam Al-Qur`an. Hal
tersebut dikarenakan untuk memahaminya dibutuhkan beberapa ilmu
pelengkap, seperti Gramatika Arab (Nahwu, Sharaf, Manthiq, Balaghah,
dan „Arudh), Ilmu Hadis, Hadis, Ilmu Tafsir, Tafsir, Ushul Fiqih, Fiqih,
dan Tajwid. Dia bermaksud mengenalkan Islam kepada masyarakatnya
dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka (Jawa) sebagaimana
Rasulullah Saw. mengenalkan Islam kepada umatnya di awal waktu,
yaitu bangsa Arab yang menggunakan bahasa Arab.23
Kitab-kitab karya Kiai Sholeh Darat (1820-1903 M) tidak hanya
diterbitkan di Nusantara, namun banyak yang dipublikasikan di luar
negeri seperti Singapura, Mesir, dan Bombay.24
Salah satu kitab tersebut
adalah kitab Tafsîr Faidh ar-Rahmân yang lahir pada awal abad 19
sebagai karya tafsir pertama di Jawa yang berbahasa Jawa, beberapa lama
sebelum tafsir al-Ibrîz karya Kiai Bisri Musthafa Rembang (w. 1977 M)
dan tafsir al-Iklîl karya Kiai Misbah Zainul Musthafa Bangilan (l. 1916
M) lahir.25
Tafsir ini merupakan kitab tafsir yang dihadiahkan oleh Kiai
21
M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul
Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, (Yogyakarta: Global Press, 2016) hal. xv-
xvii. 22
M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul
Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, hal xii. 23
M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul
Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, hal xiii.. 24
M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul
Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, hal xiii.. 25
Islah Gusmian, “Tafsir Al-Qur`an Bahasa Jawa, Peneguhan Identitas, Ideologi,
dan Politik”, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 9 No. 1 Juni 2016, hal. 143.
7
Sholeh Darat kepada Raden Ajeng Kartini (w. 1904 M) sebagai kado
pernikahannya dengan R.M. Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang kala
itu.26
Melihat bahwa Kiai Sholeh Darat adalah figur sentral yang sangat
berpengaruh di zamannya, ditambah dengan munculnya gagasan Islam
Nusantara yang akhir-akhir ini menjadi diskursus yang ramai
diperbincangkan, bahkan menjadi nama salah satu jurusan atau
konsentrasi di Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Nahdhatul Ulama (STAINU)
Matraman, Jakarta (konsentrasi Islam Nusantara), juga lahirnya Islam
Nusantara Center Jakarta dan Pusat Kajian Naskah dan Khazanah Islam
Nusantara di Surakarta, maka penelitian terhadap naskah Tafsîr Faidh ar-
Rahmân merupakan salah satu bentuk apresiasi dan usaha untuk
melestarikan tradisi intelektual Nusantara. Di samping itu, penelitian
terhadap naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân semakin berarti jika melihat
kenyataan masih kurangnya perhatian dalam bentuk penelitian filologi
terhadap naskah kitab tafsir berbahasa Jawa pegon yang baru diterbitkan
dalam bentuk edisi cetak batu oleh Percetakan Muhammad Amin
Singapura tersebut. Fakta ini berdampak pada timbulnya kesulitan bagi
para pembaca publik non Jawa untuk mengkonsumsinya. Selain kendala
bahasa Jawa yang bukan merupakan bahasa nasional, kemungkinan salah
tulis dan redaksi yang susah dibaca juga menjadikan kajian filologi
terhadap naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân penulis anggap sangat
signifikan untuk dilakukan. Berangkat dari fakta tersebut, penulis
mencoba untuk concern membahas kajian filologi naskah Tafsîr Faidh
ar-Rahmân karya Kiai Sholeh Darat Semarang.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari judul yang dibahas oleh penulis, ditemukan beberapa
masalah yang patut untuk dibahas, di antaranya:
a. Bagaimana edisi teks, transliterasi dan terjemahan naskah
Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat Semarang?
b. Bagaimana metode dan corak penafsiran Kiai Sholeh Darat
dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân?
c. Bagaimana ortodoksi tasawuf Kiai Sholeh Darat Semarang
mewarnai goresan pena-nya dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân?
d. Sejauh mana teologi dan sektarianisme Kiai Sholeh Darat
Semarang berpengaruh dalam penafsirannya?
26
Ibnu Hazen dkk., 100 Ulama dalam Lintas Sejarah Nusantara, (Jakarta: Lembaga
Ta‟mir Mesjid-PBNU, 2015), hal. 277. Baca juga M. Masrur, “Kyai Soleh Darat, Tafsir Faid
al-Rahmân dan R.A. Kartini”, dalam Jurnal at-Taqaddum, Vol. 4 No. 1 Juli 2012, hal. 22.
8
e. Bagaimana sanad keilmuan Kiai Sholeh Darat dalam Tafsîr
Faidh ar-Rahmân?
f. Bagaimana pengaruh penafsiran Kiai Sholeh Darat dalam
Tafsîr Faidh ar-Rahmân terhadap keberagamaan, kehidupan
sosial serta keilmuan umat?
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan pembahasan tidak
menyimpang dari pokok masalah, maka penulis membatasi hanya
akan mengkaji poin pertama dari identifikasi masalah di atas dan
menitikberatkan pada teks naskah penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7
dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân. Selain untuk memberi ruang bagi
peneliti-peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis, penulis
menilai bahwa urgensi kajian filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7
terbangun atas beberapa alasan, yaitu:
a. Al-Fâtihah merupakan umm al-kitâb (induk Al-Qur`an) yang
menjadi inti dari keseluruhan isi Al-Qur`an.
b. Di dalam Al-Fâtihah terkandung makna ketauhidan yang
memperkenalkan siapa Allah Swt.
c. Al-Fâtihah adalah surat yang paling akrab di kalangan
Muslimin di mana surat ini didaras tiap hari minimal 17 kali.
3. Perumusan Masalah
Sebagai pijakan dasar dan sasaran yang harus dituju, penulis
akan mengarahkan pembahasan dengan rumusan:
“Bagaimana Edisi Teks, Transliterasi dan Terjemahan
Penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân
Karya Kiai Sholeh Darat Semarang?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua: tujuan akademis dan
tujuan umum. Secara akademis, tujuan penelitian ini adalah sebagai
syarat meraih gelar sarjana (S1) di Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta. Adapun secara umum, tujuan penulisan
skripsi ini adalah untuk menyajikan edisi teks, transliterasi, dan
terjemahan penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-
Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat Semarang.
Adapun manfaat atau kegunaan yang ingin dicapai dari karya tulis
ini adalah:
1. Memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam studi tafsir.
9
2. Memberikan penjabaran terhadap Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS.
Al-Fâtihah [1]: 1-7 sebagai teks klasik agar relevan dan mudah
dipahami sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.
D. Tinjauan Pustaka
Diakui bahwa karya yang secara langsung menjadikan Kiai
Sholeh Darat dan kitab tafsirnya, Faidh ar-Rahmân, sebagai objek
pembahasan bukan tidak ada sama sekali, bahkan bisa dikatakan
berlimpah, baik ilmiah maupun non ilmiah. Namun setelah dilakukan
penelitian kepustakaan, masih jarang karya intelektual yang disusun
secara akademis dan ilmiah yang berbincang tentang Tafsîr Faidh ar-
Rahmân dan penyusunnya, Kiai Sholeh Darat Semarang, dengan
menggunakan pendekatan filologis.
Sejauh ini, menurut pengamatan penulis, di antara mereka yang
meneliti naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân dan penyusunnya, Kiai Sholeh
Darat Semarang, yaitu:
M. Muchoyyar HS yang telah melakukan penelitian yang secara
spesifik mengkaji Tafsîr Faidh ar-Rahmân karya Kiai Sholeh Darat
Semarang dengan pendekatan filologis melalui Disertasi Doktoralnya
yang berjudul “KH. Muhammad Sholeh as-Samârânî: Studi Tafsîr Faidh
ar-Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-Dayyân (Suntingan Teks,
Terjemah, dan Analisis Metodologi)”. Pembahasannya berkaitan dengan
hukum perkawinan, waris dan keluarga, masing-masing ayat 22, 7, dan 1
QS. An-Nisâ [4]. Dengan menggunakan pendekatan historis dan filologis,
Muchoyyar berusaha mengungkap metodologi tafsir Kiai Sholeh Darat
Semarang. Menurutnya, tafsir karya Kiai Sholeh Darat Semarang ini
termasuk tafsir tahlîlî yang bercorak sufi „amali atau sufi isyârî. Menurut
M. Muchoyyar HS, Kiai Sholeh Darat Semarang bukanlah penafsir
orisinal, tetapi mengutip dari karya ulama terdahulu baik dalam bentuk
syarh, hâsyiyah maupun tarjamah dengan mengambil bahan dari Tafsîr
Jalâlain karya al-Mahalli dan as-Suyûthî, Tafsîr Anwâr at-Ta`wîl wa
Asrâr at-Ta`wîl karya al-Baidhawi, Lubâb at-Ta`wîl fî Ma‟ânî at-Tanzîl
karya al-Khâzin, Tafsîr al-Kabîr karya ar-Râzî, Jawâhir at-Tafsîr,
Misykât al-Anwâr dan Ihyâ` „Ulûmuddîn karya al-Ghazâlî, serta Tafsîr al-
Qur`ân al-„Azhîm karya Ibnu Katsir. Selain itu, menurutnya, Kiai Sholeh
Darat Semarang mempunyai kemampuan ta`wil berdasarkan „Ulûm al-
Qur`ân, pendapat para hukum, ulama salaf, serta memasukkan tasawuf
sunni al-Ghazâlî dalam tafsirnya.27
Disertasi ini membatasi objek
penelitiannya hanya pada QS. An-Nisâ [4]: 1, 7 dan 22.
27
Muchoyyar HS, “Tafsîr Faidh ar-Rahmân fî Tarjamah Kalâm Mâlik ad-Dayyân
Karya Kiai Haji Muhammad Sholeh as-Samârânî (Studi Teks, Terjemah, dan Analisis
10
Tulisan yang objeknya sama adalah skripsi dengan judul
“Epistemologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya KH. Shaleh Darat”, karya
Didik Saepuden (11530054), skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur`an
dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Dari penelitiannya diketahui bahwa Tafsîr Faidh
ar-Rahmân dituangkan dengan tulisan pegon (bahasa Jawa-huruf Arab)
yang terdiri dari dua jilid besar meliputi surat Al-Fâtihah hingga surat an-
Nisâ. Tafsir ini bersumber dari Al-Qur`an, hadis, dan kitab-kitab tafsir
klasik seperti Anwâr at-Ta`wîl wa Asrâr at-Ta`wîl karya al-Baidhawi,
Lubâb at-Ta`wîl fî Ma‟ânî at-Tanzîl karya al-Khâzin, Mafâtih al-Ghaib
karya ar-Râzî dan Madârik at-Tanzîl wa Haqâiq at-Ta`wîl karya an-
Nasafi. Uraian penafsiran secara eksetorik (zhâhir) dan esoterik (isyâri)
dituangkan berdasarkan tartib surat dan ayat dalam susunan mushaf yang
diakhiri dengan kalimat “ wa Allah a‟lam”. Menurutnya, Tafsîr Faidh ar-
Rahmân karya KH. Sholeh Darat menganut teori validitas pragmatisme
yang diaplikasikan dengan pembahasa-lokalan (vernakularisasi)
memakai tulisan pegon (bahasa Jawa-huruf Arab) sebagai bentuk
pembumian ajaran Al-Qur`an kepada masyarakat awam. Selain itu, tafsir
tersebut juga menganut teori koherensi (kesesuaian) antara proposisi awal
KH. Shaleh Darat dengan aktifitas penafsirannya, meskipun dalam kasus
sumber penafsiran secara esoterik (isyârî) KH. Sholeh Darat kurang
konsisten dalam perujukan sebagaimana dinyatakan dalam muqaddimah
Tafsîr Faidh ar-Rahmân. Dalam teori korespondensi, KH. Shaleh Darat
tidak mengaplikasikannya, mengingat penafsirannya terfokus pada corak
tasawuf/esoterik (isyârî).28
Selain itu, ditemukan karya ilmiah yang lahir dari pena Misbahus
Surur (64211009), Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Metode dan Corak Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Muhammad Sholeh
Ibn Umar as-Samarani (w. 1903 M)”. Menurutnya, dalam menafsirkan,
Kiai Sholeh Darat menggunakan metode ijmâlî dan penafsirannya
diwarnai oleh corak fiqih dan tasawuf.29
Pada tahun 2016 M, lahir skripsi dengan judul “Tafsie Esetorik
tentang Shalat menurut Kiai Sholeh Darat”, karya Ahmad Aly Kaysie
(12531155). Pembahasan dalam skripsi yang ditulis oleh Mahasiswa
Metodologi)”, Disertasi, (Yogyakarta: Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, 2002),
hal. 144-149. 28
Didik Saepuden, “Epistemologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya KH. Sholeh
Darat”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), hal. 113-115. 29
Misbahus Surur, “Metode dan Corak Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Muhammad
Shaleh Ibn Umar as-Samârânî (1820-1903 M), Skripsi, (Semarang: Institut Agama Islam
Negeri Walisongo, 2011), hal. vi
11
Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut difokuskan pada
dinamika pemikiran Kiai Sholeh Darat tentang shalat, dan menjadikan
dua karyanya yaitu Tafsîr Faidh ar-Rahmân dan Lathâif ath-Thahârah
wa Asrâr ash-Shalâh sebagai objek penelitian. Menurut Kiai Sholeh
Darat, ketika melakukan shalat seseorang harus menghadirkan hati di
dalamnya. Kemudian berusaha menghadirkan ruh shalat yang ada enam,
di antaranya yaitu hadirnya hati, faham, ta‟zhim, haibah, raja`, dan
haya`. Pemikian Kiai Sholeh Darat dalam dua karya ini tidak jauh
berbeda. Perbedaan hanya terdapat pada perincian dan detailnya
penjelasan dari kedua kitab tersebut, akan tetapi masih dalam satu genre,
yaitu shalat yang mementingkan hadirnya hati dalam melakukannya.
Pemikiran ini dikatakan benar dengan mengacu pada teori koherensi
bahwa pemikirannya sesuai dan sejalan dengan pemahaman sebelumnya
serta konsisten dalam metodologinya.30
Pada tahun yang sama, lahir pula karya tulis dengan judul
“Geneologi dan Metodologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân” yang dibidani oleh
Dwi Sa‟idah (09210359), Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu
Al-Qur`an dan Tafsir IIQ Jakarta. Skripsi tersebut mengkaji tentang
geneologi dan sanad keilmuan Kiai Sholeh Darat yang bersambung
secara berurutan hingga kepada pengarang kitab maupun kepada
Rasulullah Saw. Selain memaparkan jalur transmisi murid-guru yang
dimiliki oleh Kiai Sholeh Darat, dalam penelitiannya, Dwi Sa‟idah juga
mengungkap metode Ijmalî dan corak Isyârî dan Fiqhi dalam Penafsiran
Kiai Sholeh Darat beserta aplikasinya secara umum.31
Dari sejumlah penelitian terhadap Tafsîr Faidh ar-Rahmân karya
Kiai Sholeh Darat Semarang yang pernah dilakukan, terlihat bahwa
kajian filologi terhadap kitab tafsir tersebut yang membatasi ruang
geraknya pada QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 belumlah mendapat perhatian dari
kalangan peneliti. Dengan demikian, hasil kajian terhadap penafsiran Kiai
Sholeh Darat atas QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân
dengan sendirinya akan dapat mengisi sesuatu yang terlewatkan dalam
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terhadap tafsir ini.
30
Ahmad Aly Kaysie, “Tafsir Esoterik Tentang Shalat Menurut Kiai Sholeh Darat”,
Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2016), hal. 95-96. 31
Dwi Sa‟idah, “Geneologi dan Metodologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân karya Kyai
Sholeh Darat , Skripsi. (Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur1an Jakarta, 2016), hal. 177-185.
12
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis merupakan jenis
penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini memiliki
karakteristik berikut: (1) data berupa dokumen yang bersifat alamiah,
(2) peneliti merupakan instrumen kunci dalam mengumpulkan data,
(3) pengambilan sampel ditetapkan secara purposive, (4) analisis data
secara induktif, dan (5) makna merupakan hal yang essensial.32
2. Sumber Data
Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menggunakan sumber data yang relevan dengan tema skripsi. Adapun
sumber data-data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah Tafsîr Faidh ar-Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-
Dayyân, juz 1, QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 karya Kiai Sholeh Darat
Semarang, yang diterbitakn oleh Percetakan Haji Muhammad Amin,
Singapura, pada 1309 H/1893 M.
Di samping sumber data primer, penulis juga akan
menggunakan sumber data sekunder, yaitu:
a. Buku-buku filologi, seperti Pengantar Teori Filologi karya
Siti Baroroh dkk, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian
Filologi karya Nabilah Lubis, Filologi Indonesia: Teori dan
Metode karya Oman Fathurahman, dan lain-lain.
b. Buku-buku biografi tokoh Nusantara, seperti KH. Muhammad
Sholeh Darat al-Samarani, Maha Guru Ulama Nusantara
karya Amirul Ulum, 100 Ulama Dalam Lintas Sejarah Islam
Nusantara karya Ibnu Hazen dkk, Kiai Sholeh Darat dan
Dinamika Politik di Nusantara Abad XIX-XX M karya Taufiq
Hakim, dan lain-lain.
c. Buku-buku Tafsir dan Ilmu Tafsir, seperti Anwâr at-Tanzîl wa
Asr at-Ta`wîl karya al-Baidhawî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn
karya Muhammad Husain adz-Dzahabî, dan lain-lain.
d. Buku-buku Hadis, seperti Shahîh Muslim karya Abû al-Husain
Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairi an-Naisabûrî, Sunan at-
Tirmidzî karya Abû „Îsâ Muhammad bin „Îsâ bin Saurah at-
Tirmidzî, dan lain-lain.
e. Buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan.
32
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan. Lihat Muhammad Ulinnuha, Rekonstruksi Metodologi
Kritik Tafsir, (Jakarta: Azzamedia, 2015), hal. 23
13
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik
dokumentatif yang teraplikasikan dengan:
a. Mencari dan menentukan naskah yang akan dikaji. Dalam hal
ini, penulis mendapatkannya dalam bentuk PDF dari Ahmad
Ginanjar Sya‟ban, seorang filolog dari Jawa Barat. Ia
mendapatkan naskah tersebut dari archive.org, sebuah akun
Maktabah Tahmil/turats ulama Nusantara. Kopian naskah
cetak berhasil penulis dapatkan dari koleksi Islah Gusmian (l.
1973 M), pendiri Pusat Kajian Naskah dan Khazanah Islam
Nusantara Surakarta.
b. Menentukan metode penelitian naskah. Dalam hal ini, karena
penulis hanya menemukan satu jenis naskah untuk teks yang
ingin dikaji, maka dalam skripsi ini akan digunakan metode
edisi standar yang berusaha melakukan perbaikan dan
pelurusan teks, misalnya dengan mengadakan pembagian
alinea-alinea, pungtuasi, huruf besar dan kecil, dan membuat
interpretasi setiap bagian atau kata-kata yang memerlukan
penjelasan, sehingga teks tampak mudah dipahami oleh
pembaca modern.
c. Menetapkan teks yang akan dianalisis. Dalam hal ini, penulis
menetapkan penafsiran Kiai Sholeh Darat Semarang terhadap
QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân
sebagai data yang dianalisis.
d. Membaca penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr
Faidh ar-Rahmân karya Kiai Sholeh Darat Semarang secara
mendalam dan menyeluruh.
e. Menentukan unit (unitisasi). Unitisasi ini –menurut Klaus
sebagaimana dikutip oleh Muhammah Ulinnuha– meliputi
penetapan unit-unit, memisahkan data menurut batas-
batasnya, dan mengidentifikasi data untuk analisis
berikutnya.33
f. Membuat catatan (recording) terhadap data yang telah
ditetapkan untuk dianalisis.
g. Menentukan metode analisis masing-masing unit.
h. Melakukan analisis dan membahas hasil analisis.
33
Muhammad Ulinnuha, Rekonstruksi Metodologi Kritik Tafsir, hal. 25.
14
4. Metode Analisis Data
Karena objek penelitian ini adalah naskah, maka dalam
menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analitis
dengan bertumpu pada telaah filologis tradisionalis di mana tahapan-
tahapannya meliputi: (a) inventarisasi naskah, (b) deskripsi naskah,
(c) pengedisian teks, (d) transliterasi, dan (e) penerjemahan teks.
5. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta (edisi revisi) yang diterbitkan oleh IIQ Press, tahun 2016.
Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan, pembahasan
skripsi ini dibagi ke dalam lima bab. Satu bab pendahuluan, tiga bab
pembahasan inti, dan satu bab penutup.
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang sejatinya adalah
semacam pengantar untuk memberikan prawacana kepada pembaca
tentang filologi dan urgensi penelitiannya atas naskah Tafsîr Faidh
ar-Rahmân. Karena itu, pembahasan bab ini pun dibagi menjadi
beberapa sub; mulai dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
sampai pada uraian tentang tinjauan pustaka terhadap karya terdahulu
dan metodologi penelitian serta teknik dan sistematika penulisan.
Bab kedua, bertajuk Sejarah Filologi. Bab ini sejatinya
merupakan landasan teori yang mengupas hal ihwal filologi; mulai
dari definisi, objek, tujuan dan fungsi filologi, sejarah
perkembangannya, dan hubungannya dengan ilmu-ilmu lain, hingga
berbagai metode penelitian teks.
Bab ketiga, berisi tentang potret kitab Tafsîr Faidh ar-
Rahmân. Bab ini diproyeksikan untuk mengidentifikasi objek
penelitian. Agar status kitab tergambar dengan jelas, maka bab ini
akan diawali dengan mendeskripsikan biografi singkat Kiai Sholeh
Darat Semarang sebagai penyusunnya, kemudian dilanjutkan dengan
menguraikan profil kitabnya, Tafsîr Faidh ar-Rahmân, mulai dari
sistematika, latar belakang penulisan, sumber rujukan, hingga metode
dan corak penafsiran.
Bab keempat merupakan inti penelitian yang menguraikan
tentang telaah filologis QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7, mulai dari edisi teks,
transliterasi dan terjemahannya, takhrij ayat dan hadis, serta syarh
(penjelasan) tentang tokoh, tempat, dan lain-lain.
Bab kelima merupakan penutup yang difokuskan pada
konklusi penelitian dan saran-saran yang direkomendasikan penulis
bagi para peneliti/penulis selanjutnya.
149
BAB V
PENUTUP
A. Konklusi
Berdasarkan telaah filologis terhadap penafsiran QS. Al-Fâtihah
[1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân, sebuah karya tafsir Jawa pada
abad ke-19, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Kiai Sholeh Darat Semarang merupakan satu di antara pengarang
santri yang produktif dalam menghasilkan karya tulis. Jika dibandingkan
dengan karya tulis pengarang santri di zamannya, Tafsîr Faidh ar-
Rahmân karya Kiai Sholeh Darat Semarang memiliki karakteristik unik,
baik dari segi genre maupun isi. Dari segi genre, kitab tafsir tersebut (dan
bahkan seluruh karya Kiai Sholeh Darat Semarang yang lain) ditulis
dengan Arab Pegon (bahasa Jawa-tulisan Arab) dalam bentuk prosa,
sementara dari segi isi, karya tafsir Kiai Sholeh Darat Semarang ini sarat
dengan dimensi tasawuf, di samping dimensi fiqih, dengan memakai
metode penafsiran tahlîlî. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan oleh
Kiai Sholeh Darat adalah dengan mengkombinasikan antara bahasa Jawa
Ngoko dan Kromo serta bahasa Arab yang terkadang diadopsi dari ayat
Al-Qur`an sehingga untuk memahaminya diperlukan pengetahuan tentang
ketiga bahasa tersebut disertai dengan kejelian melihat konteks kalimat.
Yang lebih unik, keutamaan surat Al-Fâtihah disajikan oleh Kiai Sholeh
Darat dalam bentuk tanya jawab antara hamba yang dhaif dengan Tuhan
yang Maha segalanya.
Dari edisi teks diketahui bahwa Kiai Sholeh Darat Semarang tidak
menggunakan sistematika penulisan dengan baik. Hal tersebut bisa dilihat
dari ketidakkonsisten-annya dalam meyusun huruf untuk membentuk
sebuah kata yang sama. Di samping itu, ia juga tidak membagi
pembahasan dalam alinea-alinea sesuai dengan pokok pikiran masing-
masing.
Adapun dari terjemahan teks penafsiran Kiai Sholeh Darat
terhadap QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 penulis menemukan 42 ayat dan 12
hadis tanpa disertai identitas, serta 11 nama tokoh dan 1 nama tempat
yang masih anonim sehingga penulis berusaha menjelaskan sesuai
kapabilitasnya dalam rangka memberikan totalitas pemahaman kepada
pembaca.
150
B. Rekomendasi
Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân merupakan peninggalan masa
silam yang sangat berharga sekaligus salah satu bagian penting dalam
perkembangan dunia tafsir Nusantara. Naskah yang memuat penafsiran
empat surat ini, menunggu tangan-tangan civitas akademika untuk
mengolah tiga surat yang tersisa, yakni Al-Baqarah, Âli Imran, dan an-
Nisâ, yang belum mampu penulis jangkau. Selain itu, analisis muatan
naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân juga penting untuk dikaji dan dibedah
khususnya oleh para peneliti di bidangnya. Demikian halnya dengan
sosok pengarang naskah, yaitu Kiai Sholeh Darat Semarang, latar
belakang dan konteks sejarah yang meliputi pada zaman pengarang hidup,
baik di Makkah maupun di Indonesia dengan segenap dinamikanya juga
sangat menarik untuk dijadikan objek penelitian, utamanya oleh para
peneliti sejarah, budaya dan agama. Oleh karena itu, penulis
merekomendasikan kepada para civitas akademika untuk melengkapi
penelitian yang belum tergarap tersebut sehingga Tafsîr Faidh ar-
Rahmân ini bisa memberi totalitas kemanfaatan bagi seluruh umat di
Nusantara.
151
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agustin, Risa, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Serba Jaya, t.t.
„Arabi, Ibnu, Fushûsh al-Hikam wa Ta‟lîqât „alaih, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.
Armstrong, Amatullah, Sufi Terminology (al-Qâmûs as-Sûfî) The Mystical
Language of Islam, terj. M.S.Nashrullah dan Ahmad al-Baiquni dengan
judul Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Bandung:
Mizan, 2000.
al-Ashbahâni, Abû Nu‟aim Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishâq bin
Mûsâ bin Mahrân. Hilyatul Auliyâ wa Thabaqât al-Ashfiyâ. Mesir: as-
Sa‟âdah, 1974.
al-Baghdadi (al-Khâzin), Ali bin Muhammad bin Ibrahim, Lubâb at-Ta`wîl fî
M‟ânî at-Tanzîl, Mesir: Dâr al-Kutub al-„Qrabiyyah al-Kubrâ, t.t.
al-Baidhawi, Nâshiruddîn Abû Sa‟îd Abdullah bin Umar bin Muhammad
asy-Syairâzî. Tafsîr al-Baidhawi. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah,
1988.
Baried, Siti Baroroh dkk., Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan
Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi Filologi Fakultas
Sastra Universitas Gadjah Mada, 1994.
Behrend dan Pudjiastuti, Titik. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara
Jilid 3-B Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia dan Ecole Francaise D‟extreme-Orient, 1997.
Darat, Sholeh. Syarah al-Hikam terj. Miftahul Ulum dan Agustin Mufarohah.
Depok: Sahifa Publishing, 2016.
Djamaris, Edwar, Metode Penelitian Filologi, Jakarta: Manasco, 2002.
adz-Dzahabi, Muhammad Husein. at-Tafsîr wa al-Mufassirûn. Kairo:
Maktabah Wahbah, t.t.
al-Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsîr Maudhu‟i. tej. Rosihon Anwar.
Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Fathoni, Ahmad. Kaidah Qira`at Tujuh 1&2. Tangerang Selatan: Yayasan
Bengkel Metode Maisura & Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2016.
152
Fathurahman, Oman. Filologi Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.
al-Fattahiyah, M. Ibrahim, Rahasia Sukses Belajar Pegon, Kediri: Harapan
Mandiri, 2014.
__________ dkk., Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur
Keagamaan Badang Litbang dan diklat Kementerian Agama RI, 2010.
al-Ghazâlî, Abû Hâmid. Ihyâ`Ulumiddîn. t.tp.: Maktabah asy-Syurûq ad-
Dauliyah, t.t.
___________. Minhâj al-„Âbidîn, terj. Zakaria Adham dengan judul Wasiat
Imam Ghazali, Jakarta: Dârul Ulum Press, 1995.
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir Al-Qur`an. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2008.
Gulen, Muhammad Fethullah, Tasawuf untuk Kita Semua, terj. Fuad
Syaifudin Nur, Jakarta: Republika, 2013.
Hakim, Taufiq. Kiai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad
XIX-XX M. Yogyakarta: Institut of Nation Development Studies
(INDes), 2016.
Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya, 2006.
al-Jâbiri, Muhammad „Âbid, Binyat al-„Aql al-„Arabi, Beirut: Markaz Dirâsât
al-Wahdah al-„Arabiyah, 2004.
al-Jamâl, Hasan. Hayât al-Aimmah. terj. M. Khaled Muslih dan Imam
Awaluddin dengan judul Biografi 10 Imam. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2008.
Jawad, M. Abdul dan A. Laiq, Panduan Praktis Menulis Pegon, Jawa Barat:
Mu‟jizat, 2017.
Katsîr, Ibnu, Tartîb wa Tahdzîb Kitâb al-Bidâyah wa an-Nihâyah, terj. Abu
Ihsan al-Atsari dengan judul Perjalanan Hidup Empat khalifah Rasul
yang Agung, Jakarta: Darul Haq, 2014.
Lubis, Nabilah. Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta:
Yayasan Media Alo Indonesia, 2001.
153
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Musa, Hashim Haji, Sejarah Perkembangan Tulisan Jawi, Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1999.
an-Naisabûrî, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairi. Shahîh
Muslim. Kairo: Dâr al-Hadîts, 2010.
Noegraha, Nindya dkk. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia-EFEO, 1998.
Penyusun, Tim, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Brau Van Hoeve, 1993.
P. Voorhoeve, M. C. Ricklefs and Annabel The Gallop. Indonesian Manuscripts in
Great Britain: a Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in
British Public Collections. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
al-Qazwînî, Ibnu Mâjah Abu Abdillah Muhammad bin Yazîd. Sunan Ibnu
Mâjah. tt.p.: Dâr Ihyâ‟ al-„Arabiyah, t.t.
al-Qusyairy, Abu Qasim, ar-Risâlah al-Qusyairiyah fî „Ilm at-Tashawwuf,
Beirut: Dâr al-Mahajjah al-Baidha`, 2008.
_________. Lathâif al-Isyârât = Tafsîr al-Qusyairy, Mesir: al-Hai`ah al-
Mishriyah al-„Âmmah li al-Kitâb, t.t.
ar-Rahman, Tim, Ensiklopedia 25 Nabi dan Rasul, Jakarta: Emir, 2017.
ar-Râzî, Muhammad Fakhr ad-Dîn ibn al-„Allâmah Dhiyâ` ad-Dîn Umar al-
Musytahar bi Khathîb ar-Rây, Tafsîr al-Fakhr ar-Râzî al-Musytahar
bi at-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.
Ronkel, Van. Supplement to the Catalogue of Arabic Manuscripts in The
Museum of Batavia Society of Arts and Sciences. Batavia: Albrecht,
1913.
Rifa‟i, A. Bachrun dan Hasan Mud‟is. Filsafat Tasawuf. Bandung: Pustaka
Setia, 2010.
Saktimulya, Sri Ratna. Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura
Pakualaman. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
154
as-Samarani, Abu Ibrahim Muhammad Sholeh bin Umar. Tafsîr Faidh ar-
Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-Dayyân. Singapura:
Percetakan Haji Muhammad Amin, 1893.
_________. Lathâif ath-Thahârah. Semarang: Karya Toha Putra, t.t.
Shihab, M. Quraish, Tafsîr al-Mishbâh: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur`an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sholihin, M. Tokoh-tokoh Sufi Lintas Zaman. Bandung: Pustaka Setia, 2003.
as-Sijistânî, Abû Dâwûd Sulaiman bin al-Asy‟ats. Sunan Abî Dâwûd. tt.p.:
Dâr al-Fikr, t.t.
asy-Syaibani, Ahmad bin Hanbal Abdullah. Musnad al-Imâm Ahmad bin
Hanbal. Kairo: Muassasah Cordova, t.t.
ath-Thûsi, Abu Nashr as-Sarrâj, al-Luma‟: Rujukan Lengkap Ilmu Tasawuf,
terj. Wasmukan dan Samson Rahman, Surabaya: Risalah gusti, 2002.
Tjadrasasmita, Uka, Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian
Sejarah Islam di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan
Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006.
Ulum, Amirul. KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani: Maha Guru
Ulama Nusantara. Yogyakarta: Global Press, 2016.
Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 2007.
Skripsi, Tesis, dan Disertasi:
Anasom. “KH. Saleh bin Umar dan Pondok Pesantren Darat”, petikan dari
Anasom, “Dakwah Islam di Semarang Akhir Abad XIX: Telaah
Historis terhadap Rijal al-Dakwah”. Tesis. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 2003.
Faiqoh, Lilik, “Vernakularisasi dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya KH.
Sholeh Darat al-Samarani”. Tesis. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2017.
HS, Muchoyyar. “KH. Muhammad Shâlih al-Samârânî: Studi Tafsir Faidh
ar-Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-Dayyân”. Disertasi.
Yogyakarta: PPS IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
155
Islam, Adib Misbachul. “Syaikh Yusuf Makassar: Sirru al-Asrâr (Suntingan
Teks dan Analisis Isi)”, Tesis, Depok: Universitas Indonesia, 2005.
_________. “Nazam Tarekat Karya KH. Ahamad ar-Rifai Kalisalak: Kajian
Tekstual dan Kontekstual Pesantren Jawa Abad ke-19”. Disertasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2014.
Kaysie, Ahmad Aly, “Tafsir Esoterik Tentang Shalat Menurut Kiai Sholeh
Darat”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2016.
Munir, Ghazali. Pemikiran Kalam Muhammad Sâlih Darat as-Samârânî
(1920-1903). Disertasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga, 2007.
Sa‟idah, Dwi. “Genealogi dan Metodologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya
Kyai Shaleh Darat”. Skripsi. Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta, 2016.
Saepudin, Didik. “Epistimologi Tafsir Faidh al-Rahmân Karya KH. Shaleh
Darat”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2015.
Salim, Abdullah. “Majmû‟at al-Syari‟at al-Kaifiyat li al-„Awam Karya Kiai
Saleh Darat: Suatu Kajian Terhadap Fikih Berbahasa Jawa Akhir
Abad Ke-19”. Disertasi. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1994.
Surur, Misbahus. “Metode dan Corak Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya
Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samârânî (1820-1903 M)”. Skripsi.
Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011.
Sya‟ban, Ahmad Ginanjar. “Naskah “Risâlah fî „Ilâj al-Sumûm” Karya
Moses Maimonides (Kajian Filologi, Toksikologi, dan Sastra Yahudi-
Arab”. Tesis. Bandung: Program Ilmu Sastra FIB Universitas
Padjajaran, 2015.
Jurnal:
Gusmian, Islah, “Tafsir Al-Qur`an Bahasa Jawa, Peneguhan Identitas,
Ideologi, dan Politik”, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 9 No. 1 Juni 2016.
Masrur, M. “Kyai Soleh Darat, Tafsir Faid al-Rahmân dan RA. Kartini”,
dalam Jurnal at-Taqaddum. Vol. 4 No. 1 Juli 2012.
156
Mu‟jizah. “Kajian Filologi dalam Pernaskahan Melayu”. Journal Lektur
Keagamaan, Vol. 7 No. 2 Desember 2004.
Umam, Saiful. “God‟s Mercy is not Limited to Arabic Speakers: Reading
Intellectual Biography of Muhammad Salih Darat and His Pegon
Islamic Texts”. Jurnal Studia Islamika, Vol. 20 No. 2 Agustus 2013.
Internet:
https://haqisadewa.blogspot.co.id/2012/08/istilah-karakteristik-kitab-kitab.
html (diakses pada 16 Juli 2017)