tantangan dan kendala industri buah di indonesia

7
TANTANGAN DAN KENDALA INDUSTRI BUAH DI INDONESIA Ancaman yang terjadi pada buah lokal Ketersediaan buah lokal di Indonesia merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia dan kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya. Buah merupakan komoditas pertanian yang memiliki banyak manfaat dan sekaligus ancaman dalam penyediaannya. Buah lokal memiliki penggolongan ancaman berdasarkan sumber ancamannya, yaitu ancaman yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Ancaman yang berasal dari dalam negeri, antara lain rendahnya pengetahuan berbasis pertanian di kalangan petani buah lokal secara umum, kurangnya penyediaan sarana dan prasarana pertanian buah mulai dari pra panen hingga pascapanen, kurangnya penyuluhan produk hortikultura dari pemerintah, berkurangnya lahan pertanian buah di Indonesia, perubahan iklim yang ekstrem, beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman akibat bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, dan kurangnya pengawasan serta rendahnya peran pemerintah dalam melindungi produk buah lokal. Misalnya, ancaman terbesar dari dalam negeri, yaitu adanya anggapan masyarakat bahwa dengan mengonsumsi atau membeli buah impor merupakan hal yang keren atau berkelas. Selain itu, ancaman yang berasal dari luar negeri meliputi terbukanya perdagangan pasar internasional, tingginya mutu buah yang berasal dari luar negeri, penggunaan teknologi canggih dalam pengolahan buah impor, dan ketersediaan produksi buah impor yang melimpah. Berdasarkan hasil data BPS, jumlah buah-buahan impor cukup berlimpah di Indonesia. Misalnya, pada tahun 2009 menunjukkan bahwa impor buah-buahan dari China

Upload: alfin-kurnia

Post on 09-Apr-2016

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tantangan Dan Kendala Industri Buah Di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Tantangan Dan Kendala Industri Buah Di Indonesia

TANTANGAN DAN KENDALA INDUSTRI BUAH DI INDONESIA

Ancaman yang terjadi pada buah lokal

Ketersediaan buah lokal di Indonesia merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia

dan kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya. Buah merupakan komoditas pertanian

yang memiliki banyak manfaat dan sekaligus ancaman dalam penyediaannya. Buah lokal

memiliki penggolongan ancaman berdasarkan sumber ancamannya, yaitu ancaman yang

berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Ancaman yang berasal dari dalam negeri, antara

lain rendahnya pengetahuan berbasis pertanian di kalangan petani buah lokal secara umum,

kurangnya penyediaan sarana dan prasarana pertanian buah mulai dari pra panen hingga

pascapanen, kurangnya penyuluhan produk hortikultura dari pemerintah, berkurangnya lahan

pertanian buah di Indonesia, perubahan iklim yang ekstrem, beralihnya fungsi lahan pertanian

menjadi pemukiman akibat bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, dan kurangnya

pengawasan serta rendahnya peran pemerintah dalam melindungi produk buah lokal.

Misalnya, ancaman terbesar dari dalam negeri, yaitu adanya anggapan masyarakat bahwa

dengan mengonsumsi atau membeli buah impor merupakan hal yang keren atau berkelas.

Selain itu, ancaman yang berasal dari luar negeri meliputi terbukanya perdagangan

pasar internasional, tingginya mutu buah yang berasal dari luar negeri, penggunaan teknologi

canggih dalam pengolahan buah impor, dan ketersediaan produksi buah impor yang

melimpah. Berdasarkan hasil data BPS, jumlah buah-buahan impor cukup berlimpah di

Indonesia. Misalnya, pada tahun 2009 menunjukkan bahwa impor buah-buahan dari China

sepanjang bulan Desember 2009 mencapai US $ 42,5 juta atau naik US $ 147,4 persen

dibandingkan dengan posisi bulan November 2009 senilai US $ 17,1 juta1[5]. Pada tahun

2008, nilai impor buah dari China mencapai US $ 330,9 juta.

Ancaman yang muncul untuk buah – buah dalam negeri bukan hanya karena impor

buah yang mulai banyak tersebar dipasaran yang menggeser buah – buah yang dihasilkan

oleh para petani dalam negeri. Sebenarnya, penyebab tergesernya buah yang dihasilkan oleh

petani dalam negeri akibat dari rendahnya mutu buah yang dihasilkan oleh para petani

indonesia. Dilihat dari segi organoleptik, misalnya rasa buah lokal tidak kalah dengan buah

impor. Buah lokal mempunyai rasa yang tidak hanya manis saja, melainkan kombinasi rasa

asam sehingga menimbulkan sensasi segar seperti rasa dari buah malang. Namun ancaman

terbesar dari buah dalam negeri berasal dari dalam diri bangsa sendiri.

1

Page 2: Tantangan Dan Kendala Industri Buah Di Indonesia

Misalnya, pada kasus apel washington (luar negeri) dengan apel malang (dalam

negeri) dari segi penampilannya sama – sama menarik dan mulus. Dilihat dari warnanya, apel

wasington memiliki warna merah yang merata sedangkan apel malang berwarna hijau yang

tidak merata pada permukaan apel. Perbedaan bukan hanya terletak pada warna, tetapi pada

keseragaman ukuran dimana buah apel washington relatif lebih seragam dibandingkan

dengan apel malang yang tidak seragam. Namun, kelebihannya apel malang memiliki daging

buah yang lebih padat dibandingkan dengan apel washington yang agak kopong. Bukan

hanya itu, apel washington akan cepat lecet jika terkena benturan sedangkan apel malang

lebih kuat terhadap benturan karena memiliki tekstur luar yang keras.

Untuk kasus tersebut, perbaikan mutu apel dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

dengan rekayasa genetika pada tanaman apel malang sehingga mutu apel akan membaik dan

dapat dipertahankan. Namun, cara rekayasa genetika ini memakan biaya yang cukup besar

dan memerlukan penelitian dalam waktu lama. Namun, penanggulangan yang paling mudah

dilakukan adalah dengan mengubah SOP dalam proses pascapanen, seperti sortasi dan

grading.

2.3 Peran pemerintah dalam menangani derasnya buah impor

Melimpahnya buah-buahan impor yang diperdagangkan di kota-kota besar

menjadikan buah-buah lokal ditanah air terpuruk dan makin sulit untuk diperoleh. Penyebab

utama buah lokal tidak bisa bersaing adalah kebijakan perbuahan yang tidak memihak pada

produksi buah lokal. Seperti kebijakan di bidang pertanian lainnya yang tidak berpihak pada

produksi lokal, demikian pula kebijakan perbuahan Indonesia. Pemerintah tidak membuat

kebijakan yang bisa memproteksi2[6] buah lokal selama buah impor masih membanjiri pasar

lokal, maka buah lokal tak akan mampu bersaing. Indonesia tidak membatasi peredaran buah

impor. Buah impor bisa beredar sampai ke pedesaan, bahkan sampai ke sentra produksi

dengan harga yang sangat kompetitif, buah lokal berhasil menarik minat konsumen buah

sampai ke pedesaan.

Buah lokal kebanyakan dipanen dari alam oleh petani sebagai kegiatan sampingan.

Belum banyak petani yang benar-benar mengusahakan buah sebagai bisnis utamanya. Oleh

karena itu, dikerjakan sebagai sebuah kegiatan sampingan, maka kebanyakan petani buah

Indonesia tidak terdidik dalam bisnis buah. Mereka tidak mengerti Good Agriculture Practice

yang saat ini menjadi persyaratan untuk bisa masuk ke pasar modern. Mereka juga tidak

2

Page 3: Tantangan Dan Kendala Industri Buah Di Indonesia

paham tentang cara panen dan pasca panen. Akibatnya mutu buah menurun drastis pada fase

pasca panen dan saat pengangkutan.

Peranan pemerintah dalam mempertahankan buah lokal masih terbilang plinpan

dalam mengatasinya. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

30 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Permendag 30/2012

menyatakan bahwa import hortikultura harus melalui importir terdaftar dan tidak bisa lagi

langsung ke pengecer. Demikian pula, importir terdaftar tidak bisa menjual produk impornya

ke konsumen atau pengecer secara langsung. Meski penerapannya ditunda beberapa bulan,

Permendag 30/2012 akan sangat berperan dalam menumbuhkan gairah bisnis buah dan sayur

lokal. Permendag Nomor 30 tahun 2012 akan meningkatkan bisnis hortikultura lokal melalui

dua hal, yaitu: (1) hanya produk hortikultura impor berkualitas yang akan masuk. Produk

yang berkualitas memiliki harga yang relatif mahal. Dengan hilangnya produk hortikultura

yang impor, maka terbukanya pasar bagi produk lokal untuk mengisinya.; (2) pasal 3 secara

jelas mensyaratkan impor hanya bisa dilakukan jika produk lokal tidak bisa memenuhi

konsumsi. Artinya pasar untuk produk lokal akan terjamin.

Pada periode Januari sampai Juni 2013, Pemerintah melarang impor untuk enam jenis

buah lokal, empat jenis produk sayuran dan tiga jenis bunga, karena komoditas itu tidak

mendapatkan secara formal Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH)3[8]. Alasan

utama yang disampaikan Pemerintah adalah bahwa produk hortikultura yang dihasilkan di

dalam negeri masih cukup untuk memenuhi permintaan produk hortikultura yang terus

berkembang. Enam jenis buah yang dilarang masuk ke Indonesia yakni durian, nanas, melon,

pisang, mangga dan pepaya. Selain itu, empat jenis sayuran yang dilarang diimpor ke

Indonesia adalah kentang, kubis, wortel dan cabe; dan tiga jenis bunga adalah krisan, anggrek

dan helicona.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan buah tropis ditanah air

perlu memerlukan perhatian dari semua pihak. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah

adalah dengan membentuk kelompok-kelompok petani buah-buahan, diarahkan untuk

menanam bibit bermutu dan seragam serta diusahakan agar terkait dengan kegiatan

agroindustri. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam pengembangan kawasan agroindustri buah-

buahan terpadu. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjamin dari segi mutu dan jumlah buah-

buahan yang diperlukan sesuai permintaan konsumen. Untuk menjamin pengadaan bibit

unggul yang bermutu/ kualitas unggul maka pemerintah perlu meningkatkan kerjasama

3

Page 4: Tantangan Dan Kendala Industri Buah Di Indonesia

dengan kebun-kebun bibit swasta, sehingga pemerintah dapat mengawasi pengadaan bibit

yang terjamin mutunya.

Pemerintah harus melakukan pembenahan teknologi pembenihan modern dengan

bioteknologi (kultur jaringan)4[9] atau rekayasa genetika berupa teknologi transfer gen untuk

menghasilkan bibit unggul yang sesuai dengan tuntunan pasar dan diharapkan dengan sistem

tersebut harga bibit dapat terjangkau oleh petani. Selain penggunaan bibit yang berkualitas

unggul pemerintah juga harus memperkenalkan teknik usaha tani yang modern kepada petani,

caranya melalui peningkatan kualitas penyuluh pertanian dalam hal agronominya,

agroindustri maupun agroniaganya melalui pendidikan dan latihan. Peningkatan kualitas

penyuluh pertanian lapangan (PPL) sangat penting karena berhubungan langsung dengan

petani, dengan demikian pengetahuan penyuluh langsung dapat ditularkan kepada

petani5[10].

 Melakukan penelitian tentang komoditas yang prospektif untuk

dikembangkan agar dapat menghasilkan produk yang mempunyai kualitas baik, produktivitas

tinggi dan dapat diatur waktu panennya agar pada  waktu-waktu tertentu tidak terjadi

kelebihan atau kekurangan produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Afriza Hanifa. 2012. Kritis, Jumlah Lahan Pertanian di Indonesia,( http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/12/04/23/m2xb3c-cegah-alih-fungsi-ke-perumahan-100-ha-sawah-akan-dilindungi).

Departemen Pertanian. 2011. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011,

(http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/2012/Laporan-kinerja-kementan2011.pdf).

Ernany Dwi Astuty.kebijakan pengembangan ekspor komoditas pertanian (sayuran

danbuah), (https://docs.google.com/viewer?

a=v&q=cache:uPFxRKwiX44J:elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/

downloadDatabyId/

8003/8003.pdf+bantuan+pemerintah+yang+diberikan+kepada+para+petani+dalam+melindun

gi+buah+lokal&hl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShsDzfxX2Ct3taZ-

uZ8lVcDzUbBHzFG28cSF2oPfHpzHMxvixcBrPFnN-

4

5

Page 5: Tantangan Dan Kendala Industri Buah Di Indonesia

tWRLqUKTBaseXQbf2FfZ7PI6KXWrKZzE6UNTwqhNRQPLFpg43opeRLc6jp0XPr0Jwlil

9tx3Ym5jL&sig=AHIEtbT0X2Hrvsg7PfqrT3FkA4hu9IBP6w). [23 februari 2013].

Prof. Dr. Bustanul Arifin. 2013. Serangan Bergelombang terhadap Hortikultura Lokal, (http://www.metrotvnews.com/front/kolom/2013/01/28/300/Serangan-Bergelombang-terhadap-Hortikultura-Lokal/kolom)Rosalina. 2011. Pemerintah Diminta Buat Peta Kawasan Khusus Buah Lokal ,

(http://www.tempo.co/read/news/2011/06/04/090338600/Pemerintah-Diminta-Buat-Peta-Kawasan-Khusus-Buah-Lokal). [23 februari 2013].