tax review pajak restoran untuk mengetahui ......tax review pajak restoran untuk mengetahui...
TRANSCRIPT
TAX REVIEW PAJAK RESTORAN UNTUK MENGETAHUI
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KABUPATEN
SOPPENG
SKRIPSI
NURUL AFNI
NIM 105731128116
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN JUDUL
TAX REVIEW PAJAK RESTORAN UNTUK MENGETAHUI
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KABUPATEN
SOPPENG
Oleh
NURUL AFNI
NIM 105731128116
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Arafah dan Ibunda Suriani, yang telah
memberikan semangat dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Saudara saya Nurul Ayni dan Nurul Arsy Farzana yang telah memberikan
dukungan untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.
3. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan
ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntut dan memberi arahan dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat
dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
MOTTO HIDUP
“Saat Kita Memperbaiki Hubungan Dengan Allah, Niscaya Allah Akan
Memperbaiki Segala Sesuatu Untuk Kita”.
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
karuaninya serta petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian skripsi ini dengan judul “Tax Review Pajak Restoran Untuk
Mengetahui Kepatuhan Wajib Pajak Di Kabupaten Soppeng”. Salam dan
sholawat tidak lupa peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang
menuntun umatnya dari alam yang gelap gulita kealam yang terang-benderang
dengan segala ilmu dan sunnahnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar
Sarjana Akuntansi (S.Ak) pada program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam menyelesaikan skripsi ini,
penulis diberi bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara materi
maupun moril. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badhollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE., MM, selaku penasehat akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.
5. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA, selaku pembimbing I yang
senantiasa mengarahkan penulis sehingga skripsi dapat selesai dengan
baik.
6. Bapak Andi. Arman, SE., M.Si., Ak.CA, selaku pembimbing II atas bimbingan
dan arahan yang diberikan selama proses penyususnan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmu kepada penulis.
8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammdiyah Makassar.
9. Segenap staf dan karyawan Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan
Daerah Kabupaten Soppeng (BPKPD) serta wajib pajak yang telah
memberikan bantuan dalam proses penelitian.
10. Terima kasih kepada pihak restoran Triple 8 The Riverside Resort dan The
Drip Coffe and Cafe yang telah membantu dalam proses penelitian.
11. Terima kasih kepada sahabat dari kelas Akuntansi 16.G terkhusus Grup
Markas yang selalu memberikan bantuan serta semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
12. Terima kasih kepada teman Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (IMAI)
Simpul Sulawesi Selatan yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
ix
13. Semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Namun, peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Apabila
terjadi kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan peneliti.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, 24 Oktober 2020 Nurul Afni
x
ABSTRAK
Nurul Afni, 2020. “Tax review pajak restoran untuk mengetahui kepatuhan
wajib pajak di Kabupaten Soppeng”. Skripsi Program Studi Akuntansi,
Fakultas Ekonomi da Bisnis. Dibimbing oleh Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA
dan Andi. Arman, SE., M.Si., Ak.CA.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak restoran di
Kabupaten Soppeng dalam memenuhi kewajiban perpajakannya terkhusus PB1
(Pajak Pembangunan Satu) melalui tax review terhadap wajib pajak restoran.
Penelitian ini dilakukan di BPKPD (Badan Pengelolaan Keuangan dan
Pendapatan Daerah) Kabupaten Soppeng dan 2 restoran kategori cafe. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian dengan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melakukan
wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak
restoran Kabupaten Soppeng dari 4 tahun terakhir mengalami peningkatan. Akan
tetapi, masih adanya pelaku usaha yang belum dikenakan pajak restoran dan
masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak yang menjadi kendala BPKPD
untuk lebih mengoptimalkan pengenaan pajak restoran bagi semua pelaku
usaha. Berdasarkan hasil tax review dapat disimpulkan bahwa cafe triple 8 telah
memenuhi kewajiban perpajakan PB1 (Pajak Pembangunan Satu). Namun,
peneliti menemukan ketidaksesuaian dalam hal waktu penyetoran dengan
ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, diharapkan cafe triple 8 melakukan
penyetoran PB1 tepat waktu. Sedangkan hasil review cafe the drip coffe dalam
melakukan kewajiban perpajakan PB1 (Pajak Pembangunan Satu) juga telah
memenuhi kewajiban perpajakan PB1. Akan tetapi, peneliti juga menemukan
ketidaksesuaian dalam hal waktu penyetoran sesuai ketentuan yang ada. Oleh
karena itu, diharapkan cafe the drip melakukan penyetoran PB1 tepat pada
waktunya.
Kata kunci: Tax review, kepatuhan wajib pajak, PB 1 (Pajak Pembangunan
Satu)
xi
ABSTRACT
Nurul Afni, 2020. "Tax Review of Restaurant Tax to Determine Taxpayer
Compliance in Soppeng Regency". Thesis of Accounting Study Program,
Economics and Business Faculty. Supervised by Dr. H. Mahmud Nuhung, SE.,
MA and Andi. Arman, SE., M.Si., Ak.CA.
The aim of this study was to determine the compliance of restaurant
taxpayers in Soppeng Regency in fulfilling their tax obligations, especially PB1
(Development Tax One) through a tax review of restaurant taxpayers. This
research was conducted at BPKPD (Financial and Regional Revenue
Management Agency) Soppeng Regency and 2 restaurants of cafe category.
This research used a qualitative descriptive approach to data collection
techniques by conducting interviews.
The results of this study indicated that the realization of acceptance
restaurant tax in Soppeng Regency from the last 4 years has increased. However,
there were still untaxed business doers and the low level of taxpayer compliance
was an obstacle for BPKPD to optimize restaurant tax imposition for all business
doers. Based on the results of the tax review, it can be concluded that the Triple
8 Cafe had met the tax obligations of PB1 (Development Tax One). However, the
researcher found a discrepancy in terms of deposit time with the applicable
provisions. Therefore, it was hoped that the Triple 8 Cafe will deposit PB1 on time.
Meanwhile, tax review result of The Drip Cafe within to do PB1 (Development
Tax One) has fill up tax obligation one. But, researcher detect maladjustment of
deposit time based on provision. Wherefore, be expected for The Drip Cafe to do
deposit punctually.
Keywords: Tax review, taxpayer compliance, PB 1 (Development Tax One)
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ..................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Teori .......................................................................................... 7
1.Pajak ...................................................................................... 7
xiii
2.Pajak Daerah .......................................................................... 10
3.Pajak Restoran ....................................................................... 11
4.Wajib Pajak ............................................................................. 13
5.Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................... 14
6.Tax Review ............................................................................. 15
B. Tinjauan Empiris ........................................................................ 17
C. Kerangka Konsep ...................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 25
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 25
B. Lokasi dan Situs Penelitian....................................................... 25
C. Sumber Data ............................................................................ 26
D. Pengumpulan Data ................................................................... 26
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 27
F. Metode Analisis ........................................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 28
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 28
1. Profil BPKPD Kabupaten Soppeng ........................................ 28
2. Visi dan Misi BPKPD Kabupaten Soppeng ............................ 31
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 31
1. Realisasi Penerimaan Pajak Restoran .................................. 32
2. Sistem Penagihan Pajak ....................................................... 45
3. Tax review Wajib Pajak Restoran ......................................... 47
C. Pembahasan ............................................................................ 52
xiv
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 54
A. Kesimpulan .............................................................................. 54
B. Saran ....................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 56
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 59
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 17
Tabel 4.1 Susunan Organisasi BPKPD ....................................................... 28
Tabel 4.2 Restoran Kategori Cafe .............................................................. 31
Tabel 4.3 Data Kepemilikan Restoran ......................................................... 32
Tabel 4.4 Laporan Target dan Realisasi Pajak Restoran ............................ 39
Tabel 4.5 Laporan Penjualan Triple 8 The Riverside Resort ....................... 48
Tabel 4.6 Setoran Pajak Restoran Triple 8 The Riverside Resort ............... 49
Tabel 4.7 Laporan Penjualan Restoran The Drip Coffe and Cafe ............... 50
Tabel 4.8 Setoran Pajak Restoran The Drip Coffe and Cafe ....................... 51
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ....................................................................... 24
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPKPD .................................................... 30
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Pertanyaan Wawancara ................................................ 59
Lampiran II Daftar Nama Informan .............................................................. 64
Lampiran III Transkip Hasil Wawancara ...................................................... 65
Lampiran IV Setoran Pajak Restoran .......................................................... 78
Lampiran V Surat Izin Meneliti .................................................................... 80
Lampiran VI Dokumentasi Penelitian .......................................................... 84
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang besar terus berupaya melaksanakan
pembangunan nasional di segala bidang untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, salah satunya di bidang perekonomian. Adanya perkembangan
perekonomian yang terjadi dapat meningkatkan pendapatan negara. Pendapatan
negara yang terbesar bersumber dari penerimaan pajak yang dibayarkan oleh
wajib pajak. Namun saat ini, membayar pajak seakan beban bagi orang , akan
tetapi bagi pemerintah, menghimpun pajak merupakan aktivitas yang penting
Palil et al (2016) dalam Haq (2017). Maka dari itu, pemerintah berupaya
membuat dan menetapkan peraturan perpajakan atas penghasilan yang diterima
oleh wajib pajak pribadi maupun badan yang dalam peraturan tersebut tercantum
ketetapan dalam hal menjunjung tinggi hak-hak warga negara dan juga
menetapkan kewajiban perpajakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan.
Pemerintah pusat telah membagi kewenangan pemungutan pajak, yakni
pajak pusat dan pajak daerah. Khusus untuk pajak daerah, pemerintah pusat
membagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Bagi
daerah, pajak adalah bukti nyata dari masyarakat untuk membiayai roda
pemerintahan demi pembangunan daerahnya. Jenis sumber pendapatan setiap
daerah memiliki kesamaan, akan tetapi jumlah pendapatannya tentu akan
berbeda-beda.
Berbagai jenis usaha di Kabupaten Soppeng saat ini tentu memiliki
peranan penting terhadap pendapatan daerah. Selama tahun anggaran 2017
2
penerimaan pajak daerah Kabupaten Soppeng secara kumulatif mencapai
Delapan Milyar Enam Juta Tujuh Ratus Sepuluh ribu enam Ratus Delapan Puluh
Satu Rupiah atau baru mencapai 73,13% dari target yang telah ditetapkan pada
APBD 2017. Berkaitan dengan hal tersebut telah mencerminkan bahwa pajak
daerah belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan
daerah secara keseluruhan oleh karena itu, perlu dilakukan optimalisasi sumber
PAD untuk meningkatkan kemampuan keuangan dan pembiayaan daerah
ungkap Bupati Soppeng HA. Kaswadi Razak (Rauf, 2017).
Kemudian di tahun 2018 keadaan perekonomian di Kabupaten Soppeng
sedang tumbuh dan berkembang, salah satu indikatornya yaitu pencapaian
beberapa sektor pendapatan pajak yang melampaui target diantaranya pajak
bumi bangunan, pajak restoran, pajak rumah walet dan lain lain. Tercatat bahwa
hampir semua pendapatan dari sektor pajak mengalami kenaikan termasuk pajak
restoran yang meningkat sekira 250 persen, target Rp. 200 juta dan pada
realisasi per tanggal 31 Oktober 2018 sebesar Rp. 655.651.892. Ini menjadi
salah satu indikator bahwa perekonomian masyarakat Soppeng sedang tumbuh
dan berkembang dengan baik (Rauf, 2018). Namun permasalahan yang sering
terjadi, tidak menutup kemungkinan usaha yang dijalankan terdapat kekeliruan
atau kesalahan dalam hal perhitungan, penyetoran serta pelaporan pajak
sehingga perlu dilakukan tax review agar dapat mengetahui kebenaran yang
sebenarnya dalam kegiatan perpajakan.
Bagi pemerintah dan pengusaha memiliki sudut pandang masing-masing
terhadap pajak. Bagi pemerintah, semakin besar pajak yang diterima, maka akan
semakin besar pula pendapatan daerah. Sedangkan bagi pengusaha, pajak
merupakan pengurangan jumlah laba bersih yang diterimanya sehingga akan
3
menjadi beban jika harus membayar pajak, terlebih disaat pendapatan wajib
pajak sedang berkurang tetapi dipaksakan untuk membayar pajak yang membuat
pendapatannya semakin berkurang.
Seperti fenomena yang terjadi di Kabupaten Soppeng pada akhir tahun
2019 dimulainya pemberlakuan pajak 10% bagi pengusaha warung, rumah
makan, dan warkop sesuai dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
pajak daerah dan diperkuat dengan peraturan daerah (PERDA) No 3 Tahun
2012. Selama ini para pemilik usaha warung dan rumah makan yang ada di
Kabupaten Soppeng khawatir jika pajak diberlakukan maka akan mengurangi
pelanggan. Sementara itu salah satu pemilik warung yang tidak ingin disebutkan
namanya tetap keberatan dengan pemberlakuan pajak restoran 10% tersebut.
Menurutnya kondisi pasar kuliner untuk saat ini sangat sepi kemudian diperparah
dengan adanya pajak restoran. Hal ini dianggap merugikan pembeli dan
pedagang (Anonim, 2019). Hal ini membuktikan bahwa masih adanya wajib pajak
yang belum bersedia untuk membayar pajak dan tidak menganggap pajak
sebagai suatu kewajiban kenegaraan melainkan suatu beban bagi wajib pajak.
Terdapat beberapa penelitian mengenai tax review dalam mengukur
kepatuhan wajib pajak yang menjadi acuan peneliti, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Putu Ari Putri Saridewi dan Naniek Noviari yang berjudul analisis
penerapan tax review atas pajak penghasilan badan pada Hotel X tahun 2014
dengan hasil penelitian menjelaskan bahwa tax review atas PPh Badan, Hotel X
telah melaksanakan kewajiban penyetoran dan pelaporan sesuai dengan
ketentuan perpajakan, tetapi dalam hal perhitungan dan penyusunan SPT
Tahunan Badan terdapat beberapa kesalahan dalam pembebanan biaya pada
laporan laba rugi fiskal, sehingga mengakibatkan pajak yang terutang menurut
4
ketentuan perpajakan lebih besar dari pajak yang terutang menurut perusahaan.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Christy Hosen pada tahun 2017 yang
bejudul penerapan tax review untuk menilai kepatuhan wajib pajak badan dan
meminimalisir sanksi perpajakan terkait pajak penghasilan dan pajak
pertambahan nilai (studi kasus pada PT X) yang hasil penelitiannya menjelaskan
bahwa PT X merupakan wajib pajak yang patuh dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya sehingga terhindar dari pengenaan sanksi pajak.
Penelitian lainnya mengenai tax review juga dilakukan oleh Ernestine
Wijaya pada tahun 2017 dengan judul tax review pada Restoran X untuk menilai
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan hasil
penelitannya bahwa dalam melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan
pajak pembangunan satu (PB1), selama ini Restoran X sudah melaporkan PB1
setiap bulannya, namun besar jumlah yang disetorkan dan dilaporkan tidak
sesuai dengan yang sebenarnya. Adanya tindakan untuk mengecilkan jumlah
pajak terutang, karena kurangnya pemilik restoran tidak transparan terhadap
pajak yang seharusnya dibayarkan selama ini. Pada beberapa penelitian
sebelumnya yang telah diuraikan diatas dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya melakukan tax review sebagai evaluasi dalam pajak yang
memberikan bukti kebenaran dari proses kegiatan perpajakan, maka dari itu
penulis berinisiatif melakukan penelitian yang serupa terkait tax review atas pajak
restoran untuk mengukur kepatuhan wajib pajak di tempat yang berbeda yaitu di
Kabupaten Soppeng sehingga diharapkan mampu mendapatkan suatu temuan
baru.
Tax review perlu dilakukan oleh pengusaha restoran untuk meminimalkan
terjadinya kesalahan dan berbagai kekeliruan lainnya yang mungkin timbul saat
5
pemeriksaan pajak untuk menghindari sanksi. Untuk mengidentifikasi kesalahan
yang ada dapat dilakukan perbaikan sendiri oleh wajib pajak sebelum dilakukan
pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat memperkecil sanksi
yang diterima dibandingkan jika kesalahan ditemukan pada saat dilakukannya
pemeriksaan.
Kepatuhan wajib pajak juga penting untuk diketahui karena merupakan
bukti nyata wajib pajak dalam membayar pajak dengan jujur dan sesuai dengan
indikator kepatuhan wajib pajak. Untuk itu, penting dilakukan pemeriksaan
berupa tax review sebagai evaluasi pemeriksaan pajak dan dengan dilakukannya
dapat diketahui apakah wajib pajak telah tepat waktu membayar pajak, telah taat
asas, dan jumlah yang dibayarkan telah benar. Dengan demikian, jika penelitian
ini diungkap, diharapkan kewajiban wajib pajak khususnya pada pajak restoran
terpenuhi dan implementasi dari peraturan perpajakan dapat terealisasi dengan
efektif dan diharapkan mengoptimalkan pendapatan daerah. Dan jika tidak
diungkap, maka penerimaan pajak akan stagnan dan tidak ada peningkatan dan
bisa saja akan menimbulkan penurunan penerimaan pajak tanpa adanya
pengujian dan pengawasan berupa tax review.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
tax review atas pajak restoran dengan melakukan penelitian yang berjudul “Tax
Review Pajak Restoran Untuk Mengetahui Kepatuhan Wajib Pajak Di
Kabupaten Soppeng”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas
yaitu, bagaimana implementasi tax review pajak restoran untuk mengetahui
kepatuhan wajib pajak di Kabupaten Soppeng?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai berdasarkan pokok permasalahan yang
telah dirumuskan di atas yakni untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak melalui
implementasi tax review atas pajak restoran di Kabupaten Soppeng.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat
memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat teoritis, sebagai bahan informasi atau pengetahuan tambahan di
bidang perpajakan khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak restoran.
2. Manfaat praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangan pemikiran kepada pihak wajib pajak pengusaha restoran dan
kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD)
Kabupaten Soppeng agar implementasi dari peraturan perpajakan dapat
terealisasi dengan efektif dan diharapkan mengoptimalkan pendapatan
daerah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan ke
empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak ialah “kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.
Pengertian pajak menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dalam
Zakky (2019) adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar
oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah
sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dan sebagainya.
Pajak adalah salah satu bentuk perbuatan gotong royong yang tidak perlu
disyaratkan, melainkan sudah hidup dan berkembang, dalam masyarakat
Indnesia yang hanya perlu dikembangkan dan dilestarikan saja. Gotong royong,
termasuk di dalamnya membayar pajak merupakan salah satu pengorbanan
setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa mendapatkan
imbalan (Suradiansyah et al, 2019).
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki unsur-unsur (Mardiasmo, 2016) :
1) Iuran dari rakyat kepada negara
8
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
2) Berdasarkan Undang-Undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung data
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditinjukkan adanaya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Pajak umumnya memiliki fungsi sebagai sumber keuangan negara, artinya
merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah dalam membiayai
pengeluaran negara baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun pembangunan.
Selain itu, pajak juga berfungsi sebagai pengatur, artinya alat untuk mengatur
kebijakan pemerintah.
Ada beberapa pengelompokan pajak yang dipungut oleh pemerintah
Indonesia sesuai Lembaga Pemungutan Pajak yaitu :
a. Pajak menurut golongannya
1. Pajak langsung merupakan pajak yang ditanggung sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dibolehkan untuk melakukan pengalihan ke pihak lain. Pajak ini
dibayar secara berkala sesuai surat ketetapan pajak yang dibuat kantor
pajak. Contoh dari pajak langsung adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
pajak penghasilan (PPh).
2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembayarannya diperbolehkan
pengalihan ke pihak lain. Penagihan pajak ini berdasarkan aktivitas tertentu
9
atau peristiwa, artinya pembayarannya tidak secara berkala. Contoh dari
pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pajak
penjualan atas barang mewah, bea materai, dan cukai.
b. Pajak menurut lembaga pemungutnya
1. Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat.
Pemungutan pajak negara ditangani oleh instansi seperti Dirjen Pajak,
Dirjen Bea dan Cukai, maupun kantor inspeksi pajak yang ada di seluruh
Indonesia. Contoh dari pajak negara diantaranya pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai, bea materai, bea masuk, cukai, pajak bumi dan
bagunan, pajak migas, pajak perolehan dan hak atas tanah dan bagunan.
2. Pajak daerah adalah pajak yang pemungutan pajaknya dilakukan
pemerintah daerah. Pajak ini terbatas hanya untuk masyarakat yang ada
didaerah itu sendiri yang dilakukan oleh Pemda Tingkat II maupun Pemda
Tingkat I. Contoh dari pajak daerah diantaranya pajak hotel, pajak restoran,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak tontonan, pajak radio, pajak kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar dan lainnya.
c. Pajak berdasarkan sifatnya
1. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pribadi
wajib pajak (subjek), kemudian menentukan objek pajaknya, keadaan wajib
pajak sangat mempengaruhi besarnya jumlah pajak yang terutang.
2. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pada
objeknya, seperti benda, keadaan, peristiwa perbuatan yang menyebabkan
utang pajak, lalu menetapkan subjeknya, tanpa mempermasalahkan
tempat tinggal subjek.
10
2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pungutan daerah sesuai peraturan daerah yang
digunakan dalam pembiayaan rumah tangga daerah. Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Penggolongan pajak daerah di Indonesia terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pajak Provinsi, terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Tanah Air
i. Pajak Sarang Burung Walet
11
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Adapun sistem pemungutan pajak daerah menurut Siahaan (2016:90)
dalam Suradiansyah et al (2019) antara lain :
1) Menggunakan perwujudan dari system self assessment, yaitu dibayar sendiri
oleh wajib pajak. Berkaitan dengan hal tersebut, wajib pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri wajib pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD
(Surat Pemberitahuan Pajak daerah).
2) Menggunakan perwujudan dari system official assessment, yaitu pemungutan
pajak ditetapkan oleh kepala daerah. Berkenaan dengan hal tersebut,
pengenaan pajak yang dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu
ditetapkan oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk melalui Surat
Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.
3) Menggunakan perwujudan dari system withholding, yaitu dipungut oleh
pemungut pajak. Sistem ini dilakukan pengenaan pajak yang dipungut oleh
pajak pada sumbernya, contohnya Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai
pemungut pajak penerangan jalan atas penggunaan tenaga listrik yan
disediakan oleh PLN.
3. Pajak Restoran
Seperti yang kita ketahui bahwa pajak sangat berperan penting dalam roda
pemerintahan suatu negara, baik pajak negara maupun pajak daerah. Salah satu
pajak daerah ialah pajak restoran yang merupakan pajak tidak langsung. Pajak
restoran termasuk dalam kategori pajak kabupaten/kota. Pengenaannya
berdasarkan pelayanan yang diberikan oleh restoran kepada konsumen, dimana
12
bebannya ada pada konsumen dan pihak restoran merupakan pihak yang
melakukan pemungutan dan menyetor hasil pajak kepada instansi yang memiliki
wewenang.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2012
Tentang Pajak Daerah yang dimaksud dengan pajak restoran adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia
makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/katering.
Setiap pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran, dipungut
pajak dengan nama pajak restoran.
1) Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan pihak restoran.
2) Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi
oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.
3) Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli
makanan dan/atau minuman pada restoran.
4) Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang merupakan
pemilik usaha restoran.
5) Tidak termasuk objek pajak restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak
melebihi Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah) per tahun.
Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
Tarif dikenakan dengan cara mengalikan nominal pembayaran yang ditetapkan
13
dan yang seharusnya diterima pihak restoran dengan 10% (sepuluh persen).
Adapun masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu bulan kalender.
4. Wajib Pajak
Wajib pajak atau yang biasa disingkat dengan WP adalah orang pribadi
atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak
atau pemotongan pajak tertentu.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 2 disebutkan pengertian wajib pajak (dalam
Ma’ruf, 2017) wajib pajak merupakan oraang pribadi atau badan yang memiliki
hak dan kewajiban, memuat pembayar pajak, pemungut pajak, pemotong pajak,
yang diatur dalam ikatan undangan perpajakan. Wajib pajak bukan hanya untuk
orang yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) saja, namun juga
bagi yang sudah memenuhi persyaratan wajib pajak sebelum memiliki NPWP.
Berikut yang termasuk wajib pajak (Wibowo, 2019) :
1. Wajib pajak pribadi terdiri dari :
a. Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha.
b. Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan
bebas.
c. Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan.
2. Wajib pajak badan terdiri dari :
a. Badan usaha pemerintah (BUMN dan BUMD).
b. Badan milik swasta (PT, CV, Koperasi, Lembaga dan Yayasan).
3. Wajib pajak bendahara sebagai pemungut dan pemotong pajak terdiri dari :
a. Bendahara pemerintah pusat.
14
b. Bendahara pemerintah daerah.
c. Bendahara pemerintah desa (bendahara desa).
d. Badan layanan umum (BLU).
e. Badan layanan umum daerah (BLUD).
4. Berdasarkan tempat terdaftarnya, maka wajib pajak terdiri dari :
a. Wajib pajak domisili atau tinggal.
b. Wajib pajak pusat.
c. Wajib pajak cabang dan wajib pajak orang pribadi tertentu.
5. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Sufiah (2017) dalam Ermawati dan Afifi (2018) mengemukakan
bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan sikap wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya, yaitu membayar pajak tepat waktu dan wajib
melaporkan pajak tepat waktu. Sedangkan menurut Subekti (2016) dalam
Ermawati dan Afifi (2018) Kepatuhan wajib pajak adalah sikap wajib pajak yang
berusaha untuk mematuhi segala peraturan perpajakan dengan tanpa dipaksa.
Para wajib pajak akan dinyatakan patuh jika telah memenuhi persyaratan
wajib pajak patuh berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor PMK. No.74/PMK.03/2012. Terdapat empat syarat yakni, wajib pajak
tepat waktu dalam menyampaikan SPT, wajib pajak tidak mempunyai tunggakan
pajak untuk semua jenis pajak, laporan keuangan telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian, dan tidak pernah dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum.
15
Pajak memiliki unsur paksaan yang artinya apabila kewajiban pajak tidak
dilaksanakan maka akan diberi konsekuensi hukum berupa sanksi perpajakan
yang telah dibagi menjadi dua macam sanksi yaitu, sanksi administrasi terdiri dari
denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi pidana berupa denda pidana, pidana
kurungan, dan pidana penjara. Adapun indikator kepatuhan wajib pajak yaitu :
1. Ketepatan waktu
2. Taat asas
3. Jumlah pajak yang dibayarkan adalah benar
6. Tax Review
Pengertian tax review dikemukakan oleh Sumarsan (2015:8) dalam Wijaya
(2017) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh para konsultan pajak
untuk meneliti dan memeriksa apakah perusahaan telah melaksanakan
kewajiban perpajakan perusahaan sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
Tax review menurut (Rismawaty dan Wijaya, 2017) adalah tindakan
penelaahan terhadap seluruh transaksi perusahaan untuk menghitung jumlah
pajak tentang serta memprediksi potensi pajak yang mungkin timbul menurut
peraturan dan perundang-undangan pajak yang berlaku. Sedangkan pengertian
tax review menurut Natasha (2017) adalah peninjauan ulang pajak-pajak yang
terjadi di perusahaan yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan atau pihak
lain diluar perusahaan yang disewa jasanya untuk memeriksa pemenuhan
kewajiban pajak perusahaan.
Tax review juga merupakan cara untuk mengetahui posisi perusahaan
dalam masalah kepatuhan. Melalui tax review wajib pajak dapat mengetahui
apakah masih terdapat kesalahan atau kekeliruan seperti kurang bayar atau lebih
16
bayar. Kedua hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Apabila
terjadi kurang bayar akan mengakibatkan perusahaan dikenakan sanksi berupa
denda, bunga, dan sanksi pidana sedangkan jika terjadi lebih bayar juga
merugikan perusahaan karena terjadinya alokasi sumber daya perusahaan
terhadap hal yang tidak diperlukan.
Tax review dilakukan untuk mengetahui kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan
perpajakan. Sekaligus merupakan solusi untuk mempersiapkan wajib pajak
dalam menghadapi pemeriksaan pajak. Tax review juga dapat menghindari
pengenaan beban pajak dan sanksi pajak yang tidak semestinya oleh fiskus.
Tax review dapat dilakukan secara mandiri oleh perusahaan atau dilakukan
oleh pihak ketiga, yaitu konsultan pajak yang dapat memberikan nasihat dan
masukan tentang perpajakan kepada perusahaan. Pemilik perusahaan dan
konsultan harus sama-sama memahami keadaan perusahaan dan membuat
rencana yang berkaitan dengan perpajakan perusahaan agar memberi kontribusi
maksimum bagi perusahaan (Irvanus, 2019). Tujuan tax review menurut (Irvanus,
2019) sebagai berikut :
a) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
b) Mempersiapkan wajib pajak dalam menghadapi pemeriksaan pajak.
c) Menghindari pengenaan beban pajak dan sanksi pajak yang tidak semestinya
oleh fiskus.
d) Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perpajakan yang luput dari perhatian
wajib pajak.
17
B. Tinjauan Empiris
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu dalam tabel
berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Ernestine Wijaya
(2017)
Tax review pada
Restoran X untuk
menilai kepatuhan wajib
pajak dalam memenuhi
kewajiban
perpajakannya
Berdasarkan hasil tax
review dapat
disimpulkan bahwa
Restoran X telah
memenuhi kewajiban
perpajakan restoran,
namun penulis
menemukan
ketidaksesuaian dalm
perhitungan,
penyetoran, dan
pelaporan PPh dan PB
1 restoran. Oleh karena
itu, diharapkan
Restoran X untuk
melakukan pembetulan
atas kurang bayar,
terutama Pajak
18
Penghasilan Pasal 23.
PB1, dan Pajak
Penghasilan
menggunakan PP No.
46. Agar Restoran X
terhindar dari sanksi
administrasi dan
lainnya.
2. Tifanny Natasha
(2017)
Tax review atas Pph
Pasal 4 Ayat 2, Pph
Pasal 23, PPh Pasal 25,
PPh Pasal 28A atau 29
dan PPn untuk menilai
kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi
kewajiban perpapajakan
(Studi kasus pada PT
XYZ)
Berdasarkan hasil
penelitian yang
dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan
kewajiban
perpajakannya, PT XYZ
telah melaksanakan
kewajiban
perpajakannya dengan
cukup baik. Hasil review
PPh Pasal 4 ayat 2 dan
Pasal 23 menyatakan
bahwa PT XYZ telah
melakukan perhitungan
pemotongan PPh tahun
2016 sesuai dengan
19
Undang-Undang
perpajakan. Namun
perusahaan terlambat
dalam melakukan
pemotongan dan
pelaporan SPT.
Sehingga penulis
melakukan perhitungan
sanksi atas
keterlambatan
penyetoran dan
pelaporan. Pada review
PPN, perusahaan selalu
lebih bayar sehingga
tidak melakukan
pembayaran atas PPN
Kurang Bayar. PT XYZ
juga sudah melakukan
pelaporan PPN walau
terdapat keterlambatan.
Dalam review PPh
Pasal 29, perusahaan
sudah tepat dalam
melakukan perhitungan,
penyetoran dan
20
pelaporan kewajiab
perpajakan. Selain itu,
PT XYZ juga perlu
memperhatikan tanggal
batas setor pajak
sehingga dapat
terhindar dari sanksi
perpajakan. Penulis
berharap PT XYZ juga
membayar sanksi
perpajakan yang
ditanggung perusahaan.
3. Clarissa Valencia
(2017)
Tax review atas pajak
penghasilan untuk
menilai kesesuaian
terhadap peraturan
perpajakan ( studi
kasus pada Rental X )
Dari hasil review yang
dilakukan oleh penulis,
ternyata perusahaan
belum menjalanakan
kewajibannya dengan
benar sesuai dengan
Undang-Undang yang
berlaku. Hal ini
dibuktikan dengan
banyaknya sanksi yang
dikenakan kepada
perusahaan. Kewajiban
menghitung, menyetor,
21
dan melaporakan
seharusnya dilakukan
oleh setiap wajib pajak.
4. Christy Hosen
(2017)
Penerapan tax review
untuk menilai
kepatuhan wajib pajak
badan meminimalisir
sanksi perpajakan
terkait pajak
penghasilan dan pajak
pertambahan nilai
(Studi kasus pada PT
X)
Berdasarkan hasil tax
review, dapat
disimpulkan bahwa PT
X merupakan wajib
pajak yang patuh dalam
melaksanakan
kewajiban
perpajakannya
sehingga terhindar dari
pengenaan sanksi
pajak.
5. Putu Ari Putri
Saridewi dan
Naniek Noviari
(2014)
Analisis penerapan tax
review atas pajak
penghasilan badan
pada Hotel X tahun
2014
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, Hotel X
sudah menjalankan
kewajiban penyetoran
dan pelaporan yang
sesuai peraturan
perundang-undangan.
Namun dalam
perhitungan dan
penyusunan SPT
Tahun Badan, terdapat
22
kesalahan pembebanan
biaya yang
menyebabkan pajak
perusahaan menjadi
lebih kecil daripada
pajak terutang menurut
ketentuan yang berlaku.
Sehingga perlu
dilakukan koreksi
terhadap pembebanan
biaya.
C. Kerangka Konsep
Pajak dapat dikatakan sebagai pendanaan terbesar yang diperoleh
pemerintah dari wajib pajak pribadi maupun badan untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang meliputi pembayaran,
pemotongan, dan pemungutan pajak.
Semua pengusaha restoran yang telah terdaftar sebagai wajib pajak
diberikan hak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutangnya. Dalam
menentukan pajak yang terutang, terdapat beberapa sistem pemungutan pajak
menurut Mardiasmo (2015:9) dalam Wijaya (2017), antara lain official
assessment system, self assessment system, dan withholding system. Pada
official assessment system, sistem pemungutan yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
23
oleh wajib pajak. Pada self assessment system, wajib pajak menghitung sendiri
pajak yang terhutang dan membayarnya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi,
dalam pelaksanaannya self assessment system ini belum berjalan sepenuhnya
sesuai dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan negara.
Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam
membayar pajak terutangnya secara benar. Kurangnya pengetahuan wajib pajak
mengenai peraturan perpajakan yang terus diperbaharui sehingga peran
Direktorat Jendral Pajak sangat diperlukan untuk melakukan pengawasan
dengan melakukan pemeriksaan pajak. Sedangkan pada withholding system,
pemotongan pajak dilakukan dengan bantuan pihak ketiga untuk menghitung dan
menetapkan pajak yang terutang dan membantu pemerintah untuk memungut
pajak dari wajib pajak.
Dalam perhitungan, penyetoran, dan pelaporan atas pajak terutang harus
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bilamana terdapat perbedaan
perhitungan, penyetoran, pelaporan atas pajak terutang pengusaha restoran
dengan undang-undang yang berlaku, dapat menimbulkan kurang bayar atau
lebih bayar dari yang seharusnya disetorkan oleh pengusaha restoran kepada
negara. Kesalahan dan kelalaian yang dilakukan merupakan tanggungjawab dari
wajib pajak itu sendiri. Sebab itu, agar dapat mengetahui apakah wajib pajak
dalam melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporannya telah sesuai
dengan undang-undang yang berlaku, wajib pajak dapat melakukan tax review.
Tax review dapat dijadikan langkah awal untuk mengetahui kepatuhan
perpajakan pengusaha restoran sebelum dilakukan pemeriksaan oleh petugas
pajak. Diharapkan dengan dilakukannya tax review dapat memudahkan wajib
24
pajak untuk mengetahui jika dalam perhitungan, penyetoran, dan pelaporan
perpajakannya terdapat kekeliruan atau tidak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Sehingga juga dapat diketahui patuh atau tidaknya wajib pajak
dalam perhitungan, penyetoran, dan pelaporan perpajakannya. Oleh karena itu,
penulis ingin melakukan review dan menelusuri lebih dalam lagi terkait kewajiban
perpajakan yang dibayarkan oleh pengusaha, terutama dalam bidang usaha
restoran agar dapat menghindari sanksi-sanksi berdasarkan Ketentuan dan Tata
Cara Perpajakan di kemudian hari, baik sanksi administratif maupun sanksi
pidana dan agar penulis dapat memberikan saran-saran yang membantu dalam
memenuhi kewajiban perpajakan sebagaimana mestinya.
Gambar 2.1.
Bagan Kerangka Pikir
(Sumber : diolah oleh penulis)
Indikator Kepatuhan Wajib Pajak:
1. Tepat waktu membayar pajak
2. Taat asas
3. Jumlah yang di bayarkan benar
Melakukan Tax Review pajak
restoran
Wajib pajak
patuh
Restoran di Kabupaten Soppeng
Wajib pajak
tidak patuh
Hasil
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah metode yang sesuai
dengan inti permasalahan yang akan diteliti nantinya, guna mendapatkan
informasi dan data dalam menunjang penulisan ini. Adapun jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis proses dan makna.
B. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya penelitian. Dalam penelitian
kualitatif, penetapan lokasi penelitian merupakan hal yang penting karena
dengan menentukan lokasi penelitian maka objek dan tujuan sudah ditetapkan
sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian. Penelitian ini
dilakukan di beberapa restoran yang ada di Kabupaten Soppeng dan di kantor
Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD). Yang in shaa
Allah akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus tahun 2020.
Situs penelitian merupakan suatu tempat peneliti dapat menangkap
keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti guna memperoleh informasi
dan data yang diperlukan oleh penulis. Berdasarkan permasalahan yang terdapat
dari bab sebelumnya, maka dari itu penetapan situs penelitian yakni di
Kabupaten Soppeng.
26
C. Sumber Data
Sumber data penulis dalam penelitian ini adalah seseorang atau lebih yang
dipilih untuk dijadikan narasumber. Berikut berbagai sumber data yang diperoleh
terdiri dari:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian
yakni sumber data dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara
dan pengamatan atau observasi pada informan yang berkaitan fokus dengan
pajak restoran dan cafe untuk menilai kepatuhan wajib pajak dan retribusi
daerah di Kabupaten Soppeng.
b. Data sekunder, yaitu data yang sumbernya dari catatan yang ada pada
perusahaan dan data yang telah diolah seperti sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi, dan dokumen lainnya.
D. Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dan data yang akan
dikelolah dalam penyusunan penelitian ini, yaitu :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dengan judul
penelitian. Metode wawancara ini bertujuan mengumpulkan data dari
pertanyaan yang di ajukan peneliti secara bebas, baik secara terstruktur
maupun tidak terstruktur untuk mendapatkan data primer dan informasi yang
diperlukan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan
dokumentasi di beberapa usaha restoran dan di kantor Badan Pengelolaan
Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) yang ada di Kabupaten
27
Soppeng dengan cara mencari dan mengumpulkan data terkait hal-hal berupa
catatan, buku, transkip dan sebagainya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat atau fasilitas yang diperlukan dan
dipergunakan dalam proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
berperan sebagai pengumpul data sekaligus bertindak sebagai instrumen utama.
Adapun yang menjadi instrumen pendukung seperti alat perekam yaitu telepon
seluler dan kamera untuk merekam hasil wawancara, selain itu buku
catatan/pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan yang akan diajukan dan
daftar informasi yang dibutuhkan, namun instrumen pendukung memiliki fungsi
yang terbatas.
Kehadiran seorang peneliti sangatlah diperlukan, karena peneliti sendirilah
yang harus mengumpulkan data langsung dari sumbernya dengan cara
mengamati, bertanya, mendengar, meminta sekaligus mengambil data yang valid
dan tidak sembarangan dalam memilih narasumber agar data yang didapati
dapat diakui kebenarannya.
F. Metode Analisis
Adapun metode analisis data penelitian yang digunakan penulis adalah
metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, dan sebagainya. Setelah itu, melakukan
perbandingan antara yang terjadi dengan 3 indikator kepatuhan wajib pajak agar
dapat diketahui apakah wajib pajak restoran telah memenuhi indikator tersebut
sehingga dapat disimpulkan wajib pajak patuh atau wajib pajak tidak patuh.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Singkat Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah
(BPKPD) Kabupaten Soppeng
Berdasarkan Peraturan Bupati Soppeng Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja BPKPD
Kabupaten Soppeng. Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah
(BPKPD) adalah merupakan unsur pelaksana fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang keuangan yang menjadi kewenangan daerah. Badan
Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) dipimpin oleh Kepala
Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
Tabel 4.1
Susunan Organisasi BPKPD
SUSUNAN ORGANISASI BPKPD
KEPALA BADAN
SEKERTARIAT
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
3. Sub Bagian Keuangan
BIDANG ANGGARAN
1. Sub Bidang Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Belanja Operasi dan
Tidak Terduga
2. Sub Bidang Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Belanja Modal
3. Sub Bidang Evaluasi Anggaran dan Dana Transfer
29
BIDANG PERBENDAHARAAN DAN PENGELOLAAN KAS
1. Sub Bidang Perbendaharaan
2. Sub Bidang Verifikasi
3. Sub Bidang Pengelolaan Kas
BIDANG AKUNTANSI
1. Sub Bidang Akutansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
2. Sub Bidang Akutansi Barang Milik Daerah
3. Sub Bidang Penyusunan Laporan Keuangan
BIDANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
1. Sub Bidang Analisis Kebutuhan
2. Sub Bidang Inventarisasi dan Pengamanan Barang Milik Daerah
3. Sub Bidang Pemanfaatan dan Penghapusan Barang Milik Daerah
BIDANG PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH
1. Sub Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Pajak, Retribusi Daerah
dan Lain-lain Pendapatan yang Sah
2. Sub Bidang Penetapan dan Pengelolaan Data Pajak, Retribusi Daerahdan
Lain-Lain Pendapatan yang Sah.
3. Sub Bidang Penagihan dan Pelaporan Pajak, Retribusi Daerah dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah.
UNIT PELAKSANA TEKHNIS DAERAH (UPTD)
Ada 8 UPTD Kecamatan
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah
30
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BPKPD
31
2. Visi Dan Misi Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah
(BPKPD) Kabupaten Soppeng
Visi dari BPKPD yang ada di Kabupaten Soppeng yaitu ”Terwujudnya
perencanaan pembangunan yang terpadu, aspratif dan responsif “.
Misi dari BPKPD yang ada di Kabupaten Soppeng yaitu :
1) Mewujudkan perencanaan yeng terintegritas dan sinergi.
2) Meningkatkan kualitas pengendalian, monitoring dan evaluasi serta
pelaporan pelaksanaan pembangunan yang terpadu dan inovatif.
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini setelah informasi didapatkan dari hasil wawancara dengan para
informan, peneliti mewawancarai 4 orang informan yang terdiri dari:
1. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD)
Kabupaten Soppeng : 1 orang
2. Kepala Seksi Penagihan Pajak : 1 orang
3. Pemilik Restoran kategori Cafe : 2 orang
Total : 4 orang
Tabel 4.2
Restoran Kategori Cafe
No. Nama Wajib Pajak
1. Triple 8 The Riverside Resort
2. The Drip Coffe and Cafe
Selanjutnya peneliti akan memaparkan, menganalisis serta menyajikan
hasil penelitian agar tujuan penelitian tercapai.
32
1. Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten Soppeng
a. Jumlah Wajib Pajak Restoran Di Kabupaten Soppeng
Jumlah data wajib pajak restoran yang terdaftar pada badan pengelolaan
keuangan Soppeng di tahun 2019 tercatat sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data Kepemilikan Restoran
No Nama restoran Alamat restoran Nama
pemilik/pengelola
1 Warung bakso Mallekana Nugroho
2 Warung indomie siram
Pasar takalala Hajerah
3 Warung indomie siram
Pasar takalala Hj.tinggi
4 Warung coto Pasar takalala Anwar
5 Warung indomie siram
Pasar takalala Budiati
6 Warung coto Pasar takalala Baheria
7 Warung bakso Pasar takalala Sugeng
8 Warung nasi Pasar takalala Hj.senna
9 Warung nasi Pasar takalala H.woh.awaluddin
10 Warung bakso Pasar takalala Tartin
11 Warung bakso Pasar takalala Wandi
12 Warung indomie Pasar takalala Rina
13 Warung indomie Pasar takalala Sudarmi
14 Warung nasi Pasar takalala Mardiana
15 Warung nasi Pasar takalala Lestari
16 Warung nasi / ikan Pasar takalala Kamaria
17 Warung indomie Pasar takalala Beda
18 Warung nasi Pasar takalala H.massiare
19 Warung indomie siram
Pasar takalala Weni
20 Warung bakso Pasar takalala Supratno
21 Warung bakso Pasar takalala Supri
22 Warung bakso Pasar takalala Sila
23 Warung bakso Pasar takalala Siska
24 Warung nasi / indomie
Pasar takalala Tawakkale
25 Warung bakso Pasar takalala Mas anto
26 Warung indomie Pasar takalala Nurhaeda
33
27 Warung indomie / nasi / ikan
Pasar takalala Isnaeni
28 Warung coto Pasar takalala Arinal
29 Warung nasi / ikan Pasar takalala Afriani
30 Warung coto Pasar takalala Buni
31 Warung indomie Pasar takalala Farida
32 Warung bakso Pasar takalala Muh.apis
33 Warung indomie Pasar takalala Rosnaeni
34 Warung nasi / indomie
Pasar takalala Nurlinda
35 Warung nasi / ikan Pasar takalala Intan
36 Warung nasi / ikan Pasar takalala Anita
37 Warung nasi / ikan Pasar takalala Muliana
38 Warung coto Mallekana Asriadi
39 Warung coto Mallekana Siraju
40 Warung bakso Pasar takalala Mas arno
41 Warung nasi / ikan Mallekana Marwan
42 Warung coto Mallekana Kasmawati
43 Warung indomie Pasar takalala Bade
44 Warung bakso Mallekana Mas arianto
45 Warung Pasar takalala Joko sutrisno
46 Warung Pasar takalala Nurhaya
47 Rm plus plus Takalala Rahmadi
48 Sate madura Takalala Saiful abbas
49 Warung kopi/indomie
Lereng hijau bulu dua
St.rahman
50 Warung kopi/indomie
Lereng hijau bulu dua
Hj.ratna
51 Warung kopi/indomie
Lereng hijau bulu dua
Maulana
52 Warung indomie/tuak
Lereng hijau bulu dua
Longeng
53 Warung nasi Lereng hijau bulu dua
Nurhidayat
54 Warung nasi Lereng hijau bulu dua
Atman
55 Warung nasi Lereng hijau bulu dua
A.asrul
56 Warung nasi Lereng hijau bulu dua
Muh.aksan
57 Warung bakso Mallengkana Terang
58 Coto Makassar Mallengkana Syamsul
59 Warung nasi ikan Mallengkana Umar
34
60 Warung indomie Pasar takalala Ajirah
61 Warung bakso Pasar takalala Haris
62 Warkop lajoa Lajoa Akmal
63 Warung coto Pasar pacongkang Hj.senna
64 Warung coto Lajoa Arifin
65 Warkop Lajoa Aguswadi
66 Warung bakso Pacongkang Sukamto
67 Bakso akang aryo Lajoa Mas aryo
68 Warkop Lajoa Semme/amiruddin
69 Kalong cafe Lajoa Asriadi
70 Warung nasi Tessiabeng Mastang
71 Rm.lamongan Lebbae Kuwat
72 Bakso mas anto Pasar pacongkang Tarno
73 Warung nasi Pasar pacongkang Hasnah
74 Warung nasi Pasar pacongkang Padi
75 Warung nasi Pasar pacongkang Hj.satta
76 Warung coto padaidi Pasar pacongkang Afriani
77 Warung nasi Pasar pacongkang Arija
78 Warung nasi Pacongkang Nurdihati
79 Warkop almirah Lajoa Guntur.h
80 Warung makan bunda Pacongkang Tasmina
81 Warung makan anugrah Pacongkang Hasriani
82 Warung coto Cabenge Laenre
83 Warung bakso Cabenge Tarno
84 Sumber rejeki Jl.pahlawan Hartono
85 Warung indomie Cabenge Hj.gustia
86 Warung nasi Cabenge Hj.hasnah.m
87 Warung coto Cabenge Hj.cundu
88 Wr bakso solo Jl.latappere Jariyo
89 Wr nasi kuning Cabenge Suwarno
90 Warung teh telur Cabenge La waji
91 Warung bakso Cabenge Sumaryana
92 Sumber rejo Jl.pahlawan Nur hasyim
35
93 Wr pangkep Jl.latappere H.sampara
94 Warung indomie Cabenge Abi
95 Wr pangkep Jl.pahlawan Hj.jumiati
96 Warung bakso Cabenge Tarno.s
97 Warung nasi Cabenge Arman
98 Warung nasi Cabenge Hj.norma
99 Bakso mas kumis Jl.pahlawan Mas kumis
100 Sari laut Cabenge Kepin
101 Warung bakso Cabenge Jamigan
102 Warung trb Cabenge Imam
103 Sari laut Jl.pahlawan Chanra
104 Wr 77 Jl.pahlawan Farida
105 Bakso mekar Jl.pahlawan Maryanto
106 Warung trb Cabenge Doddi selimin
107 Warung bakso Cabenge Herman
108 Warung nasi Cabenge Hame
109 Warung nasi Cabenge Gusnawati
110 Paid coffee Cabenge Nono
111 Warkop segitiga Cabenge Cendang
112 Warung nesya Cabenge Cokeng
113 Rm celebes Jl.pahlawan Rudi
114 Dream cafe resto Cabenge H.bahar
115 Warung nasi Cabenge Arisah
116 Warung nasi Cabenge Hade
117 Warung nasi Cabenge Semmi
118 Warung nasi Cabenge Kasmawati
119 Warung nasi Cabenge Budiman
120 Warung teh telur Cabenge H.mannu
121 Sambal lalapan Jl.pahlawan Femri
36
122 Warung nasi Cabenge Hj.juhera
123 Warung gorengan Cabenge Rony
124 Warkop nabil Cabenge Yulis
125 Warung dirge Cabenge
126 Bakso raksasa Jl.pahlawan Ahmad
127 Wr sederhana Jl.pahlawan Hj.hasnawati
128 Wr mas endut Jl.allapporeng Mas endut
129 Coto Makassar Jl.pahlawan Miming
130 Warung coto Tajuncu H.kaharuddin
131 Warung coto Tajuncu Hasnah
132 Warung coto Tajuncu Marsuki
133 Warung bakso Tajuncu Sentono
134 Warung bakso Tajuncu Padi
135 Warung bakso Tajuncu Diman
136 Warung bakso Tajuncu Yaming
137 Warung kopi Tajuncu Isamri
138 Warung coto Tajuncu H.burhanuddin
139 Warung coto Tajuncu Marsuki
140 Warung bakso Tajuncu Alex
141 Warung nasi Tajuncu Sabania
142 Warung coto Tajuncu Hj.hade
143 Warung bakso Tajuncu Gunadi
144 Rm.pondok baselo Jl.kemakmuran Alismar
145 Wr.idha Jl.kemakmuran Widadi
146 Rm.ompo Jl.attang benteng Rasyid kawandi
147 Warkop marta Jl.attang benteng Marta
148 Rm. Lapeh salero Jl.pasar Alismar
37
149 Warung nasi sri solo
Jl.pasar Sugeng
150 Rm.vaundra Jl.pasar Purwanto
151 Cafe semarang Jl.pemuda no.108 b Albertus
152 Warkop bahagia Jl. Pemuda Albertus gosal
153 Bakso mj Jl.wijaya Simin heru sarjoko
154 Cafe ria Jl.pasar Ira
155 Warkop saying Jl.kesatria Safrul munassar, se.mm
156 Warung bengawan Jl.pengayoman no 4
Bony sry astoto
157 Warkop 63 Jl.pasar Andi bau tenri
158 Warkop saddang Jl.kemakmuran Ridwanto liezar
159 Warung nasi kuning
Jl.ujung Sudrajat
160 Rm suramadu Jl.merdeka Busrianto
161 Lotta cafe Jl.kemakmuran Ade darmawan,se
162 Cafe prima Jl.kalino Very then
163 Warkop sinar harapan
Jl.kalino Tedy
164 Ladaffa cafe Jl.kemakmuran Hj.hariyani harys
165 Wr.hidayat Jl.kemakmuran H.masud
166 Cafe damai Jl.kemakmuran Hj.fatmawati
167 Kedai 527 Jl.kemakmuran A.muh ishak,se
168 Grand aisha resto & cafee
Jl. Kemakmuran no.99
H.andi muhammad nurul afdhal,se,msa,ak,ca
169 Rm citra minang Jl.kemakmuran Metrial
170 Warung kopi sedap Jl.attang benteng Alexander
171 Triple 8 cafe & resto
Jl.lompo raya no.888
Ilham agelsyah
172 Coto padaidi Jl.kemakmuran Lutfi
38
173 Cafe fitri Jl.samudra Sukman
174 Warkop sejahtera mandiri
Jl. Kemakmuran ruko
Hardiman
175 Coto Wijaya Jl.wijaya Baharia
176 Zona cafe Jl.attang benteng Maryam abbas,se
177 D malaka cafe Jl.malaka raya Luthfi
178 Cafe papa oyang Jl.merdeka no 18 A.muh Yasir
179 La salsa cafe Jl.lamung patue A.werahma
180 The drip coffe & cafe
Jl.kemakmuran H.asrul h.asing ngaji
181 Warkop simpang empat
Jl.pemuda Tamrin husni
182 Warung coto Pasar ganra Arifin
183 Warung nasi/indomie
Enrekeng Nur alam
184 Warkop Lompulle Mulyadi
185 Warung nasi Pasar ganra Sukirman
186 Warung nasi Pasar ganra H.syamsuddin
187 Warkop Pasar ganra Abd majid
188 Warung nasi Pasar ganra Rabaiyah
189 Warkop Pasar ganra Askar
190 Warung nasi/bakso Pasar ganra Arifin
191 Warung nasi Paomallimpoe Baharuddin
192 Warung bakso Ganra Sukirno
193 Warung konro Belo Mas,ati
194 Warung bakso Belo Aris satimang
195 Warung kue Belo Ratnawati
196 Warung kue Belo Amiruddin
Sumber: data wajib pajak restoran Kabupaten Soppeng, BPKPD
Berdasarkan tablel 4.3 jumlah wajib pajak restoran yang terdaftar di BPKPD
adalah berjumlah 196 restoran.
b. Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran
Berdasarkan data dari 4 tahun terakhir BPKPD, penerimaan pajak restoran
di Kabupaten Soppeng mengalami peningkatan yang disajikan dari tabel berikut:
39
Tabel 4.4
Laporan Target Dan Realisasi Pajak Restoran
Tahun Target Realisasi Persentase
2016 162.000.000,00 325.204.093,00 200.74%
2017 200.000.000,00 762.709.260,00 381.35%
2018 700.000.000,00 1.101.016.882,00 157.29%
2019 1.150.000.000,00 1.382.459.315,00 120.21%
Sumber: laporan realisasi penerimaan pajak restoran Kab. Soppeng, BPKPD
Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa realisasi penerimaan pajak
restoran di Kabupaten Soppeng mengalami fluktuasi dari segi persentase akan
tetapi dari jumlah target dan realisasi mengalami peningkatan yang signifikan
sehingga hal tersebut dapat mengindikasikan hal yang baik bagi peningkatan
penerimaan pajak restoran karena realisasi penerimaan pajak restoran
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2016-2019.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jumiar, ST., MM selaku
kepala bidang pendapatan daerah. Realisasi penerimaan pajak dan kendala
dalam merealisasikan pajak restoran dari target disebabkan oleh permasalahan
sebagai berikut:
“1.“Tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah
Tingkat kepatuhan wajib pajak merupakan hal yang sangat penting karena
khusus pengelolaan pajak restoran sistem pemungutan pajaknya
menggunakan self assessment system sehingga proses perhitungan dan
pelaporan pajak dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri sehingga jumlah
pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak restoran tergantung wajib
pajak itu sendiri.
2.Jumlah pelaku usaha belum semua dikenakan pajak
Jumlah restoran yang ada di Kabupaten Soppeng belum semua terdaftar
sebagai wajib pajak dikantor BPKPD tentunya hal tersebut memberikan
dampak negatif bagi wajib pajak restoran yang sudah terdaftar dikarenakan
wajib pajak belum merasa adil disebabkan belum meratanya pengenaan
40
pajak pada pelaku usaha. Selain itu untuk meningkatkan penerimaan pajak
diperlukan semua pelaku usaha menjadi wajib pajak”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
c. Pengalokasian Dana/Anggaran Untuk Mencapai Target Penerimaan Pajak
Berdasarkan tabel 4.4 dilihat bahwa selalu terjadi peningkatan penerimaan
pajak dari target yang telah ditetapkan, akan tetapi dalam pengalokasian
anggaran untuk mencapai target itu sangat dinamis tergantung sejauh mana
target yang telah ditetapkan. Menurut informan mengatakan bahwa:
“Dalam pengalokasian dana untuk mencapai target penerimaan pajak itu
sangat dinamis, jumlah anggaran yang dikeluarkan tergantung pada sejauh
mana target yang ditetapkan akan tetapi pengalokasian anggaran untuk
mencapai target penerimaan pajak kegiatan-kegiatan yang sering
dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah:
1.Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah
2.Pemukhtahiran basis data dan retribusi daerah”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
Berdasarkan hal tersebut pengalokasian anggaran untuk meningkatkan
penerimaan pajak sangatlah tergantung sejauh mana target penerimaan pajak
yang ingin dicapai jika target penerimaan pajak itu tinggi maka biaya yang
dikeluarkan pun akan tinggi sebaliknya jika target penerimaan pajak itu rendah
maka biayanya pun akan rendah.
d. Media Dalam Penyuluhan Pajak
Penyuluhan wajib pajak adalah kegiatan penyuluhan bagi wajib pajak yang
telah terdaftar namun belum menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) dan
belum melakukan pembayaran atau penyetoran pajak. Kegiatan penyuluhan
sangat penting dilakukan dalam rangka menimbulkan kesadaran wajib pajak
untuk membayar pajak, dimana penyuluhan pajak nantinya akan memberikan
41
penjelasan mengenai pajak kepada masyarakat sehingga diharapkan
masyarakat atau pelaku usaha dapat menjadi masyarakat yang taat pajak.
Menurut kepala bidang pendapatan daerah Kabupaten Soppeng ada
beberapa cara yang dilakukan penyuluhan kepada wajib pajak antara lain:
“Sticker masing-masing di wajib pajak/wajib pungut tentang kewajiban
bayar pajak sesuai dengan Perda 3 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah,
melalui media surat kabar, spanduk dan lain-lain”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
Berdasarkan hal tersebut media yang paling efektif dalam kegiatan
penyuluhan pajak adalah menggunakan iklan baik melalui media elektronik
ataupun media massa.
e. Kepatuhan Wajib Pajak Restoran Di Kabupaten Soppeng
Kepatuhan wajib pajak merupakan hal yang sangat krusial di system self
assessment kepatuhan wajib pajak mencakup kepatuhan wajib pajak dalam
melakukan pembukuan transaksi usaha, melaporkan kegiatan sesuai peraturan
yang berlaku dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan lainnya sehingga
kepatuhan wajib pajak pengukurannya sangatlah dinamis tergantung indikator
kepatuhan wajib pajak yaitu tepat waktu dalam membayar, taat asas dan jumlah
yang dibayarkan benar. Menurut informan mengenai kepatuhan wajib pajak
restoran yaitu:
“Ukuran Patuh dan Tidaknya wajib pajak sangat dinamis, sehingga perlu
dilakukan uji kepatuhan. Untuk mengukur tingkat kepatuhan pajak restoran
maka dilakukan uji petik. Yang dimaksud dengan uji petik adalah
mendatangi restoran dalam setiap berapa jumlah pelanggan yang datang
setiap harinya dan beberapa omzet setiap harinya, baru kita hitung
sehingga ada standar yang bisa di ajukan acuan dalam tingkat kepatuhan
dalam menghitung pajaknya dan pelaporan pajaknya setiap bulan ada tim
42
yang dibentuk untuk mengingatkan untuk melaporkan pajaknya yang
selanjutnya di restoran dipasang alat kasir yaitu MPOS (Mobile Payment
Online System) Alat Pembayaran Secara Online”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
Berdasarkan proses pengujian kepatuhan wajib pajak yang dilakukan oleh
BPKPD ukuran patuh dan tidaknya wajib pajak restoran dilakukan dengan
menghitung jumlah omset restoran kemudian menghitung pajak terutang dan
membandingkan dengan jumlah pajak terutang yang dilaporkan oleh wajib pajak
restoran. Restoran di Kabupaten Soppeng telah di pasangi alat kasir mobile
payment online system atau alat pembayaran secara online untuk memudahkan
proses perhitungan omset restoran setiap harinya.
f. Proses Pembaruan Basis Data (Potensi Pajak)
Penerimaan pajak di Kabupaten Soppeng jika dilihat dari target
penerimaan dan realisasi pajak terjadi peningkatan dari tahun ke tahun mulai
2016-2019. Proses untuk mendukung pencapaian tersebut dilakukan dengan
cara terus menggali potensi pajak yang ada di Kabupaten Soppeng sehingga
bisa meningkatkan penerimaan pajak. Menurut informan basis data pajak
resteoran sebagai berikut:
“Ada beberapa metode dalam melakukan pembaruan data antara lain
1. Setiap tahun dilakukan pembaharuan basis data dengan melakukan
pendataan
2. Membangun koneksi secara online dengan PTPSP (Perijinan Satu Pintu
) dengan KSWPD (Konfirmasi Status Wajib Pajak Daerah)”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
Jika dilihat dari proses pembaruan basis data yang dilakukan oleh BPKPD
Kabupaten Soppeng sangat memberikan hasil yang signifikan dengan adanya
peningkatan penerimaan pajak. Dengan adanya pembaruan basis data dengan
43
melakukan pendataan pelaku usaha yang belum terdaftar sebagai wajib pajak
akan memberikan hasil bertambahnya wajib pajak yang baru selain itu
dibangunnya koneksi secara online PTPSP akan memberikan kewajiban kepada
pelaku usaha untuk mendapatkan perizinan usaha harus terdaftar sebagai wajib
pajak daerah.
g. Metode Pembayaran Pajak Di Kabupaten Soppeng
Dalam rangka mendongkrak penerimaan pajak terdapat beberapa hal yang
dilakukan BPKPD Soppeng untuk memudahkan proses pembayaran pajak oleh
wajib pajak. Menurut informan metode pembayaran pajak ialah:
“Pembayaran pajak di Kabupaten Soppeng bisa melalui loket yang
disediakan di tiap kecamatan, bisa langsung ke bank Sulselbar, bisa
dijemput melalui petugas kami di loket setiap kecamatan”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
h. Upaya Peningkatan Pajak Restoran Kabupaten Soppeng
Jika dilihat dari segi persentase realisasi penerimaan pajak masih terjadi
fluktuasi walaupun dari segi jumlah penerimaan pajak terjadi peningkatan
signifikan akan tetapi peningkatan persentase dari target ke realisasi juga harus
ditingkatkan terdapat beberapa hal yang dilakukan BPKPD dalam upaya
meningkatkan penerimaan pajak restoran. Adapun hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada kepala bidang pendapatan daerah mengenai upaya
yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran yaitu:
“Ada beberapa upaya dilakukan untuk meningkatkan pajak daerah antara
lain:
a. memasang alat MPOS di masing-masing restoran yang potensial
secara online yang masih dipantau melalui android
44
b. melakukan pengawasan secara intensif terhadap wajib pajak restoran
dengan membentuk tim yang bernama Tim Optimalisasi Pajak Daerah
(OPD) sebagai laskar Pajak”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
Kedua langkah yang dilakukan oleh BPKPD terbukti meningkatkan
penerimaan pajak restoran dengan adanya peningkatan realisasi penerimaan
pajak di tahun 2018-2019 sejak diterapkannya sistem MPOS. Sehingga
kedepannya diharapkan penerimaan pajak di tahun-tahun berikutnya akan
menjadi maksimal dan mendongkrak peningkatan pendapatan daerah di
Kabupaten Soppeng.
i. Sanksi Pajak
Sanksi pajak merupakan tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
wajib pajak yang melakukan pelanggaran peraturan perpajakan. Sanksi pajak
merupakan faktor untuk menjaga kepatuhan wajib pajak agar senantiasa
melaksanakan pembayaran pajak yang sesuai dengan peratutran perpajakan.
Pada BPKPD Kabupaten Soppeng ada beberapa sanksi yang diberikan kepada
wajib pajak yang melakukan pelanggaran antara lain:
“Ada beberapa sanksi diberikan wajib pajak yang antara lain:
1. Apabila terlambat melaksanakan pembayarannya dikenakan sanksi
administrasi sebesar 2% perbulan
2. Apabila telah dilakukan teguran sebanyak 2 kali maka akan dilakukan
pembekuan izin sementara”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
j. Proses Penentuan Dan Penetapan Target Pajak Restoran Di Kabupaten
Soppeng
Penentuan dan penetapan target pajak merupakan hal yang harus
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Soppeng dalam rangka mengetahui
45
berapa jumlah pajak yang akan diterima pada satu periode ada beberapa
metode yang dilakukan BPKPD dalam menentukan target penerimaan pajak.
Adapun hasil wawancara yang dikatakan oleh informan yaitu:
“Target = Realisasi Tahun Lalu + Persentase Intensifikasi dan
ekstensifikasi + pertumbuhan ekonomi”.
(wawancara pada tanggal 01 Juli 2020)
2. Sistem Penagihan Pajak Restoran Kabupaten Soppeng
a. Sistem Pemungutan Pajak Restoran
Sistem pemungutan pajak adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk
memungut pajak yang nantinya akan dibayarkan wajib pajak kepada negara. Di
Indonesia ada 3 sistem pemungutan pajak yaitu official assessment system,
withholding system, self assessment system. Di Kabupaten Soppeng khususnya
pajak restoran diterapkan sistem pemungutan pajak self assessment dimana
sistem tersebut perhitungan pajak dan pelaporan pajak dilakukan sendiri oleh
wajib pajak.
Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku informan dari seksi
penagihan pajak mengenai pemungutan pajak restoran yang ada di Kabupaten
Soppeng mengungkapkan :
“Sistem pemungutan pajak di Kabupaten Soppeng, pajak yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah dan jenis pajak Kabupaten/Kota yang
dibayar sendiri berdasarkan perhitungan wajib pajak sendiri (Self
Assessment System). Salah satunya ialah pajak restoran, pengaturan
penetapan pajak restoran yang ada di peraturan daerah paling sedikit
mengatur tentang:
a. Nama, objek dan subjek pajak
b. Dasar pengenaan, tarif, dan tata cara perhitungan pajak
c.Masa pajak
d.Penetapan
46
e.Tata cara pembayaran dan penagihan
f. Kadaluwarsa
g.Sanksi administrasi
Yang dimaksud pada nama, objek dan subjek pajak adalah pendaftaran
wajib pajak yang meliputi identitas dan jenis pajak restoran yan dimaksud,
dasar pengenaan tarif yang dimaksud ialah objek pajak/wajib pajak yang
melaporkan pajaknya sendiri ke petugas pajak (bidang pendapatan
BPKPD) melalui SPTPD atau surat pemberitahuan pajak terutang, masa
pajak yang dimaksud ialah periode pajak yang akan dibayarkan oleh wajib
pajak, penetapan yang dimaksud ialah penerbitan surat ketetapan pajak
daerah/SKPD, tata cara pembayaran dan penagihan yang dimaksud ialah
wajib pajak membayar langsung ke rekening pembayaran pendapatan
(BPKPD) atau melalui petugas/koordinator yang ditunjuk oleh bidang
pendapatan BPKPD, kadaluwarsa yang dimaksud ialah periode jatuh
tempo pembayaran SKPD atau surat ketetapan pajak daerah, sanksi
administrasi yang dimaksud ialah pengenaan denda apabila melewati
periode jatuh tempo pembayaran dan belum dibayarkan”.
(wawancara pada tanggal 13 Juli 2020)
Berdasarkan informasi dari seksi penagihan pajak sistem pemungutan
pajak ialah self assessment, peraturan penetapan pajak restoran yang ada di
Kabupaten Soppeng terdiri dari atas nama objek dan subjek objek, dasar
pengenaan, tarif dan tata cara perhitungan pajak.
b. Jenis Pelanggaran Wajib Pajak Ketika Seksi Penagihan Pajak Melakukan
Penagihan
Adapun jenis pelanggaran yang sering ditemui saat melakukan penagihan
pajak, antara lain:
“1. Masih kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayarkan pajaknya
sesuai aturan yang berlaku
2. Sering terjadinya kesalahan menghitung pajak terutang
3. Adanya wajib pajak yang telat dalam membayar pajak”.
(wawancara pada tanggal 13 Juli 2020)
47
c. Tindak Lanjut Kepada Wajib Pajak Yang Telat Membayar Pajak
Ketika wajib pajak melakukan pelanggaran dalam hal pembayaran pajak
BPKPD harus melakukan penanggulangan agar wajib pajak segera
membayarkan kewajibannya.
“Langkah bidang pendapatan daerah ketika ada objek pajak/wajib pajak
yang tidak membayar pajak ialah melalui UPT (unit pelaksana teknis) pajak
dan retribusi melakukan pemantauan kepada wajib pajak agar sadar dan
patuh untuk membayar pajak”.
(wawancara pada tanggal 13 Juli 2020)
3. Tax Review Pajak Restoran
a. Triple 8 The Riverside Resort
Cafe triple 8 the riverside resort merupakan sebuah resort yang
mengintegrasikan cottage, cafe dan resto dalam satu area lengkap dengan
fasilitas yang memberikan kenyamanan pengunjung kearea cafe. Cafe triple 8
the riverside resort berlokasi kota Watansoppeng, cafe ini hadir sebagai icon
baru kebanggaan masyarakat Soppeng dengan sajian dan pelayanan mewah
dan harga terjangkau. Triple 8 belum memiliki cabang akan tetapi triple 8
merupakan salah satu resort terbesar yang dimiliki Soppeng.
Berikut tax review pajak restoran PB1 (pajak pembangunan 1) yang
dilakukan di cafe triple 8 berdasarkan 3 indikator kepatuhan wajib pajak:
a) Indikator jumlah yang dibayarkan adalah benar
Triple 8 telah menyelenggarakan pembukuan dimana restoran telah
membuat laporan transaksi penjualan yang digunakan sebagai dasar
pembayaran pajak. Berikut salah satu laporan penjualan cafe triple 8:
48
Tabel 4.5
Laporan Penjualan Triple 8 The Riverside Resort
Bulan Maret 2020
Daftar Menu Harga Jumlah Harga jual
Nasi Goreng lompo Rp. 30.000 170 Rp. 5.100.000
Nasi goreng pedas Rp. 30.000 200 Rp. 6.000.000
Burger Rp. 30.000 190 Rp. 5.700.000
Mie Kering Rp. 30.000 180 Rp. 5.400.000
Mie Goreng Rp. 30.000 185 Rp. 5.550.000
Spaghetty Rp. 30.000 190 Rp. 5.700.000
Ayam Woku Rp. 30.000 190 Rp. 5.700.000
Paru pedas Rp. 35.000 185 Rp. 6.475.000
Kopi Rp. 20.000 176 Rp. 3.520.000
Cappucino Rp. 25.000 184 Rp. 4.600.000
Ice Red Velvet Rp.27.000 190 Rp. 5.130.000
Hot Green Tea Rp. 25.000 170 Rp. 4.250.000
Coklat Chips Rp. 27.000 180 Rp. 4.860.000
Vanilla Mango Rp. 22.000 181 Rp. 3.982.000
Mochacino Hot Rp. 25.000 100 Rp. 2.500.000
Sumber: Cafe Triple 8 The Riverside Resort, data diolah 2020
Berdasarkan review terhadap penjualan yang terdapat dalam laporan
transaksi penjualan dan bukti pembayaran yang telah disetorkan, jumlahnya
adalah sama. Dalam hal ini penyelenggaraan pembukuan triple 8 telah
memenuhi kewajiban sesuai ketentuan peraturan yang berlaku. Berdasarkan
review pajak pada bulan maret tahun 2020 rincian PPN yang harus dibayarkan
triple 8 adalah sebesar Rp. 7.446.790 seperti yang terlihat dalam tabel 4.6
berikut:
49
Tabel 4.6
Setoran Pajak Triple 8 The Riverside Resort
NO. NAMA
PAJAK MASA PAJAK JUMLAH
TANGGAL
PENYETORAN
1. Restoran Maret 2020 Rp. 7.446.790 18 Juni 2020
Sumber: Triple 8 The Riverside Resort , data diolah 2020
Dari tabel 4.5 dan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa triple 8 telah menyetor PPN
dengan jumlah yang semestinya. Hal ini dapat diketahui dari total penjualan pada
bulan maret 2020 dikalikan dengan tarif pajak restoran. Berikut perhitungannya:
Rp. 74.467.900 x 10% = Rp. 7.446.790
Maka dari itu cafe triple 8 telah memenuhi indikator kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak dengan jumlah yang benar.
b) Indikator taat asas
Negara Indonesia biasanya menggunakan 7 asas pemungutan pajak yang
dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan perpajakan. Adapun 7 asas
tersebut yakni asas finansial, asas ekonomis, asas yuridis, asas umum, asas
kebangsaan, asas sumber, asas wilayah. Dari 7 asas tersebut cafe triple 8
telah memenuhi indikator taat asas dilihat dari cafe triple 8 terdaftar sebagai
wajib pajak di wilayah Kabupaten Soppeng dan di kenakan tarif pajak
restoran 10%.
c) Indikator tepat waktu dalam membayar
Masa pajak dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan PB1 yang
terutang dilakukan dalam jangka waktu satu bulan kalender. Bagian dari bulan
dihitung satu bulan penuh.
Penyetoran pajak yang dilakukan triple 8 tidak selalu tepat pada waktunya.
Penyetoran seharusnya dilakukan sebelum berakhir masa jatuh tempo yang
50
jatuh pada tanggal 1 setiap bulannya. Akan tetapi, triple 8 menyetor pajak pada
tanggal 18 Juni untuk setoran pajak Maret 2020. Hal ini tentu tidak sesuai
dengan indikator kepatuhan wajib pajak karena telah melewati batas waktu
pembayaran yang telah ditetapkan.
b. The Drip Coffe And Cafe
The drip coffe and cafe berlokasi di kota Watansoppeng jalan
Kemakmuran. Cafe the drip beroperasi sejak tahun 2015 dan merupakan cafe
yang memiliki banyak pengunjung. Cafe the drip memiliki karyawan sebanyak 8
orang dan beroprasi setiap hari. Dalam menjalankan usahanya cafe the drip
hanya mengenakan pajak restoran 10% kepada pelanggannya dan tidak
mengenakan tarif biaya layanan (service charge) diluar dari PB1.
Berikut tax review pajak restoran PB1 (pajak pembangunan 1) yang
dilakukan di cafe the drip berdasarkan 3 indikator kepatuhan wajib pajak:
a) Indikator jumlah yang dibayarkan adalah benar
The drip coffe and cafe telah menyelenggarakan pembukuan dimana
restoran menghitung jumlah pendapatan yang nantinya akan dikenakan pajak
restoran.
Tabel 4.7
Laporan Penjualan The Drip Coffee and Cafe
Bulan Februari 2020
Daftar Menu Harga Jumlah Total Harga
Thai tea 10.000 69 690.000
Greentea 10.000 75 750.000
Taro 10.000 51 510.000
Milkshake 11.200 45 504.000
Ice regal 10.000 64 640.000
Hot coklat 8.000 52 416.000
51
Lemen tea 8.500 76 646.000
Markisa 8.100 55 445.500
Bakso 18.000 65 1.170.000
Gorengan 13.200 54 712.800
Sate pisang crunchy 18.000 50 900.000
Siomay 15.400 50 770.000
Sumber: The Drip Coffe and Cafe, data diolah 2020
Dari informasi pada tabel 4.7 yaitu jumlah penjualan pada bulan feburari
2020 adalah Rp. 8.154.500 dan berdasarkan review pajak pada bulan februari
tahun 2020 rincian PPN yang harus dibayarkan cafe the drip adalah sebesar Rp.
815.450 seperti yang terlihat dalam tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Setoran Pajak The Drip Coffe and Cafe
NO. NAMA PAJAK MASA PAJAK JUMLAH TANGGAL
PENYETORAN
1. Restoran Februari 2020 Rp. 815.450 03 Maret 2020
Sumber: The Drip Coffe and Cafe, data diolah 2020
Dari tabel 4.7 dan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa cafe the drip telah
menyetor PPN dengan jumlah yang benar. Hal ini dapat diketahui dari total
penjualan pada bulan februari 2020 dikalikan dengan tarif pajak restoran. Berikut
perhitungannya:
Rp. 8.154.500 x 10% = Rp. 815. 450
Dari perhitungan tersebut cafe the drip telah memenuhi indikator kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak dengan jumlah yang benar.
b) Indikator taat asas
Cafe drip memenuhi kriteria 7 asas yang berlaku di negara Indonesia
dikarenakan cafe drip terdaftar sebagai wajib pajak di wilayah Kabupaten
Soppeng dan mendirikan usaha cafenya di daerah Soppeng serta telah
menjalankan kegiatan perpajakan atas usahanya.
52
c) Indikator tepat waktu dalam membayar
Berdasarkan peraturan pajak daerah Kabupaten Soppeng telah diatur
masa pajak pembayaran pajak restoran diberi jangka waktu yang lamanya 1
bulan kalender. Tanggal jatuh tempo yakni tanggal 1 setiap bulannya.
Penyetoran pajak yang dilakukan pihak cafe the drip tidak selalu tepat pada
waktunya. Cafe the drip menyetor pembayaran pajak pada tanggal 3 maret 2020
untuk setoran pajak februari 2020 artinya pembayaran yang dilakukan telah
melampaui 2 hari setelah tanggal jatuh tempo. Hal ini tentu tidak sesuai dengan
indikator kepatuhan wajib pajak karena telah melampaui batas waktu
pembayaran yang telah ditetapkan.
C. Pembahasan
1. Realisasi penerimaan pajak restoran di Kabupaten Soppeng
Realisasi penerimaan pajak restoran meningkat secara signifikan dari
jumlah target dan penerimaan terhitung sejak tahun 2016-2019 sedangkan dari
segi persentase mengalami fluktuasi. Di tahun 2016 penerimaan pajak restoran
Kabupaten Soppeng berjumlah Rp.325.204.093.00, tahun 2017 berjumlah Rp.
762.709.260.00, tahun 2018 berjumlah Rp.1.101.016.882.00 dan pada tahun
2019 berjumlah Rp.1.382.459.315.00. meski penerimaan pajak selalu meningkat
dari 4 tahun terakhir, akan tetapi jika dikaji kegiatan pajak disetiap restoran
berdasarkan dari ketiga indikator kepatuhan wajib pajak masih ditemui adanya
ketidakpatuhan dari segi waktu pembayaran pajak yang melampaui dari masa
jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan.
2. Tax review pajak restoran cafe triple 8 the riverside resort
Cafe triple 8 telah menyelenggarakan pembukuan dimana restoran
menggunakannya dalam penyusunan dan pelaporan SPT. Berdasarkan review
53
terhadap laporan penjualan dan setoran pembayaran pajak, jumlahnya sama.
Jumlah PPN bulan maret tahun 2020 yang harus dibayarkan adalah sebesar
Rp.7.446.790. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah yang terdapat dalam
pembukuan triple 8 sehingga dapat disimpulkan bahwa triple 8 patuh terhadap
peraturan perpajakan. Akan tetapi, dari segi waktu penyetoran pajak triple 8
terkadang melewati masa tenggang pajak.
3. Tax review pajak restoran cafe the drip coffe and cafe
Cafe the drip dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sudah memenuhi
ketentuan peraturan perpajakan terlihat dari jumlah pajak yang disetorkan pada
masa pajak februari 2020 berjumlah Rp.815.450. Jumlah yang disetorkan dan
jumlah yang terdapatkan dipembukuan pada cafe the drip yaitu sama sehingga
dapat disimpulkan bahwa cafe the drip taat pada ketentuan peraturan
perpajakan. Akan tetapi, pembayaran pajak yang dilakukan masih melampaui
batas tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pungutan pajak dilakukan oleh BPKPD Kabupaten Soppeng
dalam melakukan pemungutan sistem yang digunakan adalah self
assessment. Realisasi penerimaan pajak di Kabupaten Soppeng terus
meningkat dari tahun 2016-2019. Akan tetapi, dari tax review yang dilakukan
pada wajib pajak masih ada yang belum tepat waktu dalam membayar pajak.
2. Dalam memenuhi kewajiban perpajakan PB1 (Pajak Pembangunan Satu),
cafe triple 8 riverside resort sudah memenuhi indikator kepatuhan wajib pajak
dalam taat asas dan membayar pajak dengan jumlah yang benar. Namun,
dalam waktu penyetoran belum memenuhi indikator ketepatan waktu dalam
membayar pajak. Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa cafe triple 8
telah patuh dari kedua indikator kepatuhan wajib pajak dan belum mematuhi
satu indikator kepatuhan wajib pajak.
3. The drip coffe and cafe dalam melakukan kewajiban perpajakan PB1 (Pajak
Pembangunan Satu) telah memenuhi indikator taat asas dan jumlah yang
dibayarkan benar tetapi dari segi waktu membayar pajak belum memenuhi
indikator kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa cafe the
drip telah patuh dari dua indikator kepatuhan wajib pajak dan belum mematuhi
satu dari ketiga indikator kepatuhan wajib pajak.
55
B. Saran
Penelitian kedepannya diaharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih baik. Berikut beberapa masukan yang disarankan peneliti bagi instansi
terkait dan penelitian selanjutnya:
1. Saran Akademik
a. Peneliti selanjutnya dapat menambah atau mencoba topik lain yang lebih
relevan terkait dengan tax review, misalnya tax review PPh Badan ataupun
pajak lainnya.
b. Selain menggunakan pendekatan kualitatif penelitian selanjutnya bisa
menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan agar jumlah informasi
yang didapatkan lebih banyak dan menyeluruh atau jumlah sampelnya
lebih banyak.
2. Saran bagi instansi
a. BPKPD diaharapkan dapat memaksimalkan kinerjanya dalam mencapai
target penerimaan pajak dengan berbagai langkah diantaranya
meningkatakan kepatuhan wajib pajak dan terus memperbaharui basis
data pajak.
b. Diharapkan pada setiap pelaksaan program ataupun kegiatan dapat
memperhatikan segala output agar hasil yang dicapai juga efektif.
3. Saran bagi wajib pajak restoran
a. Dalam penyusunan laporan keuangan dan pembukuan diharapkan dapat
mematuhi segala ketentuan aturan perpajakan.
b. Setiap restoran diharapkan melakukan penyetoran pajak sebelum masa
tenggang pajak berkahir atau tepat waktu dalam membayar pajak.
c. Setiap restoran diharapkan taat asas pajak.
56
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). Bagaimana Melakukan Internal Tax Review? (https://www.barakanamala.com/2014/06/04/bagaimana-melakukan-internal-tax-review/, diakses 27 Maret 2020)
Anonim. (2020). Pengertian Pajak, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya.
(https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya, diakses 17 Maret 2020)
Anonim. (2019). Siap-siap, Makan di Warung Atau Rumah Makan di Soppeng
Konsumen Akan di Kenakan pajak 10%. (https://mediainfota.com/siap-siap-makan-di-warung-atau-rumah-makan-di-
soppeng-konsumen-akan-di-kenakan-pajak-10/, diakses 15 April 2020) Ermawati, N., dan Afifi, Z. (2018). Pengaruh pengetahuan perpajakan dan sanksi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan religiusitas sebagai variabel pemoderasi. Proceeding SENDI_U. (https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view/6047, diakses 25 April 2020).
Fani, Citra. 2017. Faktor-faktor yang berperan dalam optimalisasi penerimaan
pajak hotel dan restoran di kabupaten toraja utara. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Hosen, Christy. 2017. Tax Review untuk menilai kepatuhan wajib pajak badan
dan meminimalisir sanksi perpajakan terkait pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai (studi kasus pada PT X). Bandung: Universitas Katolik Parahyangan
Haq, I.S.S. 2017. Pengaruh penghindaran pajak terhadap biaya audit: studi
empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2013-2015. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Irvanus, P. (2019) Tax review sebelum membuat SPT Tahunan Badan.
(https://www.e-spt.id/tax-review-tahunan-badan.htm, diakses, 25 April 2020) Mauri, A. P., Mattalatta, dan Hasmin. (2017). Analisis Pengaruh Penerimaan
Retribusi Daerah dan Pajak Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Kabupaten Soppeng. Junal Mirai Management, Vol. 2 No. 1
Mardiasmo. 2016. Perpajakan: Edisi terbaru. Yogyakarta: Andi Ma’ruf. (2017). Pengertian wajib pajak beserta hak dan kewajian menurut para
ahli. (https://www.akuntansilengkap.cm/akuntansi/pengertian-wajib-pajak-beserta-hak-dan-kewajiban-menurut-para-ahli/, diakses 25 April 2020)
57
Natasha, Tiffany. 2017. Tax Review atas PPh Pasal 4 Ayat 2, PPh Pasal 23, PPh
Pasal 25, PPh Pasal 28A atau 29 dan PPN untuk menilai kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan (studi kasus pada PT XYZ). Bandung: Universitas Katolik Parahyangan
Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pajak
Daerah. 27 Maret 2012. Bagian Hukum dan Perundang-undangan SETDA. Kabuputen Soppeng.
Rauf, A. P. (2017). Bupati Soppeng minta retribusi dan pajak daerah
dioptimalkan. (http://www.mediatanews.com/artikel/1759-bupati-soppeng-minta-retribusi-dan-pajak-daerah-dioptimalkan, diakses 27 April 2020).
Rauf, A. P. (2018). Kesadaran Masyarakat Meningkat, PBB Soppeng Lampaui
Target. (http://www.mediatanews.com/artikel/2916-kesadaran-masyarakat-meningkat-pbb-soppeng-lampaui-target, diakses 15 Maret 2020).
Rismawaty, L., dan Wijaya, I. (2017). Penerapan tax review atas pajak penghasilan pada PT Indo. Jurnal Online Insan Akuntan. Vol. 2 No. 2, 271-282.
Saridewi, P.A.P., dan Noviari, N. (2014). Analisis Penerapan Tax Review Atas
Pajak Penghasilan Badan Pada Hotel X Tahun 2014. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 20 No. 2, 1310-1334.
Suriadiansyah, A., Widiastuti, N.P.E., dan Aziz, A. (2019). Makna yang timbul
dari kesadaran membayar pajak restoran. Jurnal Riset Bisnis, Vol. 3 No. 1, 54-65.
Subekti,Wibowo. (2019). Pengertian Wajib Pajak.
(https://www.wibowopajak.com/2012/01/pengertian-wajib-pajak.html?m=1, diakses 17 April 2020)
Trisnawati, M., & Sudirman, W. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak Hotel, Pajak Restoran Dan Pajak Hiburan Di Kota Denpasar. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Vol. 4 No. 12, 975-1000.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. 15 September 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. 25 Maret 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62. Jakarta.
58
Valencia, Clarissa. 2017. Tax Review atas Pajak Penghasilan untuk menilai
kesesuian terhadap peraturan perpajakan (studi kasus pada Rental X). Bandung: Universitas Katolik Parahyangan
Wijaya, Ernestine. 2017. Tax Review pada Restoran X untuk menilai kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan
Zakky. (2019). Pengertian Pajak Menurut Para Ahli dan Secara Umum.
(https://www.zonareferesi.com/pengertian-pajak/, diakses 28 Maret 2020)
59
LAMPIRAN
Lampiran 1
Pertanyaan Wawancara Kepada Kepala BPKPD
1. Bagaimanakah realisasi penerimaan pajak restoran terhadap target yang
ditetapkan. Apakah melampaui target? Bila tidak, apakah kendalanya?
2. Jika kendala dalam bentuk penerimaan dana, berapa kira-kira dana yang
dibutuhkan agar penerimaan pajak restoran dapat terealisasi sesuai target
atau bahkan melampaui?
3. Adakah penyuluhan kepada wajib pajak yang dilaksanakan apa saja
medianya?
4. Dalam menguji kepatuhan wajib pajak restoran, apakah wajib pajak restoran
sudah patuh dan melaporkan pajaknya sesuai peraturan?
5. Adakah pembaruan data basis pajak (potensi pajak) yang dilaksanakan ?
jelaskan!
6. Bagaimana cara memudahkan pembayaran pajak oleh wajib pajak di
Kabupaten Soppeng?
7. Apa saja upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak
restoran ?
8. Adakah penegakan sanksi pajak? Jika wajib pajak melanggar peraturan
pajak restoran. Berikan contohnya!
9. Bagaimana cara penentuan dan penetapan target pajak restoran di
Kabupaten Soppeng?
60
Pertanya an Wawancara Kepada Kepala Seksi Penagihan Pajak
1. Bagaimana sistem pemungutan pajak restoran yang ada di Kabupaten
Soppeng?
2. Jenis pelanggaran peraturan perpajakan ketika melakukan penagihan pajak.
Jika ada jelaskan!
3. Bagaimana langkah BPKPD ketika ada restoran yang tidak membayar
pajak?
Pertanyaan Wawancara Pemilik atau Pengelola Restoran Kategori Cafe
NO. BAGIAN I. KARAKTERISTIK RESTORAN
1. Jumlah meja :
2. Jumlah kursi :
3. Waktu usaha / jumlah hari buka :
4.
Pengeluaran rata-rata per bulan
A. Gaji karyawan :
B. Biaya operasional (listrik, air, dll)
:
C. Biaya belanja bahan makanan :
5. Jumlah karyawan :
6.
Berapa rata-rata jumlah
pengunjung per hari pada
hari kerja
:
7.
Berapa rata-rata jumlah
pengunjung per hari pada hari
libur atau akhir pekan
:
8.
Menurut Bapak/ Ibu, sebagian besar pengunjung atau pembeli
berasal dari mana
Dalam Kota
Luar Kota
61
9.
Menurut Bapak/Ibu, perkembangan usaha restoran berkaitan dengan
perkembangan Kabupaten Soppeng pada bidang apa? (boleh pilih lebih dari
satu sesuai dampak yang dirasakan oleh usaha Bapak/Ibu)
Perdagangan
Kependudukan
Sarana dan prasarana kota
Transportasi
BAGIAN II. POLA PENYEDIAAN MAKANAN TIAP HARI
10.
Apa saja jenis makanan yang dijual?
No. Jenis Makanan Harga/ piring/ porsi Jumlah
porsi/hari
1
2
3
4
5
6
7
8
11. Jenis makanan tersebut disediakan, kira-kira untuk
berapa porsi/piring
12. Biasanya habis atau tidak
:
13. Jika tidak, kira-kira berapa sisanya :
14. Berapa rata-rata biaya yang dihabiskan pengunjung
untuk menikmati makanan per orang
:
Keterangan lainnya :
BAGIAN III. POLA PENYEDIAAN MINUMAN TIAP HARI
15.
Apa saja jenis minuman yang dijual?
No. Jenis Minuman Harga/ piring/ porsi Jumlah
porsi/hari
1
2
3
4
5
6
7
62
16. Jenis minuman tersebut disediakan, kira-kira untuk
berapa porsi/piring
:
17. Biasanya habis atau tidak :
18. Jika tidak, kira-kira berapa sisanya :
19. Berapa rata-rata biaya yang dihabiskan pengunjung
untuk menikmati minuman per orang
:
Keterangan lainnya :
BAGIAN IV. PUNGUTAN PAJAK YANG DIKELUARKAN
20. Apakah ada pungutan, yang berkaitan dengan usaha Bapak/Ibu jalankan?
Jawab:
21.
Jika ada, pungutan apa sajakah itu?
Jenis Pungutan tarif/jml.
Nominal/persentase
1.
2.
3.
22.
Bagaimanakah pajak yang dihimpun disetorkan pada pemerintah
daerah Kabupaten Soppeng?
Menyetor sendiri
Ada petugas yang rutin datang untuk menagih
Setoran pajak melalui bank yang ditunjuk
23.
Berkaitan dengan pengenaan pajak restoran pada usaha Bapak/Ibu, apa
saja hal yang menjadi keluhan Bapak/Ibu?
Sistem pembayaran yang merepotkan
Pengurusan pajak yang memakan waktu
Petugas yang kurang kooperatif
Banyaknya pungutan liar diluar biaya yang sebenarnya
Lainnya
24.
Manfaat apa dari pemerintah daerah Kabupaten Soppeng, yang
Bapak/Ibu dapatkan sebagai pembayar pajak restoran?
Tidak ada
Perhatian yang cukup dari segi pembinaan usaha
Kemudahan-kemudahan dalam pengurusan izin usaha
Perhatian dalam bidang keamanan
Lainnya
25. Apakah pajak yang Bapak/Ibu bayarkan bersifat rutin?
Jawab :
26. Secara umum, apakah beban pajak yang harus Bapak/Ibu setorkan
membebani secara bisnis?
Tidak
63
Cukup membebani
Sangat membebani
Alasannya:
27. Apakah baik menurut Bapak/Ibu, pengenaan pajak yang ditaksir oleh petugas?
Jawab :
28.
Apakah Bapak/Ibu lebih menyukai sistem pengenaan pajak yang ditentukan
sendiri, secara langsung oleh wajib pajak?
Jawab :
29. Sistem penentuan besaran pajak manakah yang lebih Bapak/Ibu sukai?
Berdasarkan kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pemilik usaha
restoran
Berdasarkan tarif pajak yang berasal dari persentase penjualan
30.
Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai siapa sebenarnya yang dikenai
beban dengan adanya pajak tersebut?
Jawab :
31. Berapakah tarif pajak yang sesuai menurut Bapak/Ibu?
Jawab:
32.
Menurut Bapak/Ibu, apakah kegiatan pajak ini penting dalam menunjang
pembangunan daerah?
Jawab :
33. Apakah Bapak/Ibu membayar pajak sebelum jatuh tempo? Jawab :
34.
Apakah menurut Bapak/Ibu pungutan pajak yang dibayarkan bersifat adil dan
merata?
Jawab :
35.
Apakah Bapak/Ibu menyampaikan surat pemberitahuan tahunan (SPT)
dengan benar, lengkap dan jelas secara sukarela?
Jawab :
Keterangan lainnya :
64
Lampiran 2
DAFTAR NAMA INFORMAN Informan Pertama
Nama : Jumiar ST., MM
Pekerjaan : Kepala Bidang Pendapatan Daerah
Informan Kedua
Nama : Ardi
Pekerjaan : Bagian Seksi Penagihan Pajak
Informan Ketiga
Nama : Muh. Agyl Pradana A
Pekerjaan : Supervisor Cafe Triple 8 The Riverside Resort
Informan Keempat
Nama : Asrul Asing Ngaji
Pekerjaan : Owner The Drip Coffe and Cafe
65
Lampiran 3
Transkip Hasil Wawancara
1. Transkip Wawancara Peneliti dengan Kepala Bidang Pendapatan Daerah
Nama : Jumiar ST., MM
Jabatan : Kepala Bidang Pendapatan Daerah
Hari/Tanggal : Rabu, 01 Juli 2020
Pukul : 12.26
Wawancara : Via WhatsApp
Peneliti Bagaimanakah realisasi penerimaan pajak restoran
terhadap target yang ditetapkan. Apakah melampaui target?
Bila tidak, apakah kendalanya?
Jumiar ST., MM 1).Tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah.
Tingkat kepatuhan wajib pajak merupakan hal yang sangat
penting karena khusus pengelolaan pajak restoran sistem
pemungutan pajaknya menggunakan self assessment
system sehingga proses perhitungan dan pelaporan pajak
dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri sehingga jumlah pajak
yang harus dibayarkan oleh wajib pajak restoran tergantung
wajib pajak itu sendiri. 2).Jumlah pelaku usaha belum
semua dikenakan pajak. Jumlah restoran yang ada di
Kabupaten Soppeng belum semua terdaftar sebagai wajib
pajak dikantor BPKPD tentunya hal tersebut memberikan
dampak negatif bagi wajib pajak restoran yang sudah
terdaftar dikarenakan wajib pajak belum merasa adil
disebabkan belum meratanya pengenaan pajak pada
pelaku usaha. Selain itu untuk meningkatkan penerimaan
pajak diperlukan semua pelaku usaha menjadi wajib pajak.
Peneliti Jika kendala dalam bentuk penerimaan dana, berapakah
kira-kira dana yang dibutuhkan agar penerimaan pajak
restoran dapat terealisasi sesuai target atau bahkan
melampaui ?
66
Jumiar ST., MM Dalam pengalokasian dana untuk mencapai target
penerimaan pajak itu sangat dinamis, jumlah anggaran
yang dikeluarkan tergantung pada sejauh mana target yang
ditetapkan akan tetapi pengalokasian anggaran untuk
mencapai target penerimaan pajak kegiatan-kegiatan yang
sering dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak
adalah:
1.Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah
2.Pemukhtahiran basis data dan retribusi daerah
Peneliti Adakah penyuluhan kepada wajib pajak yang dilaksanakan
apa saja medianya?
Jumiar ST., MM Sticker masing-masing di wajib pajak/wajib pungut tentang
kewajiban bayar pajak sesuai dengan Perda 3 tahun 2009
Tentang Pajak Daerah, melalui media surat kabar, spanduk
dan lain-lain.
Peneliti Dalam menguji kepatuhan wajib pajak restoran, apakah
wajib pajak restoran sudah patuh dan melaporkan pajaknya
sesuai peraturan?
Jumiar ST., MM Ukuran Patuh dan Tidaknya wajib pajak sangat dinamis,
sehingga perlu dilakukan uji kepatuhan. Untuk mengukur
tingkat kepatuhan pajak restoran maka dilakukan uji petik.
Yang dimaksud dengan uji petik adalah mendatangi
restoran dalam setiap berapa jumlah pelanggan yang
datang setiap harinya dan beberapa omzet setiap harinya,
baru kita hitung sehingga ada standar yang bisa di ajukan
acuan dalam tingkat kepatuhan dalam menghitung pajaknya
dan pelaporan pajaknya setiap bulan ada tim yang dibentuk
untuk mengingatkan untuk melaporkan pajaknya yang
selanjutnya di restoran dipasang alat kasir yaitu MPOS
(Mobile Payment Online System) Alat Pembayaran Secara
Online.
Peneliti Adakah pembaruan data basis pajak (potensi pajak) yang
dilaksanakan ? jelaskan!
67
Jumiar ST., MM Ada beberapa metode dalam melakukan pembaruan data
antara lain
1).Setiap tahun dilakukan pembaharuan basis data dengan
melakukan pendataan. 2).Membangun koneksi secara
online dengan PTPSP (Perijinan Satu Pintu) dengan
KSWPD (Konfirmasi Status Wajib Pajak Daerah).
Peneliti Bagaimana cara memudahkan pembayaran pajak oleh
wajib pajak di Kabupaten Soppeng?
Jumiar ST., MM Pembayaran pajak di Kabupaten Soppeng bisa melalui
loket yang disediakan di tiap kecamatan, bisa langsung ke
bank Sulselbar, bisa dijemput melalui petugas kami di loket
setiap kecamatan.
Peneliti Apa saja upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
penerimaan pajak restoran ?
Jumiar ST., MM Ada beberapa upaya dilakukan untuk meningkatkan pajak
daerah antara lain:
1). Memasang alat MPOS di masing-masing restoran yang
potensial secara online yang masih dipantau melalui
android. 2). Melakukan pengawasan secara intensif
terhadap wajib pajak restoran dengan membentuk tim yang
bernama Tim Optimalisasi Pajak Daerah (OPD) sebagai
laskar Pajak.
Peneliti Adakah penegakan sanksi pajak? Jika wajib pajak
melanggar peraturan pajak restoran. Berikan contohnya!
Jumiar ST., MM Ada beberapa sanksi diberikan wajib pajak yang antara lain:
1). Apabila terlambat melaksanakan pembayarannya
dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% perbulan. 2).
Apabila telah dilakukan teguran sebanyak 2 kali maka akan
dilakukan pembekuan izin sementara.
Peneliti Bagaimana cara penentuan dan penetapan target pajak
restoran di Kabupaten Soppeng?
Jumiar ST., MM Target = Realisasi Tahun Lalu + Persentase Intensifikasi
dan ekstensifikasi + pertumbuhan ekonomi.
68
2. Transkip Wawancara Peneliti dengan Seksi Penagihan Pajak
Nama : Ardi
Jabatan : Seksi Penagihan Pajak
Hari/Tanggal : Senin, 13 Juli 2020
Pukul : 12.26
Wawancara : Via WhatsApp
Peneliti Bagaimana sistem pemungutan pajak restoran yang ada di
Kabupaten Soppeng?
Ardi Sistem pemungutan pajak di Kabupaten Soppeng, pajak
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah dan jenis
pajak Kabupaten/Kota yang dibayar sendiri berdasarkan
perhitungan wajib pajak sendiri (Self Assessment System).
Salah satunya ialah pajak restoran, pengaturan penetapan
pajak restoran yang ada di peraturan daerah paling sedikit
mengatur tentang:a). Nama, objek dan subjek pajak. b).
Dasar pengenaan, tarif, dan tata cara perhitungan pajak.
c).Masa pajak. d).Penetapan. e).Tata cara pembayaran dan
penagihan. f). Kadaluwarsa. g).Sanksi administrasi. Yang
dimaksud pada nama, objek dan subjek pajak adalah
pendaftaran wajib pajak yang meliputi identitas dan jenis
pajak restoran yan dimaksud, dasar pengenaan tarif yang
dimaksud ialah objek pajak/wajib pajak yang melaporkan
pajaknya sendiri ke petugas pajak (bidang pendapatan
BPKPD) melalui SPTPD atau surat pemberitahuan pajak
terutang, masa pajak yang dimaksud ialah periode pajak
yang akan dibayarkan oleh wajib pajak, penetapan yang
dimaksud ialah penerbitan surat ketetapan pajak
daerah/SKPD, tata cara pembayaran dan penagihan yang
dimaksud ialah wajib pajak membayar langsung ke rekening
pembayaran pendapatan (BPKPD) atau melalui
petugas/koordinator yang ditunjuk oleh bidang pendapatan
69
BPKPD, kadaluwarsa yang dimaksud ialah periode jatuh
tempo pembayaran SKPD atau surat ketetapan pajak
daerah, sanksi administrasi yang dimaksud ialah
pengenaan denda apabila melewati periode jatuh tempo
pembayaran dan belum dibayarkan.
Peneliti Jenis pelanggaran peraturan perpajakan ketika melakukan
penagihan pajak. Jika ada jelaskan!
Ardi 1). Masih kurangnya kesadaran wajib pajak untuk
membayarkan pajaknya sesuai aturan yang berlaku. 2).
Sering terjadinya kesalahan menghitung pajak terutang. 3).
Adanya wajib pajak yang telat dalam membayar pajak.
Peneliti Bagaimana langkah BPKPD ketika ada restoran yang tidak
membayar pajak?
Ardi Langkah bidang pendapatan daerah ketika ada objek
pajak/wajib pajak yang tidak membayar pajak ialah melalui
UPT (unit pelaksana teknis) pajak dan retribusi melakukan
pemantauan kepada wajib pajak agar sadar dan patuh
untuk membayar pajak.
3. Transkip Wawancara Peneliti dengan Wajib Pajak
a. Cafe Triple 8 The Riverside Resort
Nama : Muh. Agyl Pradana A
Jabatan : Supervisor
Hari/Tanggal : Rabu, 01 Juli 2020
Pukul : 15.29
Wawancara : Via WhatsApp
NO. BAGIAN I. KARAKTERISTIK RESTORAN
1. Jumlah meja : 50 Unit
2. Jumlah kursi : 200 Unit
3. Waktu usaha / jumlah hari buka
: 10.00 s/d 23.00 WITA/ 7 hari/mgg
4. Pengeluaran rata-rata per bulan
70
A. Gaji karyawan : Rp. 64.000.000 /bulan
B. Biaya operasional (listrik, air, dll)
: Rp. 15.0000.000 /bulan
C. Biaya belanja bahan makanan
: Rp. 40.000.000 /bulan
5. Jumlah karyawan : 54 orang
6.
Berapa rata-rata jumlah
pengunjung per hari
pada hari kerja
: 80 orang
7.
Berapa rata-rata jumlah
pengunjung per hari pada hari
libur atau akhir pekan
: 150 orang
8.
Menurut Bapak/ Ibu, sebagian besar pengunjung atau pembeli
berasal dari mana?
Dalam Kota Jawab : Dalam Kota
Luar Kota
9.
Menurut Bapak/Ibu, perkembangan usaha restoran berkaitan dengan
perkembangan Kabupaten Soppeng pada bidang apa? (boleh pilih
lebih dari satu sesuai dampak yang dirasakan oleh usaha Bapak/Ibu)
Perdagangan Jawab: Perdagangan
Kependudukan Sarana dan prasarana
kota
Sarana dan prasarana kota
Transportasi
BAGIAN II. POLA PENYEDIAAN MAKANAN TIAP HARI
10.
Apa saja jenis makanan yang dijual?
No. Jenis Makanan Harga/ piring/ porsi Jumlah
porsi/hari
1 Nasi Goreng
lompo Rp. 30.000 170
2 Nasi goreng
pedas Rp. 30.000 200
3 Burger Rp. 30.000 190
4 Mie Kering Rp. 30.000 180
71
5 Mie Goreng Rp. 30.000 185
6 Spaghetty Rp. 30.000 190
7 Ayam Woku Rp. 30.000 190
8 Paru pedas Rp. 35.000 170
11. Jenis makanan tersebut disediakan, kira-kira untuk berapa porsi/piring
: 100 lebih
12.
Biasanya habis atau tidak : Tidak
13. Jika tidak, kira-kira berapa sisanya : 20 porsi
14. Berapa rata-rata biaya yang dihabiskan pengunjung untuk menikmati makanan per orang
: 15.000 – 30.000 /Porsi
Keterangan lainnya : Sebahagian bahan makanan untuk basic / dasar sudah di olah. Jadi untuk pesanan pelanggan sistemnya pesan kemudian baru diolah, sehingga lebih mengutamakan makanan yang fresh.
BAGIAN III. POLA PENYEDIAAN MINUMAN TIAP HARI
15.
Apa saja jenis minuman yang dijual?
No. Jenis Minuman Harga/ piring/ porsi Jumlah
porsi/hari
1 Kopi Rp. 20.000 185
2 Cappucino Rp. 25.000 176
3 Ice Red Velvet Rp. 27.000 184
4 Hot Green Tea Rp. 25.000 190
5 Coklat Chips Rp. 27.000 170
6 Vanilla Mango Rp. 22.000 180
7 Mochacino Hot Rp. 25.000 181
16. Jenis minuman tersebut disediakan, kira-kira untuk berapa porsi/piring
: 100 lebih
17. Biasanya habis atau tidak : Tidak
18. Jika tidak, kira-kira berapa sisanya : 5-10 porsi
19. Berapa rata-rata biaya yang dihabiskan pengunjung untuk menikmati minuman per orang
: 20.000 – 25.000 /Porsi
Keterangan lainnya : Pesanan pelanggan akan di buatkan setelah order masuk, dikarenakan bahan minuman tinggal di racik/ diolah. Hal ini dibutuhkan keterampilan/kecepatan barista dalam menyediakan minuman.
72
BAGIAN IV. PUNGUTAN PAJAK YANG DIKELUARKAN
20. Apakah ada pungutan, yang berkaitan dengan usaha Bapak/Ibu jalankan? Jawab: Ada
21.
Jika ada, pungutan apa sajakah itu?
Jenis Pungutan
Tarif Nominal/persentase
1. pajak daerah 10 % / Item
2. BPJS Kesehatan 5 % / Karyawan
3. BPJS Tenaga Kerja 5% / Karyawan
22.
Bagaimanakah pajak yang dihimpun disetorkan pada pemerintah daerah Kabupaten Soppeng?
Menyetor sendiri
Ada petugas yang rutin datang untuk menagih √
Setoran pajak melalui bank yang ditunjuk
23.
Berkaitan dengan pengenaan pajak restoran pada usaha Bapak/Ibu, apa saja hal yang menjadi keluhan Bapak/Ibu?
Sistem pembayaran yang merepotkan
Pengurusan pajak yang memakan waktu
Petugas yang kurang kooperatif
Banyaknya pungutan liar diluar biaya yang sebenarnya
Lainnya √
24.
Manfaat apa dari pemerintah daerah Kabupaten Soppeng, yang Bapak/Ibu dapatkan sebagai pembayar pajak restoran?
Tidak ada
Perhatian yang cukup dari segi pembinaan usaha √
Kemudahan-kemudahan dalam pengurusan izin usaha
Perhatian dalam bidang keamanan
Lainnya
25. Apakah pajak yang Bapak/Ibu bayarkan bersifat rutin? Jawab : Ya
26. Secara umum, apakah beban pajak yang harus Bapak/Ibu setorkan membebani secara bisnis?
Tidak √
Cukup membebani
Sangat membebani
Alasannya: Dikarenakan pajak di tujukan kepada pembeli bukan pemilik usaha
27. Apakah baik menurut Bapak/Ibu, pengenaan pajak yang ditaksir oleh petugas? Jawab : Tidak
28.
Apakah Bapak/Ibu lebih menyukai sistem pengenaan pajak yang ditentukan sendiri, secara langsung oleh wajib pajak? Jawab : Tidak
73
29. Sistem penentuan besaran pajak manakah yang lebih Bapak/Ibu sukai?
Berdasarkan kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pemilik
usaha restoran
Berdasarkan tarif pajak yang berasal dari persentase penjualan
√
30. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai siapa sebenarnya yang dikenai beban dengan adanya pajak tersebut? Jawab : Ya
31. Berapakah tarif pajak yang sesuai menurut Bapak/Ibu? Jawab: 10% dari penjualan
32.
Menurut Bapak/Ibu, apakah kegiatan pajak ini penting dalam menunjang pembangunan daerah? Jawab : Sangat menunjang
33. Apakah Bapak/Ibu membayar pajak sebelum jatuh tempo? Jawab : Iya
34.
Apakah menurut Bapak/Ibu pungutan pajak yang dibayarkan bersifat adil dan merata? Jawab : Bersifat adil dikarenakan besaran pajak berdasarkan dari persentase penjualan namun belum merata dikarenakan masih adanya pelaku usaha yang belum dikenakan wajib pajak.
35.
Apakah Bapak/Ibu menyampaikan surat pemberitahuan tahunan (SPT) dengan benar, lengkap dan jelas secara sukarela? Jawab : Sesuai, hal ini didukung adanya pengimputan pajak secara digital / on- line sehingga memudahkan dalam hal penyampaian pajak dan distribusi.
Keterangan lainnya : Pelaksanaan pajak daerah sebenarnya cukup membantu, namun dalam hal ini kami pelaku usaha masih kewalahan penyampaian ke pelanggan adanya pajak (PPN). Hal ini karena kurangnya sosialisasi tentang pajak di kalangan masyarakat (Pelanggan Khususnya).
b. The Drip Coffe and Cafe
Nama : Asrul Asing Ngaji
Jabatan : Owner
Hari/Tanggal : Sabtu, 27 Juli 2020
Pukul : 16.37
Wawancara : Via WhatsApp
NO. BAGIAN I. KARAKTERISTIK RESTORAN
1. Jumlah meja : 10 Unit
2. Jumlah kursi : 30 Unit
3. Waktu usaha / jumlah hari buka
: 09.00 s/d 00.00 WITA/ 7 hari/mgg
74
4.
Pengeluaran rata-rata per bulan
A. Gaji karyawan : Rp. 8.000.000 /bulan
B. Biaya operasional (listrik, air, dll)
: Rp. 1.0000.000 /bulan
C. Biaya belanja bahan makanan
: Rp. 7.000.000 /bulan
5. Jumlah karyawan : 8 orang
6.
Berapa rata-rata jumlah
pengunjung per hari
pada hari kerja
: 30 orang
7.
Berapa rata-rata jumlah
pengunjung per hari pada hari
libur atau akhir pekan
: 50-80 orang
8.
Menurut Bapak/ Ibu, sebagian besar pengunjung atau pembeli
berasal dari mana?
Dalam Kota Jawab : Dalam Kota
Luar Kota
9.
Menurut Bapak/Ibu, perkembangan usaha restoran berkaitan dengan
perkembangan Kabupaten Soppeng pada bidang apa? (boleh pilih
lebih dari satu sesuai dampak yang dirasakan oleh usaha Bapak/Ibu)
Perdagangan Jawab: Perdagangan
Kependudukan
Sarana dan prasarana kota
Transportasi
BAGIAN II. POLA PENYEDIAAN MAKANAN TIAP HARI
10.
Apa saja jenis makanan yang dijual?
No
. Jenis Makanan Harga/ piring/ porsi
Jumlah
porsi/hari
1 Bakso 18.000 65
2 Gorengan 13.200 54
3 Sate pisang
crunchy 18.000 50
4 Siomay 15.400 50
75
11. Jenis makanan tersebut disediakan, kira-kira untuk berapa porsi/piring
: 50 lebih
12.
Biasanya habis atau tidak :Terkadang
13. Jika tidak, kira-kira berapa sisanya : 5 porsi
14. Berapa rata-rata biaya yang dihabiskan pengunjung untuk menikmati makanan per orang
: 50-100
BAGIAN III. POLA PENYEDIAAN MINUMAN TIAP HARI
15.
Apa saja jenis minuman yang dijual?
No. Jenis Minuman Harga/ gelas/ porsi Jumlah
porsi/hari
1 Thai tea 10.000 69
2 Greentea 10.000 75
3 Taro 10.000 51
4 Milkshake 11.200 45
5 Ice regal 10.000 64
6 Hot coklat 8.000 52
7 Lemen tea 8.500 76
8 Markisa 8.100 55
16. Jenis minuman tersebut disediakan, kira-kira untuk berapa porsi/piring
: 50 lebih
17. Biasanya habis atau tidak : Tidak
18. Jika tidak, kira-kira berapa sisanya : 5 porsi
19. Berapa rata-rata biaya yang dihabiskan pengunjung untuk menikmati minuman per orang
: Rp.10.000
BAGIAN IV. PUNGUTAN PAJAK YANG DIKELUARKAN
20. Apakah ada pungutan, yang berkaitan dengan usaha Bapak/Ibu jalankan? Jawab: Ada
21.
Jika ada, pungutan apa sajakah itu?
Jenis Pungutan
Tarif Nominal/persentase
1. pajak daerah 10 % / Item
2. Kebersihan Rp.10.000
22. Bagaimanakah pajak yang dihimpun disetorkan pada pemerintah daerah Kabupaten Soppeng?
Menyetor sendiri
76
Ada petugas yang rutin datang untuk menagih √
Setoran pajak melalui bank yang ditunjuk
23.
Berkaitan dengan pengenaan pajak restoran pada usaha Bapak/Ibu, apa saja hal yang menjadi keluhan Bapak/Ibu?
Sistem pembayaran yang merepotkan √
Pengurusan pajak yang memakan waktu
Petugas yang kurang kooperatif
Banyaknya pungutan liar diluar biaya yang sebenarnya
Lainnya
24.
Manfaat apa dari pemerintah daerah Kabupaten Soppeng, yang Bapak/Ibu dapatkan sebagai pembayar pajak restoran?
Tidak ada
Perhatian yang cukup dari segi pembinaan usaha
Kemudahan dalam pengurusan izin usaha √
Perhatian dalam bidang keamanan
Lainnya
25. Apakah pajak yang Bapak/Ibu bayarkan bersifat rutin? Jawab : Ya rutin perbulan
26. Secara umum, apakah beban pajak yang harus Bapak/Ibu setorkan membebani secara bisnis?
Tidak √
Cukup membebani
Sangat membebani
Alasannya: Dikarenakan pajak di tujukan kepada pembeli bukan pemilik usaha
27. Apakah baik menurut Bapak/Ibu, pengenaan pajak yang ditaksir oleh petugas? Jawab : Baik
28. Apakah Bapak/Ibu lebih menyukai sistem pengenaan pajak yang ditentukan sendiri, secara langsung oleh wajib pajak? Jawab : Ya
29. Sistem penentuan besaran pajak manakah yang lebih Bapak/Ibu sukai?
Berdasarkan kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pemilik
usaha restoran
Berdasarkan tarif pajak yang berasal dari persentase penjualan
√
30. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai siapa sebenarnya yang dikenai beban dengan adanya pajak tersebut? Jawab : Ya
31. Berapakah tarif pajak yang sesuai menurut Bapak/Ibu? Jawab: 10%
32. Menurut Bapak/Ibu, apakah kegiatan pajak ini penting dalam menunjang pembangunan daerah? Jawab : Sangat menunjang
33. Apakah Bapak/Ibu membayar pajak sebelum jatuh tempo? Jawab : Iya
77
34.
Apakah menurut Bapak/Ibu pungutan pajak yang dibayarkan bersifat adil dan merata? Jawab : Bersifat adil dikarenakan besaran pajak berdasarkan dari persentase penjualan tetapi belum merata karena masih ada pelaku usaha yang belum dikenakan wajib pajak.
35. Apakah Bapak/Ibu menyampaikan surat pemberitahuan tahunan (SPT) dengan benar, lengkap dan jelas secara sukarela? Jawab : Iya
78
Lampiran 4
Setoran Pajak
79
80
Lampiran 5 Dokumentasi
81
82
83
84
Lampiran 6
Surat Izin Meneliti
85
86
BIOGRAFI PENULIS
Nurul Afni panggilan Afni lahir di Watansoppeng pada tanggal
07 Juli 1998 dari pasangan suami istri Bapak Arafah dan Ibu
Suriani. Peneliti adalah anak pertama dari 3 bersaudara.
Peneliti sekarang bertempat tinggal di Jl.Lompo Keluruhan
Lemba, Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu TK Pertiwi lulus tahun 2004,
SD Negeri 3 Lemba lulus tahun 2010. SMP Negeri 2 Watansoppeng lulus tahun
2013, SMK Negeri 1 Watansoppeng lulus tahun 2016, dan mulai tahun 2016
mengikuti Program S1 Akuntansi Kampus Universitas Muhammdiyah Makassar
sampai dengan sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih
terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Akuntansi Kampus Universitas
Muhammdiyah Makassar.