tehbotol1

9
39 SUPPLY CHAIN SIRKULASI BOTOL TEH BOTOL SOSRO (Studi Kasus di PT. Sinar Sosro, Ungaran) Aditya Priyambodo 1 , Yandra Rahadian Perdana Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] 1 ABSTRAK Peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital terhadap produk-produk yang beredar di pasaran. Jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan produk pindah dari lokasi produksi ke lokasi konsumen akhir (end user) yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat jauh. Penggunaan kemasan botol kaca pada produksi Teh Botol Sosro mengharuskan perusahaan melakukan pengisian ulang produk teh pada kemasan botol. Dengan asumsi total jumlah botol yang dimiliki, bagaimana PT. Sinar Sosro mengatur sirkulasi jumlah botol terisi yang beredar di pasaran dan jumlah botol kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi ulang agar proses pengisian tidak terhenti. Sistem Supply Chain Management yang diterapkan PT. Sinar Sosro sudah sangat baik dengan ditunjang oleh sistem informasi, mode transportasi anak perusahaan sendiri, prosedur penanganan material yang baik, sistem pemasaran yang variatif dan faktor pendukung lainnya membuat PT. Sinar Sosro masih menjadi market leader khususnya untuk produk minuman teh dalam kemasan. Ketersediaan PB terkadang menjadi penghambat faktor proses produksi. Botol kosong yang siap diisi di pabrik belum mampu mencukupi target rencana produksi secara kontinyu. Aplikasi reverse logistics sudah baik diaplikasikan, walaupun PT. Sinar Sosro Ungaran masih belum optimal untuk menangani permintaan ‘pengendapan’ dari Kantor Penjualan (KP). Kata kunci : Supply Chain Management, Reverse Logistic, Teh Botol Sosro. 1. PENDAHULUAN Peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital terhadap produk-produk yang beredar di pasaran. Jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan produk pindah dari lokasi produksi ke lokasi konsumen akhir (end user) yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat jauh. Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dengan jumlah yang sesuai, dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan kesuksesan sebuah produk agar kompetitif di pasar. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola jaringan distribusi merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang sangat penting untuk industri. Penggunaan kemasan botol kaca pada produksi Teh Botol Sosro mengharuskan perusahaan melakukan pengisian ulang produk teh pada kemasan botol. Dengan asumsi total jumlah botol yang dimiliki, bagaimana PT. Sinar Sosro mengatur sirkulasi jumlah botol terisi yang beredar di pasaran dan jumlah botol kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi ulang agar proses pengisian tidak terhenti. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) adalah manajemen mengenai arus barang sejak dari sumber yang paling hulu sampai ke ujung hilir paling akhir yaitu konsumen. Manajemen arus barang ini lebih menekankan pada kelancaran pasokan barang, baik dari segi efisiensi maupun dari segi efektifitas (Indrajit dan Permono, 2005). Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, retail, serta perusahaan- perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005). Tujuan utama dari adanya supply chain management adalah penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan pelanggan, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai pasokan (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu penyampaian dan memuaskan kegiatan perencanaan dan distribusi (Ellesmare, 1995). Secara kesuluruhan, komponen rantai pasokan ini adalah fungsi pembelian, inbound logistic, produksi, distribusi yang meliputi outbound logistic dan pemasaran, dan reverse

Upload: dewi-dewi

Post on 11-Apr-2017

376 views

Category:

Engineering


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tehbotol1

39  

SUPPLY CHAIN SIRKULASI BOTOL TEH BOTOL SOSRO (Studi Kasus di PT. Sinar Sosro, Ungaran)

Aditya Priyambodo1, Yandra Rahadian Perdana Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

[email protected]

ABSTRAK

Peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital terhadap produk-produk yang beredar di pasaran. Jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan produk pindah dari lokasi produksi ke lokasi konsumen akhir (end user) yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat jauh. Penggunaan kemasan botol kaca pada produksi Teh Botol Sosro mengharuskan perusahaan melakukan pengisian ulang produk teh pada kemasan botol. Dengan asumsi total jumlah botol yang dimiliki, bagaimana PT. Sinar Sosro mengatur sirkulasi jumlah botol terisi yang beredar di pasaran dan jumlah botol kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi ulang agar proses pengisian tidak terhenti. Sistem Supply Chain Management yang diterapkan PT. Sinar Sosro sudah sangat baik dengan ditunjang oleh sistem informasi, mode transportasi anak perusahaan sendiri, prosedur penanganan material yang baik, sistem pemasaran yang variatif dan faktor pendukung lainnya membuat PT. Sinar Sosro masih menjadi market leader khususnya untuk produk minuman teh dalam kemasan. Ketersediaan PB terkadang menjadi penghambat faktor proses produksi. Botol kosong yang siap diisi di pabrik belum mampu mencukupi target rencana produksi secara kontinyu. Aplikasi reverse logistics sudah baik diaplikasikan, walaupun PT. Sinar Sosro Ungaran masih belum optimal untuk menangani permintaan ‘pengendapan’ dari Kantor Penjualan (KP).

Kata kunci : Supply Chain Management, Reverse Logistic, Teh Botol Sosro.

1. PENDAHULUAN

Peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital terhadap produk-produk yang beredar di pasaran. Jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan produk pindah dari lokasi produksi ke lokasi konsumen akhir (end user) yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat jauh. Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dengan jumlah yang sesuai, dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan kesuksesan sebuah produk agar kompetitif di pasar. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola jaringan distribusi merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang sangat penting untuk industri.

Penggunaan kemasan botol kaca pada produksi Teh Botol Sosro mengharuskan perusahaan melakukan pengisian ulang produk teh pada kemasan botol. Dengan asumsi total jumlah botol yang dimiliki, bagaimana PT. Sinar Sosro mengatur sirkulasi jumlah botol terisi yang beredar di pasaran dan jumlah botol kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi ulang agar proses pengisian tidak terhenti.

Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) adalah manajemen mengenai arus barang sejak dari sumber yang paling hulu sampai ke ujung hilir paling akhir yaitu konsumen. Manajemen arus barang ini lebih menekankan pada kelancaran pasokan barang, baik dari segi efisiensi maupun dari segi efektifitas (Indrajit dan Permono, 2005). Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, retail, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005).

Tujuan utama dari adanya supply chain management adalah penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan pelanggan, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai pasokan (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu penyampaian dan memuaskan kegiatan perencanaan dan distribusi (Ellesmare, 1995). Secara kesuluruhan, komponen rantai pasokan ini adalah fungsi pembelian, inbound logistic, produksi, distribusi yang meliputi outbound logistic dan pemasaran, dan reverse

Page 2: Tehbotol1

40  

logistic. Mayoritas perusahaan masih memfokuskan dirinya pada aktifitas-aktifitas yang berada dalam perusahaan, yaitu purchasing, inbound logistic, dan produksi. Hal ini dapat dimengerti mengingat ketiga elemen rantai pasokan yang popular dengan value chain concept (Porter, 1985) ini masih berada dalam internal organisasi sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengendalian.

2. METODE PENELITIAN 2.1. Sumber Data

Penelitian menggunakan data yang bersumber dari Department Production and Maintenance, Department Gudang PIPB (Peti Isi Peti Botol), dan Department Personalia and General Affair. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara dengan pihak yang berwenang pada bagian tersebut dan observasi langsung di lapangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem supply chain management sirkulasi botol produk Teh Botol Sosro terkait pengiriman produk jadi dan penarikan botol kosong kembali ke pabrik (aktivitas reverse logistics).

2.2. Analisis Data Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data terkait inventory dan hasil produksi di PT. Sinar Sosro, Ungaran.

Menurut Pujawan (2005), beberapa ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja persediaan adalah : 1. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate). 2. Inventory days of supply adalah rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah

persediaan yang dimiliki. 3. Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan.

3. HASIL PENELITIAN

3.1 Sistem Informasi Manajemen

Supply Chain Management merupakan salah satu proses yang krusial dimana arus pertukaran bahan baku, informasi serta keuangan antar perusahaan terjadi. Konsep kerja sama ini kemudian berkembang menjadi E-SCM dengan menggunakan internet, intranet maupun extranet sebagai media komunikasi secara online dan realtime, memastikan bahan baku baik dari pemasok maupun barang jadi ke konsumen selalu tersedia sesuai kebutuhan.

Menu utama dari SI Fusion antara lain : • Material Requirement Planning (MRP) • Purchasing • Inventory • Plant Maintenance • Executive Information System • Order Management • Administrator

Chopra & Meindl (2001) menyatakan bahwa dalam SCM terdapat empat penggerak (driver), yaitu persediaan, transportasi, fasilitas, dan informasi. Dari keempat penggerak tersebut, informasi merupakan penggerak utama. Informasi sangat mempengaruhi ketiga penggerak lainnya.

3.2 Proses Produksi

Proses produksi di PT. Sinar Sosro Ungaran dalam pembuatan TBS, secara umum dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

1. Proses pengolahan air (di Unit Water Treatment) 2. Proses pembuatan Teh Cair Manis (di Unit Kitchen) 3. Proses pembotolan (di Unit Bottling Line)

Bahan baku pembuatan Teh Cair Manis (TCM) adalah teh kering, gula industri dan air baku. Air baku adalah air (raw water) yang telah mengalami beberapa tahap proses pengolahan di unit Water Treatment.

Page 3: Tehbotol1

41  

3.2.1 Proses di Unit Water Treatment

Untuk kebutuhan air diperoleh dari sumur bawah tanah. PT. Sinar Sosro Ungaran memiliki 3 buah sumur, sumur nomor 1 dipakai untuk kebutuhan masyarakat sekitar pabrik, sedangkan sumur nomor 2 dan 3 dipakai untuk proses produksi secara bergantian, 4 jam sekali. Air sumur (raw water) diambil dari kedalaman 80 – 100 m dengan deep well pump, dan masih mengandung kotoran dan mineral. Produk yang dihasilkan PT. Sinar Sosro Ungaran harus memenuhi standar yang ditetapkan, maka air yang diperoleh dari alam harus melewati proses pengolahan di unit Water Treatment (WT), sebelum dimanfaatkan untuk proses produksi.

3.2.2 Proses di Unit Kitchen

Pada Unit Kitchen dilakukan proses pembuatan Teh Cair Manis (TCM). Tahapan proses pembuatan TCM adalah pembuatan sirup gula, pembuatan Teh Cair Pahit, pencampuran TCP dengan sirup gula dan pasteurisasi.

3.2.3 Proses di Unit Bottling Line

A. Proses Pembotolan

Sebelum botol dan krat memasuki ruang produksi, dilakukan inspeksi terlebih dahulu di Pos Gudang. Inspeksi ini meliputi penyortiran botol yang gupil/retak, botol asing, botol isi cairan, botol kotor/flek semen, botol tertutup, botol berlabel, botol isi benda asing, krat asing, krat rusak, dan 1 krat < 24 botol. Untuk botol yang sudah tidak dapat dipakai lagi seperti botol gupil/retak, botol asing dimasukkan dalam krat dan diberi label “rejected” yang nantinya akan dimusnahkan. Sedangkan botol lain yang masih dapat dipakai, seperti botol isi cairan, botol kotor/flek semen, botol tertutup, botol berlabel, botol isi benda asing dimasukkan ke dalam krat merah yang nantinya akan dikembalikan ke gudang PI/PB untuk dilakukan pembersihan ulang.

Botol-botol yang masuk dalam proses pembotolan diklasifikasikan menjadi 3 macam, antara lain: 1. Botol dari konsumen, yakni botol yang diperoleh dari tempat pemasaran dan dikembalikan ke pabrik

untuk diproses dan digunakan kembali. 2. Botol dari pencucian manual, meliputi botol non-standar yang tidak dapat dibersihkan dengan mesin

bottle washer. 3. Botol baru. Pembelian botol baru dari supplier dilakukan setahun sekali dan jumlahnya disesuaikan

dengan kebutuhan.

B. Penyimpanan dan Masa Inkubasi

Peti Isi disusun di atas pallet sebanyak 60 buah, kemudian dibawa ke gudang bahan jadi memakai forklift. Di gudang, pallet berisi peti isi disusun per batch produksi dan diberi nomor batch produksi, nama kepala regu (supervisor) dan tanggal dimulai inkubasi. Sebelum dipasarkan, TBS terlebih dahulu di inkubasi selama 2-3 hari. Setelah masa inkubasi selesai TBS diperiksa kembali apakah ada terjadi perubahan pada TBS. hal-hal yang diperiksa antara lain meliputi : basi, bau, perubahan warna dan rasa. Jika tidak terjadi perubahan pada TBS maka akan dinyatakan Teh Botol Sosro siap untuk dipasarkan.

3.3 Manajemen Pergudangan

PT. Sinar Sosro Ungaran memiliki beberapa gudang untuk menyimpan materialnya. Gudang tersebut antara lain : 1. Gudang PIPB 2. Gudang Spare part 3. Gudang Gula 4. Gudang Teh 5. Gudang Crown Cork 6. Gudang Harian Produksi

Gudang-gudang tersebut pengelolaannya di bawah departemen/bagian yang berbeda. Gudang spare part, gudang gula, gudang teh, gudang crown cork, dan gudang harian produksi pengelolaannya di bawah manajemen Departemen Produksi dan Maintenance bagian Spare Part dan Logistik, sedangkan Gudang PIPB menjadi bagian tersendiri yang dikepalai oleh seorang supervisor dan langsung bertanggung jawab kepada

Page 4: Tehbotol1

42  

General Manager. Metode penyimpanan ke dalam blok gudang menggunakan metode penyimpanan FiFO (First In First Out).

A. Fungsi Persediaan

Fungsi persediaan yang digunakan PT. Sinar Sosro Ungaran adalah safety stock dengan persediaan minimal 40.000 krat PI atau minimal ada 4 blok gudang dalam sehari dan pipeline/transit inventory karena adanya lead time pengiriman untuk produk-produk Sosro lain (jenis OWP dan AMDK) yang tidak diproduksi di PT. Sinar Sosro Ungaran. Satu blok gudang dapat menampung 14 baris x 4 kolom x 3 tingkat x 60 krat = 1080 krat.

3.4 Sirkulasi Penanganan Botol di Gudang PIPB

3.4.1 Penerimaan PB

Truk bermuatan PB dari Kantor Penjualan (KP) yang masuk ke Gudang PIPB akan diperiksa dokumen Surat Jalan-nya oleh Petugas Pengawas PB. Surat Jalan diperiksa apakah sesuai dengan kondisi muatan truk. Jika dokumen sesuai dengan kondisi muatan, maka dokumen distempel dan dibuatkan Tanda Terima oleh bagian Administrasi Gudang PIPB dan dimasukkan data ke SI Fusion. Jika dokumen tidak sesuai dengan kondisi muatan, maka Delivery Order (DO) akan diinfokan ke KPW. Kemudian akan dilakukan pembongkaran beserta penyortiran PB. PB standard akan disusun ke atas palet, dan PB dengan kondisi non standard akan disortir berdasarkan kriteria PB non standard seperti botol bibir karat, botol buram, botol flek semen, botol gupil, botol retak, dan botol asing.

3.4.2 Penyimpanan PB

PB standard yang telah disusun di atas palet akan segera dimasukkan ke dalam gudang Blok A-I menganut sistem FIFO (First In First Out). Dilakukan pencatatan stock PB masuk untuk ditambahkan pada saldo Kartu Stock PB No.003/Gud-Ugn dan dimasukkan data ke SI Fusion, sehingga diketahui jumlah persediaan PB dalam Gudang PIPB yang siap untuk keperluan produksi. Setelah divalidasi, data stock PB dapat diakses oleh Departemen Produksi untuk mengetahui ketersediaan PB yang dapat digunakan untuk produksi pada hari tersebut.

3.4.3 Pemakaian PB untuk Produksi

Stock PB dalam Gudang PIPB dapat diketahui jumlah saldo awal melalui SI Fusion. Departemen Produksi and Maintenance dapat mengakses informasi ketersediaan PB ini dan mengajukan Bukti Permintaan/Penyerahan Barang (BPPB). Data PB masuk ke lantai produksi akan dimasukkan ke SI Fusion. Dalam bisnis Returnable Glass Bottle (RGB), ketersediaan PB sebagai bahan pengemas produk sangat menentukan kapasitas produksi yang akan dijalankan. Dalam satu batch produksi yang menghasilkan 9300 liter, akan menghasilkan 1740 krat. Ketersediaan PB siap produksi akan dibagi dengan 1740 sebagai variabel pembagi satuan batch hasil produksi. Sehingga didapatkan jumlah batch yang dapat diproduksi agar penggunaan bahan di Unit Kitchen menjadi efisien.

3.4.4 Proses Produksi

PB yang dinaikkan ke lantai produksi dengan menggunakan Forklift akan kembali mengalami penyortiran pada Pos 1,2, dan 3. Hasil pensortiran botol pada Departemen Produksi akan dicatat pada Bukti Mutasi Intern Retur Produksi. PB yang disortir pada Pos 1 dan 2 akan diklasifikasikan ke dalam kategori PB sangat kotor yang akan diproses ke Cuci Botol Manual dan afkir yang akan dimusnahkan. Produk jadi akan dicek mutunya disesuaikan dengan proses produksi yang berjalan. Jika sudah sesuai maka diberi label “Passed” dan jika kurang sesuai maka diberi label “Karantina”.

3.4.5 Penyimpanan PI

PI yang telah disusun di atas palet (60 krat) akan diberi keterangan “Passed” oleh Petugas QC. Kemudian dimasukkan ke dalam Gudang PIPB Blok J-Q. Data jumlah PI hasil produksi yang masuk dicatat ke dalam Kartu Stock PI No.009/Gud-Ugn. Data jumlah PI akan dimasukkan ke SI Fusion.

Page 5: Tehbotol1

43  

3.4.6 Pengeluaran PI

PI yang sudah diberi memo released oleh petugas QC, kemudian data divalidasi oleh Departemen Produksi dan Departemen QC agar PI dapat dipasarkan. Surat Permintaan Barang (SPB) dari KPW dicek oleh Petugas PI dan dibuatkan Surat Jalan oleh Administrasi Bagian Gudang PIPB. Kemudian PI di Gudang PIPB siap untuk dimasukkan ke dalam moda transportasi. Data PI yang dimuat akan dicatat ke Kartu Stock PI No.009/gud-Ugn dan mengurangi saldo stock PI dalam Gudang PIPB. Truk dengan muatan PI siap menuju lokasi KP tujuan distribusi.

3.4.7 Penghancuran Botol

Botol-botol yang telah disortir dengan kriteria botol asing, botol gupil, botol retak, dan botol yang sudah tidak bisa ditangani lebih lanjut akan dikumpulkan dekat Gudang Bahan Baku dan siap untuk dihancurkan. Penghancuran botol dapat dilakukan dengan pengajuan penghancuran botol oleh Petugas PB Non-Standard yang disetujui oleh Departemen Purchasing dan General Manager dengan kuota minimal tercapai 25 palet atau 1800 krat. Untuk botol yang akan dihancurkan, disusun mencapai 6 tingkat untuk membedakan dengan tumpukan PB Standard yang disusun 5 tingkat.

Proses penghancuran dilakukan dengan cara menjatuhkan botol-botol afkir tersebut dari ketinggian.

3.5 Reverse Logistic Function

Reverse logistic merupakan aliran balik material, komponen, dan produk menuju ke bagian hulu rantai pasokan. Carter dan Ellram (1998) mendefinisikan reverse logistic sebagai gerakan produk yang arahnya berlawanan setelah digunakan, didaur ulang, dibuang, dengan tujuan untuk meminimalkan limbah. Reverse logistic ini merupakan aktifitas yang spesifik, memerlukan keahlian dan bukan kompetensi inti mayoritas perusahaan. Akibatnya, mayoritas perusahaan melakukan outsourcing untuk menangani reverse logistic ini. Keterlibatan pihak ketiga ini memberikan berpeluang membuka pesaing baru bagi produsen awal produk apabila perusahaan reverse logistic ini memutuskan untuk melakukan rekondisi (remanufacture) terhadap produk dalam aliran reverse logistic.

Reverse logistics sebagai aktivitas untuk merencanakan, mengaplikasikan, dan mengendalikan proses agar tercapai efisiensi terkait dengan arus material, persediaan, produk jadi, dan informasi terkait dari konsumen kembali ke manufaktur dengan tujuan untuk mendapatkan kembali nilai ekonomis produk atau untuk melakukan proses pembuangan yang tepat (Rogers dan Tibben-Lembke, 1999). Reverse logistics saat ini menjadi salah satu alternatif terbaik yang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi keterbatasan sumber daya bahan baku. Selain itu, reverse logistics terbukti dapat memberikan nilai ekonomi bagi para pelakunya (Rivera dan Ertel, 2008). Aktivitas utama dari reverse logistics adalah mengumpulkan produk yang akan diperbaharui dan melakukan redistribusi material baru yang dihasilkan (De Britto, 2002).

Dalam pemenuhan kebutuhan pasar, PT. Sinar Sosro setidaknya harus memiliki botol di pabrik untuk diisi, botol yang diantar ke distribusi, dan botol yang ditarik dari gerai sehabis diminum pelanggan. PT. Sinar Sosro mempercayakan proses reverse logistics-nya pada masing-masing Kantor Penjualan (KP). Material yang ditarik dalam proses ini adalah krat berisi botol kosong. Idealnya dalam proses reverse logistics ini, KP mengembalikan botol kosong sesuai dengan kuantitas Delivery Order pengiriman sebelumnya. Namun dalam aplikasinya, dengan motif untuk pengembangan pasar, maka KP terkadang menyimpan stock PI di gudangnya untuk ekspansi pasar sehingga terjadi pengendapan. Hal ini yang harus ditanggung oleh KPB Ungaran untuk menyeimbangkan ketersediaan botolnya. Padahal pengadaan botol dan krat baru sangat ditentukan oleh keputusan Head Office di Jakarta.

Page 6: Tehbotol1

44  

Gambar 1. Alur Rantai Pasokan dari Hulu-Hilir PT. Sinar Sosro Ungaran

Page 7: Tehbotol1

45  

4. PEMBAHASAN

Menurut Pujawan (2005), beberapa ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja persediaan adalah : Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate).

Tabel 1. Data Persediaan Bulan Juni 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9

No TanggalRencana Produksi (krat)

Jumlah Persediaan PB (krat)

Jumlah Pengeluaran PI (krat)

Selisih= 4‐5Persediaan Akhir PB (krat)

Persediaan Akhir PI (krat)

Rencana Produksi dgn Ketersediaan PB

1 01‐Jun‐11 34.800 31.023 29.580 1.443 943 0 Tidak Tercapai2 02‐Jun‐11 7.540 3.403 3.325 78 0 0 Tidak Tercapai3 03‐Jun‐11 11.600 0 0 0 0 0 Tidak Tercapai4 04‐Jun‐11 26.100 19.500 19.152 348 0 0 Tidak Tercapai5 05‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production6 06‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production7 07‐Jun‐11 13.050 12.456 11.585 871 668 0 Tidak Tercapai8 08‐Jun‐11 30.450 29.708 28.008 1.700 1.191 0 Tidak Tercapai9 09‐Jun‐11 11.600 2.391 2.304 87 0 0 Tidak Tercapai10 10‐Jun‐11 26.680 19.020 17.826 1.194 889 0 Tidak Tercapai11 11‐Jun‐11 0 14.089 13.772 317 0 0 Over Inventory12 12‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production13 13‐Jun‐11 5.800 6.936 5.714 1.222 1.153 0 Over Inventory14 14‐Jun‐11 29.000 33.433 32.856 577 0 0 Over Inventory15 15‐Jun‐11 5.075 0 0 0 0 0 Tidak Tercapai16 16‐Jun‐11 33.350 17.500 15.847 1.653 1.404 0 Tidak Tercapai17 17‐Jun‐11 31.175 30.524 29.330 1.194 617 0 Tidak Tercapai18 18‐Jun‐11 26.100 11.237 11.058 179 0 0 Tidak Tercapai19 19‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production20 20‐Jun‐11 13.050 10.020 8.896 1.124 1.035 0 Tidak Tercapai21 21‐Jun‐11 34.800 29.235 28.068 1.167 810 0 Tidak Tercapai22 22‐Jun‐11 4.350 12.306 12.086 220 0 0 Over Inventory23 23‐Jun‐11 19.575 29.664 28.187 1.477 1.049 0 Over Inventory24 24‐Jun‐11 31.175 16.649 15.390 1.259 950 0 Tidak Tercapai25 25‐Jun‐11 26.100 7.310 7.151 159 0 0 Tidak Tercapai26 26‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production27 27‐Jun‐11 17.400 19.500 18.523 977 658 0 Over Inventory28 28‐Jun‐11 13.920 9.298 9.117 181 0 0 Tidak Tercapai29 29‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production30 30‐Jun‐11 13.050 13.548 12.425 1.123 902 0 Over Inventory

Total 465.740 378.750 360.200 18.550 12.269 0

Sumber : Data rencana produksi dan persediaan Departemen PEM

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa PT. Sinar Sosro untuk produk TBS, antara lain sebagai berikut :

a. Tidak melakukan penyimpanan PI dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga PI yang baru diproduksi bisa segera dididistribusikan ke saluran pemasarannya, dengan persyaratan sudah melalui masa inkubasi.

b. Jumlah pengeluaran/produksi PI selalu lebih rendah dari jumlah persediaan PB (PI ≤ PB), hal ini dikarenakan botol sebagai bahan pengemas merupakan salah satu komponen bahan yang harus ada untuk mendukung proses produksi.

c. Jumlah persediaan PB yang ada selama bulan Juni belum mampu mendukung rencana produksi yang telah ditetapkan, sehingga dalam satu bulan (bulan Juni) terdapat 17 hari dimana target rencana produksi tidak tercapai.

d. Terdapat 7 hari dimana terdapat kondisi jumlah persediaan PB melebihi target rencana produksi.

Page 8: Tehbotol1

46  

e. Terdapat 6 hari dimana catatan produksi kosong, hal ini dikarenakan PT. Sinar Sosro Ungaran tidak memproduksi TBS pada hari-hari tersebut. Tidak produksi dikarenakan hari minggu, hari libur, maintenance mesin, dan memproduksi produk jenis lain.

Inventory days of supply adalah rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Safety stock dengan persediaan minimal 40.000 krat PI atau minimal ada 4 blok gudang dalam sehari, maka PT. Sinar Sosro Ungaran masih aman untuk tidak berproduksi selama satu hari. Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan.

5. KESIMPULAN

Berikut ini adalah kesimpulan dalam penelitian ini:

1. PT. Sinar Sosro Cabang Ungaran memproduksi Teh Botol Sosro (TBS), Fruit Tea Botol (FTB) dengan 2 rasa, yaitu rasa apel dan black currant, S-Tee, dan Joy Tea Green.

2. Proses produksi TBS secara umum terdiri dari 3 langkah yaitu: a. Proses pembuatan air baku dan air softener di Unit Water Treatment (WT) b. Proses pembuatan sirup gula, Teh Cair Pahit (TCP), pencampuran TCP- sirup gula menjadi Teh Cair

Manis (TCM) dan pasteurisasi di Unit Kitchen. c. Proses pembotolan TCM pada Bottling Line ( ± 36.000 botol per jam).

3. Produk yang dihasilkan oleh PT Sinar Sosro Ungaran aman bagi kesehatan karena tidak mengandung 3P, yaitu pengawet, pewarna dan pemanis buatan.

4. Proses pembuatan TBS membutuhkan bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku yang diperlukan adalah: a. Bahan baku produk berupa teh kering (Jasmine Tea), gula industri rafinasi, dan air baku b. Bahan baku kemasan adalah Crown cork, botol, dan krat.

5. Semua langkah dalam proses produksi dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu dilakukan dari proses kedatangan bahan baku, proses produksi berlangsung, hingga proses pengemasan produk jadi (PI).

6. Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas dan menghasilkan produk sesuai harapan konsumen adalah dengan melakukan sanitasi secara periodik, yang secara umum dibedakan menjadi Daily Maintenance dan Weekly Maintenance.

7. Sistem Supply Chain Management yang diterapkan PT. Sinar Sosro sudah sangat baik dengan ditunjang oleh sistem informasi, mode transportasi anak perusahaan sendiri, prosedur penanganan material yang baik, sistem pemasaran yang variatif dan faktor pendukung lainnya membuat PT. Sinar Sosro masih menjadi market leader khususnya untuk produk minuman teh dalam kemasan.

8. Ketersediaan PB terkadang menjadi penghambat faktor proses produksi. Botol kosong yang siap diisi di pabrik belum mampu mencukupi target rencana produksi secara kontinyu.

9. Aplikasi reverse logistics sudah baik diaplikasikan, walaupun PT. Sinar Sosro Ungaran masih belum optimal untuk menangani permintaan ‘pengendapan’ dari Kantor Penjualan (KP).

10. Pemasaran dari hasil produksi PT. Sinar Sosro Cabang Ungaran dilakukan oleh PT. Sasanamaya Tirtamukti untuk wilayah sebagian Jawa Barat, seluruh Jawa Tengah dan DIY.

DAFTAR PUSTAKA

Carter, C.R., dan L.M. Ellram, 1998. “Reverse logistics: A review of the literature and framework for future investigation.” Journal of Business Logistics. 19(1): 85-102.\

Chopra, Sunil. Meindl, Peter. 2004. SCM Strategy, Planning, and Operation. 2nd Edition. Prentice Hall.

Ellesmare, Steve. 1995. Distribution and Logistic : Transforming the Supply Chain Management. Prime Marketing Publication.

Indrajit dan Permono, 2005. Manajemen Manufaktur. Penerbit Pustaka Fahima : Yogyakarta.

Porter, M.E., 1985. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance, New York: The Free Press.

Page 9: Tehbotol1

47  

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Penerbit Guna Widya : Surabaya.

Rivera, Reynaldo., Ertel, Jurgen. 2008. Reverse logistics network design for the collection of End-of-Life Vehicles in Mexico. European Journal of Operational Research 196 : 930–939

Rogers, D. S., and Tibben-Lembke, R., 1999. Going Backwards: Reverse Logistics Trends and Practices, Reverse Logistics Executive Council, University of Nevada, Reno Center for Logistics Management.