telaga bahasa volume 6 no. 2 desember 2018 halaman 595
TRANSCRIPT
595
TELAGA BAHASA
Volume 6 No. 2 Desember 2018 Halaman 595--610
BENTUK DAN MAKSUD TUTURAN DEKLARATIF MITRA TUTUR
DALAM BAHASA BANJAR
(The Form and Meaning of Declarative Speech of Speech Partner in Banjarese)
Rissari Yayuk
Balai Bahasa Kalimantan Selatan
Jl. A. Yani. Km. 32,2 Banjarbaru
Abstrak Tuturan dalam komunikasi lisan merupakan kajian yang bisa dianalisis melalui teori
Pragmatik. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan bentuk and maksud tuturan deklaratif
mitra tutur dalam Bahasa Banjar. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik
pengambilan data dengan cara rekam dan dokumentasi. Peneliti merekam dan mencatat hasil
tuturan lisan yang ada di lapangan. Teknik analisis data adalah baca-simak. Langkah kerja
analisis data adalah mengumpulkan data, mengidentifikasi dan mengklasifikasi, menganalisis
dan menyajikan data. Waktu pengambilan data pada bulan Juni 2017 sampai dengan Januari
2018. Lokasi pengambilan data di Banjarmasin, Banjarbaru, dan Martapura, Provinsi
Kalimantan Selatan. Berdasarkan hasil analisis data tentang bentuk dan maksud tuturan
deklaratif mitra tutur dalam bahasa Banjar dapat disimpulkan bahwa Bentuk kalimat
deklaratif terdiri atas kalimat bersusunan invers, berdiatesis aktif, dan berdiatesis pasif.
Maksud tuturan deklaratif dalam bahasa Banjar meliputi menyatakan fakta, opini, prediksi,
janji, perintah, dan permohonan.
Kata kunci: tuturan, deklaratif, bahasa Banjar
Abstract Speech in oral communication can be analyzed using pragmatic theory. The objectives of this
study is to describe the form and the meaning of declarative speech in Banjarese. This is a
qualitative descriptive research. The data collection were used recording and documentation
techniques. The researcher recorded and take noted the oral speeches found in the field. The
data analysis applied observation technique. The steps of data analysis are collecting,
identifying and classifying, analyzing and presenting the data. The data was taken from June
2017 to January 2018 in Banjarmasin, Banjarbaru, and Martapura, South Kalimantan
Province. Based on the data analysis on the form and meaning of declarative speech of the
speech partners in Banjar language, it can be concluded that the form of a declarative
sentences consist of inversed, active diathesis, and passive diathesis sentences. The meaning
of declarative speeches in Banjar Language included a statement of facts, opinions,
predictions, promises, orders, and requests.
Keywords: speech, declarative, Banjarese
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
596
PENDAHULUAN
Tindak tutur atau speech act
merupakan suatu tindakan yang
diungkapkan melalui bahasa yang disertai
dengan gerak dan sikap anggota badan
untuk mendukung maksud pembicara.
Tindak tutur ditentukan oleh adanya
beberapa aspek situasi ujar, antara lain (1)
yang menyapa (penutur) dan yang disapa
(petutur); (2) latar belakang; (3) tujuan
sebuah tuturan; (4) bentuk tindak
kegiatan; (5) produk tindak verbal. (
Leech dalam Jumadi , 2006:115). Yule
(dalam Jumadi, 2005: 82) menyatakan
bahwa ”Tindak tutur merupakan tindakan-
tindakan yang ditampilkan lewat tuturan,
misalnya usaha seseorang dalam
mengungkapkan diri mereka. Mereka
tidak hanya menghasilkan tuturan yang
mengandung kata-kata saja, tetapi mereka
memperlihatkan tindakan-tindakan
melalui tuturan itu”. Maksudnya sudah
jelas bahwa jika seseorang ingin
mengungkapkan sesuatu, ia akan
menunjukkannya melalui tindakan yang
disampaikan dengan ujaran.
Zamzani (2007: 54) menyatakan
bahwa tindak tutur merupakan kegiatan
berbicar dalam suatu bahasa. Dengan kata
lain bagaimana seseorang melakukan
sesuatu dengan bahasa. Wujud tindak
berbahasa itu tidak lain berupa tuturan,
yang dalam sintaksis disebut kalimat.Chaer
dan Agustina (2010:64) lebih
mengkhususkan tindak tutur sebagai gejala
individual, bersifat psikologis, dan
keberlangsunganya ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu.
Tuturan yang diungkapkan dalam
tindak tutur beragam bentuk, makna, dan
maksudnya. Hal ini bergantung pada
konteks yang terjadi kala tuturan tersebut
diujarkan. Salah satu bentuk tuturan adalah
berwujud kalimat deklaratif. Muslich
(2010:140) menyatakan kalimat deklaratif
adalah kalimat yang isinya
memberitahukan sesuatu kepada pembaca
dan pendengar.Dalam ragam tulis kalimat
ini diakhiri titik. Dalam ragam lisan
kalimat ini diakhir nada suara berakhir
dengan turun.
Rahardi (2005:76-87) menyatakan
kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia
dapat bermacam-macam bentuknya.
Namun pada dasarnya secara formal
memiliki makna sama memberitahukan
sesuatu. Kalimat deklaratif ini memiliki
realisasi maksud dengan makna pragmatik
yang bermacam-macam bergantung
konteks situasi tutur yang
melatarbelakanginya.
Bahasa Banjar yang dituturkan oleh
masyarakat Banjar di Provinsi Kalimantan
Selatan, tentu sering melakukan
komunikasi dengan salah satu bentuk
kalimat ujarnya yaitu deklaratif. Meskipun
sama-sama menggunakan tuturan
Risarri Yayuk: Bentuk dan Maksud Tuturan Deklaratif Mitra Tutur dalam Bahasa Banjar
597
deklaratif, pasti memiliki perbedaan
dengan bahasa Indonesia karena berasal
dari bahasa daerah Banjar. Berdasarkan hal
ini, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
dalam lagi tentang tuturan yang berbentuk
kalimat deklaratif dalam bahasa Banjar.
Dasar teori dalam penelitian ini adalah
pragmatik. Tarigan dalam Suryatin,
(2016: 27) menyatakan bahwa pragmatik
adalah suatu telaah maknadalam
hubungannya dengan aneka situasi ujaran.
Pragmatik diperlukan dalammenganalisis
makna yang dipertuturkan oleh penutur
disesuaikan dengan situasiujar.
Kridalaksana (2008: 177) juga menyatakan
bahwa pragmatik (pragmatics) adalah ilmu
yang menyelidiki tindak tutur berdasarkan
konteksnya dan maknanya.
Selanjutnya, penelitianyang
berdasarkan teori pragmatik ini mengkaji
tentang 1) Bagaimanakah bentuk tuturan
deklaratif mitra tutur dalam bahasa Banjar
dan 2) Apa saja maksud tuturan deklaratif
mitra tutur dalam bahasa Banjar. Tujuan
penelitian adalah mendeskripsikan 1)
bentuk tuturan deklaratif mitra tutur dalam
Bahasa Banjar.2) maksud tuturan
deklaratif mitra tutur dalam Bahasa Banjar.
Kajian tentang tindak tutur pernah
dilakukan oleh Junaidi (2017) dengan
judul Sopan Santun, Tindak Tutur, dan
Wacana dalam Komuikasi Sasak.Junaidi
menemukan penggunaan strategi positif
dan negatif sebagai upaya dalam menjaga
kesantunan berbahasa pada masyarakat
Sasak. Astuti (2016) dengan judul
“Komunikasi Antartokoh dalam Komik
Crayon Sinchan: Pelanggaran Prinsip
Kerja Sama dan Prinsip Sopan Santun.”
Hasil penelitian Astuti adalah terdapat
beragam tuturan dan maksim pragmatik
yang dilanggar oleh tokoh kartun Sinchan.
Suryatin (2016) dengan judul Analisis
Tindak Tutur pada Baliho Kampanye
Calon Legislatif Pemilu Tahun 2009 di
Kalimantan Selatan. Hasil penelitian
Suryatin menyatakan penggunaan tindak
tutur perlokusi dan ilokusi dengan bentuk
kalimat perintah dan deklaratif. Ketiga
penelitian ini memiliki objek dan
permasalah yang berbeda dengan peneliti
lakukan meskipun menggunakan dasar
teori yang sama yaitu pragmatik.
TEORI
Kalimat deklaratif dalam bahasa
Indonesia mengandung maksud
memberitakan sesuatu kepada mitra
tutur.Sesuatu yang diberitakan kepada
mitra tutur itu, lazimnya merupakan
pengungkapan suatu peristiwa atau suatu
kejadian (Rahardi, 2006:75). Kalimat
deklaratif ini dalam tuturan biasanya
berwujud kalimat berita. Chaer (2011:349)
menyatakan bahwa kalimat berita adalah
kalimat yang isinya menyatakan berita atau
pernyataan untuk diketahui oleh orang lain
(pendengar atau pembaca).
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
598
Searle (dalam Sulistyo, 2013:13)
menyatakan deklarasi merupakan kategori
tindak ujar yang sangat khusus. Tim
(2008:284) menyatakan kalimat deklaratif
serinng disebut dengan kalimat berita.
Kalimatnya ini berisi memberitakan
sesuatu kepada pendengar atau pembaca.
Jika suatu saat kita mengetahui ada
kecelakaan lalu lintas dan kemudian
menyampaikan peristiwa itu kepada orang
lain, maka kita memberitakan kejadian itu.
Rahardi (2006: 75) menyatakan
kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia
dapat merupakan tuturan langsung dan
dapat pula tuturan tidak langsung. Bentuk
kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia
terdiri atas kalimat bersusunan invers,
berdiatesis aktif, dan berdiatesis
pasif.Selanjutnya, Rahardi (2006: 76)
menyatakan kalimat deklaratif invers
adalah kalimat dengan susunan terbalik
dengan fungsi predikat diletakkan
mendahului fungsi subjek. Contoh, saya
tidur setelah itu. Kalimat deklaratif aktif
yaitu kalimat tersebut memiliki gramatikal
yang merupakan pelaku.Contoh, Saya
segera menyampaikan berita duka itu
kepada keluarganya yang berada di
Tangerang. Kalimat deklaratif pasif adalah
subjek kalimat merupakan tujuan dari
perbuatan tertentu. Contoh, kemarin siang
ada mobil Daihatsu Charade dihancurkan
peserta kampanye di jalan Kyai Bojo.
Sementara itu, KBBI (2007: 285)
menyatakan dari segi bentuk kalimat berita
bermacam-macam. Ada yang
memperlihatkan invers, aktif, dan
pasif.Dalam bentuk tulisnya, kalimat berita
diakhiri dengan tanda titik.Dalam bentuk
lisan, nada suara berakhir dengan nada
turun.
KBBI (2008: 608) menyatakan
kalimat inversi adalah kalimat dengan
susunan predikat mendahului subjek;
kalimat susun balik. Kalimat aktif adalah
kalimat yang subjeknya melakukan
perbuatan dengan predikat verbal.Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya
merupakan tujuan dari perbuatan predikat
verbalnya.
Berdasarkan konteks pragmatik,
setiap kalimat yang diujarkan dalam
komunikasi memiliki maksud atau tujuan,
termasuk kalimat deklaratif. KBBI (2008:
865) maksud diartikan sebagai (1) yang
dikehendaki atau tujuan, (2) niat atau
kehendak, (3) makna dari suatu perbuatan,
perkataan, peristiwa. Baryadi (2012:17)
menyatakan bahwa maksud adalah hal
yang dikehendaki, niat, atau tujuan seorang
penutur berkomunikasi dengan mitra tutur.
Maksud bersangkutan dengan tiga ranah
batin seorang penutur, yaitu pikiran,
perasaan, dan kehendak yang menggerakan
untuk melakukan komunikasi dengan mitra
tutur. Tim (2008: 624) menyatakan bahwa
Risarri Yayuk: Bentuk dan Maksud Tuturan Deklaratif Mitra Tutur dalam Bahasa Banjar
599
tujuan diartikan arah, maksud, haluan,
sasaran.
Berdasarkan pengertian tujuan dan
maksud sebagaimana disebutkan
sebelumnya, dalam penelitian yang
berhubungan dengan tuturan lisan ini,
peneliti menyamakan maksud dengan
tujuan. Secara lebih khusus, berhubungan
dengan maksud sebuah tuturan, Baryadi
(2012: 18) menyatakan maksud bersifat
subjektif dari penutur; merupakan titik
tolak penutur kala melakukan komunikasi
dengan mitra tutur; merupakan sesuatu
yang hendak dikejar dan dipahami oleh
mitra tutur. Maksud berada dibalik konteks
yang mengandung informasi, dan maksud
sangat terikat konteks yang diungkapkan
dan dipahami melalui tuturan yang berada
dalam konteks tertentu.
Maksud sebuah tuturan yang terjadi
dalam sebuah komunikasi antardua orang
atau lebih dalam teori tindak tutur berarti
penutur melakukan tindak lokusioner dan
ilokusioner. Jumanto (2017: 71)
menyatakan dalam bahasa lisan seseorang
berkomunikasi dibarengi dengan prosodi,
tipografi, dan nada tertentu. Penutur
melakukan tindak lokusioner dengan
disertai ekspresi, makna gramatika,
leksikon, semantik, atau aspek fonologis
tertentu. Artinya tindak lokusioner adalah
mengacu kepada definisi dan bahasa
tertentu yang berisi denotasi atau refrensi
atas dunia tertentu. Jumanto (2017:71-72)
melanjutkan, bahwa tindak ilokusi
berkaitan dengan apa yang ada dalam
lokusi atau apa yang dilakukan oleh
penutur dengan lokusi tersebut. Tindak
ilokusi adalah menggunakan tuturan untuk
melakukan sesuatu. Dengan tindak
ilokusioner penutur dapat melakukan
berbagai hal dengan menggunakan
tuturannya, misalnya menyatakan fakta,
menyatakan opini, menolak sesuatu,
membuat prediksi, berjanji, permohonan,
berjanji, mengajak, memerintah, memberi
ijin, memberi nama anak, mengejek,
bersumpah, dan memberi nasihat.
METODE
Selanjutnya jenis penelitian ini
adalah kualitatif deskritif. Hal ini
disebabkan oleh, peneliti mencoba untuk
mencari fakta lapangan dengan dan
dihubungkan ke teori, atau induktif.
Djajasudarma (2010: 14) mengungkapkan,
kajian data yang diperoleh secara induktif
adalah kajian data yang dikaji dari fakta
(data) ke teori. Mahsun (2005: 257)
menyatakan analisis kualitatif fokusnya
pada makna, deskripsi, penjernihan, dan
penempatan data pada konteksnya masing-
masing dan sering kali melukiskannya
dalam bentuk kata-kata daripada angka-
angka. Sementara itu menurut Hamidi
dalam Firman (2016: 62) menyatakan
penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang bertujuan untuk
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
600
menyajikan secara sangat teliti tentang
karakteristik yang sangat luas dari
populasi.
Teknik pengambilan data dengan
cara rekam dan dokumentasi. Peneliti
merekam dan mencatat hasil tuturan lisan
yang ada di lapangan. Teknik analisis data
adalah baca-simak. Langkah kerja analisis
data adalah pengumpulan data,
mengidentifikasi dan mengklasifikasi,
menganalisis dan menyajikan data. Waktu
pengambilan data pada bulan Juni 2017
sampai dengan Januari 2018. Lokasi
pengambilan data di Banjarmasin,
Banjarbaru, dan Martapura, Provinsi
Kalimantan Selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan tiga bentuk tuturan deklaratif
dalam bahasa Banjar dan 6 (enam) maksud
tuturan.Berikut paparannya.
Bentuk Tuturan Deklaratif Bahasa
Banjar
a. Bentuk Tuturan Deklaratif Inversi
Bahasa Banjar
Data [1]
P: Apa jar ikam, sampai ading manangis kaya ini?
“Apa yang dikatakan kamu, sampai adik
menangis seperti ini?”
MT: Jar ulun, ditinggalakan nam ading ulih uma
“Kata saya, ditinggalkan ya adik oleh Ibu”
Data [1] terjadi antara dua orang,
penutur adalah ibu, mitra tutur adalah
seorang anak perempuan tertuanya yang
berusia sekitar sepuluh tahunan. Kala itu
sang ibu baru saja mau berangkat ke pasar.
Namun belum sampai di halaman rumah,
dia mendengar anaknya yang paling kecil
menangis keras, sambil memanggil-
manggilnya supaya jangan pergi.
Penutur langsung kembali ke dalam
rumah. Dia melihat anak perempuannya
sedang tertawa terkekeh sambil mencoba
menenangkan adiknya. Penutur lalu
bertanya kepada mitra tutur, Apa jar ikam
sampai ading manangis kaya ini? Apa
yang dikatakan kamu, sampai adik
menangis seperti ini? Mitra tutur
menjawab Jar ulun, ditinggalakan nam
ading ulih uma, Kata saya, ditinggalkan ya
adik oleh Ibu.
Data [1] memiliki bentuk kalimat
deklaratif yang inversi dengan jenis tidak
langsung. Hal ini dapat dilihat pada
kalimat tutur Jar ulun, ditinggalkan nam
ading ulih uma “Kata saya, ditinggalakan
ya adik oleh Ibu. Kata ditinggalkan
merupakan predikat yang mendahului
subjek ibu dan objek adik. Kalimat ini
tidak tersusun dari subjek, predikat, dan
objek. Akan tetapi, dari predikat, objek,
dan subjek. Kalimat yang susunannya
terbalik dari kebiasaan ini disebut kalimat
inversi.
Berdasarkan jenis kalimat, data [1]
ini termasuk deklaratif tidak langsung.
Mitra tutur memberi informasi kembali
Risarri Yayuk: Bentuk dan Maksud Tuturan Deklaratif Mitra Tutur dalam Bahasa Banjar
601
tentang apa yang dituturkannya kepada si
adik sehingga menangis. Mitra tutur dalam
konteks ini tidak langsung bertutur kepada
adiknya, akan tetapi bertutur kepada
ibunya yang bertanya tentang apa yang
telah dikatakan mitra tutur kepada adiknya
hingga menangis.
Data [2]
P: Han kalu, napa jarku, bangun sungsungi,
mandi lakasi, makan hancapi, nyaman tulak
kada tagasa-gasa
“Nah iya kan, apa kataku, bangun pagi-
pagi, mamdi cepat, makan cepat, biar tulak
tidak tergesa-gesa”
MT: Sadang satiap baisukan bamamai acil nih
lawan diaku. Pasti isuk kaya itu pulang si
acil nih.
“Pas tiap pagi marah-marah bibi ini kepada
aku. Pasti besok seperti ini si bibi ini”.
Data [1] terjadi antara seorang bibi
(P) dengan keponakannya. (MT) di dalam
ruang makan. Penutur sedang marah-
marah kepada keponakannya yang
menurutnya selalu bangun kesiangan,
makan terlalu lambat, sehingga berangkat
sekolah selalu tergesa-gesa.Penutur sangat
jengkel akan kelakuan si keponakan,
penutur pun akhirnya menumpahkan
kemarahannya pagi itu.
Mendengar apa yang dituturkan
oleh penutur, mitra tutur sepertinya tidak
terima. Dia lalu sambil cemberut
memandang wajah penutur sambil berkata
Sadang satiap baisukan bamamai acil nih
lawan diaku. Pasti isuk kaya itu pulang si
acil nih. “Pas tiap pagi marah-marah bibi
ini kepada aku, pasti besok seperti ini si
bibi ini”. Telihat mitra tutur juga sangat
jengkel karena menerima kemarahan
bibinya tersebut hampir di tiap pagi kala
akan berangkat sekolah.
Data [2] itu merupakan bentuk
kalimat deklaratif inversi. Kalimat ini
digunakan secara langsung oleh mitra tutur
kepada penutur. Mitra tutur secara ketus
langsung mengatakan bahwa penutur pasti
di tiap pagi memarahinya dengan hal sama.
Susunan kalimat ini terdiri atas sadang
satiap baisukan merupakan keterangan,
bamamai adalah predikat, dan acil adalah
subjek, lawan diaku adalah objek, pasti
kaya itu pulang adalah keterangan, si acil
nih merupakan subjek.
Dengan demikian, sebagaimana
data [2], data [1] juga tidak memiliki
susunan fungsi kalimat yang berurutan.
Oleh karena itu, kalimat ini termasuk
kalimat deklaratif inversi dengan jenis
kalimat tuturan langsung. Rahardi (2006:
75--76) menyatakan kalimat deklaratif
invers adalah kalimat dengan susunan
terbalik dengan fungsi predikat diletakkan
mendahului fungsi subjek.Kalimat
deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat
merupakan tuturan langsung Tim
(2008:608) menyatakan kalimat inversi
adalah kalimat dengan susunan predikat
mendahului subjek; kalimat susun balik.
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
602
Bentuk Tuturan Deklaratif Aktif
Bahasa Banjar
Data [3]
P: Piyan jangan kada manjingungi ulun lagilah,
sadih banar di asrama
nih rasanya, kadada nang mahimungi
“Anda jangan tidak menengok saya lagi ya, sedih
sekali di asrama ini rasanya, tidak ada yang
menyenangkan”
MT: Ayuja aku manjinguki
ikam pasti rancak-rancak
“Iya aku menengok kamu
pasti sering-sering”
Konteks yang terjadi pada data [3]
terjadi antara seorang anak dengan seorang
ibu di dalam salah satu kamar asrama di
sekolah. Saat itu seorang anak (penutur)
ditengok oleh ibunya (MT). Penutur saat
akan ditinggal sang ibu, dia menangis
sambil berujar Piyan jangan kada
manjingungi ulun lagilah, sadih banar di
asrama nih rasanya, kadada nang
mahimungi “Anda jangan tidak menengok
saya lagi ya, sedih sekali di asrama ini
rasanya, tidak ada yang menyenangkan”.
Mendengar perkataan penutur, mitra tutur
pun berujar Ayuja aku manjinguki ikam
pasti rancak-rancak “Iya aku menengok
kamu pasti sering-sering”.
Kalimat mitra tutur pada data [3]
berjenis langsung. Penutur langsung
menyatakan keinginannya untuk
memenuhi harapan penutur.Mitra tutur
akan sering menjenguk penutur.
Kalimat tuturan yang diujarkan
mitra tutur merupakan kalimat deklaratif
aktif. Kalimat ini memiliki subjek yang
berfungsi sebagai pelaku yang melakukan
sesuatu kepada mitra tutur. Pelaku dalam
kalimat ini adalah mitra tutur (ibu).Mitra
tutur akan melakukan aktivitas menjenguk
kepada objek (penutur).
Data [4]
P: Apa nang ikam bawakan gasan aku matan
banua?
“Apa yang kamu bawakan untuk aku dari
kampung?”
MT: Aku handak mambawaakan ikam buah
durian, tapi kalu kabauan jadi langsatai
nah”.
“Aku handak membawakan kamu buah durian,
tetapi kalau-kalau beraroma, jadi langsat
nah”.
Data [4] terjadi antara dua orang
teman.Saat itu penutur dikunjungi oleh
temannya dari kampung halaman mereka.
Terlihat mitra tutur membawa sebuah
keranjang penuh yang terikat tali
rapia.Penutur menjadi penasaran, hingga
terjadilah tuturan sebagaimana data [4] di
kamar penutur. Apa nang ikam bawakan
gasan aku matan banua? “Apa yang kamu
bawakan untuk aku dari kampung?”
Data [4] ini merupakan tuturan
yang memiliki kalimat deklaratif aktif
dengan jenis langsung. Kalimat mitra tutur
ini dituturkan langsung kepada penutur.
Mitra tutur langsung menjawab dengan
Risarri Yayuk: Bentuk dan Maksud Tuturan Deklaratif Mitra Tutur dalam Bahasa Banjar
603
jelas rasa penasaran penutur tentang oleh-
oleh yang dibawanya dari kampung
mereka.
Ujaran mitra tutur yang terdapat
pada data [4] ini memiliki kata aku sebagai
subjek dengan predikat verbal hendak
membawakan dan objeknya adalah kamu.
Aku handak mambawaakan ikam buah
durian, tapi kalu kabauan jadi langsatai
nah” “Aku handak membawakan kamu
buah durian, tetapi kalau-kalau beraroma ,
jadi langsat nah”. Kata membawakan
memili fungsi predikat verbal dengan
subjek pelaku yang melakukan perbuatan
membawa.
Dengan demikian, sebagaimana
data [3], data [4] merupakan salah satu
wujud tuturan deklaratif yang
dikemukakan mitra tutur secara langsung
kepada penutur.Bentuk kalimat kedua data
adalah bentuk kalimat deklaratif aktif.
Rahardi (2006:76) menyatakan kalimat
deklaratif aktif yaitu kalimat tersebut
memiliki gramatikal yang merupakan
pelaku. Tim (2008:608) menyatakan
Kalimat aktif adalah kalimat yang
subjeknya melakukan perbuatan dengan
predikat verbal.
Bentuk Tuturan Deklaratif Pasif Bahasa
Banjar
Data [5]
P: Baapa lagi nih?.
“Apa lagi yang dikerjakan?”
MT: Tubakan ngini amun hakun
kita dalami lagi
“Galian ini kalau mau kita
perdalam lagi.”
Data [5] terjadi di halaman
belakang rumah antara dua saudara.
Mereka berdua sedang menggali sumur
untuk keperluan rumah. Kala itu musim
kemarau, sehingga kalau akan membuat
sumur harus dalam sekali.Sumur yang
memiliki kedalaman tertentu, maka akan
mengeluarkan air yang banyak dan bisa
leluasa menampung air hujan jika
mendadak turun hujan.
Baapa lagi nih? Apa lagi yang
dikerjakan? Tanya penutur kepada mitra
tutur. Penutur kala itu sepertinya sudah
kehabisan nafas. Dia ngos-ngosan sebab
sedari pagi sudah menggali tanah untuk
sumur mereka, namun air yang diharapkan
tidak muncul juga.Sambil beristirahat
siang, penutur pun mengujarkan
pertanyaan sebagaimana terdapat pada data
[5].
Tubakan ngini amun hakun kita
dalami lagi. “Galian ini kalau mau kita
perdalam lagi.” Mitra tutur menjawab apa
yang ditanyakan penutur. Dia menjawab
demikian karena melihat air tidak juga
keluar dari sumur. Harapannya dengan
menggali lebih dalam lagi, sumber air akan
keluar dengan deras.
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
604
Jawaban mitra tutur terdiri atas
kalimat deklaratif pasif. Hal ini disebabkan
ujaran yang dia tuturkan memiliki makna
kata yang berfungsi subjek yaitu galian,
sementara objeknya adalah kita, dan
dalami adalah predikat kerja. Subjeknya
dalam kalimat ini dikenai pekerjaan oleh
objek.
Sementara itu, dilihat dari jenis
kalimat, ujaran mitra tutur termasuk
deklaratif langsung. Mitra tutur langsung
memberi jawaban atas apa yang akan
dilakukan bersama penutur. Mitra tutur
berharap penutur menyetujui apa yang dia
katakan.
Data [6]
P: Kanapa buhan ikam talambat datang
“Kenapa kalian terlambat datang?”
MT: Kami nih kahujanan sunsung.
“Kami ini kehujanan pagi-pagi”.
Konteks ini terjadi dalam sebuah
ruangan guru di salah satu sekolah di Kota
Martapura. Tuturan terjadi antara teman
sesama guru. Saat mereka berdua akan
menuju ruang kelas masing-masing,
terjadilah tuturan sebagaimana data [6]
Penutur menanyakan mengapa
mitra tutur dengan yang lainnya terlambat
datang hari itu, padahal biasanya tidak
demikian. Pertanyaan ini langsung dijawab
oleh mitra tutur bahwa mereka kehujanan
pagi tadi.Mitra tutur membuat kalimat
deklaratif pasif.
Penanda kalimat deklaratif pasif
adalah, terdapat subjek yang dikenai
perbuatan. Subjek dalam kalimat Kami nih
kahujanan sunsung, artinya “Kami ini
kehujanan pagi-pagi” yaitu kami. Kami
dikenai oleh perbuatan yaitu kena hujan.
Hujan telah mengenai subjek, subjek
menderita dalam deklaratif ini.
Dengan demikian, sebagaimana
data [5], data [6] merupakan contoh
deklaratif yang berjenis langsung.Penutur
langsung berkomunikasi dengan mitra
tutur. Mitra tutur dalam kalimat [6]
merupakan subjek yang dikenai perbuatan
predikat. Hal ini sejalan yang dipaparkan
Rahardi bahwa kalimat deklaratif pasif
adalah subjek kalimat merupakan tujuan
dari perbuatan tertentu. Tim memperkuat
dengan pernyataan bahwa kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya merupakan
tujuan dari perbuatan predikat verbalnya.
Maksud Tuturan Deklaratif Bahasa
Banjar
Maksud tuturan deklaratif dalam
bahasa Banjar ini ada 6 (enam).
Keberagaman ini tergantung kepada
maksud mitra tutur dalam membuat
kalimat tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
paparan berikut.
a. Menyatakan Fakta
Kalimat deklaratif yang digunakan
mitra tutur untuk menyampaikan fakta
terdapat pada data [1] dalam ujaran Jar
Risarri Yayuk: Bentuk dan Maksud Tuturan Deklaratif Mitra Tutur dalam Bahasa Banjar
605
ulun, ditinggalakan nam ading ulih uma.
“Kata saya, ditinggalkan ya adik oleh Ibu”.
Kalimat ini berisi pemaparan yang sifatnya
objektif. Mitra tutur mengakui kalau dia
memberitahukan adiknya kalau bakal
ditinggal penutur.
Mitra tutur melakukan kalimat
deklaratif inversi dengan secara jujur
memberitakan kepada penutur bahwa dia
mengatakan sesuatu yang menyebabkan
adiknya menangis. Pengakuannya ini
memang tidak ditujukan secara langsung
kepada adiknya, tetapi tuturan tersebut
untuk penutur. Putrayasa (2012:22)
menyatakan kalimat berita merupakan
pernyataan-pernyataan yang berisi buah
pikiran bersifat objektif dan apa adanya.
Dengan demikian, berdasarkan
makna ilokusi kalimat ini berisi
pemberitahuan tentang ujaran mitra tutur
kepada adiknya yang menyebabkan
adiknya menangis, Secara ilokusi, penutur
memahami fakta apa yang sudah terjadi
menyebabkan anak kecilnya
menangis.Secara ilokusioner juga, mitra
tutur menyatakan fakta sebenarnya.
b. Menyatakan Prediksi
Kalimat deklaratif prediksi terdapat
pada data [2]. Bentuk kalimat ini yaitu
Sadang satiap baisukan bamamai acil nih
lawan diaku. Pasti isuk kaya itu pulang si
acil nih.“Pas tiap pagi marah-marah bibi
ini kepada aku. Pasti besok seperti ini si
bibi ini”. Kalimat ini berisi pernyataan
akan perilaku penutur hari sebelumnya,
hari ini, dan hari akan datang.
Prediksi; ramalan (KBBI, 2008:
1100). Mitra tutur menggunakan kalimat
deklaratif ini secara langsung ditujukan
kepada penutur. Mitra tutur tanpa segan
mengatakan apa yang dia ketahui dan
ramalkan akan perilaku penutur kepadanya
selama ini dan akan datang. Pasti isuk
kaya itu pulang si acil nih. Pasti besok
seperti ini.
Dengan demikian, berdasarkan
makna ilokusinya kalimat ini hanya
memberitahukan kepada penutur tentang
perilaku penutur terhadap mitra
tutur.Secara ilokusi mitra tutur melakukan
tindak ramalan.Tindak ramalan ini
dikemukakan mitra tutur di akhir kalimat
yang bernada rendah tersebut.
c. Menyatakan Berjanji
Kalimat deklaratif berjanji terdapat
pada data [3] Ayuja aku manjinguki ikam
pasti rancak-rancak Iya aku menengok
kamu pasti sering-sering.Mitra tutur
mengatakan akan selalu menengok penutur
sesering mungkin.
Kalimat yang diujarkan mitra tutur
ini, merupakan kalimat deklaratif yang
berjenis langsung kepada penutur dengan
maksud berjanji. Mitra tutur berjanji akan
sering menengok penutur. Janji yang
dibuat mitra tutur merupakan ungkapan
harapannya ke depan akan bisa menengok
penutur. Putrayasa (2012:22) menyatakan
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
606
kalimat berita dapat menyatakan ungkapan
perasaan yang bersifat harapan.
Dengan demikian, kalimat yang
menyatakan berjanji dalam data [3] secara
lokusi adalah pernyataan dari mitra tutur
akan mengunjungi sesering
mungkin.Secara ilokusi adalah mitra tutur
telah melakukan perjanjian dengan
penutur. Hal ini dapat dilihat dalam
kalimat yang secara tidak langsung
mengungkapkan harapan dan
kesanggupannya untuk mengunjungi
penutur kelak. Tim (2008: 566)
menyatakan janji; ucapan yang
menyatakan kesedian; kesanggupan untuk
berbuat sesuatu. Jumanto (2017:72)
menyatakan kalimat berita dapat
digunakan sesuai dengan tindak ilokusi
berjanji.
d. Menyatakan Opini
Kalimat deklaratif yang
menyatakan opini dapat dilihat pada data
Aku hendak mambawaakan ikam buah
durian, tapi kalu kabauan jadi langsatai
nah”. Aku handak membawakan kamu
buah durian, tetapi kalau-kalau beraroma
jadi langsat nah. Data ini memberitahukan
bahwa mitra tutur sebenarnya akan ingin
membawakan durian. Akan tetapi, takut
kalau menimbulkan aroma yang membuat
pusing orang yang menciumnya, maka dia
hanya membawakan buah langsat saja.
Kalimat deklaratif yang diujarkan
mitra tutur adalah memiliki maksud mitra
tutur mengemukakan opininya saja. Rasa
khawatir jika aroma durian yang
menyengat akan mengakibatkan dia dan
orang yang mencium buah tersebut di
sepanjang jalan, menyebabkan dia tidak
membawa durian akan tetapi hanya buah
langsat. Putrayasa (2012:24) menyatakan
bahwa kalimat berita bisa berisi ungkapan
kekhawatiran.
Dengan demikian secara lokusi
kalimat ini memiliki makna ungkapan
perasaan khawatir tentang aroma durian
yang menyengat sehingga dia tidak
membawanya dan digantinya dengan buah
langsat.Namun secara ilokusi kalimat
deklaratif pada data [4] ini berhubungan
dengan opini.Sebab bagi masyarakat
Banjar, buah durian memang baunya
sangat menyengat, dan bagi yang tidak
tahan akan pusing dibuatnya. Kenyataan
ini membuat mitra tutur berpikir bahwa
buah durian sangat mengganggu dia dan
orang sekitar jika dijadikan buah tangan
bagi penutur. Tim (2008:985) menyatakan
opini; pendapat, pikiran, pendirian.
Jumanto (2017:72) menyatakan kalimat
deklaratif dapat digunakan sebagai tindak
ilokusi menyatakan opini.
e. Menyatakan Perintah
Kalimat deklaratif yang
menyatakan perintah dapat dilihat pada
tuturan data [5]. Tubakan ngini amun
hakun kita dalami lagiGalian ini kalau mau
kita perdalam lagi.Kalimat ini menyatakan
Risarri Yayuk: Bentuk dan Maksud Tuturan Deklaratif Mitra Tutur dalam Bahasa Banjar
607
bahwa mitra tutur bersama penutur akan
menggali lebih dalam lagi.
Kalimat [5] dikatakan termasuk
perintah karena mitra tutur secara tidak
langsung memerintahkan penutur untuk
bersama-sama menggali sumur lebih dalam
lagi. Kalimat itu diujarkan mitra tutur
karena sumur belem berair juga, sementara
mereka berdua sudah menggagalinya sejak
pagi. Mitra tutur seakan-akan mengajukan
pilihan kepada penutur untuk mengikuti
apa yang dia katakana atau tidak.
Dengan demikian, secara lokusi
kalimat ini hanya kalimat pernyataan dari
mitra tutur kepada penutur untuk berdua
menggali sumur lebih dalam lagi.Secara
ilokusi merupakan maksud perintah tidak
langsung dari mitra tutur kepada penutur
untuk menggali sumur bersama-sama
dalam rangka memperdalam sumur
mereka. Menurut tim KBBI (2008:1057),
perintah;perkataan yang bermaksud untuk
melakukan
sesuatu;suruhan;komando;aturan dari
pihak atasan.Jumanto (2017:72)
menyatakan kalimat deklaratif dapat
digunakan sebagai tindak ilokusi perintah.
f. Menyatakan Permohonan
Kalimat yang menyatakan
permohonan terdapat pada data [6]. Kami
nih kahujanan sunsung. Kami ini
kehujanan pagi-pagi.Kalimat ini
menyatakan bahwa mereka terlambat
karena kehujanan pagi tadi.
Data [6] secara tidak langsung
mengandung makna permohonan karena
memiliki konteks adanya pertanyaan
penutur yangs seakan-akan tidak terima
mitra tutur dengan yang lainnya terlambat,
sementara dia tidak. Agar ketidakterimaan
penutur tersebut reda, mitra tutur
mengemukakan alasannya.
Alasan yang termuat dalam kalimat
deklaratif mitra tutur ini secara lokusi
hanya berupa pernyataan alasan saja dari
mitra tutur kepada penutur.Secara ilokusi,
mitra tutur berharap penutur agar maklum
akan keadaannya tersebut. Jumanto
(2017:71-72) melanjutkan, bahwa tindak
ilokusi berkaitan dengan apa yang ada
dalam lokusi atau apa yang dilakukan oleh
penutur dengan lokusi tersebut.Tindak
ilokusi adalah menggunakan tuturan untuk
melakukan sesuatu. Dengan tindak
ilokusioner penutur dapat melakukan
berbagai hal dengan menggunakan
tuturannya, seperti permohonan. Tim
(2008:92) menyatakan, mohon; berharap
mendapat sesuatu; meminta.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian tentang bentuk dan maksud
tuturan deklaratif mitra tutur dalam bahasa
Banjar dapat disimpulkan bahwa bentuk
tuturan deklaratif terdiri atas kalimat
bersusunan inver, berdiatesis aktif, dan
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
608
berdiatesis pasif. Kalimat deklaratif invers
adalah kalimat dengan susunan terbalik
dengan fungsi predikat diletakkan
mendahului fungsi subjek. Jar ulun,
ditinggalakan nam ading ulih uma Kata
saya, ditinggalkan ya adik oleh Ibu.
Kalimat deklaratif aktif yaitu kalimat
tersebut memiliki gramatikal yang
merupakan pelaku. Contoh, Saya segera
menyampaikan berita duka itu kepada
keluarganya yang berada di Tangerang.
Kalimat deklaratif pasif adalah subjek
kalimat merupakan tujuan dari perbuatan
tertentu. Contoh, Kami nih kahujanan
sunsung. Kami ini kehujanan pagi-pagi.
Kalimat deklaratif dalam bahasa Banjar
dapat merupakan tuturan langsung dan
dapat pula tuturan tidak langsung.
Maksud tuturan deklaratif dalam
bahasa Banjar meliputi fakta. Kalimat ini
berisi pemaparan yang sifatnya objektif.
Mitra tutur berdasarkan makna ilokusi
kalimat ini berisi pemberitahuan tentang
ujaran mitra tutur kepada penutur.Secara
ilokusioner juga, mitra tutur menyatakan
fakta sebenarnya. Berikutnya, menyatakan
prediksi. Kalimat ini berisi pernyataan
tentang hal yang akan datang. Makna
ilokusinya, kalimat ini hanya
memberitahukan kepada penutur tentang
ramalan yang akan terjadi nanti. Lalu,
Menyatakan berjanji. Kalimat yang
diujarkan mitra tutur ini, merupakan
kalimat deklaratif yang berjenis langsung
kepada penutur dengan maksud berjanji.
Mitra tutur berjanji akan sering menengok
penutur. Untuk menyatakan opini, kalimat
deklaratif yang diujarkan mitra tutur
adalah memiliki maksud mitra tutur
mengemukakan opininya saja. Menyatakan
Perintah, kalimat deklaratif yang
menyatakan perintah. Secara ilokusi
merupakan maksud perintah tidak
langsung dari mitra tutur kepada penutur.
Terakhir, menyatakan permohonan.
Kalimat deklaratif ini secara tidak
langsung mengemukakan permohonan
kepada penutur tentang apa yang terjadi
pada mitra tutur.
Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
salah satu bahan pembelajaran dalam
muatan lokal bahasa Banjar, khususnya
yang berkaitan dengan deklaratif. Bagi
peneliti lainnya dapat meneliti bahasa
Banjar dari tuturan yang berbentuk kalimat
pertanyaan dan perintah.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Wiwiek Dwi. 2016. “Komunikasi
Antarokoh dalam Komik Crayon
Sinchan: Pelanggaran Prinsip
Kerja sama dan Prinsip Sopan
Santun. Dalam Jurnal Bebasan.
Vol.3 No.2. Desember.
Hlm.160--169. Banten: Kantor
Bahasa Banten.
Baryadi. I. Praptomo. 2012. Bahasa,
Kekuasaan, dan Kekerasan.
Risarri Yayuk: Bentuk dan Maksud Tuturan Deklaratif Mitra Tutur dalam Bahasa Banjar
609
Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Chaer, Abdul dan Agustina. 2010.
Sosiolinguistik: Perkenalan
Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Metode
Linguistik. Bandung: Refika
Aditama.
Firman, A.D. 2016. “Estetika Bahasa
dalam Tradisi Pappaseng
Masyarakat Bugis: Kajian
Stilistika. Dalam Jurnal Telaga
Bahasa. Vol.4. No.1. Juni. Hlm.
55--82. Gorontalo: Balai Bahasa
Gorontalo.
Jumadi.2006. Representasi Kekuasaan.
Jakarta. Pusat Bahasa.
Junaidi. 2017. “Sopan Santun, Tindak
Tutur, dan Wacana dalam
Komuikasi Sasak.” Dalam
jurnal Mabasan. Vol. 11. No.1
Juni. Hlm. 1--18. Mataram:
Balai Bahasa Nusa Tenggara
Barat.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Mahsun, M.S. 2005.Metode Penelitian
Bahasa.Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Muslich, Masnur. 2010. GGB Tata Bahas
Baku Bahasa Indonesia.
Malang: Refika Aditama.
Putrayasa, Ida Bagus.2012. Jenis Kalimat
dalam Bahasa Indonesia.
Bandung: Refika Aditama.
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik.
Jakarta: Erlangga.
Sulistyono, Edy Tri. 2013.Pragmatik.
Surakarta: UNS Press.
Suryatin, Eka. 2016. “Analisis Tindak
Tutur Kampanye Calon
Legislatif Pemilu tahun 2009 di
Kalimantan Selatan.” Dalam
Jurnal Undas. Vol.12. No.1
Juni. Hlm.27--34. Banjarbaru:
Balai Bahasa Kalimantan
Selatan.
Tim.2008. KBBI edisi Keempat. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Yule, George. 1996. Pragmatics.
Terjemahan Jumadi. (2005).
Pragmatik. Banjarmasin:
Universitas Lambung
Mangkurat.
Zamzani. 2007. Sosiopragmatik. Jakarta:
Cipta Pustaka.
Telaga Bahasa Vol 6, No 2, Desember 2018: 595--610
610