teori behaioristik

23
Teori Behavioristik Oleh: Annisa Novitasari (2215143389) Edho Akbar Febriansyah (2215140324) Lioni Nuriza (2215143388) Verina Adita Zahra (2215143390)

Upload: edho1802

Post on 10-Aug-2015

29 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Teori Behavioristik

Oleh:

Annisa Novitasari (2215143389)

Edho Akbar Febriansyah (2215140324)

Lioni Nuriza(2215143388)

Verina Adita Zahra(2215143390)

Pengertian Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang

lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Teori behavioristik merupakan teori yang memacu

kepada tingkah laku siswa sebagai akibat dari adanya interaksi siswa atau pelajar antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya

Input -> Stimulus Output -> Respon Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada

pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Contoh: Seorang guru yang mengajar menggunakan

teori behavioristik, seorang anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya pun telah mengajarkannya dengan tekun, tetapi bila anak tersebut belum memperaktekkan perhitungan perkalian, maka anak tersebut belum bisa dianggap belajar, karena ia belum bisa menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Dari contoh diatas, stimulus adalah apa saja yang diberikan oleh guru kepada siswa. Misalnya, daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa atau pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik

Teori behavioristik memiliki beberapa tokoh yang menganut aliran tersebut, diantaranya adalah, Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, Ivan Pavlov, dan Skinner. Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik diantaranya: Connectionism (koneksionisme) dengan tokohnya

Thorndike. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlov. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Clark Hull. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.

Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara

stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Thorndike dalam eksperimennya menggunakan kucing sebagai hewan percobaan. “Trial and error” atau “selecting and connecting”

Thorndike mengemukakan bahwa terdapat tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan; (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

Law of Effect (hukum akibat). Hukum ini menunjukkan kepada kuat dan lemahnya hubungan

stimulus dan respons, tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Begitu pula dengan belajar, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan nilai atau hasil yang baik.

Law of Exercise (hukum latihan). Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya

hubungan stimulus dan respons. Hubungan atau koneksi antara kondisi dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan. Jadi, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan.

Law of Readiness (hukum kesiapan). Menurut hukum ini, hubungan antara stimulus dan respons akan

mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu, dan belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.

Selanjutnya Thorndike juga menambahkan beberapa hukum tambahan, yaitu:

Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Responses)

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Hukum Sikap (Set/Attitude)

Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dan respon saja, tetapi juga ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.

Hukum Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).

Hukum Respon by Analogy

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan semakin mudah.

Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.

Teori Belajar Menurut Ivan Pavlov Ivan Pavlov menghasilkan teori belajar yang disebut

“classical condition” atau “stimulus subtitution”. Teori penguatan atau “reinforcement” merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Kalau pada pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responnya.

Pavlov dalam eksperimennya menggunakan anjing sebagai hewan percobaan. Makanan (UCS) – Air liur (UCR) Bunyi Bel (UCS) – Gerak telinga (UCR) Makanan dan bunyi bel (CS) – Air liur (CR)

Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Teori Belajar Menurut Skinner

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.

Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.

Reinforcement dan Punishment Reinforcement

Reinforcement Primer

Reinforcement primer memuaskan kebutuhan- kebutuhan dasar manusia, misalnya: makanan, air, keamanan, kemesraan, dan seks. Reinforcement Sekunder

penguatan yang memperoleh nilainya setelah diasosiasikan dengan reinforcement primer atau reinforcement sekunder lainnya yang sudah mantap.

Misalnya, uang baru mempunyai nilai bagi seorang anak bila ia mengetahui bahwa uang itu dapat dipergunakannya untuk membeli makanan. Angka-angka dalam rapor baru mempunyai nilai bagi siswa bila orang tuanya memberikan perhatian dan penilaian, dan pujian orang tua mempunyai nilai sebab pujian itu terasosiasi dengan kasih sayang, kemesraan, dan reinforcement lainnya.

Lanjutannyaa~ Ada tiga kategori dasar reinforcement sekunder, yaitu sosial

(seperti pujian, senyuman, atau perhatian), aktivitas (seperti pemberian mainan, permainan, atau kegiatan-kegiatan yang menyenangkan), dan simbolik (seperti uang, angka, bintang, atau points yang dapat ditukarkan untuk reinforcement lainnya).

Reinforcement dibagi lagi menjadi dua, yaitu Positive dan Negative. Reinforcement Negative merupakan penguatan untuk

memperkuat perilaku atau respon sebagai suatu sikap pelarian dari situasi yang dianggap tidak menyenangkan.

Misalnya, seorang guru dapat membebaskan para siswa dari pekerjaan rumah, jika mereka berbuat baik dalam kelas. Jika pekerjaan rumah dianggap suatu tugas yang kurang menyenangkan, maka bebas dari pekerjaan rumah ini merupakan reinforcement. Reinforcement yang berupa pelarian dari situasi-situasi yang tidak menyenangkan disebut reinforement nagatif.

Punishment~ Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku

disebut hukuman. Patut diperhatikan perbedaan antara reinforcement negatif ( memeperkuat perilaku yang diinginkan dengan menghilangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan) dan hukuman, yang bertujuan mengurangi perilaku dengan menghadapkan konsekuensi konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Para teoriwan perilaku berbeda pendapat mengenai hukuman ini. Ada yang berpendapat, bahwa efek hukuman itu hanya temporer, bahwa hukuman menimbulkan sifat menentang atau agresi. Ada pula teoriwan-teoriwan yang tidak setuju dengan pemberian hukuman. Tetapi, termasuk mereka yang menggunakan hukuman ini, pada umumnya mereka setuju bahwa hukuman itu hendaknya digunakan bila reinforcement telah dicoba dan gagal, dan bahwa hukuman diberikan dalam bentuk selunak mungkin, dan hukuman hendaknya selalu digunakan sebagai bagian dari suatu perencanaan yang teliti, tidak dilakukan karena frustasi.

Beberapa prinsip Skinner dalam belajar, yaitu: Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa

jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang

belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.

Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.

Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.

Dalam pembelajaran digunakan shapping.

Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara

stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis

Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie Guthrie mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemenuhan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark Hull. Guthrie menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap.

Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan perilaku manusia. Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.

Analisis Teori Behavioristik Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,

bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R (Stimulus dan Respons) psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Lanjutannyaa~ Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting

dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu: Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku

sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi

(menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;

Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.

Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Kegiatan Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Tujuan Teori Behavioristik Dalam Kegiatan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menurut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar.

Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Implikasi Teori Belajar Behavioristik Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan

kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pembelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pembelajar.

Kekurangan dan Kelebihan

Kekurangan Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered

learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

Mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.

Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

Lanjutannyaa~ Kelebihan

Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi.

Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian- bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.

Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati dan jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.

Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, rafleks, daya tahan dan sebagainya.

END OF SLIDE