terapi non farmakologi

4
Terapi Non Farmakologi 1. Pengaturan Pola Makan Terapi tanpa obat bagi penderita adalah diet yang seimbang dimana jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit, menjalankan pola hidup yang teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh; mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini; dan pada penderita sirosis hati, mencegah komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan penimbunan lemak dalam hati. Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara keseluruhan karena mbahayakan sistem kardiovaskular. Selain diet yang seimbang, terapi tanpa obat ini harus disertai dengan terapi tanpa obat ini harus disertai dengan terapi non farmakologi lainnya seperti segera beristirahat bila merasa lelah dan menghindari minuman beralkohol (Hidayati, 2013) 2. Terapi Farmakologi dengan Temulawak ( Curcuma xanthorriza ) Hepatitis dapat dicegah dengan menghindari interaksi dengan cairan dari tubuh penderita. Selain itu hepatitis juga dapat diatasi dengan menggunakan herbal. Rimpang temulawak telah teruji klinis mampu mengatasi hepatitis karena sifatnya yang bersifat hepatoprotektor (melindungi hati). Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang memiliki zat berguna seperti kurkumin dan kurkuminoid. Dalam berbagai studi

Upload: gabriella-rosalina

Post on 23-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

farmakalogi

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi Non Farmakologi

Terapi Non Farmakologi

1. Pengaturan Pola Makan

Terapi tanpa obat bagi penderita adalah diet yang seimbang dimana jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit, menjalankan pola hidup yang teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh; mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini; dan pada penderita sirosis hati, mencegah komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan penimbunan lemak dalam hati. Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara keseluruhan karena mbahayakan sistem kardiovaskular. Selain diet yang seimbang, terapi tanpa obat ini harus disertai dengan terapi tanpa obat ini harus disertai dengan terapi non farmakologi lainnya seperti segera beristirahat bila merasa lelah dan menghindari minuman beralkohol (Hidayati, 2013)

2. Terapi Farmakologi dengan Temulawak (Curcuma xanthorriza)

Hepatitis dapat dicegah dengan menghindari interaksi dengan cairan dari tubuh penderita. Selain itu hepatitis juga dapat diatasi dengan menggunakan herbal. Rimpang temulawak telah teruji klinis mampu mengatasi hepatitis karena sifatnya yang bersifat hepatoprotektor (melindungi hati). Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang memiliki zat berguna seperti kurkumin dan kurkuminoid. Dalam berbagai studi dilaporkan bahwa kurkumin memiliki efek antihepatotoksik, antioksidan, menurunkan tingkat kerusakan hati dan detoksifikasi. Selain itu sejumlah laporan menunjukkan, kurkumoid dan kurkumin memiliki aktivitas kemopreventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) melawan kanker (Sari et al, 2008).

Dalam jurnal yang berjudul “Turmeric curcumin inhibits entry of all hepatitis C virus genotypes into human liver cells” dilakukan penelitian yang menguji kemampuan ekstrak temulawak dalam menghambat fase-fase awal perkembangan virus hepatitis C. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa temulawak dapat menghambat pemasukan virus hepatitis C dimana penghambatan ini tidak dipengaruhi oleh genotipe dari virus. Mekanisme penghambatan yang dilakukan oleh zat aktif pada temulawak adalah dengan cara mempengaruhi fluiditas membran sehingga mengganggu proses pengikatan dan peleburan virus ke dalam sel (Anggakusuma et al, 2014).

Page 2: Terapi Non Farmakologi

3. Terapi dengan Buah dan Sayur

Buah-buahan dan sayuran adalah sumber alami yang bagus untuk memperoleh vitamin dan mineral yang penting untuk memelihara kesehatan tubuh. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa buah-buahan dan sayuran melindungi tubuh dari beragam jenis penyakit. Buah-buahan dan sayuran mengandung berbagai jenis vitamin dan mineral yang bagus untuk kesehatan, mulai dari vitamin A (betakaroten), C, magnesium, zinc, fosfor, hingga asam folat. Selain itu, buah-buahan dan sayuran rendah lemak, memiliki kandungan minim garam, sedikit gula, dan sumber yang bagus untuk memperoleh serat pangan. Dalam penelitian lain juga dikatakan bahwa buah-buahan dan sayuran mengandung fitokemikal, komponen biologi aktif yang membantu tubuh dalam melindungi diri dari berbagai jenis penyakit. Dalam penyembuhan penyakit liver, zat-zat tersebut dapat membantu dalam proses perbaikan sel-sel yang mengalami kerusakan sehingga penting bagi penderita untuk secara rutin mengonsumsi buah dan sayur.

4. Terapi non farmakologi penyakit liver dengan pegagan (Centella asiatica)Tanaman obat pegagan (Centella asiatica Linn) sering digunakan penderita hepatitis sebagai terapi alternatif. Pegagan mengandung senyawa yang sangat penting untuk kesembuhan penyakit liver yakni glikosida. Senyawa ini mempunyai khasiat anti lepra sehingga mampu menjadi hepaprotektor atau pelindung sel-sel hati dari kerusakan dan meregenerasi sel hati tersebut secara lebih cepat (Kusuma, 2008).

Adapun dalam penelitian yang dilakukan oleh Vidyaniati et al dalam jurnal yang berjudul “Perlindungan Hepatotoksisitas Ekstrak Metanol Pegagan Dibanding Vitamin E pada Tikus Model Hepatitis” didapatkan bahwa ekstrak pegagan yang diberikan prainduksi dapat mencegah kenaikan kadar SGPT dan luas nekrosis secara bermakna (p ≤0,05), tetapi tidak mencegah kenaikan kadar MDA jaringan hati secara bermakna (p >0,05). Pascainduksi, ekstrak pegagan menurunkan kadar SGPT, MDA jaringan hati, dan luas nekrosis secara bermakna (p ≤0,05). Hasil ini dapat menyimpulkan bahwa ekstrak pegagan dapat digunakan sebagai hepatoprotektor dan membantu dalam proses penyembuhan penyakit liver (Vidyaniati, 2010).

Daftar Pustaka

Hidayati, Balqish. 2013. Terapi Hepatitis A,B,C,D, dan E. Dapat dilihat secara online di http://www.carabadansehat.com/2013/03/terapi-hepatitis-b-c-d-dan-e.html

Sari, Wening. 2008. Care Yourself, Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus

Anggakusuma, et al. 2014. Turmeric curcumin inhibits entry of all hepatitis C virus genotypes into human liver cells. Gut Vol 63(7):1137-49

Kusuma, Wijaya Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Jakarta : Pustaka Bunda

Page 3: Terapi Non Farmakologi

Vidyaniati et al. 2010. Perlindungan Hepatotoksisitas Ekstrak Metanol Pegagan Dibanding Vitamin E pada Tikus Model Hepatitis. Bandung Medical Journal Vol. 42(3):101-7