tgs epid bncnana uas

27
PELAYANAN KESEHATAN DI PENGUNGSIAN Makalah Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Epidemiologi Bencana dan Dampak OLEH : KELOMPOK I 1. FATHINAH RANGGAUNI H 0910331005 2. ANNISA NOVITA SARY 0910332012 3. SYLVIA HASTUTY 0910332038 4. ZHISKA AULIA PUTRI 0910332042 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Padang, 2012

Upload: fitradini

Post on 21-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PELAYANAN KESEHATAN DI PENGUNGSIANMakalahDiajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Epidemiologi Bencana dan Dampak

OLEH :KELOMPOK I1. FATHINAH RANGGAUNI H09103310052. ANNISA NOVITA SARY09103320123. SYLVIA HASTUTY09103320384. ZHISKA AULIA PUTRI0910332042

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALASPadang, 2012

KATA PENGANTARPuji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Epidemiologi Bencana dan Dampak tentang Pelayanan Kesehatan di Pengungsian ini tepat pada waktunya.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:1. Dosen pengampu mata kuliah Epidemiologi Bencana dan Dampak.2. Teman-teman jurusan Epidemiologi angkatan 09 yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini.3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, baik bagi pembaca maupun penulis sendiri.

Padang, Maret 2012Wassalam,

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB1 PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan Penulisan 11.3 Manfaat Penulisan 2

BAB2PELAYANAN KESEHATAN DI PENGUNGSIAN32.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan32.2 Pelayanan Kesehatan di Pengungsian42.3 Program kesehatan teknis52.4 Standar Minimal Pelayanan Kesehatan72.5 Jenis Pelayanan Kesehatan di Pengungsian92.6 Pelayanan Kesehatan Yang Dibutuhkan Oleh Pengungsi92.7 Langkah-langkah Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Pengungsi112.8 Manajemen penanggulangan Maslah Pengungsi122.9 Koordinsi dan Pengorganisasian13

BAB 3 PENUTUP 143.1 Kesimpulan143.2 Saran14DAFTAR PUSTAKA15

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPerlu diketahui bahwa bencana yang diikuti dengan pengungsian menimbulkan masalah kesehatan yang sebenarnya diawali oleh masalah bidang/sektor lain. Timbulnya masalah kesehatan itu berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari perkembangbiakan beberapa jenis penyakit menular dll.Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan awal dari proses terjadinya penurunan derajat kesehatan dalam jangka panjang akan mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhan kebutuhan gizi seseorang. Dalam pengungsian tempat tinggal (shelter) yang ada sering tidak memenuhi syarat kesehatan yang mana secara langsung maupun tidak langsung akanmenurunkan daya tahan tubuh dan bila tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan masalah di bidang kesehatan.Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera diberikan baik saat terjadi dan pasca bencana disertai pengungsian. Untuk itu di dalam penanggulangan masalah kesehatan pada bencana dan pengungsian harus mempunyai suatu pemahaman permasalahan dan penyelesaian secara menyeluruh. Cara berfikir dan bertindak tidak bias lagi secara sektoral, harus terkoordinir secaara baik dengan lintas sektor dan lintas program.Standar minimal dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penganan pengungsi ini merupakan standar yang dipakai di Dunia internasional. Dalam penggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penanganan pengungsi di Indonesia diharapkan juga memakai standar ini dengan memperhatikan hak Asasi Manusia (HAM) yaitu hak hidup, hak mendapatkan pertolongan/bantuan dan hak asasi lainnya. Dalam penerapan pemakaiannya,daerah yang menggunakan standar minimal ini diberi keleluasaan untuk\ melakukan penyesuaian beberapa poin yang diperlukan sesuai kondisi keadaan di lapangan.

1.2. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan ini adalah 1. Memberikan pemahaman tentang studi epidemiologi bencana dan dampak di pengungsian2. Memberikan pemahaman tentang pelayanan kesehatan di pengungsian3. Memberikan pemahaman tentang pengorganisasian dan koordinasi dalam manajemen bencana di pengungsian

1.3. Manfaat PenulisanMemahami dan mengetahui pelayanan kesehatan di daerah pengungsian. Dapat memahami dan mengetahui pelayanan kesehatan yang dibutuhkan di pengungsian. Dapat memahami dan mengetahui koordinasi dan pengorganisasian pelayanan kesehatan di pengungsian.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni :Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan.Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upayaupaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga,bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana sehat, polindes (poliklinik desa), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat atau community development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya peningkatan pendapatan (income generating) dan sebagainya.

2.2. Pelayanan Kesehatan di PengungsianKesiapsiagaan MenghadapiBencanaAda tiga aspek mendasar dalam manajemen bencana, yaitu Respons terhadap bencana Kesiapsiagaan menghadapi bencana Minimisasi (mitigasi) efek bencanaKetiga aspek manajemen bencana tersebut bersesuaian dengan fase-fase dalam Siklus bencana

Tindakan pascabencana meliputi tanggapan atau respons, rehabilitasi, dan rekonstruksi atau pembangunan kembali. Periode rekonstruksi memberikan suatu kesempatan untuk menerapkan program mitigasi bencana sektor kesehatan dan untuk memulai atau menggalakkan program kesiapsiagaan menghadapi bencana.Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap di tempatnya masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan.Kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan suatu aktivitas lintas-sektor yang berkelanjutan. Kegiatan itu membentuk suatu bagian yang tak terpisahkan dalam system nasional yang bertanggung jawab untuk mengembangkan perencanaan dan program pengelolaan bencana.Tugas sistem kesiapsiagaan: Mengevaluasi risiko yang ada pada suatu negara / daerah tertentu terhadap bencana Menjalankan standar dan peraturan Mengatur sistem komunikasi, informasi dan peringatan Menjamin mekanisme koordinasi dan tanggapan Menjalankan langkah-langkah untuk memastikan bahwa sumber daya keuangan dan sumber daya lain yang tersedia untuk meningkatkan kesiapan dan dapat dimobilisasikan saat situasi bencana Mengembangkan program pendidikan masyarakat Mengoordinasi penyampaian informasi pada media massa Mengorganisasi latihan simulasi bencana yang dapat menguji mekanisme respons / tanggapan

2.3. Program kesehatan teknisSaat terjadi bencana, sektor kesehatan bertanggung jawab untuk merawat korban, melakukan surveilans epidemiologi dan pengendalian penyakit, sanitasi dasar dan rekayasa sanitasi, mengawasi pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian dan penampungan sementara, pelatihan, sumber daya dan logistik.Tanggung jawab sektor kesehatan pascabencana praktis mencakup semua aspek operasi normal pra-bencana. Kesiapsiagaan harus ditujukan pada semua kegiatan kesehatan dan sektor lainnya dan tidak bisa dibatasi pada aspek pengelolaan korban massal dan layanan kegawatdaruratan saja.1. Penanganan korbanRencana bencana pra-rumah sakit terfokus pada pencarian dan penyelamatan korban yg memerlukan personil medis spesialis atau peralatannya. Aktivitas lain pra-RS: pertolongan pertama di lokasi bencana, pemberian penanganan segera, dan proses triase (triage).Rencana bencana RS mengacu pada organisasi yang ada di dalam RS yang terfokus pada: pengembangan rencana kedaruratan, pelatihan, informasi, keselamatan pasien dan personil RS, pengungsian, ketersediaan obat dan peralatan medis, dan sistem cadangan untuk komunikasi, listrik, air, dan transportasi.Triage ditujukan untuk cenderung melakukan yang baik untuk jumlah besar. Korban-korban dipilih agar segera bisa ditolong sesuai dengan kebutuhannya. Prioritas harus diberikan kepada korban yang terancam kehidupannya dan yang mempunyai kemungkinan besar untuk bertahan bila segera ditolong.4 Kategori Triage (Singapore) Prioritas I : Korban cedera serius/berat (label merah) dengan problem kehidupan terancam memerlukan perhatian segera. Jangan dipindahkan. Prioritas II : Korban cedera sedang (label kuning) membutuhkan pertolongan cukup segera. Jangan dipindahkan. Prioritas III : Korban ringan (label hijau). Cedera ringan saja. Bisa dipindahkan. Prioritas IV : Korban meninggal (label hitam).2. Identifikasi jenazahIdentifikasi jenazah memerlukan koordinasi dengan bagian kedokteran forensik. Diperlukan pengembangan prosedur identifikasi dan pengawetan jenazah, surat keterangan kematian, dan transportasi3. Surveilans epidemiologi dan pengendalian penyakitTipe bencana menentukan derajat kesakitan dan kematian di suatu populasi. Diperlukan pengembangan dalam hal: daftar potensial penyakit yang terkait dengan tipe bencana, sistem pengumpulan data, program untuk pengendalian vektor, penyakit diare dan masalah gizi. Kecelakaan terkait teknologi memerlukan sistem surveilans khusus.4. Sanitasi dasar dan rekayasa sanitasiMencakup: sistem penyediaan air dan pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah, pengelolaan makanan, pengendalian vektor, dan sanitasi rumah. Pengembangan rencana untuk memastikan bahwa layanan vital tersebut tidak terputus saat bencana5. Manajemen kesehatan di pengungsianPengembangan program kesehatan dasar bagi tempat penampungan sementara, termasuk sistem surveilans dan pengendalian penyakit menular dan sistem surveilans gizi, Imunisasi dasar bagi anak balita, Pendidikan kesehatan dasar bagi penghuni perkampungan sementara6. Pelatihan personil kesehatanMeliputi: Pelatihan khusus dalam pertolongan pertama, metode SAR, higiene masyarakat untuk populasi yang berisiko; Pengembangan kurikulum; Penelitian selama fase bencana untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap perbaikan program pengelolaan bencana atau untuk menandai dampak suatu bencana terhadap kesehatan masyarakat7. Sumber daya dan logistikSektor kesehatan hrs memiliki anggaran untuk aktivitas kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana. Pemeliharaan stok obat, bahan makanan, dll8. Latihan simulasiSimulasi merupakan cara untuk menjaga agar rencana tetap sesuai dengan keadaan, khususnya selama periode panjang saat kondisi kedaruratan tidak terjadi. Teknik simulasi meliputi: Latihan simulasi desktop, menggunakan skenario di atas kertas atau komputer untuk meningkatkan koordinasi dan informasi, serta menguji proses pembuatan keputusan Latihan lapangan, menguji secara nyata pelaksanaan suatu rencana bencana Latihan Drill, dirancang untuk menanamkan keahlian khusus pada pelaksana teknis (SAR, ambulans, damkar)

2.4. Standar Minimal Pelayanan KesehatanA. Pelayanan Kesehatan MasyarakatPelayanan kesehatan masyarakat korban bencana didasarkan pada penilaian situasi awal serta data informasi kesehatan berkelanjutan, berfungsi untuk mencegah pertambahan/menurunkan tingkat mekatian dan jatuhnya korban akibat penyakit melalui pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.Tolok Ukur :1) Puskesmas setempat, Puskesmas Pembantu, Bidang Desa dan Poskesehatan yang ada.2) Bila mungkin, RS Swasta, Balai pengobatan Swasta, LSM Lokal maupunLSM Internasional yang terkait dengan bidang kesehatan bekerja samaserta mengkoordinasikan upayaupaya pelayanan kesehatan bersama.3) Memakai standar pelayanan puskesmas.4) Dalam kasuskasus tertentu rujukan dapat dilakukan melalui systemrujukan yang ada.5) 1 (satu) Pusat Kesehatan pengungsi untuk 20.000 orang.6) 1 (satu) Rumah Sakit untuk 200.000 orang

Dalam keadaan darurat terjadi perubahan angka kematian dari biasanya.Tingkat kematian kasar :Tolok ukur :1) Normal rate 0,3 sampai 0,5/10.000 pddk/hari2) Darurat terkontrol < 1/10.000 pddk/hari3) Darurat kerusakan serius > 1/10.000 pddk/hari4) Darurat tidak terkontrol > 2/10.000 pddk/hari5) Kerusakan berat > 5/10.000 pddk/hari

Tingkat kematian bayi dibawah 5 tahun :Tolok ukur :1) Normal rate 1/10.000 pddk/hari2) Darurat terkontrol < 2/10.000 pddk/hari3) Darurat kerusakan serius > 2/10.000 pddk/hari4) Darurat tidak terkontrol > 4/10.000 pddk/hari

B. Kesehatan ReproduksiKegiatan yang harus dilaksanakan pada kesehatan reproduksi adalah :1. Keluarga Berencana (KB)2. Kesehatan Ibu dan Anak antara lain :a. Pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas.b. Pelayanan pasca keguguran.3. Deteksi Dini dan penanggulangan PMS dan HIV/AIDS4. Kesehatan Reproduksi Remaja

C. Kesehatan JiwaPenanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan di lini lapangan sampai ketingkat rujukan tertinggi, dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kewenangan petugas di setiap jenjang pelayanan.

2.5. Jenis Pelayanan Kesehatan di PengungsianJenis kegiatan pelayanan kesehatan di pengungsian korban bencana berupa pelayanan kesehatan dasar dan kegiatan promosi kesehatan.Pelayanan kesehatan yang diperlukan pengungsi antara lain :1. Pelayanan pengobatan2. Pelayanan imunisasi untuk anak-anak dan kelompok rentan3. Pelayanan kesehatan ibu dan anak berupa :a. Pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, dan pasca keguguranb. Keluarga Berencana (KB)c. Deteksi dini penanggulangan IMS dan HIV AIDSd. Kesehatan reproduksi remaja4. Pelayanan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dan balita5. Pemberantasan penyakit menular dan pengendalian vektor6. Pelayanan kesehatan jiwa7. Pelayanan promosi kesehatan

2.6. Pelayanan Kesehatan Yang Dibutuhkan Oleh Pengungsi meliputi:1. Pelayanan Kesehatan Dasar2. Pelayanan kesehatan jiwa3. Pelayanan promosi kesehatan4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menularPelayanan Kesehatan DasarPelayanan kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi: Pelayanan pengobatan Pelayanan imunisasi Pelayanan kesehatan ibu dan anak Kesehatan Ibu dan Anak (pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan pasca-keguguran). Keluarga berencana (KB) Deteksi dini dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS Kesehatan reproduksi remaja Pelayanan gizi Pemberantasan penyakit menular dan pengendalian vektorBeberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian dan memerlukan tindakan pencegahan karena berpotensi menjadi KLB antara lain: campak, diare, cacar, malaria, varicella, ISPA, tetanus.Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman.Pada pelaksanaan kegiatan surveilans bila menemukan kasus penyakit menular, semua pihak termasuk LSM kemanusiaan di pengungsian harus melaporkan kepada Puskesmas/Pos Yankes di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung jawab pemantauan dan pengendalian.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular Vaksinasi, Sebagai prioritas pada situasi pengungsian, bagi semua anak usia 6 bulan 15 tahun menerima vaksin campak dan vitamin A dengan dosis yang tepat.Masalah umum kesehatan di pengungsian, Beberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian memerlukan tindakan pencegahan. Contoh penyakit tersebut antara lain, diare, cacar, penyakit pernafasan, malaria, meningitis, tuberkulosa, tifoid, cacingan, scabies, xeropthal-mia, anemia, tetanus, hepatitis, IMS/HIV-AIDSManajemen kasus, Semua anak yang terkena penyakit menular selayaknya dirawat agar terhindar dari risiko penularan termasuk kematian.Surveilans, Dilakukan terhadap beberapa penyakit menular dan bila menemukan kasus penyakit menular, semua pihak termasuk LSM kemanusiaan di pengungsian, harus melaporkan kepada Puskesmas dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung jawab pemantauan dan pengendalian. 2.7. Langkah-langkah Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi PengungsiDengan mencermati strategi pelaksanaan surveilans epidemiologi pengungsi, maka dapat dirumuskan suatu model surveilans epidemiologi pengungsi dengan melakukan langkah-langkah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pengungsi (lihat pada tabel). Secara konsep, langkah-langkah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pengungsi adalah berututan seperti pada tabel tersebut diatas, tetapi realisasinya dapat terlaksana bersamaan atau setelah dijalankan ternyata memerlukan perbaikan sistem karena adanya kebutuhan informasi yang baru. Seringkali rancangan surveilans epidemiologi sudah disusun dan bahkan sudah diaplikasikan, tetapi kajian awal baru dapat dilakukan, sehingga perbaikan sistem surveilans harus dilakukan.

Langkah-langkah Penyelenggaraan Kegiatan Surveilans Epidemiologi Pengungsi Membetuk Tim Surveilans Epidemiologi Pengungsi (SEP) Kajian Awal (Initial Assessment) Menyusun rancangan surveilans epidemiologi pengungsi Advokasi dan sosialisasi terus menerus Persiapan SDM dan Sarana Pengumpulan, pengolahan dan analisis data Distribusi informasi dan komunikasi Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan surveilansepidemiologi Referensi dan konsultasi

2.8. Manajemen penanggulangan Maslah PengungsiKedaruratan kompleks selalu menimbulkan pengungsian yang merupakan masalah dan memerlukan perhatian serta penanganan tersendiri. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang warga Negara Indonesia yang meninggalkan tempat tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan atau mental akibat ulah manusia dan bencana alam guna mencari perlindungan maupun kehidupan yang baru Masalah pengungsi bukanlah hal yang mudah untuk diatasi lebih lebih saat negara kita sedang kesulitan ekonomi seperti saat ini. Pengungsi sesuai dengan hak azasi manusia harus mendapatkan fasilitasfasilitas seperti tempat penampungan, makanan, air bersih, sanitasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya yang semua itu merupakan dari pemerintah. Dalam upaya penyelesaian masalah pengungsi meliputi upaya penyelamatan, tanggap darurat dan rehabilitasi.

1. Pada tahap penyelamatan, langkahlangkah yang dilakukan adalah :a. Evakuasi korban baik yang terlibat konflik dengan kekerasan maupun yang hanya kena dampaknya ke tempat yang aman.b. Pengamanan dan pengambilan langkah langkah preventif untuk penyelamatan korban luka, dll.c. Koordinasi dan memobilisasi sumber daya yang ada baik milik Pemerintah maupun masyarakat guna menampung dan menyalurkan bantuan secara darurat.

2. Pada tahap tanggap darurat, langkah langkah yang dilakukan adalah :a. Penilaian awal secara cepat tentang kebutuhan dasar, penyediaan penampungan, imunisasi campak penyediaan makanan dan bahan makanan bergizi terutama bagi kelompok rentan ( bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui kesehatan bagi yang sakit, surveilans penyakit dan pelaporan secara teratur, pemberantasan vektor, pelatihan bagi pengungsi dan koordinasi pelaksanaan.b. Setelah keadaan memungkinkan penilaian dilanjutkan untuk mendapatkan data / informasi untuk pengambilan keputusan penyelesaian masalah pengungsi.

3. Pada tahap rehabilitasi langkahlangkah yang dilakukan adalah :a. Pemulihan kesehatan fisik, mental, dan psikososial yang berupa konseling, pencegahan masalah psikososial dari aspek medis guna menghindari timbulnya psikosomatic dan pencegahan berlanjutnya psiko patologis pasca pengungsi.b. Pemukiman kembali pengungsi dilakukan bagi yang tidak bersedia kembali ke daerah asal yang dilakukan dengan pola konsentrasi dan pola sisipan. Pemukiman kembali disiapkan dengan mengakomodir kepentingan penduduk lokal dan pengungsi serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana pemukiman dan dilaksanakan oleh Dep. Kimpraswil, Depnakertrans, Depdagri yang bekerja sama dengan pemda setempat. Untuk menanggulangi kekurangan tenaga kesehatan bias dilakukan dengan pengiriman tenaga dari provinsi lain atau dari pusat. Untuk menanggulangi kurangnya tenaga kesehatan, dilakukan pengiriman tenaga kesehatan gabungan yang terdiri dari tenaga kesehatan sipil dan TNI/POLRI Untuk logistik baik obat maupun bahan habis pakai diupayakan dengan menggunakan stok yang ada di daerah, menggunakan obat esensial, dan jika memang dirasa kurang dikirimkan dari pusat dengan menggunakan stok nasional selain bantuan dari donor maupu LSM. Untuk bantuan dari LSM maupun organisasi internasional perlu di perhatikan masa kadaluwarsa, kadar zat berkhasiat dan etiketnya. Pelayanan kesehatan dapat dilayani dengan menggunakan dana yang tersedia di unit kesehatan daerah seperti dana operasional maupun dana lain yang ada, apabila sangat mendesak dibantu dari pusat.

2.9. Koordinsi dan PengorganisasianA. Koordinasi dapat diartikan sebagai keselarasan dan kerja sama yang efektif dari organisasiorgafnisasi dalam penanggulangan kedaruratan kompleks. Koordinasi dapat diharapkan menghasilkan dampak maksimal sesuai sumber daya yang ada, pengurangan kesenjangan dan kekurangan dalam pelayanan, pembagian tangggung jawab yang sesuai dan keseragaman perlakuan dan strandar pelayanan yang berlaku. Untuk koordinasi yang efektif pendekatan yang layak, struktur perlu ditempatkan pada tingkat tingkat yang berdeda dan membutuhkan manajemen yang baik serta obyekobyek yang diartikan secara jelas, tanggung jawab dan otoritas. Koordinasi dilakukan secara lintas program dan lintas sektor termasuk TNIPOLRI serta LSM. Koordinasi dimulai dari tahap persiapan (pra bencana) terjadinya bencana dan pasca bencana sertarehabilitasi.

B. Pengorganisasian

1. Di Tingkat PusatSesuai dengan SK Menkes Nomor 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana dan penanganan pengungsi, bahwa dukungan kesehatan pada penanggulangan kedaruratan kompleks di tingkat pusat dikoordinasikan oleh PusatPenanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) Setjen Depkes, untuk memudahkan kelancaran pelaksanaan mobilisasi dan koordinasi pengendalian pelayanan kesehatan karena adanya tugasuntuk : Menerima, mengolah, dan mengevaluasi informsi dari daerah bencana kerusuhan sosial (Dinas Kesehatan Provinsi) dan melaporkannya kepada Menteri Kesehatan melalui Bapak Sekretaris Jenderal dan semua pejabat Eselon I Memantau dan mengirim bantuan jika diperlukan kedaerah bencana kerusuha sosial. Pertukaran informasi dengan instansi dan badan Internasional yang berkaitan dengan bencana (WHO,USAID, JICA,UNHCR, DAN LAINLAIN) Menyimpan dan melaksanakan pemutahiran data mengenai semua aspek sumber daya kesehatan yang dikerahkan. Bila diperlukan dapat membentuk dan mengirim tim kesehatan untuk tugas Rapid Health Assessment dan tindakan yang diperlukan dengan membawa peralatan komunikasi yang ada. Mengadakan kerjasama sektoral, regional, dan internsional sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan Melaksanakan pembinaan dan pelatihan SCM yang terkait di dalam penanggulangan bencana kerusuhan sosial. Dalam situasi kedaruratan, dimana terjadi gangguan pelayanan kesehatan oleh karena keterbatasan logistik serta sarana pendukung lainya,maka tuga PPMK Setjen Depkes adalah Melaksanakan pemantauan, Need Assessment dan mencari alternatif pemecahan masalah.

2. Di Tingkat PropinsiPenanggung jawab pelayanan kesehatan penaggulangan bencana di provinsi adalah Kepala dinas Kesehatan Provinsi dan Direktur Rumah Sakit Provinsi di wilayah. Bila diperlukan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi baik melalui Depkes ataupun langsung dapat meminta bantuan kepada Rumah Sakit yang menjadi rujukannya. PBP yang diketuai oleh Gubernur.

3. Di Tingkat Kabupaten/KotaPenanggung jawab pelayanan kesehatan penanggulangan bencana di Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibantu Direktu Rumah Sakit Kabupaten/Kota Dalam melaksanakan tugas dibawah koodinasi Satlak PBP yang iketuai oleh Bupati/Wali Kota.

BAB 3PENUTUP3.1. KesimpulanPelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upayaupaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga,bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana sehat, polindes (poliklinik desa), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat atau community development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya peningkatan pendapatan (income generating) dan sebagainya.

3.2. SaranKesehatan sangat dibutuhkan sewaktu bencana dan pasca bencana. Begitupun dengan pelayanan kesehatan untuk pengungsian. Seharusnya pelayanan kesehatan ini lebih baik lagi dan koordinasi maupun orgamisasi manajemen pelayanan kesehatan di pengungsian harus lebih dimaksimalkan lagi. Hal ini dikarenakan banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Pan American Health Organization. 2006. Bencana Alam, Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Terjemahan oleh Munaya Fauziah. Jakarta: EGC.http://fadhilhayat.wordpress.com/2010/09/24/kesiapsiagaan-menghadapi-bencana/bocahbancar.files.wordpress.com/2009/01/sistem-pely-kesehatan.ppt