the planners #2 - transportation planning
Embed Size (px)
DESCRIPTION
An electronic portfolio consisted of assignments, paperworks, final project, etc, by the students of Urban and Regional Planning Bandung Institute of Technology, Indonesiag Bandung Institute of Technology, IndonesiaTRANSCRIPT

#2 agustus/2010
Transportation Planning

Pelindung: Tizar M.K. Bijaksana
Pemimpin Redaksi: Ramanditya W.
Penaggung JawabRazak RadityoFerdinand Patrick P.Rera Ayudiani
Desain:Ramanditya Wimbardana
Redaksi dan Editor:Ramanditya W., M. YunusKarim, Fitria Ayu Vidayani Hyra Annisa, Juliandru Yuska C.Tizar M.K. Bijaksana
dari redaksi
courtesy : kaskus.us-posted bykuda hitam
cover depan
powered by:divisi keprofesianHMP Pangripta Loka ITBLabtek XA Gedung Perencanaan Wilayah dan KotaJalan Ganesha No 10 BandungIndonesia
Email: maj[email protected]: www. theplannersmagazine.co.cc
Salam sejahtera, puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan YME karena telah diberikan kesempatan atas terbitnya salah satu Maha Karya dari Divisi keprofesian kepengurusan HMP periode 2010/2011 The Planners vol.2 ini.Di edisi ke-2 ini, core materi yang dibahas adalah transportasi. Alasan kenapa transportasi dipilih menjadi core materi pada edisikedua ini karena transportasi merupakan salah satu permasalahan strategis dari Kota Bandung maupun Negara kita. Pada The Planners edisi ke-2 ini memuat tugas-tugas dari putra-putri terbaik perencanaan wilayah dan kota ITB yang membahas permasalahan-permasalahan transportasi. Selain itu, kami juga mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Besar harapan kami, The Planners dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Indonesia Namun, yang lebih utama adalah The Planners dapat memacu semangat berkarya dari mahasiswa Indonesia untuk berkontribusi dan mengabdi kepada masyarakat demi kehidupan berbangsa yang lebih baik.
Ki-Ka: Ferdi, Julian, Yunus, Vidya, Dityo, Rera, Tizar, Tyo
Ferdinand PatrickKepala Divisi Keprofesian
HMP Pangripta Loka2010-2011
courtesy : ramanditya
cover belakang

3
daftar konten
Transportation Planning
14
Potret26
dari redaksi2 3 daftar konten maroon think4
kata kita
Kriteria Penetapan
Lokasi Shelter TMB
6 kata kita
Telecommuting10
kata kita
Infrastruktur Transportasi Kota
Bandung
Profil Wilayah & Kota
Geliat Perkembangan Moda Travel
di Kota Bandung
21

lintas yang kurang efektif. Peraturan-peraturan lalu lintas seperti kurang dipahami kegunaan dan keberadaannya.
Sebagai contoh permasalahan yang sering timbul adalah kendaraan parkir di tepi jalan utama yang mengganggu aliran kendaraan-kendaraan yang melintas. Tidak ada tindakan tegas yang dilakukan oleh para penegak hukum terkait hal ini. Yang ada justru mereka lebih memilih menunggu dan mencari kesalahan para pengguna jalan agar ditilang.
Kemudian masalah infrastruktur yang tidak cepat ditanggapi oleh Pemerintah Kota Bandung sendiri. Jalan berlubang dan rusak, seharusnya tidak layak untuk dilalui oleh sarana transportasi. Lalu lampu lalu lintas yang sering rusak, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Tiap pukul 19.00 WIB, Lampu lalu-lintas berubah menjadi kuning, padahal pengguna jalan masih padat. Belum lagi posisi lampu lalu lintas yang berjauhan dan jalurnya yang “semrawut”. Tentu saja kita sudahbisa menduga apa yang terjadi di sana. Luas jalan yang tidak sesuai dengan kuantitas kendaraan bermotor, serta kualitas jalan yang cukup memprihatinkan tidak lantas ditanggapi secara cepat oleh pihak-pihak yang berwenang.
Seperti yang kita ketahui bahwa di Bandung sendiri banyak ahli yang mengerti bagaimana memberikan solusi pada permasalahan ini. Namun, ternyata hal itu tak mengurangi kemacetan di kota Bandung. Sebuah produk perencanaan yang ideal harus terbatasi dan tak mampu diimplementasikan dengan baik karena ternyata permasalahan ini bukan hanya permasalahan di satu bagian, yaitu transportasi semata. Tetapi terkait juga di dalamnya permasalahan multiaspek, multiego, serta multisektor. Ya, intinya sampai kapanpun permasalahan ini tak akan pernah selesai jika tidak ada ketegasan dan keterbukaan dalam menerima masukkan, serta realisasi solusi yang nyata untuk menanggulanginya.
andung merupakan salah satu kota yang sangat atraktif di Indonesia saat ini. Hal ini terlihat dari banyaknya Bmasyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri yang
rela berkunjung dan menetap di kota ini entah untuk berbelanja, menikmati keindahan alam disini, atau hanya sekedar mengisi akhir pekan mereka. Keberadaankota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat dan besarnya peluang serta harapan dalam memperbaiki kualitas hidup menjadi faktor penting dalam mendorong masyarakat untuk tinggal disini. Selain itu, keberadaan institusi pendidikan yang terkenal, mall, factory outlet dan distro merupakan faktor pendukung terjadinya fenomena tersebut. Hal ini tentu membawa dampak yang sangat baik bagi kota Bandung, terutama dari segi ekonomi.
Namun, disamping dampak positif yang ada, muncul pula dampak negatif.Yang paling utama adalah permasalahan lalu lintas. Dampak utama yang paling sering bersentuhan dengankehidupan sehari-hari kita tentu saja adalah kemacetan. Macet seringkali menjadi hal yang sangat menjengkelkan. Selain waktu dan tenaga kita terbuang, serta tingkat stres meningkat,muncul pula dampak-dampak psikologis lainnya yang akan sangat mengganggu produktivitas kita dalam menjalani aktivitas kehidupan. Permasalahan ini memang sering dihadapi kota Bandung terutama di jam-jam berangkat dan pulang kerja, serta di akhir pekan, ketika banyak pelancong-pelancong domestik terutama dari Jakarta dan sekitarnya.
Ada beberapa hal yang patut dicermati tentang bagaimana masalah kemacetan ini bisa timbul. Yang utama sebetulnya adalah kesadaran para pengguna jalan yang kurang.Hal ini didukung pula dengan keberadaan peraturan-peraturan lalu
maroon think
Siapa yang Salah?
4Transportation Planning
courtesy:2.bp.blogspot.com
Adityo Sumaryadi (15408032)
Oleh:

Call for Papers
planosphere6trans erationgreen
Seminar Planosphere 6
Tema:
“Transportasi Publik Sebagai Solusi Kemacetan Kota Bandung”
Seminar merupakan salah satu rangkaian acara Planosphere VI yang
akan membawa suatu tema kajian mengenai pentingnya public
transportation di Kota Bandung sebagai solusi dari permasalahan
kemacetan. Seminar ini akan dihadiri oleh Menteri Perhubungan, mantan
Menteri Lingkungan Hidup dan stakeholders yang ahli di bidang
transportasi. Seminar dilaksanakan dengan target pelajar SMA,
mahasiswa di Kota Bandung, dan seluruh masyarakat umum Kota
Bandung.
Dalam seminar ini, mahasiswa di Kota Bandung sebagai insan akademis
diharapkan dapat menuangkan ilmu pengetahuannya dan menjadi salah
satu pembicara dalam seminar ini beserta Menteri Perhubungan dan
seluruh stakeholder terkait. Keterlibatan mahasiswa yang kaya akan ilmu
pengetahuan dan idealisme diharapkan dapat membuka mata
masyarakat Kota Bandung dan pemerintah setempat bagaimana
keadaan transportasi publik dan kecetan yang ada di Bandung.
Dalam mengirimkan essay, terdapat beberapa kriteria sebagai berikut
yang harus dipenuhi:
1. Mahasiswa atau pernah menjadi mahasiswa di salah satu
universitas di Indonesia dengan latar belakang jurusan sesuai
topik seminar
2. Berusia 18-25 tahun
3. Mengirimkan essay sepanjang 3000 kata
4. Topik essay:
a. bagaimana mengoptimalkan public transportation di Kota
Bandung dalam upaya mengurangi kemacetan
b. dampak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat
kemacetan di Kota Bandung dan bagaimana transportasi
publik dapa meminimalisir kerusakan lingkungan
tersebut
5. Merupakan pemikiran sendiri dan tidak mengutip dari karya
orang lain
6. Dikirim via email ke [email protected] paling
lambat tanggal 10 September 2010
7. Apabila essay lolos dalam tahap seleksi yang telah dilakukan
oleh panitia, maka akan dihubungi paling lambat setelah 5
hari kerja untuk kemudian memberikan slide yang akan
dipresentasikan pada saat seminar kepada panitia
Contcat Person:
Heni Herawati (085624142300)
DINAS PERHUBUNGAN JAWA BARAT

6Transportation Planning
sistem kerja berbasis bus yang
berhenti di shelter-shelter tertentu
u n t u k m e n a i k - t u r u n k a n
penumpangnya. Sehingga dalam
operasi TMB tidak dikenal istilah
“ngetem” yang biasanya menjadi salah
satu sumber penyebab timbulnya
kemacetan di jalanan.
TMB yang merupakan salah satu
program Pemerintah Kota Bandung ini,
sangat diharapkan dapat mereformasi
sistem angkutan umum perkotaan
menjadi lebih baik lagi, melalui
manajemen pengelolaan maupun
penyediaan sarana angkutan masalnya
yang sesuai dengan keinginan
masyarakat yaitu aman, nyaman,
mudah, tepat waktu serta bertarif
terjangkau dengan standar pelayanan
yang prima. Akan tetapi, dalam kondisi
e k s i s t i n g n y a , m a s i h t e r d a p a t
kekurangan dari TMB ini baik dari segi
p r a s a r a n a , s a r a n a m a u p u n
inf rast rukturnya . Kekurangan
tersebut mengakibatkan harapan-
harapan yang telah disebutkan tadi
belum dapat terwujud 100%.
Meskipun belum dapat terealisasi
sesuai dengan harapan secara
sempurna, TMB sebenarnya sudah
lebih baik dari pada angkutan umum
lainnya. Adapun kelebihan TMB ini
adalah lebih aman, nyaman, cepat,
bertarif terjangkau, serta memiliki
standar pelayanan yang prima. Hal
tersebut terlihat dari sarana bus yang
digunakan TMB berkondisi baik serta
m e m i l i k i f a s i l i t a s f i s i k d a n
kelengkapan keamanan yang cukup
baik, TMB tidak mengenal adanya
istilah ngetem untuk menunggu
penumpang, dan juga TMB memiliki
tarif yang terjangkau yakni Rp
3.000,00 untuk umum dan Rp
1.500,00 untuk pelajar/mahasiswa.
rans Metro Bandung (TMB)
merupakan sebuah upaya TPemerintah Kota Bandung
d a l a m m e m p e r b a i k i s i s te m
p e l aya n a n a n g ku ta n u m u m
p e r k o t a a n y a n g s e m a k i n
semerawut. Pada awalnya, TMB ini
direncanakan Pemerintah Kota
Bandung untuk melayani lima
koridor. Akan tetapi, sampai saat ini,
baru satu koridor yang bisa
terealisasi, yaitu koridor Selatan
(Cibiru-Cimindi) yang meliputi Jl.
Raya Cibiru, Jl. Soekarno Hatta, Jl.
Holis, Jl. Jend. Soedirman, dan Jl.
Rajawali Barat.
Perbedaan yang mencolok antara
TMB dengan pelayanan angkutan
umum perkotaan lain adalah pada
sistem kerjanya yang menggunakan
courtesy:rockerzgalau.wordpress.com

7
Menurut pemerintah, shelter tersebut
masih berupa shelter sementara.
Shelter sementara itu tersebar di 13
titik sepanjang rute TMB. Shelter-
shelter tersebut nantinya akan diubah
menjadi shelter permanen yang
dilengkapi dengan sistem ticketing,
sesuai dengan standar yang ada.
Dalam menentukan lokasi shelter tidak
bisa ditentukan seenaknya, melainkan
d i b u t u h k a n k a j i a n u n t u k
mengidentifikasi lokasi mana sajakah
yang tepat untuk dijadikan shelter.
Tepat dalam hal ini berarti lokasi shelter
harus disesuaikan dengan dengan
kebutuhan/demand penumpangnya.
Oleh karena itu, dalam menentukan
lokasi shelter tersebut, sebaiknya
di lakukan anal is is karakterist ik
pergerakkan penumpang dan juga
analisis pola tata guna lahan sepanjang
rute yang dilalui. Selain kedua hal
diatas, kita juga harus memperhatikan
kriteria perencanaan dari shelter nya itu
sendiri.
Analisis pola tata guna lahan berguna
untuk mengetahui jumlah aktivitas
atau bangkitan perjalanan dari tiap-
tiap peruntukkan tata guna lahannya.
Biasanya kondisi tata guna lahan di
s u a t u j a l a n i t u t e r d i r i d a r i
p e r s a w a h a n , p e r m u k i m a n ,
perkantoran, perdagangan, ataupun
lahan kosong. Dari jenis kondisi
tersebut, kita dapat mengetahui
bangkitan dan tarikan perjalanan
pada saat ini dan juga dapat
meramalkan kondisinya pada masa
yang akan datang.
Sedangkan dari analisis karakteristik
pergerakan penumpang, informasi
yang dapat diambil adalah mengenai
a lasan/keper luan penumpang
menggunakan sisem transportasi
public tersebut. Apakah alasan
tersebut untuk keperluan sekolah,
bekerja, berkunjung kerumah kerabat
Sedangkan untuk kekurangannya, TMB
b e l u m d i d u k u n g o l e h s i s t e m
infrastruktur yang memadai. Hal ini
terlihat dari tidak adanya jalur khusus
TMB. Sampai sekarang, TMB masih
menggunakan sistem roadsharing.
Sistem roadsharing ini biasanya akan
berpengaruh pada kecepatan dari TMB
dan juga kemacetan.
Apalagi jika mengingat jalanan yang
dilalui TMB adalah jalanan yang rawan
macet. Selain itu, kekurangan dari TMB
yang lain adalah kondisi dari shelter nya
yang belum sesuai dengan standar.
Sampai saat ini, shelter yang ada masih
berupa tenda yang dilengkapi dengan
tempat duduk seadanya. Jika situasi
sedang hujan, halte menjadi becek dan
kondisinya semakin semerawut dengan
banyaknya masyarakat dan pengguna
motor yang berteduh serta angkot-
angkot yang ngetem di sekitar halte.
Sehingga pada saat bus akan berlabuh,
menjadi kesulitan.
courtesy:bandung.detik.com
Transportation Planning

maupun untuk sekedar bermain.
Sebenarnya selain karakteristik
pergerakkan penumpang dan pola tata
guna lahan, masih ada satu aspek lagi
yang harus diperhatikan dalam
menentukan lokasi shelter yaitu
kriteria perencanaan dari shelter nya
i t u s e n d i r i . M e n u r u t G . A .
Goiannopoulos dalam bukunya yaitu
Bus Planning and Operation in Urban
Areas: A Practical Guide, salah satu
kriteria penempatan shelter jarak
antara bus stop dari arah yang
berlawanan minimum 20 meter untuk
jalan yang tidak terpisah antara kedua
arahnya. Syarat yang kedua adalah
sebainya lokasi shelter berada pada
tata guna lahan sekolah atau rumah
s a k i t . D e n g a n b e g i t u d a p a t
diasumsikan pada setiap tempat yang
memiliki interest point disarankan
memiliki sebuah shelter bus.
Setiap tata guna lahan yang memiliki
karakter komersil yang sangat padat
seperti pasar dan pertokoan, sebaiknya
jarak tempat henti bus berdekatan,
yaitu diantara 200-300 m. Hal ini
diperlukan untuk melayani tingginya
demand penumpang dan tingginya
mobilitas di daerah tersebut. Begitu
pula pada tata guna lahan lainnya yang
memiliki tingkat aktivitas dan mobilitas
yang tinggi seperti perkantoran,
permukiman, dan sekolah di kota
diperlukan jarak yang relatif masih
berdekatan, yaitu 300-500 m. Namun
pada kawasan pinggiran perkotaan
dimana aktivitas dan mobilitas
manusia tidak setinggi di pusat kota,
jarak shelter t idak lagi harus
berdekatan. Cukup dengan jarak 500-
1000 m antara shelter mampu
mencukupi pelayanan mobilitas di
kawasan pinggiran.
Dengan demikian, melihat ketentuan
yang ada di atas, dapat dibuat
beberapa kriteria lokasi shelter. Kriteria
yang terpenting adalah memudahkan
penumpang da lam melakukan
perpindahan moda angkutan umum
atau bus serta tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas. Penyediaan
lokasi shelter diarahkan dekat dengan
pusat kegiatan dan permukiman
karena jumlah penumpang pada tata
g u n a l a h a n y a n g b e r p o t e n s i
membangkitkan jumlah penumpang
yang cukup tinggi.
Dari hasil analisis tersebut, pada intinya
diharapkan dapat berfungsi untuk
memberikan informasi dimana sajakah
lokasi yang tepat untuk didirikan
shelter. Informasi-informasi dari
berbagai input itulah yang akan
dielaborasikan dan dioverlaykan. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui beberapa alternatif lokasi yang sesuai untuk didirikan shelter b e r d a s a r k a n k a r a k t e r i s t i k pergerakkan penumpang, fungsi tata guna lahan, dan criteria perencanaan shelter.
Penentuan lokasi shelter ini menjadi sangat penting karena lokasi shelter dapat mempengaruhi pendapatan pemerintah. Dengan perencanaan lokasi shelter yang tepat, maka diharapkan pendapatan pemerintah pun akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan, dengan merencanakan lokasi shelter yang sesuai dengan demand penumpangnya maka diharapkan penumpang dari TMB pun dapat meningkat. (Dityo)
8Transportation Planning
courtesy:bandung.detik.com
Diana Adriyana (15408032)
Courtesy:
Diambil dari tugas kuliah PL 4201 Sistem Informasi Perencanaan

t ep anners
Land Use Planning9
DIVISI KEPROFESIAN
HMP PANGRIPTA LOKA
PELAYANAN SURVEI
KUESIONER MENGGUNUNG?
KAMI SIAP MEMBANTU
Fanni Harlanni (PL 08)
08562154887
POWERED BY:


courtesy:upload.wikimedia.org
diambil dari Tugas Akhir karya:
Fauzan Ahmad (15404061) dengan judul:
Studi Estimasi Penghematan Biaya Transportasi
dari Pelaksanaan Telecommuting
(Studi Kasus Koridor Jalan Asia Afrika, Bandung)
kata kita
Hal yang akan dicari tahu dalam studi ini adalah apakah ada penghematan yang didapatkan oleh individu pekerja di wilayah studi dengan melaksanakan telecommuting jika dibandingkan dengan biaya transportasi yang dikeluarkan.
Penulis mengambil wilayah studinya yaitu di koridor jalan Asia Afrika Bandung. Beberapa alasan yang menyebabkan koridor ini dipilih sebagai wilayah studiantara lain karena Jalan Asia Afrika merupakan k o r i d o r d e n g a n g u n a l a h a n perkantoran dan perusahaan yang berpotensi untuk pengembangan telecommuting; Bandung. Beberapa alasan yang menyebabkan koridor ini dipilih sebagai wilayah studi antara la in karena Jalan Asia Afr ika merupakan koridor dengan guna lahan perkantoran dan perusahaan y a n g b e r p o t e n s i u n t u k pengembangan telecommuting;
Yang kedua dekat dengan alun-alun kota Bandung yang merupakan kawasan pusat kota Bandung yang m e m i l i k i f u n g s i k o m e r s i a l , perdagangan, dan sosial budaya (RTRW Kota Bandung 2013), yang merupakan kawasan dengan tingkat intensitas pergerakan yang tinggi. Yang ketiga memiliki nilai Level Of S e r v i c e j a l a n y a n g r e n d a h , menggambarkan bahwa jalan ini merupakan salah satu lokasi yang
alah satu permasalahan transportasi yang terjadi di Sp e r k o t a a n a d a l a h
p e r m a s a l a h a n k e m a c e t a n . Kemacetan sendiri pada dasarnya disebabkan oleh aglomerasi pergerakan pada waktu dan lokasi yang sama. Tamin (dalam Utami, 2 0 0 6 ) m e n y a t a k a n b a h w a pergerakan bekerja yang mencakup 5 0 - 7 0 % d a r i to ta l j u m l a h pergerakan harian di perkotaan ini m e n i m b u l k a n b e r b a g a i p e r m a s a l a h a n t ra n s p o r t a s i perkotaan.
Di sisi lain, perkembangan teknologi telekomunikasi begitu dirasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan adanya perkembangan teknologi ini, pada beberapa kegiatan masyarakat keberadaan perjalanan bisa digantikan dengan i n t e r a k s i m e l a l u i m e d i a telekomunikasi yang tersedia.
Fenomena yang kemudian muncul d a r i p e n g g u n a a n m e d i a telekomunikasi sebagai pengganti perjalanan adalah telecommuting, yaitu pekerjaan yang dirancang sehingga pekerja menikmati fleksibilitas dalam lokasi dan waktu kerja. Perjalanan pulang pergi antara rumah dan tempat kerja pegawai yang berjarak cukup jauh dapat digantikan dengan jaringan telekomunikasi.
11Transportation PlanningTransportation Planning

pendapatan dan juga waktu
perjalanan.
Karena kedua komponen tidak bisa
digabung dalam perhitungan, maka
komponen BOK dan PTW akan
dipisahkan dalam perhitungannya
dan kemudian dijumlahkan sebagai
estimasi biaya gabungan.
Perkiraan Biaya Transportasi
Masing-masing Moda
c. i= X ± t s N− 1
Di mana :
c. i = confidential interval, yang
merupakan nilai rentang pada
keseluruhan pekerja bidang jasa di
koridor Asia Afrika untuk pengguna
moda mobil/motor/kendaraan
umum
X = nilai rata-rata sampel
t = nilai student t (karena sampel
kecil), dipengaruhi oleh jumlah
sampel
s = standar deviasi sampel
N = jumlah sampel
Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan rumus tersebut,
perkiraan untuk biaya gabungan
transportasi untuk pengguna moda
mobil pada pekerja jasa di koridor
Jalan Asia Afrika yang berpotensi
untuk melakukan telecommuting
berkisar antara Rp. 34.158 hingga
Rp.46.853.
Untuk pengguna moda sepeda
motor, maka perkiraan biaya
gabungannya berkisar antara Rp.
22.779,560 hingga Rp.32.106,980.
Sedangkan perkiraan untuk biaya
gabungan transportasi untuk
pengguna moda kendaraan umum
berkisar antara Rp. 21.592,250 – Rp
33.493,910.biaya gabungannya
berkisar antara Rp 22.799,560
hingga Rp.32.106,980. Sedangkan
perkiraan untuk biaya gabungan
transportasi untuk pengguna moda
kendaraan umum berkisar antara
Rp. 21.592,250 – Rp 33.493,910.
memiliki permasalahan kemacetan di Kota Bandung.
Perkiraan Biaya Transportasi
Perhitungan biaya transportasi
didasarkan kepada perbedaan moda
yang digunakan, sehingga kita bisa
membandingkan nilai perkiraan biaya
untuk telecommuting dengan
pengeluaran biaya transportasi per
moda membandingkan n i la i
p e r k i r a a n b i a y a u n t u k
t e l e c o m m u t i n g d e n g a n
pengeluaran biaya transportasi per
m o d a p e n g e l u a r a n b i a y a
transportasi per moda
U n t u k p e r h i t u n g a n b i a y a
t r a n s p o r t a s i , y a k n i b i a y a
transportasi gabungan, akan
dipengaruhi oleh dua komponen
yakni Komponen Biaya Operasional
Kendaraan (BOK) dan Komponen
Penilaian Terhadap Waktu (PTW).
Komponen BOK dipengaruhi oleh
jenis moda kendaraan, sementara
komponen PTW dipengaruhi oleh
Biaya Operasional Kendaraan (BOK: dibagi berdasarkan moda)
Estimasi Biaya Gabungan pada Populasi
Estimasi PTW pada PopulasiEstimasi BOK pada Populasi
Penilaian terhadap Waktu (PTW)
SKEMA PERHITUNGAN ESTIMASI BIAYA GABUNGAN UNTUK TRANSPORTASI
courtesy:fauzan ahmad,2010
12Transportation Planning

Perkiraan Biaya Untuk Pelaksanaan Telecommuting
Untuk memperkirakan biaya
pelaksanaan telecommuting maka
terlebih dahulu harus diketahui
komponen biaya pelaksanaan
telecommuting. Komponen biaya
pelaksanaan telecommuting, tahap
yang pertama adalah tahap awal
(Start Up), diantaranya pemasangan
perangkat komputer dan koneksi
internet. Tahap kedua adalah
keberjalanan telecommuting (on-
g o i n g ) , d i a n t a r a n y a b i a y a
berlangganan internet, biaya listrik,
dan biaya tempat.
Untuk moda mobi l , dengan
m e l a k u k a n t e l e c o m m u t i n g
diperkirakan ter jadi reduksi
pengeluaran biaya transportasi
harian sebesar Rp 20. 228 hingga Rp
32.923 per hari telecommuting
dilaksanakan. Sementara untuk
moda sepeda motor, dengan
m e l a k u k a n t e l e c o m m u t i n g
diperkirakan ter jadi reduksi
pengeluaran biaya transportasi
har ian ind iv idu sebesar Rp
9.389,560 hingga Rp 18.716,980 per
hari telecommuting dilaksanakan.
Untuk moda kendaraan umum,
dengan melakukan telecommuting
diperkirakan ter jadi reduksi
pengeluaran biaya transportasi
harian individu sebesar Rp.
8.202,250 hingga Rp. 20.103,910
p e r h a r i t e l e c o m m u t i n g
dilaksanakan. (Hyra-Juliandru)
13Transportation PlanningTransportation Planning
Tahapan Telecommuting Biaya yang dikeluarkan
individu (cost)
Nilai biaya/hari
Tahap awal
Pemasangan komputer
Rp 685
Pemasangan internet
Rp 5.104
Tahap keberjalanan telecommuting
Biaya berlangganan internet
Rp 6.500
Biaya listrik
Rp 1.641
Biaya tempat
Dianggap nol (0),
karena dilakukan dari
rumah
Perkiraan total biaya pengeluaran telecommuting/ hari
Rp 13.930
No Jenis Moda Perkiraan Biaya
Gabungan Transportasi
(Rp)
Perkiraan Biaya
Pelaksanaan
Telecommuting (Rp)
Selisih Perbandingan
(Rp)
1
Mobil
34.158-46.853
13.930
20.228 –
32.923
2
Sepeda Motor
22.779,560 –
32.106,980
9.289,560 –
18.716,980
3
Kendaraan Umum
21.592,250 –
33.493,910
8.202,250 –
20.103,910
SKENARIO PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN TELECOMMUTING
courtesy:fauzan ahmad,2010
PERBANDINGAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PERKIRAAN BIAYA PELAKSANAAN TELECOMMUTING
courtesy:fauzan ahmad,2010
courtesy:yahoo.com

INFRASTRUKTUR
TRANSPORTASI
KOTA BANDUNG
courtesy:panoramio.com

15Transportation PlanningTransportation Planning
optimal. Perubahan rencana dalam
sistem infrastruktur transportasi di
sebuah kota akan mempengaruhi aspek
sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh
karena itu, diperlukan suatu pengkajian
terhadap sistem infrastruktur Terminal
Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang
dalam perannya sebagai terminal tipe A
di Kota Bandung.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2010, sistem hirarki terminal terdiri dari 16 terminal yang meliputi 2 terminal tipe A, 3 terminal tipe B, dan 11 terminal tipe C. Berdasarkan tabel Tipe dan Luas Terminal di Kota Bandung yang bersumber dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2009, luas seluruh terminal tipe A dan tipe B tidak memenuhi standar luas lahan dari hasil tinjauan regulasi. Dalam tinjauan regulasi, standar luas lahan terminal
nfrastruktur adalah suatu sistem fasilitas umum, baik yang didanai Ioleh pemerintah, maupun swasta
yang menyediakan pelayanan yang penting dan mendukung pencapaian standar kehidupan (Hudson, et al, 1997). Infrastruktur terbagi menjadi tiga, yaitu infrastruktur sumber daya manusia (personal infrastructure), infrastruktur organisasi (institutional infrastructure) dan infrasturktur fisik ( physical infrastructure). Infrastruktur fisik melingkup berbagai macam fas i l i tas , termasuk sa lah satu d i a n t a r a n y a a d a l a h f a s i l i t a s transportasi, baik darat, laut maupun udara. Ber ikut in i merupakan pembahasan fasilitas transportasi di kota bandung.
Terminal Cicaheum dan Leuwipanjang
Pembangunan terminal di suatu kota
b e r t u j u a n u n t u k m e n u n j a n g
kelancaran mobilitas orang maupun
arus barang dan untuk terlaksananya
keterpaduan intra dan antar moda
secara lancar dan tertib. Terminal
sendiri, dalam menjalankan perannya
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe A,
tipe B, dan tipe C yang memiliki wilayah
cakupan pelayanan yang berbeda-
beda.
Kota Bandung memiliki dua buah
terminal tipe A, yaitu Terminal
Cicaheum, dan Terminal Leuwipanjang.
Saat ini Terminal Cicaheum melayani
pergerakan regional ke arah Timur
sedangkan Terminal Leuwipanjang
melayani pergerakan ke arah Barat.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bandung 2013, pembangunan
terminal tipe A akan diselenggarakan di
WP Gedebage untuk melayani
pergerakan regional ke arah Barat dan
Timur serta pergerakan antar propinsi.
Sistem infrastruktur transportasi yang
memadai sangat diperlukan untuk
mendukung pembangunan kota yang
kata kita
TIPE TERMINAL
KONDISI TERMINAL KOTA BANDUNG
courtesy: observarsi lapangan
courtesy:kuliah perencanaan transportasi dan infrastruktur

Dalam RTRW Kota Bandung tahun 2013, Terminal Cicaheum tidak lagi menjadi terminal yang melayani jasa angkutan umum masyarakat Bandung. Pergerakan intra-regional ke arah timur, antar kota dalam propinsi (AKDP), akan dipindahkan dari Terminal Cicaheum ke Terminal Terpadu Gedebage. Hal ini merupakan peluang bagi pemerintah untuk mengatasi kemacetan di daerah tersebut. Cicaheum adalah salah satu kawasan yang sering mengalami kemacetan terutama pada jam pulang kerja. Dengan dipindahkannya Terminal Cicaheum, kemacetan dapat lebih m u d a h d i a t a s i k a r e n a d a p a t mengurangi volume kendaraan di jalan tersebut.
Begitu pula Terminal Leuwipanjang yang tidak lagi menjadi terminal tipe A di Kota Bandung. Terminal ini menjadi terminal tipe B yang melayani pergerakan intra-regional, antar kota dalam proponsi (AKDP), ke arah barat dan selatan. Hal ini merupakan peluang bagi pihak pengelola terminal karena dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai terminal tipe B di Kota Bandung. Luas lahan Terminal
2Leuwipanjang sebesar 40.000 m memenuhi standar terminal tipe B yaitu
2sekurang-kurangnya adalah 30.000 m .
Bandara Hussein Sastranegara
B a n d a r U d a ra a ta u B a n d a ra
merupakan sebuah infrastruktur
untuk pesawat terbang, seperti
pesawat udara dan helikopter, agar
dapat lepas landas dan mendarat
pada suatu lindasan pacu. Suatu
bandara minimal memiliki sebuah
landasan pacu atau helipad (untuk
pendaratan helikopter), sedangkan
untuk bandara-bandara besar
biasanya dilengkapi dengan berbagai
fasilitas lain, baik untuk operator
layanan maupun bagi penggunanya,
seperti bangunan terminal dan
hanggar pesawat.
Prasarana bandara di Indonesia
diklasifikasikan dalam enam kelas
HIngga akhir tahun 2002, Indonesia
te l a h m e m i l i k i 1 8 7 b a n d a ra
umum.Default Paragraph Font;Dari
187 bandara yang dimiliki Indonesia,
23 diantaranya dikelola oleh BUMN,
.
tipe A adalah 5 ha dan standar terminal tipe B adalah 3 ha sedangkan luas lahan terminal tipe C disesuaikan dengan permintaan angkutan. Selain itu, ada dua terminal tipe C yang tidak memiliki lahan sehingga harus menggunakan b a d a n j a l a n u n t u k m e l a y a n i penumpang. Hal ini menunjukkan adanya permintaan penumpang terhadap angkutan kota yang tidak diimbangi dengan pelayanan angkutan umum yang optimal.
Luas lahan Terminal Cicaheum sebesar 2
11.500 m dan Terminal Leuwipanjang 2
sebesar 40.000 m tidak memenuhi persyaratan luas terminal tipe A menurut Keputusan Menteri No 31 Tahun 1995 yang menyebutkan bahwa luas lahan terminal tipe A di Pulau Jawa sekurang-kurangnya sebesar 50.000
2m . Dengan luas lahan yang tidak memenuhi persyaratan membuat kedua terminal ini tidak dapat menampung jumlah bus-bus secara keseluruhan. Dengan luas lahan yang terbatas juga menyebabkan tidak terpenuhinya sarana dan prasarana di terminal ini. Akibatnya pelayanan kebutuhan penumpang di Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang sebagai terminal tipe A masih dianggap kurang baik.
courtesy: observarsi lapangan
16Transportation Planning

Bandara Husein Sastranegara memiliki fasilitas pelayanan yang cukup optimal untuk digolongkan sebagai sebuah bandara internasional. Fasilitas pada bandara seperti tempat parkir ke n d a ra a n b e r m o t o r, g e d u n g perkantoran/administrasi, pengolahan limbah cair, pengadaan transportasi darat (taksi, rental mobil), pengadaan telepon umum, restoran dan kafetaria, serta toko souvenir dan oleh-oleh telah t e r s e d i a d i B a n d a r a H u s e i n Sastranegara ini.
C a l o n p e n u m p a n g p u n d a p a t
menikmati fasilitas dua eksekutif
lounge, Parahyangan dan Sangkuriang
dengan hanya membayar Rp. 30.000
per orang. Fasilitas yang didapat
berupa internet gratis, TV, Musholla,
makanan dan minuman, serta ruang
tunggu yang nyaman. Jika para
pengguna bandara membutuhkan
transaksi cepat, disediakan pula dua
mesin ATM.
Sepert i yang telah disebutkan
sebelumnya , di Bandara Husein
Sastranegara terdapat wilayah yang
dimiliki oleh TNI AURI. Oleh karena itu,
tidak hanya penerbangan yang
diperuntukkan untuk kebutuhan
publik yang tersedia, tetapi terdapat
pula aktivitas penerbangan militer
yang dimil ik i o leh TNI AURI.
Pe n e r b a n ga n m i l i t e r k h u s u s
diperuntukkan pada aktivitas militer.
Sistem yang digunakan tentunya
berbeda dengan bandara umum yang
diperuntukkan bagi publik. Jenis-jenis
penerbangan yang dilakukan oleh
militer adalah penerbangan test
flight, penerbangan dukungan terjun
dan penerbangan umum. Kemudian
jenis pesawat yang dimiliki militer
pada pangkalan udara ini, antara lain
CN-235, F-27, C-130, T-34 C, AS-202,
dan B-737.
Bandara Husein Sastranegara
melayani penerbangan domestik dan
internasional. Pada penerbangan
d o m e s t i k , b a n d a r a H u s e i n
Sastranegara memiliki tiga buah
maskapai, antara lain Merpati
yaitu PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II. Sedangkan 164 bandara lainnya dikelola oleh pemerintah melalui unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Perhubungan dan Otorita Batam. Selain bandara umum, terdapat pula 32 bandara khusus yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan perhutanan untuk keperluan internal perusahaan. Di samping itu, masih terdapat fasilitas pendaratan bagi helikopter, antara lain 57 helipad, 50 heliport, dan 69 helideck yang semuanya dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan swasta.
Kota Bandung memiliki sebuah bandar
udara internasional, yaitu Bandar
Udara Hussein Sastranegara. Bandara
ini terletak 5 km dari pusat kota di
Bandung dan dapat ditempuh dengan
menggunakan taksi ataupun angkutan
umum. Bandara Husein Sastranegara
menempati area lahan 145 hektar
dengan luas gedung operasional 5000 2
m dan luar terminal penumpang 2
2.411,85 m .
Pada bagian utara Bandara terdapat
landasan pacu dan hangar milik PT
Dirgantara Indonesia, dan bagian barat
laut bandara merupakan wilayah milik
TNI Angkatan Udara Republ ik
Indonesia (AURI). Landasan pacu
bandara ini telah diperpanjang dari
1.960 m menjadi 2.220 m sehingga
mampu didarati pesawat sekelas
Boeing 737-200. Selain itu Bandara
juga dilengkapi dengan PAPI (Pecision
Approach Path Indocator) dan VOR
(VHF Omnidirectional Radio Range),
yaitu piranti yang membantu pesawat
mendarat di malam hari serta
perangkat bantu navigasi lainnya.
courtesy: observarsi lapangan
17Transportation PlanningTransportation Planning

mengantisipasi kejadian-kejadian yang
tidak diharapkan oleh setiap aspek.
P e m b e r l a k u a n s i s t e m
keamanan berbeda bagi kedatangan
p e n u m p a n g d o m e s t i k d a n
internasional. Para penumpang
internasional yang mendarat harus
melalui beberapa tahap keamanan,
antara lain pengecekan visa dan paspor,
kemudian pengecekan barang-barang
yang dibawa oleh penumpang, dan
pengecekan uang tunai yang dibawa
o l e h p e n u m p a n g . U nt u k p a ra
p e n u m p a n g d o m e s t i k , s i s t e m
keamanan yang diberlakukan hanya
difokuskan pada barang-barang yang
dibawa dan penumpang itu sendiri.
Tidak diberlakukan pengecekan surat-
surat tertentu. Pada bagian kargo
barang, terdapat sistem tersendiri yang
digunakan oleh pihak bandara yang
bekerja sama dengan Bea-Cukai dalam
pengecekan cargo yang ada.
Stasiun Kota Bandung
Stasiun Bandung atau Stasiun Hall
adalah stasiun utama kereta api di
Kota Bandung. Stasiun berketinggian
+709 m dpl ini menjadi batas antara
Kelurahan Pasirkaliki dan Kebonjeruk.
Stasiun Hall sebelumnya hanya
memiliki satu buah stasiun, tetapi
setelah ada renovasi oleh pemerintah
kota Bandung maka Stasiun Hall
sekarang terbagi menjadi dua bagian
walaupun tetap bersatu. Kondisi fisik
stasiun Bandung ini memiliki fasilitas
yang cukup untuk stasiun pusat yang
ada di Bandung. Aksesibilitas stasiun
ini juga baik dan dilalui banyak
kendaraan umum seperti angkutan
kota dan taksi. Keadaan di stasiun
Bandung ini sangat nyaman dengan
fasilitas peron yang banyak dan bersih
serta tersedianya kebutuhan-
ke b u t u h a n b a g i p a r a c a l o n
penumpang, kondisi tersebut sangat
Airlines, Sriwijaya Airlines dan Indonesia Air Asia. Adapun yang menjadi kota-kota tujuan penerbangan tersebut adalah Bandung-Surabaya-Bandung, Bandung-Batam-Bandung dan Bandung-Denpasar-Bandung.
Pada penerbangan internasional,
Bandara Husein Sastranegara hanya
menyediakan dua kota tujuan, yaitu
Singapura dan Kuala Lumpur. Penyedia
penerbangan internasional tersebut
adalah maskapai Indonesia Air Asia.
Tipe pesawat yang digunakan dalam
kedua penerbangan ini adalah pesawat
dengan tipe Boeing 737-300 dan
Boeing 737-200 hanya digunakan pada
penerbangan domestik. Rencananya
pesawat besar dengan tipe AirBus A320
akan menjadi pesawat tambahan
setelah perbaikan-perbaikan pada
Bandara Husein Sastranegara ini selesai
dilaksanakan.
Sistem keamanan bandara Husein
Sastranegara telah memenuhi hampir
setiap aspek pada setiap standar
penerbangan yang telah ditetapkan.
Dimulai dari setiap kedatangan dan
keberangkatan penumpang akan
diperiksa dengan alat-alat X-Ray untuk
setiap barang yang dibawa oleh
penumpang, Walk through pada saat
penumpang memasuki bandara, dan
Metal Detector untuk barang-barang
dengan jenis metal. Setelah itu,
disetiap sudut bandara sudah terdapat
security CCTV yang berguna untuk
mengawasi set iap k inerja dan
pergerakan yang terjadi di bandara.
Adanya pintu darurat disetiap lantai
pada gedung operasional untuk
18Transportation Planning
courtesy: th1979.wordpress.com

Stasiun Kiaracondong adalah salah
satu stasiun kecil yang ada di Kota
Bandung. Stasiun berketinggian + 681
m dpl ini terdapat di kecamatan
Kiaracondong. Stasiun yang menjadi
tempat pemberhentian setiap kereta
api jurusan Jawa Tengah dan Jawa
Timur ini memiliki infrastruktur yang
mendukung kegiatan perkeretaapian.
Stasiun ini juga menjadi tempat
pemberangkatan kereta api kelas
ekonomi antar wilayah se-Bandung dan
keluar wilayah Bandung. Stasiun
Kiaracondong ini diberi fasilitas yang
hanya cukup untuk keperluan stasiun
itu sendiri. Tidak lebih banyak daripada
stasiun besar untuk menunjang
kenyamanan penumpang dan calon
penumpang kereta api. Fasilitas seperti
ruang tunggu (untuk ruang VIP
dilengkapi AC), restoran, toilet,
mushola, area parkir, sarana keamanan
(polisi khusus kereta api), sarana
komunikasi, dan dipo lokomotif (sangat
jarang).
Pengoperasian sarana dan prasarana
kereta api perlu dilakukan oleh tenaga
-tenaga yang telah memiliki kualifikasi
keahlian sesuai bidangnya. Penyediaan
dan perawatan prasarana kereta api
pada prinsipnya dilakukan oleh
Pemerintah dan dapat dilimpahkan
kepada badan penye leng gara .
P e n g u s a h a a n p r a s a r a n a d a n
saranakereta api, penyediaan, dan
perawatan sarana kereta api dilakukan
oleh badan penyelenggar. .
Dalam Peraturan Pemerintah nomor
69 tahun 1998 tentang prasarana dan
sarana kereta api, diatur ketentuan
mengenai prasarana kereta api, sarana
kereta api, penyediaan, perawatan,
pengusahaan, pemeriksaan dan
pengujian prasarana dan sarana kereta
a p i , k e r j a s a m a d a l a m
penyelenggaraan perkeretaapian serta
penyediaan fasilitas untuk penyandang
cacat dan/atau orang sakit. Dari
keterangan-keterangan di atas, sangat
j e l a s b a h w a s t a s i u n s a n g a t
d i p e r h a t i k a n a d a d i b a w a h
pengawasan pemerintah. (Yunus-
Vidya)
dibutuhkan bagi stasiun pusat di kota Bandung ini.
Fasilitas komunikasi juga sudah sangat
baik. Hal ini terlihat dari sistem
komunikasi kepada calon penumpang,
komunikasi antar pos-pos yang
tersedia, dan komunikasi antara stasiun
dan kereta api yang akan datang.
Komunikasi terhadap bagian pengatur
lintasan kereta api merupakan hal yang
sangat sangat penting karena menjadi
bagian dari mekanisme stasiun.
Pengatur perjalanan di stasiun ini
menggunakan wesel sebagai alat
otomatis pemindahan jalur.
Kondisi fisik dari wesel tersebut baik
d a n m e m i l i k i ke m a j u a n d a r i
sebelumnya yang dilaksanakan secara
manual oleh petugas pengaturan jalur.
Jalur kereta api atau rel kereta api pun
sangat diperhatikan kondisinya, mulai
d a r i p e m a k a i a n y a h i n g g a
perawatannya. Perawatan rel kereta
api di stasiun Bandung ini dilaksanakan
berdasarkan waktu yaitu setiap
triwulan, semester atau per tahun.
Artikel Stasiun
Ki-Ka: Fernando S. (15408018), Sandra K. (15408054), Fanni H. (15408058), Hafis A. (1540874)
Ki-Ka: Dian L. (15408046), Purwa C.L. (15408056), Afrizal R. (15408002), Hafis A. (1540874)
t ep anners19
Transportation Planning
Artikel Bandara
Artikel Terminal
Ki-Ka: Adi F.. (15408060), Fandi P. (15408064), Fazil I. (15408068),
Diambil dari tugas kuliah PL 2104 Infrastruktur Wilayah dan Kota

DIVISI KEPROFESIAN
HMP PANGRIPTA LOKA
Peduli Bandungdi
Kajian ON AIR
Pukul 10.00
Setiap Hari Sabtu
Setiap Dua Minggu Sekali
Contact Person:
Sandra Kurniawati (08562180353)

Profil Wilayah & KotaOleh Laporan Kelompok Studio B Semester Genap Tahun 2008-2009dalam Mata Kuliah PL 2290 Studio Proses Perencanaan dengan judul:”IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN MODA TRAVEL DI KOTA BANDUNG SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA TOL PURBALEUNYI”
GELIAT PERKEMBANGAN
MODA TRAVEL
DI KOTA BANDUNG
courtesy: cipaganti.co.id

di Kota Bandung. Premis ini yang mengantarkan mahasiswa PWK ITB yang tergabung dalam studio proses B a n g kata n 2 0 0 7 u nt u k m e n e l i t i perubahan-perubahan seperti apa yang sebenarnya terjadi di Kota Bandung akibat eksistensi, persebaran, dan aktivitas dari jasa travel di Kota Bandung. Penelitian ini diberi judul: Identifikasi Perkembangan Moda Travel di Kota Bandung Sebelum dan Sesudah adanya TOL Purbaleunyi.
Secara spesifik, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memahami karakteristik kegiatan moda travel antarkota di Kota Bandung, yang m e l i p u t i : b a g a i m a n a p o l a persebarannya, siapa penggunanya, apa motivasi menggunakan travel, siapa p e n g u s a h a n y a , a p a a l a s a n menempatkan pool travel di wilayah tertentu, apa keterkaitannya dengan pola peruntukkan lahan kota, dan bagaimana kompetisinya dengan moda la in , apa sa ja kebutuhan yang menunjang perkembangan travel, dan apa dampak positif dan negatif dari perkembangan travel antarkota ini terhadap Kota Bandung secara keseluruhan.
Untuk melangsungkan penelitian ini,
studio B melakukan rangkaian pengumpulan dan analisis data secara komprehensif. Pengumpulan data d i l a k u k a n d e n g a n k u e s i o n e r, w a w a n c a r a , d a n o b s e r v a s i . Respondennya sendiri mencakup berbagai pihak termasuk konsumen travel, perusahaan penyedia jasa travel, pedagang, penyedia jasa transportasi selain travel, penduduk sekitar, dan instansi pemerintah yang terkait.
Analisis yang dilakukan sebagian besar menggunakan metode analisis statistik deskriptif, dan asosiasi. Setelah hampir 4 bulan melakukan penelitian, dengan 1 pekan yang didedikasikan untuk melakukan survei data primer, studio B berhasi l menjawab pertanyaan penelitian ini dengan merumuskan berbagai kesimpulan terkait aktivitas travel dan perkembangannya di Kota Bandung. Sebagai teaser, ternyata ada 64 penyedia jasa travel yang tersebar di seluruh Kota Bandung, terutama di 3 spot aglomerasi.
Kesimpulan pertama yang dapat diambil adalah mengenai pola persebaran dari travel di Kota Bandung. Persebaran pool travel sebelum adanya tol purbaleunyi sanagtlah beragam dan banyak. Pola persebaran travel di Kota B a n d u n g s e t e l a h a d a n y a t o l purbaleunyi mengalami fenomena aglomerasi di tiga kawasan dari d e l a p a n ka w a s a n y a n g t e l a h ditentukan sebelumnya yaitu kawasan cihampelas, pasteur, dan MTC.
Ditemukan bahwa travel yang tidak beraglomerasi umumnya merupakan travel yang bersifat door to door. Seperti yang diketahui bahwa travel d o o r t o d o o r m e n j e m p u t pelanggannya sehingga letak pool travel t idak akan berpengaruh terhadap jalannya usaha tersebut. Meski demikian terdapat pula travel pool to pool yang tidak beraglomerasi, karena adanya keinginan perusahaan travel tersebut mencari pasar atau market yang berbeda dengan
erkembangan moda travel di Kota Bandung cukup meningkat Psemenjak telah diresmikannya
pembangunan infrastruktur jalan Tol Purbaleunyi yang membuat jarak antara Jakarta-Bandung semakin dekat. Hal ini tentunya disukai oleh masyarakat terutama pendatang kota Bandung yang berasal dari Jakarta karena waktu perjalanan antara J a k a r t a - B a n d u n g l e b i h c e p a t dibandingkan sebelumnya yang harus melewati jalur Puncak sebagai akses menuju dua kota tersebut.
Kota Bandung sendiri memang merupakan salah satu tujuan wisata yang paling diminati terutama warga Jakarta yang menginginkan suasana yang lebih sejuk dan memiliki p a n o r a m a y a n g l e b i h i n d a h dibandingkan suasana kota Jakarta yang penuh sesak. Selain itu faktor-faktor lain yang menyebabkan perkembangan moda travel di kota Bandung cukup meningkat adalah karena kota Bandung dikenal akan pusat perbelanjaan, pendidikan, perdagangan, dan juga pariwisata.
Perkembangan yang pesat ini tentunya membawa perubahan bagi kondisi transportasi dan aktivitas masyarakat
22Transportation Planning
courtesy: 2.bp.blogspot.com

23Transportation PlanningTransportation Planning
usaha travel sudah memadai, namun masih ada perusahaan travel yang beranggaapan bahwa sarana dan prasarana seperti jalan, penerangan dan lainnya masih perlu diperbaiki atau diperhatikan kelayakannya. Selain itu masih banyak perusahaan travel yang membutuhkan adanya kemudahan birokrasi karena kemudahan dalam birokrasi dapat meminimalkan biaya administrasi.
Dalam melihat keterkaitan antar aktivitas travel dan guna lahan, ditemukan bahwa keberadaan pool travel di suatu lahan tertentu tidak mempengaruhi pola p e r u n t u ka n l a h a n ko t a s e c a ra keseluruhan akan tetapi, keberadaan pool travel yang mengikuti pola peruntukan lahan kota. Hal in i disebabkan, guna lahan Kota Bandung tidak mengalami perkembangan yang signifikan ketika pool-pool travel yang ada mulai berkembang. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan travel mencoba memanfaatkan guna lahan yang telah terbentuk untuk memperoleh market dari bisnis tersebut.
Keberadaan travel di Kota Bandung membawa dampak terhadap moda trasportasi lainnya, seperti kereta api dan bus antarkota. Setelah berkembangnya
moda travel antarkota, baik kereta api maupun bus antarkota mengalami penurunan penumpang sangat sangat signifikan. Masyarakat cenderung lebih memilih travel untuk melakukan perjalanan antarkota karena beberapa keunggulan travel antarkota.
Selain kompetisi dengan moda transportasi lain, kompetisi antar perusahaan travel juga berlangsung sengit. Hal tersebut antara lain adanya “perang tarif” antar perusahaan travel, jenis pelayanan yang berbeda, dan juga kompetisi lokasi peletakan pool dan terminal. Selain itu, pool travel dapat dikatakan lebih strategis dan mudah dijangkau, sehingga jarak yang ditempuh antar kota pun menjadi lebih dekat. Sedangkan untuk kereta api letak stasiun hanya terdapat di beberapa tempat sehingga perjalanan yang harus ditempuh menjadi lebih jauh.
Selain dari kesimpulan-kesimpulan
sebelumnya, penelitian yang dilakukan
juga menunjukkan bahwa adanya
travel di Kota Bandung menimbulkan
dampak negatif ataupun dampak
positif dilihat dari berbagai aspek
kehidupan Kota Bandung. (Tizar)
perusahaan lainnya sehingga tidak perlu bersaing kuat dengan travel lainnya. Aglomerasi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah guna lahan yang tepat, permintaan pasar yang tinggi, aksesibilitas yang mudah, dan fasilitas penunjang yang mendukung kegiatan usaha travel
Adapun gejala aglomerasi yang ditunjukkan oleh pool travel antarkota di Kota Bandung tentu disebabkan oleh alasan-alasan tertentu dari pihak perusahaan travel bersangkutan. Hasil penelit ian menjelaskan, alasan penempatan pool suatu travel berdasarkan kuesioner yang diberikan ke beberapa perusahaan travel, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor dalam pemilihan lokasi tersebut diantaranya aksesibilitas yang mudah, tingginya kebutuhan pasar, dan mengikuti trend adanya aglomerasi.
Kesimpulan kedua yang dapat diambil adalah mengenai pengguna travel. Responden pengguna travel yang di survei dominan berada pada rentang usia berusia 20-40 tahun. Rentang usia tersebut merupakan usia produktif dimana pada usia tersebut lebih banyak melakukan kegiatan apabila dibandingkan dengan yang tidak produktif. Lebih spesifik, responden yang disurvei ternyata paling banyak memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta.
Ditemukan pula bahwa pengusaha travel didominasi oleh pengusaha dari pihak swasta. Dengan mayoritas usaha travel didirikan oleh perseorangan atau sendiri. Selain itu mayoritas pendirian travel diakibatkan oleh adanya tol purbaleunyi bagi travel pool to pool sedangkan untuk travel door to door motivasi pendirian travelnya adalah untuk membuat inovasi dalam penyediaan moda transportasi antarkota di Indonesia.
Secara garis besar perusahaan travel yang disurvei beranggapan bahwa infrastruktur yang menunjang kegiatan
courtesy: 2.bp.blogspot.com
courtesy: studio B
DAMPAK PERKEMBANGAN MODA TRAVEL DI KOTA BANDUNG

Potret
courtesy:skyscrappercity.com/chris lyanto
Wajah Transportasi Kita
courtesy:rakyatmerdeka.co.id

courtesy:sosbud.kompasiana.com
courtesy:fenz-capri.blogspot.com

coming soon
in October
t ep anners