ti 462009007 bab iv -...
TRANSCRIPT
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Orientasi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend
Sudiarto No. 347 Semarang. Penelitian dilakukan mulai tanggal
6 Mei 2013 sampai 11 Mei 2013. Penelitian dilakukan di
ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono. Peneliti
memilih ruangan tersebut karena beberapa faktor yaitu :
1. Ruangan tersebut termasuk ruangan khusus pria
2. Jumlah populasi dan sampel di ruangan tersebut mampu
memenuhi syarat penelitian bagi peneliti
Peneliti melakukan penelitian dengan cara mengikuti jam
dinas jaga perawat di ruangan tersebut, namun peneliti hanya
mengikuti jam dinas pagi yang dimulai pukul 07.00 WIB sampai
pukul 14.00 WIB. Peneliti memulai penelitian dengan
berinteraksi dengan pasien untuk menciptakan suatu
kenyamanan bagi pasien karena akan sulit apabila melakukan
penelitian pada pasien dengan gangguan jiwa tanpa melakukan
BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya). Setelah pasien cukup
merasa nyaman dengan peneliti maka penelitian dapat
50
dilakukan dengan cara pasien mengisi angket yang sudah
peneliti siapkan dengan didampingi peneliti.
4.2 Persiapan Penelitian
4.2.1 Penyusunan Alat Ukur
a. Angket Kemampuan interaksi Sosial
Alat ukur yang digunakan dalan penelitian ini
mengacu pada aspek–aspek interaksi sosial menurut
Soekanto (2006), yaitu kontak sosial, komunikasi,
identitas kelompok, imitasi dan simpati.
Untuk skala kemampuan interaksi sosial peneliti
menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari
pernyataan favorable yang berjumlah 32 item, dimana
setiap item memiliki 4 alternatif jawaban yaitu selalu
(SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).
Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah
memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya.
Bagi pernyataan yang bersifat favorable, subjek
memperoleh nilai 4 untuk jawaban selalu (SL), nilai 3
untuk jawaban sering (SR), nilai 2 untuk jawaban jarang
(JR), dan 1 untuk jawaban tidak pernah (TP).
51
Tabel 1.1 Sebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013
Aspek Indikator Sebaran Item
Jumlah Favorable
Kontak Sosial a. ketika mengalami masalah banyak teman yang menolong
1,6 6
b. teman yang sedang mengalami kesulitan meminta pertolongan
11,16
c. mempunyai hubungan yang baik dengan teman-teman
21,25
Komunikasi a. banyak diajak berbicara dengan teman untuk bertukar pengalaman
2,7 9
b. teman dapat menerima dengan mudah tentang sesuatu yang disampaikan
12,17
c. dapat menegur orang lain
22,26
d. dapat menyampaikan pendapat kepada orang lain
29,31,32
Identitas Kelompok a. bersama dengan teman-teman menjenguk teman lain yang sedang sakit
3 7
b. sedih ketika sudah lama tidak berjumpa dengan teman
8,13
c. selalu membicarakan sesuatu terlebih dahulu di dalam kelompok
d. merasa teman-teman adalah bagian dari hidup
18,23
27,30
Imitasi a. Cara berpakaian banyak meniru orang lain
4 4
b. Meniru hal-hal baik 9,14
52
dari teman-teman
Simpati
c. meniru cara berpikir orang lain yang sesuai
a. segera menjenguk teman yang sakit
b. ikut senang dengan kebahagiaan teman
c. memberi penghiburan pada teman yang sedih
19
5,10
15,20
24,28
6
b. Angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Untuk skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi,
peneliti menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari
pernyataan favorable dimana setiap item memiliki 4 pilihan
jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak
pernah (TP). Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah
memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Bagi
pernyataan yang bersifat favorable, subjek memperoleh nilai 4
untuk jawaban selalu (SL), nilai 3 untuk jawaban sering (SR),
nilai 2 untuk jawaban jarang (JR), dan 1 untuk jawaban tidak
pernah (TP).
53
Tabel 1.2 Sebaran Item Skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013
Aspek Indikator Sebaran Item
Total Item
1. Memperkenalkan diri
2. Berkenalan dengan anggota kelompok
3. Bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Bercakap-cakap
topik tertentu
5. Bercakap-cakap masalah pribadi
6. Bekerjasama dalam permainan kelompok
7. Menyampaikan manfaat dari TAKS
a. Dapat menyebutkan nama lengkap b. Dapat menyebutkan nama panggilan c. Dapat menyebutkan hobi d. Dapat menyebutkan alamat a. Dapat menanyakan nama lengkap b. Dapat menanyakan nama panggilan c. Dapat menanyakan hobi d. Dapat menanyakan alamat a. Selalu memulai pembicaraan b. Mengajukan pertanyaan dengan jelas
c. Mengajukan pertanyaan secara spontan
d. Menjawab secara ringkas
e. Menjawab dengan spontan
a. Menyampaikan topik dengan jelas b. Memilih topik yang sesuai c. Memberi pendapat dengan jelas a.Selalu membicarakan masalah pribadi
dengan teman
a. Selalu ingin mengikuti permainan di dalam kelompok
a. Dapat menyebutkan manfaat dari
kegiatan TAKS b. Dapat memberikan pendapat tentang
kegiatan TAKS
1 8
15 19
2 9
16,20 23
3
10
17,21
24
26
4
11,18 22,25
5,12
6,13
7,14
4
5
6
5
2
2
2
54
4.2.2 Perizinan
Dalam proses ini diawali dengan meminta tanda tangan
dari kedua pembimbing lalu mengusulkan kepada Fakultas
Ilmu Kesehatan, Program Studi Ilmu Keperawatan agar
mengeluarkan surat izin penelitian untuk rumah sakit. Pada
tanggal 5 Maret 2013 dikeluarkan surat izin untuk penelitian
awal atau uji coba instrumen penelitian ke Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pada tanggal 6
Maret 2013 peneliti langsung menuju ke Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Amino Gondohutomo untuk menyerahkan surat
tersebut tepatnya ke bagian Diklat Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Akhirnya pada tanggal 18 Maret 2013 peneliti
mendapat informasi bahwa surat izin dari pihak rumah sakit
bahwa peneliti diizinkan melakukan uji coba instrumen sudah
dikeluarkan, dan pada tanggal 20 Maret 2013 peneliti kembali
datang ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Semarang untuk mengambil surat izin dari rumah sakit dan
kembali memberikan surat pengantar dari Fakultas Ilmu
Kesehatan untuk penelitian yang sebenarnya.
55
4.2.3 Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur yang dilakukan peneliti menggunakan
metode try out. Pelaksanaan try out ini dilakukan pada tanggal
19 April 2013 sampai 22 April 2013 dengan total responden
berjumlah 30 responden yang juga memiliki diagnosa harga diri
rendah.
4.2.3.1 Uji Validitas
Dalam uji validitas dan reabilitas alat ukur
menggunakan bantuan komputer dengan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Uji validitas
pada angket kemampuan interaksi sosial dan angket Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi menggunakan teknik korelasi
Pearson Product Moment.
a) Uji Validitas Angket Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
Angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
terdiri dari 26 item yang terdiri dari item favorable. Dari
hasil analisa validitas item ditemukan bahwa item yang
gugur yaitu item nomor 16 dan 26. Item yang gugur ialah
item yang bergerak dibawah 0,361 (Sugiyono, 2011).
Susunan item skala Terapi Aktivitas Kelompok
56
Sosialisasi yang valid dan gugur dapat dilihat dalam
tabel 1.3.
Tabel 1.3
Sebaran Item Valid Skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013
Aspek Sebaran
Item Favorable
Jumlah
1. Memperkenalkan diri 1,8,15,19 4
2. Berkenalkan dengan anggota kelompok
3. Bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Bercakap-cakap topik tertentu
5. Bercakap-cakap masalah pribadi
6. Bekerjasama dalam permainan kelompok
7. Menyampaikan manfaat dari TAKS
2,9,16*,20,23 3,10,17,21,24,26*
4,11,18,22,25
5,12
6,13
7,14
5
6
5
2
2
2
Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur.
b) Uji Validitas Angket Kemampuan Interaksi Sosial
Angket kemampuan interaksi sosial terdiri dari 32
item yang terdiri dari item favorable. Berdasarkan hasil
analisa validitas item ditemukan bahwa item yang gugur
yaitu item nomor 14, 24, 26 dan 28. Item yang gugur
ialah item yang bergerak dibawah 0,361 (Sugiyono,
57
2011). Susunan item skala kemampuan interaksi sosial
yang valid dan gugur dapat dilihat di dalam tabel (tabel
1.4) di bawah ini.
Tabel 1.4
Sebaran Item Valid Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013
Aspek Penyebaran Jumlah Item Favorable Kontak Sosial 1,6,11,16,21,25 6 Komunikasi 2,7,12,17,22,26*,29,31,32 9 Identitas Kelompok 3,8,13,18,23,27,30 7 Imitasi 4,9,14*,19 4 Simpati 5,10,15,20,24*,28* 6 Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur.
4.2.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil
pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan
hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu
yang berlainan (Nursalam, 2008).
Menurut Azwar (2000) yang dikutip dari Tandy
(2007) menuliskan bahwa uji reliabilitas ini
menggunakan standart Alfa Cronbach, yaitu:
α < 0,7 = Tidak reliabel 0,7 ≤ α ≤ 0,799 = Cukup 0,8 ≤ α ≤ 0,899 = Baik 0,9 ≤ α ≤ 1,0 = Sangat reliabel
Dengan bantuan dari Statistical Product and
Service Solution for Windows (SPSS) versi 17.0 dapat
58
dihitung nilai koefisien Alpha Crobach dari variabel
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan variabel
kemampuan interaksi sosial dalam tabel (tabel 1.5)
sebagai berikut.
Tabel 1.5 Interpretasi Nilai Reliabilitas Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang −−−−
Jawa Tengah Pada Tahun 2013
Variabel Koefisien Keterangan Alpha Cronbach Terapi Aktivitas Kelompok 0,923 Sangat Reliabel Sosialisasi Kemampuan Interaksi Sosial 0,928 Sangat Reliabel
Dari Tabel 1.5 diatas dapat dilihat bahwa variabel
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi memiliki koefisien
korelasi sebesar 0,923 dimana (0,9 ≤ α ≤ 1,0) maka
dapat diinterpretasikan bahwa nilai reliabilitasnya sangat
reliabel. Sedangkan variabel kemampuan interaksi sosial
memiliki koefisien korelasi sebesar 0,928 dimana (0,9 ≤
α ≤ 1,0) maka dapat diinterpretasikan bahwa nilai
reliabilitasnya sangat reliabel.
4.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dari tanggal 6 Mei
2013 – 11 Mei 2013. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
59
Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan
memakai 3 ruangan yaitu ruang Gatotkoco, Hudowo dan Irawan
Wibisono. Jumlah responden yang didapatkan ialah 35 orang,
yang jumlahnya sama dengan jumlah sampel yang ditargetkan
oleh peneliti.
Proses penelitiannya adalah angket yang disiapkan oleh
peneliti diberikan langsung ke masing-masing pasien yang
memiliki karakter sesuai dengan karakter responden yang
diharapkan oleh peneliti. Responden yang bersedia mengisi
kuesioner akan menjawab sendiri dan mengisi kuesioner secara
mandiri tetapi tetap didampingi oleh peneliti. Namun, bila
responden merasa sulit memahami dapat dijelaskan secara
langsung oleh peneliti untuk dibacakan dan dituliskan
jawabannya sesuai dengan keinginan responden.
Walaupun terdapat berbagai kesulitan seperti banyak
responden yang menolak mengisi angket namun seluruh angket
yang ditargetkan oleh peneliti dapat terisi 35 orang responden.
60
4.4 Kriteria Responden Penelitian
Setelah peneliti melakukan penelitian di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan
bahwa karakteristik responden tersebut ialah sebagai berikut.
Tabel 1.6 Karakteristik Responden Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Tahun 2013
Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Usia
< 25 tahun 4 11 %
25 - 50 tahun 29 83 %
> 50 tahun 2 6 %
Lama Dirawat
< 20 hari
20 – 30 hari >30 hari
12
19
4
34%
54%
12%
Pernah Dirawat 1 kali 2 kali
28 7
80% 20%
Sumber : Data Primer
1. Kriteria Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat
usia pasien harga diri rendah memiliki rentan usia yang
berbeda-beda. Peneliti mengelompokkan tingkat usia
61
responden menjadi 3 kelompok usia yaitu < 25 tahun, 25-50
tahun, > 50 tahun.
Berdasarkan tabel diatas (Tabel 1.6) dapat dilihat
bahwa tingkat usia yang dominan 83% jumlah responden
pada usia produktif (25-50 tahun), 11% responden pada
usia dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Sedangkan 6%
responden yang tergolong lanjut usia (> 50 tahun).
2. Kriteria Responden Berdasarkan Lama Dirawat Di
Rumah Sakit
Peneliti mendapatkan data primer dari responden
berdasarkan waktu atau berapa lama pasien dirawat di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo, dapat
dilihat di tabel (Tabel 1.6) bahwa waktu atau berapa lama
pasien dirawat dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, < 20
hari, 20–30 hari dan > 30 hari.
Responden yang paling dominan ialah dengan lama
waktu dirawat antara 20–30 hari dengan persentase 54%,
lalu dengan lama waktu dirawat < 20 hari dengan 34% dan
dengan lama waktu dirawat > 30 hari dengan 12%.
62
3. Kriteria Responden Berdasarkan Riwayat Dirawat Di
Rumah Sakit
Untuk kriteria berdasarkan riwayat dirawat dirumah
sakit peneliti menggolongkan menjadi 2 karena responden
yang diteliti hanya pernah dirawat 1 kali dan 2 kali. Untuk
persentase pasien yang pertama kali dirawat menjadi paling
dominan sebesar 80% sedangkan responden yang memiliki
atau pernah dirawat sebelumnya sebesar 20% saja.
4.5 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian analisa data digunakan untuk
memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut
(Notoadmodjo, 2010). Perhitungan ini dibantu menggunakan
program komputer Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 17.0.
4.5.1 Statistik Deskriptif
Analisa deskriptif menunjukkan bahwa variabel
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan variabel
kemampuan interaksi sosial memiliki jumlah respondennya
sebanyak 35 orang. Skor kemampuan variabel Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi memiliki skor minimum 61,
skor maksimumnya 83, nilai rata-rata 73,71, sedangkan
untuk standar deviasinya adalah 4,105. Sedangkan interaksi
sosial memiliki skor minimum 81 dan skor maksimum 98.
63
Nilai rata-rata untuk kemampuan interaksi sosial yaitu 86,2,
sedangkan standar deviasi ialah 3,358.
Sedangkan kategorisasi hasil pengukuran variabel
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, menggunakan 5
kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan
sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 24
item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor minimal. Jadi,
perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4 x 24 (item
valid) = 96. Jumlah skor minimal 1 x 24 (item valid) = 24.
Lebar interval dapat diukur sebagai berikut.
Rumus :
(i) = �����
� = 12,6
(i) = �����
� = 14,4
Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran
variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dapat
dikategorikan sebagai berikut.
81,6 ≤ x ≤ 96 = Sangat Tinggi 67,2 ≤ x ≤ 81,6 = Tinggi 52,8 ≤ x ≤ 67,2 = Sedang 38,4 ≤ x ≤ 52,8 = Rendah 24 ≤ x ≤ 38,4 = Sangat Rendah
Interval(�) =SkorTertinggi − SkorTerendah
BanyakPilihan
64
Tabel 1.7 Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013
Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran variabel
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (Tabel 1.7),
didapatkan bahwa 3% responden memiliki skor Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang kategorinya sangat
tinggi, 91% responden memiliki kategori tinggi, 6%
responden pada kategori sedang. Sedangkan responden
dengan kategori rendah dan sangat rendah memiliki
persentase 0%. Dengan demikian, secara umum variabel
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi berada pada kategori
tinggi. Sedangkan untuk mengkategorikan tinggi rendahnya
hasil pengukuran variabel kemampuan interaksi sosial,
menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid
sebanyak 28 item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor
minimal. Jadi, perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4
Kategori Frekuensi N Persentase (%)
Sangat Tinggi 81,6 ≤ x ≤ 96 1 3 %
Tinggi 67,2 ≤ x ≤ 81,6 32 91 %
Sedang 52,8 ≤ x ≤ 67,2 2 6 %
Rendah 38,4 ≤ x ≤ 52,8 0 0 %
Sangat Rendah 24 ≤ x ≤ 38,4 0 0 %
65
x 28 (item valid) = 112. Jumlah skor minimal 1 x 28 (item
valid) = 28. Lebar interval dapat diukur sebagai berikut.
Rumus :
(i) = ������
� = 16,8
Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran varibel
kemampuan interaksi sosial dapat dikategorikan sebagai
berikut.
95,2 ≤ x ≤ 112 = Sangat Tinggi 78,4 ≤ x ≤ 95,2 = Tinggi 61,6 ≤ x ≤ 78,4 = Sedang 44,8 ≤ x ≤ 61,6 = Rendah 28 ≤ x ≤ 44,8 = Sangat Rendah
Interval(�) =SkorTertinggi − SkorTerendah
BanyakPilihan
66
Tabel 1.8 Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Kemampuan Interaksi Sosial Pada
Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang – Jawa Tengah Pada Tahun 2013
Kategori Frekuensi N Persentase
(%)
Sangat Tinggi 95,2 ≤ x ≤ 112 1 3 %
Tinggi 78,4 ≤ x ≤ 95,2 34 97 %
Sedang 61,6 ≤ x ≤ 78,4 0 0 %
Rendah 44,8 ≤ x ≤ 61,6 0 0 %
Sangat Rendah 28 ≤ x ≤ 44,8 0 0 %
Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran Variabel
kemampuan interaksi sosial (Tabel 1.8), didapatkan bahwa 3%
responden memiliki skor kemampuan interaksi sosial yang
kategorinya sangat tinggi, 97% responden memiliki kategori tinggi.
Sedangkan pada kategori sedang, rendah dan sangat rendah
masing-masing memiliki 0% responden. Dengan demikian secara
umum kemampuan interaksi sosial berada pada kategori tinggi.
67
4.5.2 Uji Asumsi Data
4.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu uji yang digunakan
untuk menguji data apakah data berdistribusi normal
(Usman, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
uji Saphiro Wilk karena menggunakan sampel kurang dari
atau sama dengan 50 orang (Dahlan, 2009). Uji ini
menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 17.0.
Dari hasil uji One Saphiro Wilk dapat diketahui
bahwa data dari uji normalitas variabel Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi memiliki nilai signifikan (p) sebesar
0,078, dimana nilai (p > 0,05) maka diinterpretasikan data
berdistribusi normal. Sedangkan variabel kemampuan
interaksi sosial memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0,012,
dimana nilai (p < 0,05) maka diinterpretasikan data tidak
berdistribusi normal.
4.5.2.2 Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan uji yang mencari persamaan
garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y
(Sulistyo, 2010). Uji linearitas yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan ANOVA tabel yang dilakukan
68
menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 17.0. Berdasarkan uji Anova dapat
dilihat bahwa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan
kemampuan interaksi sosial memiliki distribusi yang normal
terbukti dengan adanya nilai signifikansi (p) 0,426 dimana (p
> 0,05) maka dapat disimpulkan sampel yang diambil dari
populasi tersebut berdistribusi normal.
4.5.3 Hasil Analisa Data
Penggunaan metode analisa data korelasi Pearson
Product Moment (PPM) adalah teknik korelasi yang digunakan
untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan
dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau
ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut
adalah sama (Sugiyono, 2010). Dimana teknik analisa datanya
menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 17.0.
Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji korelasi
Product Moment diperoleh hasil koefisien korelasi (r) yaitu
sebesar 0,179 dengan taraf signifikan (p) 0,303 dimana (p >
0,05) maka hipotesis ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga
69
diri rendah di bangsal pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang.
4.5.4 Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pasien dengan
harga diri rendah yang mencukupi atau memenuhi syarat
penelitian terdapat di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan
Wibisono. Dilihat dari tanda dan gejala yang ada pasien yang
terdapat di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono
sesuai dengan data yang terdapat di catatan medis pasien
diruangan dan dapat disimpulkan bahwa beberapa pasien
diruangan tersebut adalah pasien dengan gangguan harga diri
rendah, tanda dan gejala tersebut diantaranya, sulit bergaul,
memiliki pandangan hidup yang pesimis, merasa dirinya tidak
mampu melakukan segala sesuatu (Yosep, 2011).
4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh hasil koefisien
korelasi (r) yaitu sebesar 0,179 dengan taraf signifikan 0,303
dimana (p > 0,05) maka hipotesis ditolak. Artinya tidak ada
hubungan antara Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan
kemampuan interaksi sosial pasien harga diri rendah di bangsal
pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
70
Semarang. Setelah peneliti melakukan penelitian ini, peneliti
melihat bahwa untuk frekuensi dari Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi yang dilakukan di rumah sakit sudah dalam kategori
tinggi dengan persentase 91%, dan untuk kemampuan interaksi
sosial pun juga dalam kategori tinggi dengan persentase
sebesar 94%.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggolongkan
kriteria responden berdasarkan tingkat usia, lama dirawat di
rumah sakit, dan riwayat dirawat di rumah sakit. Responden
dengan tingkat usia yang paling dominan adalah 83% jumlah
responden pada usia produktif (25-50 tahun), 11% responden
pada usia dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Sedangkan 6%
responden yang tergolong lanjut usia (> 50 tahun). Sedangkan
untuk kategori lama dirawat di rumah sakit responden yang
paling dominan ialah dengan lama waktu dirawat antara 20 – 30
hari dengan persentase 54%, lalu dengan lama waktu dirawat <
20 hari dengan 34% dan dengan lama waktu dirawat > 30 hari
dengan 12%. Dan untuk kategori riwayat dirawat di rumah sakit
persentase pasien yang pertama kali dirawat menjadi paling
dominan sebesar 80% sedangkan responden yang memiliki
atau pernah dirawat sebelumnya sebesar 20% saja.
71
Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan kemampuan
interaksi sosial pasien harga diri rendah di bangsal pria Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
dikarenakan beberapa faktor: motivasi dari diri sendiri, peran
perawat tiap ruangan dan kurang efektivitasnya terapi aktivitas
kelompok yang diberikan, meskipun terapi aktivitas kelompok
sudah dilakukan namun apabila tidak terstruktur maka akan
berdampak pada kurangnya efektivitas Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi yang diberikan pada pasien.
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial
yang bertujuan untuk menolong klien dalam berhubungan
dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan,
berdiskusi, bercerita tentang diri sendiri pada kelompok,
menyapa teman dalam kelompok (Keliat, 2012).
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi juga bermanfaat
untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
dengan karakteristik: klien yang kurang minat mengikuti
kegiatan/tidak ada inisiatif, menarik diri dan kurang kegiatan
sosial, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas dan
sudah dapat berinteraksi dengan sehat fisik (Yosep, 2011).
72
Dalam penelitian lain dituliskan bahwa dengan berkumpul
dengan kelompok atau mengikuti kegiatan dalam kelompok
dapat meningkatkan kualitas sosial dan kemampuan dalam
menghindari atau mengatasi stress (Cernat, 2011).
Peneliti melihat kenyataan yang sebenarnya di tempat
penelitian bahwa meskipun Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi sudah dilakukan untuk pasien tetapi apabila dari
dalam diri pasien tidak ada kemauan untuk bersosialisasi
dengan teman-temannya maka terapi yang sudah diberikan
tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Terlebih lagi faktor
kurangnya efektivitas bahkan tidak dilakukannya Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang diberikan tiap ruangan
pada pasien khususnya harga diri rendah menjadi salah satu
faktor tidak berdampak maksimal bagi kemampuan berinteraksi
sosial pasien karena Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi akan
efektif apabila diberikan satu atau dua kali setiap minggu atau
dapat direncanakan sesuai kebutuhan (Keliat, 2012).
Bahkan bagi pasien, apabila memiliki kemauan atau
dorongan dari dalam sendiri adalah syarat untuk dapat
berinteraksi sosial. Walaupun perawat ruangan memberikan
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi berulang–ulang pada
pasien khususnya harga diri rendah tetapi apabila mereka
merasa tidak mau, tidak tahu dan tidak mampu melakukan
73
interaksi sosial maka pasien tidak melakukannya. Menurut teori
motivasi Victor Vroom tentang cognitive theory of motivation
menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan
sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun
hasil dari pekerjaan itu sangat ia inginkan. Menurut Vroom,
tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh beberapa
komponen yang salah satunya adalah harapan (Expectancy)
yang merupakan motivasi karena melihat pada keberhasilan
pada suatu tugas (Rama, 2007). Pada pasien harga diri rendah
memiliki motivasi yang salah satunya ingin mendapatkan
penghargaan (reward) karena berhasil melakukan suatu tugas.
Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang
terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis
mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara
individu dan kelompok (Soekanto, 2006). Manusia adalah
makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah lepas
dari hubungan sesama manusia atau yang disebut interaksi
sosial, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan
sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar
satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama.
Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain,
tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang
dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa
74
interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial
karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan
antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut
interaksi (Soekanto, 2006).
Penelitian menunjukan bahwa manusia dengan
gangguan intelektual dan gangguan mental tetap memerlukan
proses interaksi sosial untuk meningkatkan kualitas hidup
(Johnson, 2010). Interaksi sosial yang dilakukan pada pasien
harga diri rendah tidak hanya didominasi karena dorongan dan
motivasi pribadi saja tetapi juga karena ada faktor dari
dorongan, saran ataupun informasi yang diberikan oleh perawat
dan dokter. Pasien harga diri rendah secara umum enggan
untuk berinteraksi dengan teman–temannya karena mereka
menganggap mereka tidak percaya diri dengan kemampuan
yang mereka miliki atau merasa bahwa mereka tidak mampu
untuk berinteraksi sosial secara normal.
Dorongan dan saran yang diberikan oleh perawat
ruangan pun sudah dipatuhi oleh pasien namun tetap kembali
ke keinginan dari diri pasien tersebut, bila pasien melakukan
dengan tidak sungguh-sungguh tentu hasil yang diharapkan
tidak maksimal. Saran-saran yang akan dilakukan oleh pasien
ini membuktikan bahwa informasi-informasi dari petugas
kesehatan khususnya perawat memiliki peranan yang penting
75
dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial pasien
dibandingkan hasil dari Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
yang diberikan (Novita, 2012).
4.7 Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatsan
yaitu: penelitian ini mengambil sampel dengan karakteristik
pasien yang sudah pernah mendapatkan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi tetapi tidak ditentukan berapa kali sudah
mendapatkan sehingga data yang dihasilkan tidak maksimal
atau tidak sesuai dengan harapan, selain itu terdapat juga
pasien yang sudah lama dirawat namun jarang mendapat terapi
aktivitas kelompok sosialisasi sehingga juga berpengaruh pada
data yang didapatkan. Cara dalam mengumpulkan data juga
terdapat keterbatasan, dalam penelitian ini cenderung
menggunakan alat pengumpul data (angket), akan lebih baik
bila dilakukan dengan cara observasi dan dilengkapi dengan
alat pengumpul data (angket). Keterbatasan lain seperti dalam
hal komunikasi, peneliti kurang memahami maksud kalimat
yang diucapkan responden saat peneliti mencoba melakukan
bina hubungan saling percaya (BHSP) dan observasi karena
banyak responden menggunakan bahasa jawa. Kurangnya
waktu berinteraksi dengan responden juga menjadi salah satu
76
keterbatasan dalam penelitian karena banyak responden yang
banyak menghabiskan waktu dengan mengikuti rehabilitasi
yang dilaksanakan oleh rumah sakit.