tiket masuk m.1

13
TIKET MASUK (1) ILMU PENYAKIT TANAMAN Asisten: Ghasani Anggia Disusun Oleh : Nama : Daniar Putri Rahmawati Nim : 125040201111023 Kelas : A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: daniar-putri-rahmawati

Post on 10-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

TIKET MASUK (1)ILMU PENYAKIT TANAMAN

Asisten: Ghasani Anggia

Disusun Oleh :Nama : Daniar Putri RahmawatiNim : 125040201111023Kelas: A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

1. Capnodiales sp. (embun jelaga)

Klasifikasi:Kingdom: FungiPhylum: AscomycotaSubphylum: PezizomycotinaClass: DothideomycetesSubclass: DothideomycetidaeOrder: CapnodialesFamily: CapnodiaceaeGenus:Capnodium sp.

Gejala: Mereka membentuk selaput hitam pada daun dan batang hidup dengan cara tumbuh pada tanaman dan kotoran serangga. Jamur jelaga biasanya berasosiasi dengan kerusakan yang disebabkan oleh hama pengisap cairan tumbuhan seperti kutu daun dan kutu perisai. Jamur jelaga dapat menurunkan fotosintesis secara nyata dan mempunyai potensi untuk mengurangi gegas tanaman dan menurunkan produktivitas tanaman. Pengendalian: 1. Menyemprot kutu daun dengan insektisida2. Menggosok embun jelaga dengan tangan, 3. menyiramkan air ke daun yangterserang, tetapi dengan datangnya hujan, cendawan embun jelaga akan mengelupas dengan sendirinya.

2. Plasmodiophora brassicae (Penyakit akar gada)

Klasifikasi:Kingdom:Fungi

Phylum:Cercozoa

Class:Phytomyxea

Order:Plasmodiophorales

Family:Plasmodiophoraceae

Genus:Plasmodiophora

Species:Plasmodiophora brassicae

Gejala: serangan patogen P.brassicaeyang menyebabkan bengkak pada akar. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Keadaan ini menyebabkan tanaman menjadi layu, kerdil, kering dan akhirnya mati, dan jika tanah sudah terinfeksi olehP.brassicaemaka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budidaya tanaman famili Brassicaekarena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah. Pengendalian:a) Penggunaan varietas resistanPemuliaan tanaman untuk memperoleh varietas yang resistan berjalan lambat salah satu penyebabnya adalah di beberapa tempat populasiP.brassicaemempunyai ras fisiologi yang berbeda. Bahkan kemungkinan besar varietas resistan dapat kehilangan sifat resistensinya atau dipatahkan sifat resistensinya akibat perkembangan ras-ras fisiologi patogen. Bahkan penanaman suatu varietes secara terus menerus akan merangsang timbulnya ras yang lebih virulen.b) Kultur teknisPengapuran tanah dapat mengendalikan penyakit jika kepadatan spora rehat rendah, namun tidak efektif pada tanah yang terkontaminasi sangat parah. Namun demikain peningkatan pH tanah setelah pengapuran dapat mengontrol patogen. Serangan penyakit akar gada paling parah terjadi pada pH tanah 5,70. Perkembangan penyakit akan menurun pada pH 5,70-6,20 dan tertekan pada pH 7,80. Rotasi tanaman dengan tanaman selain famili Brassicaceae memerlukan waktu lama karena spora rehat patogen dapat bertahan hidup dalam tanah hingga 17 tahun.c) Perbaikan drainase tanah dapat mengurangi kehilangan hasil, tetapi cara tersebut kurang efektif khususnya selama periode curah hujan tinggi.d) Pengendalian kimiawiFumigasi tanah dengan metil bromida dapat mematikanP.brassicae, tetapi cara ini tidak dianjurkan di lapangan karena berbahaya dan mahal. Pencelupan akar bibit dengan cairan fungisida yang mengandungPentachloro-nitrobenzene (PCNB)atau derivat Benzimidazole dapat mengurangi intensitas penyakit akar gada dalam beberapa kasus saja, tetapi tidak efektif jika digunakan pada tanah yang banyak mengandun pupuk kandang. Hal ini disebabkan karena fungisida yang diberikan tidak bisa sampai pada tanah yang mengandung patogen karena terhalang oleh pupuk kandang.e) Pengendalian hayatiSecara alami tanah mengandung mikroorganisme yang mampu menekan perkambangan patogen dalam tanah. Jika keseimbangan mikroorganisme dalam tanah terganggu maka efek penekanan tersebut akan hilang. Penambahan berbagai jenis bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, sisa tanaman atau sampah organik) ke dalam tanah dapat menyeimbagkan mikroflora tanah dan telah di akui sebagai suatu pendekatan biologiyang prospektif dalam perbaikan pengelolaan penyakit tular tanah.f) Solarisasi tanah sebagai disinfestasi tanah alternatifmampu mengendalikan berbagiai jenis penyakit tanaman termasuk penyakit akar gada pada tanaman cruciferae. Solarisasi tanah selama 5-7 minggu sebelum tanam dapat menekan kejadian dan indeks penyakit akar gada serta meningkatkan produksi tanaman kubis di lapangan. Penekanan penyakit tidak disebabkan oleh pengaruh langsung dari peningkatan suhu tanah, tetapi oleh efek kumulatif dari suhu tanah harian selama solarisasi berlangsung. Efek ini dapat meningkatkan populasi mikroba rizosfer terutana aktinomsetes yang diduga berperan langsung menekanP. brassicae.

3. Pyricularia oryzae (blas/patah leher) Klasifikasi:Kingdom: FungiDivisio: MycotaKelas: DeuteromycetesOrdo: MonilialesFamily: MoniliaceaeGenus: PyriculariaSpesies: Pyricularia oryzae

Gejala: Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang jamurPyricularia oryzaeini bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 70 %. Pengendalian: a. Penggunaan varietas tahan & pembenaman jeramiPenggunaan varietas baru yang tahan terhadap blas sangat dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas antara lain : Inpari 13, Luk ulo, Silugonggo, Batang Piaman, Inpago dll. Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas dan tidak berpotensi untuk berkembang.b. Pemupukan berimbangPenggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan Nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan.c. Waktu tanam yang tepatPengaturan waktu tanam pada saat yang bertepatan banyak embun perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari serangan penyakit blas yang berat. Keadaan ini memerlukan data iklim spesifik dari wilayah-wilayah pertanaman padi setiap lokasi.d. Fungisida KimiaPenggunaan fungisida kimia juga dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas dengan ketentuan menggunakan Pengendalian Hama secara Terpadu dan tepat guna. Ada beberapa fungisida kimia yang bekerja secara sistemik di pasaran contoh :mikocide 70,Trycyclazole, Amistartop, Score, Pyoguilon,Nelumbo 250 EC, Prima Vit dll.e. Fungisida NabatiFungisida nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual dipasaran misalnya Inokulan/starterTrichoderma spdanGliocladium spyang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif padi. Fungisida nabati juga dapat dibuat secara sederhana dari bahan-bahan sederhana.4. Colletotrichum capsici (antraknosa pada buah cabai)

Klasifikasi:Kingdom: FungiDivisio: Ascomycotina Sub-divisio: Eumycota Kelas: Pyrenomycetes Ordo: Sphaeriales Famili: Polystigmataceae Genus: Colletotrichum Spesies: Colletotrichum capsici Gejala: Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan buah. Infeksi pada buah terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan sesudah tua. Gejala diawali berupa bintik-bintik kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk. JamurColletotrichum capsicimula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak (Irzayanti, 2008). Pengendalian: Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabaiyang terserang yaitusanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkanTrichodermadanGliocladiumserta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan (Wawan-junaidi , 2009).

5. Phytophthora infestans (hawar daun kentang)

KlasifikasiDomain:EukaryotaKingdom:ChromalveolataPhylum:HeterokontophytaClass:OomycetesOrdo:PeronosporalesFamili:PythiaceaeGenus:PhytophthoraSpecies:Phytophthora infestans

GejalaGelaja awalnya tampak berupa bercak-bercak hijau kelabu pada permukaan bawah daun, kemudian berubah menjadi coklat tua. Semula serangannya hanya terjadi pada daun-daun bawah, lambat laun merambat ke atas dan menjarah daun-daun yang lebih muda. Bila serangan menghebat, daun yang kering akan mengeriting dan mengerut, tetapi bila keadaan udara tetap basah maka daun akan membusuk dan sering mengeluarkan bau yang tidak enak. Bila udara panas dan kelembaban tinggi perkembangan penyakit sangat cepat. Seluruh daun akan menghitam, layu dan menjalar ke seluruh batang. Dalam keadaan lembab, pada sisi bagian bawah daun akan kelihatan cendawan kelabu, yang terdiri dari conidiophores dengan konidianya. Akibatnya akan semakin parah, jaringan daun akan segera membusuk dan tanaman mati. Gejala ini cepat sekali menjalar ke seluruh areal kentang dan membinasakan tanaman, terlebih lagi bila musim hujan tiba.Percikan air akan mengantar spora cendawan ganas ini kemana-mana. Keganasan cendawan ini ternyata tidak hanya menimpa daun, umbi pun dimangsanya pula. Kulit umbi yang terserang melekuk dan agak berair. Bila umbi dibelah, daging umbi berwarna cokelat dan busuk.

Pengendalian1. Pemilihan BibitUmbi untuk bibit diambil dari tanaman yang sehat. Umbinya sendiri harus sehat dan tidak cacat. Jika umbi yang digunakan sebagai bibit sudah sakit (tak normal), jangan harap akan diperoleh tanaman yang sehat. Ciri umbi yang sehat tampak segar, tidak busuk, kulitnya mulus, tidak ada bekas-bekas serangan hama penyakit. Ukuran umbi untuk bibit lebih kurang yang beratnya 30gr.2. Sanitasi LapanganBibit yang sehat belum menjamin tanaman akan terbebas dari penyakit ini, bila kondisi lapangan tidak sehat. Oleh karena tiu, perlu diusahakan agar areal tanaman terbebas dari sumber inokulan (penularan) cendawan P Infestans. Caranya adalah dengan melakukan pembajakan, penggaruan, dan pemberaan untuk mematikan atau memutuskan siklus hidup cendawan ganas ini.3. Pengaturan Jarak TanamSemakin rapat jarak tanam yang digunakan, diharapkan hasil yang diperoleh semakin tinggi. Namun penggunaan jarak tanam yang rapat perlu mempertimbangkan resiko serangan lodoh. Jarak tanam yang rapat akan menaikkan suhu dan kelembaban, keadaan yang amat memungkinkan cendawan P investans berkembang. Bila menggunakan bibit dari umbi ukuran biasa, jarak tanam yang ideal adalah 35 x 50 cm, sedangkan untuk umbi ukuran besar jarak tanamnya 50 x 80 cm.4. Mencabut dan membakar tanaman sakitBila pada suatu areal dijumpai tanaman kentang yang sakit, maka tanaman yang sakit itu harus segera dibakar. Tindakan pemusnahan ini perlu dilakukan agar spora cendawan tidak menyebar ke tanaman lain. Perlu diketahui bahwa spora cendawan ini mudah sekali disebarkan oleh angin maupun percikan air hujan.5. Penanaman varietas kentang yang tahan.Di antara varietas-varietas yang pernah ditanam di Indonesia, Bevelander, Populair, Pofijit, dan Gloria kurang rentan ( Muller, 1939, van Hoof, 1950). Seperti yang sudah diuraikan di depan, varietas-varietas yang di daerah beriklim sedang mempunyai ketahanan tinggi, ternyata disini menjadi rentan ( vas Eek dan Thung, 1950, Mooi et al., 1980). Varietas-varietas yang dianjurkan karena tahan terhadap penyakit daun adalah Cipanas, Donata, Thung 151 C, dan Rapan 106 ( Anon., 1984).6. Penyemprotan dengan fungisidaPenyemprotan fungisida dilakukan sebanyak 15 kali per musim tanam atau 4-5 hari sekali. Fungisida yang digunakan jangan hanya satu jenis, sebab pemakaian fungisida satu jenis secara terus menerus akan menimbulkan sifat resisten pada cendawan. Cara ini merupakan alternatif terakhir yang diterapkan untuk menekan serangan penyakit. Sejak tahun 1970-an di antara fungisida protektan (kontak) yang banyak dipakai adalah mankozeb, propineb, dan kaptafol, dengan kadar 0,2-0,3% atau 2-3 kg/ha, meskipun di samping itudewasa ini terdapat banyak fungisida yang diizinkan untuk pengendalian Ph infestans pada kentang.

6. Hemileia vastatrix (karat daun kopi)

Klasifikasi:Kerajaan:Fungi

Divisi:Basidiomycota

Upadivisi:Teliomycotina

Kelas:Urediniomycetes

Ordo:Uredinales

Genus:Hemileia

Spesies:Hemileia vastatrix

Gejala:1. Pada tahap awal serangan, terdapat beberapa bercak pada helaian daun yang menghadap ke bawah. Bercak tersebut awalnya berwarna kuning muda dan lama kelamaan berubah menjadi kuning tua.2. Bercak ini mula-mula berbentuk bulatan kecil dengan diameter < 0,5 cm dan terus tumbuh membesar hingga diameter > 5 cm.3. Bercak yang tadinya berwarna kuning tua lama kelamaan menjadi coklat dan akhirnya mengering.4. Pada berbagai stadium serangan, bercak daun dapat dilihat dari daun bagian atas namun untuk tepung yang berwarna orange jingga yang melingkupi bercak tersebut hanya dapat dilihat dari helaian daun yang menghadap ke bawah.5. Serangan tingkat lanjut dari penyakit ini dapat mengakibatkan daun berguguran sebelum waktunya, tanaman gundul, dan akhirnya mati. Pengendalian:1. Pengendalian kultur teknisPengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan mulai dari awal penanaman dengan menggunakan bahan tanam atau bibit yang berasal dari klon atau varietas yang resisten terhadap inveksi jamur H. vastatrix seperti lini S 795, S 1934, USDA 62, Kartika 1, dan Kartika 2. Pengendalian pertumbuhan jamur H. vastatrix secara kultur teknis juga dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan pada daun yang terinfeksi untuk mengurangi tingkat penyebaran serta pemangkasan berkala pada pohon penaung atau tanaman kopi untuk menurunkan tingkat kelembaban kebun. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan menjaga agar tanaman selalu dalam keadaan sehat melalui pemupukan berimbang yang sesuai dosis, waktu, cara, dan jenis.2. Pengendalian kimiawiPengendalian karat daun secara kimiawi sebaiknya dilakukan jika pengendalian kultur teknis tidak membuahkan hasil yang maksimal. Pengendalian dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif Mankozeb dari jenis kontak seperti Cupravit OB 21 0,4% atau dengan fungisida sistemik seperti Bayleton 250 EC 0,1%, Anvil 50 SC 0,2%, Tilt 250 ES 0,1% atau Sumiate 2,5 WP 0,2%.

7. Phakopsora pachyrhizi (karat daun kedelai)

Klasifikasi: Kingdom: Fungi Divisio: Mycota Class: Basidiomycetes Sub Class: Heterobasidomycetes Ordo: Uredinales Family: Melampaoraceae Genus: Phakopsora Spesies: Phakopsora pachyrhizi Syd.

GejalaPada daun pertama kedelai muda dapat terjadi dua macam bercak, yaitu yang mempunyai halo berwarna coklat dan yang tidak. Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada tangkai. Awalnya terjadi bercak-bercak kecil coklat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum bisul-bisul (pustul) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang daun di dekat terjadinya infeksi (Semangun, 1991). Pada umumnya serangan terjadi pada permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada daun-daun bawah yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas. Penyakit karat kedelai biasanya mulai menyerang pada saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pengendalian:Beberapa pengendalian yang direkomendasikan yaitu penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit ini, yaitu varietasWilis, Merbabu, Raung, Dempo, Krakatau, TampomasdanCikurai,perendaman benih dalam larutan fungisida Benlate T 20, pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida misalnya Alto 100 SL, pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati, misalnya ekstrak mimba yang dapat menekan pertumbuhan jamur dan dipakai untuk tindakan preventif pada tahap awal gejala penyakit serta pengaturan jarak tanam dan perlakukan budidaya tanaman secara benar.